PERENCANAAN AKTIVITAS DISTRIBUSI PRODUK PAVING DAN CANSTIN DENGAN METODE DISTRIBUTION REQUIREMENT PLANNING (DRP) (Studi Kasus Di PT SENTRA USAHA PRIMA-MOJOSARI).

(1)

CANSTIN DENGAN METODE DISTRIBUTION REQUIREMENT PLANNING (DRP)

(Studi Kasus Di PT SENTRA USAHA PRIMA-MOJOSARI)

SKRIPSI

Oleh :

TEGUH BAYU ABADI

NPM 0732010018

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

JAWA TIMUR


(2)

SKRIPSI

PERENCANAAN AKTIFITAS DISTRIBUSI PRODUK PAVING DAN CANSTIN DENGAN MENGGUNAKAN METODE

DISTRIBUTION REQUIREMENT PLANNING (DRP) (Studi Kasus di PT. SENTRA USAHA PRIMA - MOJOSARI)

Oleh :

TEGUH BAYU ABDI NPM : 0732010018

Telah Disetujui untuk mengikuti Seminar II Skripsi

Surabaya, 24 November 2011

Mengetahui, Mengetahui

Dosen Pembimbing I Dosem Pembimbing II

Ir. Handoyo, MT Ir. Endang Pudji W., MMT NIP. 19570209 198503 1 003 NIP. 19570209 198503 1 003


(3)

Alhamdulillah berkat rahmat Tuhan YME yang telah memberikan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga Laporan Penelitian Tugas Akhir (Skripsi) dengan judul “Perencanaan Aktivitas Distribusi Produk Dengan Menggunakan Metode Distribution Requirement Planning (DRP) di PT. Sentra Usaha Prima - Mojosari dapat terselesaikan tepat pada waktunya.

Penulisan skripsi ini dilaksanakan untuk memenuhi persyaratan kelulusan Program Sarjana Strata - 1 (S-1) di Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknologi Industri Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

Terselesaikannya Laporan Tugas Akhir (Skripsi) ini tentunya tak lepas dari bantuan banyak pihak. Untuk itu dalam kesempatan ini kami ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada :

1. Allah SWT karena atas ijin-NYA lah laporan Tugas Akhir (Skripsi) ini bisa terselesaikan tepat pada waktunya.

2. Orang tua saya yang selalu memberikan dukungan dan doa kepada saya. 3. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Sudarto, MP. Selaku Rektor Universitas

Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

4. Bapak Ir. Sutiyono, MT. Selaku Dekan Fakultas Teknologi Industri Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

5. Bapak Dr. Ir. Minto Waluyo, MM. Selaku ketua jurusan Teknik Industri Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

6. Bapak Ir. Handoyo, MM. Selaku Dosen Pembimbing I.

7. Ibu Ir. Endang Pudji W., MMT. Selaku Dosen Pembimbing II. 8. Dosen penguji Seminar 1 & 2 maupun Dosen Penguji Skripsi saya. 9. Bapak Ir. Ganda selaku pengawas perusahaan PT. Sentra Usaha Prima –

Mojosari

10.Pasangan saya Nurma Dwi Kharismawati, SPd yang selalu memberi support dan membantu menyelesaiakan skripsi ini.

11.Seluruh teman-teman kost yang berbeda fakultas dari UPN “JATIM” VETERAN yang sering memberi tumpangan untuk menyelesaikan skripsi ini.


(4)

satu persatu.

Dalam penulisan Laporan Tugas Akhir (Skripsi) ini tentunya masih terdapat banyak kekurangan, namun hal itulah yang mendorong kami untuk berbuat lebih baik. Kami mohon maaf jika penulisan Laporan Tugas Akhir (Skripsi) ini terdapat kesalahan, Akhirnya semoga Laporan Tugas Akhir (Skripsi) ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak.

Surabaya, 5 Desember 2011

Hormat kami


(5)

KATA PENGANTAR... i

DAFTAR ISI...ii

DAFTAR TABEL...iii

DAFTAR GAMBAR...iv

DAFTAR LAMPIRAN...v

ABSTRAK... vi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang...1

1.2 Perumusan Masalah...3

1.3 Batasan Masalah...3

1.4 Asumsi...4

1.5 Tujuan Penelitian...5

1.6 Manfaat Penelitian...5

1.7 Sistematika Penulisan...5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Distribusi Persediaan...7

2.1.1 Distribution Requirement Planning (DRP)...8

2.1.2 Konsep Distribution Requirement Planning (DRP...9

2.1.3 Fungsi Distribution Requirement Planning (DRP)...11

2.1.4 Sistem Distribusi Dorong (push) dan Tarik (pull)...13

2.2 Aktivitas Distribusi...15


(6)

2.2.2 Manfaat Network Planning Aktivitas Distribusi...18

2.2.3 Bentuk Network Planning Aktivitas Distribusi...19

2.3 Distribusi Persediaan... .20

2.3.1 Penyebab dan Fungsi Persediaan...21

2.3.2 Jenis Persediaan.... ...22

2.3.3 Biaya-biaya Dalam Sistem Persediaan...23

2.3.4 Ukuran Lot Dan Persediaan Pengaman...25

2.3.5 Sistem Persediaan Demand Independent...29

2.3.5.1 Sistem (EOQ)Single item………29

2.3.5.2 Economic Order Quantity (EOQ) Multi Item...32

2.4 Peramalan... .34

2.4.1 Peran Teknik Peramalan ... .36

2.4.2 Model - Model Peramalan ... .36

2.4.3 Peramalan Permintaan ... .39

2.4.4 Prinsip Dalam Menggunakan Peramalan Permintaan ... .40

2.4.5 Faktor yang Mempengaruhi Permintaan ... .40

2.4.6 Metode Peramalan...42

2.4.7 Pengujian Peramalan...48

2.4.8 Reorder Point System (ROP)...50

2.5 Pemetaan Rute (Rute Maps)... .51

2.6 Penelitian Terdahulu ...52

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ... 55


(7)

3.3 Metode Pengumpulan Data ... 58

3.4 Metode Pengolahan Data ... 58

3.5 Langkah – Langkah Pemecahan Masalah ... 61

BAB IV HASIL ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengumpulan Data ... ...71

4.1.1 Data Permintaan Produk Mingguan Bulan Januari 2010 – Desember 2011 ... ...71

4.1.2 Data Inventory On Hand ... ...76

4.1.3 Harga Produk ... ...77

4.1.4 Lead Time... ...77

4.1.5 Biaya Pengiriman ... ...77

4.1.6 Biaya Penyimpanan... ...78

4.2 Pengolahan Data... ...80

4.2.1 Perhitungan Biaya Distribusi Dengan Menggunakan Metode Perusahaan ... ...81

4.2.2 Perhitungan Biaya Distribusi Dengan Menggunakan Metode DRP... ...82

4.2.2.1 Menentukan Economi Order Quantity (EOQ) dan Safety Stock (SS) ... ...82

4.2.2.2 Menghitung Economi Order Quantity (EOQ) ... ...83

4.2.2.3 Menghitung Safety Stock (SS) ... ...84

4.2.3 Perbandingan Metode Perusahaan Dengan Metode DRP .... ...86

4.2.4 Membuat Diagram Pencar Data Permintaan Januari 2010 - Desember 2011 ... ...86


(8)

4.2.4.1 Menghitung Mean Square Error (MSE) ... ...88

4.2.4.2 Uji Verikasi Dengan Moving Range Chart (MRC)... ...88

4.2.4.3 Menentukan Peramalan Demand Bulanan ... ...89

4.2.4.4 Menghitung Peramalan Economi Order Quantity (EOQ) dan Safety Stock (SS)... ...90

4.2.4.4.1 Menghitung Peramalan Economi Order Quantity (EOQ) ... ...91

4.2.4.4.2 Menghitung Peramalan Safety Stock (SS) ... ...92

4.2.5 Pembuatan Total Kebutuhan Seluruh Produk ... ...93

4.3 Analisa dan Pembahasan... ...94 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ... 5.2 Saran... DAFTAR PUSTAKA


(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.3 Formulasi Titik Reorder berdasarkan Distribusi Normal Standart .. 27

Tabel 2.4 Tabel Peramalan ... 34

Tabel 3.1 Hasil Analisa Perhitungan DRP untuk tiap item ... 59

Tabel 3.2 Hasil Analisa Perhitungan DRP untuk tiap Warehouse ... 65

Tabel 4.1 Data Permintaan Produk Kota Mojokerto per meter2... 72

Tabel 4.2 Data Permintaan Produk Kota Sidoarjo per meter2... 73

Tabel 4.3 Data Permintaan Produk Kota Surabaya per meter2... 74

Tabel 4.3 Data Permintaan Produk Kota Gresik per meter2... 75

Tabel 4.5 Inventory On Hand Desember 2009 ... 76

Tabel 4.6 Inventory On Hand Januari 2012 ... 76

Tabel 4.7 Harga Produk per meter2... 77

Tabel 4.8 Lead Time... 77

Tabel 4.9 Rincian Biaya Pegiriman ... 77

Tabel 4.10 Biaya Pengiriman... 78

Tabel 4.11 Rincian Biaya Penyimpanan ... 78

Tabel 4.12 Biaya Simpan Produk Paving Kota Mojokerto... 78

Tabel 4.13 Biaya Simpan Produk Canstin Kota Mojokerto... 79

Tabel 4.14 Total Biaya Simpan... 80

Tabel 4.15 Total Biaya Pengiriman Produk Paving per Tahun ... 81

Tabel 4.16 Total Biaya Pengiriman Produk Canstin per Tahun ... 81

Tabel 4.17 Economy Order Quantity (EOQ) (meter2) ... 83

Tabel 4.18 Safety Stock (SS) Pada Masing-Masing Produk (meter2 ) ... 85

Tabel 4.19 Total Cost Disrtibution dengan DRP ... 85

Tabel 4.20 Mean Square Error (MSE) Hasil Peramalan Kota Mojokerto ... 88

Tabel 4.21 Hasil Peramalan Demand Bulanan Kota Mojokerto (meter2)... 90

Tabel 4.22 Economy Order Quntity(DRP) pada Masing-Masing Kota ... 91

Tabel 4.23 Safety Stock (SS) pada Masing-Masing Kota... 93

Tabel 4.24 Total Kebutuhan Seluruh Produk (meter2)... 93


(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Jaringan Pergudangan Ganda ... 7

Gambar 2.2 Perbedaan MRP dan DRP ... 9

Gambar 2.3 Integrasi Distribusi dan Manufaktur. ... 11

Gambar 2.4 Model Persediaan Klasik... 29

Gambar 2.5 Kurva Total Cost Minimum ... 32

Gambar 2.6 Pola Data Horizontal ... 37

Gambar 2.7 Pola Data Musiman Kuartalan ... 37

Gambar 2.8 Pola Data Siklus. ... 38

Gambar 2.9 Pola Data Trend... 38

Gambar 2.10 Proses Kebutuhan Modal Dari Peramalan ... 39

Gambar 2.11 Beberapa faktor yang mempengaruhi permintaan...41

Gambar 3.2 Diagram Alir Pemecahan Masalah (Flow Chart) ... 62

Gambar 4.1 Diagram Pencar Data Permintaan Kota Mojokerto Produk Paving ... 87

Gambar 4.2 Diagram Pencar Data Permintaan Kota Mojokerto Produk Canstin ... 87

Gambar 4.3 Moving Range Chart (MRC)Produk Paving Trihek Untuk Mojokerto...89


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A Gambaran Umum Perusahaan Lampiran B Pengumpulan Data Perusahaan Lampiran C Perhitungan EOQ

Lampiran D Perhitungan Safety Stock

Lampiran E Perhitungan Total Biaya Distribusi

Lampiran F Plot Data Permintaan Masing-masing Kota Lampiran G Tabel Forcesting Masing-masing Produk Lampiran H Tabel Perhitungan Moving Range Chart (MRC) Lampiran I Hasil Peramalan Demand Bulanan

Lampiran J Perhitungan Peramalan EOQ

Lampiran K Perhitungan peramalan Safety Stock Lampiran L Perhitungan Total Biaya Distribusi


(12)

PT. Sentra Usaha Prima - Mojosari merupakan perusahaan bersekala menengah yang sedang berkembang, bergerak dibidang produksi paving dan mampu memasok produk di Jawa timur antara lain Kota Mojokerto, Sidoarjo, Surabaya, dan Gresik. Perusahaan ini memiliki berbagai jenis produk beton, namun dalam penelitian ini kami mengambil dua jenis produk yaitu Paving type trihek dan Canstin type cansteen. Sistem distribusi PT. Sentra Usaha Prima - Mojosari yang saat ini dijalankan oleh perusahaan memiliki beberapa kelemahan. Diantaranya adalah sering terjadi keterlambatan pengiriman produk atas suatu pesanan

Dengan adanya masalah tersebut, maka dilakukan penelitian dengan metode Distribution Requirement Planning (DRP) dengan harapan dapat dilakukan pendistribusian produk dari perusahaan ke kota secara optimal. Distribution Requirement Planning adalah suatu metode untuk menangani pengadaan persediaan dalam suatu jaringan distribusi eselon.  Tujuan dari Distribution Requirement Planning (DRP), yaitu melakukan perencanaan aktivitas distribusi yang baik, sehingga keberhasilan dalam pemenuhan permintaan pelanggan akan menjadi lebih optimal, kinerja penjualan meningkat dalam memenuhi order dengan tepat waktu dan tepat jumlah sehingga biaya distribusi dapat ditekan seminimun mungkin.

Hasil untuk perbandingan biaya distribusi dengan menggunakan metode perusahaan sebesar Rp. 36.584.500,00 dan untuk metode DRP sebesar Rp. 34.681.800,00 dengan penghematan sebesar 0,08%. Hasil penelitian didapatkan perencanaan aktivitas distribusi Kota Mojokerto untuk Produk Paving Trihek melakukan pengiriman pada bulan: Januari, Mei, Agustus dan November sebanyak 349 m2. Produk Canstin Cansteen melakukan pengiriman pada bulan: Januari, April, Juli dan Oktober sebanyak 311 m2, Kota Sidoarjo untuk Produk Paving Trihek melakukan pengiriman pada bulan: Februari, Juni dan Oktober sebanyak 387 m2, Produk Canstin Cansteen melakukan pengiriman pada bulan: Januari, Mei, September dan Desember sebanyak 399 m2. Kota Surabaya untuk Produk Paving Trihek melakukan pengiriman pada bulan: Februari, Juni dan Oktober sebanyak 415 m2, Produk Canstin Cansteen melakukan pengiriman pada bulan: Januari, Mei, dan Septembar sebanyak 369 m2, Kota Gresik untuk Produk Paving Trihek melakukan pengiriman pada bulan: Februari, Mei Agustus dan Desember sebanyak 338 m2, Produk Canstin Cansteen melakukan pengiriman pada bulan: Januari, April, Juli dan Oktober sebanyak 303 m2.


(13)

PT. Sentra Usaha Prima – Mojosari is medium with scale enterprises that are growing, engaged in the production of paving and able to supply products in eastern Java, among others, the Mojokerto, Sidoarjo, Surabaya and Gresik. The company has various types of concrete products, but in this study we take two types of products namely Paving type and Canstin trihek cansteen type. PT. Sentra Usaha Prima – Mojosari which is currently run by the company has several drawbacks. Among them are frequent delays in product shipments for an order.

With the problems, a study conducted by the method of Distribution Requirements Planning (DRP) can be done in the hope of the company's product distribution to the city optimally. Distribution Requirements Planning is a method to handle the procurement of supplies within an echelon distribution network. The purpose of the Distribution

Requirements Planning (DRP), which is doing a good distribution of planning activities, so that the success in meeting customer demand will be more optimal, improved sales

performance in fulfilling orders in a timely and appropriate amount so that distribution costs could be reduced seminimun possible.

Results for comparison of distribution costs by using the method of the company amounted to Rp. 36.584.500,00 and for DRP method of Rp. 34.681.800,00 with savings of 0.05%. The results obtained planning distribution activities Cities Paving Products Trihek Mojokerto to make deliveries in the month: January, May, August and November as many as 349 m2. Product Canstin Cansteen make deliveries in the month: January, April, July and October as many as 311 m2, City Paving Products Trihek Sidoarjo to make deliveries in the month: February, June and October as many as 387 m2, Product Canstin Cansteen make deliveries in the month: January, May , September and December as many as 399 m2. Surabaya to make deliveries Trihek Paving Products in: February, June and October of 415 m2, Product Canstin Cansteen make deliveries in the month: January, May and as many as 369 m2 Septembar, City Paving Products Trihek Gresik to make deliveries in the month: February , May, August and December as many as 338 m2, Product Canstin Cansteen make deliveries in the month: January, April, July and October as many as 303 m2.


(14)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Perkembangan dunia usaha mengalami persaingan yang begitu ketat dan peningkatan permintaan layanan lebih dari pelanggan. Dalam memenangkan persaingan tersebut perusahan menggunakan berbagai cara diantaranya meningkatkan kepuasan pelanggan melalui produk berkualitas, ketepatan waktu pengiriman, dan efisiensi biaya. Kebijaksanaan untuk pengendalian persediaan produk pada suatu lokasi tertentu dapat menimbulkan masalah pada manajemen dalam mengkoordinasikan perencanaan distribusi dari bagian pemasaran, juga pada bagian produksi yang menghasilkan tingkat persediaan produk yang dihasilkan terbaik, sehingga tingkat kepuasan konsumen maupun keuntungan perusahaan dapat terjaga.

PT. Sentra Usaha Prima-Mojosari merupakan perusahaan yang bergerak dibidang beton yang jenisnya adalah paving dan canstin. Perusahaan ini sendiri telah mampu memasok atau mendistribusikan produknya ke kota-kota Jawa Timur antara lain Mojokerto, Sidoarjo, Surabaya, Gresik. Perusahaan ini memiliki berbagai jenis produk betonnya, namun dalam hal ini kami mengambil jenis paving dengan type Trihek dan Canstin-nya sendiri typenya adalah Cansteen. Perusahaan melakukan pendistribusian produknya ke kota-kota Jawa Timur. Pengiriman produk dilakukan sesuai dengan permintaan masing-masing distributor dengan menggunakan sarana transportasi darat,antara lain transportasi yang digunakan adalah Truck double serta memiliki resiko. Produk ini sendiri


(15)

yang merupakan produk bahan bangunan dari semen yang digunakan sebagai salah satu alternatif penutup atau pengerasan permukaan tanah. Paving dan canstin dikenal juga dengan sebutan bata beton ( concrete ) atau cone. Paving dan canstin dapat digunakan untuk pengerasan dan memperindah trotoar jalan di kota-kota, pengerasan jalan di komplek perumahan atau kawasan pemukiman, memperindah taman, pekarangan dan halaman rumah, pengerasan areal parkir, areal perkantoran, pabrik, taman dan halaman sekolah, serta di kawasan hotel dan restoran. Paving dan canstin bahkan dapat digunakan pada areal khusus seperti pada pelabuhan peti kemas, bandar udara, terminal bis dan stasiun kereta. Di Indonesia penggunaan paving dan canstin sudah banyak dijumpai, seperti pada trotoar jalan dan alun-alun di kota-kota atau kabupaten terlihat menggunakan paving dan canstin yang di gunakan untuk jalan, trotoar maupun halaman rumah atau pabrik. PT. Sentra Usaha Prima - Mojosari menyediakan jenis-jenis paving blok aneka bentuk yang kokoh dan kuat.

Distribusi yang dilakukan perusahaan PT. Sentra Usaha Prima - Mojosari didasarkan atas permintaan dari para distributor yang bertindak sebagai warehouse. Di dalam perusahaan ini belum terdapat adanya suatu perencanaan dan penjadwalan aktivitas distribusi produk yang terkoordinasi dengan baik, sehingga permintaan untuk semua masing-masing jenis produk kurang terkontrol sehingga mengakibatkan terjadinya kekurangan atau kelebihan persediaan, baik pada pabrik maupun pada masing-masing warehouse. Biaya distribusi memerlukan biaya yang cukup tinggi. Hal ini didasarkan pada permintaan pelanggan yang cukup tinggi juga.


(16)

Dengan adanya masalah tersebut, maka dilakukan perencanaan dan penjadwalan distribusi dengan metode Distribution Requirement Planning (DRP). Diharapkan dengan adanya perencanaan aktivitas distribusi yang baik, keberhasilan dalam pemenuhan permintaan pelanggan akan menjadi lebih optimal, kinerja penjualan meningkat dalam memenuhi order dengan tepat waktu dan tepat jumlah sehingga biaya distribusi dapat ditekan seminimun mungkin.

Diharapkan dengan adanya perencanaan aktivitas distribusi yang baik, keberhasilan pemenuhan permintaan pelanggan akan menjadi lebih optimal, kinerja penjualan meningkat dalam memenuhi order dengan tepat waktu dan tepat jumlah sesuai dengan kebutuhan.

1.2. Perumusan Masalah

Permasalahan yang akan diamati dalam penelitian ini adalah :

”Bagaimana merencanakan aktivitas distribusi produk sesuai kapasitas persediaannya untuk permintaan produk dengan biaya distribusi minimum di PT. Sentra Usaha Prima-Mojosari ?”

1.3 Batasan Masalah

Dengan tanpa mengurangi maksud dan tujuan penelitian serta untuk menyederhanakan penelitian, maka penulis melakukan pembatasan masalah yaitu sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui jumlah bahan yang antara lain

a. Data permintaan bulan januari 2010 – Desember 2011. b. Data persediaan produk.


(17)

c. Harga produk. d. Data lead time. e. Data biaya kirim. f. Data biaya simpan.

2. Produk yang diteliti adalah Paving dengan type trihek dan Canstin dengan type cansteen.

3. Proses produksi tidak dibahas secara khusus dalam penulisan skripsi ini. 4. Terdapat 4 kota tujuan distribusi, yaitu Mojokerto, Sidoarjo, Surabaya dan

Gresik.

5. Data yang diolah adalah data permintaan yang didapatkan dari perusahaan mulai bulan Januari 2010 sampai dengan Desember 2011.

6. Angkutan yang dipergunakan yaitu truck double, kondisi selalu ada saat diperlukan untuk pengiriman produk dengan kapasitas ukuran 4 x 2 x 2 m².

1.4 Asumsi

Arah distribusi produk paving dan canstin terjadwal regular dan tidak berubah ubah. Penelitian ini menggunakan beberapa asumsi sebagai berikut :

1. Data yang diperoleh dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya (valid). 2. Tidak diijinkan adanya back order.

3. Service Level masing-masing distributor sebesar 90 %. 4. Kapasitas penyimpanan produk gudang cukup tersedia. 5. Transaksi perusahaan berjalan lancar.


(18)

1.5 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian perencanaan aktivitas distribusi adalah:

Untuk meminimumkan total biaya distribusi dan mengoptimalkan perencanaan aktivitas pendistribusian produk Paving dengan type trihek dan Canstin dengan type cansteen.

1.6 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah :

1. Menambah pengetahuan penulis khususnya dalam bidang pendistribusian produk dari perusahaan sampai ke distributor.

2. Menerapkan teori yang telah didapat selama di bangku perkuliahan dengan praktek di lapangan.

3. Sebagai masukan atau informasi bagi perusahaan dengan harapan dapat digunakan sebagai referensi mengenai sistem penjadwalan distribusi produk.

1.7. Sistematika Penulisan BAB I PENDAHULUAN

Berisi tentang latar belakang, perumusan masalah, batasan, asumsi, tujuan, manfaat penelitian, serta sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisi tentang teori-teori dasar yang membahas masalah distribusi yang digunakan sebagai landasan dalam penelitian ini. Dimana nantinya tinjauan pustaka ini akan dijadikan sebagai acuan


(19)

kerangka berfikir didalam menyelesaiakan pemasalahan yang ada, baik dalam melakukan pengolahan data maupun dalam menginterpretasikan hasil yang diperoleh dari pengolahan data.

BAB III METODE PENELITIAN

Berisi suatu alur atau kerangka kerja yang terstruktur dan sistematis yang merupakan suatu proses dimana terdiri dari tahap-tahap yang saling terkait satu sama lainnya atau dalam artian hasil dari suatu tahap akan menjadi masukan bagi tahap berikutnya.

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini akan ditampilkan seluruh data yang dihasilkan dari perencanaan distribusi, dengan menggunakan metode Distribution Requirement Planning (DRP), kemudian dianalisa mengenai alternatif solusi-slusi yang diharapkan dapat menjawab permasalahanyang dikaji.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini berisi kesimpulan dan saran dari perencanaan distribusi yang telah dilakukan sehingga dapat memberikan suatu masukan bagi pihak perusahaan.

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(20)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Distribusi

Pengertian distribusi adalah bagian yang bertanggung jawab terhadap perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian aliran material dari produsen ke konsumen dengan suatu keuntungan. Jenis-jenis distribusi persediaan terdiri dari distribusi fisik, sistem distribusi push and pull dan Distribution Requirement Planning.

(Indrajit, Eko & Djokopranoto, Richardus, (2003), Grasindo- Jakarta.) Gambar 2.1. Jaringan Pergudangan Ganda


(21)

PDU atau pusat distribusi utama adalah tingkat atau level tertinggi dari system distribusi yang langsung berhubungan dengan pemasok / pabrik produk, sedangkan PDL adalh tingkat atau level terendah dari sistem distribusi yang langsung berhubungan pelanggan atau pemakai barang.

2.1.1 Distribution Requirement Planning (DRP)

Istilah DRP memiliki dua pengertian yang berbeda, yaitu :

Distribution Requirement Planning adalah berfungsi menentukan kebutuhan-kebutuhan untuk mengisi kembali inventori pada distribution center. Sedangkan Distribution Resource Planning merupakan perluasan dari distribution requirement planning yang mencakup lebih dari sekadar sistem perencanaan dan pengendalian pengisian kembali inventori, tetapi ditambah dengan perencanaan dan pengendalian dari sumber-sumber yang terkait dalam sistem distribusi seperti : warehouse space, tenaga kerja, uang, fasilitas transportasi dan warehousing.

Termasuk di sini adalah keterkaitan dari replenishment system ke financial system

dan penggunaan simulasi sebagai alat untuk meningkatkan performansi sistem. (Gasperz, Vincent, 2004,)

Distribution Requirement Planning aplikasi dari logika Material Requirement Planning (MRP) pada persediaan. Bill of Material (BOM) pada MRP diganti dengan Bill of Distribution (BOD) pada Distrbution Requirement Planning. Distribution Requirement Planning menggunakan logika Time Phased Order Point (TPOP) untuk menentukan pengadaan kebutuhan pada jaringan. (Richard J. Tersine 2003,)


(22)

(James H. Green, PhD, 2nd , Mc. Grow-Hill, Inc., 2004,). Gambar 2.2. Perbedaan MRP dan DRP

Pada gambar 2.2. diperlihatkan perbedaan struktur dari MRP dan DRP. Pada gambar (a) terlihat struktur produk (BOM) yaitu produk terdiri dari 3 komponen. Untuk MRP, langkah awalnya adalah melakukan perencanaan (JIP)

untuk kemudian tiap-tiap komponen dapat dijadwalkan kebutunannya.

Sedangkan pada gambar (b) merupakan struktur distribusi (BOD) terlihat 1 sumber penawaran (SS) terdiri dari 3 pusat distribusi (DC). Pada DRP, langkah awalnya adalah membuat perencanaan permintaan dari masing-masing pusat distribusi untuk kemudian sumber penawaran melakukan eksekusi berupa pemenuhan kebutuhan tiap-tipa pusat distribusi.

Distribution Requirement Planning didasarkan pada peramalan kebutuhan pada level terendah dalam jaringan tersebut yang akan menentukan kebutuhan persediaan pada level yang lebih tinggi.

2.1.2 Konsep Distribution Requirement Planning (DRP)

Distribution Requirement Planning adalah suatu metode untuk menangani pengadaan persediaan dalam suatu jaringan distribusi multi eselon. Metode ini menggunakan demand independent, dimana dilakukan peramalan untuk


(23)

memenuhi struktur pengadaannya. Berapapun banyaknya level yang ada dalam jaringan distribusi, semuanya merupakan variabel yang dependent kecuali level yang langsung memenuhi consumer.

Distribution Requiremeni Planning lebih menekankan pada aktivitas pengendalian dari pada kegiatan pemesanan. DRP mengantisipasi kebutuhan mendatang dengan perencanaan pada setiap level pada jaringan distribusi. Metode ini dapat memprediksi masalah-masalah sebelum masalah-masalah tersebut benar-benar terjadi memberikan titik pandang terhadap jaringan distribusi.

Logika dasar DRP adalah sebagai berikut :

1. Gross Requirement /Forecast Demand diperoleh dari hasil forecasting.

2. Dari hasil peramalan distribusi lokal, hitung Time Phased Net Requirement.

Net Requirement tersebut mengidentifikasikan kapan level persediaan (Scheduled Receipt - Projected On Hand Periode sebelumnya) dipenuhi oleh

Gross Requirement. Untuk sebuah periode :

Net Requirement = (Gross Requirement + Safety Stock) – (Schedule Receipt + Projected On Hand Periode sebelumnya). Nilai Net Requirement yang dicatat (recorded) adalah nilai yang bernilai positif.

3. Setelah itu dihasilkan sebuah Planned Order Receipt sejumlah Net Requirement tersebut (ukuran lot tertentu) pada periode tersebut.

4. Ditentukan hari dimana harus melakukan pemesanan tersebut (Planned Order Release) dengan mengurangkan hari terjadwalnya Planned Order Receipt dengan Lead Time.


(24)

5. Di hitung Projected On Hand pada periode tersebut:

Projected On Hand = (Projected On Hand Periode sebelumnya + Schedule Receipt + Planned Order Receipt) - (Gross Requirement).

6. Besarnya Planned Order Release menjadi Gross Requirement pada periode yang sama untuk level berikutnya dari jaringan distribusi.

Sumber : (Richard J. Tersine, 1994,)

2.1.3 Fungsi Distribution Requirement Planning (DRP).

Distribution Requirement Planning sangat berperan baik untuk sistem distribusi manufaktur yang integrasi maupun sistem distribusi murni. Dengan kebutuhan persediaan time phasing pada tiap level dalam jaringan distribusi, DRP

memiliki kemampuan untuk memprediksi suatu problem benar-benar terjadi. Sistem Distribution Requirement Planning bekerja berdasarkan penjadwalan yang telah dibuat untuk permintaan di masa yang akan datang sehingga mampu mengantisipasi perencanaan masa depan dengan perencanaan yang lebih dini pada setiap level distribusi.

(Richard J. Tersine, Fourth, Elsevler Science Publishing Co., Inc.,) Gambar 2.3. Integrasi Distribusi dan Manufaktur.

LD C LD C

R D C LD C

M D C

K om ponen K om ponen

K om ponen A ssem blyS ub K om ponen

K om ponen

D R P M R P

M P S P e re nca na an P ro du ksi

E fisie nsi P rod uks i K e bu tuh an


(25)

Kedua sistem tersebut digabungkan melalui Master Distribution Schedulle (MDS). Dimana DRP akan menyatukan jumlah permintaan yang harus dipenuhi berdasarkan ramalan, yang akan dijadikan sebagai input untuk MDS. Dan selanjutnya proyeksi kebutuhan produk jadi dari Master Production Schedulle (MPS) menjadi input bagi MRP, yang akan menghitung kebutuhan komponen dan

sub assembly yang harus dipenuhi seperti yang ditunjukkan pada gambar 2.3. Keterangan :

MPS = Master Production Schedulle

MDC = Master Distribution Center RDC = Regional Distribution Center LDC = Lower Distribution Center

Perencanaan horizon Distribution Requirement Planning seharusnya sekurang-kurangnya sama dengan lead time kumulatif. Penjadwalan ulang dan jaringan dilakukan secara periodik, biasanya sekurang-kurangnya sekali seminggu. Menurut Green 1987, keuntungan yang didapat dari penerapan metode

DRP adalah :

1. Dapat dikenali saling ketergantungan persediaan distribusi dan manufaktur.

2. Sebuah jaringan distribusi yang lengkap dapat disusun, yang memberikan gambaran yang jelas dari atas maupun dari bawah jaringan.

3. DRP menyusun kerangka kerja untuk pengendalian logistik total dari distribusi ke manufaktur untuk pembelian.

4. DRP menyediakan masukan untuk perencanaan penjadwalan distrbusi dari sumbcr penawaran ke titik distribusi.


(26)

2.1.4 Sistem Distribusi Dorong (push) dan Tarik (pull)

Dalam distribusi "dorong", PDU menentukan apa dan berapa yang perlu didistribusikan dan di kirim ke PDR atau PDL, sedangkan dalam sistem distribusi "tarik", masing-masing pusat distribusi pada tingkat bawah menentukan apa yang diperlukan dan itu yang dipesan ke PDU Untuk dikirim. (Indrajit, Eko & Djokopranoto, Richardus, (2003), Grasindo- Jakarta,)

Ada dua (2) perbedaan penting bila kita berbicara tentang penimbunan persediaan, yaitu sistem Pull dan sistem Push. Kedua sistem ini dapat didefinisikan sebagai berikut :

1) Sistem Tarik (Pull)

Adalah suatu sistem di mana operasi (produksi, pengadaan, pemindahan material, distribusi, produk, dan sebagainya) terjadi sebagai respon atas tanda atau isyarat yang diberikan oleh pemakai pada eselon yang lebih rendah dari sistem (distribusi). Tujuan sistem ini adalah untuk membeli, menerima, memindahkan, membuat dengan tepat apa yang dibutuhkan, dan agar tidak terjadi penyimpanan atas item yang tidak dibutuhkan.

2) Sistem Dorong(Push)

Adalah suatu sistem dimana operasi-operasi di atas terjadi sebagai respon atas jadwal yang telah dibuat sebelumnya tanpa harus mempertimbangkan status nyata dari operasi tersebut. Tujuan seperti ini adalah untuk menjaga konsistensi jadwal yang telah dibuat.

Walaupun sistem pull lebih tua namun, sampai saat ini masih tetap diaplikasikan secara luas. Pusat distribusi meramalkan permintaan pada kawasan geografi yang dilayani, menentukan kapan dan berapa banyak yang harus


(27)

memesan, dan meminta pengiriman dari gudang pusat pemasok sebagai layaknya pemasok lepas. Pesanan dikeluarkan tanpa mempertimbangkan persediaan atau kebutuhan pusat distribusi yang lain. Gudang pusat tidak akan menerima informasi baik tentang tingkat persediaan maupun permintaan pada pusat distribusi. Gudang pusat akan memperlakukan permintaan-permintaan dari pusat distribusi seperti layaknya permintaan kustomer. Dari data-data permintaan inilah nantinya gudang pusat akan menentukan rencana pengiriman maupun persediaan pengamanan.

Sistem Pull ini bisa dioperasikan secara manual dan tidak membutuhkan banyak telekomunikasi karena pertukaran informasi dari gudang pusat ke pusat distribusi memang tidak banyak. Namun pada sistem ini akan terjadi amplifikasi permintaan kustomer pada pusat distribusi sebelum sampai pada gudang pusat. Lebih dari itu, pusat-pusat distribusi biasanya memesan untuk kebutuhan beberapa minggu sehingga cukup ekonomis dipandang dari biaya transportasi. Hal ini mengakibatkan pada saat-saat tertentu tidak ada permintaan dari pusat distribusi ke gudang pusat dan pada saat-saat yang lain mungkin permintaan dari beberapa pusat distribusi akan datang sekaligus sehingga gudang pusat harus menyiapkan persediaan pengamanan yang cukup besar dan tetap akan menghadapi kemungkinan kekurangan stok.

Pada sistem Push, keputusan-keputusan pengiriman ditentukan pada eselon yang lebih tinggi. Informasi yang berkaitan dengan permintaan dan tingkat persediaan pada eselon yang lebih rendah harus seringkali dikirim ke eselon yang lebih tinggi. Ini berarti bahwa keputusan pengiriman eselon yang lebih rendah dibuat pada eselon yang lebih rendah. Lebih dari itu, pada sistem Push ini harus


(28)

dilakukan peramalan pada eselon yang lebih tinggi sehinggga kuantitas dan waktu pengiriman bisa direncanakan pada suatu periode perencanaan tertentu.

Sistem Push ini layak digunakan bila transmisi dan pemrosesan data dalam volume yang besar bisa dilakukan dengan relatif mudah. Perusahaan-perusahaan yang memiliki ratusan pusat distribusi harus mengendalikan sistem distribusinya dengan telekomunikasi dan sistem komputer.

Salah satu keunggulan sistem Push adalah pengurangan persediaan pada gudang pusat karena MPS dan pengiriman bisa diselaraskan. Jumlah yang direncanakan dikirim akan segera dikirim begitu proses produksinya selesai. Sistem Push hanya akan memberikan keunggulan apabila perusahaan bisa membuat produk berdasarkan ramalan permintaan yang akurat. Perusahaan yang tidak bisa membuat ramalan permintaan yang akurat dan rasional tidak akan bisa berharap lebih banyak untuk memperoleh kelebihan dari sistem Push

dibandingkan dengan sistem Pull. (Nasution, Arman Hakim, 2006,)

2.2 Aktivitas Distribusi

Merupakan proses yang menentukan kebutuhan persediaan distribusi untuk memastikan bahwa sumber persediaan dapat memenuhi permintaan. Selanjutnya ditentukan dengan jadwal dan kendaraan minimal dengan metode Penghematan (clarke wright saving method). Aktivitas distribusi merupakan prosedur kombinasi sekumpulan rute untuk mendapatkan sekumpulan rute yang lebih baik.


(29)

Tabel. Perbedaan aktivitas distribusi dengan distribusi

2.2.1 Network Planning Aktivitas Distribusi

Pengertian Network Planning Pada perencanaan aktivitas distribusi suatu proyek terdapat proses pengambilan keputusan dan proses penetapan tujuan. Untuk dapat melaksanakan proses ini perlu adanya informasi yang tepat dan kemampuan pengambilan keputusan yang tinggi. Proses pengambilan keputusan dan penetapan kebijakan serta proses penyelenggaraan merupakan sistem operasi pada perencanaan proyek.

Gambar. Network planning dari aktivitas distribusi

Ket : Kegiatan dari 1 harus dilaksanakan kesiapannya terlebih dahulu sebelum melakukan pengiriman atau menyelesaikan ke A ,kemudian selanjutnya melakukan pengiriman ke B, C dan D.

No Aktivitas Distribusi Distribusi

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.

Persiapan dan pengecekan armada transportas

Persiapan dan pengecekan jenis bentuk barang dikirim

Persiapan dan pengecekan bentuk model pengemasan

Persiapan dan pengecekan data tujuan pengiriman

Persiapan dan pengecekan sumber daya

Pembuatan jadwal induk pendistribusian

Pengelola informasi manajemen

Distribusi merupakan kegiatan rutinitas. Perencanaan jadwal sudah teratur. Tidak ada perubahan dan pengembangan baru didalam distribusi.


(30)

Bila perencanaan proyek merupakan sebuah total sistem, maka penyelenggaraan proyek tersebut terdiri dari dua sub sistem, yaitu sub sistem operasi dan sub sistem informasi. Sub sistim operasi menjawab pertanyaan “bagaimana cara melaksanakan kegiatan” sedang sub sistem informasi menjawab pertanyaan “kegiatan apa saja yang sudah, sedang dan akan dilaksanakan”.

Network planning merupakan sub sistem informasinya.

(Sofwan Badri – thn 2006 : 13)

Konsep network ini mula-mula disusun oleh perusahaan jasa konsultan manajemen Boaz, Allen dan Hamilton (1957) yang berada dibawah naungan perusahaan pesawat terbang Lockheed. Kebutuhan penyusunan network ini dirasakan perlu karena adanya koordinasi dan pengurutan kegitan-kegiatan pabrik yang kompleks, yang saling berhubungan dan saling tergantung satu sama lain. Hal ini dilakukan agar perencanaan dan pengawasan kegiatan dapat dilakukan secara sistimatis, sehingga dapat diperoleh efisiensi kerja.

Adanya network ini menjadikan sistem manajemen dapat menyusun perencanaan penyelesaian proyek dengan waktu dan biaya yang paling efisien. Di samping itu network juga dapat dipergunakan sebagai alat pengawasan yang cukup baik untuk menyelesaikan proyek tersebut. Diagram network merupakan kerangka penyelesaian proyek secara keseluruhan, 5 ataupun masing-masing pekerjaan yang menjadi bagian daripada penyelesaian proyek secara keseluruhan.

Pada prinsipnya network dipergunakan untuk perencaan penyelesaian berbagai macam pekerjaan terutama pekerjaan yang terdiri atas berbagai unit pekerjaan yang semakin sulit dan rumit. (Sofwan Badri – thn 2006 : 13)


(31)

“Network planning pada prinsipnya adalah hubungan ketergantungan antara bagian-bagian pekerjaan (variabel) yang digambarkan / divisualisasikan dalam diagram network”. Dengan demikian diketahui bagian-bagian pekerjaan mana yang harus didahulukan, bila perlu dilembur (tambah biaya), pekerjaan mana yang menunggu selesainya pekerjaan yang lain, pekerjaan mana yang tidak perlu tergesa-gesa sehingga alat dan tenaga dapat digeser ke tempat lain demi efesiensi.(Soetomo Kajatmo - 2003: 26)

Network planning merupakan sebuah alat manajemen yang memungkinkan dapat lebih luas dan lengkapnya perencanaan dan pengawasan suatu proyek”. Adapun definisi proyek itu sendiri adalah suatu rangkaian kegiatan-kegiatan (aktivitas) yang mempunyai saat permulaan dan yang harus dilaksanakan serta diselesaikan untuk mendapatkan tujuan tertentu.

Network planning adalah salah satu model yang digunakan dalam penyelenggaraan proyek yang produknya adalah informasi mengenai kegiatan-kegiatan yang ada dalam network diagram proyek yang bersangkutan.

( Tubagus Haedar Ali - 2005: 38)

2.2.2 Manfaat Network Planning Aktivitas Distribusi

Manfaat Network planning merupakan teknik perencanaan yang dapat mengevaluasi interaksi antara kegiatan-kegiatan. Manfaat yang dapat dirasakan dari pemakaian analisis network adalah sebagai berikut :

a. Dapat mengenali (identifikasi) jalur kritis (critical path) dalam hal ini adalah jalur elemen yaitu kegiatan yang kritis dalam skala waktu penyelesaian proyek secara keseluruhan.


(32)

b. Dapat diketahui dengan pasti kesukaran yang akan timbul jauh sebelum terjadinya sehingga dapat diambil tindakan yang presentatif.

c. Mempunyai kemampuan mengadakan perubahan-perubahan sumber daya dan memperhatikan efek terhadap waktu selesainya proyek.

d. Sebagai alat komunikatif yang efektif.

e. Memungkinkan tercapainya penyelenggaraan proyek yang lebih ekenomis dipandang dari sudut biaya langsung dan penggunaan sumber daya yang optimum.

f. Dapat dipergunakan untuk memperkirakan efek-efek dari hasil yang dicapai suatu kegiatan terhadap keseluruhan rencana.

2.2.3 Bentuk Network Planning Aktivitas Distribusi

Bentuk Network Planning adalah grafik dari suatu rencana produk yang menunjukkan interelasi dari berbagai aktivitas. Network juga sering disebut diagram panah, apabila hasil-hasil perkiraan dan perhitungan waktu telah dibubuhkan pada network maka ini dapat dipakai sebagai jadwal proyek (project schedulle). Untuk membentuk gambar dari rencana network tersebut perlu digunakan simbol-simbol, antar lain :

a. : Arrow / anak panah yang menyatakan aktivitas / kegiatan yaitu suatu kegiatan atau pekerjaan dimana penyelesaiannya membutuhkan durasi (jangka waktu tertentu) dan resources (tenaga, alat, material dan biaya). Kepala anak panah menjadi pedoman arah tiap kegiatan, dimana panjang


(33)

b. : Node / event, yang merupakan lingkaran bulat yang artinya saat peristiwa atau kejadian yaitu pertemuan dari permulaan dan akhir kegiatan c. : Dummy /anak panah terputus-putus yang menyatakan kegiatan semu yaitu aktivitas yang tidak membutuhkan durasi dan

resources.

d. : Double arrow / dobel anak panah yang menunjukkan kegiatan di lintasan kritis (critical path)

2.3 Distribusi Persediaan

Persediaan merupakan semua barang dan bahan yang dipakai dalam proses produksi dan distribusi perusahaan. Jadi distribusi persediaan adalah suatu aktifitas perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian proses produksi dan distribusi perusahaan dari produsen hingga sampai ke konsumen untuk memperoleh suatu keuntungan.

Distribusi sangatlah penting, sebab pada umumnya pemasok pabrikan, dan pelanggan yang potensial tersebar luas secara geografis dengan meluasnya pasar, tentunya akan diikuti dengan peningkatan volume produksi, maka biaya pembelian atau biaya produksi akan berkurang, sehingga akan meningkatkan keuntungan perusahaan untuk mendukung hal tersebut dibutuhkan sistem distribusi yang baik. Beberapa faktor yang mempengaruhi distribusi adalah saluran distribusi, jenis pasar yang akan dilayani, karakteristik produk, jenis transportasi yang digunakan.


(34)

Distribusi persediaan adalah suatu aktifitas perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian proses produksi dan distribusi perusahaan dari produsen hingga sampai ke konsumen untuk memperoleh suatu keuntungan.

Distribusi persediaan sangatlah penting, sebab pada umumnya pemasok pabrikan, dan pelanggan yang potensial tersebar luas secara geografis dengan meluasnya pasar, tentunya akan diikuti dengan peningkatan volume produksi, maka biaya pembelian atau biaya produksi akan berkurang, sehingga akan meningkatkan keuntungan perusahaan untuk mendukung hal tersebut dibutuhkan sistem distribusi yang baik.

2.3.1 Penyebab dan Fungsi Persediaan

Persediaan merupakan suatu hal yang tak terhindarkan. Penyebab timbulnya persediaan adalah sebagai berikut (Baroto,Teguh.):

1. Mekanisme pemenuhan atas permintaan. 2. Keinginan untuk meredam ketidakpastian.

3. Keinginan melakukan spekulasi yang bertujuan mendapatkan keuntungan besar dari kenaikan harga di masa mendatang.

Beberapa fungsi persediaan adalah sebagai berikut : 1. Fungsi independensi

2. Fungsi ekonomis 3. Fungsi antisipasi 4. Fungsi fleksibilitas

Persediaan mempunyai beberapa fungsi dalam memenuhi kebutuhan, diantaranya adalah sebagai berikut (Sofyan Assauri, 1993,) :


(35)

1. Menghilangkan resiko keterlambatan datangnya barang atau bahan-bahan yang dibutuhkan perusahaan.

2. Menghilangkan resiko dari material yang dipesan tidak baik sehingga harus dikembalikan.

3. Untuk menumpuk bahan-bahan yang dihasilkan secara musiman sehingga dapat digunakan bila bahan itu tidak ada dalam pasaran.

4. Mempertahankan stabilitas operasi perusahaan atau menjamin kelancaran arus produksi.

5. Mencapai penggunaan mesin yang optimal.

6. Memberikan pelayanan (service) kepada langganan dengan sebaik-baiknya, dimana keinginan langanan pada suatu waktu dapat dipenuhi atau memberikan jaminan tetap tersedianya barang jadi tersebut.

7. Membuat pengadaan atau produksi tidak perlu sesuai dengan penggunaan atau penjualannya.

2.3.2 Jenis Persediaan

Persediaan dapat dibedakan dalam lima jenis, yaitu:

a. Persediaan bahan baku (raw materials stock) yaitu persediaan dari barang-barang yang digunakan dalam proses produksi, dimana barang-barang tersebut diperoleh dari sumber-sumber alam atau dibeli dari supplier yang menghasilkan bahan baku bagi perusahaan yang menggunakannya.

b. Persediaan barang setengah jadi atau barang dalam proses (work in process) yaitu persediaan barang-barang yang keluar dari tiap proses yang kemudian diproses kembali menjadi barang jadi.


(36)

c. Persediaan barang-barang pembantu atau perlengkapan (supplier stock) yaitu persediaan barang-barang yang diperlukan dalam proses produksi untuk membantu menghasilkan produk tetapi tidak merupakan bagian komponen dari barang jadi.

d. Persediaan komponen produk (components stock) yaitu persediaan barang-barang yang terdiri dari komponen-komponen diterima dari perusahaan lain, yang dapat secara langsung di-assembling dengan komponen lain, tanpa melalui proses produksi sebelumnya

e. Persediaan barang jadi (finished good stock) yaitu persediaan barang-barang yang telah selesai diproses dan siap untuk dijual kepada pelanggan atau perusahaan lain.

2.3.3 Biaya-biaya Dalam Sistem Persediaan

Tujuan dari adanya pengaturan persediaan adalah untuk menentukan bahan baku dan barang jadi pada jumlah yang tepat, waktu yang tepat, dan biaya rendah, untuk itu ada empat parameter yang perlu diperhatikan :

1. Biaya Pembelian (purchasing cost)

Biaya pembelian adalah biaya yang keluarkan untuk membeli barang. Besarnya biaya pembelian ini tergantung pada jumlah barang yang dibeli dan harga satuan.

Biaya pembelian manjadi faktor penting ketika harga yang tergantung pada ukuran pembelian. Situasi ini akan diistilahkan sebagai quantity discount atau price break, dimana harga barang perunit akan turun bila jumlah barang yang dibeli meningkat. Dalam kebanyakan teori persediaan,


(37)

komponen biaya pembelian ini tidak dimasukkan kedalam total biaya sistem persediaan karena diasumsikan bahwa harga barang per unit tidak dipengaruhi oleh jumlah barang yang dibeli sehingga komponen biaya pembelian untuk periode waktu tertentu (misalnya 1tahun) konstan akan hal ini tidak akan mempengaruhi jawaban optimal tentang berapa banyak barang yang harus disimpan.

2. Biaya Pengadaan (procurement cost)

Biaya pengadaan dibedakan atas dua jenis sesuai asal usul barang, yaitu biaya pemesanan (Ordering Cost) bila barang yang diperlukan diperlukan diperoleh dari pihak luar (Supplier) dan biaya pembuatan (Setup Cost) bila barang diperoleh dengan memproduksi sendiri.

3. Biaya Pemesanan (ordering cost)

Biaya pemesanan adalah semua pengeluaran yang timbul untuk mendatangkan barang dari luar. Biaya ini meliputi biaya menentukan pemasok (Supplier), pengetikan pesanan, pengiriman pesanan, biaya pengangkutan, biaya pengiriman dan seterusnya. Biaya ini di asumsikan konstan untuk setiap kali pesan.

4. Biaya Penyimpanan (holding cost/carrying cost)

Biaya penyimpanan yaitu semua pengeluaran yang timbul akibat menyimpan barang atau biaya yang diperlukan untuk mengadakan dan memelihara persediaan.


(38)

2.3.4 Ukuran Lot Dan Persediaan Pengaman

Ukuran lot adalah jumlah minimum pesanan, yang didasarkan atas ketentuan pemasok. Hal ini hanya sebagian yang benar karena sebetulnya ukuran lot ditentukan oleh beberapa faktor yaitu : (Indrajit, Eko & Djokopranoto, Richardus, (2003), Grasindo- Jakarta.)

1. Ketentuan pemasok

2. Perhitungan ekonomis (EOQ) 3. Frekuensi pengiriman

4. Ukuran kontainer pengiriman

5. Total ukuran berat (tonase) atau volume (m3)

Dalam hal persediaan pengaman, perlu diperhatikan bahwa pengadaan persediaan pengaman ini berbeda antara sistem distribusi satu tingkat atau tunggal dengan sistem distribusi multitingkat. Dalam distribusi multitingkat, harus dihindari adanya duplikasi penimbunan persediaan pengaman.

Teknik- teknik penentuan ukuran lot diantaranya adalah sebagai berikut: 1. Economic Order Quantity ( EOQ ).

2. Lot for Lot ( LFL ).

3. Fixed Order Interval ( FOI)

4. Period Order Quantity ( POQ ).

5. Least Uni Cost.

6. Least Total Cost.

7. Part Period Balancing.

8. Wagner Within Algoritma.


(39)

Ukuran lot tidak didasarkan pada minimasi biaya pemesanan dan biaya penyimpanan, bila biaya penyimpanan tidak didefinisikan baik secara marginal

maupun incremental.

Bahwa untuk menetapkan biaya kehabisan persediaan adalah sangat sulit, kalau tidak dapat dikatakan hampir tidak mungkin. Misalnya dalam suatu perusahaan manufaktur didapatkan situasi seperti berikut ini. Karena sering kali harga komponen suku cadang tidak dijual secara individual, maka nilai nyata dalam proses produksi sulit ditentukan. Apabila karena terjadi kehabisan persediaan, lalu hal ini menyebabkan timbulnya kendala atau berhentinya suatu proses produksi, maka nilai kerugiannya juga sangat sulit dihitung. Di samping itu tidak realistis bila, biaya karena kehabisan persediaan sebanyak dua buah suku cadang tertentu sama dengan dua kali biaya karena kehabisan persediaan sebanyak dua buah suku cadang tertentu sama dengan dua kali biaya karena kehabisan persediaan sebuah suku cadang bukan merupakan suatu konstanta. Oleh karena itu ada pendekatan yang dapat dilakukan, yaitu dengan menggunakan konsep tinghkat layanan (service level).

Hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut. Apabila suatu perusahaan menetapkan layanan sebesar 95%, berarti perusahaan tersebut bersedia menanggung kemungkinan kehabisan persediaan sebesar 5%, dan seterusnya. Untuk itu, berapa jumlah persediaan pengaman yang diperlukan? Untuk menghitungnya diperlukan data mengenai :

1. Berapa tingkat layanan yang dikehendaki ?

2. Berapa pemakaian rata-rata selama waktu pemesanan?


(40)

4. Berapa faktor pengaman untuk tiap-tiap tingkat layanan tersebut?

Tabel 2. 3. Formulasi Titik Reorder berdasarkan Distribusi Normal Standart

Titik Reorder Tingkat Service Level

L

DL3,09D 99,90%

L

DL2,58D 99,50%

L

DL2,33D 99%

L

DL1,96D 97,50%

L

DL1,64D 95%

L

DL1,28D 90%

L

DL1,04D 85%

L

DL0,85D 80%

L

DL0,67D 75%

(Richard J. Tersine. 3rd, Elsevler Science Publishing Co., Jnc., 2008.)

Tabel di atas menunjukkan hubungan antara tingkat pelayanan dengan

reorder point. Misal kita menggunakan tingkat pelayanan 95 %, maka untuk menghitung safety stock kita menggunakan rumus reorder point DL1,64D L, dan begitu seterusnya.

Perhitungan untuk mencari persediaan pengaman dapat dengan menggunakan deviasi standar, atau dapat langsung dengan menggunakan MAD. Perlu dicatat bahwa perhitungan persediaan pengaman dengan menggunakan rumus standar deviasi ada kekurangan, yaitu perhitungan standar deviasi


(41)

menyangkut perhitungan perkalian, pangkat, akar, dan cukup rumit. Untuk lebih mempermudah dalam perhitungan dapat digunakan rumus MAD (mean absolute debviation). Formulasi MAD adalah :

Persediaan Pengaman = MAD X Faktor Pengaman Keterangan :

- MAD = pemakain barang selama waktu pemesan.

- Faktor Pengaman = faktor keaman yang dihitung untuk MAD, yang besarnya tergantung dari tingkat layanan.

Contoh perhitung berikut ini akan lebih menjelaskan penggunaan rumus tersebut. Berapa besarnya persediaan pengaman yang paling optimal apabila ditetapkan bahwa tingkat layanan yang dikehendaki adalah 95% dan diketahui bahwa jumlah pemakaian selama tiga puluh (30) kali waktu pemesanan, sebagai berikut :

26 5 20 13 18 13 13 7 19 19 9 22 33 10 5 18 9 9 10 3 18 10 10 7 13 13 17 17 17 17 satuan

MAD 5.2

30 156 30

) 14 17 ( .... ) 13 14 ( ) 14 26

(      

Sehingga, Deviasi Standar = 5.20 X 1.25 = 6.50 satuan Jadi, Persediaan Pengaman = 5.20 X 2.06 = 10.7 = 11 satua


(42)

2.3.5 Sistem Persediaan Demand Independent : Model Deterministik

Dalam sistem persediaan demand independent model deterministik terdiri dari sistem economic order quantity (EOQ) single item dan economic order quantity (EOQ) multi item.

2.3.5.1 Sistem Economic Order Quantity (EOQ) Single Item

Ukuran dari sebuah order yang meminimumkan total biaya persediaan dikenai sebagai Economic Order Quantity (EOQ). Model persediaan klasik dari

EOQ dapat dilihat pada gambar 2.1., dimana Q adalah ukuran order.

(Richard J. Tersine, 2004, 4 th, ) Gambar 2.4. Model Persediaan Klasik

Dimana :

Q = Ukuran lot

Q/2 = Rata - rata persediaan B = Titik order kembali ac = ce = Interval antar order


(43)

Model persedian yang paling sederhana ini memakai asumsi-asumsi sebagai berikut:

1. Hanya satu item produk yang diperhitungkan. 2. Kebutuhan (permintaan) setiap periode diketahui. 3. Produk yang dipesan diasumsikan dapat segera tersedia. 4. LeadTime bersifat konstan.

5. Setiap pesanan diterima dalam sekali pengiriman dan langsung dapat digunakan.

6. Tidak ada pesanan ulang (back order) karena kehabisan persediaan (strorage).

7. Tidak ada quantity discount.

Dengan tidak mengijinkan stock out, total biaya persediaan digambarkan pada Gambar 2.2. dan formulasinya adalah:

n Penyimpana B

Pemesahan B

Pembelian B

Annual Biaya

Total   

 

HQ2

Q CR RP Q

TC   

Dimana:

R = Permintaaan tahunan dalam unit P = Biaya pembelian dari sebuah item C = Biaya pemesanan tiap kali pesan H - PF = Biaya penyimpanan per unit per tahun Q = Ukuran lot atau besarnya order dalam unit F = Fraksi biaya penyimpanan

Untuk mendapatkan ukuran lot dengan biaya minimum (EOQ), diturunkan total biaya annual terhadap ukuran lot (Q) dan semakin mendekati hasil nol.


(44)

0 Q CR 2 H dQ dTC 2   

Sehingga didapat formulasi EOQ

PF 2CR H

2CR

Q* 

Setelah EOQ diketahui, dapat ditentukan ekspektasi jumlah order m :

2C HR *

Q R

m 

Rata-rata tenggang waktu antar order T, formulasinya :

HR 2C m * Q m 1

T  

Titik pemesanan kembali (reorder point) didapatkan dengan menentukan demand yang akan terjadi selama priode Lead Time. Jika Lead Time L dinyatakan dalam bulan, formulasi titik order :

12 RL B

Jika Lead Time dinyatakan dalam minggu, formulasinya :

52 RL B

Total biaya minimum didapatkan dengan mensubsitusikan nilai Qo pada Q dalam pemesanan total biaya mannual :

 

Q* PR HQ*


(45)

Richard J. Tersine, 2004, 4 th, Prentice . Gambar 2.5. Kurva Total Cost Minimum

2.3.5.2 Economic Order Quantity (EOQ) Multi Item

Model ini merupakan model EOQ untuk pembelian bersama (Joint Purchase) beberapa jenis item, dimana asumsi-asumsi yang dapat dipakai

adalah :

a. Tingkat permintaan untuk setiap jenis item bersifat konstan dan diketahui dengan pasti, lead time juga diketahui dengan pasti. Oleh karena itu, tidak ada stock out maupun biaya stock out.

b. Lead timenya sama untuk semua item, dimana semua item yang dipesan akan datang pada satu titik waktu yang sama untuk setiap siklus.

c. Holding cost, harga per-unit (unit cost) dan ordering untuk setiap item diketahui.

Penentuan rumus EOQ untuk kasus joint purchase diperoleh dengan menderivasi biaya total persediaan yang, terdiri dari total ordering cost dan total holding cost selama periode tertentu, dimana :

Rpi Q

D ki K

Cost Ordering Total


(46)

Dimana :

K = Biaya pemesanan yang tidak tergantung jumlah item

Ki = Biaya pemesanan tambahan karena adanya penambahan item-i kedalam pesanan

d1 = Biaya selama periode tertentu untuk item-i

D = Biaya yang diperlukan selama periode tertentu untuk semua itu

QRpi = EOQ untuk ukuran lot terpadu dalam "nilai" rupiah

Q*Rp = EOQ optimal untuk ukuran lot terpadu dalam "nilai" rupiah Total holdingcost dapat diformulasikan :

QRpi

2 h Cost Holding Total Sehingga :

  Rpi RPi Q 2 h Q D ki K TC

Nilai EOQ optimal dapat dirumuskan :

h ki K Rpi *

Q  

EOQ untuk masing-masing item dalam unit dirumuskan:

i i C Rp * Q Q

Frekuensi pemesanan yang terjadi setiap periode dirumuskan:

D Rp * Q f 1 *

T  


(47)

2.4 Peramalan

Peramalan adalah proses untuk memperkirakan berapa kebutuhan di masa datang yang meliputi kebutuhan dalam ukuran kuantitas, kualitas, waktu, dan lokasi yang dibutuhkan dalam rangka memenuhi permintaan barang ataupun jasa. Peramalan tidak terlalu dibutuhkan dalam kondisi permintaan pasar yang stabil, karena perubahan permintaan relatif kecil. Dalam kondisi pasar bebas, permintaan pasar lebih bersifat kompleks dan dinamis karena permintaan tersebut tergantung dari keadaan sosial, ekonomi, politik, aspek teknologi, produk pesaing, dan produk subtitusi. Oleh karena itu peramalan yang akurat merupakan informasi yang sangat dibutuhkan dalam pengambilan keputusan manajemen.

(Nasution, A. H., 2004,).

Peramalan memerlukan berbagai kegiatan untuk mengenali dan memantau berbagai sumber permintaan akan produk dan jasa, yang meliputi peramalan, mencatat pesanan, membuat janji penyerahan, menentukan kebutuhan unit-unit operasional untuk mengkordinasikan seluruh kegiatan secara terpadu. Sasaran peramalan dapat dikategorikan berdasarkan jangka waktunya ke dalam sasaran jangka panjang, jangka menengah, jangka pendek, dan segera.

Tabel 2-4 Tabel peramalan Segera (kurang dari 1

bulan)

Jangka pendek (1-2 bulan) Jangka menengah (3bln-1th) Jangka panjang (2 tahun) Marketing:

Penjualan setiap jenis produk, penjualan oleh pelanggan, kompetitor, harga, dan level inventory Total pejualan kategori produk kelompok produk, harga. Total penjualan kategiri produk, kelompok produk, harga, kondisi ekonomi secara umum Total penjualan, kategori produk, kelompok produk,harga, titik kematangan dari prouk yang ada, preferensi pelanggan


(48)

Produksi: Permintaan masing-masing produk, pembebanan pabrik Total permintaan dari kategori produk dan kelompok produk, penjadwalan, tingkat tenaga kerja, biaya Biaya alokasi anggaran, b eli atau pesan peralatan dan pemesinan, tingkat tenaga kerja.

Biaya, investasi fasilitas, ekspansi pabrik dan peralatan, permintaan fasilitas produk yang baru, teknologi baru Inventory: Permintaan masing-masing produk, permintaan untuk material, demand untuk barang setengah jadi, cuaca Permintaan untuk material, demand untuk barang setengah jadi, demand untuk produk jadi Kemungkinan

pemasok baru atau fasilitas transportasi Total penjualan ekspansi gudang. Keuangan dan akuntansi: Penerimaan penjualan, biaya produksi, biaya inventory, kas masuk dan kas keluar.

Total demand, level persediaan, aliran kas, pembelian jangka pendek, harga Alokasi anggaran, aliran kas. Total penjualan, pemilihan investasi, modal, alokasi sumber daya, program untuk modal, aliran kas

Pembelian:

Produksi, ketersediaan dana, pembelian dari pemasok

Demand untuk produk, demand material, lead time pembelian

Demand produk, demand raw material dan material yang lain

Subkontrak atau membeli raw material, preferensi konsumen

R & D:

Pengenalan produk baru seleksi R&D

Total penjualan, teknologi, sosial, politik dan kondisi ekonomi yad. Pengembangan produk baru Top management: Total penjualan penetapan harga Demand penjualan, biaya yang dikeluarkan, posisi kas, kondisi ekonomi secara umum, pengendalian tujuan

Total penjualan, biaya, sosial dan trend ekonomi, goal, tujuan dan strategi, produk baru, kebijakan harga.

Unit ekonomi:

Levvel aktivitas ekonomi

Kondisi ekonomi umum, titik balik dalam ekonomi, tingkat kegiatan ekonomi.

State dan tipe ekonomi, tingkat aktivitasnekonomi, penjualan di industri.


(49)

2.4.1 Peran Teknik Peramalan

Komitmen tentang peramalan telah tumbuh karena beberapa faktor :

Pertama, adalah karena meningkatnya kompleksitas organisasi dan lingkungannya hal ini akan menjadikan semakin sulit bagi pengambil keputusan untuk mempertimbangkan semua faktor secara memuaskan.

Kedua, dengan meningkatkan ukuran organisasi, maka bobot dan kepentingan suatu keputusan telah meningkat pula, lebih banyak keputusan yang memerlukan telaah peramalan khusus dan analisis yang lengkap.

Ketiga, lingkungan dari kebanyakan organisasi telah berubah dengan cepat sehingga keterkaitan yang harus dimengerti oleh organisasi berubah-rubah dan pengamalan memungkinkan bagi organisasi untuk mempelajari keterkaitan yang baru secara lebih cepat.

Keempat, pengambilan keputusan telah semakin sistematis yang melibatkan justifikasi tindakan secara gambling (eksplisit).

2.4.2 Model-model Peramalan

Terdapat dua jenis model peramalan yang utama, yaitu: model deret berkala (time series) dan model regresi (kausal). Pada jenis pertama, pendugaan masa depan dilakukan berdasarkan nilai masa lalu dari suatu variabel atau kesalahan masa lalu. Tujuan metode peramalan deret berkala seperti itu adalah dengan menemukan pola dalam deret historis dan mengekstrapolasikan pola tersebut ke masa depan.

Langkah penting dalam memilih suatu metode deret berkala (time series) yang tepat adalah dengan mempertimbangkan jenis pola data, sehingga metode


(50)

yang paling tepat dengan pola tersebut dapat diuji. Pola data dapat dibedakan menjadi empat jenis (Spyros M, Steven C, Victor E,2004, ) :

1. Pola Horizontal (H)

Terjadi bilamana nilai data berfluktuasi di sekitar nilai rata-rata yang konstan. Deret seperti itu adalah “stasioner” terhadap nilai rata-ratanya. Suatu produk yang penjualannya tidak meningkat atau menurun selama waktu tertentu termasuk kedalam jenis ini.

(Spyros M, Steven C, Victor E,2003, ) Gambar 2.6. Pola Data Horizontal

Pola Musiman (S)

Terjadi bilamana suatu deret dipengaruhi oleh faktor musiman (misalnya kuartal tahun tertentu, bulanan, atau hari-hari pada minggu tertentu).

(Spyros M, Steven C, Victor E,2003, )

Gambar 2.7. Pola Data Musiman Kuartalan S S F W S S F W S S F

W Y

waktu Y


(51)

waktu Y

1972 73 74 75 76 77 78 79 80 81 waktu Y

2. Pola Siklis (C)

Terjadi bilamana datanya dipengaruhi oleh fluktuasi ekonomi jangka panjang seperti yang berhubungan dengan siklus bisnis. Penjualan produk seperti mobil, baja, dan peralatan utama lainnya menunjukkan jenis pola ini.

(Spyros M, Steven C, Victor E,2003 ) Gambar 2.8. Pola Data Siklus. 3. Pola trend (T)

Terjadi bilamana terdapat kenaikan atau penurunan sekuler jangka panjang dalam data. Penjualan banyak perusahaan, produk bruto nasional (GNP) dan berbagai indikator bisnis atau ekonomi lainnya mengikuti suatu pola trend selama perubahannya sepanjang waktu.

(Spyros M, Steven C, Victor E,2003, ) Gambar 2.9. Pola Data Trend


(52)

2.4.3 Peramalan Permintaan

Sasaran akhir dari keseluruhan aktivitas peramalan adalah perkiraan mengenai kebutuhan modal. Dengan mengetahui kebutuhan modal pada semua aktivitas produksi, maka kebijakan harga dan keuntunagn akan lebih mudah untuk dibuat. (Baroto,T.,2004,).

Gambar 2.10

Proses Perkiraan Kebutuhan Modal dari Peramalan. Peramalan

permintaan

Perancanaan kapasitas

Disain system operasi

Kebutuhan mesin & alat

Kebutuhan Tenaga

Kebutuuhan material Penjadwalan

operasi

Tingkat sediaan


(53)

2.4.4 Prinsip-Prinsip Dalam Menggunakan Peramalan Permintaan

Pengelolaan dan strategi logistik dapat dilakukan secara efektif apabila dilandasi oleh beberapa prinsip penggunaan peramalan. Prinsip-prinsip ini secara singkat dapat dijelaskan sebagai berikut. Sebelum hal tersebut di bicarakan lebih lanjut, perlu disadari bahwa yang sedang dibicarakan adalah mengenai suatu peramalan, bukan suatu kepastian. Oleh karena itu, perlu di ingat hukum pertama dan utama dari peramalan, yaitu peramalan dijamin mleset, atas dasar hukum inilah prinsip-prinsip peramalan di letakkan. (Indrajit, Eko & Djokopranoto, Richardus, (2003), Grasindo- Jakarta.)

1. Peramalan yang baik pun masih memungkinkan kesalahan yang signifikan. 2. Peramalan memerlukan monitor dan perhitungan perkiraan kesalahan.

3. Ketidakpastian, yang mungkin besar, harus selalu diantisipasi dan diperhitungkan.

4. Semua sistem peramalan selalu didasari oleh model yang bersifat implisit atau eksplisit.

5. Peramalan sering kali juga didasarkan atas peramalan agregat yang perlu dipecah-pecah menjadi komponen produk, letak geografis, atau komponen-komponen lain.

2.4.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan

Permintaan akan suatu produk pada suatu perusahaan merupakan resultan dari berbagai faktor yang paling berinteraksi dalam pasar. Faktor=faktor ini hampir selalu merupakan kekuatan yang berada diluar kendali perusahaan. Berbagai faktor tersebut antara lain:


(54)

Siklus bisnis. Penjualan produk akan dipengaruhi oleh permintaan akan produk tersebut, dan permintaan suatu produk akan dipengaruhi oleh kondisi ekonomi yang membentuk siklus bisnis dengan fase-fasse inflasi, resesi, depresi, dan masa pemulihan.

Siklus hidup produk. Siklus hidup produk biasanya mengikuti suatu pola yang biasa disebut kurva s. Kurva s menggambarkan besarnya permintaan terhadap waktu, dimana siklus hidup suatu produk akan dibagi menjadi faase pengenalan, fase pertumbuhan, fase kematangan dan akhirnya fase penurunan. Unruk menjaga kelangsungan usaha, maka perlu dilakukan inovasi produk padddaa saat yang tepat.

Faktor-faktor lain. Beberapa faktor lain yang mempengaruhi permintaan adalah reaksi balik dari pesaing, perilaku konsumen yang berubah, dan usaha-usaha yang dilakukan sendiri oleh perusahaan seperti meningkatkan kualitas, pelayanan, anggaran periklanan, dan kebijaksanaan pembayaran secara kredit.

Rencana siklus hidup Pelanggaran proyek

variasi acak mutu & harga

pesaing

siklus bisnis

sikap & kepercayaan

INPUTS pelanggan

OUTPUTS

MUTU Iklan

Hasil

Penjualan kebijaksanaan usaha kredit perusahaan Citra desain barang &

Pelayanan pelayanan

Gambar 2.11 beberapa faktor yang mempengaruhi permintaan (Nasution, A. H., 2004,)

Permintaan perusahaan


(55)

2.4.6 Metode Peramalan

Metode peramalan merupakan suatu metode atau teori pendekatan kemungkinan akan terjadinya suatu kejadian di masa yang akan datang dengan menganalisa keadaan di waktu-waktu yang lalu. Penyusunan peramalan yang berdasarkan pada data historis yang ada seringkali menggunakan trend untuk melaksanakan perhitungan peramalan penjualan

a. Model Peramalan Kualitatif

Peramalan kualitatif umumnya bersifat subyektif, dipengaruhi oleh intuisi, emosi, pendidikan dan pengalaman seseorang. Oleh karena itu, hasil peramalan dari satu orang dengan orang yang lain dapat berbeda. Meskipun demikian, peramalan dengan model kualitatif tidak berarti hanya menggunakan intuisi, tetapi seringkali mengikutsertakan model-model statistik sebagai bahan masukan dalam

judgement (pendapat, keputusan) dan dapat dilakukan secara perseorangan maupun kelompok.

Dalam peramalan secara kualitatif ada 4 metode yang umum dipakai : 1. Juri Opini Eksekutif

2. Metode Delphi

3. Gabungan Tenaga Penjualan 4. Survey Pasar

b. Model Peramalan Kuantitatif

Peramalan Kuantitatif dapat diterapkan bila terdapat tiga kondisi berikut :

(Spyros M, Steven C, Victor E,1995,)

a. Tersedia informasi tentang masa lalu.


(56)

c. Dapat diasumsikan bahwa beberapa aspek pola masa lalu akan terus berlanjut di masa mendatang.

Model kuantitatif dapat dipergunakan dalam prakiraan, pada dasarnya dapat dikelompokkan dalam dua jenis, yaitu metode deret berkala (time series) dan metode regresi atau kausal (Spyros M, Steven C, Victor E, 1995,) :

1. Metode Time Series

Merupakan metode dimana pendugaan masa depan dilakukan berdasarkan nilai masa lalu dari suatu variabel atau kesalahan masa lalu. Tujuan metode peramalan deret berkala seperti itu adalah dengan menemukan pola dalam deret historis dan mengekstrapolasikan pola tersebut ke masa depan. Langkah penting dalam memilih suatu metode time series yang tepat adalah dengan mempertimbangkan jenis pola data, sehingga metode yang paling tepat dengan pola tersebut dapat diuji.

2. Metode Kausal

Dengan mengasumsikan bahwa faktor yang diperkirakan/diramalkan menunjukkan adanya hubungan sebab-akibat dengan satu atau lebih variabel bebas. Maksud dari model kausal adalah menemukan bentuk hubungan tersebut dan menggunakannya untuk meramalkan nilai mendatang dari variabel tidak bebas.

c. Metode Double Moving Average (Moving Average With Trend)

Untuk mengurangi kesalahan sistematis yang terjadi bila rata-rata bergerak dipakai pada berkecenderungan, maka dikembangkan metode rata-rata bergerak linier (linier moving averages). Dasar metode ini adalah menghitung rata-rata bergerak yang kedua. Rata-rata bergerak ganda ini merupakan rata -rata bergerak


(57)

dari rata-rata bergerak, dan menurut simbol dituliskan sebagai MA (MxN) dimana artinya adalah MA M-periode dari MA N-periode.

Jadi prosedur peramalan rata-rata bergerak linier meliputi tiga aspek, yaitu: 1. Penggunaan rata-rata bergerak tunggal pada waktu t (ditulis S’t).

2. Penyesuaian yang merupakan perbedaan antara rata-rata bergerak tunggal dan ganda pada waktu t (dituiis S’t – S”t).

3. Penyesuaian untuk kecenderungan dari periode t ke periode t+1 (atau ke periode t+m jika kita ingin meramalkan m periode ke muka)

Penyesuaian ke 2 paling efektif bila trend bersifat linier dan komponen kesalahan randomnya tidak begitu kuat. Penyesuaian ini efektif karena adanya kenyataan bahwa MA tunggal tertinggal (lags) di belakang deret data yang menunjukkan trend.

Secara umum pembahasan tersebut dapat diformulasikan sebagai berikut :

N X ... X X X '

S t t 1 t 2 t N 1

t        

 ... (1)

N S ... S S S "

S t t 1 t 2 t N 1

t        

 ... (2)

t t

t t

t

t S' S' S" 2S' S"

a      ... (3)

t t

t S' S"

1 N

2

b

 ... (4)

m . b a

Ftmtt ... (5)

(Spyros M, Steven C, Victor E,1995,)

Dimana :

- Persamaan (1) mempunyai asumsi bahwa saat ini kita berada pada periode waktu t dan mempunyai nilai masa lalu sebanyak N.MA (N) tunggal


(58)

dituliskan dengan S't.

- Persamaan (2) menganggap bahwa semua rata-rata bergerak tunggal (S')

telah dihitung. Dengan persamaan ini pula kita menghitung rata-rata bergerak N-periode dari nilai-nilai S' tersebut. Rata-rata bergerak ganda dituliskan sebagai (S").

- Persamaan (3) mengacu pada penyesuaian Moving Average tunggal (S',),

dengan perbedaan (S',- S").

- Persamaan (4) menentukan taksiran kecenderungan dari periode waktu yang satu ke periode waktu berikutnya.

- Persamaan (5) menunjukkan bagaimana memperoleh ramalan untuk m

periode ke depan dari t.

d. Metode Pemulusan (Smoothing) Eksponensial Ganda : Metode Dua Parameter dari Holt.

Metode pemulusan eksponensial Ganda dari Holt tidak menggunakan rumus pemulusan berganda secara langsung, tetapi memuluskan nilai trend dengan parameter yang berbeda-beda dari parameter yang digunakan pada deret asli.

Parameter pemulusan ekponensial ganda didapat dengan menggunakan 2 konstanta pemulusan (dengan nilai diantara 0 dan 1) dan 3 persamaan :



t 1 t 1

t

t X 1 S b

S   

t t 1

 

t 1

t S S 1 b

b     m

. b S m

Ft   tt

(Spyros M, Steven C, Victor E,1995,)

Persamaan pertama menyesuaikan St secara langsung untuk trend periode sebelumnya, yaitu bt - 1 dengan menambahkan nilai pemulusan terakhir,


(59)

yaitu St - 1. Persamaan kedua meremajakan trend, yang ditujukan sebagai perbedaan antara 2 nilai pemulusan terakhir, karena mungkin masih terdapat sedikit kerendoman, maka hal ini dihilangkan oleh pemulusan dengan δ(gamma) trend pada periode terakhir (St - St - 1), dan menambahkan dengan. taksiran trend sebelumnya dikalikan dengan (1 - δ). Persamaan ketiga digunakan untuk ramalan kemuka. Trend bt dikalikan dengan jumlah periode ke muka yang diramalkan m dan ditambahkan pada nilai dasar St.

Nilai awal (inisialisasi) dari metode pemulusan eksponensial ganda adalah :

plot di tersebut data setelah ) ball eye ( mata bola ) slope ( kemiringan taksiran B 2 X X X X B X S 1 1 1 1      

e. Metode Pemulusan (Smoothing) Eksponensial Tunggal

Kasus yang paling sederhana dari pemulusan (smoothing) eksponensial tunggal dapat dikembangkan dari persamaan (1) atau secara lebih khusus dari suatu variasi pada persamaan tersebut yaitu sebagai berikut:

          N X N X F

Ft 1 t t t N ... (1)

Misalkan observasi yang lama XtN tidak tersedia sehingga tempatnya digantikan dengan suatu nilai pendekatan (aproksimasi). Salah satu pengganti yang mungkin adalah nilai ramalan periode sebelumnya Ft. Dengan melakukan substitusi ini persamaan (1) menjadi persamaan (2) dan dapat ditulis kembali sebagai persamaan (3).


(60)

         N F N X F

Ft 1 t t t ... (2)

Substitusi persainaan (1) ke persamaan (2)

t t 1 t F N 1 1 X N 1 F               

 ... (3)

Dari persamaan (3) dapat dilihat bahwa ramalan ini

 

Ft1 didasarkan atas pembobotan observasi yang terakhir dengan suatu nilai bobot

 

1 N dan pembobotan ramalan yang terakhir sebelumnya

 

Ft dengan suatu bobot

 

11 N

. Karena N merupakan suatu bilangan positif,

 

1 N akan menjadi suatu konstanta antara nol (jika N tak terhingga) dan 1 (jika N = 1). Dengan mengganti

 

1 N dengan a, persamaan (3) menjadi:

t

t 1

t X 1 F

F    ... (4)

Persamaan ini merupakan bentuk umum yang digunakan dalam menghitung ramalan dengan metode pemulusan eksponensial.

Cara lain untuk menuliskan persamaan (4) adalah dengan susunan sebagai berikut:

t t

t 1

t F X F

F    ... (5) Secara sederhana:

 

t t

1

t F e

F   ... (6)

Dimana et adalah kesalahan ramalan (nilai sebenamya dikurangi ramalan) untuk periode t dari 2 bentuk Ft1 ini dapat dilihat bahwa ramalan yang dihasilkan dari

SES secara sederhana merupakan ramalan yang lalu ditambah suatu bentuk penyelesaian untuk kesalahan yang terjadi pada ramalan terakhir. Dalam bentuk


(61)

ini terbukti jika  mempunyai nilai mendekati 1, maka ramalan yang baru akan mencakup penyesuaian kesalahan yang besar pada ramalan sebelumnya. (Spyros, Makridakis, 2005,. Edisi Kedua. Erlangga, Jakarta,)

2.4.7 Pengujian Peramalan

Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan metode MRC (Moving Range Chart). Tujuannya adalah untuk memeriksa peramalan-peramalan yang telah dilakukan, apakah data hasil peramalan sudah dalam kondisi yang terkecil atau belum. Langkah-langkah dalam pembuatan MRC adalah sebagai berikut : (John E. Biegel ; 1992).

1. Menghitung rentang bergerak (Moving Range)

          

  t1

^ 1 t t ^

t Y Y Y

Y MR

Dimana :

Yt = data aktual tahun tertentu

Y = data hasil peramalan tahun tertentu 2. Menghitung rata-rata rentang bergerak

1 n MR MR

3. Menghitung batas-batas kontrol Batas Atas (BA) = 2,66.MR

Batas Bawah (BB) = 2,66.MR

4. Menghitung titik-titik simpangan    

   t

^ t Y

Y ke dalam peta kendali (gambar


(1)

95

 Produk Canstin Cansteen : Pengiriman ke kota mojokerto sebanyak 311 m2, ke kota sidoarjo sebanyak 339 m2, ke kota surabaya sebanyak 369 m2, ke kota gresik sebanyak 303 m2.

b) Bulan Februari 2012

 Produk Paving Trihek : Pengiriman ke kota sidoarjo sebanyak 387 m2, ke kota surabaya sebanyak 451 m2, ke kota gresik sebanyak 338 m2.

 Produk Canstin Cansteen : Tidak terdapat pengiriman produk Canstin cansteen.

c) Bulan Maret 2012

 Produk Paving Trihek : Tidak terdapat pengiriman produk paving trihek.

 Produk Canstin Cansteen : Tidak terdapat pengiriman produk canstin cansteen.

d) Bulan April 2012

 Produk Paving Trihek : Tidak terdapat pengiriman produk paving trihek.

 Produk Canstin Cansteen : Pengiriman ke kota mojokerto sebanyak 311 m2, tidak terdapat pengiriman produk ke kota Sidoarjo, ke kota gresik 303 m2

e) Bulan Mei 2012

 Produk Paving Trihek : Pengiriman ke kota mojokerto sebanyak 349 m2, ke kota gresik sebanyak 338 m2,

 Produk Paving Trihek : Pengiriman ke kota sidoarjo sebanyak 339 m2, ke kota surabaya sebanyak 369 m2


(2)

f) Bulan Juni 2012

 Produk Paving Trihek : Pengiriman ke kota sidoarjo sebanyak 387 m2 , ke kota surabaya sebanyak 415 m2

 Produk Canstin Cansteen : Tidak terdapat pengiriman produk canstin cansteen.

g) Bulan Juli 2012

 Produk Paving Trihek : Tidak terdapat pengiriman produk paving trihek.

 Produk Canstin Cansteen : Pengiriman ke kota mojokerto sebanyak 311 m2, ke kota gresik sebanyak 303 m2.

h) Bulan Agustus 2012

 Produk Paving Trihek : Pengiriman ke kota mojokerto sebanyak 349 m2, ke kota gresik sebanyak 338 m2.

 Produk Canstin Cansteen : Tidak ada Pengiriman produk canstin cansteen.

i) Bulan September 2012

 Produk Paving Trihek : Tidak terdapat pengiriman produk paving trihek..

 Produk Canstin Cansteen : Pengiriman ke kota sidoarjo sebanyak 339 m2, ke kota surabaya sekitar 369 m2


(3)

97

k) Bulan November 2012

 Produk Paving Trihek : Pengiriman ke kota mojokerto sebanyak 349 m2.

 Produk Canstin Cansteen : Tidak terdapat pengiriman produk Canstin Cansteen.

l) Bulan Desember 2012

 Produk Paving Trihek : Pengiriman ke kota gresik sebanyak 338 m2

 Produk Canstin Cansteen : Pengiriman ke kota canstin cansteen sebanyak 339 m2.


(4)

98

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Dari hasil penelitian, didapatkan total biaya aktivitas distribusi riil perusahaan sebesar Rp. 36.584.500,00 Sedangkan menggunakan metode DRP, total biaya aktivitas distribusi sebesar Rp. 34.681.800,00 , maka kita dapatkan selisih biaya sebesar Rp. 1.902.700,00 sehingga terjadi penghematan biaya sebesar 0,05 %.

Dari penghematan Total Cost didapatkan, bahwa dengan menggunakan metode DRP lebih kecil bila dibandingkan dengan kondisi riil perusahaan karena terjadi penghematan sebesar 0,05 %. Maka hal ini membuktikan bahwa metode DRP lebih mengoptimalkan bila dibandingkan pada perusahaan PT “Sentra Usaha Prima - Mojosari”, sehingga dapat digunakan untuk memperkirakan pendistribusian produk pada periode berikutnya.

Saran

Adapun saran-saran yang bisa kami berikan pada perusahaan yaitu antara lain :

1. Perusahaan disarankan untuk menggunakan DRP dalam melakukan perencanaan aktivitas distribusi untuk tahun berikutnya.


(5)

99 melakukan perencanaan dan apabila ada perubahan mendadak dapat diantisipasi lebih awal.

3. Dengan menggunakan DRP dapat mengurangi stock out dan over stock, serta dapat mengurangi biaya distribusi.


(6)

Anggraini, A, (2007), “Perencanaan Dan Penjadwalan Aktivitas Distribusi Dengan Menggunakan Distribution Requirement Planning (DRP) (Studi Kasus : di PT. Tjakrindo Mas Gresik). Tugas Akhir. Universitas Pembangunan Nasional ’’Veteran” Jawa Timur.

(Indrajit, Eko & Djokopranoto, Richardus, (2003), Grasindo-Jakarta.) Pengendalian Persediaan Suatu Pendekatan Kuantitatif, CV. Akademika Pressina: Jakarta. Gasperz, Vincent, 2004, Production Planning and Inventory Control, PT. Gramedia

Pustaka Utama: Jakarta.

Akhmad Zainul Fanani (2006). Perencanaan dan Penjadwalan Aktivitas Distribusi Air Minum Kemasan TDS nol Merk “ Trimukti ” dengan Menggunakan Distribustion Requirement Planning (DRP) di Perusahaan CV.TRIMUKTI Mojokerto .

Richard J. Tersine 2003, Perencanaan dan Pengendalian Produksi, Guna Widya: Surabaya.

Richard J. Tersine, Fourth, Elsevler Science Publishing Co., Inc., Tabel Integrasi Distribusi dan Manufaktur.

Siti hafsoh okta fitria (2010). Penjadwalan Distribusi Produk kaca dengan

Menggunakan Distribustion Requirement Planning (DRP) di PT. Asahimas Flat Glass Tbk Sidoarjo

Tersine, R.J., 1998, Principles of Inventory and Materials Management, North Holland, New York.


Dokumen yang terkait

Perencanaan Penjadwalan Distribusi Produk dengan Metode Distribution Requirement Planning (DRP) di Perusahaan Multi Jaya.

3 20 20

PERENCANAAN AKTIVITAS DISTRIBUSI PRODUK UDANG DENGAN MENGGUNAKAN METODE DISTRIBUTION REQUIREMENT PLANNING (DRP) (Studi Kasus Di PT. ANGGARA CIPTA CITRA - SIDOARJO).

0 0 110

PERENCANAAN DISTRIBUSI PRODUK PAVING DENGAN MENGGUNAKAN METODE DISTRIBUTION REQUIREMENT PLANNING (DRP) (Studi Kasus Di UD. DUA SAUDARA - Surabaya.

6 13 101

PERENCANAAN DISTRIBUSI PRODUK FURNITURE DENGAN MENGGUNAKAN METODE DISTRIBUTION REQUIREMENT PLANNING (DRP) (Studi Kasus Di PT. Mitra Mandiri Perkasa – Sidoarjo).

1 6 100

PERENCANAAN PENJADWALAN DISTRIBUSI PRODUK DENGAN METODE DISTRIBUTION REQUIREMENT PLANNING (DRP) DI PT KHARISMA ESA ARDI-SURABAYA.

1 15 261

PERENCANAAN DISTRIBUSI PRODUK KACA DENGAN METODE DISTRIBUTION REQUIREMENT PLANNING (DRP) DI PT ASAHIMAS FLAT GLASS Tbk.

7 50 132

PERENCANAAN DISTRIBUSI PRODUK KACA DENGAN METODE DISTRIBUTION REQUIREMENT PLANNING (DRP) DI PT ASAHIMAS FLAT GLASS Tbk

1 1 14

PERENCANAAN DISTRIBUSI PRODUK PAVING DENGAN MENGGUNAKAN METODE DISTRIBUTION REQUIREMENT PLANNING (DRP) (Studi Kasus Di UD. “DUA SAUDARA” – Surabaya)

0 1 19

PERENCANAAN DISTRIBUSI PRODUK FURNITURE DENGAN MENGGUNAKAN METODE DISTRIBUTION REQUIREMENT PLANNING (DRP) (Studi Kasus Di PT. Mitra Mandiri Perkasa – Sidoarjo)

1 3 17

PERENCANAAN AKTIVITAS DISTRIBUSI PRODUK UDANG DENGAN MENGGUNAKAN METODE DISTRIBUTION REQUIREMENT PLANNING (DRP) (Studi Kasus Di PT. ANGGARA CIPTA CITRA - SIDOARJO)

0 0 14