KEBERADAAN ARON DI KECAMATAN BERASTAGI KABUPATEN KARO.

(1)

KEBERADAAN ARON DI KECAMATAN BERASTAGI KABUPATEN KARO

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh

Gelar Sarjana Pendidikan

OLEH

MAMOPAR MANALU NIM. 309122036

PENDIDIKAN ANTROPOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI MEDAN


(2)

(3)

(4)

(5)

ABSTRAK

Mamopar Manalu, Nim : 309122036, Keberadaan Aron di Kecamatan Berastagi Kabupaten Karo. Program Studi Pendidikan Antropologi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan.

Tulisan ini membahas tentang konsep aron pada masyarakat Berastagi dalam bidang pertanian, bagaimana aron dahulu dan aron saat ini, hal – hal apa saja yang berubahan dalam pelaksanaan aron tersebut pada rentang waktu tertentu, dan hal – hal pemicu perubahan tersebut.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif yang bersifat deskriptif untuk memperoleh informasi tentang konsep aron menurut masyarakat Berastagi Kecamatan Berastagi Kabupaten Karo, hal – hal apa saja yang berubah dan hal pemicu perubahan konsep aron, peneliti melakukan wawancara mendalam dengan informan kunci seperti pengetua adat, dan beberapa warga yang mengetahui tentang aron serta bekerja sebagai aron. Observasi dilakukan untuk mengamati cara kerja yang dilakukan oleh peserta aron.

Hasil penelitian menunjukkan, bahwa adanya perubahan konsep aron pada masyarakat Berastagi dalam bidang pertanian, dari aron dahulu yang bersifat tenaga (gegeh) menjadi aron singemo yang bersifat uang. Memudarnya konsep aron dipicu oleh berkembangnya teknlogi dan meningkatnya kebutuhan hidup, dimana pemilikan lahan semakin sempit dikarenakan jumlah penduduk semakin bertambah, sehingga warga kebanyakan memilih menjadi aron si ngemo. Adapun perubahan tersebut terdapat dalam pelasanaan aron antara lain : jumlah kelompok aron, jam kerja, pembagian kerja, bentuk kompensasi, konsumsi, dan syarat syarat menjadi peserta aron.


(6)

i

Kata Pengantar

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas berkat dan kasih karuniaNya, sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi ini yang merupakan salah satu syarat dalam menyelesaikan studi di Program Studi Pendidikan Antropologi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan Dalam memenuhi persyaratan maka penulis telah menyusunnya dengan judul Keberadaan Aron di Kecamatan Berastagi Kabupaten Karo..

Penulis berharap tulisan ini bisa bermafaat kepada semua pihak yang membacanya baik untuk tujuan pemahaman maupun untuk penelitian lebih lanjut. Meskipun demikian, penulis juga berharap untuk diberikan saran masukan yang baik dan berguna agar menjadi lebih.

Dalam penyusunan skripsi ini, tentunya melibatkan berbagai pihak. Maka penulis ingin mengucapkan terima kasih atas bantuan dan kerjasamanya serta dukungan yaitu kepada :

1. Bapak Rektor Unimed, Prof.Dr. Ibnu Hajar Damanik, M.S 2. Bapak Dekan Fakultas Ilmu Sosial Unimed, Dr. H. Restu M.S

3. Ibu ketua Prodi Pendidikan Antropologi FIS Unimed, Dra. Puspitawati, M.Si.

4. Ibu Dra. Nurjannah, M.Pd, sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah banyak memberikan pikiran kritis dan ilmu yang sangat berkualitas dan motivasi demi tercapainya karya ilmiah ini. Terima kasih bu, semoga Ibu selalu sukses dalam setiap aktivitas.


(7)

ii 5. Bapak Bakhrul Khair Amal, M.Si, sebagai dosen penguji sekaligus Pembimbing Akademik saya dan Ibu Sulian Ekomila, M.Sp sebagai dosen penguji II. Terima kasih atas saran dan masukan dalam penyusunan skripsi ini.

6. Bapak Drs. Tumpal Simarmata M.Si. , Ibu Murni Eva Marlina Rumapea, M.Si yang selalu memberikan semangat, motivasi kepada saya dan dukungan materil.

7. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen yang berada di Prodi Pendidikan Antropologi FIS Unimed, atas didikan dan pengajaran yang semakin berkembang.

8. Ayah saya, D. Manalu, terima kasih atas dukungan dan materil yang disediakan, Ibu almh E.Br. Nainggolan yang selalu melihatku dari Surga sana dalam menjalani kehidupanku selama ini, kalian adalah hartaku yang paling berharga. Kepada Kakakku Maretha dan Kak Mayumi serta Adikku Gok Asi Manalu yang selalu ada untukku. 9. Sahabat tim JJS : Amicus Malthus ‘Thus’ R. Lumban Gaol S.Pd.

Amicus Lamhot ‘Mot’ Turnip, S.Pd. Amicus Alex ‘Lek’ Bernando H. Panjaitan, S.Pd. Damu ‘Dem’ Roi S. Nasution, S.Pd., terima kasih atas dorongan dan doa serta fasilitas – fasilitas yang mendukungku dalam membuat karya ilmiah ini. JJS: Menjalani Rencana Tanpa Rencana. 10.Teman – teman seperjuangan : Nurul Kumala Saragih,S.Pd, Ramika


(8)

iii serta apparaku Gunawan Manalu,S.Pd yang sehidup semati memperjuangkan karya ilmiah kita.

11.Panggarambas Voice : Nandes, Posan, JAS, bang Fretdy, Aparra Gunawan yang selalu membuat forum – forum diskusi bersama JJS Crew di Sering Street.

12.Teman-teman yang seperjuangan di Prodi Pend.Antropologi 2009 yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu.

13.Abangda dan kakanda Pend. Antropologi 2008, adinda Pend. Antropologi 2010, 2011, 2012, terima kasih atas doanya.

14.Reni Sepriatin Limbong, telah memberikan motivasi dan semangat selama penyusunan skripsi ini.

Medan, September 2013

Mamopar Manalu NIM. 309 122 036


(9)

i

DAFTAR ISI

ABSTRAK i

KATA PENGANTAR ii

DAFTAR ISI v

DAFTAR TABEL vii

DAFTAR GAMBAR viii

BAB I PENDAHULUAN :

1.1.Latar Belakang Masalah 1

1.2.Identifikasi Masalah 4

1.3.Pembatasan Masalah 5

1.4.Rumusan Masalah 5

1.5.Tujuan Penelitian 5

1.6.Manfaat Penelitian 6

BAB II. KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORITIS

2.1.Kajian Pustaka 7

2.1.1. Aron 7

2.2. Kerangka Teori 8

2.2.1. Kebudayaan 8

2.2.2. Masyarakat 12

2.2.3. Interaksi Sosial 13

2.2.4. Identitas Sosial 14

2.2.5. Kelas Sosial 16

2.2.6. Migrasi 19

2.3.Kerangka Berpikir 22

BAB III. METODE PENELITIAN

3.1.Metode Penelitian 24

3.2.Lokasi Penelitian 24


(10)

ii 3.4.Sumber dan Teknik Pengumpulan Data 25

3.5.Teknik Analisa Data 27

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1.Gambaran Lokasi Penelitian 29

4.2. Aktivitas aron di Kecamatan Berastagi 32 4.3.Perubahan kegiatan Aron di Kecamatan Berastagi 49 4.4. Kondisi dan Hal-hal yang Berubah pada Pelaksanaan Aron 63 4.5. Hal Pemicu Perubahan Kegiatan Aron 70 BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1.Kesimpulan 77

5.2. Saran 79

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(11)

iii DAFTAR TABEL

Tabel 1 Luas Wilayah, Jumlah Penduduk Menurut Desa Tahun 2010 30 Tabel 2 Jumlah Penduduk Bedasarkan Jenis Kelamin 31 Tabel 3 Jumlah Tenaga, Waktu dan Upah dengan Ari –ari (Gaji harian) 61 Tabel 4 : Jumlah Tenaga, Waktu dan Upah dengan Mborong ( Gaji Borongan) 61


(12)

iv DAFTAR GAMBAR

1. Tempat Penyemaian Bibit 33

2. Menggunakan Jetor 34

3. Proses Mencangkol (ergat – gat) 35

4. Proses Nengala 35

5. Proses Ngerbo 36

6. Satu Gembalaan (sada permaken) 36

7. Pencabutan Bibit (ngenah semene) 39

8. Proses Menanam (Neldek) 39

9. Proses Menyiangi (Ngeroro) 42

10.Proses Penyemprotan 44

11.Proses Menghalau Burung (Muro) 45

12.Proses Memotong Padi 46

13.Menuangkan Padi di Lukuten 46

14.Proses Ngomben 47


(13)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Tulisan ini mengkaji mengenai kegiatan aron pada etnis Karo khususnya dalam bidang pertanian baik itu di ladang maupun di sawah. Seperti yang diketahui oleh peneliti bahwa aron masih dilakukan pada berbagai desa di tanah Karo, salah satunya adalah di Kecamatan Berastagi Kabupaten Karo. Menurut Teridah Bangun, aron dipakai dalam suatu pola kerja sama, tolong menolong pada masyarakat Batak Karo, baik dalam menghadapi ancaman pihak lain atau dalam mengerjakan sesuatu. Istilah aron berasal dari kata sisaron – saron (saling bantu) yang diwujudkan dalam bentuk kerja orang-orang muda atau dewasa 6 – 9 orang (Bangun T, 1986 b:149)

Pada masyarakat Berastagi istilah aron disebut dengan istilah aron sisepuluh dua (aron dua belas) yang artinya bahwa dalam satu kelompok aron tersebut mempunyai peserta sebanyak dua belas orang yang terdiri dari delapan laki – laki dan empat perempuan. Dalam pembentukan aron tersebut jumlah laki – laki lebih banyak dari pada jumlah perempuan karena melihat kemampuan perempuan dalam mengerjakan aktivitas aron tersebut. Aron yang diketahui tidak dibayar dengan uang atau pertimbangan yang bersifat ekonomi melainkan berupa tenaga, aron yang dibentuk adalah atas kesepakatan bersama (arih – arih).

Aktivitas aron dimulai pada pagi hari yaitu pukul 8.00 WIB - 17.00WIB. Didalam pola kerjanya terdapat keteraturan antara sesama peserta aron dengan


(14)

2 tujuan agar tetap terjaga hubungan yang baik. Pola kerja dilakukan secara bergiliran (mena – tumbuk), sesuai dengan kebutuhan di dalam mengerjakan sawah maupun ladang peserta aron. Misalnya A akan menanam padi, maka anggota aron yang sebelas lagi wajib datang ke ladang si A untuk mengerjakan sawahnya. Demikianlah seterusnya sampai selesai secara bergilir setiap peserta aron. Jika salah satu peserta ingin mendahulukan sawahnya atau ladangnya tetapi belum pada gilirannya maka dia dapat meminta supaya sawahnya didahulukan dikerjakan oleh peserta aron, hal ini disebut dengan pinjam tenaga (petangkapken) atau biasa juga disebut dengan pinjam gegeh.

Proses pengolahan sawah dimulai dari membuka sawah (ergat – gat), membersihkan sisa-sisa dinding pematang sawah (nggalungi), setelah itu membersihkan sisa hasil bajakan (ngalucak), selanjutnya proses penanaman (neldek), pemeliharaan dan pada tahap terakhir adalah panen (rani page).

Seperti halnya dalam kehidupan masyarakat desa di Jawa, sambatan merupakan suatu bentuk pengerahan tenaga kerja pada masa sibuk dalam aktivitas pertanian disawah, untuk keperluan itu dengan adat sopan santun yang sudah tetap, seorang petani meminta penduduk di desanya untuk membantunya dalam memanen hasil pertanian padi di sawahnya, sebagai imbalan bagi tenaga petani tersebut, cukup disediakan makan siang setiap hari kepada teman-temanya yang datang membantu, selama pekerjaan berlangsung (Koentjaraningrat, 1993:57).

Pada masyarakat Bali aktivitas dalam pertanian disebut dengan istilah subak yang meliputi lapangan – lapangan aktivitas disawah seperti menanam, menyiangi, sampai tiba panen. Dalam pola tersebut dilandasi oleh pengertian bahwa bantuan tenaga kerja yang diberikan wajib dibalas dengan bantuan tenaga juga.( http://id.wikipedia.org/wiki gotong royong)


(15)

3 Sama halnya masyarakat Batak Toba menyebutnya dengan

marsiadapari yang merupakan suatu bentuk saling bantu dalam aktivitas pertanian, bentuk marsiadapari dalam mayarakat Batak Toba antara lain:1) mangimas yaitu membuka hutan atau semak belukar yang dijadikan daerah perladangan atau persawahan, 2) mangarambas yaitu membabat setelah pohon ditebangi, 3) mangombak yairu proses membalikkan lapisan tanah, sekaligus untuk menggemburkan tanah tersebut, 4) manggadui yaitu proses penambalas tanah yang berlumpur berkeliling pematang sawah (gadu – gadu), 5) mename yait penyemaian benih, 6) manggaor yaitu meratakan tanah dan sekaligus menggemburkannya, 7) marsuan yaitu menanam, 8) marbabo yaitu merawat tanaman berupa tumbuhnya tanaman liar dan tahap terakhir adalah gotilan yaitu panen. Hasil setiap kerjaan atau kegiatan tentu saja akan menghasilkan sesuatu berguna, hasil dari kegitan ini terutama tertuju untuk kepentingan individu peserta yang pada gilirannya nanti dapat dinikmati oleh seluruh anggota peserta karena dalam kegiatan marsiadapari ini menyangkut ketenagakerjaan, maka hasil yang segera terwujud adalah bentuk fisik dan non fisik. Bahwa dalam bentuk fisik dapat dilihat bahwa marsiadapari dapat mempercepat selesainya suatu pekerjaan baik di sawah maupun di ladang. ( http://id.wikipedia.org/wiki marsiadapari)

Menurut Clifford Geertz (1989:95) Indonesia pada saat ini telah menunjukkan adanya perubahan sosial budaya dengan munculnya proses komersialisasi dari sektor pertanian. Seperti yang terjadi di Bali. Masyarakat Bali mengenal sistem pertanian yang disebut warga subak yaitu aktivitas – aktivitas yang dilakukan dalam bidang pertanian khusunya dalam pengairan (irigasi), telah mengalami perubahan kearah makin masuknya perburuhan disawah ditandai dengan munculnya suatu kelompok kerja khusus, yang diupah oleh subak sebagai keseluruhan yang di dalamnya sudah terdapat unsur ekonomi (uang).

Sama halnya pada masyarakat Berastagi dalam aktivitas pertanian (aron) terdapat beberapa aspek yang berubah. Hal tersebut dapat dilihat pada saat panen misalnya, seseorang harus menyewa pekerja untuk mengerjakan sawahnya dan membayar upah pekerja sesuai dengan waktu pekerja bekerja. Selain itu jumlah


(16)

4 kelompok aron yang tersedia semakin sedikit dibandingkan jumlah aron yang tersedia semakin sedikit dibandingkan jumlah aron pada tahun – tahun sebelumnya. Dalam hal jam kerja juga terdapat perbedan yang dulunya aron bekerja dalam satu hari selama delapan jam tetapi pada saat ini aron bekerja hanya sekitar lima jam dalam satu hari yang dimulai pada pukul 10.10 WIB- 16.30 WIB. Dengan gaji RP. 25.000/ hari belum lagi ditambah dengan lembur.

Aron yang terdapat pada masyarakat Berastagi dan sekitarnya, aron yang didatangkan dari luar yaitu etnis Batak Toba kebanyakan dari Samosir dan Sidikalang. Alasan mereka menjadi aron adalah karena keadaan alam dari daerah asal mereka yang kurang begitu menguntungkan bagi penduduk daerah setempat ditambah dengan ketidakmampuan untuk melanjutkan sekolah yang merupakan faktor pendorong bagi penduduk untuk melakukan migrasi keluar dari daerah Samosir dan Sidikalang. Salah satu daerah yang menjadi tujuan etnis Batak Toba adalah daerah kecamatan Berastagi, yang semakin maju terutama dalam bidang pertanian sehingga dibutuhkan tenaga kerja yang banyak yang disebut dengan aron. Para aron tersebut bekerja di ladang – ladang pertanian dan juga bekerja pada perusahaan yang bergerak pada bidang ekspor sayur – mayur, dengan membayar mereka berdasarkan jenis pekarjaan yang mereka lakukan.

Dengan melihat latar belakang seperti yang telah diuraikan diatas, maka peneliti mengungkapkan secara dekriptif tentang bagaimana perubahan konsep aron yang terjadi pada etnis Karo khususnya dalam masyarakat Berastagi apakah adanya perubahan sosial atau perubahan kebudayaan yang dapat mempengaruhi dalam kehidupan masyarakat.


(17)

5 1.2. Identifikasi Masalah

Dari pemaparan latar belakang di atas, peneliti mengidentifikasi masalah sebagai berikut :

1. Perubahan yang terjadi dalam kegiatan aron.

2. Identitas Masyarakat Batak Toba yang menjadi aron di Kecamatan Berastagi saat ini.

3. Etnis – etnis yang menjadi aron di Kecamatan Berastagi. 4. Aron yang mayoritas adalah Masyarakat Batak Toba. 5. Pemicu Perubahan makna aron.

6. Aktivitas aron yang dilakukan mereka dalam bidang pertanian di Kecamatan Berastagi.

Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas maka penulis membatasi masalah penelitian ini hanya pada Keberadaan Aron di Kecamatan Berastagi Kabupaten Karo.

1.3. Rumusan Masalah

Dari identifikasi dan pembatasan masalah penulis membuat rumusan masalah sebagai berikut :

1. Apa saja keahlian/aktivitas aron yang dilakukan dalam bidang pertanian di Kecamatan Berastagi?

2. Perubahan apa saja yang terjadi dalam kegiatan aron di Kecamatan Berastagi Kabupaten Karo?


(18)

6 3. Hal apa saja yang memicu perubahan kegiatan aron pada Masyarakat

Berastagi ? 1.4. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini, yaitu :

1. Untuk mengetahui aktivitas aron yang dilakukan dalam bidang pertanian di Kecamatan Berastagi.

2. Untuk menguraikan perubahan yang terjadi dalam kegiatan aron di Kecamatan Berastagi Kabupaten Karo.

3. Hal yang memicu perubahan kegiatan aron pada Masyarakat Berastagi.

1.5. Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis, penulis berharap bahwa penelitian ini dapat memberikan manfaat, antara lain :

1. Sebagai referensi bagi penulisan karya ilmiah atau sejenisnya

2. Sebagai informasi terhadap masyarakat Karo, tentang keberadaan aron di Kecamatan Berastagi.

3. Untuk memperkaya perpustakaan Unimed khususnya Fakultas Ilmu Sosial.

4. Menambah pengetahuan penulis dan pembaca tentang kegiatan aron dalam tradisi masyarakat Karo.


(19)

72 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. KESIMPULAN

Dari hasil penelitian ini diperoleh kesimpulan

1. Terjadi perubahan tata ruang desa yang meliputi tata ruang pemukiman, lahan pertanian, dan air. Areal persawahan semakin meluas yang dulunya hanya berada di sekitar pinggiran desa. Kepemilikan lahan semakin sempit karena bertambahnya jumlah penduduk. Sebagian besar penduduk Kecamatan Berastagi bermata pencaharian sebagai petani (menanam padi), dan hasil dari sawah mereka digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup baik itu untuk sehari-hari (dapur) maupun untuk biaya anak sekolah. Bertani adalah merupakan mata pencaharian pokok warga Berastagi khususnya menanam padi sawah.

2. Telah terjadi perubahan konsep aron dalam bidang pertanian pada masyarakat Berastagi. Dulunya aron yang bekerja secara bergiliran belum bersifat uang kini, menjadi aron singemo (buruh tani) yang bersifat uang. Perubahan tersebut dapat dilihat dalam pelaksanaan aron antara lain dalam hal alat-alat pertanian yang digunakan misalnya alat pembajak sawah yang dulunya dari tenaga hewan kini sudah menggunakan jetor, ketika panen sudah menggunkan comben untuk memisahkan bulir padi dari batangnya, ketika membersihkan dinding sawah (napsapi) sudah menggunakan mesin babat. Selain itu, jumlah kelompok kerja semakin berkurang, jam kerja semakin sedikit, pembagian


(20)

73 kerja, pembagian gaji, konsumsi, dan syarat-syarat menjadi peserta aron. Kelompok tenaga kerja dilakukan oleh warga masih mempunyai hubungan kekerabatan dan tetangga dengan perasaan sukarela dan tanpa mengharapkan jasa dalam bentuk materi, tetapi dengan sikap siurup-urupen.

3. Dalam aron, terdapat beberapa aturan dan cara-cara serta peranan yang saling berkaitan satu sama lain, yang ditempuh atau dilaksanakan oleh setiap pesertanya, yakni seseorang yang membutuhkan tenaga tambahan dalam mengisi kekurangan tenaga di lingkungan keluarganya. Setiap peserta wajib mengembalikan jasa peserta lain. Keanggotaan dalam satu kelompok aron berjumlah 6-12 orang atau disebut juga dengan aron si sepuluh dua (aron dua belas) yang terdiri dari laki-laki dan perempuan. Bentuk kelompok aron ini berupa kelompok yang memiliki susunan keanggotaan yang tetap serta memiliki seorang ketua aron yang disebut dengan pematang.

4. Kelompok aron ini mempunyai ketentuan-ketentuan yang mengikat diantara sesama anggota peserta berupa hak dan kewajiban serta sangsi-sangsi yang harus ditaati serta dipenuhi oleh setiap anggota peserta. Adapun cara memilih cara kerja yaitu dengan bergiliran dan berpindah-pindah dari satu areal persawahan milik seorang peserta kepeserta lainnya pada hari yang berbeda, demikianlah seterusnya sampai selesai pekerjaan mereka yang menjadi anggota peserta aron.

5. Pelaksanaan aron telah mengalami perubahan pada aktivitas pertanian masyarakat Berastagi, hal tersebut dapat dilihat dari beberapa hal antara lain jumlah kelompok aron, jam kerja, pembagian kerja antara laki-laki dan


(21)

74 perempuan, pembagian gaji, konsumsi, dan syarat-syarat menjadi peserta aron. Dari ke enam hal tersebut dapat dilihat bahwa setiap rentang waktu tertentu telah mengalami perubahan, ditandai dengan masuknya teknologi dan meningkatnya kebutuhan hidup yang merupakan sebagai hal pemicu perubahan tersebut. Aron yang secara idealnya yang bersifat tenaga (gegeh) tidak bersifat uang. Namun, sekarang, yang dilihat sekarang adalah aron singemo (tenaga upah atau buruh tani) yang terdiri dari gaji harian (ari-ari), gaji borongan (mborong), dan sinongkah (tambahan).

5.2. SARAN

1. Peran petani dalam membangun perkembangan lahan pertanian (khususnya menanam padi) sangat penting dan besar sekali. Oleh sebab itu, disarankan kepada masyarakat Berastagi Kecamatan Berastagi Kabupaten Karo, dengan meningkatnya kebutuhan hidup dan semakin berkembangnya teknologi diharapkan tidak mengurangi nilai-nilai sosial dalam kehidupan bermasyarakat, adanya kerenggangan hubungan antara sesama warga tersebut, sulitnya meminta bantuan tenaga tanpa upah.

2. Berkurangnya perasaan senasip dan perasaan tolong-menolong yang berpengaruh terhadap hubungan kekeluargaan yaitu semakin berkurang rasa kekeluargaan dan lebih bersifat individualis. Adanya sifat individualis yang selalu mengutamakan keuntungan pribadi membuat sifat kebersamaan semakin menipis hal tersebut dilihat dari kurangnya rasa kepercayaan terhadap sesama, rasa sisampat-sampaten mulai berkurang misalnya dalam hal meminjam, seseorang akan melihat terlebih dahulu kepada siapa akan dipinjamkan karena


(22)

75 takut tidak mampu untuk mengembalikan. Peneliti mengharapkan hal tersebut dapat diantisipasi dengan mengadakan sosialisasi terhadap masyarakat.

3. Dinas Pertanian dan pangan diharapkan supaya memperhatikan petani, khususnya bagi warga menggantungkan hidup pada bercocok tanam di sawah (menanam padi), memberikan solusi dengan cara memberikan penyuluhan mengenai tanaman padi, bagaimana cara mengatasi hama, penyakit sehingga memperoleh hasil yang baik. Selain itu, diharapkan supaya pemerintah memperhatikan mengenai harga tanaman dengan biaya perawatan pertanian sehingga warga tidak merasakan kesulitan.


(23)

DAFTAR PUSTAKA

Abduh, Muhammad, SH, dkk. 1987. Pengantar Sosiologi. Medan: Fakultas Hukum USU Medan.

Afif, Afthoul. 2012. Identitas Tionghoa Indonesia. Jakarta. Kepik. Bangun, Teridah. 1986. Manusia Batak Karo. Jakarta: Inti Dayu Press.

Choesin, E.M, 2002. “Connectionism: Alternatif dalam Dinamika Pengetahuan Lokal dan Globalisasi”. Dalam Jurnal Antropologi Indonesia Tahun XXXVI, No. 69 Sept – Des 2002. Hal 1 – 9.

Geertz, Clifford. 1989. Penjaja dan Raja. Yayasan Obor Indonesia. Jakarta. Koentjaraningrat. 1984. Masyarakat Desa di Indonesia. LPFE – UI. Jakarta. ______________. 1993. Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan. Gramedia.

Jakarta.

______________. 1997. Pengantar Antropologi, Pokok – Pokok Etnografi II. Jakarta. Rineka Cipta.

______________. 2002. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta. Rineka Cipta. ______________. 2005. Pengantar Ilmu Antropologi I. Jakarta. UI – Press.

Martono, Nanang. 2012. Sosiologi Perubahan Sosial. Jakarta. Raja Grafindo Persada.

Maryaeni. 2005. Metode Penelitian Kebudayaan. Jakarta. Bumi Aksara. Paul B. Horton dan Chester L. Hunt. 1999. Sosiologi. Jakarta: Erlangga. Scott, C. James. 1989. Moral Ekonomi Petani. Jakarta. LP3ES.

Soekanto, Soerjono. 1982. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.


(24)

Suparlan, Parsudi. 1981. Perubahan Kebudayaan dan Masyarakat, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Sb – Proyek Pembinaan MKU – Konsorsium Antar Bidang Penataran Pengajar 150. Wisma Pemd Tri Arga Bukit Tinggi. 13 – 19 April 1981.

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Sunarto, Kamanto. 2000. Pengantar Sosiologi (edisi kedua). Jakarta: FE – UI. Yusuf, Iwan Awaluddin. 2005. Kematian dan Identitas Budaya Minoritas.

Yogyakarta. Ull Press. Sumber Lain:

http://dokter-kota.blogspot.com http://id.wikipedia.com


(1)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. KESIMPULAN

Dari hasil penelitian ini diperoleh kesimpulan

1. Terjadi perubahan tata ruang desa yang meliputi tata ruang pemukiman, lahan

pertanian, dan air. Areal persawahan semakin meluas yang dulunya hanya

berada di sekitar pinggiran desa. Kepemilikan lahan semakin sempit karena

bertambahnya jumlah penduduk. Sebagian besar penduduk Kecamatan

Berastagi bermata pencaharian sebagai petani (menanam padi), dan hasil dari

sawah mereka digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup baik itu untuk

sehari-hari (dapur) maupun untuk biaya anak sekolah. Bertani adalah

merupakan mata pencaharian pokok warga Berastagi khususnya menanam padi

sawah.

2. Telah terjadi perubahan konsep aron dalam bidang pertanian pada masyarakat

Berastagi. Dulunya aron yang bekerja secara bergiliran belum bersifat uang

kini, menjadi aron singemo (buruh tani) yang bersifat uang. Perubahan tersebut

dapat dilihat dalam pelaksanaan aron antara lain dalam hal alat-alat pertanian

yang digunakan misalnya alat pembajak sawah yang dulunya dari tenaga

hewan kini sudah menggunakan jetor, ketika panen sudah menggunkan

comben untuk memisahkan bulir padi dari batangnya, ketika membersihkan dinding sawah (napsapi) sudah menggunakan mesin babat. Selain itu, jumlah


(2)

73 kerja, pembagian gaji, konsumsi, dan syarat-syarat menjadi peserta aron.

Kelompok tenaga kerja dilakukan oleh warga masih mempunyai hubungan

kekerabatan dan tetangga dengan perasaan sukarela dan tanpa mengharapkan

jasa dalam bentuk materi, tetapi dengan sikap siurup-urupen.

3. Dalam aron, terdapat beberapa aturan dan cara-cara serta peranan yang saling

berkaitan satu sama lain, yang ditempuh atau dilaksanakan oleh setiap

pesertanya, yakni seseorang yang membutuhkan tenaga tambahan dalam

mengisi kekurangan tenaga di lingkungan keluarganya. Setiap peserta wajib

mengembalikan jasa peserta lain. Keanggotaan dalam satu kelompok aron

berjumlah 6-12 orang atau disebut juga dengan aron si sepuluh dua (aron dua

belas) yang terdiri dari laki-laki dan perempuan. Bentuk kelompok aron ini berupa kelompok yang memiliki susunan keanggotaan yang tetap serta

memiliki seorang ketua aron yang disebut dengan pematang.

4. Kelompok aron ini mempunyai ketentuan-ketentuan yang mengikat diantara

sesama anggota peserta berupa hak dan kewajiban serta sangsi-sangsi yang

harus ditaati serta dipenuhi oleh setiap anggota peserta. Adapun cara memilih

cara kerja yaitu dengan bergiliran dan berpindah-pindah dari satu areal

persawahan milik seorang peserta kepeserta lainnya pada hari yang berbeda,

demikianlah seterusnya sampai selesai pekerjaan mereka yang menjadi anggota

peserta aron.

5. Pelaksanaan aron telah mengalami perubahan pada aktivitas pertanian

masyarakat Berastagi, hal tersebut dapat dilihat dari beberapa hal antara lain


(3)

perempuan, pembagian gaji, konsumsi, dan syarat-syarat menjadi peserta aron.

Dari ke enam hal tersebut dapat dilihat bahwa setiap rentang waktu tertentu

telah mengalami perubahan, ditandai dengan masuknya teknologi dan

meningkatnya kebutuhan hidup yang merupakan sebagai hal pemicu perubahan

tersebut. Aron yang secara idealnya yang bersifat tenaga (gegeh) tidak bersifat

uang. Namun, sekarang, yang dilihat sekarang adalah aron singemo (tenaga

upah atau buruh tani) yang terdiri dari gaji harian (ari-ari), gaji borongan

(mborong), dan sinongkah (tambahan).

5.2. SARAN

1. Peran petani dalam membangun perkembangan lahan pertanian (khususnya

menanam padi) sangat penting dan besar sekali. Oleh sebab itu, disarankan

kepada masyarakat Berastagi Kecamatan Berastagi Kabupaten Karo, dengan

meningkatnya kebutuhan hidup dan semakin berkembangnya teknologi

diharapkan tidak mengurangi nilai-nilai sosial dalam kehidupan bermasyarakat,

adanya kerenggangan hubungan antara sesama warga tersebut, sulitnya

meminta bantuan tenaga tanpa upah.

2. Berkurangnya perasaan senasip dan perasaan tolong-menolong yang

berpengaruh terhadap hubungan kekeluargaan yaitu semakin berkurang rasa

kekeluargaan dan lebih bersifat individualis. Adanya sifat individualis yang

selalu mengutamakan keuntungan pribadi membuat sifat kebersamaan semakin

menipis hal tersebut dilihat dari kurangnya rasa kepercayaan terhadap sesama,


(4)

75 takut tidak mampu untuk mengembalikan. Peneliti mengharapkan hal tersebut

dapat diantisipasi dengan mengadakan sosialisasi terhadap masyarakat.

3. Dinas Pertanian dan pangan diharapkan supaya memperhatikan petani,

khususnya bagi warga menggantungkan hidup pada bercocok tanam di sawah

(menanam padi), memberikan solusi dengan cara memberikan penyuluhan

mengenai tanaman padi, bagaimana cara mengatasi hama, penyakit sehingga

memperoleh hasil yang baik. Selain itu, diharapkan supaya pemerintah

memperhatikan mengenai harga tanaman dengan biaya perawatan pertanian


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Abduh, Muhammad, SH, dkk. 1987. Pengantar Sosiologi. Medan: Fakultas Hukum USU Medan.

Afif, Afthoul. 2012. Identitas Tionghoa Indonesia. Jakarta. Kepik.

Bangun, Teridah. 1986. Manusia Batak Karo. Jakarta: Inti Dayu Press.

Choesin, E.M, 2002. “Connectionism: Alternatif dalam Dinamika Pengetahuan Lokal dan Globalisasi”. Dalam Jurnal Antropologi Indonesia Tahun XXXVI, No. 69 Sept – Des 2002. Hal 1 – 9.

Geertz, Clifford. 1989. Penjaja dan Raja. Yayasan Obor Indonesia. Jakarta.

Koentjaraningrat. 1984. Masyarakat Desa di Indonesia. LPFE – UI. Jakarta. ______________. 1993. Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan. Gramedia.

Jakarta.

______________. 1997. Pengantar Antropologi, Pokok – Pokok Etnografi II. Jakarta. Rineka Cipta.

______________. 2002. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta. Rineka Cipta.

______________. 2005. Pengantar Ilmu Antropologi I. Jakarta. UI – Press.

Martono, Nanang. 2012. Sosiologi Perubahan Sosial. Jakarta. Raja Grafindo Persada.

Maryaeni. 2005. Metode Penelitian Kebudayaan. Jakarta. Bumi Aksara.

Paul B. Horton dan Chester L. Hunt. 1999. Sosiologi. Jakarta: Erlangga.

Scott, C. James. 1989. Moral Ekonomi Petani. Jakarta. LP3ES.

Soekanto, Soerjono. 1982. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.


(6)

Suparlan, Parsudi. 1981. Perubahan Kebudayaan dan Masyarakat, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Sb – Proyek Pembinaan MKU – Konsorsium Antar Bidang Penataran Pengajar 150. Wisma Pemd Tri Arga Bukit Tinggi. 13 – 19 April 1981.

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Sunarto, Kamanto. 2000. Pengantar Sosiologi (edisi kedua). Jakarta: FE – UI. Yusuf, Iwan Awaluddin. 2005. Kematian dan Identitas Budaya Minoritas.

Yogyakarta. Ull Press.

Sumber Lain:

http://dokter-kota.blogspot.com http://id.wikipedia.com