DESAIN DIDAKTIS UNTUK MENGEMBANGKAN KOMPETENSI SISWA TERHADAP KONSEP SUDUT PADA BANGUN RUANG BERDASARKAN LEARNING TRAJECTORY.

(1)

DESAIN DIDAKTIS UNTUK MENGEMBANGKAN KOMPETENSI SISWA TERHADAP KONSEP SUDUT PADA BANGUN RUANG BERDASARKAN

LEARNING TRAJECTORY

SKRIPSI

diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Matematika

oleh

Dean Refangga Setiadi NIM 1100077

DEPARTEMEN PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA


(2)

Desain Didaktis untuk Mengembangkan

Kompetensi Siswa terhadap Konsep

Sudut pada Bangun Ruang Berdasarkan

Learning Trajectory

Oleh

Dean Refangga Setiadi

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

© Dean Refangga Setiadi 2015 Universitas Pendidikan Indonesia

Juni 2015

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

(4)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul “Desain Didaktis untuk Mengembangkan Kompetensi Siswa terhadap Konsep Sudut pada Bangun Ruang Berdasarkan Learning Trajectory” ini beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri. Saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika ilmu yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko/sanksi apabila di kemudian hari ditemukan adanya pelanggaran etika keilmuan atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Bandung, Juni 2015 Yang membuat pernyataan,


(5)

ABSTRAK

Dean Refangga Setiadi (1100077). Desain Didaktis untuk Mengembangkan Kompetensi Siswa Terhadap Konsep Sudut pada Bangun Ruang Berdasarkan Learning Trajectory

Penelitian ini merupakan penelitian desain didaktis (didactical design research) tentang desain didaktis untuk mengembangkan kompetensi siswa terhadap konsep sudut pada bangun ruang berdasarkan learning trajectory. Masalah yang melatarbelakangi penelitian ini adalah kurangnya kompetensi siswa dalam memahami konsep sudut pada bangun ruang, bentuk pembelajaran yang bersifat menerima materi bukan mengkonstruksi materi, dan alur kegiatan pembelajaran (learning trajectory) yang harus diperbaiki. Oleh karena itu, guru perlu membuat rancangan belajar (desain didaktis) yang mampu mengembangkan kompetensi siswa dan memperkaya alur kegiatan pembelajaran pada materi ini. Tujuan penelitian ini adalah untuk menyusun desain didaktis yang mampu mengembangkan kompetensi siswa terhadap konsep sudut pada bangun ruang. Metode penelitian yang digunakan merupakan metode penelitian kualitatif berupa penelitian desain didaktis melalui tiga tahapan analisis yaitu analisis situasi didaktis, analisis metapedadidaktik, dan analisis retrosfektif. Adapun yang menjadi subjek penelitian ini adalah siswa kelas X SMA Laboratorium Percontohan Universitas Pendidikan Indonesia. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, desain didaktis yang telah disusun masih kurang mampu mengembangkan kompetensi siswa, hal ini disebabkan oleh siswa yang tidak terbiasa untuk mengkonstruksi konsep, siswa terbiasa untuk menerima konsep begitu saja dan menggunakannya setelah diberikan contoh yang sesuai dengan soal yang akan diberikan oleh guru.

Kata Kunci : Didactical Design Research, Desain Didaktis, Learning Trajectory, Sudut


(6)

Dean Refangga Setiadi, 2015

D ESAIN D IDAKTIS UNTUK MENGEMBANGKAN KOMPETENSI SISWA TERHAD AP KONSEP SUD UT PAD A BANGUN RUANG BERD ASARKAN LEARNING TRAJECTORY

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRACT

Dean Refangga Setiadi (1100077). Didactical Design to Develop Student’s Competences Towards the Concept of Angle in Space Based On Learning Trajectory.

This research was a didactical design research about didactical design to develop

student’s competences towards the concept of angle in space based on learning trajectory.

The undernying problem of this research was the lack of student’s competences to

understanding the concept of angle in space, the form of learning that only to receive the topic rather than to construct the topic, and the needs to improve the learning trajectory. Therefore, teacher needs to create a didactical design that able to develop student’s competences and enrich the learning trajectory in this topic. The purpose of this research

was to set a didactical design that able to develop student’s competences towards the concept of angle in space. The used research method was a method of qualitative research in the form of a didactical design research through three phase of analysis that is didactical situation analysis, metapedadidactical analysis, dan retrospective analysis. The subject of this research was students in 10th grade from Laboratory Pilot Senior High School of Universitas Pendidikan Indonesia (SMA Laboratorium Percontohan Universitas Pendidikan Indonesia). Based on the results of research and discussion, the

didactical design that has been made, was still less able to develop student’s competences,

this is caused by the students that are not used to construct the concept, they used to accept the concept for granted and use it after being given with an example in accordance with the question that will be provided by teacher.

Key Word : Didactical Design Research, Didactical Design, Learning Trajectory, Angle


(7)

DAFTAR ISI

Hal aman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT... ii

KATA PENGANTAR... iii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian... 1

B. Rumusan Masalah Penelitian ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 7

E. Struktur Organisasi ... 7

BAB II LANDASAN TEORITIS A. Learning Obstacle ... 9

B. Learning Trajectory ... 9

C. Didactical Design Research (DDR)... 10

D. Mathematics Proficiency ... 12

E. Teori Belajar Terkait ... 12

BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 20

B. Partisipan dan Tempat Penelitian ... 22

C. Pengumpulan Data... 22


(8)

Dean Refangga Setiadi, 2015

D ESAIN D IDAKTIS UNTUK MENGEMBANGKAN KOMPETENSI SISWA TERHAD AP KONSEP SUD UT PAD A BANGUN RUANG BERD ASARKAN LEARNING TRAJECTORY

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN

A. Learning Obstacle Topik Sudut pada Bangun Ruang... 24

B. Learning Trajectory Topik Sudut pada Bangun Ruang ... 30

C. Desain Didaktis Topik Sudut pada Bangun Ruang ... 32

D. Analisis Perkembangan Kompetensi Siswa... 55

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI A. Simpulan ... 61

B. Implikasi dan Rekomendasi ... 62

DAFTAR PUSTAKA ... 63 LAMPIRAN


(9)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

4.1 Persentase Perkembangan Conceptual Understanding Siswa... 55

4.2 Persentase Perkembangan Procedural Fluency Siswa ... 57

4.3 Persentase Perkembangan Strategic Competence Siswa ... 58

4.4 Persentase Perkembangan Adaptive Reasoning Siswa ... 59


(10)

Dean Refangga Setiadi, 2015

D ESAIN D IDAKTIS UNTUK MENGEMBANGKAN KOMPETENSI SISWA TERHAD AP KONSEP SUD UT PAD A BANGUN RUANG BERD ASARKAN LEARNING TRAJECTORY

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1.1 Bentuk pendefinisian sudut dalam buku siswa ... 4

1.2 Definisi sudut dalam buku karangan Edwin E. Moiss... 4

2.1 Segitiga didaktis yang dimodifikasi ... 11

4.1 Jawaban soal no. 1... 24

4.2 Jawaban soal no. 2... 25

4.3 Jawaban soal no. 3... 25

4.4 Jawaban soal no. 4... 26

4.5 Jawaban soal no. 5... 27

4.6 Jawaban soal no. 6... 28

4.7 Jawaban soal no. 7... 28

4.8 Structural’s Learning Trajectory topik sudut pada bangun ruang... 31

4.9 Bentuk permainan sepak bola berputar... 34

4.10 Media pion pemain dan bola ... 35

4.11 Kemungkinan arah pergerakan pion pemain terhadap bola ... 35

4.12 Hasil menghubungkan poros pion dengan bola... 36

4.13 Prediksi cara mengukur sudut tumpuan yang dilakukan siswa ... 51


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 – Peta Konsep Lampiran 2 Chapter Design

Lampiran 3 – Desain Didaktis Konsep Sudut pada Bangun Ruang Lampiran 4 – Draft dan Hasil Wawancara Guru

Lampiran 5 Kisi-kisi dan Soal Instrumen Uji Learning Obstacle Lampiran 6 Contoh Jawaban Uji Learning Obstacle Responden Lampiran 7 – Rubrik dan Soal Instrumen Tes Mathematics Proficiency Lampiran 8 Contoh Jawaban Tes Mathematics Proficiency Subjek

Penelitian

Lampiran 9 Rekapitulasi Hasil Analisa Jawaban Tes Mathematics

Proficiency Subjek Penelitian

Lampiran 10 – Rekapitulasi Hasil Observasi Kegiatan Pembelajaran Tempat Penelitian


(12)

Dean Refangga Setiadi, 2015

D ESAIN D IDAKTIS UNTUK MENGEMBANGKAN KOMPETENSI SISWA TERHAD AP KONSEP SUD UT PAD A BANGUN RUANG BERD ASARKAN LEARNING TRAJECTORY

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Penelitian

Pendidikan mencakup segala aspek dalam kehidupan manusia yang berpengaruh juga terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Begitupun sebaliknya, ilmu pengetahuan dan teknologi akan berpengaruh terhadap perkembangan pendidikan.

Matematika menjadi salah satu bidang yang ikut berkembang dan berperan penting dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Mengapa demikian? Hampir seluruh aspek kehidupan dan kegiatan manusia tidak terlepas dari matematika. Matematika memiliki kekayaan akan konsep yang digunakan di bidang lain seperti ilmu alam, ilmu sosial, kedokteran, dan sebagainya. Hal ini mengakibatkan matematika mulai dipelajari dari pendidikan tingkat dasar hingga ke perguruan tinggi.

Dipelajarinya matematika oleh siswa di dunia pendidikan tentu terkait dengan proses pembelajaran. Pembelajaran memuat kegiatan belajar dan mengajar, menurut Suherman (2010) bahwa pembelajaran pada hakekatnya adalah kegiatan guru dalam membelajarkan siswa, ini berarti bahwa proses pembelajaran adalah membuat siswa dalam kondisi belajar. Departemen Pendidikan Nasional (2007) merumuskan tujuan pembelajaran matematika sebagai berikut:

1. memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah;

2. menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika;

3. memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyajikan model, dan menafsirkan solusi yang diperoleh;

4. mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah;


(13)

2

5. memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

Menurut Ausubel (Suherman : 2010) tujuan pembelajaran matematika dapat tercapai secara optimal jika pembelajaran berlangsung secara bermakna atau belajar bermakna (meaningful learning). Namun kenyataan yang terjadi adalah pembelajaran matematika mengarah kepada proses transfer konsep dan rumus sehingga pembelajaran matematika bersifat dogmatis, maksudnya adalah siswa hanya menerima begitu saja tanpa mengetahui penjelasan dan keikutsertaan dalam mengkonstruksi konsep. Hal ini berdasarkan hasil pengamatan dan analisis video kegiatan belajar mengajar matematika yang terjadi di sekolah.

Berdasarkan hasil analisis dari beberapa video pembelajaran matematika yang penulis lakukan sebelumnya, penulis menemukan bahwa kegiatan belajar siswa merupakan belajar ‘hasil matematika’, bukan belajar ‘proses matematika’.

Maksud dari ‘hasil matematika’ adalah serangkaian prinsip, konsep, prosedur, hingga fakta dalam matematika. Sedangkan ‘proses matematika’ adalah proses

dalam menemukan, mengkonstruksi, sampai mengkoneksikan suatu konsep, prinsip, fakta, dan prosedur dalam matematika. Sebagai contoh, ketika mempelajari tentang variabel, guru memberitahukan begitu saja apa itu variabel (konsep), padahal, makna atau definisi dari varibel dapat ditemukan oleh siswa melalui suatu kegiatan yang dapat disusun oleh guru agar siswa mampu menemukan sendiri apa itu variabel, kegiatan siswa untuk menemukan definisi variabel inilah yang merupakan proses matematika. Sehingga kegiatan pembelajaran hanya berlangsung satu arah, yaitu proses guru mentransfer ilmu kepada murid, sedikit sekali campur tangan siswa dalam mempelajari ilmu baru dalam matematika. Jadi, siswa masuk kelas, duduk, guru memasuki kelas, mentransfer ilmu, dan siswa hanya menerima, sebatas itu. Kegiatan pembelajaran yang seperti itu, akan mengakibatkan kata ‘belajar’ hilang dari proses pembelajaran.

Beberapa video pembelajaran menunjukkan respon siswa terlihat senang mengikuti proses pembelajaran dengan metode, model, dan strategi yang


(14)

3

Dean Refangga Setiadi, 2015

D ESAIN D IDAKTIS UNTUK MENGEMBANGKAN KOMPETENSI SISWA TERHAD AP KONSEP SUD UT PAD A BANGUN RUANG BERD ASARKAN LEARNING TRAJECTORY

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

menyenangkan merupakan syarat cukup bagi pembelajaran matematika? Didi Suryadi mengatakan dalam kegiatan workshop Didactical Design Research pada bulan April 2014, bahwa hakikat pembelajaran matematika tidak hanya saat menyenangkan dalam kegiatan belajar mengajar, karena ekspresi tersebut tidak menjelaskan apakah peserta didik paham atau tidak. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa kegiatan belajar mengajar merupakan syarat perlu, bukan syarat cukup. Syarat cukup dari pembelajaran matematika adalah terbentuknya pemahaman dan sistem keyakinan dalam diri siswa mengenai bagaimana siswa memandang dan mempelajari matematika.

Suryadi (2010b) menjelaskan bahwa ada tiga hal yang terkait dalam pembelajaran matematika yaitu guru, siswa, dan materi. Jika pembelajaran hanya didasarkan atas pemahaman tekstual akan menghasilkan proses belajar matematika bersifat miskin makna dan konteks, serta proses belajar berorientasi hasil yang menyebabkan siswa kurang aktif dalam belajar. Pembelajaran yang kurang bermakna akan mengakibatkan hilangnya proses integrasi konsep, sedangkan konsep-konsep dalam matematika bersifat saling membangun dan berkaitan seperti rantai. Jika terputus, maka akan terbentuk suatu partisi dalam pemahaman siswa setiap mempelajari konsep matematika baru yang diterimanya.

Dari sekian banyak konsep dalam matematika, yang dipelajari dari tingkat SD hingga SMA bahkan perguruan tinggi adalah konsep sudut. Konsep sudut dipelajari mulai dari definisi saat SD, kemudian berkembang bersama konsep-konsep matematika lainnya mulai dari sudut pada bidang, hingga ke bentuk sudut yang lebih kompleks yaitu sudut pada ruang. Konsep sudut pada ruang memerlukan beberapa konsep untuk membentuknya seperti konsep jarak, proyeksi tegak lurus, hingga bentuk kedudukan antar objek-objek geometri yaitu titik, garis, dan bidang.

Fakta dilapangan mengenai bahan ajar yang digunakan dalam pembelajaran sekolah memperlihatkan kekeliruan, kesalahan, dan kekurangan dalam pemaparan konsep sudut dan ini bahkan terjadi di tingkat SD. Kesalahan dalam mendefiniskan sudut, penjelasan daerah sudut, juga pada buku tersebut tidak dijelaskan mengenai ukuran sudut. Berikut ini adalah gambar bagian buku yang


(15)

4

menjelaskan mengenai definisi sudut di tingkat SD dari tiga jenis Buku Sekolah Elektronik kelas 4 SD yang disediakan dalam website bse.kemdikbud.go.id:

\

Gambar 1.1

Bentuk pendefinisian sudut dalam buku siswa

Pada gambar pertama kekeliruan dalam menunjukkan ukuran sudut sebagai sudut, dan mendefinisikan sudut sebagai ruas garis berpotongan pada titik pangkal. Pada gambar kedua, daerah interior sudut disebut sebagai sudut. Terakhir, pada gambar ketiga juga kekeliruan pada definisi sudut yang dibentuk oleh dua garis lurus berpotongan, dan mengatakan sinar AB dan AC sebagai ruas garis. Definisi sudut yang tepat adalah seperti pada gambar berikut yang dikutip

dari buku “Elementary Geometry from an Advanced Standpoint” karangan Edwin


(16)

5

Dean Refangga Setiadi, 2015

D ESAIN D IDAKTIS UNTUK MENGEMBANGKAN KOMPETENSI SISWA TERHAD AP KONSEP SUD UT PAD A BANGUN RUANG BERD ASARKAN LEARNING TRAJECTORY

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Gambar 1.2

Definisi sudut dalam buku karangan Edwin E. Moiss

Edwin E. Moiss menuliskan bahwa definisi sudut adalah gabungan dari dua buah sinar dengan titik pangkal yang sama, tetapi tidak terletak pada garis yang sama.

Pada tingkat SMP dipelajari sudut antara dua garis berpotongan pada bidang. Hal yang sama terjadi di dalam buku pegangan siswa. Tidak ada penjelasan manakah yang merupakan sudut dari dua garis berpotongan tersebut. Penyajian sifat-sifat sudut sehadap, dalam berseberangan, dan sebagainya dari setiap jenis buku langsung dipaparkan dengan menggunakan dua garis sejajar yang dipotong oleh garis transversal. Kekeliruan juga terjadi pada buku pegangan siswa di tingkat SMA, prosedur disajikan dengan cara yang sama dan tidak ada penjelasan mengenai prosedur tersebut.

Suratno (2013) menjelaskan bahwa hal ini merupakan hambatan belajar (learning obstacle) dalam proses pembelajaran siswa yang disebut sebagai

didactical obstacle karena kesalahan pada bahan ajar akan mengakibatkan

kesalahan dalam mengajar. Kesulitan belajar ini muncul dan terjadi semenjak awal siswa belajar mengenai konsep sudut, maka dapat dipastikan munculnya

epistemological obstacle, yaitu kesulitan belajar yang disebabkan oleh pemahaman siswa yang terbatas. Penyajian dalam bahan ajar yang sama mengakibatkan suatu kesulitan belajar karena bahan ajar tersebut tidak bisa diakses oleh setiap siswa, sedangkan modalitas atau kemampuan siswa dalam kelas berbeda-beda sehingga beberapa siswa mengalami kekurangan mental belajar. Kesulitan belajar ini disebut ontogenical obstacle.

Suratno dan Suryadi (2013) menyatakan bahwa dalam perencanaan pembelajaran, kebanyakan guru kurang mempertimbangkan keragaman respon


(17)

6

siswa atas situasi didaktis (pola hubungan siswa-materi melalui bantuan sajian guru) yang dikembangkan sehingga rangkaian situasi didaktis berikutnya kemungkinan besar tidak lagi sesuai dengan keragaman lintasan belajar (learning

trajectory) masing-masing siswa. Artinya, setiap siswa memiliki pola pikir

tersendiri dalam merespon sajian materi dan kegiatan pembelajaran. Hal ini mengindikasikan perlunya melakukan repersonalisasi sebelum membuat rancangan pembelajaran. Repersonalisasi adalah proses mengaitkan konsep sebelum dan sesudahnya. Suryadi (2010) menjelaskan bahwa berbagai pengalaman yang diperoleh melalui proses tersebut akan menjadi bahan berharga bagi guru pada saat berusaha membantu kesulitan belajar yang dialami siswa yang kadang-kadang kesulitan tersebut sama persis dengan pengalaman yang pernah dialaminya pada saat melakukan proses repersonalisasi.

Rancangan pembelajaran atau desain didaktis disusun dengan mempertimbangkan learning obstacle yang diperoleh dalam penelitian. Namun, itu tidaklah cukup, karena guru juga harus menentukan alur kegiatan pembelajaran dari awal hingga akhir tercapainya tujuan pembelajaran. Alur pembelajaran ini disebut learning trajectory. Dengan mempertimbangkan kedua hal ini, maka diharapkan guru dapat membuat alternatif-alternatif penyajian materi yang sesuai dengan karakter siswa sehingga memunculkan proses belajar matematika yang selama ini buram dalam kegiatan pembelajaran, optimalisasi potensi siswa.

Berdasarkan pemaparan di atas, dalam penelitian ini penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Desain Didaktis untuk Mengembangkan Kompetensi Siswa Terhadap Konsep Sudut pada Bangun Ruang Berdasarkan

Learning Trajectory”.

B.Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis menyusun dan menentukan rumusan masalah sebagai berikut:

1. Apa saja masalah yang teridentifikasi dalam pembelajaran konsep sudut pada bangun ruang?


(18)

7

Dean Refangga Setiadi, 2015

D ESAIN D IDAKTIS UNTUK MENGEMBANGKAN KOMPETENSI SISWA TERHAD AP KONSEP SUD UT PAD A BANGUN RUANG BERD ASARKAN LEARNING TRAJECTORY

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3. Bagaimana bentuk desain didaktis alternatif berdasarkan learning trajectory konsep sudut pada bangun ruang?

4. Bagaimana implementasi desain didaktis konsep sudut pada bangun ruang berdasarkan respon siswa yang timbul?

5. Bagaimana perkembangan kompetensi siswa terhadap konsep sudut pada bangun ruang selama implementasi desain?

C.Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui masalah-masalah yang teridentifikasi dalam pembelajaran konsep sudut pada bangun ruang.

2. Mengetahui apa saja kompetensi siswa yang dapat dikembangkan dalam konsep sudut pada bangun ruang.

3. Mengetahui bentuk desain didaktis alternatif berdasarkan learning trajectory konsep sudut pada bangun ruang.

4. Mengetahui implementasi desain didaktis konsep sudut pada bangun ruang berdasarkan respon siswa yang timbul

5. Mengetahui perkembangan kompetensi siswa terhadap konsep sudut pada bangun ruang selama implementasi desain

D.Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagi siswa, diharapkan dapat lebih memahami dan mengembangkan

kompetesinya terhadap konsep sudut pada bangun ruang dalam pembelajaran matematika.

2. Bagi guru, diharapkan dapat menciptakan pembelajaran matemaika berdasarkan karakteristik siswa melalui desain didaktis beserta alternatif-alternatifnya.


(19)

8

3. Bagi penulis, diharapkan dapat mengetahui desain didaktis konsep sudut pada bangun ruang dan menjadi kegiatan rutinitas dalam membuan desain didaktis konsep matematika lainnya untuk meningkatkan profesionalitas pendidik. 4. Bagi penulis lain, diharapkan dapat menjadi rujukan dalam menyusun desain

didaktis atau penelitian pendidikan matematika lainnya.

E. Struktur Organisasi

Skripsi ini terdiri dari beberapa bab dengan struktur organisasi dan penjelasannya sebagai berikut:

1. BAB I Pendahuluan, berisikan tentang gambaran isi skripsi, yang terdiri dari latar belakang yang berisikan alasan melakukan penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan dan manfaat penelitian, serta struktur organisasi yang berisi tentang urutan dan bagian bab dalam skripsi ini.

2. BAB II Landasan Teoritis, beirisikan tentang teori yang digunakan dalam penelitian dan penyusunan skripsi

3. BAB III Metode Penelitian, berisi penjelasan mengenai metode penelitian yang digunakan, desain penelitian, instrumen penelitian, subjek penelitian, dan teknik analisis data yang digunakan.

4. BAB IV Temuan dan Pembahasan, berisikan hasil penelitian yang diperoleh berdasarkan rumusan masalah, serta pembahasan yang dikaitkan dengan kajian pustaka.

5. BAB V Simpulan, Implikasi dan Rekomendasi, berisi kesimpulan dan saran yang berkenaan dengan hasil penelitian.

6. Daftar Pustaka, memuat semua sumber tertulis yang digunakan dalam penelitian skripsi.

7. Lampiran, memuat semua dokumen yang digunakan selama penelitian dan berkaitan dengan hasil penelitian.


(20)

Dean Refangga Setiadi, 2015

D ESAIN D IDAKTIS UNTUK MENGEMBANGKAN KOMPETENSI SISWA TERHAD AP KONSEP SUD UT PAD A BANGUN RUANG BERD ASARKAN LEARNING TRAJECTORY

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III

METODE PENELITIAN

A.Desain Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk menyusun suatu desain didaktis topik sudut pada bangun ruang berdasarkan pada learning trajectory dan menggunakan hasil uji learning obstacle sebagai pertimbangan kegiatan dan antisipasi respon siswa. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Metode ini dipilih agar dapat lebih jelas dan rinci menjelaskan kejadian-kejadian lebih kompleks yang tidak bisa dijelaskan atau diungkapkan dengan menggunakan metode kuantitatif.

Adapun tahapan-tahapan yang dilaksanakan pada penelitian ini, yaitu sebagai berikut.

1. Tahap Perencanaan

a. Memilih sebuah konsep matematika yang akan dijadikan sebagai materi penelitian.

b. Mempelajari beberapa penelitian sebelumnya untuk mengkaji learning

obstacle yang sudah ditemukan.

c. Menganalisis bahan ajar dan alur yang digunakan dalam pembelajaran di sekolah terkait konsep matematika yang dipilih.

d. Menganalisis video pembelajaran mengenai kegiatan belajar mengajar matematika dan konsep terkait.

e. Mempelajari materi yang telah dipilih untuk penelitian.

f. Melakukan wawancara terhadap guru mengenai pengalamannya dalam kegiatan belajar mengajar konsep yang sudah dipilih.

2. Tahap Persiapan

a. Menganalisis dan membuat represonalisasi dari konsep yang telah dipilih dalam bentuk peta konsep.

b. Menyusun beberapa opsi learning trajectory dari konsep yang dipilih.

c. Menganalisis karakteristik siswa dan tempat yang akan dijadikan subjek penelitian.


(21)

21

d. Menyusun, membuat, dan mengkonsultasikan instrumen tes kompetensi siswa

e. Menyusun, membuat, dan mengkonsultasikan desain didaktis awal yang telah dibuat kepada orang-orang yang ahli dibidangnya.

3. Tahap Pelaksanaan

a. Memilih dua subjek penelitian misal A dan B.

b. Melakukan uji coba desain didaktis awal pada subjek A.

c. Melakukan tes terhadap siswa setelah uji coba desain didaktis awal.

d. Menganalisis dan melakukan evaluasi terhadap kekurangan dari desain didaktis awal.

e. Melakukan perbaikan dan menyusun desain didaktis baru yang lebih baik dari sebelumnya.

f. Melakukan uji coba desain didaktis revisi pertama pada subjek B. g. Melakukan tes terhadap subjek B.

h. Menganalisis dan melakukan evaluasi terhadap kekurangan dari desain didaktis revisi pertama menjadi desain didaktis revisi kedua.

B.Partisipan dan Tempat Penelitian

Subjek penelitian pada penelitian ini adalah siswa SMA kelas X pada salah satu sekolah di Kota Bandung. Penulis akan membuat dan mengujicobakan desain didaktis mengenai konsep sudut pada bangun ruang untuk siswa SMA kelas X. Sesuai dengan kurikulum bahwa konsep ini dipelajari oleh siswa SMA kelas X.

C.Pengumpulan Data

Dalam metode penelitian kualitatif, penulis sendiri atau dengan bantuan orang lain merupakan alat pengumpul data utama (Moleong : 2012). Penulis merupakan perencana, pelaksana pengumpulan data, dan pada akhirnya menjadi pelapor hasil penelitiannya (Moleong : 2012). Pada penelitian ini, teknik pengumpulan data digunakan pada penelitian ini adalah teknik triangulasi, yaitu gabungan dari wawancara, observasi, dan dokumentasi dan pengujian instrumen uji learning obstacle dan perkembangan kompetensi matematis siswa.


(22)

22

Dean Refangga Setiadi, 2015

D ESAIN D IDAKTIS UNTUK MENGEMBANGKAN KOMPETENSI SISWA TERHAD AP KONSEP SUD UT PAD A BANGUN RUANG BERD ASARKAN LEARNING TRAJECTORY

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Wawancara adalah suatu cara pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh informasi langsung dari sumbernya dan lebih mendalam pada responden yang jumlahnya sedikit. Wawancara yang dilakukan oleh penulis adalah wawancara terstruktur, yaitu setiap responden diajukan pertanyaan yang sama. Pertanyaan-pertanyaan tersebut terlebih dahulu disusun secara sistematis dengan bimbingan dari dosen pembimbing. Wawancara yang dilakukan adalah wawancara kepada guru matematika sebelum uji coba desain didaktis.

Observasi adalah suatu teknik evaluasi non tes yang menyimpan data tentang sikap dan kepribadian. Data yang diperoleh dari hasil observasi bersifat relatif karena dipengaruhi oleh keadaan dan subjektivitas pengamat. Observasi yang dilakukan penulis adalah observasi non partisipant, artinya penulis hanya bertindak sebagai pengamat independent tanpa harus masuk kedalam kehidupan sehari-hari subjek yang diteliti.

Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data yang ditujukan untuk memperoleh data langsung dari tempat penelitian, meliputi video pembelajaran, buku-buku yang relevan, peraturan-peraturan, laporan kegiatan, dan data lain yang relevan. Hal ini bertujuan untuk memperoleh data yang semakin objektif.

D.Analisis Data

Metode penelitian kualitatif yang digunakan berupa Penelitian Desain Didaktis (Didactical Design Research) melalui analisis yang dilakukan melalui tiga tahapan, yaitu:

1. analisis situasi didaktis sebelum pembelajaran yang wujudnya berupa Desain Didaktis Hipotesis termasuk ADP;

2. analisis metapedadidaktik, yakni analisis kemampuan guru yang meliputi tiga komponen yang terintegrasi yaitu kesatuan, fleksibilitas, dan koherensi; 3. analisis retrosfektif, yakni analisis yang mengaitkan hasil analisis situasi

didaktis hipotesis dengan hasil analisis metapedidaktik;

Analisis data dilakukan dari semenjak sebelum penelitian hingga sesudah penelitian, hal ini ditujukan untuk melihat korelasi antara hasil analisis sebelum, saat, dan sesudah penelitian. Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:


(23)

23

2. menganalisis secara rinci informasi yang sudah dikumpulkan;

3. mengelompokkan setiap informasi dalam suatu klasifikasi berdasarkan hasil analisis;

4. mencatat informasi yang muncul secara terperinci saat melakukan penelitian;

5. menganalisis informasi baru dan membandingkan dengan hasil analisis dari informasi sebelumnya;

6. menemukan pola dari informasi- informasi yang sudah ada; 7. menyajikan hasil analisis informasi dalam bentuk narasi.


(24)

Dean Refangga Setiadi, 2015

D ESAIN D IDAKTIS UNTUK MENGEMBANGKAN KOMPETENSI SISWA TERHAD AP KONSEP SUD UT PAD A BANGUN RUANG BERD ASARKAN LEARNING TRAJECTORY

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

A.Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan analisa penulis mendapatkan kesimpulan sebagai berikut:

1. Masalah yang terindikasi dalam pembelajaran konsep sudut pada bangun ruang adalah lemahnya tilikan ruang siswa, kurangnya pemahaman siswa mengenai konsep sudut, lemahnya materi prasyarat dan kekeliruan siswa dalam menggunakan prosedur menentukan sudut antara objek-objek geometri;

2. Kompetensi yang dapat dikembangkan dalam konsep sudut pada bangun ruang ada 5. Pertama adalah conceptual understanding yaitu pemahaman konsep siswa terhadap konsep sudut pada bangun ruang secara menyeluruh. Kedua adalah procedural fluency yaitu kecakapan siswa dalam menggunakan prosedur menentukan sudut antara objek-objek geometri. Ketiga adalah strategic competence yaitu kemampuan siswa dalam merepresentasikan bentuk sudut yang terbentuk, memformulasikan cara menentukan ukurannya, hingga menyelesaikan permasalahan terkait konsep sudut pada bangun ruang dengan menggunakan beberapa cara. Keempat adalah adaptive reasoning yaitu kemampuan siswa dalam menjelaskan alasan-alasan dalam menggunakan prosedur dan menyelesaikan permasalahan. Dan kelima adalah productive disposition yaitu bagaimana sikap siswa dalam mempelajari, melihat dan menyelesaikan masalah terkait konsep sudut pada bangun ruang.

3. Berdasarkan hasil learning trajectory, penulis hanya menemukan satu bentuk desain didaktis, adapun revisi yang dilakukan tidak merubah tugas instruksional dan urutan pembelajaran dalam learning trajectory. Revisi yang dilakukan hanya pada bagian Antisipasi Didaktis Pedagogis dalam desain didaktis, yakni prediksi respon dan bentuk tindak lanjut.

4. Pada saat implementasi, hampir keseluruhan respon siswa yang telah disusun sebelumnya terjadi. Beberapa respon diluar prediksi yang timbul


(25)

62

berhasil penulis atasi dan menjadikannya sebagai bahan untuk merevisi bagian tindak lanjut pada desain didaktis. Penggunaan media dalam desain didaktis yaitu Geogebra dan Cabri membantu kemampuan tilikan ruang siswa.

5. Perkembangan kompetensi siswa secara kesulurahan dikatakan kurang berkembang. Pada saat pembelajaran hanya sedikit siswa yang mengalami perkembangan kompetensi. Siswa hanya memenuhi sedikit indikator bahkan hanya satu indikator dari masing-masing kompetensi yang penulis kembangkan dalam desain.

B.Implikasi

Implikasi hasil penelitian dan pembahasan dalam penelitian yang sudah dipaparkan sebelumnya adalah, desain didaktis untuk mengembangkan kompetensi siswa terhadap kosep sudut pada bangun ruang kurang mampu mengembangkan kompetensi siswa disebabkan oleh siswa yang tidak terbiasa mengikuti kegiatan pembelajaran yang bersifat mengkonstruksi materi. Sehingga kegiatan pembelajaran matematika dalam kelas sebaiknya bersifat mengkonstruksi materi sehingga alur pembelajaran (learning trajectory) menjadi lebih kaya akan makna.

C.Rekomendasi

Rekomendasi dari penelitian yang dilakukan penulis untuk penelitan serupa yang akan dilakukan selanjutnya adalah sebagai berikut:

1. Melakukan analisa pendahuluan yang lebih mendalam untuk mendapatkan keseluruhan learning obstacle dari pembelajaran topik sudut pada bangun ruang.

2. Mengembangkan desain yang lebih mampu dalam mengembangkan kompetensi siswa dan memperbaiki pola pikir siswa menjadi terbiasa mengkonstruksi daripada menerima rumus, konsep, dan prosedur begitu saja 3. Lebih teliti dalam menyusun bentuk Antisipasi Didaktis Pedagogis dalam desain. Mengembangkan desain didaktis yang lebih mampu dalam


(26)

63

Dean Refangga Setiadi, 2015

D ESAIN D IDAKTIS UNTUK MENGEMBANGKAN KOMPETENSI SISWA TERHAD AP KONSEP SUD UT PAD A BANGUN RUANG BERD ASARKAN LEARNING TRAJECTORY

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dokumentasi selama penelitian untuk membantu analisis dalam hasil temuan dan pembahasan.


(27)

DAFTAR PUSTAKA

Brousseau, G. 1997. Theory of Didactical Situation in Mathematics. Dordrecht: Kluwer Academic Publishers.

Clements, Douglas H. & Sarama, Julie. 2009. Learning and Teaching Early Math

(The Learning Trajectories Approach). New York: Routledge.

Depdiknas. 2007. Kajian Kebijakan Kurikulum Mata Pelajaran Matematika. [Online]. Tersedia di http://puskurbuk.net/web13/download/prod2007 /50_Kajian%20Kebijakan%20Kurikulum%20Matematika.pdf [12 Januari 2015].

Gauvain, Mary dan Cole, Michael. 1997. Readings on the Development of

Children. New York : W. H. Freeman and Company.

Killpatrick, Jeremy., Swafford, Jane., & Findell, Bradford. 2001. Adding It Up. Washington : National Academy Press.

Moiss, Edwin E., 1990. Elementary Geometry from an Advanced Standpoint. United States of America : Addison-Wesley Publishing Company, Inc. Moleong, Lexi J., 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosdakarya Suherman, Erman. 2010. Belajar dan Pembelajaran Matematika. Bandung: tidak

diterbitkan.

Suratno, Tatang. 2013. Rekontekstualisasi Lesson Study di Indonesia :

Pendekatan Didactical Design Research. Surabaya: tidak diterbitkan.

Suratno, Tatang & Suryadi, Didi. 2013. Metapedidaktik dan Didactical Design

Research (DDR) dalam Implementasi Kurikulum Praktik Lesson Study. Hand-out Seminar. Surabaya: tidak diterbitkan.

Suryadi, Didi. 2010a. “Metapedidaktik dan Didactical Design Research (DDR):

Sintesis Hasil Pemikiran Berdasarkan Lesson Study”, dalam Teori, Paradigma, Prinsip, dan Pendekatan Pembelajaran MIPA dalam Konteks Indonesia. Bandung: FPMIPA UPI.

Suryadi, Didi. 2010b. Menciptakan Proses Belajar Aktif : Kajian Sudut Pandang

Teori Belajar dan Teori Didaktik. Hand-out Seminar. Bandung: tidak


(1)

Wawancara adalah suatu cara pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh informasi langsung dari sumbernya dan lebih mendalam pada responden yang jumlahnya sedikit. Wawancara yang dilakukan oleh penulis adalah wawancara terstruktur, yaitu setiap responden diajukan pertanyaan yang sama. Pertanyaan-pertanyaan tersebut terlebih dahulu disusun secara sistematis dengan bimbingan dari dosen pembimbing. Wawancara yang dilakukan adalah wawancara kepada guru matematika sebelum uji coba desain didaktis.

Observasi adalah suatu teknik evaluasi non tes yang menyimpan data tentang sikap dan kepribadian. Data yang diperoleh dari hasil observasi bersifat relatif karena dipengaruhi oleh keadaan dan subjektivitas pengamat. Observasi yang dilakukan penulis adalah observasi non partisipant, artinya penulis hanya bertindak sebagai pengamat independent tanpa harus masuk kedalam kehidupan sehari-hari subjek yang diteliti.

Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data yang ditujukan untuk memperoleh data langsung dari tempat penelitian, meliputi video pembelajaran, buku-buku yang relevan, peraturan-peraturan, laporan kegiatan, dan data lain yang relevan. Hal ini bertujuan untuk memperoleh data yang semakin objektif.

D.Analisis Data

Metode penelitian kualitatif yang digunakan berupa Penelitian Desain Didaktis (Didactical Design Research) melalui analisis yang dilakukan melalui tiga tahapan, yaitu:

1. analisis situasi didaktis sebelum pembelajaran yang wujudnya berupa Desain Didaktis Hipotesis termasuk ADP;

2. analisis metapedadidaktik, yakni analisis kemampuan guru yang meliputi tiga komponen yang terintegrasi yaitu kesatuan, fleksibilitas, dan koherensi; 3. analisis retrosfektif, yakni analisis yang mengaitkan hasil analisis situasi

didaktis hipotesis dengan hasil analisis metapedidaktik;

Analisis data dilakukan dari semenjak sebelum penelitian hingga sesudah penelitian, hal ini ditujukan untuk melihat korelasi antara hasil analisis sebelum, saat, dan sesudah penelitian. Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:


(2)

23

2. menganalisis secara rinci informasi yang sudah dikumpulkan;

3. mengelompokkan setiap informasi dalam suatu klasifikasi berdasarkan hasil analisis;

4. mencatat informasi yang muncul secara terperinci saat melakukan

penelitian;

5. menganalisis informasi baru dan membandingkan dengan hasil analisis dari informasi sebelumnya;

6. menemukan pola dari informasi- informasi yang sudah ada; 7. menyajikan hasil analisis informasi dalam bentuk narasi.


(3)

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

A.Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan analisa penulis mendapatkan

kesimpulan sebagai berikut:

1. Masalah yang terindikasi dalam pembelajaran konsep sudut pada bangun ruang adalah lemahnya tilikan ruang siswa, kurangnya pemahaman siswa mengenai konsep sudut, lemahnya materi prasyarat dan kekeliruan siswa dalam menggunakan prosedur menentukan sudut antara objek-objek geometri;

2. Kompetensi yang dapat dikembangkan dalam konsep sudut pada bangun ruang ada 5. Pertama adalah conceptual understanding yaitu pemahaman konsep siswa terhadap konsep sudut pada bangun ruang secara menyeluruh.

Kedua adalah procedural fluency yaitu kecakapan siswa dalam

menggunakan prosedur menentukan sudut antara objek-objek geometri. Ketiga adalah strategic competence yaitu kemampuan siswa dalam merepresentasikan bentuk sudut yang terbentuk, memformulasikan cara menentukan ukurannya, hingga menyelesaikan permasalahan terkait konsep sudut pada bangun ruang dengan menggunakan beberapa cara. Keempat adalah adaptive reasoning yaitu kemampuan siswa dalam menjelaskan

alasan-alasan dalam menggunakan prosedur dan menyelesaikan

permasalahan. Dan kelima adalah productive disposition yaitu bagaimana sikap siswa dalam mempelajari, melihat dan menyelesaikan masalah terkait konsep sudut pada bangun ruang.

3. Berdasarkan hasil learning trajectory, penulis hanya menemukan satu bentuk desain didaktis, adapun revisi yang dilakukan tidak merubah tugas instruksional dan urutan pembelajaran dalam learning trajectory. Revisi yang dilakukan hanya pada bagian Antisipasi Didaktis Pedagogis dalam desain didaktis, yakni prediksi respon dan bentuk tindak lanjut.

4. Pada saat implementasi, hampir keseluruhan respon siswa yang telah disusun sebelumnya terjadi. Beberapa respon diluar prediksi yang timbul


(4)

62

berhasil penulis atasi dan menjadikannya sebagai bahan untuk merevisi bagian tindak lanjut pada desain didaktis. Penggunaan media dalam desain didaktis yaitu Geogebra dan Cabri membantu kemampuan tilikan ruang siswa.

5. Perkembangan kompetensi siswa secara kesulurahan dikatakan kurang berkembang. Pada saat pembelajaran hanya sedikit siswa yang mengalami perkembangan kompetensi. Siswa hanya memenuhi sedikit indikator bahkan

hanya satu indikator dari masing-masing kompetensi yang penulis

kembangkan dalam desain.

B.Implikasi

Implikasi hasil penelitian dan pembahasan dalam penelitian yang sudah

dipaparkan sebelumnya adalah, desain didaktis untuk mengembangkan

kompetensi siswa terhadap kosep sudut pada bangun ruang kurang mampu mengembangkan kompetensi siswa disebabkan oleh siswa yang tidak terbiasa mengikuti kegiatan pembelajaran yang bersifat mengkonstruksi materi. Sehingga kegiatan pembelajaran matematika dalam kelas sebaiknya bersifat mengkonstruksi materi sehingga alur pembelajaran (learning trajectory) menjadi lebih kaya akan makna.

C.Rekomendasi

Rekomendasi dari penelitian yang dilakukan penulis untuk penelitan serupa yang akan dilakukan selanjutnya adalah sebagai berikut:

1. Melakukan analisa pendahuluan yang lebih mendalam untuk mendapatkan keseluruhan learning obstacle dari pembelajaran topik sudut pada bangun ruang.

2. Mengembangkan desain yang lebih mampu dalam mengembangkan

kompetensi siswa dan memperbaiki pola pikir siswa menjadi terbiasa mengkonstruksi daripada menerima rumus, konsep, dan prosedur begitu saja 3. Lebih teliti dalam menyusun bentuk Antisipasi Didaktis Pedagogis dalam desain. Mengembangkan desain didaktis yang lebih mampu dalam


(5)

dokumentasi selama penelitian untuk membantu analisis dalam hasil temuan dan pembahasan.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Brousseau, G. 1997. Theory of Didactical Situation in Mathematics. Dordrecht: Kluwer Academic Publishers.

Clements, Douglas H. & Sarama, Julie. 2009. Learning and Teaching Early Math (The Learning Trajectories Approach). New York: Routledge.

Depdiknas. 2007. Kajian Kebijakan Kurikulum Mata Pelajaran Matematika.

[Online]. Tersedia di http://puskurbuk.net/web13/download/prod2007

/50_Kajian%20Kebijakan%20Kurikulum%20Matematika.pdf [12 Januari

2015].

Gauvain, Mary dan Cole, Michael. 1997. Readings on the Development of Children. New York : W. H. Freeman and Company.

Killpatrick, Jeremy., Swafford, Jane., & Findell, Bradford. 2001. Adding It Up. Washington : National Academy Press.

Moiss, Edwin E., 1990. Elementary Geometry from an Advanced Standpoint. United States of America : Addison-Wesley Publishing Company, Inc. Moleong, Lexi J., 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosdakarya Suherman, Erman. 2010. Belajar dan Pembelajaran Matematika. Bandung: tidak

diterbitkan.

Suratno, Tatang. 2013. Rekontekstualisasi Lesson Study di Indonesia : Pendekatan Didactical Design Research. Surabaya: tidak diterbitkan.

Suratno, Tatang & Suryadi, Didi. 2013. Metapedidaktik dan Didactical Design Research (DDR) dalam Implementasi Kurikulum Praktik Lesson Study. Hand-out Seminar. Surabaya: tidak diterbitkan.

Suryadi, Didi. 2010a. “Metapedidaktik dan Didactical Design Research (DDR):

Sintesis Hasil Pemikiran Berdasarkan Lesson Study”, dalam Teori, Paradigma, Prinsip, dan Pendekatan Pembelajaran MIPA dalam Konteks Indonesia. Bandung: FPMIPA UPI.

Suryadi, Didi. 2010b. Menciptakan Proses Belajar Aktif : Kajian Sudut Pandang Teori Belajar dan Teori Didaktik. Hand-out Seminar. Bandung: tidak diterbitkan.


Dokumen yang terkait

DESAIN DIDAKTIS PERBANDINGAN SENILAI DAN BERBALIK NILAI PADA SISWA SMP DITINJAU DARI LEARNING OBSTACLE DAN LEARNING TRAJECTORY.

18 83 41

DESAIN DIDAKTIS KONSEP GARIS SINGGUNG LINGKARAN PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA BERDASARKAN LEARNING OBSTACLES DAN LEARNING TRAJECTORY.

8 20 26

Desain Didaktis Konsep Luas Daerah Segitiga Dan Segiempat Pada Pembelajaran Matematika Di Sekolah Menengah Pertama Berdasarkan Learning Obstacle Dan Learning Trajectory.

16 43 29

DESAIN DIDAKTIS SIFAT-SIFAT SEGIEMPAT PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA BERDASARKAN LEARNING OBSTACLE DAN LEARNING TRAJECTORY.

0 1 22

DESAIN DIDAKTIS KONSEP VOLUME LIMAS PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA BERDASARKAN LEARNING TRAJECTORY.

1 33 227

DESAIN DIDAKTIS KONSEP LUAS PERMUKAAN PRISMA PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SMP BERDASARKAN LEARNING OBSTACLE DAN LEARNING TRAJECTORY.

0 7 28

DESAIN DIDAKTIS UNTUK MENGEMBANGKAN KOMPETENSI SISWA TERHADAP KONSEP SUDUT PADA BANGUN RUANG BERDASARKAN LEARNING TRAJECTORY - repository UPI S MAT 1100077 Title

0 0 4

DESAIN DIDAKTIS KONSEP VOLUME LIMAS PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA BERDASARKAN LEARNING TRAJECTORY - repository UPI S MAT 1005264 TITLE

0 0 3

DESAIN DIDAKTIS KONSEP GARIS SINGGUNG LINGKARAN PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA BERDASARKAN LEARNING OBSTACLES DAN LEARNING TRAJECTORY - repository UPI S MTK 1005388 Title

0 0 3

DESAIN DIDAKTIS KONSEP LUAS PERMUKAAN PRISMA PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SMP BERDASARKAN LEARNING OBSTACLE DAN LEARNING TRAJECTORY - repository UPI S MAT 1005293 Titel

0 0 3