MAKALAH ETOS KERJA PADA BISNIS KONSTRUKS

Matakuliah

: EP & MSDM

SKS

:1

Dosen Pengampu

: Edi Usman

Kelas

: SI-4C

Semester

: B. 2017/2018

Kelompok


: 1*)

MAKALAH ETOS KERJA PADA BISNIS KONSTRUKSI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dunia bisnis konstruksi berkembang dengan pesat dan meluas menjadi
bisnis yang mempunyai peranan penting dalam keberhasilan pembangunan
nasional. Berbagai fasilitas umum maupun sosial di berbagai daerah seluruh
Indonesia tengah dibangun, guna memenuhi kebutuhan masyarakat akan sarana
dan prasarana dalam konteks ingin menumbuhkembangkan perekonomian
nasional. Namun ada ironi di tengah maraknya pembangunan terkait dengan dunia
konstruksi,

yang

seharusnya

mengutamakan


kualitas,

keamanan

dan

kenyamanan, masih ada kerjasama antara birokrasi pemilik (owner) dengan
stakeholder (kontraktor) yang mengakibatkan produk konstruksi tidak sesuai
dengan spesifikasi teknis sehingga tidak memenuhi standar dan tidak berkualitas.
Indikasi umum yang terlihat adalah adanya konflik kepentingan dari masingmasing pihak. Disatu sisi, penyedia jasa konstruksi dalam pelaksanaan kegiatan
konstruksinya berusaha untuk mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya,
disisi lain pemilik modal juga berusaha untuk mendapatkan kualitas dan mutu yang
lebih baik dari apa yang telah mereka bayar. Selain itu, kurangnya penerapan etika
dan profesionalisme serta transparansi dalam proses dan biaya tender, lemahnya
kualitas dokumen tender dan hal terkait lainnya juga berdampak langsung
terhadap pelanggaran etika bisnis konstruksi. Karena banyak sekali berbagai

macam penyimpangan atau pelanggaran yang dilakukan oleh profesional
konstruksi yang dapat merugikan konsumen seperti kolusi, penipuan serta mutu

produk konstruksi yang tidak memenuhi standar, sehingga sebagian besar
konsumen merasa tidak puas dengan hasil kinerja para profesional konstruksi.
Hal ini mendorong beberapa peneliti dan organisasi konstruksi di dunia untuk
melakukan survey. Sehingga dari hasil survey tersebut dibuat beberapa peraturan/
kode etik untuk mengurangi keluhan ketidak puasan konsumen terhadap hasil
produk konstruksi yang

merupakan industri yang hasil produksinya digunakan

oleh banyak orang. Dimana industri konstruksi sangat berhubungan dengan
kepuasan dan keselamatan banyak orang.
B. Pengertian
Konstruksi

merupakan

suatu

kegiatan


membangun

sarana

maupun

prasarana. Dalam sebuah bidang arsitektur atau teknik sipil, sebuah konstruksi
juga dikenal sebagai bangunan atau satuan infrastruktur pada sebuah area atau
pada beberapa area. Walaupun kegiatan konstruksi dikenal sebagai satu
pekerjaan, tetapi dalam kenyataannya konstruksi merupakan satuan kegiatan
yang terdiri dari beberapa pekerjaan lain yang berbeda.
Istilah etika berasal dari bahasa Yunani Kuno, yaitu etos yang dalam bentuk
tunggal mempunyai banyak arti: tempat tinggal yang biasa, padang rumput,
kandang, kebiasaan,adat ; akhlak, watak, perasaan, sikap, atau cara berpikir.
Dalam bentuk jamak, ta etha mempunyai arti „ ‟adat kebiasaan ‟‟. Arti terakhir ini
menjadi latar belakang terbentuknya istilah etika yang oleh Aristoteles (384-322
SM) sudah dipakai untuk menunjuk filsafat moral (Bertens, 1993:4).
BAB II
PERMASALAHAN


A. Rumusan masalah

Dalam makalah ini akan dibahas mengenai berbagai macam pelanggaran etika
profesi berdasarkan hasil survey yang dilakukan beberapa organ yang dilakukan.
B. Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini antara lain :
1.

Menjelaskan pengertian kode etik dalam bekerja.

2.

Menjelaskan alasan dibuatnya kode etik profesi dalam industri konstruksi
BAB III
PEMBAHASAN

A. Pengertian Konstruksi
Konstruksi

merupakan


suatu

kegiatan

membangun

sarana

maupun

prasarana. Dalam sebuah bidang arsitektur atau teknik sipil, sebuah konstruksi
juga dikenal sebagai bangunan atau satuan infrastruktur pada sebuah area atau
pada beberapa area. Walaupun kegiatan konstruksi dikenal sebagai satu
pekerjaan, tetapi dalam kenyataannya konstruksi merupakan satuan kegiatan yang
terdiri dari beberapa pekerjaan lain yang berbeda. Pada umumnya kegiatan
konstruksi diawasi oleh manajer proyek, insinyur disain, atau arsitek proyek.
Orang-orang ini bekerja di dalam kantor, sedangkan pengawasan lapangan
biasanya diserahkan kepada mandor proyek yang mengawasi buruh bangunan,
tukang kayu, dan ahli bangunan lainnya untuk menyelesaikan fisik sebuah

konstruksi. Dalam melakukan suatu konstruksi biasanya dilakukan sebuah
perencanaan terpadu. Hal ini terkait dengan metode penentuan besarnya biaya
yang diperlukan, rancang-bangun, dan efek lain yang akan terjadi saat pekerjaan
konstruksi dilakukan.
Sebuah jadwal perencanaan yang baik akan menentukan suksesnya sebuah
pembangunan terkait dengan pendanaan, dampak lingkungan, keamanan

lingkungan konstruksi, ketersediaan material bangunan, logistik, ketidak-nyamanan
publik terkait dengan adanya penundaan pekerjaan konstruksi, persiapan
dokumen dan tender, dan lain sebagainya.
B. Etika
Menurut para ahli maka etika tidak lain adalah aturan prilaku, adat kebiasaan
manusia dalam pergaulan antara sesamanya dan menegaskan mana yang benar
dan mana yang buruk. Perkataan etika atau lazim juga disebut etik, berasal dari
kata Yunani ETHOS yang berarti norma-norma, nilai-nilai, kaidah-kaidah dan
ukuran-ukuran bagi tingkah laku manusia yang baik.
Etika dalam perkembangannya sangat mempengaruhi kehidupan manusia.
Etika member manusia orientasi bagaimana ia menjalani hidupnya melalui
rangkaian tindakan sehari-hari. Itu berarti etika membantu manusia untuk
mengambil sikap dan bertindak secara tepat dalam menjalani hidup ini. Etika pada

akhirnya membantu kita untuk mengambil keputusan tentang tindakan apa yang
perlu kita lakukan dan yang pelru kita pahami bersama bahwa etika ini dapat
diterapkan dalam segala aspek atau sisi kehidupan kita, dengan demikian etika ini
dapatdibagi menjadi beberapa bagian sesuai dengan aspek atau sisi kehidupan
manusianya.
Ada dua macam etika yang harus kita pahami bersama dalam menentukan
baik dan buruknya prilaku manusia :
1. Etika Deskriptif, yaitu etika yang berusaha meneropong secara kritis dan
rasional sikap dan prilaku manusia dan apa yang dikejar oleh manusia dalam
hidup ini sebagai sesuatu yang bernilai. Etika deskriptif memberikan fakta
sebagai dasar untuk mengambil keputusan tentang prilaku atau sikap yang
mau diambil;
2. Etika Normatif, yaitu etika yang berusaha menetapkan berbagai sikap dan pola
prilaku ideal yang seharusnya dimiliki oleh manusia dalam hidup ini sebagai

sesuatu yang bernilai. Etika normatif memberi penilaian sekaligus memberi
norma sebagai dasar dan kerangka tindakan yang akan diputuskan.
Etika secara umum dapat dibagi menjadi :
1. Etika Umum, berbicara mengenai kondisi-kondisi dasar bagaimana manusia
bertindak secara etis, bagaimana manusia mengambil keputusan etis, teoriteori etika dan prinsip-prinsip moral dasar yang menjadi pegangan bagi

manusia dalam bertindak serta tolak ukur dalam menilai baik atau buruknya
suatu tindakan. Etika umum dapat di analogkan dengan ilmu pengetahuan,
yang membahas mengenai pengertian umum dan teori-teori;
2. Etika Khusus, merupakan penerapan prinsip-prinsip moral dasar dalam bidang
kehidupan yang khusus. Penerapan ini bisa berwujud : Bagaimana saya
mengambil keputusan dan bertindak dalam bidang kehidupan dan kegiatan
khusus yang saya lakukan, yang didasari oleh cara, teori dan prinsip-prinsip
moral dasar. Namun, penerapan itu dapat juga berwujud : Bagaimana saya
menilai perilaku saya dan orang lain dalam bidang kegiatan dan kehidupan
khusus yang dilatarbelakangi oleh kondisi yang memungkinkan manusia
bertindak etis : cara bagaimana manusia mengambil suatu keputusan atau
tidanakn, dan teori serta prinsip moral dasar yang ada dibaliknya.
Etika Khusus dibagi lagi menjadi dua bagian :
1. Etika individual, yaitu menyangkut kewajiban dan sikap manusia terhadap
dirinya sendiri;
2. Etika sosial, yaitu berbicara mengenai kewajiban, sikap dan pola perilaku
manusia sebagai anggota umat manusia.
Perlu diperhatikan bahwa etika individual dan etika sosial tidak dapat
dipisahkan satu sama lain dengan tajam, karena kewajiban manusia terhadap diri
sendiri dan sebagai anggota umat manusia saling berkaitan.


Etika sosial menyangkut hubungan manusia dengan manusia baik secara
langsung maupun secara kelembagaan (keluarga, masyarakat, negara), sikap
kritis terhadpa pandangan dunia dan idiologi-idiologi maupun tanggung jawab umat
manusia terhadap lingkungan hidup.
Dengan demikian luasnya lingkup dari etika sosial, maka etika sosial ini
terbagi atau terpecah menjadi banyak bagian atau bidang. Dan pembahasan
bidang yang paling aktual saat ini adalah sebagai berikut :
1. Sikap terhadap sesama;
2. Etika keluarga;
3. Etika profesi;
4. Etika politik;
5. Etika lingkungan;
6. Etika idiologi.
Sistem Penilaian Etika :
1. Titik berat penilaian etika sebagai suatu ilmu, adalah pada perbuatan baik
atau jahat, susila atau tidak susila;
2. Perbuatan atau kelakuan seseorang yang telah menjadi sifat baginya atau
telah mendarah daging, itulah yang disebut akhlak atau budi pekerti. Budi
tumbuhnya dalam jiwa, bila telah dilahirkan dalam bentuk perbuatan namanya

pekerti. Jadi suatu budi pekerti, pangkal penilaiannya adalah dari dalam jiwa;
dari semasih berupa angan-angan, cita-cita,niat hati, sampai ia lahir keluar
berupa perbuatan nyata;
3. Burhanuddin Salam, Drs. menjelaskan bahwa sesuatu perbuatan di nilai pada
3 (tiga) tingkat :
a. Tingkat pertama, semasih belum lahir menjadi perbuatan, jadi masih
berupa rencana dalam hati, niat.
b. Tingkat kedua, setelah lahir menjadi perbuatan nyata, yaitu pekerti.
c. Tingkat ketiga, akibat atau hasil perbuatan tersebut, yaitu baik atau buruk.
Dari sistematika di atas, kita bisa melihat bahwa Etika Profesi merupakan
bidang etika khusus atau terapan yang merupakan produk dari etika sosial. Kata

hati atau niat biasa juga disebut karsa atau kehendak, kemauan, wil. Dan isi dari
karsa inilah yang akan direalisasikan oleh perbuatan. Dalam hal merealisasikan ini
ada (4 empat) variabel yang terjadi :
1. Tujuan baik, tetapi cara untuk mencapainya yang tidak baik;
2. Tujuannya yang tidak baik, cara mencapainya ; kelihatannya baik;
3. Tujuannya tidak baik, dan cara mencapainya juga tidak baik;
4. Tujuannya baik, dan cara mencapainya juga terlihat baik.
C. Profesi
Harus kita ingat dan pahami betul bahwa “Pekerjaan / Profesi” dan
“Profesional” terdapat beberapa perbedaan :
1. Profesi :
a.Mengandalkan suatu keterampilan atau keahlian khusus;
b.Dilaksanakan sebagai suatu pekerjaan atau kegiatan utama (purna waktu);
c.Dilaksanakan sebagai sumber utama nafkah hidup;
d.Dilaksanakan dengan keterlibatan pribadi yang mendalam.
2. Profesional :
a.Orang yang tahu akan keahlian dan keterampilannya;
b.Meluangkan seluruh waktunya untuk pekerjaan atau kegiatannya itu;
c.Hidup dari situ;
d.Bangga akan pekerjaannya.
Ciri- Ciri Profesi
Secara umum ada beberapa ciri atau sifat yang selalu melekat pada profesi,
yaitu:
1. Adanya pengetahuan khusus, yang biasanya keahlian dan keterampilan ini
dimiliki berkat pendidikan, pelatihan dan pengalaman yang bertahun-tahun;
2. Adanya kaidah dan standar moral yang sangat tinggi. Hal ini biasanya setiap
pelaku profesi mendasarkan kegiatannya pada kode etik profesi;

3. Mengabdi pada kepentingan masyarakat, artinya setiap pelaksana profesi
harus meletakkan kepentingan pribadi di bawah kepentingan masyarakat;
4. Ada izin khusus untuk menjalankan suatu profesi. Setiap profesi akan selalu
berkaitan dengan kepentingan masyarakat, dimana nilai-nilai kemanusiaan
berupa keselamatan, keamanan, kelangsungan hidup dan sebagainya, maka
untuk menjalankan suatu profesi harus terlebih dahulu ada izin khusus;
5. Kaum profesional biasanya menjadi anggota dari suatu profesi.
Dengan melihat ciri-ciri umum profesi di atas, kita dapat menyimpulkan
bahwa kaum profesional adalah orang-orang yang memiliki tolak ukur perilaku
yang berada di atas ratarata. Di satu pihak ada tuntutan dan tantangan yang
sangat berat, tetapi di lain pihak ada suatu kejelasan mengenai pola perilaku yang
baik dalam rangka kepentingan masyarakat. Seandainya semua bidang kehidupan
dan bidang kegiatan menerapkan suatu standar profesional yang tinggi, bisa
diharapkan akan tercipta suatu kualitas masyarakat yang semakin baik.
Profesi selalu dikaitkan dengan gagasan 'layanan'. Dengan demikian, profesi
telah digambarkan sebagai sekelompok orang terorganisir untuk melayani tubuh
khusus pengetahuan dalam kepentingan masyarakat (Appelbaum & Lawton, 1990:
p4). Demikian pula, Whitbeck (1998: p74) menegaskan bahwa profesi adalah
"pekerjaan yang baik memerlukan studi lanjutan dan penguasaan tubuh khusus
pengetahuan dan melakukan untuk mempromosikan, menjamin atau menjaga
beberapa hal yang secara signifikan mempengaruhi 'kesejahteraan orang lain ".
Tanggung jawabnya telah banyak digambarkan sebagai termasuk kepuasan
"kebutuhan sosial sangat diperlukan dan bermanfaat" (Johnson, 1991: p63- 64);
dan tujuan pelayanan kepada publik (Murdock dan Hughes, 1996, dikutip dalam
Fryer, 1997:p31). Seorang profesional beroperasi di dunia orang-orang dengan
siapa mereka bekerja, rekan dan spesialis lain, dan orang-orang yang mereka
layani, seperti klien mereka dan publik (Pressman, 1997: p10) - hubungan yang
telah disebut sebagai "konsensus dan fidusia "(Pressman, (1997).

Profesional tidak dibebaskan dari perilaku etis yang umum - seperti,
kewajiban, tugas dan tanggung jawab - yang mengikat orang-orang biasa
(Johnson, 1991:p131) dan biasanya terikat oleh seperangkat prinsip, sikap atau
jenis karakter disposisi yang mengontrol cara profesi dipraktekkan Hal ini telah
disebut dan kekhawatiran potensi masalah menghadapi anggota profesi atau
kelompok dan dampaknya terhadap masyarakat (Johnson, 1991:p132) dengan
implikasi bahwa keadilan harus dikaitkan tidak hanya untuk klien tapi juga rekanrekan dan publik (Johnson, 1991: p117). Salah satu aspek penting adalah bahwa
konflik kepentingan, didefinisikan sebagai bunga yang, jika diikuti, bisa tetap
profesional dari pertemuan salah satu kewajiban mereka (Coleman, 1998: P34).
Lain adalah profesional yang tepat yang relevan disebut sebagai "Hak Penolakan
nurani" yang merupakan hak karyawan untuk menolak untuk mengambil bagian
dalam tidak etis melakukan ketika dipaksa untuk melakukannya oleh majikan. Hal
ini dapat terjadi dalam pekerjaan atau non-kerja situasi dan mungkin tidak perlu
melibatkan melanggar hukum (Whitbeck (1998: P51).
Penolakan nurani dapat dilakukan dengan baik hanya tidak berpartisipasi
dalam kegiatan yang satu melihat sebagai tidak bermoral, atau mungkin dilakukan
dengan harapan membuat protes publik yang akan menarik perhatian pada situasi
yang orang percaya yang salah (Whitbeck, 1998). Profesi yang berbeda,
bagaimanapun, memiliki reputasi yang berbeda sepanjang etika perilaku yang
bersangkutan. Dalam sebuah survei pendapat terbaru umum, misalnya, arsitek
dinilai unggul dalam perilaku etis untuk pengacara, beberapa dokter dan hampir
semua pengusaha, dengan para ulama berada di peringkat tertinggi Pengacara,
tampaknya, diharapkan untuk memprioritaskan kewajiban mereka untuk klien atas
kewajiban mereka kepada publik bahkan jika klien mereka bersalah melakukan
kejahatan, terlepas dari bagaimana keji kejahatan (Johnson, 1991).
D. Kode Etik Profesi

Kode etik profesi merupakan suatu tatanan etika yang telah disepakati oleh
suatu kelompok masyarakat tertentu. Kode etik umumnya termasuk dalam norma
sosial, namun bila ada kode etik yang memiliki sangsi yang agak berat, maka
masuk dalam kategori norma hukum. Kode Etik juga dapat diartikan sebagai pola
aturan, tata cara, tanda, pedoman etis dalam melakukan suatu kegiatan atau
pekerjaan. Kode etik merupakan pola aturan atau tata cara sebagai pedoman
berperilaku. Tujuan kode etik agar profesional memberikan jasa sebaik-baiknya
kepada pemakai atau nasabahnya. Adanya kode etik akan melindungi perbuatan
yang tidak profesional.
1. Prinsip- Prinsip Etika Profesi :
a. Tanggung jawab
1) Terhadap pelaksanaan pekerjaan itu dan terhadap hasilnya;
2) Terhadap dampak dari profesi itu untuk kehidupan orang lain atau
masyarakat pada umumnya.
b. Keadilan, prinsip ini menuntut kita untuk memberikan kepada siapa saja apa
yang menjadi haknya.
c. Otonomi, prinsip ini menuntut agar setiap kaum profesional memiliki dan di
beri kebebasan dalam menjalankan profesinya.
2. Tujuan Kode Etik Profesi :
a.Untuk menjunjung tinggi martabat profesi;
b.Untuk menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggota;
c.Untuk meningkatkan pengabdian para anggota profesi;
d.Untuk meningkatkan mutu profesi;
e.Untuk meningkatkan mutu organisasi profesi;
f. Meningkatkan layanan di atas keuntungan pribadi;
g.Mempunyai organisasi profesional yang kuat dan terjalin erat;
h.Menentukan baku standarnya sendiri;

3. fungsi dari kode etik profesi adalah :
a. Memberikan

pedoman

bagi

setiap

anggota

profesi

tentang

prinsip

profesionalitas yang digariskan.
b. Sebagai

sarana

kontrol

sosial

bagi

masyarakat

atas

profesi

yang

bersangkutan.
c. Mencegah campur tangan pihak di luar organisasi profesi tentang hubungan
etika dalam keanggotaan profesi. Etika profesi sangatlah dibutuhkan dlam
berbagai bidang.
Proyek konstruksi telah dikritik karena kurang mencapai dalam hal kepuasan
klien mengenai layanan yang diberikan oleh anggota tim konstruksi.Proyek kurang
menghormati hal ini yang kemungkinan akan menghasilkan kinerja buruk
profesional konstruksi. Federasi survei pada tahun 1997, misalnya, telah
menunjukkan bahwa lebih dari sepertiga klien tidak puas dengan kinerja kontraktor
dan konsultan. Selanjutnya, klien juga tidak puas dengan kinerja arsitek. Oleh
karena itu, evaluasi kinerja pembangunanpada proyek-proyek penting. Ada banyak
penelitian tentang konstruksi, dengan fokus pada aspek yang berbeda dari
pengaruh mereka terhadap kinerja proyek. Ini mencakup evaluasi kinerja
kontraktor, menyelidiki kebutuhan klien selama proses pembangunan, membahas
peran arsitek dan mengidentifikasi keterampilan inti untuk surveyor. Namun, ada
kurangnya penelitian membahas isu-isu etika profesi konstruksi.
Etika merupakan masalah penting bagi para profesional Sebuah profesi
sebagian besar melayani kebutuhan publik. Profesi hanya bisa bertahan jika publik
masih memiliki keyakinan padanya. Bagi sebuah profesi untuk mendapatkan
kepercayaan publik tergantung pada dua elemen penting, yaitu pengetahuan
profesional dan perilaku etis. Oleh karena itu, biaya ketidaktahuan tentang etika
berpotensi sangat tinggi. Selain dari mempengaruhi pada profesional sendiri, juga
dapat memberi dampak yang signifikan pada kualitas layanan yang disediakan dan
juga pada persepsi publik dan citra profesi. Menurut penelitian yang dilakukan di

Hong Kong, kesalahan antara praktisi konstruksi telah menyebabkan citra industri
memberikan standar pekerjaan yang buruk dan banyaknya malpraktek. Para
pelanggar etika konstruksi seperti praktisi dan profesional telah menyebabkan
perhatian pemerintah dan kepedulian. Sebuah tingkat kinerja serta etika
tinggi menunjukkan tingkat kinerja yang profesional dan

yang

karenanya, tingkat

ketidakpuasan dari klien rendah. Meskipun ada literatur pada kinerja konstruksi
dan ketidakpuasan klien, etika profesional hampir pada tingkat yang rendah.
Partisipasi surveyor di industri konstruksi meliputi keseluruhan proyek siklus
sebagai surveyor kuantitas, surveyor praktek umum dan surveyor bangunan telah
spesialisasi yang berbeda. Meskipun Royal Institution Chartered Surveyors (RICS)
memiliki Kerajaan Charter status, persepsi masyarakat umum survei profesional
yang rendah. Mereka berpikir surveyor yang menawarkan jenis pelayanan yang
sama seperti agen perumahan dan juga memiliki tingkat yang sama kepercayaan
dan profesionalisme Peraturan RICS Profesional dan Departemen Perlindungan
Konsumen telah melaporkan mereka ditangani dengan sekitar 2.700 kasus
kesalahan profesional yang melibatkan surveyor di Inggris yang tidak pernah
mencapai Profesional Melakukan Panel.Namun, Panel masih harus menyeberang
melalui sejumlah besar pelanggaran peraturan, rekening pelanggaran, keluhan
tentang penanganan masalah prosedur dan konflik.
Kurang dari 10% kasus mencapai Disiplin Panel, dan nama-nama yang
dilaporkan dalam Bisnis RICS hanya ujung dari peraturan gunung Steven Gould,
Direktur Peraturan RICS telah menyuarakan keprihatinannya, "RICS harus sangat
khawatir bahwa masih ada beberapa perusahaan survei yang tampaknya tidak
memahami dasar-dasar tentang cara menangani uang klien. Tidak ada niat untuk
melakukan hal yang salah tapi pada saat yang sama, tidak ada pemahaman
tentang bagaimana melakukan mereka benar dan tidak nyata pengakuan bahwa
dalam skenario terburuk; tindakan-tindakan tertentu bisa sangat merusak

'kepentingan' klien. Hal ini semakin menegaskan perlunya penelitian pada etika
profesional surveyor.
Sebagian besar (90%) berlangganan Kode Etik profesional dan banyak
(45%) memiliki Kode Etik Perilaku dalam organisasi yang mempekerjakan mereka,
dengan mayoritas (84%) mempertimbangkan praktik etika yang baik menjadi
tujuan organisasi penting. 93% dari responden setuju bahwa "Etika Bisnis" harus
didorong atau diatur oleh "Pribadi Etika", dengan 84% responden menyatakan
bahwa keseimbangan dari keduabpersyaratan klien dan dampak pada masyarakat
harus dipertahankan. Tidak ada responden mengetahui adanya kasus majikan
berusaha untuk memaksa mereka karyawan untuk memulai, atau berpartisipasi
dalam, perilaku yang tidak etis. Meskipun demikian, semua responden telah
menyaksikan atau mengalami beberapa derajat perilaku tidak etis, dalam bentuk
perilaku tidak adil (81%), kelalaian (67%), konflik kepentingan (48%), kolusi (44%),
penipuan (35%), kerahasiaan dan kepatutan melanggar (32%), penyuapan (26%)
dan pelanggaran etika lingkungan (20%).
Untuk profesi membangun dan merancang, nilai tak terhitung kehidupan
manusia tuntutan tidak kurang dari pertimbangan moral tertinggi dari mereka yang
mungkin resiko sebaliknya (Mason, 1998: p2 Insinyur, arsitek, manajer proyek dan
kontraktor, oleh karena itu, memiliki hak dasar nurani profesional (Martin dan
Schinzinger, 1996). Sebuah aspek penting dari etika dalam industri konstruksi
"Etika pribadi" - sering ditafsirkan oleh para profesional konstruksi sebagai hanya
mengobati lain dengan tingkat yang sama kejujuran bahwa mereka ingin
diperlakukan (Badger dan Gay, 1996). Telah menyarankan, bagaimanapun, bahwa
profesional pada umumnya cenderung percaya bahwa kewajiban mereka untuk
klien mereka jauh lebih besar daripada tanggung jawab mereka kepada orang lain,
seperti publik (Johnson, 1991: p28 Ada juga beberapa kasus di mana kritik telah
dibuat mengenai kepatuhan terhadap standar etika, tidak ada yang lebih dari

keracunan asbes skandal yang mempengaruhi banyak pekerja pada 1960-an
(Coleman, 1998:p70)
Hari ini, profesional bangunan mendapatkan integritas dan kehormatan
sampai batas tertentu melalui profesional badan-badan seperti Australian Institute
of Building (2001) yang misinya termasuk yang dari mencerminkan anggotanya '"...
cita-cita untuk pendidikan, standar dan etika...". Ini diwujudkan dalam kode praktek
yang mendefinisikan peran dan tanggung jawab profesional (Harris et al, 1995)
dan merupakan landasan apapun. Meskipun banyak laporan independen dan
investigasi dilakukan dan menegaskan bahwa asbes itu berakibat fatal,
penggunaan dalam industri bangunan tetap sangat tinggi sampai penggunaan itu
benar-benar dilarang (Coleman, 1998). Program etika (Calhoun dan Wolitzer,
2001). Tentu saja, kode saja cukup untuk memastikan perilaku etis dan mereka
perlu dilengkapi dengan penugasan tanggung jawab fungsional (misalnya, etika
perwira) dan majikan pelatihan.
Efektivitas ini telah menjadi obyek paling penelitian empiris sampai saat ini,
dengan penekanan khusus pada tender kolusif, yang didefinisikan sebagai
"perjanjian ilegal antara peserta tender yang menghasilkan tawaran yang
tampaknya kompetitif, penetapan harga, distribusi atau pasar skema yang
menghindari semangat bebas kompetisi dan menipu klien "(Zarkada-Fraser, 2000)
dan termasuk tawaran-potong tawaran-belanja, harga tutup, biaya tersembunyi
dan komisi dan kompensasi untuk peserta tender yang gagal (Ray et al, 1999;
Zarkada-Fraser dan Skitmore, 2000) bersama-sama dengan "penarikan" (Zarkada,
1998: p36) di mana sebuah tenderer menarik tawaran mereka setelah
berkonsultasi dengan peserta tender lainnya.
E. Etika Industri Konstruksi
Dalam hal profesi individu, seringkali diasumsikan bahwa arsitek tidak hanya
berbakat dalam desain dan konstruksi bangunan, tetapi juga etika tertinggi kaliber

untuk contoh, telah ditelusuri kembali ini untuk American Institute of Architects
Kode Etik ditetapkan pada tahun 1947. Kode etik saat ini berkisar pada konsep
"umum yang baik adalah benar "untuk hal-hal tidak didasarkan pada hukum
(Pressman, 1997: p52). Demikian pula, Kode Perilaku Profesional, terdiri dari
Prinsip, Aturan dan Catatan. Arsitek telah ditemukan ingin di kali, bagaimanapun,
sebuah jajak pendapat baru-baru ini tentang etika dalam arsitektur dilakukan oleh
majalah Arsitektur Progresif, 1987 mengutip jenis utama dari perilaku yang tidak
etis dalam arsitektur menjadi:
1. Menyembunyikan kesalahan konstruksi dan mencuri orang lain menggambar;
2. Melebih-lebihkan pengalaman dan prestasi akademik di resume dan aplikasi
untuk komisi;
3. Pengisian klien untuk bekerja tidak dilakukan, biaya tidak dikeluarkan atau
berlebihan;
4. Janji-janji palsu kemajuan seperti yang dilakukan oleh beberapa arsitek;
5. Menyesatkan klien dalam manajemen proyek;
6. Keterlibatan dalam konflik kepentingan.
Untuk manajer proyek, salah satu elemen penting dari profesi mereka adalah
pertimbangan etika dan tanggung jawab sosial (Fryer, 1997: p13). Harus ada ada
konflik antara moralitas dan manajemen yang baik "... Itupenting bahwa manajer
proyek melakukan pekerjaan mereka secara etis ...". Ini dari Pembukaan Kode Etik
bagi Manajer Proyek (Walker, 1989), menegaskan lingkup kode etik yang tepat
diperlukan oleh manajer proyek. Kontraktor konstruksi juga diharapkan untuk
berperilaku secara etis. Sebuah terakhir wawancara survei profesional konstruksi
menunjukkan peran penting etika melakukan bermain di kontraktor konstruksi
(Badger dan Gay, 1996), suatu mengejutkan Bahkan mengingat bahwa orang yang
bekerja di industri konstruksi dua kali lebih mungkin mempertahankan cedera
utama dan lima kali lebih mungkin untuk dibunuh, daripada rata-rata untuk semua
industri (Davis, 2001). Menjadi jujur dan realistis juga dikatakan sebagai dasar
aspek integritas profesional, terutama ketika membuat klaim dan estimasi
(Johnson, 1991: p114).

Berbeda dengan arsitek, bagaimanapun, kontraktor konstruksi memiliki
reputasi perilaku tidak etis, masalah utama yang, menurut sebuah jajak pendapat
yang dilakukan oleh jurnal Penelitian Bangunan dan Informasi (Pilvang dan
Sutherland, 1998), tinggi tingkat perselisihan antara pemilik dan pembangun.
Mereka umumnya miskin perilaku telah dikatakan berasal dari masuknya
perusahaan konstruksi baru dengan baru orang yang tidak memiliki etika
bangunan konstruksi, dengan keserakahan menjadi salah satu utama faktor yang
menyebabkan perilaku yang tidak etis (Ritchey, 1990 Sebagai tanggapan, telah
ada panggilan dari masyarakat kontraktor sendiri untuk "menyingkirkanorangorang dalam tengah-tengah kitayang tidak melakukan hal yang benar "(Master
Builder, 1997: P25). Ada juga pindah ke yang lebih besar swa-regulasi.
Queensland Pembangun Guru, misalnya, dimulai drive untuk lisensi semua
pembangun untuk memberikan beberapa jaminan integritas mereka. Demikian
pula Inggris kontraktor telah memperkenalkan konsumen didorong inisiatif yang
disebut "Mark Kualitas 'dengan tujuan membedakan antara 'Nakal' pembangun
dan organisasi terkemuka, seperti ditunjukkan dalam The Majalah dariFederation
of Master BuildersBiro Bisnis dan EkonomiPenelitian telah menggambarkan
sebuah inisiatif serupa di Amerika Serikat, untuk mengekang perilaku tidak etis
oleh kontraktor, yang disebut JenderalAsosiasi Kontraktor / AmerikaAsosiasi
subkontraktor (AGC / ASA) yang bertujuan untuk alamat yang berbeda masalah
dalam industri konstruksi.
F. Kinerja proyek konstruksi
1. Pengukuran kinerja konstruksi
Indikator kinerja tradisional untuk proyek konstruksi telah waktu,

biaya.

Sebuah pengukuran yang lebih baru diperkenalkan keberhasilan proyek adalah
tingkat pencapaian tentang tujuan proyek yang ditetapkan oleh berbagai pihak
untuk itu De Wit (1988) menyatakan, proyek ini dianggap sebagai keberhasilan
keseluruhan jika proyek tersebut memenuhi spesifikasi kinerja teknis dan / atau

untuk dilakukan, dan jika ada tingkat kepuasan yang tinggi tentang hasil antara
orang-orang kunci dalam organisasi induk, kunci orang di tim proyek dan
pengguna kunci atau klien dari usaha pembuat keputusan pada apakah proyek ini
sukses adalah klien. Pentingnya klien telah diidentifikasi dalam beberapa ulasan
dan laporan Pada tahun 1981, Roger Flanagon menyatakan 'partai penting dalam
konstruksi industri klien Bangunan adalah tentang mendapatkan itu tepat bagi klien
karena dia adalah hanya orang yang penting di akhir hari 'Latham (1994) telah
menempatkan klien pada 'inti dari proses dan kebutuhan mereka harus dipenuhi
oleh industri Baru-baru ini, Boyd dan Kerr (1998) menyatakan bahwa 'baru-baru ini
doktrin yang 'berfokus pada klien' telah mengangkat peran klien dalam properti dan
konstruksi industri untuk posisi seperti Tuhan. Hal ini dapat, oleh karena itu,
dikatakan bahwa kepuasan klien adalah kriteria yang paling penting bagi
keberhasilan proyek.
2. Tingkat kinerja konstruksi
Meskipun penting, kinerja industri konstruksi rendah, diukur dalam hal baik
tradisional atau indikator kepuasan klien. Misalnya, survei dilakukan oleh Forum
Klien Konstruksi menemukan bahwa lima puluh delapan persen dari responden
mengalami overruns program pada proyek- proyek mereka dengan panjang
keterlambatan rata-rata empat puluh delapan hari dari titik penyelesaian
diantisipasi untuk aktual tanggal menyelesaikan Di depan anggaran, klien secara
kritis ketidakmampuan industri untuk menjaga anggaran kontrak yang disepakati;
tiga puluh dua persen dari proyek melebihi setuju jumlah Akhirnya, lima puluh tujuh
persen dari klien mengalami cacat pada proyek mereka cukup untuk menyebabkan
penundaan proyek penyerahan Klien sering tidak puas dengan pengiriman proyek
dan situasi ini telah ada selama bertahun-tahun. Sebagai contoh, lebih dari 20
tahun

yang

lalu,

direktur

managing

Slough

Perkebunan

menyatakan

pandangannya 'bahwa tujuan industri adalah untuk memuaskan kebutuhan saya
tetapi gagal untuk melakukannya. Kritiknya difokuskan pada industri bangunan

kegagalan untuk mengantarkan barang tepat waktu, dan pada harga yang wajar.
Sir Michael Latham (1994) melaporkan menyatakan bahwa "klien tidak selalu
mendapatkan apa yang mereka minta dan tingkat kepuasan klien dalam industri
konstruksi lebih rendah dari industri. Meningkatkan kinerja untuk memuaskan klien
masih fokus dari sejumlah pasca-laporan Latham (misalnya CCF, 1998; CIB, 1996,
1997; Egan, 1998) dan di terakhir Sir John Egan mengungkapkan "keprihatinan
yang mendalam bahwa industri secara keseluruhan bawah mencapai dan
mengatakan bahwa' kebutuhan untuk meningkatkan dalam konstruksi jelas.
3. Literatur review atas surveyor
Pengetahuan profesional dan standar etika keduanya karakteristik penting
dari

kompeten

surveyor

Namun,

literatur

sebelumnya

konsentrat

pada

pembahasan pengetahuan khusus surveyor. Hal ini juga berbeda dari penelitian
pada peserta konstruksi lainnya, tetapi berfokus lebih pada hubungan antara
surveyor dan kinerja proyek konstruksi. Sebaliknya, berfokus pada 'surveyor'
sendiri.
Wilayah utama pertama dari penelitian tentang surveyor membahas peran
surveyor. Dalam 1983, RICS (1983) menerbitkan panduan resmi pertama pada
peran kuantitas surveyor di Inggris. Dokumen ini berisi daftar peran dan tanggung
jawab kuantitas surveyor (QS). Hodgetts (1989) juga telah membahas peran QS
Australia.
Sejak itu, RICS telah menerbitkan lebih lanjut tentang peran perubahan
surveyor dalam dua dekade terakhir Mereka telah membahas tantangan
perubahan untuk survei profesional dan mendiskusikan apa yang adalah peran
baru dikembangkan untuk surveyor. Daerah penelitian kedua utama lainnya
menyelidiki keterampilan inti dan kompetensi surveyor. RICS (1985) telah
menghasilkan daftar layanan yang tersedia dari Chartered Surveyor Kuantitas
Pada 1990-an, RICS diterbitkan beberapa laporan yang ditujukan untuk

membicarakan persyaratan pasar untuk survei profesi dan juga menangani
keterampilan inti dan pengetahuan yang seharusnya surveyor kuantitas
Keterampilan dan pengetahuan adalah 'praktis' keterampilan, seperti
komputasi, pengukuran dan lain-lain kontrak, yang penting bagi mereka untuk
dapat melakukan 'tangan-' tugas. Jenis penelitian ini tidak terbatas ke Inggris
Nkado dan Kotze (2000) telah melakukan penelitian serupa di Afrika Selatan.
Ada juga ada kekurangan metode penelitian yang menyelidiki untuk
meningkatkan surveyor ' kualitas dan mempromosikan layanan mereka Ashworth
(1994) telah membahas apa jenis program pendidikan dan pelatihan surveyor
kuantitas mungkin bisa membantu dan meningkatkan kualitas layanan mereka
McNamar (1999) telah membahas bagaimana penelitian dapat menjadi strategi
pemasaran untuk layanan kuantitas survei. Procter dan Rwelamila (1999) telah
mempelajari bagaimana untuk memberikan kualitas layanan untuk surveyor
kuantitas di Afrika Selatan.
Literatur ini berfokus pada masalah bagaimana meningkatkan pengetahuan
profesional dan keterampilan teknis surveyor Namun, elemen kunci kedua profesi,
yaitu kode etik, telah diabaikan.
Ada pekerjaan akademis terbatas pada etika untuk memiliki penelitian
dilakukan di daerah ini. Yang pertama mempelajari persepsi standar etika surveyor
kuantitas profesional dan konstituen penting mempengaruhi pembuatan keputusan
etis. Namun, penelitian ini tidak mencerminkan seluruh gambar untuk profesi
seperti survei difokuskan pada mempelajari survei tertentu divisi. Juga, kedua
makalah mempelajari etika profesional sebagai subjek 'berdiri sendiri' dan
mengabaikan hubungannya dengan masalah lain, seperti kinerja proyek
konstruksi.
4. Etika profesional dan surveyor
Profesional adalah kelompok terorganisir orang yang telah sistematis dan
umum pengetahuan yang dapat diterapkan untuk berbagai masalah. their Selain

itu, mereka perilaku secara ketat dikontrol oleh kode etik yang didirikan dan
dipelihara oleh asosiasi profesional dan belajar sebagai bagian dari pelatihan yang
diperlukan untuk memenuhi syarat sebagai seorang profesional. Akhirnya, mereka
harus memiliki kepedulian untuk kepentingan mereka klien dan masyarakat
daripada kepentingan pribadi ketika mereka menawarkan layanan mereka. Etika
dalam penggunaan umum berarti filosofi perilaku manusia dengan penekanan
pada pertanyaan moral yang benar dan Etika profesional. Namun, selalu terikat
dengan konsep yang lebih praktis dan harapan dari masyarakat, kompetensi
tanggung jawab, suka dan kesediaan untuk melayani publik RICS juga telah
mendirikan persyaratan yang sama untuk surveyor.
Selain mencapai standar yang diperlukan pelayanan di bidang spesialis
mereka, itu adalah diharapkan anggota akan memahami pentingnya RICS
profesional etika dan bersedia untuk memenuhi standar yang dibutuhkan dari
mereka (Salah satu isu-isu inti untuk RICS etika profesional adalah bahwa
'mengamankan klien' kepentingan '. The Para Etika Profesional Partai Kerja juga
telah menekankan pandangan ini: ia mengatakan bahwa 'Etika profesional adalah
memberikan seseorang terbaik untuk memastikan bahwa klien kepentingan benar
dirawat, tetapi dengan begitu kepentingan umum yang lebih luas juga diakui dan
dihormati. RICS mendefinisikan etika sebagai seperangkat prinsip moral meluas
melampaui kode resmi perilaku Ia juga mengatakan bahwa kesediaan anggota
untuk mengikuti prinsip-prinsip ini adalah salah satu kunci untuk ekspansi profesi
Berlatih dan memberikan saran kepada klien secara etis profesional adalah salah
satu alasan utama orang memilih untuk jawaban pada anggota mengakui badan
profesional. Dengan mengikuti kode etika profesional, anggota menyelesaikan
konflik yang tak terelakkan antara kepentingan dari profesional, klien dan
masyarakat pada umumnya Namun, etika bukan teks tetap yang bisa dipelajari
sekali. 'Etis standar' adalah dinamis masalah Tindakan tertentu dapat etis saat ini
atau dalam masyarakat khususnya dan dalam tertentu situasi, tapi mungkin bisa

dipandang secara berbeda oleh orang lain atau di lain waktu. Oleh karena itu,
diperlukan untuk terus meninjau perilaku dalam rangka untuk mengikuti dengan
terus-menerus mengubah standar Selain itu, penilaian pribadi juga diperlukan bila
etika dilema menghadapi
Dengan

cara yang sama

seperti

yang

dilakukan

lembaga-lembaga

profesional lainnya; RICS menyediakan satu set Aturan Perilaku mana semua
anggota harus mengikuti secara ketat. Lembaga ini telah diperbarui Aturan
Perilaku secara teratur untuk tetap sejalan dengan sosial yang berubah lingkungan
Dokumen-dokumen menutupi area standar pribadi dan profesional, melakukan
kegiatan profesional dan professional bisnis rincian praktek, dan kerjasama, konflik
kepentingan, profesional ganti rugi asuransi, aturan account anggota ', belajar
seumur hidup dan disiplin prosedur. Selain itu, pedoman etika lainnya-isu terkait
disediakan. masalah meliputi prosedur penanganan keluhan, mendirikan sebuah
perusahaan survei, perlindungan terhadap pencucian uang, kepemilikan file bisnis,
dan pengangkatan sebuah locum untuk menutupi pekerjaan jika surveyor sedang
pergi. Sebagai bagian dari ini, RICS telah merancang prinsip-prinsip inti sembilan
etika, yang merupakan 'Alasan' untuk Aturan Perilaku. Tujuan dari prinsip-prinsip
adalah untuk membantu surveyor di keraguan tentang bagaimana menangani
keadaan yang sulit, atau dalam situasi di mana ada bahaya bahwa profesionalisme
anggota dapat dikompromikan. Ini sembilan prinsip adalah: bertindak dengan
integritas, selalu jujur, terbuka dan transparan dalam urusan Anda, bertanggung
jawab untuk semua tindakan Anda, tahu dan bertindak dalam keterbatasan Anda,
obyektif

sepanjang

waktu,

tidak

pernah

mendiskriminasikan

orang

lain,

menetapkan contoh yang baik dan memiliki keberanian untuk membuat berdiri.
Surveyor

diharapkan

tidak

hanya

untuk

menunjukkan

pengetahuan

dan

pemahaman tentang prinsip-prinsip ini, tetapi juga memiliki komitmen untuk
memenuhi etika standar dan mempertahankan integritas profesi.

Sembilan prinsip dan kode etik melayani tujuan yang sama yaitu untuk
memberikan layanan profesional untuk memastikan bahwa kepentingan klien
terjaga dan kepentingan umum dianggap.

BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
1. Etika dan profesionalisme dalam bisnis konstruksi merupakan suatu studi yang
menyangkut permasalahan dan keputusan moral yang dihadapi oleh individu
maupun organisasi yang terlibat dalam bisnis konstruksi.
2. Etika dalam bisnis konstruksi di Indonesia yang berjiwakan etika pancasila
adalah aturan main yang harus mengikat setiap pelaku bisnis konstruksi, yang
apabila dipatuhi secara penuh akan menciptakan ketertiban dan keteraturan
perilaku bagi setiap warga Negara. Ketertiban dan keteraturan perilaku ini
akan menyumbangkan kematangan dan efektivitas usaha perwujudan keadilan
social.
3. Perusahaan profesional adalah suatu perusahaan telah menerapkan tata cara
legalitas seorang pebisnis dalam bekerja di bidang konstrukisi, baik di bidang
perencanaan, pelaksanaan, maupun di pengawasan. Selain itu seorang yang
prosesional juga harus mempunyai keahlian khusus di bidang tertentu dalam
lingkup konstruksi bangunan.
4. Legalisasi dari suatu perusaahan juga salah satu penentu dari predikat
profesionalisme. Untuk mencari ijin keahlian tersebut seseorang harus
pendaftarkan diri ke Lembaga Penjamin Jasa Konstruksi (LPJK) di
masingmasing daerahnya.
B. Saran
Dalam melakukan suatu bisnis konstruksi kita harus menjaga integritas dan
etika kita dalam bekerja. Kita harus bekerja secara profesional agar kita dapat
dipercaya oleh konsumen/calon konsumen.
BAB V

PENUTUP
Kode etik merupakan pola aturan atau tata cara sebagai pedoman
berperilaku. Kode etik profesi merupakan suatu tatanan etika yang telah disepakati
oleh suatu kelompok masyarakat tertentu. Kode etik umumnya termasuk dalam
norma sosial, namun bila ada kode etik yang memiliki sangsi yang agak berat,
maka masuk dalam kategori norma hukum. Kode Etik juga dapat diartikan sebagai
pola aturan, tata cara, tanda, pedoman etis dalam melakukan suatu kegiatan atau
pekerjaan.

*) Anggota:
1. Abdan Yunand Bowangmanalu
2. Angella Kezia Manurung
3. Asnita Panjaitan
4. Bagas Setiawan
5. Elvri Yanti Sitompul
6. Feby Noviyanti
7. Haris Bahri Permadi Zebua
8. Indra Julianto Gultom
9. Lilis Karlina Simanjuntak
10. Manganju Purba
11. Maria Pebriwanti Tambunan
12. Melva Chintiya
13. Putra Tadeo LS
14. Rahmadani Lubis
15. Surya Melisa Bako

Dokumen yang terkait

PENGARUH PEMBERIAN SEDUHAN BIJI PEPAYA (Carica Papaya L) TERHADAP PENURUNAN BERAT BADAN PADA TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus norvegicus strain wistar) YANG DIBERI DIET TINGGI LEMAK

23 199 21

KEPEKAAN ESCHERICHIA COLI UROPATOGENIK TERHADAP ANTIBIOTIK PADA PASIEN INFEKSI SALURAN KEMIH DI RSU Dr. SAIFUL ANWAR MALANG (PERIODE JANUARI-DESEMBER 2008)

2 106 1

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

ANALISIS PROSPEKTIF SEBAGAI ALAT PERENCANAAN LABA PADA PT MUSTIKA RATU Tbk

273 1263 22

PENERIMAAN ATLET SILAT TENTANG ADEGAN PENCAK SILAT INDONESIA PADA FILM THE RAID REDEMPTION (STUDI RESEPSI PADA IKATAN PENCAK SILAT INDONESIA MALANG)

43 322 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PEMAKNAAN BERITA PERKEMBANGAN KOMODITI BERJANGKA PADA PROGRAM ACARA KABAR PASAR DI TV ONE (Analisis Resepsi Pada Karyawan PT Victory International Futures Malang)

18 209 45

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25

PENGARUH BIG FIVE PERSONALITY TERHADAP SIKAP TENTANG KORUPSI PADA MAHASISWA

11 131 124