Jamaiyah Mahmudiyah Li Thalibil Khairiyah Di Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat (1912-1944)

(1)

JAMAIYAH MAHMUDIYAH LI THALIBIL KHAIRIYAH DI KECAMATAN TANJUNG PURA KABUPATEN LANGKAT (1912-1944)

SKRIPSI SARJANA

Dikerjakan

O L E H

Edi Handoko

050706032

DEPARTEMEN ILMU SEJARAH

FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

Lembar Persetujuan Ujian Skripsi

JAMAIYAH MAHMUDIYAH LI THALABIL KHAIRIYAH DI KECAMATAN TANJUNGPURA KABUPATEN LANGKAT (1912-1944)

Yang Diajukan Oleh : Nama : Edi Handoko

Nim : 050706032

Telah disetujui untuk diajukan dalam ujian skripsi oleh

Pembimbing

Dra. Nina Karina, M.SP Tanggal : Nip. 195908041985032002

Ketua Departemen Ilmu Sejarah

Dra. Fitriaty Harahap S.U Tanggal : Nip. 195406031983032001

DEPARTEMEN ILMU SEJARAH FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(3)

Lembar Pengesahan Pembimbing Skripsi

JAMAIYAH MAHMUDIYAH LI THALIBIL KHAIRIYAH DI KECAMATAN TANJUNG PURA KABUPATEN LANGKAT (1912-1944)

Skripsi Sarjana

DIKERJAKAN

O L E H

Edi Handoko

050706032

Pembimbing

Dra. Nina Karina, M.SP

Nip. 195908041985032002

Skripsi ini diajukan kepada panitia ujian

Fakultas Sastra USU Medan, untuk melengkapi salah satu syarat ujian SARJANA SASTRA dalam bidang Ilmu Sejarah

DEPARTEMEN ILMU SEJARAH

FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(4)

Lembar Persetujuan Ketua Jurusan

DISETUJUI OLEH

FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

DEPARTEMEN ILMU SEJARAH

Ketua Departemen

Dra. Fitriaty Harahap S.U Nip 195406031983032001


(5)

Lembarpengesahan skripsiolehDekandanPanitiaUjian

Diterima oleh :

Panitia Ujian Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara Untuk melengkapi salah satu syarat ujian Sarjana Sastra Dalam Ilmu sejarah pada Fakultas Sastra USU Medan .

Pada :

Hari :

Tanggal :

Fakultas Sastra USU Dekan

Prof. Syaifuddin, M.A,. Ph.D

Nip 196509091994031004

Panitia Ujian.

No. Nama Tanda Tangan

1. ……….. (……….)

2. ……….. (……….)

3. ……….. (……….)

4. ……….. (……….)


(6)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur dipersembahkan kepada Allah SWT, yang memberikan karunia yang tak terhingga berupa bimbingan, kekuatan dan pertolongan, mapun hidayah dan taufik-Nya, serta shalawat dan salam atas junjungan nabi besar Muhammah SAW yang telah melimpahkan rahmad dan hidayahnya sehingga penulisan ini dapat selesai tepat pada waktunya.

Tulisan ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, inilah saat yang penting untuk mengungkapkan rasa terima kasih kepada:

1. Ayahanda tersayang Thamrin dan ibunda tercinta Nurainun serta tak lupa juga kepada ibunda tersayang Sukiyem yang telah berpulang ke sisi Allah SWT, yang telah mencurahkan seluruh jiwa dan raganya dalam mendidik, membesarkan dan merawat Ananda dari lahir sampai dewasa tanpa merasa lelah, walaupun Ananda sering membuat kecewa dan sedih. Hanya berupa skripsi inilah yang dapat Ananda berikan kepada Ayahanda dan ibunda tercinta.

2. Bapak Pimpinan Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan bantuan selama perkuliahan.

3. Ibu Dra. Fitriaty Harahap S.U, selaku Pimpinan Departemen Ilmu Sejarah yang telah banyak memberikan bantuan dan pelajaran yang sangat berharga kepada penulis selama dalam perkuliahan.

4. Ibu Dra. Nina Karina, M.SP selaku dosen pembimbing dalam penulisan skripsi ini yang telah begitu banyak memberikan dorongan, semangat dan telah meluangkan waktu untuk membimbing penulis guna menyelesaikan


(7)

skripsi ini. Budi baik Ibu akan selalu penulis ingat, tak mungkin penulis dapat membalasnya, hanya Tuhan yang dapat membalasnya. Amin

5. Seluruh Dosen, Stap Pengajar, Staf Administrasi pendidikan Departemen Ilmu Sejarah ( Bang Ampera) yang telah banyak membantu penulis mulai dari mas awal perkuliahan hingga penyelesaian penulisan skripsi ini.

6. Bapak Drs. Fahruddin Ray, selaku pimpinan Jamaiyah Mahmudiyah Li Thalabil Khairiyah serta seluruh staf pegawai yang telah memberikan izin dan bantuan kepada penulis selama melakukan penelitian lapangan.

7. Kepada Abangku, Supriyanto, Bambang Hidayat dan Adikku tersayang Vivia Verani yang telah memberikan dorongan dan semangat kepada penulis sehingga dapat selesainya skripsi ini.

8. Sahabat-sahabatku Stambuk 05 terkhusus kepada, M. Rasyit Sinaga, Dina, Handoko, Firmansyah, Novy, Nanda, dan Siti yang telah banyak memberikan bantuan, dukungan, semangat selama dalam perkuliahan.

9. Tak lupa juga rasa terima kasih kepada kak Imay yang telah memberikan bantuan selama penulis berada di Jamaiyah Mahmudiyah Li Thalabil Khairiyah

Akhirnya untuk semua pihak yang telah membantu penulis yang tidak mungkin disebutkan dalam penyusunan skripsi ini, saya ucapkan terima kasih. Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan yang telah diberikan dengan balasan yang berlipat ganda. Penulis juga berharap tulisan ini berguna bagi para pembaca.

Medan, Januari 2010

Penulis


(8)

ABSTRAK

Organisasi pendidikan Jamaiyah Mahmudiyah Li Thalabil Khairiyah merupakan organisasi pendidikan yang berdiri atas kesadaran masyarakat yang ada di Tanjung Pura. biaya pembangunan organisasi pendidikan ini berasal sebahagian dari sumbangan para dermawan dan pihak Sultan sebagai penguasa pada saat itu. Segala kebutuhan pendanaan yang berhubungan dengan kelangsungan kegiatan belajar mengajar ditanggung oleh Sultan Langkat tanpa adanya pungutan wajib bagi para murid didiknya. Kehadiran organisasi pendidikan seperti Jamaiyah ini memberikan kontribusi bagi masyarakat pribumi untuk mendapatkan pendidikan khususnya pendidikan yang berbasiskan pada agama Islam. Banyak sekali alumni yang berasal dari madrasah ini yang menjadi orang terkenal dan juga turut serta mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Lulusan Jamaiyah memiliki andil yang cukup berpengaruh dalam memajukan daerah Langkat menjadi daerah yang makmur dan religius. Para murid Jamaiyah ini banyak tersebar keberbagai daerah seperti Binjai, Pengkalan Berandan, Medan, dan Tapanuli Selatan. Namun sangat disayangkan bahwa mengingat organisasi pendidikan yang sangat besar dan terkenal sampai ke Malaka ini mengalami penutupan untuk sementara waktu. Beranjak dari itulah maka penulis sangat tertarik untuk menulis tentang sejarah serta perkembangan yang terjadi selama masa berdiri sampai pada tahun 1944.

Penelitian ini dilakukan di kota Tanjung Pura, kecamatan Tanjung Pura, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara. Dalam penulisan ini penulis mengunakan metode penelitian sejarah yang diawali dengan pengumpulan data-data histories yang berkenaan dengan objek penelitian (heuristik) yang dilanjutkan dengan tahapan kritik sumber. Kemudian dilakukan interprestasi terhadap data-data yang telah dikritisi tersebut, dan akhirnya dilakukan tahapan penulisan (historiografi).

Jamaiyah berdiri atas kebutuhan akan pendidikan masyarakat Tanjung Pura dan sekitarnya sehingga kehadirannya mendapatkan sambutan yang luar biasa. Mengingat pada saat itu sangat sulit untuk menemukan sekolah yang telah memiliki sistem pengajaran yang cukup tinggi. Ketiadaan sekolah menuntut masyarakat untuk berusaha mendirikan sendiri sebuah sekolah yang berasaskan pada agama Islam.

Alangkah baiknya jika sekolah ini mendapatkan perhatian dari pemerintah sehingga dapat maju dan berkembang. Perhatian tidak hanya berupa uang semata melainkan harus memperhatikan kualitas guru yang mengajar di Jamaiyah ini.


(9)

DAFTAR ISI

KATA

PENGANTAR……….……….…………... i

ABSTRAK……….…..…..…….iii

DAFTAR ISI……….……….…..………….iv

DAFTAR TABEL………...………vii

BAB I PENDAHULUAN………..1

1.1 Latar Belakang Masalah……….………1

1.2 Permasalahan……….……….5

1.3 Tujuan dan Manfaat………...………….…...5

1.4 Tinjauan Pustaka……….………...……7

1.5 Metode Penelitian………...……….…………..….…...9

BAB II LATAR BELAKANG BERDIRINYA JAMAIYAH MAHMUDIYAH LI THALABIL KHAIRIYAH 1912……….………….…11

2.1 Faktor Perkembangan Dunia Pendidikan Nasional ………...……..11

2.1.1 Lahirnya Organisasi Budi Utomo….………..……..11

2.1.2 Kesadaran Masyarakat Akan Pentingnya Pendidikan…………..15

2.2 Kemajuan Perekonomian Kesultanan Langkat ………..……..14

2.2.1 Masa pemerintahan Sultan Abdul Aziz……….……...15

2.2.2 Kesultanan Langkat sebagai Kesultanan Terkaya……….…19

2.3 Berdirinya Jamaiyah Mahmudiyah Li Thalabil Khairiyah...…...….……20

BAB III PERKEMBANGAN ORGANISASI PENDIDIKAN JAMAIYAH MAHMUDIYAH LI THALABIL KHAIRIYAH……….23

3.1 Jumlah Gedung yang Digunakan Dalam Kegiatan Belajar Mengajar…...23

3.1.1 Gedung Maslurah Merupakan Gedung Pertama Yang Digunakan Dalam dalam proses pembelajaran……….………23

3.1.2 Pembangunan Gedung Mahmudiyah ………..……….24


(10)

3.2 Sumber Pendanaan………..…..27

3.3 Keadaan Guru Pada Awal Berdirinya Organisasi Pendidikan Jamaiyah Mahmudiyah Li Thalabil Khairiyah……….…..…………....29

3.4 Keadaan Murid………..………31

3.5 Kurikulum Pendidikan Jamaiyah Mahmudiyah Li Thalabil Khairyah...32

BAB IV PENUTUPAN SEMENTARA JAMAIYAH MAHMUDIYAH LI THALABIL KHAIRIYAH 1944………...…46

4.1 Penyebab Tutupnya Organisasi Pendidikan Jamaiyah Mahmudiyah Li Thalabil Khairiyah………..………..………...………46

4.1.1 Masuknya Pendudukan Jepang………...………….….47

4.1.2 Usaha Merebut Dan Mempertahankan Kemerdekaan…………..49

4.1.3Pemanfaatan Gedung Oleh Laskar Pejuang………...51

4.2 Akibat Tutupnya Organisasi Pendidikan Jamaiyah Mahmudiyah Li Thalabil Khairiyah ………...………...52

BAB V PENUTUP………..………..……….…………....59

5.1 Kesimpulan……….………..…………...…..59

5.2 Saran………...61

DAFTAR PUSTAKA………..………..……63

INFORMAN………...65 LAMPIRAN


(11)

Daftar Tabel

Tabel 1: Nama pelajaran dan jumlah jam belajar untuk Tajhijiah yang disusun dari tahun

1927-1942………...40 Tabel 2: Nama pelajaran dan jumlah jam belajar untuk Ibtidaiyah yang disusun dari

tahun

1927-1942………..43 Tabel 3: Nama pelajaran dan jumlah jam belajar untuk Tsanawiitah yang disusun dari

tahun


(12)

ABSTRAK

Organisasi pendidikan Jamaiyah Mahmudiyah Li Thalabil Khairiyah merupakan organisasi pendidikan yang berdiri atas kesadaran masyarakat yang ada di Tanjung Pura. biaya pembangunan organisasi pendidikan ini berasal sebahagian dari sumbangan para dermawan dan pihak Sultan sebagai penguasa pada saat itu. Segala kebutuhan pendanaan yang berhubungan dengan kelangsungan kegiatan belajar mengajar ditanggung oleh Sultan Langkat tanpa adanya pungutan wajib bagi para murid didiknya. Kehadiran organisasi pendidikan seperti Jamaiyah ini memberikan kontribusi bagi masyarakat pribumi untuk mendapatkan pendidikan khususnya pendidikan yang berbasiskan pada agama Islam. Banyak sekali alumni yang berasal dari madrasah ini yang menjadi orang terkenal dan juga turut serta mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Lulusan Jamaiyah memiliki andil yang cukup berpengaruh dalam memajukan daerah Langkat menjadi daerah yang makmur dan religius. Para murid Jamaiyah ini banyak tersebar keberbagai daerah seperti Binjai, Pengkalan Berandan, Medan, dan Tapanuli Selatan. Namun sangat disayangkan bahwa mengingat organisasi pendidikan yang sangat besar dan terkenal sampai ke Malaka ini mengalami penutupan untuk sementara waktu. Beranjak dari itulah maka penulis sangat tertarik untuk menulis tentang sejarah serta perkembangan yang terjadi selama masa berdiri sampai pada tahun 1944.

Penelitian ini dilakukan di kota Tanjung Pura, kecamatan Tanjung Pura, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara. Dalam penulisan ini penulis mengunakan metode penelitian sejarah yang diawali dengan pengumpulan data-data histories yang berkenaan dengan objek penelitian (heuristik) yang dilanjutkan dengan tahapan kritik sumber. Kemudian dilakukan interprestasi terhadap data-data yang telah dikritisi tersebut, dan akhirnya dilakukan tahapan penulisan (historiografi).

Jamaiyah berdiri atas kebutuhan akan pendidikan masyarakat Tanjung Pura dan sekitarnya sehingga kehadirannya mendapatkan sambutan yang luar biasa. Mengingat pada saat itu sangat sulit untuk menemukan sekolah yang telah memiliki sistem pengajaran yang cukup tinggi. Ketiadaan sekolah menuntut masyarakat untuk berusaha mendirikan sendiri sebuah sekolah yang berasaskan pada agama Islam.

Alangkah baiknya jika sekolah ini mendapatkan perhatian dari pemerintah sehingga dapat maju dan berkembang. Perhatian tidak hanya berupa uang semata melainkan harus memperhatikan kualitas guru yang mengajar di Jamaiyah ini.


(13)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Sejarah adalah rekontruksi masa lalu1. Beberapa peristiwa masa lalu dapat direkontruksi oleh seorang sejarawan sehingga masa lalu itu menjadi lebih jelas suatu peristiwanya. Jadi yang direkontruksikannya adalah apa saja yang sudah dipikirkan, dikatakan, dikerjakan, dirasa, dan dialami oleh seseorang2.

Seorang Sejarawan yang menulis masa lalu tentu saja akan menambah dan memberikan kontribusi nyata bagi khasanah sejarah pada masa kini. Sebahagian sejarawan ada yang menulis mengenai perkembangan di dunia pendidikan sehingga pada waktu itu muncul berbagai gerakan yang mengarah pada persoalan nasionalisme. Salah satu gerakan yang memberikan kesadaran akan pentingnya rasa nasionalisme adalah Budi Utomo.

Dengan berdirinya organisasi Budi Utomo maka melahirkan suatu tonggak kebangkitan nasional. Organisasi ini bergerak dengan tujuan untuk menyadarkan bangsa Indonesia bahwa rasa nasionalisme itu sangat penting. Organisasi ini merupakan perkumpulan orang terpelajar yang bercita-cita menjadikan bangsa ini terlepas dari tangan penjajahan. Budi Utomo merupakan organisasi yang terdiri dari orang-orang terpelajar yang tumbuh dan berkembang di pulau Jawa. Tidak hanya di pulau Jawa saja adanya kaum terpelajar, akan tetapi ada juga kaum terpelajar yang tersebar di seluruh tanah air. Salah satu organisasi yang mencetak para kaum terpelajar yang aktif adalah organisasi pendidikan Jamaiyah Mahmudiyah Li Thalabil

1

Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah, Yogjakarta. Bentang Pustaka, 2005, Hlm 18.

2


(14)

Khairiyah yang berada di Tanjung Pura. Tanjung Pura merupakan daerah bahagian dari keresidenan Sumatera Timur, yang pada saat itu merupakan sebuah kesultanan yang kaya raya3. Organisasi pendidikan ini didirikan oleh Sultan Abdul Aziz Musa Abdul Jalil Rahmadsyah pada tanggal 13 Desember 1912, ditandai dengan dikeluarkan SK (Besluit) dari Sultan No 102 tahun 1912.4 Ada sedikit kemiripan nama organisasi ini dengan nama raja muda yaitu Tengku Mahmud, namun hal itu suatu kebetulan saja dan tidak ada maksud untuk memuliakan nama Tengku Mahmud. Arti dari nama organisasi ini dalam lafal Arab berarti “perkumpulan terpuji untuk mendapatkan kebajikan”.

Tujuan dari didirikannya organisasi ini adalah untuk mencerdaskan putra dan putri Langkat terutama dalam bidang agama Islam. Mengingat adanya rumor bahwa setiap orang yang berasal dari Langkat adalah seorang yang pandai dalam agama, maka hal ini memaksa masyarakat yang tinggal di Langkat khususnya yang ada di Tanjung Pura untuk lebih giat belajar agama Islam agar tidak malu dengan masyarakat sekitar terlebih masyarakat luar.

Sebelum organisasi pendidikan ini berdiri Sultan telah mengumpulkan para alim ulama serta guru untuk memberikan pendidikan kepada anak dan cucu Sultan, hal inilah yang membuktikan bahwa Sultan sangat peduli dengan pendidikan.

Sebagai langkah awal guna mendukung pendidikan ini maka Sultan mewakafkan istananya yang terletak di kampung Dalam Tanjung Pura untuk madrasah pertama. Istana ini cukup luas dan jika disusun dapat menampung sebanyak

3

Antony Reid, Perjuangan Rakyat: Revolusi dan Hancurnya Kerajaan di Sumatera, Jakarta, Pustaka Sinar Harapan, 1987, hlm 87-91.

4

Fahruddin Ray, dkk, Sejarah Jamaiyah Mahmudiyah Li Thalabil Khairiyah. Pengurus besar Jamaiyah Mahmudiyah Li Thalabil Khairiyah Tanjung Pura, Langkat, 1994. hlm 3.


(15)

8 lokal belajar dan ditambah lagi ruang-ruang organisasi lainnya. Untuk pertama kali organisasi ini dapat menampung 400 murid untuk putra dan putri. Disamping itu organisasi pendidikan ini mengusahakan untuk menampung yatim piatu untuk dididik pada suatu rumah yang kemudian menjadi madrasah yang kedua. Rumah ini berasal dari rumah seorang pangeran yang dijadikan sebagai tempat penampungan dan pendidikan. Pendidikan dasar dari organisasi pendidikan ini adalah Fiqih, Tauhid, dan Tafsir, selain itu juga Sultan mendatangkan buku-buku yang berasal dari Arab yang keseluruhan buku itu berbahasa Arab, hal ini dilakukan agar para murid dapat berbahasa Arab dengan lancar.

Sebagai sumber biaya, Sultan memberikan bantuan yang secukup mungkin setiap bulan. Agar madrasah ini tidak mengalami kesulitan dalam pembiayaan, maka Sultan mewakafkan 2 pintu kedai sebagai sumber pendanaan. Belakangan ini diketahui bahwa Sultan telah mewakafkan sebanyak 18 kedai sebagai pusat pembiayaan dan ditambah lagi biaya sumbangan dari wali murid. Bagi setiap murid diwajibkan untuk membayar iuran sebesar F.1 dan ada juga yang membayar sebesar F.0,10, sehingga iuran ini tergantung dari kemampuan wali murid.

Dengan bertambahnya murid maka kebutuhan akan gedung menjadi sangat penting, maka atas inisiatif dari masyarakat dibangunlah gedung yang baru. Pembangunan gedung baru ini memakan biaya yang sangat besar yaitu F. 430.903,40 dimana setengah dari biaya ditanggung oleh Sultan. Gedung ini segera dimanfaatkan oleh jama’ah Jamaiyah Mahmudiyah Li Thalabil Khairyah dan diberi nama Madrasah Mahmudiyah yang diperuntukan untuk putra. Sementara untuk putri bernama Madrasah Maslurah (terakhir diketahui gedung ini hancur dimakan usia)


(16)

Sampai pada tahun 1927 madrasah ini mulai menyusun jenjang pendidikan yang terdiri atas 4 jenjang diantaranya:

1. Tingkat dasar dinamai Tajhijiyah dan masa belajar selama 4 tahun 2. Tingkat Ibtidaiyah merupakan lanjutan dari Tajhijiyah dan lama

belajar selama 4 tahun

3. Tingkat Tsanawiyah merupakan lanjutan dari Ibtidaiyah dan lama belajar selama 5 tahun serta

4. Qismus Ali atau Takhasus ialah lanjutan dari Tsanawiyah dan lama

belajar selama 2 tahun

Untuk masing-masing tingkatan diberikan ijazah sebagai simbol bahwa seseorang itu telah lulus dari tingkatan tertentu. Keberadaan organisasi pendidikan ini sangat membantu masyarakat yang berada di Keresidenan Sumatera Timur dan khususnya bagi masyarakat Tanjung Pura. maka disini penulis mengangkat judul skripsi tentang organisasi pendidikan ini dengan judul: Jamaiyah Mahmudiyah Li Thalabil Khairiyah di Tanjung Pura-Langkat (1912-1944). Penelitian dimaksudkan untuk mengetahui perubahan-perubahan apa saja yang terjadi selama lembaga pendidikan ini berdiri serta sumbangsihnya bagi masyarakat Tanjung Pura khususnya.

Lembaga pendidikan merupakan suatu kebutuhan yang penting pada saat itu sehingga Sultan mendirikan sebuah organisasi pendidikan yang berbasis pada agama Islam. Hal inilah yang perlu di kaji sebab pendidikan ini merupakan sekolah yang pertama kali berdiri dan memiliki banyak alumni yang bertindak sebagai pembela tanah air khususnya didaerah Langkat.


(17)

1.2 Permasalahan

Adapun permasalahan yang dibahas dalam penulisan ini adalah mengenai Jamaiyah Mahmudiyah Li Thalabil Khairiyah yang bersangkutan dengan sejarah berdirinya untuk lebih jelas maka permasalahan yang dikaji adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana latar belakang berdirinya organisasi pendidikan Jamaiyah Mahmudiyah Li Thalabil Khairiyah.

2. Bagaimana perkembangan organisasi pendidikan Jamaiyah Mahmudiyah Li Thalabil Khairiyah sejak berdiri dari tahun 1912.

3. Apa yang menyebabkan organisasi pendidikan Jamaiyah Mahmudiyah Li Thalabil Khairiyah tutup sementara pada tahun 1944.

1.3 Tujuan dan Manfaat

Dengan dilakukannya penelitian ini maka secara tidak langsung kita akan membuat suatu kumpulan tulisan yang menyangkut tentang sejarah organisasi pendidikan, dimana hal ini bertujuan untuk menginventarisasikan dan mendokumenkan kekayaan khasanah pendidikan yang ada di Indonesia. Disamping itu penelitian ini juga bertujuan antara lain adalah:

1. Mengetahui latar belakang berdirinya organisasi pendidikan Jamaiyah Mahmudiyah Li Thalabil Khairiyah.

2. Mengetahui perkembangan organisasi pendidikan Jamaiyah Mahmudiyah Li Thalabil Khairiyah sejak berdiri dari tahun 1912.

3. Mengetahui Apa yang menyebabkan organisasi pendidikan Jamaiyah Mahmudiyah Li Thalabil Khairiyah tutup sementara pada tahun 1944.


(18)

Diharapkan dari penelitian ini memberikan manfaat bagi organisasi pendidikan Jamaiyah Mahmudiyah Li Thalabil Khairiyah, pemerintah dan juga masyarakat luas, adapun manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah:

1. Bagi Jamaiyah Mahmudiyah Li Thalabil Khairiyah, dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan mutu pendidikan dan pengajarannya, sebab dengan melihat masa lalu diharapkan organisasi pendidikan ini dapat berbenah dan menuju kemajuan yang lebih baik dimasa-masa yang akan dating.

2. Bagi Pemerintah, kiranya penelitian ini dapat memberikan masukan dan perhatiannya dalam mengambil berbagai kebijakan yang menyangkut tentang pendidikan di tanah air, khususnya pemerintah Tanjung Pura agar lebih memberikan keputusan yang mengarah pada perbaikan di masa depan.

3. Bagi masyarakat Tanjung Pura semoga lebih menyadari arti penting dari pendidikan yang berbasiskan agama khususnya agama Islam. Dengan adanya organisasi pendidikan agama diharapkan masyarakat menjadi masyarakat yang religius serta dapat memajukan pendidikan yang ada di Tanjung Pura.

1.4 Tinjauan Pustaka

Penelitian lebih mudah jika digunakan buku sebagai tinjauan pustaka, hal ini dilakukan untuk lebih memfokuskan kearah penelitian. Adapun buku yang digunakan sebagai berikut.


(19)

Fahruddin Ray dalam bukunya yang berjudul Sejarah Jamaiyah Mahmudiyah Li Thalabil Khairiyah menjelaskan perubahan-perubahan yang terjadi pada Jamaiyah secara singkat dari awal berdiri hingga pada tahun 1994. Buku ini memberikan gambaran secara umum suatu lembaga pendidikan yang pertama kali berdiri dan memiliki berbagai hambatan dalam perkembangannya. Sebagai suatu organisasi pendidikan yang pertama kali berdiri tentu saja memiliki hambatan yang tidak mudah untuk diatasi, inilah yang menjadi tanggung jawab masyarakat dan juga Sultan Langkat sebagai penguasa. Dengan adanya kerjasama dari berbagai pihak maka tidak mengherankan bahwa organisasi pendidikan ini dapat berjalan dengan baik. Sehingga dalam perkembangannya memiliki jumlah murid yang sangat banyak yang tersebar di berbagai daerah seperti Binjai, Medan dan daerah lainya.

Mahmud Yunus dalam bukunya Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia menjelaskan tentang perkembangan dunia pendidikan di Indonesia terutama pendidikan yang berbasiskan Islam. Sejarah pendidikan Islam dari tahun 1900 sampai sekarang dapat diketahui dan dijelaskan dengan nyata. Dengan membahas sejarah pendidikan Islam, buku ini juga menceritakan secara detail daerah mana yang pertama kali mendirikan sebuah Organisasi pendidikan Islam. Di Sumatera Timur sendiri khususnya Tanjung Pura merupakan daerah yang pertama kali memiliki organisasi pendidikan yang berbasiskan pada ajaran Islam. Selain Jamaiyah Mahmudiyah Li Thalabil Khairyah ada juga organisasi yang cukup tua yang ada pada saat itu seperti Makthab Islamiyah Tapanuli Medan yang berdiri pada tahun 1918 M.

Dengan berkembangan ajaran yang berbasiskan pada pendidikan Islam tentu saja akan membuat suatu tatanan yang lebih baik lagi. Dengan banyaknya pemuda


(20)

yang memahami ajaran agama terutama ajaran agama Islam tentu akan menyadarkan mereka bahwa dengan kehidupan yang ditopang oleh agama akan terasa indah.

Ira M. Lapidus dalam bukunya yang berjudul Sejarah Sosial Ummat Islam, menjelaskan dan merekonstruksikan sejarah Islam dengan berbagai pendekaatan serta menitik beratkan pembahasan dalam bidang pendidikan dan sosial, dengan memperluas bingkai sejarah dan memperpanjang batas perkembangan Islam sampai tahun 1980. Didalam buku ini menerangkan bagaimana keragaman ummat Islam dan apa makna ajaran Islam itu sendiri. Dengan kemajuan pangajaran dan pendidikan yang berbasiskan ajaran Islam merupakan perpaduan dari kosmopolitan, suatu unsur yang terdiri dari tiga unsur pokok yaitu unsur etnis-kesukuan, unsur keagamaan, dan unsur aristrokratik yang dari ketiganya merupakan versi peradapan Islam berasal.

Dalam perkembangannya pendidikan Islam selalu mencerminkan Islam yang memiliki versi Timur Tengah, inilah yang menjadi paradigma pembentukan pendidikan dan kemasyarakatan diberbagai belahan dunia. Paradigma pendidikan dan kemasyarakatan Islam Timur Tengah ini terus ditiru dan disebarluaskan dan dimodifikasi menjadi sistem global yang merasuk keberbagai sendi kehidupan. Di dalam buku ini juga membahas dan menganalisa berbagai permasalahan yang timbul di dalam dunia pendidikan Islam serta bagaimana caranya agar permasalahan itu teratasi dikemudian hari. Buku ini lebih menekankan institusi pendidikan keagamaan dan institusi politik Islam daripada institusi ekonomi dan teknologi.

Samsul Nizar dalam bukunya yang berjudul Sejarah Pendidikan Islam, menjelaskan dan menelusuri jejak sejarah pendidikan Islam dari masa Nabi hingga pada saat ini di Indonesia. Keterpurukan pendidikan disebabkan dengan kendurnya sistem yang dikembangkan, secara umum pendidikan Islam berada pada posisi yang


(21)

sangat diuntungkan sebab dengan adanya kebijakan yang ditentukan oleh pihak kolonial pada saat bangsa ini dibawah penjajahannya, mereka menmbuat kebijakan yang dikenal dengan politik etis. Inilah yang membuat sistem pendidikan terus berkembang.

Kedatangan mereka dilain pihak memberikan kemajuan teknologi, tetapi kemajuan tersebut untuk meningkatkan hasil jajahannya. Begitu pula dengan pendidikan yang mereka kenalkan, namun semua itu dilakukan hanya untuk menghasilkan tenaga-tenaga yang dapat membantu segala kepentingan penjajahan. Walaupun demikian masih ada juga putra dan putri bangsa ini yang sadar akan pahitnya dijajah, sehingga mereka terus melakukan perlawanan.

1.5 Metode Penelitian

Dalam melakukan suatu penelitian kita akan membutuhkan suatu metode untuk lebih mempertajam dan menjelaskan penelitian tersebut. Maka penelitian akan mengunakan metode sejarah untuk lebih memudahkan peneliti agar mencapai hasil yang maksimal.

Langkah pertama yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah mengumpulkan sumber-sumber yang berkaitan dengan penelitian ini, tahap ini sering disebut dengan nama heuristik. Penelitian kepustakaan (library research) juga dilakukan untuk mendukung penelitian ini, pengumpulan sumber-sumber seperti artikel-artikel, buku-buku dan majalah yang berhubungn dengan masalah yang diteliti. Disamping penelitian kepustakaan dilakukan juga penelitian lapangan (field


(22)

peneliti mencoba mewawancarai pengurus yayasan dan tokoh yang mengerti secara detai mengenai yayasan pendidikan Jamaiyah Mahmudiyah Li Thalabil Khairiyah.

Langkah kedua adalah melakukan kritik, kritik dilakukan untuk mencari kesahihan atas sumber tersebut baik melalui kritik internal maupun kritik eksternal. Untuk menilai kelayakan data maka dilakukan kritik yang dikenal dengan sebutan kritik internal, serta dengan mengkritik dari segi materinya agar menjadi sumber otentik yang sering disebut dengan kritik eksternal.

Langkah ketiga adalah interprestasi, langkah ini digunakan untuk menganalisis data yang diperoleh. Penelitian ini juga tidak terlepas dari disiplin ilmu bantu lainya seperti disiplin ilmu pendidikan dan pendekatan ilmu agama Islam. Hal ini dilakukan agar tidak terjadi kesalahan dalam penulisan objek yang menjadi penelitian, interprestasi sangat penting dilakukan agar mendapatkan fakta sejarah yang objektif. Dengan kata lain, tahapan ini dilakukan dengan menyimpulkan kesaksian atau data-data informasi yang dapat dipercaya dari bahan-bahan yang ada.

Langkah yang keempat adalah Hitoriografi: merupakan tahap akhir dari penulisan ini sehingga dapat dituangkan dalam bentuk tulisan skripsi. Metode yang dipakai dalam penulisan ini adalah diskristif-analitis dengan memberikan gambaran rangkaian peristiwa yang kemudian dilanjutkan dengan analisis yang melibatkan perspektif sejarah.


(23)

BAB II

LATAR BELAKANG BERDIRINYA JAMAIYAH MAHMUDIYAH LI THALABIL KHAIRIYAH 1912

2.1 Faktor Ekstern Dunia Pendidikan Nasional

2.1.1 Lahirnya Organisasi-Organisasi Pendidikan Nasional5

Nusantara yang terdiri dari berbagai suku, adat dan budaya memberikan suatu nilai lebih bagi pembangunan. Hal ini menjadikan modal dasar bahwa dengan keanekaragaman budaya dan kultur, bangsa ini mampu untuk maju dan berkembang baik dalam pembangunan ekonomi maupun pendidikan.

Salah satu organisasi pendidikan yang turut serta memberikan kontribusi yang nyata bagi perkembangan dalam dunia pendidikan dan kebudayaan adalah Budi Utomo. Organisasi ini merupakan organisasi perkumpulan pelajar dari STOVIA (School Ter Opleiding Van Indischse Artsen). Dengan berdirinya organisasi ini pada tahun 1908, menjadikan tonggak perkembangan pendidikan nasional. Walaupun pada awalnya organisasi Budi Utomo menerima kebijakan politik etis (Ethical policy) Belanda dan setia pada pemerintahan Belanda, tetapi pada tahun 1917 ia beralih dari organisasi kebudayaan menjadi organisasi politik yang memiliki hak otonomi dan menyerukan sebuah rejim parlementer.

Realisasi dari politik etis ini sendiri terhadap dunia pendidikan adalah dibukanya berbagai sekolah untuk rakyat, walaupun dalam prakteknya masih banyak pendidikan yang diperuntukan untuk kepentingan pemerintah Belanda sendiri. Pada

5 Wawancara dengan Bapak Faruddin Ray pada tanggal 14 Oktober 2009 di Kantor Besar


(24)

tahun 1907 semasa pemerintahan Gubernur Jendaral Van Hents, sekolah rendah mulai diperluas untuk memberikan kesempatan bagi rakyat memperoleh pendidikan. Sekolah-sekolah tersebut disebut dengan Sekolah Desa.6

Secara progresif perkumpulan pendidikan dan kebudayaan berkembang menjadi kelompok politik, tetapi baru pada akhir tahun 1920-an dan awal tahun 1930-an terbentuk partai politik nasional. Tahun 1927 Partai Nasional Indonesia(PNI) dibentuk dari kelompok studi yang dipimpin oleh Soekarno, yang kemudian diikuti dengan berdirinya partai-partai lain yang kesemua anggotanya terdiri dari orang-orang terpelajar.

Pada saat yang sama, bentuk-bentuk keagamaan dan sosial yang baru dan aksi politik terbentuk diberbagai daerah serta dalam lingkungan perdagangan muslim yang peka terhadap tekanan kolonialisme. Diberbagai tempat reformisme dibangkitkan melalui perdagangan, urbanisasi, dan pendidikan. Diberbagai daerah sejumlah pergerakan Islam didirikan antara tahun 1905 sampai 1912. yang terbesar diantara asosiasi pendidikan keagamaan adalah Muhammadiyah, yang berdiri pada tahun 1912 oleh H. Ahmad Dahlan untuk memperbaharui praktek Islam dan memperbaiki komunitas Muslim. Ia adalah anak dari pejabat agama yang menyerukan pentingnya pendidikan agama bagi kemajuan bangsa dan negara.

Muhammadiyah mengajarkan bahwa pentingnya sifat kebijaksanaan yang diekspresikan dalam kontes aksi sosial. Upaya yang utama adalah pendirian atau pembentukan pola pendidikan modern sekolah agama, sementara pesantren mengutamakan pembacaan kitab suci Al- Qur’an dan formula mistik. Sekolah Muhammadiyah ini mengajarkan prinsip-prinsip dasar agama Islam, bahasa Arab,

6

Najamuddin, Perjalanan Pendidikan Di Tanah Air (1800-1945), Jakarta: Reneka Cifta, 2005, hlm. 20.


(25)

Bahasa Belanda dan beberapa pelajaran sekuler. Sekolah-sekolah ini mengajarkan atau memperkenalkan program pelajaran berjenjang, merasionalisasikan metode pengajaran, dan menekankan pemahaman dan penalaran dari pada pengapalan. Muhammadiyah memprakarsai berbagai jenis sekolah, sebahagian merupakan sekolah dasar agama, dan sekolah dasar sekuler serta berusaha menyelaraskan nilai-nilai Islam dengan kebutuhan sosial dan pendidikan kontemporer.

Sekolah reformis mengabungkan kurikulum agama dengan program studi sekuler seperti sejarah, geografi, matematika dan berbagai program studi sekuler lainnya. Pada tahun 1920-an telah terdapat berbagai macan sekolah agama yang berada di berbagai daerah seperti juga halnya di Sumatera Timur. Gerakan reformasi agama akhirnya telah menjadi tantangan bagi pemerintahan Belanda. Pergerakan radikal telah menyusup kedalam jiwa para pelajar yang menyerukan kepada masyarakat dan petani kecil untuk bangkit dan melawan penindasan atas mereka.

Selain sekolah bentukan Belanda ada juga sekolah yang berasal dari putra bangsa sendiri, yaitu sekolah yang berbasiskan sekolah agama, diantara sekolah agama tersebut juga telah banyak memberikan kemajuan di berbagai daerah.

Sejak awal tahun 1900 banyak sekali kebijakan Pemerintah Belanda secara tidak langsung turut menyokong kebangkitan Islam dalam pergerakan pendidikan dan rasa nasionalis. Hal inilah yang memberikan kesempatan bagi anak bangsa khususnya bagi generasi muda yang berada di kesultanan Langkat untuk memperoleh pendidikan.

Sekolah agama yang didirikan di Langkat merupakan keinginan Sultan dan masyarakat Langkat sendiri, sebab Sultan Abdul Aziz merupakan orang yang religius dan memahami pentingnya pendidikan.


(26)

2.1.2 Kesadaran Masyarakat Akan Pentingnya Pendidikan

Daerah yang maju tentu tidak terlepas dari keahlian dan kecerdasan putra dan putri yang membangun daerah tersebut, kecerdasan dapat diperoleh dengan cara menuntut ilmu diberbagai organisasi pendidikan. Namun susahnya akses pendidikan tentu saja akan mempengaruhi keinginan untuk belajar bagi putra dan putri mereka. Dengan adanya pendirian suatu organisasi pendidikan tentu memberikan harapan bagi masyarakat disuatu daerah terutama di Langkat.

Dengan majunya dunia pendidikan maka secara langsung akan memberikan dampak yang positif bagi suatu daerah khususnya Langkat. Hal ini tentu saja memberikan kesadaran bahwa dengan pendidikan kemajuan suatu daerah akan tercapai. Inilah yang mendorong masyarakat yang berada di kesultanan Langkat mendukung keinginan Sultan untuk mendirikan suatu organisasi pendidikan.

Kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan bagi putra dan putri mereka, tentu akan didukung dan memberikan segala bantuan demi tercapainya pendirian organisasi pendidikan ini. Dengan demikian anak-anak mereka dapat merasakan pendidikan dan menjadi orang yang berguna bagi kemajuan daerahnya. Mendapat dukungan dari Sultan Abdul Aziz untuk mendirikan organisasi pendidikan maka masyarakat yang berada di kesultanan Langkat segera merealisasikannya.

Dengan terwujudnya organisasi pendidikan di kesultanan Langkat maka memberikan kesempatan bagi putra dan putri Langkat untuk dapat maju dan bersaing dengan daerah lainnaya. Pendirian organisasi ini disambut gembira para tokoh agama Islam, hal ini disebabkan organisasi ini berbasiskan pada ajaran agama Islam. Sebagai salah satu organisasi pendidikan yang pertama kali berdiri tentu saja mendapatkan


(27)

berbagai macam hambatan dan rintangan yang tidak mudah untuk dilalui oleh Jamaiyah ini. Walaupun demikian organisasi ini mampu bertahan sampai tahun 1944 sebab pada tahun inilah terjadi kekosongan murid dan guru sebagai akibat dari pendudukan Jepang.

2.2 Kemajuan Perekonomian Kesultanan Langkat

Salah satu faktor pendorong dari berdirinya organisasi pendidikan Jamaiyah adalah dengan majunya perekonomian Langkat. Kemajuan ini memberikan dampak yang positif secara langsung kepada masyarakat. Kemajuan-kemajuan dalam berbagai bidang menjadikan kesultanan Langkat manjadi daerah yang dapat dikatakan sebagai kota metropolitan pada zamannya.7

Pendorong kemajuan perekonomian Langkat tidak terlepas dari luasnya kosensi tanah yang diberikan oleh Sultan kepada perkebunan Belanda. Disamping dari penerimaan perkebunan Belanda, ada juga penerimaan dari eksplorasi minyak bumi di Pangkalan Berandan. Dengan adanya penerimaan dari ke dua sektor ini maka tidak mengherankan kalau kesultanan Langkat menjadi sebuah kesultanan yang makmur.

Dalam setiap perkembangan suatu daerah tidak terlepas dari peran kemajuan ekonominya sehingga tidak dapat dipukiri lagi bahwa faktor ekonomilah yang menjadi penentu kemajuan kesultanan Langkat. Selain itu juga didukung oleh masyarakat Langkat yang ada di daerah tersebut sehingga dapat maju dan berkembang menjadi pusat perekonomian sekaligus sebagai pusat pendidikan. Oleh

7

Wawancara dengan Bapak Zainal Arifin AKA pada tanggal 12 Oktober 2009 di Museum Tanjung Pura. Langkat


(28)

sebab itu kemajuan ekonomi harus didukung oleh pengetahuan dan kemampuan individunya supaya tercapai kemakmuran.

Kesultanan Langkat merupakan kesultanan besar dan maju yang berada di bawah pimpinan Sultan Abdul Aziz, kemajuan ini tidak didapat dengan begitu saja melainkan dengan pengorbanan dan kerja keras Sultan dan masyarakat Langkat. Dapat dikatakan bahwa kemajuan ini merupakan kerja sama antara masyarakat yang berada di kesultanan Langkat dengan penguasa yakni Sultan Abdul Aziz.

2.2.1 Masa Pemerintahan Sultan Abdul Aziz Abdul Jalil Rahmat Syah Sebagai daerah yang kaya dan makmur membuat Langkat menjadi kesultanan yang sangat besar, hal ini dapat dilihat dengan adanya pembangunan yang besar dalam berbagai bidang. Dibawah pemerintahan Sultan Abdul Azizi, Langkat mengalami kemajuan diantaranya bidang pendidikan dan perekonomian.

Berdasarkan keputusan atau Beslit tanggal 23 Mei 1894 No. 1 dan dilantik pada tanggal 10 Agustus 1896.8 Pada tanggal tersebut maka resmilah Abdul Aziz menjadi Sultan Langkat. Tenggang waktu penetapan dan pengangakatan secara resmi berkisar antara 2 tahun, hal ini disebabkan oleh usia yang masih muda dari Sultan Abdul Aziz. Dalam usia yang sangat muda ini Sultan belum bisa mengambil keputusan sehingga masih dibimbing oleh kerabat dekat di istana. Hingga pada akhirnya Sultan diangkat dan diresmikan menjadi Sultan Langkat pada tanggal 10 Agustus 1896, maka disinilah Sultan telah dapat memberikan suatu keputusan demi kepentingan daerah kekuasaannya.

8


(29)

Didalam bidang pendidikan Sultan membangun sebuah lembaga pendidikan yang sangat termahsyur yaitu organisasi pendidikan Jamaiyah Mahmudiyah Li Thalabil Khariyah. Sebenarnya Sultan sangat memperhatikan perkembangan pendidikan didaerahnya. Hal ini dapat dilihat dimana Sultan mendatangkan pengajar dan ulama untuk mengajarkan pengetahuan umum dan agama kepada anak dan kerabatnya. Sehingga timbullah keinginan Sultan untuk mendirikan suatu organisasi pendidikan guna mendidik masyarakat sekitar. Keinginan Sultan ini tidak hanya didukung oleh keluarga kesultanan tetapi juga para tokoh masyarat dan tokoh agama. Dengan demikian rencana untuk melakukan pembangunan sebuah organisasi pendidikan dapat terwujud.

Dalam masa-masa pemerintahannya, Sultan banyak sekali memberikan kontribusi bagi perkembangan Langkat, sehingga Sultan Langkat menjadi pendorong kemajuan bagi daerah kesultanan. Dalam menjalankan sistem pemerintahan Sultan dibantu oleh para pembesar kesultanan. Pada umumnya yang memerintah kesultanan adalah Sultan akan tetapi yang menjalankan roda pemerintahan adalah para pembesar kesultanan. Hal ini disebabkan oleh tindakan dan nasehat yang diberikan dimana kemudian ditindak lanjuti dan dipertimbangkan segala nasehat serta persetujuan dari pembesar-pembesar kesultanan.

Sultan yang bijaksana akan mencermati dan meneliti segala nasehat untuk kemudian dilaksanakan. Dapat dilihat bahwa pada masa pemerintahan Sultan Abdul Azis sebagai pemegang keadilan dan kesatuan serta Sultan diakui sebagai pemegang wibawa tertinggi. Sistem pemerintahan yang dijalankan oleh Sultan Abdul Aziz berdasarkan kepada sistem otomisasi wilayah, dimana kekuasaan Sultan tidak mencampuri masalah didaerah yang ditaklukannya. Daerah-daerah yang menjadi


(30)

taklukannya diberikan kebebasan untuk mengurus daerahnya masing-masing tanpa adanya campur tangan dari kesultanan. Namun tempat-tempat yang strategis dan memiliki potensial yang tinggi Sultan Abdul Aziz menempatkan wakil-wakilnya, seperti Bandar-bandar pelabuhan.

Sultan Abdul Aziz memiliki kekuasaan yang penuh dalam pemerintahan, sehingga Sultan berhak menentukan apa yang menjadi kebijakannya seperti kebijakan politik, ekonomi, sosial.

Jika dilihat dari sistem pemerintahan kesultanan Langkat dimana pimpinan tertinggi berada ditangan Sultan Langkat, kemudian dibantu oleh empat Pangeran yang memerintah diberbagai daerah. Ada 4 pemimpin daerah yang berkuasa di Langkat yang disebut sebagai Pangeran kesultanan Langkat, diantaranya adalah

1. Pangeran Luhak Langkat Hulu 2. Pangeran Luhak Langkat Hilir 3. Pangeran/ketua Kerapatan Besar 4. Pangeran Langkat Teluk Haru

Pertama, pemerintahan kesultanan Langkat yang berada di Langkat Hulu dipegang oleh Pangeran Luhak Langkat Hulu dibantu oleh sejumlah besar kejuruan yang ada dibawah pemerintahannya, Kejuruan merupakan wilayah teritorial yang membawahi beberapa kampung, maka kejuruan adalah merupakan daerah-daerah yang dibawah kesultanan. Dalam sistem pemerintahan kejuruan tunduk kepada kesultanan dan merupakan daerah yang mendapatkan perlindungan kerajaan pusat, dalam arti untuk pernyataan tunduk atau takluk umumnya kejuruan membayar upeti kepada pusat atau kesultanan. Dan Sultan sebagai titik pusat pemerintahan dan agama serta adat menempatkannya sebagai pusat kosmos atau sentrum legitimasi.


(31)

diantaranya adalah kejuruan Indra Setia, Binjai, kejuruan Selesai, Datuk Salapian, Kejuruan Sri Indra Muda, Bahorok, dan Maharaja Setia Pahlawan Sei Bingei. Dalam menjalankan tugasnya baik pangeran maupun para kejuruan dibantu oleh penghulu-penghulu, para penghulu inilah yang menjadi tulang punggung dalam memajukan kesultanan Langkat.

Kedua, Pemerintahan kesultanan Langkat yang berada di Langkat Hilir di pegang oleh Pangeran Luhak Langkat Hilir serta juga dibantu oleh sejumlah kejuruan dan Datuk, diantaranya adalah kejuruan Sutan Magendar Stabat, Kejuruan Setia Pahlawan, Datuk Sindera Cempa, Datuk Hakim Setia Raja Sei Rebat, Datuk Sagur Diraja Tualang, dan Datuk Hinai. Para Kejuruan dan Datuk inilah yang membantu pembangunan di Langkat Hilir, serta tidak terlepas dari peran para penghulu yang membantu kejuruan dan Datuk dalam melaksanakan pembangunan dan pemerintahan kesultanan Langkat.

Ketiga, kesultanan Langkat yang berada di Teluk Haru dipimpin oleh Pangeran Langkat Teluk Haru dan dibantu oleh sejumlah Datuk diantaranya adalah Datuk Pulau Kampai, Datuk Johan, Datuk Setia Muda Lepan, Datuk Babalan, Datuk Sembilan. Para Datuk inilah yang membantu pangeran Langkat Teluk Haru dalam menjalankan pemerintahan.

Keempat, adalah Kerapatan Besar, Kerapatan Besar ini berada di pusat pemerintahan Langkat, kerapatan ini sebagai wadah para Pengeran yang berada di Langkat Hulu, Hilir maupun Teluk Haru. Dengan adanya kerapatan ini maka akan semakin memudahkan pengeran yang berada di Langkat Hulu, Hilir dan Teluk Haru


(32)

untuk berkomunikasi dalam berbagai bidang diantaranya adalah mengenai kemajuan politik, ekonomi, keamanan dan juga pendidikan.9

Didalam sistem pemerintahan kesultanan Langkat ada daerah-daerah lain yang memiliki kedudukan yang penting dalam mendukung pemerintahan Sultan Abdul Azis, sehingga menjadi kesultanan yang besar. Dari pemimpin diatas yang telah membantu Sultan juga tidak terlepas adaya bantuan dari kejuruan-kejuruan yang lain seperti:

1. Kejuruan Selesai 2. Kejuruan Bahorok. 3. Kejuruan Stabat 4. Kejuruan besitang 5. Datuk Lepan dan 6. Sungai Bingai

Mereka diatas kesemuanya berkedudukan sebagai Landsgroten (jajahan) dan mereka memperoleh andil dari hasil tanah perkebunan atau tambang minyak yang berada diwilayah mereka masing-masing. Para wajir (dari wilayah rantau Langkat) merupakan Ricjksgroten (jajahan yang kaya) seperti dibawah ini:

1. Datuk campa 2. Sei Rebat 3. Hinai dan

4. Kampung Tualang

9 Wawancara dengan Bapak Nasruddin Thaha pada tanggal 28 Desember 2009 di


(33)

Ke-empat daerah ini tidak memperoleh hasil apa-apa tetapi memperoleh semacam karunia dari bagian Sultan Langkat.10 Mereka memperoleh pendapatan setiap bulannya ditambah lagi pemberian konsesi tanah yang diberikan oleh Sultan.

2.2.2 Kesultanan Langkat Sebagai Kesultanan Terkaya

Kesultanan Langkat merupakan kesultan yang makmur yang berada di Kerasidenan Sumatera Timur. Bila dibandingkan dengan kesultanan yang lain yang berada di Sumatera Timur maka kesultanan Langkat yang terkaya. Kekayaan Sultan berasal dari berbagai penerimaan yang diperolahnya baik dari perkebunan dan ada juga dari hasil tambang minyak mentah yang ada di Pangkalan Berandan yang berdiri pada tahun 1885 yang dikelolah oleh. Pangkalan Berandan menjadi sangat penting dengan adanya sumber-sumber minyak, maka sultan menganggap perlunya menumbuhkan Luhak yang diambil dari Langkat Hilir, diantaranya adalah daerah-daerah Besitang, Pulau Kampai, Pangkalan Berandan, dan Lepan dimasukan dari Teluk Haru dengan kedudukan Pangkalan Berandan dipimpin oleh putra dari Tengku Sulung11.

Dari hasil perkebunan tembakau, Sultan Langkat memperoleh kekayaan yang tidak kalah besarnya dari eksplorasi minyak mentah yang berada di Pangkalan Berandan. Para penanam modal memberikan pelayanan yang istimewa terhadap Sultan, dimana kesejahteraan mereka ditanggung serta diberikan royalty yang sangat besar. Inilah yang membuat kesultanan Langkat menjadi sangat kaya, sehingga pihak

10

Lucman Ahmad dkk. Sejarah Perkembangan Pemerintahan Departemen Dalam Negri Di Propinsi

Daerah Tk 1 Sumatera Utara (Masa Penjajahan Belanda Dan Pendudukan Jepang): Medan, Fakultas Sastra,

1991, hlm 206.

11


(34)

kesultanan pada tahun 1897 dapat membangun sebuah mesjid yang sangat megah. Mesjid ini dinamakan dengan nama Mesjid Raya Azizi,

Mesjid ini berdiri diatas lahan seluas 1800 M2 dan selesai dibangun dalam waktu 18 bulan12. Mesjid Azizi ini dibangun jauh lebih anggun dari istana yang dibangun oleh Sultan. Ini menandakan bahwa pihak Sultan sangat ingin menyatukan setiap kalangan yang berada di Langkat menjadi harmonis. Dapatlah dilihat bahwa Sultan sangat mementingkan perkembangan ajaran Islam demi berlangsungnya kedamaian dan persatuan rakyatnya.

2.3 Berdirinya Jamaiyah Mahmudiyah Li Thalabi Khairiyah

Pada tahun 1912 pihak Sultan dan para Alim Ulama segera mengadakan pertemuan yang berlangsung di Mesjid Raya Azizi Tanjung Pura. Dalam pertemuan yang berlangsung di Mesjid ini memberikan suatu keputusan yang sangat baik yaitu akan didirikannya suatu organisasi pendidikan yang berbasiskan ajaran agama Islam sebagai pokok ajaran dasar.

Dalam perumusan dan musyawarah ini segera disepakati nama bagi organisasi pendidikan ini yaitu bernama: Jamaiyah Mahmudiyah Li Thalabil Khairiyah. Pendirian organisasi ini segera mendapatkan peresmian dari Sultan Langkat dengan SK (Besluit) No. 102 tahun 1912 dan bertanggal 31 Desember 1912 atau pada tanggal 22 Muharam 1330 H.13 Menurut makna Arabnya berarti “Perkumpulan Terpuji Untuk Mendapatkan Kebajikan”.

12

Arsip Mesjid Azizi dalam memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW 1423 dan 103 tahun milad Azizi Tanjung Pura Langkat

13 Fahruddin Ray, dkk, Sejarah Jamaiyah Mahmudiyah Li Thalabil Khairiyah. Pengurus besar Jamaiyah Mahmudiyah Li Thalabil Khairiyah Tanjung Pura, Langkat 1994. hlm 3.


(35)

Madrasah sendiri sebagai suatu lembaga pendidikan dalam bentuk formal telah dikenal sejak awal abad ke- 11 atau abad ke-12 M atau sejak abad ke-6-7 H yaitu sejak dikenalnya Madrasah Nidzamiyah yang didirikan di Baghdad oleh Nizam Al- Mulk, seorang Wazir dari dinasti Saljuk.14

Dengan berdirinya organisasi pendidikan ini, maka akses untuk mendapatkan pendidikan bagi putra dan putri di Langkat menjadi lebih muda. Organisasi ini telah lama diimpikan oleh Sultan semenjak ia naik tahtah.15 Sultan ingin memajukan daerah Langkat sebagai daerah yang religius disamping itu tujuan dibangunnya organisasi pendidikan ini adalah

1. Untuk mendidik siswa menjadi seorang muslim yang bertaqwa kepada Allah SWT, berakhlak mulia, memiliki kecerdasan, keterampilan dan sehat lahir dan batin.

2. Untuk mendidik siswa menjadi mubaligh yang berjiwa ikhlas, tabah, tangguh, dan mengamalkan sejarah Islam secara utuh dan dinamis.

3. Untuk mendidik siswa agar menjadi tenaga pengajar yang cakap dalam berbagai sektor pembangunan di kesultanan Langkat.

Sebagai organisasi pendidikan Islam, Jamaiyah Mahmudiyah memiliki akar dan tujuan yang sangat jelas bagi pembangunan moral dan spiritual masyarakat Langkat. Pada awal berdirinya, organisasi ini memiliki misi pengembangan pendidikan, melainkan juga dakwah, justru misi yang kedua inilah yang lebih menonjol. Lembaga pendidikan ini juga berusaha untuk melawan berbagai maksiat yang terjadi ditengah masyarakat seperti perkelahian, perampokan, pelacuran

14

Abdul Rahman Saleh, Madrasah Dan Pendidikan Anak Bangsa, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005, hlm11.

15


(36)

perjudian dan sebagainya. Inilah yang menjadi tujuan Sultan agar daerah kesultanan Langkat menjadi aman dan tentram. Adapun pengurus yang dibentuk dalam mengelola pendidikan ini untuk pertama kali disusunlah pengurus Jamaiyah Mahmudiyah yang terdiri atas:

Pimpinan Umum (Janabul Ali) : Sultan Abdul Aziz

Pengurus Harian (Mudir) : Raja Muda T. Mahmud bin A.aziz Sekretaris : T. Pangeran Indra Diraja

Bendahara : H. Abdullah Umar

Pembantu :Dt. Amar Diraja

Tengku Fachruddin

H. Zainuddin

H. Muhammad Thaib

H. M. Ziadah

Dan seluruh pangeran, kerajaan dan datuk dari kerajaan Langkat

Kepercayaan untuk pertamakali telah diberikan oleh H.M. Zaidah sebagai penyelengara pendidikan yang pertama telah dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya, dimana pendidikan diatur dengan sangat rapi. Yayasan ini telah menerapkan berbagai macam peraturan yang berguna bagi kelancaran belajar mengajar, sebagaimana sebuah sekolah yang baik pada masa itu


(37)

BAB III

PERKEMBANGAN ORGANISASI PENDIDIKAN JAMAIYAH MAHMUDIYAH LI THALABIL KHAIRIYAH

3.1 Jumlah Gedung yang Digunakan Dalam Kegiatan Belajar Mengajar

Dalam dunia pendidikan pengadaan ruang belajar tidaklah begitu penting walaupun pada kenyataannya bangunan yang diperuntukan untuk kegiatan belajar-mengajar harus ada. Kegiatan belajar belajar-mengajar dapatlah dilaksanaka di rumah guru atau dirumah anggota masyarakat. Tetapi pengadaan gedung memang harus ada, seperti yang terjadi pada organisasi pendidikan Jamaiyah Mahmudiyah Li Thalabil Khairyah. Gedung yang ada di organisasi pendidikan berjumlah 3 yaitu:

1. Gedung Maslurah 2. Gedung Mahmudiyah 3. Gedung Aziziah

Ketiga gedung ini memegang peranan yang sangat penting bagi kelangsungan belajar-mengajar bagi organisasi pendidikan Jamaiyah Mahmudiyah Li thalabil Khairyah. Sabagai sarana pendidikan yang berbasiskan pada ajaran Islam maka tidak mengherankan organisasi pendidikan ini maju dengan sangat pesatnya, mengingat masyarakat yang berada di kesultanan Langkat mayoritas adalah Melayu.

Dengan berdirinya ketiga bangunan yang menunjang kelangsungan belajar murid Jamaiyah Mahmudiyah Li Thalabil Khairyah, maka tidak ada hambatan dalam pengunaan ruang belajar. Ketersediaan ruang belajar ini dapat menampung murid Jamaiyah Mahmudiyah Li Thalabil Khairyah sampai pada tahun 1944. Pada tahun-tahun sebelum ketiga bangunan ini ada Jamaiyah selalu kekurangan ruangan,


(38)

sehingga sejumlah murid tidak tertampung di Jamaiyah ini walaupun kegiatan belajar mengajar diadakan pagi dan sore hari.

3.1.1 Gedung Maslurah Merupakan Gedung Pertama Yang Digunakan Dalam Proses Pembelajaran

Gedung merupakan sarana penunjang kegiatan belajar yang memang harus ada, sebab dengan adanya gedung pembelajaran ini maka kegiatan belajar-mengajar menjadi lebih terfokuskan. Oleh sebab itu sebuah organisasi pendidikan seperti Jamaiyah Mahmudiyah akan sangat membutuhkan sebuah gedung belajar. Maka diberikanlah sebuah gedung pembelajaran yang pertama kali untuk menunjang kegiatan belajar. Gedung ini pemberian Sultan Langkat yang merupakan bekas istana Sultan sendiri.

Langkah pertama Sultan dalam membantu organisasi ini yaitu dengan mewakafkan istananya yang terletak dikampung dalam Tanjung Pura untuk medrasah pertama. Istana ini cukup luas dan jika digabungkan akan menjadi ruang pendidikan yang mampu menampung 8 lokal belajar dan ditambah dengan ruang-ruang lainya sebagai penunjang belajar.

Bangunan istana ini terbuat dari kayu yang beratapkan rumbia, berlantaikan papan, pemberian istana ini disebabkan pihak Sultan telah mendirikan sebuah istana baru yang letaknya tidak jauh dari istana lamanya yang kira-kira berjarak 400 M. Bangunan istana baru yang dibuat oleh pihak Sultan terbilang cukup luas dan mewah. Bangunan istana baru dibuat permanen dan bertingkat sehingga merupakan istana yang cantik dan mewah.


(39)

Bangunan istana lama inilah yang dimanfaatkan sebaik mungkin oleh guru dan murid untuk melakukan kegiatan belajar-mengajar. Madrasah yang pertama yang merupakan wakaf dari istana Sultan diberi nama madrasah Maslurah, nama Maslurah diambil dari nama istri Sultan sendiri yang bernama Tengku Maslurah.

3.1.2 Pembangunan Gedung Mahmudiyah

Dengan berjalannya waktu dan semakin sadarnya masyarakat akan pentingnya pendidikan bagi putra dan putri mereka, maka semakin banyaklah pemuda dan pemudi yang menuntut ilmu di organisasi pendidikan ini. hal ini menyebabkan pertumbuhan murid yang sangat signifikan, sehingga mengharuskan adanya tambahan gedung baru untuk menampung sejumlah murid.

Maka pada tahun 1914 pihak Sultan menyetujui ide untuk membangun sebuah gedung baru, dan diberikan kepada masyarakat untuk memberikan bantuan atau sumbangan mereka guna membantu membangun gedung baru ini. Dari hasil sumbangan yang terkumpul dari masyarakat mencapai jumlah F. 22.000,-. Jumlah yang diperoleh ini dikumpulkan dan diberitahukan kepada Sultan untuk tindak lanjut berikutnya.16

Selang waktu 2 tahun yaitu tepatnya pada tahun 1916 mulailah dibangun sebuah gedung yang baru, yaitu sebuah gedung permanen yang memiliki 8 lokal belajar dan sebuah aula yang terletak di tingkat atas dengan ukuran 12x18 M. Bangunan ini merupakan bangunan yang modern yang dibangun oleh Sultan pada masa itu. Gaya bangunan ini menyerap gaya bangunan Eropa dan Arab.17 disini

16

Fahruddin Ray.,Ibid . hlm 4.

17

Wawancara dengan Fahruddin Ray pada tanggal 14 Oktober 2009 di Kantor Besar Yayasan Jamaiyah Mahmudiyah Li Thalabil Khairyah, Langkat


(40)

dapatlah diketahui bahwa Sultan juga memperhatikan arsitektur gedung tersebut, sehingga pembangunannya tidak asal jadi.

Pada tahun 1917 selesailah dibangun sebuah madrasah baru yang sangat cantik dan indah, dengan menelan biaya sebesar F. 43.903,40. dengan jumlah biaya yang besar tidak heran terbangunlah sebuah gedung yang sangat cantik dan indah. Dari jumlah tersebut berarti Sultan harus menambah biaya sebesar F. 21.903,40 guna menyempurnakan pembangunan ini. Jumlah yang tidak sedikit yang harus ditambahi oleh Sultan guna menyempurnakan pembangunan gedung kebanggaan dalam dunia pendidikan di Langkat.

Teranglah disini bahwa memang Sultan sangat peduli akan pendidikan di Langkat, walaupun sebenarnya Sultan mampu untuk membangun sendiri gedung ini, tetapi Sultan tidak melakukannya mengingat bahwa masyarakat juga ingin memberikan bantuan dalam pembangunan gedung pembelajaran ini.

Dengan selesainya bangunan ini maka organisasi pendidikan ini memiliki gedung baru yang segera dimanfaatkan untuk kegiatan belajar-mengajar. Gedung ini segera dimanfaatkan oleh Jamaiyah Mahmudiyah dan dinamai dengan nama gedung Mahmudiyah. Dengan adanya gedung baru ini maka pimpinan Jamaiyah merasa perlunya pemisahan antara putra dan putri dalam kegiatan belajar mengajar. Maka ditetapkanlah sebuah peraturan dimana gedung Maslurah diperuntukan bagi pelajar putri dan gedung Mahmudiyah bagi pelajar putra.

3.1.3 Pembangunan Gedung Aziziah

Dengan semakin banyaknya jumlah murid yang menuntut ilmu agama Islam di Jamaiyah ini maka kekurangan akan bangunan sangat terasa, maka pada tahun


(41)

1922 diadakan sebuah diskusi yang membahas akan masalah kekurangan gedung. Dicetuskanlah untuk membangun sebuah gedung yang memiliki lebih banyak lagi lokalnya, sehingga diharapkan dapat menampung lebih banyak lagi jumlah murid.

Dalam keputusan itu pihak Sultan menyetujui untuk mendirikan sebuah gedung baru. Pembangunan gedung baru ini mengambil dana dari wakaf para anggota dan dermawan yang ingin menyumbang guna pembangunan gedung baru ini. setelah dilakukan pengumpulan dana maka terkumpulah dana sejumlah F.36.812.

Dengan jumlah dana ini maka pengurus menyerahkan dana tersebut kepada Sultan dengan harapan bahwa Sultan mau untuk menambahi jumlah kekurangannya. Dengan penyerahan dana tersebut maka pada tahun 1923 segeralah dibangun sebuah gedung baru bertingkat dua yang memiliki jumlah 12 lokal.

Pada mulanya jumlah lokal yang ada di gedung baru ini berjumlah 6 lokal di lantai bawah, akan tetapi pada lokal di lantai dua yang berjumlah 6 lokal dapat dibagi lagi dan menjadi 12 lokal kecil untuk menampung pelajar yang berasal dari luar kota. Gedung ini dimanfaatkan untuk tempat belajar dan ruang asrama. Gedung ini juga memiliki sebuah aula yang berukuran 10x10 M sebagai tempat beristirahat dan belajar bagi murid yang menginap di asrama.

Pembangunan gedung ini memakan biaya sebesar F. 45.000 yang berarti Sultan harus menambahi dana tersebut sebesar F. 8.200, sehingga jelas pula bahwa gedung baru ini merupakan wakaf dari banyak orang.

3.2 Sumber Pendanaan

Setiap lembaga pendidikan harus memiliki sumber pendanaan tidak terkecuali dengan Organisasi pendidikan Jamaiyah ini. sebagai suatu lembaga pendidikan yang


(42)

pertama berdiri maka mengharuskan pengelola untuk memperoleh pendanaan setiap bulannya demi kelancaran belajar. Hal ini telah diantisipasi oleh kesultanan Langkat, dimana pihak Sultan memberikan sejumlah sumber pendanaan yang menunjang kegiatan belajar-mengajar.

Dari tahun ketahun organisasi pendidikan ini mengalami kemajuan yang sangat pesat sehingga membutuhkan pendanaan yang sangat besar. Inilah yang menjadi kendala bagi perkembangan organisasi pendidikan yang berasaskan Islam ini.

Sultan memberikan gaji atau honor setiap bulannya dan alat-alat yang diperlukan bagi madrasah ini. disamping itu juga Sultan Abdul Aziz telah memikirkan sumber pendanaan kedepannya dimana ia telah mewakafkan 2 pintu kedai yang terletak di pekan Tanjung Pura. Dengan adanya pemberian 2 unit kedai ini dirasa kurang memadai sehingga Sultan memberikan wakaf yang terakhir diketahui sebanyak 18 kedai sebagai sumber pendanaan organisasi pendidikan yang berasaskan Islam ini.

Dari sejumlah kedai yang terdapat di Tanjung Pura bernomor gran raja No 67, 80, 84, 184, 186, 188,190, 217, 219, 229, 285, 287, 315 dan 317. selain kedai yang ada di Tanjung Pura Sultan juga memberikan sejumlah kedai yang berada di Binjai dengan gran No.156 dan 77.18 Pihak Sultan juga mewakafkan sejumlah perkebunan yang berada yang berada di kampung Dalam, yaitu tanah yang berada disekitar istana lamanya, luasnya mencapai 4,3 Ha, tanah ini dimanfaatkan dengan cara menanami tanaman palawija seperti ubi, kelapa, dan macam jenis lainnya untuk

18


(43)

kebutuhan para muridnya, sisa dari tanaman ini dijual kepasar Tanjung Pura guna kebutuhan oprasional Jamaiyah.

Sementara itu dikutip juga iuran sekolah secara sukarela dari para murid yang mengenyam pendidikan di organisasi Jamaiyah ini. Bagi setiap anggota atau murid Jamaiyah Mahmudiyah Li Thalabil Khairyah diwajibkan untuk membayar iuran semampunya, tidak ada paksaan untuk membayar mengingat telah adanya sumber pendanaan yang diberikan oleh Sultan.19

3.3 Keadaan Guru Pada Awal Berdirinya Organisasi Pendidikan Jamaiyah Mahmudiyah Li Thalabil Khairiyah

Kemajuan sebuah lembaga pendidikan tidak akan terlepas dari keberadaan seorang tenaga pengajar atau yang biasa disebut dengan guru. Guru merupakan tenaga pendidik yang memberikan pengajaran kepada murid-muridnya agar menjadi cerdas. Sebagai tenaga pengajar guru juga harus diberikan berbagai fasilitas yang mendukung kegiatan belajar agar kegiatan belajar-mengajar menjadi lancar.

Sebagai salah satu organisasi terkemuka di Sumatera Timur, seperti Jamaiyah tentu saja harus memiliki tenaga pengajar yang sangat handal dan berkompeten dalam bidangnya. Tenaga pengajar banyak yang berasal dari ulama dan guru agama yang telah memahami seluk beluk agama Islam secara mendalam. Disamping itu juga Sultan memberikan beasiswa bagi yang berprestasi untuk melanjutkan pendidikan di Mesir, universitas Al Azhar yang merupakan universitas dimana menerima murid dari organisasi ini. Ada ke istimewaan yang diterima oleh Organisasi pendidikan

19

Wawancara dengan Bapak Zainal Arifin AKA pada tanggal 12 Oktober 2009 di Museum Tanjung Pura. Langkat


(44)

Jamaiyah dari universitas Al Azhar yaitu setiap siswa yang berasal dari Jamaiyah lulus tanpa seleksi.

Kebanyakan para siswa yang telah menamatkan belajar di Al Azhar kembali ke Langkat untuk mengajar di Jamaiyah sebagai guru. Inilah yang membuat organisasi ini semakin maju dan terpercaya sebagai lembaga pendidikan yang berasaskan Islam yang berhasil mendidik para siswanya menjadi orang yang berguna bagi bangsa khususnya bagi Kesultanan Langkat.

Setiap pengajar yang diangkat menjadi guru tidaklah sembarangan sebab harus memahami secara mendalam agama Islam secara keseluruhan. Dengan semakin berkembangnnya organisasi Jamaiyah ini maka kekurangan tenaga pengajar semakin terasa, sehingga untuk mensiasatinya adalah dengan mengangkat tenaga pengajar dari tingkatan tertinggi untuk mengajar ditingkatan terendah. Walaupun demikian pengangkatan tenaga pengajar ini tidaklah sembarangan, dimana dipilihlah murid terpandai untuk mengajar.

Akhirnya pada tahun 1922 dikirimlah 2 orang guru muda dan disusul lagi oleh seorang guru muda untuk belajar di Mesir. Ketiga orang ini bernama H. Abdullah Affifuddin, H. Abd.Hamid Zahid, H. Abdul Rahim Abdullah. Peran ketiga guru muda ini sangat penting bagi perkembangan Jamaiyah Mahmudiyah maupun bangsa Indonesia (Ketiga guru ini pernah menjadi anggota konstituante RI). Ketiga mahasiswa ini belajar di Al Azhar Mesir selama 6 tahun lebih. Pada tahun berikutnya dikirim lagi pelajar ke Mekkah dan Mesir yaitu H. Ibrahim Abd. Halim dan H. O.K. Salamuddin (eks Gubernur Muda Sumatera Timur)


(45)

Nama-nama murid yang dikirim ke Mesir dan Cairo untuk menuntut ilmu agama Islam.20

1. H. Abdullah Affifuddin, di Al Azhar 2. H. Abd.Hamid Zahid, di Al Azhar 3. H.Abdul Rahim Abdullah. di Al Azhar

4. H. Ibrahim Abd. Halim di Al Azhar dan dilanjutkan di Darul Ulum 5. H. O.K. Salamuddin di Al Azhar dan dilanjutkan di Darul Ulum 6. H. Salim Fakhry di Darul Ulum

Pada tahun 1935 ke 6 murid ini telah kembali dan mengabdikan ilmu yang mereka dapat untuk organisasi pendidikan Jamaiyah Mahmudiyah Li Thalabil Khairyah. sehingga pada tahun-tahun selanjutnya perkembangan pendidikan agama Islam kian bertambah maju dan pesat, dimana guru-guru tersebut dapat menyumbangkan tenaga, pikiran dan ilmunya untuk perkembangan perguruan khususnya dan perkembangan penyiaran agama Islam di Langkat dan di tanah air pada umumnya.

Dengan perkembangan dan pertumbuhan murid yang sangat pesat menyebabkan kedua gedung yang sangat megah tidak lagi mampu untuk menampung jumlah murid yang banyak.

Secara umum tugas seorang guru yang mengajar di organisasi pendidikan Jamaiyah ini meliputi empat hal yaitu tugas profesi, keagamaan, kemanusiaan, dan kemasyarakatan. Dengan keempat tugas ini diharapkan dapat memajukan pendidikan di kesultanan Langkat.

20 Wawancara dengan Bapak Fahruddin Ray pada tanggal 11 Januari 2010 di komples


(46)

4.4 Keadaan Murid

Dari awal berdiri pada tahun 1912 jumlah murid yang diterima sebanyak 400 orang untuk pertama kalinya. Jumlah ini terus bertambah seiring dengan munculnya kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan.

Puncak jumlah murid yang menempuh belajar di Jamaiyah ini dapat dilihat dari pertumbuhan murid yang tiap tahun terus bertambah, puncaknya pada tahun 1928, dimana pada tahun itu jumlah murid telah mencapai 2010 orang21. pada tahun 1928 telah banyak datang pengajar yang telah menamatkan studi dari Mesir ataupun ada diambil dari murid Jamaiyah sendiri yang memiliki kemampuan lebih dalam agama Islam. Sebagai salah satu pendidikan agama Islam yang tertua di Langkat, Jamaiyah memiliki akses langsung ke berbagai perguruan tinggi di Mesir, Hal ini tentu menambah nilai lebih bagi tamatan Jamaiyah.

Murid Jamaiyah pada umumnya berasal dari sekitar Tanjung Pura dan daerah Langkat lainnya, akan tetapi ada juga siswa yang datang dari luar daerah yang menuntut ilmu Jamaiyah ini. seperti dari Tapanuli dan Padang serta ada juga dari Malaka. Setiap tahun dari awal berdiri dari tahun 1912-1927 pertumbuhan jumlah siswa sangat banyak, sehingga cukup membuat sulit pengurus besar Jamaiyah. Sehingga pada tahun 1927 disusun rencana pembelajaran yang cukup rapi, dimana setiap tahunnya diadakan ujian untuk menamatkan sejumlah murid Jamaiyah.

Setelah disusunnya jenjang pendidikan dan segala macam proses belajar maka setiap tahunnya ada murid Jamaiyah yang tamat. Hal ini tentu saja akan mengurangi jumlah murid Jamaiyah yang belajar sehingga dapat diatur sedemikian rupa dan tidak adanya kelebihan siswa pada tiap tahun ajaran baru.


(47)

4.5 Kurikulum Pendidikan Jamaiyah Mahmudiyah Li Thalabil Khairiyah

Setiap lembaga pendidikan pasti memiliki suatu sistem kurikulum, tidak terlepas juga dengan organisasi pendidikan Jamaiyah Mahmudiyah Li Thalabil Khairiyah. Kurikulum merupakan salah satu komponen yang penting dalam sistem pendidikan. Kurikulum berfungsi sebagai seperangkat rencana dan pengaturan mengenai kemampuan dan hasil belajar serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran.

Kegiatan pembelajaran ini sendiri merupakan muara dari keseluruhan proses penyelengaraan kurikulum, kurikulum diperlukan untuk membantu guru dalam mengembangkan pengetahuan, sikap, nilai, dan pendalaman agama. Sistem kurikulum yang tepat akan menjadikan organisasi ini menjadi sangat maju baik dari segi pendidikan maupun dari segi kelancaran belajar mengajar. Ilmu pengetahuan dalam Islam bersumberkan pada Al-Qur’an dan Hadis, maka dari itulah yang menjadi dasar pendidikan pada seseorang yang beragama Ialam adalah mengetahui isi Al Qur’an dan Hadisnya. Al Qur’an sebagai sumber utama dalam segala bidang maka setiap muslim wajib untuk mengikuti dan mengamalkannya. Oleh sebab itulah didalam pendidikan Islam seseorang harus terlebih dahulu mampu membaca Al-Qur’an.

Disamping mempelajari Al Qur’an dalam mengaji, dituntut juga untuk mampu mempelajari masalah agama Islam lainnya. Pelajaran yang sering dilakukan dalam tahap permulaan adalah bagaimana mengetahui cara-cara sholat, membersihkan diri dan segala sesuatu yang menyangkut tata cara pelaksanaan ajaran agama Islam. Selain itu dipelajari juga hukum-hukum dalam agama Islam seperti Fiqih. Cara-cara belajar yang juga mengunakan cara belajar tertentu sebagai mana


(48)

pada perkembangan zaman modern saat itu. Seorang guru dalam mengajar mewajibkan seorang muridnya untuk dapat menghapal ayat Al-Qur’an hingga ayat tersebut dapat dimilikinya. Maka tidak heran jika murid-murid yang mengenyam pendidikan Jamaiyah dapat menghafal ayat-ayat Al-Qur’an. Tingkat pendidikan disesuaikan dengan kurikulum pada tingkatannya, adapun sistem kurikulum yang diterapkan sebagai berikut:

a. Tingkatan Tajhiziyah (tingkatan dasar yang satara dengan sekolah dasar) Pada tingkatan ini lama belajar yang ditentukan selama 4 tahun dan memiliki mata pelajaran yang disusun sejak awal berdiri dari tahun1912-1927 dan memakai kitab atau buku pelajaran sebagai berikut:

1. Hijaiya –Al Qur’an

2. Keimanan – Tauhid, dengan kitab Tauhid 4. Ibadah – fiqih, Kitab Fiqih Melayu 5. Terjemah ayat-ayat Al Qur’an 6. Tadjwid dengan kitab mutawasir

7. Tarikh Nabi-Islam, kitab Saidil Mursalim 8. Lughat Arab, Khulusan Qiraatul Rasyidah

9. Nahu, pelajaran Nahu

10. Tasrif, dhammun – Matan Bina 11. Imlak menulis Arab

12. membaca dan menulis latin 13. Ilmu bumi, bahasa melayu

14. Ilmu tumbuh-tumbuhan, bahasa Melayu 15. Ilmu hewan, Bahasa melayu


(49)

16. Berhitung, bahasa Melayu

17. Takhtim dan Tahlil, langsung praktek

18. Berzanji dan Marhaban langsung praktek

19. Praktek sholat

20. Gymnasik – senam dan olehraga 21. Ilmu Falak

22. Kesenian dan berbagai keterampilan 23. Bahasa Melayu

24. Balaghah

25.Khat Arab (kaligrafi)

Sementara itu dari tahun 1927-1942 Jamaiyah Mahmudiyah memiliki kurikulum yang lebih tersusun secara sistematis dan mengikuti sistem pendidikan Arab. Kurikulum ini disusun oleh murid Jamaiyah yang telah menempuh pendidikan di Mesir. Sekembali mereka dari Mesir mereka menerapkan ajaran dan sistem kurikulum yang hampir sama dengan sistem pendidikan di Mesir. Sistem pendidikan yang mereka terapkan memberikan kemajuan dan distribusi yang penting bagi Jamaiyah, diantaranya adalah sebagai berikut sistem pengajaran yang mereka terapkan di Jamaiyah:

Tabel 1: Nama pelajaran dan jumlah jam belajar yang disusun dari tahun 1927-1942.22

No Nama Ilmu Jumlah Jam Pelajaran Dalam Seminggu Keterang an Kelas

I

Kelas II

Kelas III

Kelas IV

22 Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, Jakarta: Mutiara Sumber Widya,


(50)

1 Hijaiyah 6 - - -

1 Ja

m

P

elaj

aran 45 Me

n

it

2 Membaca Hurup Arab

6 4 3 1

3 Menulis 6 3 1 1

4 Bahasa arab 2 2 3 3

5 Menghafal Ayat-Ayat

- 2 - 2

6 Fiqih(salinan) - 2 3 3

7 Tauhid - 2 3 3

8 Tashrif - - 2 -

9 Tajwid - - 1 4

10 Sharaf - - - 2

11 Al-Quran - 6 3 3

12 Tarikh Nabi SAW

- - 3 3

13 Tahsinul Khat - - 2 2

14 Membaca Hurup Latin

6 4 3 1 15 Menulis Hurup

Latin

6 3 2 1

16 Berhitung 2 4 3 3

17 Mengambar 1 2 2 1

18 Ilmu Bumi - - 2 3

19 Dikte Bahasa Indonesia

6 1 - 1

20 Muhawarah 1 - - -


(51)

Pada tingkatan yang kedua yang merupakan tingkatan lanjutan dari Tajhiziyah adalah Ibtidaiyah. Pada tingkatan ini diperlukan lama belajar selama 4 tahun. Pembelajaran pada tingkatan ini lebih mendalam dari tingkatan pertama, adapun mata pelajaran yang digunakan banyak mengunakan buku berbahasa Arab. Adapun mata pelajaran dan kitab yang dipakai dari tahun 1912-1927 adalah sebagai berikut:

1. Tauhid, Matan Sanusi sampai Kifayatul Awam

2. Tafsir, Jamal sampai Jalalani

3. Fiqih, Hayat Wattaqrib sampai Fathul qarib 4. Akhlaq, Taisirul Chalaq

5. Nahu, Nahu Wadhih 6. Saraf, Khailani 7. Manthiq, Shabban 8. Bayan, Shawiy

9. Hadist, Ibnu Majah

10. Mustalah Hadist, Mizanul Mughist 11.Tarikh, Nurul Yaqin

12. Mutalaah, Qiraatur Rasyidah 13.Muhadasat

14.Insya Arab dan Imlak 15.Mahfuzat

16. Usul Fiqih 17. Berhitung/ hisab

18. Geograpfi, bahasa Indonesia 19. Senam dan olahraga


(52)

20. Kesehatan 21. Ilmu Falak

22. Kesenian, sebagai keterampilan 23. Behasa Melayu

24.Balaghah 25.Khat Arab

Tabel 2: Dari tahun 1927-1942 Jamaiyah memiliki kurikulum pengajaran sebagai berikut:23

No Nama Ilmu Jumlah Jam Pelajaran dalam Seminggu Keterang an Kelas I Kelas II Kelas III Kelas IV

1 Nahu 3 3 3 3

1 Ja m Pe la jara n 4 5 Me n it

2 Sharaf 2 2 2 2

3 Muthala’ah 4 4 3 2

4 Imlak(Arab) 1 1 1 1

5 Insya’ 2 2 1 1

6 Balaghah - - 2 2

7 ‘Arudl - - 2 2

8 Tauhid 2 2 2 2

9 Fiqhi 4 4 4 3

10 Tafsir ? ? ? ?*

11 Hadits 2 2 2 2

12 Mantiq - - - 2

13 Akhlak 2 2 2 2

23Ibid. hlm. 188.


(53)

14 Khithabah 1 1 1 1

15 Tajwid 1 1 1 1

16 Khath 1 1 1 1

17 Tarikh Islam - - - 1

18 Sejarah Nabi 2 2 2 -

19 Berhitung 2 1 1 1

20 Ilmu Bumi 1 1 1 1

21 Ilmu Alam 1 1 1 1

22 Ilmu Tumbuhan 1 1 1 1

23 Ilmu Hewan 1 1 1 1

24 Ilmu Bangun - 1 1 1

25 Ilmu Kesehatan 1 1 1 1

Jumlah 34 34 36 35

*) Tidak ada perincian jumlah jam.

Adapun tingkatan selanjutnya adalah tingkatan Tsanawiyah pada tingkatan ini lama belajar selama 5 tahun. Sebagian besar buku yang digunakan adalah buku yang berbahasa Arab, pembahasan agama di tingkatan ini cukup mendalam, kitab-kitab banyak didatangkan dari Arab sehingga dengan otomatis mengunakan bahasa Arab, adapun mata pelajaran dan kitab yang dipakai sebagai berikut:

1. Tafsir, Jalalaini sampai Shabuni

2. Tauhid, Dasuki


(54)

4. Hadist, Jathul Mubdi

5. Usul Fiqih, Nihayatus Suul

6. Tashauf

7. Farqul Islamiyah

8. Tarikh Islam

9. Ilmu Tafsir

10.Ushuluddin

11. Nahu, Khudari

12. Sharaf, kailaniy

13. Bayan, Jauhar Maknun

14. Badi’, Ilmu Badi’ 15.Balaghah

16. Manthiq, Isaghuji 17. Ma’ani

18.Arudh 19.Faraidh 20.Abadul Bahast

21. Mushatala Hadist 22. Geografi dan Ilmu Falaq

23.Hisab

24.Insya’ dan Ilmu Falaq

25. Tarikh Tamaddun Islam

26. Tehnik bertabliqh dan Berkhotbah 27. Oleh raga dan Senam


(55)

Dan pada tahun 1927-1942 disusunlah pelajaran yang baru dimana pada tahun ini telah ada pembagian tingkatan. Adapun perincian jumlah kelas dan jam pelajarannya sebagai berikut:

Tabel 3: Nama pelajaran dan jumlah jam belajar yang disusun dari tahun 1927-1942 oleh Jamaiyah.24

N o

Nama Ilmu Jumlah jam pelajaran dalam seminggu Keterang an Kelas I Kelas II Kelas III Kelas IV Kelas V

1 Nahu 2 2 2 2 2

1 Ja

m P

el

aj

aran 45 Meni

t

2 Sharaf 2 2 2 2 2

3 Wadla 1 1 1 - -

4 Balaghah 2 2 2 2 2

5 Tauhid 2 2 2 2 2

6 Fiqhi 2 2 2 2 2

7 Usul Fiqih 2 2 2 2 2

8 Tafsir 2 2 2 2 2

9 Hadits 2 2 2 2 2

10 Mustalah Hadits 2 2 - - - 11 Tarikh Tasyri - - - 1 1 12 Adabul Bahts - - - 1 1

13 Tasauwuf - - 1 1 1

14 Al,wa’zhu Wal-isyad - - - 1 1

15 Filsafah - - 1 1 1

16 Adabul Lughah 1 1 1 1 1


(56)

17 Insya 1 1 1 - -

18 Mantiq 2 2 2 2 2

19 Tarikh Islam 1 - - - -

20 Sejarah Umum - 1 1 2 2

21 Ilmu Hewan 1 1 1 1 1

22 Ilmu Tumbuhan 1 1 1 1 1

23 Ilmu Alam 1 1 1 1 1

24 Ilmu Bumi 1 1 1 1 1

25 Ilmu Bangun 1 1 1 - -

26 Berhitung 1 1 1 1 1

27 Miqat (falakiah) 1 1 1 1 1

28 Tarbiyah 1 1 1 1 1

29 Ilmu Kesehatan 1 1 1 1 1

30 Ilmu Jiwa 1 1 1 1 1

31 Ta’awun (koperasi) 1 1 1 - -

32 Gerak Badan - - - 1 1

33 Ilmu Hayat 1 1 1 1 1

Jumlah 36 36 36 37 37

Pada awal tahun 1927 kitab pelajaran yang digunakan ada 16 kitab. Kitab pelajaran ini digunakan dan diperuntukan tergantung pada tingkatannya, seperti kitab pelajaran Al Mahalti hanya digunakan dan dibahas pada tingkatan pertama di


(57)

Tsanawiya pada kelas 1 saja, Begitu juga dengan kitab pelajaran yang lainnya.

Diantaranya kitab pelajaran yang digunakan adalah sebagai berikut:

1. Al-Mahalli (Qullyubi) 2. Ummul Barahin (Dusuqi) 3. Ruhul Ma’ani

4. Shabban Malawi

5. Al-Asnawi dan Njam’ul Jawami 6. Ibu ‘Aqil

7. Fathul Bari 8. Jauharul Maknun 9. Baiquiriyah 10. Ilmu Wadli

11.Mukhtashar Ihya 12.Adabul Bahtsi

13. Kitab Ilmu Akhlak

14.Maqulat 15.Tarikh Tasyri 16. Ilmu Nafs

Dengan mengunakan kitab pelajaran yang digunakan pada tahap ini diharapkan murid Jamaiyah dapat memahami agama Islam secara dalam. Masih ada kitab pelajaran yang lainnya yang tidak termasuk dalam buku wajib bagi setiap murid.25

Ada tahap pembelajaran yang terakhir dari organisasi pendidikan ini yang apabila tamat dari tingkatan ini diharapkan Murid Jamaiyah Mahmudiyah mampu

25

Wawancara dengan Bapak Fahruddin Ray pada tanggal 22 oktober 2009 di Kantor Besar Yayasan Jamaiyah Mahmudiyah Li Thalabil Khairyah, Tanjung Pura Langkat


(58)

menyebarkan ajaran Islam sampai kedaerah-daerah. Tahapan ini disebut dengan

Qismul Ali (Takhassus). Pada tahapan ini setiap murid tidak hanya membahas

pelajaran yang diberikan tetapi juga diharapkan dapat menjiwai ilmu yang diberikan. Adapun pembahasan yang diberikan kian mendalam materinya sehingga dituntut kemampuan murid untuk menguasainya tanpa terjadi kesalahan. Hal ini dapat dilihat bahwa seorang tamatan Tsanawiyah saja sudah mampu untuk mengajar diperguruan tinggi.26

Pada setiap tingkatan diberikan semacam ujian untuk menamatkan pelajarannya dari tingkatan tersebut. Ada dua macam ujian kelulusan tiap tingkat diantaranya adalah ujian tulis dan lisan.

Pada ujian lisan yang dilakukan di aula madrasah biasanya dihadiri oleh pemuka agama seperti Khadi atau Mufti kerajaan dengan juga memberikan soal dan harus wajib dijawab dengan benar. Mata pelajaran yang diberikan pada ujian tingkatan ini terdiri dari Fiqih, Tafsir, dan Tauhid.

Peserta boleh membawa kitab tertentu, kemudian penguji menyuruh untuk membuka kitab tersebut pada halaman yang ditentukan dan disuruh untuk membaca, memaknai dan menerangkan maksudnya. Tidak hanya tentang ketiga mata pelajaran ini saja yang diujikan tetapi juga menyangkut pelajaran lainnya yang tidak termasuk dalam ujian wajib, sehingga dibutuhkan persiapan matang dari murid untuk menyelesaikan ujian ini.

Memang banyak sekali pelajaran yang tidak tersampaikan, walaupun demikian sangat di usahakan oleh sang guru untuk memberikan yang terbaik untuk muridnya. Setiap pelajaran diberikan dengan hati-hati tanpa adanya kesilapan. Jika

26

wawancara dengan Bapak Zainal Arifin AKA pada tanggal 12 Oktober 2009 di Museum Tanjung Pura. Langkat


(59)

diukur antara waktu dan pelajaran maka tidak akan mencukupi, tetapi setiap pelajaran yang diberikan harus dengan mantap diterima oleh murid

Kurikulum yang diterapkan dalam organisasi pendidikan Jamaiyah memberikan banyak manfaat bagi setiap murid didiknya, diharapkan setamat dari tingkatan ini setiap murid dapat menjadi ulama di kampung mereka masing-masing. Begitu majunya pendidikan yang berada di Tanjung Pura Langkat sehingga banyak sekali santri yang datang untuk belajar.


(60)

BAB IV

PENUTUPAN SEMENTARA JAMAIYAH MAHMUDIYAH LI THALABIL KHAIRIYAH 1944

4.1 Penyebab Tutupnya Organisasi Pendidikan Jamaiyah Mahmudiyah Li Thalabil Khairiyah

Perkembangan organisasi pendidikan Jamaiyah mengalami kemajuan yang sangat pesat dari awal berdiri pada tahun 1912 hingga tahun 1942. Perkembangan yang pesat ini tidak terlepas atas perhatian dan bantuan para dermawan dan keluarga Sultan, hal inilah yang menjadikan organisasi pendidikan ini semakin maju dan berkembang bahkan kabar kemahsyurannya sampai ke Malaka.

Sebagai salah satu organisasi pendidikan yang mencetak murid yang telah tersebar keberbagai daerah untuk mengabdikan ilmu pengetahuan yang telah diperoleh, organisasi ini juga turut serta melakukan usaha pembelaan terhadap tanah air. Telah banyak murid yang bersekolah di organisasi pendidikan ini turun dan turut serta berjuang bersama laskar pejuang yang ada di Langkat Hilir.

Perjuangan dalam mempertahankan kemerdekaan yang dilakukan oleh laskar pejuang yang berada di Langkat hilir sangat berarti, hal ini tercermin dengan adanya berbagai perlawanan yang berusaha menggusir pendudukan Jepang. Dengan adanya perlawanan yang melibatkan murid Jamaiyah maka secara tidak langsung menjadikan jumlah murid Jamaiyah semakin berkurang. Dengan berkurangnya jumlah murid dan guru yang mengabdikan ilmunya di Jamaiyah ini maka akan mempengaruhi kegiatan belajar mengajar.


(1)

desebabkan bahwa Islam adalah agama yang mempersatukan kebaikan dan kebahagiaan dunia akhirat, agama yang mementingkan jasmani dan rohani. Oleh sebab itu pendidikan yang berbasiskan agama Islam harus maju dan berkembang untuk kebaikan jasmani dan rohani.

Sungguh disayangkan jika pendidikan yang berbasiskan ajaran Islam amat kabur sekali dan tidak berkembang, sedikit sekali buku yang mengupas seluk beluk perkembangan pendidikan Islam yang ada di Sumatera Utara khususnya dan di Indonesia pada umumnya. Padahal pendidikan Islam itu sama waktunya dengan masuknya ajaran Islam ke Indonesia. Kita belum mengetahui secara pasti kapan pendidikan Islam masuk ke Indonesia secara pasti terutama ke Sumatera Timur.

Memang belum adanya buku yang mengajarkan atau menceritakan kapan pendidikan Islam masuk akan tetapi buku yang menceritakan sejarah masuknya Islam telah banyak beredar. Walaupun demikian tidak mengucilkan niat para sejarawan untuk terus mengali dan mempelajari sejarah pendidikan Islam di Sumatera Timur.

Di Sumatera Timur pernah berdiri sebuah Organisasi pendidikan yang sangat termasyur, organisasi pendidikan itu bernama Jamaiyah Mahmudiyah Li Thalabil Khairyah. Inilah organisasi yang sempat bertahan hingga sekarang walaupun pada tahun 1944 pernah mengalami peristiwa penutupan sementara.

Organisasi pendidikan Jamaiyah yang menghasilkan lulusan yang telah tersebar luas keberbagai daerah turut serta mencerdaskan anak bangsa. Perlu diingat bahwa Jamaiyah Mahmudiyah Li Thalabil Khairyah merupakan organisasi pendidikan yang pertama kali berdiri di Sumatera Timur sehingga banyak menberikan konstribusi yang nyata bagi perkembangan Langkat khususnya perkembangan pendidikan di Tanjung Pura.


(2)

5.2 Saran

Pembangunan Jamaiyah Mahmudiyah Li Thalabil Khairiyah bukan hanya sekedar pendirian sebuah perkumpulan semata, akan tetapi pendirian ini berdasarkan kebutuhan akan adanya pendidikan yang menyokong kemajuan masyarakat Tanjung Pura khususnya dan Langkat pada umumnya. Untuk itu dibutuhkan suatu penigkatan dalam segala bidang agar organisasi pendidikan ini lebih maju, untuk itu agar terwujudnya suatu organisasi pendidikan yang lebih berkembang dan menjadi tolok ukur dalam dunia pendidikan dalam pendidikan yang berbasiskan agama Islam, penulis memberikan saran sebagai berikut:

Pertama keadaan dan kesejahteraan para pegawai atau guru harus diperhatikan, sehingga dalam melaksanakan tugas sebagai guru dapat dilakukan secara maksimal. Penerapan sistem kurikulum yang menunjang kemajuan pendidikan ini harus juga diperhatikan agar segala sesuatunya berjalan dengan baik dan lancar.

Kedua, kinerja dewan guru. Dengan melakukan penempatan guru yang sesuai dengan keahlian bidang studi masing-masing. Dengan adanya penempatan yang sesuai dengan kemampuan guru dalam bidangnya masing-masing akan lebih menjadikan kegiatan belajar mengajar lebih efektif. Serta didukung dengan motifasi yang tinggi dari pimpinan dan perlu adanya suatu penghargaan bagi guru yang berprestasi.

Ketiga, perlu adanya sistem pendanaan dan tata usaha yang teratur agar terciptanya suatu lembaga pendidikan yang lebih maju. Dengan teraturnya kedua poin diatas diharapkan kelak menjadi suatu lembaga pendidikan yang dapat bersaing


(3)

Keempat, dengan adanya sikap masyarakat yang masih mendukung keberadaan pendidikan yang berbasiskan agama Islam seperti Jamaiyah Mahmudiyah Li Thalabil Khairiyah ini maka perlu adanya pendekatan terhadap masyarakat bahwa dengan pendidikan yang berbasiskan agama Islam akan memberikan nilai lebih bagi pembangunan moral dan spiritual pribadi seseorang.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Luckman dkk, Sejarah Perkembangan Pemerintahan Departemen Dalam Negri Di Propinsi Daerah Tk 1 Sumatera Utara (Masa Penjajahan Belanda Dan Pendudukan Jepang): Medan, Fakultas Sastra, 1991.

Al-Ghazali, Menangkap Kedalaman Rohaniah Peribadatan Islam. Jakarta: PT Raja Garafindo Persada, 1995.

Asmuni, Yusran, Dirasah Islamiah II: Pengantar Studi Kebudayaan Islam Dan Pemikiran. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1998.

Danasuparta, Sejarah Pendidikan. Bandung: CV Ilmu, 1976.

Endaswara, Suwardi, Metode, Teori, Teknik Penelitian Kebudayaan. Jakarta: Pustaka widya Utama, 2006.

Ginting, Paham, Filsafat Ilmu Dan Metode Penelitian. Medan: USU Press, 2006. Kuntowijoyo, Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Tiara Wacana, 2003.

_____________, Pengantar Ilmu Sejarah. Yogjakarta: Bentang Pustaka, 2005.

Lapidus, Ira M, Sejarah Sosial Umat Islam III. Jakarta: RajaGrafindo Persada, 1999. Najamuddin, Perjalanan Pendidikan Di Tanah Air (1800-1945). Jakarta: Reneka

Cifta, 2005.

Nizar, Samsul (ed), Sejarah Pendidikan Islam(Menelusuri Jejak Sejarah Era Rasulullah Sampai Indonesia). Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2007. Notosusanto, Nugroho.(terj), Mengerti Sejarah. Jakarta: UI Press, 2006.

Qomar, Mujamil, Pesantren (Dari Transformasi Menuju Demokrasi Istitusi). Jakarta: Erlangga,2005.

Rahman, Abdul Saleh, Madrasah Dan Pendidikan Anak Bangsa, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005.

Rais, M Amien, Islam Di Indonesia Sebuah Ikhtiar Mengaca Diri. Jakarta: RajaGrafindo Persada, 1996.


(5)

Reid, Antoni, Perjuangan Rakyat: Revolusi dan Hancurnya Kerajaan Di Sumatera. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1987.

Said,Muhammad, Koeli Kontrak Tempo Doeloe (Dengan Derita dan Kemarahannya). Medan: Harian Waspada, 1990.

Sinar,T. Luckman, Runtuh dan Bangunnya Kerajaan Melayu Di Sumatera Timur. Tanpa Penerbit.

Suriasumantri, Jujun S, Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Popular. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2007.

Yunus, Mahmud, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, Jakarta: Mutiara Sumber Widya, 1995.


(6)

DAFTAR INFORMAN Nama : Zainal Arifin AKA

Umur : 52 tahun

Pekerjaan : PNS (Sejarawan Langkat)

Alamat : Desa Pelawi, Pangkalan Berandan

Nama : Abdul Halim Umur : 50 tahun

Pekerjaan : Guru Jamaiyah

Alamat : Jln. Amir Hamzah No. 205, Tanjung Pura

Nama : Fahruddin Ray Umur : 76 tahun

Pekerjaan : Pimpinan Jamaiyah (Alumni Jamaiyah) Alamat : Kompleks Pemda, Stabat

Nama : Abdul Wahab Umur : 83 tahun

Pekerjaan : Tani (Alumni Jamaiyah) Alamat : Desa Dalam, Tanjung Pura

Nama : Djalil Muhammad Umur : 78 tahun

Pekerjaan : Tani (Alumni Jamaiyah)

Alamat : Jln. M. Yunus No. 55, Tanjung Pura

Nama : Nasruddin Thaha Umur : 80 tahun