Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Kinerja Guru Melalui Supervisi Akademik di Sekolah Dasar Negeri Candisari 1 Mranggen Demak T2 942012078 BAB II

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Dalam tinjauan pustaka ini akan diuraikan kajian teoritis yang digunakan untuk penelitian ini. Beberapa hal yang ada di dalamnya berkaitan dengan kerangka teori beserta definisi berdasarkan perumus-an masalah dperumus-an tujuperumus-an penelitiperumus-an. Kajiperumus-an teori ini terdiri dari beberapa sub bab yang saling berkaitan. Sub bab tersebut antara lain: tugas pokok kepala sekolah; kompetensi guru profesional; dan pengelolaan supervisi akademik, yang meliputi perencanaan, im-plementasi, dan umpan baliknya.

2.1 Tugas Pokok Kepala Sekolah

Tanggung jawab dan tugas kepala sekolah di sekolah dasar secara umum mengalami perkembangan dan perubahan, baik dalam sifat maupun luasnya. Hal ini berkaitan dengan semakin pintarnya masyarakat menempatkan posisi pendidikan di level yang utama. Kepala sekolah tidak hanya bertanggung jawab atas kelancaran jalannya sekolah secara teknis akademis saja. Sebagai pemimpin di instansi pendidikan, Kepala sekolah merupakan orang yang paling bertanggung- jawab terhadap keberhasilan pendidikan di sekolah yang dipimpinnya. Hal ini berkaitan dengan kepemim- pinan dalam melaksanakan tugas dan hubungan


(2)

antar manusia. Kunci keberhasilan sekolah terletak pada efisiensi dan efektivitas kerja seorang kepala sekolah. Kemampuan dasar yang perlu dimiliki oleh kepala sekolah yaitu tercermin melalui sifat-sifat: jujur, percaya diri, tanggung jawab, berani mengambil resiko dan keputusan, berjiwa besar, emosi yang stabil dan teladan. Sifat dasar seperti itu dengan sendirinya akan diikuti oleh guru atau staf kerja.

Dari kepemimpinan yang profesional tersebut berarti juga merupakan proses menggerakkan, mem-pengaruhi, memberikan motivasi dan mengarahkan orang-orang di dalam lembaga pendidikan. Tentunya akan lebih mudah untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan. Tuntutan lain yang berkaitan dengan tugas kepala sekolah yaitu mempunyai dasar kompe- tensi kepribadian, manjerial, supervisi dan kewirausa- haan. Dari keempat kompetensi tersebut, yang tidak kalah pentingnya adalah kompetensi supervisi. Pelak-sanaannya disesuaikan prosedur dan teknik-teknik yang tepat.

Berkaitan dengan tugas pokok dan fungsi kepala sekolah, ada konsep yang memudahkan untuk diingat yaitu EMASLIM (Educator, Manager, Administrator, Supervisor, Leader, Inovator, Motivator). Ada banyak pandangan yang mengkaji tentang peranan kepala sekolah dasar. Seperti halnya Campbell, Corbally & Nyshand (1993: 129) yang mengemukakan tiga klasifi-kasi peranan kepala sekolah dasar, yaitu:


(3)

(1) peranan yang berkaitan dengan hubungan per-sonal, mencakup kepala sekolah sebagai figure-head atau simbol organisasi, leader atau pemim-pin, dan connection atau penghubung; 2) peranan yang berkaitan dengan informasi, mencakup kepala sekolah sebagai pemonitor, disseminator, dan spokesman yang menyebarkan informasi ke semua lingkungan organisasi, dan; 3) peranan yang berkaitan dengan pengambilan keputusan, yang mencakup kepala sekolah sebagai entrepre- neur, disturbance handler, penyedia segala sumber, dan negosiator.

Menurut hemat peneliti sosok kepala sekolah itu orang yang dituakan di sekolah. Artinya segala sesu-atu tertumpu kepadanya. Stabil ataupun labil dalam perkembangan sekolah tergantung kepadanya. Semua kegiatan guru dapat dikendalikan. Jadi apabila setiap saat kinerja guru meningkat ataupun stabil, bahkan terjadi penurunan tingkat kinerja guru juga tergan-tung kepada kepala sekolah. Kemampuan yang mema-dai untuk dimiliki kepala sekolah betul-betul sangat dibutuhkan peranannya.

Bentuk-bentuk tugas di bidang administrasi adalah garapan kepala sekolah yang berkaitan dengan pengelolaan bidang pendidikan di sekolah. Garapan tersebut meliputi pengelolaan pengajaran, kesiswaan, kepegawaian, keuangan, sarana-prasarana, dan hu-bungan sekolah masyarakat. Keenam bidang tersebut, bisa diklasifikasi menjadi dua, yaitu mengelola kom-ponen organisasi sekolah yang berupa manusia, dan komponen organisasi sekolah yang berupa benda.


(4)

Garapan di bidang supervisi adalah tugas-tugas kepala sekolah yang berkaitan dengan pembinaan guru untuk perbaikan pengajaran. Supervisi merupa-kan suatu usaha memberimerupa-kan bantuan kepada guru untuk memperbaiki atau meningkatkan proses dan situasi belajar mengajar. Hal ini berarti sebuah upaya meningkatkan kinerja guru. Sasaran akhir dari kegiat-an supervisi adalah meningkatkkegiat-an hasil belajar siswa.

2.2

Kompetensi Guru Profesional

Agar dapat melaksanakan tanggung jawab dan tugas dengan baik, maka seorang guru dituntut me-miliki keterampilan dan kemampuan tertentu. Hal ter-sebut merupakan perwujudan dari kompetensi profe-sional guru. Pada Kepmendiknas no. 045/U/2002 juga disebutkan bahwa kompetensi merupakan seperang-kat tindakan cerdas dan penuh tanggung jawab dalam melaksanakan tugas sesuai dengan pekerjaan ter-tentu. Merujuk pada UU No.14 tahun 2005 tentang guru dan dosen, maka guru harus memiliki empat kompetensi, yaitu kompetensi profesional, pedagogis, personal, dan sosial.

Dari keempat kompetensi tersebut dapat dimak-nai sebagai kebulatan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang diwujudkan dalam tindakan yang cerdas dan penuh tanggung jawab dalam melaksanakan tugasnya. Ditandaskan lagi dalam Permendiknas No.16 tahun 2007 tentang standar kompetensi akade- mik dan kompetensi guru, bahwa standar kompetensi


(5)

guru terdiri dari kompetensi inti guru dan kompetensi profesional guru. Dari dasar tersebut maka yang di-maksud kompetensi profesional guru adalah kemam-puan dan wewenang guru dalam melaksanakan profesinya sebagai guru. Secara rinci kompetensi profesional guru dapat dijelaskan pada tabel berikut:

Tabel 2.1

Kompetensi Profesional Guru

NO ASPEK SUB ASPEK

1 Menguasai materi, struktur, konsep dan pola pikir yang mendukung mata pelajaran yang diampu

1.1 Menguasai materi 1.2 Memahami struktur 1.3 Memahami konsep

1.4 Memahami pola pikir yang mendukung mata pelajaran

2 Menguasai standar kompetensi dasar mata pelajaran yang diampu

2.1 Menguasai standar kompetensi mata pelajaran yang diampu

2.2 Memahami kompetensi dasar mata pelajaran yang diampu

2.3 Memahami tujuan pembelajaran mata pelajaran yanag diampu

3 Mengembangkan materi pelajaran yang diampu secara kreatif

3.1 Memilih materi mata pelajaran yang diampu sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik

3.2 Mengolah materi mata pelajaran yang diampu secara kreatif sesuai dengan tingkat perkembangan peseta didik

4 Mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif

4.1 Melakukan refleksi terhadap kinerja sendiri secara terus menerus

4.2 Memanfaatkan hasil refleksi dalam rangka peningkatan keprofesionalan

4.3 Melakukan penelitian tindakan kelas untuk meningkatkan keprofesionalan

4.4 Mengikuti kemajuan zaman dengan belajar dari berbagai sumber

5 Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk pengembangan diri

5.1 Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi dalam berkomunikasi

5.2 Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk pengembangan diri.


(6)

Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa kompetensi profesional guru merupakan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam. Hal ini mencakup penguasaan materi kurikulum atau pelajaran di sekolah dan substansi keilmuan yang menaungi materinya, termasuk pengu-asaan terhadap struktur dan metodologi keilmuan.

2.3 Pengelolaan Supervisi Akademik

Setelah membahas tugas-tugas bidang garapan kepala sekolah dan kompetensi profesional guru, selanjutnya pembahasan difokuskan pada pelaksana-an supervisi di sekolah dasar. Kegiatpelaksana-an supervisi me-rupakan usaha yang sifatnya membantu guru atau melayani guru agar ia dapat memperbaiki, mengem-bangkan, dan bahkan meningkatkan pengajarannya, serta dapat pula menyediakan kondisi belajar siswa yang efektif dan efisien. Dari alur perkembangan terse-but, maka akan mengarah upaya untuk mencapai tu-juan pendidikan dan meningkatkan mutu pendidikan.

Telah ditandaskan lagi oleh Purwanto (2006: 76) bahwa bantuan atau pelayanan yang diberikan, yang dimaksud adalah bantuan yang diberikan dengan jalan memberikan bimbingan dan pengarahan kepada guru untuk dapat mengembangkan pengelolaan ke-giatan belajar mengajar yang terdiri dari penyusunan rencana pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran dan penilaian prestasi belajar. Dari pandangan tersebut, supervisi dapat juga diartikan sebagai segala bantuan


(7)

dari para pemimpin sekolah, yang tertuju pada perkembangan kepemimpinan guru-guru dan personel sekolah lainnya dalam mencapai tujuan pendidikan. Berarti juga bahwa supervisi ini berupa dorongan, bimbingan dan kesempatan bagi pertumbuhan dan keahlian serta kecakapan guru-guru.

Bentuk-bentuk kegiatannya seperti bimbingan dalam usaha dan pelaksanaan pembaharuan dalam pendidikan dan pembelajaran; pemilihan alat-alat pelajaran dan metode mengajar yang lebih baik; cara penilaian yang sistematis terhadap seluruh fase proses pembelajaran. Kegiatan-kegiatan supervisi ini sesuai dengan fungsi dan tujuannya akan memacu pening-katan kinerja guru. Pemberian bantuan pembinaan dan pembimbing tersebut dapat bersifat langsung atau tidak langsung kepada guru yang bersangkutan.

Supervisi akademik merupakan serangkaian kegiatan membantu guru mengembangkan kemampu-annya mengelola proses pembelajaran demi penca-paian tujuan pembelajaran. Hal itu sama sekali bukan menilai unjuk kerja guru dalam mengelola proses pembelajaran, melainkan membantu guru mengem- bangkan kemampuan profesionalnya. Pengembangan kemampuan dalam konteks ini perlu ditafsirkan secara luas. Hal ini bukan semata-mata ditekankan pada peningkatan pengetahuan dan keterampilan mengajar guru, melainkan juga pada peningkatan komitmen (commitmen) atau kemauan (willingness) atau motivasi (motivation) guru, sebab dengan mening-


(8)

katkan kemampuan dan motivasi kerja guru, kualitas pembelajaran akan meningkat.

Dalam rangkaian upaya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, diperlukan sumber data super-visi. Sumber data tersebut adalah sesuatu yang dituju oleh pelaku supervisi yang sedang mengumpulkan data. Oleh karenanya sumber data supervisi dikenal dengan istilah sasaran supervisi. Dalam penyelengga- raan supervisi akademik dilakukan dengan cara pem-berian diskusi, pelatihan, dan konsultasi. Proses supervisi akademik tersebut dilakukan dengan bebe-rapa tahapan, antara lain tahapan perencanaan, im-plementasi, dan umpan balik. Kegiatan ini dilakukan oleh kepala sekolah melalui konfirmasi kepada guru atau pihak lain yang berkompeten.

2.3.1 Perencanaan Supervisi Akademik

Perencanaan merupakan salah satu syarat mutlak bagi setiap organisasi atau lembaga dan bagi setiap kegiatan, baik perseorangan maupun kelompok. Perencanaan merupakan bekal kegiatan pelaksanaan. Pelaksanaan supervisi akademik perlu direncanakan dengan baik, rapi dan terstruktur. Perencanaan dimu- lai dari pertemuan awal, observasi kelas, wawancara hingga diskusi dan tindak lanjutnya. Berkaitan dengan hal ini Hartoyo (2006: 93) menyatakan bahwa peren-canaan ini meliputi: tujuan, waktu, tempat, instrumen dan sebagainya yang diperlukan untuk kelancaran proses supervisi. Pandangan mengenai perencanaan


(9)

itu sangat berpengaruh terhadap hasil supervisi. Oleh karena itu perencanaan yang matang merupakan awal keberhasilan.

Perincian perencanaan disusun bersama antara pengawas, kepala sekolah dan guru. Maksudnya untuk menciptakan koordinasi antara keduanya, sehingga pelaksanaa supervisi tidak tumpang tindih. Dalam perencanaan supervisi pembelajaran kepala sekolah bersama guru sekaligus menghadirkan pengawas berdiskusi menyusun rencana kerja untuk kurun waktu tertentu, yaitu satu tahun yang dibagi menjadi rencana caturwulan dan bulan.

2.3.2 Implementasi Supervisi Akademik

Kegiatan pelaksanaan supervisi akademik meru-pakan implementasi dari perencanaan yang telah di-susun. Bagaimana dapat melaksanakan dengan baik, tentu saja memerlukan teknik atau cara yang baik pula. Pelaksanaan supervisi akademik dapat dilaku-kan dengan berbagai cara sesuai dengan situasi dan kondisi setempat. Tempat yang satu kemungkinan berbeda dengan palaksanaan di tempat yang lain. Fenomena yang demikian ini dapat menggunakan ketentuan rambu-rambu pelaksanaan kegiatan super-visi akademik. Herabudin (2009: 234) memberikan pandangan sebagai berikut:

Rambu-rambu dalam pelaksaan supervisi akade- mik yaitu (1) kunjungan rutin yang terjadwal ke setiap sekolah, yang dikesani sebagai silaturahmi para supervisor sehingga terbentuk hubungan


(10)

dialogis yang harmonis dalam mendiskusikan ber-bagai permasalahan pembelajaran yang dihadapi sekolah; (2) melakukan berbagai kegiatan sekolah dengan melibatkan para guru dan siswa untuk mengenali dan menerapkan metode dan pendekat-an baru dalam pembelajarpendekat-an; (3) melakspendekat-anakpendekat-an seminar pendidikan untuk para guru untuk me-nambah wawasan kependidikannya; (4) pelaksa-naan kurikulum baru yang lebih menekankan kepada kemandirian siswa; (5) penilaian terhadap kinerja guru dan reward yang dijanjikan.

Ada yang menerapkan dengan rambu-rambu, tetapi ada juga yang mengatakan dengan teknik. Untuk pelaksanaan kegiatan supervisi yang baik tentunya dengan teknik yang sesuai keadaan setempat dan saling menerima. Teknik supervisi bisa dikelom-pokkan menjadi dua, yaitu teknik supervisi individual dan teknik supervisi kelompok. Klasifikasi ini untuk mempermudah menjangkau tujuan. Dalam melaksa- nakan kegiatan supervisi perlu rambu-rambu ataupun teknik-teknik yang mendukung, implementasinya perlu menyesuaikan kondisi dan situasi setempat. Pengaruh ataupun efek yang muncul sesaat di lapangan perlu dicatat untuk menemukan solusinya, sekaligus sebagai perbaikan supervisi berikutnya.

2.3.3 Umpan Balik Supervisi Akademik

Setelah memerinci perencanaan, kemudian melaksanakan kegiatan supervisi akademik maka yang berikutnya adalah tindak lanjut umpan balik dari kegiatan itu sendiri. Pertemuan balikan dilakukan segera setelah melaksanakan observasi pengajaran.


(11)

Namun terlebih dahulu melakukan analisis terhadap hasil observasi. Pertemuan balikan ini merupakan tahap yang penting untuk mengembangkan perilaku guru dengan cara memberikan balikan tertentu. Sergiovanni (2007: 65) menjelaskan bahwa balikan ini harus deskriptif, spesifik, konkrit, bersifat memotivasi, aktual, dan akurat, sehingga betul-betul bermanfaat bagi guru. Pandangan tersebut diperkuat lagi oleh Goldhammer, Anderson, dan Krajewski (2001: 69), yang menyatakan bahwa:

Paling tidak ada lima manfaat pertemuan balikan bagi guru, sebagaimana dikemukakan yaitu: (1) guru bisa diberikan penguatan dan kepuasan, sehingga bisa termotivasi dalam kerjanya, (2) isu-isu dalam pengajaran bisa didefinisikan bersama supervisor dan guru dengan tepat, (3) supervisor bila mungkin dan perlu, bisa berupaya menginter-vensi secara langsung guru untuk memberikan bantuan didaktis dan bimbingan, (4) guru bisa dilatih dengan teknik ini untuk melakukan super-visi terhadap dirinya sendiri, dan (5) guru bisa diberi pengetahuan tambahan untuk meningkat-kan tingkat analisis profesional diri pada masa yang akan datang.

Dari pendapat tersebut dapat ditambah bahwa sebelum mengadakan pertemuan balikan ini kepala sekolah terlebih dahulu menganalisis hasil observasi dan merencanakan bahan yang akan dibicarakan dengan guru. Begitu pula diharapkan guru menilai dirinya sendiri. Setelah itu dilakukan pertemuan balikan ini. Dalam pertemuan balikan ini sangat diperlukan adanya keterbukaan antara kepala sekolah dan guru. Sebaiknya kepala sekolah menanamkan


(12)

kepercayaan pada diri guru bahwa pertemuan balikan ini bukan untuk menyalahkan guru melainkan untuk memberikan masukan balikan. Kepala sekolah dalam setiap pertemuan balikan adalah memberikan pengu-atan (reinforcement) terhadap guru. Baru dilanjutkan dengan analisis bersama setiap aspek pengajaran yang menjadi perhatian supervisi klinis.

Pada kesempatan ini kepala sekolah bersama guru mengidentifikasi target keterampilan sebagai perhatian utama yang telah dicapai dan yang belum dicapai. Bisa juga pada saat ini kepala sekolah me-nunjukkan hasil rekaman kegiatan. Dengan demikian guru mengetahui apa yang telah dilakukan dan dicapai. Apabila ada yang belum sesuai dengan target kegiatan dan perhatian utama guru sebagaimana disepakati pada tahap pertemuan awal maka guru dapat memperbaiki diri. Kegiatan ini kepala sekolah bisa juga merekam proses belajar mengajar dengan alat elektronik, maka sebaiknya hasil rekaman ini dipertontonkan kepada guru sehingga ia dengan bebas melihat dan menafsirkannya sendiri.

Berikut ini beberapa langkah yang perlu dilaku-kan selama pertemuan balidilaku-kan (Anonim, 2008: 45).

Langkah-langkah ini antara lain, a)menanyakan perasaan guru secara umum atau kesannya ter-hadap pengajaran yang dilakukan, kemudian supervisor berusaha memberikan penguatan (reinforcement); (b) menganalisis pencapaian tuju- an pengajaran yaitu kepala sekolah bersama guru mengidentifikasi perbedaan antara tujuan penga-jaran yang direncanakan dan tujuan pengapenga-jaran


(13)

yang dicapai; (c) menganalisis target keterampilan dan perhatian utama guru; (d) kepala sekolah me-nanyakan perasaannya setelah enganalisis target keterampilan dan perhatian utamanya; (e) Me-nyimpulkan hasil dari apa yang telah diperoleh- nya selama proses supervisi klinik. Di sini super- visi memberikan kesempatan kepada guru untuk menyimpulkan target keterampilan dan perhatian utamanya yang telah dicapai selama proses super-visi klinis; (f) mendorong guru untuk merenca-nakan latihan-latihan sekaligus menetapkan ren-cana berikutnya.

Adapun pemberian umpan balik (feed back) oleh Dharma (2004: 8) dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.1

Pemberian Umpan Balik

Sumber: Manajemen Supervisi (Dharma, 2004: 8)

Proses

Kondisi Hasil

Umpan Balik Motivasi

Umpan Balik Formatif


(14)

Penjelasan dari Gambar 2.1 pemberian umpan balik tersebut adalah sebagai berikut:

Kondisi: unsur masukan atau input yaitu semua masukan yang diperlukan dalam proses pembelajaran yaitu lingkung-an kerja, media pembelajarlingkung-an, hubunglingkung-an lingkung-antar pribadi guru, suasana kerja, kebijakan sekolah.

Proses: semua kegiatan yang dilakukan dalam pembelajaran yaitu perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembela-jaran, penilaian hasil pembelapembela-jaran, analisis penilaian hasil pembelajaran, tindak lanjut hasil penilaian pem-belajaran.

Hasil: salah satu parameter hasil pembelajaran adalah perolehan rata-rata nilai hasil ujian nasional dan prestasi non akademik yang lain yang diperoleh siswa.

Balikan formatif: diberikan untuk mengubah kinerja guru dalam memperbaiki kualitas pembelajaran yang langsung disam-paikan setelah supervisi pembelajaran.

Balikan motivasi: digunakan untuk mendorong guru agar bekerja lebih baik dengan memberikan penghargaan bagi yang berprestasi dalam pembelajaran.

Berdasarkan gambar dan penjelasan tersebut, bahwa fungsi balikan dalam pelaksanaan supervisi adalah mengkomunikasikan hasil supervisi kepada guru sebagai feedback atau balikan untuk memper-baiki kesalahan dengan tindak lanjutnya. Dengan adanya balikan ini dapat mempengaruhi pembelajaran yang diinginkan (umpan balik motivasi) dan mempe-ngaruhi bentuk pembelajaran yang diinginkan (umpan balik formatif). Umpan balik tersebut diharapkan ada perbaikan proses pembelajaran. Harapan lainnya ada-lah meningkatnya mutu pembelajaran. Peningkatan kinerja guru tersebut akan terlihat dengan adanya peningkatan pelayanan siswa pada proses pembela-jaran dan meningkatnya perolehan hasil belajar.


(15)

2.4 Penelitian Terdahulu

Ada beberapa jurnal sebagai penelitian terdahu-lu yang sudah membahas tentang kepemimpinan kepala sekolah, kompetensi guru profesional, dan sekaligus dengan pelaksanaan supervisi. Penjelasan dalam jurnal tersebut sudah merupakan persamaan yang ada pada penelitian ini, adalah sebagai berikut:

Bloom (2003: 8) dalam Journal of Case Studies in Education yang berjudul Leadership effectiveness and instructional supervision: the case of the failing twin menyatakan bahwa kepala sekolah sebagai adminis-trator mempunyai kewajiban dalam melakukan super-visi dan monitoring secara teratur. Tujuannya untuk mengu-rangi benturan sumber daya manusia yang di-kelola baik secara vertikal maupun horizontal. Dalam jurnal tersebut digambarkan beberapa fenomena per-masalahan pembelajaran, efektivitas kepemimpinan, pengawasan pelatihan peningkatan kinerja guru. Permasalahan yang diangkat merupakan fenomena dalam sebuah instansi pendidikan.

Dijelaskan bahwa penjiwaan kepemimpinan yang beroreantasi pada efektivitas dan etos kerja yang tinggi akan membawa sebuah keberhasilan yang cemerlang. Penjiwaan ini adalah proses mengangkat semangat kinerja tenaga pendidikan yang dilakukan secara efektif dan profesional. Perlakuan dalam proses peningkatan tersebut difokuskan pada peningkatan hasil perolehan keterampilan yang diraih anak. Kecemerlangan hasil yang digenggam anak merupakan


(16)

cermin kepemimpinan yang efektif dan etos kerja yang tinggi.

Jurnal internasional berjudul TAFE head teachers: Discourse brokers at the managementteaching interface oleh Black (2003: 8), Meadowbank College of TAFE Northern Sydney Institute menyatakan bahwa kepala sekolah harus mempunyai strategi dalam memanajemen guru. Kepala sekolah merupakan kunci dalam pengelolaan tersebut. Banyak kegiatan guru dipengaruhi oleh supervisi yang dilakukan oleh kepala sekolah. Kegiatan supervisi ini untuk meningkatkan kinerja guru dalam pendidikan. Supervisi ini mampu mempengaruhi kinerja guru secara berkelanjutan. Dijelaskan lebih dalam lagi mengenai pengelolaan guru dan staf, sarana dan prasarana, hubungan masyara- kat dengan sekolahan, pengelolaan kesiswaan dan kurikulum, hal tersebut dalam rangka pendayagunaan sumberdaya secara optimal. Pada intinya adalah pada faktor utama dikelola dengan baik maka komponen-komponen yang lain akan terimbas juga. Dengan demikian apabila faktor semangat guru sudah termo-tifasi dengan baik maka semua yang berkaitan dengan tugas guru akan menghasilkan produk yang optimal.

Canadian Journal of Educational Administration and Policy, January 14, 2007 berjudul Teacher Educa- tion Program Admission Criteria and What Beginning Teachers Need to know to be Successful Teachers oleh Childs and Casey (2007: 1) dalam abstraknya melapor- kan mengenai pemilihan program pendidikan guru


(17)

yang prospektif. Program tersebut berkaitan dengan skill, wawasan dan perilaku yang merupakan kriteria persiapan guru dalam pembelajaran. Hasil dari proses tersebut mampu memproduksi guru profesional. Keberhasilan potensi yang dimiliki anak juga merupa-kan keberhasilan seorang guru.

Journal Effectiveness of the blended Supervision model: a case study of Student teachers learning to teach in High schools of Zimbabwe oleh Mutandwa, Muropa and Gadzirayi (2007: 11) menjelaskan bahwa model supervisi merupakan upaya mengkolaborasikan atau mencampurkan model tutorial guru dan murid dalam pembelajaran. Metode ini banyak memfokuskan pada aktivitas diskusi. Perbedaannya terletak pada subjek yang melakukan supervisi, yaitu apabila dalam penelitian terdahulu yang melakukan supervisi adalah guru terhadap siswa, sedangkan pada penelitian ini adalah kepala sekolah terhadap guru. Persamaannya adalah penggunaan metode kualitatif dan pembahasan metode supervisi dengan cara hubungan kerja sama atau diskusi.

Jurnal internasional berjudul Supervision as Professional Development: Compatible or Strange Bedfellows in the Policy Quest for Increased Student Achievement oleh Rucinski and Hazi (2007: 3) bahwa supervisi merupakan usaha evaluasi guru yang ber-guna untuk meningkatkan kualifikasi guru sebagai tenaga pengajar. Prosesnya berlangsung secara ber-jangka atau bertahap yang dilakukan dalam rangka


(18)

peningkatan pembelajaran siswa di kelas melalui guru yang disupevisi. Dijelaskan pula bahwa profesional dikembangkan melalui pengawasan yang profesional. Melalui pengawasan maka dedikasi, karakter, sema-ngat, dan sikap akan terbentuk, dan tugas keprofesio-nalannya lebih diakui. Profesional menunjukkan kinerja yang mumpuni, dimana kebijakan profesi itu dapat meningkatkan prestasi. Dengan kebijakan profe-sional guru maka akan mampu untuk meningkatkan prestasi siswa.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian ter-dahulu adalah bahwa penelitian ini lebih memfokus-kan pada pengelolaan supervisi pembelajaran yang meliputi perencanaan, implementasi dan umpan balik. Metode yang digunakan adalah kualitatif, dimana penelitian ini dilakukan pada taraf sekolah dasar, sedangkan persamaannya adalah sama-sama memba- has cara peningkatan profesionalisme guru melalui suatu pembinaan dalam bentuk supervisi.


(1)

yang dicapai; (c) menganalisis target keterampilan dan perhatian utama guru; (d) kepala sekolah me-nanyakan perasaannya setelah enganalisis target keterampilan dan perhatian utamanya; (e) Me-nyimpulkan hasil dari apa yang telah diperoleh- nya selama proses supervisi klinik. Di sini super- visi memberikan kesempatan kepada guru untuk menyimpulkan target keterampilan dan perhatian utamanya yang telah dicapai selama proses super-visi klinis; (f) mendorong guru untuk merenca-nakan latihan-latihan sekaligus menetapkan ren-cana berikutnya.

Adapun pemberian umpan balik (feed back) oleh Dharma (2004: 8) dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.1

Pemberian Umpan Balik

Sumber: Manajemen Supervisi (Dharma, 2004: 8)

Proses

Kondisi Hasil

Umpan Balik Motivasi Umpan Balik


(2)

Penjelasan dari Gambar 2.1 pemberian umpan balik tersebut adalah sebagai berikut:

Kondisi: unsur masukan atau input yaitu semua masukan yang diperlukan dalam proses pembelajaran yaitu lingkung-an kerja, media pembelajarlingkung-an, hubunglingkung-an lingkung-antar pribadi guru, suasana kerja, kebijakan sekolah.

Proses: semua kegiatan yang dilakukan dalam pembelajaran yaitu perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembela-jaran, penilaian hasil pembelapembela-jaran, analisis penilaian hasil pembelajaran, tindak lanjut hasil penilaian pem-belajaran.

Hasil: salah satu parameter hasil pembelajaran adalah perolehan rata-rata nilai hasil ujian nasional dan prestasi non akademik yang lain yang diperoleh siswa.

Balikan formatif: diberikan untuk mengubah kinerja guru dalam memperbaiki kualitas pembelajaran yang langsung disam-paikan setelah supervisi pembelajaran.

Balikan motivasi: digunakan untuk mendorong guru agar bekerja lebih baik dengan memberikan penghargaan bagi yang berprestasi dalam pembelajaran.

Berdasarkan gambar dan penjelasan tersebut, bahwa fungsi balikan dalam pelaksanaan supervisi adalah mengkomunikasikan hasil supervisi kepada guru sebagai feedback atau balikan untuk memper-baiki kesalahan dengan tindak lanjutnya. Dengan adanya balikan ini dapat mempengaruhi pembelajaran yang diinginkan (umpan balik motivasi) dan mempe-ngaruhi bentuk pembelajaran yang diinginkan (umpan balik formatif). Umpan balik tersebut diharapkan ada perbaikan proses pembelajaran. Harapan lainnya ada-lah meningkatnya mutu pembelajaran. Peningkatan kinerja guru tersebut akan terlihat dengan adanya peningkatan pelayanan siswa pada proses pembela-jaran dan meningkatnya perolehan hasil belajar.


(3)

2.4 Penelitian Terdahulu

Ada beberapa jurnal sebagai penelitian terdahu-lu yang sudah membahas tentang kepemimpinan kepala sekolah, kompetensi guru profesional, dan sekaligus dengan pelaksanaan supervisi. Penjelasan dalam jurnal tersebut sudah merupakan persamaan yang ada pada penelitian ini, adalah sebagai berikut:

Bloom (2003: 8) dalam Journal of Case Studies in Education yang berjudul Leadership effectiveness and instructional supervision: the case of the failing twin menyatakan bahwa kepala sekolah sebagai adminis-trator mempunyai kewajiban dalam melakukan super-visi dan monitoring secara teratur. Tujuannya untuk mengu-rangi benturan sumber daya manusia yang di-kelola baik secara vertikal maupun horizontal. Dalam jurnal tersebut digambarkan beberapa fenomena per-masalahan pembelajaran, efektivitas kepemimpinan, pengawasan pelatihan peningkatan kinerja guru. Permasalahan yang diangkat merupakan fenomena dalam sebuah instansi pendidikan.

Dijelaskan bahwa penjiwaan kepemimpinan yang beroreantasi pada efektivitas dan etos kerja yang tinggi akan membawa sebuah keberhasilan yang cemerlang. Penjiwaan ini adalah proses mengangkat semangat kinerja tenaga pendidikan yang dilakukan secara efektif dan profesional. Perlakuan dalam proses peningkatan tersebut difokuskan pada peningkatan hasil perolehan keterampilan yang diraih anak. Kecemerlangan hasil yang digenggam anak merupakan


(4)

cermin kepemimpinan yang efektif dan etos kerja yang tinggi.

Jurnal internasional berjudul TAFE head teachers: Discourse brokers at the managementteaching interface oleh Black (2003: 8), Meadowbank College of TAFE Northern Sydney Institute menyatakan bahwa kepala sekolah harus mempunyai strategi dalam memanajemen guru. Kepala sekolah merupakan kunci dalam pengelolaan tersebut. Banyak kegiatan guru dipengaruhi oleh supervisi yang dilakukan oleh kepala sekolah. Kegiatan supervisi ini untuk meningkatkan kinerja guru dalam pendidikan. Supervisi ini mampu mempengaruhi kinerja guru secara berkelanjutan. Dijelaskan lebih dalam lagi mengenai pengelolaan guru dan staf, sarana dan prasarana, hubungan masyara- kat dengan sekolahan, pengelolaan kesiswaan dan kurikulum, hal tersebut dalam rangka pendayagunaan sumberdaya secara optimal. Pada intinya adalah pada faktor utama dikelola dengan baik maka komponen-komponen yang lain akan terimbas juga. Dengan demikian apabila faktor semangat guru sudah termo-tifasi dengan baik maka semua yang berkaitan dengan tugas guru akan menghasilkan produk yang optimal.

Canadian Journal of Educational Administration and Policy, January 14, 2007 berjudul Teacher Educa- tion Program Admission Criteria and What Beginning Teachers Need to know to be Successful Teachers oleh Childs and Casey (2007: 1) dalam abstraknya melapor- kan mengenai pemilihan program pendidikan guru


(5)

yang prospektif. Program tersebut berkaitan dengan skill, wawasan dan perilaku yang merupakan kriteria persiapan guru dalam pembelajaran. Hasil dari proses tersebut mampu memproduksi guru profesional. Keberhasilan potensi yang dimiliki anak juga merupa-kan keberhasilan seorang guru.

Journal Effectiveness of the blended Supervision model: a case study of Student teachers learning to teach in High schools of Zimbabwe oleh Mutandwa, Muropa and Gadzirayi (2007: 11) menjelaskan bahwa model supervisi merupakan upaya mengkolaborasikan atau mencampurkan model tutorial guru dan murid dalam pembelajaran. Metode ini banyak memfokuskan pada aktivitas diskusi. Perbedaannya terletak pada subjek yang melakukan supervisi, yaitu apabila dalam penelitian terdahulu yang melakukan supervisi adalah guru terhadap siswa, sedangkan pada penelitian ini adalah kepala sekolah terhadap guru. Persamaannya adalah penggunaan metode kualitatif dan pembahasan metode supervisi dengan cara hubungan kerja sama atau diskusi.

Jurnal internasional berjudul Supervision as Professional Development: Compatible or Strange Bedfellows in the Policy Quest for Increased Student Achievement oleh Rucinski and Hazi (2007: 3) bahwa supervisi merupakan usaha evaluasi guru yang ber-guna untuk meningkatkan kualifikasi guru sebagai tenaga pengajar. Prosesnya berlangsung secara ber-jangka atau bertahap yang dilakukan dalam rangka


(6)

peningkatan pembelajaran siswa di kelas melalui guru yang disupevisi. Dijelaskan pula bahwa profesional dikembangkan melalui pengawasan yang profesional. Melalui pengawasan maka dedikasi, karakter, sema-ngat, dan sikap akan terbentuk, dan tugas keprofesio-nalannya lebih diakui. Profesional menunjukkan kinerja yang mumpuni, dimana kebijakan profesi itu dapat meningkatkan prestasi. Dengan kebijakan profe-sional guru maka akan mampu untuk meningkatkan prestasi siswa.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian ter-dahulu adalah bahwa penelitian ini lebih memfokus-kan pada pengelolaan supervisi pembelajaran yang meliputi perencanaan, implementasi dan umpan balik. Metode yang digunakan adalah kualitatif, dimana penelitian ini dilakukan pada taraf sekolah dasar, sedangkan persamaannya adalah sama-sama memba- has cara peningkatan profesionalisme guru melalui suatu pembinaan dalam bentuk supervisi.


Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Kinerja Guru Melalui Supervisi Akademik di Sekolah Dasar Negeri Candisari 1 Mranggen Demak T2 942012078 BAB I

0 0 6

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Kinerja Guru Melalui Supervisi Akademik di Sekolah Dasar Negeri Candisari 1 Mranggen Demak T2 942012078 BAB IV

0 0 36

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Kinerja Guru Melalui Supervisi Akademik di Sekolah Dasar Negeri Candisari 1 Mranggen Demak T2 942012078 BAB V

0 0 3

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Kinerja Guru Melalui Supervisi Akademik di Sekolah Dasar Negeri Candisari 1 Mranggen Demak

0 0 15

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Kinerja Guru Melalui Supervisi Akademik di Sekolah Dasar Negeri Candisari 1 Mranggen Demak

0 0 4

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Kinerja Guru Melalui Supervisi Akademik di Sekolah Dasar Negeri Candisari 1 Mranggen Demak

0 0 14

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Kinerja Guru Melalui Supervisi Akademik di Sekolah Dasar Negeri Candisari 1 Mranggen Demak

0 0 9

T2__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Kinerja Mengajar Guru Melalui Supervisi Akademik Kepala Sekolah Di SD Negeri Sumurboto Banyumanik Semarang T2 BAB II

0 0 20

T2__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengelolaan Supervisi Akademik Kepala Sekolah Pada Proses Belajar Mengajar Guru Di Sekolah Dasar Negeri Kedondong ecamatan Gajah Kabupaten Demak T2 BAB II

0 1 17

T2__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Supervisi Akademik Melalui Kunjungan Kelas Untuk Meningkatkan Kinerja Mengajar Guru Di SDN Karangrejo 1 Dempet Demak T2 BAB II

0 0 31