ANALISIS PENGARUH FAKTOR FAKTOR EKONOMI
Analisis Pengaruh Faktor-Faktor Ekonomi Makro Terhadap IHSG Di BEI
ANALISIS PENGARUH FAKTOR-FAKTOR EKONOMI MAKRO
TERHADAP IHSG DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI)
Dian Surya Sampurna
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia, Jakarta
[email protected]
Abstract
The purpose of this research was to analyze the effects of SBI interest rate and
exchange rate of rupiah against JCI. This research using secondary data from the monthly
during the period Januari 2008 to December 2015 and the data source from
www.finance.yahoo.com and www.bi.go.id. This research used multiple linear regression
analysis method.
The results showed that SBI interest rate and exchange rate of rupiah had negative
effect on JCI. Simultaneously SBI interest rate and exchange rate of rupiah has significant
influence on JCI. Adjusted R2 value of 0.586 indicates that the independent variables used
in the study has contributed to the establishment of JCI amounted to 58.6%, while 41.4%
drawbacks established by other variables outside the research model.
Keyword: JCI, SBI Interest Rate, Exchange Rate of Rupiah
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Tingkat Suku Bunga SBI
dan Kurs Rupiah terhadap IHSG. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
data sekunder berupa data bulanan selama periode 2008-2015 dan sumber data dari
www.finance.yahoo.com dan www.bi.go.id. Penelitian ini menggunakan metode analisis
regresi linear berganda.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Tingkat Suku Bunga SBI dan Kurs Rupiah
berpengaruh negatif terhadap IHSG. Secara simultan Tingkat Suku Bunga SBI dan Kurs
Rupiah mempunyai pengaruh signifikan terhadap IHSG. Nilai Adjusted R2 sebesar 0,586
menunjukkan bahwa variabel independen yang digunakan dalam penelitian telah
berkontribusi dalam pembentukan IHSG sebesar 58,6%, Sedangkan kekurangannya
41,4% dibentuk oleh variabel lain diluar model penelitian.
Kata kunci: IHSG, Tingkat Suku Bunga SBI, Kurs Rupiah
Jurnal Ekonomi STEI/Volume 25, Nomor 01/ Juni 2016
1
Analisis Pengaruh Faktor-Faktor Ekonomi Makro Terhadap IHSG Di BEI
1. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang Masalah
Perekonomian dunia telah memasuki era globalisasi yang memberikan pengaruh
besar terhadap pergerakan modal asing yang akan masuk ke dalam pasar keuangan di
negara-negara berkembang misalnya Indonesia melalui Bursa Efek Indonesia.
Pasar modal memiliki peran penting sebagai indikator yang dapat digunakan
sebagai tolak ukur kemajuan perekonomian sebuah negara sekaligus penunjang ekonomi
negara (Ang, 1997). Pasar modal yang mengalami peningkatan (bullish) atau mengalami
penurunan (bearish) terlihat dari naik turunnya harga-harga saham yang tercermin dalam
pergerakan indeks. Indeks harga saham adalah indikator pergerakan harga saham yang
merupakan salah satu pedoman bagi investor untuk melakukan investasi di pasar modal.
(www.idx.co.id). Ada sebelas macam indeks saham di Bursa Efek Indonesia, salah
satunya yaitu IHSG atau dikenal dengan Indeks Harga Saham Gabungan. Melalui IHSG
investor dapat melihat kondisi pasar, apakah sedang mengalami peningkatan atau
penurunan, untuk menentukan strategi investasinya. Menurut Blanchard (2006) secara
garis besar ada beberapa faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pergerakan Indeks
Harga Saham yaitu faktor ekonomi makro seperti keadaan ekonomi global, kestabilan
politik suatu negara, inflasi, kurs dan suku bunga Bank Indonesia
Witjaksono (2010) menjelaskan bahwa di Indonesia kebijakan tingkat suku bunga
dikendalikan secara langsung oleh Bank Indonesia melalui BI rate. BI Rate merupakan
respon bank sentral terhadap tekanan inflasi ke depan agar tetap berada pada sasaran yang
telah ditetapkan. Perubahan BI rate sendiri dapat memicu pergerakan di pasar saham
Indonesia. Penurunan BI rate secara otomatis akan memicu penurunan tingkat suku bunga
kredit maupun deposito. Bagi para investor, dengan penurunan tingkat suku bunga
deposito, akan mengurangi tingkat keuntungan yang diperoleh bila dana yang mereka
miliki diinvestasikan dalam bentuk deposito. Selain itu dengan penurunan suku bunga
kredit, biaya modal akan menjadi kecil, ini dapat mempermudah perusahaan untuk
memperoleh tambahan dana dengan biaya yang murah untuk meningkatkan
produktivitasnya. Peningkatan produktivitas akan mendorong peningkatan laba, hal ini
dapat menjadi daya tarik bagi para investor untuk berinvestasi di pasar modal. Antonello
D”Agostino, Luca Sala, dan Paolo Surico (2005) dalam penelitiannya yang berjudul “The
Fed and the Stock Market” mereka menguji pengaruh tingkat suku bunga Bank Sentral
Amerika Serikat terhadap Indeks S&P 500. Variabel penelitian mereka adalah tingkat
suku bunga Bank Sentral Amerika Serikat dan Indeks S&P 500. Sampel penelitian adalah
tingkat suku bunga Bank Sentral Amerika Serikat dan Indeks S&P 500 selama periode
1985-2004. Metode penelitian yang digunakan adalah Threshold Structural Vector
Autoregressive (TSVAR Model). Hasil penelitian mereka menemukan bahwa ketika
kondisi ekonomi sedang berada pada masa inflasi, penurunan nilai pasar sebesar 5%
termasuk penurunan suku bunga sebesar 19 basis point; pengetatan kebijakan moneter
sebesar 50 basis poin akan memicu penurunan indeks S&P500 sebesar 4,7%. Tetapi ketika
Jurnal Ekonomi STEI/Volume 25, Nomor 01/ Juni 2016
2
Analisis Pengaruh Faktor-Faktor Ekonomi Makro Terhadap IHSG Di BEI
ekonomi sedang berjalan normal, Bank Sentral hanya akan mengubah tingkat suku bunga
berdasar pada tingkat inflasi dan kesenjangan output saja, dan tidak akan merespon
terhadap tingkat pengembalian asset (asset price return). Secara khusus peningkatan suku
bunga sebesar 50 basis poin secara tak terduga akan menyebabkan penurunan indeks di
S&P 500 sebesar 2,3%.
Menurut Ruhendi dan Arifin (2003) kurs mata uang menunjukkan harga suatu
mata uang jika dipertukarkan dengan mata uang lain, dimana kurs mata uang dapat
diartikan sebagai perbandingan nilai antar mata uang. Perubahan nilai tukar/kurs rupiah
terhadap dollar Amerika dapat memberikan dampak yang positif dan negatif terhadap
perusahaan. Saat nilai tukar/kurs rupiah terdepresiasi terhadap dollar Amerika, bagi
perusahaan impor atau perusahaan yang memiliki hutang dalam bentuk dollar Amerika,
hal ini dapat berdampak negatif. Sedangkan bagi perusahaan yang mendapat penerimaan
dalam bentuk dollar Amerika misalnya perusahaan ekspor, hal ini dapat berdampak
positif.
Beberapa penelitian terdahulu telah dilakukan untuk mengetahui pengaruh antara
variabel makro ekonomi terhadap pasar modal. Di antaranya adalah penelitian Ben S.
Bernanke dan Kenneth N. Kuttner (2003) menunjukkan bahwa tingkat suku bunga
memiliki pengaruh secara signifikan terhadap pergerakan pasar modal Amerika Serikat.
Hal tersebut didukung oleh hasil penelitiannya Prasetiono (2010) yang menunjukkan
variabel Tingkat Suku Bunga berpengaruh terhadap harga saham LQ45. Sedangkan
penelitiannya Ruhendi dan Arifin (2003) tentang “Dampak Perubahan Kurs Rupiah dan
Indeks Harga Saham Dow Jones di New York Stock Exchange” bahwa kurs berpengaruh
positif terhadap pasar modal Indonesia.
Abbas Valadkhani, Surachai Chancharat dan Charles Havie (2006) tentang
pengaruh variabel makro ekonomi Thailand dan Pasar Modal Internasional terhadap Pasar
modal Thailand memberikan hasil bahwa variabel makro ekonomi seperti tingkat suku
bunga, nilai tukar baht, indeks harga konsumen dan jumlah penawaran uang tidak
memberikan pengaruh yang signifikan terhadap pergerakan pasar modal Thailand,
sementara perubahan harga minyak memberikan pengaruh yang negatif bagi pasar modal
Thailand hanya untuk periode sebelum krisis pada tahun 1997.
Kewal (2012) penelitian ini menganalisis pengararuh inflasi, suku bunga, kurs, dan
pertumbuhan PDB terhadap IHSG. Penelitian ini menemukan bahwa tingkat inflasi, suku
bunga SBI dan pertumbuhan PDB tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
IHSG, sedangkan kurs rupiah berpengaruh negatif dan signifikan terhadap IHSG.
Wijayanti dan Kaluge (2013) tentang pengaruh beberapa variabel makroekonomi
dan indeks pasar modal dunia terhadap pergerakan IHSG di BEI. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa kurs Rupiah terhadap Dollar mempunyai pengaruh negatif dan
signifikan terhadap IHSG, sedangkan SBI dan IHSG mempunyai hubungan negatif dan
tidak signifikan,
Jurnal Ekonomi STEI/Volume 25, Nomor 01/ Juni 2016
3
Analisis Pengaruh Faktor-Faktor Ekonomi Makro Terhadap IHSG Di BEI
Yeriana dan Ibad (2013) menganalisis pengaruh inflasi, suku bunga SBI, dan kurs
terhadap IHSG dan indeks saham sektoral. Hasil penelitian menunjukkan bahwa inflasi,
suku bunga SBI, dan kurs berpengaruh negatif signifikan terhadap IHSG dan indeks
saham sektor. Untuk indeks saham sektor seperti pertanian, properti, dan infrastruktur,
inflasi dan suku bunga SBI tidak berpengaruh signifikan sedangkan kurs berpengaruh
negatif signifikan. Sedangkan secara simultan seluruh variabel berpengaruh terhadap
IHSG, sama halnya dengan penelitiannya Pasaribu dan Firdaus, (2014).
Pasaribu dan Firdaus (2013) yang menujukkan bahwa variabel tingkat suku bunga
berpengaruh positif terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI).
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka permasalahan dalam penelitian
ini dapat diidentifikasi sebagai berikut:
1.
2.
3.
IHSG mengalami penurunan yang signifikan pada tahun 2008 akibat adanya krisis
Amerika dan Eropa, pemegang saham harus mewaspadai faktor-faktor ekonomi
makro yang akan berdampak pada IHSG.
Adanya kesulitan bagi investor dalam mengidentifikasi faktor-faktor ekonomi makro
yang paling berpengaruh terhadap IHSG.
Adanya hasil penelitian yang tidak konsisten atau berbeda antara peneliti yang satu
dengan peneliti yang lain.
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang dan permasalahan tersebut maka dapat dirumuskan
masalah sebagai berikut :
1.
2.
3.
Bagaimana pengaruh Tingkat Suku Bunga SBI terhadap IHSG di Bursa Efek
Indonesia?
Bagaimana pengaruh Kurs Rupiah terhadap IHSG di Bursa Efek Indonesia?
Bagaimana pengaruh Tingkat Suku Bunga SBI dan Kurs Rupiah secara simultan
terhadap IHSG di Bursa Efek Indonesia?
1.4 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah:
1.
2.
3.
Untuk mengetahui pengaruh Tingkat Suku Bunga SBI terhadap IHSG di Bursa Efek
Indonesia.
Untuk mengetahui pengaruh Kurs Rupiah terhadap IHSG di Bursa Efek Indonesia.
Untuk mengetahui pengaruh Tingkat Suku Bunga SBI dan Kurs Rupiah secara
simultan terhadap IHSG di Bursa Efek Indonesia.
Jurnal Ekonomi STEI/Volume 25, Nomor 01/ Juni 2016
4
Analisis Pengaruh Faktor-Faktor Ekonomi Makro Terhadap IHSG Di BEI
2. Landasan Teori
2.1 Teori Makro Ekonomi
Ilmu makro ekonomi merupakan salah satu cabang dari ilmu ekonomi. Makro
ekonomi berfokus pada perilaku dan kebijakan ekonomi yang dapat mempengaruhi tingkat
konsumsi dan investasi, neraca perdagangan dan pembayaran suatu negara, faktor-faktor
penting yang mempengaruhi perubahan harga dan upah, kebijakan fiskal dan moneter,
jumlah uang yang beredar, tingkat suku bunga dan jumlah utang negara. Secara ringkas
dapat dikatakan bahwa makro ekonomi sangat memperhatikan interaksi antara tenaga
kerja, perputaran barang, dan aset-aset ekonomi yang mengakibatkan terjadinya kegiatan
perdagangan tiap individu atau negara (Dornbusch, 2006). Kondisi makro perekonomian
suatu negara merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kinerja perusahaanperusahaan yang ada di negara tersebut (Samsul, 2008). Faktor-faktor makro ekonomi
yang secara langsung dapat mempengaruhi kinerja saham maupun kinerja perusahaan
antara lain (Samsul, 2008):
1. Tingkat suku bunga domestik.
2. Kurs valuta asing.
3. Kondisi perekonomian internasional.
4. Siklus ekonomi suatu negara.
5. Tingkat inflasi.
6. Peraturan Perpajakan
7. Jumlah uang yang beredar.
Ketika kondisi makro ekonomi di suatu negara mengalami perubahan baik yang
positif ataupun negatif, investor akan mengkalkulasikan dampaknya terhadap kinerja
perusahaan di masa depan, kemudian mengambil keputusan membeli atau menjual saham
perusahaan yang bersangkutan. Aksi jual dan beli ini akan mengakibatkan terjadinya
perubahan harga saham, yang pada akhirnya akan berpengaruh pada indeks pasar modal di
negara tersebut.
2.2 Teori Investasi
Investasi adalah suatu komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya
yang dilakukan saat ini dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan di masa datang.
Tujuan dari seseorang melakukan investasi adalah mendapatkan keuntungan yang dapat
diperoleh dari capital gain dan dividen perusahaan (Tandelilin, 2001). Teori investasi
menjelaskan bahwa keputusan investasi selalu menyangkut dua hal, yaitu risk dan return.
Risiko mempunyai hubungan positif dan linear dengan return yang diharapkan dari suatu
investasi, sehingga semakin besar return yang diharapkan semakin besar pula risiko yang
harus ditanggung oleh seorang investor. Investasi dalam bentuk saham, return yang
diperoleh berasal dari dua sumber, yaitu dividen dan capital gain, sedangkan risiko
investasi tercermin dari variabilitas return saham yang diperoleh atau risiko juga sama
dengan selisih expected return dengan actual return.
Jurnal Ekonomi STEI/Volume 25, Nomor 01/ Juni 2016
5
Analisis Pengaruh Faktor-Faktor Ekonomi Makro Terhadap IHSG Di BEI
2.3 Indeks Harga Saham Gabungan
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) merupakan suatu nilai yang digunakan
untuk mengukur kinerja kerja saham yang tercatat di suatu bursa efek.
Ada dua metode penghitungan IHSG yang umum dipakai (Ang, 1997) :
1) Metode rata-rata (Average Method)
Merupakan metode dimana harga pasar saham-saham yang masuk dalam indeks
tersebut dijumlah kemudian dibagi dengan suatu faktor pembagi.
IHSG
P
s
Divisor
Sumber : www.idx.co.id
Keterangan
IHSG = Indeks Harga Saham Gabungan
ƩPs
= Total Harga Saham
Divisor = Harga Dasar Saham
2) Metode rata-rata tertimbang (Weighted Average Method)
Merupakan suatu metode yang menambahkan bobot dalam perhitungan indeks
disamping harga pasar saham-saham yang tercatat dan harga dasar saham. Pembobotan
yang dilakukan dalam perhitungan indeks pada umumnya adalah jumlah saham yang
dikeluarkan.
Ada dua metode untuk menghitung metode rata-rata tertimbang :
1) Paasche
Metode ini memperbandingkan kapitalisasi pasar seluruh saham dengan nilai dasar
seluruh saham yang tergantung dalam sebuah indeks. Dalam hal ini makin besar
kapitalisasi suatu saham, maka akan menimbulkan pengaruh yang sangat besar jika
terjadi perubahan harga pada saham yang bersangkutan.
Indeks
(P
(P
s
x Ss )
base
x Ss )
Sumber: (en.wikipedia.org)
Jurnal Ekonomi STEI/Volume 25, Nomor 01/ Juni 2016
6
Analisis Pengaruh Faktor-Faktor Ekonomi Makro Terhadap IHSG Di BEI
Keterangan
Ps
Ss
Pbase
= Harga Saham Sekarang
= Jumlah Saham yang Beredar
= Harga Dasar Saham
2) Laspreyes
Rumus ini menggunakan jumlah saham yang dikeluarkan pada hari dasar dan tidak
berubah selamanya walaupun ada pengeluaran saham baru.
Indeks
(P
(P
s
x So )
base
x So )
Sumber: (en.wikipedia.org)
Keterangan
Ps
So
Pbase
= Harga Saham Sekarang
= Jumlah Saham Awal
= Harga Dasar Saham
IHSG BEI atau JSX CSPI merupakan IHSG yang dikeluarkan oleh BEI. IHSG BEI
ini mengambil hari dasar pada tanggal 10 Agustus 1982 dan mengikutsertakan semua
saham yang tercatat di BEI. IHSG BEI diperkenalkan pertama kali pada tanggal 1 April
1983 yang digunakan sebagai indikator untuk memantau pergerakan saham. Indeks ini
mencakup semua saham biasa maupun saham preferen di BEI. Metode penghitungan yang
digunakan adalah metode rata-rata tertimbang Paasche (Ang, 1997).
Sejak tanggal 1 Desember 2007, Bursa Efek Jakarta digabung dengan Bursa Efek
Surabaya menjadi Bursa Efek Indonesia. Oleh karena itu IHSG BEJ kemudian berubah
menjadi IHSG BEI sejak penggabungan tersebut.
2.4 Suku Bunga
Menurut Bodie, Kane, Marcus (2009) tingkat bunga yang tinggi berpengaruh
terhadap semakin rendahnya nilai sekarang dari suatu investasi. Tingkat bunga dibedakan
menjadi dua, yaitu tingkat bunga nominal dan tingkat bunga riil. Tingkat bunga nominal
merupakan tingkat bunga yang dibayar bank, tingkat bunga nominal belum
memperhitungkan inflasi. Tingkat bunga riil menunjukkan kenaikan daya beli seseorang,
tingkat bunga riil sudah memperhitungkan inflasi. Tingkat bunga riil adalah perbedaan
antara tingkat bunga nominal dan tingkat inflasi (Mankiw, 2007).
Jurnal Ekonomi STEI/Volume 25, Nomor 01/ Juni 2016
7
Analisis Pengaruh Faktor-Faktor Ekonomi Makro Terhadap IHSG Di BEI
Tingkat bunga riil yang umumnya dijadikan acuan adalah risk-free rate (di
Indonesia adalah SBI). Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia No. 4/10/2002. Sertifikat
Bank Indonesia (SBI) adalah surat berharga dalam mata uang rupiah yang diterbitkan
Bank Indonesia sebagai pengakuan utang berjangka waktu pendek. SBI merupakan salah
satu kebijakan moneter yang digunakan oleh Bank Indonesia. SBI sendiri mengacu pada
BI rate yang ditentukan oleh BI.
2.5 Nilai Tukar
Model ekonomi tradisional berpendapat bahwa perubahan dari nilai tukar
mempengaruhi neraca perusahaan dan pada akhirnya, keuntungan dan ekuitas berdampak
pada penyesuaian harga di pasar modal. Volatilitas harga saham dari perusahaan
berdampak pada indeks. Branson, Halttunen, dan Masson (1977); Meese dan Rogoff
(1983); Wolff (1988); Ghartey (1998); Hasan dan Javed (2009); dan Samadi et al. (2012)
dalam hasil penelitiannya telah menemukan terdapat hubungan antara variabel makro
ekonomi dan nilai tukar. Argumen teoritis lain dalam hubungan antara harga saham dan
nilai tukar adalah pendekatan portofolio. Menurut teori ini, portofolio (yaitu, pergerakan
arus masuk modal asing dan arus keluar asing modal) terjadi setiap kali ada perubahan
harga saham. Jika harga saham mengalami, mereka akan menarik lebih banyak modal
asing. Namun, penurunan harga saham akan mengakibatkan kekayaan perusahaan
berkurang mengarah ke penurunan kekayaan negara.
2.6 Penelitian Terdahulu
Dalam penelitian yang berjudul “What Explaint the Stock Market’s Reaction to
Federal Reserve Policy”, Ben S. Bernanke dan Kenneth N. Kuttner (2003) meneliti
pengaruh dari perubahan tingkat suku bunga bank federal terhadap harga saham. Dengan
bertujuan untuk mengestimasi reaksi pasar dan memahami alasan dari reaksi pasar.
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah tingkat suku bunga Bank Sentral
Amerika Serikat dan Indeks S&P 500. Penelitian tersebut diukur dengan metode CRSP
value-weighted index. Penelitian mereka dengan menggunakan data tingkat suku bunga
Bank Sentral Amerika Serikat dan indeks S&P 500 selama periode Juni 1989 - Desember
2002 menunjukkan bahwa pemotongan suku bunga bank sentral sebesar 25 basis poin
akan meningkatkan harga saham sebesar 1 persen.
Dalam penelitian yang berjudul “The Interplay Between the Thai and Several
Other International Stock Markets”, Abbas Valadkhani, Surachai Chancharat dan Charles
Havie (2006) menguji pengaruh antara variabel makro ekonomi dan indeks pasar modal
dunia terhadap indeks bursa saham Thailand. Variabel penelitian yang digunakan adalah
tingkat suku bunga, nilai tukar baht, indeks harga konsumen, harga minyak, dan jumlah
penawaran uang, serta indeks bursa saham Argentina, Australia, Brazil, Jerman,
Jurnal Ekonomi STEI/Volume 25, Nomor 01/ Juni 2016
8
Analisis Pengaruh Faktor-Faktor Ekonomi Makro Terhadap IHSG Di BEI
Hongkong, Indonesia, Jepang, Korea, Malaysia, Filipina, Rusia, Singapore, Taiwan,
Inggris, dan Amerika Serikat. Data pengamatan selama periode tahun 1988 hingga tahun
2004 dengan data bulanan kecuali untuk data bursa saham Rusia yang digunakan adalah
periode Desember 1994 hingga Desember 2004. Metode penelitian yang digunakan adalah
Generalised Autoregressive Conditional Heteroskedasticity in Mean (GARCH-M). Hasil
penelitian yang didapat adalah bahwa variable makro ekonomi tidak memberikan
pengaruh yang signifikan terhadap pergerakan bursa saham Thailand kecuali variabel
harga minyak sedangkan untuk bursa saham Asia tenggara memberikan pengaruh yang
signifikan terhadap bursa Thailand baik untuk sebelum maupun sesudah krisis, sementara
bursa internasional tidak memberikan pengaruh yang signifikan. Dimana untuk periode
sebelum krisis bursa saham Malaysia dan Indonesia memberikan pengaruh yang paling
dominan terhadap bursa saham Thailand, sementara setelah krisis peran tersebut
digantikan oleh bursa saham Filipina dan Korea.
Penelitian yang dilakukan oleh Ishomuddin (2010) mengenai pengaruh variabel
makroekonomi dalam dan luar negeri terhadap IHSG menggunakan model OLS
ARCH/GARCH menghasilkan kesimpulan bahwa secara bersama-sama seluruh variabel
bebas yang dimasukkan ke dalam model mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
variabel terikat. Sementara secara parsial hanya variabel kurs yang mempunyai pengaruh
negatif dan signifikan terhadap IHSG, sedangkan variabel inflasi, BI rate, jumlah uang
beredar, dan indeks saham DJIA mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan
terhadap pergerakan IHSG. Kemudian nilai koefisien determinasi (R2) yang dihasilkan
sebesar 94,71 % yang artinya variasi pergerakan IHSG selama periode penelitian dapat
dijelaskan oleh variasi kelima variabel bebasnya.
Kewal (2012) penelitian ini menganalisis pengararuh inflasi, suku bunga, kurs, dan
pertumbuhan PDB terhadap IHSG. Penelitian ini menemukan bahwa tingkat inflasi, suku
bunga SBI dan pertumbuhan PDB tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
IHSG, sedangkan kurs rupiah berpengaruh negatif dan signifikan terhadap IHSG. Riset ini
membuktikan bahwa variabel kurs rupiah mempengaruhi secara negatif signifikan
terhadap IHSG yang artinya semakin kuat kurs rupiah terhadap US $ (rupiah terapresiasi)
maka akan meningkatkan harga saham, dan sebaliknya. Menguatkan kurs rupiah akan
menurunkan biaya produksi diikuti dengan menurunnya tingkat bunga, hal ini akan
memberikan dampak positif pada laba perusahaan yang akhirnya menaikan pendpatan per
lembar saham dan berdampak pada kenaikan IHSG.
Penenlitian Wijayanti dan Kaluge (2013) bertujuan untuk menganalisis pengaruh
beberapa variabel makroekonomi dan indeks pasar modal dunia terhadap pergerakan
IHSG di BEI. Jenis data berupa data sekunder yang diperoleh dari website terkait dengan
periode waktu pengamatan yakni mulai tahun 2005 hingga 2012. Metode penelitian yang
digunakan adalah Error Correction Model (ECM). Hasil penelitian menunjukkan bahwa
dalam jangka pendek maupun jangka panjang pertumbuhan GDP berpengaruh positif
terhadap IHSG, kurs Rupiah terhadap Dollar mempunyai negatif dan signifikan terhadap
IHSG baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang, Inflasi mempunyai korelasi
Jurnal Ekonomi STEI/Volume 25, Nomor 01/ Juni 2016
9
Analisis Pengaruh Faktor-Faktor Ekonomi Makro Terhadap IHSG Di BEI
positif terhadap IHSG namun tidak signifikan baik dalam jangka pendek maupun jangka
panjang, SBI dan IHSG mempunyai hubungan negatif dan tidak signifikan, (DJIA)
mempunyai korelasi positif dan signifikan terhadap IHSG, Nikkei 225 mempunyai
korelasi negatif dan tidak signifikan terhadap IHSG. Nilai R2 sebesar 0,701 menunjukkan
bahwa variabel bebas yang digunakan dalam penelitian telah berkontribusi dalam
pembentukan IHSG sebesar 70% sedangkan 30% kekurangan dibentuk oleh variabel lain
diluar model penelitian.
Penelitian Yeriana dan Ibad (2013) bertujuan untuk menganalisis pengaruh inflasi,
suku bunga SBI, dan kurs terhadap IHSG dan indeks saham sektoral selama periode 20072011. Penelitian ini menggunakan metode analisis regresi linear berganda. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa inflasi, suku bunga SBI, dan kurs berpengaruh negatif signifikan
terhadap IHSG dan indeks saham sektor pertambangan, industri dasar, aneka industri,
barang konsumsi, keuangan, dan perdagangan. Untuk indeks saham sektor pertanian,
properti, dan infrastruktur, inflasi dan suku bunga SBI tidak berpengaruh signifikan
sedangkan kurs berpengaruh negatif signifikan. Secara simultan, perubahan inflasi, suku
bunga SBI, dan kurs mempunyai pengaruh signifikan terhadap perubahan IHSG dan
indeks saham sektoral.
2.7 Hubungan Antar Variabel-Variabel Penelitian
2.7.1 Hubungan Tingkat Suku Bunga SBI dengan IHSG
Tingkat suku bunga adalah harga yang dibayarkan per satuan mata uang yang
dipinjam per periode waktu tertentu, dinyatakan dalam persentase. Perubahan tingkat suku
bunga SBI akan memberikan pengaruh bagi pasar modal dan pasar keuangan. Apabila
tingkat suku bunga naik maka secara langsung akan meningkatkan beban bunga.
Perusahaan yang mempunyai leverageyang tinggi akan mendapatkan dampak yang sangat
berat terhadap kenaikan tingkat bunga. Kenaikan tingkat bunga ini dapat mengurangi
profitabilitas perusahaan sehingga dapat memberikan pengaruh terhadap harga saham
perusahaan yang bersangkutan. Selain kenaikan beban bunga, Tingkat suku bunga akan
menjadi daya tarik bagi investor meminjamkan modalnya di pasar uang misalnya dalam
bentuk deposito. Selain dengan iming-iming tingkat suku bunga yang lebih tinggi,
menyimpan dana dalam bentuk deposito juga lebih aman dibandingkan memegang saham
yang tingkat risikonya lebih tinggi. Hal ini didukung oleh penelitian Yeriana dan Ibad
(2013); dan Wijayanti dan Kaluge (2013). Maka suku bunga dan saham berkorelasi
negatif, sehingga hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini sebagai berikut :
H1 : Diduga variabel Tingkat Suku Bunga SBI berpengaruh negatif terhadap IHSG.
Jurnal Ekonomi STEI/Volume 25, Nomor 01/ Juni 2016
10
Analisis Pengaruh Faktor-Faktor Ekonomi Makro Terhadap IHSG Di BEI
2.7.2 Hubungan Kurs Rupiah dengan IHSG
Kurs atau nilai tukar valuta asing menurut Siamat (2005) adalah harga suatu mata
uang yang dinyatakan dalam harga mata uang lain. Misalnya kurs rupiah atas dolar AS
menunjukkan nilai rupiah yang diperlukan untuk setiap dolar AS. Perubahan kurs rupiah
atas dolar AS berdampak berbeda terhadap setiap jenis saham, artinya suatu saham terkena
dampak positif sedangkan saham lainnya terkena dampak negatif. Contoh kenaikan tajam
kurs USD terhadap rupiah akan berdampak negatif terhadap emiten yang memiliki hutang
dolar sementara produk emiten tersebut dijual lokal, sedangkan emiten yang berorientasi
pada kegiatan ekspor akan menerima dampak positif dari kenaikan kurs USD tersebut
sehingga mengakibatkan kenaikan pada harga saham.
Nilai tukar atau kurs adalah perbandingan nilai mata uang suatu negara dengan
negara lain atau harga antara dua mata uang tersebut. Kurs manjadi variabel yg banyak
diperhaikan investor asing. Kurs yang diperdagangkan di pasar valas, akan menimbulkan
efek substitusi dengan pasar saham. Ketika rupiah depresiasi, memegang dollar akan lebih
menguntungkan bagi investor, selain itu keuntungan yang diperoleh investor asing setelah
dikonversikan ke dalam mata uang dollar akan menjadi lebih sedikit. Dengan tingkat
keuntungan yang lebih rendah maka investasi di pasar saham menjadi kurang menarik lagi
di mata asing sebaliknya mereka akan memindahkan dananya ke pasar valas, hal ini
didukung oleh penelitian Maryanti (2009); Ishomuddin (2010); Kewal (2012); Yeriana
dan Ibad (2013); dan Wijayanti dan Kaluge (2013). Maka Kurs Rupiah dan IHSG adalah
berhubungan negatif, sehingga hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut :
H2 : Diduga variabel Kurs Rupiah berpengaruh negatif terhadap IHSG.
3. Metode Penelitian
3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
3.1.1 Variabel Dependen
IHSG (Y) adalah indeks harga saham gabungan yang dikeluarkan oleh Bursa Efek
Indonesia setiap hari. Data IHSG diperoleh langsung dari www.finance.yahoo.com. Data
yang digunakan adalah data tiap akhir bulan selama periode pengamatan antara tahun
2008-2015.
3.1.2 Variabel Independen
Berikut ini adalah variabel-variabel independen yang digunakan dalam penelitian
ini, yaitu:
Jurnal Ekonomi STEI/Volume 25, Nomor 01/ Juni 2016
11
Analisis Pengaruh Faktor-Faktor Ekonomi Makro Terhadap IHSG Di BEI
1. Tingkat Suku Bunga SBI (X1) adalah tingkat suku bunga yang dikeluarkan oleh
Bank Indonesia pada akhir bulan sesuai keputusan dengan rapat dewan gubernur.
Data diperoleh dari www.bi.go.id. Data yang digunakan adalah data tiap akhir
bulan selama periode amatan antara tahun 2008-2015.
2. Kurs Rupiah (X2) adalah nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat. Kurs
yang digunakan adalah kurs tengah rupiah terhadap dollar Amerika Serikat yang
dikeluarkan oleh Bank Indonesia. Data kurs diambil dari www.bi.go.id. Data yang
digunakan adalah nilai kurs jual akhir bulan selama periode amatan antara tahun
2008-2015.
3.2 Populasi dan Sampel
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh data IHSG, Tingkat
Suku Bunga SBI, dan Kurs Rupiah selama tahun 2008-2015. Sedangkan data yang
digunakan sebagai sampel dalam penelitian ini adalah data penutupan tiap akhir bulan
untuk IHSG, Tingkat Suku Bunga SBI, dan Kurs Rupiah selama periode amatan antara
tahun 2008-2015. Alasan pemilihan periode tahun yang digunakan adalah untuk
mendapatkan hasil yang lebih akurat sesuai dengan keadaan sekarang ini. Pemilihan data
bulanan adalah untuk menghindarkan bias yang terjadi akibat kepanikan pasar dalam
mereaksi suatu informasi, sehingga dengan penggunaan data bulanan diharapkan dapat
memperoleh hasil yang lebih akurat.
3.3 Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa data
bulanan dari IHSG, Tingkat Suku Bunga SBI, dan Kurs Rupiah selama bulan Januari 2008
sampai bulan Desember 2015. Sumber data diperoleh dari www.bi.go.id dan
finance.yahoo.com.
3.4 Metode Pengumpulan Data
Data dalam penelitian ini dikumpulkan dengan cara dokumentasi dari berbagai
macam sumber. Pengumpulan data dan informasi dilakukan dengan cara mengambil dari
internet, artikel, jurnal, dan mempelajari dari buku-buku pustaka yang mendukung proses
penelitian ini.
Jurnal Ekonomi STEI/Volume 25, Nomor 01/ Juni 2016
12
Analisis Pengaruh Faktor-Faktor Ekonomi Makro Terhadap IHSG Di BEI
3.5 Metode Analisis
3.5.1 Persamaan Garis Regresi
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan alat analisis regresi
berganda. Analisis regresi berganda digunakan untuk menguji pengaruh Tingkat Suku
Bunga SBI dan Kurs Rupiah terhadap IHSG dengan menggunakan program SPSS 21.
Seberapa besar variabel independen mempengaruhi variabel dependen dihitung dengan
menggunakan persamaan garis regresi berganda berikut :
Y = a + b1X1 + b2X2+ e
Keterangan
Y
a
b
X1
X2
e
= IHSG
= konstanta
= koefisien garis regresi
= Tingkat Suku Bunga SBI
= Kurs Rupiah
= standar error
Nilai koefisien regresi disini sangat menentukan sebagai dasar analisis, mengingat
penelitian ini bersifat fundamental method. Hal ini berarti jika koefisien b bernilai positif
(+) maka dapat dikatakan terjadi pengaruh searah antara variabel independen dengan
variabel dependen, setiap kenaikan nilai variabel independen akan mengakibatkan
kenaikan variabel dependen. Demikian pula sebaliknya, bila koefisien nilai b bernilai
negatif (-), hal ini menunjukkan adanya pengaruh negatif dimana kenaikan nilai variabel
independen akan mengakibatkan penurunan nilai variabel dependen.
3.5.2 Pengujian Asumsi Klasik
Mengingat alat analisa yang digunakan adalah data sekunder, maka untuk
memenuhi syarat yang ditentukan sehingga penggunaan model regresi linier berganda
perlu dilakukan pengujian atas beberapa asumsi klasik yang digunakan yaitu: uji
normalitas, multikolinieritas, heteroskedastisitas, dan autokorelasi.
3.5.3 Menilai Goodness of Fit Suatu Model
Ketepatan regresi sampel dalam menaksir nilai aktual dapat diukur dari Goodness
of Fitnya. Secara statistik, setidaknya ini dapat diukur dari nilai statistik t, nilai statistik F
dan nilai koefisien determinasi (R2). Perhitungan statistik disebut signifikan secara statistik
apabila nilai uji statistiknya berada dalam daerah kritis (daerah dimana H0 ditolak).
Jurnal Ekonomi STEI/Volume 25, Nomor 01/ Juni 2016
13
Analisis Pengaruh Faktor-Faktor Ekonomi Makro Terhadap IHSG Di BEI
Sebaliknya disebut tidak signifikan bila nilai uji statistiknya berada dalam daerah dimana
H0 diterima (Ghozali, 2013).
4. Hasil dan Pembahasan
4.1 Statistik Deskriptif
Berdasarkan hasil statisti deskriptif, maka berikut didalam Tabel 4.1 akan
ditampilkan karakteristik sampel yang digunakan didalam penelitian ini meliputi: jumlah
sampel (N), rata-rata sampel (mean), nilai maksimum, nilai minimum serta standar deviasi
untuk masing-masing variabel.
Tabel 4.1
Hasil Analisis Statistik Deskriptif
N
Minimum
Maximum
Mean
5518,67 3685,0756
Std. Deviation
IHSG
96
1241,54
1163,08060
SBI
96
5,75
9,50
7,0260
,94624
Kurs Rupiah
96
8465
14584
10377,59
1600,782
Valid N (listwise)
96
Sumber: Data yang diolah
Pada tabel 4.1 diatas menunjukkan bahwa jumlah data yang digunakan dalam
penelitian ini sebanyak 96 sampel data. Berdasarkan hasil perhitungan selama periode
pengamatan nampak bahwa IHSG terndah (minimum) adalah 1.241,54 dan nilai tertinggi
(maximum) 5.518,67. Dari data diatas dapat diketahui bahwa IHSG secara rata-rata
mengalami perubahan positif sebesar 3.685,0756. Hal ini menunjukkan bahwa selama
periode pengamatan 2008-2015 secara umum IHSG mengalami peningkatan. Standar
deviasi IHSG sebesar 1.163,08060 yang kurang dari rata-rata IHSG. Dengan kecilnya
simpangan data menunjukkan rendahnya fluktuasi data variabel IHSG selama periode
pengamatan.
Data Tingkat Suku Bunga SBI terendah (minimum) adalah 5,75 dan yang tertinggi
(maximum) 9,50; kemudian rata-rata Tingkat Suku Bunga SBI sebesar 7,0260 dengan
nilai standar deviasi sebesar 0,94624. Sedangkan data Kurs Rupiah terendah (minimum)
8.465 dan yang tertinggi (maximum) 14.584; kemudian rata-rata Kurs Rupiah sebesar
10.377,59 dengan standar deviasi sebesar 1.600,782.
Jurnal Ekonomi STEI/Volume 25, Nomor 01/ Juni 2016
14
Analisis Pengaruh Faktor-Faktor Ekonomi Makro Terhadap IHSG Di BEI
4.2 Pengujian Asumsi Klasik
4.2.1 Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, data residual
memiliki distribusi normal. Pengujian normalitas data secara analisis statistik dapat
dilakukan dengan menggunakan uji Kolmogorov – Smirnov. Secara multivarians
pengujian normalitas data dilakukan terhadap nilai residual. Data yang berdistribusi
normal ditunjukkan dengan nilai signifikansi diatas 0,05 (Ghozali, 2013). Hasil pengujian
normalitas pada pengujian terhadap 96 data terlihat pada tabel 4.2 beriut:
Tabel 4.2
Kolmogorov-Smirnov Test
IHSG
N
Kurs Rupiah
96
96
96
3685,0756
7,0260
10377,59
1163,0806
0
,94624
1600,782
Absolute
,109
,129
,120
Positive
,079
,128
,120
Negative
-,109
-,129
-,116
1,069
1,267
1,159
,203
,081
,079
Normal Parametersa,b Mean
Std. Deviation
Most Extreme
Differences
SBI
Kolmogorov-Smirnov Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Sumber: Data yang diolah
Dari hasil pengujian seluruh variabel menunjukkan bahwa data telah terdistribusi
secara normal. Hal ini ditunjukkan dengan uji Kolmogorov – Smirnov yang menunjukkan
hasil yang memiliki tingkat signifikansi diatas 0,05.
4.2.2 Uji Multikolinieritas
Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan ada
korelasi antar variabel bebas (independen). Jika variabel independen saling berkorelasi,
Jurnal Ekonomi STEI/Volume 25, Nomor 01/ Juni 2016
15
Analisis Pengaruh Faktor-Faktor Ekonomi Makro Terhadap IHSG Di BEI
maka variabel ini tidak orthogonal. Variabel orthogonal adalah variabel independen yang
nilai korelasi antar sesama variabel independen sama dengan nol (Ghozali, 2013). Untuk
mengetahui apakah terjadi multikolinieritas dapat dilihat dari nilai tolerance dan nilai
Variance Inflation Factor (VIF) yang terdapat pada masing-masing variabel seperti terlihat
pada tabel 4.3 beriut :
Tabel 4.3
Hasil Uji Multikolinieritas
Model
Collinearity Statistics
Tolerance
VIF
1 (Constant)
SBI
,793
1,261
Kurs Rupiah
,793
1,261
Sumber: Data yang diolah
Suatu model regresi dinyatakan bebas dari multikolinieritas adalah jika mempunyai
nilai tolerance lebih dari 0,1 dan VIF lebih kecil dari 10. Dari hasil perhitungan pada tabel
4.3
diperoleh bahwa semua variabel bebas memiliki nilai tolerance berada dibawah 1 dan nilai
VIF jauh di bawah 10. Dengan demikian dalam model regresi ini tidak terjadi
multikolinieritas.
4.2.3 Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linier ada korelasi
antara kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka
dinamakan ada masalah autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang
berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya (Ghozali, 2013). Untuk melihat
ada tidaknya autokorelasi adalah dengan menggunakan uji Durbin-Watson (Ghozali,
2013). Berikut disajikan hasil perhitungan uji autokorelasi pada tabel 4.4.
Jurnal Ekonomi STEI/Volume 25, Nomor 01/ Juni 2016
16
Analisis Pengaruh Faktor-Faktor Ekonomi Makro Terhadap IHSG Di BEI
Tabel 4.4
Hasil Durbin-Watson Test
Model
R
1
,705a
R Square
,597
Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
,586
833,54857
DurbinWatson
1,843
a. Predictors: (Constant), Kurs Rupiah, SBI
b. Dependent Variable: IHSG
Sumber: Data yang diolah
Dari hasil pengolahan data di atas terlihat bahwa nilai Durbin-Watson adalah
sebesar 1,843, dengan n=96 dan k=2 Nilai Durbin-Watson berdasarkan tabel dengan
derajat kepercayaan sebesar 5% adalah dl = 1,625; du = 1,710; 4-dl = 2,375; 4-du = 2,290
(Ghozali, 2013). Nilai Durbin Watson pada penelitian ini adalah 1,843, sehingga berada
terletak diantara du dan 4-du, maka model regresi ini menunjukkan tidak adanya
autokorelasi dan layak digunakan.
4.2.4 Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi
ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varian
dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut
homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heterokedastisitas. Model yang baik adalah
yang tidak terjadi heteroskedastisitas (Ghozali, 2013). Pengujian ini dapat melihat pola
tertentu dalam scatterplot , hasil pengujiannya dapat dilihat pada gambar 4.1 berikut :
Jurnal Ekonomi STEI/Volume 25, Nomor 01/ Juni 2016
17
Analisis Pengaruh Faktor-Faktor Ekonomi Makro Terhadap IHSG Di BEI
Gambar 4.1
Hasil Uji Heteroskedastisitas
Sumber: Data yang diolah
Dari grafik scatterplot terlihat bahwa titik menyebar secara acak serta tersebar baik
di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak
terjadi heteroskedastisitas pada model regresi, sehingga model regresi layak dipakai.
4.3 Penilaian Goodness of Fit Suatu Model
4.3.1 Hasil Analisis Regresi Berganda
Dari data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan metode regresi dan dihitung
dengan menggunakan program SPSS 21. Berdasarkan output SPSS tersebut secara parsial
pengaruh dari dua variabel independen yaitu Tingkat Suku Bunga SBI dan Kurs Rupiah
terhadap IHSG ditunjukkan pada tabel 4.5 sebagai berikut :
Tabel 4.5
Hasil Perhitungan Regresi Berganda
Unstandardized
Coefficients
Model
1
B
Standardized
Coefficients
Std. Error
Beta
(Constant)
4302,872
706,632
SBI
-820,776
101,498
-,668
-,496
,060
-,683
Kurs Rupiah
Sumber: Data yang diolah
Jurnal Ekonomi STEI/Volume 25, Nomor 01/ Juni 2016
18
Analisis Pengaruh Faktor-Faktor Ekonomi Makro Terhadap IHSG Di BEI
Berdasarkan tabel 4.5 bahwa dapat disusun persamaan regresi linier berganda
sebagai berikut:
IHSG = 4302,872 - 820,776 SBI - 0,496 Kurs Rupiah
Berdasarkan model diatas dapat disimpulkan bahwa, pada model regresi variabel
Tingkat Suku Bunga SBI dan Kurs Rupiah berimplikasi secara negatif terhadap IHSG.
Artinya, kenaikan pada variabel Tingkat Suku Bunga dan Kurs Rupiah akan membuat
penurunan nilai IHSG.
4.3.2 Uji Parsial (t test)
Uji parsial digunakan untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel
independen terhadap variabel dependen.
Tabel 4.6
Hasil Uji t
Model
1
(Constant)
t
Sig.
6,089
,000
SBI
-8,087
,000
Kurs Rupiah
-8,270
,000
Sumber: Data yang diolah
Berdasarkan tabel 4.6 bahwa dari kedua variabel independen Tingkat Suku SBI
dan Kurs Rupiah yang dimasukkan dalam model adalah dengan tingkat signifikan dibawah
0,05 sebesar 0,000. Hal ini dapat disimpulkan bahwa variabel Tingkat Suku Bunga SBI
dan Kurs Rupiah mempengaruhi variabel IHSG secara signifikan.
4.3.3 Uji F
Uji statistik F pada dasarnya menujukkan apakah semua variabel independen yang
dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel
dependennya. Hasil perhitungan uji F ini dapat dilihat pada tabel 4.7 berikut :
Jurnal Ekonomi STEI/Volume 25, Nomor 01/ Juni 2016
19
Analisis Pengaruh Faktor-Faktor Ekonomi Makro Terhadap IHSG Di BEI
Tabel 4.7
Hasil Uji F
Sum of
Squares
Model
1
df
Mean Square
Regression
63895165,447
2
31947582,724
Residual
64616699,502
93
694803,220
1,285E8
95
Total
F
45,981
Sig.
,000a
a. Predictors: (Constant), Kurs Rupiah, SBI
b. Dependent Variable: IHSG
Sumber: Data yang diolah
Dari hasil analisis regresi dapat diketahui pula bahwa secara simultan variabel
independen memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen. Hal ini dapat
dibuktikan dari nilai F hitung sebesar 45, 981 dengan probabilitas 0,000. Karena
probabilitas jauh lebih kecil dari 0,05, maka model regresi dapat digunakan untuk
memprediksi IHSG atau dapat dikatakan bahwa variabel Tingkat Suku Bunga SBI dan
Kurs Rupiah secara simultan berpengaruh terhadap IHSG.
4.3.4 Uji Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi digunakan untuk menguji goodness-fit dari model regresi.
Hasil perhitungan koefisen determinasi dapat dilihat pada tabel 4.8 berikut :
Tabel 4.8
Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2)
Model
R
1
,705a
R Square
Adjusted R
Square
,597
,586
Std. Error of
the Estimate
833,54857
a.
Predictors: (Constant), Kurs Rupiah, SBI
b. Dependent Variable: IHSG
Sumber: Data yang diolah
Jurnal Ekonomi STEI/Volume 25, Nomor 01/ Juni 2016
20
Analisis Pengaruh Faktor-Faktor Ekonomi Makro Terhadap IHSG Di BEI
Berdasatkan hasil perhitungan tabel diatas besarnya Adjusted R2 sebesar 0,586
yang berarti variabilitas variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variabilitas variabel
independen sebesar 58,6%. Jadi model cukup baik. Sedangkan sisanya 41,4% dijelaskan
oleh variabel lainnya yang tidak dimasukkan dalam model regresi.
5. Kesimpulan dan Saran
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah dikemukakan diatas,
dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Hasil penelitian ini sejalan dengan hipotesis 1 yang diajukan bahwa variabel
Tingkat Suku Bunga SBI berpengaruh negatif terhadap variabel IHSG. Hasil ini
menunjukkan bahwa penurunan SBI oleh pemerintah akan mendorong kenaikan
IHSG. Selama periode penelitian, situasi perekonomian Indonesia cukup baik.
Pertumbuhan perekonomian Indonesia ini tidak lepas dari kebijakan Bank
Indonesia yang mendorong pemotongan SBI secara berkala untuk meningkatkan
penyaluran kredit kepada masyarakat (www.bi.go.id). Investor yang akan
berinvestasi di pasar modal Indonesia hendaknya memperhatikan vaiabel Tingkat
Suku Bunga SBI karena memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap IHSG.
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Yeriana dan Ibad (2013); dan
Wijayanti dan Kaluge (2013).
2. Bahwa variabel Kurs Rupiah berpengaruh negatif terhadap IHSG. Hasil ini
menunjukkan bahwa ketika nilai kurs rupiah terdepresiasi maka IHSG akan
melemah. Bagi investor sendiri, pelemahan nilai kurs rupiah menunjukkan situasi
fundamental perekonomian Indonesia dalam kondisi suram. Ketika prospek
perekonomian suram, maka investor cenderung melepaskan saham-saham yang
dimilikinya untuk menghindari resiko. Aksi jual saham ini tentunya akan
mendorong pelemahan IHSG. Selama periode pengamatan sendiri, diperoleh hasil
bahwa nilai kurs rupiah dipertahankan oleh Bank Indonesia dalam kisaran Rp
9.000,00 – Rp 13.000,00 per dollar Amerika Serikat. Nilai Kurs Rupiah yang
relatif stabil ini menunjukkan bahwa prospek perekonomian Indonesia cukup baik.
Hal ini tercermin dari kenaikan IHSG selama periode pengamatan. Hasil penelitian
ini didukung oleh penelitian Maryanti (2009); Ishomuddin (2010); Kewal (2012);
Yeriana dan Ibad (2013); dan Wijayanti dan Kaluge (2013).
3. Secara simultan bahwa variabel Tingkat Suku Bunga SBI dan Kurs Rupiah
berpengaruh signifikan terhadap IHSG.
5.2 Saran
Dari hasil penelitian ini diperoleh hasil bahwa variabel tingkat suku bunga SBI dan
Kurs Rupiah berpengaruh secara signifikan, baik secara parsial maupun secara simultan
terhadap IHSG. Variabel tingkat suku bunga SBI dan Kurs Rupiah berpengaruh negatif
terhadap IHSG. Bagi investor yang hendak berinvestasi di Bursa Efek Indonesia,
hendaknya memperhatikan pergerakan kedua variabel tersebut. Sebab berdasar
Jurnal Ekonomi STEI/Volume 25, Nomor 01/ Juni 2016
21
Analisis Pengaruh Faktor-Faktor Ekonomi Makro Terhadap IHSG Di BEI
perhitungan pada bab IV, diperoleh nilai adjusted R2 adalah sebesar 0.586, ini berarti
bahwa variasi dari variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini mampu
menjelaskan 58.6% variasi variabel dependen. Ini berarti pergerakan IHSG dapat
diprediksi dari pergerakan kedua variabel independen tersebut.
Selanjutnya dalam rangka pengembangan ilmu yang merupakan penelitian
lanjutan, maka dapat disarankan untuk penelitian selanjutnya dapat digunakan data harian
sehingga mendapatkan hasil penelitian yang lebih akurat. Selain itu pada penelitian ini
pilihan indeks yang digunakan adalah IHSG, maka pada penelitian selanjutnya dapat
menggunakan indeks lain semisal indeks LQ-45, Kompas 100, Bisnis 27, ISSI, JII ataupun
indeks global sehingga mampu mendapatkan gambaran yang lebih lengkap mengenai
kondisi pasar modal di Indonesia dan dunia serta variabel ekonomi makro lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Abbas Valadkhani, Surachai Chancharat and Charles Havie. 2006. The Interplay Between
the Thai and Several Other International Stock Markets. Available:
www.ideas.repec.org
Ang, Robert. 1997. Buku Pintar : Pasar Modal Indonesia. First Edition Mediasoft
Indonesia.
Antonello D”Agostino, Luca Sala, dan Paolo Surico. 2005. The Fed and the Stock Market.
Available: www.ideas.repec.org
Ben S. Bernanke dan Kenneth N. Kuttner. 2003. What Explaint the Stock Market’s
Reaction to Federal Reserve Policy. Available: www.federalreserve.gov
Blanchard, O. 2006. Macroeconomics. 4th ed. New Jersey: Pearson Prentice Hall.
Bodie, Kane, dan Marcus. 2008. Investments. 8th Edition. New York: McGraw-Hill
Companies, Inc.
Branson, W. H., Halttunen, H. dan Masson, P. 1977. Exchange Rates in the Short Run:
The Dollar-Duetschemark Rate. European Economic Review. 10, 303-324.
Ghartey, E. E. 1998. Money Demand in Jamaica: Evidence from Cointegration, Error
Correction Modelling, and Exogeneity. North American Journal of Economics and
Finance. 9(1), 33-44.
Hasan, A. dan Javed, M. T. 2009. An Empirical Investigation of the Causal Relationship
among Monetary Variales and Equity Market Returns. The Lahore Journal of
Economics. 14(1), 115-137.
Jurnal Ekonomi STEI/Volume 25, Nomor 01/ Juni 2016
22
Analisis Pengaruh Faktor-Faktor Ekonomi Makro Terhadap IHSG Di BEI
Imam Ghozali. 2013. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. BP Undip
Semarang.
Ishomuddin. 2010. Analisis Pengaruh Variabel Makroekonomi Dalam Dan Luar Negeri
Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan Di Bursa Efek Indonesia (Periode
Pengamatan 1991.1-2009.12). Kertas Kerja: Universitas Diponegoro. Semarang.
Kewal, Suramaya S. 2012. Pengaruh Inflasi, Suku Bunga, Kurs, dan Pertumbuhan PDB
Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan. Jurnal Economica. Vol 8.
Mankiw, N. Gregory, 2007, Makroekonomi, Edisi Keenam. Jakarta: PT Gelora Aksara
Pratama.
Maryanti, Sri. 2009. Analisis Pengaruh Nilai Tingkat Suk Bunga SBI dan Niai Kurs Dollar
AS Terhadap Indeks Harga saham Gabungan: Studi pada Bursa Efek Jakarta. Jurnal
Perekonomian dan Bisnis. Vol. 1, (No. 1): 12-25.
Meese, R. A. dan Rogoff, K. 1983. Empirical exchange rate models of the seventies, do
they fit out of sample?. Journal of International Economics. 14, 3-24.
Pasaribu, R. B. F., dan Firdaus, Mikail. 2013. Analisis Pengaruh Variabel Makroekonomi
Terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia. Jurnal Ekonomi dan Bisnis. Vol. 7 No. 2
pp. 117-128.
Prasetiono, Dwi Wahyu. 2010. Analisis Pengaruh Faktor Fundamental Ekonomi Makro
dan Harga Minyak Terhadap Saham LQ45 Dalam Jangka Pendek dan Jangka
Panjang. Jurnal of Indonesian Applied Economics. Vol. 4 No. 1 pp. 11-25.
Ruhendi dan Arifin. 2003. Dampak Perubahan Kurs Rupiah dan Indeks Harga Saham
Dow Jones Di New York Stock Exchange Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan
Di Bursa Efek Jakarta.
Samadi, S., Bayani, O. dan Ghalandari, M. 2012. The Relationship between
Macroeconomic Variables and Stock Returns in Tehran Stock Exchange.
International Journal of Academic Research in Business and Social Sciences. 2(6),
559-573.
Samsul, Mohammad. 2008. Pasar Modal dan Manajemen Portofolio. Erlangga, Jakarta
Siamat, Dahlan. 2005. Manajemen Lembaga Keuangan. Jakarta: Lembaga Penerbit
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Tandelilin, Eduardus. 2001. Portofolio dan Investasi: Teori dan Aplikasi. Edisi Pertama.
Yogyakarta: BPFE.
Jurnal Ekonomi STEI/Volume 25, Nomor 01/ Juni 2016
23
Analisis Pengaruh Faktor-Faktor Ekonomi Makro Terhadap IHSG Di BEI
Wijayanti, Anis dan Kaluge, David. 2013. Pengaruh Beberapa Variabel Makroekonomi
dan Indeks Pasar Modal Dunia Terhadap Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan
(IHSG) di BEI. Jurnal Ilmiah. Malang: Universitas Brawijaya.
Witjaksono. 2010. Analisis Pengaruh Tingkat Suku Bunga SBI, Harga Minyak Dunia,
Harga Emas Dunia, Kurs Rupiah, Indeks Nikkei 225, dan Indeks Dow Jones
Terhadap IHSG.
Wolff, C. C. P. 1988. Exchange rates, innovationsand forecasting.
International Money and Finance. 7(1), 49-61.
Journal of
www.bi.go.id
www.en.wikipedia.org
www.finance.yahoo.com
Yeriana, Yana dan Ibad, Akromul. 2013. Pengaruh Inflasi, Suku Bunga SBI, dan Kurs
Terhadap IHSG dan Indeks Saham Sektoral Periode 2007-2011. Manajemen
Keuangan. Volume 2 No. 2.
Jurnal Ekonomi STEI/Vol
ANALISIS PENGARUH FAKTOR-FAKTOR EKONOMI MAKRO
TERHADAP IHSG DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI)
Dian Surya Sampurna
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia, Jakarta
[email protected]
Abstract
The purpose of this research was to analyze the effects of SBI interest rate and
exchange rate of rupiah against JCI. This research using secondary data from the monthly
during the period Januari 2008 to December 2015 and the data source from
www.finance.yahoo.com and www.bi.go.id. This research used multiple linear regression
analysis method.
The results showed that SBI interest rate and exchange rate of rupiah had negative
effect on JCI. Simultaneously SBI interest rate and exchange rate of rupiah has significant
influence on JCI. Adjusted R2 value of 0.586 indicates that the independent variables used
in the study has contributed to the establishment of JCI amounted to 58.6%, while 41.4%
drawbacks established by other variables outside the research model.
Keyword: JCI, SBI Interest Rate, Exchange Rate of Rupiah
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Tingkat Suku Bunga SBI
dan Kurs Rupiah terhadap IHSG. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
data sekunder berupa data bulanan selama periode 2008-2015 dan sumber data dari
www.finance.yahoo.com dan www.bi.go.id. Penelitian ini menggunakan metode analisis
regresi linear berganda.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Tingkat Suku Bunga SBI dan Kurs Rupiah
berpengaruh negatif terhadap IHSG. Secara simultan Tingkat Suku Bunga SBI dan Kurs
Rupiah mempunyai pengaruh signifikan terhadap IHSG. Nilai Adjusted R2 sebesar 0,586
menunjukkan bahwa variabel independen yang digunakan dalam penelitian telah
berkontribusi dalam pembentukan IHSG sebesar 58,6%, Sedangkan kekurangannya
41,4% dibentuk oleh variabel lain diluar model penelitian.
Kata kunci: IHSG, Tingkat Suku Bunga SBI, Kurs Rupiah
Jurnal Ekonomi STEI/Volume 25, Nomor 01/ Juni 2016
1
Analisis Pengaruh Faktor-Faktor Ekonomi Makro Terhadap IHSG Di BEI
1. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang Masalah
Perekonomian dunia telah memasuki era globalisasi yang memberikan pengaruh
besar terhadap pergerakan modal asing yang akan masuk ke dalam pasar keuangan di
negara-negara berkembang misalnya Indonesia melalui Bursa Efek Indonesia.
Pasar modal memiliki peran penting sebagai indikator yang dapat digunakan
sebagai tolak ukur kemajuan perekonomian sebuah negara sekaligus penunjang ekonomi
negara (Ang, 1997). Pasar modal yang mengalami peningkatan (bullish) atau mengalami
penurunan (bearish) terlihat dari naik turunnya harga-harga saham yang tercermin dalam
pergerakan indeks. Indeks harga saham adalah indikator pergerakan harga saham yang
merupakan salah satu pedoman bagi investor untuk melakukan investasi di pasar modal.
(www.idx.co.id). Ada sebelas macam indeks saham di Bursa Efek Indonesia, salah
satunya yaitu IHSG atau dikenal dengan Indeks Harga Saham Gabungan. Melalui IHSG
investor dapat melihat kondisi pasar, apakah sedang mengalami peningkatan atau
penurunan, untuk menentukan strategi investasinya. Menurut Blanchard (2006) secara
garis besar ada beberapa faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pergerakan Indeks
Harga Saham yaitu faktor ekonomi makro seperti keadaan ekonomi global, kestabilan
politik suatu negara, inflasi, kurs dan suku bunga Bank Indonesia
Witjaksono (2010) menjelaskan bahwa di Indonesia kebijakan tingkat suku bunga
dikendalikan secara langsung oleh Bank Indonesia melalui BI rate. BI Rate merupakan
respon bank sentral terhadap tekanan inflasi ke depan agar tetap berada pada sasaran yang
telah ditetapkan. Perubahan BI rate sendiri dapat memicu pergerakan di pasar saham
Indonesia. Penurunan BI rate secara otomatis akan memicu penurunan tingkat suku bunga
kredit maupun deposito. Bagi para investor, dengan penurunan tingkat suku bunga
deposito, akan mengurangi tingkat keuntungan yang diperoleh bila dana yang mereka
miliki diinvestasikan dalam bentuk deposito. Selain itu dengan penurunan suku bunga
kredit, biaya modal akan menjadi kecil, ini dapat mempermudah perusahaan untuk
memperoleh tambahan dana dengan biaya yang murah untuk meningkatkan
produktivitasnya. Peningkatan produktivitas akan mendorong peningkatan laba, hal ini
dapat menjadi daya tarik bagi para investor untuk berinvestasi di pasar modal. Antonello
D”Agostino, Luca Sala, dan Paolo Surico (2005) dalam penelitiannya yang berjudul “The
Fed and the Stock Market” mereka menguji pengaruh tingkat suku bunga Bank Sentral
Amerika Serikat terhadap Indeks S&P 500. Variabel penelitian mereka adalah tingkat
suku bunga Bank Sentral Amerika Serikat dan Indeks S&P 500. Sampel penelitian adalah
tingkat suku bunga Bank Sentral Amerika Serikat dan Indeks S&P 500 selama periode
1985-2004. Metode penelitian yang digunakan adalah Threshold Structural Vector
Autoregressive (TSVAR Model). Hasil penelitian mereka menemukan bahwa ketika
kondisi ekonomi sedang berada pada masa inflasi, penurunan nilai pasar sebesar 5%
termasuk penurunan suku bunga sebesar 19 basis point; pengetatan kebijakan moneter
sebesar 50 basis poin akan memicu penurunan indeks S&P500 sebesar 4,7%. Tetapi ketika
Jurnal Ekonomi STEI/Volume 25, Nomor 01/ Juni 2016
2
Analisis Pengaruh Faktor-Faktor Ekonomi Makro Terhadap IHSG Di BEI
ekonomi sedang berjalan normal, Bank Sentral hanya akan mengubah tingkat suku bunga
berdasar pada tingkat inflasi dan kesenjangan output saja, dan tidak akan merespon
terhadap tingkat pengembalian asset (asset price return). Secara khusus peningkatan suku
bunga sebesar 50 basis poin secara tak terduga akan menyebabkan penurunan indeks di
S&P 500 sebesar 2,3%.
Menurut Ruhendi dan Arifin (2003) kurs mata uang menunjukkan harga suatu
mata uang jika dipertukarkan dengan mata uang lain, dimana kurs mata uang dapat
diartikan sebagai perbandingan nilai antar mata uang. Perubahan nilai tukar/kurs rupiah
terhadap dollar Amerika dapat memberikan dampak yang positif dan negatif terhadap
perusahaan. Saat nilai tukar/kurs rupiah terdepresiasi terhadap dollar Amerika, bagi
perusahaan impor atau perusahaan yang memiliki hutang dalam bentuk dollar Amerika,
hal ini dapat berdampak negatif. Sedangkan bagi perusahaan yang mendapat penerimaan
dalam bentuk dollar Amerika misalnya perusahaan ekspor, hal ini dapat berdampak
positif.
Beberapa penelitian terdahulu telah dilakukan untuk mengetahui pengaruh antara
variabel makro ekonomi terhadap pasar modal. Di antaranya adalah penelitian Ben S.
Bernanke dan Kenneth N. Kuttner (2003) menunjukkan bahwa tingkat suku bunga
memiliki pengaruh secara signifikan terhadap pergerakan pasar modal Amerika Serikat.
Hal tersebut didukung oleh hasil penelitiannya Prasetiono (2010) yang menunjukkan
variabel Tingkat Suku Bunga berpengaruh terhadap harga saham LQ45. Sedangkan
penelitiannya Ruhendi dan Arifin (2003) tentang “Dampak Perubahan Kurs Rupiah dan
Indeks Harga Saham Dow Jones di New York Stock Exchange” bahwa kurs berpengaruh
positif terhadap pasar modal Indonesia.
Abbas Valadkhani, Surachai Chancharat dan Charles Havie (2006) tentang
pengaruh variabel makro ekonomi Thailand dan Pasar Modal Internasional terhadap Pasar
modal Thailand memberikan hasil bahwa variabel makro ekonomi seperti tingkat suku
bunga, nilai tukar baht, indeks harga konsumen dan jumlah penawaran uang tidak
memberikan pengaruh yang signifikan terhadap pergerakan pasar modal Thailand,
sementara perubahan harga minyak memberikan pengaruh yang negatif bagi pasar modal
Thailand hanya untuk periode sebelum krisis pada tahun 1997.
Kewal (2012) penelitian ini menganalisis pengararuh inflasi, suku bunga, kurs, dan
pertumbuhan PDB terhadap IHSG. Penelitian ini menemukan bahwa tingkat inflasi, suku
bunga SBI dan pertumbuhan PDB tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
IHSG, sedangkan kurs rupiah berpengaruh negatif dan signifikan terhadap IHSG.
Wijayanti dan Kaluge (2013) tentang pengaruh beberapa variabel makroekonomi
dan indeks pasar modal dunia terhadap pergerakan IHSG di BEI. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa kurs Rupiah terhadap Dollar mempunyai pengaruh negatif dan
signifikan terhadap IHSG, sedangkan SBI dan IHSG mempunyai hubungan negatif dan
tidak signifikan,
Jurnal Ekonomi STEI/Volume 25, Nomor 01/ Juni 2016
3
Analisis Pengaruh Faktor-Faktor Ekonomi Makro Terhadap IHSG Di BEI
Yeriana dan Ibad (2013) menganalisis pengaruh inflasi, suku bunga SBI, dan kurs
terhadap IHSG dan indeks saham sektoral. Hasil penelitian menunjukkan bahwa inflasi,
suku bunga SBI, dan kurs berpengaruh negatif signifikan terhadap IHSG dan indeks
saham sektor. Untuk indeks saham sektor seperti pertanian, properti, dan infrastruktur,
inflasi dan suku bunga SBI tidak berpengaruh signifikan sedangkan kurs berpengaruh
negatif signifikan. Sedangkan secara simultan seluruh variabel berpengaruh terhadap
IHSG, sama halnya dengan penelitiannya Pasaribu dan Firdaus, (2014).
Pasaribu dan Firdaus (2013) yang menujukkan bahwa variabel tingkat suku bunga
berpengaruh positif terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI).
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka permasalahan dalam penelitian
ini dapat diidentifikasi sebagai berikut:
1.
2.
3.
IHSG mengalami penurunan yang signifikan pada tahun 2008 akibat adanya krisis
Amerika dan Eropa, pemegang saham harus mewaspadai faktor-faktor ekonomi
makro yang akan berdampak pada IHSG.
Adanya kesulitan bagi investor dalam mengidentifikasi faktor-faktor ekonomi makro
yang paling berpengaruh terhadap IHSG.
Adanya hasil penelitian yang tidak konsisten atau berbeda antara peneliti yang satu
dengan peneliti yang lain.
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang dan permasalahan tersebut maka dapat dirumuskan
masalah sebagai berikut :
1.
2.
3.
Bagaimana pengaruh Tingkat Suku Bunga SBI terhadap IHSG di Bursa Efek
Indonesia?
Bagaimana pengaruh Kurs Rupiah terhadap IHSG di Bursa Efek Indonesia?
Bagaimana pengaruh Tingkat Suku Bunga SBI dan Kurs Rupiah secara simultan
terhadap IHSG di Bursa Efek Indonesia?
1.4 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah:
1.
2.
3.
Untuk mengetahui pengaruh Tingkat Suku Bunga SBI terhadap IHSG di Bursa Efek
Indonesia.
Untuk mengetahui pengaruh Kurs Rupiah terhadap IHSG di Bursa Efek Indonesia.
Untuk mengetahui pengaruh Tingkat Suku Bunga SBI dan Kurs Rupiah secara
simultan terhadap IHSG di Bursa Efek Indonesia.
Jurnal Ekonomi STEI/Volume 25, Nomor 01/ Juni 2016
4
Analisis Pengaruh Faktor-Faktor Ekonomi Makro Terhadap IHSG Di BEI
2. Landasan Teori
2.1 Teori Makro Ekonomi
Ilmu makro ekonomi merupakan salah satu cabang dari ilmu ekonomi. Makro
ekonomi berfokus pada perilaku dan kebijakan ekonomi yang dapat mempengaruhi tingkat
konsumsi dan investasi, neraca perdagangan dan pembayaran suatu negara, faktor-faktor
penting yang mempengaruhi perubahan harga dan upah, kebijakan fiskal dan moneter,
jumlah uang yang beredar, tingkat suku bunga dan jumlah utang negara. Secara ringkas
dapat dikatakan bahwa makro ekonomi sangat memperhatikan interaksi antara tenaga
kerja, perputaran barang, dan aset-aset ekonomi yang mengakibatkan terjadinya kegiatan
perdagangan tiap individu atau negara (Dornbusch, 2006). Kondisi makro perekonomian
suatu negara merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kinerja perusahaanperusahaan yang ada di negara tersebut (Samsul, 2008). Faktor-faktor makro ekonomi
yang secara langsung dapat mempengaruhi kinerja saham maupun kinerja perusahaan
antara lain (Samsul, 2008):
1. Tingkat suku bunga domestik.
2. Kurs valuta asing.
3. Kondisi perekonomian internasional.
4. Siklus ekonomi suatu negara.
5. Tingkat inflasi.
6. Peraturan Perpajakan
7. Jumlah uang yang beredar.
Ketika kondisi makro ekonomi di suatu negara mengalami perubahan baik yang
positif ataupun negatif, investor akan mengkalkulasikan dampaknya terhadap kinerja
perusahaan di masa depan, kemudian mengambil keputusan membeli atau menjual saham
perusahaan yang bersangkutan. Aksi jual dan beli ini akan mengakibatkan terjadinya
perubahan harga saham, yang pada akhirnya akan berpengaruh pada indeks pasar modal di
negara tersebut.
2.2 Teori Investasi
Investasi adalah suatu komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya
yang dilakukan saat ini dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan di masa datang.
Tujuan dari seseorang melakukan investasi adalah mendapatkan keuntungan yang dapat
diperoleh dari capital gain dan dividen perusahaan (Tandelilin, 2001). Teori investasi
menjelaskan bahwa keputusan investasi selalu menyangkut dua hal, yaitu risk dan return.
Risiko mempunyai hubungan positif dan linear dengan return yang diharapkan dari suatu
investasi, sehingga semakin besar return yang diharapkan semakin besar pula risiko yang
harus ditanggung oleh seorang investor. Investasi dalam bentuk saham, return yang
diperoleh berasal dari dua sumber, yaitu dividen dan capital gain, sedangkan risiko
investasi tercermin dari variabilitas return saham yang diperoleh atau risiko juga sama
dengan selisih expected return dengan actual return.
Jurnal Ekonomi STEI/Volume 25, Nomor 01/ Juni 2016
5
Analisis Pengaruh Faktor-Faktor Ekonomi Makro Terhadap IHSG Di BEI
2.3 Indeks Harga Saham Gabungan
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) merupakan suatu nilai yang digunakan
untuk mengukur kinerja kerja saham yang tercatat di suatu bursa efek.
Ada dua metode penghitungan IHSG yang umum dipakai (Ang, 1997) :
1) Metode rata-rata (Average Method)
Merupakan metode dimana harga pasar saham-saham yang masuk dalam indeks
tersebut dijumlah kemudian dibagi dengan suatu faktor pembagi.
IHSG
P
s
Divisor
Sumber : www.idx.co.id
Keterangan
IHSG = Indeks Harga Saham Gabungan
ƩPs
= Total Harga Saham
Divisor = Harga Dasar Saham
2) Metode rata-rata tertimbang (Weighted Average Method)
Merupakan suatu metode yang menambahkan bobot dalam perhitungan indeks
disamping harga pasar saham-saham yang tercatat dan harga dasar saham. Pembobotan
yang dilakukan dalam perhitungan indeks pada umumnya adalah jumlah saham yang
dikeluarkan.
Ada dua metode untuk menghitung metode rata-rata tertimbang :
1) Paasche
Metode ini memperbandingkan kapitalisasi pasar seluruh saham dengan nilai dasar
seluruh saham yang tergantung dalam sebuah indeks. Dalam hal ini makin besar
kapitalisasi suatu saham, maka akan menimbulkan pengaruh yang sangat besar jika
terjadi perubahan harga pada saham yang bersangkutan.
Indeks
(P
(P
s
x Ss )
base
x Ss )
Sumber: (en.wikipedia.org)
Jurnal Ekonomi STEI/Volume 25, Nomor 01/ Juni 2016
6
Analisis Pengaruh Faktor-Faktor Ekonomi Makro Terhadap IHSG Di BEI
Keterangan
Ps
Ss
Pbase
= Harga Saham Sekarang
= Jumlah Saham yang Beredar
= Harga Dasar Saham
2) Laspreyes
Rumus ini menggunakan jumlah saham yang dikeluarkan pada hari dasar dan tidak
berubah selamanya walaupun ada pengeluaran saham baru.
Indeks
(P
(P
s
x So )
base
x So )
Sumber: (en.wikipedia.org)
Keterangan
Ps
So
Pbase
= Harga Saham Sekarang
= Jumlah Saham Awal
= Harga Dasar Saham
IHSG BEI atau JSX CSPI merupakan IHSG yang dikeluarkan oleh BEI. IHSG BEI
ini mengambil hari dasar pada tanggal 10 Agustus 1982 dan mengikutsertakan semua
saham yang tercatat di BEI. IHSG BEI diperkenalkan pertama kali pada tanggal 1 April
1983 yang digunakan sebagai indikator untuk memantau pergerakan saham. Indeks ini
mencakup semua saham biasa maupun saham preferen di BEI. Metode penghitungan yang
digunakan adalah metode rata-rata tertimbang Paasche (Ang, 1997).
Sejak tanggal 1 Desember 2007, Bursa Efek Jakarta digabung dengan Bursa Efek
Surabaya menjadi Bursa Efek Indonesia. Oleh karena itu IHSG BEJ kemudian berubah
menjadi IHSG BEI sejak penggabungan tersebut.
2.4 Suku Bunga
Menurut Bodie, Kane, Marcus (2009) tingkat bunga yang tinggi berpengaruh
terhadap semakin rendahnya nilai sekarang dari suatu investasi. Tingkat bunga dibedakan
menjadi dua, yaitu tingkat bunga nominal dan tingkat bunga riil. Tingkat bunga nominal
merupakan tingkat bunga yang dibayar bank, tingkat bunga nominal belum
memperhitungkan inflasi. Tingkat bunga riil menunjukkan kenaikan daya beli seseorang,
tingkat bunga riil sudah memperhitungkan inflasi. Tingkat bunga riil adalah perbedaan
antara tingkat bunga nominal dan tingkat inflasi (Mankiw, 2007).
Jurnal Ekonomi STEI/Volume 25, Nomor 01/ Juni 2016
7
Analisis Pengaruh Faktor-Faktor Ekonomi Makro Terhadap IHSG Di BEI
Tingkat bunga riil yang umumnya dijadikan acuan adalah risk-free rate (di
Indonesia adalah SBI). Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia No. 4/10/2002. Sertifikat
Bank Indonesia (SBI) adalah surat berharga dalam mata uang rupiah yang diterbitkan
Bank Indonesia sebagai pengakuan utang berjangka waktu pendek. SBI merupakan salah
satu kebijakan moneter yang digunakan oleh Bank Indonesia. SBI sendiri mengacu pada
BI rate yang ditentukan oleh BI.
2.5 Nilai Tukar
Model ekonomi tradisional berpendapat bahwa perubahan dari nilai tukar
mempengaruhi neraca perusahaan dan pada akhirnya, keuntungan dan ekuitas berdampak
pada penyesuaian harga di pasar modal. Volatilitas harga saham dari perusahaan
berdampak pada indeks. Branson, Halttunen, dan Masson (1977); Meese dan Rogoff
(1983); Wolff (1988); Ghartey (1998); Hasan dan Javed (2009); dan Samadi et al. (2012)
dalam hasil penelitiannya telah menemukan terdapat hubungan antara variabel makro
ekonomi dan nilai tukar. Argumen teoritis lain dalam hubungan antara harga saham dan
nilai tukar adalah pendekatan portofolio. Menurut teori ini, portofolio (yaitu, pergerakan
arus masuk modal asing dan arus keluar asing modal) terjadi setiap kali ada perubahan
harga saham. Jika harga saham mengalami, mereka akan menarik lebih banyak modal
asing. Namun, penurunan harga saham akan mengakibatkan kekayaan perusahaan
berkurang mengarah ke penurunan kekayaan negara.
2.6 Penelitian Terdahulu
Dalam penelitian yang berjudul “What Explaint the Stock Market’s Reaction to
Federal Reserve Policy”, Ben S. Bernanke dan Kenneth N. Kuttner (2003) meneliti
pengaruh dari perubahan tingkat suku bunga bank federal terhadap harga saham. Dengan
bertujuan untuk mengestimasi reaksi pasar dan memahami alasan dari reaksi pasar.
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah tingkat suku bunga Bank Sentral
Amerika Serikat dan Indeks S&P 500. Penelitian tersebut diukur dengan metode CRSP
value-weighted index. Penelitian mereka dengan menggunakan data tingkat suku bunga
Bank Sentral Amerika Serikat dan indeks S&P 500 selama periode Juni 1989 - Desember
2002 menunjukkan bahwa pemotongan suku bunga bank sentral sebesar 25 basis poin
akan meningkatkan harga saham sebesar 1 persen.
Dalam penelitian yang berjudul “The Interplay Between the Thai and Several
Other International Stock Markets”, Abbas Valadkhani, Surachai Chancharat dan Charles
Havie (2006) menguji pengaruh antara variabel makro ekonomi dan indeks pasar modal
dunia terhadap indeks bursa saham Thailand. Variabel penelitian yang digunakan adalah
tingkat suku bunga, nilai tukar baht, indeks harga konsumen, harga minyak, dan jumlah
penawaran uang, serta indeks bursa saham Argentina, Australia, Brazil, Jerman,
Jurnal Ekonomi STEI/Volume 25, Nomor 01/ Juni 2016
8
Analisis Pengaruh Faktor-Faktor Ekonomi Makro Terhadap IHSG Di BEI
Hongkong, Indonesia, Jepang, Korea, Malaysia, Filipina, Rusia, Singapore, Taiwan,
Inggris, dan Amerika Serikat. Data pengamatan selama periode tahun 1988 hingga tahun
2004 dengan data bulanan kecuali untuk data bursa saham Rusia yang digunakan adalah
periode Desember 1994 hingga Desember 2004. Metode penelitian yang digunakan adalah
Generalised Autoregressive Conditional Heteroskedasticity in Mean (GARCH-M). Hasil
penelitian yang didapat adalah bahwa variable makro ekonomi tidak memberikan
pengaruh yang signifikan terhadap pergerakan bursa saham Thailand kecuali variabel
harga minyak sedangkan untuk bursa saham Asia tenggara memberikan pengaruh yang
signifikan terhadap bursa Thailand baik untuk sebelum maupun sesudah krisis, sementara
bursa internasional tidak memberikan pengaruh yang signifikan. Dimana untuk periode
sebelum krisis bursa saham Malaysia dan Indonesia memberikan pengaruh yang paling
dominan terhadap bursa saham Thailand, sementara setelah krisis peran tersebut
digantikan oleh bursa saham Filipina dan Korea.
Penelitian yang dilakukan oleh Ishomuddin (2010) mengenai pengaruh variabel
makroekonomi dalam dan luar negeri terhadap IHSG menggunakan model OLS
ARCH/GARCH menghasilkan kesimpulan bahwa secara bersama-sama seluruh variabel
bebas yang dimasukkan ke dalam model mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
variabel terikat. Sementara secara parsial hanya variabel kurs yang mempunyai pengaruh
negatif dan signifikan terhadap IHSG, sedangkan variabel inflasi, BI rate, jumlah uang
beredar, dan indeks saham DJIA mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan
terhadap pergerakan IHSG. Kemudian nilai koefisien determinasi (R2) yang dihasilkan
sebesar 94,71 % yang artinya variasi pergerakan IHSG selama periode penelitian dapat
dijelaskan oleh variasi kelima variabel bebasnya.
Kewal (2012) penelitian ini menganalisis pengararuh inflasi, suku bunga, kurs, dan
pertumbuhan PDB terhadap IHSG. Penelitian ini menemukan bahwa tingkat inflasi, suku
bunga SBI dan pertumbuhan PDB tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
IHSG, sedangkan kurs rupiah berpengaruh negatif dan signifikan terhadap IHSG. Riset ini
membuktikan bahwa variabel kurs rupiah mempengaruhi secara negatif signifikan
terhadap IHSG yang artinya semakin kuat kurs rupiah terhadap US $ (rupiah terapresiasi)
maka akan meningkatkan harga saham, dan sebaliknya. Menguatkan kurs rupiah akan
menurunkan biaya produksi diikuti dengan menurunnya tingkat bunga, hal ini akan
memberikan dampak positif pada laba perusahaan yang akhirnya menaikan pendpatan per
lembar saham dan berdampak pada kenaikan IHSG.
Penenlitian Wijayanti dan Kaluge (2013) bertujuan untuk menganalisis pengaruh
beberapa variabel makroekonomi dan indeks pasar modal dunia terhadap pergerakan
IHSG di BEI. Jenis data berupa data sekunder yang diperoleh dari website terkait dengan
periode waktu pengamatan yakni mulai tahun 2005 hingga 2012. Metode penelitian yang
digunakan adalah Error Correction Model (ECM). Hasil penelitian menunjukkan bahwa
dalam jangka pendek maupun jangka panjang pertumbuhan GDP berpengaruh positif
terhadap IHSG, kurs Rupiah terhadap Dollar mempunyai negatif dan signifikan terhadap
IHSG baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang, Inflasi mempunyai korelasi
Jurnal Ekonomi STEI/Volume 25, Nomor 01/ Juni 2016
9
Analisis Pengaruh Faktor-Faktor Ekonomi Makro Terhadap IHSG Di BEI
positif terhadap IHSG namun tidak signifikan baik dalam jangka pendek maupun jangka
panjang, SBI dan IHSG mempunyai hubungan negatif dan tidak signifikan, (DJIA)
mempunyai korelasi positif dan signifikan terhadap IHSG, Nikkei 225 mempunyai
korelasi negatif dan tidak signifikan terhadap IHSG. Nilai R2 sebesar 0,701 menunjukkan
bahwa variabel bebas yang digunakan dalam penelitian telah berkontribusi dalam
pembentukan IHSG sebesar 70% sedangkan 30% kekurangan dibentuk oleh variabel lain
diluar model penelitian.
Penelitian Yeriana dan Ibad (2013) bertujuan untuk menganalisis pengaruh inflasi,
suku bunga SBI, dan kurs terhadap IHSG dan indeks saham sektoral selama periode 20072011. Penelitian ini menggunakan metode analisis regresi linear berganda. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa inflasi, suku bunga SBI, dan kurs berpengaruh negatif signifikan
terhadap IHSG dan indeks saham sektor pertambangan, industri dasar, aneka industri,
barang konsumsi, keuangan, dan perdagangan. Untuk indeks saham sektor pertanian,
properti, dan infrastruktur, inflasi dan suku bunga SBI tidak berpengaruh signifikan
sedangkan kurs berpengaruh negatif signifikan. Secara simultan, perubahan inflasi, suku
bunga SBI, dan kurs mempunyai pengaruh signifikan terhadap perubahan IHSG dan
indeks saham sektoral.
2.7 Hubungan Antar Variabel-Variabel Penelitian
2.7.1 Hubungan Tingkat Suku Bunga SBI dengan IHSG
Tingkat suku bunga adalah harga yang dibayarkan per satuan mata uang yang
dipinjam per periode waktu tertentu, dinyatakan dalam persentase. Perubahan tingkat suku
bunga SBI akan memberikan pengaruh bagi pasar modal dan pasar keuangan. Apabila
tingkat suku bunga naik maka secara langsung akan meningkatkan beban bunga.
Perusahaan yang mempunyai leverageyang tinggi akan mendapatkan dampak yang sangat
berat terhadap kenaikan tingkat bunga. Kenaikan tingkat bunga ini dapat mengurangi
profitabilitas perusahaan sehingga dapat memberikan pengaruh terhadap harga saham
perusahaan yang bersangkutan. Selain kenaikan beban bunga, Tingkat suku bunga akan
menjadi daya tarik bagi investor meminjamkan modalnya di pasar uang misalnya dalam
bentuk deposito. Selain dengan iming-iming tingkat suku bunga yang lebih tinggi,
menyimpan dana dalam bentuk deposito juga lebih aman dibandingkan memegang saham
yang tingkat risikonya lebih tinggi. Hal ini didukung oleh penelitian Yeriana dan Ibad
(2013); dan Wijayanti dan Kaluge (2013). Maka suku bunga dan saham berkorelasi
negatif, sehingga hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini sebagai berikut :
H1 : Diduga variabel Tingkat Suku Bunga SBI berpengaruh negatif terhadap IHSG.
Jurnal Ekonomi STEI/Volume 25, Nomor 01/ Juni 2016
10
Analisis Pengaruh Faktor-Faktor Ekonomi Makro Terhadap IHSG Di BEI
2.7.2 Hubungan Kurs Rupiah dengan IHSG
Kurs atau nilai tukar valuta asing menurut Siamat (2005) adalah harga suatu mata
uang yang dinyatakan dalam harga mata uang lain. Misalnya kurs rupiah atas dolar AS
menunjukkan nilai rupiah yang diperlukan untuk setiap dolar AS. Perubahan kurs rupiah
atas dolar AS berdampak berbeda terhadap setiap jenis saham, artinya suatu saham terkena
dampak positif sedangkan saham lainnya terkena dampak negatif. Contoh kenaikan tajam
kurs USD terhadap rupiah akan berdampak negatif terhadap emiten yang memiliki hutang
dolar sementara produk emiten tersebut dijual lokal, sedangkan emiten yang berorientasi
pada kegiatan ekspor akan menerima dampak positif dari kenaikan kurs USD tersebut
sehingga mengakibatkan kenaikan pada harga saham.
Nilai tukar atau kurs adalah perbandingan nilai mata uang suatu negara dengan
negara lain atau harga antara dua mata uang tersebut. Kurs manjadi variabel yg banyak
diperhaikan investor asing. Kurs yang diperdagangkan di pasar valas, akan menimbulkan
efek substitusi dengan pasar saham. Ketika rupiah depresiasi, memegang dollar akan lebih
menguntungkan bagi investor, selain itu keuntungan yang diperoleh investor asing setelah
dikonversikan ke dalam mata uang dollar akan menjadi lebih sedikit. Dengan tingkat
keuntungan yang lebih rendah maka investasi di pasar saham menjadi kurang menarik lagi
di mata asing sebaliknya mereka akan memindahkan dananya ke pasar valas, hal ini
didukung oleh penelitian Maryanti (2009); Ishomuddin (2010); Kewal (2012); Yeriana
dan Ibad (2013); dan Wijayanti dan Kaluge (2013). Maka Kurs Rupiah dan IHSG adalah
berhubungan negatif, sehingga hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut :
H2 : Diduga variabel Kurs Rupiah berpengaruh negatif terhadap IHSG.
3. Metode Penelitian
3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
3.1.1 Variabel Dependen
IHSG (Y) adalah indeks harga saham gabungan yang dikeluarkan oleh Bursa Efek
Indonesia setiap hari. Data IHSG diperoleh langsung dari www.finance.yahoo.com. Data
yang digunakan adalah data tiap akhir bulan selama periode pengamatan antara tahun
2008-2015.
3.1.2 Variabel Independen
Berikut ini adalah variabel-variabel independen yang digunakan dalam penelitian
ini, yaitu:
Jurnal Ekonomi STEI/Volume 25, Nomor 01/ Juni 2016
11
Analisis Pengaruh Faktor-Faktor Ekonomi Makro Terhadap IHSG Di BEI
1. Tingkat Suku Bunga SBI (X1) adalah tingkat suku bunga yang dikeluarkan oleh
Bank Indonesia pada akhir bulan sesuai keputusan dengan rapat dewan gubernur.
Data diperoleh dari www.bi.go.id. Data yang digunakan adalah data tiap akhir
bulan selama periode amatan antara tahun 2008-2015.
2. Kurs Rupiah (X2) adalah nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat. Kurs
yang digunakan adalah kurs tengah rupiah terhadap dollar Amerika Serikat yang
dikeluarkan oleh Bank Indonesia. Data kurs diambil dari www.bi.go.id. Data yang
digunakan adalah nilai kurs jual akhir bulan selama periode amatan antara tahun
2008-2015.
3.2 Populasi dan Sampel
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh data IHSG, Tingkat
Suku Bunga SBI, dan Kurs Rupiah selama tahun 2008-2015. Sedangkan data yang
digunakan sebagai sampel dalam penelitian ini adalah data penutupan tiap akhir bulan
untuk IHSG, Tingkat Suku Bunga SBI, dan Kurs Rupiah selama periode amatan antara
tahun 2008-2015. Alasan pemilihan periode tahun yang digunakan adalah untuk
mendapatkan hasil yang lebih akurat sesuai dengan keadaan sekarang ini. Pemilihan data
bulanan adalah untuk menghindarkan bias yang terjadi akibat kepanikan pasar dalam
mereaksi suatu informasi, sehingga dengan penggunaan data bulanan diharapkan dapat
memperoleh hasil yang lebih akurat.
3.3 Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa data
bulanan dari IHSG, Tingkat Suku Bunga SBI, dan Kurs Rupiah selama bulan Januari 2008
sampai bulan Desember 2015. Sumber data diperoleh dari www.bi.go.id dan
finance.yahoo.com.
3.4 Metode Pengumpulan Data
Data dalam penelitian ini dikumpulkan dengan cara dokumentasi dari berbagai
macam sumber. Pengumpulan data dan informasi dilakukan dengan cara mengambil dari
internet, artikel, jurnal, dan mempelajari dari buku-buku pustaka yang mendukung proses
penelitian ini.
Jurnal Ekonomi STEI/Volume 25, Nomor 01/ Juni 2016
12
Analisis Pengaruh Faktor-Faktor Ekonomi Makro Terhadap IHSG Di BEI
3.5 Metode Analisis
3.5.1 Persamaan Garis Regresi
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan alat analisis regresi
berganda. Analisis regresi berganda digunakan untuk menguji pengaruh Tingkat Suku
Bunga SBI dan Kurs Rupiah terhadap IHSG dengan menggunakan program SPSS 21.
Seberapa besar variabel independen mempengaruhi variabel dependen dihitung dengan
menggunakan persamaan garis regresi berganda berikut :
Y = a + b1X1 + b2X2+ e
Keterangan
Y
a
b
X1
X2
e
= IHSG
= konstanta
= koefisien garis regresi
= Tingkat Suku Bunga SBI
= Kurs Rupiah
= standar error
Nilai koefisien regresi disini sangat menentukan sebagai dasar analisis, mengingat
penelitian ini bersifat fundamental method. Hal ini berarti jika koefisien b bernilai positif
(+) maka dapat dikatakan terjadi pengaruh searah antara variabel independen dengan
variabel dependen, setiap kenaikan nilai variabel independen akan mengakibatkan
kenaikan variabel dependen. Demikian pula sebaliknya, bila koefisien nilai b bernilai
negatif (-), hal ini menunjukkan adanya pengaruh negatif dimana kenaikan nilai variabel
independen akan mengakibatkan penurunan nilai variabel dependen.
3.5.2 Pengujian Asumsi Klasik
Mengingat alat analisa yang digunakan adalah data sekunder, maka untuk
memenuhi syarat yang ditentukan sehingga penggunaan model regresi linier berganda
perlu dilakukan pengujian atas beberapa asumsi klasik yang digunakan yaitu: uji
normalitas, multikolinieritas, heteroskedastisitas, dan autokorelasi.
3.5.3 Menilai Goodness of Fit Suatu Model
Ketepatan regresi sampel dalam menaksir nilai aktual dapat diukur dari Goodness
of Fitnya. Secara statistik, setidaknya ini dapat diukur dari nilai statistik t, nilai statistik F
dan nilai koefisien determinasi (R2). Perhitungan statistik disebut signifikan secara statistik
apabila nilai uji statistiknya berada dalam daerah kritis (daerah dimana H0 ditolak).
Jurnal Ekonomi STEI/Volume 25, Nomor 01/ Juni 2016
13
Analisis Pengaruh Faktor-Faktor Ekonomi Makro Terhadap IHSG Di BEI
Sebaliknya disebut tidak signifikan bila nilai uji statistiknya berada dalam daerah dimana
H0 diterima (Ghozali, 2013).
4. Hasil dan Pembahasan
4.1 Statistik Deskriptif
Berdasarkan hasil statisti deskriptif, maka berikut didalam Tabel 4.1 akan
ditampilkan karakteristik sampel yang digunakan didalam penelitian ini meliputi: jumlah
sampel (N), rata-rata sampel (mean), nilai maksimum, nilai minimum serta standar deviasi
untuk masing-masing variabel.
Tabel 4.1
Hasil Analisis Statistik Deskriptif
N
Minimum
Maximum
Mean
5518,67 3685,0756
Std. Deviation
IHSG
96
1241,54
1163,08060
SBI
96
5,75
9,50
7,0260
,94624
Kurs Rupiah
96
8465
14584
10377,59
1600,782
Valid N (listwise)
96
Sumber: Data yang diolah
Pada tabel 4.1 diatas menunjukkan bahwa jumlah data yang digunakan dalam
penelitian ini sebanyak 96 sampel data. Berdasarkan hasil perhitungan selama periode
pengamatan nampak bahwa IHSG terndah (minimum) adalah 1.241,54 dan nilai tertinggi
(maximum) 5.518,67. Dari data diatas dapat diketahui bahwa IHSG secara rata-rata
mengalami perubahan positif sebesar 3.685,0756. Hal ini menunjukkan bahwa selama
periode pengamatan 2008-2015 secara umum IHSG mengalami peningkatan. Standar
deviasi IHSG sebesar 1.163,08060 yang kurang dari rata-rata IHSG. Dengan kecilnya
simpangan data menunjukkan rendahnya fluktuasi data variabel IHSG selama periode
pengamatan.
Data Tingkat Suku Bunga SBI terendah (minimum) adalah 5,75 dan yang tertinggi
(maximum) 9,50; kemudian rata-rata Tingkat Suku Bunga SBI sebesar 7,0260 dengan
nilai standar deviasi sebesar 0,94624. Sedangkan data Kurs Rupiah terendah (minimum)
8.465 dan yang tertinggi (maximum) 14.584; kemudian rata-rata Kurs Rupiah sebesar
10.377,59 dengan standar deviasi sebesar 1.600,782.
Jurnal Ekonomi STEI/Volume 25, Nomor 01/ Juni 2016
14
Analisis Pengaruh Faktor-Faktor Ekonomi Makro Terhadap IHSG Di BEI
4.2 Pengujian Asumsi Klasik
4.2.1 Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, data residual
memiliki distribusi normal. Pengujian normalitas data secara analisis statistik dapat
dilakukan dengan menggunakan uji Kolmogorov – Smirnov. Secara multivarians
pengujian normalitas data dilakukan terhadap nilai residual. Data yang berdistribusi
normal ditunjukkan dengan nilai signifikansi diatas 0,05 (Ghozali, 2013). Hasil pengujian
normalitas pada pengujian terhadap 96 data terlihat pada tabel 4.2 beriut:
Tabel 4.2
Kolmogorov-Smirnov Test
IHSG
N
Kurs Rupiah
96
96
96
3685,0756
7,0260
10377,59
1163,0806
0
,94624
1600,782
Absolute
,109
,129
,120
Positive
,079
,128
,120
Negative
-,109
-,129
-,116
1,069
1,267
1,159
,203
,081
,079
Normal Parametersa,b Mean
Std. Deviation
Most Extreme
Differences
SBI
Kolmogorov-Smirnov Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Sumber: Data yang diolah
Dari hasil pengujian seluruh variabel menunjukkan bahwa data telah terdistribusi
secara normal. Hal ini ditunjukkan dengan uji Kolmogorov – Smirnov yang menunjukkan
hasil yang memiliki tingkat signifikansi diatas 0,05.
4.2.2 Uji Multikolinieritas
Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan ada
korelasi antar variabel bebas (independen). Jika variabel independen saling berkorelasi,
Jurnal Ekonomi STEI/Volume 25, Nomor 01/ Juni 2016
15
Analisis Pengaruh Faktor-Faktor Ekonomi Makro Terhadap IHSG Di BEI
maka variabel ini tidak orthogonal. Variabel orthogonal adalah variabel independen yang
nilai korelasi antar sesama variabel independen sama dengan nol (Ghozali, 2013). Untuk
mengetahui apakah terjadi multikolinieritas dapat dilihat dari nilai tolerance dan nilai
Variance Inflation Factor (VIF) yang terdapat pada masing-masing variabel seperti terlihat
pada tabel 4.3 beriut :
Tabel 4.3
Hasil Uji Multikolinieritas
Model
Collinearity Statistics
Tolerance
VIF
1 (Constant)
SBI
,793
1,261
Kurs Rupiah
,793
1,261
Sumber: Data yang diolah
Suatu model regresi dinyatakan bebas dari multikolinieritas adalah jika mempunyai
nilai tolerance lebih dari 0,1 dan VIF lebih kecil dari 10. Dari hasil perhitungan pada tabel
4.3
diperoleh bahwa semua variabel bebas memiliki nilai tolerance berada dibawah 1 dan nilai
VIF jauh di bawah 10. Dengan demikian dalam model regresi ini tidak terjadi
multikolinieritas.
4.2.3 Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linier ada korelasi
antara kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka
dinamakan ada masalah autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang
berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya (Ghozali, 2013). Untuk melihat
ada tidaknya autokorelasi adalah dengan menggunakan uji Durbin-Watson (Ghozali,
2013). Berikut disajikan hasil perhitungan uji autokorelasi pada tabel 4.4.
Jurnal Ekonomi STEI/Volume 25, Nomor 01/ Juni 2016
16
Analisis Pengaruh Faktor-Faktor Ekonomi Makro Terhadap IHSG Di BEI
Tabel 4.4
Hasil Durbin-Watson Test
Model
R
1
,705a
R Square
,597
Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
,586
833,54857
DurbinWatson
1,843
a. Predictors: (Constant), Kurs Rupiah, SBI
b. Dependent Variable: IHSG
Sumber: Data yang diolah
Dari hasil pengolahan data di atas terlihat bahwa nilai Durbin-Watson adalah
sebesar 1,843, dengan n=96 dan k=2 Nilai Durbin-Watson berdasarkan tabel dengan
derajat kepercayaan sebesar 5% adalah dl = 1,625; du = 1,710; 4-dl = 2,375; 4-du = 2,290
(Ghozali, 2013). Nilai Durbin Watson pada penelitian ini adalah 1,843, sehingga berada
terletak diantara du dan 4-du, maka model regresi ini menunjukkan tidak adanya
autokorelasi dan layak digunakan.
4.2.4 Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi
ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varian
dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut
homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heterokedastisitas. Model yang baik adalah
yang tidak terjadi heteroskedastisitas (Ghozali, 2013). Pengujian ini dapat melihat pola
tertentu dalam scatterplot , hasil pengujiannya dapat dilihat pada gambar 4.1 berikut :
Jurnal Ekonomi STEI/Volume 25, Nomor 01/ Juni 2016
17
Analisis Pengaruh Faktor-Faktor Ekonomi Makro Terhadap IHSG Di BEI
Gambar 4.1
Hasil Uji Heteroskedastisitas
Sumber: Data yang diolah
Dari grafik scatterplot terlihat bahwa titik menyebar secara acak serta tersebar baik
di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak
terjadi heteroskedastisitas pada model regresi, sehingga model regresi layak dipakai.
4.3 Penilaian Goodness of Fit Suatu Model
4.3.1 Hasil Analisis Regresi Berganda
Dari data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan metode regresi dan dihitung
dengan menggunakan program SPSS 21. Berdasarkan output SPSS tersebut secara parsial
pengaruh dari dua variabel independen yaitu Tingkat Suku Bunga SBI dan Kurs Rupiah
terhadap IHSG ditunjukkan pada tabel 4.5 sebagai berikut :
Tabel 4.5
Hasil Perhitungan Regresi Berganda
Unstandardized
Coefficients
Model
1
B
Standardized
Coefficients
Std. Error
Beta
(Constant)
4302,872
706,632
SBI
-820,776
101,498
-,668
-,496
,060
-,683
Kurs Rupiah
Sumber: Data yang diolah
Jurnal Ekonomi STEI/Volume 25, Nomor 01/ Juni 2016
18
Analisis Pengaruh Faktor-Faktor Ekonomi Makro Terhadap IHSG Di BEI
Berdasarkan tabel 4.5 bahwa dapat disusun persamaan regresi linier berganda
sebagai berikut:
IHSG = 4302,872 - 820,776 SBI - 0,496 Kurs Rupiah
Berdasarkan model diatas dapat disimpulkan bahwa, pada model regresi variabel
Tingkat Suku Bunga SBI dan Kurs Rupiah berimplikasi secara negatif terhadap IHSG.
Artinya, kenaikan pada variabel Tingkat Suku Bunga dan Kurs Rupiah akan membuat
penurunan nilai IHSG.
4.3.2 Uji Parsial (t test)
Uji parsial digunakan untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel
independen terhadap variabel dependen.
Tabel 4.6
Hasil Uji t
Model
1
(Constant)
t
Sig.
6,089
,000
SBI
-8,087
,000
Kurs Rupiah
-8,270
,000
Sumber: Data yang diolah
Berdasarkan tabel 4.6 bahwa dari kedua variabel independen Tingkat Suku SBI
dan Kurs Rupiah yang dimasukkan dalam model adalah dengan tingkat signifikan dibawah
0,05 sebesar 0,000. Hal ini dapat disimpulkan bahwa variabel Tingkat Suku Bunga SBI
dan Kurs Rupiah mempengaruhi variabel IHSG secara signifikan.
4.3.3 Uji F
Uji statistik F pada dasarnya menujukkan apakah semua variabel independen yang
dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel
dependennya. Hasil perhitungan uji F ini dapat dilihat pada tabel 4.7 berikut :
Jurnal Ekonomi STEI/Volume 25, Nomor 01/ Juni 2016
19
Analisis Pengaruh Faktor-Faktor Ekonomi Makro Terhadap IHSG Di BEI
Tabel 4.7
Hasil Uji F
Sum of
Squares
Model
1
df
Mean Square
Regression
63895165,447
2
31947582,724
Residual
64616699,502
93
694803,220
1,285E8
95
Total
F
45,981
Sig.
,000a
a. Predictors: (Constant), Kurs Rupiah, SBI
b. Dependent Variable: IHSG
Sumber: Data yang diolah
Dari hasil analisis regresi dapat diketahui pula bahwa secara simultan variabel
independen memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen. Hal ini dapat
dibuktikan dari nilai F hitung sebesar 45, 981 dengan probabilitas 0,000. Karena
probabilitas jauh lebih kecil dari 0,05, maka model regresi dapat digunakan untuk
memprediksi IHSG atau dapat dikatakan bahwa variabel Tingkat Suku Bunga SBI dan
Kurs Rupiah secara simultan berpengaruh terhadap IHSG.
4.3.4 Uji Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi digunakan untuk menguji goodness-fit dari model regresi.
Hasil perhitungan koefisen determinasi dapat dilihat pada tabel 4.8 berikut :
Tabel 4.8
Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2)
Model
R
1
,705a
R Square
Adjusted R
Square
,597
,586
Std. Error of
the Estimate
833,54857
a.
Predictors: (Constant), Kurs Rupiah, SBI
b. Dependent Variable: IHSG
Sumber: Data yang diolah
Jurnal Ekonomi STEI/Volume 25, Nomor 01/ Juni 2016
20
Analisis Pengaruh Faktor-Faktor Ekonomi Makro Terhadap IHSG Di BEI
Berdasatkan hasil perhitungan tabel diatas besarnya Adjusted R2 sebesar 0,586
yang berarti variabilitas variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variabilitas variabel
independen sebesar 58,6%. Jadi model cukup baik. Sedangkan sisanya 41,4% dijelaskan
oleh variabel lainnya yang tidak dimasukkan dalam model regresi.
5. Kesimpulan dan Saran
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah dikemukakan diatas,
dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Hasil penelitian ini sejalan dengan hipotesis 1 yang diajukan bahwa variabel
Tingkat Suku Bunga SBI berpengaruh negatif terhadap variabel IHSG. Hasil ini
menunjukkan bahwa penurunan SBI oleh pemerintah akan mendorong kenaikan
IHSG. Selama periode penelitian, situasi perekonomian Indonesia cukup baik.
Pertumbuhan perekonomian Indonesia ini tidak lepas dari kebijakan Bank
Indonesia yang mendorong pemotongan SBI secara berkala untuk meningkatkan
penyaluran kredit kepada masyarakat (www.bi.go.id). Investor yang akan
berinvestasi di pasar modal Indonesia hendaknya memperhatikan vaiabel Tingkat
Suku Bunga SBI karena memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap IHSG.
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Yeriana dan Ibad (2013); dan
Wijayanti dan Kaluge (2013).
2. Bahwa variabel Kurs Rupiah berpengaruh negatif terhadap IHSG. Hasil ini
menunjukkan bahwa ketika nilai kurs rupiah terdepresiasi maka IHSG akan
melemah. Bagi investor sendiri, pelemahan nilai kurs rupiah menunjukkan situasi
fundamental perekonomian Indonesia dalam kondisi suram. Ketika prospek
perekonomian suram, maka investor cenderung melepaskan saham-saham yang
dimilikinya untuk menghindari resiko. Aksi jual saham ini tentunya akan
mendorong pelemahan IHSG. Selama periode pengamatan sendiri, diperoleh hasil
bahwa nilai kurs rupiah dipertahankan oleh Bank Indonesia dalam kisaran Rp
9.000,00 – Rp 13.000,00 per dollar Amerika Serikat. Nilai Kurs Rupiah yang
relatif stabil ini menunjukkan bahwa prospek perekonomian Indonesia cukup baik.
Hal ini tercermin dari kenaikan IHSG selama periode pengamatan. Hasil penelitian
ini didukung oleh penelitian Maryanti (2009); Ishomuddin (2010); Kewal (2012);
Yeriana dan Ibad (2013); dan Wijayanti dan Kaluge (2013).
3. Secara simultan bahwa variabel Tingkat Suku Bunga SBI dan Kurs Rupiah
berpengaruh signifikan terhadap IHSG.
5.2 Saran
Dari hasil penelitian ini diperoleh hasil bahwa variabel tingkat suku bunga SBI dan
Kurs Rupiah berpengaruh secara signifikan, baik secara parsial maupun secara simultan
terhadap IHSG. Variabel tingkat suku bunga SBI dan Kurs Rupiah berpengaruh negatif
terhadap IHSG. Bagi investor yang hendak berinvestasi di Bursa Efek Indonesia,
hendaknya memperhatikan pergerakan kedua variabel tersebut. Sebab berdasar
Jurnal Ekonomi STEI/Volume 25, Nomor 01/ Juni 2016
21
Analisis Pengaruh Faktor-Faktor Ekonomi Makro Terhadap IHSG Di BEI
perhitungan pada bab IV, diperoleh nilai adjusted R2 adalah sebesar 0.586, ini berarti
bahwa variasi dari variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini mampu
menjelaskan 58.6% variasi variabel dependen. Ini berarti pergerakan IHSG dapat
diprediksi dari pergerakan kedua variabel independen tersebut.
Selanjutnya dalam rangka pengembangan ilmu yang merupakan penelitian
lanjutan, maka dapat disarankan untuk penelitian selanjutnya dapat digunakan data harian
sehingga mendapatkan hasil penelitian yang lebih akurat. Selain itu pada penelitian ini
pilihan indeks yang digunakan adalah IHSG, maka pada penelitian selanjutnya dapat
menggunakan indeks lain semisal indeks LQ-45, Kompas 100, Bisnis 27, ISSI, JII ataupun
indeks global sehingga mampu mendapatkan gambaran yang lebih lengkap mengenai
kondisi pasar modal di Indonesia dan dunia serta variabel ekonomi makro lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Abbas Valadkhani, Surachai Chancharat and Charles Havie. 2006. The Interplay Between
the Thai and Several Other International Stock Markets. Available:
www.ideas.repec.org
Ang, Robert. 1997. Buku Pintar : Pasar Modal Indonesia. First Edition Mediasoft
Indonesia.
Antonello D”Agostino, Luca Sala, dan Paolo Surico. 2005. The Fed and the Stock Market.
Available: www.ideas.repec.org
Ben S. Bernanke dan Kenneth N. Kuttner. 2003. What Explaint the Stock Market’s
Reaction to Federal Reserve Policy. Available: www.federalreserve.gov
Blanchard, O. 2006. Macroeconomics. 4th ed. New Jersey: Pearson Prentice Hall.
Bodie, Kane, dan Marcus. 2008. Investments. 8th Edition. New York: McGraw-Hill
Companies, Inc.
Branson, W. H., Halttunen, H. dan Masson, P. 1977. Exchange Rates in the Short Run:
The Dollar-Duetschemark Rate. European Economic Review. 10, 303-324.
Ghartey, E. E. 1998. Money Demand in Jamaica: Evidence from Cointegration, Error
Correction Modelling, and Exogeneity. North American Journal of Economics and
Finance. 9(1), 33-44.
Hasan, A. dan Javed, M. T. 2009. An Empirical Investigation of the Causal Relationship
among Monetary Variales and Equity Market Returns. The Lahore Journal of
Economics. 14(1), 115-137.
Jurnal Ekonomi STEI/Volume 25, Nomor 01/ Juni 2016
22
Analisis Pengaruh Faktor-Faktor Ekonomi Makro Terhadap IHSG Di BEI
Imam Ghozali. 2013. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. BP Undip
Semarang.
Ishomuddin. 2010. Analisis Pengaruh Variabel Makroekonomi Dalam Dan Luar Negeri
Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan Di Bursa Efek Indonesia (Periode
Pengamatan 1991.1-2009.12). Kertas Kerja: Universitas Diponegoro. Semarang.
Kewal, Suramaya S. 2012. Pengaruh Inflasi, Suku Bunga, Kurs, dan Pertumbuhan PDB
Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan. Jurnal Economica. Vol 8.
Mankiw, N. Gregory, 2007, Makroekonomi, Edisi Keenam. Jakarta: PT Gelora Aksara
Pratama.
Maryanti, Sri. 2009. Analisis Pengaruh Nilai Tingkat Suk Bunga SBI dan Niai Kurs Dollar
AS Terhadap Indeks Harga saham Gabungan: Studi pada Bursa Efek Jakarta. Jurnal
Perekonomian dan Bisnis. Vol. 1, (No. 1): 12-25.
Meese, R. A. dan Rogoff, K. 1983. Empirical exchange rate models of the seventies, do
they fit out of sample?. Journal of International Economics. 14, 3-24.
Pasaribu, R. B. F., dan Firdaus, Mikail. 2013. Analisis Pengaruh Variabel Makroekonomi
Terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia. Jurnal Ekonomi dan Bisnis. Vol. 7 No. 2
pp. 117-128.
Prasetiono, Dwi Wahyu. 2010. Analisis Pengaruh Faktor Fundamental Ekonomi Makro
dan Harga Minyak Terhadap Saham LQ45 Dalam Jangka Pendek dan Jangka
Panjang. Jurnal of Indonesian Applied Economics. Vol. 4 No. 1 pp. 11-25.
Ruhendi dan Arifin. 2003. Dampak Perubahan Kurs Rupiah dan Indeks Harga Saham
Dow Jones Di New York Stock Exchange Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan
Di Bursa Efek Jakarta.
Samadi, S., Bayani, O. dan Ghalandari, M. 2012. The Relationship between
Macroeconomic Variables and Stock Returns in Tehran Stock Exchange.
International Journal of Academic Research in Business and Social Sciences. 2(6),
559-573.
Samsul, Mohammad. 2008. Pasar Modal dan Manajemen Portofolio. Erlangga, Jakarta
Siamat, Dahlan. 2005. Manajemen Lembaga Keuangan. Jakarta: Lembaga Penerbit
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Tandelilin, Eduardus. 2001. Portofolio dan Investasi: Teori dan Aplikasi. Edisi Pertama.
Yogyakarta: BPFE.
Jurnal Ekonomi STEI/Volume 25, Nomor 01/ Juni 2016
23
Analisis Pengaruh Faktor-Faktor Ekonomi Makro Terhadap IHSG Di BEI
Wijayanti, Anis dan Kaluge, David. 2013. Pengaruh Beberapa Variabel Makroekonomi
dan Indeks Pasar Modal Dunia Terhadap Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan
(IHSG) di BEI. Jurnal Ilmiah. Malang: Universitas Brawijaya.
Witjaksono. 2010. Analisis Pengaruh Tingkat Suku Bunga SBI, Harga Minyak Dunia,
Harga Emas Dunia, Kurs Rupiah, Indeks Nikkei 225, dan Indeks Dow Jones
Terhadap IHSG.
Wolff, C. C. P. 1988. Exchange rates, innovationsand forecasting.
International Money and Finance. 7(1), 49-61.
Journal of
www.bi.go.id
www.en.wikipedia.org
www.finance.yahoo.com
Yeriana, Yana dan Ibad, Akromul. 2013. Pengaruh Inflasi, Suku Bunga SBI, dan Kurs
Terhadap IHSG dan Indeks Saham Sektoral Periode 2007-2011. Manajemen
Keuangan. Volume 2 No. 2.
Jurnal Ekonomi STEI/Vol