Usaha Kecil-September 2008

VOLUME VI SEPTEMBER 2008

USAHA KECIL

Berkhas merupakan salah satu media Akatiga yang menyajikan kumpulan berita dari
berbagai macam surat kabar, majalah, serta sumber berita lainnya. Jika pada awal
penerbitannya kliping yang ditampilkan di Berkhas dilakukan secara konvensional, maka
saat ini kliping dilakukan secara elektronik, yaitu dengan men-download berita dari situssitus suratkabar, majalah, serta situs berita lainnya.
Bertujuan untuk menginformasikan isu aktual yang beredar di Indonesia, Berkhas
diharapkan dapat memberi kemudahan kepada pihak-pihak yang berkepentingan dalam
pencarian data atas isu-isu tertentu. Berkhas yang diterbitkan sebulan sekali ini setiap
penerbitannya terdiri dari isu Agraria, Buruh, dan Usaha Kecil.
Untuk memperluas area distribusi, Berkhas diterbitkan melalui 2 (dua) macam media
yaitu media cetakan (hardcopy) serta media online berupa pdf file yang dapat diakses
melalui situs web Akatiga (www.akatiga.or.id).

Da ft a r I si

22 UKM raih entrepreneur award ----------------------------------------------------------------------

1


Pedagang dilarang ikut pameran UKM ---------------------------------------------------------------

2

UMKM Belum Lepas dari Persoalan ------------------------------------------------------------------

3

UIN Kerja Sama dengan UKM --------------------------------------------------------------------------

4

Batasan trading term vs kebebasan berkontrak ---------------------------------------------------

5

BRI bantah tak serius kucurkan KUR -----------------------------------------------------------------

7


Toko modern dilarang jual lebih murah --------------------------------------------------------------

8

Kredit bermasalah UMKM Sumut Rp370 miliar ----------------------------------------------------

9

Produk tradisional tetap digandrungi------------------------------------------------------------------ 10
Daerah diminta perbesar dana UKM------------------------------------------------------------------ 11
Tak ada (lagi) waralaba yang luput dari sanksi denda ------------------------------------------- 12
UKM Terancam Gulung Tikar --------------------------------------------------------------------------- 14
Pusat inovasi UKM didirikan ---------------------------------------------------------------------------- 16
Sukuk Ritel Dipastikan Dahului ORI006 ------------------------------------------------------------- 18
50% Ritel modern ekspansi ke luar Jabodetabek ------------------------------------------------- 19
Dana P3KUM capai Rp426,45 miliar ----------------------------------------------------------------- 21
UKM Pangkalpinang dapat modal --------------------------------------------------------------------- 22
Depdag cermati mitra lokal MLM----------------------------------------------------------------------- 23
'Toko modern pelanggar zonasi agar tak diperluas' ---------------------------------------------- 24

Semen Padang Bantu UKM ----------------------------------------------------------------------------- 25
Produk UKM Abaikan Pengemasan ------------------------------------------------------------------ 26
Galeri UKM akan diresmikan---------------------------------------------------------------------------- 27
'Perizinan hipermarket baru dekat pasar tradisional agar disetop' --------------------------- 28
400 UKM Jabar Dapat Sertifikasi Halal -------------------------------------------------------------- 29
Peritel tolak perbarui perizinan setiap lima tahun ------------------------------------------------- 30
Usaha kecil gelar pasar murah ------------------------------------------------------------------------- 31
UKM Sulit Mengakses Modal --------------------------------------------------------------------------- 32
Pemprov DIY Salurkan Kredit UMKM Tanpa Agunan-------------------------------------------- 33
Listing fee pemasok menengah akan dihapus ----------------------------------------------------- 34
Wajib agunan KUR dipertanyakan--------------------------------------------------------------------- 36
Yogya salurkan kredit tanpa agunan------------------------------------------------------------------ 37
Depdag buat aturan biaya pencatatan barang ritel ----------------------------------------------- 38

'Kami tidak cari konfrontasi dengan pemasok' ----------------------------------------------------- 40
BNI Akui Bunga Kredit UMKM Tinggi ----------------------------------------------------------------- 42
Pemprov Seriusi Garap UMKM------------------------------------------------------------------------- 43
Jawa Tengah dirikan UMKM Center ------------------------------------------------------------------ 45
Pemasok terapkan strategi high low ------------------------------------------------------------------ 46
'Pasar modern resahkan pedagang' ------------------------------------------------------------------ 48

Pusat Inovasi UMKM petakan pendamping--------------------------------------------------------- 49
Bina UMKM Berbasis Klaster --------------------------------------------------------------------------- 50
Peritel & pemasok sepakat batasi biaya trading term -------------------------------------------- 51
'UKM makin sulit akses kredit murah'----------------------------------------------------------------- 53
Extra Joss Bantu UKM Rp3 Miliar --------------------------------------------------------------------- 54
Bantuan penguatan industri kecil terganjal birokrasi --------------------------------------------- 55
Kalbar Perkuat tekhnologi Informasi Pelaku UKM ------------------------------------------------ 57
Banyak Kendala Hadang IKM -------------------------------------------------------------------------- 58
IKM diminta pacu adopsi teknologi multimedia ---------------------------------------------------- 60
LPDB mulai salurkan dana bergulir ------------------------------------------------------------------- 61
Jatim Penyerap KUR Terbesar ------------------------------------------------------------------------- 63
Toko modern diimbau naikkan stok 5 kali lipat ----------------------------------------------------- 64

Bisnis I ndonesia

Senin, 01 September 2008

2 2 UKM r a ih e nt r e pr e ne ur a w a r d
JAKARTA: Indonesia Small & Medium Business Entrepreneur Award (ISMBEA) memberi
penghargaan kepada 22 pelaku usaha kecil menengah yang dinilai berhasil menggerakkan

sektor riil dengan inovatif.
Penghargaan yang diberikan ISMBEA menitikberatkan pada kemampuan individu untuk
berinovasi, bukan kepada kriteria aset dan omzet seperti layaknya diberlakukan ketika
memberi penghargaan kepada UKM.
"Kami lebih mengedepankan inspirasi yang diusung pelaku dalam menggerakkan bisnis
mereka, terutama pada sektor UKM," ujar pendiri ISMBEA Isdiyanto kepada Bisnis di selasela acara workshop dan penganugerahan di Hotel Sahid Jaya, pekan lalu.
Ini merupakan penghargaan ketiga kali diselenggarakan ISMBEA terhadap kesuksesan yang
diraih pelaku UKM dalam menjalankan bisnis mereka. Penerima penghargaan yang
ditetapkan dari berbagai kategori belum pernah menerima penghargaan.
Menurut Isiyanto, satu perusahaan yang ditetapkan menjadi penerima penghargaan dari
ISMBEA adalah perusahaan baso kepala sapi. Seperti umumnya pedagang baso sapi, yang
muncul dalam asumsi masyarakat adalah makanan itu sama saja dengan bakso lainnya.
"Memang benar jenis dan bentuknya sama. Namun, kami memilih usaha itu karena mampu
mengangkat resep kaki lima menjadi konsep jaringan bisnis. Inovasi inilah yang dihargai
karena akhir dari inspirasi sangat mahal," tukas Isdiyanto.
Satu perusahaan UKM lainnya, yakni Macsauto dari Yogyakarta juga ditetapkan menjadi
penerima penghargaan. Usaha di bidang bengkel dan salon mobil tersebut kini telah
berkembang dengan membuka 10 gerai di beberapa kota besar Indonesia.
Pilihan lembaga itu menetapkan Macsauto menjadi salah satu penerima dari 22 UKM karena
bisnis itu biasanya identik dengan laki-laki. Tapi Macsauto justru dipimpin oleh seorang gadis

berusia produktif Kornelia Laurensia, 27.
Oleh Mulia Ginting Munthe
Bisnis Indonesia

Berkhas

1

Volume VI September 2008

Bisnis I ndonesia

Senin, 01 September 2008

Pe da ga ng dila r a ng ik ut pa m e r a n UKM
JAKARTA: Kementerian Negara Koperasi dan UKM tidak memberi peluang bagi pedagang
menjadi peserta pameran produk usaha kecil menengah (UKM) yang diselenggarakan secara
intensif di semua provinsi.
Ikhwan Asrin, Deputi Bidang Pemasaran dan Jaringan Usaha Kementerian Negara Koperasi
dan UKM mengatakan langkah tersebut diambil pemerintah untuk menjaga kualitas produk

para perajin nasional.
"Mengapa pameran itu harus menjaga kualitas? Tidak lain untuk menghilangkan tudingan.
Selama ini ada indikasi setiap pameran produk UKM sama saja seperti pasar tradisional,"
ujar Ikhwan Asrin, pekan lalu.
Perajin produk UKM, kata Ikhwan, sudah berhasil mengembangkan produknya dengan
mengusung kreativitas dan inovatif. Karena itu pameran sebagai ajang promosi produk
pelaku UKM, harus dijaga kualitasnya.
Pegembangan produk itu juga sudah mengandalkan bahan baku lokal dan desainnya
berbasis budaya lokal. Hasilnya, produk dengan bahan baku dan desain lokal tersebut telah
terbukti sangat diminati masyarakat global.
Untuk membuka lebih luas peluang promosi dan pemasaran, Kementerian Koperasi dan
UKM terus mendorong pemerintah kabupaten/kota bersama dinas koperasi setempat
menyelenggarakan pameran secara berkesinambungan.
"Beberapa gubernur sudah sepakat untuk menyelenggarakan pameran secara rutin setiap
tahun. Kami berharap kepala daerah lain bersedia mengikuti jejak tersebut sekaligus sebagai
bukti keberpihakan mereka terhadap UKM."
Daerah yang sudah menyelenggarakan pameran a.l. Sumbar Smesco (Sumatra Barat), NTB
Expo (Nusa Tenggara Barat), Co-operative Fair (Jawa Barat) serta pameran lain di
Palembang (Sumatera Selatan) serta Palu (Sulawesi Tengah).
11 Provinsi

Sampai saat ini sudah 11 provinsi yang menyelenggarakan pameran bertema Smesco
maupun Expo sebagai dukungan nyata atas produk UKM. Di 11 Provinsi tersebut UKM yang
mengikuti pameran pada umumnya berstatus binaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
"Setelah daerah-daerah menyelenggarakan pameran Smesco, puncaknya akan melibatkan
seluruh UKM tersebut pada Smesco Festival yang juga diselenggarakan rutin setiap tahun
oleh Kementerian Koperasi dan UKM," papar Ikhwan Asrin.
Pada ajang Smesco Festival tersebut pemerintah akan mempertemukan usaha kecil dan
menengah dengan pembeli asing ataupun lokal. Kementerian Koperasi dan UKM nengemban
misi agar produk kerajinan UKM semakin mendunia dengan mempertegas kebijakannya
bahwa pameran hanya bisa diikuti perajin atau produsen.
"Tidak ada peluang bagi pedagang tampil pada ajang pameran. Pada Smesco Festival di
Jakarta Convention Center Senayan belum lama ini, kami mengeluarkan satu peserta karena
terbukti berpredikat pedagang. Bukan produsen," tandas Ikhwan.
Oleh Mulia Ginting Munthe
Bisnis Indonesia

Berkhas

2


Volume VI September 2008

Kompas

Senin, 01 September 2008

Usaha kecil

UM KM Be lum Le pa s da r i Pe r soa la n
Senin, 1 September 2008 | 00:38 WIB
Surabaya, Kompas - Sampai sekarang usaha mikro, kecil, dan menengah belum terlepas dari
berbagai lilitan persoalan sehingga sulit berkembang.
Akibatnya, produk UMKM kerap kalah bersaing di pasar, terutama dengan China. Untuk itu,
perlu adanya UKM Center.
Upaya tersebut digagas para pengurus Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia yang
menggelar Rapat Pimpinan Nasional IV Kadin UMKM di Surabaya, Sabtu (30/8).
”Terus terang saja produk-produk UMKM sebagian besar kalah dari China karena kami
belum kompetitif,” ungkap Ketua Kadin UMKM Elias L Tobing.
Sampai saat ini, UKM Center baru ada di empat provinsi, yaitu DKI Jakarta, Jawa Barat,
Sumatera Utara, dan Sulawesi Selatan. Mengingat UKM Center akan menjadi media untuk

meningkatkan peran UMKM dalam menyerap tenaga kerja, pembentukan UKM Center terus
dilangsungkan.
”Kami targetkan sampai akhir tahun 2008 UKM Center sudah terdapat di 15 provinsi di
Indonesia,” ujar Elias.
Sebagai gambaran, rata-rata pelaku UMKM terkendala permodalan. Jumlah kredit yang bisa
diambil terbatas karena perbankan meminta jaminan sertifikat.
Menurut Elias, banyak UMKM kesulitan menekan ongkos produksi. Penyebabnya beragam,
termasuk soal bahan baku yang tidak selalu bisa didapat oleh pelaku UMKM di daerah.
Sampai sekarang, sedikitnya terdapat 48,9 juta UMKM di Indonesia, 44,6 juta di antaranya
merupakan usaha mikro.
UKM Center, ujar Elias, akan difokuskan melakukan pembinaan serta kemitraan bagi pelaku
UKM. Pembinaannya tidak terbatas pada unit-unit usaha tertentu. ”Masing-masing UKM
lokasinya berbeda, yang terpenting badan usaha akan mendapat pelatihan keterampilan,”
ujar Elias.
Berdasarkan data Kantor Bank Indonesia Surabaya, kredit UKM untuk wilayah Jawa Timur
selama Januari sampai Juni 2008 mencapai Rp 54,45 miliar.
Angka tersebut tumbuh 29,19 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Adapun
kredit bermasalah UKM selama semester pertama tahun ini sebesar 4,18 persen. (BEE)

Berkhas


3

Volume VI September 2008

Pikiran Rakyat

Senin, 01 September 2008

UI N Ke r j a Sa m a de nga n UKM
Senin, 01 September 2008 , 11:19:00
BANDUNG, (PRLM).- Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati (UIN SGD) Bandung
menggelar berbagai kegiatan sebagai realisasi dari Memorandum of Undrestanding (MoU)
kerja sama antara UIN SGD dengan Universiti Kebangsaan Malaysia (UKM). Salah satu
kegiatan itu adalah seminar bersama yang diadakan UIN SGD dan UKM.
”Delegasi UIN SGD Bandung yang dipimpin Pembantu Rektor IV UIN SGD, Dr. Moh. Najib,
M.A baru saja tiba dari Malaysia, setelah mengikuti seminar yang diadakan UKM,” kata
Rektor UIN SGD Prof. Dr. H. Nanat Fatah Natsir, M.S., dalam keterangannya bersama Dr.
Moh. Najib, MA, di kampus UIN SGD Bandung, Senin (1/9).
Nanat menjelaskan, delegasi UIN SGD itu terdiri atas Prof. Dr. Dadang Kahmad, MS, Prof.
Dr. Wardi Bachtiar, MS, Prof. Dr. Mudhor Efendi, MS, Prof. Dr. Afif Muhammad, MA, Dr. Ir.
Terri Sriwana, Dr. Fisher Zulkarnaen, MA, dan Dr. Moh. Najib, MA. Dalam seminar tersebut,
mereka menyampaikan sejumlah kertas kerja.
Adapun nara sumber dari UKM adalah Prof. Dr. Idris Zakaria, Prof. Madya Dr. Mohd. Nasran
Mohamad, Prof. Madya Dr. Ibrahim Abu Bakar, Prof. Dr. Jawiyah Dakir, Dr. Mazlan Ibrahim,
EN. Ahmad Yunus Moh. Noor, Ahmad Asmadi Sakat, Prof. Dr. Idris Abdullah, Dr, Wan Kamal
Mujani, Dr. Saifullah Mohd. Sawi, Dr. Abdul Manan, En. Kamaludin Saleh, dan Nor Afian
Yusof.
”Dalam forum seminar Internasional bertema `Serantau Islam dan Issu Global` itu, semula
saya diamanahkan sebagai keynote speaker, namun karena sakit sehingga berhalangan
hadir. Alhamdulillaah, makalah saya sempat disampaikan kepada peserta di sana,” tuturnya.
Menyinggung tentang late rbelakang digelarnya seminar, Nanat mengatakan, seminar
tersebut merupakan lanjutan dari seminar bersama yang telah dilakukan antara UIN SGD
Bandung dengan UKM di Bandung pada bulan Desember 2007. Selain makalah dari para
pembicara resmi, dalam seminar ini juga disertakan sejumlah 26 kertas kerja lainnya.
”Ini merupakan salah satu wujud kerja sama yang dirintis antara UIN SGD Bandung dengan
UKM yang meliputi bidang pendidikan, penelitian, manajemen perguruan tinggi,
pengembangan kurikulum, pertukaran dosen, profesor dan mahasiswa, kerja sama penulisan
jurnal, seminar dan kerja sama lain yang memberi manfaat bagi kedua belah pihak,” kata
Nanat.
Adanya kerja sama ini, tentu merupakan kekuatan bagi keberlangsungan perguruan tinggi.
Karena, dalam dunia yang global hubungan antara lembaga sangat diperlukan untuk
meningkatkan daya saing perguruan tinggi dan networking antar perguruan tinggi merupakan
wujud peningkatan kualitas UIN. (A-44/A-147)

Berkhas

4

Volume VI September 2008

Bisnis I ndonesia

Selasa, 02 September 2008

Ba t a sa n t r a ding t e r m v s k e be ba sa n be r k ont r a k
Rencana Departemen Perdagangan untuk menetapkan batasan maksimal biaya syarat
perdagangan menuai debat antara peritel modern dan pemasok. Rumitnya dua pihak
berseteru menggunakan dasar yang sama, yaitu azas kebebasan berkontrak yang dimuat
dalam KUH Perdata.
Empat kali rapat penyusun draf permendag tentang biaya syarat perdagangan, sebagai
pedoman dari batasan tujuh jenis biaya syarat perdagangan yang diatur Perpres No. 112/
2007 bagai diwarnai debat kusir yang tak berujung.
Terjadi perbedaan sudut pandang antara pemasok yang diwakili oleh delapan asosiasi
industri dan Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo). Aprindo membeberkan enam
pasal terkait yang menggiring kesimpulan, permendag yang mematok besaran nilai dan
persentase bersifat memaksa kepada peritel modern.
Ketentuan itu bertentangan dengan syarat sahnya persetujuan sebagaimana diatur Pasal
1320 KUH Perdata, yang menjelaskan sahnya persetujuan jika didukung kesepakatan
mengikatkan diri, kecakapan membuat perikatan, hal tertentu, dan sebab halal.
Sementara Pasal 1323 menegaskan tidak diperbolehkannya suatu persetujuan dibuat
dengan paksaan, yang menyebabkan dibatalkannya persetujuan tersebut.
Untuk memperkuat adanya azas kebebasan berkontrak, Aprindo juga mengutip Pasal 1338
KUH Perdata yang menyatakan semua yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang
undang bagi mereka yang membuatnya.
Persetujuan tidak dapat ditarik kembali selain dengan kesepakatan kedua belah pihak, atau
karena alasan yang oleh UU dinyatakan cukup. Persetujuan harus dilaksanakan dengan
iktikad baik.
Aprindo juga memboyong Pasal 1457 dan 1458 KUH Perdata, yang menyatakan jual beli
adalah persetujuan suatu pihak mengikat diri untuk wajib menyerahkan barang dan pihak lain
wajib membayar harga, yang dimufakati kedua pihak.
Selanjutnya dalam Pasal 1475 KUH Perdata menyatakan penyerahan barang oleh penjual ke
arah kekuasan dan pemegangan pihak pembeli. Dengan begitu disimpulkan pembatasan
syarat perdagangan juga menyimpang dari prinsip jual beli yang menganut asas timbal balik.
Versi industri
Lain Aprindo, beda pula pendapat delapan asosiasi pemasok dan industri yang diboyong oleh
Gapmmi, AP3MI, APGAI, Nampa, Aprogakob, Indonesia EEIA, Perkosmi, dan Asrim.
Delapan asosiasi itu mengungkapkan asas kebebasan berkontrak di Indonesia yang
tercermin pada ketentuan Pasal 1.338 KUH Perdata, tidak memberi kebebasan tanpa batas,
tetapi ada rambu yang tidak boleh dilanggar.
Untuk memperkuat pendapatnya, delapan asosiasi menyoroti kalimat 'yang dibuat secara
sah' dalam Pasal 1.338 Ayat (1) KUH Perdata yang menyatakan semua
persetujuan/perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang undang bagi mereka
yang membuatnya.
Kalimat 'yang dibuat secara sah' diartikan pemasok bahwa apa yang disepakati, berlaku
sebagai undang-undang jika tidak bertentangan dengan undang-undang, ketertiban umum,
dan kesusilaan. Apabila bertentangan, kontrak batal demi hukum.

Berkhas

5

Volume VI September 2008

Bisnis I ndonesia

Selasa, 02 September 2008

Kebebasan berkontrak menurut versi pemasok mengandung makna adanya kebebasan
menutup atau tidak menutup kontrak, menentukan dengan siapa menutup kontrak,
menentukan bentuk, isi, dan cara pembuatan kontrak.
Wewenang hakim
Asosiasi pemasok juga mengutip Asikin Kusuma Atmadja yang tertulis dalam Varia Peradilan
hal 17 terbitan Februari 1987, yang menyatakan hakim berwenang untuk meneliti isi suatu
kontrak apabila diperlukan, jika bertentangan dengan nilai-nilai dalam masyarakat.
Penyalahgunaan kesempatan atau penyalahgunaan keadaan (misbruik van omstandigheden)
dapat menciptakan kategori cacat dalam menentukan kehendak untuk memberi persetujuan.
Hal ini dapat dijadikan alasan hakim untuk membatalkan suatu perjanjian.
Salah satu keadaan yang dapat disalahgunakan adanya kekuasaan ekonomi (economish
overwicht) pada salah satu pihak, yang mengganggu keseimbangan antarkedua belah pihak.
Artinya kubu pemasok melihat adanya wewenang hakim menggunakan interpretasi sebagai
sarana hukum melumpuhkan perjanjian yang tidak seimbang.
Di antaranya indikasi penyalahgunaan kekuasaan ekonomi, sehingga terdapat syarat yang
diperjanjikan yang sebenarnya tidak masuk akal, memberatkan atau tidak patut
Sikap Depdag akan berlabuh ke pihak yang mana, tentu masih menjadi rahasia besar bagi
pemasok dan peritel. Atau Depdag punya pandangan sendiri tentang arti asas kebebasan
berkontrak dalam KUH Perdata yang berjudul asli Burgerlijk Wetboek itu?
(linda.silitonga@bisnis.co.id)
Oleh Linda T. Silitonga
Wartawan Bisnis Indonesia

Berkhas

6

Volume VI September 2008

Bisnis I ndonesia

Selasa, 02 September 2008

BRI ba nt a h t a k se r ius k ucur k a n KUR
JAKARTA: Bank BRI menampik tudingan tidak serius menjalankan program kredit usaha
rakyat (KUR) karena mewajibkan pelaku usaha mikro, kecil menengah (UMKM)
menyerahkan jaminan saat hendak mengakses paket kredit itu.
Direktur UMKM Bank BRI Sulaiman Arief Arianto mengatakan jaminan yang mereka minta
hanya sebagai metoda untuk mengetahui calon debitor itu serius mengakses dana atau
hanya memanfaatkan KUR menjadi modus penyelewengan.
"Kalau seorang calon debitor dari UMKM serius, apa pun yang diminta perbankan pasti
diberikan. Mengapa, karena niatnya memang menjadikan dana itu menjadi modal usaha,"
kata Sulaiman pekan lalu.
Karena itu, Bank BRI yang sudah berusia 102 tahun, belum pernah mengeksekusi jaminan
debitor, apalagi dari UMKM. Kalaupun sita jaminan dilakukan terhadap UMKM, maka
komoditas misalnya berupa cabai akan busuk dalam beberapa hari.
Menurut Sulaiman, pihaknya sangat serius menyalurkan KUR karena merupakan jawaban
terbaik untuk memenuhi keperluan UMKM. Karena itu, besaran bunga pinjaman yang
ditetapkan 24% per tahun bisa mereka atasi.
Ketika program KUR diluncurkan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, memang dinyatakan
tanpa agunan dan jaminan. Besaran bunganya ditetapkan antara 16% untuk pinjaman Rp5
juta hingga Rp500 juta serta 24% untuk angka Rp5 juta ke bawah.
Bagi sebagian perbankan, melayani kredit usaha mikro dan kecil menjadi beban karena
operasional cost-nya menjadi sangat tinggi, sedangkan BRI bersedia melayani sektor itu
dengan bunga 24% hanya untuk menutup overhead cost pelayanan.
Saat ini, Bank BRI sudah memiliki 5.095 jejaring kantor di seluruh wilayah Indonesia. Dengan
jumlah kantor sebesar itu, BRI terpaksa merekrut 3.600 karyawan baru yang khusus
melayani kredit usaha rakyat.
Dengan jumlah nasabah sebanyak 10 juta lebih, naik dari 5,6 juta sebelum melayani debitor
KUR, beban pelayanan tidak bisa diberikan kepada karyawan lama. Dengan program KUR
Bank BRI merencanakan pendirian 100 kantor cabang setiap tahun.
"Sesuai dengan UU Perbankan No.10, bank memang wajib meminta agunan. Jika tidak,
perbankan tidak diperkenankan menyalurkan kredit. Sebenarnya, pengertian agunan itu
untuk proyek yang dibiayai. Dalam KUR, kami hanya ingin mengetahui keseriusan calon
debitor."
Kalau debitor yakin bisa mengembalikan pinjaman dari perputaran usahanya, jaminan yang
kami minta bukan halangan.
Oleh Mulia Ginting Munthe
Bisnis Indonesia

Berkhas

7

Volume VI September 2008

Bisnis I ndonesia

Selasa, 02 September 2008

Tok o m ode r n dila r a ng j ua l le bih m ur a h
JAKARTA:Departemen Perdagangan segera menerbitkan permendag yang melarang toko
modern menjual barang lebih murah dibandingkan dengan harga di pasar tradisional terdekat
untuk empat komoditas.
Dalam draf permendag yang menjadi petunjuk pelaksanaan Perpres No. 112/2007 yang
diterima Bisnis, disebutkan toko modern dilarang menjual harga lebih murah dari pasar
tradisional, untuk produk telur ayam curah, gula pasir, minyak goreng curah, dan ayam
utuh/ayam kilo.
"Itu baru sebatas usulan permendag, tapi memang merupakan filosofi Depdag untuk
mengembangkan dan memberdayakan pedagang pasar tradisional, tapi juga tidak
mengabaikan kemajuan peritel modern," kata Direktur Bina Pasar dan Distribusi Ditjen
Perdagangan Dalam Negeri Gunaryo kepada Bisnis, kemarin.
Selengkapnya, draf permendag menjelaskan toko modern tidak diperkenankan melakukan
promosi penjualan dengan harga murah dibandingkan dengan harga di pasar tradisional
terdekat, untuk empat bahan pokok tersebut yang diproduksi petani dan UKM dalam negeri,
yang selanjutnya akan ditetapkan oleh pemerintah.
Sebelumnya pada 31 Juli 2008, Ditjen Perdagangan Dalam Negeri, Depdag juga
mengeluarkan instruksi kepada pimpinan perusahaan ritel modern yang melarang menjual
produk di bawah harga beli.
Instruksi tersebut melarang peritel modern menjual produk di bawah harga beli, kecuali
produk spesifik yang mempunyai karakteristik tertentu seperti produk sisa sortiran pembeli,
produk yang tidak tahan lama, atau produk yang out of date (ketinggalan mode).
Gunaryo mengatakan kebijakan dan instruksi Depdag tersebut juga terkait upaya untuk
mengayomi petani dan usaha kecil dan menengah, agar mereka jangan sampai merugi
akibat ulah promosi yang dilakukan toko modern untuk menggaet pembeli.
"UKM dan petani harus dilindungi, jangan sampai harga produksi mereka di bawah harga
jual, akibat promosi toko modern. Kasihan mereka [petani dan UKM]," kata Gunaryo.
Persaingan tak sehat
Dalam kesempatan terpisah Ngadiran, Sekjen Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia
(APPSI) menyambut rencana kebijakan Depdag, mengingat selama ini pedagang pasar
tradisional merasakan persaingan tidak seimbang akibat beda harga jual dengan toko
modern.
"Kami harap semua produk sembako termasuk susu diterapkan dalam aturan itu," jelas
Ngadiran.
Dia menjelaskan sering terjadi perbedaan harga telur ayam curah lebih dari Rp1.000 per kg,
daging malah selisihnya acapkali lebih dari Rp5.000 per kg antara toko modern dan pasar
tradisional.
Untuk gula pasir yang ketika harganya di pasar tradisional Rp6.200-Rp6.500 per kg, di toko
modern dilakukan promosi sehingga konsumen bisa membelinya dengan hanya Rp4.000 per
kg. (linda.silitonga@bisnis. co.id)
Oleh Linda T. Silitonga
Bisnis Indonesia

Berkhas

8

Volume VI September 2008

Bisnis I ndonesia

Rabu, 03 September 2008

Kr e dit be r m a sa la h UM KM Sum ut Rp3 7 0 m ilia r
MEDAN: Kredit bermasalah usaha mikro kecil menengah (UMKM) sektor perdagangan, hotel
dan restoran di Sumatra Utara mencapai Rp370,03 miliar dari total penyaluran pinjaman
Rp9,43 triliun.
Kepala Bidang Ekonomi dan Moneter Kantor Bank Indonesia Medan Maurids H. Damanik
mengungkapkan tingginya nonperforming loan UMKM sektor perdagangan, hotel dan
restoran mengindikasikan belum optimalnya pembinaan perbankan terhadap pelaku usaha di
sektor itu.
"Faktanya masih begitu banyak UMKM yang harus dibimbing agar memiliki manajemen
bagus. Untuk hal ini, kami sudah mendidik konsultan keuangan mitra bank (KKMB) yang
dapat dimanfaatkan para UMKM," katanya, pekan lalu.
Dia meminta perbankan di Sumut agar aktif membina pelaku usaha kecil yang menjadi
debitor sehingga kredit yang diterimanya dapat dikembalikan sesuai kesepakatan.
Secara umum, pertumbuhan kredit UMKM di Sumut selama triwulan II/2008, meningkat
13,52% dibandingkan dengan triwulan sebelumnya dengan nilai kredit tersalur Rp27,70
triliun.
Dari total kredit itu, sebesar 34,06% diserap sektor perdagangan, hotel dan restoran dengan
subsektor penyerap terbesar dari pedagang eceran, disusul sektor industri pengolahan
9,70%, dan jasa 7,86%.
Penasihat Forum Daerah UKM Sumut Sofyan Tan meminta Bank Indonesia dapat lebih
transparan melaporkan kondisi kredit macet.
Selama ini, perbankan begitu mudah menyalurkan pinjaman melalui kartu kredit untuk
konsumsi tetapi dimasukkan dalam kredit UMKM.
Bank Indonesia harus jujur mengumumkan data tentang kredit macet itu terutama yang
menimpa UMKM. "KKMB belum maksimal memberikan bantuan dan konsultasi kepada
UMKM. Buktinya NPL UMKM masih tinggi,'' ujar Tan.
Mantan Ketua Umum Forum Nasional UKM ini menilai angka kredit bermasalah UMKM yang
tinggi tidak semata disebabkan kurang profesionalnya manajemen UMKM, tetapi lebih karena
faktor eksternal, seperti kenaikan harga BBM dan sembako. (k5)
Bisnis Indonesia

Berkhas

9

Volume VI September 2008

Bisnis I ndonesia

Rabu, 03 September 2008

W I RAUSAH A

Pr oduk t r a disiona l t e t a p diga ndr ungi
JAKARTA: Nielsen Indonesia memperkirakan produk mode yang merupakan paduan
tradisional dan modern akan tetap digandrungi pada 2009, setelah marak busana batik di
pasar.
Menurut Yongky Surya Susilo, Direktur Riteler dan Pengembangan Bisnis Nielsen Indonesia,
nilai tradisional akan dijunjung pada tahun depan, asalkan produk yang disajikan
digabungkan dengan sentuhan modern.
"Setelah batik, saya prediksi pada 2009 akan muncul produk lainnya. Hanya saja nilai
tradisional itu harus dibungkus secara modern," kata Yongky seperti dikutip dari rilisnya yang
diterima Bisnis, baru-baru ini.
Yongky juga memprediksi masyarakat semakin peduli dengan penampilan diri, karena itu di
masa mendatang produk kecantikan dan alat yang bisa meningkatkan pesona seseorang
akan meningkat penjualannya. (Bisnis/ltc)

Berkhas

10

Volume VI September 2008

Bisnis I ndonesia

Kamis, 04 September 2008

D a e r a h dim int a pe r be sa r da na UKM
JAKARTA: Menteri Negara Koperasi dan UKM Suryadharma Ali meminta para kepala dinas
koperasi mendorong gubernur dan kepala daerah meningkatkan alokasi dana pemberdayaan
koperasi dan usaha kecil menengah pada APBD-nya.
Besaran APBD seluruh daerah untuk pemberdayaan UMKM saat ini masih 0,51%.
Suryadharma menilai sudah saatnya daerah memperkuat pemberdayaan ekonomi
masyarakatnya. Jika para gubernur dan kepala daerah melakukan hal itu, para pengusaha
kecil bisa lebih produktif sebagai pendorong perekonomian nasional.
"Keberpihakan pimpinan daerah terhadap usaha mikro, kecil, dan menengah bisa dilihat dari
seberapa besar APBD-nya untuk pelaku usaha sektor riil," kata Suryadharma Ali beberapa
hari lalu.
Melalui pola tersebut dia optimistis target untuk pengentasan rakyat dari kemiskinan dengan
penciptaan lapangan kerja bisa terlaksana di setiap daerah yang pada akhirnya berdampak
secara nasional.
Metodologi yang bisa dilakukan pimpinan daerah adalah mengadopsi program kredit usaha
rakyat (KUR), yakni dengan pola penjaminan pemerintah dengan perbankan. Dalam KUR
pemerintah menjamin 70% dan bank 30%.
Kewajiban debitor memberi agunan atau jaminan diserahkan kepada kebijakan pemerintah
daerah bersama dengan bank pelaksana. Persoalan agunan sampai saat ini memang masih
kontroversi meski program itu terus berjalan.
KUR saat ini disalurkan dengan bunga 16% mulai dari besaran Rp5 juta hingga Rp500 juta.
Untuk kredit mikro dan kecil di bawah Rp5 juta, debitor dibebani dengan bunga 24% per
tahun.
"Jika satu kepala daerah bersedia menyediakan dana Rp10 miliar untuk dijaminkan dengan
gearing ratio 10 kali, maka dari 462 kabupaten akan terkumpul dana Rp4,6 triliun."
Oleh Mulia Ginting Munthe
Bisnis Indonesia

Berkhas

11

Volume VI September 2008

Bisnis I ndonesia

Kamis, 04 September 2008

Ta k a da ( la gi) w a r a la ba ya ng luput da r i sa nk si
de nda
Pemerintah melakukan lompatan besar dengan menerbitkan Permendag No. 31/ 2008
tentang Penyelenggaraan Waralaba. Ini karena pewaralaba ataupun terwaralaba tidak luput
dari intaian sanksi denda.
Perusahaan waralaba lokal belakangan ini booming.
Perhimpunan Waralaba dan Lisensi Indonesia (Wali) memperkirakan ada 700 waralaba lokal,
adapun Asosiasi Franchise Indonesia (AFI) menaksir sama banyak, yaitu lebih dari 500
merek waralaba.
Setelah menelusurinya, baik Wali maupun AFI sama-sama sepakat bahwa yang betul-betul
memenuhi kriteria sebagai usaha waralaba tidak lebih dari 30 perusahaan.
Apa yang menyebabkan pertumbuhan waralaba belakangan meledak? Ini tampaknya tidak
terlepas dari produk aturan tentang waralaba yang terbit sebelumnya, yakni PP No. 16/ 1997
tentang Waralaba, dan Permendag No. 12/2006 tentang Ketentuan dan Tata Cara
Penerbitan Surat Tanda Pendaftaran Usaha Waralaba.
Menilik isinya, keduanya tidak mengotak-atik bisnis pemberi waralaba (pewaralaba), tetapi
bisa dikatakan khusus membidik terwaralaba. Bagaimana dan kenapa hal itu bisa terjadi,
memang pemerintah yang tahu jawabannya.
Bisa jadi, pemihakan PP No. 16/1997 dan Permendag No. 12/2006 yang sangat jelas untuk
pewaralaba itu, karena pemerintah tidak mau keinginan masuknya waralaba merek asing
terusik dengan aturan pembatasan dan sanksi.
Maklum saja banyak raja bisnis dunia yang sukses karena memboyong usaha dengan sistem
waralaba. Anda tentu tahu McDonald's, Kentucky Fried Chicken, Starbucks, Wendy's, Pizza
Hut, A&W, Marks & Spencer, Century 21, Kinokunia, dan sederet merek bergengsi lainnya.
Semua pebisnis
PP No. 16/1997 memang memberi kewajiban bagi pewaralaba untuk menyampaikan
keterangan mengenai kegiatan usaha, hak atas kekayaan intelektual, bantuan, hak dan
kewajiban, pengakhiran perjanjian waralaba.
Namun dalam perincian terkait ancaman sanksi, cuma dikenakan kepada terwaralaba,
dengan menyebutkan penerima waralaba paling lambat 30 hari terhitung sejak berlakunya
perjanjian waralaba harus didaftarkan ke Deperindag
Selanjutnya jika terwaralaba tidak memenuhi kewajiban itu, diancam untuk diberi peringatan
melalui surat sebanyak tiga kali, dan jika tetap membandel diancam dicabut surat izin usaha
perdagangannya (SIUP).
Permendag No. 12/2006 semakin mempertegas sanksi hanya dikenakan kepada
terwaralaba. Disebutkan, terwaralaba utama wajib mendaftarkan perjanjian waralaba kepada
Depdag jika dari luar negeri, dan kepala dinas di bidang perdagangan setempat jika dari
dalam negeri.
Bila terwaralaba membandel akan dikenai peringatan tertulis atau pemberhentian sementara
atau pencabutan surat tanda pendaftaran usaha waralaba (STPUW) dan SIUP.

Berkhas

12

Volume VI September 2008

Bisnis I ndonesia

Kamis, 04 September 2008

Perubahan terjadi setelah pemerintah mengeluarkan PP No. 42/2007 tentang Waralaba yang
menggantikan PP No. 16/1997.
Dalam aturan ini pewaralaba wajib mendaftarkan prospektus penawaran waralaba, dan
terwaralaba wajib mendaftarkan perjanjian waralaba. Jika membandel, baik pewaralaba
ataupun terwaralaba akan dikenakan sanksi maksimal Rp 100 juta.
Setelah Permendag No. 31/2008 diterbitkan pada 21 Agustus 2008, semakin jelas terperinci
tidak ada satu pihak pun yang berkecimpung di bisnis waralaba yang bisa luput dari sanksi
denda.
Denda akan mengintai pewaralaba dari luar negeri, terwaralaba dari waralaba luar negeri,
dan pewaralaba lanjutan berasal dari luar negeri.
Denda juga berlaku untuk pewaralaba dari dalam negeri, pewaralaba lanjutan dari dalam
negeri, terwaralaba dari waralaba dalam negeri, terwaralaba lanjutan dari waralaba luar
negeri, dan terwaralaba lanjutan dari waralaba dalam negeri.
Permendag No. 31/2008 juga melarang orang atau badan usaha untuk menggunakan istilah
atau nama waralaba untuk nama dan kegiatan usaha, apabila tidak memenuhi kriteria.
Atas sikap tegas pemerintah, Wali dan AFI memprediksi kualitas pewaralaba di Indonesia
bakal melesat.
Terkait dengan waralaba lokal, apakah ledakan jumlahnya akan terus berlanjut pascaaturan
terbaru? Waktu yang bisa menjawabnya. (linda.silitonga@ bisnis.co.id)
Oleh Linda T. Silitonga
Wartawan Bisnis Indonesia

Berkhas

13

Volume VI September 2008

Suara Pembaruan

Jumat, 05 September 2008

BI Ra t e N a ik

UKM Te r a nca m Gulung Tik a r
[JAKARTA] Keputusan Bank Indonesia menaikkan suku bunga acuannya (BI rate) sebesar
25 bps, dari 9 persen menjadi 9,25 persen dinilai akan semakin menyulitkan pelaku usaha
kecil dan menengah (UKM).
Sebab, tingginya suku bunga, bukan hanya akan menaikkan biaya produksi, tapi juga
mengetatkan arus kredit pinjaman kepada pelaku usaha. Kondisi ini, dikhawatirkan akan
mengancam keberlangsungan UKM.
"Di satu sisi, BI ketakutan terjadi pelarian modal. Namun, di sisi lain, menaikkan suku bunga
acuan ini akan memberatkan pelaku usaha. Bisa-bisa pengusaha, khususnya UKM, gulung
tikar," kata Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Sofjan Wanandi kepada SP
di Jakarta, Kamis (4/9).
Kenaikan BI rate ini, sambungnya, hanya akan memperburuk iklim usaha, terutama sektor riil
dan perbankan. Sebab, saat ini, baik sektor riil maupun perbankan sedang dihadapkan pada
kenaikan biaya operasional, dan kenaikan biaya untuk meningkatkan likuiditas. Dampak lain,
kenaikan suku bunga ini memacu terjadinya kredit macet pada sektor perbankan.
Menurut Sofjan, seharusnya upaya BI untuk meredam laju inflasi yang saat ini mencapai
11,85 persen (year on year Agustus 2008), tidak melulu dengan "gencatan senjata"
menaikkan BI rate.
Hal senada disampaikan Direktur Institute for Development of Economics and Finance (Indef)
Ikhsan Modjo. Dia menilai, keputusan BI menaikkan suku bunga acuannya masih tergolong
konservatif. "Bahkan, saya skeptis, kenaikan BI rate ini akan efektif menekan laju inflasi,"
tuturnya.
Justru, dia lanjutkan, dengan kondisi ini, UKM akan semakin terjepit karena perbankan akan
mengetatkan kebijakan keuangannya, sehingga arus permodalan akan mengalami
hambatan.
Pengamat perbankan, Aviliani menilai keputusan BI tersebut, bakal menggerus laba bank
yang tengah bersaing ekspansi kredit.
"Bank akan kesulitan, karena kenaikkan BI Rate bakal mengurangi keuntungan mereka," ujar
pengamat perbankan Aviliani, ketika dihubungi SP, di Jakarta, Kamis (4/9).
Bank Indonesia, tutur dia, menaikan suku bunganya hingga 25 basis poin (bps) untuk
meredam kenaikan inflasi. Keputusan BI itu juga meredam ekspansi kredit bank-bank yang
melonjak cukup tajam tahun ini.
Laba Dikorbankan
Kenaikan tersebut, sangat disayangkan oleh Aviliani. Sebab, ditengah kompetisi ekspansi
kredit, bank akan mempertahankan suku bunga kredit. Dengan banyaknya dana keluar, bank
akan menaikkan suku bunga simpanan, seperti tabungan dan deposito, demi menarik dana
nasabah. Dampaknya, laba bank akan dikorbankan demi bertahan dalam persaingan
perbankan.

Berkhas

14

Volume VI September 2008

Suara Pembaruan

Jumat, 05 September 2008

Seharusnya BI tidak menaikkan suku bunganya karena penyaluran kredit belum overheating.
Kredit disalurkan kepada korporasi yang bergerak di bidang infrastruktur dan perkebunan,
yang sedang bagus prospeknya. Berdasarkan perhitungan bank, selama kredit yang
tersalurkan berkesinambungan, dalam artian kredit lancar, BI tidak perlu merasa khawatir
dengan ekspansi kredit saat ini.
Pada semester II, bank akan bertahan sebisa mungkin dengan suku bunga 9,25 persen.
Tetapi, dia memprediksi, dengan tingkat inflasi yang tinggi jelang lebaran (Oktober) dan
Desember, apalagi pada 2009 pelaksanaan pemilu, terdapat kemungkinan BI menaikan suku
bunga kembali.
Senada hal itu. pengamat perbankan Ryan Kiryanto, kepada SP, mengatakan, kenaikan BI
Rate sebagai usaha BI untuk mengerem inflasi secara keseluruhan dan itu sudah dilakukan
sejak Mei 2008, pertama kali BI Rate naik dari 8 persen ke 8,25 persen, hingga kini 9,25
persen.
Tujuannya, ujar Ryan, BI ingin mengarahkan inflasi ke level 12 persen pada akhir 2008 dan
sesuai dengan asumsi tingkat inflasi RAPBN 2009, yakni 6,5 persen.
Jadi, BI tidak hanya melihat perubahan tingkat inflasi tahunan, Juli 2007-Juli 2008, inflasi
pada Agustus 2008, maupun inflasti tahun kalender, yakni Januari-Agustus 2008. Justru BI
melihat ke depan.
Dari sudut pandang berbeda, jika inflasi Agustus hanya 0,51 persen saja bisa mendorong
kenaikan BI Rate 25 bps, maka bila inflasi September melampaui 1 persen dan pasti
terlampaui karena ekses lonjakan harga Elpiji , terdapat kemungkinan suku bunga bakal
dinaikkan lagi pada RDG Oktober. Tidak hanya itu, kenaikan BI Rate bisa terjadi lagi pada
Desember 2008, di mana inflasi meningkat.
Berdasarkan pernyataan resmi yang dilansir, keputusan BI menaikkan suku bunga dalam
rangka menjaga stabilitas perekonomian dan sistem keuangan Indonesia, khususnya
mendukung pencapaian sasaran inflasi dalam jangka menengah.
Adapun target inflasi yang dicanangkan BI pada 2009 berkisar pada 6,5 persen hingga 7,5
persen. Inflasi pada Agustus 2008 0,51 persen, jauh menurun dari Juli yang mencapai 1,3
persen. Inflasi Januari-Agustus mencapai 9,54 persen, lebih tinggi dari periode yang sama
tahun 2007. BI memperkirakan, inflasi IHK 2008 berada pada 11,5 persen hingga 12,5
persen (yoy). [CNV/RRS/M-6]

Berkhas

15

Volume VI September 2008

Bisnis I ndonesia

Senin, 08 September 2008

Pusa t inov a si UKM didir ik a n
JAKARTA: Menteri Koordinator Bidang Perekonomian mendirikan Pusat Inovasi Usaha
Mikro, Kecil dan Menengah (PI UMKM) untuk mendukung peningkatan produktivitas dan
daya saing tinggi melalui teknologi.
Wakil Ketua I Tim Pelaksana PI UMKM Choirul Djamhari mengatakan pendirian lembaga
tersebut dianggap sangat vital karena selama ini UMKM Indonesia masih berkembang secara
tradisional.
Choirul Djamhari yang juga menjabat Deputi Bidang Pengembangan dan Restrukturisasi
Usaha Kementerian Koperasi dan UKM menambahkan sejumlah 20 instansi pemerintah dan
badan dilibatkan dalam pendirian PI UMKM.
"Tugas inti lembaga ini meningkatkan nilai tambah dari komoditas UMKM," kata Choirul
Djamhari didampingi Ketua Tim Pelaksana PI UMKM Utama H. Padmadinata, yang juga
Deputi Bidang Pengkajian Kebijakan Teknologi Pengkajian dan Penerapan Teknologi.
Agenda pendirian PI UMKM, kata Choirul, tidak bisa ditunda lagi karena produk UMKM
Indonesia tertinggal dibandingkan dengan negara-negara Asia Tenggara. SK Menko
Perekonomian atas pendirian PI UMKM dengan Nomor: KEP-47/M.EKON/ 07/2008.
Pendirian PI UMKM dirancang tahun lalu karena kebutuhan secara makro atas permintaan
dan pasokan. Karena itu, target ke depan melalui PI UMKM, produk yang dihasilkan dengan
mengandalkan daya saing produk ekspor, masuk ke pasar global.
"Pendirian ini juga tidak bisa ditunda lagi karena Kementerian Negara Koperasi dan UKM
tidak bisa sendirian melakukan pembinaan terhadap kebutuhan sektor riil. Dengan
mengusung riset, pengembangan UMKM akan dilakukan secara maskimal."
Padmadinata menambahkan pendirian PI UMKM didukung dengan anggaran sebesar Rp22
miliar. Jumlah itu, katanya, bisa dianggap kecil tapi bisa juga besar karena bergantung pada
pemanfaatannya.
"Lembaga penelitian dan pengembangan (Litbang) dengan pihak industri selama ini belum
'nyambung'. Berdirinya PI UMKM akan menjadi wadah dan menjadi koordinasi semua
instansi yang terlibat dalam pembinaan UMKM," kata Padmadinata.
Saat ini memang banyak berdiri UKM Center di beberapa daerah dengan tujuan sama.
Namun, PI UMKM jelas lebih terstruktur secara nasional. Adapun UKM Center di daerah
tetap mendukung sebagai penggerak potensi.
Satu klaster
Salah satu konsep yang diusung PI UMKM adalah bagaimana mengelola dan menciptakan
satu produk dalam satu klaster. Selanjutnya sistem itu akan dikembangkan lagi ke daerahdaerah secara bertahap.
Dari berbagai produk UMKM yang akan dibantu secara terpadu melalui sentuhan teknologi,
a.l. pembuatan lipstik menjadi lebih murah, pemurnian air laut menjadi minuman sampai
pembuatan papan wangi anti nyamuk.

Berkhas

16

Volume VI September 2008

Bisnis I ndonesia

Senin, 08 September 2008

PI UMKM, kata Padmadinata, setidaknya bisa menghilangkan kendala bottle neck yang
selama ini dihadapi para UMKM Indonesia, terutama di bidang teknologi guna
mengembangkan produk maupun pemasarannya.
Oleh Mulia Ginting Munthe
Bisnis Indonesia

Berkhas

17

Volume VI September 2008

Kompas

Senin, 08 September 2008

INVESTASI

Suk uk Rit e l D ipa st ik a n D a hului ORI 0 0 6
Senin, 8 September 2008 | 03:00 WIB
Jakarta, Kompas - Penerbitan obligasi pemerintah berbasis syariah, atau sukuk ritel perdana,
dipastikan mendahului obligasi negara konvensional atau ORI006. Penerbitan sukuk ritel
perdana dijadwalkan akhir semester I-2009.
”Sukuk ritel kami terbitkan di semester I-2009, sedangkan ORI006 di semester II-2009. Bulan
penerbitannya akan kami tentukan kemudian,” ujar Direktur Jenderal Pengelolaan Utang
Departemen Keuangan (Depkeu) Rahmat Waluyanto, Sabtu (6/9) di Jakarta.
Sukuk ritel kemungkinan diterbitkan persis seperti ORI, yakni, antara lain, dilepas dengan
harga per unit relatif rendah, yaitu Rp 1 juta dengan minimal pembelian lima unit atau Rp 5
juta per investor.
Menurut Rahmat, sebagai instrumen investasi baru, sukuk ritel membutuhkan waktu yang
cukup untuk disosialisasikan kepada calon investor yang terdiri atas individu atau pemilik
dana terbatas. Atas pertimbangan itu, sukuk ritel diterbitkan di semester I-2009 karena di
semester I biasanya aktivitas di luar penerbitan obligasi relatif sedikit dibandingkan semester
II.
”Dengan demikian, di tahun depan, untuk sementara hanya ada dua penerbitan obligasi ritel,
yakni sukuk dan ORI,” tuturnya.
Menurut Direktur Bank Muamalat Indonesia U Saefudin Noer, agar penerbitan sukuk ritel
sukses, pemerintah harus melakukan empat hal. Empat itu adalah sosialisasi, edukasi yang
insentif kepada masyarakat, memastikan akad sukuk ritel negara itu sesuai syariah atau
prinsip Islam, dan memastikan aset yang menjadi basis penerbitan sukuk sudah tersedia.
Selain itu, pemerintah harus mulai mengeksplorasi akad syariah lain yang lebih
menguntungkan dan aman. ”Ada banyak akad yang berpotensi menambah kekayaan
negara,” kata Saefudin.
Menurut Rahmat, di masa mendatang, tidak menutup kemungkinan pemerintah menerbitkan
instrumen lain khusus untuk investor individu atau ritel. Salah satu yang dipertimbangkan
adalah saving bond, sejenis obligasi ritel yang tidak diperdagangkan.
Hal lain yang juga sedang dipertimbangkan adalah mengurangi peran agen penjual dalam
memasarkan dan mendistribusikan obligasi ritel.
Sebagai penggantinya, pemerintah menggunakan seluruh jaringan kantor wilayah di
lingkungan Departemen Keuangan untuk menyosialisasikan, memasarkan, dan
mendistribusikan obligasi ritel ke calon investor dengan mengembangkan sistem pembelian
obligasi ritel melalui anjungan tunai mandiri (ATM).
Dengan demikian, calon investor bisa membeli ORI atau sukuk ritel selama 24 jam. ”Tetapi,
2009 masih akan menggunakan agen penjual,” ujar Rahmat. (OIN)

Berkhas

18

Volume VI September 2008

Bisnis I ndonesia

Selasa, 09 September 2008

5 0 % Rit e l m ode r n e k spa nsi k e lua r Ja bode t a be k
JAKARTA: Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) mengungkapkan separuh toko
modern saat ini sudah melakukan ekspansi ke luar Jabodetabek, sehingga mendesak
adanya aturan zonasi yang efektif hingga perdesaan.
Ketut Suardhana Linggih, Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia Bidang Perdagangan dan
Distribusi, mengatakan penyebaran toko modern ke luar Jabodetabek akan berpotensi
mematikan pedagang kecil di wilayah lain, jika tidak ditegakkan aturan zonasinya.
"Zonasi harus jelas, jika tidak akan mematikan pedagang kecil dan pasar tradisional. Jangan
sampai kondisi tersebut terjadi di daerah yang belum terjangkau atau belum ada toko modern
sebelumnya," kata Ketut kepada Bisnis, kemarin
Dari kajian Kadin Indonesia, yang sekarang ini paling mendesak untuk segera ditegakkan
aturan zonasinya adalah wilayah baru yang menjadi sasaran bidik toko modern, yaitu di
Sumatra dan Sulawesi.
Ketut mengatakan untuk mengantisipasi jangan sampai tergilasnya usaha pedagang kecil
dan pasar tradisional oleh toko modern bermodal besar, membutuhkan aturan zonasi yang
efektif dan ditegakkan semua pihak .
Sementara itu, dalam Perpres No. 112/2007 tentang Penataan dan Pembinaan Pasar
Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern menyerahkan aturan zonasi kepada
daerah.
Dalam perpres itu dijelaskan yang mengeluarkan izin adalah bupati, wali kota, dan gubernur
untuk pemprov DKI Jakarta. Sementara itu, pedoman tata cara perizinan ditetapkan oleh
menteri perdagangan.
Desakan adanya aturan yang efektif tentang zonasi, atas dasar pengalaman. Saat ini telah
terjadi sejumlah pelanggaran jarak lokasi toko modern dengan pasar tradisional di DKI
Jakarta yang sudah memiliki Perda Perpasaran Swasta. Padalah perda itu mengatur secara
jelas berapa jarak minimal antara toko modern dari pasar tradisional.
Makin meluas
Dalam rumusan Strategi Pengembangan Pasar Modern dan Tradisional Kadin Indonesia,
seperti tertulis pada www.mudradjad.com, sebanyak 50% toko modern saat ini sudah
menyebar ke luar Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi (Jabodetabek).
Padahal lima tahun lalu hampir seluruh toko modern masih berada di Jabodetabek.
Pembangunan toko modern dalam ka-jian itu disebutkan meluas ke pulau lain sampai ke
tingkat kabupaten, kecamatan, dan sampai ke wilayah perdesaan besar di Jawa.
Hasil kajian Kadin Indonesia tersebut juga mengungkapkan toko modern saat ini semakin
luas membidik calon konsumennya.
Jika awalnya hanya untuk kalangan atas (kelas A), sekarang ini juga su-dah merambah
konsumen menengah B (kelas B dan C).
Dalam kajian Kadin Indonesia menjelaskan pasar modern yang banyak tumbuh dan
berkembang merupakan pesaing serius pasar tradisional.

Berkhas

19

Volume VI September 2008

Bisnis I ndonesia

Selasa, 09 September 2008

Pasar tradisional juga sampai sekarang masih berkutat dengan permasalahan yang biasa
dihadapi, seperti tempat dagang yang kumuh dan barang dagangan yang kurang higienis.
(linda.silitonga@ bisnis.co.id)
Oleh Linda T. Silitonga
Bisnis Indonesia

Berkhas

20

Volume VI September 2008

Bisnis I ndonesias

Selasa, 09 September 2008

W ir a usa ha

D a na P3 KUM ca pa i Rp4 2 6 ,4 5 m ilia r
JAKARTA: Penyaluran dana bergulir Program Pembiayaan Produktif Koperasi dan Usaha
Mikro (P3KUM) sejak tiga tahun terakhir mencapai Rp426,45 miliar kepada 3.738 koperasi.
Berdasarkan data Kementerian Koperasi dan UKM, pada tahun pertama dana P3KUM
berasal dari anggaran bantuan tunai program kompensasi pengurangan subsidi BBM 2005
senilai Rp100 miliar untuk 440 koperasi sasaran.
Pada tahun kedua, anggaran P3KUM naik menjadi Rp140 miliar dengan sasaran 1.600
koperasi. Pada tahun lalu, anggaran kembali dinaikkan menjadi Rp225 miliar dengan sasaran
2.070 koperasi. (Bisnis/mfm)

Berkhas

21

Volume VI September 2008

Bisnis I ndonesia

Selasa, 09 September 2008

W ir a usa ha

UKM Pa ngk a lpina ng da pa t m oda l
PANGKALPINANG: Sebanyak 120 pengusaha kecil dan menengah telah menerima bantuan
modal sebesar Rp1,9 miliar dari PTTimah Tbk dan PT Telkom.
Dana itu jauh lebih kecil dibandingkan dengan bantuan pada tahun lalu Rp3,9 miliar untuk
240 UKM di Pangkalpinang.
"UKM di Kota Pangkalpinang membutuhkan bantuan modal untuk mengembangkan usaha,"
kata Kepala Dinas Sosia