Usaha Kecil-Juni 2008

VOLUME VI JUNI 2008

USAHA KECIL

Berkhas merupakan salah satu media Akatiga yang menyajikan kumpulan berita dari
berbagai macam surat kabar, majalah, serta sumber berita lainnya. Jika pada awal
penerbitannya kliping yang ditampilkan di Berkhas dilakukan secara konvensional, maka
saat ini kliping dilakukan secara elektronik, yaitu dengan men-download berita dari situssitus suratkabar, majalah, serta situs berita lainnya.
Bertujuan untuk menginformasikan isu aktual yang beredar di Indonesia, Berkhas
diharapkan dapat memberi kemudahan kepada pihak-pihak yang berkepentingan dalam
pencarian data atas isu-isu tertentu. Berkhas yang diterbitkan sebulan sekali ini setiap
penerbitannya terdiri dari isu Agraria, Buruh, dan Usaha Kecil.
Untuk memperluas area distribusi, Berkhas diterbitkan melalui 2 (dua) macam media
yaitu media cetakan (hardcopy) serta media online berupa pdf file yang dapat diakses
melalui situs web Akatiga (www.akatiga.or.id).

Da ft a r I si

Teknologi iradiasi dorong produktivitas IKM pangan ---------------------------------------------

1


PDB Usaha Kecil Menengah Tumbuh 6,4 Persen ------------------------------------------------

2

Laju PDB UKM dibidik 5,7%-----------------------------------------------------------------------------

3

Penghematan belanja konsumen pukul omzet peritel -------------------------------------------

4

Perajin kopiah rasam sulit berkembang --------------------------------------------------------------

6

Efektifkan Pameran untuk Sektor UKM --------------------------------------------------------------

7


Alfa beri harga khusus pewarung ----------------------------------------------------------------------

8

Standar produk UKM akan dirumuskan -------------------------------------------------------------- 10
Waralaba kelas dunia incar pasar Indonesia ------------------------------------------------------- 12
Penjaminan Kredit bagi UKM --------------------------------------------------------------------------- 13
Kredit UMKM Sulut melonjak 39%--------------------------------------------------------------------- 14
Presiden: KUR bisa tembus Rp15 triliun ------------------------------------------------------------- 15
UKM RI ikuti pameran di China------------------------------------------------------------------------- 16
Perbankan Kurang Mendukung UMKM -------------------------------------------------------------- 17
Presiden: Dana KUR Ditingkatkan Menjadi Rp 15 Triliun --------------------------------------- 18
3 Ritel dunia jadi jaringan ekspor RI ------------------------------------------------------------------ 19
Kerajinan batu alam tawon prospektif ---------------------------------------------------------------- 20
Realisasi KUR di NTB Rp14,8 miliar ------------------------------------------------------------------ 21
RUU Usaha Kecil Menengah disepakati ------------------------------------------------------------- 22
Apersi Dorong Pemanfaatan KUR--------------------------------------------------------------------- 23
Aprindo minta Pemkot Bandung tunda Raperda Perpasaran ---------------------------------- 24
Bank diminta turunkan bunga KUR ------------------------------------------------------------------- 25

Convenience store mulai mewabah ------------------------------------------------------------------- 26
Pelindo II beri modal UKM ------------------------------------------------------------------------------- 28
Program Koperasi dan UKM Tersendat -------------------------------------------------------------- 29
Peritel dituding akali syarat perdagangan ----------------------------------------------------------- 30
Strategi UMKM hadapi kenaikan harga BBM------------------------------------------------------- 32
RUU Usaha Mikro, Kecil dan Menengah Disahkan ----------------------------------------------- 34
Buat Segera Juknis UU UMKM------------------------------------------------------------------------- 35
5 Peritel besar tetapkan syarat perdagangan jadi 22 ragam ----------------------------------- 36
Harga produk UKM Riau naik --------------------------------------------------------------------------- 38
Industri kripik Lumajang tolak order mancanegara ----------------------------------------------- 39

Pemerintah Percepat Penyaluran KUR -------------------------------------------------------------- 40
UMKM Miliki Undang-undang --------------------------------------------------------------------------- 41
Pola kemitraan diperkuat --------------------------------------------------------------------------------- 42
Kredit UMKM Perlu Ditambah -------------------------------------------------------------------------- 44
KUR Bisa Capai Rp15 Triliun --------------------------------------------------------------------------- 45
Industri rajutan terbebani bunga kredit --------------------------------------------------------------- 46
'Kemitraan kerap rugikan usaha kecil' ---------------------------------------------------------------- 47
UKM di Karawang Dapat Bantuan Mesin------------------------------------------------------------ 49
UMKM --------------------------------------------------------------------------------------------------------- 50

Danamon revitalisasi pasar tradisional --------------------------------------------------------------- 51
Petrogres & UMKM pacu bisnis pupuk organik ---------------------------------------------------- 52
Kredit bank ke UKM NTB rendah ---------------------------------------------------------------------- 53
UU UMKM tak pengaruhi sanksi waralaba ---------------------------------------------------------- 54
Penurunan Bunga KUR Rusak Pasar Uang -------------------------------------------------------- 55
Dana penguatan UKM masih dibekukan------------------------------------------------------------- 56
Koperasi kelola pasar tradisional ---------------------------------------------------------------------- 58
KPPU kumpulkan bukti pelanggaran syara perdagangan -------------------------------------- 59
Unibraw buat alat untuk usaha kecil ------------------------------------------------------------------ 60
Usaha Kecil Perlu Kepastian Hukum ----------------------------------------------------------------- 61
9.000 Pasar tradisional butuh renovasi -------------------------------------------------------------- 62
BRI bidik usaha kecil jasa pariwisata ----------------------------------------------------------------- 64
Usaha kecil didorong miliki saham usaha besar--------------------------------------------------- 65
Usaha mikro Jawa Timur kembangkan batik ------------------------------------------------------- 67
Ekspor industri kecil Bali turun-------------------------------------------------------------------------- 68
FOPPI: Setop hipermarket masuk pasar tradisional---------------------------------------------- 69
Pemerintah tegakkan wajib lahan usaha kecil di mal -------------------------------------------- 70
KUR 2009 dianggarkan Rp1 triliun -------------------------------------------------------------------- 72
Pasokan usaha kecil terkendala TI -------------------------------------------------------------------- 73
'Perpres penataan pasar agar dibatalkan' ----------------------------------------------------------- 74

UKM Terimpit Banyak Masalah ------------------------------------------------------------------------ 75
'Ada resistensi terhadap implementasi UU UMKM' ----------------------------------------------- 76
Usaha besar enggan bangun pusat distribusi di pasar ------------------------------------------ 77

Bisnis I ndonesia

Senin, 02 Juni 2008

Te k nologi ir a dia si dor ong pr oduk t iv it a s I KM pa nga n
JAKARTA: Teknologi iradiasi yang dipergunakan terhadap bumbu masak diyakini sebagai
solusi paling efektif dan efisien memberi nilai tambah bagi usaha mikro kecil menengah
(UMKM) di bidang jasa boga dan industri makanan.
Dengan teknologi tersebut, kata Kepala Pusat Aplikasi Teknologi Isotop dan Radiasi Batan
Zainal Abidin, industri tidak perlu lagi menggunakan bahan pengawet kimiawi. Penyinaran
gamma atau iradiasi yang dilakukan terhadap berbagai bumbu masakan, bisa bertahan
hingga satu tahun.
"Ini sangat mendukung program ketahanan pangan berorientasi pasar ekspor," ujarnya pada
seminar pengawetan produk pangan melalui teknologi iradiasi di Kementerian Koperasi dan
UKM pekan lalu.
Dampak teknologi ini, katanya, bahkan bisa meningkatkan daya saing produk pangan UMKM,

karena biaya proses penyinaran oleh Badan Tenaga Atom Nasional (Batan) juga sangat
ekonomis.
Dengan dosis radiasi yang ditentukan, bahan pangan tidak mengalami perubahan rasa dan
aroma serta kandungan gizinya. Nilai ekonomisnya bertambah karena bebas kuman dan
daya simpan lebih lama.
Biaya iradiasi terhadap produk atau bumbu makanan hanya sebesar Rp25.000 untuk
kapasitas 30 kg. Proses iradiasi hanya berlangsung satu hari.
Bagi pengusaha bumbu makanan atau masak skala kecil, disarankan melakukan iradiasi
secara berkelompok agar lebih efisien. Pengusaha bumbu makanan skala UMKM yang
menjadi pelopor iradiasi adalah Gerak Tani (Pondok Gede).
Kapasitas produksi perusahaan itu mencapai 500 kg per hari, dan kini sebagai pemasok
bumbu makanan untuk penerbangan Garuda Indonesia.
"Dengan sistem iradiasi, kami bisa menjaga stabilitas harga meski harga bahan baku bumbu
naik dalam kurun waktu tertentu. Jangkauan pemasaran juga meluas," ujar Direktur Gerak
Tani N.J. Sembiring.
Oleh Mulia Ginting Munthe
Bisnis Indonesia

Berkhas


1

Volume VI Juni 2008

Jurnal Nasional

Senin, 02 Juni 2008

Ekonomi - Keuangan - Bisnis Jakarta | Senin, 02 Jun 2008

PD B Usa ha Ke cil M e ne nga h Tum buh 6 ,4 Pe r se n
by : Luther Sembiring
KONTRIBUSI sektor Usaha Kecil dan Menengah (UKM) mencapai 53,6 persen atau senilai
Rp2.121,3 triliun dari total Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia 2007 senilai Rp3.957,4
triliun. Kontribusi ini meningkat sejumlah Rp335,1 triliun dibandingkan PDB 2006.
Sekretaris Menteri Negara Koperasi dan UKM, Guritno Kusumo mengatakan, PDB Indonesia
2007 tumbuh sebesar 6,3 persen dibandingkan 2006. ”Bila dirinci menurut skala usaha,
pertumbuhan PDB UKM mencapai 6,4 persen dan usaha besar tumbuh 6,2 persen.
Dibandingkan 2006, pertumbuhan PDB sektor UKM hanya 5,7 persen dan PDB usaha besar
hanya 5,2 persen,” katanya di Jakarta, akhir pekan.

Pertumbuhan PDB UKM 2007 terjadi pada semua sektor ekonomi antara lain, sektor
bangunan sebesar 9,3 persen, perdagangan, hotel dan restoran sebesar 8,5 persen, aerta
sektor pertambangan dan penggalian sebesar 7,8 persen.
Pada 2007, populasi UKM mencapai 49,8 juta unit usaha atau 99,99 persen terhadap total
unit usaha di Indonesia. Jumlah tenaga kerja mencapai 91,8 juta jiwa atau 97,3 persen
terhadap seluruh tenaga kerja Indonesia.
Ekspor hasil produksi UKM selama 2007 mencapai Rp142,8 triliun atau 20 persen terhadap
ekspor nonmigas nasional atau sebesar Rp713,4 triliun. Nilai investasi fisik UKM yang
dinyatakan dengan angka Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) pada 2007 mencapai
Rp462,01 triliun atau sebesar 46,96 persen terhadap total PMTB Indonesia.
Direktur Neraca Badan Pusat Statistik Supriyanto, mengatakan, indikator yang disusun
mengacu pada besaran PDB. "Kami tidak memetakan perubahan yang terjadi di lapangan.
Jadi yang kami lakukan adalah performa UKM dalam menciptakan nilai tambah dihitung
agregat secara total," katanya.
Meski hasil ekspor UKM 2007 meningkat Rp142,8 triliun dari eskpor UKM 2006 sebesar
Rp122,3 triliun, namun peranan terhadap total ekspor nonmigas menurun menjadi 20 persen
dibandingkan 2006 sebesar 20,2 persen. Penurunan disebabkan peningkatan ekspor dari
hasil produksi Usaha Besar antara lain, makanan, minuman, dan tembakau.
Dari sisi investasi UKM dilaporkan, pada 2007 meningkat menjadi 20,8 persen dari tahun
2006 sebesar 20,5 persen. Untuk investasi pada UB menurun dari 54 persen pada 2006

menjadi 53 persen pada 2007.
Menurut Supriyanto, investasi pada berbagai tingkat skala usaha belum banyak berubah
dalam kurun 2005-2007. Penyerapan investasi kelompok Usaha Kecil paling rendah yakni,
rata-rata 20,6 persen diikuti Usaha Menengah sebesar 25,8 persen per tahun.

Berkhas

2

Volume VI Juni 2008

Bisnis I ndonesia

Selasa, 03 Juni 2008

La j u PD B UKM dibidik 5 ,7 %
JAKARTA: Kementerian Koperasi dan UKM pada tahun ini menargetkan pertumbuhan
Produk Domestik Bruto (PDB) usaha kecil menengah (UKM) sekitar 5,7%, seperti yang diraih
pada periode tahun lalu.
Kontribusi UKM pada 2007 sebesar Rp2,12 kuadriliun atau sekitar 53,6% dari seluruh PDB

Indonesia. Peningkatan ini terjadi berkat pertumbuhan PDB UKM di semua sektor.
"Target sementara tahun ini sama seperti 2007, 5,7%. Tapi kalau ditanya keinginan, ya harus
lebih tinggi dari tahun lalu," ujar Sekretaris Menteri Negara Koperasi dan UKM Guritno
Kusumo akhir pekan lalu.
Pertumbuhan PDB UKM pada 2007 terjadi di semua sektor ekonomi. Pertumbuhan tertinggi
terjadi di sektor bangunan, yakni 9,3%. Diikuti sektor perdagangan, hotel dan restoran 8,5%
serta pertambangan dan penggalian 7,8%.
Pertumbuhan indikator PDB 2008 yang ditargetkan disusun bersama Kementerian Koperasi
dan UKM dengan Badan Pusat Statistik (BPS). Acuannya adalah data pertumbuhan 2007.
Secara umum kinerja perekonomian Indonesia berdasarkan PDB 2007 mengalami
pertumbuhan sebesar 6,3%. Pada tahun lalu kontribusi usaha kecil (UK) sebesar Rp1,49
kuadriliun (37,8%). Usaha menengah (UM) sebesar Rp625,1 triliun (15,8%) dan usaha besar
(UB) Rp1,83 kuadriliun atau sebesar 46,4%.
Secara sektoral pada 2007 lebih dari separuh (52,5%) populasi usaha mikro kecil dan
menengah meningkat. Paling besar bergerak di sektor pertanian, diikuti sektor perdagangan
(28,1%) dan industri 6,5%.
Jumlah total tenaga kerja pada kelompok UMKM sebesar 46,4% berada di sektor pertanian.
Persentase tertinggi kedua di sektor perdagangan (25,2%) dan industri sebesar 11,4%.
Oleh Mulia Ginting Munthe
Bisnis Indonesia


Berkhas

3

Volume VI Juni 2008

Bisnis I ndonesia

Selasa, 03 Juni 2008

Pe nghe m a t a n be la nj a k onsum e n puk ul om z e t
pe r it e l
Berbagai pendapat langsung dikemukakan segala pihak untuk memprediksi apa yang akan
terjadi terkait dengan omzet peritel setelah kenaikan harga BBM sebesar 28,7% pada akhir
bulan lalu.
Sejumlah asosiasi telah memprediksi ada kenaikan berbagai macam produk sebagai dampak
kenaikan tersebut, sehingga menekan volume penjualan.
Kadin (Kamar Dagang dan Industri) Indonesia memprediksi kenaikan harga BBM akan
menekan volume penjualan ritel kebutuhan sehari-hari sebesar 15%, dan mengakibatkan
kenaikan harga barang hingga 8%.
Ketua Umum Gapmmi (Gabungan Pengusaha Makanan & Minuman Seluruh Indonesia)
Thomas Darmawan juga memprediksi harga produk pangan bakal terdongkrak sekitar 15%.
Hal sama juga dikemukakan Ketua Umum APGAI (Asosiasi Pemasok Garmen dan Aksesoris
Indonesia) Poppy Dharsono yang memprediksi akan ada kenaikan harga kembali sebesar
15%, setelah BBM naik, padahal sejak awal tahun harga pakaian jadi sudah naik rata-rata
30%.
Nielsen Indonesia mengungkapkan harga 54 kategori barang kebutuhan sehari-hari
diperkirakan kembali naik hingga 5% dengan adanya kenaikan harga BBM. Sebelumnya
harga 54 kategori itu sudah meningkat sebesar 13,6% selama kuartal !/2008.
Yongky Surya Susilo, Direktur Retailer Service Nielsen Indonesia juga memperkirakan
volume penjualan makanan dan nonmakanan untuk keperluan sehari-hari akan tertekan 3%
setelah ada kenaikan BBM. Penjualan baru kembali pulih dalam waktu tiga bulan.
Dilihat dari hasil survei, tampaknya peritel harus kerja ekstra keras, setidaknya untuk
mempertahankan volume penjualan di toko. Pasalnya, konsumen dari semua kalangan
menyatakan berencana mengurangi frekuensi gaya hidupnya seperti makan di kafe atau
nonton, mengurangi jumlah barang yang dibeli, atau membeli produk yang ukurannya lebih
kecil.
Survei itu menyebutkan kesepakatan terbesar yang dikemukakan oleh konsumen adalah
untuk menunda membeli produk yang harganya relatif mahal, seperti peralatan rumah tangga
elektronik.
Peringkat selanjutnya yang akan dilakukan untuk menghemat adalah dengan mengurangi
acara rekreasi, membeli pakaian serta peralatan rumah tangga. Produk makanan juga
sebagai salah satu jenis produk yang direncanakan banyak konsumen untuk dikurangi jumlah
pembeliannya, begitu juga produk perawatan tubuh.
Jakarta terparah
Riset itu juga menunjukkan dampak kenaikan BBM lebih terasa pengaruhnya untuk wilayah
Jadetabek (Jakarta, Depok, Tangerang, Bekasi) dibandingkan dengan kota lainnya seperti
Bandung, Surabaya, dan Makassar.
Perbedaan signifikannya adalah keinginan untuk mengurangi membeli produk makanan. Jika
di Jakarta ada 20% konsumen menyatakan akan mengurangi jumlah pembelian makanan, di
Bandung cuma 5%, Surabaya 7%, dan Makassar 9%.

Berkhas

4

Volume VI Juni 2008

Bisnis I ndonesia

Selasa, 03 Juni 2008

Begitu juga dengan yang berencana mengurangi belanja produk perawatan tubuh, di
Jadetabek lebih besar (15%) daripada Bandung (4%), Surabaya (10%), dan Makassar (7%).
Persentase konsumen yang menyatakan tidak banyak terpengaruh gaya belanja dan gaya
hidupnya setelah kenaikan BBM, adalah masyarakat yang berada di Bandung (31%), disusul
Surabaya (29%), Jadetabek (23%), dan Makassar (17%).
Mungkin karena dipicu kondisi ekonomi yang semakin menuntut seseorang mengeluarkan
biaya tinggi untuk kebutuhannya, juga membuat masyarakat saat ini memerhatikan
pergerakan harga produk yang biasa mereka beli.
Riset Nielsen Indonesia yang menunjukkan semua golongan mengikuti pergerakan harga.
Misalnya, golongan bawah yang memantau harga minyak curah yang telah mencapai
Rp12.000 per kg, kelas menengah memantau harga telur Rp10.000-Rp 12.000 per kg, dan
golongan atas yang memperhatikan kenaikan harga beras kemasan 10 kg yang semula
Rp47.000 menjadi Rp60.000.
Meskipun terus memantau pergerakan harga, konsumen kelas menengah dan atas tetap
mempertahankan keloyalan mereka pada merek produk yang biasa mereka gunakan.
Berbeda dengan konsumen kelas bawah yang cenderung memilih merek yang lebih murah
harganya dan berupaya mencari produk dengan kemasan yang lebih kecil akibat tekanan
ekonomi.
"Daya beli akan terus kami amati. Sekarang belum kelihatan, tapi satu atau dua bulan ke
depan akan terlihat kian jelas," kata Setyadi Surya, Direktur PT Ramayana Lestari Sentosa
Tbk. (linda.silitonga@bisnis.co.id)
Oleh Linda T. Silitonga
Wartawan Bisnis Indonesia

Berkhas

5

Volume VI Juni 2008

Bisnis I ndonesia

Selasa, 03 Juni 2008

Pe r a j in k opia h r a sa m sulit be r k e m ba ng
PANGKALPINANG: Perajin kopiah rasam di Kota Pangkalpinang, Provinsi Kepulauan
Bangka Belitung (Babel) sulit berkembang karena menurunnya order dan minat beli
pelanggan, menyusul makin mahal dan sulitnya mendapatkan bahan baku akar-akar pohon
rasam akhir-akhir ini.
"Bahan baku berupa akar-akaran pohon rasam langka akibat banyaknya hutan yang
dijadikan lokasi tambang timah konvensional oleh masyarakat Bangka," kata Kepala Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata Kota Pangkalpinang Akhmad Elvian, kemarin.
Menurut dia, untuk satu set pesanan harganya berkisar Rp25.000 hingga Rp200.000 per
kopiah tergantung halus dan kasarnya kopiah rasam yang dihasilkan. (Antara)

Berkhas

6

Volume VI Juni 2008

Pikiran Rakyat

Selasa, 03 Juni 2008

Efe k t ifk a n Pa m e r a n unt uk Se k t or UKM

BANDUNG, (PR).Pemerintah daerah perlu meningkatkan efektivitas penyelenggaraan pameran-pameran untuk
UKM sebagai sarana membantu pemasaran produk-produk UKM. Apalagi selama ini UKM
mengandalkan pameran itu untuk pemasaran produknya.
"Kenaikan harga-harga menyusul kenaikan harga BBM, saat ini sudah sangat menekan
pelaku UKM sehingga adanya dukungan pemerintah dari sisi pemasaran akan sangat
membantu," ujar Ketua Jejaring Kerja Produktif KUKM (JKPK) Jabar, Iwan Gunawan, Senin
(2/6).
Dijelaskan, dengan kenaikan harga BBM saat ini, sudah membuat harga berbagai bahan
baku naik 20%-30%. Itu belum ditambah kenaikan dari biaya operasional lainya. Artinya,
dengan kenaikan BBM, mereka harus menanggung biaya yang lebih besar untuk produksi.
Hal tersebut dipastikan akan sangat mengganggu cash flow mereka karena umumnya pelaku
UKM hanya memiliki kecukupan modal untuk 2-3 bulan produksi. Artinya, jika untuk produksi
saja sudah kesulitan, apalagi untuk memikirkan masalah pemasaran.
"Karenanya, pameran-pameran yang disubsidi pemda memilki arti yang lebih strategis untuk
UKM. Oleh karena itu, efektivitas pamerannya juga perlu ditingkatkan," katanya.
"Singkatnya, pameran itu jangan jadi semacam pasar kaget, tapi idealnya menjadi acara
yang masuk kalender kegiatan bagi para pembeli. Seperti di MIHAS (pameran makanan halal
di Malaysia), selama dua hari pertama pameran hanya dibuka untuk para pembeli, setelah itu
baru dibuka untuk umum," katanya.
Sementara Ketua Asosiasi Penyelengaraan Pameran Indonesia (Asperapi) Jabar, Deni
Drimawan, membenarkan perlunya sebuah pameran memerhatikan masalah pembeli
tersebut. Oleh karena itu, di negara-negara maju, suatu pameran memiliki peranan yang
penting dalam perekonomian mereka.
Malah, di negara semacam Amerika Serikat dan negara-negara Eropa, pameran menjadi
salah satu lokomotif perekonomian yang penting. Logikanya, jika pembeli dan produk yang
dipamerkan bertemu maka akan terjadi pemesanan, dan pemesanan akan membuat sisi
produksi bergerak. Begitupun di sisi perdagangan dari produk-produk yang dibeli buyer.
Menyinggung kondisi di Jawa Barat, diakui dia masih sangat sedikit pameran yang mengurusi
betul masalah pembeli. Apalagi untuk pameran-pameran UKM, yang penyelenggaraannya
memiliki banyak keterbatasan. Tapi bukan berarti tidak sama sekali, beberapa event
organizer diketahuinya ada yang melakukan hal tersebut untuk memberikan nilai tambah
kepada pamerannya. Sekalipun dalam lingkup yang relatif terbatas. (A-135)***

Berkhas

7

Volume VI Juni 2008

Bisnis I ndonesia

Rabu, 04 Juni 2008

Alfa be r i ha r ga k husus pe w a r ung
JAKARTA:PT Sumber Alfaria Trijaya telah merealisasikan pusat distribusi (store stock
point/SSP) dalam toko Alfamart yang memberi harga khusus bagi pewarung, meski
perluasannya ke semua jaringan gerai masih terhambat.
Menurut Solichin, General Manager Franchise PT Sumber Alfaria Trijaya saat ini di beberapa
toko telah dioperasikan SSP bagi pedagang kecil atau pemilik warung di sekitar minimarket,
dan mereka bisa mendapatkan barang dari minimarket Alfamart dengan harga khusus.
"Kami tidak ada target sampai berapa toko yang memiliki pusat distribusi tersebut, karena
kami melihat apa penjajakan ini bisa diterima orang," kata Solichin di sela-sela pemberian
beasiswa kepada dua siswa tunanetra yang tergabung dalam Pertusi (Persatuan Tuna Netra
Indonesia) dari Alfamart, kemarin.
Dalam praktiknya, pusat distribusi kecil dalam toko Alfamart memberikan harga khusus
penjualan barang kepada pedagang kecil di sekitar minimarket, yang sebelumnya sudah
diidentifikasi.
Dengan begitu, diharapkan pemilik warung kelontong bisa menjual barang dengan harga
kompetitif sesuai dengan harga konsumen yang ditetapkan Alfamart. Di samping itu,
pedagang kecil bisa mengirit ongkos transportasi, karena tidak perlu membeli barang dari
agen atau grosir.
"Kami harapkan SSP bisa dimanfaatkan oleh pedagang kecil yang lokasinya hanya lima
sampai sepuluh menit berjalan kaki untuk sampai di toko Alfamart," kata Solichin.
Dia mengharapkan dengan terwujudnya pusat distribusi kecil tersebut, citra minimarket yang
selama ini diklaim merontokkan usaha pedagang kecil dan menengah di sekitarnya bisa
diperbaiki.
Banyak kendala
Namun, jelas Solichin, praktik pembuatan pusat distribusi dalam toko tersebut banyak
menemui kendala. Di samping perlunya menunggu respons masyarakat dengan peran baru
Alfamart tersebut, peritel itu juga mesti menanamkan sejumlah modal termasuk menambah
karyawan.
Dia tidak menyebut lokasi toko yang kini telah memiliki SSP. Namun sebelumnya Maria
Harjono, Deputi Direktur Franchise Development PT Sumber Alfaria Trijaya pernah
mengungkapkan uji coba SSP akan dilakukan di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan
Bekasi.
Dalam kesempatan terpisah Susanto, Ketua umum AP3MI (Asosiasi Pengusaha Pemasok
Pasar modern Indonesia) mendukung penerapan pusat distribusi dalam toko Alfamart, yang
memberikan harga khusus bagi pedagang kecil.
"Selama pembelian barang oleh pedagang kecil dilakukan secara kontan, maka saya yakin
grosir atau agen tidak akan tersisih perannya," kata Susanto.
Selama ini, jelas Susanto, umumnya harga penjualan yang dilakukan distributor atau industri
ke grosir besar dan peritel modern relatif sama. Hanya saja di ritel modern diterapkan
pemasukan lain, yang diperoleh dari pemasok melalui trading term (syarat perdagangan).

Berkhas

8

Volume VI Juni 2008

Bisnis I ndonesia

Rabu, 04 Juni 2008

Namun, grosir atau agen mempunyai posisi lebih unggul daripada ritel modern. Melalui
hubungan saling percaya, biasanya pedagang kecil boleh melakukan penundaan
pembayaran.
Oleh Linda T. Silitonga
Bisnis Indonesia

Berkhas

9

Volume VI Juni 2008

Bisnis I ndonesia

Rabu, 04 Juni 2008

St a nda r pr oduk UKM a k a n dir um usk a n
JAKARTA: Kementerian Koperasi dan UKM akan merumuskan standardisasi internasional
produk bagi usaha kecil menengah (UKM) Indonesia untuk menghadapi kompetisi global.
Menteri Negara Koperasi dan UKM Suryadharma Ali mengatakan dalam era keterbukaan
pasar internasional saat ini, Indonesia tidak bisa menghindari kehadiran produk luar negeri.
Solusi terbaik menjawab tantangan itu adalah meningkatkan kualitas produk UKM Indonesia.
"Produknya harus bagus, murah serta pengiriman juga mudah," katanya kemarin saat
membuka konferensi China-Asean people-to-people friendship organizations kemarin.
Acara pembukaan dihadiri President of The Association of Indonesia-China Economic, Social
and Cultural Cooperation, Sukamdani Sahid Gitosardjono dan President of the China-Asean
Association, Gu Xiulian.
Saat ini, kata menteri, pasar Indonesia tengah dibanjiri produk asing dengan kualitas
internasional. Akibatnya pelaku UKM nasional terdesak dan makin terpuruk karena produk
serupa juga masuk secara ilegal.
Dengan meningkatkan kualitas produk, dipandang mampu meredam masuknya produk
impor. Untuk mengatasi produk ilegal, dia minta pihak terkait bisa bekerja sama untuk
mengatasinya.
"Persaingan memang tidak bisa dihindari karena pintu keluar masuk ke setiap negara pada
era globalisasi sangat terbuka. Yang penting Indonesia jangan kebanjiran produk
selundupan," tegas Suryadharma.
Suryadharma mengatakan pemerintah akan memperketat pengawasan dalam pencegahan
barang selundupan terhadap produk impor asal China yang membanjiri pasar dalam negeri
sementara daya saing produk lokal akan ditingkatkan.
Serbuan produk China, katanya, tidak dapat ditolak di tengah era globalisasi. Apalagi,
ujarnya, harga produk asal Negeri Tirai Bambu itu terjangkau daya beli masyarakat.
"Yang penting itu jangan sampai terjadi membanjirnya barang selundupan karena itu sangat
murah dan dapat merugikan industri dalam negeri juga," katanya.
Kerja sama UKM
Kemenkop juga tengah merancang kerja sama di bidang UKM dengan China, karena negeri
tersebut memiliki potensi menguntungkan bagi Indonesia dalam bertransaksi bisnis.
Dalam jangka pendek bisa dilakukan kerja sama pemasaran produk ataupun untuk saling
tukar informasi antara pelaku UKM.
Meski rencana ini baru sekilas dibicarakan dengan pihak China, Kemenkop akan tetap
menindaklanjutinya. Untuk itu China juga diundang menghadiri pameran pekan produk
budaya Indonesia.
Kemenkop juga akan memetakan industri strategis China yang bisa dikerjakan oleh UKM
Indonesia ataupun sebaliknya.
Suryadharma mengatakan Pemerintah Indonesia dan China telah bersepakat untuk saling
belajar perihal UKM perempuan dan perkembangannya.

Berkhas

10

Volume VI Juni 2008

Bisnis I ndonesia

Rabu, 04 Juni 2008

"Kami bersepakat untuk saling bertukar informasi, pengalaman, keterampilan, dan yang tidak
kalah pentingnya adalah bertukar cara memasarkan produk," katanya.
Sementara itu, Madame Gu Xiulian dalam pidatonya mengatakan, hingga kini China
sungguh-sungguh mengembangkan ekonomi khusus perempuan.
Program serupa, katanya, juga dijalankan Kementerian Negara Koperasi dan UKM sejak
beberapa tahun lalu yang diberi nama Program Perempuan Keluarga Sehat dan Sejahtera
(Perkassa).
Program tersebut diterapkan dalam bentuk perkuatan permodalan bagi koperasi dan UKM
yang dikelola perempuan.
"Indonesia juga memberikan perhatian khusus terhadap pemberdayaan ekonomi perempuan.
Jadi China sangat tertarik. Inilah yang akan menjadi dasar kerja sama," demikian
Suryadharma Ali. (Fahmi Achmad) (mulia.ginting@bisnis.co.id)
Oleh Mulia Ginting Munthe
Bisnis Indonesia

Berkhas

11

Volume VI Juni 2008

Bisnis I ndonesia

Rabu, 04 Juni 2008

W a r a la ba k e la s dunia inca r pa sa r I ndone sia
JAKARTA:Waralaba tingkat atas dunia mengincar konglomerat di Indonesia untuk menjadi
master franchise (pemegang waralaba utama), menyusul pasar dalam negeri yang potensial.
Ketua Dewan Pengarah Wali (Perhimpunan Waralaba & Lisensi Indonesia) Amir Karamoy
menilai dibandingkan dengan Malaysia dan Singapura, waralaba dunia lebih banyak yang
mengincar investor Indonesia untuk melakukan ekspansi di negara yang berpenduduk lebih
dari 200 juta ini.
"Selama ini umumnya memang master franchise waralaba tingkat atas dunia dipegang oleh
para konglomerat, karena selain duitnya ada mereka bisa dipercaya," kata Amir kepada
Bisnis, kemarin.
Makin tertariknya merek waralaba tingkat teratas dunia untuk memasuki pasar Indonesia,
juga dipicu semakin banyaknya orang kaya yang menjadi target sebagai konsumen.
Amir mengungkapkan saat ini jumlah orang yang memiliki deposito di atas Rp1 miliar di
Indonesia diperkirakan mencapai 150.000 orang.
Terkait dengan kenaikan harga BBM, jelasnya, diperkirakan hanya membuat pengusaha atau
calon investor menunggu perkembangan hingga dua bulan ke depan.
Umumnya konglomerat di Indonesia memilih merek waralaba yang mewajibkan adanya dana
awal di luar investasi (startup cost) di atas US$1 juta (sekitar Rp9 miliar).
Dengan dana awal US$1 juta, Amir memperkirakan investor harus memiliki dana minimal
US$3 juta-US$4 juta (Rp27 miliar-Rp36 miliar) sampai membuka gerainya di Indonesia.
"Waralaba tingkat atas dunia yang paling banyak diincar konglomerat di Indonesia adalah
jenis usaha restoran, toko modern, dan pendidikan," katanya.
Dia menjelaskan memang waralaba peringkat teratas dunia belum menjadi jaminan
suksesnya usaha waralaba tersebut di suatu negara, termasuk di Indonesia.
Beberapa merek kelas atas dunia, ungkap Amir, pernah masuk ke Indonesia dan tidak
sukses. Dia mencontohkan convenience store merek 7-Eleven (peringkat teratas dunia),
serta restoran salad, sandwich dan burger Subway (waralaba peringkat kedua dunia).
Oleh Linda T. Silitonga
Bisnis Indonesia

Berkhas

12

Volume VI Juni 2008

Kompas

Rabu, 04 Juni 2008

Pe nj a m ina n Kr e dit ba gi UKM
Pe la t iha n unt uk I ndust r i Ke cil
Rabu, 4 Juni 2008 | 01:04 WIB
Klaten, Kompas - Untuk membantu permodalan usaha kecil dan menengah atau UKM,
Pemerintah Kabupaten Klaten tahun ini akan mendirikan lembaga penjaminan kredit.
Diharapkan, kredit berbunga rendah yang disalurkan bisa membantu UKM yang lesu akibat
kenaikan harga bahan bakar minyak.
Pemkab Klaten mengusulkan dana untuk lembaga itu Rp 3 miliar dalam Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah Perubahan. Diharapkan, hal itu bisa dimanfaatkan UKM,
termasuk industri cor logam di Kecamatan Ceper dan industri tenun tradisional di Kecamatan
Bayat.
Hal itu dikatakan Kepala Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan Penanaman Modal
Kabupaten Klaten Mujaeroni, Selasa (3/6) di Klaten. ”DPRD Komisi II sudah setuju,” ujarnya.
Saat ini, ada 40.000 UKM dengan jumlah tenaga kerja 140.000 orang di seluruh Kabupaten
Klaten. UKM, termasuk industri cor logam di Ceper, menurut Mujaeroni, tak banyak
menyumbang pendapatan asli daerah, tetapi berperan dalam perputaran uang serta
menyerap tenaga kerja.
Sementara itu, Pemimpin Bank Indonesia Solo Dewi Setyowati memperkirakan angka kredit
macet akan meningkat dua atau tiga bulan ke depan sebagai dampak kenaikan harga BBM.
Ada beberapa cara untuk menangani kredit macet. Cara itu, antara lain, adalah penjadwalan
ulang pembayaran kredit, restrukturisasi kredit, dan penghapusan kredit.
Menurut Dewi, perbankan diharapkan melakukan pendampingan, pembinaan, dan
mencarikan solusi atas masalah yang dihadapi debitur agar usaha yang dijalani lancar.
Dengan demikian, pembayaran kredit ikut lancar.
Kepala BPR Ceper Effendi Utomo mengatakan, pihaknya secara berkala melakukan
pendampingan. Ia juga memperkirakan, beberapa bulan ke depan akan terlihat penurunan
kemampuan membayar kredit. ”Namun, kami tidak melakukan penjadwalan ulang,” tuturnya.
Kredit berbunga rendah juga diberikan oleh Pemerintah Provinsi Jawa Timur. Menurut Kepala
Seksi Pengembangan Kewirausahaan Dinas Koperasi Jawa Timur Mugni, Pemprov Jatim
menyediakan dana dari APBD yang disalurkan melalui Bank Jatim maksimal Rp 200 juta
untuk setiap pengusaha UKM. Suku bunga kredit 6 persen per tahun, dengan jangka waktu
dua tahun. Jika pinjaman dilunasi lebih cepat, UKM akan diberi insentif.
Kredit serupa juga diberikan kepada UKM, termasuk industri logam, di Tegal, Jawa Tengah.
Demikian Kepala Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kabupaten Tegal Bambang
Susanto.
Pelatihan
Kepala Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (KUKM) Jawa Barat didampingi
Koordinator Humas Dinas KUKM Darajat Wibawa mengatakan, mereka terus melakukan
pendampingan, seperti pelatihan UKM di berbagai daerah. Hal ini karena KUKM menjadi
salah satu tonggak ekonomi Jabar.
Wakil Wali Kota Pekalongan Abu Almafachir mengatakan, pemkab memberi bantuan kepada
perajin batik dalam bentuk pelatihan dan promosi lewat pameran. Pelatihan diberikan dua kali
setahun kepada para buruh dan pemilik industri kecil. (EKI/ETA/CHE/WIE)

Berkhas

13

Volume VI Juni 2008

Bisnis I ndonesia

Kamis, 05 Juni 2008

Kr e dit UM KM Sulut m e lonj a k 3 9 %
MANADO: Kredit bank bagi usaha mikro kecil menengah (UMKM) di Provinsi Sulawesi Utara
(Sulut) dan Gorontalo terus meningkat, hingga posisi April 2008 mencapai Rp5,64 triliun, atau
naik 39,85% dibandingkan dengan tahun lalu (yoy) Rp4,03 triliun.
"Peningkatan terjadi di seluruh jenis kredit UMKM, yaitu kredit mikro naik 26,57%, kredit kecil
dan kredit menengah masing-masing naik sebesar 40,78% dan 40,81%," kata Pemimpin
Bank Indonesia Manado, Jeffrey Kairupan, kemarin.
Sebaran kredit untuk Provinsi Sulut mencapai Rp4,50 triliun atau pangsa pasar 80%,
sedangkan Gorontalo Rp1,14 triliun atau hanya 20% dari total kredit UMKM, tetapi dari sisi
pertumbuhan lebih cepat yakni mencapai 43% dibandingkan dengan Sulut yang hanya 39%
(YoY).
Jika dilihat perkembangan per kabupaten/kota di kedua provinsi itu, maka Kabupaten
Gorontalo mengalami pertumbuhan kredit UMKM tertinggi mencapai 80% menjadi Rp380
miliar, tetapi dari sisi pangsa kredit, masih tetap didominasi Kota Manado, dengan
penyerapan mencapai 53,7% sebesar Rp3,03 triliun. (Antara)

Berkhas

14

Volume VI Juni 2008

Bisnis I ndonesia

Kamis, 05 Juni 2008

Pr e side n: KUR bisa t e m bus Rp1 5 t r iliun
JAKARTA: Presiden Susilo Bambang Yudoyono mengharapkan realisasi penyaluran kredit
usaha rakyat yang diprogramkan pemerintah bisa tembus hingga Rp15 triliun sampai akhir
tahun ini. Saat ini, ungkapnya, sudah tersalurkan sekitar Rp6 triliun untuk pengembangan
usaha kecil dan menengah.
"Program kredit usaha rakyat akan terus dikembangkan. Saya ingin [hingga akhir) tahun ini
ditingkatkan sampai Rp15 triliun," katanya saat membuka Pekan Produk Budaya Indonesia
2008 yang diselenggarakan Kantor Menko Kesra di Jakarta kemarin.
Presiden menambahkan pemerintah sepakat melakukan pembahasan dengan DPR untuk
meningkatkan alokasi kredit itu pada tahun depan agar bisa lebih banyak usaha rakyat yang
bisa berkembang. Hal itu, lanjutnya, sangat berkaitan dengan perkembangan dunia usaha
kecil dan menengah yang memang membutuhkan akses pembiayaan lebih besar.
"Keluhan para pengusaha UKM utamanya ada dua, yaitu modal yang tidak mudah
didapatkan dan promosi dan pemasaran produk. Kita terus mengembangkan kebijakan dan
langkah-langkah nyata untuk membantu mereka di bidang permodalan dan promosi."
Selain itu, Presiden meminta kepada balai penelitian dan pengembangan UKM untuk
membuat teknologi inovasi agar bisa meningkatkan kualitas produk UKM supaya bisa
bersaing di pasar domestik dan internasional.
Menko Kesra Aburizal Bakrie mengatakan pemerintah berupa memperkuat akses
pembiayaan dan penguatan hak atas kekayaan intelektual (HaKI) untuk bidang usaha kecil
dan menengah agar bisa tumbuh dan bersaing di pasar internasional.
Menurut dia, dua hal itu menjadi kelemahan dari perkembangan sektor itu yang selama ini
dinilai sudah kaya dalam ide kreatif.
"Usaha kecil dan menengah sudah kaya ide tapi terbentur pendanaan dan masalah kekayaan
hak intelektual yang masih lemah. Pemerintah mencoba membantunya," katanya.
Oleh Irsad Sati
Bisnis Indonesia

Berkhas

15

Volume VI Juni 2008

Bisnis I ndonesia

Kamis, 05 Juni 2008

UKM RI ik ut i pa m e r a n di China
BEIJING: Indonesia yang diwakili 24 pengusaha berskala kecil menengah (UKM) yang ikut
Konferensi dan Pameran Teknologi Usaha Kecil dan Menengah Kerjasama Ekonomi AsiaPasifik (APEC METC) ke-5 di Qingdao, provinsi Shandong, China memperoleh banyak
transaksi.
"Keikutsertaan pengusaha UKM nasional dalam pameran itu banyak mendapat respons
positif dari para pengunjung," kata Atdag RI di Beijing Imbang Listiyadi, di Beijing, kemarin.
Hal tersebut dikemukakannya seusai menghadiri pameran dagang yang berlangsung 30 Mei2 Juni 2008, yang diikuti 24 UKM dari Indonesia dan sejumlah negara anggota APEC.
Menurut dia, UKM Indonesia yang ikut dalam pameran itu datang dari berbagai provinsi dan
menampilkan sejumlah produk khas Indonesia seperti kopi, teh, makanan olahan, barangbarang kerajinan, serta produk tekstil.
Pameran yang berlangsung di kota yang menghadap Korsel dan Jepang itu, diikuti
setidaknya 500 UKM dari anggota APEC, juga diisi oleh berbagai konferensi dan forum.
(Antara)

Berkhas

16

Volume VI Juni 2008

Kompas

Kamis, 05 Juni 2008

Pe r ba nk a n Kur a ng M e nduk ung UM KM
Se m a k in Le m a h k a r e na Tida k M e m ilik i Le ga lit a s
Kamis, 5 Juni 2008 | 13:25 WIB
Surabaya, Kompas - Perbankan dinilai kurang mendorong pertumbuhan usaha mikro, kecil,
dan menengah. Kondisi itu antara lain tercermin dari akses pendanaan bagi UMKM yang
kurang tersentuh bank-bank umum.
Dalam hal ini, hak usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) cenderung berbeda dengan
hak pelaku usaha besar. "Contohnya, tingkat suku bunga murah untuk UMKM hanya 16
persen, bukan 30 persen. Hal itu memicu kecemburuan pelaku UMKM terhadap pelaku
usaha besar," kata Wakil Presiden Direktur PT Indofood Sukses Makmur Tbk Franciscus
Welirang dalam diskusi UMKM di kampus Universitas Airlangga, Rabu (4/6).
Bahkan untuk memperoleh pendanaan, kata Welirang, pelaku UMKM menempuh prosedur
yang relatif berbelit. Selain itu, perbankan juga meminta agunan berlebihan. Padahal, UMKM
dituntut berhadapan dengan persaingan bebas yang memerlukan modal besar. Hal-hal
tersebut menjadikan UMKM lemah. "Dari perbankan kurang, produksinya juga masih kurang,"
ujarnya.
Dukungan pendanaan yang minim bagi UMKM tidak seimbang dengan peran UMKM
terhadap perekonomian pada umumnya. Tahun 2006 saja, dari pertumbuhan ekonomi
nasional sebesar 5,5 persen, kontribusi sektor formal hanya 1 persen hingga 1,5 persen.
Sebaliknya, peran UMKM malah sangat dominan karena memberikan kontribusi 4 persen
hingga 4,5 persen.
Demikian pula penyerapan tenaga kerja yang sangat besar. Dari seluruh kesempatan kerja,
91,14 persen di sektor UMKM. Sementara penyerapan dari usaha besar hanya 3,86 persen.
"UMKM semakin lemah karena tidak mempunyai legalitas. Usaha perseorangan akhirnya
kerap diposisikan di bawah koperasi," tutur Welirang.
Meski demikian, perbankan melalui Bank Indonesia (BI) berupaya meningkatkan layanan
pembiayaan bagi UMKM. Salah satunya, penguatan kelembagaan melalui pertalian program
bank perkreditan rakyat dan bank umum. "Langkah-langkah itu tidak lepas dari kenyataan
bahwa peranan perbankan dalam sistem keuangan Indonesia masih sangat dominan," ujar
Pengawas BI Wibisono.
Untuk itu, BI mempunyai kebijakan pengembangan UMKM. Kalangan perbankan diminta
memerhatikan UMKM. Meski demikian, bank diminta tidak sekadar mengejar target dalam
mengucurkan kredit. "Bank jangan spekulatif, tetapi harus memerhatikan beberapa faktor,
misalnya prospek dan potensi UMKM yang mengajukan kredit," katanya.
Di sisi lain, bank sangat berhati-hati agar tingkat non performing loan (NPL) tidak melonjak.
Sampai sekarang NPL kurang dari 5 persen. Sampai akhir tahun ini NPL diharapkan tidak
lebih dari 5 persen.
Menurut dia, sebagai upaya mengembangkan UMKM, BI meningkatkan fungsi intermediasi
dalam bentuk program dan kebijakan. Dukungan yang diberikan bukan hanya berupa
pendanaan, tetapi juga hal teknis. "Kebijakan diarahkan untuk meningkatkan kemampuan
UMKM sehingga mampu memenuhi persyaratan bank," kata Wibisono. (BEE)

Berkhas

17

Volume VI Juni 2008

Kompas

Kamis, 05 Juni 2008

Usa ha Ke cil

Pr e side n: D a na KUR D it ingk a t k a n M e nj a di Rp 1 5
Tr iliun
Kamis, 5 Juni 2008 | 01:14 WIB
Jakarta, Kompas - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menegaskan bahwa program
penyaluran penjaminan kredit melalui perbankan yang disebut kredit usaha rakyat atau KUR
jumlahnya akan ditingkatkan menjadi dua kali lipat tahun ini, dari sebelumnya Rp 6,8 triliun
menjadi Rp 15 triliun. Pada tahun depan, pemerintah akan meningkatkan kembali jumlahnya.
Demikian disampaikan oleh Presiden Yudhoyono saat membuka Pekan Produk Budaya
Indonesia (PPBI) di Jakarta Convention Center, Rabu (4/6).
”Program KUR seperti yang disampaikan Menko Kesra Aburizal Bakrie akan terus
dikembangkan. Kalau sekarang sudah mencapai Rp 6 triliun lebih, saya ingin tahun ini kita
tingkatkan terus sampai dengan sekitar Rp 15 triliun. Tahun depan, KUR akan kita tingkatkan
kembali agar bisa mendorong ekonomi kreatif di tingkat usaha kecil,” ujar Presiden.
Genjot ekonomi kreatif
Menurut Presiden Yudhoyono, program KUR dalam menggenjot ekonomi kreatif masyarakat
Indonesia tidak semata-mata dilihat dari keuntungan ekonomi belaka, tetapi juga dari aspek
budaya bangsa, warisan bangsa.
Lebih jauh Presiden Yudhoyono mengajak komponen bangsa untuk mengembangkan
ekonomi kreatif yang berbasis warisan budaya bangsa. Dengan potensi sumber daya alam
yang kuat, bangsa Indonesia diyakini bisa mengembangkan ekonomi yang kuat.
”Mengembangkan ekonomi kreatif akan bisa mengembangkan perekonomian Indonesia.
Dengan potensi sumber daya alam yang bisa kita tingkatkan, kita bisa mengembangkan
perekonomian,” ujar Presiden Yudhoyono.
Namun, kata Presiden, untuk membuat negara yang maju pada abad ke-21 dibutuhkan tiga
syarat, yaitu kemandirian bangsa, daya saing, dan peradaban yang harmonis.
Hadir dalam acara tersebut Pelindung dan Ketua Umum Dewan Kerajinan Nasional Ny Ani
Bambang Yudhoyono dan Ny Mufidah Jusuf Kalla serta sejumlah menteri Kabinet Indonesia
Bersatu.
Kali ini, Pekan Produk Budaya Indonesia bertema ”Warisan Budaya Bangsa Inspirasi
Ekonomi Kreatif Indonesia”.
Program KUR digulirkan Presiden Yudhoyono pada November 2007. Plafon kredit tersebut
sebesar Rp 500 juta. KUR merupakan kredit program yang disalurkan dengan menggunakan
pola penjaminan.
Kredit ini diperuntukkan bagi pengusaha mikro dan kecil yang tidak memiliki agunan tetapi
memiliki usaha yang layak dibiayai bank.
Pemerintah menyubsidi KUR dengan tujuan memberdayakan pengusaha mikro dan kecil.
Agar tidak memberatkan debitor, suku bunganya dipatok maksimal 16 persen per tahun. (har)

Berkhas

18

Volume VI Juni 2008

Bisnis I ndonesia

Jumat, 06 Juni 2008

3 Rit e l dunia j a di j a r inga n e k spor RI
JAKARTA: Departemen Perdagangan akan menggenjot ekspor produk pangan, kerajinan,
dan fashion di Eropa dan Jepang melalui jaringan ritel internasional Carrefour, Delhaize, dan
Seibu.
Tiga merek peritel raksasa tersebut sudah masuk ke Indonesia, yaitu PT Carrefour Indonesia
yang membuka gerai hipermarket Carrefour, Delhaize membuka supermarket Super Indo,
dan Department Store Seibu yang dibawa oleh PT Mitra Adiperkasa Tbk.
"Untuk makanan kita sudah mulai dengan Carrefour, dua minggu lalu kami sudah bawa 18
[pemasok produk] ke Carrefour yang ada di Prancis. Masih ada rencana dengan Delhaize
dan Seibu," kata Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu, kemarin.
Mendag menilai pemasaran melalui ritel berjaringan internasional merupakan salah satu
upaya potensial untuk menggenjot ekspor makanan dan produk hasil industri kreatif.
Seperti diketahui ada 14 jenis hasil karya industri kreatif yang akan digenjot pemerintah,
antara lain produk fashion (pakaian jadi dan aksesoris), kerajinan, dan barang seni.
Menurut Mari, instansi yang dikomandoinya juga terus mencari mitra usaha dengan peritel
modern dunia lainnya. Untuk itu, Depdag telah minta pihak kedutaan Indonesia di luar negeri
untuk penjajakan.
"Negara potensial lain adalah Singapura, Malaysia [meski] susah-susah gampang, Jepang
dan China. Yang baru ada mulai penjajakan di Jepang."
Mari mengakui memang tidak mudah untuk bisa menembus ritel berjaringan dunia sehingga
perlu proses panjang untuk melakukan penjajakan. Hal itu mengingat peritel top dunia
melakukan penyeleksian produk yang akan dijual di gerainya dengan ketat.
Dalam kesempatan terpisah Irawan D. Kadarman, Direktur Corporate Affairs PT Carrefour
Indonesia mengakui produk pangan, kerajinan dan fashion dari Indonesia berpotensi
dipasarkan di jaringan toko Carrefour tidak hanya di Prancis, tetapi juga di seluruh dunia.
Oleh Linda T. Silitonga
Bisnis Indonesia

Berkhas

19

Volume VI Juni 2008

Bisnis I ndonesia

Jumat, 06 Juni 2008

Ke r a j ina n ba t u a la m t a w on pr ospe k t if
Jambi: Kerajinan batu alam tawon Kabupaten Sarolangun, Provinsi Jambi pemasarannya
telah menembus tiga negara, yakni China, Thailand, dan Taiwan, dan permintaan itu terus
meningkat.
Pengusaha kerajinan batu alam tawon M Khatib mengatakan Kabupaten Sarolangun memiliki
potensi kandungan batu alam tawon di Kecamatan Limun yang kini menjadi salah satu mata
pencaharian penduduk setempat selain bertani.
Batu alam tawon itu bisa didapatkan di sungai dan digali, lalu diasah menjadi berbagai
aksesori, seperti mata cincin, liontin, gelang, tasbih, bros, dan sebagainya, yang harganya
bisa mencapai ratusan ribu rupiah per buah.
Khatib mengakui sudah menggeluti usaha kerajinan batu alam tawon itu sejak enam bulan
lau, yang sebelumnya batu tersebut dijual penduduk setempat dalam bentuk baku atau belum
diolah. (Antara)

Berkhas

20

Volume VI Juni 2008

Bisnis I ndonesia

Jumat, 06 Juni 2008

Re a lisa si KUR di N TB Rp1 4 ,8 m ilia r
MATARAM: Kredit usaha rakyat (KUR) dengan fasilitas penjamin kredit dari pemerintah yang
diluncurkan Presiden sejak 5 November 2007, realisasinya di wilayah Nusa Tenggara Barat
(NTB) baru sebesar Rp14,8 miliar.
Padahal, tidak ada batasan KUR untuk NTB karena dana yang tersedia cukup banyak, tapi
banyak Usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) dan koperasi yang belum mengaksesnya,
kata Kepala Dinas Koperasi dan UKM NTB, Muhammad Said, kemarin.
Dia menjelaskan KUR merupakan salah satu klaster kebijakan pemberdayaan masyarakat
terkait dengan kenaikan harga BBM. (Antara)

Berkhas

21

Volume VI Juni 2008

Bisnis I ndonesia

Jumat, 06 Juni 2008

RUU Usa ha Ke cil M e ne nga h dise pa k a t i
JAKARTA: Pemerintah dan Komisi VI DPR kemarin menandatangani kesepakatan RUU
tentang UMKM untuk disahkan menjadi undang-undang bagi pemberdayaan usaha mikro
kecil dan menengah.
Penandatanganan draf atau naskah kesepakatan UU kemarin dilakukan ke-10 wakil fraksi
partai di DPR bersama Menteri Negara Koperasi dan UKM Suryadharma Ali setelah seluruh
fraksi menyampaikan pendapat akhir mini.
"Ini merupakan hari bersejarah bagi usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) Indonesia,"
kata Suryadharma usai rapat kerja dengan Komisi VI pada pembicaraan tingkat pertama
pengesahan UU.
Produk hukum UU tentang UMKM, katanya, melalui proses cermat yang dikerjakan oleh
anggota dewan bersama seluruh fraksi dan pemerintah. Momentum ini dipandang vital bagi
pemberdayaan sektor riil pada masa depan.
Pada dasarnya, kata Suryadharma, undang-undang diciptakan untuk meningkatkan
kesempatan dan perlindungan kepada UMKM agar mampu memperluas lapangan kerja dan
pelayanan ekonomi luas kepada masyarakat.
Karena itu, lanjutnya, UMKM harus memperoleh kesempatan, dukungan, perlindungan, dan
pengembangan usaha. Ini adalah wujud keberpihakan kepada usaha ekonomi rakyat, tanpa
mengabaikan peranan usaha besar dan BUMN.
Draf UU yang sudah disepakati akan dimatangkan pada sidang paripurna pada 10 Juni di
Komisi VI. Setelah itu diserahkan kepada presiden untuk disahkan menjadi undang-undang.
Kriteria UKM
Dalam naskah tersebut, a.l. sudah menetapkan kriteria untuk usaha mikro kecil dan
menengah. Kriteria yang ditetapkan berdasarkan jumlah aset dan omzet setiap unit usaha,
tidak lagi mencakup jumlah tenaga kerja.
Untuk kategori usaha mikro, nilai kekayaan bersih maksimal Rp50 juta, tidak termasuk tanah
dan bangunan usaha, sedangkan hasil penjualan per tahun maksimal Rp300 juta.
Untuk kriteria usaha kecil, kekayaan bersih maksimal Rp50 juta tidak termasuk tanah dan
bangunan. Untuk hasil penjualan tahunan lebih dari Rp300 juta atau maksimal Rp50 miliar.
Kriteria usaha menengah adalah memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp500 juta tidak
termasuk tanah dan bangunan serta hasil penjualan tahunan lebih dari Rp2,5 miliar serta nilai
maksimal Rp50 miliar.
Terhadap usaha mikro tetap dilakukan pendekatan secara ekonomi dan sosial agar bisa
dipacu menaikkan kelas ke kategori kecil.
Bagi kategori di atasnya, diharapkan bisa profesional karena akan menghadapi persaingan
global.
"Pendekatan ekonomi dan sosial kami maksud adalah memberikan informasi ataupun
peningkatan kapasitas serta akses permodalan," ujar Deputi Bidang Kelembagaan
Kemenkop dan UKM Untung Tri Basuki.
Oleh Mulia Gi