Strategi menumbuhkan kepercayaan calon anggota sebagai upaya meningkatkan jumlah anggota di BMT NU Kecamatan Gapura Kabupaten Sumenep.

(1)

STRATEGI MENUMBUHKAN KEPERCAYAAN CALON

ANGGOTA SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN

JUMLAH ANGGOTA DI BMT NU KECAMATAN GAPURA

KABUPATEN SUMENEP

SKRIPSI Oleh : IKBAL KHAIRI NIM : C04213028

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH

SURABAYA


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

ABSTRAK

Skripsi ini adalah hasil penelitian lapangan yang berjudul Strategi Menumbuhkan Kepercayaan Calon Anggota Sebagai Upaya Meningkatkan Jumlah Anggota di BMT NU Kecamatan Gapura Kabupaten Sumenep. Skripsi ini bertujuan untuk menjawab pertanyaan tentang bagaimana cara menumbuhkan kepercayaan calon anggota BMT NU dan bagaimana analisis strategi BMT NU kecamatan Gapura kabupaten Sumenep dalam meningkatkan jumlah anggota.

Metodeologi penelitian yang digunakan adalah pendekatan kualitatif deskriptif. Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara kepada informan, brosur-brosur, serta data-data dokumen yang ada di BMT NU kecamatan Gapura kabupaten Sumenep. Kemudian data tersebut diolah dan dianalisis, diteliti, dan disimpulkan dengan pola induktif sehingga pemecahan persoalan atau solusi tersebut dapat berlaku secara umum.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Strategi yang digunakan BMT NU kecamatan Gapura kabupaten Sumenep dalam meningkatkan kepercayaan calon anggota ada lima, yakni: Memberikan pelayanan yang bagus (service

excellent), menumbuhkan kepercayaan melalui Strategi rekrutmen nasabah BMT

NU, selalu berusaha menepati janji ketika ada janji dengan calon anggota maupun anggota, keterbukaan akan seluruh informasi yang dibutuhkan oleh anggota maupun calon anggota, serta memanfaatkan peran figur sentris. Dari penerapan strategi tersebut Dari kelima strategi yang diterapkan oleh BMT NU kecamatan Gapura kabupaten Sumenep di atas telah dapat meningkatkan jumlah anggota yang tergabung di BMT yang diketahui dari data perkembangan jumlah anggota BMT dalam 4 tahun terakhir, yakni pada tahun 2013 dengan jumlah 817, pada tahun 2014 meningkat 57,89% menjadi 1.290 anggota, pada tahun 2015 meningkat lagi sebesar 82.71 % menjadi 2.357 anggota, sedangkan pada tahun 2016 meningkat sebesar 59,48% menjadi 3.759 anggota.

Dengan selesainya penulisan skripsi ini, penulis memberikan saran bahwa pihak BMT harus senantiasa meningkatkan usahanya dalam meyakinkan dan menumbuhkan kepercayaan calon anggota agar mereka mau bergabung menjadi anggota BMT. Penerapan strategi yang sudah berjalan harus terus dipertahankan serta ditingkatkan dan senantiasa konsisten dalam memeberikan pelayanan yang baik kepada anggota maupun calon anggota.


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

SAMPUL DALAM ... i

PERNYATAAN KEASLIAN ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

PENGESAHAN ... iv

ABSTRAK ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL dan GRAFIK ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR TRANSLITERASI ... xiii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 10

C. Batasan Masalah... 11

D. Rumusan Masalah ... 11

E. Tujuan Penelitian ... 12

F. Manfaat Penelitian ... 12

G. Definisi Operasional ... 13

H. Kajian pustaka ... 15


(8)

BAB II LANDASAN TEORI

A. Kepercayaan ... 28

1. Pengertian Kepercayaan ... 28

2. Dimensi Kepercayaan ... 30

3. Komponen Kepercayaan ... 32

4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi kepercayaan ... 42

5. Strategi Membangun Kepercayaan Pelanggan ... 34

6. Kepercayaan Dalam Persepektif Islam ... 35

B. Manajemen Keanggotaan Koperasi ... 38

1. Keanggotaan Koperasi ... 38

2. Kompensasi Keanggotaan ... 44

BAB III STRATEGI MENUMBUHKAN KEPERCAYAAN CALON ANGGOTA DI BMT NU KECAMATAN GAPURA KABUPATEN SUMENEP A. Gambaran Umum BMT NU Kecamatan Gapura Kabupaten Sumenep ... 51

1. Sejarah Berdirinya BMT NU Gapura Sumenep ... 51

2. Perkembangan BMT NU ... 53

3. Visi dan Misi BMT NU ... 54

4. Struktur Pengurus BMT NU ... 56

5. Produk-Produk BMT NU ... 56 6. Data Perkembangan Jumlah Anggota, Penabung dan


(9)

Sumenep ... 61 B. Strategi Menumbuhkan Kepercayaan Calon Anggota

Di BMT NU Kecamatan Gapura Kabupaten Sumenep ... 65 BAB IV ANALISIS STRATEGI BMT NU DALAM MENUMBUHKAN

KEPERCAYAAN CALON ANGGOTA, UNTUK MENINGKATKAN JUMLAH ANGGOTA

A. Strategi Menumbuhkan Kepercayaan Calon Anggota

Di BMT NU Kecamatan Gapura Kabupaten Sumenep ... 69 B. Analisis Strategi BMT NU Kecamatan Gapura

Kabupaten Sumenep dalam Meningkatkan

Jumlah Anggota... 75 BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 79 B. Saran ... 80 DAFTAR PUSTAKA ... 81 LAMPIRAN


(10)

DAFTAR TABEL dan GRAFIK

Halaman

Tabel 1.1 ... 7

Grafik 1.1 ... 7

Tabel 3.1 ... 61

Grafik 3.1 ... 61

Tabel 3.2 ... 62

Grafik 3.2 ... 62

Tabel 3.3 ... 63


(11)

DAFTAR GAMBAR

Halaman


(12)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Persaingan yang begitu ketat dalam industri keuangan dewasa ini menuntut lembaga keuangan baik bank maupun non bank agar mampu memainkan strategi pemasaran yang handal dan mampu menarik minat konsumen/costumer sehingga dapat memenangkan pasar. Keberhasilan lembaga keuangan baik bank maupun non bank dalam mempengaruhi konsumen/costumer dalam keputusan pembelian sangat dipengaruhi oleh upaya menumbuhkan kepercayaan konsumen/costumer. Kepercayaan konsumen/costumer terhadap perusahaan indistri keuangan merupakan suatu aset yang tak ternilai bagi perusahaan. Sebab kepercayaan

dipandang sebagai dasar dalam hubungan dengan konsumen/costumer.1

Lembaga keuangan yang memiliki image yang baik di mata konsumen/costumer umumnya akan lebih menarik calon konsumen/costumer karena mereka yakin bahwa lembaga keuangan tersebut memiliki kualitas yang baik dan dapat dipercaya. Sebab di mata konsumen/costumer, lembaga keuangan yang terpercaya adalah jaminan atas konsistensi kinerja suatu produk dan menyediakan manfaat apapun yang dicari konsumen/costumer ketika memilih produk dari lembaga keuangan tersebut.


(13)

2

Oleh karena Kepercayaan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi konsumen/costumer, Dwyer dan Oh dalam Gassenheimer dan

Chris Manolis2 menyatakan bahwa mempercayai adalah keinginan untuk

mencapai tujuan yang berlangsung dalam jangka panjang. Kegagalan terbesar dalam membina hubungan antara penjual dan konsumen adalah

kurangnya kepercayaan.3 Kepercayaan sendiri dibagi pada dua bahasan :

1. Trust in partner’s honesty (Kepercayaan terhadap kejujuran

mitra/perusahaan).

2. Trust ini partner’s benevolence (Kepercayaan terhadap niat baik

perusahaan)

Adapun indikator Kepercayaan adalah:4

1. Kejujuran penjual dalam bertransaksi.

2. Tanggungjawab penjual kepada pembeli.

3. Kepercayaan bahwa perusahaan memiliki reputasi yang baik.

Akhir-akhir ini, Kebutuhan masyarakat akan lembaga keuangan makin hari makin meningkat drastis, hal ini berdampak positif pada perkembangan lembaga keuangan yang ada. Kehadiran lembaga keuangan tersebut sangat diharapakan mampu menopang perekonomian masyarakat baik dari kalangan atas, menenga serta kebawah. Lembaga keuangan yang

2 J.B. Gassenheimer and Chris Manolis, “The Influence Of Product Customization and Supplier

Selection On Future Intention: The Mediating Effects Of Salesperson And Organizational Trust.” Journal Of managerial Issues, No. 4, Vol. 8, ( 2001), 418-435.

3 R.P. Morgan, “A Consumer-Orientated Framework of Brand Equity and Loyalty”, International

Journal of Market Research, No. 1, Vol. 42, (2000), 65-78.

4 Nuraini, “Analisis Pengaruh Kualitas Produk, Kualitas Pelayanan, Desain Produk, Harga Dan

Kepercayaan Terhadap Loyalitas Pelanggan” (Skripsi--Universitas Diponegoro, Semarang, 2009), 42.


(14)

3

ada di Indonesia secara garis besar dapat dibagi menjadi dua yaitu: Lembaga

Perbankan serta Lembaga Keuangan non Bank.5

Masyarakat di Indonesia yang notabennya rata-rata beragama Islam ini memuculkan kebutuhan akan keberadaan lembaga keuangan yang berbasis syariah, sehingga pada tahun 1992 Lahirlah bank muamalat sebagai

lembaga keuangan syariah pertama di Indonesia.6 Seiring berjalannya waktu

lahir juga lembaga keuangan non bank berbasis syariah yaitu BMT (Baytul

Ma@l wat Tamwi@l) yang dirasa bisa mendukung perekonomian masyarakat

kalangan bawah dalam rangka meningkatkan derajat hidup mereka. BMT dijalankan dengan landasan syariah, oleh sebab itu aspek ekonomi yang dijalankan harus sesuai dengan kaidah Islam. BMT juga berperan sebagai lembaga keuangan non bank syariah yang berperan sebagai jalan untuk menghidupkan ekonomi masyarakat kelas menengah kebawah. Masyarakat yang selama ini bergantung terhadap rentenir bisa terbantu dengan adanya BMT-BMT yang berdiri di tengah kalangan masyarakat.

Berdasarkan catatan sejarah Baytul Ma@l merupakan lembaga

keuangan pertama pada zaman Rasulullah, pada saat itu fungsinya adalah untuk menyimpan harta kekayaan negara dari zakat, infaq, shadaqah, pajak,

dan rampasan perang. Selain itu ada pula Baytut Tamwi@l yang didirikan

untuk menampung dana-dana dari masyarakat untuk diinvestasikan kedalam proyek-proyek atau pembiayaan yang menghasilkan keuntungan. Kemudian

5 Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, Deskripsi dan Ilustrasi, (Yogyakarta:

Ekonisia, 2008), 12.


(15)

4

Baytut Tamwi@l inilah yang berkembang pesat di Timur Tengah. Baytul Ma@l

wat Tamwi@l (BMT) adalah lembaga keuangan mikro yang dioperasikan

dengan prinsip bagi hasil, menumbuh kembangkan bisnis usaha mikro dan kecil, dalam rangka mengangkat derajat dan martabat serta membela

kepentingan kaum fakir miskin.7 yang beroperasi sesuai dengan

prinsip-prinsip syariah Islam yang tata cara beroperasinya mengacu kepada

ketentuan-ketentuan Al-Qur’an dan Hadis. Baytul Ma@l wat Tamwi@l

(BMT) beroperasi mengikuti ketentuan-ketentuan syari’ah Islam khususnya yang menyangkut tata cara bermuamalat secara Islam. Dalam tata cara bermuamalat itu dijauhi praktek-praktek yang dikhawatirkan mengandung unsur-unsur riba untuk diisi dengan kegiatan-kegiatan investasi atas dasar bagi hasil dan pembiayaan perdagangan. Hal ini

sesuai dengan firman Allah dalam surat An-nisa@’ ayat 29:

َٰٓﻳ

ﺎَﻬﱡﻳَﺄ

ٱ

َﻦﻳِﺬﱠﻟ

ُﻨَﻣﺍَء

ْﺍﻮ

َﻻ

ۡﺄَﺗ

ٓﻮُﻠُﻛ

ْﺍ

ۡﻣَﺃ

َٰﻮ

ﻢُﻜَﻟ

ۡﻴَﺑ

ﻢُﻜَﻨ

ِﺑ

ﭑ ۡﻟ

َٰﺒ

ِﻞِﻄ

ٓﱠﻻِﺇ

ﻥَﺃ

َﻥﻮُﻜَﺗ

َٰﺠِﺗ

ًﺓ َﺮ

ﻦَﻋ

ٖﺽﺍ َﺮَﺗ

ۚۡﻢُﻜﻨِّﻣ

َﻻ َﻭ

ۡﻘَﺗ

ٓﻮُﻠُﺘ

ْﺍ

ۚۡﻢُﻜَﺴُﻔﻧَﺃ

ﱠﻥِﺇ

ٱ

َﱠ6

َﻥﺎَﻛ

ۡﻢُﻜِﺑ

ٗﻤﻴ ِﺣ َﺭ

٢٩

Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah

adalah Maha Penyayang kepadamu.” (QS. An-Nisa@’ : 29).8

Untuk menjamin operasional lembaga keuangan Islam tidak menyimpang dari tuntunan syari’ah, maka pada setiap lembaga keuangan Islam hanya diangkat manager dan pimpinan lembaga yang sedikit banyak menguasai prinsip muamalah Islam.

7 Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, (Yogyakarta: Ekonisia,

2004), 37.


(16)

5

Kehadiran BMT yang membantu kalangan masyarakat kecil dalam hal pendanaan pengembangan usaha maupun dalam kegiatan konsumtif menjadikan lembaga tersebut memiliki peran tersendiri dalam kehidupan masyarakat. Menurut Heri Sudarsono, keberadaan BMT setidaknya memiliki

beberapa peran, yaitu:9

1. Menjauhkan masyarakat dari praktek ekonomi non-syariah. Aktif

melakukan sosialisasi ditengah masyarakat tentang arti penting sistem ekonomi islam. Hal ini bisa dilakukan dengan pelatihan-pelatihan mengenai cara-cara bertransaksi yang Islami, misalnya supaya ada bukti dalam transaksi, dilarang curang dalam menimbang barang, jujur tehadap konsumen dan sebagainya

2. Melakukan pembinaan dan pendanaan usaha kecil. BMT harus bersikap

aktif dalam menjalankan fungsi sebagai lembaga keuangan mikro, misalnya dengan jalan pendampingan, pembinaan, penyuluhan, dan pengawasan terhadap usaha-usaha nasabah atau masyarakat umum

3. Melepaskan ketergantungan terhadap rentenir, masyarakat yang masih

tergantung rentenir disebabkan rentenir mampu memenuhi dana dengan segera. Maka BMT harus mampu melayani masyarakat lebih baik, misalnya selalu tersedia dana setiap saat, birokrasi yang sederhana dan lain sebagainya

4. Menjaga keadilan ekonomi masyarakat dengan distribusi yang merata.

Fungsi BMT langsung berhadapan dengan masyarakat yang kompleks


(17)

6

dituntut harus pandai bersikap, oleh karena itu langkah-langkah untuk melakukan evaluasi dalam rangka pemetaan skala prioritas yang harus diperhatikan, misalnya dalam masalah pembiayaan, BMT harus memperhatikan kelayakan nasabah dalam hal golongan nasabah dan jenis pembiayaan.

Kebutuhan masyarakat akan adanya lembaga keungan syariah ini juga terjadi di kawasan Kec. Gapura Kab. Sumenep. Dimana kondisi masyarakat Sumenep pada umumnya dan masyarakat kecamatan Gapura pada khususnya dimana kesejahteraan mereka tidak ada peningkatan secara signifikan. Padahal etos kerja mereka cukup tinggi hal ini sesuai dengan lagu madura asapok angen abantal ombek ( berselimut angin dan berbantal ombak).

Setelah diketahui permasalahan utamanya adalah ketergantungan masyarakat akan rentenir yang makin meresahkan di kawasan tersebut. Akhirnya pada tanggal 1 Juni 2004 MWC NU beserta peserta lokakarya memberikan solusi serta menjawab kebutuhan masyarakat dengan mendirikan BMT NU di kawasan Kec. Gapura Kab. Sumenep.

Dari sejak didirikannya, BMT NU ini mampu bersaing dan meningkat dengan pesat hingga saat ini, hal ini diketahui dari data perkembangan jumlah anggotanya yang dari tahun ke tahun meningkat dengan pesat.


(18)

7

Tabel. 1.1

Perkembangan Jumlah Anggota BMT NU Kecamatan Gapura Kabupaten Sumenep 4 Tahun Terakhir.

TAHUN

ANGGOTA

JUMLAH

TUMBUH

(%)

2013

817

28.89

2014

1.290

57.89

2015

2.357

82.71

2016

3.759

59.48

Sumber: Buku RAT(Rapat Tahunan Anggota- XIII) Tahun Buku 2016.

Grafik 1.1

Perkembangan Jumlah Anggota BMT NU Kecamatan Gapura Kabupaten Sumenep 4 Tahun Terakhir.

Sumber: Buku RAT(Rapat Tahunan Anggota- XIII) Tahun Buku 2016.

Data ini merupakan jumlah anggota aktif yang terdaftar di BMT NU kecamatan Gapura Kabupaten Sumenep. Dari daftar tabel dan grafik di atas dapat diketahui bahwa perkembangan anggota BMT NU kecamatan Gapura

0 1000 2000 3000 4000

2013 2014 2015 2016

Jumlah Anggota


(19)

8

kabupaten Sumenep dalam 4 tahun terkahir ini jumalah anggotanya selalu meningkat drastis.

Pesatnya perkembangan BMT NU Kecamatan Gapura Kabupaten Sumenep ini tidak terlepas dari tingginya kepercayaan masyarakat baik anggota maupun calon anggota akan manajemen BMT NU ini. BMT NU ini sadar akan manfaat besar yang akan didapat jika kepercayaan anggota maupun calon anggota mereka jaga, diantaranya :

1. Kooperatif10 : anggota maupun calon anggota yang sudah percaya

dengan BMT senantiasa akan memiliki sikap kooperatif kepada BMT sehingga ini tentu sangat berdampak positif bagi keberlangsungan hubungan anggota dan calon anggota dengan BMT.

2. Komitmen : komitmen merupakan suatu hal yang sangat cepat hilang

dari relationship, yang akan hanya dibentuk dengan pihak-pihak yang

dipercaya.11 Oleh karena itu, BMT NU selalu mengutamakan

kepercayaan anggota maupun calon anggota agar mereka senantiasa memiliki komitmen terhadap BMT.

3. Durasi: Kepercayaan mendorong anggota maupun calon anggota di

BMT NU bekerja untuk menghasilkan hubungan dan untuk menahan godaan untuk tidak mengutamakan hasil jangka pendek dan atau bertindak secara oportunis. Kepercayaan dari pihak BMT NU secara positif dihubungkan dengan kemungkinan bahwa anggota maupun calon

10 Jill Griffin, Customer Loyalty, Menumbuhkan dan Mempertahankan Kesetian Pelanggan,

(Jakarta: Erlangga, 2009), 69.


(20)

9

anggota akan terlibat dalam bisnis pada masa yang akan datang, oleh karena itu memberikan kontribusi untuk meningkatkan durasi hubungan.

BMT NU kecamatan gapura kabupaten sumenep mengkatogerikan masyarakat yang tergabung di dalam pelayanannya menjadi dua bagian yaitu calon anggota dan anggota. meskipun pada palayanannya sama, namun dalam hal ini calon anggota merupakan orang-orang yang tergabung di BMT NU namun belum menjadi anggota secara resmi karena masih terkendala aturan untuk menjadi anggota, sehingga aktifitas mereka hanya sebatas menabung dan melakukan pembiayaan saja. Dalam hal ini. tentu pihak BMT senantiasa berusaha keras untuk memberikan pelayanan maksimal kepada calon anggotanya agar kepercayaan mereka terhadap BMT tumbuh dan bahkan menigkat sehingga pada akhirnya mereka akan

bergabung menjadi anggota BMT NU.12

Anggota dalam BMT NU ini sangat penting keberadaannya dimana semakin banyak anngota yang bergabung dengan BMT NU, maka pendapatan akan semakin meningkat. Bila pendapatan semakin meningkat maka kesejahteraan anggota pada khususnya dan kesejahteraan masyarakat pada umumnya juga akan meningkat, yang pada akhirnya tercapailah cita-cita BMT NU sebagai koperasi yang berbasis syariah.


(21)

10

Dari ulasandi atas maka penulis tertarik untuk meneliti bagaimana strategi BMT NU kecamatan Gapura kabupaten Sumenep dalam menumbuhkan kepercayaan calon anggota, sehingga dapat meningkatkan jumlah anggota di BMT NU kecamatan Gapura kabupaten Sumenep ini.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan dengan latar belakang masalah Penelitian diatas, maka Penulis akan mengindentifikasikan masalah yaitu:

1. Apa saja faktor yang mempengaruhi kepercayaan calon anggota menjadi anggota di BMT NU Kecamatan Gapura.

2. Prosedur pelayanan BMT NU Gapura Sumenep.

3. BMT mengalami ketidakseimbangan keuangan dikarenakan sumber dana hanya dari anggota, namun pembiayaan meluas tidak hanya untuk anggota. 4. Kegiatan apa saja yang dilakukan BMT NU Kecamatan Gapura dalam menumbuhkan kepercayaan calon anggota menjadi anggota di BMT NU Kecamatan Gapura.

5. Bagaimana upaya menumbuhkan kepercayaan calon anggota, sehingga dapat beralih menjadi anggota di BMT NU kecamatan Gapura kabupaten

Sumenep.

6. Bagaimana aturan hukum terkait calon anggota menjadi anggota di BMT NU Kecamatan Gapura dari segi teori dan teknis.


(22)

11

7. Bagaimana pembagian presentase tabungan calon anggota dengan anggota di BMT NU Kecamatan Gapura .

8. Bagaimana indikator masyarakat memenuhi kriteria menjadi anggota di BMT NU Kecamatan Gapura.

C. Batasan Masalah

Batasan masalah ini penulis buat, agar supaya penelitian yang diteliti lebih terarah dan jelas, sehingga penulis menjadi lebih fokus sesuai dengan masalahnya. Berikut pembatasan masalahnya:

1. Strategi BMT NU Kecamatan Gapura dalam Upaya Meningkatkan jumlah calon anggota menjadi anggota di BMT NU Kecamatan Gapura. 2. Analisis strategi BMT NU Kecamatan Gapuara dalam Upaya

menumbuhkan kepercayaan calon anggota menjadi anggota Perspektif Ekonomi Syariah.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana strategi menumbuhkan kepercayaan calon anggota di BMT

NU kecamatan Gapura kabupaten Sumenep ?

2. Bagaimana analisis strategi BMT NU kecamatan Gapura kabupaten


(23)

12

E. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin penulis capai dalam penelitian skripsi ini adalah:

1. Untuk mengetahui strategi BMT NU kecamatan Gapura kabupaten

Sumenep dalam menumbuhkan kepercayaan calon anggota.

2. Untuk mengetahui analisis strategi BMT NU kecamatan Gapura

kabupaten Sumenep dalam meningkatkan jumlah anggota.

F. Manfaat Penelitian

Dalam melakukan penelitian ini, diharapakan akan memperoleh manfaat sebagai berikut:

1. Bagi Penulis

a. Dapat menambah wawasan dan pengetahuan tentang produk-produk

BMT NU kecamatan Gapura kabupaten Sumenep, strategi yang diterapkan BMT NU dalam menumbuhkan kepercayaan calon anggota.

b. Untuk memenuhi tugas akhir guna mencapai gelar Sarjana Ekonomi

di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.


(24)

13

2. Bagi BMT NU kecamatan Gapura kabupaten Sumenep

Penelitian ini dapat memperkenalkan produk-produk yang ditawarkan BMT NU kecamatan Gapura kabupaten Sumenep serta dapat mengetahui penerapan strategi BMT NU kecamatan Gapura kabupaten Sumenep dalam menumbuhkan kepercayaan calon anggota. Sehingga dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi oleh pihak BMT NU untuk semakin meningkatkan kualitas kepercayaan calon anggota.

3. Bagi UIN Sunan Ampel Surabaya – Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam –

Prodi Ekonomi Syariah

Hasil penelitian ini dapat menambah literatur serta referensi tambahan yang dapat digunakan ataupun dikembangkan sebagai bahan informasi bagi penelitian selanjutya khususnya tentang penerapan strategi BMT dalam menumbuhkan kepercayaan calon anggota.

G. Definisi Operasional

Untuk lebih memudahkan pembahasan dan menghindari

kesimpangsiuran dalam memberikan pemaknaan, maka perlu didefinisikan kata-kata yang dianggap penting terkait dengan permasalahan yang dibahas sebagai berikut:


(25)

14

1. Strategi Menumbuhkan Kepercayaan calon anggota

Dalam kamus besar bahasa Indonesia stretegi berarti rencana yang

cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus.13 Menurut

Craig & Grant (1996) pengertian strategi adalah penetapan sasaran dan

tujuan jangka panjang (targeting and long-term goals) sebuah perusahaan

dan arah tindakan serta alokasi sumber daya yang diperlukan untuk

mencapai sasaran dan tujuan (achieve the goals and objectives).14 Jadi

strategi merupakan tindakan yang dilakukan secara khusus untuk mencapai tujuan tertentu dalam jangka waktu yang panjang dengan melibatkan sumber daya yang diperlukan.

Sedangkan kepercayaan dalam kamus besar bahasa Indonesia berarti anggapan atau keyakinan bahwa sesuatu yang dipercayai itu benar

atau nyata.15 Kepercayaan (trust) merefleksikan kredibilitas dan

kredibilitas mempengaruhi orientasi jangka panjang konsumen dengan mengurangi persepsi atas resiko yang berhubungan dengan tingkah oportunistik bagi perusahaan. Penelitian sebelumnya mengatakan bahwa trust adalah sebuah penggerak (driver) yang mempengaruhi loyalitas

merek (Chauduri dan Holbrook, 2001; Lau dan Lee, 1999).16

Calon anggota BMT NU merupakan orang-orang yang ada dilingkungan BMT yang belum tergabung dengan BMT NU serta menjadi

13 http://kbbi.web.id/strategi, diakses pada 7 maret 2017.

14 Dalam http://hariannetral.com/2014/12/pengertian-strategi-menurut-beberapa-ahli.html diakses

pada 7 Maret 2017.

15 http://kbbi.web.id/percaya, diakses pada 7 Maret 2017.

16 Dalam


(26)

15

target pasar BMT NU. Dalam hal ini merupakan masyarakat desa Gapura

Tengah yang merupakan letak keberadaan BMT NU.17

Jadi, Fokus pembahasan dalam penelitian ini adalah cara atau strategi yang dilakukan BMT NU Gapura Sumenep dalam menumbuhkan kepercayaan calon anggotanya.

2. Peningkatan Jumlah Anggota

Anggota BMT adalah orang-orang/ badan hukum BMT yang mempunyai kepentingan ekonomi yang sama sebagai pemilik yang sekaligus pengguna jasa, berpartisipasi aktif untuk mengembangkan usaha BMT dan syarat-syarat lain yang ditentukan dalam Anggaran Dasar BMT serta

terdaftar dalam buku daftar anggota.18 Peningkatan jumlah anggota

berarti penambahan jumlah anggota baru dan mempertahankan anggota

yang aktif dalam memanfaatkan fasilitas yang diberikan BMT.19 Fasilitas

yang diberikan berupa memanfaatkan produk, pelayanan yang baik, dan keikutsertaan untuk mengelola koperasi.

H. Kajian Pustaka

Penelitian yang dilakukan ini berjudul ”Strategi menumbuhkan

kepercayaan calon anggota sebagai upaya meningkatkan jumlah anggota di BMT NU kecamatan Gapura kabupaten Sumenep”. Penelitian ini tentu tidak

17 Junaidi, wawancara, 28 Februari 2017. 18 M.Tasrifin, “Anggota Koperasi”, dalam

http://tasrifin.dosen.narotama.ac.id/files/2011/05/Handout-KUMKM-12-Anggota-Koperasi.pdf, diakses pada 7 Maret 2017.


(27)

16

lepas dari berbagai penelitian terdahulu yang dijadikan sebagai pandangan dan juga referensi.

Pertama, penelitian dari Rizka Mima KH yang meneliti tentang ”Analisis pengaruh kepercayaan pelanggan dan kualitas pelayanan terhadap sikap pelanggan dan implikasinya terhadap keputusan pembelian ulang (Studi kasus pada CV. Mukti Manunggal Semarang)”. Dimana penelitian ini membahas tentang pengaruh beberapa variabel termasuk di antaranya kepercaya yang dapat meningkatkan minat beli ulang konsumen sebagai cara mempertahankan pelanggan. Penelitian ini menggunakan sampel pelanggan CV. Mukti Manunggal. Alat analisa data yang digunakan adalah

SPSS 16.20

Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Ika Octawulansari yang

berjudul ”Strategi pemasaran dalam upaya meningkatkan jumlah nasabah di

Bmt Fajar Mulia Cabang Bandungan”. Dimana penelitian ini membahas tentang Strategi pemasaran yang dilakukan oleh BMT Fajar Mulia dengan cara mendatangi calon nasabah langsung dengan menawarkan produk di BMT Fajar Mulia dan memberi penjelasan mengenai BMT, dengan membagikan brosur, menjalin kerjasama dengan sekolah-sekolah. Brosur merupakan alat pengenalan kepada calon nasabah, akan tetapi brosur bukan menjadi alat yang paling unggul untuk merekrut nasabah karena di BMT Fajar Mulia Bandungan lebih mengutamakan promosi dengan silaturahmi,

20 Riska Maima, “Analisis pengaruh kepercayaan pelanggan dan kualitas pelayanan terhadap

sikap pelanggan dan implikasinya terhadap keputusan pembelian ulang (Studi kasus pada CV. Mukti Manunggal Semarang)”. (Skripsi--Universitas Diponegoro, Semarang, 2010).


(28)

17

dengan sistem kekeluargaan diharapkan akan timbul suatu kepercayaan dari pihak BMT maupun Nasabah. Pelayanan yang profesional dan amanah yang dilakukan di BMT Fajar Mulia sesuai dengan visi BMT fajar Mulia yaitu “Lembaga keuangan syariah yang amanah, professional, mandiri, dan berjamaah”. Dan pelayanan yang dilakukan tidak membuat nasabah kecewa, nasabah akan lebih senang ketika disambut dengan salam, sapa dan senyum dari karyawan BMT. Sistem pelayanan yang lebih diutamakan agar

nasabah tidak berpaling pada lembaga lain21

Ketiga, penelitian yang dilakukan oleh Sri Maharsi dan Fenny yang

berjudul ”Analisa Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepercayaan dan

Pengaruh Kepercayaan Terhadap Loyalitas Pengguna Internet Banking di Surabaya”. Dimana Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kepercayaan dan apakah kepercayaan mempengaruhi loyalitas pengguna terhadap internet bankingdi Surabaya. Yang mana Hasil dari penelitian ini mengindikasikan bahwa opportunistic behaviour control merupakan faktor utama yang mempengaruhi kepercayaan nasabah terhadap internet banking, diikuti oleh shared value dan komunikasi, penelitian ini juga membuktikan bahwa kepercayaan berperan sebagai faktor yang

mempengaruhi loyalitas pengguna internet banking.22

21 Ika Octawulansari, ”Strategi pemasaran dalam upaya meningkatkan jumlah nasabah di Bmt

Fajar Mulia Cabang Bandungan”, (Skripsi--Institut Agama Islam Negeri Walisongo, Semarang, 2012).

22 Sri Maharsi dan Fenny, ”Analisa Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepercayaan dan

Pengaruh Kepercayaan Terhadap Loyalitas Pengguna Internet Banking di Surabaya”, Jurnal Akuntansi dan Keuangan, No. 1, Vol. 8, (2006) 35-51,


(29)

18

Keempat, Penelitian yang dilakukan oleh Hendri Triandini yang

berjudul “Pengaruh Layanan Jemput Bola Produk Funding Terhadap DPK

dan Jumlah Nasabah: Studi pada BPRS Arthakarimah Irsyadi” . Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh layanan jemput bola produk funding terhadap DPK serta jumlah nasabah. Layanan jemput bola dianggap sebagai sesuatu yang unggul dari BPRS Irsyadi pada 2010, karena BUS belum mengenal sistem ini. Namun ternyata setelah diadakan pengujian lebih terperinci menggunakan uji hipotesis dan uji regresi dummy variable, peningkatan DPK dan jumlah nasabah yang signifikan tersebut, bukan disebabkan oleh layanan jemput bola secara independen tetapi faktor lain, yaitu margin, dan KPMM. Namun, meskipun layanan jemput bola belum berpengaruh secara independen, besar kemungkinan untuk layanan jemput bola menjadi berpengaruh terhadap kenaikan DPK dan jumlah nasabah secara independen, bila sistemnya lebih ditingkatkan kualitasnya, baik dari

faktor internal maupun eksternal.23

Kelima, Penelitian yang dilakukan oleh Saifullah yang berjudul ”Tinjuan Hukum Islam Terhadap Simpan Pinjan di Koperasi Jasa Keuangan Syariah BMT Nuansa Umat Kecamatan Gapura Kabupaten Sumenep Propinsi Jawa Timur”. Penelitian ini betujuan melakukan studi yang mendalam terhadap praktik simpan pinjam di KJKS BMT NU. Sedangkan sifat dari penelitian ini adalah deskriptif analisis, yaitu menggambarkan

23Hendri Triandini, “Pengaruh Layanan Jemput Bola Produk Funding Terhadap DPK dan Jumlah

Nasabah: Studi pada BPRS Arthakarimah Irsyadi”, Jurnal Etikonomi, Vol. 12, No. 2, ( 2013), 131-148


(30)

19

praktik simpan pinjam di KJKS BMT NU kemudian menilai permasalahan yang menjadi objek penelitian yaitu tantang pelaksanaan simpan pinjam KJKS BMT NU gapura dan kemudian dilakukan tinjauan secara hukum

syariah terhadap data-data praktik yang ada dilapangan.24

I. Metodologi Penelitian

1. Jenis Penelitian

Penelitian yang dilakukan di BMT NU kecamatan Gapura kabupaten Sumenep ini merupakan penelitian kualitatif. Menurut Lexy J. Moleong dalam bukunya menjelaskan penelitian kualitatif digunakan untuk memahami fenomena yang dialami oleh subjek penelitian secara

holistik, dengan cara mendeskripsikan dalam bentuk kata.25 Menurut

Muhammad Idrus metode kualitatif yaitu penelitian dengan melihat objek penelitian dalam satu konteks natural, artinya seorang peneliti kualitatif melihat suatu peristiwa tidak secara parsial, lepas dari konteks sosialnya karena satu fenomena yang sama dalam situasi yang berbeda

akan memiliki makna yang berbeda.26

Menurut Sukmadinata penelitian kualitatif yaitu penelitian tentang data yang dikumpulkan dan dinyatakan dalam bentuk kata dan

24 Saifullah,”Tinjuan Hukum Islam Terhadap Simpan Pinjam di Koperasi Jasa Keuangan Syariah

BMT Nuansa Umat Kecamatan Gapura Kabupaten Sumenep Propinsi Jawa Timur” (Skripsi— Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, Yogyakarta, 2009).

25 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009),

6.


(31)

20

gambar, kata-kata disusun dalam kalimat, misalnya kalimat hasil wawancara antara peneliti dan informan. Menurut Sugiyono dalam bukunya menjelaskan penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah, dimana peneliti sebagai instrument kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih

menekankan makna.27 Tujuan utama menggunakan metode kualitatif

untuk menggambarkan suatu keadaan yang sementara berjalan pada saat penelitian dilakukan, dan memeriksa sebab-sebab dari suatu gejala

tertentu.28

Berdasarkan pemaparan tersebut dapat disimpulkan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian dengan memahami fenomena yang dialami oleh subjek dan objek secara apa adanya yang dinyatakan dalam bentuk kata dan gambar yang didapat melalui teknik pengumpulan data antara peneliti dan informan dengan menekankan makna pada hasil penelitian.

2. Subjek, Objek dan Lokasi Penelitian

a. Subjek Penelitian

Menurut Muhammad Idrus, subjek penelitian adalah individu,benda, atau organisme yang dijadikan sumber informasi

27 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabet, 2014), 9. 28 Consuelo G Sevilla, Pengantar Metode Penelitian, (Jakarta: UI Press, 1993), 71.


(32)

21

yang dibutuhkan dalam pengumpulan data penelitian.29 Subjek

penelitian pada kualitatif disebut dengan informan. Subjek penelitian ini yaitu kepala cabang utama BMT NU kecamatan Gapura kabupaten Sumenep beserta para karyawan lainnya seperti bagian layanan, teller, juru tagih. Juru tabungan, kabag tabungan, kabag pembiayaan dan lain-lain.

b. Objek

Objek penelitian merupakan tema dari penelitian ini, yaitu strategi BMT NU Gapura Sumenep dalam Menumbuhkan kepercayaan setiap calon anggota.

c. Lokasi penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di BMT NU kecamatan Gapura kabupaten Sumenep.

3. Data dan Sumber Data

a. Data

Data dapat diartikan sebagai kumpulan fakta yang berfungsi sebagai bahan sumber untuk menyusun suatu pendapat, keterangan yang benar, dan keterangan atau bahan yang dipakai untuk penalaran

dan penyelidikan.30

29 Muhammad Idrus, Metode Penelitian Ilmu Sosial…, 91.

30 Muslihin al Hafizh, “Pengertian Data dan Fakta dalam Penelitian”, dalam

http://referensi_makalah.com/2012/08/pengertian-data-dan-fakta-dalam.html, diakses pada 21 Februari 2017.


(33)

22

Data penelitian kualitatif diperoleh dari hal-hal yang diamati,

didengar, dirasa, dan dipikirkan oleh peneliti.31 Data dapat diperoleh

dari mayarakat secara langsung dan bahan-bahan kepustakaan. Data yang diperoleh dengan cara tersebut terbagi menjadi data primer dan

data sekunder.32 Data primer adalah data yang diperoleh dari sumber

primer, sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber sekunder yang digunakan sebagai pendukung untuk

memahami masalah yang akan diteliti.33

Data primer pada penelitian ini yaitu strategi yang diterapkan BMT NU Gapura Sumenep dalam menumbuhkan kepercayaan calon anggota yang diperoleh dengan observasi, pernyataan manajer dan karyawan terkait ketika melakukan wawancara, laporan rapat anggota tahunan, peraturan yang dicantumkan dalam SOP ataupun poster yang diperoleh melalui dokumentasi. Sedangkan data sekunder berupa profil BMT NU Gapura Sumenep yang diperoleh dokumentasi.

b. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah subjek dari mana data diperoleh. Apabila peneliti menggunakan kuesioner atau wawancara dalam pengumpulan datanya, maka sumber data disebut responden. Apabila peneliti menggunakan teknik observasi, maka

31 Muhammad Idrus, Metode Penelitian Ilmu Sosial…, 62.

32 P. Joko Subagyo, Metode Penelitian, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2006), 87.

33 Jonathan Sarwono, Metode Penelitian Kuantitatif & Kualitatif, (Yogyakarta: Graha Ilmu,


(34)

23

sumber datanya bisa berupa benda, gerak atau proses sesuatu. Apabila peneliti menggunakan dukomentasi, maka dokumen atau catatan yang menjadi sumber data, sedangkan isi catatan subjek

penelitian atau variabel penelitian.34

Jenis dan sumber data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder.

1) Data primer

Yaitu sumber data yang langsung memberikan data kepada

penelitian35 atau sumber pertama. Sumber primer yang peneliti

gunakan dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh dengan wawancara. Dalam hal ini subjek penelitian yang dimaksud adalah bapak junaidi selaku kepala cabang utama BMT NU kecamatan Gapura kabupaten Sumenep, ibu Buami dan Ayu Sarifah selaku Teller, ibu Indah Sri Wahyuni selaku bagian Pelayanan, bapak Harjono bagian juru tabungan dan bapak sahari bagian juru survei dan penagihan.

2) Data Sekunder

Yaitu sumber data yang tidak langsung memberikan data

kepada peneliti36, yang dapat memberikan informasi atau data

tambahan yang dapat memperkuat data pokok , baik yang berupa manusia dengan cara wawancara atau benda (majalah, buku, koran

34 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Yogyakarta: Rineka

Cipta, 1996), 129.

35 Ahmad Tanzeh, Pengantar Metode Penelitian, (Yogyakarta: Teras, 2009), 55. 36 Ibid., 57.


(35)

24

dll.).37 Dalam penelitian ini yang menjadi sumber data sekunder

adalah dokumen-dokumen resmi, buku-buku, hasil-hasil

penelitian.

4. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data maka dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah :

a. Observasi

Teknik ini menuntut adanya pengamatan dari peneliti baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap objek penelitian. Instrument yang dapat digunakan yaitu lembar pengamatan, panduan pengamatan. Beberapa informasi yang diperoleh dari hasil observasi antara lain : ruang (tempat), pelaku, kegiatan, objek, perbuatan,

kejadian atau peristiwa waktu dan perasaan.38 Alasan peneliti

melakukan observasi yaitu untuk menyajikan gambaran realistis perilaku atau kejadian, menjawab pertanyaan, membantu mengerti perilaku manusia dan evaluasi yaitu melakukan pengukuran terhadap aspek tertentu melakukan umpan balik terhadap pengukuran tersebut.

b. Metode Interview (wawancara)

Wawancara merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan berhadapan secara langsung dengan yang di wawancarai tetapi dapat juga diberikan daftar pertanyaan terlebih

37 Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2008), 225. 38 Juliansyah Noor, Metodologi Penelitian Skripsi, Tesis, Desertasi dan Karya Ilmiah, (Jakarta:


(36)

25

dahulu untuk dijawab pada kesempatan lain. Wawancara merupakan alat re-cheking atau pembuktian terhadap informasi atau keterangan

yang diperoleh sebelumnya.39 Metode pengumpulan data dengan cara

melakukan tanya jawab secara lisan kepada pihak yang akan diteliti baik secara struktur maupun bebas yaitu dengan pihak Kepala Cabang BMT NU Gapura Sumenep, serta karyawan terkait.

Dalam hal ini penulis melakukan wawancara yang disesuaikan dengan norma-norma cara melakukan interview, seperti; membawa pedoman tentang hal-hal yang ditanyakan dengan cara menanyakan beberapa pertanyaan kemudian satu persatu diperdalam dan mengorek lebih lanjut sesuai dengan pembahasan. Yang mana dalam penelitian ini merupakan wawancara untuk menjawab segala yang ada dalam rumusan masalahh yang penulis teliti.

c. Metode Dokumentasi

Dokumentasi adalah salah satu metode pengumpulan data kualitatif dengan melihat atau menganalisis dokumen-dokumen yang

dibuat oleh subjek sendiri atau oleh orang lain tentang subjek.40

Sejumlah besar fakta dan data tersimpan dalam bahan yang berbentuk dokumentasi. Sebagian besar data yang tersedia yaitu berbentuk

surat, catatan harian, cenderamata, laporan, artefak, dan foto.41

Dokumentasi yang dimaksud adalah alat pengumpulan data tentang

39Ibid., 138

40 Haris Herdiansyah, Metode Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Salemba Humanika, 2010), 106. 41 Juliansyah Noor, metodologi Penelitian Skripsi, Tesis, Desertai dan Karya Ilmiah, 141.


(37)

26

strategi yang digunakan BMT NU dalam menumbuhkan kepercayaan calon anggotanya, dan catatan dari sumber yang diteliti.

5. Teknik Pengolahan Data

a. Editing, yaitu pemeriksaan kembali dari semua data yang diperoleh

terutama dari segi kelengkapannya, kejelasan makna, keselarasan

antara data yang ada dan relevansi dengan penelitian.42

b. Organizing, yaitu menyusun dan mensistematiskan data tentang

penelitian yang diperoleh dalam kerangka uraian yang telah

direncanakan.43

c. Penemuan Hasil, yaitu dengan menganalisis data yang telah diperoleh

dari penelitian untuk memperoleh kesimpulan mengenai kebenaran fakta yang ditemukan, yang akhirnya merupakan sebuah jawaban dari

rumusan masalah.44

6. Teknik analisis data

Setelah data terkumpul, maka untuk menganalisis digunakan teknik deskriptif kualitatif. Tujuan dari metode ini adalah untuk membuat deskripsi atau gambaran mengenai objek penelitian secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar

fenomena yang diselidiki.45 Penelitian ini berorientasi memecahkan

masalah dengan melakukan pengukuran variabel independen dan

42 Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R &D, 243. 43 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, 194. 44 Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R &D, 246.


(38)

27

dependen, kemudian menganalisa data yang terkumpul untuk mencari hubungan antar variabel.

Peneliti menggunakan teknik ini karena yang digunakan adalah metode kualitatif, dimana memerlukan data untuk menggambarkan suatu fenomena yang apa adanya. Sehingga benar salahnya, sudah sesuai dengan peristiwa yang sebenarnya. Penelitian deskriptif disebut juga penelitian ilmiah karena semua data yang diambil merupakan fenomena apa adanya. Kemudian data tersebut diolah dan dianalisis, diteliti, dan disimpulkan sehingga pemecahan persoalan atau solusi tersebut dapat berlaku secara umum.


(39)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kepercayaan

1. Pengertian Kepercayaan

Kepercayaan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi sebuah komitmen atau janji, dan komitmen hanya dapat direalisasikan jika suatu saat berarti. Morgan dan Hunt dalam Dharmmesta berpendapat bahwa ketika satu pihak mempunyai keyakinan (confidence) bahwa pihak lain yang terlibat dalam pertukaran mempunyai reliabilitas dan integritas, maka dapat dikatakan ada trust.1

Moorman, Deshpande, dan Zatman seperti dikutip oleh Dharmmestha:

“Mendefinisikan trust sebagai kesediaan (willingness) seseorang untuk menggantungkan dirinya kepada pihak lain yang terlibat dalam pertukaran karena ia mempunyai keyakinan (confidence) kepada pihak lain tersebut, kepercayaan merupakan harapan umum yang dimiliki individu bahwa kata-kata yang muncul dari pihak lainnya dapat diandalkan. Kepercayaan adalah percaya dan memiliki keyakinan terhadap partner dalam hubungan”

Definisi kepercayaan menurut Schurr dan Ozane kepercayaan adalah suatu keyakinan bahwa pernyataan pihak lain dapat diandalkan

1 Darsono, L.I. dan Dharmmesta, B.S., “Kontribusi Involvement dan Thrust in Brand dalam

Membangun Loyalitas Pelanggan”, Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia, No 3, Vol 20, (2005), 27.


(40)

29

untuk memenuhi kewajibannya.2 Ketidakpercayaan bisa terjadi sejalan

dengan minimnya informasi dalam perencanaan dan pengukuran kinerja. Rasa percaya atau tidak percaya seseorang yang muncul dalam perilakunya ditentukan oleh faktor-faktor seperti informasi, pengaruh, dan pengendalian. Kepercayaan akan meningkat bila informasi yang diterima dinilai akurat, relevan, dan lengkap, Tingkat kepercayaan juga dipengaruhi oleh pengalaman di masa lalu, pengalaman positif yang konsisten di masa lalu dengan suatu pihak akan meningkatkan rasa saling percaya sehingga akan menumbuhkan harapan akan hubungan yang baik di masa yang akan datang, Menurut Soetomo ada lima tindakan yang menunjukkan suatu kepercayaan:3

(1) menjaga hubungan, (2) menerima pengaruh, (3) terbuka dalam komunikasi, (4) mengurangi pengawasan, dan (5) kesabaran akan faham,

Dwyer dan Oh dalam Gassenheimer dan Chris Manolis menyatakan bahwa mempercayai adalah keinginan untuk mencapai tujuan yang berlangsung dalam jangka panjang. Kegagalan terbesar dalam membina hubungan antara penjual dan konsumen adalah kurangnya kepercayaan, kepercayaan sendiri di bagi pada dua bahasan :

2Dwyer, R. F., Schurr, P. H., & Oh, S, “Output sector munificence effects on the internal

political economy of marketing channels”, Journal of Marketing Research, No. 24, (2000), 347-358.

3Soetomo, Ilmu Sosiatri: Lahir dan Berkembang dalam Keluarga Besar Ilmu Sosial, Sosiatri, Ilmu, dan Metode, (Yogyakarta: Aditya Media, 2002), 45.


(41)

30

a. Trust in partner’s honesty (Kepercayaan terhadap kejujuran mitra/perusahaan)

b. Trust ini partner’s benevolence (Kepercayaan terhadap niat baik perusahaan).4

2. Dimensi Kepercayaan

Menurut McKnight, Kacmar, dan Choudry (dalam Bachmann & Zaheer) kepercayaan dibangun antara pihak-pihak yang belum saling mengenal baik dalam interaksi maupun proses transkasi.5 McKnight et

al. menyatakan bahwa ada dua dimensi kepercayaan konsumen, yaitu:6

a. Trusting Belief

Trusting belief adalah sejauh mana seseorang percaya dan merasa yakin terhadap orang lain dalam suatu situasi. Trusting belief adalah persepsi pihak yang percaya (konsumen) terhadap pihak yang dipercaya (penjual toko maya) yang mana penjual memiliki karakteristik yang akan menguntungkan konsumen. McKnight et al menyatakan bahwa ada tiga elemen yang membangun trusting belief, yaitu benevolence, integrity, competence.

1) Benevolence

Benevolence (niat baik) berarti seberapa besar seseorang percaya kepada penjual untuk berperilaku baik kepada konsumen.

4 Gassenheimer, J.B. and Manolis, Chris, ”The Influence Of Product Customization and Supplier

Selection On Future Intention: The Mediating Effects Of Salesperson And Organizational Trust”,

Journal Of managerial Issues XIII, No.4, (2001), 418-435.

5 Bachmann dan Zaheer, The Handbook of Trust Research, (Jakarta: Erlangga, 2006), 35.

6 McKnight et al., “The Impact of Initial Consumer Trust on Intention to Transact with a


(42)

31

Benevolence merupakan kesediaan penjual untuk melayani kepentingan konsumen.

2) Integrity

Integrity (integritas) adalah seberapa besar keyakinan seseorang terhadap kejujuran penjual untuk menjaga dan memenuhi kesepakatan yang telah dibuat kepada konsumen. 3) Competence

Competence (kompetensi) adalah keyakinan seseorang terhadap kemampuan yang dimiliki penjual untuk membantu konsumen dalam melakukan sesuatu sesuai dengan yang dibutuhkan konsumen tersebut. Esensi dari kompetensi adalah seberapa besar keberhasilan penjual untuk menghasilkan hal yang diinginkan oleh konsumen. Inti dari kompetensi adalah kemampuan penjual untuk memenuhi kebutuhan konsumen. b. Trusting Intention

Trusting intention adalah suatu hal yang disengaja dimana seseorang siap bergantung pada orang lain dalam suatu situasi, ini terjadi secara pribadi dan mengarah langsung kepada orang lain. Trusting intention didasarkan pada kepercayaan kognitif seseorang kepada orang lain. McKnight et al menyatakan bahwa ada dua elemen yang membangun trusting intention yaitu willingness to depend dan subjective probability of depending.7

7 Ibid.


(43)

32

1) Willingness to depend

Willingness to depend adalah kesediaan konsumen untuk bergantung kepada penjual berupa penerimaan resiko atau konsekuensi negatif yang mungkin terjadi.

2) Subjective probability of depending

Subjective probability of depending adalah kesediaan konsumen secara subjektif berupa pemberian informasi pribadi kepada penjual, melakukan transaksi, serta bersedia untuk mengikuti saran atau permintaan dari penjual.

3. Komponen Kepercayaan

Kepercayaan didefinisikan sebagai keinginan untuk menggantungkan diri pada mitra bertukar yang dipercayai. Green yang dikutip oleh Fasochah menyatakan bahwa komponen-komponen kepercayaan adalah:

a. Kredibilitas

Kredibilitas berarti bahwa karyawan jujur dan katakatanya dapat dipercaya. Kredibilitas harus dilakukan dengan kata-kata, “saya dapat mempercayai apa yang dikatakannya mengenai ....” bentuk lain yang berhubungan adalah believability dan truthfulness.

b. Reliabilitas

Reliabilitas berarti sesuatu yang bersifat reliable atau dapat dihandalkan. Ini bearti berhubungan dengan kualitas


(44)

33

individu/organisasi. Reliabilitas harus dilakukan dengan tindakan, “saya dapat memercayai apa yang akan dilakukannya....”. bentuk lain yang berhubungan adalah predictability dan familiarity.

c. Intimacy

Kata yang berhubungan adalah integritas yang berarti karyawan memiliki kualitas sebagai karyawan yang memiliki prinsip moral yang kuat. Integritas menunjukkan adanya internal consistency, ada kesesuaian antara apa yang dikatakan dan dilakukan, ada konsistensi antara pikiran dan tindakan. Selain itu integritas menunjukkan adanya ketulusan.8

4. Faktor- Faktor yang Memperngaruhi Kepercayaan

Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kepercayaan seseorang. McKnight et al. menyatakan bahwa ada faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kepercayaan konsumen yaitu reputation, dan perceivedquality.9

a. Reputation

Reputasi merupakan suatu atribut yang diberikan kepada penjual berdasarkan pada informasi dari orang atau sumber lain. Reputasi dapat menjadi penting untuk membangun kepercayaan seorang konsumen terhadap penjual karena konsumen tidak memiliki

8Fasochah, “Analisis Pengaruh Kepercayaan dan Kualitas Layanan terhadap Loyalitas

Pelanggan dengan Kepuasan Konsumen sebagai variabel Mediasi (Studi Pada RS Darul Istiqomah Kaliwungu Kendal)”, Jurnal Ekonomi Manajemen Akuntansi, No. 13, (2013), 22.

9McKnight et al, “Developing and Validating Trust Measures for e-Commerce: An Integrative


(45)

34

pengalaman pribadi dengan penjual, Reputasi dari mulut ke mulut yang juga dapat menjadi kunci ketertarikan konsumen. Informasi positif yang didengar oleh konsumen tentang penjual dapat mengurangi persepsi terhadap resiko dan ketidakamanan ketika bertransaksi dengan penjual. Hal ini dapat membantu meningkatkan kepercayaan konsumen tentang kompetensi, benevolence, dan integritas pada penjual.

b. Perceived quality

Perceived quality yaitu persepsi akan kualitas baik itu dari segi produk, pelayanan maupun penghargaan. Tampilan serta desain perusahaan jua dapat mempengaruhi kesan pertama yang terbentuk. Menurut Wing Field (dalam Chen & Phillon,)

5. Strategi Membangun Kepercayaan Pelanggan

Menurut Hoffman dan Bateson dalam Sherren dan Hartiwi menyatakan beberapa strategi dalam membangun kepercayaan pelanggan, yakni:10

a. Perlindungan informasi yang rahasia

b. Menahan diri untuk tidak membuat komentar yang meremehkan tentang pelanggan dan pesaing lainnya

c. Memberikan informasi kepada pelanggan yang sebenarnya, walaupun itu sangat menyakitkan.

10 Sherren dan Hartiwi Prabowo, “Analisis Pengaruh Kepuasan Pelanggan Terhadap Kepercayaan

Pelanggan dan Dampaknya Pada Retensi Pelanggan JNE Pangkalpinang”. (Thesis Binus Jakarta. 2012), 45


(46)

35

d. Menyediakan pelanggan dengan informasi yang penuh baik secara pro dan kontra.

e. Menjadi perusahaan yang bisa diandalkan, sopan dan penuh perhatian kepada pelanggan.

f. Aktif dan terlibat dalam urusan masyarakat. 6. Kepercayaan Dalam Persepektif Islam

Imam Al-Qusairi mengatakan bahwa kata shadiq ‘orang yang jujur’ berasal dari kata shidq ‘kejujuran’. Kata shiddiq adalah bentuk penekanan (mubalaghah) dari shadiq dan berarti orang yang mendominasi kejujuran. Dengan demikian, di dalam jiwa seseorang yang jujur itu terdapat komponen nilai ruhani yang memantulkan berbagai sikap yang berpihak kepada kebenaran dan sikap moral yang terpuji.11

Perilaku yang jujur adalah perilaku yang diikuti oleh sikap tanggung jawab atas apa yang diperbuatnya tersebut atau integritas. Kejujuran dan integritas bagaikan dua sisi mata uang. Seseorang tidak cukup hanya memiliki keikhlasan dan kejujuran, tetapi dibutuhkan juga nilai pendorong lainnya, yaitu integritas. Akibatnya, mereka siap menghadapi risiko dan seluruh akibatnya dia hadapi dengan gagah berani, kebanggaan, dan penuh suka cita, dan tidak pernah terpikirkan untuk melemparkan tanggung jawabnya kepada orang lain.12

Jujur dan terpercaya (amanah) adalah akhlak yang harus ada dalam bisnis. Amanah artinya dapat “dipercaya, bertanggung jawab, dan

11 Toto Tasmara, Membudayakan Etos Kerja Islami, (Jakarta: Gema Insani Press, 2002), 80 12 Ibid., 81.


(47)

36

kredibel”. Konsekuensi amanah adalah mengembalikan setiap hak kepada pemiliknya. Sedikit atau banyak, tidak mengambil lebih banyak daripada yang ia miliki, dan tidak mengurangi hak orang lain, baik itu berupa hasil penjualan, fee, jasa atau upah buruh.13

Dalam Islam, hubungan antara kejujuran dan keberhasilan kegiatan ekonomi menunjukkan hal yang positif. Setiap bisnis yang didasarkan pada kejujuran akan mendapatkan kepercayaan pihak lain. Kepercayaan ini akan menambah nilai transaksi kegiatan bisnis dan pada akhirnya meningkatkan keuntungan.14

Pelaku bisnis yang jujur dan amanah akan dikumpulkan kelak di akhirat bersama para nabi, shiddiqin dan syuhada’. Sedangkan mereka semua di akhirat tidak memiliki tempat melainkan di surga. Dalam sebuah hadis, Rasulullah SAW bersabda:

ْﻦَﻋ ْﻲِﺑَﺍ ِﺪْﻴِﻌَﺳ َﻲ ِﺿ َﺭ ُﷲ ِﻦَﻋ ِّﻲِﺒﱠﻨﻟﺍ ﻰﱠﻠَﺻ ُﷲ ِﻪْﻴَﻠَﻋ َﻢﱠﻠَﺳ َﻭ َﻝﺎَﻗ :

ُﺮ ِﺟﺎﱠﺘﻟﺍ َﻊَﻣ ُﻦْﻴِﻣَ ْﻷﺍ ُﻕ ْﻭُﺪﱠﺼﻟﺍ 15(ﻱﺬﻴﻣﺮﺘﻟﺍ ﻩﺍﻭﺭ) . ِءﺍَﺪَﻬﱡﺸﻟﺍ َﻭ َﻦْﻴِﻘْﻳ ِّﺪ ِّﺼﻟﺍ َﻭ َﻦِّﻴِّﻴِﺒﱠﻨﻟﺍ

Artinya : “Dari Abu Sa’id r.a. dari Rasulullah saw. bersabda.‘Seorang pebisnis yang yang jujur lagi amanah, maka ia akan bersama para nabi, shiddiqin dan syuhada’.” (H.R. At-Tirmidzi).

Sikap amanah sangat erat kaitannya dengan cara dirinya mempertahankan prinsip dan kemudian bertanggung jawab untuk melaksanakan prinsi-prinsipnya tersebut dengan tetap menjaga

13 Herry Sutanto dan Khaerul Umam, Manajemen Pemasaran Bank Syariah, (Bandung,

Pustaka Setia,, 2013), 69.

14 Kuat Ismanto, Manajemen Syari’ah: Implementasi TQM dalam Lembaga Keuangan Syari’ah, , (Yogyakarta,Pustaka Pelajar, 2009), 35.


(48)

37

keseimbangan dan melahirkan nilai manfaat yang berkesuaian. Prinsip merupakan fitrah paling pendasar bagi harga diri manusia. Menunaikan amanah dengan sebaik-baiknya merupakan ciri seorang profesional.16

Dalam kepercayaan terdapat dimensi reliable. Dimensi reliable (kehandalan) yeng berkenaan dengan kemampuan untuk memberikan jasa yang dijanjikan secara terpercaya dan akurat. Pelayanan akan dapat dikatakan reliabel apabila dalam perjanjian yang telah diungkapkan dicapai secara akurat. Ketepatan dan keakuratan inilah yang akan menumbuhkan kepercayaan konsumen terhadap lembaga penyedia layanan jasa. Dalam konteks ini, Allah juga menghendaki setiap umatNya untuk menepati janji yang telah dibuat dan dinyatakan,17 sebagaimana yang dinyatakan dalam Al-Qur’an surat

An-Nahl ayat 91.

ۡﻭَﺃ َﻭ

ْﺍﻮُﻓ

ۡﻬَﻌِﺑ

ِﺪ

ٱ

ِﱠ<

ﺍَﺫِﺇ

َٰﻋ

ۡﻢﱡﺗﺪَﻬ

َﻻ َﻭ

ْﺍﻮُﻀُﻘﻨَﺗ

ٱ

َ ۡﻷ

ۡﻳ

َٰﻤ

َﻦ

ۡﻌَﺑ

َﺪ

ۡﻮَﺗ

ﺎَﻫِﺪﻴِﻛ

ۡﺪَﻗ َﻭ

ۡﻠَﻌَﺟ

ُﻢُﺘ

ٱ

َﱠ<

ۡﻴَﻠَﻋ

ۡﻢُﻜ

ًۚﻼﻴِﻔَﻛ

ﱠﻥِﺇ

ٱ

َﱠ<

ۡﻌَﻳ

ُﻢَﻠ

ﺎَﻣ

ۡﻔَﺗ

َﻥﻮُﻠَﻌ

٩١

18

Artinya: “Dan tepatilah perjanjian dengan Allah apabila kamu berjanji dan janganlah kamu membatalkan sumpah-sumpah (mu) itu sesudah meneguhkannya, sedang kamu telah menjadikan Allah sebagai saksimu (terhadap sumpah sumpah itu), sesungguhnya Allah mengetahui apa yang kamu perbuat”.

16 Toto Tasmara, Membudayakan Etos Kerja Islami…, 95 17 Ridwan202, Kualitas Pelayanan Dalam Islam,

https://ridwan202.wordpress.com/2013/02/11/kualitas-pelayanan-dalam-islam/ , diakses 12 April 2017.


(49)

38

B. Manajemen Keanggotaan Koperasi

Sumber daya yang dimiliki koperasi tidak berbeda dengan perusahaan lainnya, yaitu finansial, manusia, serta kemampuan teknologi dan sistem.19 Pada organisasi koperasi, sumber daya manusia merancang dan menghasilkan barang atau jasa, memasarkan barang atau jasa tersebut, mengalokasikan sumber daya finansial, dan menetapkan keseluruhan strategi dan berusaha mencapai tujuan koperasi. Koperasi adalah organisasi ekonomi yang mana anggota sebagai pemilik sekaligus pelanggan utama koperasi dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan anggotanya. Anggota menginginkan peningkatan taraf hidup melalui peningkatan usaha pribadinya yang didukung oleh perusahaan koperasi. Manajemen keanggotaan menyangkut bagaimana mengelola anggota sehingga mereka berpartisipasi aktif dalam koperasi sebagai jalan untuk menuju peningkatan kesejahteraan.20

1. Keanggotaan koperasi

Anggota koperasi adalah pemilik sekaligus pengguna jasa koperasi. Masyarakat yang dapat menjadi anggota yaitu mereka yag memenuhi persyaratan sebagaimana ditetapkan dalam anggaran dasar. Keanggotaan koperasi harus didasarkan pada kesamaan kepentingan ekonomi dalam lingkup usaha koperasi, dapat diperoleh setelah syarat sebagaimana diatur dalam anggaran dasar, tidak dapat dipindahtangankan, dan setiap anggota memiliki kewajiban dan hak yang

19 Hendar, Manajemen Koperasi, (Jakarta: Erlangga, 2010), 136. 20Ibid., 136


(50)

39

sama terhadap koperasi sesuai yang diatur dalam anggaran dasar (UU No 25 tahun 1992).21 Anggota merupakan sasaran utama koperasi sebagai pembeli maupun penjual sesuai dengan kegiatan usaha koperasi.22 Semakin banyak hubungan ekonomi antara anggota dengan koperasi, semakin besar kemungkinan berkembangnya koperasi. Dengan demikian, koperasi dapat meningkatkan kemampuannya dalam memberikan pelayanan.

Seseorang akan menjadi anggota atau tetap menjadi anggota dalam sebuah koperasi bila mendapat manfaat yang lebih besar dari pada tidak menjadi anggota koperasi. Setiap orang yang menjadi anggota koperasi pasti didasari oleh kebutuhan tertentu yang dapat diraih dari koperasi tersebut.23 Bagi orang yang memiliki ekonomi cukup kuat, mungkin kebutuhan nonekonomi lebih kuat dibandingkan dengan kebutuhan ekonominya. Sebaliknya bagi orang yang ekonomi lemah, harapan meningkatkan kesejahteraan hidupnya sebagai alasan menjadi anggota koperasi.24

Jika suatu koperasi memberikan kepuasan yang lebih tinggi kepada seseorang daripada organisasi lain, berarti koperasi lebih tinggi kemampuannya dalam memuaskan keinginan orang.25 Karena setiap individu akan mendasarkan keputusan-keputusan mereka dengan membandingkan keunggulan dengan kekurangan.

21 Ibid., 138.

22 Revrisond Baswir, Koperasi Indonesia, (Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta, 2010), 90. 23 Alfred Hanel, Organisasi Koperasi, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2005), 74.

24 Revrisond Baswir, Koperasi Indonesia…, 90.


(51)

40

Keputusan dari seorang individu untuk menggabungkan diri atau tetap menjadi bagian dari instansi tergantung pada proses evolusi ekonomi, di mana individu membandingkan manfaat yang dapat diperoleh dari organisai tertentu dibanding dengan para pesaingnya.26 Individu dalam membangun evolusi ekonominya mengenai keuntungan dan biaya melalui kegiatan institusi-institusi yang saling bersaing, biasanya dengan menduga atau mempelajari dari pengalaman yang dimiliki.

Koperasi bila ingin menarik anggota, mereka harus menawarkan kelebihan khusus yang tidak dapat diberikan oleh organisasi lain. Dalam pengertian lain, kelebihan itu akan diperoleh jika mereka menjadi pemilik dan pada saat yang bersamaan juga menjadi pemakai dari pelayanan-pelayanan yang diberikan koperasi tersebut.

Koperasi agar lebih menarik bagi anggota dapat memberikan alih kendali organisasi dengan tidak hanya menjadi pemakai pelayanannya tetapi juga menjadi pemiliknya.27 Dengan cara seperti itu, para anggota mempunyai hak/kekuasaan untuk meminta promosi atas kepentingan bisnisnya yang tidak mungkin diperoleh dari perusahaan nonkoperasi. Sehingga ada hubungan identitas dalam koperasi, maka dengan kondisi tertentu manajemen dapat memberikan pelayanan lebih baik kepada para anggota daripada yang diberikan oleh manajemen perusahaan nonkoperasi. Dengan demikian setiap orang yang tertarik menjadi

26Ibid., 32.


(52)

41

anggota koperasi atau tetap menjadi anggota koperasi disebabkan oleh28 advantages/manfaat kemajuan/promosi koperasi (khusus) lebih besar daripada disadvantages/promosi pasar (biasa)/keunggulan promosi perusahaan nonkoperasi.

Para anggota mengharapkan promosi khusus dari kepentingan mereka. Dengan demikian setiap orang yang tertarik menjadi anggota koperasi atau tetap menjadi anggota koperasi disebabkan oleh keunggulan karena promosi khusus koperasi lebih besar daripada keunggulan promosi perusahaan nonkoperasi. Ada dua kondisi yang harus dipenuhi bagi suatu koperasi agar menjadi alternatif yang menarik bagi para anggota dan calon anggota, yaitu:29

a. Koperasi harus dapat menghasilkan paling tidak kelebihan yang sama dengan perusahaan nonkoperasi. Koperasi harus menjadi pemenang dalam persiangan dan harus mempunyai potensi untuk memberikan keunggulan khusus pada para anggotanya;

b. Meskipun koperasi dapat memenangkan persaingan dalam suatu kondisi khusus, jika para anggota tidak dapat berpartisipasi dalam memertahankan keunggulan akan kehilangan hasratnya untuk tetap menjadi anggota koperasi. Anggota harus mampu mengendalikan manajemen koperasi dengan cara menuntut agar manajemen mampu dan bersedia mempromosikan kepentingan para anggota.

Perusahaan koperasi dibiayai dan dikelola oleh anggota, karena

28 Hendar, ManajemenKoperasi…, 140. 29 Jochen Ropke, EkonomiKoperasi …, 36.


(53)

42

itu anggota memberikan kontribusi keuangan dan kontribusi perorangan sendiri untuk menghasilkan jasa-jasa yang dapat digunakan oleh anggota untuk memajukan koperasi. Pada koperasi, pribadi anggota dan hubungannya dengan kelompok koperasi merupakan kepentingan utama. Kontribusi modal anggota diperlukan, namun lebih diutamakan keikutsertaan aktif anggota dalam koperasi dan memanfaatkan pelayanan koperasi oleh anggota sebagai pelanggan.30 Keikutsertaan anggota akan menentukan hak dan kewajiban anggota. Hak perorangan anggota koperasi sebagai berikut:31

a. Hak untuk menghadiri, mengajukan usul, berpendapat, saran, kritik, memberikan informasi, ide dan memberikan suara dalam rapat anggota;

b. Hak untuk memilih dan dipilih menjadi pengurus;

c. Hak untuk memanfaatkan fasilitas koperasi dan mendapat pelayanan yang sama antara sesama anggota;

d. Hak meminta diadakan rapat anggota menurut ketentuan dalam angggaran dasar;

e. Hak mendapatkan keterangan mengenai perkembangan koperasi menurut ketentuan dalam anggaran dasar;

f. Hak mengundurkan diri dari keanggotaan koperasi. Hak keuangan anggota koperasi sebagai berikut:32 1) Hak untuk mendapatkan keuntungan dari koperasi;

30 Hendar, ManajemenKoperasi…, 143. 31 Revrisond Baswir, KoperasiIndonesia …, 93. 32 Hendar, ManajemenKoperasi…, 145.


(54)

43

2) Hak untuk menerima kembali uang anggota, keuntungan, dan bonus atas modal yan disetor;

3) Hak untuk menuntut pembayaran kembali kontribusi modal saham dari dana koperasi karena pengunduran diri dari anggota. saham koperasi tidak dapat dijual, dipindahtangankan, dan diwariskan. Saham ini sama dengan simpanan pokok anggota. Kewajiban anggota koperasi sebagai berikut:33

a. Mematuhi anggaran dasar dan anggaran rumah tangga koperasi serta semua keputusan yang telah disepakati bersama dalam rapat anggota;

b. Berpartisipasi aktif dalam kegiatan usaha dengan memanfaatkan fasilitas yang disediakan koperasi;

c. Mengembangkan dan memelihara kebersamaan berdasar asas kekeluargaan.

Kewajiban keuangan anggota koperasi sebagai berikut:34

1) Kewajiban untuk membayar kontribusi keuangan yang yang ditentukan dalam anggaran dasar;

2) Kewajiban bertanggungjawab atas hutang koperasi jika koperasi dibubarkan, tanggungjawab hanya sebatas kekayaan koperasi.

Hak dan kewajiban yang diberikan kepada anggota koperasi mengandung nilai demokrasi satu orang satu suara pada pengambilan

33 Revrisond Baswir, KoperasiIndonesia …, 92. 34 Hendar, ManajemenKoperasi…, 145.


(55)

44

keputusan. Kekuasaan tertinggi berada pada rapat anggota. Anggota dapat memberhentikan dan mengangkat pengurus. Anggota memiliki hak yang sama untuk menyampaikan pendapat, memberi saran, mengajukan ide, mengkritik dan mengawasi jalannya koperasi.35 Jumlah dana yang ditanam anggota di koperasi tidak dapat menggantikan hak suara dalam mengambil keputusan.

Demokrasi memberikan ruang bagi anggota untuk mendapat keadilan diperlakuan sama tanpa memandang jumlah simpanan yang dimiliki anggota di koperasi.36 Keadilan akan menciptakan kesadaran kerjasama dengan semangat kesetiakawanan saling menolong antaranggota.37 Kerjasama akan mendorong anggota memperbaiki taraf hidup, bahu-membahu menyatukan visi dan misi dalam upaya meningkatkan kesejahteraan bersama dengan bergotong royong dan saling tolong menolong.

2. Kompensasi Keanggotaan

Kompensasi adalah sesuatu yang dikonstitusikan atau yang dianggap sebagai suatu balas jasa. Kompensasi meliputi imbalan finansial dan jasa-jasa tidak berwujud yang diterima oleh para anggota sebagai ganti kontribusi mereka terhadap koperasi. Jadi kompensasi menggambarkan manfaat yang diterima anggota sebagai peran sertanya dalam koperasi. Kompensasi diberikan untuk memikat

35 Bernhard Limbong, PengusahaKoperasi, (Jakarta: Margaretha Pustaka, t.t.), 69. 36 Hendar, ManajemenKoperasi…, 12.

37 Ibnoe Soedjono, Jati Diri Koperasi dan Nilai Ekonomi Islam untuk Keadilan Ekonomi,


(56)

45

anggota, menahan anggota koperasi yang potensial dan memotivasi para anggota.38

Kompensasi akan memotivasi anggota apabila sistemnya dilakukan secara adil, baik keadilan eksternal, internal, maupun individual. Keadilan eksternal diartikan sebagai imbalan yang pantas dengan imbalan yang berlaku bagi pekerjaan atau bidang yang serupa di tempat lain. Keadilan internal menggambarkan besarnya imbalan yang sesuai dengan prestasi yang diberikan pada koperasi. Sedangkan keadilan individual berarti masing-masing anggota merasa bahwa mereka diperlakukan secara wajar dibandingkan dengan rekan anggota lainnya. Berdasarkan keadilan eksternal, internal, dan individual kompensasi yang diberikan koperasi berupa kompensasi finansial dan kompensasi non finansial.

Kompensasi finansial anggota koperasi tercermin pada pembagian SHU secara proposional berdasarkan prestasi anggota dalam kontribusi terhadap SHU total bukan berdasarkan pemilikan modal.39 Kompensasi non finansial pertama akan memperoleh keterbukaan. Bagi anggota sebagai pemilik koperasi, keadaan koperasi tidak menjadi rahasia. Anggota mempunyai hak untuk mengetahui keadaan koperasi sebenarnya setiap saat, pengurus juga berkewajiban memberikan informasi kondisi koperasi secara transparan kepada

38 Ibid., 151.


(57)

46

anggota.40 Keterbukaan yang dilakukan koperasi mencerminksn kejujuran manajemen koperasi kepada anggota yang akan menumbuhkan kepercayaan anggota kepada koperasi Kepercayaan anggota akan meningkatkan rasa ikut memiliki koperasi yang berakibat peningkatan partisipasi anggota dalam mengembangkan koperasi.41

Kompensasi non finansial kedua yang diberikan koperasi yaitu menolong diri sendiri, artinya motif kerja sama dalam koperasi bertujuan menggalang potensi anggota untuk menghimpun kekuatan dalam memecahkan masalah bersama melalui kerja sama atau memperbaiki nasib secara bersama-sama untuk menegakkan kebebasan ekonomi dalam menentukan haluan koperasi. Anggota memiliki kebebasan untuk masuk atau keluar dari koperasi. Namun tidak juga membuat semua orang dengan latar belakang dan kepentingan bisa menjadi anggota koperasi. Terdapat kriteria dan syarat yang disesuaikan dengan kondisi lingkungan koperasi. Sehingga siapapun berhak menjadi anggota jika memenuhi syarat tanpa memandang ras, suku, agama, atau aliran politik.

Kompensasi non finansial ketiga yang diberikan koperasi yaitu memiliki tanggung jawab sosial memecahkan masalah yang dihadapi masyarakat antara lain pemeliharaan kelestarian lingkungan, pemberantasan kemiskinan, penanggulangan pengangguran, narkoba,

40 Hendar, ManajemenKoperasi…, 13.

41 Salim Al Idrus, KinerjaManajerdanBisnisKoperasi, (Malang: UIN Malang


(58)

47

dan sebagainya.42 Koperasi memberantas kemiskinan bertujuan meningkatkan kesejahteraan anggota dan masyarakat lingkungannya. Koperasi memberantas kemiskinan sebagai wujud kepedulian sosial, dilihat dari adanya sebagian dana yang disisihkan dari SHU untuk membantu daerah sekitar koperasi. Jika koperasi mengalami kebangkrutan dan masih ada dana tersisa setelah memenuhi kewajiban koperasi, maka dana harus digunakan untuk kepentingan sosial.43 Jadi, pembagian sebagian SHU untuk masyarakat daerah kerja bermanfaat membantu dan peduli terhadap masalah-masalah sosial.44

Pemberian kompensasi yang adil dan layak sehubungan dengan usaha yang dilakukan melalui kegiatan koperasi akan meningkatkan partisipasi aktif anggota dalam koperasi. Hal yang perlu diperhatikan adalah manfaat yang diterima atau dirasakan oleh anggota harus lebih besar (menguntungkan) daripada kalau tidak menjadi anggota koperasi. Besar kecilnya manfaat tergantung dari hasil yang diperoleh dan nilai dari hasil tersebut.

Apabila hasil yang diperoleh besar, tetapi memiliki nilai yang rendah akan dirasakan kurang bermanfaat. Apabila hasil yang diperoleh rendah, tetapi mempunyai nilai yang tinggi atau hasilnya tinggi dan nilainya juga tinggi akan lebih bermanfaat.45 Maksud dari hasil ialah produk barang dan jasa atau tingkah laku tertentu,

42 Salim Al Idrus, Kinerja Manajer dan Bisnis Koperasi…, 60. 43 Ibid., 61.

44 Elfina Lebrine S, “Pengaruh Etika Bisnis terhadap Kejahatan Korporasi dalam Lingkup Kejahatan Bisnis”, Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, No. 1, Vol. 12, (Maret, 2010), 62.


(59)

48

sedangkan nilai ialah harga barang atau jasa, penghargaan, peningkatan status, promosi, tingkat keamanan, ketepatan, kualitas, efesiensi.

Adapun manfaat yang dapat diterima anggota koperasi, diantaranya:

a. Dapat menyediakan barang dan jasa dengan harga yang lebih rendah kualitas lebih baik dan waktu yang tepat;46

b. Usaha ekonomi atau produksi yang dilakukan anggota lebih efisien, biayanya lebih rendah, termasuk baiaya pengolahan; c. Dapat menjual barang dan jasa hasil usaha anggota dalam jumlah

yang lebih banyak dengan harga yang menguntungkan;

d. Dapat memperoleh modal (kredit) yang lebih murah dalam jumlah dan waktu yang tepat;

e. Dapat menyimpan uang/modal di koperasi yang lebih aman dan dapat diperoleh kembali tepat pada waktunya apabila diperlukan untuk modal kerja usaha anggota;

f. Dapat memperoleh sisa hasil usaha yang adil;

g. Dipenuhinya kebutuhan immaterial, seperti: keamanan lahir dan batin, kesehatan, rekreasi, ketentraman dan unsur-unsur lainnya untuk mencapai kesejahteraan anggota;47

h. Peningkatan pelayanan yang efesien dan mengutamakan asas kekeluargaan dalam setiap transaksinya;

46 Alfred Hanel, Organisasi Koperasi, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2005),81. 47 Ibid., 75.


(60)

49

i. Anggota dapat memasukkan tujuan, pembuatan keputusan mengenai berbagai kegiatan dan pengawasan pada koperasi.

Jumlah manfaat yang diterima oleh setiap anggota, tergantung pada besar kecilnya partisipasi insentif anggota. Partisipasi insentif adalah anggota sebagai pelanggan/pemakai, para anggota memanfaatkan berbagai potensi pelayanan yang disediakan oleh koperasi untuk menunjang kepentingannya.48 Semakin banyak anggota melakukan transaksi di koperasi, semakin besar anggota memperoleh manfaat. Dengan meningkatnya partisipasi insentif akan meningkatkan pula partisipasi kontribusi yakni menginvestasikan sebagian modalnya, ikut serta dalam mengambil keputusan dan pengawasan jalannya koperasi untuk perkembangan usaha koperasi, pelayanan kepada anggota meningkat dan manfaat yang diterimanya juga meningkat.49

Berdasarkan pemaparan sebelumnya, bahwa kompensasi menjadi anggota koperasi selaras dengan nilai-nilai syariah. Prinsip syariah Islam dalam kegiatan usaha pada dasarnya mempresentasikan tuntutan moral dalam muamalah. Prinsip kegiatan usaha dalam Islam mencakup kejujuran, perdagangan yang dilaksanakan dengan keimanan, dan mengutamakan amanat. Prinsisp-prinsip syariah dalam bisnis koperasi akan selaras dengan tujuan ekonomis, bila dibarengi pemahaman dan komitmen dengan tujuan utama keberadaan lemabaga

48 Hendar, ManajemenKoperasi…, 169. 49 Ibid., 169.


(61)

50

usaha syariah, yakni:

a. Koperasi dapat membantu masyarakat Muslim untuk dapat bertransaksi sesuai norma Islam secara individual maupun sosial. b. Koperasi mempermudah masyarakat Muslim untuk berperan serta

dalam kegiatan mobilisasi dana bagi percepatan pembangunan ekonomi dan kemakmuran sesuai dengan prinsip Islam yang menjamin hak dan kewajiban individu maupun masyarakat terlaksana dengan baik.50

c. Koperasi diharapkan dapat memperkuat ikatan persaudaraan dan kekeluargaan yang berlandaskan kemaslahatan bersama.

50 Ibid., 17.


(1)

81

DAFTAR PUSTAKA

Al Idrus, Salim, Kinerja Manajer dan Bisnis Koperasi. Malang: UIN Malang

Press, 2008

al-Tirmidzi, Abu@ ‘Isa@, Sunan al-Tirmidzi, Juz III. Mesir, Mustafa al-Halibi, 1975 Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Yogyakarta:

Rineka Cipta, 1996

Bachmann dan Zaheer, The Handbook of Trust Research, Jakarta: Erlangga, 2006 Baswir, Revrisond, Koperasi Indonesia. Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta, 2010 Consuelo G Sevilla, Pengantar Metode Penelitian. Jakarta: UI Press, 1993

Fasochah, “Analisis Pengaruh Kepercayaan dan Kualitas Layanan terhadap

Loyalitas Pelanggan dengan Kepuasan Konsumen sebagai variabel

Mediasi (Studi Pada RS Darul Istiqomah Kaliwungu Kendal)”. Jurnal Ekonomi Manajemen Akuntansi, No. 13, 2013

Gassenheimer, J.B. and Chris Manolis. “The Influence Of Product Customization and Supplier Selection On Future Intention: The Mediating Effects Of Salesperson And Organizational Trust”. Journal Of managerial Issues. XIII No.4. 418-435, 2001

Griffin, Jill. Customer Loyalty, Menumbuhkan dan Mempertahankan Kesetian Pelanggan. Jakarta: Erlangga, 2009

Hafizh, Muslihin al. “Pengertian Data dan Fakta dalam Penelitian”, dalam

Hanel, Alfred Organisasi Koperasi. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2005 Hendar, Manajemen Koperasi. Jakarta: Erlangga, 2010


(2)

82

Herdiansyah, Haris. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: Salemba Humanika,

2010

http://www.bmtnujatim.com/visi.misi.BMT.NU, diakses pada 10 April 2017.

Idrus, Muhammad. Metode Penelitian Ilmu Sosial. Jakarta: Erlangga, 2009

Ismanto, Kuat, Manajemen Syari’ah: Implementasi TQM dalam Lembaga

Keuangan Syari’ah. Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2009

J.B, Gassenheimer, and Manolis, Chris, ”The Influence Of Product

Customization and Supplier Selection On Future Intention: The

Mediating Effects Of Salesperson And Organizational Trust”. Journal

Of managerial Issues XIII, No.4, 2001

Kementrian Agama RI, Al-Quran dan Tafsir. Jakarta: Widya Cahaya, 2011

Kotler, Philip, and Armstrong Gary. Prinsip-prinsip Pemasaran. Jakarta:

Erlangga, 2001

L.I., Darsono, dan Dharmmesta, B.S., “Kontribusi Involvement dan Thrust in

Brand dalam Membangun Loyalitas Pelanggan”. Jurnal Ekonomi dan

Bisnis Indonesia, No 3, Vol 20, 2005

Lebrine S, Elfina “Pengaruh Etika Bisnis terhadap Kejahatan Korporasi dalam

Lingkup Kejahatan Bisnis”. Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, No. 1, Vol. 12, Maret, 2010

Limbong, Bernhard, Pengusaha Koperasi. Jakarta: Margaretha Pustaka, t.t. Maharsi, Sri dan Fenny ,”Analisa Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

Kepercayaan dan Pengaruh Kepercayaan Terhadap Loyalitas Pengguna Internet Banking di Surabaya”. Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 8, No. 1, 35-51, 2006


(3)

83

Maima, Riska. “Analisis pengaruh kepercayaan pelanggan dan kualitas pelayanan terhadap sikap pelanggan dan implikasinya terhadap keputusan pembelian ulang (Studi kasus pada CV. Mukti Manunggal Semarang)”. Skripsi--Universitas Diponegoro, Semarang, 2010

McKnight et al, “Developing and Validating Trust Measures for e-Commerce:

An Integrative Typology”. Information Systems Research, No. 3, Vol.

13, September, 2002

McKnight et al., “The Impact of Initial Consumer Trust on Intention to Transact

with a Website: A Trusting Building Model”. Jurnal sistem strategi

informasi, 2002

Moleong, J. Lexy. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009

Morgan, R.P. “A Consumer-Orientated Framework of Brand Equity and Loyalty”. International Journal of Market Research, Vol. 42 No. 1, pp.65-78, 2000

Nazir, Moh. Metode Penelitian. Bogor : Ghalia Indonesia, 2005

Noor, Juliansyah. Metodologi Penelitian Skripsi, Tesis, Desertasi dan Karya

Ilmiah. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, @2011

Nuraini. “Analisis Pengaruh Kualitas Produk, Kualitas Pelayanan, Desain Produk, Harga Dan Kepercayaan Terhadap Loyalitas Pelanggan”. Skripsi--Universitas Diponegoro, Semarang, 2009


(4)

84

Octawulansari, Ika. ”Strategi pemasaran dalam upaya meningkatkan jumlah nasabah di Bmt Fajar Mulia Cabang Bandungan”. Skripsi--Institut Agama Islam Negeri Walisongo, Semarang, 2012

R. F., DwyerSchurr, P. H., & Oh, S, “Output sector munificence effects on the

internal political economy of marketing channels”. Journal of

Marketing Research, No. 24, 2000

Ridwan202, Kualitas Pelayanan Dalam Islam,

https://ridwan202.wordpress.com/2013/02/11/kualitas-pelayanan-dalam-islam/ , diakses 12 April 2017.

Ropke, Jochen, Ekonomi Koperasi. Jakarta: Salemba Empat, 2003

Saifullah. ”Tinjuan Hukum Islam Terhadap Simpan Pinjan di Koperasi Jasa Keuangan Syariah BMT Nuansa Umat Kecamatan Gapura Kabupaten Sumenep Propinsi Jawa Timur”. Skripsi—Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, Yogyakarta, 2009

Sarwono, Jonathan. Metode Penelitian Kuantitatif & Kualitatif. Yogyakarta:

Graha Ilmu, 2006

Sherren dan Hartiwi Prabowo, “Analisis Pengaruh Kepuasan Pelanggan Terhadap

Kepercayaan Pelanggan dan Dampaknya Pada Retensi Pelanggan JNE

Pangkalpinang”. Thesis Binus Jakarta, 2012

Soedjono, Ibnoe, Jati Diri Koperasi dan Nilai Ekonomi Islam untuk Keadilan

Ekonomi. Jakarta: Tyas, 2003

Soetomo, Ilmu Sosiatri: Lahir dan Berkembang dalam Keluarga Besar Ilmu

Sosial, Sosiatri, Ilmu, dan Metode. Yogyakarta: Aditya Media, 2002 Subagyo, P. Joko. Metode Penelitian. Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2006


(5)

85

Sudarsono, Heri. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah. Yogyakarta:

Ekonisia, 2004

Sudarsono. Heri, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, Deskripsi dan Ilustrasi. Yogyakarta: Ekonisia, 2008

Sugiono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta, 2008

Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:

Alfabet, 2014

Sutanto, Herry, dan Khaerul Umam, Manajemen Pemasaran Bank Syariah. Bandung, Pustaka Setia, 2013

Tanzeh, Ahmad. Pengantar Metode Penelitian. Yogyakarta: Teras, 2009

Tasmara, Toto, Membudayakan Etos Kerja Islami. Jakarta: Gema Insani Press,

2002

Triandini Hendri, “Pengaruh Layanan Jemput Bola Produk Funding Terhadap DPK dan Jumlah Nasabah: Studi pada BPRS Arthakarimah Irsyadi”, Jurnal Etikonomi, Vol. 12, No. 2, 2013

Tasrifin, M. “Anggota Koperasi”, dalam

http://tasrifin.dosen.narotama.ac.id/files/2011/05/Handout-KUMKM-12-Anggota-Koperasi.pdf. (7 Maret 2017)

http://etalasepustaka.blogspot.co.id/2016/05/pengertian-kepercayaan-menurut-para-ahli.html. (7 Maret 2017)

http://hariannetral.com/2014/12/pengertian-strategi-menurut-beberapa-ahli.html.

(7 Maret 2017)


(6)

86

http://kbbi.web.id/strategi. (7 maret 2017)

http://referensi_makalah.com/2012/08/pengertian-data-dan-fakta-dalam.html. (21

Februari 2017)

http://www.bankmuamalat.co.id/profil-bank-muamalat. (24 Februari 2017)

http://www.bmtnujatim.com/. Sejarah BMT NU, diakses pada 8 April 2017.