Usaha Kecil-Oktober 2008

VOLUME VI OKTOBER 2008

USAHA KECIL

Berkhas merupakan salah satu media Akatiga yang menyajikan kumpulan berita dari
berbagai macam surat kabar, majalah, serta sumber berita lainnya. Jika pada awal
penerbitannya kliping yang ditampilkan di Berkhas dilakukan secara konvensional, maka
saat ini kliping dilakukan secara elektronik, yaitu dengan men-download berita dari situssitus suratkabar, majalah, serta situs berita lainnya.
Bertujuan untuk menginformasikan isu aktual yang beredar di Indonesia, Berkhas
diharapkan dapat memberi kemudahan kepada pihak-pihak yang berkepentingan dalam
pencarian data atas isu-isu tertentu. Berkhas yang diterbitkan sebulan sekali ini setiap
penerbitannya terdiri dari isu Agraria, Buruh, dan Usaha Kecil.
Untuk memperluas area distribusi, Berkhas diterbitkan melalui 2 (dua) macam media
yaitu media cetakan (hardcopy) serta media online berupa pdf file yang dapat diakses
melalui situs web Akatiga (www.akatiga.or.id).

Da ft a r I si

Perajin sarung Samarinda terseok-seok -------------------------------------------------------------

1


Bank swasta akan dilibatkan salurkan KUR --------------------------------------------------------

2

BPOM batal musnahkan produk bermelamin ------------------------------------------------------

3

Implikasi konsumen bermemori jangka pendek----------------------------------------------------

4

Pemasok terlambat kirim barang-----------------------------------------------------------------------

6

Dua Opsi Perkuat UKM -----------------------------------------------------------------------------------

8


10% Rak di toko modern kosong ----------------------------------------------------------------------

9

Dekopin dorong 12 produk koperasi masuk BBJ -------------------------------------------------- 10
Pasar tradisional sepi saat Lebaran------------------------------------------------------------------- 11
Pemerintah Agar Segera Beri Kemudahan Pinjaman Bagi UMKM--------------------------- 12
IKM Wajib Siasati Krisis ---------------------------------------------------------------------------------- 13
Menilik Bisnis Kerupuk Kemplang yang Laris ------------------------------------------------------ 14
Dekopin ragukan efektivitas KUR ---------------------------------------------------------------------- 15
Depperin siapkan 3 skema penyelamatan IKM ---------------------------------------------------- 16
Pengorbanan di balik negosiasi trading term ------------------------------------------------------- 18
'Perubahan Makro tak pengaruhi omzet pemasok' ----------------------------------------------- 20
Lotte, pemain baru bisnis ritel di Indonesia --------------------------------------------------------- 21
Peritel tolak denda kedaluwarsa ----------------------------------------------------------------------- 23
Sektor UKM Tak Terpengaruh Krisis Ekonomi----------------------------------------------------- 25
Dana UKM Untuk Jambi Rp. 20 Miliar Ditangguhkan -------------------------------------------- 26
KUKM Harus Reposisi Pasar --------------------------------------------------------------------------- 27
IKM berpeluang di bisnis aromaterapi ---------------------------------------------------------------- 28

Pemerintah survei kredit usaha rakyat --------------------------------------------------------------- 29
Peritel enggan jual barang bermerek sama dengan produk bermelamin ------------------- 30
Dana UKM Jambi ditangguhkan ----------------------------------------------------------------------- 31
'Pemprov kurang dana pendirian lembaga penjamin kredit UKM' ---------------------------- 32
Disprakop Bekasi bangun sentra UKM --------------------------------------------------------------- 33
Ormas diminta dorong pemanfaatan kredit mikro ------------------------------------------------- 34
Sultra fokus berdayakan UMKM ----------------------------------------------------------------------- 36
Momentum Berpaling Kembali ke UMKM ----------------------------------------------------------- 37
Baru 14 Persen KUKM Tersentuh Pembiayaan --------------------------------------------------- 40
Giant & Carrefour didorong perbaiki kemasan UKM --------------------------------------------- 42

UKM diperkuat hadapi krisis ---------------------------------------------------------------------------- 43
Usaha kecil sulit masuk pusat perbelanjaan modern--------------------------------------------- 44
Perajin Tembaga Alihkan Ekspor ke Timur Tengah ---------------------------------------------- 45
Pasar menengah-atas hadapi cobaan lagi ---------------------------------------------------------- 46
Peritel modern akan wajib bayar tunai pemasok kecil ------------------------------------------- 48
"Warmasif" Memfasilitasi UKM ------------------------------------------------------------------------- 50
Kadin dorong pendirian bank UMKM ----------------------------------------------------------------- 51
Peritel pangkas rencana ekspansi 50% -------------------------------------------------------------- 53
Perlu Dibentuk Bank UMKM ---------------------------------------------------------------------------- 55

Mengembangkan Sektor UMKM ----------------------------------------------------------------------- 57
NTB genjot promosi produk kerajinan ---------------------------------------------------------------- 58
UKM Sumbar benahi kemasan produk --------------------------------------------------------------- 59
Ajak Pengusaha Kembangkan LKM ------------------------------------------------------------------ 60
Dekranas pacu UMKM Papua Barat ------------------------------------------------------------------ 62
Pemasok kecil keluhkan harga beli hipermarket--------------------------------------------------- 63
UKM calon pewaralaba ditampilkan------------------------------------------------------------------- 65
'Usaha besar enggan bermitra dengan UKM' ------------------------------------------------------ 66
Penjualan Alfamart Libatkan UKM--------------------------------------------------------------------- 68
Dekranas dorong omzet UMKM Papua Barat ------------------------------------------------------ 69
Kadin Dukung Pembentukan Bank Khusus UMKM----------------------------------------------- 70
Peritel bergengsi berlomba kejar konsumen Indonesia yang suka pamer ----------------- 71
Peritel siapkan langkah atasi pelemahan rupiah -------------------------------------------------- 73
Pengusaha Kecil Pulihkan Perekonomian ---------------------------------------------------------- 75
KUKM perlu kembangkan pemasaran---------------------------------------------------------------- 76

Bisnis I ndonesia

Senin, 06 Oktober 2008


Pe r a j in sa r ung Sa m a r inda t e r se ok - se ok

SAMARINDA: Usaha perajin Sarung Samarinda terseok-seok karena menghadapi
persaingan dagang yang ketat, akibat membanjirnya sarung sejenis dari luar daerah yang
dibuat menggunakan mesin.
Usaha kerajinan sarung yang mengandalkan alat tenun bukan mesin selama ini hidup segan
mati tak mau, saat ini justru disaingi sarung bermotif sama hasil produksi mesin atau pabrik.
"Berbeda dengan Lebaran beberapa tahun lalu, saat ini pasar sarung Samarinda sepi,
mungkin karena banyak saingan hasil buatan pabrik," kata Ani, seorang penenun, baru - baru
ini.
Dia mengharapkan pemerintah untuk membantu mereka. Para perajin membutuhkan modal
dan dukungan sektor pariwisata untuk menciptakan permintaan pasar. Harga sarung
Samarinda Rp200.000 - Rp1 juta per lembar. (Antara)

Berkhas

1

Volume VI November 2008


Bisnis I ndonesia

Selasa, 07 Oktober 2008

Ba nk sw a st a a k a n diliba t k a n sa lur k a n KUR

JAKARTA: Kementerian Negara Koperasi dan UKM tetap meneruskan program kredit usaha
rakyat (KUR) pada tahun depan dengan melibatkan bank swasta untuk memaksimalkan
penyaluran dana tambahan sekitar Rp10 triliun.
Menteri Negara Koperasi dan UKM Suryadharma Ali mengatakan pada tahun pertama fokus
penyaluran KUR hanya melalui bank pemerintah, dan mulai periode 2009 dirancang agar
bank swasta disertakan.
"Bank swasta tersebut termasuk bank pembangunan daerah (BPD) yang beroperasi di
seluruh Indonesia, " kata Suryadharma Ali pada acara Halalbihalal, kemarin.
Dengan penambahan dana KUR melalui pola penjaminan, aktivitas usaha mikro dan kecil
dipastikan tidak akan tersendat karena faktor permodalan. Namun, dia tidak menjamin
aktivitas pelaku usaha skala menengah.
Meski jumlah peminjam KUR saat ini mencapai 1,2 juta pengusaha kecil, Suryadharma
belum puas atas pelayanan enam bank penyalur pada tahun ini, yakni BNI, BTN, BRI, Bank
Syariah Mandiri, Bank Mandiri dan Bank Bukopin.

Berdasarkan data Kementerian Negara Koperasi dan UKM, realisasi kredit usaha rakyat per
September senilai Rp10,065 triliun.
Menteri mengharapkan alokasi kredit yang belum tersalur sekitar Rp4 triliun dari total Rp14,5
triliun, bisa terserap seluruhnya hingga akhir tahun ini melalui peningkatan layanan
perbankan.
Nilai kredit per debitor rata-rata Rp8,5 juta. Debitor terbanyak berhasil digaet Bank BRI, yakni
960.000 orang. Bank ini mampu menggaet debitor baru kredit usaha rakyat rata-rata 170.000
orang pengusaha per bulan.
Menurut Suryadharma, instansinya masih mengkaji besaran pinjaman rata-rata yang akan
disalurkan melalui bank swasta.
Perluasan akses kredit bagi pengusaha kecil ini, lanjutnya, merupakan upaya mengantisipasi
krisis keuangan yang saat ini menimpa Amerika Serikat.
"Karena itu sumber permodalan usaha mikro, kecil menengah (UMKM) harus diperkuat,
meski krisis yang melanda AS tidak berdampak langsung terhadap UMKM."
Seperti halnya pinjaman bank berbasis penjaminan pemerintah, pembiayaan dari perusahaan
modal ventura dinilai sebagai salah satu solusi untuk mengatasi keterbatasan permodalan
sektor pengusaha kecil.
Oleh Mulia Ginting Munthe
Bisnis Indonesia


Berkhas

2

Volume VI November 2008

Bisnis I ndonesia

Selasa, 07 Oktober 2008

BPOM ba t a l m usna hk a n pr oduk be r m e la m in
JAKARTA: Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) batal memusnahkan produk
mengandung susu melamin asal China kemarin, karena baru lima peritel modern yang
melaporkan jumlah produk bermasalah yang ada di gudang toko mereka.
Sementara itu, PT Chi Indonesia, perusahaan MLM (multi level marketing) penjualan susu
bubuk full cream Guozhen yang dinyatakan mengandung melamin juga belum mendapat
pemberitahuan rencana pemusnahan tersebut.
"Baru sekitar lima peritel modern yang mengirimkan data ada tidaknya produk berbahan susu
melamin di tokonya. Baru sedikit bukan karena enggan, melainkan kantor kebanyakan tutup.
Karena itu kami akan menunggu satu atau dua hari lagi," kata Sekretaris Jenderal Aprindo

(Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia) Rudy Sumampouw kepada Bisnis, kemarin.
Aprindo saat ini beranggotakan 95 perusahaan ritel modern di Indonesia, dan lebih dari 70%nya mengoperasikan format bisnis minimarket, supermarket, dan hipermarket yaitu toko yang
menjual makanan dan minuman.
Sebelumnya Rudy memperkirakan data jumlah enam produk yang megandung susu melamin
akan berasal lebih dari 20 merek toko modern (Bisnis, 30 Sept.).
Enam produk berbahan susu mengandung melamin yang dipublikasikan Departemen
Kesehatan adalah Oreo stick wafer (ML), kembang gula M&M'S (ML), biskuit Snickers (ML),
dan susu bubuk full cream Guozhen (ML).
Terkait dengan masalah pemasok produk berbahan susu melamin karena peritel yang akan
menyerahkan barang untuk dimusnahkan kepada BPOM, Rudy mengatakan akan
diselesaikan masing-masing peritel.
Hendro, Customer Service perusahaan penjualan langsung PT Chi Indonesia, mengatakan
sudah tidak menjual produk susu Guozhen sejak dinyatakan BPOM mengandung melamin.
"Kami sudah keep [menahan untuk tidak dijual] susu Guozhen, tapi kami sampai hari ini [6
Oktober] belum mendapat konfirmasi soal adanya pemusnahan."
Chi Indonesia merupakan anak perusahaan PT Guozhen asal China dengan mitra lokal.
Perusahaan itu beroperasi di Indonesia sejak dua tahun lalu.
Seperti diketahui setelah rapat koordinasi dengan Aprindo, BPOM pada 29 Sept.
menginstruksikan seluruh toko modern melalui Aprindo untuk mengumpulkan contoh produk
berbahan susu melamin.

Seluruh toko modern melalui Aprindo harus melaporkan jumlah dari enam produk susu
bermelamin kepada BPOM.
BPOM akan memusnahkan secara bersamaan seluruh produk yang terkontaminasi itu.
Rencananya, pemusnahan produk bermelamin bertempat di PT Holcim Indonesia.
Oleh Linda T. Silitonga
Bisnis Indonesia

Berkhas

3

Volume VI November 2008

Bisnis I ndonesia

Selasa, 07 Oktober 2008

I m plik a si k onsum e n be r m e m or i j a ngk a pe nde k

Dua kasus terkuak menjelang Lebaran, yaitu produk kedaluarsa di gerai modern dan

terdeteksinya produk susu bermelamin pada biskuit dan kembang gula serta susu yang
beredar di Indonesia. Ini membuat konsumen mau tidak mau menjadi waspada.
Apalagi dua kasus tersebut ditemukan pada pebisnis yang menyandang nama besar, baik
gerai modern tempat ditemukannya produk kedaluarsa. Begitu juga merek produk bergengsi
seperti Oreo, dan M&M'S yang mengandung susu bermelamin asal China.
Beberapa pemilik produk yang terkait dengan masalah tersebut berupaya keras meyakinkan
konsumennya, bahwa tidak semua produk menjadi 'tertuduh'. Produk bersusu bermelamin
cuma ada pada segelintir produk, misalnya.
Siapa tidak khawatir? Begitu kasus terkuak, langsung menimbulkan was-was bagi konsumen.
Tanggal kedaluarsa di setiap produk menjadi bergitu penting untuk diperhatikan, sebelum
membeli sesuatu.
Merek produk bersusu melamin yang cuma ditemukan pada segelintir produk juga
menyebabkan konsumen menjadi ragu. Peritel sekalipun mengambil tindakan yang menurut
mereka aman, yaitu tidak menjual semua produk dari merek yang terseret kasus susu
bermelamin pada rak toko.
Jangka pendek
Namun Handi Irawan D, Chairman Frontier Consulting Group meyakini semua kasus
tersebut akan segera dilupakan konsumen. Ini karena konsumen di Indonesia mempunyai
memori jangka pendek. Masalah kedaluarsa dan produk susu bermelamin akan segera
terlupakan.
Tidak percaya? Lakukan saja uji memori atas kasus terkait dengan makanan yang
menghebohkan selama ini. Mampukah memori mengungkap dengan cepat empat kasus
terakhir?
Yang tercetus langsung, paling produk kedaluarsa dan susu bermelamin yang
menghebohkan selama Ramadan 2008. Kasus formalin pada ikan yang diawetkan serta
pada tahu juga masih bisa diingat. Tapi apa lagi kasus yang lain? Mampukah memori dengan
cepat terbuka dan membeberkannya?
Setidaknya semua itu menguatkan kesimpulan Handi Irawan atas satu dari 10 karakter unik
konsumen Indonesia, yaitu memiliki memori jangka pendek.
Sembilan lainnya konsumen Indonesia suka produk buatan luar negeri, rendah kesadaran
terhadap lingkungan, tidak memiliki perencanaan, suka berkumpul, gagap teknologi,
mengutamakan context bukan content, beragama dan suka supranatural, pamer dan gengsi,
kekuatan sub-culture.
Tidak perlu mengulas kejadian heboh yang sudah lama terjadi, soal formalin yang
menghebohkan sebelum ditemukannya susu bermelamin juga seakan terlupakan. Tidak ada
lagi, misalnya, kekhawatiran untuk menyantap ikan asin atau tahu.
Temuan produk susu bermelamin juga diyakini tidak akan berdampak pada omzet makanan.
Produsen terkait memang diprediksi penjualannya anjlok 70%-80%, tapi itu cuma sampai 1- 2
minggu.

Berkhas

4

Volume VI November 2008

Bisnis I ndonesia

Selasa, 07 Oktober 2008

"Dalam 3 bulan ke depan, bisnis akan pulih dengan kembali membangun image," kata Handi.
Ada empat penyebab konsumen Indonesia memiliki memori jangka pendek.
Pertama, proses pembelanjaran yang sederhana.
Kedua, pemerintah, media, dan regulasi.
Ketiga, tingkat edukasi.
Keempat, sistem reward dan punishment (penghargaan dan hukuman).
Memori jangka pendek berimplikasi strategis pada bisnis di Indonesia. Strategi bisnis yang
cocok dengan karakter konsumen dengan memori jangka pendek adalah mengejar benefit
(manfaat) jangka pendek, dan mengatasi problem.
Tapi haruskah memori pendek yang berdampak pada tingkat kewaspadaan konsumen yang
'hangat-hangat tahi ayam' itu dibiarkan terus seperti itu?
Tentu saja ini PR pemerintah untuk meningkatkan kepedulian masyarakat akan pentingnya
makanan yang aman dan sehat. Jika kepedulian sudah terbentuk, produsen dan pebisnis pun
otomatis menyesuaikannya.
Dengan demikian, konsumen Indonesia mendapat jaminan akan produk yang dibelinya
adalah sehat. Bukan malah membiarkan mereka memburu produk yang termurah, tetapi
akhirnya menjadi momok kesehatan pada kemudian hari.
Sudah saatnya prilaku konsumen di negara maju, yang peduli makanan sehat dan
lingkungan juga ditularkan kepada masyarakat Indonesia. Jadi bukan cuma bicara soal
liberalisasi dunia usaha. ([email protected])
Oleh Linda T. Silitonga
Wartawan Bisnis Indonesia

Berkhas

5

Volume VI November 2008

Bisnis I ndonesia

Selasa, 07 Oktober 2008

Pe m a sok t e r la m ba t k ir im ba r a ng

JAKARTA: Asosiasi Pengusaha Pemasok Pasar Modern Indonesia Indonesia (AP3MI)
meminta peritel modern membebaskan pemasok dari denda keterlambatan pengiriman
barang (service level), mengingat sampai saat ini baru 40% distributor yang aktif memasok
produk.
Ketua Umum AP3MI Susanto memperkirakan distributor yang jumlahnya di Indonesia
mencapai lebih dari 6.000 perusahaan, baru seluruhnya akan menjalankan aktivitasnya pada
13 Oktober 2008.
"Aktivitas 6.000 distributor belum bisa pulih seluruhnya. Alasannya di samping ada yang
kesulitan mengumpulkan bahan dan pekerja yang mendistribusikan barang [terutama sopir
dan kenek] masih banyak yang libur," kata Susanto, kemarin.
Masih banyaknya pekerja yang belum masuk kerja mengingat libur sekolah (SD, SMP, dan
SMA) baru akan berakhir pada 13 Oktober, begitu juga aktivitas perguruan tinggi.
Menurut Susanto, toko modern sudah kembali melakukan order barang kepada pemasok
atau distributor untuk pengiriman pada tiga dan empat hari setelah Lebaran (5-6 Oktober).
"Distributor saat ini masih kesulitan memenuhi permintaan pengiriman barang ke toko
modern, misalnya, seperti pemasok gula merah yang sulit mendapatkan produk karena
selama ini dikumpulkan dari sejumlah petani pembuatnya," papar Susanto.
Kerepotan para pemasok atau distributor untuk segera memenuhi permintaan pasokan
barang memang selalu terjadi tiap tahunnya sampai tujuh hari setelah Idulfitri.
Namun, untuk tahun masa pemulihan tersebut lebih panjang dari biasanya, karena diprediksi
baru pulih pada 12 hari setelah Lebaran.
"Karena itu kami minta pemasok dan distributor untuk periode pemenuhan permintaan
pasokan barang tahun ini pascaLebaran, tidak ada yang terkena service level ," kata
Susanto.
AP3MI memperkirakan saat ini di Indonesia terdapat 6.000 distributor atau pemasok yang
mengirimkan barangnya untuk dijual di jaringan toko modern.
Dari 6.000 distributor itu, 3.000-4.000 di antaranya memasok ke berbagai pulau di Indonesia,
sisanya merupakan distributor untuk pasokan di daerah tertentu.
Meski pasokan barang ke toko modern belum pulih sampai 13 Oktober, Susanto meyakini
tidak akan berdampak pada konsumen. Hal ini mengingat kebiasaan konsumen untuk segera
menggantikan merek dari produk sejenis, jika barang yang dicari tidak ada di gerai.
Produk makanan
Sementara itu, stok produk yang saat ini sudah berkurang umumnya berupa makanan dan
minuman, seperti biskuit dan air mineral.

Berkhas

6

Volume VI November 2008

Bisnis I ndonesia

Selasa, 07 Oktober 2008

Susanto meyakini toko modern tidak akan menaikkan harga barang, mengingat peritel
mendapatkan harga dari pemasok sebelum ada kenaikan harga barang menjelang Lebaran.
Sebelumnya Gabungan Pengusaha Makanan & Minuman Seluruh Indonesia (Gapmmi)
mengimbau toko modern agar meningkatkan stok makanan dan minuman lima kali lipat dari
biasanya, menyusul panjangnya masa libur industri dan distributor.
Ketua Umum Gapmmi Thomas Darmawan mengatakan toko modern biasanya melakukan
stok untuk penjualan satu minggu.
Industri dan sebagian besar distributor sudah libur mulai 25 September
modern harus menyetok untuk dua minggu, 25 September-6 Oktober.

sehingga toko

"Dalam satu minggunya membutuhkan stok 2,5 kali lipat dari minggu biasanya," kata Thomas
[25 September].
Berdasarkan penelitian Nielsen Indonesia, selama Ramadan produk yang banyak mengalami
lonjakan penjualan adalah margarin, minyak goreng, susu kental manis, susu cair, keju,
yoghurt, sirup, biskuit, obat maag, es krim, teh, permen, dan cokelat.
([email protected])
Oleh Linda T. Silitonga
Bisnis Indonesia

Berkhas

7

Volume VI November 2008

Jurnal Nasional

Selasa, 07 Oktober 2008

Ekonomi - Keuangan - Bisnis jakarta | Selasa, 07 Okt 2008

D ua Opsi Pe r k ua t UKM
by : Luther Sembiring
MENGANTISIPASI imbas krisis ekonomi global terhadap sektor usaha kecil menengah,
Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM) akan memperkuat kredit Usaha
Rakyat (KUR) dan lembaga keuangan ventura.
Menteri Koperasi dan UKM Suryadharma Ali mengatakan, pemerintah memperkuat kredit
UKM dan menghidupkan lembaga keuangan ventura. “Jadi ada dua hal yang dilakukan
pemerintah terkait ambruknya pasar uang di Amerika Serikat,” katanya, di Jakarta, Senin
(6/10).
Mengantisipasi meluasnya dampak krisis di Indonesia, pemerintah menerapkan kredit bagi
masyarakat yang tak memiliki pekerjaan.
Sistem keuangan AS ambruk menyusul krisis kredit perumahan (mortgage) yang
berlangsung Agustus 2007. Kalangan pengamat memprediksi krisis ini akan memukul sektor
usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) di Indonesia.
Realisasi KUR
Pemerintah telah menambah nilai KUR senilai Rp1 triliun untuk 2009. Tahun ini, pemerintah
menyiapkan kredit KUR Rp1 triliun dengan giring rasio Rp14,5 triliun.
Awal September 2008, realisasi KUR mencapai Rp10,65 triliun dengan debitur mencapai 1,2
juta unit usaha. Nilai rata-rata kredit mencapai Rp8,4 juta per unit. ”Mudah-mudahan bisa
terserap sampai akhir tahun ini Rp4,5 triliun,” kata dia.
Menurut Suryadharma, penyaluran KUR bagi UKM akan diperluas dengan melibatkan
perbankan swasta dan Bank Pembangunan Daerah (BPD). Saat ini penyaluran KUR belum
optimal. ”Kendala selama ini pada pelayanan bukan pendanaan.”
BRI, menyalurkan KUR kepada 120 ribu nasabah dalam tempo delapan bulan. Penyaluran
kredit dinilai bukan pekerjaan ringan dan mudah. BRI melayani sedikitnya 5.000 calon debitur
per hari.
Mengatasi keterbatasan SDM, katanya, BRI merekrut tenaga luar (outsourcing) guna
mengoptimalkan pelayanan kredit. Meski demikian, di sejumlah perbankan penyaluran KUR
tidak lagi menggunakan jaminan. ”Dalam praktiknya ada bank yang tidak memberikan
jaminan, misalnya, BRI untuk kredit senilai Rp5 juta per unit.”
Pada Juli 2008, penyaluran KUR mencapai Rp9 triliun dengan satu juta calon debitur. Tahun
ini, penyaluran KUR ditargetkan Rp14,5 triliun untuk 1,5 juta debitur UMKM di seluruh
Indonesia. Luther Kembaren

Berkhas

8

Volume VI November 2008

Bisnis I ndonesia

Rabu, 08 Oktober 2008

1 0 % Ra k di t ok o m ode r n k osong

JAKARTA: Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) mengungkapkan kapasitas rak di
toko modern sampai kemarin baru terisi 90% karena keterlambatan pemasok mengirimkan
barangnya.
Ketua Umum Aprindo Benjamin J Mailool memprediksikan isi gerai di minimarket,
supermarket, dan hipermarket baru kembali pulih dan terisi penuh, pada Senin, 13 Oktober.
"Kekosongan rak di toko modern saat ini sekitar 5%-10%, dan diperkirakan kondisinya akan
kembali pulih pada minggu depan," kata Benjamin kepada Bisnis, kemarin.
Meskipun ada produk yang biasanya dijual di toko saat ini tidak bisa diperoleh konsumen,
Benjamin yakin tidak akan mengganggu kebutuhan masyarakat. Mengingat produk yang
tidak belum ada pasokannya lagi ke toko hanya pada beberapa merek.
Kehabisan stok di toko modern sampai minggu ini untuk merek tersebut, jelasnya, akan bisa
digantikan dengan merek lain dari produk sejenis yang sudah lancar distribusinya. (Bisnis/ltc)

Berkhas

9

Volume VI November 2008

Bisnis I ndonesia

Rabu, 08 Oktober 2008

D e k opin dor ong 1 2 pr oduk k ope r a si m a suk BBJ

JAKARTA: Dewan Koperasi Indonesia (Dekopin) dan PT Bursa Berjangka Jakarta serta PT
Harvestindo Asset Management sepakat memasukkan 12 komoditas ke Bursa Berjangka
Jakarta (BBJ) untuk menjamin kepastian pasar dan harga.
Kedua belas komoditas itu a.l. karet, singkong, beras, jagung, kedelai, tebu, batik, dan produk
kerajinan tangan.
Herbeth Mindo Sitorus, Direktur Jaringan Usaha dan Pengembangan Bisnis Dekopin,
mengatakan kerja sama ini akan berdampak bagi peningkatan kesejahteraan pengusaha
kecil, khususnya yang menggeluti komoditas pertanian dan kerajinan.
"Pada 14 Oktober, kami merencanakan menandatangani kontrak kerja sama dengan pihak
Bursa Berjangka Jakarta (BBJ) dan PT Harvestindo Asset Management. Realisasinya paling
lambat pada awal 2009," kata Mindo kemarin.
Satu lembaga lain turut berpartipasi mewujudkan rencana itu adalah dua perusahaan
asuransi yang akan menanggung risiko kegagalan pembayaran.
Dalam kerja sama ini Dekopin melalui Jaringan Usaha Koperasi (JUK) akan melaksanakan
dan memanfaatkan hasil pendataan, inventarisasi dan klasifikasi koperasi yang sehat modal
dan manajemen untuk disertakan dalam perdagangan komoditas.
"Pihak kedua bertugas mengajukan usulan bersama dalam formulasi kebijakan untuk
menyertakan koperasi dalam perdagangan atau memfasilitasi dan berkontribusi
meningkatkan peran UMKM dalam perdagangan komiditas fisik," papar Mindo.
Lima tahun
Kesepahaman tersebut berlaku untuk lima tahun serta bisa diperpanjang atas kesepakatan
bersama sesuai tujuan program itu, yakni menjadi landasan mewujudkan kerja sama yang
bermanfaat untuk kesejahteraan masyarakat melalui ekonomi kerakyatan.
Menurut Mindo, melalui kerja sama tersebut akan melahirkan solusi atas kesulitan pasar
komoditas daerah karena UMKM tidak perlu lagi mencari pasar.
Kerja sama tersebut merupakan inovasi baru karena BBJ selama ini hanya berisi lembaran
kertas.
Saat ini di Indonesia terdaftar sekitar 130.000 koperasi yang siap masuk BBJ melalui seleksi
oleh Dekopin.
"Kami telah bekerja keras mempersiapkan kelembagaan koperasi-koperasi yang layak untuk
bisa melakukan transaksi bisnis di Bursa Berjangka Jakarta. "
Oleh Mulia Ginting Munthe
Bisnis Indonesia

Berkhas

10

Volume VI November 2008

Bisnis I ndonesia

Kamis, 09 Oktober 2008

Pa sa r t r a disiona l se pi sa a t Le ba r a n

MATARAM: Pusat perbelanjaan khususnya pasar tradisional di Mataram, Nusa Tenggara
Barat (NTB), pada hari Lebaran Ketupat kemarin, sepi pengunjung.
Masyarakat termasuk pedagang kios, bakulan, pedagang sayur dan buah hari ini libur untuk
merayakan Lebaran Topat, seminggu setelah hari raya Idulfitri.
Di sejumlah pasar, seperti Pasar Dasan Agung, Kebon Roek, Ampenan dan Cakranegara,
hampir semua gerobak dan kios tutup dan yang terlihat hanya penjaga pasar yang sedang
mondar-mandir.
Masyarakat termasuk para pedagang merayakan Lebaran Topat dengan pergi bersantai
diberbagai objek wisata. (Antara)

Berkhas

11

Volume VI November 2008

Jurnal Nasional

Kamis, 09 Oktober 2008

Ekonomi | Medan | Kamis, 09 Okt 2008 16:40:29 WIB

Pe m e r int a h Aga r Se ge r a Be r i Ke m uda ha n Pinj a m a n
Ba gi UM KM
PEMERINTAH diharapkan segera memberdayakan usaha mikro, kecil dan menengah
(UMKM) dengan memberikan kemudahan pinjaman bagi "soko guru" perekonomian nasional
itu. Sehingga, ancaman krisis ekonomi global seperti yang dialami Amerika Serikat (AS) tidak
berpengaruh besar terhadap Indonesia.
"Jika program pemberdayaan UMKM itu dapat dilakukan, krisis ekonomi global sebesar
apapun tidak akan berpengaruh terhadap perekonomian nasional," kata Direktur Pusat
Inkubasi Bisnis dan Usaha Kecil (Pinbuk) Sumut, Subhan Chair, di Medan, Kamis (9/10).
"Contohnya Jepang, meski negara itu diterpa `gonjang-ganjing` masalah politik dan ekonmi,
tetapi dasar perekonomian nasionalnya tidak berpengaruh karena rakyatnya memiliki usaha
yang mapan," katanya.
Menurut dia, Indonesia perlu meniru dan belajar kepada Jepang yang memberikan
kesempatan dan akses seluas-luasnya terhadap usaha rakyatnya.
Dengan kesempatan dan akses yang begitu besar bagi rakyat dalam berusaha,
perekonomian nasional "negeri Sakura" memiliki pondasi "resistensi" yang sangat kuat
sehingga rakyatnya tidak khawatir sedikit pun terhadap "badai" moneter internasional.
Selaku subjek dan objek utama dalam perekonomian nasional, rakyat Indonesia harus
memiliki ketahanan ekonomi agar tidak "sekarat" jika negara diterpa cobaan krisis ekonomi
global seperti yang dialami AS.
Kondisi tersebut hanya akan didapatkan jika UMKM sebagai bentuk kegiatan dasar rakyat
dalam memenuhi kebutuhannya dapat diberdayakan. Pemberdayaan tersebut dapat
direalisasikan dengan kemudahan memperoleh pinjaman usaha dan tidak berbelit-belitnya
birokrasi perizinan.
Sebenarnya, kata Subhan, pemerintah sudah mulai merealisasikan program itu, namun tidak
tepat guna karena disalurkan melalui lembaga yang kurang berpihak kepada UMKM.
Ia mencontohkan program Kredit Usaha Rakyat (KUR), tetapi penyaluran dananya dilakukan
melalui bank yang menganut asas kapitalisme dan sangat birokratif dalam menyalurkan
pinjaman.
Akibatnya, pelaku UMKM yang mayoritas kalangan miskin itu tidak dapat mempergunakan
dana yang dipersiapkan pemerintah tersebut karena tidak memiliki tanah atau gedung untuk
dijadikan jaminan.
Sebaiknya pemerintah lebih mempercayakan program pemberdayaan tersebut kepada
lembaga yang langsung bersentuhan UMKM seperti Baitul Mal wat Tamwil (BMT) atau
koperasi.
Subhan juga mencontohkan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM)
Mandiri yang sebenarnya sangat bermanfaat dalam meningkatkan kesejahteraan dan
kemampuan ekonomi rakyat.
"Namun penyerapan dana dalam program tersebut kurang maksimal karena tidak ada
pendampingan bagi pelaku UMKM," katanya. (Ant)

Berkhas

12

Volume VI November 2008

Kompas

Kamis, 09 Oktober 2008

I KM W a j ib Sia sa t i Kr isis
Implementasi Kebijakan Fiskal Dibutuhkan Masyarakat
Kamis, 9 Oktober 2008 | 02:36 WIB
Jakarta, Kompas - Tanpa disuruh, industri kecil dan menengah atau IKM yang dipandang
tahan uji akan mencari berbagai cara untuk bertahan di tengah badai kesulitan ekonomi.
Walaupun krisis ekonomi global saat ini dipandang berbeda dengan krisis tahun 1998, pelaku
IKM wajib menyiasatinya sejak dini.
Pakar Manajemen Universitas Indonesia, Rhenald Kasali, Rabu (8/10) di Jakarta,
mengatakan, ”Cepat atau lambat dampak krisis ekonomi akan dirasakan oleh IKM. Apalagi,
Bank Indonesia baru saja menaikkan BI Rate menjadi 9,5 persen,” ujar Rhenald.
Siasat atau strategi proaktif IKM sangat diperlukan. Paling tidak, ada tiga strategi IKM untuk
bisa bertahan menghadapi gempuran krisis ini.
Pertama, IKM perlu memikirkan untuk mencari substitusi pengganti bahan baku agar dapat
memperoleh harga yang lebih terjangkau. Namun, kualitas tetap harus dijaga agar nilai
tambah produk tidak merosot.
Kedua adalah efisiensi. Strategi ini diingatkan lagi agar pengusaha mengevaluasi manajemen
keuangan guna mengetahui pos-pos biaya operasional perusahaan yang bisa ditekan.
Strategi ketiga terkait dengan pemasaran. IKM harus mulai mengurangi ketergantungan pada
pembelian dalam jumlah besar. ”Lebih baik IKM bermain di pasar ritel atau eceran yang lebih
memiliki kepastian dalam pembayarannya,” kata Rhenald.
Revisi syarat perdagangan
Direktur Jenderal IKM Depperin Fauzi Azis mengatakan, syarat perdagangan (trading term)
perlu direvisi agar terjadi hubungan yang berkelanjutan dan saling menguntungkan. Di lain
sisi, IKM juga perlu melakukan pengendalian produktivitas supaya terjadi efisiensi usaha.
Daya beli juga menjadi faktor yang mesti dijadikan pertimbangan.
Ekonom Faisal Basri mengatakan, pemerintah harus segera mengimplementasikan berbagai
kebijakan fiskal yang dibutuhkan masyarakat agar perekonomian riil tetap bergerak.
Pemerintah harus mendorong industri hilir yang sangat berperan menciptakan nilai tambah.
Saat ini, ekspor bahan mentah sudah tidak menarik lagi.
mengantisipasinya dengan terus mendorong pertumbuhan industri hilir.

Pemerintah

harus

”Kita tidak bisa lagi bertahan di sektor ekstraksi (penghasil bahan mentah). Segera dorong
industri hilir pengolahan bahan mentah agar tercipta nilai tambah dengan efisiensi tinggi yang
bisa merebut pangsa negara lain di pasar internasional,” papar Faisal.
Menurut Direktur Utama PT Anugerah Langkat Makmur Musa Rajekshah, produsen minyak
kelapa sawit mentah (CPO) dan petani kelapa sawit semakin kelimpungan dengan mahalnya
harga pupuk saat harga tandan buah segar yang anjlok. Pemerintah harus segera menyusun
rencana aksi untuk menurunkan harga pupuk. (OSA/HAM)

Berkhas

13

Volume VI November 2008

Kompas

Kamis, 09 Oktober 2008

M e nilik Bisnis Ke r upuk Ke m pla ng y a ng La r is
Kamis, 9 Oktober 2008 | 02:58 WIB
Para pelaku usaha kecil dan menengah (UKM) makanan tradisional di Kota Palembang,
Sumatera Selatan, saat ini bisa bernapas lega karena produk mereka laris manis diserbu
konsumen dan pemudik selama Ramadhan hingga Lebaran. Kemplang, selain juga pempek
Palembang, saat ini merupakan salah satu jenis oleh-oleh yang paling banyak dicari
masyarakat.
Selain dibeli langsung oleh pemudik yang melintasi jalur lintas Sumatera, para pengusaha
kemplang dari Kota Palembang bahkan bisa mengirimkan ratusan kuintal kerupuk untuk
memenuhi permintaan konsumen dari luar Pulau Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Bali, dan
bahkan dari Singapura.
Di Kota Palembang, kerupuk kemplang sangat gampang dijumpai di berbagai jenis kedai
makanan di pinggir jalan, pedagang pasar tradisional, bahkan di warung kelontong yang
terletak di gang sempit sekalipun.
Hanya saja, mayoritas penggemar kemplang biasanya sudah memiliki pengusaha langganan
masing-masing sesuai dengan jenis harga dan kualitas. Untuk kemplang kualitas satu dijual
seharga Rp 45.000-Rp 50.000 per kilogram, kualitas dua Rp 30.000-Rp 42.000 per kilogram,
dan kemplang kualitas tiga Rp 18.000-Rp 19.000 per kilogram.
Aden (55), pengusaha kemplang di Kelurahan 3 Ulu, Palembang, Kamis (25/7), merupakan
salah satu produsen kemplang yang sudah menekuni bisnis ini selama 20 tahun. Pengusaha
yang mendirikan perusahaan kerupuk kemplang merek Mang Den 362 ini mengaku
omzetnya bisa lebih dari Rp 300 juta selama Ramadhan.
Menurut Aden, jenis kerupuk yang dibuat dari bahan dasar tepung sagu, ikan sungai-laut
(belida, gabus, tenggiri), dan bumbu dapur ini merupakan jenis makanan yang memiliki nilai
sejarah, sama halnya seperti pempek Palembang serta berbagai jenis makanan turunannya
seperti lenggang, model, tekwan, dan lainnya.
”Dari cerita lisan turun temurun kakek nenek dan orangtua kepada saya, kemplang
dikenalkan oleh masyarakat keturunan Tionghoa ratusan tahun silam. Selain kemplang,
waktu itu juga dikenalkan pempek, model, tekwan, dan lainnya,” katanya.
Di Sumatera Selatan sendiri, kerupuk kemplang berkembang menjadi makanan khas dan
favorit bagi masyarakat yang tinggal di sepanjang aliran Sungai Musi dan sembilan anak
sungainya. Ini berbeda halnya dengan pempek yang hanya terkenal dan banyak diproduksi di
Kota Palembang sendiri.
”Mungkin karena sifatnya sebagai makanan pelengkap inilah yang membuat kerupuk
kemplang kemudian dikenal luas di Sumsel, tidak hanya di Kota Palembang saja,” katanya.
Sangat kewalahan
Setiap tahun ketika Ramadhan sampai Lebaran tiba, Aden mengaku sangat kewalahan
memenuhi permintaan pelanggan. Karena itu, Aden menggenjot produksi kemplang hingga
tiga kali lipat dari produksi normal. Di hari biasa saja, produksinya mencapai 350 kuintal per
hari.
Mangdin Asali (43), pengusaha kemplang asal Kelurahan Cinde, juga mengalami hal serupa.
Untuk memenuhi permintaan pelanggan saat Ramadhan-Lebaran, Mangdin saat ini
meningkatkan kapasitas produksinya hingga mencapai 400 kilogram per hari. (ONI)

Berkhas

14

Volume VI November 2008

Bisnis I ndonesia

Jumat, 10 Oktober 2008

D e k opin r a guk a n e fe k t iv it a s KUR
JAKARTA: Dekopin Adi Sasono meragukan efektivitas penyaluran kredit usaha rakyat (KUR)
sesuai sasaran usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM), karena kredit itu masih
dipergunakan untuk keperluan konsumtif.
Ketua Umum Dewan Koperasi Indonesia (Dekopin) Adi Sasono menduga ada penyimpangan
dana KUR karena diberikan kepada debitor lama. Hal ini karena debitor KUR sudah
menembus 1 juta orang.
Di sisi lain masih banyak koperasi dan UMKM mengeluh karena sangat sulit mengakses KUR
di BNI, BRI, BTN, Bukopin, dan Bank Syariah Mandiri. Indikasi lainnya, pertumbuhan
ekonomi yang tidak berdampak pada pengurangan pengangguran dan kemiskinan.
"Pertumbuhan ekonomi terjadi bukan karena dana kredit, tapi dampak dari naiknya komoditas
pasar internasional," ujarnya baru-baru ini. (Bisnis/mgm)

Berkhas

15

Volume VI November 2008

Bisnis I ndonesia

Jumat, 10 Oktober 2008

D e ppe r in sia pk a n 3 sk e m a pe ny e la m a t a n I KM

JAKARTA: Pemerintah menyiapkan tiga skema pengamanan sektor industri kecil dan
menengah (IKM) dalam menghadapi tekanan kenaikan bunga kredit, setelah BI Rate naik
menjadi 9,5%.
Dirjen Industri Kecil Menengah (IKM) Departemen Perindustrian Fauzi Azis mengatakan
ketiga skema pengamanan tersebut adalah perluasan akses pinjaman di luar kredit usaha
rakyat (KUR), pengamanan produk dalam negeri, dan perluasan jaringan pasar dunia.
Pemerintah, katanya, akan menghidupkan kembali kredit program sebagai alternatif
penyaluran pinjaman ke sektor industri kecil menengah dengan suku bunga yang lebih
rendah dibandingkan dengan KUR.
Menurut Fauzi, banyak pengusaha kecil yang mengalami masalah pendanaan sejak Bank
Indonesia menaikkan suku bunga acuan.
Kesulitan itu paling banyak dirasakan oleh pengusaha kecil dengan skala modal Rp5 jutaRp10 juta.
"Lantaran dana minim, bank mematok suku bunga pinjaman [KUR] 24%, sementara
pengusaha kecil yang di atas Rp25 juta bisa mendapatkan 16%," katanya, kemarin.
Atas berbagai pertimbangan, pemerintah dan BI perlu merelaksasi kebijakan, seperti
menurunkan suku bunga. Di negara-negara lain, katanya, suku bunga pinjaman justru
cenderung diturunkan.
Skema berikutnya, adalah penggunaan produk dalam negeri. Untuk menyukseskan program
tersebut Depperin akan bekerja sama dengan berbagai instansi menekan impor barangbarang konsumsi yang telah mampu diproduksi industri domestik serta mengawasi produkproduk selundupan.
Selain itu, pemerintah akan memperluas akses pemasaran. Fauzi mengungkapkan pada
November nanti, diselenggarakan Trade Expo Indonesia 2008.
Ajang ini dijadikan kesempatan sektor IKM dan industri papan atas untuk menembus pasarpasar baru dan memperluas jaringan.
Terkait dengan kredit program, Depperin mengusulkan bunganya tidak lebih dari 12%.
Dana kredit program dihimpun dari dana bergulir seluruh departemen, seperti Kementerian
Negara Koperasi dan UKM, Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan, Departemen
Perindustrian, Departemen Keuangan, Kementerian Negara BUMN, Departemen Pertanian
hingga Departemen Agama.
"Dana-dana bergulir itu nantinya dikelola Bank Indonesia, sementara penyalurannya melalui
rekening pemerintah lewat sistem channeling [kemitraan]. Suku bunga yang ditetapkan
sebaiknya bukan suku bunga komersial agar IKM bisa mengembalikan dana dan bisa diserap
sebanyak-banyaknya," paparnya.
Sejauh ini, beberapa instansi masih menjalankan kredit program secara sektoral sehingga
pelaksanaannya tidak optimal dan kurang efisien. Sejak 1999, Depperin bahkan hanya
mampu menyalurkan kredit program sekitar Rp19 miliar dari total alokasi Rp36 miliar akibat
berbagai masalah birokrasi.

Berkhas

16

Volume VI November 2008

Bisnis I ndonesia

Jumat, 10 Oktober 2008

Mengutip laporan Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat Abu Rizal Bakrie, Fauzi
mengatakan, total pengumpulan dana kredit dari semua departemen mencapai Rp10 triliun.
Tahan krisis
Secara terpisah, Deputi Pembiayaan Kementerian Negara Koperasi dan UKM Agus
Muharram mengatakan kondisi koperasi jasa keuangan sejauh ini tidak terkena dampak krisis
keuangan di AS. Ini berbeda dengan sektor perbankan.
"Di tengah bank kurang likuiditas, dan suku bunga yang meninggi, saya sudah cek ke
Koperasi Jasa Pekalongan, mereka justru surplus dana. Penyaluran kredit seperti biasa," ujar
Agus.
Di sektor koperasi jasa keuangan mikro tidak ada perubahan kebijakan secara mendasar,
termasuk suku bunga. Ini menunjukkan bahwa sektor usaha kecil dan menengah relatif
tangguh.
"Bisnis keuangan di koperasi tidak ada kepanikan, dan berjalan seperti biasa. Koperasi
simpan pinjam bertahan menghadapi dampak perekonomian global," ujar Agus.
Menurut dia, sektor koperasi jasa keuangan perlu terus diperkuat agar bisa menjadi solusi
bagi
UKM
yang
menghadapi
kesulitan
modal.
(Yusuf.
waluyo@bisnis.
co.id/[email protected])
Oleh Yusuf Waluyo Jati & Moh. Fatkhul Maskur
Bisnis Indonesia

Berkhas

17

Volume VI November 2008

Bisnis I ndonesia

Jumat, 10 Oktober 2008

Pe ngor ba na n di ba lik ne gosia si t r a ding t e r m
Pembahasan menentukan besaran biaya syarat perdagangan (trading term) tampaknya
bukan hal mudah, terbukti sampai sekarang belum ada kesepakatan angka dari dua kubu
yang berbeda kepentingan, yaitu pemasok dan peritel modern.
Meskipun batasan pada potongan harga tetap (fixed rebate) dan biaya administrasi
pendaftaran barang (listing fee) telah dibuat dalam draf permendag, tapi otoritas tertinggi
bidang perdagangan tersebut masih membuka kesempatan usulan.
Permendag adalah kelanjutan dari Perpres No. 112/2007 tentang Penataan dan Pembinaan
Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern, yang baru mengatur diperbolehkan
peritel mengutip tujuh jenis syarat perdagangan, tanpa menentukan batasan besarnnya.
Tujuh syarat perdagangan yang direstui itu adalah potongan harga reguler (regular discount),
potongan harga tetap (fixed rebate), potongan harga khusus (conditional rebate), potongan
harga promosi (promotion discount), biaya promosi (promotion budget), biaya distribusi
(distribution cost), dan biaya administrasi pendaftaran barang (listing fee).
Dalam petunjuk pelaksanaannya yang berbentuk permendag, batasan besaran untuk dua
jenis syarat perdagangan kemudian ditetapkan, yaitu fixed rebate sebesar 1% dan untuk
listing fee bervariasi bergantung pada besar kecilnya toko.
Listing fee untuk hipermarket Rp 500.000-Rp 5 juta per produk di seluruh gerai suatu merek
ritel modern, supermarket Rp 350.000 dan minimarket Rp 10.000-Rp 1 juta.
Keseriusan pemerintah menerima masukan terlihat dari upaya untuk kembali
mempertemukan pemasok dan peritel modern, meskipun rapat penetapan batasan selalu
gagal mencapai kesepakatan (deadlock).
Sedianya pencapaian kesepakatan akan dibatasi hingga Sept. 2008, kenyataannya karena
deadlock, Depdag kembali menjanjikan rapat untuk masing-masing menawarkan batasannya
untuk disepakati. Dalam hal ini pemasok diwakili Aliansi 9 Asosiasi dan peritel oleh Asosiasi
Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo).
Kompromi
Baik dari kubu pemasok maupun peritel modern, masing-masing pihak mengharapkan ada
'pengorbanan' untuk mendapatkan kesepakatan yang bisa menguntungkan kedua belah
pihak. Karena itulah rapat bisa berjalan kembali, meskipun terkesan lambat.
Pemasok melunakkan sikapnya untuk besaran listing fee. Awalnya, pemasok tidak setuju
biaya administrasi pendaftaran barang dikutip peritel modern dihitung berdasarkan jumlah
gerai yang akan dimasuki pemasok untuk menjual produknya.
Pemasok menilai bukan listing fee namanya jika dikutip per gerai. Apalagi selama ini besaran
listing fee dirasakan memberatkan para pemasok untuk bisa menerobos jaringan toko
modern di berbagai wilayah Indonesia.
Pemasok menginginkan listing fee untuk hipermarket dibatasi Rp500.000 bagi satu jenis
produk yang akan dijual di seluruh jaringan toko suatu merek, supermarket Rp350.000, dan
minimarket Rp150.000-Rp 1 juta.
Tapi kemudian setelah melakukan rapat yang dipimpin oleh Depdag, pemasok berkenan
listing fee dihitung per gerai, asalkan nilainya tidak lebih dari Rp100.000 per produk.
Sementara untuk fixed rebate, pemasok tetap berkukuh dibatasi maksimal 1%.

Berkhas

18

Volume VI November 2008

Bisnis I ndonesia

Jumat, 10 Oktober 2008

Lompatan cukup besar tampak dari kubu Aprindo. Awalnya asosiasi itu menolak ada aturan
yang membatasi besaran syarat perdagangan, apa pun jenisnya.
Melangkah ke jalur hukum pun pernah dikemukakan Aprindo, jika sampai aturan itu terbit.
Tapi rapat dengan pemasok, akhirnya mampu melunakkan para peritel modern. Aprindo
kemudian menawarkan listing fee Rp500.000 per produk per gerai, dan fixed rebate 3%-5%.
Jika pengorbanan pemasok dan peritel itu adalah bentuk dari cinta, maka hubungan mereka
dipastikan berlangsung lama, karena kedua belah pihak itu sejatinya membutuhkan satu
sama lainnya. (linda.silitonga@ bisnis.co.id)
Oleh Linda T. Silitonga
Wartawan Bisnis Indonesia

Berkhas

19

Volume VI November 2008

Bisnis I ndonesia

Jumat, 10 Oktober 2008

'Pe r uba ha n M a k r o t a k pe nga r uhi om z e t pe m a sok '
JAKARTA: Asosiasi Pengusaha Pemasok Pasar Modern Indonesia (AP3MI) menilai omzet
pemasok tidak akan terpengaruh jika Lotte Group mengubah pusat perkulakan Makro
menjadi hipermarket.
Ketua Umum AP3MI Susanto mengatakan umumnya pasokan ke hipermarket dan pusat
perkulakan selama ini jumlahnya sama, meski pusat perkulakan menjual barang secara
grosir kepada konsumen.
"Sama saja pasokan ke perkulakan dengan hipermarket, malah kalau di pusat perkulakan
merepotkan kami karena harus mengikat sedikitnya dua barang menjadi satu [karena pusat
perkulakan menjual sebagian besar barangnya harus berjumlah lebih dari satu]," kata
Susanto kepada Bisnis, kemarin.
Sementara itu, harga pembelian barang di pusat perkulakan dan hipermarket tidak berbeda.
Akibatnya justru ongkos pemasok umumnya lebih besar untuk memasok ke pusat
perkulakan, karena kewajiban mengikat sedikitnya dua barang menjadi satu.
"Sering ongkos untuk mengikat barang itu lebih tinggi daripada [selisih harga yang diterima
konsumen, karena dengan membeli barang secara grosir membayar] lebih murah," jelas
Susanto.
Saat ini peritel di Indonesia yang mengoperasikan format pusat perkulakan adalah Makro dan
Indo Grosir, sedangkan Goro sudah tutup.
Terkait dengan telah diketahuinya pembeli Makro, Su-santo mengharapkan ada pembicaraan
dengan Makro untuk menjelaskan kepada pemasok sehingga situasi bisnis menjadi kondusif.
Seperti diketahui perusahaan asal Korsel Lotte Group akan membeli seluruh saham PT
Makro Indonesia. Belum ada penjelasan lebih lanjut dari pihak Lotte, apakah perusahaan
asal Korsel
itu mempertahankan 19 gerai Makro sebagai pusat perkulakan atau
menggantikannya dengan format yang lain.
Mengingat di Korsel Lotte Group memiliki perusahaan ritel multiformat di bawah bendera
Lotte Shopping yang memiliki gerai hipermarket Lotte Mart, supermarket Lotte Super, dan
department store Lotte.
Dari rilis Makro menjelaskan Lotte Group akan mengambil alih gedung, tanah, kontrak sewa,
karyawan dan inventaris Makro Indonesia sebagai satu paket yang menyeluruh.
Oleh Linda T. Silitonga
Bisnis Indonesia

Berkhas

20

Volume VI November 2008

Bisnis I ndonesia

Senin, 13 Oktober 2008

Lot t e , pe m a in ba r u bisnis r it e l di I ndone sia
Kehadiran Lotte Group asal Korsel masuk ke bisnis ritel eceran di Indonesia melalui akuisisi
seluruh saham PT Makro Indonesia cukup mengejutkan.
Setelah masuknya asing melalui Delhaize di Lion Superindo, Dairy Farm pada Hero, dan
Carrefour masuk dengan modal 100% asing ke Indonesia, beberapa nama pemain raksasa
dunia lainnya segera menyusul.
Tesco, Walmart, Metro sering disebut-sebut sebagai pemain asing yang segera hadir di
Indonesia. Namun, kenyataannya justru raksasa regional menyalip lebih dulu, dengan
hadirnya Lotte Group.
Seperti dikutip dari Bloomberg Lotte mampu mengakuisisi Makro yang memiliki 19 toko pusat
perkulakan Makro dengan nilai US$223 juta, atau sekitar Rp 2 triliun.
Bagaimana dengan kekuatan bisnisnya?
Meskipun Lotte Group melalui perusahaan ritelnya Lotte Shopping belum masuk dalam
sepuluh besar perusahaan ritel peraih omzet terbesar di tingkat dunia, di tingkat regional
perusahaan itu punya nama yang kuat.
Prestasi Lotte terlihat dari hasil pemeringkatan 500 toko modern peraih omzet terbesar oleh
majalah Retail Asia pada 2007 di 14 negara, yaitu Australia, China, Hong Kong, India,
Indonesia, Jepang, Malaysia, Selandia Baru, Filipina, Korea Selatan, Singapura, Thailand,
Taiwan, dan Vietnam.
Gerai Lotte mampu menerobos 50 besar peraih omzet terbesar di jajaran negara di Asia
Pasifik. Department store Lotte masuk di peringkat 14 dengan total penjualan US$ 7.556 juta,
dan hipermarket Lotte Mart di peringkat 37 dengan total penjualan US$ 3.471 juta.
Sementara supermarketnya yang bermerek Lotte Super masuk di urutan 224 dengan
penjualan US$ 425 juta.
Dari perolehan omzet di Korsel, untuk format hipermarket Lotte Mart berada di bawah
rivalnya toko dengan merek E-Mart yang dinakhodai perusahaan Shinsegae Department
Store dan Homeplus oleh Samsung Tesco.
Untuk format supermarket, di negaranya Lotte Super terkait omzet berada di bawah GS
Supermarket milik GS Holdings Corp dan Top Mart yang dioperasikan Seowon Distribution.
Untuk format department store, Lotte mengungguli rivalnya di Korsel.
Dengan kekuatan yang sudah terbukti tersebut, tentunya Lotte akan memiliki strategi sendiri
untuk memenangi persaingan di Indonesia.
Dari pemeringkatan oleh majalah Retail Asia, sebanyak 16 toko modern di Indonesia masuk
dalam 500 peraih omzet terbesar, antara lain hipermarket Carrefour peringkat 147 dengan
omzet US$789 juta, department store Ramayana (195) dengan omzet US$530 juta,
department store Matahari (209) US$472 juta, hipermarket Hypermart (233) US$ 385 juta,
dan hipermarket Giant (240) US$ 357 juta.
Berbasis konsumen
Menurut Yongky Surya Susilo, Direktur Riteler dan Pengembangan Bisnis Nielsen Indonesia,
Lotte merupakan pemain yang sangat kuat dalam membangun penawaran ritel berbasiskan
kebutuhan dan keinginan konsumen.

Berkhas

21

Volume VI November 2008

Bisnis I ndonesia

Senin, 13 Oktober 2008

"Dalam sejarahnya bisnis ritel Lotte berfokus pada konsumen melalui format toko diskon yang
beraspirasi dan juga supermarket. Mereka sangat kuat membangun penawaran ritel
ber