Interaksi Simbolik Kajian Teori

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 39 ditentukan oleh kekuatan-kekuatan atau struktur-struktur lain yang ada di luar dirinya, melainkan bersifat aktif, reflektif dan kreatif, menampilkan perilaku yang rumit dan sulit diramalkan. Oleh karena individu akan terus berubah melalui interaksi itu. Struktur itu tercipta dan berubah karena interaksi manusia, yakni ketika individu-individu berpikir dan bertindak secara stabil terhadap seperangkat objek yang sama. 17 Dalam pandangan interaksi simbolik, sebagaimana ditegaskan Blumer, proses sosial dalam kehidupan kelompoklah yang menciptakan dan menegaskan aturan-aturan, bukan aturan-aturan yang menciptakan dan menegakkan kehidupan kelompok. Dalam konteks ini, maka dikonstruksikan dalam proses interaksi, dan proses tersebut bukanlah suatu medium netral yang memungkinkan kekuatan-kekuatan sosial memankan perannya, melainkan justru merupakan substansi sebenranya dari organisasi sosial dan kekuatan sosial. 18

2. Model Peranan

Berdasarkan teori dari Coleman dan Hammen, Jalaluddin Rakhmat menyebutkan empat buah teori atau model hubungan interpersonal, yaitu: model pertukaran sosial, model peranan, model permainan, dan model interaksional. 17 Ibid. Hlm 59 18 Ibid, Hlm 59 digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 40 Jalaluddin Rahmat mengatakan, apabila model pertukaran sosial memandang hubungan internasional sebagai transaksi dagang, model peranan melihatnya sebagai panggung sandiwara. Disini setiap orang harus memainkan peranannya sesuai dengan “scenario” yang dibuat oleh masyarakat. Menurut teori ini, jika seseorang mematuhi scenario, maka hidupnya akan harmoni, tetapi jika menyalahi scenario, maka ia akan dicemooh oleh penonton dan ditegur sutradara. Peranan merupakan aspek dinamis dari suatu status kedudukan apabila seseorang melaksanakan hak-hak dan kewajibannya sesuai dengan status yang dimilikinya dalam masyarakat, maka ia akan menjalankan peranannya. Peranan adalah tingkah laku yang diharapkan dari orang yang memiliki kedudukan dan peranan tidak dapat dipisahkan. Tidak ada peranan dalam kedudukan tidak berfungsi tanpa peranan. Asumsi teori peranan mengatakan bahwa hubungan interpersonal akan berjalan harmonis mencapai kadar hubungan yang baik, ditandai adanya kebersamaan, apabila setiap individu bertindak sesuai dengan ekspektasi peranan, tuntutan peranan, dan terhindar dari konflik peranan. Ekspektasi peranan atau peranan yang diharapkan, artinya hubungan interpersonal berjalan lebih baik apabila masing-masing individu dapat memainkan peranan sebagaimana diharapkan. Tuntutan peranan merupakan desakan keadaan yang memaksa individu memainkan peranan tertentu yang sebenarnya tidak diharapkan. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 41 Dalam hubungan interpersonal, kadang – kadang seorang dipaksa untuk memainkan peranan tertentu, meskipun peranan itu tidak diharapkan. Konfik peranan terjadi apabila individu tidak sanggup untuk mempertemukan berbagai tuntutan peranan yang kontradiktif. Dala hubungan interpersonal, kadang – kadang seorang dipaksa untuk memainkan peranan tertentu, meskipun peranan itu tidak diharapkan. Apabila tuntutan peranan tersebut dapat dilaksanakan, maka hubungan interpersonal masih terjaga. 19 19 Suranto Aw, Komunikasi Interpersonal, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011, hal 36-39. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 42

BAB III PENYAJIAN DATA

A. Deskripsi Subyek, Obyek dan Lokasi Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti memilih informasi yang sesuai dengan fokus penelitian sebagai sumber data penelitian.

1. Deskripsi Subyek.

Subyek dalam penelitian ini adalah personil keluarga dari fenomena yang terjadi, yang akan memungkinkan dapat memberi informasi atas pola komunikasi interpersonal yang digunakan dalam penyampaain pesannya sehingga dapat menyelesaikan permasalahan fenomena orang tua dan anak remaja pecandu narkoba. Adapun informan dalam penelitian ini yaitu: Tabel 1.4 Daftar Informan 1 No. Nama Umur Pendidikan Terakhir Keterangan Kategori subyek 1. Pak Is 51 thn S1 Bekerja Sebagai Pegawai Swasta Ayah 2. Bu Nik 47 thn SMA Bekerja Sebagai Pegawai Swasta Ibu 3. Mas Bin 25 thn S1 Anak Pertama Remaja Pecandu Narkoba 4. Mbak tari 24 thn S1 Anak Kedua Significant other Informan digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id Tambahan I 5. Mas Alam 23 thn SMA Teman Mas Bin saksi Significant other Informan Tambahan II a. Latar belakang Ayah Informan yang pertama dalam pola komunikasi interpersonal orang tua dan anak remaja pecandu narkoba adalah seorang Ayah. Dalam penelitian ini informan tidak mengizinkan bahwa namanya disebut melainkan inisial saja. Lulusan dari perguruan Tinggi sebagai modal utama untuk mengembangkan proses perjalannnya dalam menghidupi keluarganya, dengan ilmu yang diperoleh dari bangku perkuliahan ia berprofesi sebagai guru ngaji dilingkungannya. Ia juga adalah guru di SMA Swasta di Surabaya. Ia juga pernah belajar ilmu tasawuf kejawen untuk mendekatkan diri kepada Allah yang Maha Esa waktu dia remaja. Menurutnya, dengan pembelajaran dalam ilmu tasawufnya beliau lebih memaknai kehidupan dengan baik dan objektif. Sehingga secara hakekat ia memberi pendekatan kepada anak-anaknya, dengan bahasa yang halus dalam penyampaian- penyampaian komunikasi oleh seorang Ayah membuat warana harmoni yang nyaman terhadap anak-anaknya. Beberapa wejangen-wejangen sering disampaikan oleh seorang Ayah dan beberapa pendekatan-pendekatan emosional terjalin dengan baik sehingga ketika seorang anak mendapat

Dokumen yang terkait

STUDI KORELASI KONFLIK INTERPERSONAL ORANG TUA–ANAK DENGAN AGRESIVITAS REMAJA

0 4 2

Pola Komunikasi Orang Tua Dengan Remaja Pecandu Alkohol (Studi Deskriptif Kualitatif Mengenai Pola Komunikasi Orang Tua Dengan Remaja Pecandu Alkohol Dalam Membentuk Perilakunya di Kota Bandung)

0 15 73

HUBUNGAN ANTARA KOMUNIKASI INTERPERSONAL ORANG TUA DENGAN PERILAKU BULLYING PADA REMAJA Hubungan Antara Komunikasi Interpersonal Orang Tua Dengan Perilaku Bullying Pada Remaja.

0 5 12

HUBUNGAN ANTARA KOMUNIKASI INTERPERSONAL ORANG TUA DENGAN PERILAKU BULLYING PADA Hubungan Antara Komunikasi Interpersonal Orang Tua Dengan Perilaku Bullying Pada Remaja.

0 2 16

HUBUNGAN PERSEPSI POLA ASUH DEMOKRATIS ORANG TUA DENGAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL ANTARA Hubungan Persepsi Pola Asuh Demokratis Orang Tua Dengan Komunikasi Interpersonal Antara Remaja Dan Orang Tua.

0 0 17

POLA KOMUNIKASI ORANG TUA DENGAN ANAK HIPERAKTIF (Studi DeskriptifKualitatif Pola Komunikasi Orang Tua Dengan Anak Hiperaktif di Surabaya).

0 0 95

POLA KOMUNIKASI INTERPERSONAL ORANG TUA DENGAN ANAK DI LINGKUNGAN LOKALISASI DOLLY SURABAYA ( Studi Deskriptif Kualitatif Pada Komunikasi Orang Tua Dengan Remaja Putri Dalam Pendidikan Seksual Di Lingkungan lokalisasi Dolly Surabaya).

0 1 77

POLA KOMUNIKASI ORANG TUA DENGAN ANAK REMAJA DALAM BERINTERNET SEHAT DI SURABAYA ( Studi Kualitatif Tentang Pola Komunikasi Orang Tua dengan Anak Remaja dalam Berinternet Sehat di Surabaya ).

8 16 112

Komunikasi Interpersonal orang tua dan anak remaja pecandu narkoba di Gresik.

0 0 108

POLA KOMUNIKASI INTERPERSONAL ORANG TUA DENGAN ANAK DI LINGKUNGAN LOKALISASI DOLLY SURABAYA ( Studi Deskriptif Kualitatif Pada Komunikasi Orang Tua Dengan Remaja Putri Dalam Pendidikan Seksual Di Lingkungan lokalisasi Dolly Surabaya)

0 0 17