Usaha Kecil-November 2008

VOLUME VI NOVEMBER 2008

USAHA KECIL

Berkhas merupakan salah satu media Akatiga yang menyajikan kumpulan berita dari
berbagai macam surat kabar, majalah, serta sumber berita lainnya. Jika pada awal
penerbitannya kliping yang ditampilkan di Berkhas dilakukan secara konvensional, maka
saat ini kliping dilakukan secara elektronik, yaitu dengan men-download berita dari situssitus suratkabar, majalah, serta situs berita lainnya.
Bertujuan untuk menginformasikan isu aktual yang beredar di Indonesia, Berkhas
diharapkan dapat memberi kemudahan kepada pihak-pihak yang berkepentingan dalam
pencarian data atas isu-isu tertentu. Berkhas yang diterbitkan sebulan sekali ini setiap
penerbitannya terdiri dari isu Agraria, Buruh, dan Usaha Kecil.
Untuk memperluas area distribusi, Berkhas diterbitkan melalui 2 (dua) macam media
yaitu media cetakan (hardcopy) serta media online berupa pdf file yang dapat diakses
melalui situs web Akatiga (www.akatiga.or.id).

Da ft a r I si

Kredit UKM Bekasi Senilai Rp 3,7 Miliar Macet ----------------------------------------------------

1


Semen Padang Bantu UKM Rp 1,2 Miliar -----------------------------------------------------------

2

Kredit UKM Bekasi Senilai Rp 3,7 Miliar Macet ----------------------------------------------------

3

'Kebijakan kemitraan UKM perlu dirombak' ---------------------------------------------------------

4

Fukuda Dorong UKM di Indonesia---------------------------------------------------------------------

5

Samarinda prioritaskan UKM ---------------------------------------------------------------------------

7


UMKM butuh lembaga penjamin -----------------------------------------------------------------------

8

80 UMKM didorong masuk Carrefour-----------------------------------------------------------------

9

Kadin: Pembatasan produk impor ganggu pasok ritel sesaat---------------------------------- 10
Penyaluran KUR tertekan dampak krisis global --------------------------------------------------- 11
UKM Center salurkan kredit ----------------------------------------------------------------------------- 12
Pemerintah Seleksi UKM Ikut Pameran-------------------------------------------------------------- 13
Perajin Ukir Sepi Pembeli -------------------------------------------------------------------------------- 14
Pengusaha batako batasi produksi-------------------------------------------------------------------- 16
Renovasi 63 Pasar Tradisional Rampung 2010 --------------------------------------------------- 17
'7-Eleven agar masuk lewat waralaba' --------------------------------------------------------------- 19
UKM dipacu manfaatkan teknologi informasi ------------------------------------------------------- 20
Banten sediakan jaminan kredit ------------------------------------------------------------------------ 21
Juklak perpasaran difinalisasi--------------------------------------------------------------------------- 22

'Minimarket asing harus waralaba'--------------------------------------------------------------------- 23
Usaha kecil berpeluang isi kekosongan garmen di pusat grosir ------------------------------ 24
Akankah Mendag membatasi trading term? -------------------------------------------------------- 25
Bengkulu terima dana Rp81,97 miliar ---------------------------------------------------------------- 27
Dekopin buka akses pasar internasional ------------------------------------------------------------ 28
Program Kredit Usaha Kecil DKI Tidak Maksimal ------------------------------------------------- 29
Bahana siapkan UMKM Award ------------------------------------------------------------------------- 30
Aprindo setuju batasan biaya trading term ---------------------------------------------------------- 31
Kredit mikro Nagari serap pekerja --------------------------------------------------------------------- 32
UKM Motor Utama Pertumbuhan Industri Manufaktur ------------------------------------------- 33
Pelaku UMKM Perlu Kenal Ekoefisiensi ------------------------------------------------------------- 34
'Batasan trading term agar seragam' ----------------------------------------------------------------- 35
Dekopin: Perlancar kredit UMKM ---------------------------------------------------------------------- 36

KPPU: Listing fee merupakan praktik tidak adil ---------------------------------------------------- 37
Rendah, Kesadaran UKM Terapkan COC ---------------------------------------------------------- 39
2009,BII Fokus ke UKM ---------------------------------------------------------------------------------- 40
Akses pasar UKM dipacu dengan CSR -------------------------------------------------------------- 41
Gapmmi: Jangan lakukan aksi borong --------------------------------------------------------------- 42
PNM siapkan pembiayaan Rp1,5 triliun -------------------------------------------------------------- 43

Perajin cual keluhkan harga ----------------------------------------------------------------------------- 45
Perajin cual keluhkan harga ----------------------------------------------------------------------------- 46
Menyikapi dilema private label-------------------------------------------------------------------------- 47
Nampa: Peritel agresif tekan pemasok --------------------------------------------------------------- 49
Perajin kesulitan kayu albasia -------------------------------------------------------------------------- 51
Peritel minta pajang produk asing tak dilarang----------------------------------------------------- 52
UMKM tahan hadapi krisis ------------------------------------------------------------------------------- 53
Kadin: Peritel asing agar dilarang impor ------------------------------------------------------------- 54

Tempo I nteraktif

Minggu, 02 November 2008

Kr e dit UKM Be k a si Se nila i Rp 3 ,7 M ilia r M a ce t
Minggu, 02 November 2008 | 11:53 WIB
TEMPO Interaktif, Jakarta: Kredit dana bantuan bergulir Pemerintah Kabupaten Bekasi senilai Rp
3,7 miliar macet. Dana itu adalah pinjaman usaha kecil/mikro dan menengah (UKM) sejak 2002
lalu.
Kepala Bidang Ekonomi, Kusmawan, kredit diberikan kepada tiga jenis UKM. Sektor pertanian,
kerajinan, dan kemasan. "Nilai kredit Rp 3 juta- Rp 5 juta setiap UKM," kata Kusmawan, ketika

dihubungi Tempo, Minggu (2/11).
Jumlah keseluruhan kreditor sekitar 600 UKM, tetapi hanya 180 UKM atau 30 persennya saja
yang membayar. Total dana bantuan bergulir dari anggaran pendapatan dan belanja daerah
(APBD) 2002, sekitar Rp 5,4 miliar. Tetapi yang kembali hanya Rp 1,3 miliar.
Menurut Kusmawan, pengambilan kredit seluruh UKM melalui Bank Jawa Barat Cabang Bekasi.
Jaminanannya, sertifikat rumah dan lahan. Saat ini, kata Kusmawan, pihaknya telah melakukan
penagihan melalui surat yang ditujukan langsung kepada UKM yang masih menunggak. Tetapi,
belum ada yang membayar.
UKM yang tersangkut kredit macet itu, terang Kusmawan, akan diganjar sanksi. Jaminan
kreditnya tidak dilepas, dan tidak lagi diberi pinjaman. "Black list," katanya. Kusmawan tidak
menyebut nama-nama UKM bermasalah itu.
Hamluddin

Berkhas

1

Volume VI November 2008

Tempo I nteraktif


Sabtu, 01 November 2008

Se m e n Pa da ng Ba nt u UKM Rp 1 ,2 M ilia r
Sabtu, 01 November 2008 | 08:53 WIB
TEMPO Interaktif, Padang: PT Semen Padang menggelontorkan bantuan untuk 85 usaha kecil
dan menengah (UKM) di Sumatera Barat senilai Rp 1,276 miliar. Pada 2008, Semen Padang
menganggarkan sekitar Rp3 miliar untuk bantuan UKM yang dianggarkan dari program
Corporate Social Responsibility (CSR).
"Jadi ini bantuan tahap dua, sebelumnya diberikan pada awal tahun," kata Kepala Hubungan
Masyarakat PT Semen Padang Hasfi Rafik, Sabtu (1/11). Dari 85 UKM yang mendapat bantuan,
57 UKM yang baru pertama kali mendapat bantuan, sedangkan 28 UKM lainnya merupakan
binaan Semen Padang sebelumnya yang pernah mendapat bantuan.
"Ini pinjaman bergulir, tidak dikenai bunga, kalau mereka sukses mengembalikan bisa diberi
pinjaman lagi," kata Hasfi Rafik. Ia mengatakan, sejauh initidak banyak UKM yang nakal yang
tidak mengembalikan pinjaman.
Selain memberi bantuan pinjaman lunak, Semen Padang juga memberi pelatihan manajemen
serta sering melibatkan UKM untuk mengikuti berbagai pameran sebagai media menjual
produknya.
Febrianti


Berkhas

2

Volume VI November 2008

Tempo I nteraktif

Minggu, 02 November 2008

Kr e dit UKM Be k a si Se nila i Rp 3 ,7 M ilia r M a ce t
Minggu, 02 November 2008 | 11:53 WIB
TEMPO Interaktif, Jakarta: Kredit dana bantuan bergulir Pemerintah Kabupaten Bekasi senilai Rp
3,7 miliar macet. Dana itu adalah pinjaman usaha kecil/mikro dan menengah (UKM) sejak 2002
lalu.
Kepala Bidang Ekonomi, Kusmawan, kredit diberikan kepada tiga jenis UKM. Sektor pertanian,
kerajinan, dan kemasan. "Nilai kredit Rp 3 juta- Rp 5 juta setiap UKM," kata Kusmawan, ketika
dihubungi Tempo, Minggu (2/11).
Jumlah keseluruhan kreditor sekitar 600 UKM, tetapi hanya 180 UKM atau 30 persennya saja

yang membayar. Total dana bantuan bergulir dari anggaran pendapatan dan belanja daerah
(APBD) 2002, sekitar Rp 5,4 miliar. Tetapi yang kembali hanya Rp 1,3 miliar.
Menurut Kusmawan, pengambilan kredit seluruh UKM melalui Bank Jawa Barat Cabang Bekasi.
Jaminanannya, sertifikat rumah dan lahan. Saat ini, kata Kusmawan, pihaknya telah melakukan
penagihan melalui surat yang ditujukan langsung kepada UKM yang masih menunggak. Tetapi,
belum ada yang membayar.
UKM yang tersangkut kredit macet itu, terang Kusmawan, akan diganjar sanksi. Jaminan
kreditnya tidak dilepas, dan tidak lagi diberi pinjaman. "Black list," katanya. Kusmawan tidak
menyebut nama-nama UKM bermasalah itu.
Hamluddin

Berkhas

3

Volume VI November 2008

Bisnis I ndonesia

Senin, 03 Nov


'Ke bij a k a n k e m it r a a n UKM pe r lu dir om ba k '
JAKARTA: Pemerintah harus merombak kebijakan di sektor perdagangan, industri, moneter
ataupun fiskal untuk mengembangkan bisnis usaha mikro, kecil menengah, dan koperasi melalui
kemitraan.
Hendri Saparini, ekonom Econit Advisory Group, mengatakan langkah tersebut diperlukan
sebagai wujud kebijakan pendukung rencana kemitraan pengusaha besar dengan koperasi,
pengusaha kecil, dan menengah.
"Pemerintah mau mengembangkan koperasi, pengusaha kecil, dan menengah, tetapi kebijakan
perdagangannya masih liberal. Bagaimana mungkin bisa mengembangkannya sementara
pasarnya digerogoti," kata Saparini pada workshop Pengembangan Investasi Koperasi dan UKM
melalui Kemitraan, pekan lalu.
Menurut dia, harus ada kebijakan yang komprehensif sebagai pengawalannya, baik kebijakan
perombakan perdagangan, industri, moneter maupun fiskal. "Kalau tidak ada pembatasan impor,
bagaimana mungkin UKM bisa maju."
Saparini menegaskan di sektor industri juga tidak ada perencanaan pengembangan, termasuk
bidang industri pendukung sebagai pencipta bahan baku, bahan setengah jadi. Jika tidak
memiliki perencanaan itu, industri besar dan kecil tidak akan bisa bermitra.
"Kemitraan yang dimaksud Kementerian Negara Koperasi dan UKM bukan seperti kemitraan
yang kita harapkan bahwa bisa meningkatkan value added. Siapa pun pasti bermitra dengan

orang lain, tapi tidak akan optimal tanpa ada perencanaan."
Kalau pemerintah ingin mendorong kemitraan, harus dilakukan penataan kebijakan-kebijakan,
termasuk investasi. Langkah semacam itu sudah dilakukan setiap negara. Jika mengabaikannya
hanya akan menjadi kebijakan tanpa isi.
Apalagi, menurut Saparini, jika pemerintah tidak memiliki strategi industri, berarti pemilihan
bidang-bidang kemitraan itu bukan yang prospektif. Dia menilai otomotif tidak dijadikan sektor
kemitraan oleh pemerintah, karena memiliki linkage yang sangat panjang.
Kelanjutan
Herustiati, Asisten Deputi Kemitraan dan Jaringan Usaha Kementerian Negara Koperasi dan
UKM, mengatakan gagasan perombakan kebijakan sangat positif untuk melanjutkan rencana
kemitraan antara usaha besar dengan UMKM dan koperasi.
"Rencana ini merupakan bagian dari implementasi Peraturan Presiden Nomor 76 Tahun 2007
untuk bidang usaha yang dicadangkan bagi UMKM dan koperasi dan bidang usaha terbuka
dengan syarat kemitraan."
Melalui workshop melibatkan berbagai pakar di bidangnya diharapkan mampu mengeksplorasi
upaya-upaya peningkatan investasi berbasis kemitraan dan meningkatkan kesepahaman
perspektif dalam pengembangan UMKM dan koperasi dengan usaha besar, baik dari investor
lokal maupun luar negeri.
Oleh Mulia Ginting Munthe
Bisnis Indonesia


Berkhas

4

Volume VI November 2008

Kompas

Senin, 03 November 2008

Wawancara

Fuk uda D or ong UKM di I ndone sia
KOMPAS/LUKI AULIA / Kompas Images
Senin, 3 November 2008 | 03:00 WIB
Nur Hidayati dan Luki Aulia
Presiden Asosiasi Indonesia-Jepang Yasuo Fukuda mengunjungi Indonesia akhir pekan lalu. Ia
berkunjung untuk menghadiri pembukaan Indonesia-Japan Expo yang diselenggarakan harian
Kompas dan harian ekonomi Jepang, Nikkei, 1-9 November 2008, dalam rangkaian peringatan
50 tahun hubungan diplomatik kedua negara.
Yasuo Fukuda (72) sempat mengundurkan diri dari jabatan Presiden Asosiasi Indonesia-Jepang
untuk menghindari konflik kepentingan ketika ia menjabat sebagai Perdana Menteri Jepang.
Bulan September 2008, setelah lengser dari jabatan perdana menteri, ia kembali meneguhkan
niatnya untuk bekerja keras meningkatkan hubungan baik Indonesia-Jepang.
Yasuo Fukuda meneruskan nama besar sang ayah, Perdana Menteri Takeo Fukuda, yang
dikenal dengan pemikiran politik Doktrin Fukuda.
Doktrin yang diumumkan tahun 1977 itu memberi arah pada politik luar negeri Jepang dalam
membangun kerja sama dengan negara-negara Asia, termasuk dalam bidang perekonomian.
Mengawali wawancara khusus dengan Kompas, Sabtu (1/11) petang, Fukuda mengomentari
suhu ruangan hotel tempatnya menginap di Jakarta.
Suhu ruangan itu dibuat terlalu rendah dibandingkan dengan suhu luar ruangan. Ia mengatakan,
di Jepang, kini pemerintah bahu-membahu dengan masyarakat untuk memperkecil perbedaan
suhu di dalam dan luar ruangan. Keterbatasan sumber daya energi mendasari upaya itu.
”Indonesia kaya akan sumber energi, tetapi suatu saat nanti, entah kapan, sumber-sumber yang
tidak terbarukan juga akan habis. Selain itu, dampak lingkungan dari penggunaan energi juga
tidak bisa diabaikan. Saya berharap upaya hemat energi di Jepang, termasuk teknologi yang
dikembangkan untuk itu, juga bisa diterapkan di sini,” ungkapnya.>w 9736m<
Kerja sama ekonomi Indonesia-Jepang, menurut Fukuda, bersifat saling melengkapi. Indonesia
kaya dengan sumber daya alam dan energi.
Struktur industri Jepang
Populasi penduduk Indonesia juga tumbuh cukup tinggi. Sebaliknya, Jepang menguasai
teknologi, tetapi miskin sumber daya alam. Populasi penduduknya pun menua.
Akan tetapi, hubungan komplementer itu tidak berarti Indonesia harus selalu menjadi pemasok
komoditas mentah dan energi, tanpa menyerap teknologi Jepang.
Menanggapi persepsi sebagian kalangan tentang keengganan Jepang mentransfer teknologi
dalam kerja sama industrial dengan pihak lain, Fukuda bertutur tentang struktur industri Jepang
yang ditopang oleh usaha kecil dan menengah.
”Di Indonesia banyak perusahaan Jepang berskala besar, tetapi sebenarnya di Jepang lebih
banyak perusahaan berskala kecil dan menengah, dengan jumlah tenaga kerja 10 orang atau
bahkan hanya satu keluarga yang memasok ke perusahaan besar,” ujarnya.

Berkhas

5

Volume VI November 2008

Kompas

Senin, 03 November 2008

Sekitar 97 persen perusahaan di Jepang berskala kecil dan menengah. Meski skala usahanya
kecil, mereka memiliki keahlian dan menguasai teknologi tinggi hingga bisa memasok suku
cadang berkualitas ke perusahaan-perusahaan besar. Jepang dikenal dengan penerapan
standar industri yang sangat ketat.
”Perusahaan kecil dan menengah ini mengembangkan teknologinya masing-masing selama
puluhan tahun. Bahkan, ada yang lebih dari 100 tahun. Perusahaan kecil dan menengah itulah
yang sebenarnya menopang perekonomian Jepang,” tuturnya.
Fukuda tidak melengkapi jawabannya dengan gambaran tentang usaha kecil menengah (UKM)
di Indonesia.
Perusahaan berskala kecil menengah juga mendominasi unit usaha di Indonesia. Namun,
penerapan standar nasional masih amat lemah, terlebih lagi bagi kalangan UKM.
”Saya juga mendengar tahun lalu peraturan investasi di Indonesia diperketat. Saya kira transfer
teknologi juga terkendala aturan ini. UKM Jepang yang ingin berinvestasi atau membuka
pabriknya di Indonesia terhambat. Namun, saya bisa memahami kekhawatiran masuknya
investasi UKM ini akan mempersulit kompetisi. Persoalan ini perlu lebih dikomunikasikan,”
ujarnya.
Meski demikian, Fukuda menegaskan, Pemerintah Jepang berkomitmen kuat mendorong
peningkatan teknologi dalam kegiatan produksi di Indonesia.
Pada Persetujuan Kemitraan Ekonomi Indonesia-Jepang yang mulai berlaku 1 Juli 2008, kedua
negara menyepakati adanya pusat pengembangan industri manufaktur (manufacturing industry
development center) yang meliputi rangkaian program berkelanjutan di 13 sektor industri.
Kajian pendalaman struktur industri saat ini tengah disusun untuk mendasari implementasi
MIDEC. Tujuannya, memperkuat struktur industri di Indonesia dengan membangun lagi integrasi
sektor hulu dan hilir yang selama ini lebih banyak terputus-putus.
Agar tidak sekadar menjadi perakit dalam proses produksi otomotif, misalnya, dibutuhkan
penguasaan konsep dan desain produk. Dibutuhkan pula penguasaan teknologi, bukan untuk
mengoperasikan mesin, tetapi membuat cetakan mesin atau komponen itu sendiri.
Fukuda menegaskan, kekayaan demografi Indonesia serta potensi ekonominya membuat
Indonesia selayaknya mengambil kepemimpinan di ASEAN, juga dalam bidang perekonomian.
Arti penting Indonesia itu, kata Fukuda, membuat Jepang meyakini kerja sama kedua negara
juga akan memberi kontribusi yang berarti bagi kawasan Asia.
”Indonesia bukan saja layak mengambil kepemimpinan di ASEAN, tetapi juga bisa. Saya ingin
menyampaikan pesan agar Indonesia lebih bersemangat untuk maju karena potensi Indonesia
untuk berkembang sangat besar,” ujarnya.
Ia mencontohkan, di masa datang ketersediaan air minum diperhitungkan menjadi isu global.
Sementara Indonesia, diyakini Fukuda, sangat kaya dengan sumber daya air. Menjadi
pertanyaan, apa yang sudah dilakukan untuk mengembangkan potensi di negeri ini menjadi
kekuatan nyata.

Berkhas

6

Volume VI November 2008

Bisnis I ndonesia

Selasa, 04 November 2008

Sa m a r inda pr ior it a sk a n UKM
SAMARINDA: Pemerintah Kota Samarinda akan lebih memerhatikan peningkatan sektor
koperasi, usaha kecil dan menengah pada 2009.
"Bukan berarti perhatian Pemkot Samarinda terhadap UKM tahun ini tidak optimal," ujar
Pelaksana Tugas (Plt) Kabag Humas Sekretariat Kota Samarinda M. Faisal kemarin.
Selama ini, pengembangan dan pembinaan terhadap UKM dan Koperasi dinilai berhasil, terbukti
dari penghargaan Bintang Satya Lencana Wira Karya bidang Koperasi yang diberikan Presiden
Susilo Bambang Yudhoyono di Jakarta pada 12 Juli 2004 kepada Wali Kota Samarinda Achmad
Amins.
Terkait dengan kemungkinan adanya peningkatan anggaran UKM yang akan dikucurkan pada
2009, Plt Kabag Humas Sekkot Samarinda itu mengatakan pembinaan UKM tidak mesti harus
dilakukan dengan cara memberi bantuan modal.
Namun, lebih pada pembinaan teknis, baik mutu maupun pengelolaan usaha unuk membentuk
UKM mandiri. "Ibarat memberi kail dan bukan memberi ikannya." (Antara)

Berkhas

7

Volume VI November 2008

Bisnis I ndonesia

Selasa, 04 November 2008

UM KM but uh le m ba ga pe nj a m in
MATARAM: Usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) membutuhkan lembaga penjamin untuk
mengakses kredit dari perbankan.
"Untuk menyikapi kebutuhan UMKM itu maka harus dibentuk lembaga penjamin di daerah agar
kendala permodalan itu teratasi," kata Wakil Gubernur Nusa Tenggara Barat Badrul Munir ketika
menyampaikan pendapat atas Raperda Usul Inisiatif DPRD NTB, pekan lalu.
Salah satu raperda usul inisiatif DPRD NTB itu, yakni Raperda tentang Penjamin Kredit Koperasi
dan UMKM.
Munir berharap, pembahasan raperda itu segera rampung hingga disahkan agar dapat
diimplementasikan pada 2009.
"Selama ini belum ada lembaga penjamin di daerah sehingga UMKM selalu kesulitan modal
usaha dan untuk mewujudkan UKMK yang tangguh dan profesional maka penguatan modal
melalui akses perbankan mutlak dilakukan," ujarnya. (Antara)

Berkhas

8

Volume VI November 2008

Bisnis I ndonesia

Rabu, 05 November 2008

8 0 UM KM didor ong m a suk Ca r r e four
JAKARTA: Pemerintah memfasilitasi pertemuan 80 usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM)
menjadi mitra Carrefour Indonesia untuk meningkatkan akses pasar modern.
Ikhwan Asrin, Deputi Bidang Pemasaran Dan Jaringan Usaha Kementerian Negara Koperasi dan
UKM, mengatakan fasilitasi untuk mendorong pertambahan UMKM mitra pengusaha besar.
"Ke-80 UKM ini merupakan hasil binaan Yayasan Dharma Bhakti Astra (YDBA) dan kami
fasilitasi melalui warung bisnis (warbis) Kementerian Koperasi dan UKM," kata Ikhwan kemarin.
Ke-80 pelaku usaha kemarin memamerkan berbagai produk di Kementerian Koperasi dan UKM
untuk dinilai tim Carrefour, terutama dari segi kelayakan dan kesiapannya masuk jaringan itu.
(Bisnis/mgm)

Berkhas

9

Volume VI November 2008

Bisnis I ndonesia

Kamis, 06 November 2008

Ka din: Pe m ba t a sa n pr oduk im por ga nggu pa sok r it e l
se sa a t
JAKARTA: Kadin Indonesia mendukung kebijakan Depdag membatasi impor produk garmen,
alas kaki, elektronik, mainan anak-anak, dan produk makanan dan minuman, meski berpotensi
menghambat pasokan barang ke toko modern dalam sesaat.
Ketut Suardhana Linggih, Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia
bidang Perdagangan dan Distribusi, memperkirakan potensi terhambatnya pasokan sejumlah
produk ke toko modern hanya sesaat, yaitu kurang dari 1 bulan.
"Pengusaha itu pintar. Tentunya ketimbang tokonya kosong peritel akan cepat menggantikan
pemasoknya dari importir terdaftar. Karena itu saya perkirakan potensi hambatan pasokan ke
toko hanya akan berlangsung kurang dari satu bulan," kata Ketut, kemarin.
Menurut dia, potensi terhambatnya pasokan ke toko karena selama ini importir tidak terdaftar
aktif menjadi pemasok.
Akan tetapi, importir itu tidak bisa dikatagorikan melakukan bisnis ilegal. Karena ada yang patuh
menyelesaikan berbagai ketentuan administrasi dan membayar kewajibannya.
"Meski berpotensi ada hambatan pasokan, toko modern tidak akan merugi
secepat mungkin untuk mencari importir terdaftar," kata Ketut.

karena peritel

Kadin Indonesia mendukung langkah yang dilakukan Depdag, karena bisa mengetahui importir
produk asing yang dijual di pasar, sehingga jika ditemukan pelanggaran mudah menelusuri
pelakunya.
"Kebijakan Depdag itu membantu pasar modern lebih bagus nantinya. Kalau ada pelanggaran
belum tentu peritelnya yang salah, bisa saja pemasoknya atau produsennya," kata Ketut.
Seperti diketahui Depdag menerbitkan aturan pembatasan impor garmen, alas kaki, elektronik,
mainan anak-anak, dan produk makanan dan minuman, karena selama ini pasar dalam negeri
selalu dibanjiri produk sejenis sehingga mengancam keberadaan industri domestik.
Aturan pembatasan impor terdapat dalam Peraturan Menteri Perdagangan No: 44/ MDAG/PER/10/2008 tentang Ketentuan Impor produk tertentu yang importirnya harus terdaftar di
Departemen Perdagangan. Aturan itu mulai diberlakukan pada 15 Desember 2008 hingga
Desember 2010 (Bisnis, 5 Nov. 2008).
Oleh Linda T. Silitonga
Bisnis Indonesia

Berkhas

10

Volume VI November 2008

Bisnis I ndonesia

Kamis, 06 November 2008

Pe ny a lur a n KUR t e r t e k a n da m pa k k r isis globa l
JAKARTA: Kementerian Negara Koperasi dan UKM melaporkan tren penyaluran kredit usaha
rakyat (KUR) turun sejak dampak krisis perekonomian global mulai merambah Indonesia.
Akhmad Djunaedi, Asisten Deputi Urusan Restrukturisasi Usaha Kementerian Negara Koperasi
dan UKM, mengatakan penurunan memang terjadi jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya
memasuki krisis global.
"Jika dalam dua bulan terakhir peningkatan debitor mencapai 1.600%, setelah krisis global akses
permodalan dari pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM), mulai datar," kata Akhmad
Djunaedi pada seminar Benarkah KUR Tanpa Jaminan?, kemarin
Di samping dampak krisis global, jumlah terbatas SDM perbankan peserta KUR juga dinilai
menjadi penyebab datarnya jumlah debitor yang memanfaatkan dana dengan penjaminan
pemerintah itu.
Dia mengharapkan bank peserta penyalur KUR perlu diperluas sehingga tidak hanya
mengandalkan enam bank saja, yakni Bank Mandiri, Bank Mandiri Syariah, Bank BTN, Bank
Bukopin, Bank BRI dan Bank BNI.
Terkait keluhan calon debitor KUR terhadap jaminan tambahan yang masih diwajibkan bank
penyalur, Akhmad Djunaedi pada seminar yang dilaksanakan Jurnal Nasional tersebut
menjelaskan persyaratan itu sesuai dengan kebijakan Bank Indonesia.
"Tapi agunan tambahan itu hanya sebagai bentuk dari keyakinan bank bahwa debitor memiliki
kelayakan usaha untuk mengembalikan pinjaman atau kredit yang mereka ajukan melalui
program KUR."
Keluhan terbesar disampaikan calon debitor terhadap pelayanan Bank BRI yang memiliki kantor
pelayanan terbesar dari enam bank peserta. Bank ini memiliki kantor pelayanan lebih dari 5.000
unit.
Jaminan tambahan
Nining I. Soesilo, Direktur UKM Center Universitas Indonesia, mengemukakan jaminan tambahan
yang masih diberlakukan bank terhadap calon debitor tidak bisa dihindari karena bisnis
perbankan berdasarkan kepercayaan.
Namun, dalam proses penyaluran bank kepada calon debitor kerap terjadi asimetri informasi
yang berdampak terhadap kurang harmonisnya hubungan kedua belah pihak.
"Bank ibaratnya seorang pria ganteng, sedangkan UKM merupakan seorang gadis cantik.
Keduanya memiliki hati yang baik dan beriman, tapi karena sama-sama memiliki penilaian,
mereka tidak sampai ke jenjang pernikahan. Seperti itulah bank dan UKM dalam program KUR,"
kata Nining.
Karena itu dia minta pemerintah melakukan sosialisasi KUR sampai pada masyarakat paling
bawah.
Oleh Mulia Ginting Munthe
Bisnis Indonesia

Berkhas

11

Volume VI November 2008

Bisnis I ndonesia

Kamis, 06 November 2008

UKM Ce nt e r sa lur k a n k r e dit
JAKARTA: Pusat Usaha Kecil Menengah (UKM Center) Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia
menyalurkan kredit kepada 35 debitor binaan dengan memanfaatkan sumber dana dari Program
Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) BUMN.
Direktur UKM Center Universitas Indonesia Nining I.Soesilo mengatakan penyaluran ini
merupakan bagian dari pelayanan yang wajib perguruan tinggi bagi masyarakat yang perlu
dukungan permodalan.
Program itu dimulai pada 2007 dengan besaran pinjaman hingga Rp100 juta. "Kami menyalurkan
dana sesuai dengan besaran bunga yang ditetapkan, yakni 6% per tahun. Biaya operasional
kami ambil dari program bina lingkungan," kata Nining kemarin.
Pada program kerja tahun depan UKM UI Center berupaya peningkatan pelayanan kepada 45
UKM. UKM UI Center juga melayani UKM yang mengalami krisis likuiditas ataupun manajemen.
(Bisnis/mgm)

Berkhas

12

Volume VI November 2008

Jurnal Nasional

Kamis, 06 November 2008

Ekonomi | Jakarta | Kamis, 06 Nov 2008 07:15:00 WIB

Pe m e r int a h Se le k si UKM I k ut Pa m e r a n
PEMERINTAH melakukan seleksi bagi produk-produk Usaha Kecil dan Menengah (UKM) yang
akan difasilitasi mengikuti pameran-pameran tingkat internasional dengan mengutamakan
produk-produk dengan kualitas yang diminta pasar luar negeri.
Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu dalam sambutan pada Rapat Kordinasi Nasional
bidang Kerjasama Ekonomi Internasional di Jakarta, mengatakan, strategi tersebut diharapkan
mampu meningkatkan daya saing produk UKM di luar negeri.
"Mungkin kita harus bedakan produk-produk UKM, jadi harus ada seleksi yang baik untuk produk
yang bisa diekspor, dan kita akan memfasilitasinya," kata Mendag.
Langkah itu, lanjutnya, perlu dukungan penuh dari pemerintah daerah serta institusi lintas
departemen seperti Kementerian Koperasi dan UKM, Departemen Perindustrian dan
Departemen Perdagangan.
"UKM-UKM yang akan diajak itu akan kita buat standar, demikian pula minimal harus banyak
UKM yang dilibatkan dalam pameran agar tidak diikuti oleh UKM yang itu-itu saja," kata Mendag.
Kepala Badan Pengembangan Ekspor Nasional (BPEN)Depdag, Bachrul Chairil mengakui,
produk-produk UKM yang layak dipamerkan di tingkat dunia masih membutuhkan perbaikan dari
segi kualitas dan kuantitas.
"Dalam rangka memperbaiki produk-produk yang ada dikarenakan masih terdapat produk yang
perlu perbaikan misalnya dalam packaging, desain dan lainnya," kata Bachrul.(Ant)

Berkhas

13

Volume VI November 2008

Kompas

Kamis, 06 November 2008

Pe r a j in Uk ir Se pi Pe m be li
Terhambat Kenaikan Harga Bahan Baku
Kamis, 6 November 2008 | 03:00 WIB
Palembang, Kompas - Perajin kayu ukir Palembang mengeluhkan sepinya pembeli. Hal tersebut
diperkirakan sebagai dampak tidak langsung menurunnya harga karet dan kelapa sawit. Selama
ini, sebagian pembeli kayu ukir Palembang merupakan petani karet dan kelapa sawit.
Dimas Dany, perajin kayu ukir di Kawasan 19 Ilir, Kecamatan Bukit Kecil, Palembang, Rabu
(5/11), mengatakan, kayu ukir produksinya dijual dalam bentuk pintu dan joglo (pelaminan).
Selain ke Palembang, kayu ukir juga dijual ke Lampung dan Jambi.
Ia tidak mengukir kayu sendiri, tetapi membeli ukiran kayu mentah dari perajin di Kecamatan
Sukarami, Kota Palembang, serta dari perajin ukir di Jepara. Kayu yang digunakan di antaranya
kayu jati, medang, dan durian.
Menurut Dimas, sejak sebulan lalu, permintaan kayu ukir menurun. Biasanya, mampu menjual
dua hingga tiga kayu ukir per hari. Namun, saat ini maksimal hanya satu kayu per hari. ”Bahkan,
kadang-kadang tidak ada pembeli,” ujarnya.
Penurunan permintaan tersebut diperkirakan sebagai dampak menurunnya penghasilan para
petani karet dan kelapa sawit. Saat ini, kondisi mereka juga sedang terpuruk, akibat anjloknya
harga kedua komoditas tersebut.
Padahal, sebagian pembelinya adalah petani karet dan sawit. Selain itu, penurunan permintaan
juga diperkirakan karena masyarakat sudah menghabiskan uang mereka untuk kebutuhan
Lebaran. ”Menjelang Lebaran, permintaan kayu ukir sangat banyak,” katanya.
Harga bahan naik
Dimas mengatakan, turunnya permintaan mengakibatkan pendapatan perajin berkurang.
Padahal, sejak kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) beberapa waktu lalu, mereka sudah
terkendala kenaikan harga bahan baku, berupa kayu ukir mentah, cat, melamin, perada (cat
warna emas), dan varnish.
Harga cat naik dari Rp 36.000 menjadi Rp 50.000 per kilogram, harga melamin naik dari Rp
34.000 menjadi Rp 38.000 per kaleng isi 0,9 liter, harga varnish naik dari Rp 21.500 menjadi Rp
23.500 per kaleng ukuran sama, sedangkan harga perada naik dari Rp 36.000 menjadi Rp
40.000 per ons. ”Kenaikan harga kayu ukir mentah sekitar 10 persen,” ujar Dimas.
Meskipun terjadi kenaikan harga bahan baku, perajin tidak menaikkan harga jual kayu ukir
Palembang. Harga satu pintu ukir Rp 900.000, sedangkan harga satu set joglo dengan tujuh
pintu Rp 15 juta.
Dadang Irawan, perajin kayu ukir lainnya di Kawasan 19 Ilir juga mengeluhkan sepinya pembeli.
Ia menjual ukiran dalam bentuk bufet atau lemari, dengan harga Rp 4 hingga Rp 5,5 juta per unit.
”Kadang dalam sehari laku satu, kadang tidak sama sekali,” katanya.
Menurut dia, berdasarkan pengalaman tahun-tahun sebelumnya, permintaan kayu ukir biasa
turun setelah Lebaran. Meskipun demikian, kondisinya tidak separah tahun ini.
Selain dari wilayah Sumatera, permintaan dari Jawa juga turun. Selama ini, ia juga memasok
bufet ke Bekasi, Jakarta, dan Bandung.

Berkhas

14

Volume VI November 2008

Kompas

Kamis, 06 November 2008

Dadang mengatakan, pada dasarnya, motif ukir Palembang tidak berbeda jauh dengan motif ukir
dari daerah lain. Motif-motif tersebut di antaranya masjid kembang, motif kembang, joglo lomas,
dan joglo gede. (WIE)

Berkhas

15

Volume VI November 2008

Bisnis I ndonesia

Jumat, 07 November 2008

Pe ngusa ha ba t a k o ba t a si pr oduk si
PANGKALPINANG: Pengusaha batako di Pangkalpinang membatasi produksi, seiring dengan
meningginya biaya produksi akibat kenaikan harga material, seperti semen dan pasir, sedangkan
permintaan turun drastis tertekan dampak krisis ekonomi.
Firman, pengusaha batako di Pangkalpinang, mengatakan terpaksa mengurangi produksi batako
karena tinggi harga bahan baku dan pemasaran batako sulit seiring dengan lesunya
perekonomian masyarakat.
"Kami terpaksa mengurangi produksi dari 10.000 per hari menjadi 2.000 batako per hari, karena
tidak sebanding dengan biaya produksi batako dan keuntungan sehingga kami rugi," ujarnya
kemarin.
Kurangnya produksi batako berdampak terhadap pengurangan pekerja, dari tujuh orang
dikurangi menjadi dua orang saja, karena uang untuk menggaji karyawan tidak ada seiring
dengan sepinya permintaan. Pasir dan semen naik rata-rata 35% - 40% sehingga menyulitkan
memasarkan batako siap pakai. (Antara)

Berkhas

16

Volume VI November 2008

Suara Pembaruan

Sabtu, 08 November 2008

Re nov a si 6 3 Pa sa r Tr a disiona l Ra m pung 2 0 1 0
[JAKARTA] PD Pasar Jaya akan meningkatkan daya saing pasar tradisional di Jakarta, dengan
melakukan peremajaan atas 63 pasar tradisional. Peremajaan 55 pasar tradisional dan delapan
bekas Pasar Inpres itu ditargetkan akan rampung tahun 2010 mendatang.
"Dari target 63 pasar itu, sekarang ini 15 pasar sedang dalam peremajaan. Selebihnya sedang
tahap sosialisasi," kata Direktur Utama PD Pasar Jaya Uthand Halomoan Sitorus, kepada Antara
di sela-sela peringatan HUT ke-42 PD Pasar Jaya, di Lapangan Arcici, Rawasari, Jakarta, Kamis
(7/11).
Menurut Uthand, pasar-pasar yang akan direnovasi tersebut terdiri atas 55 pasar tradisional dan
delapan bekas pasar Inpres. Ditargetkan peremajaan pasar-pasar tersebut rampung 2010
mendatang.
Tahap sosialisasi, kata Uthand, membutuhkan waktu sekitar 1-2 tahun, yakni menyatukan
persepsi seluruh pedagang di setiap pasar, karena yang dibahas tidak hanya soal renovasi dan
fasilitas saja, tetapi juga soal kesepakatan harga kios yang baru.
"Jadi biar tidak ada permasalahan pada kemudian hari baik soal harga, tempat, maupun desain
bangunannya," katanya.
Selama sosialisasi berlangsung, Uthand berharap kepada seluruh manajer area pasar tradisional
tetap menjaga kebersihan dan ketertiban di lingkungan pasar. Sehingga, kesan kumuh yang
selama ini melekat pada pasar tradisional bisa ditepis.
"Kalau ada manajer area atau supervisor yang tidak becus mengurus pasar, sebaiknya mundur
saja. Masih banyak orang yang mau memimpin pasar di wilayah. Pokoknya kalau ada manajer
atau supervisor malas kerja dan pasarnya kumuh, akan saya pecat," tegasnya.
Rampung 2010
Sebanyak 15 dari target 63 pasar di DKI Jakarta yang akan diremajakan, kini sudah
dilaksanakan, selebihnya masih dalam tahap sosialisasi. Direktur Utama PD Pasar Jaya Uthand
Halomoan Sitorus menjelaskan pasar tersebut adalah 55 pasar tradisional dan delapan bekas
Pasar Inpres. Peremajaan akan rampung tahun 2010 mendatang.
Sosialisasi peremajaan pasar itu, kata Uthand, membutuhkan waktu sekitar 1-2 tahun. Hal itu
karena untuk menyatukan persepsi seluruh pedagang di setiap pasar itu tidak mudah. Yang
dibahas tidak hanya soal renovasi dan fasilitas, tetapi juga soal kesepakatan harga kios yang
baru.
"Jadi biar tidak ada permasalahan di kemudian hari baik soal harga, tempat, maupun desain
bangunannya," kata Uthand.
Selama sosialisasi berlangsung, Uthand berharap seluruh manajer area pasar tradisional tetap
menjaga kebersihan dan ketertiban di lingkungan pasar sehingga kesan kumuh yang selama ini
melekat pada pasar tradisional bisa ditepis. Demikian pula kebersihan pasar usai diremajakan
juga harus tetap dijaga sehingga ke depan pasar tradisional mampu bersaing dengan pasarpasar modern.
Untuk mewujudkan harapan ini, seluruh unsur pimpinan unit, baik manajer area maupun
supervisor dituntut bekerja keras untuk mengelola pasar tradisional sebaik mungkin, utamanya
menjaga kebersihan pasar, menciptakan rasa aman, nyaman dan tertib.

Berkhas

17

Volume VI November 2008

Suara Pembaruan

Sabtu, 08 November 2008

"Kalau ada manager area atau supervisor yang tidak becus mengurus pasar, sebaiknya mundur
saja. Masih banyak orang yang mau memimpin pasar di wilayah. Pokoknya kalau ada supervisor
malas kerja dan pasarnya kumuh, akan saya pecat," katanya. [U-5]

Berkhas

18

Volume VI November 2008

Bisnis I ndonesia

Rabu, 10 November 2008

'7 - Ele v e n a ga r m a suk le w a t w a r a la ba '
JAKARTA: Asosiasi Franchise Indonesia (AFI) mengharapkan convenience store asal Jepang 7Eleven masuk ke Indonesia dengan format bisnis waralaba, agar penerima waralaba dalam
negeri bisa belajar tentang perkembangan franchise.
"AFI mengharapkan 7-Eleven masuk ke Indonesia dengan sistem bisnis waralaba, supaya terjadi
modernisasi dan belajar perkembangan franchise dari mereka," kata Ketua Asosiasi Franchise
Indonesia (AFI) Anang Sukandar, pekan lalu.
Namun, Anang pesimistis kedatangan raksasa ritel toko kecil dunia ke Indonesia melalui format
bisnis waralaba, karena pernah diinformasikan oleh pejabat perdagangan Jepang keinginan
pebisnis 7-Eleven masuk dengan bentuk usaha patungan.
Anang mengaku pada akhir tahun lalu didatangi pejabat perdagangan Jepang, yang
mengungkapkan keinginan 7-Eleven masuk ke pasar Indonesia dengan bentuk usaha patungan
dan menjadi pemodal mayoritas. (Bisnis/ltc)

Berkhas

19

Volume VI November 2008

Bisnis I ndonesia

Senin, 10 November 2008

UKM dipa cu m a nfa a t k a n t e k nologi infor m a si
JAKARTA: Kementerian Negara Koperasi dan UKM mengambil langkah strategis untuk
meningkatkan daya saing dan akses pasar koperasi dan usaha mikro, kecil menengah (KUMKM)
melalui pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi.
Ikhwan Asrin, Deputi Bidang Pemasaran dan Jaringan Usaha Kementerian Koperasi dan UKM,
mengemukakan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) itu juga mengantisipasi
dampak krisis finansial global.
"Kami menyadari ada keterbatasan koperasi dan UMKM dalam penguasaan TIK sehingga perlu
dilakukan peningkatan kemampuan. Dalam program ini kami bekerja sama dengan Federasi
Teknologi Informasi Indonesia (FTII)," kata Ikhwan Asrin.
Untuk meningkatkan kapasitas penguasaan ilmu dunia maya tersebut, Kementerian Koperasi
dan UKM mengaitkannya dengan Pekan Solusi TIK bagi KUMKM (SME ICT Week Solution
2008) pada 24-27 November di Smesco Promotion Center, Jakarta Selatan.
Kegiatan tersebut dilakukan secara terpadu dengan beberapa kegiatan, a.l. forum pengambil
keputusan untuk menyinergikan pengembangan dan pemanfaatan TIK di Indonesia, khususnya
bagi pengembangan bisnis koperasi dan UMKM.
Selanjutnya ada seminar pemanfaatan TIK bagi koperasi dan usaha kecil untuk memperkaya
wawasan dan pengetahuan seperti penerapan TIK dan strategi online marketing guna
mempromosikan produk KUMKM ke pasar global.
Tak direspons
Asdep Urusan Informasi dan Publikasi Bisnis Kementerian Koperasi dan UKM Emilia Suhaemi
menambahkan KUMKM dewasa ini wajib mengenal TIK untuk mengembangkan usahanya.
"Bisnis melalui dunia maya tidak bisa dihindari. Kalau mereka tidak menguasainya, usaha sukar
berkembang. Kami memasukkan data usaha mereka ke jaringan trading board, tapi tidak ada
respons ketika ada buyer hendak bertransaksi. Ini disebabkan oleh kurang paham tentang TIK,"
kata Emilia.
Saat ini tercatat 400 pembeli lokal dan asing yang melakukan transaksi melalui trading board
Kementerian Koperasi dan UKM melalui www.indonesia-products.biz. Untuk melayani pembeli
instansi tersebut memfasilitasi peningkatan wawasan TIK KUMKM.
Menurut Emilia, proses transaksi pemasaran dan penjualan produk agak lamban karena hanya
dikerjakan ahli Kementerian Koperasi dan UKM. Ke depan pelaku koperasi dan UMKM
diharapkan mampu melakukan transkasi secara langsung agar prosesnya lebih cepat.
"Koperasi dan UMKM yang menggunakan TIK sebagai andalannya sudah ada, tapi kami belum
mempunyai data base jumlahnya," papar Emilia.
Forum peningkatan kualitas TIK KUMKM ini akan diwakili pejabat dari Departemen Komunikasi
dan Informasi, Departemen Perindustrian, Bappenas, Departemen Perdagangan, Bank
Indonesia, BPPT serta Kementerian Koperasi dan UKM.
Oleh Mulia Ginting Munthe
Bisnis Indonesia

Berkhas

20

Volume VI November 2008

Bisnis I ndonesia

Selasa, 11 November 2008

Ba nt e n se dia k a n j a m ina n k r e dit

SERANG: Pemerintah Provinsi Banten memberikan jaminan kredit bagi usaha kecil mikro dan
menengah (UMKM) kepada Bank Jabar sebesar Rp3,5 miliar.
"Jaminan yang diberikan 10% dari kredit yang bisa dikucurkan sehingga dana yang bisa diserap
oleh UMKM di Banten Rp35 miliar," kata Ketua Komisi II DPRD Provinsi Banten Mediawarman,
pekan lalu.
Menurut dia, mekanisme pengucuran kredit tersebut adalah Pemprov Banten menandatangani
nota kesepahaman dengan Bank Jabar-Banten dan Askrindo, sedangkan besaran kredit yang
dikucurkan kepada UMKM masing-masing Rp5 juta - Rp10 juta.
"Jika anggaran yang disediakan Rp35 miliar maka sekitar 3.500 UMKM di Banten bisa
memperoleh pinjaman modal, kalau masing-masing UMKM mendapatkan pinjaman Rp10 juta,"
katanya. (Antara)

Berkhas

21

Volume VI November 2008

Bisnis I ndonesia

Selasa, 11 November 2008

Juk la k pe r pa sa r a n difina lisa si
JAKARTA: Departemen Perdagangan akan segera menerbitkan petunjuk pelaksanaan Peraturan
Presiden (Perpres) No.112/2007 tentang Pengaturan Pasar/Toko Moderen dan Pasar Tradisional
sehingga tidak ada lagi permasalahan antara pemasok dan peritel.
Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Departemen Perdagangan Subagyo mengatakan
rancangan Permendag tersebut sudah difinalisasikan di Biro Hukum Depdag dan akan segera
diterbitkan setelah ditandatangani Menteri Perdagangan.
"Kami akan usahakan terbit minggu ini. Kalau hari ini ditandatangani, ya terbit besok," ujarnya
kemarin.
Hal senada juga disampaikan oleh Sekretaris Direktorat Perdagangan Dalam Negeri Gunaryo
yang mengatakan semua poin yang ada dalam juklak itu sudah disepakati oleh pihak yang
berkaitan, terutama antara ritel dan pemasok.
Menurut dia, paparan yang terdapat dalam juklak tersebut merupakan peraturan pelaksanaan
dari Perpres 112/2007.
Ketua Asosiasi Pengusaha Pemasok Pasar Modern Indonesia (AP3MI) Susanto mengatakan
dengan disegerakannya penerbitan juklak tersebut memperlihatkan niat baik pemerintah untuk
menciptakan suasana yang kondusif dalam rangka mendukung sektor rill karena ada trading
term.
"Harus kami hargai itu sebagian poinnya. Lagi pula hasil pembahasan tersebut sudah ada
faktanya dan sudah didiskusikan, kondisinya sudah diceritakan, kendalanya juga sudah
dikeluarkan sehingga tidak ada lagi yang tertutup," ujarnya kemarin.
Juklak tersebut membahas masalah batas maksimum untuk syarat perdagangan seperti biaya
pendaftaran barang serta pemberian diskon. Menurut dia, besaran maksimum yang disepakati
untuk listing fee adalah sebesar 1% dan conditional rebate-nya atau diskon sewaktu-waktu hanya
sebesar 1,5% dari omzet pemasok.
Pembatasan terhadap other income itu akan menciptakan keadilan serta persaingan yang sehat
antara ritel lokal dan ritel asing sehingga tidak lagi menimbulkan masalah yang selama ini terjadi.
(12)
Bisnis Indonesia

Berkhas

22

Volume VI November 2008

Bisnis I ndonesia

Selasa, 11 November 2008

'M inim a r k e t a sing ha r us w a r a la ba '
JAKARTA: Menteri Perdagangan menegaskan minimarket asing hanya dapat masuk ke
Indonesia melalui sistem waralaba karena Peraturan Presiden (Perpres) No.111/2007 melarang
investasi langsung minimarket asing.
"Investasi langsung minimarket asing secara aturan tidak boleh. Mungkin dia masuk sebagai
franchise [waralaba]," kata Mari Elka Pangestu menanggapi rencana masuknya minimarket asal
Jepang 7-Eleven ke Indonesia, kemarin.
Pemerintah memang menutup investasi asing langsung di bidang ritel khusus untuk minimarket.
Investor asing masih boleh masuk untuk pembangunan department store dan pasar moderen.
(Antara)

Berkhas

23

Volume VI November 2008

Bisnis I ndonesia

Selasa, 11 November 2008

Usa ha k e cil be r pe lua ng isi k e k osonga n ga r m e n di
pusa t gr osir
JAKARTA: Asosiasi Pemasok Garmen dan Aksesoris Indonesia (APGAI) memprediksi usaha
kecil dan menengah (UKM) yang memproduksi pakaian jadi dan alas kaki kembali bangkit,
menyusul kemungkinan terjadi kekosongan barang di pusat grosir.
Ketua APGAI Suryadi Sasmita mengatakan dalam enam bulan ke depan diperkirakan stok
barang impor di pusat grosir yang ada di Indonesia akan menipis, karena aturan Depdag yang
membatasi impor garmen dan alas kaki.
"Bisa dikatakan 90% barang yang ada di pusat grosir itu adalah produk ilegal dari luar negeri
terutama China. Jadi dengan aturan harus importir terdaftar dan hanya masuk melalui lima
pelabuhan kemungkinan stok di pusat grosir akan menipis dalam enam bulan ke depan,"kata
Suryadi kepada Bisnis, kemarin.
Baru terasanya dampak pengetatan impor garmen dan alas kaki oleh pemerintah itu setelah
enam bulan ke depan, jelas dia, karena selama ini pedagang grosir umumnya memiliki toko yang
relatif kecil tapi gudang besar.
Dengan semakin terbatasnya produk ilegal di pusat grosir karena ada Permendag No. 44/2008
yang ditandatangani 31 Oktober, jelas dia, akan memberi peluang bagi industri pakaian jadi
dalam negeri untuk memenuhi kebutuhan barang di pusat grosir. Termasuk industri garmen dan
alas kaki skala UKM.
UKM garmen dan alas kaki sempat mencapai ribuan jumlahnya untuk memenuhi permintaan
barang untuk konsumen menengah ke bawah di pusat grosir di Indonesia.
Namun, dengan semakin maraknya produk ilegal berharga murah dengan kualitas bersaing,
industri UKM garmen dan alas kaki yang sebelumnya bisa menjalankan usahanya hanya
bermodal tiga hingga lima mesin jahit terus menyusut jumlahnya.
"Sebelum ada Permendag No. 44/2008, produk impor bisa masuk melalui lebih dari 100
pelabuhan. Setelah peraturan itu cuma melalui lima pelabuhan dan harus dilakukan oleh importir
terdaftar."
Menurut dia, peraturan itu dibuat untuk mencapai tiga tujuan. Pertama, untuk melakukan
pengawasan atas barang ilegal. Kedua, guna mengendalikan devisa yang ke luar. Ketiga, agar
pelaku UKM tidak terpukul dan tetap bisa melakukan kegiatannya.
Oleh Linda T. Silitonga
Bisnis Indonesia

Berkhas

24

Volume VI November 2008

Bisnis I ndonesia

Rabu, 12 November 2008

Ak a nk a h M e nda g m e m ba t a si t r a ding t e r m ?
Setelah melakukan rapat secara berkesinambungan, akhirnya Departemen Perdagangan
memastikan juklak Perpres No. 112/2007 akan diterbitkan pekan ini.
Ada yang menarik dalam rapat pada Jumat 7 November 2008, yang membahas isi draf
permendag sebagai juklak Perpres Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat
Perbelanjaan dan Toko Modern.
Dalam rapat di Depdag yang melibatkan banyak pemangku kepentingan itu, pasal demi pasar
dibahas. Tapi ada satu pasal dilewatkan, yakni pasal enam yang mengatur batasan biaya syarat
perdagangan.
Sekretaris Direktorat Perdagangan Dalam negeri Gunaryo mengatakan semua poin sudah
disepakati oleh pihak terkait, terutama peritel dan pemasok.
Akan tetapi, katika hal itu dikonfirmasi kepada wakil pemasok dan peritel yang mengikuti rapat
itu, masing-masing memberitahukan batasan versi masing-masing.
Pemasok yang diwakili aliansi dari sembilan asosiasi memiliki versi tersendiri, begitu juga dengan
Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) memberikan pembeberan versi peritel. Artinya
belum ada kata sepakat dalam hal pembatasan biaya syarat perdagangan.
Kalau Gunaryo mengatakan ada kesepakatan antara peritel dan pemasok, mungkin yang
dimaksudkan pejabat Depdag itu adalah satu suara untuk menyerahkan keputusan kepada
Mendag Mari Elka Pangestu.
Tiga syarat dagang
Mentoknya upaya untuk mencapai kata sepakat, terkait dengan tiga jenis biaya syarat
perdagangan, yakni potongan harga tetap, potongan harga khusus, dan biaya administrasi
pendaftaran barang.
Perpres No. 112/207 yang membolehkan peritel modern mengutip tujuh jenis syarat
perdagangan, dirasakan pemasok tidak memberikan pengaruh positif pada bisnis mereka.
Terbukti biaya syarat perdagangan yang ditetapkan peritel untuk kontrak 2008 masih naik seperti
tahun-tahun sebelumnya.
Jenis syarat perdagangan yang ditetapkan peritel juga lebih dari tujuh. Caranya antara lain
dengan menganakcucukan tujuh jenis biaya syarat perdagangan yang direstui pemerintah.
Harapan pemasok akan ada perbaikan muncul ketika Depdag mengemukakan wacananya
membatasi tiga jenis biaya syarat perdagangan, yakni fixed rebate sebesar 1%, listing fee
Rp10.000 per jenis barang per gerai hingga Rp 5 juta per item produk.
Di sisi lain, peritel menggunakan asas kebebasan berkontrak untuk melawan pembatasan itu.
Aprindo mengemukakan pembatasan biaya syarat perdagangan melanggar kebebasan
berkontrak yang diatur Pasal 1338 KUH Perdata.
Aprindo sempat tetap mempertahankan tidak ada penetapan besaran, meski akhirnya
mengusulkan 'penawaran' terkait dengan besaran biaya syarat perdagangan yang dicanangkan
pemerintah.

Berkhas

25

Volume VI November 2008

Bisnis I ndonesia

Rabu, 12 November 2008

Aprindo minta tidak ada batasan pada fixed rebate, tetapi menawarkan conditional rebate
maksimal 10%, dan listing fee Rp 500.000 per produk per gerai. Adapun usulan aliansi adalah
fixed rebate 1%, conditional rebate maksimal 1,5%, dan listing fee maksimal Rp 500.000 per
produk per gerai.
Sampai saat ini baik kalangan pemasok maupun peritel berkukuh dengan pendapatnya. Entah
bagaimana dengan sikap pemerintah. Kita tunggu saja. (linda.silitonga@bisnis.co.id)
Oleh Linda T. Silitonga
Wartawan Bisnis Indonesia

Berkhas

26

Volume VI November 2008

Bisnis I ndonesia

Rabu, 12 November 2008

Be ngk ulu t e r im a da na Rp8 1 ,9 7 m ilia r

BENGKULU: Kementerian Negara Koperasi dan UKM dalam kurun waktu 2000-2007
menyalurkan bantuan untuk permodalan bagi koperasi dan usaha kecil mikro di Provinsi
Bengkulu Rp81,97 miliar.
Kepala Dinas Koperasi dan UKM Provinsi Bengkulu Zainal Abiddin mengatakan total bantuan itu
sebesar Rp76,26 miliar diberikan pada koperasi dan nonkoperasi Rp6,71 miliar.
"Bantuan tersebut diberikan untuk penambahan modal, berbagai jenis usaha yang dilaksanakan
oleh koperasi dan nonkoperasi," kata Zainal, Senin. (Antara)

Berkhas

27

Volume VI November 2008

Bisnis I ndonesia