PENCAK SILAT DAN HARGA DIRI ORANG MADURA DI DESA KWANYAR BARAT KECAMATAN KWANYAR KABUPATEN BANGKALAN.

(1)

PENCAK SILAT DAN HARGA DIRI ORANG MADURA DI DESA KWANYAR BARAT KECAMATAN KWANYAR KABUPATEN BANGKALAN

SKRIPSI

Diajukan kepada

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya

untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial (S.Sos) dalam Bidang Sosiologi

Oleh:

MUTTHOHAROH

NIM. B75212064

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA FAKULTAS SOSIAL DAN ILMU POLITIK

JURUSAN ILMU SOSIAL PROGRAM STUDI SOSIOLOGI

FEBRUARI 2016


(2)

(3)

(4)

(5)

ABSTRAK

Mutthoharoh, 2016, Pencak Silat Dan Harga Diri Orang Madura Di Desa Kwanyar Barat Kecamatan Kwanyar Kabupaten Bangkalan, Skripsi program Studi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu politik UIN Sunan Ampel Surabaya.

Kata kunci: Pencak Silat dan Harga Diri orang Madura.

Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini ada tiga yakni pertama, bagaimana peran pencak silat dalam mempertahankan harga diri bagi orang Madura di Desa Kwanyar Barat Kecamatan Kwanyar Kabupaten Bangkalan. Kedua.apa yang melatarbelakangi adanya pencak silat dalam mempertahankan harga diri bagi orang Madura di Desa Kwanyar Barat Kecamatan Kwanyar Kabupaten Bangkalan.

Metode yang digunakan adalah metode kualitatif dengan teknik pengumpulan data observasi, wawancara, dan dokumentasi. Teori yang digunakan dengan melihat kenyataan tentang pencak silat dan harga diri orang Madura di Desa Kwanyar Barat Kecamatan Kwanyar Kabupaten Bangkalan ini adalah teori Struktural Fungsional Talcont Parsons dan Robert K. Merton.

Dari hasil penelitian ini ditemukan bahwa : (1) Pencak silat dalam mempertahankan harga diri yakni sebagai eksitensi guna untuk menjaga diri dari serangan lawan maupun rintangan hidup yang lainnya juga berfungsi untuk kewaspadaan diri guna dalam hal kebaikan bukan untuk kesombongan, (2) Pencak silat yang mempunyai nilai tersendiri di masyarakat dalam berinteraksi sertapula kengiatan sosialnya bengitupula sebagai kultur kebudayaan yang masih dilestarikan, harga diri orang Madura sering sekali publik berpendapat orang Madura itu keras padahal sebenarnya bukan keras melainkan tegas dalam bersikap dan mengambil tindakan untuk bisa mempertahankan diri.


(6)

ABSTRACT

Mutthoharoh, 2016, Pencak Silat and Self-Esteem Madurese Kwanyar In thevillage of West District Kwanyar Bangkalan,Thesis program of Sociology, Faculty of Social and Political Sciences UIN Sunan Ampel Surabaya.

Keywords: Pencak Silat and Self-Esteem Madurese.

Issues examined inthis study, there are three: first, how themartial arts role in maintaining dignity forthe people in the village Kwanyar West Madura District

Kwanyar Bangkalan. True .who behind their martial arts indignity for people in

the village Kwanyar West Madura District Kwanyar Bangkalan.

The method used is a qualitative method of file collection techniques of

observation, interviews, and documentation. The theoryused to look at the reality of martial artsand self-esteem Madurese Village West Kwanyar Bangkalan District Kwanyar this isthe theory of Structural Functional Talcont Parsons and Robert K. Merton.

From theresults of this study found that: (1) Pencak silat in maintaining self-esteem that is asacknowlege in order to protect them selvesfrom attack opponents and obstacles of life,the other also serves to alert themselves tothe virtue not for vanity, (2) Pencak silat hasits own value in society in their social

interaction activity it is aculture that is still preserved culture, self-esteem often

Madurese publicbelieves that hard when it is not hard butfirm in attitude and take action to be able todefend themselves.


(7)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iii

MOTTO ... iv

PERSEMBAHAN ... v

PERNYATAAN PERTANGGUNG JAWABAN PENULISAN SKRIPSI .... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTRAR TABEL ... xii

BAB I : PENDAHULUAN ... 1

A. Latar belakang masalah ... 1

B. Rumusan masalah... 8

C. Tujuan peneliatian ... 8

D. Manfaat penelitian ... 9

E. Penelitian terdahulu ... 9

F. Definisi konsep ... 13

G. Metode Penelitian... 17


(8)

2. Lokasi dan waktu penelitian... 18

3. Pemilihan subjek penelitian ... 18

4. Tahap-tahap penelitian ... 20

5. Teknik pengumpulan data ... 20

6. Teknik analisis data ... 21

7. Teknik pemeriksaan keabsahan data ... 22

H. Sistematika Pembahasan ... 23

BAB II : TEORI STRUKTURAL FUNGSIONAL ... A. Struktural Fungsional - Talcont Parsons ... 26

B. Struktural Fungsional – Robert K. Merton ... 32

BAB III : PENCAK SILAT DAN HARGA DIRI ORANG MADURA A. Desa Kwanyar Barat Kecamatan Kwanyar Kabupaten Bangkalan ... 39

1. Letak Geografis ... 40

2. Keadaan Sosial Dan Budaya ... 46

3. Kengiatan Sosial Keagamaan ... 46

B. Pencak Silat Dan Harga Diri Orang Madura... 50

1. Pencak Silat Di Desa Kwanyar Barat Kecamatan Kwanyar Kabupaten Bangkalan ...

50

a. Sejarah Adanya Pencak Silat ... 56

b. Peran Pencak Silat Dalam Masyarakat ... 61

1. Pencak Silat Di Tinjau dari Seni Budaya ... 74

2. Pencak Silat Ditinjau Dari Bela Diri ... 74

3. Pencak Silat Di Tinjau Dari Sarana Pendidikan Mental Kerohanian ... 75

c. Kengiatan Pencak Silat ... 68 1. Ziarah Kubur ... 2. Pembacaan Haddatan ...


(9)

3. Tasyakuran ... 4. Menghadiri Undangan Kemantenan ... 5. Jadwal Latihan ... 2. Harga Diri Orang Madura Di Kwanyar Barat

Kecamatan Kwanyar Kabupaten Bangkalan ... 55

a. Cara Mempertahankan Harga Diri Orang Madura... 77

b. Yang Melatar Belakangi Adanya Pencak Silat Dan Harga Diri Orang Madura ... 79

1. Pencemaran/ Pelecehan Harga Diri ... 79

2. Merebut Istri Orang/ Perselingkuhan ... 80

3. Permasalahan Harta/ Warisan ... 81

4. Menyinggung Perasaan Seseorang……….. 81 5. Kesalah-Fahaman ... 82

6. Kurangnya di Hargai ... 82

7. Bertingkah Laku yang Kurang Pantas... 83

c. Korelasi Temuan Lapangan Dengan Teori Fungsional Struktur ... 84

BAB IV PENUTUP ... 89

A. Kesimpulan ... 89

B. Saran ... 92 DAFTAR PUSTAKA ... LAMPIRAN-LAMPIRAN

1. Pedoman Wawancara 2. Surat Izin Penelitian


(10)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia memiliki sifat kemampuan untuk mempertahankan hidup dari serangan lawan, atau kemampuan menjaga diri dari gangguan orang lain, itulah yang di katakan sebagai ilmu bela diri.

Cara manusia mempertahankan diri dari serangan atau gangguan orang lain merupakan sifat yang alami, dilakukan dengan cara yang ia miliki atau kuasai melalui proses latihan.

Indonesia memiliki seni bela diri asli yang disebut Pencak Silat. Setiap daerah di Indonesia memiliki seni bela diri masing-masing. Semua itu merupakan warisan yang di berikan secara turun temurun dari satu generasi ke generasi berikutnya.

Pada zaman penjajahan pencak silat digunakan oleh para pejuang untuk merebut kemerdekaan dari bangsa penjajah. Dengan ilmu bela diri para pejuang melakukan penyeranga n terhadap penjajah yang memiliki senjata modern.

Para penjuang melawan penjajah hanya mengandalkan tangan kosong dan senjata seadanya, mereka berbekal kemampuan seni bela diri namun memiliki semangat juang yang tinggi, sehingga dengan gagah berani mereka berjuang melawan penjajah tanpa pamrih, dan rela berkorban demi harkat derajat bangsa Indonesia.

Tidak sedikit para pejuang yang gugur di medan juang. Namun dengan bekal seni bela diri terutama pencak silat dan peralatan sederhana seadanya mereka mampu menggetarkan para penjajah, sehingga para penjajah merasa gentar menghadapi para pejuang.1

1

Drs.Herdiana, percaya Diri dengan Pencak Silat, (PT. Intimedia Cipta Nusantara ,Jakarta:2008), hal 1-2.


(11)

2

Perkembangan pencak silat di Indonesia di bagi dalam empat zaman sebagai berikut:

1. Zaman sebelum penjajahan Belanda, pasukan yang kuat di zaman kerajaan Sriwijaya dan Majapahit serta kerajaan lainnya di masa itu, terdiri atas prajurit-prajurit yang mempunyai keterampilan beladiri tinggi.

2. Zaman penjajahan Belanda, pemerintah belanda tidak memberi kesempatan perkembangan perkembangan pencak silat atau beladiri Nasional, karena dipandang berbahaya terhadap kelangsungan penjajahnya.

3. Zaman penjajahan Jepang, pencak silat dikembangkan untuk kepentingan Jepang sendiri, atas anjuran Shimitsu dilakukan pemusatan aliran pencak silat. Di seluruh Jawa secara serentak didirikan gerakan pencak silat yang diatur oleh pemerintah.

4. Zaman kemerdekaan, pencak silat di pelajari secara turun temurun di lingkungan keluarga. Melalui panitia Persiapan Persatuan Pencak Silat indonesi, maka pada tanggal 18 Mei 1948 di Surakarta terbentuklah IPSI (Ikatan Pencak Silat Indonesia) yang di ketuai ole MR. Wongsonegoro. Program utama IPSI adalah mempersatukan aliran-aliran dari kalangan pencak silat di seluruh Indonesia. Selain itu IPSI juga mengajukan program kepada pemerintah untuk memasukkan pelajaran pencak silat ke sekolah-sekolah.

Arti silat itu sendiri adalah gerak bela diri yang sempurna, bersumber pada kerohanian yang suci murni, guna keselamatan diri atau kesejahteraan bersama, dan menghindarkan diri/manusia dari beladiri atau bencana. Dewasa ini, istilah pencak silat mengandung unsure-unsur olahraga, seni, beladiri, dan kebatinan.2

Di zaman yang semakin berkembang ini, Desa Kwanyar Barat merupakan sebuah Desa yang berada di kawasan Kecamatan Kwanyar. Aktivitas para leluhur dari nenek moyang terdahulu mempunyai budaya seni pencak silat sampai sekarangpun tetap di lestarikan kendatipun untuk menjaga diri dari seragan musuh sebagai benteng maupun mempertahankan harga diri. Berawal dari sejarah bangsa Indonesia tentang pencak silat yang dapat mempertahankan hidupnya dari tantangan alam sehingga berbagai bentuk

2

Asepta Yoga Permana, Bermain dan Olahraga Pencak Silat, (2008, Surabaya : Insan Cendekia) hal 3-4.


(12)

3

gerakan yang menirukan hewan seperti : gerakan macan , harimau, kera, ular dan burung elang.

Pencak silat maupun bela diri semakin berkembang dari suku-suku Indonesia dalam berburu hingga berperang dengan keanekaragaman bentuk dalam penggunaannya meliputi parang, perisai, dan tombak, adapun ciri khas di Desa Kwanyar Barat, kendatipun dalam bela diri menggunakan cruit/arit dan pedang bahkan pisau, Desa Kwanyar Barat termasuk Kecamatan Kwanyar Kabupaten Bangkalan Madura.

Secara geogafis, pulau Madura terletak di sebelah timur laut pulau Jawa. Selat Madura di sebelah barat dan selatan menjadi pemisah antara pulau Madura dan Jawa. Selat Madura menghubungkan laut Jawa dan selat Bali. Sedangkan di sebelah timur dan utara, berbatasan dengan selat Bali dan Laut Jawa.3

Masyarakat Madura dikenal memiliki budaya yang khas, unik, stereotipikal, dan stigmatic. Penggunaan istilah khas menunjuk pada pengertian bahwa entitas etnik Madura memiliki kekhususan-kultural yang tidak serupa dengan etnografi komunitas etnik lain. Keunikan budaya Madura pada dasarnya banyak dibentuk dan dipengaruhi oleh kondisis geoegrafis dan topografis dan lahan pertanian tadah hujan yang cenderung tandus sehingga cara mempertahankan kehidupannya lebih banyak melaut sebagai mata pencaharian utamanya.

3


(13)

4

Sikap orang Madura yang dengan mudah dapat tersinggung harga dirinya, dan melampiaskannya dengan melakukan tindakan kekerasan, oleh etnik lain dinilai sebagai stereotip negative. Penggunaan inilah stereotip dalam etnografi diartikan sebagai konsepsi mengenai sifat atau karakter suatu kelompok etnik berdasarkan prasangka subjektif yang tidak tepat oleh kelompok etnik lainnya. Prilaku dan pola kehidupan kelompok etnik Madura tampak sering dikesankan atas dasar prasangka subjektif oleh orang luar Madura. Kesan demikian muncul dari suatu pencitraan yang tidak tepat, baik berkonotasi positif maupun negatif.

Upaya mengenal masyarakat Madura yang di katakan keras dan tegas, kiranya penting untuk membuat penegasan tentang konsep keras dan tegas dalam hubungannya dengan sikap dan perilaku orang Madura. Barangkali yang selalu muncul dari pikiran, sikap, dan tindakan orang Madura adalah

“ketengasan” bukan “kekerasan”. Dua kata benda yang berasal dari kata sifat “tegas” dan “keras” yang dikaitkan dengan sikap dan prilaku ini harus di bedakan secara konseptual maupun praktis. “keras” menunjukkan sifat prilaku

berkebalikan dengan prilaku “lembut” sehingga segala sesuatu harus dihadapi

dengan penuh emosi, mengabaikan akal budi dan etika sopan santun (asal

kemauannya dituruti). Pada konteks “tegas” mengandung makna prilaku

memegang prinsip yang diyakini sehingga tidak dengan mudah terombang-ambing oleh kondisi dan situasi sekelilingnya.

Prasangka subjektif itulah yang sering kali melahirkan persepsi dan pola pandang yang keliru sehingga menimbulkan keputusan individual secara


(14)

5

sepihak yang ternyata keliru karena subjektivitasnya. Menurut perspektif budaya , setiap kelompok etnis berpeluang memiliki penilaian dan justifikasi subjketif-stereoptipikal dari kelompok etnik lainnya yang didefinisikan atas dasar false generalization atas parsialitas perilaku yang ternyata tidak representatif. Jika pandangan subjektif itu tidak mampu terjembatani secara arif dan efektif maka kesalahpahaman cenderung dan mudah muncul yang kemudian bermuara pada konflik etnik atau budaya.4

Keaneka-ragaman budaya tentunya apabila di lestarikan pastinya selalu berkembang dan terus menambah keindahan, Salah satunya seni kebudayaan di Desa Kwanyar Barat yakni seni bela diri ataupun sering di sebut pencak silat dalam segi personal yang mempunyai kengunaan sebagai benteng kewaspadaan diri, untuk melawan musuh, maupun dalam segi pergroup sebagai penghibur di acara kemantenan.

Sehingga ada seorang penerus pencak silat yang menghidupkan kembali, berawal dari keprihatinan budaya pencak silat yang memudar di karenakan generasi pencak silat yang mengetahui tentang ilmu bela diri dulunya seorang perantau, kini Beliau menetap di desa Kwanyar Barat untuk meneruskan aktivitas nenek moyangnya menghidupkan kembali pencak silat yang sejak dulu sudah ada.

Berawal dari satu group yang terdiri dari beberapa anggota seperti anak usia remaja, bahkan ada kecil yang masih menempuh pendidikan TK

4

https://www.google.com/search?q=harga+diri//Etd.repository.ugm.ac.id/muh.syamsuddin, diakses tgl 9 Desember 2015 jam 16 :20


(15)

6

(Taman kanak-kanak), anggota pencak silat bukan hanya lelaki saja melainkan perempuan juga tertarik dan bersedia menjadi anggota pencak silat.

Para anggota pencak silat di Kwanyar semakin hari semakin bertambah pula, dengan keunikan budaya tersendiri sehingga semakin banyak pula tambahan dalam peranggotaan kini group pencak silatpun mempunyai dua perguruan (2 group) dalam satu desa yang dapat di artikan semakin banyak warga Desa Kwanyar Barat menyukai ilmu bela diri atau pencak silat karena selain di pelajari ilmu bela diri guna sebagai mempertahankan hidup dari ganasnya jagat raya ini juga terdapat interaksi yang baik dari antar personal.

Interaksi yang terjalin dengan baik antar ketua maupun anggota sehingga mudah dalam pencapaian tujuan bersama yakni menjaga diri dengan ilmu bela diri, maupun dapat bermanfaat pula dari segi individu dari kerasnnya alam. Seperti kesenjangan interaksi yang menyinggung harga diri yang di pertahankan oleh masing-masing individu. Harga diri merupakan usaha untuk menjaga kehormatannya dengan niatan menjalankan kebenaran dan ketulusan dalam prinsip. sehingga peneliti tertarik untuk meneliti bagaimana pencak silat dan harga diri orang Madura di Desa Kwanyar Barat kecamatan Kwanyar Kabupaten Bangkalan.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana peran pencak silat dalam mempertahankan harga diri bagi orang Madura di Desa Kwanyar Barat Kecamatan Kwanyar Kabupaten Bangkalan ?


(16)

7

2. Apa yang melatarbelangi adanya pencak silat dalam mempertahankan harga diri bagi orang Madura di Desa Kwanyar Barat kecamatan Kwanyar Kabupaten Bangkalan ?

C.Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui peran pencak silat dalam mempertahankan harga diri bagi orang Madura di Desa Kwanyar Barat Kecamatan Kwanyar Kabupaten Bangkalan

2. Untuk mengetahui yang melatarbelakangi adanya pencak silat dalam mempertahankan harga diri bagi orang Madura di desa Kwanyar Barat kecamatan Kwanyar kabupaten Bangkalan

D. Manfaat Penelitian

Adapun kegunaan penelitian dalam penulisan ini adalah sebagai berikut : 1. Secara teoritis penelitian ini bermanfaat untuk penambahan khasanah

kepustakaan di bidang keperdataan, khususnya tentang pencak silat dan harga diri orang Madura di Desa Kwanyar Barat Kecamatan Kwanyar Kabupaten Bangkalan.

2. Dari segi praktis, penelitian ini sebagai suatu bentuk sumbangan pemikiran dan masukan bagi para pihak yang berkepentingan khususnya bagi masyarakat untuk mengetahui pencak silat dan harga diri orang Madura di Desa Kwanyar Barat Kecamatan Kwanyar Kabupaten Bangkalan.


(17)

8

E. Penelitian Terdahulu

1. Skripsi Yetiika Putri, ( Universitas diponogoro semarang)

berjudul “ HUBUNGAN ANTARA INTIMASI PELATIH ATLET

DENGAN KECEMASAN BERTANDING PADA ATLET IKATAN PENCAK SILAT INDONESIA ( IPSI) SEMARANG.” Dengan rumusan masalah, apakah ada hubungan antara intimasi pelatih atlet terhadap kecemasan bertanding dan seberapa besar sumbangan efektif intimasi pelatih atlet terhadap tingkat kecemasan bertanding pada atlet pencak silat. Serta bagaimana prediksi korelasi antara intimasi pelatih atlet dengan

kecemasan betanding”? Temuannya yakni, Skala Intimasi Pelatih-Atlet ini terdiri dari 50 aitem dengan perbandingan proporsional bobot pada empak aspek dalam skala ini tidak sama. Aspek pengungkapan diri (self disclosure) memiliki bobot yang lebih banyak dibandingkan dengan tiga aspek lainnya. Pemberian bobot lebih pada aspek ini berdasarkan pada pendapatnya Atwater (1983), yang mengatakan bahwa self disclosuremerupakan pusat intimasi serta adanya dua aspek yang menunjang self disclosure, yaitu timbal balik dan ketertarikan.Hubungan yang akrab antara pelatih dengan atlet dapat dilihat, seperti diungkapkan oleh tiga orang atlet pada wawancara tanggal 24 November 2006.

Berdasarkan hasil wawancara dengan tiga orang atlet tersebut, diperoleh bahwa pelatih bagi mereka bukan hanya sebagai pelatih tapi lebih dari itu, juga sebagai tempat berbagi perasaan di saat kurangsiap atau merasa cemas untuk menghadapi pertandingan dan masalah-masalah yang


(18)

9

lainnya. Pelatih bagi mereka juga sebagai motivator dan sumber dukungan sosial di saat mereka merasa tertekan menghadapi pertandingan. Terbentuknya kepercayaan dan keyakinan bahwa pelatih adalah orang yang dapat membantunya untuk mengatasi kecemasannya, akan menimbulkan suatu persepsi atlet terhadap pelatih bahwa pelatihadalah seorang motivator, tempat memperoleh dukungan sosial dan fasilitator sehingga pelatih tidak dirasakan sebagai seorang yang memberikan tekanan dalam menghadapi pertandingan.

Suparmi dan Setiono (2000) mengatakan bahwa pada saat mengalami masalah-masalah psikologis, seseorang akan mendapatkan dukungan sosial justru karena adanya intimasi dalam hubungan yang di jalin. Jadi

keterikatan dengan judul “ pencak silat dan harga diri orang madua di desa kwanyar barat kecamatan kwanyar kabupaten bangkalan. Mempunyai kesamaan pembahasan tentang pencak silat yang mempunyai interaksi hubungan antar masyarakat dan anggota.

2. “ PENGARUH KENGIATAN PENCAK SILAT PAGAR NUSA

TERHADAP KEDISIPLINAN SISWA DI SMP AL-ISLAH GUNUNG

ANYAR SURABAYA”

oleh Ahmad Habibi fakultas Tarbiyah jurusan pendidikan agama islam IAIN sunan Ampel Surabaya ( 2006), Dengan rumusan masalah : bagaimanakah pelaksanaan pelatihan kengiatan pencak silat pagar nusa di SMP al-islah, bagaimanakah kedisiplinan siswa SMP al- islah, Adakah


(19)

10

pengaruh pencak silat pagar nusa terhadap kedisiplinan siswa di SMP Al- islah?

Hasil analisis menggunakan metode presentase di ketahui bahwa pelaksanaan kengiatan pencak silat pagar nusa di SMP Al-islah tergolong baik (89,7%), hasil analisis dengan prosentase juga di ketahui bahwa kedisiplinan siswa SMP Al-Islah tergolong baik ( 78%), adapun hasil analisis sebesar 0,5,7 yang berarti ada pengaruh kengiatan pencak silat pagar nusa terhadap kedisiplinan siswa SMP Al-Islah.

Titik persamaan dengan judul ini yakni memberikan penjelasan maupun pemahaman tentang pencak silat dan titik perbedaanya yakni kaintannya hubungan dengan kediplinan dan harga diri.

3. Ami Dwi Margono (2014) jurusan psikologi fakultas dakwah IAIN sunan

Ampel surabaya dengan judul skripsi “ HUBUNGAN HARGA DIRI DAN DUKUNGAN TEMAN SEBAYA DENGAN PRESTASI BELAJAR”.

Analisis Regresi berganda di peroleh korelasi , a) nilai signifikan harga diri dan dukungan teman sebaya dengan prestasi belajar 0,361 > 0,50 maka dapat di katakana bahwa hubungan harga diri dan dukungan teman sebaya dengan prestasi belajar di tolak karena tidak cukup kuat dan tergolong rendah, b) 0,002 nilai signifikan prestasi belajar dengan harga diri sebesar 0,492 karena signifikan > 0,05 maka Ho di terima yang berarti Ha di tolak, artinya tidak ada hubungan yang signifikan antara prestasi belajar dengan harga diri. c) korelasi untuk prestasi belajar dengan


(20)

11

dukungan teman sebaya 0,104 nilai signifikan sebesar 0,118 karena signifikan > 0,005 maka Ho Diterima yang berarti Ha di tolak, artinya tidak ada hubungan yang signifikan antara prestasi belajar dengan dukungan teman sebaya, korelasi untuk harga diri dengan dukungan teman sebaya 0,548 nilai signifikan dan dukungan teman sebaya sebesar 0,000 karena signifikan< 0,05 maka Ho di tolak yang berarti Ha di terima. Artinya terdapat hubungan yang signifikan antara harga diri dan dukungan teman sebaya.

persamaan dengan judul ini menjelaskan definisi harga diri akan tetapi perbedaannya yakni harga diri dalam lingkup teman sebaya dan harga diri orang Madura yang melingkup secara luas.

4. BUDAYA JAWA SEBAGAI MEDIA SOSIALISASI DALAM

PELESTARIAN NILAI-NILAI ISLAM (STUDI KASUS DI PADEPOKAN MACAN PUTIH DUSUN BARON TIMUR DESA BARON KECAMATAN BARON KABUPATEN NGANJUK).

Ini adalah skripsi dari Fakultas Dakwah Dan ilmu Komunikasi jurusan Sosiologi di IAIN Sunan Ampel Surabaya Tahun 2013. Atas nama Happy Amidana Asrori, karya penulis ini mempunyai yakni membahas pencak silat dan berteorikan yang sama yakni struktur fungsional Parsons menempatkan A,G,I,L sebagai tolak ukur atas terciptanya keseimbangan sebuah system, dan tenaga penggerak darinya ialah system cultural,


(21)

12

system social, system kepribadian, dan organism prilaku, serta menggunakan metode penelitian kualitatif juga.

Perbedaanya di pembahasan budaya Jawa sebagai media sosialisasi dalam pelestarian nilai-nilai islam, sedangkan saya focus pada harga diri orang Madura yang di kaitkan dengan seni pencak silat yang mempunyai ilmu bela diri sebagai alat eksitensi untuk mempertahankan harga diri serta guna sebagai pelindung untuk kewaspadaan diri sertapula bisa menolong seseorang apabila sewaktu-waktu bisa di gunakan secara hal positif dari ganasnya dunia jagat raya ini.

F. Definisi Konsep

1. Pencak silat

Pencak silat adalah olah raga bela diri yang memerlukan konsentrasi. Seni bela diri pencak silat, selain menciptakan manusia-manusia yang memiliki tubuh yang sehat dan kuat, juga akan menciptakan manusia-manusia yang berjiwa ksatria, seperti yang terkandung dalam motto men sana in corporesano yang artinya di dalam badan yang sehat terdapat jiwa yang kuat. Orang-orang yang berlatih ilmu bela diri pencak silat dituntut untuk memiliki kekuatan tubuh yang kuat, karena dengan memiliki tubuh yang kuat itu mereka akan mampu mengikuti semua bentuk latihan ilmu pencak silat.

Pencak silat selain untuk bela diri, juga dapat dijadikan sebagai sarana untuk berolahraga, karena dalam pencak silat anda akan dituntut untuk mengerakkan seluruh tubuh, dan dalam pencak silat akan dapat :

a. Mendorong/merangsang kekuatan fisik dan mental tiap orang b. Membangkitkan kekuatan fisik dan mental orang

c. Mengembangkan dan membina kekuatan fisik dan mental tiap orang.

d. Menggerakkan otot-otot besar, sebab setiap gerakan dalam pencak silat selalu menggunakan otot-otot besar.


(22)

13

a. Budi pekerti b. Keterampilan

c. Kepribadian yang kuat d. Keberanian

e. Semangat juang yang baik.

Jadi, dengan mempelajari seni bela diri pencak silat, selain membuat tubuh bagus, juga dapat membuat diri memiliki keterampilan untuk menjaga diri dari gangguan orang lain.5

Ada pengaruh budaya china, agama hindu, dan islam dalam pencak silat. Biasanya di setiap daerah Indonesia mempunyai aliran pencak silat yang khas. Misalnya daerah Jawa Barat terkenal dengan aliran cimande dan cikalong, di Jawa Tengah ada aliran merpati putih, dan di Jawa Timur ada aliran perisai diri.6

Pencak silat merupakan kepandaian berkelahi, seni bela diri khas Indonesia dengan ketangkasan membela diri dan menyerang untuk pertandingan atau perkelahian. Ilmu bela diri ini ternyata sangatlah bermanfaat untuk ke depannya bukan hanya sebagai penghibur penonton di saat acara pengantinan saja, melainkan menjadi keahlian tersendiri dalam segi kewaspadaan diri guna untuk mempertahankan harga diri kearah yang positif.

2. Harga Diri Seorang Madura

tiang peyangga kuatnya tradisi Madura tak lepas dari prinsip “ Lebbhi bagus pote tolang etembheng pote mata

5

Drs.Herdiana, percaya Diri dengan Pencak Silat, (PT. Intimedia Cipta Nusantara ,Jakarta:2008), hal 3-4.

6

https://www.google.com/search?q=pencak+silat&ie=utf-8&oe=utf-8&aq=t&rls=org.mozilla:en-US:official&client=firefox-a&channel=fflb,di akses tgl 2 November 2015 jam 17.:40


(23)

14

maksudnya lebih baik mati daripada menanggung malu. Ungkapan ini berlaku untuk mempertahankan martabat, hak dan harga diri sebagai orang Madura.7 Sedangkan harga diri merupakan kesadaran

akan berapa besar nilai yang di berikan kepada diri sendiri.8 Ketika seseorang berusaha untuk menjaga kehormatan maka harga diri akan muncul kehormatan adalah kesetian dalam menjalankan kebenaran yang akhirnya melahirkan martabat yang membuat seorang menjadi terhormat sedangkan harga diri merupakan wujud dari keinginan untuk tetap terhormat.

Terhormat adalah sebuah tindakan untuk menjaga martabat dengan melakukan tindakan berdasarkan asas kebenaran dan tatanan sehingga mempunyai sikap yang di terima oleh masyarakat, dengan mewujudkan sikap timbal balik serta saling menghargai orang lain sebaik mungkin. Bukan karena jabatan, kekuasaan dan kekayaan tetapi karena penghargaan sebagai sesama manusia, sehingga tidak ada kata mengenal seseorang sebelah mata, namun pada hakekatnya manusia itu adalah sama.

Antara pencak silat dan harga diri mempunyai keterikatan yakni berupa aksi dari pencak silat karena adanya konflik harga diri memang tidak semuanya akan tetapi beberapa warga di desa

7

https://www.google.com/search?q=pencak+silat&ie=utf-8&oe=utf-=t&rls=org.mozilla:en-US:official&client=firefox-a&channel=fflb#channel=fflb&q=harga+diri+orang+madura,dIakses tgl 2 November 2015. Jam 17: 50

8

https://www.google.com/search?q=pencak+silat&ie=utf-8&oe=utf-=t&rls=org.mozilla:en-US:official&client=firefox-a&channel=fflb#channel=fflb&q=kamus+besar+indonesia+3.,diakses tgl 3 November jam 06:15


(24)

15

Kwanyar Barat yang menggunakan ilmu bela diri untuk mempertahankan harga diri sedangkan kalangan orang Madura sangat antik dengan kesenjangan harga diri.

G. Metode Penelitian

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan kualitatif karena pendekatan kualitatif lebih tepat untuk mengidentifikasi permasalahan yang berkaitan dengan judul penelitian yaitu “Pencak silat dan harga diri orang Madura (studi di Desa Kwanyar Barat Kecamatan Kwanyar Kecamatan Bangkalan).”Peneliti juga bermaksud memahami situasi sosial secara lebih mendalam, menemukan konsep, hipotesis dan teori.9Tujuan utama penelitian kualitatif adalah untuk memahami fenomena atau gejala sosial dengan lebih menitik beratkan pada gambaran yang lengkap tentang fenomena yang dikaji daripada memerincinya menjadi variabel-variabel yang saling terkait. Peneliti ingin mengetahui gambaran secara lengkap mengenai Pencak Silat Dan Harga Diri Orang Madura di Desa Kwanyar Barat Kecamatan Kwanyar Kabupaten Bangkalan.

Menurut Lexy J. Moleong, penelitian kualitatif yang mengutip Bogdandan Taylor yaitu prosedur penelitian yang menghasilkan data diskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang dan perilaku yang diamati. Hal ini berarti penekanannya adalah pada usaha untuk menjawab pertanyaan adalah melalui cara-cara berpikir informan dan argumen. Sedangkan jenis penelitian yang digunakan peneliti adalah deskriptif yang bertujuan menggambarkan secara cermat karakteristik dari suatu gejala atau masalah yang diteliti, penelitian deskriptif juga

9


(25)

16

fokus pada pertanyaan dasar “bagaimana” dengan berusaha

mendapatkan dan menyampaikan fakta-fakta dengan jelas, teliti, dan lengkap.10

2. Lokasi dan Waktu penelitian

Lokasi penelitian ini bertempat di Desa Kwanyar Barat Kecamatan Kwanyar Kabupaten Bangkalan. Ada 2 (dua) perguruan pencak silat yakni Cakraningrat Cendana dan Gagak Hitam di pilih karena Lokasi ini sesuai dengan kriteria yang dimaksud di dalam penelitian yang berjudul “Pencak Silat Dan Harga Diri Orang Madura di Desa Kwanyar Barat Kecamatan Kwanyar Kabupaten Bangkalan”.Waktu yang digunakan peneliti dalam pengambilan data yang berkaitan dengan penelitian ini berkisar antara bulan November sampai Desember tahun 2015.

3. Pemilihan Subyek Penelitian

Subyek penelitian kali ini merupakan para anggota pencak silat di 2 (dua) perguruan pencak silat yakni Cakraningrat Cendana dan Gagak Hitam serta warga masyarakat di Desa Kwanyar Barat Kecamatan Kwanyar Kabupaten Bangkalan yang merupakan penduduk asli Desa Kwanyar atau yang telah lama tinggal dan menetap. Berikut ini nama - nama yang sebagai sumber data dari penelitian ini tertera dalam tabel.

10


(26)

17

Tabel 1.1 Data Informan

No. Nama Status

1 Roset Anggota ke-2nya

2 Ach.Rifqi Anggota ke-2nya

3 Syaiful Rizal Anggota ke-2 nya

4 Ainul yakin Anggota gagak hitam

5 Syamsudin Anggota ke -2nya

6 Roy Anggota cakraningrat cendana

7 Risqi Anggota cakraningrat cendana

8 No Anggota ke-2nya

9 Andri Anggota cakraningrat cendana

10 Bedhok Anggota cakraningrat cendana

11 Nurhidayati Anggota ke-2 nya

12 Ibu Fatima Masyarakat

13 Ust. Hasyem Masyarakat

14 Rodiyah Masyarakat

15 Ummi Kulsum Masyarakat

16 KH. Mustofa Sujai Tokoh ulama’

17 Much. Hamzah Masyarakat

18 Rosed Pelatih 1 cakraningrat cendana


(27)

18

20 Sholihin Pelatih gagak hitam

Keterangan : anggota - anggota gagak hitam dan cakraningrat cendana 4. Tahap-tahap Penelitian

Dari uraian langkah-langkah penelitian terdahulu, maka sebetulnya dapat dikelompokan kedalam tiga tahapan penelitian sebagai berikut: a. Tahap perencanaan (persiapan)

b. Tahap pelaksanaan penelitian c. Tahap penulisan laporan penelitian 5. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa teknik pengumpulan data antara lain:

a. Metode Observasi (pengamatan)

Pengamatan adalah alat pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengamati dan mencatat secara sistematik gejala-gejala yang diselidiki.11 Dalam penelitian ini pengamatan dilakukan dengan mengamati situasi yang terjadi di Desa Kwanyar Barat Kecamatan Kwanyar Kabupaten Bangkalan. Pengamatan dapat dilakukan secara terlibat maupun tidak terlibat.

b. Metode wawancara

Wawancara adalah bentuk komunikasi antara dua orang, melibatkan seseorang yang ingin memperoleh informasi dari seorang

11

Cholid Narbukodan Abu Achmadi, MetodePenelitian, (Jakarta: BumiAksara, 2009), hal.70.


(28)

19

lainnya dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan, berdasarkan tujuan tertentu.12

Wawancara dilakukan langsung dengan informan, dalam peneltian ini data yang diteliti adalah lisan dan tulisan. Untuk mendapatkan data, dibutuhkan alat bantu berupa daftar pertanyaan, alat perekam suara, dan kamera. Daftar pertanyaan yang diajukan berisi pertanyaan seputar tema yang diteliti. Alat rekam suara digunakan untuk mereka mungungkapan yang dikemukakan informan. Hasil rekaman kemudian didengar berulang-ulang melalui pencatatan sehingga memudahkan untuk mengelompokkan data. Kamera digunakan untuk mengambil gambar yang terkait dengan pencak silat dan harga diri tersebut.

6. Teknik analisis data

Analisis data adalah proses mengorganisasikan data mengurutkan data ke dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat di temukan tema dan dapat di rumuskan hipotesis kerja seperti yang di sarankan oleh data.13

Setelah rangkaian data terkumpul, selanjutnya dilakukan analisis data dengan prosedur dan teknis pengolahan sebagai berikut:

a. Melakukan pemilahan dan penyusunan klarifikasi data

b. Melakukan penyuntingan data dan pemberian kode data untuk membangun kinerja analisis data

12

Deddy mulyana,metodologi penelitian kualitatif,(Bandung, PT Remaja Rosdakarya,2008) hlm 180

10.

Prof, DR. lexy J Moleong, metodelogi penelitian kualitatif. (pt Remaja Rosdakarya : Bandung)2


(29)

20

c. Melakukan konfirmasi data yang memerlukan verifikasi data dan pendalaman data

d. Melakukan analisis data sesuai dengan konstruksi pembahasan hasil penelitian

7. Teknik pemeriksaan keabsahan data

Agar data dalam penelitian ini valid dan dapat dipertanggung jawabkan, maka diperlukan suatu teknik untuk mengecek atau mengevaluasi tentang keabsahan data yang diperoleh. Pada tahap ini, langkah yang dilakukan peneliti adalah mengecek kembali keterangan-keterangan yang diberi informan dan memastikan informan dengan keterangan yang dilakukan.

a. Fokus dan ketekunan

Ketekunan diperlukan untuk memastikan agar sumber data yang dipilih benar-benar bersentuhan dan mengetahui tentang Pencak Silat Dan Harga Diri Orang Madura di desa kwanyar barat kecamatan kwanyar Kabupaten Bangkalan. Selain itu, peneliti juga tetap menjaga fokus pada sasaran objek yang diteliti, hal ini diperlukan agar data yang digali tidak melenceng dari rumusan masalah yang dibahas.

b. Trianggulasi

Teknik ini digunakan untuk memeriksa keabsahan data dengan cara memanfaatkan hal-hal di luar data atau di luar subyek penelitian yang sudah diperoleh untuk keperluan pengecekan atau pembanding terhadap data itu. Penggunaan metode jamak, atau yang lazim di sebut triangulasi, tidak lain merupakan upaya untuk mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam mengenai fenomena yang sedang di teliti. Triangulasi bukanlah alat untuk strategi pembuktian, melainkan suatu alternaatif pembuktian. Kombinasi yang di lakukan melalui metode


(30)

21

dalam hal bahan-bahan empiris, sudut pandang dan pengamatan yang teratur tampaknya menjadi strategi yang baik untuk menambah kekuatan, keluasan, dan kedalaman suatu penelitian.14

H. Sistematika Pembahasan

Sistematika merupakan panduan mengenai pembahasan dalam setiap bab penelitian. Dalam setiap penelitian perlu adanya sistematika pembahasan yang tujuannya mempermudah mengetahui isi dari tiap-tiap bab. Penelitian yang berjudul“Pencak Silat Dan Harga Diri Orang Madura

di desa Kwanyar Barat Kecamatan Kwanyar Kabupaten Bangkalan”.

Untuk mempermudah dalam mengetahui pembahasan dari setiap bab penelitian diatas, maka perlu adanya pengorganisasian mengenai sistematika pembahasan diantaranya sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab pendahuluan peneliti memberikan gambaran tentang latar belakang masalah yang hendak diteliti. Setelah itu menentukan rumusan masalah dalam penelitian tersebut. Serta menyertakan tujuan dan manfaat penelitian.

BAB II KAJIAN TEORI

Dalam bab kajian teori, peneliti memberikan gambaran tentang definisi konsep yang berkaitan dengan judul penelitian, serta teori yang akan digunakan dalam penganalisa masalah. Definisi konsep harus digambarkan

14

Dr.agus salim,Ms, teori dan paradigma penelitian social, tiata wacana(Banteng)2006,hlm 35


(31)

22

dengan jelas. Selain itu harus memperhatikan relevan siteori yang akan digunakan dalam menganalisis masalah.

BAB III PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA

Dalam bab ini penyajian data dibagi menjadi tiga bagian yaitu: a. Deskripsi umum objek penelitian

Dalam bagian ini objek penelitian harus dipaparkan, peneliti akan memberikan gambaran tentang berbagai hal misal, letak geografis Desa Kwanyar Barat , Kecamatan Kwanyar Kabupaten Bangkalan.

b. Deskripsi hasil penelitian

Dalam bagian ini dipaparkan mengenai data dan fakta objek penelitian dan menjawab dari rumusan masalah yang di dasarkan atas hasil pengamatan, wawancara, dokumentasi, dan lain-lain.

c. Analisis Data

Dalam bagian ini yaitu tentang pemaparan temuan yang di dapat dan melakukan konfirmasi dengan teori yang telah ada.

BAB IV PENUTUP

Bab ini mengemukakan tentang ke simpulan dan saran. Selain itu dalam penutup juga dilampirkan daftar pustaka dan lampiran-lampiran. Serta peneliti tidak lupa memberikan rekomendasi kepada pembaca laporan ini.


(32)

23

BAB II

TEORI STRUKTURAL FUNGSIONAL

A. Struktural Fungsional (Talcott Parsons)

Dalam penelitian ini berparadigma fakta social menggunakan teori structural fungsional yang mempunyai empat imperetatif fungsional bagi

sistem “ tindakan “ yaitu skema AGIL. Fungsi adalah suatu gugusan

aktivitas yang di arahkan untuk memenuhi satu atau beberapasistem. Persons percaya ada empat ciri A (adaptasi) , G, (goal attainment), pencapain tujuan, I ( integrasi), L(latensi) atau pemeliharaan pola.1. Agar bertahan hidup, sistem harus menjalankan ke empat fungsinya tersebut :

1. Adaptasi : sistem harus mengatasi kebutuhan situasional yang datang dari luar, ia harus beradaptasi dengan lingkungan dan menyesuaikan lingkungan dengan kebutuhan-kebutuhannya.

2. Pencapaian tujuan : sistem harus mendefinisikan dan mencapai tujuan-tujuan utamanya.

3. Integrasi : sistem harus mengatur hubungan bagian-bagian yang menjadi komponennya. Itu pun harus mengatur hubungan antar ketiga imperatif fungsional tersebut (A,G,L)

4. Latensi (pemeliharaan pola). Sistem harus melengkapi, memelihara, dan memperbaharui motivasi individu dan pola-pola budaya yang menciptakan dan mempertahankan motivasi tersebut.

Parsons mendesaian skema AGIL agar dapat di gunakan pada semua level sistem teoritisnya (salah satu contoh dari hal ini dapat di baca dalam paulsen dan Feldman,1995). Dalam pembahasan di bawah ini tentang ke empat sistem tindakan, kita akan menjabarkan bagaimana parson menggunakan AGIL.

1


(33)

24

Apabila dii kaitkan dengan penelitian saya yang berjudul pencak silat dan harga diri orang Madura, dengan konsep AGIL parsons tentang sebuah system antara lain:

1. Fungsi adaptasi berguna untuk penyesuain anggota pencak silat terhadap masyarakat dari segi seni budaya maupun social kengiatan yang lainnya

2. Fungsi goal dalam perwujudan seni budaya yang di lestarikan maupun di kembangkan

3. Fungsi integrasi saat terjadi interaksi antara pelatih, angggota, dan masyarakat menjadi hubungan yang baik dan kompak, sehingga tercapailah tujuan yang hendak di capai

4. Fungsi latensi pada saat budaya itu di kembangkan dengan baik sehingga bersama – sama melestarikan serta mempertahankan agar tetap terus berkembang.

Organisme behavorial adalah sistem tindakan yang menangani fungsi adaptasi dengan menyesuaikan diri dan mengubah dunia luar. Sistem kepribadian menjalankan fungsi pencapaian tujuan dengan mendefinisikan tujuan sistem dan memobilisasi sumber daya yang di gunakan untuk mencapainya. Sistem sosial menangani fungsi integrasi dengan mengontrol bagian-bagian yang menjadi komponennya. Akhirnya, sistem kultural menjalankan fungsi latensi dengan membekali aktor dengan norma dan nilai-nilai yang memotivasi mereka untuk bertindak.


(34)

25

Tabel 1.2

Meringkas struktur sistem tindakan akan skema AGIL.

L I

SISTEM KULTURAL SISTEM SOSIAL

ORGANISME BEHAVIORAL SISTEM KEPRIBADIAN

A G

Struktur Sistem Tindakan Umum

Sistem Tindakan. Gagasan Parsons tentang sistem tindakan secara menyeluruh. .

1. Lingkungan Tindakan : realitas hakiki 2. Sistem kultural

3. Sistem sosial 4. Sistem kepribadian 5. Organisme behavoral

6. Lingkungan tindakan: lingkungan fisik atau organik.

Parsons menemukan jawaban masalah tatanan ini dalam struktural fungsional, yang dalam pandangannya berkisar dalam serangkaian asumsi berikut

1. Sistem memiliki tatanan dan bagian-bagian yang terngantung satu sama lain

2. Sistem cendarung memiliki tatanan yang memelihara dirinya, atau ekuilibrium


(35)

26

3. Sistem bisa jadi statis atau mengalami proses perubahan secara tertata 4. Sifat baru bagian sistem berdampak pada kemungkinan bentuk bagian lain. 5. Sistem memelihara batas-batas dengan lingkungan mereka

6. Alokasi dan integrasi adalah dua proses fundamental yang diperlukan bagi kondisi ekuilibiun sistem.

7. Sistem cenderung memelihara dirinya yang meliputi pemeliharaan batas dan hubungan bagian-bagian dengan keseluruhan, kontrol variasi lingkungan, dan konrol kecenderungan untuk mengubah sistem dari dalam.

Keempat sistem tindakan merupakan alat analitis untuk menganalisis dunia nyata.

Sistem Sosial. Konsepsi parsons tentang sistem sosial di mulai dari level mikro, yaitu interaksi antara ego dengan alter ego, yang di definisikan sebagai bentuk paling dasar dalam sistem sosial, ia tidak banyak menganalisis level ini, meski ia memang berpendapat bahwa ciri-ciri sistem interaksi ini hadir dalam bentuk yang lebih kompleks yang di ciptakan oleh sistem sosial. Parsons mendefinisikan sistem sosial sebagai berikut :

Sistem sosial terdiri dari beragam aktor individual yang berinteraksi satu sama lain dalam situasi yang setidaknya memiliki aspek fisik atau

lingkungan, aktor yang cenderung termotivasi ke arah “ optimisasi “kepuasan“ dan yang hubungannya dengan situasi mereka, termasuk

hubungsn satu sama lain, didefinisikan dan diperantarai dalam bentuk sistem simbol yang terstruktur secara kultural dan dimiliki bersama. 2

2


(36)

27

Sistem kultural. Parsons menyebut kebudayaan sebagai kekuatan utama yang mengikat berbagai elemen dunia sosial, atau, dalam bahasanya, sistem tindakan. Kebudayaan memerantai interaksi antara aktor dan mengintegrasikan kepribadian dengan sistem sosial, kebudayaan memiliki kapasitas tertentu, paling tidak, untuk menjadi komponen sistem lain, jadi, dalam sistem sosial, kebudayaan menumbuh dalam norma dan nilai, sedangkan dalam sistem kepribadian, kebudayaan diinternalisasikan oleh aktor ke dalam dirinya, namun sistem kultural bukan sekedar bagian dari sistem lain: ia juga memiliki eksitensi terpisah dalam bentuk stok pengetahuan sosial, simbol, dan gagasan. Aspek-aspek sistem kultural ini memang terdapat dalam sistem sosial dan kepribadian, namun tidak menjadi bagian darinya.

Sistem kepribadian. sistem kepribadian tidak hanya di kendalikan oleh sistem kultural, namun juga oleh sistem sosial. Ini berarti Parsons tidak memberi sistem kepribadian tempat yang independen :

Pandangan saya adalah bahwa, kendati konteks utama struktur kepribadian berasal dari sistem sosial dan kebudayaan melalui sosialisasi, kepribadian menjadi sistem independen karena hubungannya dengan organismenya sendiri dan melalui keunnikan pengalaman hidupnya sendiri : sistem kepribadian bukanlah sekedar epifenomena.

Organisme Behavioral. Meski memasukkan organisme behavioral sebagai salah satu sistem tindakan, namun Parsons tidak terlalu panjang lebar membahasnya. Organisme behavioral di masukkan karena


(37)

28

merupakan sumber energi bagi seluruh sistem. Meski di dasarkan pada bangunan genetis, organisasinya di pengaruhi oleh proses pengondisian dan pembelajaran yang terjadi dalam kehidupan individu. Organisme behavioral jelas merupakan sistem bekas dalam karya Parsons, namun paling tidak ada alasan lain selain bahwa ia mengantisipasi adanya minat pada sosiobiologinya dan sosiologi tubuh (B.Turner, 1985) di kalangan beberapa orang sosiolog.

B. Struktural Fungsional (Robert K. Merton)

Robert K.Merton seorang pentolan teori ini berpendapat bahwa objek analisa sosiologi adalah fakta sosial seperti: peranan sosial, pola-pola instutional, proses sosial, organisasi kelompok, pengendalian sosial dan sebagainya. Hampir semua penganut ini perkecendrungan untuk memusatkan perhatiannya kepada fungsi suatu fakta sosial terhadapa fakta sosial yang lain. Hanya saja menurut Merton pula, sering terjadi pencampuradukan antara motif-motif subjektif dengan pengertian fungsi. Padahal perhatian struktural fungsional harus lebih banyak di tujukan kepada fungsi-fungsi di bandingkan motif-motif.

Teori ini menekankan kepada keteraturan (order) dan mengabaikan konflik dan perubahan-perubahan dalam masyarakat. Konsep – konsep utamanya adalah: fungsi, disfungsi, fungsi laten, fungsi manifest dan keseimbangan (eguilibrium).3

Menurut teori ini masyarakat merupakan suatu sistem sosial yang terdiri atas bagian-bagian atau elemen yang saling berkaitan dan saling menyatu dalam keseimbangan. Perubahan yang terjadi dalam satu bagian akan membawa perubahan pula terhadap perubahan yang lain. Asumsi dasarnya adalah bahwa setiap struktur dalam sistem sosial, fungsional

3

George Ritzer, Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda (jakarta, PT Raja Grafindo Persada), 21-22.


(38)

29

terhadap yang lain. Sebaliknya kalau ada fungsional maka struktur itu tidak akan ada atau akan hilang dengan sendirinya.

Penganut teori ini cendrung untuk melihat hanya kepada sumbangan suatu sistem yang lain dan karena itu mengabaikan kemungkinan bahwa suatu peristiwa atau sistem dapat beroperasi menentang fungsi-fungsi lainnya dalam suatu sistem sosial. Secara ekstrim penganut teori ini beranggapan bahwa semua peristiwa dan semua struktur adalah fungsional bagi seluruh masyarakat.

Dengan demikian pada tingkat tertentu umpamanya peperangan, ketidaksamaan sosial, perbedaan ras, bahkan kemiskinan “ diperlukan” oleh suatu masyarakat.perubahan dapat terjadi secara perlahan-lahan dalam masyarakat. Kalau terjadi konflik, penganut teori struktural fungsional memusatkan perhatiannya kepada masalah bagaimana cara menyelesaikannya sehingga masyarakat tetap dalam keseimbangaan.

Kendati Merton dan Parsons di kelompokkan ke dalam struktural fungsional, ada sejumlah perbedaan penting antara keduanya, untuk satu hal, kalau persons mendukung terciptanya teori besar dan mencakup seluruhnya, Merton lebih memilih teori-teori yang terbatas, dan pada tingkat menengah.


(39)

30

Model Struktural Fungsional, Merton mengkritik apa yang di lihatnya sebagai tiga postulat dasar amalisis fungsional sebagaimana di kembangkan oleh antropologi seperti Malinowksi dan Radcliffe-Brown.4

Yang pertama adalah pustulat kesatuan fungsional masyarakat. Postulat ini menyatakan bahwa seluruh kepercayaan dan praktek social budaya standart bersifat fungsional bagi masyarakat secara keseluruhan maupun bagi individu dalam masyarakat. Pandangan ini mengandung arti bahwa berbagai bagian system social pasti menunjukkan tingginya level integrasi. Namun, Merton berpandangan bahwa meskipun hal ini berlaku bagi masyarakat kecil dan primitif, generalisasi ini dapat di perluas pada masyarakat yang lebih besar dan lebih kompleks.

Fungsionalisme universal adalah postulat kedua. Jadi, dinyatakan bahwa semua bentuk dan struktur social cultural memiliki fungsi positif. Merton berpendapat bahwa ini bertentangan dengan apa yang kita temukan di dunia nyata. Jelas bahwa tidak semua struktur, adat istiadat, gagasan, keyakinan, dan lain sebagainya, memiliki fungsi positif. Sebagai contoh, nasionalisme buta bisa jadi sangat disfungsional di dunia yang tengah mengembangkan persenjataan nuklir.

Yang ketiga adalah postulat indispensabilitas. Argumennya adalah bahwa seluruh aspek standar masyarakat tidak hanya memiliki fungsi yang positif namun juga merepsentasikan bagian-bagian tak terpisahkan dari

4


(40)

31

keseluruhan. Postulat ini mengarah pada gagasan bahwa seluruh struktur dan fungsi secara fungsional diperlukan oleh masyarakat. Tidak ada struktur dan fungsi yang dapat bekerja sebaik yang sekarang ada di dalam masyarakat. Kritik Merton, mengikuti Parsons, adalah bahwa paling tidak kita harus bersedia mengakui bahwa ada alternatif struktural dan fungsional di dalam masyarakat.

Pandangan Merton adalah bahwa seluruh postulat fungsional tersebut bersandar pada pernyatan nonempiris yang di dasarkan pada system teoritik abstrak. Minimal, menjadi tanggung jawab sosiolog untuk menelaah setiap postulat tersebut secara impiris. Keyakinan Merton adalah bahwa uji empiris, bukan pernyataan teoritis, adalah sesuatu yang krusial bagi analisis fungsional. Inilah yang mendorongnya untuk

mengembangkan “paradigma’ analisis fungsional sebagai panduan ke arah

pengintegrasian teori dengan riset.

Dari sudut pandang tersebut Merton menjelaskan bahwa analisis structural fungsional memusatkan perhatian pada kelompok, organisasi, masyarakat, dan kebudayaan. Ia mengatakan bahwa objek apa pun yang dapat di analisis secara structural – fungsional harus “ merepresentasikan unsure - unsur standar (yaitu, yang terpola dalam berulang)” . Ia menyebut

hal tersebut sebagai “ peran social, pola – pola institusional, proses social, organisasi kelompok, struktur social, alay control social, dan lain sebaginya.


(41)

32

Merton juga memperkenalkan konsep fungsi manifest dan fungsi laten.

Kedua istilah tersebut juga merupakan tambahan penting bagi analisis fungsional, secara sederhana fungsi manifest adalah yang di kehendaki, sementara fungsi laten adalah yang tidak dikehendaki. Tindakan mengandung konsekuensi yang di kehendaki atau maupuan yang tidak di kehendaki.

Konsekuensi yang tidak diantisipasi, dan fungsi-fungsi laten tidaklah sama. Fungsi laten adalah suatu tipe konsekuensi yang tidak terantisipasi, sesuatu yang fungsional bagi system yang di rancang. Namun

ada dua jenis konsekueansi tak terantisipasi lain: “hal – hal disfungsional bagi system yang telah ada, dan itu semua mencakup disfungsi laten,” dan

“ hal- hal yang tidak relavan dengan system yang mereka pengaruhi secara

fungsional atau disfungsional … konsekuensi – konsekuensi non

fungsional”.

Merton menjelaskan bahwa tidak semua struktur social tidak dapat di ubah oleh bekerjanya system social, Beberapa bagian system social kita dapat dihapuskan. Ini membantu teori fungsional mengatasi salah satu bisa konservatifnya. Dengan mengakui bahwa beberapa struktur dapat di ubah, fungsionalisme membuka jalan bagi perubahan social penuh makna. Masyarakat kita, misalnya, dapat saja terus ada (dan bahkan di perbaiki) ketika diskriminasi terhadap berbagai kelompok minoritas dihapuskan5.

Jika di kaitkan dengan penelitian saya yang mencangkup tentang pencak silat dan harga diri orang Madura dalam konsep Merton yaitu :

1. Fungsi adalah akibat-akibat yang dapat di amati yang menuju adaptasi atau penyesuaian dalam suatu sistem. Seperti pencak silat yang berfungsi untuk penjaga diri dari kewaspadaan segala bahaya keras dunia.

2. Disfungsi terjadi ketika kesabaran itu muncul sehingga seseorang yang mempunyai ilmu bela diri/pencak silat tidak mengapllikasikannya terhadap keadaan yang menyinggung maupun pelecehan harga diri maupun semacamnya.

5


(42)

33

3. Fungsi manifest ketika sesuatu itu di kehendaki penuh dengan segala rancangan yang memang sudah di rencanakan sehingga hasilnya pun sesuai dengan ke inginan, misalnya ada pelecehan harga diri dengan menyelesaikan secara baik- baik, maupun secara kekeluargaan apabila masih ada ikatan kekerabatan tentunya dengan fikiran yang jernih dan saling menghargai satu sama lain pendapat maupun prilaku seseorang sehingga menghasilkan keadaan yang damai karena saling mempunyai sifat mengerti dari watak seseorang masing-masing.

4. Fungsi laten ini terjadi pada saat keadaan yang tidak di kehendaki secara tidak di sengaja hal yang tak di inginkan itu terjadi menyinngung harga

diri dengan cara “ngongein” yakni mendatangi ke rumah maupun mencari

seorang yang menjadi provokator timbulnya permasalahn dengan adanya emosi yang besar padahal hanya ingin menyampaikan saja maka terjadilah percekkokan.atau perkelahian.

5. Keseimbangan (eguilibrium) dengan melihat keadaan yang terjadi dapat menyeimbangkan bagaimana pola- pola ataupun tahapan- tahapan cara menyelesain suatu permasalahan sehingga dapat menemukan jalan keluar (solusinya).

Teori ini sebagai pisau analisis berkaitan dengan judul pencak silat dan harga diri orang Madura di Desa Kwanyar Barat Kecamatan Kwanyar Kabupaten Bangkalan di karenakan adanya fungsi tersendiri dari dalam anggota maupun luar anggota yakni individual.


(43)

34

Skema 2.1

Pola pikir Teori Struktural Fungsional

Sistem tindakan 1. Informasi Tertinggi (pengontrolan)

Hierarki Faktor-Fak penentu

2. Energi Tertinggi (penentu)

Robert K.merton Talcont Parsons

A=adapatasi G=Pencapain tujuan I=Integrasi L=Latensi Fungsi Disfungsi Fungsi laten (tidak diharapkan) Fungsi manifes (yang diharapkan)

Model- model

1. Kesatuan fungsional masyarakat bahwa, seluruh kepercayan praktik sosial budaya bersifat fungsional bagi masyarakat.

2. Fungsional universal, semua bentuk struktur sosial kultural memiliki fungsi positif.

3. indispensabilitas, yakni seluruh aspek standar masyarakat tidak hanya memiliki fungsi positif namun juga memprepresentasi bagian-bagian tak terpisahkan Dari keseluruhan.

Organisme behavioral- fungsi adaptasi, sistem kepribadian menjalankan pencapain tujuan, sistem sosial menangani fungsi integrasi, dan fungsi sistem kultural menjalankan fungsi latensi membekali aktor dengan norma dan

nilai-SistemTindakan

1.Realitas Sosial 2.Kultural 3. sistem Sosial 4. Kepribadian 5. Prilaku Organisme 6.lingkungan Fisik organik Hirarki


(44)

35

BAB III

PENCAK SILAT DAN HARGA DIRI ORANG MADURA A. Desa Kwanyar Barat Kecamatan Kwanyar Kabupaten Bangkalan

Bangkalan berasal dari kata ’’Bhengkah’’ dan ’’La’an” yang artinya “mati sudah”. Istilah ini di ambil dari cerita legenda tewasnya

pemberontak sakti Ke’lesap yang tewas di madura sebelah barat yaitu kota Bangkalan.1 Kabupaten Bangkalan terletak di ujung barat Pulau Madura. Ibukotanya adalah Bangkalan. Kabupaten ini berbatasan dengan Laut Jawa di utara, Kabupaten Sampang di timur serta selat Madura di selatan dan barat. Luas wilayah adalah 1.260,14 km dan terletak di antara kordinat 112

40’06’’- 113 08’04’’ Bujur timur serta 6 51’39’’-7 11’39’’ lintang selatan.

2

Berdasakan astronomis pulau Madura terletak pada koordinat, 70

-0’ lintang utara dan 1130

-20’ Bujur Timur. Panjang pulau Madura kurang lebih 160 km dan jarak yang terlebar pulau sebesar 40 km.3

Meski terpisah dari jawa, saat ini, secara administratif pulau Madura terrnasuk wilayah Jawa Timur. Total luas wilayahnya (termasuk pulau-pulau kecil) kurang lebih 5.300 km2. Jumlah penduduknya hampir

1

Http://sraksruk.blogspot.com/2012/10/sejarah-kab.bangkalan-jawa-timur.htmI?m=1, Akses tgl 10/12/2015

2

Kabupaten Bangkalan dalam angka 2014, Badan Pusat Statistik kabupaten Bangkalan, catalog BPS 1102001. 3526

3


(45)

36

mencapai 4 juta jiwa ( tepatnya 3.711.433 juta jiwa, data BPS Jawa Timur tahun 2008).

Pulau Madura terdiri dari empat kabupaten, yakni Bangkalan, Sampang, Pamekasan dan Sumenep. Adapun rincian luas keempat kabupaten: Bangkalan 1.260 km2, Sampang 1.233 km2, Pamekasan 792 km2, Sumenep 1.989 km2.

1. Letak Geografis

Kabupaten Bangkalan terletak di ujung barat pulau Madura. Ibu kotanya adalah Bangkalan. Kabupaten ini berbatasan dengan laut Jawa di utara, Kabupaten Sampang di timur serta selat Madura di selatan dan barat. Luas wilayahnya adalah 1.260,14 km2 dan terletak di atara koordinat 1120

40’06” Bujur Timur serta 60 51 ‘39’’

-70 11’39’’ Lintang Selatan. Adapun batas-batas wilayahnya adalah sebagai berikut: sebelah utara berbatasan dengan Laut Jawa, sebelah timur berbatasan dengan wilayah Kabupaten Sampang, sebelah selatan dan barat berbatasan dengan selat Madura.4

Di lihat dari topografinya, Bangkalan berada pada ketinggian 2-100 m di atas permukaan air laut. Wilayah yang terletak di pesisir pantai, seperti kecamatan Sepuluh, Bangkalan, Socah, Kamal, Modung, Kwanyar, Arosbaya, Klampis, Tanjung Bumi, Labang dan kecamatan Burneh mempunyai ketinggian antara 2-10 m di atas permukaan air laut. Untuk wilayah yang terletak di bagian tengah mempunyai ketinggian antara 19-100 m di atas permukaan air laut.

Sebagai daerah penghubung kabupaten lain di pulau Madura dengan pulau jawa, Bangkalan mempunyai pelabuhan di daerah kamal. Di mana setiap harinya terdapat layanan kapal fery yang menghubungkan Madura dengan Surabaya (melalui pelabuhan Ujung). Selain itu, kini terdapat jembatan Nasional Suramadu (Surabaya-Madura). Dengan panjang 5.438 m, jembatan suramadu sampai saat ini merupakan jembatan terpanjang Indonesia. Hal ini menjadikan Bangkalan sebagai salah satu kawasan perkembangan Surabaya serta tercangkup dalam lingkup gerbang kertosusila. Kawasan Gerbang Kertosusila merupakan kawasan metropolitan terbesar kedua di Indonesia.5

4 Samsul Ma’arif. (2015).

Madura sejarah panjang Madura dari kerjaan, kolonialisme

sampai kemerdekaan.: Araska. Yogyakarta. Hlm 24

5


(46)

37

Berdasarkan hasil komposisi penduduk, di ketahui kabupaten Bangkalan mengalami pertumbuhan penduduk yang terus meningkat setiap Tahun nya. Dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 3.1

Penduduk Menurut Kelompok Umur Dan Jenis Kelamin 2013

No. Kelompok Umur Penduduk laki-laki

Penduduk perempuan

jumlah

1 Bangkalan 2012 439.054 479.948 919.002

2 Bangkalan 2011 435.643 476.220 911.863

3 Bangkalan 2010 433.206 473.555 906.761

4 Bangkalan 2009 423.751 473.630 897.381

5 Bangkalan 2008 422.792 464.371 887.163

6 Bangkalan 2007 421,781 453,431 875.212

7 Bangkalan 2006 420.697 451.569 872.266

8 Bangkalan 2005 419. 871 450.564 870.435

9 Bangkalan 2004 398.432 445.317 843.749

10 Bangkalan 2003 390. 230 436.028 826. 258

Sumber data : Badan Pusat Statistik Kabupaten Bangkalan.6

Jumlah populasi penduduk yang terus bertambah di Bangkalan juga mempengaruhi komposisi pemeluk agama. Meskipun masyarakat Bangkalan

6 Badan Pusat Statistic Kabupaten Bangkalan. “Kabupaten bangkalan dalam angka” (catalog BPS) 1102001. 3528


(47)

38

mayoritas beragama islam namun tidak menutup ruang untuk para penganut agama yang lain.

Tabel 3.2

Pemeluk Agama di Kabupaten Bangkalan

Agama Tahun 2009 Tahun 2010 Tahun 2011

Islam 945.419 939.825 939.941

Katolik 521 1.067 1.059

Hindu 105 119 116

Bundha 58 61 63

Konghucu n.a n.a n.a

Kristen n,a n.a n.a

Lain-lain 1.475 1.496 1.505

Bangkalan merupakan Kabupaten yang mana penduduknya mayoritas Islam, namun tidak lepas dari sejarah perkembanganya yang saat itu Syaikhona Kholil menjadi pelopor pesatnya perkembangan peradaban Islam di Bangkalan, hingga saat ini masyarakat Bangkalan masih melanjutkan perjuangan beliau dan menjadikan peradaban sosial budaya sebagaimana yang diharapkan yaitu sosial budaya yang Islami.7

7Satuan kerja sementara hulu migas “pemetaan sosial daerah

-daerah penghasil migas”, dalam http:?/www.migas.bisbak.com (19 oktober 2015)


(48)

39

Tabel 3.3

Rekapitulasi Data Kependudukan Kecamatan : Kwanyar

Bulan : November 2015

Pemerintah Kabupaten Bangkalan WNI

( B1 )

No Nama Desa L P L+P Jumlah

Kepala Keluarga

Jumlah Penduduk

Ber KK

1 Pesanggrahan 3,155 3,438 6,593 1,707 1,667

2 Kwanyar Barat 2,465 2,434 4,899 1,229 1,202

3 Ketetang 2,321 2,271 4,592 1,205 1,131

4 Dlemer 1,294 1,250 2,544 592 585

5 Morombuh 2,719 2,999 5,718 1,313 1,269

6 Tebul 1,119 1,108 2,227 575 566

7 Karanganyar 1,653 1,711 3,364 732 719

8 Janteh 1,358 1,307 2,665 571 559

9 Somor Koneng 2,700 2,676 5,376 1,212 1,191

10 Paoran 956 977 1,933 453 406

11 Karang Entang 906 962 1,868 454 454

12 Batah Barat 1,860 1,898 3,758 904 868

13 Batah Timur 1,802 1,977 3,779 903 877

14 Pandanan 852 884 1,736 386 374

15 Gunung Sereng

3,074 3,132 6,206 1,251 1,251

16 Duwek Buter 1,316 1,386 2,702 603 571


(49)

40

Sumber Data : dari Desa setempat masing-masing8.

Sedangkan di Desa Kwanyar Barat jumlah wajib KTP terdiri dari laki – laki berjumlah 1, 951 sedangkan perempuan 1, 793 totalnya 3, 744 dan jumlah penduduk ber KTP, laki- laki 1, 246 dan perempuan 1, 250 sehingga berjumlah 2, 496.

8

Rekapitulasi Data Kependudukan Kecamatan : Kwanyar, Bulan : November 2015, Dari Kantor Kecamatan Kwanyar, Tgl 29 Desember 2015.


(50)

41

Gambar 3.1.1 Peta Lokasi Penelitian

Sumber : Sekretaris Desa Kwanyar Barat9

9

Diambil dari dokumentasi sekretaris Desa Kwanyar Barat, pada tanggal 28 Desember 2015.


(51)

42

2. Keadaan Sosial Dan Budaya

Desa Kwanyar Barat berada di pesisir pantai bengitu pula dekat dengan Suramadu, sehingga pendapatan mata pencaha rian masyarakatnya dominan seorang nelayan, pedangang ikan, produk kerupuk udang, pembuatan petis udang, pencari ikan karang, ada juga profesi sebagai guru, polisi, serta militer, ahli kesehatan, hanya dapat di hitung beberapa orang saja. Bengitu pula ada yang merantau kebeberapa luar Negara seperti Malaysia, Saudi Arabia, Thailan, Singapore, Brunai, Taiwan, Amerika Serikat, dls, yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.

Terdapat pula kengiatan organisasi seperti Karang Taruna dengan mengisi kengiatan social,dan ibu PKK yang di dalamnya terdapat program nasional pemberdayaan masyarakat mandiri perdesaan, (PNPM – MP) Kecamatan Kwanyar Kabupaten Bangkalan. Sedangkan di lihat dari sarana pendidikan terdapat pula 2 bangunan tempat pendidikan SD (Sekolah Dasar), yakni terdiri dari SDN Kwanyar Barat 01 dan SDN Kwanyar Barat 02.

Tak lepas dari kebudayaan orang Madura sering kali saya menemukan perayaan pernikahan dengan pasangan pengantinnya hanya lulusan SD saja bisa terjadi hal tersebut di karenakan adanya factor ekonomi maupun perjodohan serta timbulnya factor cinta tak heran pula dengan adanya pernikahan dini mengingat perkatan orang tua terdahulu


(52)

43

serta masyarkat Desa Kwanyar Barat maupun orang Madura pada

umumnya “dari pada berduaan berpacaran mending dinikahkan”. Kalimat

ini tentunya menunjukkan bahwa memang menjaga seorang keturunan berjenis kelamin wanita lebih berat daripada lelaki untuk mempertahankan kehormatan keluarganya.

Bengitu pula di sela- sela waktu Desa Kwanyar Barat juga terdapat hiburan setiap tahun di hari lebaran idul fitri sampai idul ketupat yakni berupa adanya lokasi pantai rongkang yang menjadi momentum tempat aneka pasar/bazar serta hiburan juga terdapat menyewahan perahu dari Kwanyar sampai ke Kenjeran Surabaya, uniknya acara pertahunan ini pengunjungnya ramai sekali hingga orang luar Madura pun mendatangi karena mempunyai jiwa yang penasaran untuk mengunjunginya.

Bukan hanya adanya hal itu saja melainkan ada penyewahan delman bagi anak kecil maupun yang dewasa untuk mengelilingi kawasan Kecamatan Kwanyar agenda ini hanya ada di waktu lebaran idul fitri sampai idul adha dan di bulan maulid Nabi. Konon katanya, keberadaan hiburan delman ini bermula dengan pengunjung yang sedang berziarah ke sesepuh makam Kwanyar yakni Sunan Cendana terletak di depan pasar Kwanyar biasanya setiap lebaran ramai pengunjung dan juga di bulan maulid Nabi karena dulu di makam Sunan Cendana banyak sekali binatang monyet sehingga anak kecil dari pengunjung merasa ketakutan hingga menangis pada akhirnya di hibur dengan delman yang mengelilingi desa Kwanyar.


(53)

44

Selain itu ada pula yang lain juga Sering mengadakan lomba hias perahu dan perlombaan balapan mengendarai perahu dari warga setempat dan hal ini sudah menjadi budaya di Desa Kwanyar Barat ini tentunya menyenangkan sekali sebagai hiburan.

3. Kengiatan Sosial Keagamaan

Suasana di Desa Kwanyar Barat dapat di katakan kalangan yang agamis religious, di karenakan masih ada rutinitas budaya keislaman yang masih dilestarikan seperti: diba;an setiap hari rabu, yasinan setiap hari kamis, munaqiban, serta acara pengajian maupun haddatan, masyarakatnya selalu kompak dalam hal kengiatan apapun memang mayoritas masyarakatnya islam. Masih terlihat juga acara selamatan khaul para sesepuh, selamatan kehamilan, kelahiran maupun tahlilan kematian, serta tayakuran, dll.

Tabel 3.4

Data Sarana Tempat ibadah.

No. Tempat Ibadah Jumlah

1. Masjid 2

2. Musholla/Langgar Tak terhinga

3. Tempat pendidikan

Qur’an

10

4. Pendidikan Madrasah 4

Sumber: profil Desa Kwanyar Barat10

10

Profil Desa tingkat perkembangan desa Kwanyar barat tahun 2015 dari kecamatan Kwanyar, tanggal 19 Desember 2015


(54)

45

Tempat ibadah yang ada di Desa Kwanyar Barat Kecamatan Kwanyar ini sarana masjid ada 2 tempat yakni di gag masjid terletak di pertengahan masyarakat dan satunya di pinggir pantai rongkang yang terletak di pesisir laut. Bengitu pula adanya mushola yang tak dapat di hitung di karenakan setiap rumah rata- rata terdapat musholla atau yang sering di sebut orang Madura “ langger / kabejengen” . sedangkan tempat pendidikan al

-Qur’an ada di beberapa tempat yang berjumlah 8 terdiri dari:

1. kediaman ibu nyai Halima yang santrinya hanya khusus perempuan saja, 2. Di ustad Anwar yang santrinya perempuan dan laki- laki

3. Ibu nyai Im santrinya perempuan saja

4. Kyai Hj Kholil santrinya perempuan dan laki-laki 5. Kyai Hj. Mustofa Suje’i santrinya hanya laki-laki saja

6. Kyai Hj. Muhammad Suje ‘i santrinya perempuan dan laki-laki 7. Ustad Hj. Amrini Santrinya perempuan dan laki-laki

8. Kyai Hj. Abdul Bakhri Santrinya hanya laki-laki saja 9. Ustad Suud santrinya perempuan dan lelaki

10.Ustad Ansori santrinya perempuan saja.

Adapun sarana pendidikan Madrasah di Desa Kwanyar Barat yakni ilmu yang mengenai keagamaan terdiri dari 4 bangunan dan lokasinya diantaraya pertama, Madrasah Ummu Khotijah pendidikan di mulai dari ibtidaiyeh sampai wusto di jalan koncel selatan. Kedua, di Madrasah Tholibin di Bangungen utara yang terdapat pendidikan madrasah. Ketiga, pesantren putra-putri di kediaman al-marhumah ibu Nyai Amna terletak di pinggir


(55)

46

pantai Rongkang. Dan keempat, Madrasah Tarbiyatus Subban dengan pendidikan ibtidaiyeh di Mangkain.

B. PENCAK SILAT DAN HARGA DIRI ORANG MADURA

1. Pencak Silat di Desa Kwanyar Barat Kecamatan Kwanyar Kabupaten Bangkalan

Pencak: permainan mempertahankan diri dengan kepandaian menangkis, mengelak dan lain sebagainya,11 silat: kepandaian berkelahi dengan ketangkasan menyerang dan membela diri12.

Tangkisan adalah upaya pembelaan yang di lakukan dengan adanya kontak serangan lawan. Teknik ini memerlukan adanya kekuatan otot-otot Dalam menahan benturan dengan serangan lawan. Tujuan utama dari tangkisan, yaitu:

a. Mengalihkan serangan, menahan dari lintasannya

b. Membendung, menahan serangan dalam kondisi darurat.13 Pencak silat tersebut merupakan seni budaya yang sampai sekarang masih di kembangkan oleh masyarakat di Desa Kwanyar Barat tidak mau ketinggalan zaman prihal tentang seni kebudayaan. Berawal dari adanya pendekar di Kwanyar yang di anggap sebagai sesepuh pelatih pencak silat untuk mempelajari ilmu bela diri.

11

Ira.M, Lapidus, Kamus umum Bahasa Indonesia,( 1982 Jakarta: Balai Pustaka), hal 729 12

Ibid., 946. 13

Drs.Herdiana, percaya Diri dengan Pencak Silat, (PT. Intimedia Cipta Nusantara ,Jakarta:2008), hal 32.


(56)

47

a. Sejarah Pencak silat.

Pencak silat atau biasanya di sebut dengan silat adalah seni bela diri Asia yang berakar dari budaya melayu. Pada abad ke-7 Masehi, pencak silat diperkirakan sudah menyebar di Nusantara. Dalam sejarah, terdapat dua kategori aliaran pencak silat, yaitualiran bangsawan dan aliran rakyat.

Aliran bangsawan adalah aliran pencak silat yang

dikembangkan oleh bangsawan (kerajaan). Ada kalanya pencak silat digunakan sebagai pertahanan Negara (kerajaan). Sedangkan aliran rakyat pencak silat yang dikembangkan oleh kaum selain bangsawan. Aliran ini dibawa oleh para pedagang, ulama, dan kelas masyarakat lainnya.

Pada zaman melayu purba, pencak silat dijadikan sebagai alat pertahanan bagi kaum/suku tertentu, untuk menghadapi bahaya dari serangan binatang buas maupun dari serangan suku lainnya. Seiring dengan perjalanan waktu, pencak silat berkembang menjadi bagian dari istiadat yang wajib dipelajari oleh setiap anak laki-laki dari suatu suku/kaum.

Hal ini mendorong setiap suku/kaum tertentu untuk

memiliki dan mengembangkan silat pada daerahnya masing-masing. Sehingga setiap daerah melayu umumnya memiliki tokoh persilatan yang dibanggakan.

Sebagai contoh bangsa melayu terutama di Semenanjung Malaka menyakini legenda bahwa Hanh Tuah dari abad ke-14 adalah pendekar silat yang terhebat.

Sejarah perkembangan pencak silat mulai tercatat ketika penyebarannya banyak di pengaruhi oleh kaum ulama, seiring dengan penyebarannya islam di Nusantara. Pada masa itu, pencak silat diajarkan bersama-sama dengan pelajaran agama di surau- surau. Pada awalnya, silat dipelajari hanya sekedar sebagai ilmu bela diri dan seni tari rakyat. Namun, selanjutnya berkembang menjadi bagian dari bela diri Negara, yakni untuk melawan penjajah.14

Sedangkan di Desa Kwanyar Barat ada Seorang Pelatih yang mempunyai ilmu turun temurun ini sampai sekarang masih tetap di lestarikan, prihal untuk mempertahankan seni budaya yang sudah ada sejak zaman nenek moyang tersebut. Ketika saya

14

Asepta Yoga Permana, Bermain dan Olahraga Pencak Silat, (2008, Surabaya : Insan Cendekia) hal 1-2.


(57)

48

mendatangi ke rumah putra dari pendekar Kwanyar beliau sedang duduk di teras rumahnya seketika itu pula langsung menjawab pertanyaan-pertanyaan saya yakni :

Pencak silat ini sudah ada sejak dulu sekitar 30 tahun yang lalu yakni pada tahun 1985 , saya mendapatkan ilmu bela diri ini dari bapak saya yang bernaman Hj Tubi dari cerita abah saya ilmu yang beliau dapatkan dari pondok pesatren di Sarma, sekarang beliau sudah sepuh di gantikan saya sebagai pelatih dari group pencak silat yang bernama Gagak Hitamyang di ambil dari nama burung, dan Alhamdulillah ilmu bela diri ini tetap masih aktif sampai sekarang menurut saya pribadi berfungsi untuk persiapan diri sendiri sebagai pengangan untuk kewaspadaan keadaan yang memastikan ilmu bela diri ini digunakan guna untuk pengamanan pada diri kita bahkan saya merasa senang dapat membagi ilmu pada masyarakat desa Kwanyar Barat ini. Rutinitas latihan di group saya setiap hari kecuali di hari jumatan libur karena acara yasinan, serta ketika ada yang mengundang dalam acara kemantenan sebelum berangkat ke lokasi membaca surat al-fatihah serta yasin sebelum acara di mulai yang ku anggap sebagai spiritual berdoa kepada yang maha kuasa agar selamat dalam pementasan dan berjalan dengan lancar. Serta setiap anggota dalam group ini mempunyai pengangan zimat berupa kalung.15

Dari hasil wawancara di atas bahwasannya group pencak silat yang bernama Gagak hitam berawal dari adanya seorang masyarakat Kwanyar yang bernama Hj. Tubi beliau mondok di pesatren sarma yang terletak di Surabaya. Di pondok tersebut beliau belajar ilmu bela diri dari Kyainya, sehingga ketika keluar dari pondok pesantren beliau membuat group yang di beri nama gagak hitam di ambil dari nama burung, setelah sepuh di gantikan oleh anaknya yang bernama Sholihin sejak tahun 1985 sekitar 30 tahun

15


(1)

84

Daftar Pustaka

Asrori, Happy Amidana. Budaya Jawa sebagai media sosialisasi dalam pelestarian nilai-nilai islam (studi kasus di padepokan macan putih dusun baron timur desa baron kecamatan baron kabupaten nganjuk), 2013

Chaer, Abdul , Kamus Ungkapan Bahasa Indonesia, Jakarta : PT.Rineka Cipta, 1977.

Departemen Agama Republik Indonesia,Al-Qur’an dan Terjemahnya Special for women, Bandung , Syaamil Al-Qur’an, 2005.

Habibi, Achmad, pengaruh kengiatan pencak silat pencak silat pagar nusa terhadap kedisiplinan siswwa di SMP Al- islah gunung anyar Surabaya. 2006.

Herdiana, Drs. Percaya diri dengan pencak silat, Jakarta : PT. Intimedia Cipta Nusantara , 2008.

Http://sraksruk.blogspot.com/2012/10/sejarah-kab.bangkalan-jawa-timur.htmI?m=1.

https://www.google.com/search?q=Journal.+Unpar.ac.id%2Findex.php%2Fprojus titia%2Fjurnal+hokum+pro+justitia%2C+juli+2006%2C+volume+24+N

o.3%2Fkonflik+identitas+%28etnis%29+dan+harga+diri&ie=utf- 8&oe=utf-8&aq=t&rls=org.mozilla:en-US:official&client=firefox-a&channel=fflb.

https://www.google.com/search?q=pencak+silat&ie=utf-8&oe=utf

8&aq=t&rls=org.mozilla:en-US:official&client=firefox-a&channel=fflb.

https://www.google.com/search?q=pencak+silat&ie=utf-8&oe=utf- 8&aq=t&rls=org.mozilla:en-US:official&client=firefox-a&channel=fflb#channel=fflb&q=kamus+besar+indonesia+3.

https://www.google.com/search?q=pencak+silat&ie=utf- 8&oe=utf8&aq=t&rls=org.mozilla:en-US:official&client=firefox-a&channel=fflb#channel=fflb&q=harga+diri+orang+madura.

Kabupaten Bangkalan dalam angka , Badan Pusat Statistik kabupaten Bangkalan, catalog BPS 1102001. 3526, 2014.

Lapidus,Ira. M,Kamus umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1982.


(2)

85

Margono, ami dwi, hubungan harga diri dan dukungan teman sebaya dengan prestasi belajar,2014

Moleong, lexy j. Metodologi penelitian kualitatif, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009.

Muhajir, Drs pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan, Bandung : PT. Ghalia Indonesia Printing, 2007.

Narbuko, cholid. Metode Penelitian. Jakarta :BumiAksara, 2009.

Ritzer, George- J.Goodman, Douglas .Teori sosiologi,Bantul:kreasi wacana, 2014. Ritzer,George. Sosiologi ilmu berparadigma Ganda. Jakarta :RajawaliPrss, 1992. Said, M , Hadist Tentang Budi Luhur, PT ALMA’ARIF : Bandung, 1986.

Salim, Agus.teori & paradigma penelitian social, tiara wacana, Banteng, 2006.Mulyana,Deddy, metodologi penelitian kualitatif, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008.

Silalahi, Ulber. Metode Penelitian Sosial.Bandung :RefiksAditama, 2010.

Sugiono . Metode Penelitian kuantitatif kualitatifdan R&D. Bandung :Alfbeta, 2011.

Wiyata, A. Latief, Carok: Konflik kekerasan dan Harga Diri Orang Madura, Yogyakarta : LKIS, 2006.

Yoga Permana, Asepta. Bermain dan Olahraga Pencak Silat, Surabaya : Insan Cendekia, 2008.


(3)

83

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah di paparkan,

maka dalam penelitian ini berjudul ‘’ Pencak Silat dan Harga diri orang Madura di Desa Kwanyar Barat Kecamatan Kwanyar Kabupaten Bangkalan’’

dapat di ketahui beberapa kesimpulan sebagai berikut ;

1. Peran pencak Silat dalam Mempertahankan Harga Diri orang Madura sebagai wadah maupun persiapan untuk kewaspadaan rintangna hidup,

mengaplikasikan ilmu bela diri sebagai wujud eksitensi pembelaan dalam hal yang baik, bisa juga untuk menolong seseorang dalam kesulitan demi terciptanya kesejahteraan. Seta diri sebagai pelindung untuk menjaga martabat baik. Ini berarti jika ada yang menggangu suatu martabat maka eksitensi ilmu bela diri akan di terapkan. Cara Mempertahankan Harga Diri orang Madura, Setiap individu tentunya pemberikan pendapat yang berbeda- beda dari pengalaman masing- masing, Diantara lain sebagai berikut :Dengan cara tetap berprilaku yang baik/ benar (berakhlaq budi pekerti), dan tingkah laku suatu pembelaan pertama dengan lisan dan kedua dengan fisik.

2. Yang Melatar Belakangi Adanya Pencak Silat dan Harga Diri orang Madura. Yakni adanya suatu permasalahan seperti, pencemaran nama baik,


(4)

83

kesalah-fahaman, kurangnya di hargai, dan bertingkah laku yang kurang pantas.

B. Saran 1. Saran

Untuk Group Pencak Silat Cakraningrat Cendana dan Gagak Hitam Hendaknya pencak silat di Kwanyar anggota maupun pelatih dapat lebih menarik lagi agar masyarakat merasa tertarik dan terus mendekati masyarakat, memperkenalkan arti pencak silat guna untuk waspada ganasnya rintangan hidup, maka lambat laun langsung maupun tidak langsung secara peranggotaan dalam group semakin bertambah guna untuk memperkembangkan serta melestarikan seni yang sudah ada sejak dahulu.

Untuk penelitian selanjutnya Berdasarkan kesimpulan dan saran diatas, maka penulis mengharapkan semoga untuk selanjutnya masih ada peneliti yang mengambil tema tentang kebudayaan, karena budaya di Indonesia ini beranekaragam dan sangat perlu untuk di jadikan seminar skripsi, agar semakin menambah ilmu wawasan pengetahuan mengenai kultur dalam bidang sosial yang bermasyarakat.


(5)

Daftar Pustaka

Asrori, Happy Amidana. Budaya Jawa sebagai media sosialisasi dalam pelestarian nilai-nilai islam (studi kasus di padepokan macan putih dusun baron timur desa baron kecamatan baron kabupaten nganjuk), 2013

Chaer, Abdul , Kamus Ungkapan Bahasa Indonesia, Jakarta : PT.Rineka Cipta, 1977.

Departemen Agama Republik Indonesia,Al-Qur’an dan Terjemahnya Special for women, Bandung , Syaamil Al-Qur’an, 2005.

Habibi, Achmad, pengaruh kengiatan pencak silat pencak silat pagar nusa terhadap kedisiplinan siswwa di SMP Al- islah gunung anyar Surabaya. 2006.

Herdiana, Drs. Percaya diri dengan pencak silat, Jakarta : PT. Intimedia Cipta Nusantara , 2008.

Http://sraksruk.blogspot.com/2012/10/sejarah-kab.bangkalan-jawa-timur.htmI?m=1. https://www.google.com/search?q=Journal.+Unpar.ac.id%2Findex.php%2Fprojus

titia%2Fjurnal+hokum+pro+justitia%2C+juli+2006%2C+volume+24+N

o.3%2Fkonflik+identitas+%28etnis%29+dan+harga+diri&ie=utf- 8&oe=utf-8&aq=t&rls=org.mozilla:en-US:official&client=firefox-a&channel=fflb.

https://www.google.com/search?q=pencak+silat&ie=utf-8&oe=utf

8&aq=t&rls=org.mozilla:en-US:official&client=firefox-a&channel=fflb.

https://www.google.com/search?q=pencak+silat&ie=utf-8&oe=utf- 8&aq=t&rls=org.mozilla:en-US:official&client=firefox-a&channel=fflb#channel=fflb&q=kamus+besar+indonesia+3.

https://www.google.com/search?q=pencak+silat&ie=utf- 8&oe=utf8&aq=t&rls=org.mozilla:en-US:official&client=firefox-a&channel=fflb#channel=fflb&q=harga+diri+orang+madura.

Kabupaten Bangkalan dalam angka , Badan Pusat Statistik kabupaten Bangkalan, catalog BPS 1102001. 3526, 2014.

Lapidus,Ira. M,Kamus umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1982.


(6)

Margono, ami dwi, hubungan harga diri dan dukungan teman sebaya dengan prestasi belajar,2014

Moleong, lexy j. Metodologi penelitian kualitatif, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009.

Muhajir, Drs pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan, Bandung : PT. Ghalia Indonesia Printing, 2007.

Narbuko, cholid. Metode Penelitian. Jakarta :BumiAksara, 2009.

Ritzer, George- J.Goodman, Douglas .Teori sosiologi,Bantul:kreasi wacana, 2014. Ritzer,George. Sosiologi ilmu berparadigma Ganda. Jakarta :RajawaliPrss, 1992. Said, M , Hadist Tentang Budi Luhur, PT ALMA’ARIF : Bandung, 1986.

Salim, Agus.teori & paradigma penelitian social, tiara wacana, Banteng, 2006.Mulyana,Deddy, metodologi penelitian kualitatif, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008.

Silalahi, Ulber. Metode Penelitian Sosial.Bandung :RefiksAditama, 2010.

Sugiono . Metode Penelitian kuantitatif kualitatifdan R&D. Bandung :Alfbeta, 2011.

Wiyata, A. Latief, Carok: Konflik kekerasan dan Harga Diri Orang Madura, Yogyakarta : LKIS, 2006.

Yoga Permana, Asepta. Bermain dan Olahraga Pencak Silat, Surabaya : Insan Cendekia, 2008.