ANALISIS PENGARUH RASIO LIKUIDITAS RASIO

Wilson Yonatan William
15 13 061
Akuntansi D

ANALISIS PENGARUH RASIO LIKUIDITAS, RASIO SOLVABILITAS,
DAN RASIO PROFITABILITAS TERHADAP HARGA SAHAM PADA PT.
GUDANG GARAM, TBK

BAB I
PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Perubahan ekonomi dalam era globalisasi saat ini perkembangan ekonominya
mengalami perubahan yang cukup signifikan. Dan seiring dengan perkembangan teknologi
pada saat ini maka dunia usahapun ikut berkembang pula dan makin banyak pula perusahaan
yang muncul, terlebih lagi perusahaan yang sudah go publik. Hal tersebut menyebabkan
setiap perusahaan memiliki tujuan untuk mencapai laba semaksimal mungkin atau setinggi –
tingginya. Sehubungan dengan hal tersebut diperlukan manajemen keuangan dalam
menghitung hasil operasional perusahaan dan analisa – analisa keuangan yang telah dicapai
perusahaan dalam kurun waktu tertentu. Dalam upaya menambah dana kegiatan

operasionalnya untuk perusahaan yang sudah go public dapat diperoleh melalui penjualan
saham kepada para investor. Media yang dapat digunakan perusahaan dalam menjual saham
yang dimilikinya pada publik adalah pasar modal. Pasar modal berguna untuk
mempertemukan pihak – pihak yang memerlukan dana jangka panjang dengan pihak yang
memiliki dana. Kegiatan pasar modal adalah kegiatan investasi, yaitu kegiatan menanamkan
modal baik langsung maupun tidak langsung dengan harapan pada waktunya nanti pemilik
modal mendapatkan sejumlah keuntungan dari hasil penanaman modal tersebut. Bagi para
investor, melalui pasar modal mereka dapat memilih obyek investasi yang tepat dengan
beragam tingkat pengembalian dan tingkat risiko yang dihadapi, sedangkan bagi para
penerbit (emiten) melalui pasar modal mereka dapat mengumpulkan dana jangka panjang
untuk menunjang kelangsungan usaha mereka

Berdasarkan uraian di atas yang menjelaskan bahwa Rasio Likuiditas, Rasio
Solvabilitas, dan Rasio Profitabilitas sangat penting bagi pihak intern maupun
ekstern perusahaan dan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi
kewajibannya dalam memperoleh laba maka penulis ingin mengetahui mengenai kinerja
perusahaan PT. Gudang Garam, Tbk dengan meneliti mengenai apakah ada pengaruh rasio
profitabilitas terhadap harga saham. Jika ketiga rasio tersebut berpengaruh maka investor
dapat mempertimbangkan dalam berinvestasi atau membeli saham perusahaan tersebut
berdasarkan rasio – rasio keuangan perusahaan yang bersangkutan. Oleh karena itu penulis

memberi

judul “ANALISIS

PENGARUH

RASIO

LIKUIDITAS,

RASIO

SOLVABILITAS, DAN RASIO PROFITABILITAS TERHADAP HARGA SAHAM
PADA PT. GUDANG GARAM, TBK.”
1.2

Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang diketahui di atas, bahwa setiap perusahaan memiliki
laporan keuangan yang digunakan sebagai sarana informasi yang menggambarkan kondisi
suatu perusahaan dan aktivitas perusahaan yang bermanfaat untuk mengambil keputusan.

Maka penulis bermaksud untuk memecahkan masalah yang berhubungan dengan rasio
likuiditas, rasio solvabilitas, dan rasio profitabilitas. Dari rumusan di atas maka adapun
masalah yang akan di ambil dalam penelitian ilmiah ini yaitu sebagai berikut :
1.

Bagaimana pengaruh

rasio

likuiditas

terhadap

harga

saham

PT.

GUDANG


GARAM,TBK.?
2.

Bagaimana pengaruh rasio solvabilitas terhadap harga saham PT. GUDANG GARAM,TBK
?

3.

Bagaimana pengaruh rasio profitabilitas terhadap harga saham PT. GUDANG GARAM,
TBK ?

4.

Bagaimana pengaruh ketiga rasio tersebut terhadap harga saham PT. GUDANG
GARAM,TBK ?
Hipotesis yang digunakan dalam uji simultan :
Ho

: Tidak terdapat pengaruh signifikan antara rasio likuiditas, rasio solvabilitas, dan


rasio profitabilitas terhadap harga saham
Ha

: Terdapat pengaruh signifikan antara rasio likuiditas, rasio solvabilitas, dan rasio

profitabilitas terhadap harga saham
1.6.5

Alat Analisis

Dalam penelitian ini penulis menggunakan analisis deskriptif dan kuantitatif yang
ditampilkan dalam bentuk tabel yang merupakan hasil dari perhitungan rasio.
 Analisis Deskriptif
1.

Uji Normalitas

2.


Uji Asumsi Klasik

3.

Analisis Regresi Linier Berganda

4.

Uji Simultan dengan f test

5.

Uji Parsial dengan t test

 Analisis Kuantitatif / Akuntansi
1.

Rasio Likuiditas




Current Ratio



Cash Ratio



Quick Ratio

2.

Rasio Solvabilitas



Debt to Asset Ratio




Debt to Equity Ratio



Time Interest Earning

3.

Rasio Profitabilitas



Net Profit Margin



Return on Asset




Rate of Return

1.6.6

SPSS
Teknologi sekarang sudah canggih, sehingga sekarang ini dalam mengolah data
statistik cenderung diselesaikan dengan komputer melalui program-program statistik.
Keberadaan program statistik semacam itu memberikan banyak manfaat dan keuntungan buat
para peneliti, seperti pengerjaaan yang lebih singkat, akurasi hasil perhitungan yang tinggi
dan sebagainya. Salah satu program untuk pengolahan data adalah SPSS. Sampai saat ini
SPSS merupakan program statistik yang paling populer dan paling banyak dipakai di seluruh
dunia. Para peneliti menggunakannya untuk berbagai keperluan seperti riset pasar maupun
untuk menyelesaikan tugas penelitian seperti skripsi, tesis, disertasi, dan sebagainya.

SPSS pertama kali dibuat pada tahun 1968 oleh tiga orang mahasiswa dari
Stanford University. Awalnya, SPSS merupakan kependekan dari Statistical Package for the
Sosial Sciences karena program ini mula-mula dipakai untuk meneliti ilmu-ilmu sosial.
Namun, seiring perkembangannya dari waktu ke waktu SPSS penggunaannya semakin luas
untuk bidang ilmu seperti bisnis, pertanian, industri, ekonomi, psikologi dan lain-lain

sehingga sampai sekarang kepanjangan SPSS adalah Statistical Product and Service Solution
(Duwi Priyatno, 2008). Dalam penelitian saya SPSS sangat berguna sekali.
Namun sebelum dilakukan Uji Regresi linear berganda tersebut harus dilakukan uji
normalitas kemudian dilanjutkan kedalam uji asumsi klasik yang terdiri dari autokorelasi,
multikolinieritas, dan heteroskedastisitas. Uji asumsi klasik bertujuan agar nilai parameter
penduga tidak biasa. Model regresi yang baik dalam melakukan peramalan adalah model
dengan kesalahan peramalan yang seminimal mungkin.
a.

Uji Normalitas Data
Uji normalitas dimaksudkan untuk memperlihatkan bahwa sampel diambil dari populasi yang
terdistribusi normal. Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,
variabel terikat dan variabel bebas keduanya memiliki distribusi normal atau tidak. Model
regresi yang baik adalah memiliki distribusi normal atau mendekati normal. Dalam penelitian
ini normalitas data diuji dengan menggunakan uji kolmogorov-Smirnov test. Pengambilan
kesimpulan bahwa data terdistribusi secara normal dapat diketahui dengan melihat
signifikansi yang lebih besar dari 0,05.
Dari

tabel One-Sample


Kolmogorov-Smirnov

Test diperoleh

angka

probabilitas.
 Nilai Sig. Atau signifikansi atau nilai probabilitas < 0.05 distribusi data adalah tidak normal
 Nilai Sig. Atau signifikansi atau nilai probabilitas ≥ 0.05 distribusi data adalah normal
b.

Uji Asumsi Klasik

1)

Uji Autokorelasi
Autokorelasi adalah korelasi yang terjadi diantara anggota observasi yang
terletak berderetan. Uji autokorelasi bertujuan untuk mengetahui ada atau
tidaknya korelasi yang terjadi antara residual pada satu pengamatan
dengan pengamatan yang lain pada model regresi. Jika terjadi korelasi,
maka dinamakan ada problem autokorelasi. Autokorelasi muncul karena

observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lain.
Masalah ini timbul karena residual (kesalahan pengganggu) tidak bebas
dari satu observasi ke observasi lainnya. Hal ini sering ditemukan pada
data runtut waktu (time series) karena ‘gangguan’ pada individu atau
kelompok cenderung mempengaruhi ‘gangguan’ individu atau kelompok
yang sama pada periode berikutnya. Model regresi yang baik adalah
regresi yang bebas dari autokorelasi (Ghozali, 2009). Untuk mendeteksi
auto korelasi dapat dilakukan dengan uji Durbin Watson (DW) dengan
ketentuan sebagai berikut :
a.

1.65 < DW < 2.35 maka tidak ada autokorelasi

b.

1.21 < DW < 1.65 atau 2.35 < DW < 2.79 maka tidak dapat disimpulkan

c.

DW < 1.21 atau DW > 2.79 maka terjadi autokorelasi

2)

Uji Multikolinieritas
Menurut Ghozali (2005, hal 91), uji multikolinieritas bertujuan untuk
menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi atas variabel
bebas

(independen).

Model

regresi

yang

baik

seharusnya

bebas

multikolinieritas atau tidak terjadi korelasi diantara variabel independen.
Uji Multikolinieritas dapat dilihat dari :
a.

Nilai Tolerance harus lebih besar dari 0,1 atau;

b.

Nilai Variance Infaltion Factor (VIF) lebih kecil dari 10

3)

Uji Heteroskedastisitas
Dengan melihat grafik plot antara nilai variabel terikat dengan residual.
Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu
yang teratur (bergelombang, melebar, kemudian menyempit), maka
mengidentifikasi telah terjadi heteroskedastisitas. Jika tidak ada pola yang
jelas, serta titik-titik menyebar diatas dan dibawah angka nol pada sumbu
Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas

c.

Analisis Regresi Linier Berganda

Regresi bertujuan untuk menguji hubungan antara satu variabel dengan
variabel lain. Varibel yang dipengaruhi disebut variabel tergantung atau
dependen, sedangkan variabel yang mempengaruhi disebut variabel
bebas atau variabel independen.
Y = α + β 1 X1 + β2 X2 + β 3 X3+ ℮
Di mana :

d.

Y

= Harga saham (variabel dependen)

α

= Konstanta

X1

= Rasio Likuiditas

X2

= Rasio Solvabilitas

X3

= Rasio profitabilitas

e

= Standar Erorr
Uji Simultan dengan F-test

Uji simultan dengan F-test ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
bersama – sama variabel independen terhadap variabel dependen. Hasil
F-test

menunjukkan

variabel

independen

secara

bersama



sama

berpengaruh terhadap variabel dependen jika p-value (pada kolom sig.)
lebih kecil dari level of significant yang ditentukan atau F hitung (pada
kolom F) lebih besar dari F tabel. F tabel dihitung dengan cara df1 = k1dan df2 = n – k, k adalah jumlah variabel dependen dan independen.
e.

Uji Parsial dengan t-test
T-test ini bertujuan untuk mengetahui besarnya pengaruh masing –
masing variabel independen secara individual (parsial) terhadap variabel
independen. Nilai uji t-test dapat dilihat dari p-value (pada kolom sig.)
pada variabel masing – masing independen, jika p-value (pada kolom sig.)
lebih kecil dari level of significant yang ditentukan atau t hitung ( kolom t)
lebih besar dari t tabel (dihitung dari two-tailed α = 5% df – k, k
merupakan jumlah variabel independen)

BAB II
LANDASAN TEORI
2.1.3

Jenis – Jenis Laporan Keuangan
Dalam Kurun waktu tertentu manajemen suatu perusahaan harus menyusun dan

menyajikan laporan keuangan guna memenuhi kebutuhan para pihak yang berkepentingan
atas suatu perusahaan ini. Mengenai laporan keuangan yang disajikan dan disusun oleh
manajemen sesuai Ikatan Akuntan Indonesia, (2007) menyatakan “laporan keuangan yang
lengkap terdiri atas komponen-komponen berikut ini: neraca, laporan laba rugi, laporan
perubahan ekuitas, laporan arus kas dan catatan atas laporan keuangan.”
a.

Neraca (Balance Sheet)
Pendapat Skousen (2001:41) yang dimaksud dengan neraca adalah ”laporan sumbersumber dari suatu perusahaan (harta), kewajiban perusahaan (hutang), dan perbedaan antara
yang dimiliki (harta) dan apa yang dipinjam (hutang) yang disebut ekuitas”.
Neraca adalah laporan yang sistematis tentang aktiva, hutang serta modal dari suatu
perusahaan pada suatu saat tertentu. Tujuan neraca adalah untuk menunjukan posisi keuangan
suatu perusahaan, pada suatu tanggal tertentu biasanya pada waktu dimana buku-buku ditutup
dan ditentukan sisanya pada suatu akhir fiskal atau tahun kalender, sehingga neraca sering
disebut dengan Balance Sheet. Dengan demikian neraca terdiri dari tiga bagian utama yaitu
aktiva, hutang dan modal.
Neraca adalah laporan yang sistematis tentang aktiva, hutang serta modal dari
suatu perusahaan pada suatu saat tertentu (Kardiman, 2006).
Tujuan

neraca

adalah

keuangan suatu perusahaan pada

laporan

suatu tanggal

yang
tertentu,

menunjukkan posisi
biasanya

pada

waktu

dimana buku-buku ditutup dan ditentukan sisanya pada suatu akhir tahun fiskal atau tahun
kalender, sehingga neraca sering disebut dengan Balance Sheet. Dengan demikian neraca
terdiri dari tiga bagian utama yaitu aktiva, hutang dan modal.
A. Pengertian Aktiva
Dalam pengertian aktiva adalah sumber daya yang dikuasai oleh perusahaan sebagai
akibat dari peristiwa masa lalu dan diharapkan dapat memberikan manfaat ekonomis di masa
depan. Manfaat ekonomi masa depan yang terwujud dalam aktiva adalah potensi dari aktiva
tersebut untuk memberikan sumbangan, baik langsung maupun tidak langsung terhadap arus
kas atau setara kas pada perusahaan. Potensi tersebut dapat berbentuk suatu yang produktif
dan merupakan bagian dari aktivitas operasional perusahaan (Kardiman, 2006).

Pada dasarnya aktiva dapat

diklasifikasikan menjadi

dua

bagian utama

yaitu aktiva lancar dan aktiva tidak lancar (Kardiman, 2006).
1.

Aktiva lancar
Aktiva lancar adalah uang kas dalam aktiva lainnya yang dapat diharapkan untuk
dicairkan atau ditukarkan menjadi uang tunai, dijual, atau dikonsumen dalam periode
berikutnya (paling lama satu tahun atau dalam perputaran kegiatan perusahaan yang
normal). Bentuk – bentuk aktiva lancar :

a.

Kas, merupakan semua uang tunai dan surat berharga yang berfungsi sebagai uang tunai
yang disimpan di Bank dan setiap saat dapat diambil untuk digunakan.

b.

Efek (surat berharga), merupakan surat berharga berupa saham dan obligasi yang dapat
diperjual-belikan melalui bursa.

c.

Piutang usaha, adalah tagihan kepada pihak lain tanpa perjanjian tertulis yang
pelunasannya dalam jangka pendek (kurang dari satu tahun). Misalkan penjualan kredit.

d.

Wesel tagih, adalah tagihan kepada pihak lain yang disertai perjanjian tertulis, yang
pelunasannya dalam jangka pendek. Misalkan wesel dan menerima promes.

e.

Perlengkapan, merupakan barang yang dipergunakan untuk kegiatan perusahaan yang
habis terpakai dalam jangka waktu kurang dari satu tahun. Misalkan alat tulis, kertas, dan
perangko.

f.

Beban dibayar di muka, merupakan beban yang telah dikeluarkan, tetapi belim diterima
manfaatnya atau belum menjadi kewajiban. Misalnya sewa dibayar di muka dan bunga
dibayar di muka.

2.

Aktiva Tidak Lancar
Aktiva tidak lancar adalah aktiva yang dipergunakan dalam operasi perusahaan yang
mempunyai umur ekonomi lebih dari satu tahun atau yang sifatnya relatif tetap.
Yang termasuk aktiva tidak lancar adalah:

a.

Investasi jangka panjang, adalah investasi yang tidak dimaksudkan untuk dicairkan
menjadi uang atau kas dalam operasi perusahaan atau dalam waktu lebih dari satu tahun.

b.

Aktiva tetap, aktiva berwujud yang dipergunakan dalam operasi perusahaan yang
mempunyai umur ekonomi lebih dari satu tahun atau yang sifatnya relatif tetap. Misalkan
gedung, mesin – mesin kantor, tanah, dan kendaraan.
c.

Aktiva tetap tidak berwujud (intangible fixed
assets), aktiva yang berupa hak – hak istimewa atau
posisi yang menguntungkan perusahaan dalam

memperoleh pendapatan. Misalkan hak paten, hak
cipta, hak merk dan goodwill.
d.

Aktiva lain-lain, aktiva yang tidak dapat
dikelompokkan ke dalam kriteria di atas.

B. Pengertian Hutang
Hutang adalah semua kewajiban keuangan atau tugas perusahaan kepada pihak lain
yang

belum

terpenuhi,

dimana

hutang

ini

merupakan

sumber

dana atau modal

perusahaan yang berasal dari kreditur. Elemen – elemen hutang dapat diklasifikasikan
sebagai berikut :
1.

Hutang Lancar
Hutang lancar merupakan kewajiban – kewajiban yang harus dilunasi dalam jangka waktu
pendek atau tidak lebih dari satu tahun siklus operasi perusahaan (Kardiman, 2006). Yang
termasuk ke dalam hutang lancar :

a.

Hutang usaha, merupakan hutang jangka pendek yang tidak disertai perjanjian tertulis.
Seperti transaksi pembelian dengan kredit.

b.

Wesel bayar, adalah kewajiban jangka pendek yang disertai perjanjian tertulis. Seperti
mengakui wesel yang ditarik oleh pihak lain dan menyerahkan surat perjanjian untuk
membayar sejumlah uang tertentu kepada seseorang pada waktu tertentu.

c.

Pendapatan yang diterima di muka, yaitu pendapatan yang belum menjadi hak perusahaan
tetapi sudah diterima pembayarannya.

2.

Hutang Jangka Panjang
Kewajiban perusahaan untuk membayar kepada pihak lain dalam jangka waktu yang relatif
lama atau lebih dari satu tahun. Penentuan jangka waktu ini diukur sejak pembuatan tanggal
neraca (Kardiman, 2006). Yang termasuk dalam hutang jangka panjang antara lain :

a.

Surat Obligasi adalah surat bukti utang perusahaan kepada pemegang obligasi yang
pelunasannya lebih dari satu tahun dengan imbalan jasa berupa bunga.

b.

Utang hipotek adalah kewajiban jangka panjang yang disertai dengan jaminan aktiva tetap.

3.

Hutang-hutang lain, hutang yang tidak dapat dilaporkan dalam golongan hutang di atas.
Yang termasuk dalam hutang – hutang lain antara lain :

a.

Piutang wesel didiskontokan

b.

Sengketa hukum, pajak, dan beban – beban lain yang belum pasti

c.

Garansi – garansi yang diberikan

C. Modal
Modal hakekatnya merupakan hak pemilik perusahaan atas kekayaan perusahaan yang
ditunjukkan dalam pos modal (modal saham), surplus dan laba yang ditahan. Kelebihan nilai
aktiva yang dimiliki oleh perusahaan terhadap seluruh hutang – hutangnya dapat dikatakan
pula sebagai modal. Yang termasuk dalam modal antara lain :
a.

Laba tidak dibagi / laba ditahan, merupakan laba tahun – tahun yang tidak dibagi sebagai
deviden

b.

Modal penilaian kembali, merupakan selisih nilai buku lama dengan nilai buku yang baru

c.

Modal sumbangan

d.

Modal lain – lain, yaitu modal yang tidak dapat dimasukkan dalam salah satu kelompok di
atas.

b.

Laporan Laba Rugi ( Income Statement )
Laporan laba rugi yaitu alat untuk mengetahui kemajuan yang dicapai perusahaan dan
juga mengetahui berapakah hasil bersih atau yang didapat dalam satu periode. Menurut
Ikatan Akuntan Indonesia (2007) laporan laba rugi minimal mencakup pendapatan, laba atau
rugi usaha, beban pinjaman, bagian dari laba atau rugi perusahaan afiliasi dan asosiasi yang
diperlakukan menggunakan metode ekuitas, beban pajak, laba atau rugi dari aktivitas normal
perusahaan, pos luar biasa, dan laba rugi bersih untuk periode berjalan.
Tujuan dari laporan laba rugi yaitu untuk mengukur kemajuan perusahaan di dalam
menjalankan operasinya. Namun secara garis besarnya unsur – unsur laporan rugi – laba
dapat dikelompokkan sebagai berikut :

1.

Hasil penjualan
Hasil penjualan merupakan jumlah dari penjualan barang atau jasa untuk satu periode.

2.

Harga pokok penjualan
Harga pokok penjualan merupakan hasil dari persediaan awal barang dengan ditambah
dengan pembelian barang dagangan dan dikurangi persediaan akhir barang dagangan.

3.

Laba kotor penjualan
Laba kotor penjualan dapat diukur dengan cara menggunakan harga pokok penjualan
terhadap penjualan.

4.

Biaya operasi perusahaan
Biaya operasi perusahaan pada umumnya terdiri dari :

a.

Biaya penjualan
Biaya penjualan adalah biaya yang dibebankan sehubungan dengan penjualan barang. Yang
termasuk dalam biaya penjualan, diantaranya :

-

Biaya gaji pegawai

-

Komisi penjualan

-

Biaya advertising

-

Penyusutan peralatan

-

Biaya-biaya penjualan lainnya

b.

Biaya administrasi dan umum
Biaya administrasi ini, antara lain :

-

Gaji pegawai administrasi

-

Perlengkapan kantor

-

Biaya – biaya lain

5.

Laba bersih
Laba bersih adalah biaya operasi dikurangi dengan laba kotor.

6.

Pendapatan atau biaya-biaya di luar operasi
Contohnya: biaya bunga, biaya sewa, dan deviden.

c.

Laporan Perubahan Ekuitas
Laporan perubahan modal adalah Perubahan modal yang terjadi dalam suatu periode
tertentu atau daat dikatakan sebagai ringkasan suatu perusahaan selama periode tertentu..
Maka dapat diketahui bahwa laporan perubahan ekuitas memberikan informasi mengenai
tambahan atau pengurangan ekuitas selama periode tertentu dari periode sebelumnya.
Laporan ini disajikan untuk melengkapi laporan keuangan lainnya. Penambahan ekuitas
berasal dari investasi dan laba sedangkan pengurangan ekuitas biasanya karena kerugian atau
pengambilan pribadi (Kardiman, 2006).

2.2
2.2.1

Saham
Pengertian Saham
Saham adalah salah satu jenis surat berharga yang merupakan bukti kepemilikan atas
suatu perusahaan (emiten) atau perseroan terbatas. Emiten adalah perusahaan yang
membutuhkan dana melalui pasar modal. Saham berupa selembar kertas yang menyatakan
bahwa pemilik kertas adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan surat berharga tersebut.
Saham dikeluarkan oleh perusahaan yang telah go public yang kemudian dijual di pasar
modal dalam rangka penghimpunan dana untuk perluasan usaha perusahaan tersebut.

Pemodal atau investor yang menginvestasikan dananya dalam bentuk saham akan mendapat
manfaat finansial seperti deviden, capital gain, dan sebagainya. Hal tersebut karena investor
merupakan bagian dari perusahaan tersebut.
Husnan (2004) dalam bukunya “Dasar-Dasar Teori Portofolio dan Analisis
Sekuritas” mengemukakan pendapatnya tentang saham yakni secarik kertas yang
menunjukkan hak pemodal (yaitu pihak yang memiliki kertas tersebut) untuk memperoleh
bagian dari prospek atau kekayaan organisasi yang menerbitkan sekuritas tersebut dan
berbagai kondisi yang memungkinkan pemodal tersebut menjalankan haknya.
Seperti yang sudah dikatakan sebelumnya, bahwa saham merupakan bukti
kepemilikan. Martono et al., (2010) juga berpendapat sama, yaitu bahwa saham adalah surat
bukti atau tanda kepemilikan bagian modal pada suatu perusahaan. Saham merupakan salah
satu produk yang diperjualbelikan di pasar modal yang dapat didefinisikan sebagai tanda
penyertaan atau kepemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan atau perusahaan
terbatas yang berwujud berupa selembar kertas yang menerangkan siapa pemiliknya
(Hamzah, 2006).
Dari pernyataan diatas, jelas bahwa saham adalah bukti kepemilikan atas sebuah
perusahaan bagi investor yang menanamkan dananya di perusahaan tersebut. Maksudnya
adalah investor tersebut adalah bagian dari perusahaan yang berhak untuk mendapatkan
sebagian keuntungan atas saham yang ditanamkan seperti deviden, capital gain, dan
sebagainya. Meskipun demikian, investasi dalam bentuk saham memiliki tingkat risiko yang
cukup tinggi. Lastari (2004) berpendapat bahwa tingginya risiko dikarenakan sifat
komoditinya yang sangat peka terhadap perubahan yang terjadi, baik perubahan di luar negeri
ataupun di dalam negeri, perubahan di bidang politik, ekonomi dan moneter.
2.2.2

Jenis – Jenis Saham
Martono et al., (2010) menguraikan jenis saham menurut pengalihan dan manfaat
yang diperoleh para pemegang saham sebagai berikut :

a.

Jenis saham menurut pengalihannya

1.

Saham atas unjuk (Brearer Stock)
Saham atas unjuk sifatnya mirip dengan uang. Dalam sertifikat ini, dituliskan nama
pemiliknya. Dengan kepemilikan saham atas unjuk pemilik saham saat ini sangat mudah
untuk mengalihkan atau memindahkan sahamnya kepada orang lain. Di Indonesia hanya ada
satu – satunya perusahaan yang menerbitkan saham atas unjuk dengan nilai nominal yang
didaftarkan di bursa paralel.

2.

Saham atas nama (Registered Stock)

Berbeda dengan saham atas unjuk, saham atas nama ini dituliskan nama pemiliknya. Cara
pengalihan sahamnya adalah dengan dokumen peralihan dan kemudian nama pemiliknya
dicatat dalam buku perusahaan yang khusus mencatat daftar nama pemegang saham. Di
Indonesia semua perusahaan yang menerbitkan saham, merupakan saham atas nama.

b.

Jenis saham menurut manfaatnya

1.

Saham Biasa (Common Stock)
Saham biasa selalu ada dalam struktur modal saham. Wirasasmita et al., (2002) berpendapat
bahwa saham biasa adalah surat saham perseroan yang tidak mendapat prioritas atas jenis
saham lainnya dalam mendapatkan pembayaran deviden, dan menerima bagian sebagai
priortas terakhir dalam pembagian harta kekayaan perseroan itu apabila perseroan itu
dibubarkan atau dihentikan kegiatan usahanya. Pemegang saham biasa akan memperoleh
keuntungan dalam bentuk deviden apabila perusahaan memperoleh laba. Berikut ini adalah
beberapa karakteristik saham biasa :

a.

Saham biasa tidak menjanjikan pendapatan yang bersifat tetap dan pasti. Pendapatan saham
biasa dapat berasal dari penerimaan deviden dan selisih antara harga jual dengan harga beli
saham.

b.

Pemilik atau pemegang saham akan memiliki hak untuk ikut serta dalam Rapat Umum
Pemegang Saham (RUPS). Pemilik saham biasa adalah salah satu pemilik perusahaan, dia
memiliki hak suara untuk hal yang dibawa ke pertemuan tahunan perusahaan dan
memberikan hak suara bagi direktur perusahaan.

c.

Saham biasa tidak memiliki jatuh tempo tertentu, dengan demikian emiten tidak
mempunyai tanggung jawab untuk membayar kembali harga pembelian saham yang telah
diterbitkannya.

2.

Saham Preferen (Preferred Stock)
Saham preferen adalah jenis saham yang memberikan hak istimewa kepada pemiliknya,
saham preferen mempunyai sifat gabungan antara obligasi (bond) dan saham biasa.
Pemegang saham preferen diprioritaskan dalam klaim aktiva bersih dan dalam pembagian
keuntungan saham (deviden), hal tersebut yang membedakan antara saham preferen dengan
saham biasa. Atmaja (2002) menyebutkan beberapa karakteristik dari saham preferen
diantaranya sebagai berikut :

a.

Memiliki nilai nominal.

b.

Deviden besarnya tetap, merupakan persentasi dari nilai nominal.

c.

Hak deviden kumulatif, artinya hak kepada pemegang saham preferen untuk menerima
deviden tahun-tahun sebelumnya yang belum dibayarkan sebelum pemegang saham biasa
menerima devidennya.

d.

Tidak memiliki hak suara dan hak jatuh tempo.

c.

Jenis Saham berdasarkan kinerja perdagangan

1.

Saham unggulan (blue-chip stock), yaitu saham biasa dari perusahaan yang memiliki
reputasi tinggi, sebagai pemimpin (leader) di industri sejenis, memiliki pendapatan yang
stabil dan konsisten dalam membayar deviden.

2.

Saham pendapatan (incoming stock), yaitu saham dari suatu emiten yang memiliki
kemampuan membayar deviden lebih tinggi dari rata – rata deviden yang dibayarkan pada
tahun sebelumnya.

3.

Saham pertumbuhan (growthstock-well-know), yaitu saham dari emiten yang memiliki
pertumbuhan pendapatan yang tinggi, sebagai pemimpin di industri sejenis yang mempunyai
reputasi tinggi.

4.

Saham spekulatif (speculative stock), yaitu saham suatu perusahaan yang tidak biasa secara
konsisten memperoleh penghasilan dari tahun ke tahun, tetapi memiliki kemungkinan
penghasilan yang tinggi di masa yang akan datang.

5.

Saham siklikal (cyclical stock), yaitu saham yang tidak terpengaruh oleh kondisi ekonomi
makro maupun situasi bisnis secara umum.

2.2.3

Harga Saham
Harga dari suatu saham pada dasarnya dipengaruhi oleh permintaan dan penawaran
saham tersebut. Jika permintaan saham meningkat, maka harganya akan meningkat,
sebaliknya jika permintaan menurun maka harga saham akan menurun. Harga pasar dari
saham ditentukan oleh nilai buku saham tersebut. Nilai buku mencerminkan nilai kekayaan
bersih ekonomis yang dimiliki perusahaan dan merupakan cerminan nilai perusahaan. Halim
(2005) mendefinisikan nilai buku perlembar saham biasa adalah nilai kekayaan bersih
ekonomis dibagi dengan jumlah lembar saham biasa yang beredar sedangkan kekayaan bersih
ekonomis adalah selisih total aktiva dengan total kewajiban. Adapun harga pasar adalah harga
yang terbentuk di pasar jual beli saham. Harga perolehan yaitu harga dimana kita mendapatan
saham tersebut dan dapat dipergunakan manfaatnya.
Menurut Subiyantoro (2003) untuk melakukan penilaian harga saham diperlukan data
operasional perusahaan seperti laporan keuangan yang telah diaudit, performance perusahaan
dimasa yang akan datang dan kondisi ekonomi. Analisa terhadap nilai saham merupakan

langkah mendasar yang harus dilakukan oleh investor sebelum melakukan investasi. Analisis
saham merupakan salah satu dari sekian tahap dalam proses investasi yang berarti melakukan
analisis terhadap individual atau sekelompok sekuritas. Analisis yang sering digunakan untuk
menilai suatu saham yaitu analisis fundamental dan analisis teknikal.
1.

Analisis fundamental atau analisis perusahaan yaitu menentukan harga saham dengan
menggunakan data dari keuangan perusahaan seperti laba, deviden yang dibayar, penjualan,
pertumbuhan, dan prospek serta kondisi perusahaan. Sebagaimana menurut Lastari (2004),
analisis fundamental dilakukan oleh investor menggunakan data keuangan perusahaan untuk
menghitung nilai intrinsik saham, oleh karena itu laporan keuangan merupakan informasi
yang sangat penting karena menggambarkan aspek fundamental yang bersifat kuantitatif.
Analisis fundamental merupakan analisis yang berbasis pada berbagai data rill untuk
mengevaluasi atau memproyeksi nilai suatu saham. Beberapa data atau indikator yang umum
digunakan adalah pendapatan, laba, pertumbuhan penjualan, imbalan hasil atau pengembalian
atas ekuitas (return of equity), margin laba (profit margin) dan data-data keuangan lain
sebagai sarana untuk menilai kinerja perusahaan dan potensi pertumbuhan perusahaan dimasa
mendatang.

2.

Analisis teknikal menentukan harga saham dengan menggunakan data pasar dari saham
seperti harga saham, volume transaksi saham, dan index pasar. Analisis ini dimulai dengan
memperhatikan perubahan harga saham itu sendiri dari waktu ke waktu, analisis ini
beranggapan bahwa harga suatu saham akan ditentukan oleh penawaran dan permintaan
terhadap saham tersebut (Halim, 2005). Menurut (Tjipto dan Hendi, 2006) analisis teknikal
ini merupakan salah satu metode yang digunakan untuk menilai saham, dimana dengan
metode ini para analisis melakukan evaluasi saham berbasis pada data-data statistic yang
dihasilkan dari aktivitas perdagangan saham, seperti harga saham dan volume transaksi.
Dengan berbagai grafik yang ada serta pola-pola grafik yang terbentuk, analisis teknikal
mencoba memprediksi arah pergerakan harga saham kedepan.

2.2.4

Perubahan Harga Saham
Perubahan harga saham dipengaruhi oleh kekuatan permintaan dan penawaran yang
terjadi di pasar sekunder. Semakin banyak investor yang ingin membeli atau menyimpan
suatu saham, maka harganya akan semakin naik, begitu sebaliknya. Harga saham merupakan
nilai suatu saham yang mencerminkan kekayaan perusahaan yang mengeluarkan saham
tersebut (Sri Mulyono, 2006).

Dalam investasi ada pula resiko dari pemegang saham adalah menurunnya harga
saham, hal ini dapat diatasi dengan cara menahan saham tersebut sampai keadaan pasar
membaik. Pedomannya adalah :
1.

Apabila nilai intristik (NI) saham > harga saham, disebut undervalue (harga saham terlalu
rendah), artinya saham layak dibeli atau dipertahankan.

2.

Apabila nilai intristik (NI) saham < harga saham, disebut overvalue (harga saham terlalu
tinggi), artinya saham layak dijual atau dilepas.

3.

Apabila nilai intristik (NI) saham = harga saham, disebut faif-value, artinya harga saham
dinilai wajar atau dalam kondisi seimbang.
Faktor-faktor yang mempengaruhi harga saham adalah :

1.

Laba per lembar saham (Earning per Share / EPS)
Seorang investor yang melakukan investasi pada sebuah perusahaan akan menerima laba atas
saham yang dimilikinya, semakin tinggi laba per lembar saham (EPS) yang diberikan,
perusahaan akan memberikan pengembalian yang cukup baik. Hal ini mendorong investor
melakukan investasi yang lebih besar sehingga harga saham perusahaan meningkat.

2.

Tingkat Bunga
Tingkat bunga dapat mempengaruhi harga saham dengan cara :

 Mempengaruhi persaingan di pasar modal antara saham dan obligasi, apabila suku bunga naik
maka investor akan menjual sahamnya untuk ditukar dengan obligasi. Hal ini akan
menurunkan harga saham, hal ini juga akan terjadi apabila suku bunga mengalami penurunan.
 Mempengaruhi laba perusahaan. Hal ini terjadi karena bunga adalah biaya, semakin tinggi
suku bunga maka semakin rendah laba perusahaan. Suku bunga juga mempengaruhi kegiatan
ekonomi yang juga akan mempengaruhi laba perusahaan.
3.

Jumlah kas Deviden yang diberikan.
Kebijakan pembagian deviden dibagi dua, yaitu sebagian dibagikan dalam bentuk deviden
dan sebagian disisihkan sebagai laba ditahan. Peningkatan pembagian deviden merupakan
salah satu cara untuk meningkatkan kepercayaan diri pemegang saham karena jumlah kas
deviden yang besar adalah yang diinginkan oleh investor sehingga harga saham naik.

4.

Jumlah laba yang diperoleh perusahaan
Pada umumnya investor melakukan investasi pada perusahaan yang mempunyai profit yang
cukup baik karena memajukan prospek yang cerah sehingga investor tertarik untuk
melakukan investasi yang akan mempengaruhi harga saham perusahaan.

5.

Tingkat resiko dan pengembalian

Jika tingkat resiko dan proyeksi laba yang diharapkan perusahaan meningkat, maka akan
berpengaruh terhadap harga saham perusahaan. Semakin tinggi resiko maka semakin tinggi
pula tingkat pengembalian saham yang diterima.
2.3

Analisa Rasio Keuangan

2.3.1

Pengertian Rasio Keuangan
Rasio Keuangan merupakan alat analisis keuangan perusahaan untuk menilai kinerja
suatu perusahaan berdasarkan perbandingan data keuangan yang terdapat pada pos laporan
keuangan (neraca, laporan laba/rugi, laporan aliran kas). Rasio menggambarkan suatu
hubungan atau perimbangan (mathematical relationship) antara suatu jumlah tertentu dengan
jumlah yang lain.
Analisis rasio dapat digunakan untuk membimbing investor dan kreditor untuk
membuat keputusan atau pertimbangan tentang pencapaian perusahaan dan prospek di masa
datang. Salah satu cara pemrosesan dan penginterpretasian informasi akuntansi, yang
dinyatakan dalam artian relatif maupun absolut untuk menjelaskan hubungan tertentu antara
angka yang satu dengan angka yang lain dari suatu laporan keuangan.
Analisis rasio keuangan menggunakan data laporan keuangan yang telah ada sebagai
dasar penilaiannya. Meskipun didasarkan pada data dan kondisi masa lalu, analisis rasio
keuangan dimaksudkan untuk menilai risiko dan peluang di masa yang akan datang.
Pengukuran dan hubungan satu pos dengan pos lain dalam laporan keuangan yang tampak
dalam rasio-rasio keuangan dapat memberikan kesimpulan yang berarti dalam penentuan
tingkat kesehatan keuangan suatu perusahaan.

2.3.2

Jenis – Jenis Rasio Keuangan
Berdasarkan sumber datanya, dari mana rasio itu dibuat, (Djarwanto,1984) membagi
rasio menjadi 3 macam, yaitu :

1.

Rasio-rasio neraca, yaitu rasio-rasio yang disusun dari data yang berasal dari neraca,
misalnya : rasio lancar (current ratio), rasio cepat (quick ratio), rasio modal sendiri dengan
total aktiva, dan sebagainya.

2.

Rasio laporan laba rugi, yaitu rasio yang disusun dari data yang berasal dari laporan
perhitungan laba rugi, misalnya : Net Profit Margin (NPM), Profit On Sales, dan sebagainya.

3.

Rasio-rasio antar laporan, yaitu rasio-rasio yang disusun dari data yang berasal dari neraca
dan laporan laba rugi, misalnya : Return On Investment (ROI), Return On Equity (ROE), dan
sebagainya.
Dalam menganalisis dan menilai posisi keuangan dan potensi atas kemajuan
perusahaan, faktor yang paling penting untuk diketahui oleh yang berkepentingan yaitu :

1.

Rasio Likuiditas (Liquidity Ratio), bertujuan mengukur kemampuan suatu perusahaan
untuk memenuhi kewajiban keuangannya yang harus segera dipenuhi atau saat ditagih.
Perusahaan yang mampu untuk memenuhi kewajibannya disebut likuid, tapi jika perusahaan
tidak dapat memenuhi kewajibannya disebut ilikuid (Hendra S.Raharjaputra, 2009)
Rasio likuiditas terdiri dari :

a.

Current Ratio
Current rasio menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi utang atau kewajiban
jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva lancar yang dimilikinya.
Rumus :
Current Ratio =

b.

x 100%

Cash Ratio
Cash ratio menunjukkan kemampuan perusahaan untuk membayar utang jangka pendek
dengan kas dan surat berharga yang dapat segera diuangkan. Dalam cash ratio tidak terdapat
standar likuiditas karena penilaiannya tergantung pada kebijakan manajemen.
Rumus :
Cash Ratio=

c.

x 100%

Quick Ratio
Quick ratio merupakan rasio antara aktiva lancar sesudah dikurangi persediaan dibagi dengan
hutang lancar. Rasio ini menunjukkan besarnya alat likuid yang paling cepat bisa digunakan
untuk melunasi hutang lancar. Karena rasio ini guna mengukur kemampuan perusahaan untuk
memenuhi kewajibannya dengan mengurangkan persediaan yang dianggap kurang likuid
karena membutuhkan proses yang cukup panjang. Persediaan dianggap aktiva lancar yang
paling tidak lancar karena untuk menjadi uang tunai (kas) memerlukan dua langkah, yakni
menjadi piutang terlebih dahulu sebelum menjadi kas.
Rumus :

Quick Ratio=

2.

x 100%

Rasio Solvabilitas
Rasio solvabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban
keuangannya apabila perusahaan tersebut dilikuidasikan, baik kewajiban jangka pendek
maupun jangka panjang. Suatu perusahaan dikatakan “solvabel” apabila perusahaan tersebut
mempunyai aktiva atau kekayaan yang cukup untuk membayar semua hutang – hutangnya,
sebaliknya apabila jumlah aktiva tidak cukup untuk memenuhi hutangnya maka perusahaan
tersebut dikatakan “insolvable”. Suatu perusahaan yang solvabel belum tentu likuid dan
sebuah perusahaan yang insovabel belum tentu ilikuid. Dari definisi di atas dapat
disimpulkan bahwa solvabilitas merupakan suatu alat untuk menunjukkan kemampuan suatu
perusahaan untuk memenuhi segala kewajiban finansialnya, baik itu kewajiban jangka
pendek, maupun kewajiban jangka panjang, walaupun sekiranya perusahaan tersebut akan
dilikuidasi.
Dalam hubungan antara likuiditas dan solvabilitas ada empat kemungkinan yang dapat
dialami oleh perusahaan, yaitu :

a.

Perusahaan yang likuid tetapi insolvabel

b.

Perusahaan yang likuid dan solvabel

c.

Perusahaan yang solvabel tetapi ilikuid

d.

Perusahaan yang insolvabel dan ilikuid
Tingkat solvabilitas diukur dengan beberapa rasio, yaitu :

a.

Debt to Asset Ratio
Debt to Asset Ratio digunakan untuk mengukur jumlah persentase dari jumlah dana yang
diberikan oleh kreditur berupa utang terhadap jumlah asset perusahaan.
Rumus :
Debt to Asset Ratio =

b.

Debt to Equity Ratio

x 100%

Debt to Equity Ratio digunakan untuk mengukur jumlah utang atau dana dari luar perusahaan
terhadap modal sendiri.
Rumus :
Debt to Equity Ratio=

x 100%

Makin kecil prosentase ratio ini berarti makin cepat perusahaan menjadi insolvabel. Tingkat
solvabilitas dapat dipertinggi hanya dengan jalan penambahan modal sendiri dengan alternatif
sebagai berikut :
1. Menambah aktiva

tanpa menambah utang

atau menambah aktiva

relatif lebih

besar daripada bertambahannya hutang.
2. Mengurangi hutang tanpa mengurangi aktiva atau
mengurangi hutang relatif besar daripada berkurangnya aktiva.
c. Time Interest Earning
Time Interest Earning digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi
kewajiban membayar beban bunga dengan menggunakan laba operasi perusahaan (EBIT).
TIE = Laba Operasi
Beban Bunga
3. Rasio Profitabilitas
Rasio profitabilitas digunakan untuk mengukur kemampuan para eksekutif perusahaan dalam
menciptakan tingkat keuntungan yang baik dalam bentuk laba perusahaan maupun nilai
ekonomis atas penjualan, asset bersih perusahaan maupun modal sendiri.(Hendra S.
Raharjaputra, 2009). Rasio ini digunakan untuk mengetahui hasil akhir yang telah dicapai
dari berbagai kebijakan dan keputusan yang telah diambil perusahaan dan dilakukan
penilaian serta proyeksi terhadap perkembangan perusahaan.
Tingkat rasio profitabilitas dapat diukur dengan beberapa ratio, yaitu :
a.

Net Profit Margin
Net Profit Margin digunakan untuk menunjukkan kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan keuntungan bersih setelah dipotong pajak. Menurut Bastian dan Suhardjono
(2006;299) Net Profit Margin adalah perbandingan antara laba bersih dengan penjualan.
Semakin besar net profit marginnya, maka kinerja perusahaan akan semakin produktif.
Sehingga akan meningkatkan kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya pada
perusahaan tersebut. Rasio ini menunjukkan berapa besarnya persentase laba bersih yang
diperoleh dari setiap penjualan. Semakin besar rasio NPM nya, maka dianggap semakin baik

kemampuan perusahaan untuk mendapatkan laba yang tinggi. Hubungan antara laba bersih
sesudah pajak dan penjualan bersih menunjukkan kemampuan manajemen dalam
mengemudikan perusahaan secara cukup berhasil untuk menyisakan margin tertentu sebagai
kompensasi yang wajar bagi pemilik yang telah menyediakan modalnya untuk suatu resiko.
Hasil dari perhitungan mencerminkan keuntungan netto per rupiah penjualan. Para investor
pasar modal perlu mengetahui kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba. Dengan
mengetahui hal tersebut investor dapat menilai apakah perusahaan itu profitable atau tidak.
Rumus :
Net Profit Margin = laba bersih setelah pajak x 100%
Penjualan

b.

Return on Asset
Return on Asset digunakan untuk mengukur pengembalian suatu aktiva dengan cara
mengukur efisiensi perusahaan dalam memanfatkan seluruh sumber dananya, yang kadangkadang disebut dengan hasil pengembalian atas investasi atau return on investment. Return
On Assets menunjukkan seberapa banyak laba bersih yang bisa diperoleh dari seluruh
kekayaan yang dimiliki perusahaan, karena itu dipergunakan angka laba setelah pajak dan
rata-rata kekayaan perusahaan.
Rumus :
Return on Asset = laba bersih setelah pajak x 100%
Total aktiva

c.

Rate of Return
Rate of Return digunakan untuk membandingkan antara keuntungan netto sesudah pajak
dengan jumlah modal sendiri untuk mengetahui kemampuan dari modal sendiri untuk
menghasilkan keuntungan bagi pemegang saham.
Rumus :
Rate of Return =

2.4
2.4.1

Alat Analisis Statistik
SPSS

x 100%

Teknologi sekarang sudah canggih, sehingga sekarang ini dalam mengolah data
statistik cenderung diselesaikan dengan komputer melalui program-program statistik.
Keberadaan program statistik semacam itu memberikan banyak manfaat dan keuntungan buat
para peneliti, seperti pengerjaaan yang lebih singkat, akurasi hasil perhitungan yang tinggi
dan sebagainya. Salah satu program untuk pengolahan data adalah SPSS. Sampai saat ini
SPSS merupakan program statistik yang paling populer dan paling banyak dipakai di seluruh
dunia. Para peneliti menggunakannya untuk berbagai keperluan seperti riset pasar maupun
untuk menyelesaikan tugas penelitian seperti skripsi, tesis, disertasi, dan sebagainya.
SPSS pertama kali dibuat pada tahun 1968 oleh tiga orang mahasiswa dari
Stanford University. Awalnya, SPSS merupakan kependekan dari Statistical Package for the
Sosial Sciences karena program ini mula-mula dipakai untuk meneliti ilmu-ilmu sosial.
Namun, seiring perkembangannya dari waktu ke waktu SPSS penggunaannya semakin luas
untuk bidang ilmu seperti bisnis, pertanian, industri, ekonomi, psikologi dan lain-lain
sehingga sampai sekarang kepanjangan SPSS adalah Statistical Product and Service Solution
(Duwi Priyatno, 2008). Dalam penelitian saya SPSS sangat berguna sekali.
Namun sebelum dilakukan Uji Regresi linear berganda tersebut harus dilakukan uji
normalitas kemudian dilanjutkan kedalam uji asumsi klasik yang terdiri dari autokorelasi,
mulitkolinieritas, dan heteroskedastisitas. Uji asumsi klasik bertujuan agar nilai parameter
penduga tidak biasa. Model regresi yang baik dalam melakukan peramalan adalah model
dengan kesalahan peramalan yang seminimal mungkin.
a.

Uji Normalitas Data
Uji normalitas dimaksudkan untuk memperlihatkan bahwa sampel diambil
dari populasi yang terdistribusi normal. Uji normalitas bertujuan untuk
menguji apakah dalam model regresi, variabel terikat dan variabel bebas
keduanya memiliki distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik
adalah

memiliki

distribusi

normal

atau

mendekati

normal.

Dalam

penelitian ini normalitas data diuji dengan menggunakan uji kolmogorovSmirnov test. Pengambilan kesimpulan bahwa data terdistribusi secara
normal dapat diketahui dengan melihat signifikansi yang lebih besar dari
0,05.

Dari

tabel One-Sample

Kolmogorov-Smirnov

Test diperoleh

angka

probabilitas.
 Nilai Sig. Atau signifikansi atau nilai probabilitas < 0.05 distribusi data adalah tidak normal
 Nilai Sig. Atau signifikansi atau nilai probabilitas ≥ 0.05 distribusi data adalah normal
b.

Uji Asumsi Klasik

1)

Uji Autokorelasi
Autokorelasi adalah korelasi yang terjadi diantara anggota observasi yang
terletak berderetan. Uji autokorelasi bertujuan untuk mengetahui ada atau
tidaknya korelasi yang terjadi antara residual pada satu pengamatan
dengan pengamatan yang lain pada model regresi. Jika terjadi korelasi,
maka dinamakan ada problemautokorelasi. Autokorelasi muncul karena
observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lain.
Masalah ini timbul karena residual (kesalahan pengganggu) tidak bebas
dari satu observasi ke observasi lainnya. Hal ini sering ditemukan pada
data runtut waktu (time series) karena ‘gangguan’ pada individu atau
kelompok cenderung mempengaruhi ‘gangguan’ individu atau kelompok
yang sama pada periode berikutnya. Model regresi yang baik adalah
regresi yang bebas dari autokorelasi (Ghozali, 2009). Untuk mendeteksi
auto korelasi dapat dilakukan dengan uji Durbin Watson (DW) dengan
ketentuan sebagai berikut :

a.

1.65 < DW < 2.35 maka tidak ada autokorelasi

b.

1.21 < DW < 1.65 atau 2.35 < DW < 2.79 maka tidak dapat disimpulkan

c.

DW < 1.21 atau DW > 2.79 maka terjadi autokorelasi

2)

Uji Multikolinieritas
Menurut Ghozali (2005, hal 91), uji multikolinieritas bertujuan untuk
menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi atas variabel
bebas

(independen).

Model

regresi

yang

baik

seharusnya

bebas

multikolinieritas atau tidak terjadi korelasi diantara variabel independen.
Uji Multikolinieritas dapat dilihat dari :

a.

Nilai Tolerance harus lebih besar dari 0,1 atau;

b.

Nilai Variance Infaltion Factor (VIF) lebih kecil dari 10

3)

Uji Heteroskedastisitas
Dengan melihat grafik plot antara nilai variabel terikat dengan residual.
Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu
yang teratur (bergelombang, melebar, kemudian menyempit), maka
mengidentifikasi telah terjadi heteroskedastisitas. Jika tidak ada pola yang
jelas, serta titik-titik menyebar diatas dan dibawah angka nol pada sumbu
Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas

c.

Analisis Regresi Linier Berganda
Regresi bertujuan untuk menguji hubungan antara satu variabel dengan
variabel lain. Varibel yang dipengaruhi disebut variabel tergantung atau
dependen, sedangkan variabel yang mempengaruhi disebut variabel
bebas atau variabel independen.
Y = α + β 1 X1 + β2 X2 + β 3 X3+ ℮
Di mana :

d.

Y

= Harga saham (variabel dependen)

α

= Konstanta

X1

= Rasio Likuiditas

X2

= Rasio Solvabilitas

X3

= Rasio profitabilitas

e

= Standar Erorr
Uji Simultan dengan F-test

Uji simultan dengan F-test ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
bersama – sama variabel independen terhadap variabel dependen. Hasil
F-test

menunjukkan

variabel

independen

secara

bersama



sama

berpengaruh terhadap variabel dependen jika p-value (pada kolom sig.)
lebih kecil dari level of significant yang ditentukan atau F hitung (pada

kolom F) lebih besar dari F tabel. F tabel dihitung dengan cara df1 = k1dan df2 = n – k, k adalah jumlah variabel dependen dan independen.
e.

Uji Parsial dengan t-test
T-test ini bertujuan untuk mengetahui besarnya pengaruh masing –
masing variabel independen secara individual (parsial) terhaddap variabel
independen. Nilai uji t-test dapat dilihat dari p-value (pada kolom sig.)
pada variabel masing – masing independen, jika p-value (pada kolom sig.)
lebih kecil dari level of significant yang ditentukan atau t hitung ( kolom t)
lebih besar dari t tabel (dihitung dari two-tailed α = 5% df – k, k
merupakan jumlah variabel independen)

2.5

Kajian Penelitian Sejenis
Dalam penelitian ini, penulis memilih topik atau judul yang sama dari beberapa
penulis di bawah ini :
1.

Judul

Nama
: Pengaruh

: Yolanda (21207200)
Earning

Per

Share

(EPS), Dividen

Payout

Ratio

(DPR),Return

On

Investment (ROI), dan Return On Equity (ROE) terhadap harga saham PT. GUDANG
GARAM, Tbk. TAHUN 2002-2010

Abstrak

:
Investasi dalam bentuk saham merupakan bentuk investasi yang paling banyak
diminati investor meski pun mempunyai resiko yang cukup tinggi. Oleh karena itu sebelum
melakukan investasi saham, investor harus memperhatikan apakah investasi tersebut
sebanding dengan tingkat resiko yang dihadapi. Cara yang paling sederhana adalah melalui
harga saham. Harga saham tidak dapat diprediksi besarnya. Karena hal tersebut, investor
perlu memiliki informasi berkaitan dengan dinamika harga saham untuk menentukan
keputusan mengenai saham perusahaan yang layak untuk dijadikan tempat berinvestasi
sehingga investor dapat memastikan bahwa investasi dalam bentuk saham dapat memberikan
tingkat pengembalian yang optimum.

Penelitian ini bertujuan menilai pengaruh dari beberapa variabel independen
yang dipilih penulis yaitu EPS, DPR, ROI, dan ROE terhadap harga saham PT GUDANG
GARAM, Tbk. tahun 2002-2010.
Dengan menggunakan alat analisis regresi linier berganda didapatkan hasil bahwa
variabel-variabel independen tersebut secara serentak berpengaruh terhadap harga saham PT
GUDANG GARAM, Tbk, sedangkan secara parsial EPS adalah variabel yang paling
berpengaruh signifikan terhadap harga saham PT GUDANG GARAM, Tbk.
2.

udul

Nama

: Harti Oktarina, 20208572

: Pengaruh Return On Asset (ROA), Net Profit Margin (NPM) dan Earning Per Share (EPS)
Terhadap Harga Saham Pada PT. INDOFOOD SUKSES MAKMUR TBK

Abstrak

:
Setiap

perusahaan

selalu

membutuhkan

dana

dalam

membiayai

kegiatan

operasionalnya, dana tersebut dapat diperoleh dari beberapa sumber. Untuk perusahaan yang
sudah go public dalam upaya menambah dana kegiatan operasionalnya dapat diperoleh
melalui penjualan saham kepada para investor. Calon investor harus mengetahui kinerja serta
prospek

perusahaan

yang

menjual

surat

berharganya.

Pada

dasarnya

investor

mengukur kinerja perusahaan berdasarkan kemampuan perusahaan dalam mengelola sumber
daya

yang

dimiliki

untuk