MODEL KOMUNIKASI PASANGAN NIKAH USIA DINI ETNIS MADURA STUDI DI DESA MOROMBUH KECAMATAN KWANYAR KABUPATEN BANGKALAN.

(1)

MODEL KOMUNIKASI PASANGAN NIKAH USIA DINI ETNIS MADURA Studi Di Desa Morombuh Kecamatan Kwanyar Kabupaten Bangkalan

Skripsi

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Memperoleh

Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi (S.I.Kom)

Oleh :

Anisah NIM. B06212042

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI JURUSAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI


(2)

(3)

(4)

PENGESAHAN TIM PENGUJI

Skripsi oleh Anisah ini telah dipertahankan di depan Tim Penguji Skripsi Surabaya, 04 Februari 2016

Mengesahkan

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Fakultas Dakwah dan Komunikasi

Dekan,

Dr. Hj. Rr. Suhartini, M.Si NIP. 195801131982032001

Penguji I Ketua,

Dr. Ali Nurdin, S.Ag, M.Si. NIP. 197106021998031001

Penguji II Sekretaris,

Dr. Nikmah Hadianti Salisah, S.IP, M.Si. NIP. 197301141999032004

Penguji III,

Dr. Agoes Moh. Moefad, SH, M.Si. NIP. 197008252005011004

Penguji IV,

Drs. H. Hamdun Sulhan, M.Si NIP. 194503121982031002


(5)

ABSTRAK

Anisah, NIM B06212042, 2015. Model Komunikasi Pasangan Nikah Usia Dini Etnis Madura Studi di Desa Morombuh Kecamatan Kwanyar Kabupaten Bangkalan. Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Dakwah Komunikasi Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.

Kata Kunci :Model Komunikasi, Pernikahan Dini.

Pernikahan dini cenderung terjadi dalam kehidupan masyarakat desa yang telah berlangsung sejak dulu. Bagi masyarakat Madura pernikahan dini ini terjadi tidak hanya karena faktor adat semata, tetapi faktor ekonomi, faktor pendidikan, dan orang tua.

Permasalahan yang diteliti dalam penelitian ini adalah : (1) Bagaimana Proses Komunikasi yang dilakukan oleh pasangan yang menikah usia dini di desa Morombuh Kecamatan Kwanyar Kabupaten Bangkalan (2) Bagaimana Model Komunikasi Pasangan yang menikah usia dini di desa Morombuh Kecamatan Kwanyar Kabupaten Bangkalan.

Peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif dan pendekatan deskriptif. Kerangka analisis dalam penelitian ini menggunakan teori Penetrasi Sosial (Social Penetration) yang dicetuskan oleh Irwin Altman dan Darwis Taylor. Sedangkan yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah dua informan pernikahan dini, terdiri dari 2 perempuan (15 tahun) dan 2 laki-laki (18 tahun) di Kecamatan Kwanyar, Bangkalan.

Hasil kesimpulan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa proses komunikasi yang digunakan oleh pasangan suami istri yang menikah usia dini ini dalam melakukan suatu komunikasi mereka lebih cenderung menggunakan pesan nonverbal dalam memberikan umpan balik karena masih adanya rasa malu-malu diantara kedua pihak, sehingga komunikasi pada pasangan suami istri tersebut membentuk sebuah model komunikasi malu-malu pada awal menikah.

Sedangkan dalam menghadapi sebuah konflik terdapat salah satu pasangan yang mengalah karena tingginya ego dalam pihak lain. Namun dalam menghadapi suatu konflik yang cukup serius mereka lebih memilih untuk berembuk / berdiskusi dalam mencari jalan keluarnya. Dalam berdiskusi mereka saling terbuka antar satu sama lain agar tidak ada sesuatu yang disembunyikan terhadap pihak lain.

Dalam menjalin suatu hubungan yang harmonis mereka lebih menggunakan keterbukaan antar satu sama lain, seperti sharing bareng, bercanda, dan bercerita tentang masa lalu, melalui interaksi tersebut dapat menciptakan suasana harmonis dalam keluarga. Sehingga pada intinya hubungan yang berkembang dari tahap perkenalan ketahap yang lebih dalam dapat terjadi karena adanya keterbukaan antara suami istri yang menikah dini.


(6)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ii

PENGESAHAN TIM PENGUJI iii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN iv

KATA PENGANTAR v

ABSTRAK vii

DAFTAR ISI viii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang 1

B. Rumusan Masalah 6

C. Tujuan Penelitian 7

D. Manfaat Penelitian 7

E. Kajian Terdahulu 8

F. Definisi Konsep 9

G. Metode Penelitian 13

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian 13

2. Subjek, Objek dan Lokasi Penelitian 16

3. Jenis dan Sumber Data 17

4. Tahapan Penelitian 19

5. Teknik Pengumpulan Data 23

6. Teknik Analisis Data 24

7. Teknik Pemeriksaan Keabsahan data 25


(7)

BAB II MODEL KOMUNIKASI PERNIKAHAN DINI

A. Proses Komunikasi 29

a. Proses Komunikasi Dalam Perspektif Psikologis 31

b. Proses Komunikasi Dalam Perspektif Mekanistis 32

c. Komunikasi Secara Primer 32

d. Komunikasi Secara Sekunder 34

e. Model Komunikasi Pernikahan dini dalam Keharmonisan 34

f. Faktor yang Membuat Keluarga Harmonis 38

g. Model komunikasi pernikahan dini dalam menghadapi konflik 40

h. Sumber Konflik Dalam Perkawinan 43

B. Pernikahan Dini 45

a. Pengertian Pernikahan Dini 45

b. Pernikahan Dini Menurut Negara 46

c. Pernikahan Dini Menurut Islam 47

C. Pengertian Etnis Madura 48

a. Karakteristik Masyarakat Madura 50

b. Budaya Khas Atau Tradisi Madura 60

D. Model Komunikasi Pernikahan Dini Dalam Perspektif Teori 62

E. Model Komunikasi Pernikahan Dini Dalam Perspektif Teori 65

BAB III MODEL KOMUNIKASI PASANGAN NIKAH USIA DINI

A. Deskripsi Subyek Penelitian 68

1. Profil Tempat Penelitian 68

2. Profil Informan 72

B. Deskripsi Data Penelitian 74

1. Proses Komunikasi Yang Dilakukan Pasangan Nikah Usia Dini 74


(8)

BAB IV ANALISIS DATATENTANG MODEL KOMUNIKASI PASANGAN NIKAH USIA DINI

A. Temuan Penelitian 95

1. Adanya rasa malu-malu dalam Berkomunikasi 96

2. Hilangnya rasa malu menjadi rasa keakraban 99

3. Perbedaan pandangan/pemikiran dan ketidakcukupan materi. 104

4. Tingginya ego pada pihak lain 106

5. Rembuk (berdiskusi) sebagai jalan keluar dari konflik 109

6. Keakraban dan keterbukaan 111

B. Konfirmasi Temuan dengan Teori Penetrasi Sosial 114

BAB V PENUTUP

A. Simpulan 127

B. Saran 129

C. Rekomendasi 129

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN


(9)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Manusia adalah makhluk sosial. Manusia dapat hidup, berkembang, dan berperan sebagai manusia dengan berhubungan dan bekerja sama dengan manusia lain. Cara terpenting untuk berhubungan dan bekerja sama dengan manusia adalah komunikasi. Karena itu, komunikasi merupakan hal yang mutlak dalam hidup kita dengan orang lain. Komunikasi berperan sangat penting dalam kehidupan manusia.

Manusia mempunyai naluri untuk hidup bergaul dengan sesamanya. Naluri ini merupakan salah satu kebutuhan manusia yang paling mendasar untuk memenuhi kebutuhan hidup lainnya. Upaya manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dilakukan melalui proses yang biasa disebut sebagai interaksi sosial. Keluarga terbentuk karena diawali dengan ikatan pernikahan.

Pernikahan adalah sebuah lembaga yang sakral bagi kedua pasangan yang berjanji untuk sehidup semati dalam menjalani kehidupan ini, tapi terkadang lembaga tersebut dijadikan sebuah permainan bagi segelintir orang sehingga mengkaburkan makna pernikahan itu sendiri sebagai sesuatu yang agung, indah dan suci.

Pernikahan merupakan sebuah episode penting dalam hidup dua anak manusia yang berlainan jenis untuk mengikat diri dalam suatu akad dan janji demi mengarungi suka duka hidup di dunia bersama-sama. Adanya ikatan pernikahan mengindikasikan leburnya kepribadian suami dan istri. Untuk mencapai tujuandari pernikahan yang harmonis, kedewasaan fisik, kedewasaan berfikir dan kematangan jiwa atau mental


(10)

bagi pasangan suami istri sangat dibutuhkan.Dengan demikian salah satu hal yang perlu dipertimbangkan oleh seseorang sebelum melangsungkan pernikahan adalah faktor usia.

Tradisi pernikahan dini di Madura terbilang sangat unik karena pernikahan disini tidak memandang usia sebagai salah satu hukum adat di pulau itu. Bagi masyarakat Madura masalah umur tidak terlalu dihiraukan, yang penting sudah mempunyai pasangan dan merasa ada kecocokan di antara mereka berdua langsung di nikahkan, meskipun dari segi umurnya masih masih terbilang dini.

Dan tidak sedikit di usia yang begitu muda yang seharusnya anak tersebut masih duduk di bangku sekolah namun sudah melaksanakan pernikahan, dan itupun tidak menjadi kendala ataupun halangan untuk menciptakan rumah tangga yang harmonis, sakinah, mawadah, warahmah. Itulah yang berkembang dan terjadi di masyarakat Madura kebiasaan menikahkan anak yang belum baligh masih terjadi hingga saat ini di desa Morombuh kecamatan Kwanyar kabupaten Bangkalan.

Bagi etnik Madura Pernikahan merupakan perbuatan yang dimulyakan. Bagi Orang Madura menikahkan anak perempuannya merupakan sesuatu yang memberi “gengsi“. Menurut paham “Madura Lama“ makin cepat anak perempuannya menikah makin cepat pula gengsi itu diperolehnya.

Nikah dini merupakan suatu masalah biasa bagi masyarakat Madura yang mana dalam kehidupan masyarakat Madura seakan-akan pernikahan itu sangat mudah dan gampang. Karena saking banyaknya terjadi pernikahan di usia muda dan itu semua merupakan social budaya yang telah ada sejak nenek moyang mereka terdahulu.


(11)

Namun bagi masyarakat Madura masalah umur tidak terlalu dihirukan, yang penting sudah mempunyai pasangan dan merasa ada kecocokan di antara mereka berdua langsung dinikahkan, biarpun dari segi umurnya masih dibawah enam belas tahun. Karena masyarakat Madura menganggap hal tersebut lumrah dan menjadi tradisi yang biasa terjadi di lingkungan hidupnya, sehingga tidak bisa dipungkiri lagi kalau terjadi pernikahan di usia muda tersebut.

Dan tidak sedikit di usia yang begitu muda yang seharusnya anak tersebut masih duduk di bangku sekolah namun sudah melaksanakan pernikahan, dan itupun tidak menjadi kendala ataupun halangan untuk menciptakan rumah tangga yang harmonis, sakinah, mawaddah warrahmah. Dalam kehidupan keluarga masyarakat Madura, mayoritas masyarakatnya masih banyak yang menganut sistem keluarga batih. Karena melihat fenomena yang ada di lapangan, bahwa setiap kali terjadi pernikahan masyarakat Madura masih saja berkumpul dan hidup bersama orang tua atau mertuanya, yang sebagian kebutuhan dalam rumah tangganya masih ditopang oleh orang tuanya dalam batas waktu yang tidak ditentukan.

Sehingga dalam kehidupan masyarakat Madura hal seperti itu dikenal dengan istilah tanean lanjeng yakni keluarga batih tersebut. Pelaku nikah muda di desa morombuh melakukan nikah dibawah batas usia yang ditentukan oleh undang – undang. Ada banyak faktor yang mempengaruhi para pemuda untuk melakukan pernikahan di usia muda, terutama karena faktor agama, dan faktor orang tua yang selalu menyarankan anaknya untuk segera menikah.


(12)

Sehingga yang mempengaruhi pernikahan muda ini pada umunya ialah karena perjodohan. Sedangkan mereka pada umumnya masih berstatus sebagai seorang pelajar dan terbilang masih muda. Dinamis pada keluarga didefinisikan bahwa keluarga selalu berubah seiring berkembangnya siklus kehidupan. Perkembangan keluarga sebagai proses panjang yang dilalui dalam kehidupan keluarga dimana terdapat beberapa tahapan yang akan dilalui. untuk itu, kesiapan pra nikah sangat perlu untuk setiap orang. Pelaku nikah muda pada umumnya tidak ada kesiapan untuk membina sebuah keluarga.

Pernikahan dini dipengaruhi oleh budaya lokal, minimnya ilmu pengetahuan, kepentingan ekonomi dan keleluasaan hubungan seksual remaja saat ini. Sekalipun ada ketetapan undang-undang yang melarang pernikahan dini, ternyata ada juga fasilitas dispensasi. Tentunya dalam keluarga pernikahan dini banyak komunikasi untuk menyampaikan pesan tidak sampai. Hal ini karena masih belum adanya kesiapan mental maupun fisik diantara mereka dalam menjalani kehidupan rumah tangga.

Komunikasi Efektif sangat penting dalam keluarga pernikahan dini. Komunikasi efektif memberikan kemudahan dalam memahami pesan yang disampaikan antara pemberi informasi dan penerima informasi sehingga bahasa yang digunakan oleh pemberi informsi lebih jelas dan lengkap, serta dapat dimengerti dan dipahami dengan baik oleh penerima informasi, atau komunikan.

Dalam lingkungan keluarga, komunikasi juga merupakan suatu hal yang sangat penting, dimana komunikasi sebagai alat atau sebagai media penjembatan dalam


(13)

hubungan antar sesama anggota keluarga. Buruknya kualitas komunikasi dalam keluarga akan berdampak buruk bagi keutuhan dan keharmonisan dalam keluarga itu sendiri.

Menurut Rey Sedwig, Komunikasi dalam keluarga suatu pengorganisasian yang menggunakan kata – kata, sikap tubuh, intonasi suara, gerakan tubuh, tindakan untuk menciptakan harapan image, ungkapan perasaan serta saling membagi pengertian. Menurut Onong Uchjana Effendy komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberitahu, mengubah sikap, pendapat, atau perilaku, baik secara lisan (langsung) ataupun tidak langsung (melalui media). Komunikasi juga dapat diartikan sebagai suatu proses penyampaian informasi (pesan, ide, gagasan) dari satu pihak kepada pihak lain.

Komunikasi dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu komunikasi verbal dan komunikasi nonverbal. Sanderowitz dan Paxman (Sarwono 1994) menyatakan bahwa pernikahan muda juga sering terjadi karena remaja berfikir secara emosional untuk melakukan pernikahan, mereka berfikir telah saling mencintai dan siap untuk menikah.

Komunikasi Efektif adalah agar pengiriman informasi dan umpan balik atau feed back dapat seinbang sehingga tidak terjadi monoton. Selain itu komunikasi efektif dapat melatih penggunaan bahasa nonverbal secara baik.

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian bagaimana model komunikasi pasangan nikah usia dini etnis madura dengan studi di desa Morombuh Kecamatan Kwanyar Kabupaten Bangkalan.


(14)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti merumuskan masalah dalam penelitian yang akan dilakukan ini, yakni sebagai berikut :

1. Bagaimana proses komunikasi pasangan yang menikah pada usia dini di desa Morombuh Kecamatan Kwanyar Kabupaten Bangkalan ?

2. Bagaimana model komunikasi pasangan yang menikah usia dini di desa Morombuh Kecamatan Kwanyar Kabupaten Bangkalan ?

C. Tujuan penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk memahami dan mendeskripsikan proses komunikasi yang dilakukan oleh pasangan pernikahan usia dini di desa Morombuh Kecamatan Kwanyar Kabupaten Bangkalan.

2. Untuk memahami dan mendeskripsikan model-model komunikasi pasangan pernikahan usia dini di desa Morombuh Kecamatan Kwanyar Kabupaten Bangkalan.

D. Manfaat penelitian

Manfaat penelitian dalam pembahasan ini adalah : 1. Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pengembangan wawasan ilmu pengetahuan dalam bidang ilmu komunikasi. Khususnya mengenai komunikasi dalam keluarga pernikahan dini.


(15)

2. Praktis

Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi motivasi dan pengertian yang mendalam mengenai pernikahan dini.

E. Kajian hasil penelitian terdahulu

Dalam penyusunan suatu penelitian tidak lepas dengan adanya suatu hasil penelitian terdahulu yang relevan, sehingga dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dengan penelitian yang disusun oleh peneliti.

1. Nama Peneliti : Umar Faruk Tahir Jenis Karya : Skripsi

Tahun : 2009

Judul skripsi :Pernikahan Dini di Desa Beluk Raja, Kecamatan Ambunten Kabupaten Sumenep

Metode Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif. Dengan hasil temuan memfokuskan pada perspektif islam terhadap pernikahan dini dan faktor penyebab yang terjadinya pernikahan dini. Tujuan dari penelitian ini yaitu meminimalisir mencuatnya angka pernikahan dini dengan membawa dasar pemikiran rakyat mengenai pentingnya pernikahan di usia dewasa. Perbedaan penelitian tersebut yaitu lebih fokus mengarah ke perspektif islam sedangkan penelitian ini fokus menjelaskan bagaimana proses dan model komunikasi yang digunakan pasangan usia dini pada etnis Madura di desa Morombuh Kecamatan Kwanyar Kabupaten Bangkalan.

2. Nama Peneliti : Hairi Jenis Karya : Skripsi


(16)

Tahun : 2009

Judul skripsi : Fenomena Pernikahan Di Usia Muda di Kalangan Masyarakat Muslim Madura.

Motede Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Dengan hasil temuan memfokuskan pada kejelasan tentang tanggapan masyarakat asli Madura di desa banjur terhadap perkawinan usia muda. Tujuan dari penelitian ini yaitu mengetahui faktor-faktor apa saja yan mempengaruhi masyarakat muslim di desa banjur kecamatan waru kabupaten Madura melakukan pernikahan usia muda. Perbedaan penelitian ini yaitu fokus penelitian tersebut mengarah kepada kejelasan tentang tanggapan masyarakat asli Madura desa banjur sedangkan pada penelitian ini fokus menjelaskan bagaimana proses dan model komunikasi yang digunakan pasangan usia dini pada etnis Madura di desa Morombuh Kecamatan Kwanyar Kabupaten Bangkalan.

F. Definisi Konsep

Konsep merupakan abstraksi yang dibentuk dengan menggeneralisasikan hal-hal yang khusus.1Menurut Koentjaraningrat konsep merupakan unsur pokok dari suatu konsep sebelumnya. Definisi singkat dari sejumlah fakta atau gejala yang ada.2 Definisi konsep ini memberikan gambaran-gambaran konsep yang khusus dan menjelaskan bagian-bagian yang terkandung dalam judul yang diambil.

1. Proses Komunikasi

Proses komunikasi adalah bagaimana komunikator menyampaikan pesan kepada komunikannya, sehingga dapat menciptakan suatu persamaan makna antara

1

Jallaludin Rachmad, Metode Penelitian Komunikasi. (Jakarta: Remaja Rosda Karya, 1995). Hlm.12 2


(17)

komunikan dengan komunikatornya. Proses komunikasi ini bertujuan untuk menciptakan komunikasi yang efektif (sesuai dengan tujuan komunikasi pada umumnya). Proses komunikasi, banyak melalui perkembangan.

2. Model Komunikasi

Model ialah suatu gambar atau skema sederhana. Model komunikasi dimaksudkan untuk menggambarkan secara sederhana mengenai proses komunikasi supaya lebih mudah dipahami. Model dibangun agar dapat mengidentifikasikan, menggambarkan atau mengkategorisasikan komponen-komponen yang relevan dari suatu proses. Sebuah model dapat dikatakan sempurna, jika ia mampu memperlihatkan semua aspek-aspek yang mendukung terjadinya sebuah proses. Model komunikasi dibuat untuk membantu dalam memberi pengertian tentang komunikasi, dan juga untuk menspesifikasi bentuk-bentuk komunikasi yang ada dalam hubungan antarmanusia. Selain itu, model juga dapat membantu untuk memberi gambaran fungsi komunikasi dari segi alur kerja, membuat hipotesis riset dan juga untuk memenuhi perkiraan-perkiraan praktis dalam strategi komunikasi.

Harold D. Lasswell merumuskan suatu model untuk menggambarkan proses komunikasi dalam pandangan mereka.Harold D. Lasswell menyajikan model komunikasi bukan dalam bentuk gambar atau skema, melainkan berupa uraian verbal yang dirumuskan dalam pernyataan. Model lasswell adalah sebagai berikut :


(18)

Bagan 1.1

Model Komunikasi Lasswell

Mengikuti model Lasswell, cara yang paling mudah untuk memperoleh gambaran mengenai proses komunikasi adalah dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut.3Kalau pertanyaan Lasswell divisualisasi dalam gambar, dapat dinilai sebagai model komunikasi, sebab komponen-komponen yang membangunnya cukup signifikan. Di sini Lasswell melihat bahwa suatu proses komunikasi selalu mempunyai efek atau pengaruh.

Jadi model komunikasi merupakan deskripsi ideal mengenai apa yang dibutuhkan untuk terjadinya komunikasi. Model komunikasi mempresentasikan secara abstrak ciri-ciri penting dan menghilangkan rincian komunikasi yang tidak perlu dalam dunia nyata. Dalam hal ini model membantu merumuskan sebuah teori dan menyarankan hubungan. Oleh karena hubungan antara model dengan teori begitu erat, model sering dicampuradukkan dengan teori. Oleh karena itu kita memilih unsur-unsur tertentu yang di masukkan dalam model, suatu model mengimplikasikan penilaian atas relevansi, dan ini pada gilirannya mengimplikasikan teori mengenai fenomena yang di teorikan.

Dalam penelitian ini peneliti akan membatasi model komunikasi yang digunakan pasangan nikah usia dini yang terjadi dalam rumah tangga usia muda.

a. Model komunikasi pasangan suami istri dalam menghadapi konflik

b. Model komunikasi pasangan suami istri dalam menjalin hubungan harmonis

3

Suranto Aw, Komunikasi Social Budaya, (Yogyakarta : Graha Ilmu, 2010), Hal 8

Who Says What

Mesaage

In Which

To Whom


(19)

3. Pengertian pernikahan dini

Undang-undang negara telah mengatur batas usia perkawinan. Dalam undang-undang perkawinan bab II pasal ayat 1 disebutkan bahwa perkawinan hanya diizinkan jika pihak pria mencapai umur 19 tahun dan pihak perempuan sudah mencapai umur 16 tahun.4

Kebijakan pemerintah dalam menetapkan batas minimal usia pernikahan ini tentunya melalui proses dan berbagai pertimbangan. Hal ini dimaksudkan agar kedua belah pihak benar-benar siap dan matang dari fisik, psikis, dan mental.

Dari sudut pandang kedokteran, pernikahan dini mempunyai dampak negatif baik bagi ibu maupun anak yang dilahirkan. Menurut para sosiolog, ditinjau dari sisi sosial, pernikahan dini dapat mengurangi harmonisasi keluarga. Hal ini disebabkan oleh emosi yang masih labil, gejolak darah muda dan cara pikir yang belum matang. Melihat pernikahan dini dari berbagai aspeknya memang mempunyai banyak dampak negatif. Oleh karenanya, pemerintah hanya mentolerir pernikahan diatas sumur 19 tahun untuk pria dan 16 tahun untuk wanita.

4. Pengertian Etnis madura

Etnis Madura adalah suatu etnis yang memiliki karakter yang sangat kuat baik dari segi bahasa, kesenian, teknologi dan unsur kebudayaan lainnya. Masyarakat etnis madura cukup teguh dalam mempertahankan kebudayaannya jadi tidak mengherankan jika budaya etnis Madura masih bisa bertahan meski ada sedikit perubahan dalam masyarakatnya yang terus bergerak secara dinamis.5

4

UU Perkawinan di www.depag.go.id . diakses pada tanggal 06 februari 2016 5


(20)

G. Metode Penelitian

1. Pendekatan dan Jenis penelitian

Metode adalah cara atau strategi menyeluruh untuk menemukan atau memperoleh data yang diperlukan, sedangkan penelitian pada hakekatnya adalah suatu proses atau wahana untuk menemukan kebenaran dan melalui proses yang panjang menggunakan metode atau langkah-langkah prinsip yang terencana dan sistematis guna mendapat pemecahan masalah atau mendapat jawaban terhadap fenomena-fenomena yang terjadi.6 Metodologi adalah proses, prinsip dan prosedur yang digunakan untuk mendekati problem dan mencari jawaban. Dengan ungkapan lain, metodologi adalah suatu pendekatan umum untuk mengkaji topik penelitian.7

Pada penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan deskriptif. Pendekatan penelitian deskriptif merupakan suatu pendekatan yang digunakan untuk menemukan pengetahuan terhadap subyek penelitian pada suatu saat tertentu. Pendekatan ini merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi mengenai subyek penelitian dan perilaku subyek penelitian pada suatu periode tertentu. Pendekatan penelitan deksriptif berusaha mendeskripsikan seluruh gejala atau keadaan yang ada, yaitu keadaan gejala menurut apa adanya pada saat penelitian dilakukan.8

Pendekatan deskriptif dapat diartikan juga sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dilakukan dengan menggambarkan keadaan atau obyek

6

Burhan Bungin, Metode Penelitian Kualitatif Aktualisasi Metodologis ke Arah Ragam Varian Kontemporer (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2001), hal. 42

7

Dedy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif(Bandung : Remaja Rosda Karya, 2001), Hal 145. 8


(21)

penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat, dll) pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya.9

Penelitian ini dipandang mampu menganalisa realitas sosial secara mendetil. Pendekatan deskriptif dapat digunakan untuk mengkaji, membuka, menggambarkan atau menguraikan sesuatu dengan apa adanya baik yang berbentuk kata-kata, maupun bahasa serta bertujuan untuk memahami fenomena dan temuan-temuan yang ditemukan ataupun yang terjadi di lapangan berdasarkan bukti-bukti atau fakta-fakta sosial yang ada.

Pendekatan deskriptif ini tidak hanya mengemukakan berbagai tindakan yang tampak oleh kasat mata saja, sebagaimana dikatakan Bailey (1982), penelitian deskriptif selain mendiskusikan berbagai kasus yang sifatnya umum tentang berbicara fenomena sosial yang ditemukan, juga harus mendeskripsikan hal-hal yang bersifat spesifik yang dicermati dari sudut kemengapaan dan kebagaimanaan, terhadap suatu realitas yang terjadi baik perilaku yang ditemukan dipermukaan lapisan sosial, juga yang tersembunyi di balik sebuah perilaku yang ditunjukkan.10

Peneliti juga menggunakan jenis penelitian kualitatif. Untuk mengadakan pengkajian selanjutnya terhadap istilah penelitian kualitatif perlu dikemukakan definisinya. David Williams (1995) dalam buku metodologi penelitian kualitatif karya Lexy J. Moleong menuliskan bahwa penelitian kualitatif adalah pengumpulan data pada suatu latar alamiah, dengan menggunakan metode alamiah,

9

Hadari Nawawi, 1999………..Hlm 63. 10


(22)

dan dilakukan oleh orang yang tertarik secara alamiah. Prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis.11

Penelitian pada dasarnya merupakan upaya untuk menemukan teori, dan hal itu dilakukan secara baik justru dengan pendekatan induktif. Data dikumpulkan, dianalisis, diabstraksikan, dan akan muncul teori-teori sebagai penemuan penelitian kualitatif. Selain itu, Penelitian kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.

Dalam penelitian ini, posisi peneliti adalah sebagai pengamat yang berupaya menyiapkan data-data yang bersifat empiris yang berisi deskripsi detail mengenai masalah yang diteliti.

2. Subyek, Obyek dan Lokasi Penelitian a. Subyek

Subyek penelitian adalah sesuatu yang diteliti baik orang, benda, atau lembaga (oganisasi). Subyek penelitian pada dasarnya adalah yang akan dikenai kesimpulan hasil penelitian.12 Subyek penelitian kali ini adalah masyarakat di desa Morombuh khususnya bagi mereka yang menikah di usia dini.

b. Obyek

Obyek penelitian adalah sifat keadaan dari suatu benda, rang, atau yang menjadi pusat perhatian dan sasaran penelitian. Obyek dalam penelitian ini adalah model komunikasi suami dan istri yang menikah di usia dini yang akan diamati dan dianalisis peneliti dengan menggunakan teori penetrasi sosial.

11

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya,2012),hal.5 12


(23)

c. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah tempat melakukan kegiatan penelitian untuk memperoleh data yang berasal dari responden. Dalam penelitian ini, peneliti akan mengambil lokasi sebagai tempat penelitian di desa Morombuh kecamatan Kwanyar kabupaten Bangkalan. Peneliti memilih tempat ini karena di desa tersebut masih sangat memegang erat tradisi orang tua mereka yang menikahkan anaknya di usia dini.

3. Jenis dan Sumber Data a. Jenis Data

Dalam sebuah penelitian jenis data yang diperlukan, digolongkan menjadi dua yakni:

1. Jenis Data Primer

Jenis data primer adalah data yang dihimpun langsung oleh seseorang peneliti umumnya dari hasil observasi terhadap situasi social dan atau diperoleh dari tangan pertama atau subyek (informan) melalui proses wawancara.

Dalam hal ini, peneliti memperoleh data tentang model komunikasi pasangan nikah usia dini etnis Madura melalui wawancara dengan narasumber, serta pengamatan langsung selama berada di lapangan.

2. Jenis Data Sekunder

Jenis data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung oleh peneliti, tapi telah berjenjang melalui sumber tangan kedua atau ketiga. Data sekunder dikenal juga sebagai data-data pendukung pelengkap data utama yang


(24)

dapat digunakan oleh peneliti misalnya dokumentasi kegiatan, foto, dan lain sebagainya.13

b. Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Sumber Data Primer

Sumber data primer adalah subyek dari mana data dapat diperoleh. Dalam penelitian ini sumber data primer didapat dari wawancara terbuka yang akan dilakukan dengan mengajukan beberapa pertanyaan yang berkembang. Hal ini dilakukan untuk menghindari kesalahpahaman dalam menafsirkan konsep-konsep yang dipahami informan apabila terdapat suatu hal yang membutuhkan penjelasan lebih lanjut.

Penentuan sumber data primer menggunakan metode purposive sampling, yakni dilakukan dengan mengambil orang-orang yang terpilih. Sampling yang purposive adalah sampel yang dipilih dengan cermat hingga relevan dengan desain penelitian. Peneliti akan berusaha agar dalam sampel itu terdapat wakil-wakil dari segala lapisan. Dengan demikian diusahakannya agar sampel itu memiliki ciri-ciri yang esensial dari populasi sehingga dapat dianggap cukup representatif.14

Peneliti juga menggunakan teknik snow ball sampling. Hal ini dimungkinkan karena kemungkinan peneliti akan menemukan informan tambahan selama penelitian.

13

Prof. Dr. Mukhtar, M.Pd, Metode Praktis Penelitian Deksriptif Kualitatif, (Jakarta : REFERENSI GP Press Group, 2013) Hal. 100

14


(25)

Snow ball sampling adalah dari jumlah subyek yang sedikit, semakin lama berkembang menjadi banyak. Dengan teknik ini, jumlah informan yang akan menjadi subyeknya akan terus bertambah sesuai dengan kebutuhan dan terpenuhinya informasi.15

Untuk menghindari kesalahan dalam penunjukan informan, maka peneliti menentukan beberapa kriteria. Pertama, informan adalah orang yang mengetahui tradisi atau adat yang ada di desa tersebut. Kedua, informan yang melakukan pernikahan di usia dini.

2. Sumber Data Sekunder

Data sekunder merupakan sumber data lapangan tambahan yang berfungsi sebagai pendukung data primer. Sumber data sekunder yang sudah ada yang dimiliki oleh desa Morombuh. Data primer berupa hasil wawancara dari narasumber yang telah ditentukan. Sedangkan pendukungnya, sumber data sekunder berupa dokumentasi, arsip/data, foto kegiatan atau selama proses pengamatan berlangsung.

c. Tahap-Tahap Penelitian

Dalam melakukan penelitian kualitatif, perlu mengetahui tahap-tahap yang akan dilalui dalam proses penelitian ini. Adapun tahap penelitian secara umum terdiri dari empat tahap, yaitu 16:

1. Tahap Pra-lapangan

Dalam melakukan tahapan ini peneliti perlu mempertimbangkan etika dalam penelitian lapangan, yang diuraikan sebagai berikut:

15

Muhammad Idrus, Metode Penelitian Ilmu Sosial (Jakarta : Erlangga, 2009) hlm. 97 16


(26)

1) Memilih lapangan penelitian, dalam pemilihan lapangan penelitian peneliti harus mempertimbangkan hal-hal yang mungkin menyulitkan peneliti dalam melakukan penelitian di desa Morombuh misalnya, keterbatasan geografis dan praktis seperti waktu, biaya, dan tenaga. 2) Mengurus perizinan, peneliti mengurus perizinan dibagian Prodi Ilmu

Komunikasi dan diajukan kepada kepala desa Morombuh kecamatan Kwanyar.

3) Memilih dan mencari data melalui informan, hal ini dilakukan untuk membantu mempermudah memperoleh informasi dan data yang dibutuhkan dari beberapa informan yang memiliki kredibilitas dalam pemenuhan data dan yang sesuai dengan kriteria peneliti..

4) Menyiapkan perlengkapan penelitian, semua perlengkapan yang bersifat teknis maupun non teknis peneliti siapkan secara sempurna.

d. Tahap Pekerjaan Lapangan

Dalam tahap ini, peneliti mulai masuk pada lapangan penelitian guna mencari data yang akurat serta dibatasi tiga bagian yaitu :

1. Memahami latar penelitian

Memahami latar penelitian diperlukan agar peneliti lebih mengetahui seluk beluk desa Morombuh yang menjadi tempat penelitian. Hal ini dilakukan dengan cara mengikuti mengamati dan menganalisis lingkungan Desa Morombuh terutama mengenai model komunikasi pasangan nikah usia dini etnis Madura sebelum menulis laporan penelitian.


(27)

2. Memasuki lapangan

Kegiatan ini dilakukan denga cara mengikuti kegiatan di desa Morombuh,sehingga dengan hal itu peneliti dapat mengetahui proses dan model komunikasi seperti apa yang digunakan para pasangan nikah usia dini di desa tersebut.

3. Berperan serta sambil mengumpulkan data

Kegiatan ini dilakukan dengan cara mendekati narasumber pada saat berlangsungnya kegiatan serta melakukan wawancara dengan berbagai informan yang masuk dalam kriteria sebagai informan. Pengumpulan data juga dilakukan melalui kegiatan dokumentasi.

e. Tahap Analisis Data

Analisis data kualitatif (Bogdan dan Biklen, 1982) dalam buku metode penelitian kualitatif, Lexy J. Moleong adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensistesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.17

Pada tahap ini, peneliti mengumpulkan semua data-data berupa hasil wawancara, pengamatan lapangan, serta dokumen-dokumen yang mendukung yang kemudian disusun, dikaji, serta ditarik kesimpulan dan dianalisa dengan analisis induktif.

17


(28)

f. Tahap penulisan laporan

Penulisan laporan merupakan hasil akhir dari suatu penelitian sehingga peneliti mempunyai pengaruh terhadap hasil laporan. Hal ini dilakukan peneliti setelah mengikuti kegiatan atau kehidupan di desa Morombuh, dan menganalisisnya.

g. Teknik Pengumpulan Data

1. Wawancara Mendalam (Depth Interiew)

Wawancara mendalam adalah suatu cara mengumpulkan data atau informasi dengan cara langsung bertatap muka dengan informan agar mendapatkan data lengkap dan mendalam. Wawancara ini dilakukan dengan frekuensi tinggi (berulang-ulang) secara intensif.18Informan pada penelitian kali ini diambil dari sumber data primer yang kriterianya sudah dipilih peneliti.

2. Pengamatan

Pengamatan dilakukan selama berada di desa Morombuh kecamatan Kwanyar kabupaten Bangkalan. Pengamatan dilakukan dengan meneliti langsung kegiatan yang berada di desa Morombuh. Metode ini lebih memungkinkan periset mengamati kehidupan individu atau kelompok dalam situasi riil, dimana terdapat setting yang riil tanpa dikontrol atau diatur secara sistematis seperti riset eksperimental.

18


(29)

3. Dokumentasi

Dokumentasi diperlukan untuk memperkuat fakta yang ditemukan dari penelitian yang lakukan. Dokumentasi yang diambil berupa foto, hasil wawancara tertulis, serta dokumentasi atau arsip kegiatan yang dimiliki desa Morombuh.

h. Teknik Analisis Data

Analisis data kualitatif (Bogdan & Biklen, 1982) dalam buku metodologi penelitian kualitatif karya Lexy J. Moleong adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.19

Analisis data dalam penelitian kualitatif selalu bersifat induktif, alur kegiatan analisis terjadi secara bersamaan dengan20 :

a. Reduksi data, dengan melakukan pemilihan dan menganalisa data-data yang didapat. Proses ini akan dilakukan selama penelitian.

b. Display data, dari sebagian data yang telah didapat akan langsung diolah sebagai setengah jadi yang nantinya akan dimatangkan melalui data-data selanjutnya.

c. Verifikasi dan penarikan kesimpulan, merupakan suatu kegiatan dari konfigurasi yang utuh, membuat rumusan proposisi yang terkait dan mengangkatnya sebagai temuan penelitian. Dari sini peneliti akan mulai

19

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif………..hlm. 248 20


(30)

mencari arti dari setiap data yang terkumpul, menyimpulkan serta memverifikasi data tersebut.

Pada tahap reduksi data peneliti berusaha untuk memilah data-data yang dianggap penting dan akurat baik data dari sumber primer maupun data dari sumber sekunder, oleh karena itu, pada tahap ini membutuhkan ketelitian dan kecermatan agar tidak salah dalam memilih data yang paling akurat.

Berikutnya dari data yang sudah diperoleh dan dipilah mana yang akurat, akan diolah menjadi setengah jadi. Hal tersebut berlangsung sementara, karena jika ada data baru yang lebih akurat, maka data sebelumnya akan dihapus. Ini terjadi pada tahap display data.

Tahap berikutnya adalah verifikasi dan penarikan kesimpulan setelah data yang diperoleh dari penelitian di desa Morombuh mengenai model komunikasi pasangan nikah usia dini, maka akan diambil kesimpulan yang akan menjadi hasil temuan dalam penelitian.

i. Teknik Pemeriksaan Keabsahan data

Dalam penelitian ini teknik pemeriksaan keabsahan data yang digunakan yaitu21:

a. Perpanjangan keikutsertaan, peneliti dengan perpanjangan keikutsertaannya akan banyak mempelajari ‘komunikasi’, dapat menguji ketidakbenaran informasi yang diperkenalkan oleh distorsi, baik yang berasal dari diri sendiri maupun dari informan serta membangun kepercayaan subyek. Perpanjangan keikutsertaan juga menuntut agar peneliti terjun ke lokasi dalam waktu yang cukup panjang guna

21


(31)

mendeteksi jika ditemukan data yang tidak valid. Dalam perpanjangan keikutsertaan, peneliti melakukannya dengan cara mengamati dan menganalisis kehidupan di desa Morombuh dengan mendatangi lokasi langsung.

b. Pemeriksaan sejawat melalui diskusi, teknik ini dilakukan dengan mengekpos hasil sementara atau hasil akhir yang diperoleh dalam bentuk diskusi dengan rekan-rekan sejawat. Cara yang dilakukan adalah mengumpulkan rekan-rekan yang sebaya serta memiliki pengetahuan umum yang sama tentang model komunikasi pasangan nikah usia dini, sehingga bersama mereka peneliti dapat me-review persepsi, pandangan dan analisis yang sedang dilakukan.

c. Trianggulasi, teknik ini merupakan pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Trianggulasi merupakan cara terbaik untuk menghilangkan perbedaan-perbedaan konstruksi kenyataan yang ada dalam suatu studi sewaktu mengumpulkan data tentang berbagai kejadian dalam berbagai pandangan. Peneliti melakukannya dengan cara mengajukan berbagai macam pertanyaan kepada informan, mengecek dengan sumber-sumber data yang didapat, serta memanfaatkan berbagai metode agar pengecekan kepercayaan data dapat dilakukan.

j. Sistematika Penulisan

Hasil penelitian ini, dituangkan dalam skripsi yang disusun berdasarkan sistematika penulisan berikut:


(32)

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini menjelaskan mengenai latar belakang masalah, identifikasi masalah, maksud dan tujuan penelitian, kegunaan penelitian secara teori dan praktis, kerangka pemikiran secara teoritis dan konseptual, teknik pengumpulan dan analisis data, dan waktu penelitian, serta sistematika penulisannya

BAB II KAJIAN TEORITIS

Dalam bab ini diuraikan dan dijelaskan mengenai teori-teori berdasarkan studi kepustakaan yang berkaitan dengan permasalahan atau kasus yang diteliti dalam penelitian ini.

BAB III PENYAJIAN DATA

Sementara pada bab ini berisikan uraian mengenai obyek atau tempat peneliti melakukan penelitian. Dalam bab ini akan dibahas dan dijelaskan tentang gambaran umum obyek penelitian.

BAB IV ANALISIS DATA

Dalam bab ini berisikan tentang uraian dari hasil penelitian berdasarkan analisis data yang dilakukan oleh peneliti. Uraian dari hasil penelitian berdasarkan data yang terkumpul dari lapangan. Kemudian bab ini akan dilakukan pula penganalisisan terhadap data-data tersebut.

KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini berisikan kesimpulan dari hasil pembahasan guna menjawab identifikasi masalah yang menjadi acuan dalam penelitian ini serta dicantumkan pula saran-saran berkenaan dengan penelitian.


(33)

(34)

BAB II

MODEL KOMUNIKASI PERNIKAHAN DINI

A. Proses Komunikasi

Proses komunikasi adalah bagaimana komunikator menyampaikan pesan kepada komunikannya, sehingga dapat menciptakan suatu persamaan makna antara komunikan dengan komunikatornya. Proses komunikasi ini bertujuan untuk menciptakan komunikasi yang efektif (sesuai dengan tujuan komunikasi pada umumnya). Proses komunikasi, banyak melalui perkembangan.

Proses komunikasi dapat terjadi apabila ada interaksi antar manusia dan ada penyampaian pesan untuk mewujudkan motif komunikasi.

Tahapan proses komunikasi adalah sebagai berikut : 1. Penginterpretasian.

2. Penyandian. 3. Pengiriman. 4. Perjalanan. 5. Penerimaan. 6. Penyandian balik. 7. Penginterpretasian.

1) Penginterprestasian

Hal yang diinterpretasikan adalah motif komunikasi, terjadi dalam diri komunikator. Artinya, proseskomunikasi tahap pertama bermula sejak motif komunikasi muncul hingga akal budi komunikator berhasil menginterpretasikan


(35)

apa yang ia pikir dan rasakan ke dalam pesan (masih abstrak). Proses penerjemahan motif komunikasi ke dalam pesan disebut interpreting.

2) Penyandian

Tahap ini masih ada dalam komunikator dari pesan yang bersifat abstrak berhasil diwujudkan oleh akal budi manusia ke dalam lambang komunikasi. Tahap ini disebut encoding, akal budi manusia berfungsi sebagai encorder, alat penyandi: merubah pesan abstrak menjadi konkret.

3) Pengiriman

Proses ini terjadi ketika komunikator melakukan tindakan komunikasi, mengirim lambang komunikasi dengan peralatan jasmaniah yang disebut transmitter, alat pengirimpesan.

4) Perjalanan

Tahapan ini terjadi antara komunikator dan komunikan, sejak pesan dikirim hingga pesan diterima oleh komunikan.

5) Penerimaan

Tahapan ini ditandai dengan diterimanya lambang komunikasi melalui peralatan jasmaniah komunikan.

6) Penyandian Balik

Tahap ini terjadi pada diri komunikan sejak lambang komunikasi diterima melalui peralatan yang berfungsi sebagai receiver hingga akal budinya berhasil menguraikannya (decoding).


(36)

7) Penginterpretasian

Tahap ini terjadi pada komunikan, sejak lambang komunikasi berhasil diurai kan dalam bentuk pesan.

1. Proses Komunikasi dalam Perspektif Psikologis

Dalam proses komunikasi sendiri dikenal dua kategori yakni proses komunikasi dalam prespektif psikologi dan proses komunikasi dalam prespektif mekanistis.

Proses komunikasi perspektif ini terjadi pada diri komunikator dan komunikan, maka dalam dirinya terjadi suatu proses. Di muka telah ditegaskan bahwa pesan komunikasi terdiri dari dua aspek, yakni isi pesan dan lambang, isi pesan umumnya adalah pikiran, sedangkan lambang umumnya adalah bahasa. Walter Lippman menyebutkan isi pesan itu “picture in our head”. Proses “mengemas” atau “membungkus” pikiran dengan bahasa yang dilakukan komunikator itu dalam bahasa komunikasi dinamakan encoding. Hasil encoding berupa pesan itu kemudian ditransmisikan atau operkan atau dikirimkan kepada komunikan.

Kini giliran komunikan terlibat dalam proses komunikasi intrapersonal. Proses dalam diri komunikan disebut decoding seolah-olah membuka kemasan atau bungkus pesan yang ia terima dari komunikator tadi. Isi bungkusan tadi adalah pikiran komunikator. Apabila komunikan mengerti isi pesan atau pikiran komunikator, maka komunikasi terjadi. Sebaliknya, bilamana komunikan tidak mengerti, maka komunikasi pun tidak terjadi.


(37)

2. Proses Komunikasi dalam Perspektif Mekanistis

Proses ini berlangsung ketika komunikator mengoperkan atau “melemparkan” pesan dengan bibir melalui lisan atau tangan melalui tulisan dan pesannya ditangkap oleh komunikan. Penangkapan pesan dari komunikator oleh komunikan itu dapat dilakukan dengan indera telinga atau indera mata, atau indera-indera lainnya.

Komunikasi perspektif mekanistis sendiri oleh Effendy dibagi menjadi dua bagian, yakni

1. Komunikasi secara primer

Proses komunikasi secara primer (primary procces) adalah proses penyampaian pikiran oleh komunikator kepada komunikan dengan menggunakan suatu lambang (simbol) sebagai media atau saluran. Lambang ini umumnya bahasa, tetapi dalam situasi-situasi komunikasi tertentu lambang-lambang yang dipergunakan dapat berupa kial (gestur), yakni gerak anggota tubuh, gambar, warna, dan lain sebagainya.

Dalam komunikasi bahasa terdapat dua istilah yang disebut lambang verbal (verbal symbol) sedangkan lambang-lambang lainnya yang bukan bahasa dinamakan lambang nirverbal (non verbal symbol).

a. Lambang Nirverbal

Dalam proses komunikasi bahasa sebagai lambang verbal yang paling banyak dan paling sering digunakan, oleh karena hanya bahasa yang mampu mengungkapkan pikiran komunikator mengenai hal atau peristiwa, baik yang


(38)

konkret maupun yang abstrak, yang terjadi masa kini, masa lalu, dan masa yang akan datang.

Bahasa sendiri memiliki dua jenis pemahaman yang dipahami oleh para komunikator.

a) Pengertian denotatif

Pengertian denotatif adalah yang mengandung makna sebagaimana tercantum dalam kamus dan diterima secara umum oleh kebanyakan orang yang sama kebudayaan bahasanya.

b) Pengertian konotatif

Mengandung pengertian yang tidak sebenarnya. b.Lambang Nirverbal

Seperti telah disinggung di muka lambang nirverbal adalah lambang yang dipergunakan dalam komunikasi, yang bukan bahasa, misalnya kial, isyarat dengan anggota tubuh, antara lain kepala mata, bibir, tangan, dan jari.

Yang juga termasuk dalam komunikasi nirverbal adalah gambar. Gambar adalah lambang lain yang dipergunakan dalam berkomunikasi nirverbal. Gambar dapat dipergunakan untuk menyatakan pikiran atau perasaan dalam hal tertentu gambar bisa lebih efektif daripada bahasa. Lambang gambar dalam proses komunikasi mengalami perkembangan sesuai dengan pertumbuhan masyarakat dan kemampuan teknologi.


(39)

2. Proses komunikasi secara sekunder

Proses komunikasi secara sekunder adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua setelah memakai lambang sebagai media pertama.

Komunikator menggunakan media kedua ini karena komunikan yang dijadikan sasaran komunikasinya jauh tempatnya atau banyak jumlahnya atau kedua-duanya. Komunikasi dalam proses secara sekunder ini semakin lama semakin efektif dan efisien karena didukung oleh teknologi komunikasi yang semakin canggih yang ditopang pula oleh teknologi-teknologi lainnya yang bukan teknologi komunikasi.

3. Model Komunikasi Pasangan Suami Istri Dalam Menjalin Hubungan Harmonis

Suasana keluarga yang telah menanamkan pola komunikasi terbuka antar anggota keluarga akan menjadi terkontrol dan terkendali. Terkontrol artinya kemungkinan untuk terjadinya perilaku meyimpang dalam keluarga tidak terjadi, sedangkan terkendali artinya terantisipasi kemungkinan gagalnya bangunan keluarga, jadi salah satu pilar mencapai sebuah keluarga harmonis adalah menciptakan komunikasi terbuka.

Ada beberapa perilaku komunikasi terbuka apabila dilaksanakan dalam keluarga: pertama, adanya kebersamaan, kedua, terwujudnya keseimbangan.

Kehidupan bersama juga semestinya menjadikan suami isteri saling terbuka dalam segala hal dalam suka dan duka mereka. Mereka tidak wajar menyembunyikan sesuatu pada pasangannya, termasuk penghasilan yang


(40)

diperolehnya, boleh jadi yang wajar disembunyikan hanyalah masa lalu yang telah terkubur.

Komunikasi terbuka dapat menghantarkan keluarga menjadi harmonis. Beberapa alasan, pertama dari pola yang dikembangkan dari komunikasi terbuka adalah terdapat hubungan yang sehat, akrab, dekat, hangat, meluas, mendalam, dan tidak terpisahkan. Pola ini akan mempengaruhi perilaku antar angggota keluarga, termasuk di dalamnya hubungan suami isteri yang harmonis dan serasi. Keserasian dalam kebersamaan dan keseraian dalam keseimbangan menjadi pilar dalam membangun keluarga harmonis.

Komunikasi adalah suatu kegiatan yang pasti terjadi dalam kehidupan keluarga. Tanpa komunikasi kehidupan keluarga dari kegiatan berbicara, berdialog, bertukar pikiran, dan sebagainya. Akibatnya kerawanan hubungan antara anggota keluarga pun sukar untuk dihindari. Oleh karena itu, komunikasi antar anggota keluarga perlu dibangun secara harmonis dalam rangka melanggengkan keutuhan keluarga.

Membangun keluarga tidak seperti membangun rumah, menyusun batu bata di atas batu bata lainnya. Tidak jarang di harukan mengerahkan banyak tenaga hanya untuk menguraikan persoalan sepele, menyisihkan sekian banyak waktu untuk menjelaskan maksud baik yang disalah pahami. Demikian itulah hubungan antar manusia sekalipun dalam keluarga.

Perkawinan dalam ikatan cinta dan kedamaian mengisyaratkan perlu adanya kepiawaian dalam mengelola dan membinanya. Membentuk keluarga yang harmonis dan menjaga keutuhan keluarga diperlukan ilmu, pengetahuan,


(41)

wawasan tentang acara berkeluarga yang baik. Salah satunya menyoal tentang perlunya komunikasi terbuka guna melanggengkan keutuhan dan keharmonisan keluarga.

Karena itu komunikasi dalam kelurga telah digunakan untuk saling bertukar informasi, menambah pengetahuan, memperteguh atau mengubah sikap dan perilaku, mengembangkan kesehatan jiwa dan meningkatkan kesadaran. Sehingga tidak mustahil keluarga yang demikian memiliki kekuatan untuk membangun bangsa.

Dalam konteks ini keluarga memiliki peran yang signifikan. Namun demikian kesuksesan melanggengkan keutuhan keluarga tidak selalu identik dengan kebahagiaan berkeluarga. Bisa saja rumah tangga sepasang suami istri langgeng, tetapi jika itu dilakukan dengan terpaksa atau selalu dibarengi perselisihan dan diliputi oleh ombak dan gelombang, maka itu bukanlah keluarga yang bahagia. Itu adalah kebahagiaan semu.

Di bawah ini terdapat karakter komunikasi yang dikembangkan dalam keluarga :

Pertama, kualitas komunikasi bersifat mendalam dan meluas.Artinya menembus kepribadian pasangan atau anggota keluarga yang paling tersembunyi, menyingkapkan unsur-unsur backstage. Meluas, artinya sedikit sekali kendala yang menentukan rentangan dan cara berkomunikasi; berbagai lambang, verbal maupun nonverbal.

Kedua, komunikasi bersifat personal. Sebagai anggota keluarga yang perlu dikembangkan adalah siapa dia bukan apakah dia karena akan selalu


(42)

mengkomunikasikan seluruh pribadi yang dimiliki. Hubungan dengan anggota keluarga bersifat unik dan tidak dapat dipindahkan (non transferable). Kualitas hubungan personal yang paling jelas dan pasti adalah sifatnya yang tak dapat digantikan atau dipindahkan.

Ketiga, komunikasi keluarga lebih menekankan aspek hubungan daripada aspek isi. Komuniaksi dilakukan untuk memelihara hubungan baik, dan isi komunikasi bukan merupakan hal yang sangat penting.

Keempat dan kelima adalah ekspresif dan informal, sebagai lawan dari instrumental dan formal. Pesan yang disampaikan bersifat ekspresif dan bukan instrumental.

4. Faktor yang Membuat Keluarga Harmonis

Kehidupan rumah tangga tentunya akan mengalami sebuah keharmonisan di dalam keluarga tersebut. Keharmonisan dalam rumah tangga tidak bisa tercipta begitu saja, akan tetapi terdapat beberapa faktor yang membuat sebuah keluarga menjadi harmonis, diantaranya yaitu :

1. Adanya saling pengertian

Dalam kehidupan berumah tangga pasangan suami isteri harus saling menyadari bahwa sebagai manusia masing-masing saling memilki kekurangan. Perlu disadari juga bahwa sebagai sepasang suami isteri keduanya tidak hanya berbeda jenis kelaminnya saja, melainkan juga memiliki perbedaan sifat, tingkah laku, dan juga perbedaan pandangan.1

1

Fat-Hi Muhammad, Beginilah Seharusnya Suami Isteri Saling Mencintai, (Bandung : Irsyad Baitus Salam, 2006) Hlm. 342


(43)

2. Saling menerima kenyataan

Disini pasangan suami isteri harus bisa saling menyadari bahwa jodoh menjadi salah satu rahasia Allah yang tidak dapat dirumuskan secara matematis, artinya segala sesuatu itu tidak bisa di pastikan.Namun sebagai manusia diperintahkan untuk berikhtiar namun Allah yang menentukkan hasilnya. Hasilnya tersebut harus diterima, termasuk keadaan pasangan masing-masing.

Karena manusia tentunya memiliki kekurangan dan kelebihan yang merupakan suatu fitrah yang tidak bisa dihindari namun sesuatu yang bisa dijadikan sebagai perekat dalam kehidupan berumah tangga, dengan saling melengkapi satu sama lain. Sehingga annggota keluarga berusaha untuk dapat saling mengisi kekurangan yang ada pada diri maing-masing serta mau menerima dan mengakui kelebihan yang ada pada orang lain dalam kehidupan keluarga.

3. Memupuk rasa cinta

Kebahagiaan seseorang bersifat relatif, namun setiap orang berpendapat sama bahwa kebahagiaan adalah segala sesuatu yang dapat mendatangkan ketentraman, keamanan, dan kedamaian.2 Untuk dapat mencapai kebahagiaan keluarga, hendaknya pasangan suami isteri senantiasa berupaya saling memupuk rasa cinta dengan cara saling menyayangi, kasih mengasihi, hormat menghormati serta saling menghargai.

2


(44)

4. Melaksanakan asas musyawarah

Dalam kehidupan berumah tangga sikap bermusyawarah antara suami isteri merupakan sesuatu yang perlu diterapkan. Hal ini didasarkan bahwa tidak ada masalah yang tidak dapat dipecahkan kecuali dengan cara bermusyawarah. Dalam hal ini diperlukan sikap saling terbuka, lapang dada, jujur, mau menerima dan member serta tidak mau menang sendiri antara suami isteri. Sikap bermusyawarah dalam keluarga dapat menumbuhkan rasa memiliki dan rasa tanggung jawab dalam menyelesaikan persoalan-persoalan yang muncul.3

5. Saling memaafkan

Sikap kesediaan memafkan kesalahan antar pasangan harus ada, karena tidak jarang soal yang kecil dan sepele dapat menjadi sebab terganggunya hubungan suami isteri yang tidak jarang menjurus pada perselisihan yang panjang bahkan sampai pada perceraian.

6. Berperan serta dalam kemajuan bersama

Masing-masing suami isteri harus berusaha saling membantu pada setiap usaha untuk peningkatan dan kemajuan bersama.

Terkait model komunikasi pasangan suami istri pernikahan dini dalam menghadapi konflik, disini peneliti menjelaskan pengertian dari konflik tersendiri.

Konflik merupakan sebuah proses yang rumit, tetapi menawarkan kesempatan untuk lebih menguatkan relasi. Meskipun kebanyakan orang tidak

3


(45)

menikmati adanya konflik, tetapi konflik dapat memunculkan aspek positif yang potensial.

Dengan melihat konflik sebagai salah sebuah kesempatan, berarti seseorang dapat memperoleh informasi baru mengenai orang lain, menyebarkan isu-isu serius dan meningkatkan rasa kebersamaan. Dengan mengalami konflik, seseorang dapat dipaksa untuk berpikir kreatif, bahkan berpikir jauh ke depan, untuk mencari solusi.

Dalam proses ini, konflik dapat dianggap sebagai sebuah representasi dari negosiasi ulang atas kesepakatan dua pihak. Dalam proses penyelesaian konflik pasangan nikah usia dini menggunakan komunikasi bersifat terbuka. Terdapat beberapa cara dalam menangani suatu konflik dalam kaitan keluarga.

Terdapat beberapa tipe model komunikasi dalam menangani konflik rumah tangga, diantaranya ialah tipe integrasi merupakan tipe yang paling banyak digunakan dalam proses pemecahan suatu konflik. Tipe integrasi memberikan perhatian besar kepada diri sendiri dan pasangan dalam situasi penuh keterbukaan. Keduanya akan saling bertukar informasi dalam usaha untuk memperoleh solusi yang diterima oleh kedua pihak.

Dalam menghadapi konflik dapat dibicarakan dengan baik, dengan kepala dingin dalam menghadapi masalah yang terjadi. Karena dengan pemikiran berdua lebih dapat melihat dari berbagai sudut. Terkadang suami yang memberikan jalan keluar, istri juga yang memberikan jalan keluar. Selain menggunakan tipe integrasi keluarga nikah muda juga menggunakan tipe kompromi.


(46)

Tipe kompromi merupakan tipe pemecahan sebuah konflik ketika satu pihak mencapai tingkat keputusan sehingga menyerahkan penyelesaian pada pasangannya. Pada tipe ini kebanyakan individu kurang memiliki komitmen terhadap solusi, karena merasa ada unsur keterpakasaan.

Terkait Sumber Konflik Dalam Perkawinan usia dini pastinya sebuah konflik muncul karena adanya beberapa sumber dalam terjadinya konflik rumah tangga

Scanzoi menyatakan bahwa area konflik dalam perkawinan antara lain menyangkut beberapa persoalan. Persoalan yang sering muncul adalah (1) keuangan (perolehan dan penggunaanya), pendidikan anak-anak (misalnya jumlah anak dan penanaman disiplin), hubungan pertemanan, hubungan dengan keluarga besar, pertemanan, rekreasi (jenis, kualitas dan kuantitasnya), aktivitas yang tidak disetujui oleh pasangan, pembagian kerja dalam rumah tangga, dan berbagai macam-masalah (agama, politik, seks, komunikasi dalam perkawinan dan aneka macam-masalah sepele).

Sadarjoen (2005) menjelaskan bahwa terdapat beberapa sumber konflik perkawinan yang saling berpengaruh satu sama lain secara dinamis, yaitu perbedaan yang tidak terelakkan, perbedaan harapan, kepekaan, keintiman dalam perkawinan, aspek kumulatif dalam perkawinan, persaingan dalam perkawinan, dan perubahan dalam perkawinan.

Pasangan suami istri terdiri atas individu yang secara esensial memiliki berbagai macam perbedaan, baik dalam hal pengalaman maupun kebutuhannya. Perbedaan tersebut terkait erat dengan nilai-yang mereka anut


(47)

yang kelihatan peranannya ketika mereka menghadapi dan menyelesaikan masalah. Secara logika, perbedaan masing-masing dalam memaknai sesuatu memiliki kecenderungan untuk memicu terjadinya konflik sekiranya kedua pasangan tidak mampu menemukan persetujuan yang total dan tidak mampu menerima perbedaan-perbedaan tersebut. Adapun beberapa sumber terjadinya konflik dalam perkawinan, antara lain :

1. Penghasilan

Penghasilan suami lebih besar dari penghasilan isti adalah hal yang biasa. Namun, bila yang terjadi kebalikannya, jika penghasilan istri yang lebih besar, bisa timbul masalah. Suami merasa malu karena tidak dihargai penghasilannya, sementara istrinya pun merasa dirinya berada di atas sehingga jadi sombong dan tidak hemat lagi pada pasangannya.

2. Anak

Ketidakhadiran anak ditengah-tengah keluarga juga sering menimbulkan konflik yang berkepanjangan antara suami istri. Apalagi jika suami selalu menyalahkan istri sebagai pihak antara suami istri. jika suami selalu menyalahkan istri sebagai pihak yang mandul. Padahal, butuh pembuktian medis menentukan apakah seseorang memang mandul atau tidak.

3. Kehadiran Pihak Lain

Kehadiran orang ketiga, misalnya adik ipar maupun sanak saudara dalam keluarga kadangkala juga menjadi menjadi sumber konflik dalam rumah tangga. hal kecil yang seharusnya tidak diributkan bisa berubah menjadi masalah besar.


(48)

Misalnya soal pemberian uang saku kepada adik ipar oleh suami yang tidak transparan.

4. Seks

Masalah yang satu ini seringkali sumber keributan suami istri. biasanya yang sering komplain adalah suami yang tak puas dengan layanan istri. suami seperti ini umumnya memnag egois dan tidak mau tahu. Padahal, banyak hal yang mnyebabkan istri bersikap seperti itu. Bisa karena letih, stres, ataupun hamil. 5. Keyakinan

Pasangan yang sudah berikrar untuk hidup sehidup semati tidak mempersoalkan masalah keyakinan yang berbeda antar mereka. Namun, biasanya persoalan akan timbul manakala mereka mulai menjalani kehidupan berumah tangga. mereka baru sadar bahwa perbedaan tersebut sulit disatukan. Masing-masing membenarkan keyakinannya dan berusaha unuk menarik pasangannya agar mengikutinya. Mesti tak selalu, hal ini sering terjadi pada pasangan suami istri yang berbeda keyakinan, sehingga keributan pun tak dapat dihindarkan. 6. Mertua

Kehadiran mertua dalam rumah tangga seringkali menjadi sumber konflik karena terlalu ikut campurnya mertua dalam rumah tangga anak dan menantunya 7. Ragam Perbedaan

Menyatukan dua hati, berarti menyatukan dua kepribadian dan selera yang tentu saja juga berbeda.


(49)

8. Komunikasi Terbatas

Pasangan suami istri yang sama-sama sibuk biasanya tak punya cukup waktu utnuk berkomunikasi. Kurang atau tidak adanya waktu untuk saling berbagi dan berkomunikasi ini seringkali menimbulkan salah pengertian.

5. Pernikahan Dini

Pernikahan adalah ikatan lahir bathin seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan ketuhanan yang maha Esa.4

Ahmad A, mendefinisikan Pernikahan adalah: melaksanakan Aqad (perikatan yang dijalin dengan pengakuan kedua belah pihak (antara seorang laki-laki dan seorang perempuan atas dasar keridhoan dan kesukaan kedua belah pihak, oleh seorang wali dari pihak perempuan menurut sifat yang telah ditetapkan syarat untuk menghalalkan hidup serumah dan menjadikan yang seorang condong kepada yang seorang lagi dan menjadikan masing-masing dari padanya sekutu (teman hidup).

Jadi dapat disimpulkan bahwa pernikahan usia dini adalah pernikahan yang dilakukan oleh seseorang yang pada hakekatnya kurang mempunyai persiapan atau kematangan baik secara biologis, psikologis maupun sosial ekonomi. Pernikahan usia dini mempunyai dampak yang nyata terhadap tingkat kesejahteraan keluarga. Hal ini dapat ditinjau dari sisi keharmonisan dan ketentraman keluarga, keserasian dan keselarasan pasangan usia muda serta pemenuhan kebutuhan materiil dan spiritualnya masih kurang baik. Meskipun cenderung memberikan dampak

4


(50)

a. Pernikahan Dini Menurut Negara

Undang-undang negara telah mengatur batas usia perkawinan. Dalam undang-undang perkawinan bab II pasal ayat 1 disebutkan bahwa perkawinan hanya diizinkan jika pihak pria mencapai umur 19 tahun dan pihak perempuan sudah mencapai umur 16 tahun.5

Kebijakan pemerintah dalam menetapkan batas minimal usia pernikahan ini tentunya melalui proses dan berbagai pertimbangan. Hal ini dimaksudkan agar kedua belah pihak benar-benar siap dan matang dari fisik, psikis, dan mental.

Dari sudut pandang kedokteran, pernikahan dini mempunyai dampak negatif baik bagi ibu maupun anak yang dilahirkan. Menurut para sosiolog, ditinjau dari sisi sosial, pernikahan dini dapat mengurangi harmonisasi keluarga. Hal ini disebabkan oleh emosi yang masih labil, gejolak darah muda dan cara pikir yang belum matang. Melihat pernikahan dini dari berbagai aspeknya memang mempunyai banyak dampak negatif. Oleh karenanya, pemerintah hanya mentolerir pernikahan diatas umur 19 tahun untuk pria dan 16 tahun untuk wanita.

b. Pernikahan Dini Menurut Islam

Hukum Islam secara umum meliputi lima prinsip yaitu perlindungan terhadap agama, jiwa, keturunan, harta, danakal. Dari kelima nilai universal Islam ini, satu diantaranya adalah agama menjaga jalur keturunan (hifdzu al nasl). Oleh sebab itu, Syekh Ibrahim dalam bukunya al Bajuri menuturkan bahwa agar jalur nasab tetap terjaga, hubungan seks yang mendapatkan

5


(51)

legalitas agama harus melalui pernikahan. Seandainya agama tidak mensyari’atkan pernikahan, niscaya geneologi (jalur keturunan) akan semakin kabur.6

Agama dan negara terjadi perselisihan dalam memaknai pernikahan dini. Pernikahan yang dilakukan melewati batas minimaal undang-undang perkawinan, secara hukum kenegaraan tidak sah. Istilah pernikahan dini menurut negara dibatasi dengan umur. Sementara dalam kacamata agama, pernikahan dini ialah pernikahan yang dilakukan oleh orang yang belum baligh.

6. Pengertian Etnis Madura

Suku bangsa atau etnisitas adalah suatu golongan manusia yang anggota-anggotanya mengidentifikasikan dirinya dengan sesamanya, biasanya berdasarkan garis keturunan yang dianggap sama. Identitas suku pun ditandai oleh pengakuan dari orang lain akan ciri khas kelompok tersebut dan oleh kesamaan budaya, bahasa, agama, perilaku atau ciri-ciri biologis.

Indonesia sebagai Negara yang memiliki banyak pulau tentulah memiliki banyak suku atau etnis pula sebab pasti dari jumlah pulau maupun suku tersebut pastilah ada perbedaan yang menimbulkan ketidaksamaan identitas dan ciri khas.7

Etnis madura adalah suatu etnis yang memiliki karakter yang sangat kuat baik dari segi bahasa, kesenian, teknologi dan unsur kebudayaan lainnya. Masyarakat etnis madura cukup teguh dalam mempertahankan kebudayaannya

6

Ibrahim, al Bajuri vol. 2 (Toha Putra : Semarang ), Hal.90

7

Html/ Tugas Antropologi Makalah Suku Madura Ddayip dokumen/ (diakses pada tanggal 11 november 2015 pukul 11:07)


(52)

jadi tidak mengherankan jika budaya etnis madura masih bisa bertahan meski ada sedikit perubahan dalam masyarakatnya yang terus bergerak secara dinamis.8

Orang Madura pada dasarnya adalah orang yang mempunyai etos kerja yang tinggi, suka merantau karena keadaan wilayahnya yang tidak baik untuk bertani. Orang perantauan asal Madura umumnya berprofesi sebagai pedagang, misalanya: mereka jual-beli besi tua, pedagang asongan dan pedagang pasar.

Agama dan Kepercayaan suku Madura kebanyakan dan hampir mayoritas beragama Islam. Suku Madura terkenal karena gaya bicaranya yang blak-blakan serta sifatnya yang temperamental dan mudah tersinggung, tetapi mereka juga dikenal hemat, disiplin, dan rajin bekerja. Untuk naik haji, orang Madura sekalipun miskin pasti menyisihkan sedikit penghasilannya untuk simpanan naik haji.

Selain itu orang Madura dikenal mempunyai tradisi Islam yang kuat, sekalipun kadang melakukan ritual Pethik Laut atau Rokat Tasse (sama dengan larung sesaji), yang notabene hal itu kadang dilakukukan bertentangan norma Islam.

Harga diri, juga paling penting dalam kehidupan orang Madura, mereka memiliki sebuah peribahasa lebbi bagus pote tollang, atembang pote mata.

8


(53)

Artinya, lebih baik mati (putih tulang) daripada malu (putih mata).Sifat yang seperti ini melahirkan tradisi carok pada masyarakat Madura.9

a. Karakteristik Masyarakat Madura

Social budaya masyarakat Madura memang sangat khas dan tidak dapat disamakan oleh social masyarakat etnik lain. Suatu realitas yang tidak perlu dipungkiri bahwa karakteristik sosial budaya Madura cenderung dilihat orang luar lebih pada sisi yang negatif.

Pandangan itu berangkat dari anggapan bahwa karakteristik (sikap dan perilaku) masyarakat Madura itu mudah tersinggung, gampang curiga pada orang lain, temperamental atau gampang marah, pendendam sertasuka melakukan tindakan kekerasan. Bahkan, bila orang Madura dipermalukan, seketika itu juga ia akan menuntut balas atau menunggu kesempatan lain untuk melakukan tindakan balasan.

Semua itu, tidak lebih dari suatu gambaran stereotip belaka. Sebab, kenyataannya, salah satu karakteristik sosok Madura yang menonjol adalah karakter yang apa adanya. Artinya, sifat masyarakat etnik ini memang ekspresif, spontan, dan terbuka.

Ekspresivitas, spontanitas, dan keterbukaan orang Madura, senantiasa termanifestasikan ketika harus merespon segala sesuatu yang dihadapi, khususnya terhadap perlakuan orang lain atas dirinya. Misalnya, jika perlakuan itu membuat hati senang, maka secara terus terang tanpa basa-basi, mereka akan mengungkapkan rasa terima kasihnya seketika itu juga. Tetapi

9

html/ Mengenal Suku Madura (Studi Deskriptif Tentang Karakteristik dan Budaya Suku Madura)(diakses pada tanggal 11 november 2015 pukul 11:07)


(54)

sebaliknya, mereka akan spontan bereaksi keras bila perlakuan terhadap dirinya dianggap tidak adil dan menyakitkan hati. 10 Terdapat beberapa karakter dasar orang Madura adalah sebagai berikut.

1. Ejhin (secara harfiah berarti sendiri sendiri) merupakan pembawaan dasar orang Madura yang cenderung bersifat individualistis walaupun tidak egoistis. Pembawaan tersebut sangat menekankan pada rasa ketidaktergantungan (baca: kebebasan) dirinya pada orang lain.

Peribahasa Madura yang menggambarkan pembawaan ejhin adalah satendhak sapeccak (secara harfiah berarti selangkah sekaki).Peribahasa tersebut dimaksudkan untuk menyatakan kedekatan dan kejauhan nisbi ukuran ikatan kekeluargaan.Jarak antara diri seseorang dengan sepupu (satendhak) dan saudara kandung (sapeccak) hampir tidak ada bedanya.Keduanya sama-sama dekat sekaligus sama-sama-sama-sama jauh.

Ketidakpedulian dan rasa ketaktergantungannya yang ekstrem pada anggota sanak keluarga adakalanya dinyatakan dengan peribahasa yaitu oreng dhaddhi taretan, taretan dhaddhi oreng (secara harfiah orang lain jadi saudara, saudara jadi orang lain). Peribahasa tersebut menunjukkan bahwa sanak keluarga bisa juga menjadi “orang luar” sama sekali, apabila terhinggapi perasaan aba’ saaba’ (hanya dirinya sendiri) sehingga ia akan bersikap odi’kadhibi’ (bersikap individualistis) yang berimplikasi pada sikap tidak perlu memikirkan orang lain. Orang seperti itu akan dikatakan martabbat oreng elanyo’ba’a (seperti orang terhanyut banjir).

10


(55)

Setiap orang Madura dituntut untuk bekerja keras agar tetap survive tanpa banyak mengeluh dan menggantungkan hidupnya pada orang lain. Pada saat orang Madura berhasil mengatasi kesulitan hidupnya, tidak bisa dipungkiri secara psikologis orang Madura akan beranggapan bahwa itu adalah hasil usaha kerja kerasnya.

Di samping itu orang Madura juga berpotensi memiliki sikap yang teguh tak tergoyahkan pada pilihannya sendiri yang berakar dari sikap mandiri dan tidak tergantung dari orang lain. Sikap ini akan berubah dengan segera manakala ditemukan ada kecenderungan merugikan dirinya baik langsung maupun tidak langsung.

Orang Madura akan bersikap toleran, bersahabat jika kepentingan dirinya tidak terusik, dan akan terjadi sebaliknya manakala kepentingannya mulai diusik oleh seseorang atau sekelompok orang. Apabila hal ini yang terjadi maka orang Madura akan beringsut untuk mulai mengubah sikap teguhnya menjadi sikap-sikap yang lain demi keselamatan kepentingan dirinya.11

2. Kaku dan kasar (gherra). Karakter orang Madura yang kedua ini seperti perumpamaan akanta sa’argherrana (seperti ijuk aren kekakuannya). Perilaku seperti inilah yang kemudian oleh orang luar dinilai kaku dan kasar tetapi memang pembawaan kaku dan kasar tersebut sangat sulit dihilangkan, walaupun yang bersangkutan termasuk kaum terpelajar.

11

Mien Ahmad Rifa’i, Manusia Madura, Pembawaan, Perilaku, Etos Kerja, Penampilan Dan Pandangan Hidupnya, Seperti Dicitrakan Peribahasanya, (Yogyakarta : Pilar Media, 2007) Hlm 204-205.


(56)

Pembawaan kaku dan kasar dalam diri orang Madura berpotensi memunculkan sikap dan perilaku apa adanya yang betul-betul merupakan pengejawantahan isi hatinya. Orang Madura akan bersikap, berkata dan berperilaku sesuai dengan apa yang dirasakan dalam hatinya, walaupun terkadang terkesan kurang mempedulikan perasaan orang lain.

Di situlah kemudian orang luar Madura melihat dan merasakan sikap dan perilaku yang kaku dan kasar. Sikap, perkataan dan perilaku apa adanya tersebut sekaligus memunculkan potensi yang lain. Sikap, perkataan dan perilaku “apa adanya” juga berpotensi memunculkan sikap negatif berupa konflik.

Konflik tersebut bisa dimungkinkan terjadi karena adanya pembawaan orang Madura berupa sikap, perkataan dan perilaku kaku dan kasar, seperti yang telah dipaparkan di atas. Fenomena pembawaan kaku dan kasar tersebut masih ditambah lagi pembawaan yang lain, seperti ejhin dan pemberani (bangal addhu ada’) jika dirinya berada dalam posisi yang benar.

3. Kukuh (koko). Keteguhan orang Madura dalam memegang keyakinan, pendirian, kecondongan hati, pendapat dan juga perkataannya tidak pernah terlepas dari pengamatan orang luar. Pembawaan selalu koko (kukuh, teguh) dalam bersikap ini selalu muncul (terutama) dalam keadaan suasana lingkungan yang serba tertib, saat hukum dan peraturan serta perundangundangan yang berlaku tertegakkan secara mapan.


(57)

Pembawaan ini selalu muncul juga ketika pemenuhan janji terlaksanakan oleh situasi pranata yang kondusif. Sejalan dengan itu, orang Madura sangat menghormati dan menyenangi orang yang koko oca’na (teguh kata-katanya) karena akanekenneng talee cacana (dapat diikat perkataannya, dengan kata lain dapat dipercaya kata-katanya). Oleh karena itu orang tidak perlu lagi acaca dukale (berkata dua kali) sebab kesimpulan pembicaraannya tidak akan berubah.

Perkataan itu hendaklah bukan sesuatu yang diucapkan oleh seseorang yang acaca duwa’ (“bercabang lidahnya”), tetapi merupakan kata-kata seorang ksatria, agar dapat dipercaya sepenuhnya.Ini kaitannya dengan sifat seseorang yang harus bisa etegghu’ jhanjhina (dapat dipegang janjinya).12

Pembawaan kukuh yang disandang orang Madura tersebut dalam perspektif yang lebih luas berpotensi mengantarkan orang Madura untuk selalu loyal pada pekerjaan, setia pada atasan atau juga patuh pada sistem dan pranata yang ada.Hal-hal seperti itulah yang mampu melahirkan sikap, perkataan dan perilaku orang Madura untuk selalu loyal pada pekerjaan, keyakinan dan atasannya.

4. Saduhuna (apa adanya). Lingkungan sekitar, sumber daya alam, produk seni budaya, kosakata bahasa, harta benda, dan segala sesuatu yang mengelilingi keseharian. Pembawaan yang sering mengesankan keluguan ini akan membuat orang Madura jujur dan polos dalam menyatakan perasaan hati serta segala sesuatu yang terdapat di benaknya.

12


(58)

Dengan pembawaan saduhuna inilah orang Madura tidak takut addhuterrang (bersikap jujur), dan selalu berkata seadanya untuk menyampaikan segala sesuatu tanpa peduli siapa pun yang berada di hadapannya.Orang Madura juga sangat yakin bahwa oreng jhujhurmate ngonjhur (orang jujur mati di tempat tidur) dengan sempurna.Orang yang jujur amat dipercaya paling mujur dan sangat berbahagia hidupnya.13

Pembawaan saduhuna ini berpotensi menciptakan situasi lingkungan dimana orang Madura hidup dengan kejujuran dalam bersikap, berkata-kata dan berperilaku.Potensi saduhuna ini menyebabkan orang Madura dalam hal sikap, perkataan, dan perilakunya tidak berbasa-basi dalam merespons setiap fenomena kehidupan yang tidak disenangi atau sesuatu yang diyakini.

5. Tak Mau Dilecehkan dan Dipermalukan

Cara orang Madura merespon amarah biasanya berupa tindakan resistensi yang cenderung keras. Keputusan perlu tidaknya menggunakan kekerasan fisik dalam tindakan resistensi ini sangat tergantung pada tingkat pelecehan yang mereka rasakan. Pada tingkat ekstrim, jika perlu mereka bersedia mengorbankan nyawa. Sikap dan perilaku ini tercermin dalam sebuah ungkapan: Ango'an Poteya Tolang, Etembhang Poteya Mata (artinya, kematian lebih dikehendaki daripada harus hidup dengan menanggung perasaan malu).

Sebaliknya, jika harga diri orang Madura dihargai sebagaimana mestinya, sudah dapat dipastikan mereka akan menunjukkan sikap dan perilaku andhap asor. Mereka akan amat ramah, sopan, hormat dan rendah hati. Bahkan, secara

13


(1)

112 PENUTUP A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat diambil beberapa simpulan diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Dalam memulai kehidupan rumah tangga yang baru pada pasangan suami istri yang menikah dini ini pada awal perkawinan mengalami beberapa fase pada tahap awal dalam membina hubungan rumah tangga. Pasangan suami istri yang menikah pada usia dini ini pada awal perkawinannya mengalami kesulitan dalam melakukan penyesuaian diri, karena beberapa dari pasangan tersebut kesulitan dalam melakukan komunikasi dengan pasangannya. Hal ini terjadi karena akibat proses penyesuaian diri dan komunikasi antar pasangan.

Pada proses komunikasi suami istri terdapat rasa malu-malu di salah satu pihak dalam memulai komunikasi dan memberikan umpan balik ke komunikator. Akan tetapi timbulnya rasa malu tidak hanya terdapat pada pemberian umpan balik terhadap komunikator, namun juga terdapat pada awal memulai komunikasi terhadap komunikan. Sehingga komunikasi yang terjadi pada pasangan suami istri yang menikah dini pada pertama mengenal tidak begitu efektif.

2. Berdasarkan proses komunikasi tersebut dapat dijelaskan bahwa dalam model komunikasi yang terjadi pada pasangan suami istri yang menikah di usia dini


(2)

113

menjadi model komunikasi malu-malu karena kedua pasangan tersebut masih belum adanya saling keterbukaan diantara satu sama lain.

Model komunikasi malu-malu pada suami istri yang menikah dini juga menggambarkan bahwa pada tahap awal menjalani rumah tangga kedua pasangan belum mengenal satu sama lain sehingga hubungan mereka masih dalam tahap perkenalan sehingga belum terjalin suatu keakraban diantara mereka.

3. Dalam penelitian ini untuk menghadapi sebuah konflik rumah tangga, informan memerlukan adanya keterbukaan komunikasi diantara setiap pasangan. Mereka berpendapat bahwa untuk menghindari konflik yang berkelanjutan dibutuhkan komunikasi, agar pasangan bisa lebih terbuka terhadap apa yang dirasakan tentang kebenaran dari pandangan diri sendiri, persetujuan, dukungan atau sebaliknya.

Dalam menghadapi konflik rumah tangga yang tidak terlalu besar (sepele) setiap individu pada pasangan suami istri ini merasa mereka yang berkuasa dalam rumah tangga, dan mereka masing-masing cenderung keras kepala dan merasa yang paling benar. Sehingga salah satu pihak akan mengalami kemunduran dengan mengalah demi keutuhan rumah tangga mereka. Namun dalam penyelesaian konflik yang dibilang cukup besar antara suami istri ini diselesaikan secara bersama (rembuk) dengan menggunakan komunikasi interpersonal dan keterbukaan tanpa adanya pihak lain yang ikut campur dalam penyelesaian masalah tersebut.


(3)

4. Keterbukaan diri kepada pasangan dalam komunikasi merupakan dua hal yang dapat mempengaruhi kedekatan antara suami dan istri. Respon yang diberikan istri atau suami terhadap apapun yang disampaikan oleh pasangannya akan memberikan dampak terhadap kesediaan pasangan tersebut untuk lebih terbuka terhadap pasangannya. Komunikasi yang terbuka dalam keluarga seperti bercanda, sharing bareng, mengingat pengalaman masa lalu yang merupakan interaksi suami istri dalam menjalin keterbukaan antar suami istri lain dengan tujuan membina hubungan yang harmonis.

B. SARAN

Berdasarkan dari hasil penelitian yang sudah diperoleh maka peneliti menyarankan hal – hal sebagai berikut :

1. Kepada orang tua, untuk para orang tua hendaknya tidak menikahkan anak anaknya sebelum usia anaknya mencukupi untuk berumah tangga, karena pernikahan yang dilakukan dalam usia muda atau belum cukup umur sangat rentan terhadap masalah baik psikis, fisiologis, dan lain-lain yang bisa berujung perceraian.

2. Untuk pelaku pernikahan dini, seharusnya mereka mempersiapkan bahwa konflik dalam sebuah hubungan suami istri itu pasti muncul ketika mereka sudah menikah dan hidup bersama, maka dari itu seharusnya hal yang perlu dipersiapkan oleh masing-masing pasangan adalah bersikap lebih dewasa dalam berpikir, berbicara, dan bertindak. Ketika seorang wanita dan laki-laki memutuskan untuk menikah dan hidup bersama maka semua resiko sudah menjadi bagian hidup mereka dan masing-masing pihak harus bertanggung jawab atas keputusan yang sudah mereka terapkan.


(4)

115

Komunikasi antara suami istri harus saling terbuka. Pada dasarnya, tidak ada rahasia antara suami istri, sehingga dengan demikian satu sama lain saling membuka diri. Komunikasi yang saling terbuka, akan terbina saling pengertian, saling mengisi, mana-mana yang baik perlu dipertahankan dan dikembangkan dan mana-mana yang tidak baik perlu dihindarkan. Demikian, diharapkan tidak akan ada hal yang tertutup, sehingga apa yang ada pada diri suami juga diketahui oleh istri, juga sebaliknya.

3. Bagi jurusan ilmu komunikasi, agar penelitian ini dapat dijadikan referensi tentang model komunikasi yang terdapat dalam rumah tangga pasangan usia dini serta memberi pengetahuan tentang kehidupan berumah tangga terkait konflik dan keharmonisan suami istri. Diharapkan juga agar dapat menjadi contoh bagaimana membina kehidupan berumah tangga yang damai dan tentram

4. Untuk penelitian selanjutnya, peneletian mengenai hubungan perkawinan ini hendaknya berhati-hati dalam menggunakan bahasa, perkataan dan perbuatan dalam menggali informasi kepada informan, karena dikhawatirkan dapat menyinggung informan, karena penelitian ini berhubungan dalam rumah tangga yang bersifat pribadi dan sensitif.


(5)

Al-Ghifari Abu, 2003 Badai Rumah Tangga, Bandung : Mujahid Press. Adhim M. Fauzil, 2006, Indahnya Pernikahan Dini, Jakarta : Gema Insani. Aw Suranto, 2010, Komunikasi Social Budaya, Yogyakarta : Graha Ilmu.

Budyatna Muhammad, Leila Mona Gadiem, 2011, Teori Komunikasi Antar pribadi, Jakarta: Prenada Media Group.

Bukhori M, 1989, Islam Dan Adab Seksual, Jakarta : Bumi Aksara

Bungin Burhan, 2001, Metode Penelitian Kualitatif Aktualisasi Metodologis ke Arah Ragam Varian Kontemporer Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Chakim Sulkhan Dkk, 2007, Komunikasi Jurnal Dakwah Dan Komunikasi, Purwokerto : Stain Purwokerto.

Effendy, Onong Uchjana, 2002, Ilmu Komunikasi : Teori Dan Praktek, Bandung : Remaja Rosdakarya.

Fat-Hi Muhammad, 2006, Beginilah Seharusnya Suami Isteri Saling Mencintai, Bandung : Irsyad Baitus Salam.

Fxa.Ins.Semendison, 1991, Komunikasi Antarpribadi, Bandung : Sekeloa. Hasyim Syafiq, 1999, Menakar Harga Perempuan, Bandung : Mizan. Idrus Muhammad, 2009, Metode Penelitian Ilmu Sosial, Jakarta : Erlangga.

Koentjaraningrat, 1994, Metode Penelitian Masyarakat, Jakarta : Gramedia Pustaka Utama. Krisyantono Rachmat, 2006, Teknik Praktis Riset Komunikasi, Jakarta : Predana Media Group. Liliweri Alo, PRASANGKA & KONFLIK, Komunikasi Lintas Budaya Masyarakat Kultur Laporan Penelitian Riset Operasional Intervensi Kesehatan Ibu Dan Anak Berbasis Budaya

Local, Penguatan, 2012, “Modal Social Buppa, Babbhu, Guru ban Rato” Dalam Peningkatan Kualitas Diet Ibu Hamil Etnis Madura Di Bangkalan Jawa Timur, Annis Catur Adi Dkk,

Moleong J. Lexy, 2012, Metodologi Penelitian Kualitatif , Bandung : Remaja Rosdakarya. Morissan, 2013, Teori Komunikasi Individu Hingga Massa. Jakarta : Kencana Prenadamedia

Group.

Mulyana Deddy , 2008, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar , Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Mulyana Deddy, 2002, Metodologi Penelitian Kualitatif , Bandung : Remaja Rosda karya. Musnamar Tohari Dkk, 1992, Dasar-Dasar Konseptual Bimbingan Dan Konseling Islam,

Yogyakarta : UIIpress.


(6)

Nurdin Ali Dkk, 2013, Pengantar Ilmu Komunikasi, Suarabaya : IAIN Sunan Ampel Press. Rachmad Jalalludin, 1995, Metode Penelitian Komunikasi, Jakarta: Remaja Rosda Karya.

Rifa’i Mien Ahmad, 2007, Manusia Madura, Pembawaan, Perilaku, Etos Kerja, Penampilan Dan Pandangan Hidupnya, Seperti Dicitrakan Peribahasanya, Yogyakarta : Pilar Media. Wiryanto, 2004, Pengantar Ilmu Komunikasi, Jakarta : PT. Grasindo

Zulkifli Ahmad, 2011, Dampak Sosial Pernikahan Dini Studi Kasus Di Desa Gunung Sindurbogor, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

All-About-Theory.Blogspot.Com, Diakses Tanggal 19 November 2015 Pukul 11.21

Http//Alfiyah23.Student.Umm.Ac.Id/Sebab-Sebab Penikahan Dini, Diakses Pada Tanggal 09 Desember 2015.

Html/ Tugas Antropologi Makalah Suku Madura Ddayip dokumen/ diakses pada tanggal 11 november 2015 pukul 11:07

Html/ Mengenal Suku Madura (Studi Deskriptif Tentang Karakteristik dan Budaya Suku Madura), diakses pada tanggal 11 november 2015 pukul 11:07

Html/ Karakter Etnis Madura dan Kebiasaan Carok. (diakses pada tanggal 11 november 2015 pukul 11:21)

Lubmazal.com/2014/05/14pola-komunikasi-dalam-keluarga (teori komunikasi keluarga) / pola komunikasi dalam keluarga

Yearry Panji Setianto, Teori Penetrasi Sosial dalam http://yearrypanji.wordpress.cpm/2015/12/25/teori-penetrasi-sosial/


Dokumen yang terkait

PERAN PEMERINTAH BANGKALAN DALAM PENYELASAIAN KONFLIK ANTARA NELAYAN BANGKALAN DENGAN NELAYAN PASURUAN (Studi di Desa Batah Barat Kecamatan Kwanyar Kabupaten Bangkalan)

0 7 2

BATIK MADURA SEBAGAI MEDIA PENCITRAAN BUDAYA MADURA (Studi pada Pembatik Desa Tanjung Bumi, Kecamatan Tanjung Bumi, Kabupaten Bangkalan, Madura)

3 15 41

Analisis Perbandingan Profitabilitas Usaha Penggemukan Sapi Madura Dan Persilangan (Madura-Limousin)(Studi Kasus: Desa Banyubunih Kecamatan Galis Kabupaten Bangkalan).

0 3 69

Tinjauan hukum Islam terhadap pasangan "kumpul kebo" yang habis masa iddahnya tanpa melalui nikah baru: studi kasus di Desa Tanjungbumi Kecamatan Tanjungbumi Kabupaten Bangkalan.

0 0 59

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP TRADISI MERRIK LENGKAAN ( PEMBERIAN LANGKAHAN) DALAM PERNIKAHAN DI DESA PESANGGRAHAN KECAMATAN KWANYAR KABUPATEN BANGKALAN.

3 5 84

PENCAK SILAT DAN HARGA DIRI ORANG MADURA DI DESA KWANYAR BARAT KECAMATAN KWANYAR KABUPATEN BANGKALAN.

0 6 98

ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KONSEP PARON DALAM KERJASAMA PENGGEMUKAN SAPI DI DESA BATAH BARAT KECAMATAN KWANYAR KABUPATEN BANGKALAN.

2 6 76

TRANSFORMASI PENDIDIKAN ISLAM MASYARAKAT MADURA PASCA SURAMADU STUDI DI DESA GUNUNG SERENG KWANYAR BANGKALAN.

0 0 64

ALTERNATIF PENINGKATAN EKONOMI : STUDI TENTANG PENGEMBANGAN MASYARAKAT NELAYAN MELALUI HOME INDUSTRI PENGELOLAAN KRUPUK UDANG DI DESA KWANYAR BARAT KECAMATAN KWANYAR KABUPATEN BANGKALAN.

0 0 102

NEGOSIASI IDENTITAS PENDATANG DALAM KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DENGAN ETNIS MADURA (Studi Interpretif Komunikasi Antarbudaya Pendatang dan Etnis Madura di Kamal Bangkalan) Repository - UNAIR REPOSITORY

0 0 12