OPINI BURUH TENTANG IKLAN LAYANAN MASYARAKAT JAMSOSTEK DI TELEVISI. (Studi Deskripstif Opini Buruh Yang Bekerja Di Kawasan Surabaya Industrial Estate Rungkut/SIER Tentang Iklan Layanan Masyarakat Jamsostek (Jaminan Sosial Tenaga Kerja) Versi Pengusaha Bat

(1)

(Studi Deskriptif Opini Buruh Yang Bekerja Di Kawasan Surabaya Industrial Esatate Rungkut/SIER Tentang Iklan Layanan Masyarakat Jamsostek (Jaminan

Sosial Tenaga Kerja) Versi Pengusaha Batik” Di Televisi )

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi sebagai persyaratan memperoleh Gelar Sarjana pada FISIP UPN : “Veteran” Jawa Timur

Oleh : ABDUR RAUF NPM : 0343010358

YAYASAN KESEJAHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

PRODI ILMU KOMUNIKASI JAWA TIMUR


(2)

Alhamdulillaahirabil’aalamiin, segala puji bagi Allah SWT, sang

pemberi nafas hidup pada seluruh makhluk. Hanya kepadaNya-lah syukur dipanjatkan atas selesainya skripsi ini. Sejujurnya penulis akui bahwa pendapat sulit ada benarnya, tetapi faktor kesulitan itu lebih banyak datang dari diri karena itu, kebanggaan penulis bukanlah pada selesainya skripsi ini melainkan kemenangan dicapai tidak lepas dari bantuan berbagai pihak selama proses penyelesaian skripsi ini.

Keberhasilan dalam penulisan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, untuk itu ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada Bapak Zainal Abidin A, S.Sos, MSi selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu dan perhatian untuk memberikan bimbingan, pengarahan dan masukan yang berarti kepada penulis selama masa

penyusunan skripsi ini. Selain itu penulis juga mengucapkan terima kasih

kepada berbagai pihak yang turut mendukung tersusunnya skripsi ini, antara lain:

1. Rektor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur,

Bapak Prof. DR. Ir. Teguh Soedarto, MP

2. Ibu Dra. Hj. Suparwati, MSi Dekan Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu

Politik UPN “Veteran” Jawa Timur.

3. Bapak Juwito, S.Sos, MSi Ketua Prodi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu

Sosial Dan Ilmu Politik UPN “Veteran” Jawa Timur.


(3)

v kepada penulis.

5. Bapak dan Ibu yang selalu berdoa untuk kesuksesan Penulis dalam

meraih cita-cita.

6. Terakhir namun sangat berarti bagi penulis, ucapan terima kasih kepada

teman angkatan 2003 Prodi Ilmu Komunikasi.

Sungguh penulis menyadari bahwa skripsi ini belum sempurna dan penuh keterbatasan. Dengan harapan bahwa skripsi ini akan berguna bagi rekan-rekan di Prodi Ilmu Komunikasi, maka saran serta kritik yang membangun sangatlah dibutuhkan untuk memperbaiki kekurangan yang ada.

Surabaya, Maret 2010


(4)

Gambar .1 Model Teori S-O-R……….... 28

Gambar .2 Kerangka Berpikir………... 33


(5)

ix

Tabel 1. Kelompok Usia Responden………. 61

Tabel 2. Jenis Kelamin Responden……… 63

Tabel 3. Pendidikan Responden………... 64

Tabel 4. Responden Dalam Menonton Televisi………. 66

Tabel 5. Responden yang menyaksikan tayangan iklan layanan masyarakat……… 67

Tabel 6. Responden yang menyaksikan tayangan iklan layanan masyarakat Jamsostek versi pengusaha batik di televisi dalam satu hari………. 68

Tabel 7. Opini responden tentang heard word (kata-kata yang terdengar) “Punya usaha dan punya karyawan begini bikin jantung ndredek melulu, Lah wong kalo sakit duwite sopo sing gawe mbayar rumah sakit”……… 69

Tabel 8. Opini responden tentang heard word (kata-kata yang terdengar) “Untung ikut Jamsostek, ada jaminan hari tua, jaminan pemeliharaan kesehatan, jaminan kecelakaan kerja, jaminan kematian dan banyak untung-untung lainnya”……... 71

Tabel 9. Opini responden tentang Heard word (kata-kata yang terdengar) dalam tayangan iklan “Bisa buntung punya karyawan tapi gak punya Jamsostek”………. 72

Tabel 10. Opini responden tentang musik (jingle dan background) yang terdengar dalam tayangan iklan layanan masyarakat Jamsostek versi pengusaha batik di televisi………. 74

Tabel 11. Opini responden tentang musik (jingle dan background) yang terdengar dalam tayangan iklan layanan masyarakat Jamsostek versi pengusaha batik di televisi………. 75

Tabel 12. Opini responden tentang seen word (kata-kata yang terlihat) dalam tayangan iklan “Untung Ikut Jamsostek”……….. 76

Tabel 13. Opini responden tentang seen word (kata-kata yang terlihat) dalam tayangan iklan “JAMSOSTEK Hak Pekerja Kewajiban Pengusaha UU No 3 Tahun 1992”……… 77

Tabel 14. Opini responden tentang picture (visualisasi gambar) dalam tayangan iklan layanan masyarakat Jamsostek versi pengusaha batik di televisi……….. 78

Tabel 15. Opini responden tentang movement (gerakan kinesik berupa gerakan tangan untuk memperkuat testimonial) dalam tayangan iklan layanan masyarakat Jamsostek versi pengusaha batik di televisi………... 80

Tabel 16. Opini responden secara keseluruhan tentang iklan layanan masyarakat Jamsostek versi pengusaha batik di televisi…….. 82


(6)

ABDUR RAUF. OPINI BURUH TENTANG IKLAN LAYANAN MASYARAKAT JAMSOSTEK DI TELEVISI. (Studi Deskripstif Opini Buruh Yang Bekerja Di Kawasan Surabaya Industrial Estate Rungkut/SIER Tentang Iklan Layanan Masyarakat Jamsostek (Jaminan Sosial Tenaga Kerja) Versi Pengusaha Batik Di Televisi).

Tujuan dalam penelitian ini adalah mengetahui opini buruh yang bekerja di kawasan Surabaya Industrial Estate Rungkut/SIER tentang iklan layanan masyarakat Jamsostek versi “pengusaha batik” di televisi. Opini buruh dapat dilihat dari arah opininya, yaitu opini positif, opini negatif, atau opini netral terhadap iklan tersebut.

Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Stimulus-Organism-Response, Periklanan, Buruh Sebagai Pemirsa Televisi, Opini.

Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kuantitatif. Populasi penelitian ini adalah buruh yang bekerja di kawasan Surabaya Industrial Estate Rungkut/SIER yang pernah melihat iklan layanan masyarakat Jamsostek versi “pengusaha batik” dengan asumsi responden mengerti tentang apa yang sedang diteliti yang nantinya akan berpengaruh pada keakuratan data yang dihasilkan. Teknik sampling dalam penelitian ini menggunakan teknik non probability sampling dengan tipe accidental

sampling.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara keseluruhan buruh yang menjadi responden memberikan opini positif terhadap iklan layanan masyarakat Jamsostek versi “pengusaha batik” yang ditayangkan di televisi. Kata kunci : Opini, Buruh, Iklan Televisi, Iklan Layanan Masyarakat Jamsostek Versi “Pengusaha Batik”

 


(7)

1.1 Latar Belakang Masalah

Perkembangan iklan di Indonesia semakin menemukan pijakan yang mantap ketika televisi swasta mulai muncul. Hal ini merupakan era baru bagi periklanan Indonesia yaitu dengan berkembangnya iklan televisi. Di dukung dengan SK Menpen No. 111/90 yang mengharuskan iklan-iklan yang ditayangkan di televisi adalah iklan yang diproduksi di dalam negeri dan oleh orang-orang Indonesia, dunia periklanan semakin ramai dengan upaya-upaya untuk menampilkan gaya periklanan yang khas Indonesia. Media televisi sendiri dengan kekuatan audio visualnya yang memungkinkan dinamisasi tampilan iklan, telah menjadi sebuah media iklan yang mampu merebut dominasi dari keseluruhan iklan media. Dengan tampilan suara dan gambar yang dinamis, iklan televisi memiliki kelebihan dalam menarik perhatian khalayak di bandingkan media iklan lainnya seperti media cetak atau media radio. (Noviani,2002:37)

Periklanan adalah fenomena bisnis modern, tidak ada perusahaan yang ingin maju dan memenangkan kompetisi bisnis tanpa mengandalkan iklan. Demikian pentingnya peran iklan dalam bisnis modern sehingga salah satu bonafiditas perusahaan terletak pada berapa besar dana yang dialokasikan untuk beriklan. Di samping itu, iklan merupakan jendela kamar dari sebuah


(8)

perusahaan. Keberadaannya menghubungkan perusahaan dengan masyarakat, khususnya konsumen.

Periklanan selain merupakan kegiatan pemasaran juga merupakan kegiatan komunikasi. Kegiatan pemasaran meliputi strategi pemasaran, yakni logika pemasaran yang dipakai unit bisnis untuk mencapai tujuan pemasaran (Kotler,1991:416). Menurut Liliweri (1991:20), kegiatan komunikasi adalah penciptaan interaksi perorangan dengan mengunakan tanda-tanda yang tegas. Komunikasi juga berarti pembagian unsur-unsur perilaku, atau cara hidup dengan eksistensi seperangkat ketentuan dan pemakaian tanda-tanda. Dari segi komunikasi, rekayasa unsur pesan sangat tergantung dari siapa khalayak sasaran yang dituju, dan melalui media apa sajakah iklan tersebut sebaiknya disampaikan. Karena itu, untuk membuat komunikasi menjadi efektif, harus dipahami betul siapa khalayak sasarannya, secara kuantitatif maupun kualitatif. Pemahaman secara kuantitatif akan menjamin bahwa jumlah pembeli, dan frekuensi pembelian yang diperoleh akan sejalan dengan target penjualan yang telah ditetapkan. Pemahaman secara kualitatif akan menjamin bahwa pesan iklan yang disampaikan akan sejalan dengan tujuan pemasaran yang telah ditetapkan.

Iklan adalah produk kebudayaan massa, produk kebudayaan masyarakat industri yang ditandai oleh produksi dan konsumsi massal. Kepraktisan dan pemuasan jangka pendek antara lain merupakan nilai-nilai kebudayaan massa (Jefkins,1996:27). Artinya, massa dipandang tidak lebih sebagai konsumen.


(9)

Hubungan antara produsen dan konsumen adalah hubungan komersial semata saja. Interaksinya, tidak ada fungsi lain selain memanipulasi kesadaran, selera dan perilaku konsumen. Pada dasarnya, periklanan dibagi menjadi dua. Pertama, iklan komersial dan yang kedua adalah iklan nonkomersial atau biasa disebut dengan istilah iklan layanan masyarakat (ILM).

Iklan bukan semata-mata pesan bisnis yang menyangkut usaha mencari keuntungan secara sepihak. Iklan juga mempunyai peran yang sangat penting bagi berbagai kegiatan nonbisnis. Di negara-negara maju, iklan telah dirasakan manfaatnya dalam menggerakkan solidaritas masyarakat manakala menghadapi suatu masalah sosial. Dalam iklan tersebut disajikan pesan-pesan sosial yang dimaksud untuk membangkitkan kepedulian masyarakat terhadap sejumlah masalah yang harus dihadapi, yakni kondisi yang bisa mengancam keserasian dan kehidupan umum. Iklan seperti itu menurut Kasali (1992:201) disebut iklan layanan masyarakat (ILM).

Melalui iklan layanan masyarakat orang bisa diajak berkomunikasi guna memikirkan sesuatu yang bersifat memunculkan kesadaran baru yang bersumber dari nurani individual maupun kelompok. Di antaranya, hal-hal yang berorientasi tentang lingkungan hidup, sosial kemasyarakatan dan kebudayaan. Semuanya itu adalah fenomena yang ada di masyarakat yang sebenarnya telah diketahui dan dirasakan individu-individu dalam masyarakat, namun tak pernah terpikirkan karena mungkin tidak menyangkut secara langsung, bahkan mengusik kepentingan antar individu secara langsung.


(10)

Iklan layanan masyarakat merupakan iklan bersifat sosial. Keberadaannya bersifat independen dan bentuk fisiknya tidak berbeda dengan iklan komersial, sebab keduanya merupakan media komunikasi visual yang berperan untuk mempengaruhi khalayak luas sebagai target sasaran agar dapat tergerak untuk melakukan sesuatu yang dianjurkan oleh pesan iklan layanan masyarakat tersebut. Oleh karena itu, perencanaan sebuah iklan layanan masyarakat harus mengacu pada konsep iklan komersial.

Tampilan iklan layanan masyarakat harus tepat pada sasaran yang dituju. Karena pada dasarnya, iklan layanan masyarakat itu bertujuan menggugah kesadaran terhadap pemecahan suatu masalah sosial yang sedang aktual. Dalam sajiannya, iklan layanan masyarakat harus mampu bersaing di antara program dan iklan komersial yang menawan dalam tampilan visualnya di media televisi. Iklan layanan masyarakat merupakan aktivitas periklanan yang berlandaskan gerakan moral. Iklan layanan masyarakat mengemban tugas mulia membangun masyarakat melalui pesan-pesan sosial yang dikemas secara kreatif dengan pendekatan simbolis. Namun, muatan pesan verbal dan pesan visual yang dituangkan di dalam iklan layanan masyarakat biasanya terlalu banyak. Secara visual, desain iklan layanan masyarakat yang disajikan pun terkesan biasa, kurang komunikatif, kurang cerdas dan terkesan menggurui. Akibatnya masyarakat luas yang diposisikan sebagai target sasaran dari iklan layanan masyarakat dengan serta merta akan mengabaikan pesan sosial yang disampaikan oleh iklan layanan masyarakat tersebut. Dampak selanjutnya,


(11)

pesan sosial yang ingin disampaikan menjadi tidak penting. Artinya, pesan verbal dan pesan visual yang terkandung di dalam iklan layanan masyarakat sangat lambat untuk ditindaklanjuti oleh target sasaran. Hal itu terjadi karena frekuensi penayangan iklan layanan masyarakat di media massa khususnya media televisi perlu diperbanyak dan lebih bersifat agresif. Sebab dengan frekuensi penayangan yang sangat rendah, pesan-pesan sosial yang terkandung di dalamnya tidak mudah untuk diposisikan dalam benak khalayak sasaran. Dalam pembuatan iklan layanan masyarakat, terdapat beberapa pertanyaan-pertanyaan mendasar yang harus dijawab; Apa masalah utamanya? Apakah memang harus diselesaikan dengan cara beriklan? Hasil apa sajakah yang ingin dicapai dengan ditayangkannya iklan ini? Sebaik apa pun iklan layanan masyarakat, jika pesan yang disampaikan tidak menyentuh akar permasalahan, iklan tersebut hanya membuang biaya dan tidak berdampak apa pun pada masyarakat. (www.swa.co.id/advertising/details.php)

Dalam penelitian ini salah satu iklan layanan masyarakat yang ditayangkan di televisi menarik untuk di teliti adalah iklan layanan masyarakat Jamsostek (Jaminan Sosial Tenaga Kerja) dengan versi yang di tayangkan adalah versi pengusaha batik. Dalam tayangan tersebut menceritakan mengenai pentingnya Jamsostek di lihat dari sudut pandang pengusaha, sehingga memberikan kesan adanya tanggung jawab sosial pengusaha kepada para pekerjanya. Penyelenggara program jaminan sosial (Jamsostek) merupakan salah satu tanggung jawab dan kewajiban Negara untuk memberikan


(12)

perlindungan sosial ekonomi kepada masyarakat. Pemerintah menerbitkan UU Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional, yang berhubungan dengan Amandemen UUD 1945 yang berbunyi : “Negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan”. Manfaat perlindungan tersebut dapat memberikan rasa aman kepada pekerja sehingga dapat lebih berkonsentrasi dalam meningkatan motivasi maupun produktivitas kerja. Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek) memberikan perlindungan dasar untuk memenuhi kebutuhan minimal bagi tenaga kerja dan keluarganya, dengan memberikan kepastian berlangsungnya arus penerimaan penghasilan keluarga sebagai pengganti sebagian atau seluruhnya penghasilan yang hilang, akibat resiko sosial.

Dari beberapa permasalahan mengenai Jamsostek, salah satunya adalah banyaknya perusahaan yang tidak mendaftarkan karyawannya untuk menjadi peserta Jamsostek. Sesuai Pasal 4 UU Jamsostek, setiap perusahaan wajib mengadakan program Jamsostek bagi karyawan. Jaminan sosial itu di antaranya jaminan kecelakaan kerja, jaminan hari tua, dan jaminan pemeliharaan kesehatan. Jamsostek tidak diberi kewenangan untuk mengawasi perusahaan, masih minimnya sosialisasi termasuk kesadaran perusahaan pemberi kerja, krisis kepercayaan terhadap Jamsostek, keraguan pada transparansi plus akuntabilitas Jamsostek. Jamsostek seharusnya diberi kewenangan khusus untuk mengawasi semua perusahaan, seperti di


(13)

negara-negara lain seperti Thailand, Malaysia, Filipina dan Hongkong. Namun yang menjadi permasalahan adalah jumlah pengawas ketenagakerjaan (perusahaan) kecil dibandingkan dengan jumlah perusahaan, dimana sampai saat ini jumlah pengawas untuk seluruh Indonesia cuma 1.400 orang sementara jumlah perusahaan sebanyak 207.613 buah. Idealnya, satu pengawas menangani 50 perusahaan dalam setahun. Demikian juga jumlah penyidik pegawai negeri sipil (PPNS) hanya 400 orang untuk seluruh Indonesia. Idealnya, jumlah penyidik pegawai negeri sipil (PPNS) sama dengan jumlah pengawas yakni kalau dibandingkan, satu penyidik pegawai negeri sipil (PPNS) menangani lima perusahaan dalam sebulan. Karena rendahnya jumlah pengawas dan penyidik pegawai negeri sipil (PPNS) ini maka banyak perusahaan tidak diawasi, diberi peringatan kalau bersalah, atau tidak pernah diberi sosialisasi mengenai banyak hal, terutama mengenai pentingnya tenaga kerja diikutsertakan dalam program Jamsostek. Selain itu, banyak pula perusahaan melakukan tindak pidana tidak diberi sanksi karena kurangnya penyidik pegawai negeri sipil (PPNS) (http://www.jamsostek.co.id)

Banyaknya permasalahan-permasalahan mengenai Jamsostek di masyarakat, maka salah satu strategi dalam membentuk awareness di masyarakat adalah dengan beriklan. Iklan dapat menimbulkan beberapa tahapan efek dimana menurut hierarchy of effects model, efek periklanan terbagi atas beberapa tahapan yaitu mengenal (awarness), tahap memahami


(14)

meyakini (conviction) serta tahap mengeksekusi (action). Dalam peneletian ini tahap mengeksekusi (action) adalah bentuk dari keikutsertaan individu maupun kelompok di Jamsostek. Dari tahapan di atas tampak bahwa brand awareness merupakan tahapan efek yang paling awal dari suatu iklan. Maka, tanpa adanya

brand awarness maka pesan tidak akan masuk sampai tahap selanjutnya. Jadi

apabila iklan tidak dapat membuat audiens aware akan suatu merek maka adalah mustahil apabila iklan tersebut dapat mendorong perilaku untuk ikut serta dalam Jamsostek. (Sulaksana,2005:58-59)

Jika dibandingkan dengan iklan komersial, ada beberapa aspek kreatif yang membuat posisi iklan layanan masyarakat Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek) versi pengusaha batik menjadi menarik, yaitu penggunaan daya tarik iklan yang dikemas dengan gaya testimonial seorang pengusaha kerajinan batik. Testimonial yang disampaikan adalah dengan menggunakan pendekatan penyelesaian masalah, tujuannya adalah untuk menarik penonton ke dalam situasi yang tengah digambarkan dalam iklan.

Tayangan iklan layanan masyarakat Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek) versi pengusaha batik yang secara continue di media televisi diharapkan akan membawa hasil tersendiri bagi masyarakat. Dalam artian, masyarakat yang belum mengetahui, dan tahu tapi kurang memahami, maka setelah melihat iklan tersebut diharapkan masyarakat menjadi mengerti, memahami, dan mengetahui pesan yang disampaikan. Sehingga membawa


(15)

perubahan pada penerimaan pesan di dalam masyarakat sesuai dengan tujuan dari pengiklan yakni Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek).

Peneliti ingin melihat tanggapan atau opini dari buruh mengenai iklan layanan masyarakat Jamsostek versi pengusaha batik yang ditayangkan di televisi oleh PT. Jamsostek sehingga dapat dilihat tanggapan atau opini seperti apa yang akan muncul. Buruh yang dimaksud dalam penelitian ini adalah manusia yang menggunakan tenaga dan kemampuannya untuk mendapatkan balasan berupa pendapatan baik secara jasmani maupun rohani. Yang pada dasarnya buruh dibagi atas 2 klasifikasi besar yaitu: buruh profesional atau mereka yang bekerja menggunakan kemampuan dalam berpikir dan buruh kasar adalah mereka yang bekerja menggunakan tenaga secara fisik.

Buruh yang menjadi objek penelitian adalah buruh yang bekerja di kawasan Surabaya Industrial Estate Rungkut (SIER). Surabaya Industrial Estate Rungkut (SIER) merupakan perseroan milik Negara yang didirikan pada tahun 1974, bertujuan untuk melaksanakan dan menunjang kebijaksanaan dan program pemerintah dalam bidang ekonomi dan pembangunan nasional khususnya dalam bidang pembangunan dan pengelolaan Kawasan lndustri dalam arti seluas-luasnya. PT. Surabaya lndustrial Estate Rungkut (Persero) mengelola 3 Kawasan lndustri yang meliputi Surabaya lndustrial Estate Rungkut (SIER) seluas 245 Ha, telah menampung sekitar 300 perusahaan. Di Indonesia, khususnya Jawa Timur, Surabaya lndustrial Estate Rungkut (SIER) merupakan area industri terbaik, terbesar dan paling dikenal. Dikembangkan


(16)

oleh PT. SIER berdasarkan master plan yang rapi untuk memenuhi kebutuhan yang nyata akan industri dan lingkungan hidup. Dikelola dengan baik untuk meningkatkan efisiensi dan produktifitas termasuk fasilitas pengolahan air limbah, kemudahan akses ke Pelabuhan Samudra Tanjung Perak dan Bandar Udara Juanda. Berlokasi di Kotamadya Surabaya, kota terbesar ke-2 di Indonesia dan merupakan pusat pertumbuhan ekonomi terpesat dengan penduduk 2,8 juta jiwa. Menurut dinas catatan sipil dan kependudukan Pemerintahan Kota Surabaya, pada tahun 2008 jumlah buruh kerja di Surabaya tercatat sebesar 12.536 orang. (http://www.surabaya.go.id/dispenduk)

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka perumusan masalahnya adalah sebagai berikut: “Bagaimana opini buruh tentang iklan layanan masyarakat Jamsostek versi pengusaha batik di televisi”

1.3 Tujuan Penelitian

Dari uraian latar belakang masalah dan perumusan masalah yang ada maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui lebih jelas “Bagaimana opini buruh yang bekerja di kawasan Surabaya Industrial Estate Rungkut (SIER) tentang iklan layanan masyarakat Jamsostek versi pengusaha batik di televisi”


(17)

1.4. Kegunaan Penelitian 1.4.1 Manfaat teoritis

Bagi perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya bagi ilmu komunikasi diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran, informasi dan pengetahuan dalam pengembangan dan penerapan teori-teori tentang penelitian dibidang ilmu komunikasi khususnya pada kajian periklanan.

1.4.2 Manfaat Praktis

Bagi peneliti sebagai kajian wacana pengetahuan tentang bagaimana memproduksi sebuah iklan layanan masyarakat yang kreatif dan bermanfaat. Melalui penelitian ini nantinya mahasiswa yang mendalami dunia periklanan bisa lebih kritis dan tepat dalam penyampaian pesan iklan sehingga sejalan dengan kreatifitas visual yang di bentuk.


(18)

2.1 Iklan Bagian Dari Komunikasi

Iklan bisa didefinisikan sebagai semua bentuk presentasi non personal

yang mempromosikan gagasan, barang dan jasa yang dibiayai pihak sponsor tertentu. Sponsor iklan dalam hal ini tidak terbatas pada perusahaan, namun mencakup semua pihak yang menyebarkan pesannya pada publik sasaran termasuk sekolah, organisasi amal dan lembaga pemerintahan maupun partai politik. Iklan merupakan cara yang efektif untuk menyebarkan pesan, apakah

itu bertujuan membangun preferensi merk atau mengedukasi masyarakat.

Secara garis besar iklan mempunyai 3 tujuan yaitu; (1) iklan

informative, iklan ini umumnya dianggap sangat penting untuk peluncuran produk baru, dimana tujuannya adalah merangsang permintaan awal. (2) iklan

persuasive, iklan persuasive sangat penting apabila mulai tercipta tahap persaingan, dimana tujuan iklan adalah membangun preferensi pada merek tertentu. (3) iklan yang bertujuan mengingatkan (reminder advertising) lebih cocok untuk produk yang sudah memasuki tahap kedewasaan lanjutan dari

iklan pengingat ini adalah reinforcement advertising yang bertujuan

menyakinkan konsumen atau calon konsumen bahwa mereka membeli produk yang tepat. Tujuan iklan semestinya merupakan kelanjutan atau turunan dari

keputusan perusahaan sebelumnya tentang pasar sasaran, positioning dan


(19)

bauran pemasaran. Selain itu, tujuan iklan harus didasarkan pada analisa mendalam situasi terkini. Jika produknya sudah masuk tahap kedewasaan, perusahaan juga pemimpin pasar, tapi penggunaan merknya masih rendah,

maka tujuan yang lebih tepat adalah mendorong penggunaan (usage) lebih

besar lagi. (Sulaksana,2005:92-93)

Iklan menjadi wacana penting dalam bisnis, terutama dalam proses membangun merek atau branding. Kegiatan periklanan yang efektif dipandang mampu mempengaruhi kecenderungan mengkonsumsi dalam masyarakat.

Tindakan mengkonsumsi secara berulang (repeat buying) adalah salah satu

tujuan dalam pemasaran. Iklan yang efektif juga akan mengubah pengetahuan

publik mengenai ketersediaan dan karakteristik sebuah produk (product

knowledge), elastisitas permintaan produk akan sangat dipengaruhi aktivitas periklanan. Iklan televisi sesungguhnya hanyalah bagian kecil dalam proses

branding. Masih banyak elemen-elemen lain dalam mencapai sebuah merek yang kuat. Strategi dan program yang handal dan terpadu dengan

elemen-elemen pemasaran dan branding lainnya diperlukan untuk mencapai sebuah

merek yang kuat dan (diharapkan) mempunyai brand life cycle yang panjang

bahkan abadi. (http://www.makin.co.id)

Dalam membuat iklan yang cerdas, harus kreatif sekaligus menjual artinya, dari segi pendekatan bahasa komunikasinya (visual atau verbal) iklan tersebut mampu menarik target audience untuk melihat (stopping power), mengerti dan kemudian mengambil tindakan yang diharapkan. Jadi iklan yang


(20)

cerdas bukan hanya tertanam kuat dalam benak konsumen (reminding) tetapi juga mampu menggerakkan calon konsumen untuk mengambil keputusan

(action). Periklanan dipandang sebagai media yang paling lazim digunakan

suatu perusahaan (khususnya produk konsumsi/consumer goods) untuk

meng-arahkan komunikasi yang persuasif pada konsumen. Iklan ditujukan untuk mempengaruhi perasaan, pengetahuan, makna, kepercayaan, sikap dan citra konsumen yang berkaitan dengan suatu produk atau merek. Tujuan ini bermuara pada upaya mempengaruhi perilaku audiens. Meskipun tidak secara langsung berdampak pada pembelian, iklan menjadi sarana untuk membantu pemasaran yang efektif dalam menjalin komunikasi antara perusahaan ke konsumen dan sebagai upaya perusahaan dalam menghadapi pesaing. Kemampuan ini muncul karena adanya suatu produk yang dihasilkan suatu perusahaan. Bagaimanapun bagusnya suatu produk, jika dirahasiakan dari konsumen maka tidak ada gunanya. Konsumen yang tidak mengetahui keberadaan suatu produk tidak akan menghargai produk tersebut.

Penggunaan televisi dalam mengkampanyekan iklan mempunyai kemampuan dalam membangun citra, iklan televisi mempunyai cakupan, jangkauan dan repetisi yang tinggi dan dapat menampilkan pesan multimedia (suara, gambar dan animasi) yang dapat mempertajam ingatan. Biaya iklan televisi per tampil relatif lebih murah dibanding iklan di majalah atau koran. Meskipun demikian, biasanya biaya keseluruhan iklan televisi lebih besar dan kurang tersegmentasi. (Suyanto,2005:4-5)


(21)

Pada dasarnya media televisi bersifat transistory atau hanya sekilas dan penyampai pesannya dibatasi oleh durasi (jam, menit, dan detik). Pesan dari televisi tidak dapat diulang kecuali bila direkam. Di sisi lain, pesan di televisi memiliki kelebihan tersendiri karena tidak hanya didengar tetapi juga dapat dilihat dalam gambar yang bergerak (audio visual). Televisi merupakan media yang paling disukai oleh para pengiklan. Hal tersebut disebabkan keistimewaan televisi yang mempunyai unsur audio dan visual. Sehingga para pengiklan percaya bahwa televisi mampu menambah daya tarik iklan dibanding media lain. Televisi juga diyakini sangat berorientasi mengingatkan khalayak sasaran terhadap pesan yang disampaikan (Kasali, 1992:172).

2.2 Strategi Dalam Merancang Iklan Televisi

Pertimbangan dalam strategi merancang iklan televisi adalah cerita atau narasi iklan. Hal ini penting mengingat cerita bisa menjadi daya tarik sebuah iklan. Pada era dimana iklan menjadi komoditas hiburan, maka unsur cerita atau narasi akan semakin kuat. Memang tidak semua pengiklan membuat cerita menjadi kekuatan iklan. Hal lain yang perlu di perhatikan adalah atribut-atribut dalam iklan seperti logo, warna, slogan/tagline, suara, dan message. Kreatifitas iklan memang benar-benar diuji saat semua atribut tersebut bisa ditangkap dengan mudah oleh audiens dan kemudian di recall. Strategi yang lain yang perlu diperhatikan adalah melihat perilaku/sikap audiens yang berhubungan dengan iklan tersebut. Dalam experimental marketing, yang perlu diperhatikan


(22)

adalah melihat perilaku/sikap audiens pada tahap ini meliputi sense, feel dan

think. Beberapa iklan dibuat untuk menggelitik rasa tawa, membuat kita seolah menjadi haus, membuat kita berpikir serius atau memunculkan gairah seks.

Tujuannya adalah agar audience bisa merespon iklan tersebut. Kemampuan

memberikan rangsangan ini perlu diperhatikan karena bisa membuat audiens tidak jadi berpindah channel televisinya. Perilaku seseorang terhadap iklan juga mencakup apa yang terlintas di otak pada saat melihat iklan ditayangkan seperti rasa bangga, rasa percaya, kemegahan dan lain sebagainya. Hal ini khususnya iklan yang ingin menancapkan image apa yang dipikirkan audience, pada saat melihat iklan menjadi penting. Pertimbangan yang lain dalam strategi merancang iklan televisi harus berdasarkan prinsip-prinsip dasar dengan menggunakan teknik dalam membuat sebuah karya film. Beberapa pertimbangan dalam membuat iklan televisi ;

a. Memahami penglihatan, suara dan gerakan. Masing-masing elemen

tersebut harus berhubungan dengan persepsi dari pesan yang diinginkan penonton, yaitu membuat kepastian bahwa produk yang diiklankan menampilkan audio yang sesuai dengan gambar yang ditampilkan.

b. Kata yang ditampilkan dalam iklan mengintepretasikan gambar dan

pemikiran selanjutnya.

c. Tampilan iklan televisi umumnya lebih efektif dalam penampilan

daripada perkataan. Untuk itu, kemampuan video untuk berkomunikasi dengan penonton harus lebih menonjol.


(23)

d. Sejumlah adegan harus direncanakan secara hati-hati karena jika adegan terlalu banyak akan membuat penonton binggung.

e. Tampilan iklan televisi harus merupakan acara yang mengalir sehingga

penonton akan mengikuti dengan mudah

f. Pada dasarnya televisi adalah media yang close-up. Layar televisi

umumnya terlalu kecil untuk mengungkapkan secara rinci adegan dalam iklan.

Long shot lebih efektif untuk membangun latar belakang, tetapi tidak efektif untuk menampilkan keunggulan produk.

g. Waktu harus difungsikan dengan baik. Adegan dalam tampilan iklan

televisi membutuhkan lebih banyak waktu dari pada copy (narasi) oleh pengisi suara secara langsung. Karena itu, iklan harus banyak menampilkan adegan dibandingkan pembacaan naskah.

h. Menggunakan slogan/tagline sebagai tema dasar, sehingga penonton

melihat dan mendengar keunggulan produk yang diiklankan

i. Jika memungkinkan iklan dapat menampilkan nama merek dengan

menonjolkan bidikan kamera pada kemasan atau logo untuk membangun identifikasi merek. (Suyanto, 2005:153-154)

2.3 Fungsi Iklan

Iklan mampu memiliki fungsi untuk memberikan informasi, yaitu bahwa iklan memberikan informasi-informasi yang berharga bagi khalayaknya. Informasi tersebut dapat berupa:


(24)

a. Pengenalan adanya produk,

b. Bagaimana cara menggunakan produk,

c. Manfaat tambahan atas produk,

d. Bagaimana cara menggunakan produk,

e. Manfaat tambahan atas produk,

f. Perkembangan produk, dimana dan kapan produk dapat dibeli dan

sebagainya.

Iklan mampu mengemban fungsi mempersuasi khalayak, yaitu membujuk konsumen agar mengikuti apa yang disarankan dalam isi pesan iklan. Wujud persuasi yang diperlihatkan dalam iklan dapat berupa;

a. Membujuk agar mencoba,

b. Membeli atau memakai,

c. Mempertahankan minat terhadap produk,

d. Beralih pada produk tertentu,

e. Menumbuhkan dan memelihara keyakinan terhadap produk,

f. Menciptakan, mengingatkan dan mengembangkan permintaan terhadap

produk,dsb.

2.4 Elemen Iklan

Elemen-elemen dalam iklan dapat mempengaruhi emosi seseorang yaitu bahwa:


(25)

“creatives have a wide range or stimuli or element that they can include in add to elicit various emotions. They can be drawn from any six element types, color and movement”

Artinya, kreativitas mempunyai jangkauan yang luas atau rangsangan-rangsangan atau elemen-elemen yang dapat dimasukkan dalam iklan agar dapat mempengaruhi emosi. Secara umum, kreativitas dapat dijabarkan dalam enam tipe elemen dimana tergantung pada media advertising yang digunakan yaitu kata-kata yang terlihat, musik, gambar, warna dan gerakan.

Berkaitan dengan hal tersebut beberapa elemen-elemen dalam iklan adalah sebagai berikut;

a. Heard word and sound effect (kata-kata yang terdengar dan efek suara terdiri atas kata-kata yang terdengar dalam sebuah tulisan yang membuat konsumen dapat mengerti apa yang dimaksud dalam iklan tersebut.

b. Music (Musik) : ilustrasi musik yang digunakan saat iklan di tayangkan. Musik sebagai elemen iklan dapat dibagi menjadi 2 jenis yaitu jingle dan musik sebagai latar belakang.

c. Seen word (kata-kata terlihat) : kata-kata yang terlihat pada tayangan iklan untuk memperjelas tayangan tersebut kata-kata yang digunakan harus mendukung manfaat produk yang dikomunikasikan dalam pikiran.

d. Picture (gambar) : meliputi gambar-gambar yang digunakan dalam

tayangan iklan yang berhubungan dengan objek yang diiklankan.

e. Colors (warna) : komposisi keserasian warna dan pengaturan


(26)

f. Movement (gerakan) : gerakan yang terlihat pada saat tayangan iklan yang dapat mempengaruhi emosi seseorang untuk larut di dalamnya.

2.5 Televisi Sebagai Media Beriklan

Pada dasarnya media televisi bersifat transistory atau hanya sekilas dan penyampai pesannya dibatasi oleh durasi (jam, menit, dan detik). Pesan dari televisi tidak dapat diulang kecuali bila direkam. Televisi merupakan media yang paling disukai oleh para pengiklan. Hal tersebut disebabkan keistimewaan televisi yang mempunyai unsur audio dan visual. Sehingga para pengiklan percaya bahwa televisi mampu menambah daya tarik iklan dibanding media lain. Televisi juga diyakini sangat berorientasi mengingatkan khalayak sasaran terhadap pesan yang disampaikan (Kasali, 1992:172).

Bukti keefektifan televisi sebagai media beriklan terlihat pada kepercayaan iklan yang kuat terhadapnya serta selalu menggunakannya secara tetap. Penyebabnya antara lain karena kekuatan yang dimiliki televisi yaitu :

a. Efisiensi biaya yang merupakan keunggulannya mampu menjangkau

khalayak sasaran yang sangat luas. Televisi tidak hanya menjangkau khalayak sasaran yang dapat dicapai oleh media lain tetapi juga khalayak yang tidak terjangkau sekalipun. Jangkauan massal ini menimbulkan efisiensi biaya untuk menjangkau setiap orang.


(27)

b. Memberikan dampak atau pengaruh yang kuat. Dalam hal ini televisi mempunyai kemampuan kuat untuk mempengaruhi persepsi khalayak sasaran. Karena sebagian besar masyarakat meluangkan waktunya di depan televisi.

c. Televisi mempunyai kemampuan menimbulkan tekanan pada dua

indera sekaligus, penglihatan dan pendengaran (Kasali,1992:121-122).

2.6 Opini

Ada beberapa pendapat yang dikeluarkan oleh para ahli mengenai opini, Kruger Reckless dalam (Sunarjo,1997:31) mengatakan bahwa opini itu bersifat relatif, artiya bahwa opini itu dapat benar tetapi dapat pula tidak benar, akan tetapi oleh kebanyakan orang dianggap sebagai kebenaran. Karena itu didalam bahasa Indonesia orang menyebut dengan berbagai macam istilah antara lain, pendapat umum, anggapan orang ramai dan sebagainya.

Opini sendiri dapat berubah-ubah, perubahan itu dapat ditimbulkan dan disalurkan oleh seseorang atau suatu lembaga. Alat yang umum dipakai untuk menyalurkan adalah media massa (pers, radio, televisi dan film). Opini juga dapat dikatakan sebagai pendapat, yang berasal dari sekumpulan hasil sikap dari individu-individu (khalayak sebagai populasi) yang memberi respon (tanggapan) kepada stimulus (rangsangan) dan dapat dinyatakan secara aktif maupun secara pasif. Opini dapat dinyatakan secara verbal, terbuka dengan kata-kata yang dapat ditafsirkan secara jelas, ataupun melalui pilihan-pilihan kata yang sangat halus dan tidak secara langsung dapat diartikan (konotatif)


(28)

dan opini sendiri dapat menghasilkan respon yang positif, yaitu dengan memberikan tanggapan dengan baik (mendukung). Negatif memberikan tanggapan dengan berlawanan atau tidak mendukung dan juga netral dengan tidak memberikan tanggapan (Sunarjo, 1997:87)

Beberapa jenis opini yang harus diketahui adalah sebagai berikut:

a. Opini individual

Sesuai dengan makna dari istilah yang dikandungnya, opini individual

atau individual opinion adalah pendapat seseorang secara perseorangan

mengenai sesuatu yang terjadi dimasyarakat. Pendapatnya itu bias disetujui, bisa juga tidak setuju. Baru diketahui bahwa orang-orang yang sependapat dan ada yang tidak sependapat dengan dia, setelah ia memperbincangkannya dengan orang lain. Maka sesuatu yang terjadi itu kini menjadi obyek opini publik. Jadi, opini publik itu merupakan perpaduan dari opini-opini individual. Pendapat menjadi opini karena sesuatu yang terjadi dalam masyarakat tadi menimbulkan pertentangan, ada yang pro dan ada yang kontra.

b. Opini pribadi (private opinion)

Opini pribadi adalah pendapat asli seseorang mengenai suatu masalah sosial. Pendapat seseorang belum tentu merupakan opininya pribadi, mungkin ia ambil alih opini orang lain sebagai opininya sendiri, tetapi bukan opininya pribadi. Opini pribadi timbul apabila seseorang, tanpa dipengaruhi orang lain, menyetujui atau tidak menyetujui suatu masalah sosial, kemudian berdasarkan nalarnya ia sampai kepada suatu kesimpulan sebagai tanggapan terhadap


(29)

masalah sosial tadi dan apabila ia dikomunikasikan kepada orang lain dalam suatu pengujian, maka ia telah menyampaikan opini pribadinya.

c. Opini kelompok (group opinion)

Opini kelompok adalah pendapat sekelompok mengenai masalah sosial yang menyangkut kepentingan banyak orang, termasuk sekelompok yang tadi. Yang didalamnya ada yang pro dan ada yang kontra.

d. Opini mayoritas (majority opinion)

Sesuai dengan makna yang disandang oleh istilah itu, opini mayoritas adalah pendapat orang-orang terbanyak dari mereka yang berkaitan dengan suatu masalah yang pro, mungkin yang kontra, mungkin yang mempunyai penilaian lain. Biasanya muncul opini mayoritas itu dibawa kepada suatu forum terbuka dalam bentuk lembaga, misajnya parlemen, sehingga bisa dihitung berapa jumlah yang pro, berapa yang kontra dan berapa pula yang tidak termasuk pro dan kontra atau netral

e. Opini minoritas (minority opinion)

Opini minoritas adalah kebalikan dari opini mayoritas. Opini minoritas adalah pendapat orang-orang yang relatif jumlahnya sedikit dibandingkan dengan jumlah mereka yang terkait dengan suatu masalah sosial. Mungkin yang sedikit ini adalah yang pro, mungkin yang kontra, mungkin yang punya penelitian lain. Seperti halnya opini mayoritas, timbulnya istilah opini minoritas ialah apabila masalah sosial yang dibicarakan itu berlangsung dalam forum terbuka yang melembaga sehingga dapat dihitung jumlahnya.


(30)

f. Opini massa (mass opinion)

Opini massa merupakan tahap kelanjutan dari opini publik. Opini

publik adalah pendapat sejumlah orang yang bersifat kontroversial atau

mengandung pertentangan sebagai hasil pergunjingan terbuka mengenai masalah yang meyangkut kepentingan umum. Pendapat yang berbeda itu kemudian berkembang menjadi pendapat yang sama, apakah seluruhnya pro atau seluruhnya kontra. Dengan demikian opini publik itu menjadi opini massa. Opini yang bersifat massa ini bisa beralih bentuk menjadi tindakan fisik dan bersifat destruktif. Dapat disimpulkan bahwa opini massa adalah pendapat seluruh masyarakat sebagai hasil perkembangan pendapat yang berbeda mengenai masalah yang menyangkut kepentingan umum.

g. Opini umum (general opinion)

Opini umum adalah pendapat sama dari semua orang dalam suatu masyarakat mengenai masalah yang menyangkut kepentingan umum. Dari definisi tersebut jelas terdapatnya persamaan dengan opini massa, yaitu bahwa pada kedua-duanya semua orang mempunyai pendapat yang sama. Perbadaannya ialah, jika pada opini massa pendapat yang sama itu merupakan hasil perkembangan dari opini publik yaitu pendapat yang kontroversial pada opini umum tidak, ketika ditengah-tengah masyarakat muncul suatu masalah yang menyangkut kepentingan umum, maka semua orang pro atau semua orang kontra.(Effendi, 1999:89-90).


(31)

Dari beberapa pengertian yang telah disebutkan diatas, peneliti mempunyai kesimpulan bahwa opini buruh industri merupakan tanggapan dari sekumpulan individu-individu yang telah menonton tayangan iklan televisi

Jamsostek versi pengusaha batik mengenai suatu hal yang menarik perhatian

dan dijadikan suatu perdebatan yang dapat ditanggapi secara aktif, baik positif dengan memberikan dukungan dan pasif sebagai tanggapan netral, negatif atau tidak mendukung. Opini buruh industri yang bekerja di kawasan Surabaya Rungkut Industrial Estate diharapkan nantinya akan membentuk suatu opini dari menonton tayangan iklan Jamsostek versi pengusaha batik, apakah tayangan tersebut dapat diterima dan direspon dengan baik dengan penyajian yang berbeda atau tidak dapat diterima dengan baik karena keberadaannya dianggap tidak merepresentasikan dari perusahaan-perusahaan yang mempekerjakannya yang berada di kawasan Surabaya Industrial Estate Rungkut.

2.7 Faktor Pembentuk Opini

Untuk mengetahui opini individu (personal) terhadap suatu objek, dapat dilihat dari unsur pembentukan opininya. Setiap opini mempunyai 3 unsur yaitu:


(32)

a. Kepercayaan (berkaitan dengan unsur kognitif)

Kepercayaan mengacu pada sesuatu yang diterima khalayak, benar atau tidak berdasarkan pengalaman masa lalu, pengetahuan dan informasi sekarang dan persepsi yang berkesinambungan.

b. Nilai (berkaitan dengan unsur afektif)

Melibatkan kesuka-ketidaksukaan, cinta dan kebencian, hasrat dan

ketakutan, bagaimana orang menilai sesuatu dan intensitas penilaiannya apakah kuat, lemah ataukah netral.

c. Pengharapan

Mengandung citra seseorang tentang apa keadaannya setelah tindakan. Pengaharapan di tentukan dari pertimbangan terhadap sesuatu yang terjadi pada masa lalu, keadaan sekarang dan sesuatu yang kira-kira akan terjadi jika dilakukan perbuatan tertentu

Menurut Djoenasih S Soenarjo, dalam buku opini publik menyatakan bahwa ciri-ciri opini adalah : Selalu diketahui dari pernyataan-pernyataannya, Merupakan sintesa atau kesatuan dari banyak pendapat, Mempunyai pendukung dalam jumlah besar.

Dari ciri-ciri diatas dapat disimpulkan opini bersifat terbuka dan merupakan suatu kesatuan dari pernyataan-pernyataan yang ada serta memiliki jumlah yang tidak kecil. Opini dapat dinyatakan melalui perilaku bahasa tubuh, raut muka, simbol-simbol tertulis, pakaian yang dikenakan dan oleh


(33)

tanda-tanda lain yang tak terbilang jumlahnya, melalui referensi nilai-nilai pandangan, sikap dan kesetiaan.

Opini itu sendiri tidak mempunyai tingkatan ataupun strata, namun mempunyai arah yaitu seperti dibawah ini:

a. Opini positif, jika individu memberikan pernyataan setuju. b. Opini netral, jika individu memberikan pernyataan ragu-ragu.

c. Opini negatif, jika individu memberikan pernyataan tidak setuju

(Effendy, 1990:85)

2.8 Teori S-O-R (Stimulus-Organism-Response)

Awalnya teori ini berasal dari psikologi, karena adanya kesamaan obyek material dari psikologi sama maka teori ini menjadi kajian teori ilmu komunikasi. Yaitu manusia yang jiwanya meliputi komponen-komponen opini, sikap, perilaku, afeksi, konasi, dan kognitif.

Teori S-O-R singkatan dari Stimulus-Organism-Response. Stimulus

sendiri berarti pesan diantara dua unsur komunikasi yaitu komunikator dan komunikan. Komunikator memberikan pesan berupa tanda, lambang, dan gambar kepada komunikan. Organism berarti diri komunikan sebagai penerima pesan atau informasi dari komunikator. Setelah komunikan memperhatikan tanda, lambang maupun gambar. Kemudian komunikan merespon dengan cara

memperhatikan dan memahami pesan yang disampaikan. Selanjutnya Response


(34)

proses komunikasi adalah menimbulkan perubahan konatif, afektif, dan kognitif pada diri komunikan.

Menurut teori ini efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus terhadap stimulus khusus, sehingga seseorang dapat mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan (Effendy, 1993:254). Akibat yang terjadi merupakan suatu reaksi tertentu dari rangsangan tertentu. Artinya stimulus tersebut tergantung dari isi pesan yang ditampilkan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat melalui gambar sebagai berikut :

Organism :

● Perhatian

● Pengertian

● Penerimaan

Respons Stimulus

Gambar. 1

Teori S-O-R (Effendy, 1993:255)

Menurut gambar dari model di atas menunjukkan bahwa stimulus atau pesan yang disampaikan oleh komunikator kepada komunikan mungkin diterima atau mungkin saja terjadi penolakan. Dalam tahapan berikutnya bila komunikan menerima stimulus atau pesan yang disampaikan maka akan memperhatikan. Proses selanjutnya komunikan tersebut mengerti dari pesan yang telah disampaikan. Dan proses terakhir adalah kesediaan diri komunikan untuk mengubah sikap yang menandakan keberhasilan dalam proses komunikasi (Effendy, 1993:255).


(35)

2.9 Kerangka Berpikir

Iklan di media massa terutama seperti televisi bukanlah satu-satunya pilihan untuk merebut calon konsumen maupun meningkatkan loyalitas konsumen. Meski strategi untuk agresif beriklan di televisi mempunyai kelebihan bisa menjangkau secara luas target sasaran pengiklan. Namun yang tetap diperhatikan adalah bagaimana meningkatkan brand equity dari sebuah

nama sehingga beberapa strategi periklanan produk commercial sengaja di

benamkan dalam pembuatan iklan layanan masyarakat dengan harapan agar

awarness, trustworty audiens terhadap iklan akan meningkat dan pesan yang dikomunikasikan akan segera di tindak lanjuti. Komunikan mengenal pesan berupa informasi mengenai pentingnya jamsostek dan 4 program jamsostek yang sangat menguntungkan bagi peserta jamsostek, setelah mendapatkan stimulus dari komunikator melalui tahapan penerimaan, perhatian, dan pengertian. Untuk kemudian direspon sebagai hasil dari proses komunikasi.

Respons itulah nantinya menimbulkan efek yang membawa perubahan dari adanya pesan yang disampaikan dalam unsur-unsur iklan jamsostek versi pengusaha batik di televisi. Dengan indikator seperti heard word and sound effect (kata-kata yang terdengar dan efek suara), music (musik), seen word

(kata-kata terlihat), picture (gambar), colors (warna), movement (gerakan) sehingga dari stimulus dalam hal ini terpaan iklan yang terus-menerus yang disampaikan oleh komunikator membuat komunikan menjadi lebih mengenal,


(36)

mengerti, menyadari, dan mengingat kembali selanjutnya memberikan penilaian dan memunculkan minat untuk beraksi.

Informasi atau pesan yang disampaikan oleh Jamsostek disebut sebagai stimulus. Stimulus yang diterima oleh masyarakat akan menimbulkan opini. Opini adalah tanggapan aktif terhadap rangsangan. Opini mempunyai 3 unsur yaitu: nilai, kepercayaan dan pengharapan. Opini dapat dinyatakan melalui dua cara: secara verbal terbuka dengan kata-kata yang dapat ditafsirkan secara jelas, ataupun pilihan-pilihan kata yang sangat halus dan tidak secara langsung dapat diartikan (konotatif). Opini dapat pula dinyatakan melalui perilaku bahasa tubuh, raut muka, symbol-simbol tertulis, pakaian yang dikenakan dan oleh tanda-tanda lain yang tak terbilang jumlahnya, melalui referensi nilai-nilai pandangan, sikap dan kesetiaan.

Opini itu sendiri tidak mempunyai tingkatan ataupun strata, namun mempunyai arah, yaitu seperti dibawah ini:

a. Opini positif, jika individu memberikan pernyataan setuju.

b. Opini netral, jika individu memberikan pernyataan ragu-ragu.

c. Opini negatif, jika individu memberikan pernyataan tidak setuju

(Effendy, 1990:85).

Dalam penelitian ini yang diteliti adalah opini buruh tentang iklan layanan masyarakat Jamsostek versi pengusaha batik di televisi, yang merupakan kategori opini personal para buruh yang bekerja di kawasan SIER (Surabaya Industrial Estate Rungkut) bukanlah opini publik.


(37)

STIMULUS

Iklan layanan masyarakat Jamsostek versi pengusaha batik

di televisi didalam nya terdapat unsur iklan yaitu;

a. Heard word and sound effect

ORGANISM

Buruh di kawasan Surabaya Industrial Estate Rungkut

Kepercayaan (berkaitan dengan unsur kognitif)

Nilai (berkaitan dengan unsur afektif)

Pengharapan

RESPON

Nilai

1. Opini positif 2. Opini netral 3. Opini negatif

b. Music (Musik) c. Seen word d. Picture (gambar) e. Colors (warna)

Gambar 2. Kerangka berpikir opini buruh tentang iklan layanan masyarakat Jamsostek versi pengusaha batik di televisi


(38)

3.1 Defenisi Operasional

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif, sehingga penelitian ini tidak mencari atau membicarakan hubungan antar variabel. Penelitian difokuskan untuk mengetahui opini buruh tentang iklan layanan masyarakat Jamsostek versi pengusaha batik di televisi, indikator opini dalam penelitian ini adalah stimulus yang berupa unsur-unsur iklan layanan masyarakat Jamsostek versi pengusaha batik yang dikemas dalam visualisasi iklan. Secara operasional opini dapat dikategorikan menjadi 3 bagian, yaitu:

a. Positif adalah opini mendukung atau memberikan pernyataan yang

positif tentang unsur-unsur iklan layanan masyarakat Jamsostek versi pengusaha batik di televisi.

b. Netral adalah opini yang tidak mendukung atau tidak memberikan

pernyataan negatif maupun positif tentang iklan layanan masyarakat Jamsostek versi pengusaha batik di televisi.

c. Negatif adalah opini yang bersifat tidak mendukung atau memberikan

pernyataan negatif tentang iklan layanan masyarakat Jamsostek versi pengusaha batik di televisi.


(39)

3.1.1. Iklan Layanan Masyarakat

Iklan layanan masyarakat adalah jenis periklanan yang dilakukan oleh pemerintah, suatu organisasi komersial atau pun nonkomersial untuk mencapai tujuan sosial atau sosio-ekonomis terutama untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Dalam penelitian ini pengiklan adalah sebuah organisasi penyelenggara program jaminan sosial (Jamsostek). Jamsostek merupakan salah satu tanggung jawab dan kewajiban Negara untuk memberikan perlindungan sosial ekonomi kepada masyarakat. Pemerintah menerbitkan UU Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional, yang berhubungan dengan Amandemen UUD 1945 yang berbunyi : “Negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan”.

Iklan layanan masyarakat Jamsostek versi pengusaha batik di televisi tersebut menceritakan bagaimana pentingnya jamsostek di lihat dari sudut pandang seorang pengusaha kerajinan batik lokal yang sepenuhnya mengandalkan kemampuan manusia sebagai penghasil produksi kain batik. Banyaknya kendala dan masalah pemahaman mengenai jamsostek di masyarakat yang menjadikan alasan mengapa Jamsostek memproduksi iklan layanan masyarakat.


(40)

3.1.2 Unsur iklan layanan masyarakat Jamsostek versi pengusaha batik di televisi terdiri dari :

a. Heard word and sound effect (kata-kata yang terdengar dan efek suara

terdiri atas kata-kata yang terdengar dalam sebuah tulisan yang membuat konsumen dapat mengerti apa yang dimaksud dalam iklan tersebut. Disampaikan oleh seorang talent wanita yang telah berusia tua berkarakter khas jawa dan narasi yang disampaikan melalui voice over dalam Iklan layanan masyarakat Jamsostek versi pengusaha batik berbunyi: “Punya usaha dan punya karyawan begini bikin jantung ndredek melulu, Lah wong kalo sakit duwite sopo sing gawe mbayar rumah sakit, Tapi, Untung ikut jamsostek, ada jaminan hari tua, jaminan pemeliharaan kesehatan, jaminan kecelakaan kerja, jaminan kematian dan banyak untung-untung lainnya. Bisa buntung punya karyawan tapi gak punya jamsostek”

b. Music (Musik) : ilustrasi musik yang digunakan saat iklan di tayangkan.

Musik sebagai elemen iklan dapat dibagi menjadi 2 jenis yaitu jingle dan musik sebagai latar belakang. Untuk musik jingle adalah berupa penyebutan

Slogan/tagline “untung ikut jamsostek”.

c. Seen word (kata-kata terlihat) : kata-kata yang terlihat pada tayangan

iklan untuk memperjelas tayangan tersebut kata-kata yang digunakan harus mendukung manfaat produk yang dikomunikasikan dalam pikiran. Kata-kata yang terlihat adalah Untung ikut jamsostek, Jaminan hari tua, Jaminan pemeliharaan kesehatan, Jaminan kematian, JAMSOSTEK Hak Pekerja Kewajiban Pengusaha UU No 3 Tahun 1992.


(41)

d. Picture (gambar) : meliputi gambar-gambar yang digunakan dalam

tayangan iklan yang berhubungan dengan objek yang diiklankan. Gambar dalam tayangan iklan ini adalah sosok wanita pengusaha usia tua dengan karakter yang di tonjolkan adalah karakter seorang pengusaha dari suku jawa, dengan latar belakang beberapa para pekerja batik.

e. Colors (warna) : komposisi keserasian warna dan pengaturan

pencahayaan dengan objek yang diiklankan. Warna ditampilkan cenderung gelap namun untuk sosok talent terlihat terang hal ini adalah untuk mendukung kekuatan karakter talent dalam iklan.

f. Movement (gerakan) : gerakan yang terlihat pada saat tayangan iklan

yang dapat mempengaruhi emosi seseorang untuk larut di dalamnya. Gerakan talent dalam tayangan iklan banyak dilakukan dengan gerakan kinesik, yaitu gerakan tangan untuk memperkuat testimonial yang tengah disampaikan.

3.2 Opini

Tingkat pengetahuan dioperasionalkan pada apakah seseorang cukup

intens mengetahui informasi dari suatu isu tertentu sehingga ia dapat

menindaklanjuti isu tersebut. Pengetahuan yang dimaksud disini adalah pengetahuan faktual (factual knowledge) yang menuntut seseorang mengetahui informasi yang menurut mereka menarik, aktual atau penting. Menindak lanjuti dari suatu informasi baik itu dalam bentuk sikap maupun pendapat tergantung pada pengetahuan yang dimiliki seseorang mengenai informasi tersebut (Eriyanto,1999:239).


(42)

3.3. Pengukuran Opini Buruh Di Surabaya Industrial Estate Rungkut Tentang Iklan Layanan Masyarakat Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek) Versi “Pengusaha Batik” Di Televisi

Indikator opini dalam iklan tersebut berupa heartword/sound effect,

seen word, picture, color, movement dan ditunjukan melalui total skor dari

seluruh jawaban responden atas pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dalam kuisioner. Terdapat dua pilihan jawaban pada kuisioner

yaitu:

A. Sangat Setuju Diberi skor 4

B. Setuju Diberi skor 3

C. Tidak Setuju Diberi skor 2

D. Sangat Tidak Setuju Diberi skor 1

dimana nantinya jawaban akan diberi skor pada semua pertanyaan dengan menggunakan skala interval (tinggi, sedang, rendah). Jumlah skor yang menjadi batasan skor untuk lebar interval tingkat rendah, sedang dan tinggi menggunakan rumus:

Skor jawaban tertinggi – skor jawaban terendah Jenjang yang di inginkan

Dari rumus tersebut diperoleh lebar interval untuk mengetahui bagaimana opini buruh di kawasan Surabaya Industrial Estate Rungkut. Lebih jelasnya dapat dijabarkan sebagai berikut : daftar pertanyaan tentang opini


(43)

buruh tentang iklan layanan masyarakat Jamsostek versi pengusaha batik di televisi sebanyak 9 pertanyaan, sehingga :

Skor terendah = 9 x 1 = 9

Skor tertinggi = 9 x 4 = 36

Skor interval = 9

3 9 36

 

Batasan skor untuk mengetahui arah opini buruh tentang iklan layanan masyarakat Jamsostek versi pengusaha batik di televisi adalah rendah, sedang, tinggi :

Jumlah skor 9-17 dalam kategori penilaian rendah Jumlah skor 18-26 dalam kategori penilaian sedang Jumlah skor 27-36 dalam kategori penilaian tinggi

3.4. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah buruh yang bekerja di kawasan Surabaya Industrial Estate Rungkut. Namun, dalam penelitian ini merujuk kepada populasi, hingga tahun 2006 tercatat jumlah buruh yang bekerja di kawasan Surabaya Industrial Estate Rungkut sebanyak 63.081 jiwa. (www.sier-pier.com)

Maka jumlah sampel akan ditentukan dengan menggunakan rumus Yamane sebagai berikut:

1

2

Nd

N

n


(44)

Keterangan :

N = ukuran populasi

n = ukuran sampel

d = presisi

Dengan tingkat presisi ± 10% dan tingkat kepercayaan 90% dari populasi buruh yang bekerja di kawasan Surabaya Industrial Estate Rungkut sebanyak 60.381 jiwa

Dengan perhitungan responden sebagai berikut :

 

0.1 1 60381 60381 2   x n 81 , 604 60381  n 100 8 , 99  

n orang (pembulatan)

3.5 Teknik Penarikan Sampel

Teknik penarikan sampel yang digunakan adalah accidental sampling atau sampling kebetulan di wilayah dimana Surabaya Industrial Estate Rungkut merupakan wilayah perindustrian yang cukup besar sehingga dalam pengumpulan data dapat menghemat waktu dan biaya.

3.6. Teknik Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh langsung dari responden berdasarkan data isi kuesioner yang diberikan. Sedang alat yang


(45)

digunakan untuk pengumpulan data adalah kuisioner dengan teknik pengumpulan data sebagai berikut :

a. Data primer yaitu dilakukan dengan penyebaran kuesioner pada

responden

b. Data sekunder yaitu melalui studi kepustakaan, referensi dan literatur

yang berhubungan dengan permasalahan yang akan dibahas.

3.7. Teknik Analisis Data

Penelitian ini menggunakan metode survey dengan tipe analisis deskriptif kuantitatif, yaitu penelitian dengan tanpa mencari atau menjelaskan hubungan antar variabel, tidak menguji hipotesis atau membuat prediksi (Rahmat,1999:24). Penelitian ini akan menjelaskan variabel-variabel tanpa mencari korelasi satu sama lainnya. Data yang diperoleh dari hasil kuesioner selanjutnya akan diolah untuk mendiskripsikan data hasil penelitian. Pengolahan data yang diperoleh dari hasil kuesioner terdiri dari: mengedit dan memasukkan data tersebut dalam tabulasi data untuk selanjutnya dianalisis secara deskriptif berdasarkan tabel frekuensi dari setiap pertanyaan yang diajukan.


(46)

4.1 Gambaran Umum Obyek Penelitian

4.1.1 Jaminan Sosial Tenaga Kerja/JAMSOSTEK

Penyelenggara program jaminan sosial merupakan salah satu tangung jawab dan kewajiban Negara untuk memberikan perlindungan sosial ekonomi kepada masyarakat. Sesuai dengan kondisi kemampuan keuangan Negara, Indonesia seperti halnya berbagai Negara berkembang lainnya, mengembangkan program jaminan sosial berdasarkan funded social security, yaitu jaminan sosial yang didanai oleh peserta dan masih terbatas pada masyarakat pekerja di sektor formal.

Sejarah terbentuknya PT Jamsostek (Persero) mengalami proses yang panjang, dimulai dari UU No. 33/1947 jo UU No.2/1951 tentang kecelakaan kerja, Peraturan Menteri Perburuhan (PMP) No. 48/1952 jo PMP No.8/1956 tentang pengaturan bantuan untuk usaha penyelenggaraan kesehatan buruh, PMP No. 15/1957 tentang pembentukan Yayasan Sosial Buruh, PMP No.5/1964 tentang pembentukan Yayasan Dana Jaminan Sosial (YDJS), diberlakukannya UU No.14/1969 tentang Pokok-pokok Tenaga Kerja, secara kronologis proses lahirnya asuransi sosial tenaga kerja semakin transparan.

Setelah mengalami kemajuan dan perkembangan, baik menyangkut landasan hukum, bentuk perlindungan maupun cara penyelenggaraan, pada


(47)

tahun 1977 diperoleh suatu tonggak sejarah penting dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah (PP) No. 33 tahun 1977 tentang pelaksanaan program asuransi sosial tenaga kerja (ASTEK), yang mewajibkan setiap pemberi kerja/pengusaha swasta dan BUMN untuk mengikuti program ASTEK. Terbit pula PP No.34/1977 tentang pembentukan wadah penyelenggara ASTEK yaitu Perum Astek.

Tonggak penting berikutnya adalah lahirnya UU No. 3 tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja (JAMSOSTEK). Dan melalui PP No.36/1995 ditetapkannya PT. Jamsostek sebagai badan penyelenggara Jaminan Sosial Tenaga Kerja. Program Jamsostek memberikan perlindungan dasar untuk memenuhi kebutuhan minimal bagi tenaga kerja dan keluarganya, dengan memberikan kepastian berlangsungnya arus penerimaan penghasilan keluarga sebagai pengganti sebagian atau seluruhnya penghasilan yang hilang, akibat resiko sosial.

Selanjutnya pada akhir tahun 2004,Pemerintah juga menerbitkan UU Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional, yang berhubungan dengan Amandemen UUD 1945 dengan perubahan pada pasal 34 ayat 2, dimana Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) telah mengesahkan Amandemen tersebut, yang kini berbunyi : "Negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan". Manfaat perlindungan tersebut dapat memberikan rasa aman kepada pekerja sehingga


(48)

dapat lebih berkonsentrasi dalam meningkatan motivasi maupun produktivitas kerja.

Kiprah Perseroan yang mengedepankan kepentingan dan hak normative Tenaga Kerja di Indonesia terus berlanjut. Sampai saat ini, PT Jamsostek (Persero) memberikan perlindungan 4 program, yang mencakup Program Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK), Jaminan Kematian (JKM), Jaminan Hari Tua (JHT) dan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK) bagi seluruh tenaga kerja dan keluarganya. Dengan penyelenggaraan yang makin maju, program Jamsostek tidak hanya bermanfaat kepada pekerja dan pengusaha tetapi juga berperan aktif dalam meningkatkan pertumbuhan perekonomian bagi kesejahteraan masyarakat dan perkembangan masa depan bangsa.

4.1.2 Visi Jaminan Sosial Tenaga Kerja/JAMSOSTEK

Menjadi lembaga penyelenggara jaminan sosial tenaga kerja yang terpercaya dengan mengutamakan pelayanan prima dan manfaat optimal bagi seluruh peserta.

4.1.3 Misi Jaminan Sosial Tenaga Kerja/JAMSOSTEK

a. Meningkatkan dan mengembangkan Mutu Pelayanan dan Manfaat

kepada peserta berdasarkan Prinsip Profesionalisme.

b. Meningkatkan jumlah kepesertaan program Jaminan Sosial Tenaga


(49)

c. Meningkatan Budaya Kerja melalui kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) dan penerapan Good Corporate Governance (GCG)

d. Mengelola dana peserta secara optimal dengan mengutamakan prinsip

kehati-hatian (prudent)

e. Meningkatkan Corporate Values dan Corporate Images.

4.1.4 Filosofi Jaminan Sosial Tenaga Kerja/JAMSOSTEK

a. JAMSOSTEK dilandasi filosofi kemandirian dan harga diri untuk

mengatasi resiko sosial ekonomi. Kemandirian berarti tidak tergantung orang lain dalam membiayai perawatan pada waktu sakit, kehidupan dihari tua maupun keluarganya bila meninggal dunia. Harga diri berarti jaminan tersebut diperoleh sebagai hak dan bukan dari belas kasihan orang lain.

b. Agar pembiayaan dan manfaatnya optimal, pelaksanaan program

JAMSOSTEK dilakukan secara gotong royong, dimana yang muda membantu yang tua, yang sehat membantu yang sakit dan yang berpenghasilan tinggi membantu yang berpenghasilan rendah.

Motto Perusahaan : Pelindung Pekerja, Mitra Pengusaha

4.1.5 Jaminan Hari Tua

Program Jaminan Sosial merupakan program perlindungan yang bersifat dasar bagi tenaga kerja yang bertujuan untuk menjamin adanya


(50)

keamanan dan kepastian terhadap risiko-risiko sosial ekonomi, dan merupakan sarana penjamin arus penerimaan penghasilan bagi tenaga kerja dan keluarganya akibat dari terjadinya risiko-risiko sosial dengan pembiayaan yang terjangkau oleh pengusaha dan tenaga kerja.

Risiko sosial ekonomi yang ditanggulangi oleh program tersebut terbatas saat terjadi peristiwa kecelakaan, sakit, hamil, bersalin, cacat, hari tua dan meninggal dunia, yang mengakibatkan berkurangnya atau terputusnya penghasilan tenaga kerja dan/atau membutuhkan perawatan medis Penyelenggaraan Program Jaminan Sosial ini menggunakan mekanisme Asuransi Sosial.

4.1.5.1 Definisi Program Jaminan Hari Tua

Program Jaminan Hari Tua ditujukan sebagai pengganti terputusnya penghasilan tenaga kerja karena meninggal, cacat, atau hari tua dan diselenggarakan dengan sistem tabungan hari tua. Program Jaminan Hari Tua memberikan kepastian penerimaan penghasilan yang dibayarkan pada saat tenaga kerja mencapai usia 55 tahun atau telah memenuhi persyaratan tertentu. Iuran Program Jaminan Hari Tua:

a. Ditanggung Perusahaan = 3,7%

b. Ditanggung Tenaga Kerja = 2 %

Kemanfaatan Jaminan Hari Tua adalah sebesar akumulasi iuran ditambah hasil pengembangannya.


(51)

4.1.5.2 Manfaat Program Jaminan Hari Tua

Jaminan Hari Tua akan dikembalikan/dibayarkan sebesar iuran yang terkumpul ditambah dengan hasil pengembangannya, apabila tenaga kerja:

a. Mencapai umur 55 tahun atau meninggal dunia, atau cacat total tetap

b. Mengalami PHK setelah menjadi peserta sekurang-kurangnya 5 tahun

dengan masa tunggu 1 bulan

c. Pergi keluar negeri tidak kembali lagi, atau menjadi PNS/POLRI/ABRI.

4.1.5.3 Tata Cara Pengajuan Jaminan

a. Setiap permintaan JHT, tenaga kerja harus mengisi dan menyampaikan

formulir 5 Jamsostek kepada kantor Jamsostek setempat dengan melampirkan:

1) Kartu peserta Jamsostek (KPJ) asli. 2) Kartu Identitas diri KTP/SIM (fotokopi).

3) Surat keterangan pemberhentian bekerja dari perusahaan atau Penetapan Pengadilan Hubungan Industrial.

4) Surat pernyataan belum bekerja di atas materai secukupnya.

5) Kartu Keluarga (KK)

b. Permintaan pembayaran JHT bagi tenaga kerja yang mengalami cacat

total dilampiri dengan Surat Keterangan Dokter

c. Permintaan pembayaran JHT bagi tenaga kerja yang meninggalkan


(52)

1) Pernyataan tidak bekerja lagi di Indonesia

2) Photocopy Paspor

3) Photocopy VISA

d. Permintaan pembayaran JHT bagi tenaga kerja yang meninggal dunia

sebelum usia 55 thn dilampiri:

1) Surat keterangan kematian dari Rumah

Sakit/Kepolisian/Kelurahan

2) Photocopy Kartu keluarga

e. Permintaan pembayaran JHT bagi tenaga kerja yang berhenti bekerja dari perusahaan sebelum usia 55 thn telah memenuhi masa kepesertaan 5 tahun telah melewati masa tunggu 1 (satu) bulan terhitung sejak tenaga kerja yang bersangkutan berhenti bekerja, dilampiri dengan:

1) Photocopy surat keterangan berhenti bekerja dari perusahaan 2) Surat pernyataan belum bekerja lagi

f. Permintaan pembayaran JHT bagi tenaga kerja yang menjadi Pegawai

Negeri Sipil/POLRI/ABRI.

Selambat-lambatnya 30 hari setelah pengajuan tersebut PT Jamsostek (persero) melakukan pembayaran JHT

4.1.6 Jaminan Pemeliharaan Kesehatan

Pemeliharaan kesehatan adalah hak tenaga kerja. JPK adalah salah satu program Jamsostek yang membantu tenaga kerja dan keluarganya mengatasi


(53)

masalah kesehatan. Mulai dari pencegahan, pelayanan di klinik kesehatan, rumah sakit, kebutuhan alat bantu peningkatan fungsi organ tubuh, dan pengobatan, secara efektif dan efisien. Setiap tenaga kerja yang telah mengikuti program JPK akan diberikan KPK (Kartu Pemeliharaan Kesehatan) sebagai bukti diri untuk mendapatkan pelayanan kesehatan. Manfaat JPK bagi perusahaan yakni perusahaan dapat memiliki tenaga kerja yang sehat, dapat konsentrasi dalam bekerja sehingga lebih produktif.

Jumlah iuran yang harus dibayarkan:

Iuran JPK dibayar oleh perusahaan dengan perhitungan sebagai berikut:

a. Tiga persen (3%) dari upah tenaga kerja (maks Rp 1 juta ) untuk tenaga kerja lajang

b. Enam persen (6%) dari upah tenaga kerja (maks Rp 1 juta ) untuk

tenaga kerja berkeluarga

c. Dasar perhitungan persentase iuran dari upah setinggi-tingginya Rp

1.000.000,- Cakupan Program

Program JPK memberikan manfaat paripurna meliputi seluruh kebutuhan medis yang diselenggarakan di setiap jenjang PPK dengan rincian cakupan pelayanan sebagai berikut:

a. Pelayanan Rawat Jalan Tingkat Pertama, adalah pelayanan kesehatan

yang dilakukan oleh dokter umum atau dokter gigi di Puskesmas, Klinik, Balai Pengobatan atau Dokter praktek solo


(54)

b. Pelayanan Rawat Jalan tingkat II (lanjutan), adalah pemeriksaan dan pengobatan yang dilakukan oleh dokter spesialis atas dasar rujukan dari dokter PPK I sesuai dengan indikasi medis

c. Pelayanan Rawat Inap di Rumah Sakit, adalah pelayanan kesehatan

yang diberikan kepada peserta yang memerlukan perawatan di ruang rawat inap Rumah Sakit

d. Pelayanan Persalinan, adalah pertolongan persalinan yang diberikan

kepada tenaga kerja wanita berkeluarga atau istri tenaga kerja peserta program JPK maksimum sampai dengan persalinan ke 3 (tiga).

e. Pelayanan Khusus, adalah pelayanan rehabilitasi, atau manfaat yang

diberikan untuk mengembalikan fungsi tubuh

f. Emergensi, Merupakan suatu keadaan dimana peserta membutuhkan

pertolongan segera, yang bila tidak dilakukan dapat membahayakan jiwa.

Hak-hak Peserta Program JPK:

a. Memperoleh kesempatan yang sama untuk mendapatkan pelayanan

kesehatan yang optimal dan menyeluruh, sesuai kebutuhan dengan standar pelayanan yang ditetapkan, kecuali pelayanan khusus seperti kacamata, gigi palsu, mata palsu, alat bantu dengar, alat Bantu gerak tangan dan kaki hanya diberikan kepada tenaga kerja dan tidak diberikan kepada anggota keluarganya.


(55)

b. Bagi Tenaga Kerja berkeluarga peserta tanggungan yang diikutkan terdiri dari suami/istri beserta 3 orang anak dengan usia maksimum 21 tahun dan belum menikah.

c. Memilih fasilitas kesehatan diutamakan dalam wilayah yang sesuai atau mendekati dengan tempat tinggal.

d. Dalam keadaan Emergensi peserta dapat langsung meminta pertolongan

pada Pelaksana Pelayanan Kesehatan (PPK) yang ditunjuk oleh PT Jamsostek (Persero) ataupun tidak.

e. Peserta berhak mengganti fasilitas kesehatan rawat jalan Tingkat I bila dalam Kartu Pemeliharaan Kesehatan pilihan fasilitas kesehatan tidak sesuai lagi dan hanya diizinkan setelah 6 (enam) bulan memilih fasilitas kesehatan rawat jalan Tingkat I, kecuali pindah domisili.

f. Peserta berhak menuliskan atau melaporkan keluhan bila tidak puas

terhadap penyelenggaraan JPK dengan memakai formulir JPK yang disediakan diperusahaan tempat tenaga kerja bekerja, atau PT. JAMSOSTEK (Persero) setempat.

g. Tenaga kerja/istri tenaga kerja berhak atas pertolongan persalinan

kesatu, kedua dan ketiga.

h. Tenaga kerja yang sudah mempunyai 3 orang anak sebelum menjadi

peserta program JPK, tidak berhak lagi untuk mendapatkan pertolongan persalinan.


(56)

Kewajiban Peserta Program JPK

a. Menyelesaikan Prosedur administrasi, antara lain mengisi formulir

Daftar Susunan Keluarga (Formulir Jamsostek 1a).

b. Menandatangani Kartu Pemeliharaan Kesehatan (KPK)

c. Memiliki Kartu Pemeliharaan Kesehatan (KPK) sebagai bukti diri

untuk mendapatkan pelayanan kesehatan

d. Mengikuti prosedur pelayanan kesehatan yang telah ditetapkan

e. Segera melaporkan kepada PT. JAMSOSTEK (Persero) bilamana

terjadi perubahan anggota keluarga misalnya : status lajang menjadi kawin, penambahan anak, anak sudah menikah dan atau anak berusia 21 tahun. Begitu pula sebaliknya apabila status dari berkeluarga menjadi lajang

f. Segera melaporkan kepada Kantor PT. JAMSOSTEK (Persero) apabila

Kartu Pemeliharaan Kesehatan (KPK) milik peserta hilang/rusak untuk mendapatkan penggantian dengan membawa surat keterangan dari perusahaan atau bilamana masa berlaku kartu sudah habis.

g. Bila tidak menjadi peserta lagi maka KPK dikembalikan ke perusahaan. Hal-hal yang tidak menjadi tanggung jawab badan penyelenggara (PT Jamsostek (Persero)

1 Peserta:

a. Dalam hal tidak mentaati ketentuan yang berlaku yang telah ditetapkan oleh Badan Penyelenggara.


(57)

b. Akibat langsung bencana alam, peperangan dan lain-lain.

c. Cidera yang diakibatkan oleh perbuatan sendiri, misalnya percobaan

bunuh diri, tindakan melawan hukum.

d. Olah raga tertentu yang membahayakan seperti : Terbang layang,

menyelam, balap mobil / motor, mendaki gunung, tinju, panjat tebing, arum jeram.

e. Tenaga kerja yang pada permulaan kepesertaannya sudah mempunyai 3

(tiga) anak atau lebih, tidak berhak mendapatkan pertolongan persalinan.

2 Pelayanan Kesehatan:

a. Pelayanan kesehatan diluar fasilitas yang ditunjuk oleh Badan

Penyelenggara JPK, kecuali kasus emergensi dan bila harus rawat inap, ditanggung maksimal 7 hari perawatan sesuai standar rawat inap yang telah ditetapkan.

b. Imunisasi kecuali Imunisasi Dasar pada bayi.

c. General Check Up / Check Up / Regular Check Up (termasuk

papsmear)

d. Pemeriksaan, pengobatan, perawatan di luar negeri.

e. Penyakit yang disebabkan oleh penggunaan alkohol / narkotik f. Penyakit Kanker (terhitung sejak tegaknya diagnosa)

g. Penyakit atau cidera yang timbul dari atau berhubungan dengan tugas


(58)

h. Sexual transmited diseases termasuk AIDS RELATED COMPLEX.

i. Pengguguran kandungan tanpa indikasi medis termasuk kesengajaan.

j. Kelainan congential / herediter / bawaan yang memerlukan pengobatan

seumur hidup, seperti : debil, embesil, mongoloid, cretinism, thalasemia, haemophilia, retardasi mental, autis.

k. Pelayanan untuk Persalinan ke 4 (empat) dan seterusnya termasuk

segala sesuatu yang berhubungan dengan proses kehamilan pada persalinan tersebut.

l. Pelayanan khusus (Kacamata, gigi palsu, prothesa mata, alat bantu

dengar, prothesa anggota gerak) hilang / rusak sebelum waktunya tidak diganti.

m. Khusus akibat kecelakaan kerja tidak menjadi tanggung jawab

Penyelenggara JPK.

n. Haemodialisa termasuk tindakan penyambungan pembuluh darah untuk

hemodialisa.

o. Operasi jantung berserta tindakan-tindakan termasuk pemasangan dan

pengadaan alat pacu jantung, kateterisasi jantung termasuk obat-obatan. Katerisasi jantung sebagai tindakan Therapeutik (pengobatan).

p. Transpalantasi organ tubuh misalnya transplantasi sumsum tulang.

q. Pemeriksaan-pemeriksaan dengan menggunakan peralatan canggih/baru


(59)

Resonance Immaging), DSA (Digital Substraction Arteriography), TORCH (Toxoplasma, Rubella, CMV, Herpes).

r. Pemeriksaan dan tindakan untuk mendapatkan kesuburan termasuk bayi

tabung. 3 Obat-obatan:

a. Semua obat/vitamin yang tidak ada kaitannya dengan penyakit.

b. Obat-obatan kosmetik untuk kecantikan termasuk operasi keloid yang

bukan atas indikasi medis.

c. Obat-obatan berupa makanan seperti susu untuk bayi dan sebagainya d. Obat-obatan gosok sepeti kayu putih dan sejenisnya.

e. Obat-obatan lain seperti : verban, plester, gause stril.

f. Pengobatan untuk mendapatkan kesuburan termasuk bayi tabung dan

obat-obatan kanker. 4 Pembiayaan

a. Biaya perjalanan dari dan ke tempat berobat.

b. Biaya perjalanan untuk mengurus kelengkapan administrasi

kepesertaan, jaminan rawat dan klaim.

c. Biaya perjalanan untuk memperoleh perawatan / pengobatan di Rumah

sakit yang ditunjuk.

d. Biaya perawatan emergensi lebih dari 7 ( hari ) diluar fasilitas yang sudah ditunjuk oleh Badan Penyelenggara JPK.


(60)

e. Biaya Perawatan dan obat untuk penyakit lebih dari 60 hari / kasus/tahun sudah termasuk perawatan khusus (ICU, ICCU, HCU, HCB, ICU, PICU) pada penyakit tertentu sehingga memerlukan perawatan khusus lebih dari 20 hari/kasus/tahun.

f. Biaya tindakan medik super spesialistik.

g. Batas waktu pengajuan klaim paling lama 3 (tiga) bulan setelah

perusahaan melunasi tunggakan iuran, selebihnya akan ditolak.

4.1.7 Jaminan Kecelakaan Kerja

Kecelakaan kerja termasuk penyakit akibat kerja merupakan resiko yang harus dihadapi oleh tenaga kerja dalam melakukan pekerjaannya. Untuk menanggulangi hilangnya sebagian atau seluruh penghasilan yang diakibatkan oleh adanya resiko-resiko sosial seperti kematian atau cacat karena kecelakaan kerja baik fisik maupun mental, maka diperlukan adanya jaminan kecelakaan kerja. Kesehatan dan keselamatan tenaga kerja merupakan tanggung jawab pengusaha sehingga pengusaha memiliki kewajiban untuk membayar iuran jaminan kecelakaan kerja yang berkisar antara 0,24% s/d 1,74% sesuai kelompok jenis usaha.

Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) memberikan kompensasi dan rehabilitasi bagi tenaga kerja yang mengalami kecelakaan pada saat dimulai berangkat bekerja sampai tiba kembali dirumah atau menderita penyakit akibat hubungan kerja. Iuran untuk program JKK ini sepenuhnya dibayarkan oleh


(61)

perusahaan. Perincian besarnya iuran berdasarkan kelompok jenis usaha sebagaimana tercantum pada iuran.

1. Biaya Transport (Maksimum)

a. Darat Rp 400.000,-

b. Laut Rp 750.000,-

c. Udara Rp 1.500.000,-

2. Sementara tidak mampu bekerja

a. 4 bulan pertama 100 upah b. 4 bulan kedua 75 % upah c. Selanjutnya 50 % upah

3. Biaya Pengobatan/Perawatan

Rp 12.000.000,(maksimum) *

4. Santunan Cacat

Sebagian-tetap % tabel x 80 bulan upah a. Total-tetap

Sekaligus 70 % x 80 bulan upah

b. Berkala (2 tahun) Rp. 200.000,- per bulan *

c. Kurang fungsi % kurang fungsi x % tabel x 80 bulan upah.

5. Santunan Kematian

a. Sekaligus 60 % x 80 bulan upah

b. Berkala (2 tahun) Rp. 200.000,- per bulan *


(62)

6. Biaya Rehabilitasi :

a. Patokan harga RS DR. Suharso, Surakarta , ditambah 40%

b. Prothese anggota badan c. Alat bantu (kursi roda)

7. Penyakit akibat kerja, Tiga puluh satu jenis penyakit selama hubungan

kerja dan 3 tahun setelah putus hubungan kerja. Iuran ;

a. Kelompok I : 0.24 % dari upah sebulan; b. Kelompok II : 0.54 % dari upah sebulan; c. Kelompok III : 0.89 % dari upah sebulan; d. Kelompok IV : 1.27 % dari upah sebulan;

e. Kelompok V : 1.74 % dari upah sebulan; (sesuai dengan PP Nomor 76

tahun 2007)

Tata Cara Pengajuan Jaminan

1. Apabila terjadi kecelakaan kerja pengusaha wajib mengisi form

jamsostek 3 (laporan kecelakaan tahap I) dan mengirimkan kepada PT. Jamsostek (persero) tidak lebih dari 2x24 Jam terhitung sejak terjadinya kecelakaan.

2. Setelah tenaga kerja dinyatakan sembuh / meninggal dunia oleh dokter yang merawat, pengusaha wajib mengisi form 3a (laporan kecelakaan tahap II) dan dikirim kepada PT. Jamsostek (persero) tidak lebih dari


(63)

2X 24 jam sejak tenaga kerja dinyatakan sembuh/meninggal.

Selanjutnya PT. Jamsostek (persero) akan menghitung dan membayar santunan dan ganti rugi kecelakaan kerja yang menjadi hak tenaga kerja/ahliwaris.

3. Form Jamsostek 3a berfungsi sebagai pengajuan permintaan

pembayaran jaminan disertai bukti-bukti: a. Fotokopi kartu peserta (KPJ).

b. Surat keterangan dokter yang merawat dalam bentuk form

Jamsostek 3b atau 3c.

c. Kwitansi biaya pengobatan dan perawatan serta kwitansi pengangkutan.

4.1.8 Jaminan Kematian (JK)

Jaminan Kematian diperuntukkan bagi ahli waris tenaga kerja yang menjadi peserta Jamsostek yang meninggal bukan karena kecelakaan kerja. Jaminan Kematian diperlukan sebagai upaya meringankan beban keluarga baik dalam bentuk biaya pemakaman maupun santunan berupa uang. Pengusaha wajib menanggung iuran Program Jaminan Kematian sebesar 0,3 % dengan jaminan kematian yang diberikan adalah Rp 12 Juta terdiri dari Rp 10 juta santunan kematian dan Rp 2 juta biaya pemakaman* dan santunan berkala. Program ini memberikan manfaat kepada keluarga tenaga kerja seperti


(64)

1. Santunan Kematian Rp 10.000.000,-

2. Biaya Pemakaman Rp 2.000.000,-

3. Santunan Berkala sebesar Rp. 200.000,- / bulan (selama 24 bulan) (sesuai dengan PP Nomor 76 Tahun 2007)

4.1.8.1 Tata Cara Pengajuan Jaminan Kematian

Pengusaha/Keluarga dari tenaga kerja yang meninggal dunia mengisi dan mengirim form 4 kepada PT. Jamsostek (Persero) disertai bukti-bukti :

1. Kartu peserta Jamsostek(KPJ) Asli tenaga Kerja yang Bersangkutan. 2. Surat keterangan kematian dari Rumah sakit/Kepolisian/Kelurahan

3. Salinan/Copy KTP/SIM dan Kartu Keluarga Tenaga Kerja

bersangkutan yang masih berlaku.

4. Identitas ahli waris (photo copy KTP/SIM dan Kartu Keluarga). 5. Surat Keterangan Ahli Waris dari Lurah/Kepala Desa setempat. 6. Surat Kuasa bermeterai dan copy KTP yang diberi kuasa (apabila

pengambilan JKM ini dikuasakan)

4.2 Penyajian Data dan Analisis Data

Sebagaimana yang telah ditetapkan sebelumnya, sampel penelitian ini berjumlah 99 orang, buruh disekitar SIER (Surabaya Industrial Estate Rungkut). Dengan alat ukur yang digunakan adalah dengan menggunakan kuisioner dan disebar pada seluruh sampel penelitian sebagai responden.


(1)

pengusaha batik di televisi mayoritas responden menyatakan setuju dengan prosentase sebesar 94.9 persen. Dan responden yang menyatakan opini dengan menjawab tidak setuju tentang movement (gerakan kinesik berupa gerakan tangan untuk memperkuat testimonial) dalam tayangan iklan sebanyak 5 persen. Dapat diasumsikan bahwa Sejumlah adegan harus direncanakan secara hati-hati karena jika adegan terlalu banyak akan membuat penonton binggung. Tampilan iklan televisi harus merupakan acara yang mengalir sehingga penonton akan mengikuti dengan mudah. Dengan menggunakan gerakan non verbal untuk menguatkan karakter dari perempuan tersebut adalah untuk menekankan. Manusia menggunakan komunikasi nonverbal untuk menonjolkan atau menekankan beberapa bagian dari pesan verbal. Misalnya saja, tersenyum untuk menekankan kata atau ungkapan tertentu, atau memukulkan tangan ke meja untuk menekankan suatu hal tertentu. Untuk melengkapi (complement). Komunikasi nonverbal untuk memperkuat warna atau sikap umum yang dikomunikasikan oleh pesan verbal. Jadi, mungkin senyum ketika menceritakan kisah lucu, atau menggeleng-gelengkan kepala ketika menceritakan ketidakjujuran seseorang. Untuk menunjukkan kontradiksi. Misalnya dengan sengaja mempertentangkan pesan verbal dengan gerakan nonverbal. Sebagai contoh, menyilangkan jari atau mengedipkan mata untuk menunjukkan bahwa yang anda katakan adalah tidak benar. Untuk mengatur. Gerak-gerik nonverbal dapat mengendalikan atau mengisyaratkan keinginan untuk mengatur arus pesan verbal. Mengerutkan bibir,


(2)

82

mencondongkan badan ke depan, atau membuat gerakan tangan untuk menujukkan bahwa anda ingin mengatakan sesuatu merupakan contoh dari fungsi mengatur ini. Anda mungkin juga mengangkat tangan dan atau menyuarakan sejenak (pause) anda (misalnya dengan menggumamkan “umm”) untuk memperlihatkan bahwa anda belum selesai bicara.

Dari prosentase responden yang opininya menyatakan ketidak setujuan tentang movement (gerakan kinesik berupa gerakan tangan untuk memperkuat testimonial) dalam tayangan iklan layanan masyarakat Jamsostek versi pengusaha batik di televisi terdapat 5 persen responden. Opini responden ini diasumsikan adalah responden yang juga menyatakan tidak setuju tentang visualisasi gambar tayangan iklan, responden ini mempunyai sudut pandang berbeda tentang bagaimana seharusnya iklan mengenai Jamsostek ini di gambarkan dan bagaimana seharusnya movement (gerakan kinesik berupa gerakan tangan untuk memperkuat testimonial) talent dalam visualisasi iklan.

Tabel. 16

Opini responden secara keseluruhan tentang

iklan layanan masyarakat Jamsostek versi pengusaha batik di televisi

( n =99 )

Opini responden secara keseluruhan tentang iklan layanan masyarakat Jamsostek versi

pengusaha batik di televisi

F %

1 Tinggi 96 96.9

2 Sedang 3 3.0

3 Rendah -


(3)

Dari hasil tabel mengenai penilaian opini secara keseluruhan iklan Jamsostek versi pengusaha batik di televisi, skor dengan penilaian tertinggi mayoritas mempunyai prosentase 96.6 persen. Dan skor dengan penilaian sedang mempunyai prosentase sebesar 3 persen. Dari hasil skoring ini menunjukkan bahwa opini responden dengan penilaian tertinggi merupakan opini yang bersifat positif. Opini yang positif ini dapat dilihat dalam pernyataan-pernyataan responden mengenai indikator berupa heartword/sound effect, seen word, picture, movement yang ada dalam tayangan iklan Jamsostek versi pengusaha batik. Opini positif yang terbentuk dari responden yang telah melihat tayangan iklan Jamsostek versi pengusaha batik di televisi, menandakan bahwa pendapat responden merupakan bentuk apresiasi tentang pentingnya Jamsostek bagi kaum buruh. Dan dilihat dari sudut pandang daya tarik iklan bersifat testimonial seorang pengusaha yang sangat memperhatikan kesejahteraan karyawannya dapat menumbuhkan keyakinan pada buruh bahwa hak pekerja merupakan kewajiban pengusaha dan dilindungi dengan undang-undang.

Strategi Jamsostek menggunakan iklan televisi adalah membangun dan mengembangkan citra positif tentang lembaga Jamsostek dan program-program yang dihasilkan, melalui proses sosialisasi yang terencana dan tertata dengan baik. Mengembangkan kepercayaan masyarakat dan membentuk publik opini yang positif terhadap lembaga Jamsostek dan program-program yang dihasilkan.


(4)

84

Opini responden yang mempunyai tingkatan sedang dengan prosentase sebesar 3 persen dalam hasil total skoring, opini responden ini tidak dinyatakan sebagai opini yang negatif. Responden ini masuk dalam kategori netral, bahwa apa yang menjadi pernyataannya dalam menjawab indikator berupa heartword/sound effect, seen word, picture, movement yang ada dalam tayangan iklan Jamsostek versi pengusaha batik tidak diapresiasikan secara berlebihan karena kemungkian responden ini masih kurang kepercayaan terhadap lembaga tersebut atau responden ini pernah dikecewakan oleh Jamsostek.


(5)

5.1 Kesimpulan

Dari hasil analisis dan interpretasi data yang telah diuraikan pada Bab IV maka dapat disimpulkan bahwa mayoritas responden mempunyai opini positif tentang iklan Jamsostek versi pengusaha batik. Dari kesimpulan ini didapat bahwa indikator berupa heartword/sound effect, seen word, picture, movement yang ada dalam tayangan iklan Jamsostek versi pengusaha batik telah sesuai dengan strategi Jamsostek dalam beriklan. Strategi dalam membuat iklan televisi sangat menentukan bagaimana nantinya citra sebuah lembaga Jamsostek dapat terbangun dan mendapatkan kepercayaan dari masyarakat. Yang perlu diperhatikan adalah strategi dalam menayangkan iklan Jamsostek di televisi, karena bertujuan meningkatkan awareness masyarakat tentang pentingnya program Jamsostek bagi kaum pekerja, maka lembaga Jamsostek harus lebih sering menayangkan iklannya di berbagai media televisi secara serentak dan continue. Strategi yang lain adalah membuat iklan Jamsostek dengan berbagai macam versi sesuai dengan program-program Jamsostek yang tengah berjalan. Hal ini agar masyarakat secara menyeluruh mengetahui dan memahami pentingnya Jamsostek dalam melindungi masa depan.


(6)

85

5.2 Saran

Saran yang disampaikan oleh peneliti mengenai iklan layanan masyarakat Jamsostek versi pengusaha batik di televisi adalah sebagai berikut :

a. iklan layanan masyarakat Jamsostek versi pengusaha batik di televisi harus dikaji lagi karena dikawatirkan iklan ini tidak bersifat memorable dan tidak bisa membentuk awareness yang kuat dimasyarakat karena daya tarik iklan yang menggunakan gaya testimonial.

b. lembaga Jamsostek paling tidak membuat beberapa versi dari sudut pandang pengusaha dengan jumlah karyawan lebih dari 50 orang. Karena dengan iklan versi tersebut maka diharapkan para pekerja dapat termotivasi dalam bekerja di suatu perusahaan besar. Mereka akan merasa terlindungi hak hak nya sebagai pekerja dan tidak menuntut jika hak mereka di berikan.

c. hasil penelitian ini diharapkan bisa menjadi pijakan dalam pendalaman penelitian berikutnya tentang strategi beriklan dalam membangun awareness Jamsostek di masyarakat.