MAKALAH SEJARAH PGRI PADA MASA PERANG KE

TUGAS SPJD PGRI

SEJARAH PGRI (LANJUTAN 1)
YULIAN DINIHARI, M. PD

KELOMPOK: 3 R1C
FISKA FADILA NUR FIKRI (NPM 201541500143)
ANGGRE YANIE (NPM 201541500123)
LISA LISWATUN HASANAH (NPM 201541500158)
ULFA ROMAYDA FITRIYANTI (NPM 201541500169)

JL. RAYA TENGAH KELURAHAN GEDONG, PASAR REBO, JAKARTA TIMUR
13760
TELP. (021) 87797409, 87781300

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat rahmat
dan karunia-Nya lah makalah ini dapat terselesaikan dengan baik tepat pada waktunya.
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah SPJD pada
semester I di tahun ajaran 2015 dengan judul “Sejarah PGRI (Lanjutan 1)”. Dengan membuat
makalah ini kami diharapkan mampu menjelaskan tentang sejarah PGRI pada masa perang

kemerdekaan tahun 1945-1949 serta sejarah PGRI pada masa demokrasi liberal tahun 119501959.
Berkat bantuan dan dan bimbingan dari berbagai pihak, makalah ini dapat terselesaikan
dengan cukup baik. Karena itu kami ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1.

Tuhan Yang Maha Esa, atas berkah dan karunia-Nya hingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan cukup baik.

2. Ibu Yulian Dinihari, M. Pd, dosen mata kuliah SPJD PGRI yang telah membimbing
kami.
Kami sadar, sebagai seorang pelajar yang masih dalam proses pembelajaran, penulisan
makalah ini masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu kami mengharapkan adanya kritik
dan saran yang membangun untuk perbaikan makalah berikutnya.
Kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca maupun bagi kami.

Jakarta, 8 September 2015

Tim Penyusun


2

DAFTAR ISI
COVER..........................................................................................................................

1

KATA PENGANTAR....................................................................................................

2

DAFTAR ISI..................................................................................................................

3

BAB I

PENDAHULUAN...................................................................................
A. LATAR BELAKANG........................................................................


4
4

B. TUJUAN PENULISAN.....................................................................

4

BAB II

PEMBAHASAN.....................................................................................
A. PGRI PADA MASA PERANG KEMERDEKAAN 1945-1949........
B. PGRI PADA MASA DEMOKRASI LIBERAL 1950-1959...............

5
5
5

BAB III

PENUTUP...............................................................................................

A. KESIMPULAN..................................................................................

11
11

DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................................

11

3

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Persatuan Guru Republik Indonesia adalah organisasi yang lahir bersama Republik
Indonesia dalam mempertahankan kemerdekaan. Dengan sendirinya derap langkah
perjuangannya cukup panjang, berliku, penuh tantangan dan hambatan demi mencapai cita
harapan atau visi dan misinya sesuai dengan yang tersirat dalam Anggaran Dasar dan
Anggaran Rumah Tangga.
Peranan guru sangat penting dalam mencapai kemerdekaan Indonesia secara utuh jika

dilihat dari sejarah perjuangan PGRI dari masa perang kemerdekaan ke masa demokrasi
liberal. Indonesia bisa terlepas dari jajahan Belanda dan kembali ke bentuk Negara Kesatuan
Republik Indonesia berkat semangat juang guru.
PGRI berjuang dengan penuh tantangan dalam rangka mencapai tujuan dan
mendukung terwujudnya nasional bangsa Indonesia.
B. Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu sebagai berikut:
 Menambah wawasan kita mengenai PGRI pada masa perang kemerdekaan tahun 19451949
 Menambah wawasan kita mengenai PGRI pada masa demokrasi liberal tahun 1950-1959

4

BAB II
PEMBAHASAN
A. PGRI Pada Masa Perang Kemerdekaan Periode 1945-1949
Asas yang tercantum dalam Anggaran Dasar pendirian PGRI adalah “Kedaulatan
Rakyat”. Cita – cita PGRI sejalan dengan cita – cita bangsa Indonesia secara keseluruhan.
Para guru di Indonesia menginginkan kebebasan dan kemerdekaan, memacu kecerdasan
bangsa dan membela serta memperjuangkan kesejahteraan anggotanya. Sesuai dengan
prioritas perjuangan pada kurun waktu 1945-1949 yang difokuskan pada perjuangan fisik

bersenjata untuk mempertahankan kemerdekaan. Maka para guru pendidik bangsa yang
menjadi warga PGRI tidak mau ketinggalan. Mereka sebagian ikut memanggul senjata
berjuang melawan penjajah, terlibat dalam perang gerilya. Para wanita pun ikut aktif
menggerakan dapur umum, atau menjadi anggota PMI (Palang Merah Indonesia) bagi para
pejuang di garis depan. Di antara mereka, tidak sedikit pula yang gugur menjadi pahlawan
bangsa.
Agar perjuangan bangsa Indonesia melawan penjajah Bangsa Belanda lebih terorganisasi,
pemerintah pusat pada tanggal 5 Oktober 1945 TKR untuk melindungi keamanan Rakyat dari
provokasi dan Agresi Belanda.

B. PGRI pada Masa Demokrasi Liberal 1950-1959
1. Kongres IV PGRI di Yogyakarta 26-28 Februari 1950
Pada tanggal 26-28 Februari 1950 dilaksanakan Kongres PGRI IV di Yogyakarta. Pada
saat itu Yogyakarta merupakan Ibu Kota Republik Indonesia, dan Mr. Assa’at ditunjuk
sebagai pemangku jabatan Presiden Republik Indonesia.
Sambutan Mr. Assa’at pada acara pembukaan Kongres IV sangat mengesankan,
membakar semangat juang PGRI isinya adalah:
1. Persatukanlah, istilah dan sempurnakanlah makna ikrar resmi berdirinya Negara
Kesatuan Republik Indonesia yang meliputi seluruh bekas wilayah Hindia Belanda dari
Sabang sampai Merauke.

2. Memuji PGRI karena merupakan pencerminan semangat juang para guru sebagai
pendidik rakyat dan pendidik bangsa.
3. Menganjurkan agar PGRI sesuai dengan kehendak dan tekad para pendirinya.
Amanat pemangku jabatan Presiden itu semakin memantapkan tekad dan semangat juang
para peserta Kongres PGRI IV khususnya para guru pada umumnya.
Peserta Kongres PGRI IV melimpah. Mereka datang berbondong-bondong. Peserta
Kongres bukan hanya dari daerah Renville, tetapi juga dihadiri oleh utusan-utusan dari luar
Daerah Renville, seperti utusan dari Jawa Barat (Negara Pasundan), Sukaumi, Cianjur,
Tasikmayala, Sigli, Bukit Tinggi dan Sumatera.

5

Mereka datang dengan tekad bulat untuk mempersatukan diri bernaung dibawah panjipanji PGRI. Sejarah perjuangan bangsa Indonesia mencatat bahwa berdasarkan Perjanjian
Linggarjati yang ditandatangani pada tanggal 23 Maret 1947 secara de facto wilayah
kekuasaan Negara Kesatuan Republik Indonesia terdiri dari Sumatra, Jawa dan Madura.
Karena kelicikan Belanda yang terkenal dengan politik devide et impera (memecah belah dan
menguasai) secara kasar memaksakan berdirinya negara-negara boneka di dalam wilayah
kekuasaan Republik Indonesia, dengan taktik adu domba sesama bangsa Indonesia, bangsa
Belanda berhasil mendirikan beberapa negara boneka.
Negara-negara boneka yang berhasil didirikan Belanda antara lain Negara Pasundan di

Jawa Barat, Negara Sumatera Timur, dan Negara Jawa Timur. Akibatnya setelah perjanjian
Renville ditandatangani pada tanggal 17 Januari 1948, wilayah Indonesia semakin sempit.
Namun demikian, banyak guru yang berada dan mengajar di daerah negara bagian itu
atau diluar daerah Renville jiwa republiknya sangat tinggidan tetap menghendaki Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Kesetian kaum guru kepada Negara Kesatuan Republik
Indonesia ini dibuktikan dengan kedatangan mereka berbondong-bondong menghadiri
Kongres IV di Yogyakarta pada tahun 1950.
2. Pengakuan RIS oleh Belanda dan Pengaruhnya dalam kongres PGRI IV
Pada tanggal 27 Desember 1949 Belanda mengakui kedaulatan Negara Republik
Indonesia Serikat (RIS). Suasana politik masih sangat rawan. Saat itu terdapat dua golongan
masyarakat, yaitu golongan pada masa perjuangn gigih menentang Belanda dalam membela
dan mempertahankan kemerdekaan. Golongan ini dikenal dengan sebutan “orang-orang
Republik”.
Sedangkan golongan yang tidak mau bekerja sama dengan Belanda dinamakan
“Golongan Non Cooperator”. Golongan kedua adalah golongan orang-orang yang bekerja
sama dengan Belanda, mereka disebut “Golongan Cooperator”. Kedua golongan ini saling
bertentangan, saling mencurigai, sulit bersatu seperti minyak dan air. Dikalangan guru pun
kedua golongan ini ada.dalam suasana yang penuh kecurigaan inilah Kongres PGRI IV
berlangsung.
3. Keputusan Penting yang Dikeluarkan Kongres PGRI IV

Dalam suasana politik yang tidak menentudan saling mencurigai, Kongres PGRI IV
secara aklamasi mengambil keputusan untuk mempersatukan semua guru di seluruh tanah air
Indonesia dalam satu wadah organisasi yaitu Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI).
Tekad yang bulad disatukan yaitu untuk:
1. Mempertahankan dan mengisi kemerdekaan yang diproklamasikan pada tanggal 17
Agustus 1945.
2. Menghilangkan rasa kecurigaan dan rasa kedaerahan dikalangan guru.
Selain itu Kongres PGRI IV juga mengeluarkan “Maklumat Persatuan” yang berisikan
seruan kepada seluruh masyarakat khususnya guru-guru untuk membantu menghilangkan
suasana yang dapat membahayakan antara golongan Cooperator (Co) dengan golongan Non
Cooperator (Non) dan menggalang persatuan dalam perjuangan untuk mengisi kemerdekaan.
6

Maklumat Persatuan itu mendapat perhatian dan penghargaan dari kalangan luas
termasuk Pemerintah.
Susunan Pengurus Besar PGRI Hasil Kongres PGRI IV
Pemilihan pengurus baru yang
PB PGRI sebagai berikut:
Ketua I
Ketua II

Ketua III
Sekretaris Jendral I
Sekretaris Jendral II
Bendahara I
Bendahara II
Ketua Bagian Perburuhan
Wakil Ketua Bagian Perburuhan
Ketua Bagian Pendidikan
Wakil Ketua Bagian Pendidikan

diadakan pada Kongres PGRI IV menghasilkan susunan
: RH. Koesnan
: Soejono
: Soejono Kromodimulyo
: Soekarno
: Mochamad Hidayat
: Soetinah
: Soetedjo
: ME. Soebiadinata
: Soeparmo

: Soedarsono
: F. Wachendorff

Seluruh keputusan Kongres IV dan AD/ART kepada para utusan yang menghadiri
kongres tersebut, yaitu dari Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Tengah, dan Lampung. Mereka
ditugaskansupaya secepatnya memberikan laporan ke Jakarta dan Yogyakarta tentang
tanggapan para guru terhadap Maklumat Persatuan. Intinya, sebagian besar guru menyambut
hangat maklumat tersebut, dan di daerah masing-masing mereka mendirikan Cabang PGRI.
Hal ini mengakibatkan popularitas SGI (Serikat Guru Indonesia) menurun dan ditinggalkan
para anggotanya.
Pada akhir Februari 1950, sebanyak 50 cabang SGI di seluruh Negara Pasundan
menyatakan memisahkan diri dari SGI kemudian masuk PGRI. Pada tahun 1950, Pemerintah
RI mengeluarkan PP No. 16/1950 yang sangat menguntungkan guru-guru bekas daerah
federal yang tadinya digaji menurut HBBL (Herziende Bezoldingingsregeliflg der Burgelijke Landsdienaren) tahun 1938. Namun pelaksanaan penyesuaian gaji ternyata disana-sini
berjalan seret.
Untuk mendesak birokrasi yang sangat lamban jalannya, guru-guru di Jawa Barat
mengancam untuk mengadakan pemogokan. Sikap mereka disokong oleh PB PGRI. Usaha
ini berhasil. Peristiwa ini semakin mengokohkan wibawa PGRI baik kedalam maupun keluar
dan dengan lancarnya pelaksanaan PP No. 32/1950 tentang penghargaan kepada pelajar
pejuang yang semula macet. Selain itu, disana-sini segera didirikan sekolah-sekolah yang
khusus diperuntukan bagi para pelajar pejuang.
Pada tanggal 20 September 1948 melalui pernyataan resmi, PGRI mengundurkan diri
dari SOBSI (Serikat Organisasi Buruh Seluruh Indonesia) sesuai dengan Anggaran Dasar
PGRI sendiri yang non-partai politik serta asaz dan dasar perjuangannya yang berlandaskan
falsafah Pancasila. Hal ini terjadi karena ketika itu SOBSI condong ke PKI, bahkan kemudian
benar-benar menjadi organisasi PKI.

7

4.

Kongres V PGRI di Bandung 19-24 Desember 1950
Kongres V diadakan 10 bulan setelah Kongres IV di Yogyakarta. Selain untuk
menyongsong Lustrurn I PGRI, juga untuk merayakan peleburan SGI/PGI kedalam PGRI.
Dapat dikatakan bahwa kongres tersebut merupakan “Kongres Persatuan”. Untuk pertama
kalinya cabang-cabang yang belum pernah hadir sebelumnya datang pada kongres ini.
Dalam kongres ini dibicarakan suatu masalah yang prinsipil dan fundamental bagi
kehidupan dan perkembangan PGRI selanjutnya, yaitu asaz organisasi ini: apakah akan
memilih sosialisme keadilan sosial ataukah Pancasila. Akhirnya, Pancasila diterima sebagai
asaz organisasi. Selain itu, didirikan pula bentuk pendidikan guru KPKPKB (Kursus
Pengantar Kepada Persiapan Kewajiban Belajar). Usaha mempersatukan guru yang bersikap
Coorperator dan Non Coorperator.
Bubarnya Negara RIS dan kembalinya ke NKRI memunculkan dua golongan yang saling
bertentangan dan saling mencurigai serta perbedaan pandangan yang tajam.
Kedua golongan itu adalah golongan Coorperator dan golongan Non Coorperator.
Masalah yang muncul terutama mengenai penyesuaian gaji pegawai dan penghargaan kepada
golongan Non Coorperator yang dengan tegas menantang penjajah Belanda pada saat perang
kemerdekaan.
Untuk menyelesaikan masalah ini Kongres PGRI V di Bandung menugaskan kepada
Pengurus Besar PGRI terpilih dalam Kongres V untuk secepatnya:
1. Melaksanakan penyesuaian golongan gaji pegawai berdasarkan Peraturan Pemerintah
yang telah ditetapkan.
2. Menyelesaikan pelaksanaan upaya pemberian penghargaan kepada golongan Non
Coorperator dalam bentuk pembayaran pemulihan.
3. Mendesak pemerintah agar segera menyusun peraturan gaji baru.
4. Mendudukkan wakil PGRI dalam Panitia Penyusunan Peraturan Gaji Baru.

5. Konsolidasi Organisasi dan Hasil yang Dicapai
Menjelang Kongres V dilaksanakan, jumlah cabang PGRI ada 301 dengan jumlah
anggota 39.000 orang. Ini menunjukan PGRI semakin berkembang. Oleh karena itu
konsolidasi organisasi perlu dilaksanakan terus-menerus sesuai dengan Anggaran Dasar dan
Anggaran Rumah Tangga PGRI.
Kongres PGRI V yang diselenggarakan di Bandung pada tanggal 19-24 Desember 1950,
sepuluh bulan setelah Kongres PGRI IV di Yogyakarta berhasil memilih PB PGRI dengan
susuna sebagai berikut:
Ketua I
: Soedjono
Ketua II
: ME. Soebiadinata
Sekretaris Jendral
: Mochamad Hidayat
Sekretaris Urusan Perburuhan
: ME. Soebiadinata
Sekretaris Urusan Pendidikan
: Ibnoetadji
Sekretaris Urusan Penerangan
: JMS Hoetagaloeng
8

Sekretaris Urusan Keuangan dan Usaha
: Oemar Sanoesi
Komisaris Umum dengan Tugas Pendidikan : F. Wachendorff
Komisaris Umum dengan Tugas Perburuhan : Alamsyahroeddin
Komisaris Umum dengan Tugas Keuangan : M. Sastroatmadja
Komisaris Umum dengan Tugas Usaha
: Somahardja
Redaksi Suara Guru dan Anggota
: JMS Hoetagaloeng dan Soedjono
Upaya-upaya konsolidasi yang dilakukan oleh PB PGRI hasil Kongres PGRI V
membuahkan hasil menggembirakan, antara lainsebagai berikut:
1. 47 Cabang PGRI di Sulawesi dan Kalimantan masuk kedalam barisan PGRI.
2. 2500 guru yang sedianya akan digaji berbeda menurut ketentuan Swaprajaf/Swatantra
tertolong dan akhirnya digaji secara sama dan saeragam dari pusat.
3. Pada bulan April 1951 tuntutan PGRI kepada pemerintah tentang kenaikan honorarium
dikabulkan.
4. Mulai dilaksanakannya secara teratur konferensi-konferensi daerah, antara lain:
a. Konferensi Daerah se Jawa pada Maret 1951
b. Konferensi Daerah di Makasar pada 27 Februari 1952
c. Konferensi Daerah di Banjarmasin pada 20 Maret 1952
d. PB PGRI mulai sering melakukan kunjungan ke Pengurus-Pengurus Daerah/Cabang
PGRI.
e. PB PGRI berhasil menerbitkan majalah “Suara Guru” sebagai alat komunikasi
organisasi.
Kongres PGRI V mengandung dua momentum penting, yaitu:
a. Menyambut Lustrum PGRI yang genap berusia 5 tahun.
b. Wujud rasa syukur dan suka cita yang mendalam karena SGI/PGI (Serikat Guru
Indonesia/Persatuan Guru Indonesia) meleburkan diri ke dalam PGRI.
Kedua momen ini mengandung makna bahwa Kongres PGRI V merupakan Kongres
Persatuan.
6. Lahirnya Organisais-organisasi yang Berasaskan Ideologi, Agama dan Kekaryaan
1. Gejala Separatisme
Politik devide et impera yang diciptakan oleh penjajah Belanda bertujuan untuk
memecah belah bangsa Indonesia. Dengan sengaja dan terencana pemerintah Belanda
membakar dan memperuncing sentimen rasa kedaerahan, agama, keturunan, adatistiadat, lingkungan kerja, dan sebagainya. Pengaruh politik devide et impera ini sangat
terasa dalam masyarakan dan banyak yang terpengaruh. Di dalam tubuh PGRI pun mulai
nampak gejala-gelaja tersebut. Karena perasaan tidak puas, merasa aspirasinya belum
tertampung, kurang mendapat perhatian dan sebagainya, mulai ada kasak-kusuk dan
keinginan untuk mendirikan organisasi-organisasi guru di luar PGRI, seperti: Ikatan
PS/PSK Ikatan Direktur SMP/SMA, Ikatan Guru CVO/DVO, Mendirikan IGN, IGM,
PGH, Persatuan Guru Tionghoa, dengan alasan perbedaan politik, agama dan etnis.

9

2. Usaha-usaha PGRI Mengatasi Gejala Separatisme
PGRI menanggapi gejala-gejala ini dengan penuh kebijaksanaa, jiwa besar, dan
mempelajari penyebabnya. Usaha yang dilakukan PGRI dalam upaya mengatasinya
adalah:
a. PB PGRI lebih meningkatkan konsolidasi organisasi sampai ke daerah/cabang.
b. Membangkitkan kembali rasa persatuan dan kesatuan, jiwa semangat juang 45,
melalui berbagai kegiatan.
c. Menjelaskan hasil-hasil perjuangan PGRI dan program-program yang akan
dilaksanakan. Hasil yang telah dicapai antara lain:
1. Keberhasilan dalam menyelesaikan masalah PS/PSK yaitu berhasil mengecilkan
wilayah PS/PSK menerima uang jalan tetap dan kedudukannya dalam PGP baru
yang lebih baik.
2. Pengurangan maksimum jam mengajar dalam seminggu, dan perbaikan
honorarium.
3. Perbaikan nasib rekan-rekan guru yang berijazah CVO/DVO.
4. PGRI berhasil menyelamatkan guru dari bahaya perpecahan. Semua guru yang
ingin memisahkan diri dari PGRI akhirnya dengan penuh kesadaran kembali lagi
kedalam barisana dibawah naungan panji-panji PGRI.

10

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. PGRI Pada Masa Perang Kemerdekaan 1945-1949
Pada tahun ini guru Indonesia telah berjuang bersama dengan para pejuang lain
untuk memerdekakan Indonesia itu sendiri.
2. PGRI Pada Masa Demokrasi Liberal 1950-1959
A. Penggakuan RIS oleh Belanda dan pengaruh dalam kongres PGRI VI di
Yogyakarta
Pada tanggal 27 Desember 1949 Belanda mengakui kedaulatan Negara
Republik Indonesia Serikat (NRIS) suasana politik masih sangat rawan. Pada
saat itu terdapat dua golongan, yaitu :
a. Golongan yang tidak mau bekerja sama dengan Belanda (golongan non
Cooperator)
b. Golongan yang bekerja sama dengan Belanda (Golongan Cooperator)
B. Keputusan penting dalam kongres PGRI IV
Keputasan penting itu adalah :
- Mempertahankan dan mengisi kemerdakaan yang diproklamasikan pada
tanggal 17 agustus 1945
- Menghilangkan rasa kecurigaan dan rasa kedaerahan dikalang guru
- Lahir pengurus-pengurus baru dari PGRI
C. Kongres PGRI V Di Bandung 19-24 Desember 1950
Pada kongres ke V disebut juga dengan kongres persatuan di mana SGI dan
PGI berbaur dengan PGRI, lalu di dapatlah :
1. Menyelesaikan penyesuaian golongan gaji pegawai berdasarkan peraturan
pemerintah yang telah ditetapkan.
2. Menyelesaikan pemberian penghargaan kepada anggota non Cooperator
dalam bentuk pembayaran pemulihan.
3. Mendesak pemerintah agar menyusun peraturan gaji baku.
4. Mendudukan wakil PGRI dalam panitia penyusunan peraturan gaji baru.

DAFTAR PUSTAKA
Persatuan Guru Republik Indonesia. 2012. Pendidikan Sejarah Perjuangan dan Jati
Diri PGRI. Jakarta: YPLP/PPLP PGRI Pusat

11

Dokumen yang terkait

PENGARUH PEMBERIAN SEDUHAN BIJI PEPAYA (Carica Papaya L) TERHADAP PENURUNAN BERAT BADAN PADA TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus norvegicus strain wistar) YANG DIBERI DIET TINGGI LEMAK

23 199 21

KEPEKAAN ESCHERICHIA COLI UROPATOGENIK TERHADAP ANTIBIOTIK PADA PASIEN INFEKSI SALURAN KEMIH DI RSU Dr. SAIFUL ANWAR MALANG (PERIODE JANUARI-DESEMBER 2008)

2 106 1

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

ANALISIS PROSPEKTIF SEBAGAI ALAT PERENCANAAN LABA PADA PT MUSTIKA RATU Tbk

273 1263 22

PENERIMAAN ATLET SILAT TENTANG ADEGAN PENCAK SILAT INDONESIA PADA FILM THE RAID REDEMPTION (STUDI RESEPSI PADA IKATAN PENCAK SILAT INDONESIA MALANG)

43 322 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PEMAKNAAN BERITA PERKEMBANGAN KOMODITI BERJANGKA PADA PROGRAM ACARA KABAR PASAR DI TV ONE (Analisis Resepsi Pada Karyawan PT Victory International Futures Malang)

18 209 45

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25

PENGARUH BIG FIVE PERSONALITY TERHADAP SIKAP TENTANG KORUPSI PADA MAHASISWA

11 131 124