PENERAPAN MODEL EXPLICIT INSTRUCTION DENGAN METODE DEMONSTRASI BERBANTU MULTIMEDIA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN.

(1)

Gelar Gandarasa, 2014

Penerapan Model Explicit Instruction Dengan Metode Demonstrasi Berbantu Multimedia Untuk Meningkatkan Kemampuan Kognitif Di Sekolah Menengah Kejuruan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

PENERAPAN MODEL EXPLICIT INSTRUCTION DENGAN

METODE DEMONSTRASI BERBANTU MULTIMEDIA

UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF DI

SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN

Skripsi

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Ilmu Komputer

FPMIPA UPI

Oleh Gelar Gandarasa

NIM. 0908833

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ILMU KOMPUTER

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG


(2)

Gelar Gandarasa, 2014

Penerapan Model Explicit Instruction Dengan Metode Demonstrasi Berbantu Multimedia Untuk Meningkatkan Kemampuan Kognitif Di Sekolah Menengah Kejuruan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Penerapan Model

Explicit Instruction

dengan metode demonstrasi berbantu

multimedia untuk meningkatkan

kemampuan kognitif di Sekolah

Menengah Kejuruan

Oleh Gelar Gandarasa

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

© Gelar Gandarasa 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Januari 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.


(3)

Gelar Gandarasa, 2014

Penerapan Model Explicit Instruction Dengan Metode Demonstrasi Berbantu Multimedia Untuk Meningkatkan Kemampuan Kognitif Di Sekolah Menengah Kejuruan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu


(4)

Gelar Gandarasa, 2014

Penerapan Model Explicit Instruction Dengan Metode Demonstrasi Berbantu Multimedia Untuk Meningkatkan Kemampuan Kognitif Di Sekolah Menengah Kejuruan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

LEMBAR PENGESAHAN

PENERAPAN MODEL EXPLICIT INSTRUCTION DENGAN

METODE DEMONSTRASI BERBANTU MULTIMEDIA

UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF DI

SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN

Oleh Gelar Gandarasa

NIM. 0908833

Disetujui dan disahkan oleh : Pembimbing I,

Dr. Wawan Setiawan, M.Kom NIP. 196601011991031005

Pembimbing II,

Dr. Dedi Rohendi, MT NIP. 196705241993021001

Mengetahui

Ketua Program Studi Pendidikan Ilmu Komputer

Enjang Ali Nurdin, Dr., M.Kom NIP. 196711211991011001


(5)

Gelar Gandarasa, 2014

Penerapan Model Explicit Instruction Dengan Metode Demonstrasi Berbantu Multimedia Untuk Meningkatkan Kemampuan Kognitif Di Sekolah Menengah Kejuruan


(6)

Gelar Gandarasa, 2014

Penerapan Model Explicit Instruction Dengan Metode Demonstrasi Berbantu Multimedia Untuk Meningkatkan Kemampuan Kognitif Di Sekolah Menengah Kejuruan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

PENERAPAN MODEL EXPLICIT INSTRUCTION DENGAN METODE DEMONSTRASI BERBANTU MULTIMEDIA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN

Gelar Gandarasa, 0908833, gelar.gandarasa@gmail.com ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan kognitif siswa yang menggunakan model pembelajaran Explicit Instruction dengan metode demonstrasi berbantu multimedia dalam pembelajaran Keterampilan Komputer dan Pengelolaan Informasi lebih meningkat daripada model konvensional dan Untuk mengetahui tanggapan siswa mengenai pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Explicit Instruction dengan metode demonstrasi berbantu multimedia . Metode penelitian yang digunakan adalah quasy

experiment dengan desain pretest posttest nonequivalent kontrol group design. Sampel yang

diambil dalam penelitian ini adalah siswa kelas X Pemasaran 1 dan X Pemasaran 2 SMK PGRI 2 Cimahi. Indeks gain pada kelas eksperimen lebih besar dari kelas kontrol. Pada kelas eksperimen, nilai indeks gain yang didapatkan sebesar 0.49, sedangkan pada kelas kontrol sebesar 0.26. Dalam penelitian ini, siswa merespon cukup baik pada penerapan model

Explicit Instruction dengan metode demonstrasi berbantu multimedia. Hal ini dapat diamati

dari hasil angket yang diberikan kepada siswa pada tahap akhir dari penelitian. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan kemampuan kognitif siswa dengan diterapkannya model Explicit Instruction dengan metode demonstrasi berbantu multimedia, dan peningkatan ini lebih baik daripada pembelajaran yang menggunakan model konvensional.

Kata Kunci : Model Explicit Instruction, Metode Demonstrasi, Multimedia, Kemampuan Kognitif.


(7)

Gelar Gandarasa, 2014

Penerapan Model Explicit Instruction Dengan Metode Demonstrasi Berbantu Multimedia Untuk Meningkatkan Kemampuan Kognitif Di Sekolah Menengah Kejuruan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

THE IMPLEMENTATION OF EXPLICIT INSTRUCTION MODEL USING THE METHOD OF DEMONSTRATION ASSISTED BY MULTIMEDIA FOR

IMPROVING STUDENT’S COGNITIVE ABILITY IN VOCATIONAL HIGH SCHOOL

Gelar Gandarasa, 0908833, gelar.gandarasa@gmail.com

ABSTRACT

The purpose of this research is to identify to identify student’s cognitive ability using Explicit Instruction model with the method of demonstration assisted by multimedia in the study of Computer Skill and Information Management (KPPI) better than convensional method and to identify student response by the implementation of Explicit Instruction model using the method of demonstration assisted by multimedia. Samples taken in this research are the first year students of Marketing Class 1 and 2 in SMK PGRI 2 Cimahi. Gain index in the experiment class which is bigger than the control class. It can be seen from the acquisition of. In the experiment class, the gain index point is 0.49 while in the control class is 0.26. In this research, students can response well in the implementation of Explicit Instruction model using the method of demonstration assisted by multimedia. It can be observe from the questionnaire given to each student by the end of this research. According to the result of the research, it can be concluded that there is improvement in student’s cognitive ability by the implementation of Explicit Instruction model using the method of demonstration assisted by multimedia and this is better rather than the study using the conventional model

Keyword: Model Explicit Instruction, The Method of Demonstration, Multimedia, Cognitive Ability


(8)

Gelar Gandarasa, 2014

Penerapan Model Explicit Instruction Dengan Metode Demonstrasi Berbantu Multimedia Untuk Meningkatkan Kemampuan Kognitif Di Sekolah Menengah Kejuruan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

ABSTRAK ... v

ABSTRACT ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR DIAGRAM ... xii

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 3

1.3. Tujuan Penelitian ... 4

1.4. Batasan Masalah... 4

1.5. Definisi Operasional... 4

1.6. Manfaat Penelitian ... 5

1.7. Hipotesis ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Model ... 7

2.2. Metode ... 7


(9)

Gelar Gandarasa, 2014

Penerapan Model Explicit Instruction Dengan Metode Demonstrasi Berbantu Multimedia Untuk Meningkatkan Kemampuan Kognitif Di Sekolah Menengah Kejuruan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2.3.1. Pengertian Explicit Instruction ... 7

2.3.2. Langkah-langkah Explicit Instruction ... 7

2.3.3. Keunggulan model Explicit Instruction ... 8

2.3.4. Kekurangan Explicit Instruction ... 10

2.4.Demonstrasi ... 11

2.5.Kognitif... 12

2.6.Multimedia ... 14

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1.Metodologi Pengembangan Multimedia ... 17

3.2.Metodologi Penelitian dan Desain Penelitian... 18

3.3. Populasi dan Sampel... 18

3.3.1. Populasi ... 19

3.3.2. Sampel ... 19

3.4.Instrumen Penelitian ... 20

3.4.1. Tes ... 19

3.4.2. Non Tes ... 25

3.5.Prosedur Penelitian ... 26

3.5.1. Tahap Perencanaan ... 26

3.5.2. Tahap pelaksanaan ... 27

3.5.3. Tahap akhir ... 27

3.6.Teknik Pengolahan Data... 27

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Tahap Persiapan... 31


(10)

Gelar Gandarasa, 2014

Penerapan Model Explicit Instruction Dengan Metode Demonstrasi Berbantu Multimedia Untuk Meningkatkan Kemampuan Kognitif Di Sekolah Menengah Kejuruan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4.1.1. Identifikasi Awal ... 31

4.1.2. Penyusunan Perangkat Pembelajaran ... 31

4.1.3. Pengembangan Multimedia ... 31

4.2.Tahap Pelaksanaan ... 35

4.2.1. Analisis Hasil Uji Coba Instrumen ... 35

4.2.2. Persiapan Penelitian ... 38

4.2.3. Pelaksanaan Pretest ... 38

4.2.4. Pelaksanaan Kegiatan Pembelajaran ... 39

4.2.5. Pelaksanaan Postest ... 39

4.3.Tahap Analisis Data ... 39

4.3.1. Analisis Data Pretest ... 39

4.3.2. Analisis Data Postest ... 43

4.3.3. Analisis Indeks Gain ... 45

4.3.4. Analisis Angket ... 45

4.4.Pembahasan Hasil Penelitian ... 47

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1.Kesimpulan ... 50

5.2.Saran ... 51


(11)

Gelar Gandarasa, 2014

Penerapan Model Explicit Instruction Dengan Metode Demonstrasi Berbantu Multimedia Untuk Meningkatkan Kemampuan Kognitif Di Sekolah Menengah Kejuruan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Desain Penelitian... 18

Tabel 3.2 Klasifikasi Interpretasi Validitas ... 21

Tabel 3.3 Klasifikasi Interpretasi Reliabilitas ... 23

Tabel 3.4 Klasifikasi Interpretasi Daya Pembeda ... 24

Tabel 3.5 Klasifikasi Interpretasi Kesukaran ... 25

Tabel 3.6 Klasifikasi Interpretasi Indeks Gain ... 30

Tabel 4.1 Uji Soal Pretest ... 36

Tabel 4.2 Uji Soal Postest ... 37

Tabel 4.3 Uji Reliabilitas Pretest dan Postest ... 38

Tabel 4.4 Analisis Data Pretest ... 39

Tabel 4.5 Uji Normalitas Pretest ... 40

Tabel 4.6 Uji Homogenitas Pretest ... 41

Tabel 4.7 Uji Kesamaan dua rerata Pretest ... 42

Tabel 4.8 Analisis Data Postest ... 43

Tabel 4.9 Uji Normalitas Postest ... 43

Tabel 4.10 Uji Homogenitas Postest ... 44

Tabel 4.11 Uji Perbedaan dua rerata Postest ... 44


(12)

Gelar Gandarasa, 2014

Penerapan Model Explicit Instruction Dengan Metode Demonstrasi Berbantu Multimedia Untuk Meningkatkan Kemampuan Kognitif Di Sekolah Menengah Kejuruan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tabel 4.13 Analisis Angket ... 46

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Flowchart Multimedia Pembelajaran ... 33 Gambar 4.2 Storyboard Multimedia Pembelajaran ... 33


(13)

Gelar Gandarasa, 2014

Penerapan Model Explicit Instruction Dengan Metode Demonstrasi Berbantu Multimedia Untuk Meningkatkan Kemampuan Kognitif Di Sekolah Menengah Kejuruan


(14)

xii

DAFTAR DIAGRAM

Diagram 4.1 Skor Pretest ... 38 Diagram 4.2 Skor Postest ... 42 Diagram 4.3 Analisis Indeks Gain ... 44


(15)

Gelar Gandarasa, 2014

Penerapan Model Explicit Instruction Dengan Metode Demonstrasi Berbantu Multimedia Untuk Meningkatkan Kemampuan Kognitif Di Sekolah Menengah Kejuruan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang masalah

Belajar menurut Gagne (Tim Pengembang MKDP Kurikulum dan Pembelajaran 2009, 2009: 116) adalah “suatu proses di mana suatu

organisme berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman”. Sedangkan

mengajar menurut Nasution (dalam Suryosubroto, 2002: 18) merupakan

“suatu aktivitas mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkannya dengan anak, sehingga terjadi belajar mengajar”. Sedangkan menurut Moh Uzer Usman (dalam Suryosubroto, 2002: 18), Proses belajar mengajar adalah: “Suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu”. Dari kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa proses belajar mengajar meliputi kegiatan yang dilakukan guru mulai dari perencanaan, pelaksanaan, kegiatan sampai evaluasi dan program tindak lanjut yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu yaitu pengajaran.

Dalam proses pembelajaran terkadang kemampuan siswa dalam menyerap materi pelajaran tidak sama. Ada siswa yang sudah mengerti tentang materi pelajaran hanya dengan menyimak teori dari guru, karena siswa tersebut dapat menggambarkan/membayangkan prosedur dan ada juga siswa yang belum mengerti tentang materi pelajaran jika tidak di peragakan suatu prosedur oleh guru. Hal ini berakibat pada kemampuan


(16)

Gelar Gandarasa, 2014

Penerapan Model Explicit Instruction Dengan Metode Demonstrasi Berbantu Multimedia Untuk Meningkatkan Kemampuan Kognitif Di Sekolah Menengah Kejuruan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

siswa di mana siswa hanya sebatas mengetahui materi tanpa dapat menerapkannya. Padahal pembelajaran bukan hanya sebatas menyampaikan seperangkat informasi atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat


(17)

3

Gelar Gandarasa, 2014

Penerapan Model Explicit Instruction Dengan Metode Demonstrasi Berbantu Multimedia Untuk Meningkatkan Kemampuan Kognitif Di Sekolah Menengah Kejuruan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

(Iskandar, 2012: 101). Pembelajaran dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas (Iskandar, 2012: 101). Peserta didik pada hakikatnya bukan individu yang bodoh, namun mereka belum berkembang setingginya pendidik, pendidik berkewajiban mengembangkan potensi-potensi yang dimiliki peserta didik (Iskandar, 2012:101).

Kondisi serupa pun muncul saat peneliti sedang melakukan observasi di SMK 2 PGRI Cimahi, di mana kemampuan siswa dalam menyerap materi berbeda . Ada siswa yang sudah mengerti jika guru hanya menjelaskan teorinya saja. Hal ini berakibat pada kemampuan siswa di mana siswa hanya sebatas mengetahui materi pelajaran tanpa dapat menerapkannya. Padahal lulusan SMK dipersiapkan untuk siap bekerja setelah mereka lulus, sehingga menuntut siswa untuk dapat menerapkan materi yang telah dipelajari.

Salah satu alternatif yang dapat digunakan dalam pembelajaran agar setiap siswa dapat menyerap materi dengan lebih baik adalah model

Explicit Instruction. Model Explicit Instruction dirancang khusus untuk

menunjang proses belajar siswa yang berkaitan dengan pengetahuan deklaratif dan prosedural yang terstruktur dengan baik yang dapat diajarkan dengan pola kegiatan yang bertahap, selangkah demi selangkah (Arend dalam Trianto, 2009 : 41). Pada model ini terdapat lima langkah yaitu Orientasi, Presentasi, latihan yang terstruktur, latihan di bawah bimbingan guru, dan latihan mandiri. Pada fase orientasi, guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan mempersiapkan siswa, fase kedua yaitu presentasi, guru mendemonstrasikan materi pelajaran. Fase selanjutnya yaitu latihan terstruktur, di mana Guru merencanakan dan memberi bimbingan instruksi awal kepada siswa, lalu pada fase 4, yakni latihan terbimbing guru mengecek apakah siswa telah berhasil lalu guru memberikan umpan balik


(18)

4

Gelar Gandarasa, 2014

Penerapan Model Explicit Instruction Dengan Metode Demonstrasi Berbantu Multimedia Untuk Meningkatkan Kemampuan Kognitif Di Sekolah Menengah Kejuruan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dan fase terakhir yaitu latihan mandiri, latihan mandiri, memberikan kesempatan untuk pelatihan lanjut dan penerapan Dalam model Explicit

Instruction siswa dibimbing selangkah demi selangkah untuk menumbuhkan

sikap percaya diri, berani, kesungguhan, keberanian. Untuk menentukan metode yang akan digunakan dalam penerapan model Explicit Instruction hendaknya guru memilih metode yang dapat menggambarkan proses terjadinya sesuatu. Metode yang digambarkan sebelumnya adalah demonstrasi, karena dalam metode ini terdapat penggambaran mengenai proses, tahapan-tahapan sampai hasilnya, sehingga siswa dapat mengetahui bagaimana tahapan suatu proses sampai selesai.

Model ini telah diuji cobakan sebelumnya oleh Nenden (2010) di tingkat SMP, menurutnya secara umum model Explicit Instruction dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran. Di mana hasil belajar siswa tersebut dibatasi sampai C3 (Penerapan). Dalam penelitiannya Nenden tidak menggunakan multimedia pembelajaran.

Berdasarkan paparan latar belakang di atas peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “Penerapan model Explicit Instruction dengan metode demonstrasi berbantu multimedia untuk meningkatkan kemampuan kognitif di Sekolah Menengah Kejuruan”.

1.2. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Apakah terdapat perbedaan peningkatan kemampuan kognitif siswa yang menggunakan model pembelajaran Explicit

Instruction dengan metode demonstrasi berbantu multimedia

dalam pembelajaran Keterampilan Komputer dan Pengelolaan Informasi (KKPI) daripada model konvensional?


(19)

5

Gelar Gandarasa, 2014

Penerapan Model Explicit Instruction Dengan Metode Demonstrasi Berbantu Multimedia Untuk Meningkatkan Kemampuan Kognitif Di Sekolah Menengah Kejuruan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Bagaimana tanggapan siswa mengenai pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Explicit Instruction dengan metode demonstrasi berbantu multimedia ?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui perbedaan peningkatan kemampuan kognitif siswa yang menggunakan model pembelajaran Explicit

Instruction dengan metode demonstrasi berbantu multimedia

dalam pembelajaran Keterampilan Komputer dan Pengelolaan Informasi lebih meningkat daripada model konvensional.

2. Untuk mengetahui tanggapan siswa mengenai pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Explicit Instruction dengan metode demonstrasi berbantu multimedia.

1.4. Batasan Masalah

Agar penelitian ini tidak meluas maka masalah dalam penelitian ini dibatasi. Adapun batasan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut :

1. Multimedia yang digunakan hanya sebagai pendukung atau alat bantu.

2. Ranah kognitif yang dimaksud pada penelitian ini adalah C1 (mengingat), C2 (memahami) dan C3 (menerapkan).

3. Materi yang digunakan adalah perangkat pengolah angka.

1.5. Definisi Operasional

Adapun definisi operasional dari penelitian ini adalah :


(20)

6

Gelar Gandarasa, 2014

Penerapan Model Explicit Instruction Dengan Metode Demonstrasi Berbantu Multimedia Untuk Meningkatkan Kemampuan Kognitif Di Sekolah Menengah Kejuruan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Terdapat 5 fase penting pada model Explicit Instruction (1) Orientasi, menjelaskan tujuan pembelajaran dan mempersiapkan siswa (2) Presentasi, guru mendemonstrasikan materi pelajaran (3) Latihan terstruktur, Guru merencanakan dan memberi bimbingan instruksi awal kepada siswa (4) mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik (5) Latihan mandiri, memberikan kesempatan untuk pelatihan lanjut dan penerapan. 2. Multimedia

Multimedia pembelajaran menggabungkan teks, animasi dan suara.

3. Demonstrasi

Metode yang digunakan untuk memperlihatkan sesuatu proses atau cara kerja suatu benda yang berkenaan dengan bahan pelajaran.

1.6. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagi Penulis

Menambah pengetahuan tentang model pembelajaran Explicit

Instruction dengan metode demonstrasi dan multimedia

pendukung dalam pembelajaran Keterampilan Komputer dan Pengelolaan Informasi, serta mengetahui tingkat keberhasilan model pembelajaran Explicit Instruction dengan metode demonstrasi berbantu multimedia dalam pembelajaran.

2. Bagi Guru

Merupakan alternatif model yang dapat digunakan guru dalam pembelajaran.


(21)

7

Gelar Gandarasa, 2014

Penerapan Model Explicit Instruction Dengan Metode Demonstrasi Berbantu Multimedia Untuk Meningkatkan Kemampuan Kognitif Di Sekolah Menengah Kejuruan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Penerapan model pembelajaran Explicit Instruction dengan metode demonstrasi berbantu multimedia dapat membantu siswa dalam meningkatkan kognitif siswa.

1.7. Hipotesis

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan sebelumnya, maka hipotesis penelitian ini adalah :

H0 : Tidak Terdapat perbedaan peningkatan kemampuan kognitif dari siswa yang dalam pembelajarannya menggunakan model

Explicit Instruction dengan metode demonstrasi berbantu

multimedia dengan siswa yang menggunakan model konvensional.

H1 : Terdapat perbedaan peningkatan kemampuan kognitif dari siswa yang dalam pembelajarannya menggunakan model Explicit

Instruction dengan metode demonstrasi berbantu multimedia


(22)

(23)

Gelar Gandarasa, 2014

Penerapan Model Explicit Instruction Dengan Metode Demonstrasi Berbantu Multimedia Untuk Meningkatkan Kemampuan Kognitif Di Sekolah Menengah Kejuruan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Metode Pengembangan Multimedia

Dalam Penelitian ini, peneliti mengambil 5 tahap pengembangan, yaitu: (1) analisis, (2) desain, (3) pengembangan, (4) implementasi, (5) penilaian (Munir, 2010: 240)

1. Tahap Pertama: Tahap Analisis

Pada tahap ini ditetapkan tujuan pengembangan software, baik bagi pelajar, guru dan maupun bagi lingkungan. Untuk keperluan tersebut maka analisis dilakukan dengan kerja sama antara guru dengan pengembang software dengan mengacu pada kurikulum yang digunakan.

2. Tahap Kedua: Tahap Desain

Tahap ini meliputi penentuan unsur-unsur yang perlu dimuatkan dalam software yang akan dikembangkan sesuai dengan desain pembelajaran. Proses desaing pengembangan software meliputi dua aspek desain, yaitu: aspek model ID (desain instruksional) dan aspek isi pengajaran yang akan diberikan.

3. Tahap Ketiga: Tahap Pengembangan

Didasarkan pada desain pembelajaran, maka dibuat papan cerita (

flowchart) . Proses selanjutnya yang dilakukan adalah software

dikembangkan hingga menghasilkan sebuah prototype software pembelajaran. Tahap pengembangan software meliputi langkah-langkah: penyediaan papan cerita, cerita alur, atur cara, menyediakan grafik, media (suara dan video), dan pengintegrasian sistem. Setelah pengembangan software selesai, maka penilaian


(24)

Gelar Gandarasa, 2014

Penerapan Model Explicit Instruction Dengan Metode Demonstrasi Berbantu Multimedia Untuk Meningkatkan Kemampuan Kognitif Di Sekolah Menengah Kejuruan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

terhadap unti-unit software tersebut dilakukan dengan menggunnakan rangkaian penilaian software multimedia.


(25)

18

Gelar Gandarasa, 2014

Penerapan Model Explicit Instruction Dengan Metode Demonstrasi Berbantu Multimedia Untuk Meningkatkan Kemampuan Kognitif Di Sekolah Menengah Kejuruan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 4. Tahap Keempat: Tahap Implementasi

Pada tahap ini software dari unit-unit yang telah dikembangkan dan prototip telah dihasilkan kemudian diimplementasikan. Implementasi pengembangan software pembelajaran disesuaikan dengan model/metode pembelajaran yang diterapkan. Peserta didik dapat menggunakan software multimedia di dalam kelas secara kreatif dan interaktif melalui pendekatan individu atau kelompok. 5. Tahap Kelima: Tahap Penilaian

Untuk mengetahui secara pasti kelebihan dan kelemahan software yang telah dikembangkan, maka dilakukan penilaian. Perbaikan dan penghalusan software kemudian perlu dilakukan agar software lebih sempurna. Tahap penilaian merupakan tahap yang ingin mengetahui kesesuaian software multimedia tersebut dengan program pembelajaran. Penekanan penilaian ditentukan seperti untuk penilaian dalam kemampuan literasi komputer, literasi materi pelajaran dan tahap motivasi peserta didik.

3.2. Metode Penelitian dan Desain Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode quasi experiment (kuasi semu). Menurut Sugiyono (2001:54) desain ini mempunyai kelompok kontrol, tetapi tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pretest posttest nonequivalent kontrol group design. Seperti yang dapat dilihat dalam Tabel 3.1 berikut:

Tabel 3.1 Desain Penelitian


(26)

19

Gelar Gandarasa, 2014

Penerapan Model Explicit Instruction Dengan Metode Demonstrasi Berbantu Multimedia Untuk Meningkatkan Kemampuan Kognitif Di Sekolah Menengah Kejuruan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

O1

X

O2

...

O3

O4

Desain ini hampir sama dengan pretest-posttest control group design , hanya pada desain ini kelompok eksperimen maupun kelompok tidak dipilih secara random. Dalam pelaksanaanya dibagi dalam dua kelompok yaitu kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Kelompok pertama merupakan kelompok eksperimen yang pada proses pembelajaran KKPI menggunakan model explicit instruction menggunakan metode demonstrasi berbantu multimedia , sedangkan kelompok kedua merupakan kelompok kontrol yang pembelajarannya menggunakan model konvensional. Selain itu kedua kelas diberi test untuk mengukur kemampuan awal sebelum diberikan perlakuan. Setelah perlakuan diberikan, kedua kelas kembali diberi tes untuk mengukur kemampuan akhir pada saat proses pembelajaran telah berakhir.

3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi

Populasi menurut Sugiyono (2013: 117) adalah

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.

Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas X SMK PGRI 2 Cimahi yang berjumlah 5 kelas.

3.3.2. Sampel

Sampel menurut Sugiyono (2013: 118) adalah “bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut”. Dalam penelitian ini digunakan sampel dengan alasan jumlah populasi yang terlalu banyak


(27)

20

Gelar Gandarasa, 2014

Penerapan Model Explicit Instruction Dengan Metode Demonstrasi Berbantu Multimedia Untuk Meningkatkan Kemampuan Kognitif Di Sekolah Menengah Kejuruan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dan akan terbentur masalah biaya dan waktu. Adapun pengambilan sampel dengan menggunakan teknik Sampling Purposive karena dalam pelaksanaanya sampel dipilih berdasarkan pertimbangan guru mata pelajaran KKPI di sekolah tempat penelitian dilakukan. Jumlah kelas yang akan digunakan dalam penelitian ini sebanyak dua kelas, satu kelas sebagai kelas eksperimen yang akan diterapkan model explicit instruction dengan metode demonstrasi berbantu multimedia dan satu kelas sebagai kelas kontrol yang diberi model konvensional.

Berikut pertimbangan-pertimbangan guru dalam memilih kelas sampel: 1. Kedua kelas diusahakan memiliki kemampuan yang sama 2. Kedua kelas berasal dari jurusan yang sama.

Setelah melakukan beberapa pertimbangan tersebut, akhirnya guru merekomendasikan kelas X PM (Pemasaran) 1 dan X PM (Pemasaran) 2 untuk dijadikan sampel dalam penelitian ini.

3.4. Instrumen Penelitian

Menurut Sugiyono (2013:133) Instrumen penelitian digunakan untuk mengukur nilai variabel yang diteliti. Instrumen pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini terdiri atas instrumen tes dan instrumen non tes. Instrumen tes berupa tes kemampuan berpikir kritis siswa siswa, sedangkan instrumen non tes terdiri atas: angket. Berikut penjelasan mengenai instrumen pengumpulan data yang akan digunakan. 3.4.1. Tes

Menurut Arikunto (2002: 127) tes adalah “serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain uang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki individu atau kelompok”. Bentuk soal tes dalam penelitian ini berbentuk pilihan


(28)

21

Gelar Gandarasa, 2014

Penerapan Model Explicit Instruction Dengan Metode Demonstrasi Berbantu Multimedia Untuk Meningkatkan Kemampuan Kognitif Di Sekolah Menengah Kejuruan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ganda. Instrumen tes yang baik, tentu harus diperhatikan kualitas dari instrumen tes tersebut. Oleh karena itu, untuk mendapatkan kualitas soal yang baik, harus diperhatikan kriteria yang harus dipenuhi, di antaranya dilihat dari beberapa hal berikut: validitas soal, reliabilitas soal, daya pembeda, dan indeks kesukaran. Untuk mengetahui kriteria-kriteria tersebut, di bawah ini dipaparkan penjelasannya, yaitu:

1. Validitas

Uji validitas dilakukan untuk mengetahui valid tidaknya suatu instrumen. Menurut Arikunto (2002:144) “Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan sesuatu instrumen”. Cara menguji kevaliditasan instrumen adalah dengan cara mencari koefisien validitasnya. Cara mencari koefisien validitas dapat menggunakan rumus korelasi produk-moment memakai angka kasar. Berikut rumus yang dapat digunakan menurut Arikunto (2002 : 146):

 

2 2

2

 

2

) )( ( ) ( Y Y N X X N Y X XY N rxy            Keterangan:

: koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y N : banyak subyek (testi)

X : nilai yang diperoleh dari tes Y : rata-rata nilai harian


(29)

22

Gelar Gandarasa, 2014

Penerapan Model Explicit Instruction Dengan Metode Demonstrasi Berbantu Multimedia Untuk Meningkatkan Kemampuan Kognitif Di Sekolah Menengah Kejuruan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Selanjutnya koefisien korelasi yang diperoleh diinterpretasikan ke dalam klasifikasi koefisien korelasi menurut Erman (2003 : 113). Dalam hal ini nilai diartikan sebagai koefisien validitas. Interpretasi validitas soal seperti pada Tabel 3.2 berikut:

Tabel 3.2

Klasifikasi Interpretasi Validitas

Koefisien Korelasi Interpretasi 0,90 < rxy < 1,00 Validitas sangat tinggi

0,70 < rxy < 0,90 Validitas tinggi

0,40 < rxy < 0,70 Validitas sedang

0,20 < rxy < 0,40 Validitas rendah

0,00 < rxy < 0,20 Validitas sangat rendah rxy < 0,00 Tidak valid

Untuk mengetahui valid tidaknya suatu instrumen,

Sugiyono (2006:116) mengemukakan bahwa “… bila harga

korelasi dibawah 0.03, maka dapat disimpulkan bahwa butir instrumen tersebut tidak valid, sehingga harus diperbaiki atau dibuang”.

2. Reliabilitas

Reliabilitas menunjuk pada satu pengertian bahwa sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik (Arikunto, 2002:154). Hal ini dapat dilihat dari proses hasil pengujian instrumen, jika hasilnya konsisten untuk hasil dari banyak subjek dan diambil beberapa kali pun dalam waktu yang berbeda maka


(30)

23

Gelar Gandarasa, 2014

Penerapan Model Explicit Instruction Dengan Metode Demonstrasi Berbantu Multimedia Untuk Meningkatkan Kemampuan Kognitif Di Sekolah Menengah Kejuruan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

soal tersebut dapat dikatakan reliabel dan dapat dipercaya. Rumus yang digunakan adalah K – R 20. Berikut rumus K – R 20 menurut Arikunto (2006:188):

Keterangan:

= reliabilitas instrumen = banyak butir soal (item)

= varians total

= proporsi subjek yang menjawab betul pada sesuatu butir (proporsi subjek yang mendapat skor 1).

P = banyaknya subjek yang skornya 1

N

q = proporsi subjek yang mendapat skor 0 (q = 1-p)

Tolak ukur untuk menginterpretasikan derajat reliabilitas alat evaluasi dapat digunakan tolok ukur yang dibuat oleh J.P. Guilford (1956 : 145) dalam Erman sebagai Tabel 3.3 berikut:

Tabel 3.3

Klasifikasi Interpretasi Reliabilitas

Koefisien Reliabilitas Interpretasi

Derajat reliabilitas sangat rendah

Derajat reliabilitas rendah

Derajat reliabilitas sedang

Derajat reliabilitas tinggi


(31)

24

Gelar Gandarasa, 2014

Penerapan Model Explicit Instruction Dengan Metode Demonstrasi Berbantu Multimedia Untuk Meningkatkan Kemampuan Kognitif Di Sekolah Menengah Kejuruan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 3. Daya Pembeda

Daya pembeda item menurut Sudijono (2011: 386) adalah kemampuan suatu butir item tes hasil belajar untuk dapat membedakan antara testee yang berkemampuan tinggi (=pandai), dengan testee yang kemampuannya rendah (=bodoh) demikian rupa sehingga sebagian besar testee yang memiliki kemampuan tinggi untuk menjawab butir item tersebut lebih banyak yang menjawab betul, sementara testee yang kemampuannya rendah untuk menjawab butir item tersebut sebagian besar tidak dapat menjawab item dengan betul.

Untuk mengetahui daya pembeda tiap butir soal, digunakan rumus sebagai berikut:

DP =

SMI X XAB Keterangan:

DP: Daya Pembeda A

X : rata-rata skor siswa kelompok atas

B

X : rata-rata skor siswa kelompok bawah SMI: Skor Maksimum Ideal

Kriteria tolok ukur daya pembeda butir soal yang digunakan berdasarkan Sudijono (2011: 389) yang selengkapnya ditunjukkan pada Tabel 3.4 berikut ini.

Tabel 3.4

Klasifikasi Interpretasi Daya Pembeda Koefisien DP Interpretasi

Sangat baik

Baik


(32)

25

Gelar Gandarasa, 2014

Penerapan Model Explicit Instruction Dengan Metode Demonstrasi Berbantu Multimedia Untuk Meningkatkan Kemampuan Kognitif Di Sekolah Menengah Kejuruan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Jelek

Sangat jelek

4. Indeks Kesukaran

Bermutu atau tidaknya butir-butir item tes hasil belajar pertama-tama dapat diketahui dari derajat kesukaran atau taraf kesulitan yang dimiliki oleh masing-masing butir item tersebut. Butir-butir item tes hasil belajar dapat dinyatakan sebagai butir-butir item yang baik, apabila butir-butir-butir-butir item tersebut tidak terlalu sukar dan tidak pula terlalu mudah dengan kata lain derajat kesukaran item itu adalah sedang atau cukup. Untuk menghitung indeks kesukaran digunakan rumus menurut Sudijono (2011: 372)

P =

Keterangan :

P = Proportion = proporsi = proporsa =

difficulty index = angka indek kesukaran

item.

= Banyaknya testee yang dapat menjawab dengan betul terhadap butir item yang bersangkutan.

N = Jumlah testee yang mengikuti tes

Kriteria tolok ukur indeks kesukaran butir soal yang digunakan berdasarkan Sudijono (2003: 372) yang selengkapnya ditunjukkan pada Tabel 3.6 berikut ini.


(33)

26

Gelar Gandarasa, 2014

Penerapan Model Explicit Instruction Dengan Metode Demonstrasi Berbantu Multimedia Untuk Meningkatkan Kemampuan Kognitif Di Sekolah Menengah Kejuruan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Klasifikasi Interpretasi Kesukaran

IK Keterangan

IK = 0,00 Soal terlalu sukar 0,00 < IK  0,30 Soal sukar 0,30 < IK  0,70 Soal sedang 0,70 < IK < 1,00 Soal mudah

IK = 1,00 Soal terlalu mudah

3.4.2. Instrumen Non Tes 1. Kuesioner (Angket)

Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya (Sugiyono, 2013:199). Angket digunakan untuk mengetahui respons siswa kelas eksperimen terhadap pembelajaran KKPI dengan menggunakan model pembelajaran explicit

instruction menggunakan metode demonstrasi berbantu multimedia.

Angket disajikan dalam bentuk pertanyaan yang bersifat positif dan pertanyaan yang bersifat negatif. Alternatif jawaban yang diberikan ada empat buah, yaitu: SS (sangat setuju), S (setuju), TS (tidak setuju), STS (sangat tidak setuju). Angket dipilih karena tdak memerlukan waktu yang banyak dan dapat dijawab secara serentak kepada banyak responden. Berikut merupakan keunggulan angket :

1. Tidak memerlukan hadirnya peneliti.

2. Dapat dibagikan secara serentak kepada banyak responden. 3. Dapat dijawab oleh responden menurut kecepatannya


(34)

27

Gelar Gandarasa, 2014

Penerapan Model Explicit Instruction Dengan Metode Demonstrasi Berbantu Multimedia Untuk Meningkatkan Kemampuan Kognitif Di Sekolah Menengah Kejuruan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4. Dapat dibuat anonim sehingga responden bebas jujur dan tidak malu-malu menjawab.

5. Dapat dibuat terstandar sehingga bagi semua responden dapat diberi pertanyaan yang benar-benar sama.

Angket diisi oleh siswa setelah berakhirnya pembelajaran dengan menggunakan model explicit instruction dengan metode demonstrasi berbantu multimedia. bersamaan dengan posttest.

3.5. Prosedur Penelitian

Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

3.5.1. Tahap Perencanaan

1. Menentukan sekolah yang akan dijadikan tempat penelitian. 2. Telaah kurikulum di SMK.

3. Observasi untuk melihat pembelajaran dikelas yang biasa dilaksanakan.

4. Perumusan masalah penelitian.

5. Studi literatur mengenai model explicit instruction dan metode demonstrasi.

6. Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran dan instrumen penelitian.

7. Judgement instrumen penelitian kepada dua orang dosen TIK di UPI.

8. Melakukan revisi/perbaikan instrumen. 9. Melakukan uji coba instrumen.

10.Menganalisis hasil uji coba instrumen yang meliputi tingkat kesukaran, daya pembeda, validitas dan reliabilitas.


(35)

28

Gelar Gandarasa, 2014

Penerapan Model Explicit Instruction Dengan Metode Demonstrasi Berbantu Multimedia Untuk Meningkatkan Kemampuan Kognitif Di Sekolah Menengah Kejuruan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 3.5.2. Tahap Pelaksanaan

1. Menentukan sampel penelitian yaitu satu kelas dijadikan kelas eksperimen.

2. Pelaksanaan tes awal

3. Memberi perlakuan yaitu penerapan model explicit instruction dengan metode demonstrasi.

4. Pelaksanaan tes akhir. 3.5.3. Tahap Akhir :

1. Mengolah data hasil tes awal, tes akhir, angket, dan hasil observasi.

2. Menganalisis dan membahas temuan penelitian 3. Menarik kesimpulan.

3.6. Teknik Pengolahan Data

Data yang diolah dalam penelitian ini adalah data tes dan angket. Tes yang diberikan berupa Pretes dan Postest. Berikut langkah-langkah pengujiannya:

1. Uji Normalitas

Uji Normalitas digunakan untuk mengetahui suatu data terdistribusi normmal atau tidak. Jika data terdistribusi normal, maka akan dilanjutkan ke uji Homogen. Jika tidak maka dilakukan uji statistika non parametrik. Dalam perhitungan uji normalitas ini, taraf signifikansi yang dgunakan adalah 5%. Berikut rumus yang dipakai dalam uji normalitas menurut Sudjana (2005:273) :


(36)

29

Gelar Gandarasa, 2014

Penerapan Model Explicit Instruction Dengan Metode Demonstrasi Berbantu Multimedia Untuk Meningkatkan Kemampuan Kognitif Di Sekolah Menengah Kejuruan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu χ2

hitung = Uji Chi-Kuadrat

Oi = Frekuensi dari hasil pengamatan Ei = Frekuensi yang diharapkan k = Banyak kelas interval α = Taraf signifikansi dk = Derajat kebebasan

Jika χ2hitung < , maka data terdistribusi normal, jika tidak maka sebaliknya data tidak terdistribusi normal.

2. Uji Homogenitas

Uji Homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah varians kedua data sampel sama. Berikut rumus yang digunakan menurut Sugiyono (2013: 275)

Keterangan :

F = nilai tingkat homogenitas

Untuk mengetahui apakah data yang kita miliki homogen atau tidak, bandingkanlah nilai dan nilai dari . Apabila

< , maka data yang kita miliki homogen.

3. Uji Perbedaan dua rata-rata

Pengujian ini dilakukan apabila data yang diperoleh berdistribusi normal dan. homogen. Tujuan dari pengujian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan kemampuan dan hasil belajar antara siswa yang diberikan pembelajaran dengan


(37)

30

Gelar Gandarasa, 2014

Penerapan Model Explicit Instruction Dengan Metode Demonstrasi Berbantu Multimedia Untuk Meningkatkan Kemampuan Kognitif Di Sekolah Menengah Kejuruan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

model Explicit Instruction dengan metode demonstrasi berbantu multimedia dan siswa yang belajar dengan model konvensional. Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan uji t. Berikut rumus uji-t menurut Sudjana (2005: 239):

Keterangan : t = koefisien t

= mean sampel 1

= mean sampel 2 = simpangan baku

n1 = jumlah sampel kelompok 1 n2 = jumlah sampel kelompok 2

Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan rata-rata pada data yang kita miliki, bandingkanlah nilai dan nilai dari

. Apabila < , maka H0 ditolak dan H1 diterima.

4. Analisis Indeks Gain

Tujuan dari uji gain adalah untuk mengetahui bagaimana peningkatan hasil belajara dari siswa. Berikut rumus yang digunakan dalam uji gain :


(38)

31

Gelar Gandarasa, 2014

Penerapan Model Explicit Instruction Dengan Metode Demonstrasi Berbantu Multimedia Untuk Meningkatkan Kemampuan Kognitif Di Sekolah Menengah Kejuruan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Setelah didapatkan nilai gain dari setiap siswa, selanjutnya hitung nilai gain dari kelas tersebut. Caranya adalah dengan mencari rata-rata dari nilai gain dikelas tersebut. Setelah nilai gain dari kelas diketahui, Interpretasikan dengan menggunakan Tabel 3.6 dibawah ini :

Tabel 3.6

Tabel Klasifikasi Interpretasi Indeks Gain Nilai g Interpretasi 0.7 < g < 1 Tinggi 0.3 ≤ g ≤ 0.7 Sedang 0 ≤ g < 0.3 Rendah


(39)

(40)

Gelar Gandarasa, 2014

Penerapan Model Explicit Instruction Dengan Metode Demonstrasi Berbantu Multimedia Untuk Meningkatkan Kemampuan Kognitif Di Sekolah Menengah Kejuruan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Setelah membahas bab-bab sebelumnya, dapat disimpulkan berdasarkan rumusan masalah seperti berikut:

1. Berdasarkan hasil analisis data yang telah dibahas pada bab sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan kemampuan kognitif siswa antara siswa pada kelas eksperimen yang menggunakan model Explicit Instruction menggunakan metode demonstrasi berbantu multimedia dan siswa pada kelas kontrol yang menggunakan model konvensional. Sebelum perlakuan diberikan pada kelas eksperimen, dari analisis data pretes diketahui bahwa tidak terdapat perbedaan dari nilai rerata dua kelas. Kelas ekperimen memiliki nilai rerata pretes sebesar 29,5 sedangkan kelas kontrol sebesar 28,2. Selain itu ada beberapa faktor lain yang mempengaruhi peningkatan kognitif yang daat disimpulkan seperti di bawah ini. Setelah pemberian perlakuan dilakukan pada kelas eksperimen, dari hasil analisis data postes diketahui bahwa terdapat perbedaan nilai rerata dari kedua kelas tersebut. Kelas eksperimen yang dalam pembelajarannya diterapkan menggunakan model Explicit Instruction menggunakan metode demonstrasi berbantu multimedia memiliki nilai rerata sebesar 64,4 sedangkan kelas kontrol sebesar 47,6. Indeks gain pada kelas eksperimen sebesar 0,49 dan kelas kontrol 0.26.

2. Sebagian besar siswa memberikan respon positif mengenai pembelajaran menggunakan model Explicit Instruction dengan metode


(41)

Gelar Gandarasa, 2014

Penerapan Model Explicit Instruction Dengan Metode Demonstrasi Berbantu Multimedia Untuk Meningkatkan Kemampuan Kognitif Di Sekolah Menengah Kejuruan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

demonstrasi berbantu multimedia. hal ini ditunjukkan dengan perolehan persentase yang di dapat dari angket sebesar 74,4%.


(42)

52

Gelar Gandarasa, 2014

Penerapan Model Explicit Instruction Dengan Metode Demonstrasi Berbantu Multimedia Untuk Meningkatkan Kemampuan Kognitif Di Sekolah Menengah Kejuruan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 5.2. Saran

Berdasarkan pengalaman dari penulis setelah melaksanakan penelitian ini, dan dilihat pula dari hasil penelitian yang didapatkan, maka penulis merekomendasikan saran sebagai berikut :

1. Model Explicit Instruction menggunakan metode demonstrasi berbantu multimedia baik apabila diterapkan pada mata pelajaran KKPI khususnya pada standar kompetensi menggunakan perangkat lunak pengolah angka untuk menghasilkan informasi.

2. Agar siswa lebih termotivasi selama pembelajaran berlangsung, hendaknya guru memberikan reward pada sekecil apapun prestasi yang siswa raih.

3. Bila sarana dan prasarana kurang memadai, alangkah lebih baiknya menyiapkan hal-hal diluar dugaan.


(43)

(44)

Gelar Gandarasa, 2014

Penerapan Model Explicit Instruction Dengan Metode Demonstrasi Berbantu Multimedia Untuk Meningkatkan Kemampuan Kognitif Di Sekolah Menengah Kejuruan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Daftar Pustaka

Anderson, Lorin dan David, Krathwohl. 2010. Pembelajaran, Pengajaran, dan

Asesmen. terj. Agung Prihantono. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta Erman S . 2003 . Evaluasi Pembelajaran Matematika . Bandung : -

Hakim, Zainal. (2013). Multimedia menurut para ahli.[Online]. Tersedia : http://www.zainalhakim.web.id/multimedia-menurut-para-ahli.html [02 Mei 2013]

Huda, Miftahul.2013 . Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Iskandar. 2012. Psikologi Pendidikan sebuah orientasi baru. Jakarta : Referensi Joyce, Bruce., Weil, Marsha., Calhoun, Emily.2009. Models of Teaching. Terj.

Achmad Fawaid dan Ateilla Mirza. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Munir. 2010. Kurikulum Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi. Bandung: Alfabeta

Naila, Nenden.(2010). Penerapan model pembelajaran Explicit Instruction untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaraan Teknologi

Informasi dan Komunikasi (TIK) di SMP Lembang (studi kuasi

eksperimen terhadap siswa kelas VIII). Bandung : UPI

Sudaryono. 2012. Dasar-dasar Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Graha Ilmu Sudijono, Anas. 2011. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: RajaGrafindo

Persada

Sudjana. 2005. Metode Statistika. Bandung : Tarsito

Sudrajat, Akmad. 2013. Pengertian Pendekatan, Strategi. Metode, Teknik, Taktik,


(45)

Gelar Gandarasa, 2014

Penerapan Model Explicit Instruction Dengan Metode Demonstrasi Berbantu Multimedia Untuk Meningkatkan Kemampuan Kognitif Di Sekolah Menengah Kejuruan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

http://103.23.244.11/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_SEKOLAH/197 012101998022-IIP_SARIPAH/Pengertian_Pendekatanx.pdf [25 Desember 2013]

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Alfabeta

Suryosubroto. 2002. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta : Rineka Cipta Tim Pengembang MKDP Kurikulum dan Pembelajaran. 2009. Kurikulum dan

Pembelajaran. Bandung : Jurusan Kurtekpen FIP UPI 2009

Trianto. (2009). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif – Progresif : Konsep, Landasan, dan Implementasinya Pada Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan (KTSP. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.

Universitas Pendidikan Indonesia (2009). Pedoman Penulisan Karya


(1)

Gelar Gandarasa, 2014

Penerapan Model Explicit Instruction Dengan Metode Demonstrasi Berbantu Multimedia Untuk Meningkatkan Kemampuan Kognitif Di Sekolah Menengah Kejuruan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Setelah membahas bab-bab sebelumnya, dapat disimpulkan berdasarkan rumusan masalah seperti berikut:

1. Berdasarkan hasil analisis data yang telah dibahas pada bab sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan kemampuan kognitif siswa antara siswa pada kelas eksperimen yang menggunakan model Explicit Instruction menggunakan metode demonstrasi berbantu multimedia dan siswa pada kelas kontrol yang menggunakan model konvensional. Sebelum perlakuan diberikan pada kelas eksperimen, dari analisis data pretes diketahui bahwa tidak terdapat perbedaan dari nilai rerata dua kelas. Kelas ekperimen memiliki nilai rerata pretes sebesar 29,5 sedangkan kelas kontrol sebesar 28,2. Selain itu ada beberapa faktor lain yang mempengaruhi peningkatan kognitif yang daat disimpulkan seperti di bawah ini. Setelah pemberian perlakuan dilakukan pada kelas eksperimen, dari hasil analisis data postes diketahui bahwa terdapat perbedaan nilai rerata dari kedua kelas tersebut. Kelas eksperimen yang dalam pembelajarannya diterapkan menggunakan model Explicit Instruction

menggunakan metode demonstrasi berbantu multimedia memiliki nilai rerata sebesar 64,4 sedangkan kelas kontrol sebesar 47,6. Indeks gain pada kelas eksperimen sebesar 0,49 dan kelas kontrol 0.26.

2. Sebagian besar siswa memberikan respon positif mengenai pembelajaran menggunakan model Explicit Instruction dengan metode


(2)

Gelar Gandarasa, 2014

Penerapan Model Explicit Instruction Dengan Metode Demonstrasi Berbantu Multimedia Untuk Meningkatkan Kemampuan Kognitif Di Sekolah Menengah Kejuruan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

demonstrasi berbantu multimedia. hal ini ditunjukkan dengan perolehan persentase yang di dapat dari angket sebesar 74,4%.


(3)

52

Gelar Gandarasa, 2014

Penerapan Model Explicit Instruction Dengan Metode Demonstrasi Berbantu Multimedia Untuk Meningkatkan Kemampuan Kognitif Di Sekolah Menengah Kejuruan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

5.2. Saran

Berdasarkan pengalaman dari penulis setelah melaksanakan penelitian ini, dan dilihat pula dari hasil penelitian yang didapatkan, maka penulis merekomendasikan saran sebagai berikut :

1. Model Explicit Instruction menggunakan metode demonstrasi berbantu multimedia baik apabila diterapkan pada mata pelajaran KKPI khususnya pada standar kompetensi menggunakan perangkat lunak pengolah angka untuk menghasilkan informasi.

2. Agar siswa lebih termotivasi selama pembelajaran berlangsung, hendaknya guru memberikan reward pada sekecil apapun prestasi yang siswa raih.

3. Bila sarana dan prasarana kurang memadai, alangkah lebih baiknya menyiapkan hal-hal diluar dugaan.


(4)

(5)

Gelar Gandarasa, 2014

Penerapan Model Explicit Instruction Dengan Metode Demonstrasi Berbantu Multimedia Untuk Meningkatkan Kemampuan Kognitif Di Sekolah Menengah Kejuruan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Daftar Pustaka

Anderson, Lorin dan David, Krathwohl. 2010. Pembelajaran, Pengajaran, dan

Asesmen. terj. Agung Prihantono. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta Erman S . 2003 . Evaluasi Pembelajaran Matematika . Bandung : -

Hakim, Zainal. (2013). Multimedia menurut para ahli.[Online]. Tersedia : http://www.zainalhakim.web.id/multimedia-menurut-para-ahli.html [02 Mei 2013]

Huda, Miftahul.2013 . Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Iskandar. 2012. Psikologi Pendidikan sebuah orientasi baru. Jakarta : Referensi Joyce, Bruce., Weil, Marsha., Calhoun, Emily.2009. Models of Teaching. Terj.

Achmad Fawaid dan Ateilla Mirza. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Munir. 2010. Kurikulum Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi. Bandung: Alfabeta

Naila, Nenden.(2010). Penerapan model pembelajaran Explicit Instruction untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaraan Teknologi

Informasi dan Komunikasi (TIK) di SMP Lembang (studi kuasi

eksperimen terhadap siswa kelas VIII). Bandung : UPI

Sudaryono. 2012. Dasar-dasar Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Graha Ilmu Sudijono, Anas. 2011. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: RajaGrafindo

Persada

Sudjana. 2005. Metode Statistika. Bandung : Tarsito

Sudrajat, Akmad. 2013. Pengertian Pendekatan, Strategi. Metode, Teknik, Taktik,


(6)

Gelar Gandarasa, 2014

Penerapan Model Explicit Instruction Dengan Metode Demonstrasi Berbantu Multimedia Untuk Meningkatkan Kemampuan Kognitif Di Sekolah Menengah Kejuruan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

http://103.23.244.11/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_SEKOLAH/197 012101998022-IIP_SARIPAH/Pengertian_Pendekatanx.pdf [25 Desember 2013]

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Alfabeta

Suryosubroto. 2002. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta : Rineka Cipta Tim Pengembang MKDP Kurikulum dan Pembelajaran. 2009. Kurikulum dan

Pembelajaran. Bandung : Jurusan Kurtekpen FIP UPI 2009

Trianto. (2009). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif – Progresif : Konsep, Landasan, dan Implementasinya Pada Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan (KTSP. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.

Universitas Pendidikan Indonesia (2009). Pedoman Penulisan Karya


Dokumen yang terkait

EFEKTIFITAS PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN METAKOGNITIF BERBANTUAN MULTIMEDIA INTERAKTIF UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP SISWA DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN.

0 1 46

PENERAPAN MODEL OSBORN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIS SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA.

0 1 44

MODEL EXPLICIT INSTRUCTION UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA BERBANTUAN MULTIMEDIA INTERAKTIF PADA PELAJARAN TIK.

0 2 44

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE PROBLEM POSING BERBANTUAN MULTIMEDIA INTERAKTIF UNTUK MENINGKATKAN KOGNITIF SISWA DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN.

0 3 47

EFEKTIVITAS MODELCONCEPT ATTAINMENT BERBANTU MULTIMEDIA UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SISWASEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK).

0 0 46

PENERAPAN METODE SIMULASI BERBANTU MULTIMEDIA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN ANALISIS DALAM PEMBELAJARAN TIK.

0 1 44

IMPLEMENTASI METODE PEMBELAJARAN FREE INQUIRY BERBANTUAN MULTIMEDIA INTERAKTIF UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK).

0 0 46

PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MODEL CORE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN DAN KONEKSI MATEMATIS SISWA DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN.

1 2 61

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penerapan Model Pembelajaran Explicit Instruction untuk Meningkatkan Kemampuan Kognitif dan Psikomotor Siswa

0 0 1

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE PROBLEM POSING BERBANTUAN MULTIMEDIA INTERAKTIF UNTUK MENINGKATKAN KOGNITIF SISWA DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN - repositoryUPI S KOM 0905925 Title

0 0 3