Usaha Kecil-Maret 2008
VOLUME VI MARET 2008
USAHA KECIL
Berkhas merupakan salah satu media Akatiga yang menyajikan kumpulan berita dari
berbagai macam surat kabar, majalah, serta sumber berita lainnya. Jika pada awal
penerbitannya kliping yang ditampilkan di Berkhas dilakukan secara konvensional, maka
saat ini kliping dilakukan secara elektronik, yaitu dengan men-download berita dari situssitus suratkabar, majalah, serta situs berita lainnya.
Bertujuan untuk menginformasikan isu aktual yang beredar di Indonesia, Berkhas
diharapkan dapat memberi kemudahan kepada pihak-pihak yang berkepentingan dalam
pencarian data atas isu-isu tertentu. Berkhas yang diterbitkan sebulan sekali ini setiap
penerbitannya terdiri dari isu Agraria, Buruh, dan Usaha Kecil.
Untuk memperluas area distribusi, Berkhas diterbitkan melalui 2 (dua) macam media
yaitu media cetakan (hardcopy) serta media online berupa pdf file yang dapat diakses
melalui situs web Akatiga (www.akatiga.or.id).
D a ft a r I si
Anggaran penguatan LKM dipertahankan-----------------------------------------------------------
1
Jatim siapkan anugerah UKM --------------------------------------------------------------------------
2
Perajin pewter belajar ke Malaysia --------------------------------------------------------------------
3
Presiden minta kredit usaha rakyat lebih diintensifkan ------------------------------------------
4
RI diminta moratorium liberalisasi ritel----------------------------------------------------------------
5
Pembentukan Bank UMK Ditunda ---------------------------------------------------------------------
7
UKM Lebih Butuh Pemasaran --------------------------------------------------------------------------
8
Pengelola mal tolak batasan luas tempat usaha bagi usaha kecil----------------------------
9
Perajin Potensial Menyejahterakan Rakyat --------------------------------------------------------- 10
Alfa rancang pusat distribusi barang pedagang kecil -------------------------------------------- 11
DKP siap cairkan dana sosial mikro ------------------------------------------------------------------ 13
Sharwat Fardaniyah, Kerjasama Kelembagaan dan Dunia Usaha Departemen
Sosial Program Pengembangan Usaha Mikro Paling Menonjol------------------------------- 14
Demokrat Konsen Majukan Pengusaha Gurem --------------------------------------------------- 15
UKM Cilacap Serap 790 Ribu Pekerja --------------------------------------------------------------- 16
Dana kemitraan usaha kecil pangan Rp800 miliar ------------------------------------------------ 17
Nama KUR agar disamakan ---------------------------------------------------------------------------- 18
42.000 IKM Rumahkan Karyawan --------------------------------------------------------------------- 19
Kadin Jatim minta juknis perpres perpasaran ------------------------------------------------------ 21
UKM Harus ke Pasar Modal----------------------------------------------------------------------------- 22
137 Sentra KUKM Jabar Siap Jadi OVOP ---------------------------------------------------------- 23
10 Peritel modern kuasai 70% pasar ----------------------------------------------------------------- 24
Industri batik gedog bertahan --------------------------------------------------------------------------- 25
Depdag larang hipermarket dekat dengan pasar tradisional ----------------------------------- 26
Dana Bergulir Untuk Pengusaha Mikro -------------------------------------------------------------- 27
372 Mesin Baru untuk IKM Jawa Barat -------------------------------------------------------------- 28
Pedagang gula aren gulung tikar ---------------------------------------------------------------------- 29
Toko tradisional dan warung makin merebak ------------------------------------------------------ 30
UU Koperasi perlu direvisi ------------------------------------------------------------------------------- 31
Frase Politika ------------------------------------------------------------------------------------------------ 32
BDS dukung klinik UKM Jatim -------------------------------------------------------------------------- 34
UKM butuh dukungan iptek------------------------------------------------------------------------------ 35
Carrefour kucurkan pinjaman mikro ------------------------------------------------------------------- 36
Komisi VI tolak pengurangan anggaran Kemenkop15% ---------------------------------------- 37
Kemenkop dan UKM Hemat Rp915 Miliar ---------------------------------------------------------- 39
Suryadharma Usulkan Lagi Bank UMK -------------------------------------------------------------- 40
AP3MI: Peritel terapkan listing fee tak wajar ------------------------------------------------------- 41
Kemenkop dorong penerbitan SUK ------------------------------------------------------------------- 42
Lippo berambisi jadi raja ritel Asia --------------------------------------------------------------------- 43
Dinas KUKM Susun Mekanisme Pinjaman --------------------------------------------------------- 45
Kredit bermasalah di Aceh ditekan -------------------------------------------------------------------- 46
Peritel agar terapkan diskriminasi harga ------------------------------------------------------------- 47
Realisasi KUR Rp1,79 Triliun --------------------------------------------------------------------------- 48
UKM promosi via inflight catalogue ------------------------------------------------------------------- 49
Usaha kecil banyak beralih jadi pedagang mi & bakso ------------------------------------------ 50
UKM Sumut Tuntut Polisi Hentikan Sweeping ----------------------------------------------------- 51
Kemenkop akan panggil hipermarket ----------------------------------------------------------------- 52
Koperasi akan didorong terbitkan kontrak investasi ---------------------------------------------- 53
Volume produk premium tertekan --------------------------------------------------------------------- 55
UKM seperti Sapi Perah ---------------------------------------------------------------------------------- 56
Kredit UMKM BPD Naik 28% --------------------------------------------------------------------------- 58
BMT Jabodetabek gagas pusat koperasi ------------------------------------------------------------ 59
Usaha kecil dapat pelatihan Linux --------------------------------------------------------------------- 60
Forda UKM Minta Pungli di Sumut Diberantas ----------------------------------------------------- 61
Penghematan Listrik Pukul UKM----------------------------------------------------------------------- 62
17 UKM ikuti pasar Tong-Tong ------------------------------------------------------------------------- 63
Penerima P3KUM tidak dibatasi ----------------------------------------------------------------------- 64
Prosedur KUR Masih Sulit ------------------------------------------------------------------------------- 65
'Ekspor Produk UMKM Butuh Dukungan Optimal' ------------------------------------------------ 66
Peritel besar retur barang beli putus ------------------------------------------------------------------ 67
Realisasi KUR Rp2 Triliun ------------------------------------------------------------------------------- 68
UKM Nantikan Insentif ------------------------------------------------------------------------------------ 69
Diperlukan Harmonisasi Ritel Besar dan Kecil ----------------------------------------------------- 70
Menciptakan Pasar UKM Perlu Peran Pemerintah ----------------------------------------------- 71
UKM Masuk Bursa? --------------------------------------------------------------------------------------- 72
Bisnis Indonesia
Senin, 03 maret 2008
An gga r a n pe n gu a t a n LKM dipe r t a h a n k a n
JAKARTA: Menteri Negara Koperasi dan UKM memastikan program pengembangan
lembaga keuangan mikro (LKM) tetap stabil, meski anggaran 2008 di kementeriannya
dipangkas 15%.
Sebaliknya, dana program pembangunan pasar tradisional dan pusat promosi UKM di
daerah, program bidang produksi, serta dana perjalanan dinas dikoreksi signifikan terkait
dengan kebijakan anggaran tersebut.
"Kami akan tetap fokus mengembangkan LKM meski jumlahnya tidak akan melebihi dari
tahun lalu. Paling tidak program ini bisa berjalan dengan stabil," ujar Suryadharma Ali, akhir
pekan lalu.
LKM tetap menjadi perhatian utama Kemenkop dan UKM dalam program tahun ini, terkait
dengan upaya pemerintah meningkatkan peranan usaha mikro, kecil dan menengah dalam
perkonomian nasional.
Program pengembangan lembaga keuangan mikro a.l. dilakukan melalui dua program
prioritas pada Deputi Kelembagaan Kementerian Koperasi dan UKM, yakni P3KUM (Program
Pembiayaan Produktif Koperasi dan UKM) dan program Perkassa (Perempuan Sehat dan
Sejahtera).
P3KUM bertujuan memberdayakan pengusaha mikro melalui struktur keuangan koperasi
simpan pinjam dan unit simpan pinjam (KSP/ USP), sedangkan program Perkassa bertujuan
memberdayakan perempuan pengusaha mikro.
Menteri menyatakan program pengembangan jaringan LKM berbadan koperasi ini
diharapkannya berjalan normal dan ditargetkan tumbuh di setiap kecamatan.
Selain LKM, pembangunan pasar tradisional dan pusat promosi di daerah merupakan
program penting untuk memberdayakan ekonomi lokal. Akan tetapi, anggaran keduanya
terpaksa dipangkas.
Pada 2007, dana pengembangan pasar dianggarkan Rp37,2 miliar tapi pada tahun ini
diperkecil menjadi hanya Rp13,3 miliar.
Program lain yang dipastikan tidak bisa menyamai prestasi pada 2007 adalah resi gudang.
Tahun lalu, sosialisasi dilakukan di enam kabupaten tapi realisasinya hanya di dua
kabupaten.
Terkait dengan hal itu, tahun ini anggaran program tersebut disusutkan dari Rp1, 125 triliun
menjadi Rp958 miliar. "Pemotongan anggaran juga terjadi di beberapa departemen lain."
Keseluruhan anggaran Kemenkop pada tahun ini lebih kecil dibandingkan dengan 2007 yang
mencapai Rp1,4 triliun.
Oleh Mulia Ginting Munthe
Bisnis Indonesi
Berkhas
1
Volume VI Maret 2008
Bisnis Indonesia
Senin, 03 Maret 2008
Ja t im sia pk a n a n u ge r a h U KM
SURABAYA: Dinas Koperasi Pengusaha Kecil Menengah Jawa Timur pada tahun ini akan
memberikan penghargaan Parasamya Kertanugraha 2008 bagi para pengusaha kecil
menengah berprestasi.
Kepala Diskop & PKM Jatim Braman Setyo mengatakan penghargaan tersebut akan
dijadikan agenda tahunan untuk menggairahkan sektor usaha tersebut.
"Ini sebagai wujud apresiasi dari Pemprov Jatim terhadap pelaku UMKM berprestasi,"
ujarnya, pekan lalu.
Penghargaan ini mencakup tujuh kategori, yakni perintis UKM, UKM inovatif, UKM pelestari
budaya, UKM penyerap tenaga kerja, UKM pengembang wirausaha baru, UKM pelestari
lingkungan dan wirausaha muda.
Parasamya Kertanugraha akan diberikan pada pertengahan tahun ini, sekaligus akan dipilih
dua remaja sebagai Duta UKM Muda Jatim 2008. (Bisnis/k22)
Berkhas
2
Volume VI Maret 2008
Bisnis Indonesia
Selasa, 04 Maret 2008
Pe r a j in pe w t e r be la j a r k e M a la y sia
PANGKALPINANG: Lima orang perajin pewter (produk aksesori berbahan baku timah) dari
Bangka akan belajar desain ke Selangor, Malaysia.
"Pewter di Selangor lebih baik dalam hal desain dan kolaborasi bahan timah dengan bahan
lain, produk yang dihasilkan lebih variatif," kata Kasubdin Industri Dinas Perindagkop dan
UKM Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Herry, kemarin.
Di Bangka terdapat tiga usaha pewter tapi dalam beberapa tahun terakhir hampir tidak ada
desain baru, sedangkan bahan yang digunakan murni timah dengan pencampur bahan kimia.
Pewter akan menjadi fokus pengembangan komoditas inti sesuai rencana induk Depperin
2007.
Di Selangor, pewter dikolaborasikan dengan akar pohon, batu-batuan dan disepuh dengan
emas. Produk mereka sampai pada hiasan dinding dan plakat. (Antara)
Berkhas
3
Volume VI Maret 2008
Bisnis Indonesia
Selasa, 04 Maret 2008
Pr e side n m in t a k r e dit u sa h a r a k y a t le bih
diint e nsifk a n
JAKARTA: Presiden Susilo Bambang Yudhoyono minta pelaksanaan kredit usaha rakyat
(KUR) lebih diintensifkan pelaksanaannya karena terbukti mampu menciptakan lapangan
kerja serta menekan angka pengangguran dan kemiskinan.
"Pinjaman usaha rakyat dengan pola penjaminan dari pemerintah ini, trennya sangat bagus.
Memasuki tiga bulan pertama jumlah dana yang tersalur sudah Rp1,7 triliun lebih," ujar
Presiden Yudhoyono, seusai rapat kabinet terbatas di Kantor Kementerian Koperasi dan
UKM, kemarin.
Dengan mekanisme bagus dan proses yang lebih sederhana serta sinergi yang baik
antarbank penyalur, KUR diharapkan bisa lebih banyak diserap pelaku usaha mikro. ika lebih
banyak dan lebih luas jangkauannya, jumlah serapannya pun semakin tinggi.
"Kita ingin betul penyerapan KUR lebih banyak lagi, agar lapangan kerja juga lebih banyak
diciptakan. Saya sudah instruksikan semua perbankan agar terus menyukseskan program
ini."
Dalam tiga bulan ke depan, Presiden mengharapkan agar program KUR bisa lebih baik.
Melalui kerjasama antara Kementerian Koperasi dan UKM, keenam bank penyalur bisa
menunjukkan peningkatan itu dari bulan ke bulan hingga tahun berikutnya.
Dirut Bank BRI Sofyan Basir mengatakan bahwa pihaknya sudah menetapkan plafon kredit
usaha rakyat (KUR) maksimal Rp5 juta untuk sektor mikro di samping terus melanjutkan
program kredit serupa dengan maksimal Rp500 juta bagi usaha menengah.
"Mulai Maret kami sudah menetapkan plafon tersebut agar bisa menjangkau lebih luas pelaku
usaha mikro," ujar Dirut Bank BRI Sofyan Basir kepada Bisnis usai mengikuti rapat kabinet
terbatas di Kantor Kementerian Negara Koperasi dan UKM kemarin.
Ketika program KUR usaha mikro tersebut diuji coba di beberapa daerah, katanya, dalam
sepekan sudah mampu menarik 1.500 debitor.
Ini menunjukkan bahwa usaha mikro memerlukan kredit untuk pengembangan usaha.
BRI tidak menemui kendala dalam penyaluran KUR karena unit layanan mereka sudah
menjangkau pasar-pasar di setiap desa.
Untuk satu unit pasar misalnya, BRI bisa menyalurkan kepada 300 usaha mikro.
Meski memberi layanan kepada sektor mikro, BRI, kata Sofyan, tetap membuka layanan bagi
usaha menengah untuk mengakses kredit maksimal Rp500 juta.
"Kedua program ini tetap kami buka," tandas Sofyan.
Khusus untuk usaha mikro, Bank BRI tetap memberi pelayanan bagi yang mengajukan kredit
dengan nominal terkecil Rp1 juta, Rp2 juta atau Rp3 juta hingga dengan batas maksimal Rp5
juta.
Oleh Mulia Ginting Munthe
Bisnis Indonesia
Berkhas
4
Volume VI Maret 2008
Bisnis Indonesia
Selasa, 04 Maret 2008
RI dim in t a m or a t or iu m libe r a lisa si r it e l
JAKARTA: Pemerintah diminta berhenti sesaat meliberalisasi sektor ritel modern (moratorium
liberalism), mengingat makin meningkatnya pangsa penjualan oleh asing yang diduga saat ini
mencapai 10%.
Indonesia, dalam paparan ritel Forum APO (Asian Productivity Organization), dinilai masuk
kelompok negara yang liberal dalam hal membuka akses perusahaan asing di sektor ritel.
"Kita sudah liberal [di sektor ritel]. Lakukan moratorium liberalism," kata Handito, anggota
Komisi Promosi Produktivitas LPN (Lembaga Produktivitas Nasional) sekaligus delegasi LPN
di Forum APO, baru-baru ini.
Handito menjelaskan moratorium bukan berarti menghentikan liberalisasi tapi menunda
percepatannya, mengingat Indonesia sudah terlanjur berkomitmen membuka pasar sehingga
tak bisa mundur lagi.
Jika kebijakan sektor ritel Indonesia tidak diubah, dia memproyeksikan perusahaan asing
akan merebut pangsa pasar ritel Indonesia menjadi lebih dari 25% dalam lima tahun
mendatang.
Selain penguasaan pasar oleh asing yang relatif besar saat ini, pertumbuhan pangsa
penjualannya terbilang progresif. Apalagi dibandingkan dengan penguasaan di pasar Jepang
yang relatif minim dan statis. (tabel)
Asian Productivity Organization (APO) adalah organisasi regional antarnegara yang berdiri
pada 1961 dengan misi memberi kontribusi pada pengembangan sosial ekonomi di Asia.
Saat ini ada 22 negara anggota APO, mencakup Bangladesh, Kamboja, China, Fiji, Hong
Kong, India, Indonesia, Republik Islam Iran, Jepang, Korea Selatan, Laos, Malaysia,
Mongolia, Nepal, Pakistan, Filipina, Singapura, Sri Lanka, Thailand, dan Vietnam.
Dalam rangka meningkatkan kehidupan sosial ekonomi negara anggotanya, APO
melakukannya dengan lima cara, yaitu menyumbangkan pikiran, katalisator, memberikan
pertimbangan, memperkuat institusi, dan penyebaran informasi terkait produktivitas.
Pemihakan konkret
Handito, yang juga Ketua Panitia Pelaksana Rakor Perdagangan Kadin (Kamar Dagang dan
Industri) Indonesia 2008, mendesak pemerintah melakukan pemihakan terhadap peritel lokal
secara konkret.
"Buat aturan main dan ada kesepakatan nasional pagu persentase penjualan [ritel asing]
cukup sampai angka tertentu. [Asing boleh] tumbuh, tapi tidak boleh banyak."
Pemerintah diharapkan mengikuti jejak kebijakan Jepang, di mana persentase pasar ritel
asing tidak lebih dari 1%. "Daya tahan ekonomi Jepang karena ritel dikuasai lokal sehingga
produk lokal bisa berjaya. Peningkatan persentase penjualan asing memang hampir empat
kali lipat tapi pangsanya tetap tidak lebih dari 1%," kata Handito.
Di Jepang kontribusi sektor ritel terhadap gross domestic bruto (GDP) terus turun, tapi jumlah
perusahaan serta tenaga kerja yang terserap bertumbuh. Artinya, jelas Handito, investor
tertarik masuk ke sektor ritel karena dominasi peritel besar tidak terjadi di sana.
Berkhas
5
Volume VI Maret 2008
Bisnis Indonesia
Selasa, 04 Maret 2008
Toko tradisional di Jepang juga terus tumbuh. Pengusaha yang semula mengelola sendiri
gerainya akhirnya merekrut sejumlah karyawan. "Yang terjadi di Indonesia justru kebalikan
dari Jepang.
Kontribusi ritel terhadap GDP terus meningkat, dan jumlah perusahaan yang main di sektor
ritel makin berkurang karena takut," kata Handito.
Korea Selatan juga menerapkan kebijakan yang tidak terlalu liberal, sehingga perusahaan
ritel asing relatif sedikit. Pada 2005, jumlah perusahaan ritel di Negeri Gingseng itu mencapai
587.358 unit, tapi perusahaan asing hanya 174 unit.
Dalam kesempatan terpisah, Sekjen Aprindo (Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia) Tutum
Rahanta menilai peritel nasional di Jepang memang kuat. "[Soal liberalnya sektor ritel] semua
ini merupakan kebijakan pemerintah," kata Tutum.
Saat ini kepemilikan asing di ritel yang ada di Indonesia, untuk modal langsung adalah PT
Carrefour Indonesia (100% modal asing) dan sebagian modal asing di PT Lion Super Indo
(Supermarket Super Indo), sedangkan ritel yang sudah go public, antara lain PT Matahari
Putra Prima Tbk, PT Ramayana Lestari Sentosa, Tbk, PT Alfa Retailindo Tbk, dan PT Hero
Supermarket Tbk. ([email protected])
Oleh Linda T. Silitonga
Bisnis Indonesia
Berkhas
6
Volume VI Maret 2008
Jurnal Nasional
Selasa, 04 Maret 2008
Ekonomi Makro jakarta | Selasa, 04 Mar 2008
Pe m be n t u k a n Ba n k U M K D it u n da
by : Luther Sembiring
Pemerintah menunda pembentukan Bank Usaha Mikro Kecil (UMK) dan memfokuskan
penyaluran dana bergulir melalui Badan Layanan Umum Lembaga Pengelolaan Dana
Bergulir (LPDB). Demikian dikatakan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil Menengah
(UKM) Suryadharma Ali.
''Presiden menyarankan ditunda dulu biar LPDB berjalan, jadi tidak membuat institusi baru,''
katanya kepada wartawan usai Rapat Sidang Kabinet Terbatas, di kantor Kemenkop UKM,
Senin (3/3). Rapat dipimpin langsung oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
Verifikasi terhadap dana bergulir kepada UMK, katanya, akan diatur khusus melalui LBDP.
Anggaran dana begulir tetap dikategorikan sebagai belanja sosial dalam APBN.
Menurut Suryadharma Ali, dana bergulir akan dimanfaatkan secara bergilir dan jangkauan
penyaluran kepada UMK diperluas. ''Itu prinsipnya dana sosial. Cuma kami mau manfaatin
secara bergulir sehingga lebih banyak lagi yang bisa menggunakan dana itu.''
Sebelumnya, Suryadharma mengatakan rencana pembentukan Bank UMK guna
memaksimalkan pemantauan penyaluran dana bergulir. Permodalan bank tersebut akan
diambil melalui share modal dari sejumlah departemen antara lain, Departemen
Perdagangan, Departemen Pertanian, serta Departemen Kelautan dan Perikanan.
Prinsip operasi Bank UMK memberi kredit tanpa agunan, tetapi berdasarkan kelayakan
usaha. Menerapkan prosedur sederhana dan memberikan bunga kisaran 16 persen.
Kepala Pusat Kajian UKM Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (UI) Nining I Soesilo,
mengatakan penundaaan pembentukan Bank UMK harus disertai target waktu tiga tahun.
”Meski saat ini menggunakan LPDB, perlu ditargetkan pembentukan Bank UMK dalam tiga
tahun mendatang,” katanya kepada Jurnal Nasional.
Pemerintah diharapkan mengkaji dan mempersiapkan Sumber Daya Manusia dan perangkak
hukum terkait pembentukan Bank UMK. Kesiapan pembentukan LPDB menjadi Bank UMK,
katanya, harus memenuhi indikator kapital, aset, manajemen, earing, dan liquidity. Kalau
indikator ini mencapai skala tujuh ke atas, katanya, layak dibentuk Bank UMK. Luther
Kembaren
Berkhas
7
Volume VI Maret 2008
Jurnal Nasional
Selasa, 04 Maret 2008
Ekonomi Makro Jakarta | Selasa, 04 Mar 2008
U KM Le bih Bu t u h Pe m a sa r a n
by : Bayu Prakosa Sudarmo
Rencana Menteri Negara Koperasi dan Usaha Menengah (UKM) Suryadharma Ali, menunda
pembentukan Bank UKM sudah tepat. Yang lebih penting dilakukan adalah pembinaan sektor
riil, bukan pada pembiayaan. Masalah pembiayaan akan lebih baik diserahkan pada bankbank umum dan lembaga keuangan mikro (LKM).
"Pembinaan sektor riil terkait dengan pemasaran lebih penting untuk dilakukan, disitu
permasalahan UKM sehingga tidak pernah maju," kata Aviliani Pengamat Indef dan Ekonom
BRI, kepada Jurnal Nasional, Senin (3/3) di Jakarta.
Saat ini semua bank termasuk bank asing sudah masuk pada sektor UKM. Lebih tepat untuk
memperbanyak lembaga keuangan mikro (LKM), jadi kaitannya dengan Departemen
Keuangan (Depkeu).
Dalam kerangka arsitektur perbankan, bank-bank semakin universal. Jadi bila dipaksakan
untuk mendirikan bank UKM, tidak sesuai dengan kerangka arsitektur perbankan. Dengan
demikian tidak ada urgency mendirikan bank UKM, terkecuali bank-bank tidak mau
membiayai sektor mikro.
Menurut Aviliani, fungsi pemerintah dalam hal ini menteri Koperasi dan UKM adalah pada
pembinaan sektor riil. Pemerintah harus banyak menciptakan dan mendukung programprogram pembinaan ini.
Pusat-pusat trading house harus diperbanyak dan dilakukan secara kontinu. Dengan
demikian diharapkan UKM-UKM bisa memasarkan produknya. Selama ini banyak UKM yang
terhambat faktor pemasaran sehingga tidak bisa bertahan ditengah naiknya harga-harga
bahan baku.
Pengembangan ini bisa ditingkatkan pada prioritas ekspor non migas. Tentunya hal ini hanya
bisa dicapai dengan peran penuh dari pemerintah dalam sektor pembinaan. Potensi industri
UKM yang dimiliki Indonesia sebenarnya memiliki potensi besar untuk bersaing di pasar
Internasional.
Untuk mengembangkan potensi ini perlu peningkatan teknologi pendukung sektor UKM.
Departemen Koperasi dan UKM bisa melakukan kerjasama dengan BPPT (Badan
Pengkajian dan Penerapan Teknologi) dan ITB (Institut Teknologi Bandung) dalam
merancang pengembangan dan kebutuhan teknologi bagi UKM. "Lebih efektif bila dana yang
dimiliki digunakan untuk melakukan riset dan pengembangan teknologi pendukung UKM,"
kata Aviliani.
Berkhas
8
Volume VI Maret 2008
Bisnis Indonesia
Rabu, 05 Maret 2008
Pe n ge lola m a l t ola k ba t a sa n lu a s t e m pa t u sa h a ba gi
usa ha k e cil
JAKARTA: Pengelola mal menolak ketentuan persentase luas tempat usaha di mal bagi
usaha kecil, yang akan dituangkan permendag tentang petunjuk pelaksanaan kemitraan
sesuai dengan Perpres No. 112/2007.
Menurut Ketua Umum Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) A. Stefanus
Ridwan S., pengelola mal menyadari pentingnya kemitraan, yang diwujudkan dengan
memberi tempat usaha bagi pebisnis kecil.
"Bukan soal angka. Orang Indonesia selalu lupa bagian detail atau lupa garis besar [latar
belakang dibuatnya kewajiban pengelola mal untuk menyediakan tempat bagi usaha kecil],"
kata Stefanus kepada Bisnis, baru-baru ini.
Pada Pasal 6 Perpres No. 112/2007 tentang Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional,
Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern, dijelaskan pusat perbelanjaan wajib menyediakan
tempat usaha untuk usaha kecil dengan harga jual atau biaya sewa yang sesuai dengan
kemampuan usaha kecil, atau yang dapat dimanfaatkan oleh usaha kecil melalui kerja sama
lain dalam rangka kemitraan.
Sebelumnya, Perda DKI Jakarta No. 2/2002 yang masih berlaku saat ini juga mengatur
kewajiban pengelola mal untuk menyediakan tempat usaha bagi usaha kecil dan pedagang
kaki lima seluas 20% dari luas efektif bangunan, dan tidak dapat diganti dalam bentuk lain.
"Kenapa harus lihat angka. Apalagi jika ditetapkan 20% [dari luas efektif mal untuk usaha
kecil]. Angka itu tidak rasional," kata Stefanus.
APPBI memantau saat ini terdapat lebih dari 120.000 usaha kecil yang diberi kesempatan
berdagang di 200 pusat perbelanjaan di Indonesia, sedangkan di Jakarta ada 60.000
pedagang kecil yang ada di 65 mal.
Stefanus minta pemerintah menyerahkan pengelola mal untuk mengatur luas usaha yang
bisa diberikan kepada pedagang, karena di lapangan ada mal yang memang tidak bisa
dipaksakan untuk memberikan lahan yang luas bagi pedagang kecil, misal karena
peruntukan pusat belanja tersebut untuk menengah atas.
"Sebaliknya ada pusat belanja yang lebih dari 50% pedagang yang berjualan di malnya
adalah pedagang kecil. Jadi memang tidak bisa dipukul rata [besaran luas untuk pedagang
kecil di dalam mal]," kata Stefanus.
Oleh Linda T. Silitonga
Bisnis Indonesia
Berkhas
9
Volume VI Maret 2008
Jurnal Nasional
Rabu, 05 Maret 2008
BUMN dan Korporat Jakarta | Rabu, 05 Mar 2008
Pe r a j in Pot e n sia l M e n y e j a h t e r a k a n Ra k y a t
by : Yanuar Jatnika
Para perajin tradisional Indonesia diharapkan dapat menjadi mitra pemerintah untuk
meningkatkan perekonomian demi menyejahterakan masyarakat. "Perajin sangat potensial
menciptakan lapangan pekerjaan, sehingga dapat mengurangi pengangguran dan
mengentaskan kemiskinan," kata Ibu Ani Susilo Bambang Yudhoyono, pada Hari Ulang
Tahun ke-28 Dewan Kerajinan Nasional (Dekranas) di Gedung Sapta Pesona, Departemen
Pariwisata dan Kebudayaan Jakarta, Selasa, (4/3).
Menurut Ibu Ani, peluang usaha produk kerajinan Indonesia sangat terbuka lebar mengingat
potensi kekayaan sumber daya alam yang melimpah. Kekayaan alam tersebut dapat
dijadikan sumber kesejahteraan rakyat bila dimanfaatkan sebaik-baiknya. "Dekranas bisa
berperan dengan memberikan konsultasi dan advokasi kepada para perajin, baik dalam
peningkatan mutu produk, pendanaan, pemasaran, maupun manajemen," jelas Ibu Negara di
hadapan para anggota Dekranas dan Dewan Kerajinan Daerah (Dekrada) seluruh Indonesia.
Pada perayaan tersebut hadir Ibu Mufidah Kalla, Menteri Perdagangan Mari E Pangestu,
Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Jero Wacik, Menteri Koperasi dan UKM Suryadharma
Ali, serta para anggota Solidaritas Istri Kabinet Indonesia Bersatu(SIKIB). Nampak hadir juga,
Ny. Karlina Wirahadikusumah, istri mantan Wakil Presiden Umar Wirahadikusumah yang juga
sesepuh Dekranas. HUT Dekranas tahun ini bertemakan ‘Bersama Dekranas Kita Tingkatkan
Kesejahteraan Perajin'.
Namun, Ibu Negara mengingatkan agar dalam memanfaatkan sumber daya alam harus tetap
menjaga kelestarian alam. "Kita sambut ekonomi gelombang keempat yang berbasis seni
dan budaya, tanpa harus merusak lingkungan," tegasnya.
Ibu Negara gembira, saat ini berbagai produk seni dan budaya Indonesia semakin dikenal,
baik oleh masyarakat domestik maupun internasional. Keberhasilan ini dapat menjadi
pendorong untuk meningkatkan kesejahtreraan perajin, sekaligus melestarikan produk seni
dan budaya Indonesia.
Kepada perajin, Ibu Ani juga menekankan perlunya pencantuman label Buatan BaliIndoensia, Banten-Indonesia, Aceh-Indonesia dan lain-lain, pada produk mereka. "Agar
produk itu dikenal sebagai buatan Indonesia, sehingga tidak gampang diakui negara lain,"
jelasnya.
Dengan pencantuman itu, sekaligus menunjukkan bahwa walaupun Indonesia terdiri berbagai
etnis dan pulau, semuanya tetap bernaung dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI).
Pada kesempatan itu, Ibu Negara menyempatkan berdialog dengan perajin dan pengusaha
di beberapa stan pameran yang menampilkan, antara lain, lurik, batik, batu mulia, asesoris
rumah, dan kerajinan kayu.
Berkhas
10
Volume VI Maret 2008
Bisnis Indonesia
Kamis, 06 Maret 2008
Alfa r a n ca n g pu sa t dist r ibu si ba r a n g pe da ga n g k e cil
JAKARTA: PT Sumber Alfaria Trijaya segera meluncurkan pusat distribusi (store selling
point/SSP) untuk melayani pengadaan barang bagi pedagang kecil yang lokasinya dekat
dengan toko minimarket Alfamart.
Maria Harjono, Deputi Direktur Franchise Development PT Sumber Alfaria Trijaya,
mengatakan perusahaan pengelola Alfamart ini tengah melakukan uji coba di Jakarta, Bogor,
Depok, Tangerang, dan Bekasi.
"Kami tengah melakukan uji coba SSP," kata Maria, kemarin.
Alfamart berinisiatif menciptakan bisnis SSP, setelah mengamati pedagang kecil banyak
datang ke minimarket tersebut untuk membeli barang yang akan dijual kembali.
Ketika ditanya tentang praktiknya, Maria menolak untuk menjabarkan secara rinci, mengingat
SSP merupakan proyek baru Alfamart, sehingga belum diputuskan kapan akan
meluncurkannya.
"Kami akan lihat dampak [uji coba SSP], dan akan menyesuaikannya dengan regulasi," kata
Maria.
Berdasarkan informasi yang diterima Bisnis,
suatu peritel minimarket tengah
memprogramkan pembukaan kios di dalam pasar tradisional, dan akan melayani konsumen
dan toko tradisional di wilayah yang sama.
PT Sumber Alfaria Trijaya menargetkan menambah 600 toko hingga akhir 2008, sedangkan
jumlah gerai saat ini mencapai 2.400 minimarket yang berada di Jawa dan Lampung.
Maria mengemukakan Alfamart menargetkan 30% di antaranya berbentuk waralaba
(franchise), dengan menjalin mitra usaha perorangan, badan usaha, koperasi, dan yayasan.
Saat ini Alfamart waralaba 503 gerai, dengan investasi terwaralaba Rp300 juta di luar
gedung.
Selain Jawa dan Lampung Alfamart juga akan berekspansi ke Kalimantan dan Sulawesi,
karena di sana sudah banyak mitra usaha yang berminat menjalankan bisnis waralaba
Alfamart."
Didit Setiadi, Manajer Corporate Communications PT Sumber Alfaria Trijaya mengatakan
sering menemukan kendala mendapatkan izin membuka minimarket di wilayah yang
potensial. "Seperti di Serang, Banten, yang boleh membuka minimarket bila berkerja sama
dengan mitra lokal, di DKI Jakarta ada Perda No. 2/2002 [tentang Perpasaran Swasta]."
Padahal, ungkapnya, sebenarnya berbagai wilayah potensial di Indonesia relatif masih sedikit
jumlah minimarketnya, termasuk di DKI Jakarta.
Didit menilai yang paling efektif jika satu minimarket melayani 12.500 konsumen. Sementara
di Jakarta satu minimarket masih melayani 30.000 konsumen. "Di Thailand saja satu
minimarket melayani 15.000 jiwa, dan di Singapura satu outlet melayani 10.000 konsumen."
Tidak tepat
Ketua Gapmmi (Gabungan Pengusaha Makanan & Minuman Seluruh Indonesia) Franky
Sibarani tegas menolak upaya minimarket sebagai distributor barang ke pedagang kecil.
Berkhas
11
Volume VI Maret 2008
Bisnis Indonesia
Kamis, 06 Maret 2008
"Kami tidak setuju. Apalagi peran minimarket sebagai distributor barang ke toko tradisional
pernah muncul dalam draf perpres perpasaran, kemudian ditolak [tidak jadi diberlakukan di
perpres]," kata Franky.
Menurut dia, jika dibuat aturan adanya prioritas utama bagi minimarket melalui jaringannya
mendistribusikan barang ke pedagang kecil, dikhawatirkan akan merontokkan bisnis ditributor
yang lain.
Apalagi, saat ini dominasi pasokan barang dari industri adalah pasar dan toko tradisional,
seperti makanan ringan, roti, air mineral, rokok, dan mie instan.
Terkait dengan alasan menunjuk minimarket untuk memperpendek jalur distribusi sehingga
pedagang bisa memperoleh harga lebih murah, dia menilai langkah tersebut tidak tepat.
Sebenarnya, kata Franky, harga pabrik barang yang disalurkan kepada toko tradisional dan
toko modern sama. Apalagi industri saat ini juga ada yang membangun jaringan distribusi
sendiri.
Namun, toko modern mempunyai daya tawar lebih tinggi karena membeli barang dalam
jumlah besar, sehingga industri memberikan diskon. Belum lagi adanya biaya syarat
perdagangan pemasok, sehingga membuat toko modern lebih leluasa bersaing untuk
memenangkan kompetisi.
Dalam draf Perpres Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan
Toko Modern sempat menyebutkan pengelola jaringan minimarket harus diutamakan menjadi
pengelola distribusi untuk memasok warung kelontong usaha kecil tradisional, dengan
memfungsikan jaringan minimarket sebagai titik distribusi bagi usaha kecil setempat.
Sebagai pusat distribusi, diharapkan minimarket memberi harga yang relatif lebih murah
kepada pewarung kecil, daripada harga jual produk tersebut di rak pajang toko.
Namun, pemerintah mencabut rencana itu. "Dulu pernah ada gagasan outlet [minimarket]
harus jadi pendistribusi barang ke toko dan warung. Karena di situ ada kata harus, seolah
hanya dia [pengelola jaringan minimarket] yang boleh jadi distributor warung," kata
Ardiansyah Parman, Dirjen Perdagangan Dalam Negeri Depdag (Bisnis, 5 Jan.)
([email protected]/ [email protected])
Oleh Linda T. Silitonga & Mulia Ginting Munthe
Bisnis Indonesia
Berkhas
12
Volume VI Maret 2008
Bisnis Indonesia
Kamis, 06 Maret 2008
D KP sia p ca ir k a n da n a sosia l m ik r o
JAKARTA: Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP) akan menyalurkan dana sosial mikro
bagi masyarakat pesisir dan pembudi daya ikan di 115 kabupaten/kota sekitar Rp40 miliar
mulai April 2008.
Bantuan ini akan didistribusikan secara perorangan maupun kelompok melalui koperasi atau
lembaga keuangan mikro setempat, dengan prioritas untuk pengusaha pemula dan
perempuan pengusaha.
Dirjen Kelautan, Pesisir, dan Pulau-pulau Kecil (KP3K) DKP Syamsul Ma'arif mengatakan
bantuan ini menggantikan dana bergulir program pemberdayaan ekonomi masyarakat pesisir
(PEMP).
"Sekarang bentuknya bantuan sosial mikro atau BSM. Ini yang akan diberikan kepada
masyarakat pesisir, nelayan dan pembudi daya ikan," katanya usai membuka sosialisasi
program bantuan sosial mikro, kemarin.
Setiap kabupaten/kota akan mendapatkan alokasi sekitar Rp400 juta untuk disalurkan ke
penerima bantuan dalam bentuk barang atau sarana usaha dan penangkapan ikan senilai
maksimal hingga Rp10 juta.
Anggaran sekitar Rp40 miliar itu siap dicairkan, mengingat perangkat aturannya diterbitkan
pada 3 Maret 2008, yakni Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No. 7/2008 tentang
Bantuan Sosial Pemberdayaan Masyarakat Pesisir dan Pembudidaya Ikan.
Bantuan itu akan disalurkan setelah pemerintah menerima proposal yang diseleksi oleh dinas
setempat dengan dibantu koperasi atau LKM.
Syamsul menambahkan penyaluran bantuan ini juga akan menyertakan jaringan LKM
Swamina, yang dibangun DKP melalui program PEMP pada 2004-2006.
"Tetapi bisa juga dengan koperasi. Mekanismenya, calon penerima bantuan bisa mengajukan
proposal terkait dengan barang apa yang dia perlukan. Nanti akan diseleksi oleh dinas
dengan bantuan koperasi atau LKM," tuturnya.
Dia mengakui penyaluran bantuan ini berisiko tinggi terhadap tindak penyelewengan. Karena
itu, DKP menyiapkan tenaga pendampingan yang akan ditempatkan di setiap desa untuk
mengawasi penyaluran bantuan.
Menurut Syamsul, penyaluran bantuan hingga 80% sudah cukup baik. Apalagi pada tahun
lalu, DKP hanya berhasil menyalurkan 30% dana PEMP dari anggaran senilai Rp146 miliar,
karena keterlambatan pencairan.
Oleh Aprika R. Hernanda
Bisnis Indonesia
Berkhas
13
Volume VI Maret 2008
Jurnal Nasional
Kamis, 06 Maret 2008
EKSPLORASI Kemitraan | Jakarta | Kamis, 06 Mar 2008
Sh a r w a t Fa r da n iy a h , Ke r j a sa m a Ke le m ba ga a n da n
D u n ia U sa h a D e pa r t e m e n Sosia l Pr ogr a m
Pe n ge m ba n ga n U sa h a M ik r o Pa lin g M e n on j ol
by : Ahmad Thonthowi Djauhari
Keuntungan yang diperoleh Depertemen Sosial bekerja sama dengan berbagai perusahaan
tambang?
Sampai saat ini pengurangan kemiskinan menjadi tujuan utama pemerintah. Nah, di sinilah
peranan pelaku usaha mengambil bagian dalam mendukung program pemerintah tersebut.
Kami memfasilitasi pelaku dunia usaha tersebut melalui beberapa program pengentasan
kemiskinan yang mereka lakukan.
Dunia usaha memiliki dana, yang disisihkan sebesar 1-3 persen dari seluruh pendapatan
perusahaan. Kecenderungannya mereka tidak tahu apa yang harus dilakukan dengan dana
tersebut guna pengembangan masyarakat. Kami menjadi fasilitator dari perusahaan ke
masyarakat. Masyarakat sekitar daerah operasi tambang tersebut dapat menjadi masyarakat
yang berdaya guna, misalnya dengan pelatihan yang kami berikan
Bagaimana dengan Bukit Asam?
Sebenarnya dari 2002, kami telah melakukan berbagai sinergi program dengan mereka.
Kami berperan sebagai fasilitator di lapangan, dan ide serta dana berasal dari mereka. Kami
berusaha membangun transparansi dengan mereka.
Seperti kita ketahui, Bukit Asam memiliki kompleksitas permasalahan sosial yang semakin
lama semakin berkembang. Awalnya masyarakat sekitar daerah operasional sebelum ada
pertambangan memiliki kegiatan perekonomian yang konvensional. Namun, setelah ada
perusahaan tambang, masyarakat menjadi bersandar pada perusahaan. Dengan itu
perusahaan harus dapat memberikan pelatihan-pelatihan pada masyarakat sekitar sehingga
mereka dapat menjadi lebih mandiri. Kalau kami mendidik satu orang, diharapkan dia nanti
bisa menjadi pendidik bagi masyarakat lainnya
Sejauh mana kinerja PT BA dalam menjalan corporate social responsibility?
Dari catatan kami selama ini mereka dapat dikatakan Bagus. Selama ini mereka melakukan
kombinasi yang sangat baik dengan memadukan antara apa yang menjadi kebutuhan
masyarakat, dengan sisi humanitas masyarakat.
Yang paling menonjol?
Pengembangan usaha mikro. Bukit Asam menyalurkan bantuan kepada pengusaha kecil,
yang kemudian dibantu, dikembangkan, dan dipantau mereka.
Sisca Evilline
Berkhas
14
Volume VI Maret 2008
Jurnal Nasional
Sabtu, 08 Maret 2008
Politika Jakarta | Sabtu, 08 Mar 2008
D e m ok r a t Kon se n M a j u k a n Pe n gu sa h a Gu r e m
by : Friederich Batari
Ketua Departemen Bidang Ekonomi DPP Partai Demokrat Darwin Zahedy Saleh
menegaskan Partai Demokrat sangat konsen untuk mendorong pengembangan usaha mikro
kecil dan menengah (UMKM). Mayoritas masyarakat yang bergerak UMKM bergerak di
sektor informal. Partai Demokrat juga mendorong terwujudnya demokratisasi ekonomi
sebagaimana dicanangkan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
"Diharapkan dapat terwujud pertumbuhan ekonomi yang tinggi tetapi berkeadilan. Artinya,
pengembangan masyarakat di sektor informal yang jumlahnya besar harus menjadi prioritas,"
kata Darwin saat dihubungi Jurnal Nasional, Jumat (7/3).
Darwin menerangkan, kelompok masyarakat yang bergerak di bidang usaha nonpertanian di
Indonesia berdasarkan hasil survei tahun 2006 menunjukkan sekitar 42 juta jiwa bergerak di
bidang usaha nonpertanian. Dari jumlah ini terdapat 22,7 juta unit usaha nonpertanian.
Darwin menambahkan, dari jumlah ini lebih dari 99,5 persen adalah berskala mikro dan kecil.
Hanya 0,5 persen yang berskala menengah dan atas. Ini menunjukkan, sektor usaha
nonpertanian sangat gurem cukup banyak seperti usaha kerajinan, ukir-ukiran, warung,
industri rumah tangga, dan lain sebagainya. Oleh karena itu, Partai Demokrat
memprioritaskan bagian terbesar masyarakat yang bergerak di sektor informal ini.
Ke depan, kata Darwin, Partai Demokrat akan melakukan dua hal. Pertama, memberikan
kesadaran yang penuh kepada kader Partai Demokrat untuk peduli kepada rakyat di
sekitarnya. Caranya adalah memberikan informasi atau akses permodalan seperti kredit.
Kedua, membantu dari sisi pemasaran. Untuk mengembangkan usaha mikro dan kecil, maka
partai yang memiliki jaringan antara provinsi dapat memberikan informasi untuk memasarkan
produknya. Ini dapat menekan angka pengangguran. Kehadiran partai menjadi katalis
(menyampaikan informasi/akses permodalan/pemasaran) bagi pengembangan dunia usaha
mikro dan kecil.
Selain itu, Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) di tingkat kecamatan,
perkotaan, pedesaan sangat baik untuk pengembangan sektor Usaha Mikro Kecil dan
Menengah (UMKM).
Darwin juga mengharapkan agar masyarakat dapat keluar dari perangkap sebagai kaum
papa yang merasa nyaman pada tingkat gurem.
"Masyarakat yang bergerak di sektor usaha menengah dan kecil harus mempunyai mimpi
untuk maju," tandas Darwin.n
Berkhas
15
Volume VI Maret 2008
Jurnal Nasional
Sabtu, 08 Maret 2008
U KM Cila ca p Se r a p 7 9 0 Ribu Pe k e r j a
by : Sapariah
USAHA mikro kecil dan menengah (UMKM) yang tersebar di seluruh wilayah Kabupaten
Cilacap mampu menyerap 790.125 tenaga kerja. Saat ini, jumlah UMKM di seluruh wilayah
Cilacap sekitar 180.859 unit.
Kepala seksi UKM Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi (Disperindagkop) Sahid
Hidayat menuturkan, keberadaan UMKM mampu menyerap tenaga kerja dalam jumlah
besar. Sektor UKM memiliki peranan besar dalam meningkatkan perekonomian masyarakat.
Banyaknya tenaga kerja
yang terserap dalam sektor ini, ucapnya, menunjukkan masih banyak kesempatan terbuka
untuk berusaha.
Pemerintah Cilacap sudah berupaya memberdayakan UKM ini, antara lain memberikan
pembinaan. Namun dari keseluruhan UKM yang ada, baru 930 yang dibina hingga tahun
2007.
Dia mengatakan, ada tiga pendekatan dalam pembinaan UKM ini. Pertama, pembinaan
secara menyeluruh, mulai dari proses produksi, pemasaran dan peningkatan kualitas kualitas
sumber daya manusia. Kedua, pembinaan individu bagi usaha yang berpotensi dan kuat
secara ekonomi, yaitu usaha yang menjadi sentra dari cluster usaha lain.
Mengenai bantuan khusus diberikan pemerintah Cilacap kepada UKM, kata Sahid, secara
khusus belum menganggarkan bantuan modal kerja. Namun, tahun 2006, ada dua kelompok
UKM yang mendapatkan bantuan modal kerja dari Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara (APBN).
Tahun 2007, ada 120 UKM mengikuti pelatihan. Tahun ini, diperkirakan meningkat, di APBD
induk dianggarkan 120 UKM, namun diusulkan lagi di APBD perubahan 70 UKM.
UMKM yang ikut dalam pelatihan kewirausahaan Disperindagkop selain mendapatkan
bimbingan usaha juga menerima bantuan sarana dan prasarana. Steve Saputra
Berkhas
16
Volume VI Maret 2008
Bisnis Indonesia
Senin, 10 Maret 2008
D a n a k e m it r a a n u sa h a k e cil pa n ga n Rp8 0 0 m ilia r
JAKARTA: Pemerintah mengalokasikan pinjaman dana kemitraan senilai Rp800 miliar
dengan bunga flat 3% per tahun, untuk mendukung program ketahanan pangan nasional dan
membantu pedagang kecil yang terkena dampak lonjakan biaya produksi.
Dana tersebut merupakan keseluruhan dari anggaran program kemitraan dan bina
lingkungan BUMN untuk menopang ketahanan pangan senilai Rp1,3 triliun.
Menteri Negara BUMN Sofyan Djalil mengatakan kebijakan dana Program Kemitraan dan
Bina Lingkungan (PKBL) untuk ketahanan pangan diputuskan dalam Sidang Kabinet
Indonesia Bersatu, beberapa waktu lalu.
"Jadi, mulai minggu ini kami akan menyalurkan dana PKBL itu," ujar Sofyan pada acara
pencanangan program bantuan bagi warga masyarakat di daerah rawan pangan di
Indonesia, akhir pekan lalu.
Pinjaman modal lunak bagi usaha kecil pangan merupakan program jangka menengah
panjang yang dimulai pada tahun ini, sedangkan program pendeknya berupa penyaluran 2
juta paket bantuan langsung tunai senilai Rp200 miliar, dan sebanyak 4,9 juta paket sembako
senilai Rp240 miliar.
Penyaluran bantuan langsung tunai bekerja sama dengan PT Pos Indonesia dan
menggunakan basis data warga miskin Badan Pusat Statistik.
Dana program ini juga diarahkan untuk pelatihan para lulusan SLTA yang siap bekerja di
sejumlah sektor usaha, seperti garmen, otomotif, dan jasa keuangan mikro. Anggaran dana
untuk program tersebut mencapai Rp35 miliar.
Seluruh Indonesia
Parikesit Suprapto, staf ahli Menteri Negara BUMN bidang Kemitraan dan Usaha Kecil,
menambahkan sasaran penyaluran bantuan pinjaman lunak tersebut, a.l. petani, industri kecil
makanan, dan pedagang di sektor pangan.
Penyalur pinjaman ini adalah BUMN, terutama bagi pengusaha kecil di wilayah kerja
perusahaan pemerintah itu. "Tapi cakupan penyaluran untuk seluruh lokasi [di Indonesia],
yang rawan pangan," ujar Parikesit.
Dia mengatakan penyaluran dana kemitraan untuk mendukung ketahanan pangan
merupakan program baru, yang menjadi fokus mulai tahun ini.
Saat ini, ketentuan bunga pinjaman program kemitraan ditetapkan secara bervariasi sesuai
dengan besaran pinjaman, mulai dari 6%, 8%, 10% sampai dengan 12%.
"Bunga untuk pinjaman kemitraan program ketahanan pangan 3% per tahun, flat. Ini program
baru, beda dengan yang sebelumnya dan untuk debitor baru," ujarnya.
Dia mengatakan pengusaha kecil pangan yang sudah menjadi mitra BUMN tetap
menggunakan skema yang sudah berjalan selama ini, termasuk bagi kalangan usaha kecil
nonpangan.
Oleh Moh. Fatkhul Maskur
Bisnis Indonesia
Berkhas
17
Volume VI Maret 2008
Bisnis Indonesia
Senin, 10 Maret 2008
N a m a KUR a ga r disa m a k a n
JAKARTA: Kementerian Koperasi dan UKM mengharapkan enam bank menyamakan produk
kredit usaha rakyat (KUR) dan menyesuaikan plafon pinjamannya menjadu maksimal Rp50
juta per debitor.
"Penyesuaian memang tidak bisa segera. Harus dilakukan dalam sidang komite yang diketuai
Menko Perekonomian Boediono," ujar Deputi Bidang Pengembangan dan Restrukturisasi
Kemenkop dan UKM Choirul Djamhari kepada Bisnis kemarin.
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menginginkan penyaluran KUR lebih difokuskan untuk
sektor mikro, karena jumlah pelakunya dominan. KUR juga terbukti mampu menciptakan
lapangan kerja dan mengurangi angka pengangguran.
Menurut Choirul, keinginan untuk menurunkan pagu tersebut memang tidak akan melahirkan
kesepakatan baru. Kemenkop, katanya, hanya melakukan mediasi agar bank penyalur
bersedia menurunkan pagu kreditnya. (Bisnis/mgm)
Berkhas
18
Volume VI Maret 2008
Pikiran Rakyat
Senin, 10 Maret 2008
4 2 .0 0 0 I KM Ru m a h k a n Ka r y a w a n
Tergantung pada Minyak Goreng dan Terigu
BANDUNG, (PR).Sebanyak 42.000-an unit usaha industri kecil-menengah agro di Jabar, terpaksa
merumahkan sebagian karyawannya akibat tidak kuat menanggung beban kenaikan harga
minyak goreng dan terigu sejak dua pekan terakhir. Akibat kondisi itu, kelangsungan usaha
sebagian besar industri kecil-menengah agro Jabar sementara ini hanya dilakukan kalangan
keluarga pemilik usaha.
Ketua Asosiasi Industri Kecil-Menengah Agro (AIKMA) Jabar, Bambang Eko, di Bandung,
Minggu (9/3), mengatakan, kondisi demikian terutama dialami industri kecil-menengah agro
yang bergantung kepada bahan baku minyak goreng dan terigu. Ini terutama dialami usaha
keripik, tahu, dan kerupuk, yang selama ini mencapai 50% dari seluruh usaha industri kecilmenengah agro Jabar, seperti yang terdaftar di AIKMA Jabar saja 105.000 unit usaha.
"Dari jumlah usaha kerupuk, keripik, dan tahu tersebut, 80% sudah kerepotan dengan kondisi
kenaikan harga minyak goreng dan terigu. Mereka umumnya merumahkan karyawan yang
bukan anggota keluarga antara 1-5 orang per unit usaha, untuk efisiensi usaha sambil
menunggu harga bahan produksi normal kembali," katanya.
Disebutkan, langkah merumahkan karyawan industri kecil-menengah agro kebanyakan
terjadi di Tasikmalaya, Ciamis, Garut, Sumedang, dan Bogor, yang selama ini menjadi sentra
produksi kerupuk, keripik, dan tahu. Rata-rata mereka mengalami kenaikan beban produksi
sampai 60%, sedangkan harga jual sulit dinaikkan.
Ia juga mempertanyakan, mengapa pemerintah tidak memberikan subsidi minyak goreng
bagi para pengusaha industri kecil-menengah agro. Pemberian subsidi minyak goreng hanya
bagi orang miskin, dinilai kurang bijaksana, karena sektor industri kecil-menengah agro pun
sebagai tempat memberikan pendapatan bagi masyarakat miskin.
Menurut Bambang, situasi yang sedang terjadi di kalangan industri kecil-menengah agro
akibat kenaikan harga minyak goreng dan terigu, praktis memunculkan pengangguran baru.
Ini dirasakan ironis, karena sebelumnya industri kecil-menengah agro merupakan unit usaha
yang cukup banyak menyerap tenaga kerja baru, terutama kalangan menengah ke bawah di
pedesaan.
Keterangan itu dibenarkan pemilik usaha pabrik tahu di Kec. Tanjungsari, Sumedang, Titin.
Sejak beberapa hari terakhir, ia terpaksa menggilirkan karyawan di pabriknya, karena modal
yang semula untuk upah sementara ditambahkan untuk modal membeli minyak goreng yang
sudah mencapai Rp 13.000,00/kg.
Perlu diperhatikan
Sementara itu, Kepala Dinas Indag Agro Jabar Helmy Anwar mengatakan, industri kecilmenengah agro memang rentan terhadap gejolak harga bahan baku. Apalagi, sebagian
besar di antara pengusaha industri kecil-menengah agro hanya beromzet jutaan sampai
puluhan juta rupiah per bulan.
Dalam kondisi seperti ini, mau tak mau mereka harus mengefisienkan usahanya, termasuk
dalam biaya tenaga kerja. Di lain pihak, industri kecil-menengah agro dituntut mampu
meningkatkan standar kualitas dan kesehatan produk, untuk bersaing dengan produk
makanan modern dan impor.
Berkhas
19
Volume VI Maret 2008
Pikiran Rakyat
Senin, 10 Maret 2008
"Perlu adanya kebijakan pemerintah memikirkan kelangsungan industri kecil-menengah agro,
dari faktor biaya produksi. Ini bukan berarti menjadikan industri kecil-menengah agro harus
dimanja, namun sebagai motivasi agar mereka terus berkembang dan sampai akhirnya
memperkuat posisinya," ujar Helmy. (A-81)**
Berkhas
20
Volume VI Maret 2008
Bisnis Indonesia
Selasa, 11 Maret 2008
Ka din Ja t im m in t a j u k n is pe r pr e s pe r pa sa r a n
SURABAYA: Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Jawa Timur menilai implementasi Peraturan
Presiden No. 112/2007 tentang perpasaran perlu diawasi sebuah tim pengawas, yang
didukung petunjuk teknis (juknis).
Shahputra, Wakil Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Jawa Timur, mengatakan
keberadaan tim tersebut untuk memastikan pusat belanja modern memberdayakan sektor
UKM di daerah.
"Di daerah perlu dibentuk tim pengawas yang didukung juknis dan juklak terkait
pengimplementasian Perpres No. 112/2007, agar UKM bisa terangka
USAHA KECIL
Berkhas merupakan salah satu media Akatiga yang menyajikan kumpulan berita dari
berbagai macam surat kabar, majalah, serta sumber berita lainnya. Jika pada awal
penerbitannya kliping yang ditampilkan di Berkhas dilakukan secara konvensional, maka
saat ini kliping dilakukan secara elektronik, yaitu dengan men-download berita dari situssitus suratkabar, majalah, serta situs berita lainnya.
Bertujuan untuk menginformasikan isu aktual yang beredar di Indonesia, Berkhas
diharapkan dapat memberi kemudahan kepada pihak-pihak yang berkepentingan dalam
pencarian data atas isu-isu tertentu. Berkhas yang diterbitkan sebulan sekali ini setiap
penerbitannya terdiri dari isu Agraria, Buruh, dan Usaha Kecil.
Untuk memperluas area distribusi, Berkhas diterbitkan melalui 2 (dua) macam media
yaitu media cetakan (hardcopy) serta media online berupa pdf file yang dapat diakses
melalui situs web Akatiga (www.akatiga.or.id).
D a ft a r I si
Anggaran penguatan LKM dipertahankan-----------------------------------------------------------
1
Jatim siapkan anugerah UKM --------------------------------------------------------------------------
2
Perajin pewter belajar ke Malaysia --------------------------------------------------------------------
3
Presiden minta kredit usaha rakyat lebih diintensifkan ------------------------------------------
4
RI diminta moratorium liberalisasi ritel----------------------------------------------------------------
5
Pembentukan Bank UMK Ditunda ---------------------------------------------------------------------
7
UKM Lebih Butuh Pemasaran --------------------------------------------------------------------------
8
Pengelola mal tolak batasan luas tempat usaha bagi usaha kecil----------------------------
9
Perajin Potensial Menyejahterakan Rakyat --------------------------------------------------------- 10
Alfa rancang pusat distribusi barang pedagang kecil -------------------------------------------- 11
DKP siap cairkan dana sosial mikro ------------------------------------------------------------------ 13
Sharwat Fardaniyah, Kerjasama Kelembagaan dan Dunia Usaha Departemen
Sosial Program Pengembangan Usaha Mikro Paling Menonjol------------------------------- 14
Demokrat Konsen Majukan Pengusaha Gurem --------------------------------------------------- 15
UKM Cilacap Serap 790 Ribu Pekerja --------------------------------------------------------------- 16
Dana kemitraan usaha kecil pangan Rp800 miliar ------------------------------------------------ 17
Nama KUR agar disamakan ---------------------------------------------------------------------------- 18
42.000 IKM Rumahkan Karyawan --------------------------------------------------------------------- 19
Kadin Jatim minta juknis perpres perpasaran ------------------------------------------------------ 21
UKM Harus ke Pasar Modal----------------------------------------------------------------------------- 22
137 Sentra KUKM Jabar Siap Jadi OVOP ---------------------------------------------------------- 23
10 Peritel modern kuasai 70% pasar ----------------------------------------------------------------- 24
Industri batik gedog bertahan --------------------------------------------------------------------------- 25
Depdag larang hipermarket dekat dengan pasar tradisional ----------------------------------- 26
Dana Bergulir Untuk Pengusaha Mikro -------------------------------------------------------------- 27
372 Mesin Baru untuk IKM Jawa Barat -------------------------------------------------------------- 28
Pedagang gula aren gulung tikar ---------------------------------------------------------------------- 29
Toko tradisional dan warung makin merebak ------------------------------------------------------ 30
UU Koperasi perlu direvisi ------------------------------------------------------------------------------- 31
Frase Politika ------------------------------------------------------------------------------------------------ 32
BDS dukung klinik UKM Jatim -------------------------------------------------------------------------- 34
UKM butuh dukungan iptek------------------------------------------------------------------------------ 35
Carrefour kucurkan pinjaman mikro ------------------------------------------------------------------- 36
Komisi VI tolak pengurangan anggaran Kemenkop15% ---------------------------------------- 37
Kemenkop dan UKM Hemat Rp915 Miliar ---------------------------------------------------------- 39
Suryadharma Usulkan Lagi Bank UMK -------------------------------------------------------------- 40
AP3MI: Peritel terapkan listing fee tak wajar ------------------------------------------------------- 41
Kemenkop dorong penerbitan SUK ------------------------------------------------------------------- 42
Lippo berambisi jadi raja ritel Asia --------------------------------------------------------------------- 43
Dinas KUKM Susun Mekanisme Pinjaman --------------------------------------------------------- 45
Kredit bermasalah di Aceh ditekan -------------------------------------------------------------------- 46
Peritel agar terapkan diskriminasi harga ------------------------------------------------------------- 47
Realisasi KUR Rp1,79 Triliun --------------------------------------------------------------------------- 48
UKM promosi via inflight catalogue ------------------------------------------------------------------- 49
Usaha kecil banyak beralih jadi pedagang mi & bakso ------------------------------------------ 50
UKM Sumut Tuntut Polisi Hentikan Sweeping ----------------------------------------------------- 51
Kemenkop akan panggil hipermarket ----------------------------------------------------------------- 52
Koperasi akan didorong terbitkan kontrak investasi ---------------------------------------------- 53
Volume produk premium tertekan --------------------------------------------------------------------- 55
UKM seperti Sapi Perah ---------------------------------------------------------------------------------- 56
Kredit UMKM BPD Naik 28% --------------------------------------------------------------------------- 58
BMT Jabodetabek gagas pusat koperasi ------------------------------------------------------------ 59
Usaha kecil dapat pelatihan Linux --------------------------------------------------------------------- 60
Forda UKM Minta Pungli di Sumut Diberantas ----------------------------------------------------- 61
Penghematan Listrik Pukul UKM----------------------------------------------------------------------- 62
17 UKM ikuti pasar Tong-Tong ------------------------------------------------------------------------- 63
Penerima P3KUM tidak dibatasi ----------------------------------------------------------------------- 64
Prosedur KUR Masih Sulit ------------------------------------------------------------------------------- 65
'Ekspor Produk UMKM Butuh Dukungan Optimal' ------------------------------------------------ 66
Peritel besar retur barang beli putus ------------------------------------------------------------------ 67
Realisasi KUR Rp2 Triliun ------------------------------------------------------------------------------- 68
UKM Nantikan Insentif ------------------------------------------------------------------------------------ 69
Diperlukan Harmonisasi Ritel Besar dan Kecil ----------------------------------------------------- 70
Menciptakan Pasar UKM Perlu Peran Pemerintah ----------------------------------------------- 71
UKM Masuk Bursa? --------------------------------------------------------------------------------------- 72
Bisnis Indonesia
Senin, 03 maret 2008
An gga r a n pe n gu a t a n LKM dipe r t a h a n k a n
JAKARTA: Menteri Negara Koperasi dan UKM memastikan program pengembangan
lembaga keuangan mikro (LKM) tetap stabil, meski anggaran 2008 di kementeriannya
dipangkas 15%.
Sebaliknya, dana program pembangunan pasar tradisional dan pusat promosi UKM di
daerah, program bidang produksi, serta dana perjalanan dinas dikoreksi signifikan terkait
dengan kebijakan anggaran tersebut.
"Kami akan tetap fokus mengembangkan LKM meski jumlahnya tidak akan melebihi dari
tahun lalu. Paling tidak program ini bisa berjalan dengan stabil," ujar Suryadharma Ali, akhir
pekan lalu.
LKM tetap menjadi perhatian utama Kemenkop dan UKM dalam program tahun ini, terkait
dengan upaya pemerintah meningkatkan peranan usaha mikro, kecil dan menengah dalam
perkonomian nasional.
Program pengembangan lembaga keuangan mikro a.l. dilakukan melalui dua program
prioritas pada Deputi Kelembagaan Kementerian Koperasi dan UKM, yakni P3KUM (Program
Pembiayaan Produktif Koperasi dan UKM) dan program Perkassa (Perempuan Sehat dan
Sejahtera).
P3KUM bertujuan memberdayakan pengusaha mikro melalui struktur keuangan koperasi
simpan pinjam dan unit simpan pinjam (KSP/ USP), sedangkan program Perkassa bertujuan
memberdayakan perempuan pengusaha mikro.
Menteri menyatakan program pengembangan jaringan LKM berbadan koperasi ini
diharapkannya berjalan normal dan ditargetkan tumbuh di setiap kecamatan.
Selain LKM, pembangunan pasar tradisional dan pusat promosi di daerah merupakan
program penting untuk memberdayakan ekonomi lokal. Akan tetapi, anggaran keduanya
terpaksa dipangkas.
Pada 2007, dana pengembangan pasar dianggarkan Rp37,2 miliar tapi pada tahun ini
diperkecil menjadi hanya Rp13,3 miliar.
Program lain yang dipastikan tidak bisa menyamai prestasi pada 2007 adalah resi gudang.
Tahun lalu, sosialisasi dilakukan di enam kabupaten tapi realisasinya hanya di dua
kabupaten.
Terkait dengan hal itu, tahun ini anggaran program tersebut disusutkan dari Rp1, 125 triliun
menjadi Rp958 miliar. "Pemotongan anggaran juga terjadi di beberapa departemen lain."
Keseluruhan anggaran Kemenkop pada tahun ini lebih kecil dibandingkan dengan 2007 yang
mencapai Rp1,4 triliun.
Oleh Mulia Ginting Munthe
Bisnis Indonesi
Berkhas
1
Volume VI Maret 2008
Bisnis Indonesia
Senin, 03 Maret 2008
Ja t im sia pk a n a n u ge r a h U KM
SURABAYA: Dinas Koperasi Pengusaha Kecil Menengah Jawa Timur pada tahun ini akan
memberikan penghargaan Parasamya Kertanugraha 2008 bagi para pengusaha kecil
menengah berprestasi.
Kepala Diskop & PKM Jatim Braman Setyo mengatakan penghargaan tersebut akan
dijadikan agenda tahunan untuk menggairahkan sektor usaha tersebut.
"Ini sebagai wujud apresiasi dari Pemprov Jatim terhadap pelaku UMKM berprestasi,"
ujarnya, pekan lalu.
Penghargaan ini mencakup tujuh kategori, yakni perintis UKM, UKM inovatif, UKM pelestari
budaya, UKM penyerap tenaga kerja, UKM pengembang wirausaha baru, UKM pelestari
lingkungan dan wirausaha muda.
Parasamya Kertanugraha akan diberikan pada pertengahan tahun ini, sekaligus akan dipilih
dua remaja sebagai Duta UKM Muda Jatim 2008. (Bisnis/k22)
Berkhas
2
Volume VI Maret 2008
Bisnis Indonesia
Selasa, 04 Maret 2008
Pe r a j in pe w t e r be la j a r k e M a la y sia
PANGKALPINANG: Lima orang perajin pewter (produk aksesori berbahan baku timah) dari
Bangka akan belajar desain ke Selangor, Malaysia.
"Pewter di Selangor lebih baik dalam hal desain dan kolaborasi bahan timah dengan bahan
lain, produk yang dihasilkan lebih variatif," kata Kasubdin Industri Dinas Perindagkop dan
UKM Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Herry, kemarin.
Di Bangka terdapat tiga usaha pewter tapi dalam beberapa tahun terakhir hampir tidak ada
desain baru, sedangkan bahan yang digunakan murni timah dengan pencampur bahan kimia.
Pewter akan menjadi fokus pengembangan komoditas inti sesuai rencana induk Depperin
2007.
Di Selangor, pewter dikolaborasikan dengan akar pohon, batu-batuan dan disepuh dengan
emas. Produk mereka sampai pada hiasan dinding dan plakat. (Antara)
Berkhas
3
Volume VI Maret 2008
Bisnis Indonesia
Selasa, 04 Maret 2008
Pr e side n m in t a k r e dit u sa h a r a k y a t le bih
diint e nsifk a n
JAKARTA: Presiden Susilo Bambang Yudhoyono minta pelaksanaan kredit usaha rakyat
(KUR) lebih diintensifkan pelaksanaannya karena terbukti mampu menciptakan lapangan
kerja serta menekan angka pengangguran dan kemiskinan.
"Pinjaman usaha rakyat dengan pola penjaminan dari pemerintah ini, trennya sangat bagus.
Memasuki tiga bulan pertama jumlah dana yang tersalur sudah Rp1,7 triliun lebih," ujar
Presiden Yudhoyono, seusai rapat kabinet terbatas di Kantor Kementerian Koperasi dan
UKM, kemarin.
Dengan mekanisme bagus dan proses yang lebih sederhana serta sinergi yang baik
antarbank penyalur, KUR diharapkan bisa lebih banyak diserap pelaku usaha mikro. ika lebih
banyak dan lebih luas jangkauannya, jumlah serapannya pun semakin tinggi.
"Kita ingin betul penyerapan KUR lebih banyak lagi, agar lapangan kerja juga lebih banyak
diciptakan. Saya sudah instruksikan semua perbankan agar terus menyukseskan program
ini."
Dalam tiga bulan ke depan, Presiden mengharapkan agar program KUR bisa lebih baik.
Melalui kerjasama antara Kementerian Koperasi dan UKM, keenam bank penyalur bisa
menunjukkan peningkatan itu dari bulan ke bulan hingga tahun berikutnya.
Dirut Bank BRI Sofyan Basir mengatakan bahwa pihaknya sudah menetapkan plafon kredit
usaha rakyat (KUR) maksimal Rp5 juta untuk sektor mikro di samping terus melanjutkan
program kredit serupa dengan maksimal Rp500 juta bagi usaha menengah.
"Mulai Maret kami sudah menetapkan plafon tersebut agar bisa menjangkau lebih luas pelaku
usaha mikro," ujar Dirut Bank BRI Sofyan Basir kepada Bisnis usai mengikuti rapat kabinet
terbatas di Kantor Kementerian Negara Koperasi dan UKM kemarin.
Ketika program KUR usaha mikro tersebut diuji coba di beberapa daerah, katanya, dalam
sepekan sudah mampu menarik 1.500 debitor.
Ini menunjukkan bahwa usaha mikro memerlukan kredit untuk pengembangan usaha.
BRI tidak menemui kendala dalam penyaluran KUR karena unit layanan mereka sudah
menjangkau pasar-pasar di setiap desa.
Untuk satu unit pasar misalnya, BRI bisa menyalurkan kepada 300 usaha mikro.
Meski memberi layanan kepada sektor mikro, BRI, kata Sofyan, tetap membuka layanan bagi
usaha menengah untuk mengakses kredit maksimal Rp500 juta.
"Kedua program ini tetap kami buka," tandas Sofyan.
Khusus untuk usaha mikro, Bank BRI tetap memberi pelayanan bagi yang mengajukan kredit
dengan nominal terkecil Rp1 juta, Rp2 juta atau Rp3 juta hingga dengan batas maksimal Rp5
juta.
Oleh Mulia Ginting Munthe
Bisnis Indonesia
Berkhas
4
Volume VI Maret 2008
Bisnis Indonesia
Selasa, 04 Maret 2008
RI dim in t a m or a t or iu m libe r a lisa si r it e l
JAKARTA: Pemerintah diminta berhenti sesaat meliberalisasi sektor ritel modern (moratorium
liberalism), mengingat makin meningkatnya pangsa penjualan oleh asing yang diduga saat ini
mencapai 10%.
Indonesia, dalam paparan ritel Forum APO (Asian Productivity Organization), dinilai masuk
kelompok negara yang liberal dalam hal membuka akses perusahaan asing di sektor ritel.
"Kita sudah liberal [di sektor ritel]. Lakukan moratorium liberalism," kata Handito, anggota
Komisi Promosi Produktivitas LPN (Lembaga Produktivitas Nasional) sekaligus delegasi LPN
di Forum APO, baru-baru ini.
Handito menjelaskan moratorium bukan berarti menghentikan liberalisasi tapi menunda
percepatannya, mengingat Indonesia sudah terlanjur berkomitmen membuka pasar sehingga
tak bisa mundur lagi.
Jika kebijakan sektor ritel Indonesia tidak diubah, dia memproyeksikan perusahaan asing
akan merebut pangsa pasar ritel Indonesia menjadi lebih dari 25% dalam lima tahun
mendatang.
Selain penguasaan pasar oleh asing yang relatif besar saat ini, pertumbuhan pangsa
penjualannya terbilang progresif. Apalagi dibandingkan dengan penguasaan di pasar Jepang
yang relatif minim dan statis. (tabel)
Asian Productivity Organization (APO) adalah organisasi regional antarnegara yang berdiri
pada 1961 dengan misi memberi kontribusi pada pengembangan sosial ekonomi di Asia.
Saat ini ada 22 negara anggota APO, mencakup Bangladesh, Kamboja, China, Fiji, Hong
Kong, India, Indonesia, Republik Islam Iran, Jepang, Korea Selatan, Laos, Malaysia,
Mongolia, Nepal, Pakistan, Filipina, Singapura, Sri Lanka, Thailand, dan Vietnam.
Dalam rangka meningkatkan kehidupan sosial ekonomi negara anggotanya, APO
melakukannya dengan lima cara, yaitu menyumbangkan pikiran, katalisator, memberikan
pertimbangan, memperkuat institusi, dan penyebaran informasi terkait produktivitas.
Pemihakan konkret
Handito, yang juga Ketua Panitia Pelaksana Rakor Perdagangan Kadin (Kamar Dagang dan
Industri) Indonesia 2008, mendesak pemerintah melakukan pemihakan terhadap peritel lokal
secara konkret.
"Buat aturan main dan ada kesepakatan nasional pagu persentase penjualan [ritel asing]
cukup sampai angka tertentu. [Asing boleh] tumbuh, tapi tidak boleh banyak."
Pemerintah diharapkan mengikuti jejak kebijakan Jepang, di mana persentase pasar ritel
asing tidak lebih dari 1%. "Daya tahan ekonomi Jepang karena ritel dikuasai lokal sehingga
produk lokal bisa berjaya. Peningkatan persentase penjualan asing memang hampir empat
kali lipat tapi pangsanya tetap tidak lebih dari 1%," kata Handito.
Di Jepang kontribusi sektor ritel terhadap gross domestic bruto (GDP) terus turun, tapi jumlah
perusahaan serta tenaga kerja yang terserap bertumbuh. Artinya, jelas Handito, investor
tertarik masuk ke sektor ritel karena dominasi peritel besar tidak terjadi di sana.
Berkhas
5
Volume VI Maret 2008
Bisnis Indonesia
Selasa, 04 Maret 2008
Toko tradisional di Jepang juga terus tumbuh. Pengusaha yang semula mengelola sendiri
gerainya akhirnya merekrut sejumlah karyawan. "Yang terjadi di Indonesia justru kebalikan
dari Jepang.
Kontribusi ritel terhadap GDP terus meningkat, dan jumlah perusahaan yang main di sektor
ritel makin berkurang karena takut," kata Handito.
Korea Selatan juga menerapkan kebijakan yang tidak terlalu liberal, sehingga perusahaan
ritel asing relatif sedikit. Pada 2005, jumlah perusahaan ritel di Negeri Gingseng itu mencapai
587.358 unit, tapi perusahaan asing hanya 174 unit.
Dalam kesempatan terpisah, Sekjen Aprindo (Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia) Tutum
Rahanta menilai peritel nasional di Jepang memang kuat. "[Soal liberalnya sektor ritel] semua
ini merupakan kebijakan pemerintah," kata Tutum.
Saat ini kepemilikan asing di ritel yang ada di Indonesia, untuk modal langsung adalah PT
Carrefour Indonesia (100% modal asing) dan sebagian modal asing di PT Lion Super Indo
(Supermarket Super Indo), sedangkan ritel yang sudah go public, antara lain PT Matahari
Putra Prima Tbk, PT Ramayana Lestari Sentosa, Tbk, PT Alfa Retailindo Tbk, dan PT Hero
Supermarket Tbk. ([email protected])
Oleh Linda T. Silitonga
Bisnis Indonesia
Berkhas
6
Volume VI Maret 2008
Jurnal Nasional
Selasa, 04 Maret 2008
Ekonomi Makro jakarta | Selasa, 04 Mar 2008
Pe m be n t u k a n Ba n k U M K D it u n da
by : Luther Sembiring
Pemerintah menunda pembentukan Bank Usaha Mikro Kecil (UMK) dan memfokuskan
penyaluran dana bergulir melalui Badan Layanan Umum Lembaga Pengelolaan Dana
Bergulir (LPDB). Demikian dikatakan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil Menengah
(UKM) Suryadharma Ali.
''Presiden menyarankan ditunda dulu biar LPDB berjalan, jadi tidak membuat institusi baru,''
katanya kepada wartawan usai Rapat Sidang Kabinet Terbatas, di kantor Kemenkop UKM,
Senin (3/3). Rapat dipimpin langsung oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
Verifikasi terhadap dana bergulir kepada UMK, katanya, akan diatur khusus melalui LBDP.
Anggaran dana begulir tetap dikategorikan sebagai belanja sosial dalam APBN.
Menurut Suryadharma Ali, dana bergulir akan dimanfaatkan secara bergilir dan jangkauan
penyaluran kepada UMK diperluas. ''Itu prinsipnya dana sosial. Cuma kami mau manfaatin
secara bergulir sehingga lebih banyak lagi yang bisa menggunakan dana itu.''
Sebelumnya, Suryadharma mengatakan rencana pembentukan Bank UMK guna
memaksimalkan pemantauan penyaluran dana bergulir. Permodalan bank tersebut akan
diambil melalui share modal dari sejumlah departemen antara lain, Departemen
Perdagangan, Departemen Pertanian, serta Departemen Kelautan dan Perikanan.
Prinsip operasi Bank UMK memberi kredit tanpa agunan, tetapi berdasarkan kelayakan
usaha. Menerapkan prosedur sederhana dan memberikan bunga kisaran 16 persen.
Kepala Pusat Kajian UKM Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (UI) Nining I Soesilo,
mengatakan penundaaan pembentukan Bank UMK harus disertai target waktu tiga tahun.
”Meski saat ini menggunakan LPDB, perlu ditargetkan pembentukan Bank UMK dalam tiga
tahun mendatang,” katanya kepada Jurnal Nasional.
Pemerintah diharapkan mengkaji dan mempersiapkan Sumber Daya Manusia dan perangkak
hukum terkait pembentukan Bank UMK. Kesiapan pembentukan LPDB menjadi Bank UMK,
katanya, harus memenuhi indikator kapital, aset, manajemen, earing, dan liquidity. Kalau
indikator ini mencapai skala tujuh ke atas, katanya, layak dibentuk Bank UMK. Luther
Kembaren
Berkhas
7
Volume VI Maret 2008
Jurnal Nasional
Selasa, 04 Maret 2008
Ekonomi Makro Jakarta | Selasa, 04 Mar 2008
U KM Le bih Bu t u h Pe m a sa r a n
by : Bayu Prakosa Sudarmo
Rencana Menteri Negara Koperasi dan Usaha Menengah (UKM) Suryadharma Ali, menunda
pembentukan Bank UKM sudah tepat. Yang lebih penting dilakukan adalah pembinaan sektor
riil, bukan pada pembiayaan. Masalah pembiayaan akan lebih baik diserahkan pada bankbank umum dan lembaga keuangan mikro (LKM).
"Pembinaan sektor riil terkait dengan pemasaran lebih penting untuk dilakukan, disitu
permasalahan UKM sehingga tidak pernah maju," kata Aviliani Pengamat Indef dan Ekonom
BRI, kepada Jurnal Nasional, Senin (3/3) di Jakarta.
Saat ini semua bank termasuk bank asing sudah masuk pada sektor UKM. Lebih tepat untuk
memperbanyak lembaga keuangan mikro (LKM), jadi kaitannya dengan Departemen
Keuangan (Depkeu).
Dalam kerangka arsitektur perbankan, bank-bank semakin universal. Jadi bila dipaksakan
untuk mendirikan bank UKM, tidak sesuai dengan kerangka arsitektur perbankan. Dengan
demikian tidak ada urgency mendirikan bank UKM, terkecuali bank-bank tidak mau
membiayai sektor mikro.
Menurut Aviliani, fungsi pemerintah dalam hal ini menteri Koperasi dan UKM adalah pada
pembinaan sektor riil. Pemerintah harus banyak menciptakan dan mendukung programprogram pembinaan ini.
Pusat-pusat trading house harus diperbanyak dan dilakukan secara kontinu. Dengan
demikian diharapkan UKM-UKM bisa memasarkan produknya. Selama ini banyak UKM yang
terhambat faktor pemasaran sehingga tidak bisa bertahan ditengah naiknya harga-harga
bahan baku.
Pengembangan ini bisa ditingkatkan pada prioritas ekspor non migas. Tentunya hal ini hanya
bisa dicapai dengan peran penuh dari pemerintah dalam sektor pembinaan. Potensi industri
UKM yang dimiliki Indonesia sebenarnya memiliki potensi besar untuk bersaing di pasar
Internasional.
Untuk mengembangkan potensi ini perlu peningkatan teknologi pendukung sektor UKM.
Departemen Koperasi dan UKM bisa melakukan kerjasama dengan BPPT (Badan
Pengkajian dan Penerapan Teknologi) dan ITB (Institut Teknologi Bandung) dalam
merancang pengembangan dan kebutuhan teknologi bagi UKM. "Lebih efektif bila dana yang
dimiliki digunakan untuk melakukan riset dan pengembangan teknologi pendukung UKM,"
kata Aviliani.
Berkhas
8
Volume VI Maret 2008
Bisnis Indonesia
Rabu, 05 Maret 2008
Pe n ge lola m a l t ola k ba t a sa n lu a s t e m pa t u sa h a ba gi
usa ha k e cil
JAKARTA: Pengelola mal menolak ketentuan persentase luas tempat usaha di mal bagi
usaha kecil, yang akan dituangkan permendag tentang petunjuk pelaksanaan kemitraan
sesuai dengan Perpres No. 112/2007.
Menurut Ketua Umum Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) A. Stefanus
Ridwan S., pengelola mal menyadari pentingnya kemitraan, yang diwujudkan dengan
memberi tempat usaha bagi pebisnis kecil.
"Bukan soal angka. Orang Indonesia selalu lupa bagian detail atau lupa garis besar [latar
belakang dibuatnya kewajiban pengelola mal untuk menyediakan tempat bagi usaha kecil],"
kata Stefanus kepada Bisnis, baru-baru ini.
Pada Pasal 6 Perpres No. 112/2007 tentang Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional,
Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern, dijelaskan pusat perbelanjaan wajib menyediakan
tempat usaha untuk usaha kecil dengan harga jual atau biaya sewa yang sesuai dengan
kemampuan usaha kecil, atau yang dapat dimanfaatkan oleh usaha kecil melalui kerja sama
lain dalam rangka kemitraan.
Sebelumnya, Perda DKI Jakarta No. 2/2002 yang masih berlaku saat ini juga mengatur
kewajiban pengelola mal untuk menyediakan tempat usaha bagi usaha kecil dan pedagang
kaki lima seluas 20% dari luas efektif bangunan, dan tidak dapat diganti dalam bentuk lain.
"Kenapa harus lihat angka. Apalagi jika ditetapkan 20% [dari luas efektif mal untuk usaha
kecil]. Angka itu tidak rasional," kata Stefanus.
APPBI memantau saat ini terdapat lebih dari 120.000 usaha kecil yang diberi kesempatan
berdagang di 200 pusat perbelanjaan di Indonesia, sedangkan di Jakarta ada 60.000
pedagang kecil yang ada di 65 mal.
Stefanus minta pemerintah menyerahkan pengelola mal untuk mengatur luas usaha yang
bisa diberikan kepada pedagang, karena di lapangan ada mal yang memang tidak bisa
dipaksakan untuk memberikan lahan yang luas bagi pedagang kecil, misal karena
peruntukan pusat belanja tersebut untuk menengah atas.
"Sebaliknya ada pusat belanja yang lebih dari 50% pedagang yang berjualan di malnya
adalah pedagang kecil. Jadi memang tidak bisa dipukul rata [besaran luas untuk pedagang
kecil di dalam mal]," kata Stefanus.
Oleh Linda T. Silitonga
Bisnis Indonesia
Berkhas
9
Volume VI Maret 2008
Jurnal Nasional
Rabu, 05 Maret 2008
BUMN dan Korporat Jakarta | Rabu, 05 Mar 2008
Pe r a j in Pot e n sia l M e n y e j a h t e r a k a n Ra k y a t
by : Yanuar Jatnika
Para perajin tradisional Indonesia diharapkan dapat menjadi mitra pemerintah untuk
meningkatkan perekonomian demi menyejahterakan masyarakat. "Perajin sangat potensial
menciptakan lapangan pekerjaan, sehingga dapat mengurangi pengangguran dan
mengentaskan kemiskinan," kata Ibu Ani Susilo Bambang Yudhoyono, pada Hari Ulang
Tahun ke-28 Dewan Kerajinan Nasional (Dekranas) di Gedung Sapta Pesona, Departemen
Pariwisata dan Kebudayaan Jakarta, Selasa, (4/3).
Menurut Ibu Ani, peluang usaha produk kerajinan Indonesia sangat terbuka lebar mengingat
potensi kekayaan sumber daya alam yang melimpah. Kekayaan alam tersebut dapat
dijadikan sumber kesejahteraan rakyat bila dimanfaatkan sebaik-baiknya. "Dekranas bisa
berperan dengan memberikan konsultasi dan advokasi kepada para perajin, baik dalam
peningkatan mutu produk, pendanaan, pemasaran, maupun manajemen," jelas Ibu Negara di
hadapan para anggota Dekranas dan Dewan Kerajinan Daerah (Dekrada) seluruh Indonesia.
Pada perayaan tersebut hadir Ibu Mufidah Kalla, Menteri Perdagangan Mari E Pangestu,
Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Jero Wacik, Menteri Koperasi dan UKM Suryadharma
Ali, serta para anggota Solidaritas Istri Kabinet Indonesia Bersatu(SIKIB). Nampak hadir juga,
Ny. Karlina Wirahadikusumah, istri mantan Wakil Presiden Umar Wirahadikusumah yang juga
sesepuh Dekranas. HUT Dekranas tahun ini bertemakan ‘Bersama Dekranas Kita Tingkatkan
Kesejahteraan Perajin'.
Namun, Ibu Negara mengingatkan agar dalam memanfaatkan sumber daya alam harus tetap
menjaga kelestarian alam. "Kita sambut ekonomi gelombang keempat yang berbasis seni
dan budaya, tanpa harus merusak lingkungan," tegasnya.
Ibu Negara gembira, saat ini berbagai produk seni dan budaya Indonesia semakin dikenal,
baik oleh masyarakat domestik maupun internasional. Keberhasilan ini dapat menjadi
pendorong untuk meningkatkan kesejahtreraan perajin, sekaligus melestarikan produk seni
dan budaya Indonesia.
Kepada perajin, Ibu Ani juga menekankan perlunya pencantuman label Buatan BaliIndoensia, Banten-Indonesia, Aceh-Indonesia dan lain-lain, pada produk mereka. "Agar
produk itu dikenal sebagai buatan Indonesia, sehingga tidak gampang diakui negara lain,"
jelasnya.
Dengan pencantuman itu, sekaligus menunjukkan bahwa walaupun Indonesia terdiri berbagai
etnis dan pulau, semuanya tetap bernaung dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI).
Pada kesempatan itu, Ibu Negara menyempatkan berdialog dengan perajin dan pengusaha
di beberapa stan pameran yang menampilkan, antara lain, lurik, batik, batu mulia, asesoris
rumah, dan kerajinan kayu.
Berkhas
10
Volume VI Maret 2008
Bisnis Indonesia
Kamis, 06 Maret 2008
Alfa r a n ca n g pu sa t dist r ibu si ba r a n g pe da ga n g k e cil
JAKARTA: PT Sumber Alfaria Trijaya segera meluncurkan pusat distribusi (store selling
point/SSP) untuk melayani pengadaan barang bagi pedagang kecil yang lokasinya dekat
dengan toko minimarket Alfamart.
Maria Harjono, Deputi Direktur Franchise Development PT Sumber Alfaria Trijaya,
mengatakan perusahaan pengelola Alfamart ini tengah melakukan uji coba di Jakarta, Bogor,
Depok, Tangerang, dan Bekasi.
"Kami tengah melakukan uji coba SSP," kata Maria, kemarin.
Alfamart berinisiatif menciptakan bisnis SSP, setelah mengamati pedagang kecil banyak
datang ke minimarket tersebut untuk membeli barang yang akan dijual kembali.
Ketika ditanya tentang praktiknya, Maria menolak untuk menjabarkan secara rinci, mengingat
SSP merupakan proyek baru Alfamart, sehingga belum diputuskan kapan akan
meluncurkannya.
"Kami akan lihat dampak [uji coba SSP], dan akan menyesuaikannya dengan regulasi," kata
Maria.
Berdasarkan informasi yang diterima Bisnis,
suatu peritel minimarket tengah
memprogramkan pembukaan kios di dalam pasar tradisional, dan akan melayani konsumen
dan toko tradisional di wilayah yang sama.
PT Sumber Alfaria Trijaya menargetkan menambah 600 toko hingga akhir 2008, sedangkan
jumlah gerai saat ini mencapai 2.400 minimarket yang berada di Jawa dan Lampung.
Maria mengemukakan Alfamart menargetkan 30% di antaranya berbentuk waralaba
(franchise), dengan menjalin mitra usaha perorangan, badan usaha, koperasi, dan yayasan.
Saat ini Alfamart waralaba 503 gerai, dengan investasi terwaralaba Rp300 juta di luar
gedung.
Selain Jawa dan Lampung Alfamart juga akan berekspansi ke Kalimantan dan Sulawesi,
karena di sana sudah banyak mitra usaha yang berminat menjalankan bisnis waralaba
Alfamart."
Didit Setiadi, Manajer Corporate Communications PT Sumber Alfaria Trijaya mengatakan
sering menemukan kendala mendapatkan izin membuka minimarket di wilayah yang
potensial. "Seperti di Serang, Banten, yang boleh membuka minimarket bila berkerja sama
dengan mitra lokal, di DKI Jakarta ada Perda No. 2/2002 [tentang Perpasaran Swasta]."
Padahal, ungkapnya, sebenarnya berbagai wilayah potensial di Indonesia relatif masih sedikit
jumlah minimarketnya, termasuk di DKI Jakarta.
Didit menilai yang paling efektif jika satu minimarket melayani 12.500 konsumen. Sementara
di Jakarta satu minimarket masih melayani 30.000 konsumen. "Di Thailand saja satu
minimarket melayani 15.000 jiwa, dan di Singapura satu outlet melayani 10.000 konsumen."
Tidak tepat
Ketua Gapmmi (Gabungan Pengusaha Makanan & Minuman Seluruh Indonesia) Franky
Sibarani tegas menolak upaya minimarket sebagai distributor barang ke pedagang kecil.
Berkhas
11
Volume VI Maret 2008
Bisnis Indonesia
Kamis, 06 Maret 2008
"Kami tidak setuju. Apalagi peran minimarket sebagai distributor barang ke toko tradisional
pernah muncul dalam draf perpres perpasaran, kemudian ditolak [tidak jadi diberlakukan di
perpres]," kata Franky.
Menurut dia, jika dibuat aturan adanya prioritas utama bagi minimarket melalui jaringannya
mendistribusikan barang ke pedagang kecil, dikhawatirkan akan merontokkan bisnis ditributor
yang lain.
Apalagi, saat ini dominasi pasokan barang dari industri adalah pasar dan toko tradisional,
seperti makanan ringan, roti, air mineral, rokok, dan mie instan.
Terkait dengan alasan menunjuk minimarket untuk memperpendek jalur distribusi sehingga
pedagang bisa memperoleh harga lebih murah, dia menilai langkah tersebut tidak tepat.
Sebenarnya, kata Franky, harga pabrik barang yang disalurkan kepada toko tradisional dan
toko modern sama. Apalagi industri saat ini juga ada yang membangun jaringan distribusi
sendiri.
Namun, toko modern mempunyai daya tawar lebih tinggi karena membeli barang dalam
jumlah besar, sehingga industri memberikan diskon. Belum lagi adanya biaya syarat
perdagangan pemasok, sehingga membuat toko modern lebih leluasa bersaing untuk
memenangkan kompetisi.
Dalam draf Perpres Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan
Toko Modern sempat menyebutkan pengelola jaringan minimarket harus diutamakan menjadi
pengelola distribusi untuk memasok warung kelontong usaha kecil tradisional, dengan
memfungsikan jaringan minimarket sebagai titik distribusi bagi usaha kecil setempat.
Sebagai pusat distribusi, diharapkan minimarket memberi harga yang relatif lebih murah
kepada pewarung kecil, daripada harga jual produk tersebut di rak pajang toko.
Namun, pemerintah mencabut rencana itu. "Dulu pernah ada gagasan outlet [minimarket]
harus jadi pendistribusi barang ke toko dan warung. Karena di situ ada kata harus, seolah
hanya dia [pengelola jaringan minimarket] yang boleh jadi distributor warung," kata
Ardiansyah Parman, Dirjen Perdagangan Dalam Negeri Depdag (Bisnis, 5 Jan.)
([email protected]/ [email protected])
Oleh Linda T. Silitonga & Mulia Ginting Munthe
Bisnis Indonesia
Berkhas
12
Volume VI Maret 2008
Bisnis Indonesia
Kamis, 06 Maret 2008
D KP sia p ca ir k a n da n a sosia l m ik r o
JAKARTA: Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP) akan menyalurkan dana sosial mikro
bagi masyarakat pesisir dan pembudi daya ikan di 115 kabupaten/kota sekitar Rp40 miliar
mulai April 2008.
Bantuan ini akan didistribusikan secara perorangan maupun kelompok melalui koperasi atau
lembaga keuangan mikro setempat, dengan prioritas untuk pengusaha pemula dan
perempuan pengusaha.
Dirjen Kelautan, Pesisir, dan Pulau-pulau Kecil (KP3K) DKP Syamsul Ma'arif mengatakan
bantuan ini menggantikan dana bergulir program pemberdayaan ekonomi masyarakat pesisir
(PEMP).
"Sekarang bentuknya bantuan sosial mikro atau BSM. Ini yang akan diberikan kepada
masyarakat pesisir, nelayan dan pembudi daya ikan," katanya usai membuka sosialisasi
program bantuan sosial mikro, kemarin.
Setiap kabupaten/kota akan mendapatkan alokasi sekitar Rp400 juta untuk disalurkan ke
penerima bantuan dalam bentuk barang atau sarana usaha dan penangkapan ikan senilai
maksimal hingga Rp10 juta.
Anggaran sekitar Rp40 miliar itu siap dicairkan, mengingat perangkat aturannya diterbitkan
pada 3 Maret 2008, yakni Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No. 7/2008 tentang
Bantuan Sosial Pemberdayaan Masyarakat Pesisir dan Pembudidaya Ikan.
Bantuan itu akan disalurkan setelah pemerintah menerima proposal yang diseleksi oleh dinas
setempat dengan dibantu koperasi atau LKM.
Syamsul menambahkan penyaluran bantuan ini juga akan menyertakan jaringan LKM
Swamina, yang dibangun DKP melalui program PEMP pada 2004-2006.
"Tetapi bisa juga dengan koperasi. Mekanismenya, calon penerima bantuan bisa mengajukan
proposal terkait dengan barang apa yang dia perlukan. Nanti akan diseleksi oleh dinas
dengan bantuan koperasi atau LKM," tuturnya.
Dia mengakui penyaluran bantuan ini berisiko tinggi terhadap tindak penyelewengan. Karena
itu, DKP menyiapkan tenaga pendampingan yang akan ditempatkan di setiap desa untuk
mengawasi penyaluran bantuan.
Menurut Syamsul, penyaluran bantuan hingga 80% sudah cukup baik. Apalagi pada tahun
lalu, DKP hanya berhasil menyalurkan 30% dana PEMP dari anggaran senilai Rp146 miliar,
karena keterlambatan pencairan.
Oleh Aprika R. Hernanda
Bisnis Indonesia
Berkhas
13
Volume VI Maret 2008
Jurnal Nasional
Kamis, 06 Maret 2008
EKSPLORASI Kemitraan | Jakarta | Kamis, 06 Mar 2008
Sh a r w a t Fa r da n iy a h , Ke r j a sa m a Ke le m ba ga a n da n
D u n ia U sa h a D e pa r t e m e n Sosia l Pr ogr a m
Pe n ge m ba n ga n U sa h a M ik r o Pa lin g M e n on j ol
by : Ahmad Thonthowi Djauhari
Keuntungan yang diperoleh Depertemen Sosial bekerja sama dengan berbagai perusahaan
tambang?
Sampai saat ini pengurangan kemiskinan menjadi tujuan utama pemerintah. Nah, di sinilah
peranan pelaku usaha mengambil bagian dalam mendukung program pemerintah tersebut.
Kami memfasilitasi pelaku dunia usaha tersebut melalui beberapa program pengentasan
kemiskinan yang mereka lakukan.
Dunia usaha memiliki dana, yang disisihkan sebesar 1-3 persen dari seluruh pendapatan
perusahaan. Kecenderungannya mereka tidak tahu apa yang harus dilakukan dengan dana
tersebut guna pengembangan masyarakat. Kami menjadi fasilitator dari perusahaan ke
masyarakat. Masyarakat sekitar daerah operasi tambang tersebut dapat menjadi masyarakat
yang berdaya guna, misalnya dengan pelatihan yang kami berikan
Bagaimana dengan Bukit Asam?
Sebenarnya dari 2002, kami telah melakukan berbagai sinergi program dengan mereka.
Kami berperan sebagai fasilitator di lapangan, dan ide serta dana berasal dari mereka. Kami
berusaha membangun transparansi dengan mereka.
Seperti kita ketahui, Bukit Asam memiliki kompleksitas permasalahan sosial yang semakin
lama semakin berkembang. Awalnya masyarakat sekitar daerah operasional sebelum ada
pertambangan memiliki kegiatan perekonomian yang konvensional. Namun, setelah ada
perusahaan tambang, masyarakat menjadi bersandar pada perusahaan. Dengan itu
perusahaan harus dapat memberikan pelatihan-pelatihan pada masyarakat sekitar sehingga
mereka dapat menjadi lebih mandiri. Kalau kami mendidik satu orang, diharapkan dia nanti
bisa menjadi pendidik bagi masyarakat lainnya
Sejauh mana kinerja PT BA dalam menjalan corporate social responsibility?
Dari catatan kami selama ini mereka dapat dikatakan Bagus. Selama ini mereka melakukan
kombinasi yang sangat baik dengan memadukan antara apa yang menjadi kebutuhan
masyarakat, dengan sisi humanitas masyarakat.
Yang paling menonjol?
Pengembangan usaha mikro. Bukit Asam menyalurkan bantuan kepada pengusaha kecil,
yang kemudian dibantu, dikembangkan, dan dipantau mereka.
Sisca Evilline
Berkhas
14
Volume VI Maret 2008
Jurnal Nasional
Sabtu, 08 Maret 2008
Politika Jakarta | Sabtu, 08 Mar 2008
D e m ok r a t Kon se n M a j u k a n Pe n gu sa h a Gu r e m
by : Friederich Batari
Ketua Departemen Bidang Ekonomi DPP Partai Demokrat Darwin Zahedy Saleh
menegaskan Partai Demokrat sangat konsen untuk mendorong pengembangan usaha mikro
kecil dan menengah (UMKM). Mayoritas masyarakat yang bergerak UMKM bergerak di
sektor informal. Partai Demokrat juga mendorong terwujudnya demokratisasi ekonomi
sebagaimana dicanangkan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
"Diharapkan dapat terwujud pertumbuhan ekonomi yang tinggi tetapi berkeadilan. Artinya,
pengembangan masyarakat di sektor informal yang jumlahnya besar harus menjadi prioritas,"
kata Darwin saat dihubungi Jurnal Nasional, Jumat (7/3).
Darwin menerangkan, kelompok masyarakat yang bergerak di bidang usaha nonpertanian di
Indonesia berdasarkan hasil survei tahun 2006 menunjukkan sekitar 42 juta jiwa bergerak di
bidang usaha nonpertanian. Dari jumlah ini terdapat 22,7 juta unit usaha nonpertanian.
Darwin menambahkan, dari jumlah ini lebih dari 99,5 persen adalah berskala mikro dan kecil.
Hanya 0,5 persen yang berskala menengah dan atas. Ini menunjukkan, sektor usaha
nonpertanian sangat gurem cukup banyak seperti usaha kerajinan, ukir-ukiran, warung,
industri rumah tangga, dan lain sebagainya. Oleh karena itu, Partai Demokrat
memprioritaskan bagian terbesar masyarakat yang bergerak di sektor informal ini.
Ke depan, kata Darwin, Partai Demokrat akan melakukan dua hal. Pertama, memberikan
kesadaran yang penuh kepada kader Partai Demokrat untuk peduli kepada rakyat di
sekitarnya. Caranya adalah memberikan informasi atau akses permodalan seperti kredit.
Kedua, membantu dari sisi pemasaran. Untuk mengembangkan usaha mikro dan kecil, maka
partai yang memiliki jaringan antara provinsi dapat memberikan informasi untuk memasarkan
produknya. Ini dapat menekan angka pengangguran. Kehadiran partai menjadi katalis
(menyampaikan informasi/akses permodalan/pemasaran) bagi pengembangan dunia usaha
mikro dan kecil.
Selain itu, Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) di tingkat kecamatan,
perkotaan, pedesaan sangat baik untuk pengembangan sektor Usaha Mikro Kecil dan
Menengah (UMKM).
Darwin juga mengharapkan agar masyarakat dapat keluar dari perangkap sebagai kaum
papa yang merasa nyaman pada tingkat gurem.
"Masyarakat yang bergerak di sektor usaha menengah dan kecil harus mempunyai mimpi
untuk maju," tandas Darwin.n
Berkhas
15
Volume VI Maret 2008
Jurnal Nasional
Sabtu, 08 Maret 2008
U KM Cila ca p Se r a p 7 9 0 Ribu Pe k e r j a
by : Sapariah
USAHA mikro kecil dan menengah (UMKM) yang tersebar di seluruh wilayah Kabupaten
Cilacap mampu menyerap 790.125 tenaga kerja. Saat ini, jumlah UMKM di seluruh wilayah
Cilacap sekitar 180.859 unit.
Kepala seksi UKM Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi (Disperindagkop) Sahid
Hidayat menuturkan, keberadaan UMKM mampu menyerap tenaga kerja dalam jumlah
besar. Sektor UKM memiliki peranan besar dalam meningkatkan perekonomian masyarakat.
Banyaknya tenaga kerja
yang terserap dalam sektor ini, ucapnya, menunjukkan masih banyak kesempatan terbuka
untuk berusaha.
Pemerintah Cilacap sudah berupaya memberdayakan UKM ini, antara lain memberikan
pembinaan. Namun dari keseluruhan UKM yang ada, baru 930 yang dibina hingga tahun
2007.
Dia mengatakan, ada tiga pendekatan dalam pembinaan UKM ini. Pertama, pembinaan
secara menyeluruh, mulai dari proses produksi, pemasaran dan peningkatan kualitas kualitas
sumber daya manusia. Kedua, pembinaan individu bagi usaha yang berpotensi dan kuat
secara ekonomi, yaitu usaha yang menjadi sentra dari cluster usaha lain.
Mengenai bantuan khusus diberikan pemerintah Cilacap kepada UKM, kata Sahid, secara
khusus belum menganggarkan bantuan modal kerja. Namun, tahun 2006, ada dua kelompok
UKM yang mendapatkan bantuan modal kerja dari Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara (APBN).
Tahun 2007, ada 120 UKM mengikuti pelatihan. Tahun ini, diperkirakan meningkat, di APBD
induk dianggarkan 120 UKM, namun diusulkan lagi di APBD perubahan 70 UKM.
UMKM yang ikut dalam pelatihan kewirausahaan Disperindagkop selain mendapatkan
bimbingan usaha juga menerima bantuan sarana dan prasarana. Steve Saputra
Berkhas
16
Volume VI Maret 2008
Bisnis Indonesia
Senin, 10 Maret 2008
D a n a k e m it r a a n u sa h a k e cil pa n ga n Rp8 0 0 m ilia r
JAKARTA: Pemerintah mengalokasikan pinjaman dana kemitraan senilai Rp800 miliar
dengan bunga flat 3% per tahun, untuk mendukung program ketahanan pangan nasional dan
membantu pedagang kecil yang terkena dampak lonjakan biaya produksi.
Dana tersebut merupakan keseluruhan dari anggaran program kemitraan dan bina
lingkungan BUMN untuk menopang ketahanan pangan senilai Rp1,3 triliun.
Menteri Negara BUMN Sofyan Djalil mengatakan kebijakan dana Program Kemitraan dan
Bina Lingkungan (PKBL) untuk ketahanan pangan diputuskan dalam Sidang Kabinet
Indonesia Bersatu, beberapa waktu lalu.
"Jadi, mulai minggu ini kami akan menyalurkan dana PKBL itu," ujar Sofyan pada acara
pencanangan program bantuan bagi warga masyarakat di daerah rawan pangan di
Indonesia, akhir pekan lalu.
Pinjaman modal lunak bagi usaha kecil pangan merupakan program jangka menengah
panjang yang dimulai pada tahun ini, sedangkan program pendeknya berupa penyaluran 2
juta paket bantuan langsung tunai senilai Rp200 miliar, dan sebanyak 4,9 juta paket sembako
senilai Rp240 miliar.
Penyaluran bantuan langsung tunai bekerja sama dengan PT Pos Indonesia dan
menggunakan basis data warga miskin Badan Pusat Statistik.
Dana program ini juga diarahkan untuk pelatihan para lulusan SLTA yang siap bekerja di
sejumlah sektor usaha, seperti garmen, otomotif, dan jasa keuangan mikro. Anggaran dana
untuk program tersebut mencapai Rp35 miliar.
Seluruh Indonesia
Parikesit Suprapto, staf ahli Menteri Negara BUMN bidang Kemitraan dan Usaha Kecil,
menambahkan sasaran penyaluran bantuan pinjaman lunak tersebut, a.l. petani, industri kecil
makanan, dan pedagang di sektor pangan.
Penyalur pinjaman ini adalah BUMN, terutama bagi pengusaha kecil di wilayah kerja
perusahaan pemerintah itu. "Tapi cakupan penyaluran untuk seluruh lokasi [di Indonesia],
yang rawan pangan," ujar Parikesit.
Dia mengatakan penyaluran dana kemitraan untuk mendukung ketahanan pangan
merupakan program baru, yang menjadi fokus mulai tahun ini.
Saat ini, ketentuan bunga pinjaman program kemitraan ditetapkan secara bervariasi sesuai
dengan besaran pinjaman, mulai dari 6%, 8%, 10% sampai dengan 12%.
"Bunga untuk pinjaman kemitraan program ketahanan pangan 3% per tahun, flat. Ini program
baru, beda dengan yang sebelumnya dan untuk debitor baru," ujarnya.
Dia mengatakan pengusaha kecil pangan yang sudah menjadi mitra BUMN tetap
menggunakan skema yang sudah berjalan selama ini, termasuk bagi kalangan usaha kecil
nonpangan.
Oleh Moh. Fatkhul Maskur
Bisnis Indonesia
Berkhas
17
Volume VI Maret 2008
Bisnis Indonesia
Senin, 10 Maret 2008
N a m a KUR a ga r disa m a k a n
JAKARTA: Kementerian Koperasi dan UKM mengharapkan enam bank menyamakan produk
kredit usaha rakyat (KUR) dan menyesuaikan plafon pinjamannya menjadu maksimal Rp50
juta per debitor.
"Penyesuaian memang tidak bisa segera. Harus dilakukan dalam sidang komite yang diketuai
Menko Perekonomian Boediono," ujar Deputi Bidang Pengembangan dan Restrukturisasi
Kemenkop dan UKM Choirul Djamhari kepada Bisnis kemarin.
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menginginkan penyaluran KUR lebih difokuskan untuk
sektor mikro, karena jumlah pelakunya dominan. KUR juga terbukti mampu menciptakan
lapangan kerja dan mengurangi angka pengangguran.
Menurut Choirul, keinginan untuk menurunkan pagu tersebut memang tidak akan melahirkan
kesepakatan baru. Kemenkop, katanya, hanya melakukan mediasi agar bank penyalur
bersedia menurunkan pagu kreditnya. (Bisnis/mgm)
Berkhas
18
Volume VI Maret 2008
Pikiran Rakyat
Senin, 10 Maret 2008
4 2 .0 0 0 I KM Ru m a h k a n Ka r y a w a n
Tergantung pada Minyak Goreng dan Terigu
BANDUNG, (PR).Sebanyak 42.000-an unit usaha industri kecil-menengah agro di Jabar, terpaksa
merumahkan sebagian karyawannya akibat tidak kuat menanggung beban kenaikan harga
minyak goreng dan terigu sejak dua pekan terakhir. Akibat kondisi itu, kelangsungan usaha
sebagian besar industri kecil-menengah agro Jabar sementara ini hanya dilakukan kalangan
keluarga pemilik usaha.
Ketua Asosiasi Industri Kecil-Menengah Agro (AIKMA) Jabar, Bambang Eko, di Bandung,
Minggu (9/3), mengatakan, kondisi demikian terutama dialami industri kecil-menengah agro
yang bergantung kepada bahan baku minyak goreng dan terigu. Ini terutama dialami usaha
keripik, tahu, dan kerupuk, yang selama ini mencapai 50% dari seluruh usaha industri kecilmenengah agro Jabar, seperti yang terdaftar di AIKMA Jabar saja 105.000 unit usaha.
"Dari jumlah usaha kerupuk, keripik, dan tahu tersebut, 80% sudah kerepotan dengan kondisi
kenaikan harga minyak goreng dan terigu. Mereka umumnya merumahkan karyawan yang
bukan anggota keluarga antara 1-5 orang per unit usaha, untuk efisiensi usaha sambil
menunggu harga bahan produksi normal kembali," katanya.
Disebutkan, langkah merumahkan karyawan industri kecil-menengah agro kebanyakan
terjadi di Tasikmalaya, Ciamis, Garut, Sumedang, dan Bogor, yang selama ini menjadi sentra
produksi kerupuk, keripik, dan tahu. Rata-rata mereka mengalami kenaikan beban produksi
sampai 60%, sedangkan harga jual sulit dinaikkan.
Ia juga mempertanyakan, mengapa pemerintah tidak memberikan subsidi minyak goreng
bagi para pengusaha industri kecil-menengah agro. Pemberian subsidi minyak goreng hanya
bagi orang miskin, dinilai kurang bijaksana, karena sektor industri kecil-menengah agro pun
sebagai tempat memberikan pendapatan bagi masyarakat miskin.
Menurut Bambang, situasi yang sedang terjadi di kalangan industri kecil-menengah agro
akibat kenaikan harga minyak goreng dan terigu, praktis memunculkan pengangguran baru.
Ini dirasakan ironis, karena sebelumnya industri kecil-menengah agro merupakan unit usaha
yang cukup banyak menyerap tenaga kerja baru, terutama kalangan menengah ke bawah di
pedesaan.
Keterangan itu dibenarkan pemilik usaha pabrik tahu di Kec. Tanjungsari, Sumedang, Titin.
Sejak beberapa hari terakhir, ia terpaksa menggilirkan karyawan di pabriknya, karena modal
yang semula untuk upah sementara ditambahkan untuk modal membeli minyak goreng yang
sudah mencapai Rp 13.000,00/kg.
Perlu diperhatikan
Sementara itu, Kepala Dinas Indag Agro Jabar Helmy Anwar mengatakan, industri kecilmenengah agro memang rentan terhadap gejolak harga bahan baku. Apalagi, sebagian
besar di antara pengusaha industri kecil-menengah agro hanya beromzet jutaan sampai
puluhan juta rupiah per bulan.
Dalam kondisi seperti ini, mau tak mau mereka harus mengefisienkan usahanya, termasuk
dalam biaya tenaga kerja. Di lain pihak, industri kecil-menengah agro dituntut mampu
meningkatkan standar kualitas dan kesehatan produk, untuk bersaing dengan produk
makanan modern dan impor.
Berkhas
19
Volume VI Maret 2008
Pikiran Rakyat
Senin, 10 Maret 2008
"Perlu adanya kebijakan pemerintah memikirkan kelangsungan industri kecil-menengah agro,
dari faktor biaya produksi. Ini bukan berarti menjadikan industri kecil-menengah agro harus
dimanja, namun sebagai motivasi agar mereka terus berkembang dan sampai akhirnya
memperkuat posisinya," ujar Helmy. (A-81)**
Berkhas
20
Volume VI Maret 2008
Bisnis Indonesia
Selasa, 11 Maret 2008
Ka din Ja t im m in t a j u k n is pe r pr e s pe r pa sa r a n
SURABAYA: Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Jawa Timur menilai implementasi Peraturan
Presiden No. 112/2007 tentang perpasaran perlu diawasi sebuah tim pengawas, yang
didukung petunjuk teknis (juknis).
Shahputra, Wakil Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Jawa Timur, mengatakan
keberadaan tim tersebut untuk memastikan pusat belanja modern memberdayakan sektor
UKM di daerah.
"Di daerah perlu dibentuk tim pengawas yang didukung juknis dan juklak terkait
pengimplementasian Perpres No. 112/2007, agar UKM bisa terangka