EFEKTIVITAS MODELCONCEPT ATTAINMENT BERBANTU MULTIMEDIA UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SISWASEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK).
EFEKTIVITAS MODELCONCEPT ATTAINMENT BERBANTU MULTIMEDIA UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP
SISWASEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK) SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagiandari Syaratuntuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Ilmu Komputer
Oleh :
Fikri Fajar Setiawan 0909054
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ILMU KOMPUTER
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG
(2)
Efektivitas Model
Concept Attainment
Berbantu Multimedia Untuk
Meningkatkan Pemahaman Konsep
Siswa Sekolah Menengah Kejuruan
(SMK)
Oleh
Fikri Fajar Setiawan
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
© Fikri Fajar Setiawan 2014 Universitas Pendidikan Indonesia
Januari 2014
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.
(3)
LEMBAR PENGESAHAN
EFEKTIVITAS MODELCONCEPT ATTAINMENT BERBANTU MULTIMEDIA UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP
SISWASEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK)
Oleh
Fikri Fajar Setiawan NIM. 0909054
Disetujui dan disahkan oleh : Pembimbing I,
Prof.Dr.H.Munir, M.IT NIP. 196603252001121001
PembimbingII,
Wahyudin, M.T NIP. 197304242008121001
Mengetahui
Ketua Program Studi Pendidikan Ilmu Komputer
Dr.H.Enjang Ali Nurdin, M.Kom NIP. 196711211991011001
(4)
Efektivitas Model Concept Attainment Berbantu Multimedia
untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Siswa Sekolah
Menengah Kejuruan (SMK)
Fikri Fajar Setiawan, 0909054, [email protected]
ABSTRAK
Dalam Kajian Kebijakan Kurikulum Sekolah Menengah (2008) disebutkan bahwaberdasarkan laporan UNDP tahun 2006 menunjukkan HDI Indonesia berada pada posisi 108 dari 109 negara bahkan disinyalir Indonesia sudah berada dibawah Vietnam. Hal tersebut mengindikasikan perlu dilakukan peningkatan kualitas pembelajaran.Penelitian ini memiliki beberapa tujuan diantaranya 1) mengembangkan multimedia menggunakan model concept attainment, 2) mengetahui bagaimana efektivitas model concept attainment dalam meningkatkan pemahaman konsep siswa kelas atas, tengah, dan bawah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), 3) mengetahui bagaimana peningkatan pemahaman konsep siswa siswa kelas atas, tengah, dan bawah, dan 4) mengetahui respon siswa terhadap model yang diterapkan. Objek yang diteliti dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI RPL D SMK MedikaCom Bandung. Metode penelitian yang digunakan yaitu One Group Pretest-Postest Design. Berdasarkan hasil penelitan dapat disimpulkan bahwa multimedia berhasil dikembangkan sesuai tahapan dan kriteria yang telah ditentukan, model concept attainment efektif dalam meningkatkan pemahaman konsep siswa, peningkatan pemahaman siswa kelas bawah sebesar 0.704 indeks gain adalah yang terbaik dibanding kelas atas sebesar 0.642 maupun tengah sebesar 0.640. Dalam penelitian ini siswa memberikan respon cukup baik terhadap model concept attainment berbantu multimedia yang digunakan dalam pembelajaran. Hal ini terlihat dari hasil angket yang diberikan terhadap siswa.
(5)
Effectiveness of Concept AttainmentModel Using Multimedia to
Improve Concept Comprehension of Students in Vocational
Secondary School ( SMK )
Fikri Fajar Setiawan, 0909054, [email protected]
ABSTRACT
In Studies of Secondary School Curriculum Policy (2008) mentioned that based on the report of the UNDP 2006 shows Indonesian’sHDI is at position 108 of 109 countries even allegedly Indonesia already was under Vietnam. Thisindicates theneedto improve the qualityof learning.This research has several goals including 1) developing multimedia using concept attainment model, 2) knowing how the effectiveness of the concept attainment model in improving the concept comprehensionof upper-class, middle-class, and bottom-class of the Student in Vocational secondary school (SMK),3) knowing how is the increasesof student’sconcept comprehension of upper-class, middle-class, and bottom-class, and 4) knowing the student response to the applied model. Objects that are examined in this study were students of Class XI RPL D SMK MedikaCom Bandung. The method used in this research was One Group Pretest-Postest Design. Based on the results of the research it can be concluded that multimedia succesfully developed according to the stages and criteria have been determined, the concept attainment model is effective in enhancing student’s concept comprehenson, the increased of student’s concept comprehenson of bottom-class (0.704 gain indexes) is the best compared to the upper-class (0.642 gain indexes) and middle-class (0.640 gain indexes).In this research the students respond quite well to the concept attainment model using multimedia which applied in learning process. This is evident fromthe results ofa questionnairegivento thestudents.
Key words:Effectiveness, Concept Attainment, Multimedia, Concept
(6)
DAFTAR ISI
PERNGESAHAN.. ... ii
PERNYATAAN. ... .iii
KATA PENGANTAR.. ... iv
UCAPAN TERIMAKASIH.. ... v
ABSTRAK.. ... vii
ABSTRACT.. ... viii
DAFTAR ISI.. ... ix
DAFTAR TABEL... xi
DAFTAR GAMBAR.. ... xiii
DAFTAR LAMPIRAN.. ... xiv
BAB I PENDAHULUAN.. ... 1
1.1.Latar Belakang Masalah.. ... 1
1.2.Rumusan Masalah.. ... 8
1.3.Batasan Masalah.. ... 8
1.4.Tujuan Penelitian.. ... 8
1.5.Manfaat Penelitian.. ... 9
1.6.Definisi Operasional.. ... 10
1.7.Hipotesis.. ... 11
BAB II KAJIAN PUSTAKA.. ... 12
2.1.Multimedia Pembelajaran.. ... 12
(7)
2.3.Model Pembelajaran.. ... 19
2.4.Concept Attainment... 20
2.5.Pemahaman Konsep.. ... 28
2.6.Structured Query Language (SQL).. ... 31
BAB III METODOLOGI PENELITIAN.. ... 34
3.1.Pengembangan Multimedia.. ... 34
3.2.Metode dan Desain Penelitian.. ... 37
3.3.Populasi dan Sampel.. ... 38
3.4.Instrumen Penelitian.. ... 39
3.5.Pengembangan Bahan Ajar... 46
3.6.Prosedur Penelitian... 46
3.7.Teknik Pengolahan Data... 47
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. ... 55
4.1.Pengembangan Multimedia. ... 55
4.2.Tahap Persiapan Penelitian. ... 65
4.3.Analisis Hasil Uji Coba Instrument. ... 67
4.4.Tahap Pelaksanaan. ... 71
4.5.Analisis Data Hasil Penelitian. ... 73
4.6.Pembahasan Hasil Penelitian. ... 87
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. ... 98
5.1.Kesimpulan. ... 98
5.2.Saran. ... 98
DAFTAR PUSTAKA. ... 100 LAMPIRAN. ...
(8)
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Dalam Kajian Kebijakan Kurikulum Sekolah Menengah (2008) disebutkan bahwa:
”Salah satu masalah yang dihadapi oleh para pelaku pendidikan Indonesia adalah rendahnya mutu lulusan sekolah menengah atas (SMA).Salah satu indikator untuk hal ini adalah penguasaan materi matematika dan sains siswa SMA Indonesia dibandingkan dengan penguasaan matematika dan sains dengan siswa SMA negara-negara lain seperti Jepang,USA, Korea dan beberapa negara lainnya. Indikator lain adalah rendahnyaindeks pembangunan manusia Indonesia. Laporan UNDP tahun 2006 menunjukkan HDI Indonesia berada pada posisi 108 dari 109 negara bahkan disinyalir Indonesia sudah berada dibawah Vietnam”.
Pernyataan dalam kajian di atas tentunya membuat kita bertanya, ada apa dengan pendidikan di Indonesia? Sudah menjadi amanat undang-undang bahwa pendidikan harus mampu membentuk manusia Indonesia yang berkompeten untuk bersaing dengan bangsa lain. Tetapi melihat data yang tertuang di atas kita patut menilik kembali apakah kita telah melaksanakan proses pembelajaran dengan maksimal atau ada hal lain yang perlu ditingkatkan agar taraf pendidikan di Indonesia semakin baik. Di dalam Kajian Kebijakan Kurikulum Sekolah Menegah (K3SM) (2008)juga dijelaskan bahwa “Untuk menjawab tantangan peningkatan mutu pendidikan tersebut, maka salah satu usaha adalah perbaikan kurikulum (inovasi kurikulum) yang harus dilakukan mulai dari inovasi dokumen, inovasi pengembangan dan inovasi praktek kurikulum di dalam kelas. Untuk itu perlu diadakan perubahan pola pembelajaran di dalam kelas dari traditional rote learning menjadi inquiry based learning”. Joyce & Weil (1992:198)inquiry adalah “designed to bring students directly into scientific process through
(9)
exercise that compress the scientific process into small periods of time”.
Inquiry adalah pola dan pendekatan pembelajaran yang meletakkan siswa sebagai subjek yang harusdidorong menemukan sendiri apa yang sedang mereka pelajari. Pendidik wajib menfasilitasi agar siswa dapat belajar sebaik-baiknya.
Berkaitan dengan Inquiry, dikenal adanya level dalam proses pembelajaran yaitu Surface Learning (Belajar Dangkal) dan Deep Learning (Belajar Mendalam). Dalam hal ini, Inquiry Based Learning tentunya sangat berkorelasi dengan Deep Learning. Masih dalam Naskah Kajian Kebijakan Kurikulum Sekolah Menegah (2008) beberapa ahli memaparkan penjelasannya tentang Surface Learning dan Deep Learning diantaranya, Marton dan Saljo (1976) dalam K3SM memaparkan tentang level belajar surface process dan deep process bahwa level belajar surface process ditandai bila siswa hanya belajar teks itu sendiri atau hanya melalui proses menghafal. Sedangkan dalam deep process siswa belajar menangkap arti darimateri yang sedang dipelajari, belajar untuk mengerti dan mengidentifikasi hubungan antar konsep dan variabel-variabel yang dipalajari. Brown dan Atkin (1991) dalam K3SM membedakan proses belajar siswa atas dua yaitu surface learning dan deep learning.Surface Learning ditandai oleh proses menghafal materi yang sedang dipelajari. Sedangkan Deep learning ditandai oleh proses keaktifan siswa untuk menemukan arti dan pengertian terhadap materi yang sedang dipelajari. Biggs (1988: 130) dalam K3SM menegaskan “deep learning is used by many the more successful students in high school and university, they search for structure and meaning and do so while organizing their time and context optimally”. Dari paparan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa deep learning proccess sangat penting dalam upaya melibatkan siswa secara aktif baik fisik maupun mental dalam pembelajaran. Lublin (2003) mengemukakan hal positif yang didapatkan dari belajar mendalam ini “Students who take a deep approach
(10)
the subject”. Keterlibatan mental secara mendalam dalam proses berfikir, menganalisa, mensintesa sampai pada tahap menemukan apa yang dituntut oleh tujuan pembelajaran (kompetensi/materi) yang sedang dipelajari akan meningkatkan penguasaan materi dalam level yang tinggi (bukan sekedar menghafal). Melalui penguasaan materi dalam level yang tinggi pada akhirnya akan meningkatkan mutu dan kualitas hasil belajar. Ryan (1974) dalam Naskah Kajian yang sama mengunkapkan bahwa keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran tingkat tinggi (higer involvement) adalah sesuatu yang sangat penting untuk mewujudkan hasil belajar yang lebih tinggi.
Guna memfasilitasi usaha penerapan pendekatan belajar mendalam salah satu usaha yang dapat dilakukan yaitu melakukan proses pembelajaran yang melibatkan siswa hingga level menemukan sendiri apa tujuan belajar yang diinginkan. Dalam Kajian kebijakan Kurikulum Sekolah Menengah juga disebutkan “Belajar dengan melakukan penelitian atau setidak-tidaknya memakai pola pemikiran riset dalam pembelajaran akan membawa anak didik ke dalam proses belajar mendalam. Belajar mendalam tentu tidak menghafal akan tetapi mengerti, memahami, megaplikasi, mensintesa dan mengevaluasi”. Dengan demikian proses pembelajaran diharapkan akan berjalan lebih menarik.
Pada proses pembelajaran yang biasa dilakukan, sebagian guru hanya memfasilitasi pembelajaran di kelas yang hanya menuntut siswa menghafal suatu konsep dan mampu menuliskan kembali konsep tersebut ketika dilakukan evaluasi. Sedangkan kemampuan berfikir yang meliputi pemahaman terhadap apa informasi/ide yang terkandung dalam sebuah proses komunikasi yang kadang bersifat simbolik maupun abstrak sering diabaikan. Hal tersebut berimbas pada pemahaman siswa hanya monoton terhadap apa yang disampaikan oleh gurunya. Menurut pengamatan Seto (Mulyana, 2005) “Proses-proses pemikiran yang dilatih disekolah hanya terbatas pada kognisi, ingatan dan berpikir konvergen. Pemikiran divergen dan evaluasi kurang
(11)
diperhatikan”. Pada sistem pembelajaran seperti ini, siswa hanya dilatih untuk menghafal suatu konsep agar dapat mengerjakan tes, sedangkan kemampuan siswa dapat memahami ide dari suatu proses komunikasi dan menyampaikan ide tersebut dengan pemahaman sendiri kurang difasilitasi dengan baik.
Untuk melaksanakan pola pembelajaran berbasis riset yang diharapkan mampu memunculkan proses belajar mendalam, dalam Kajian Kebijakan Kurikulum Sekolah Menengah (2008) dijelaskan setidak-tidaknya harus melalui langkah-langkahini, dimana langkah ini juga merupakan langkah dalam sebuah riset. Yaitu:
1. Ada masalah yang merupakan masalah penelitian 2. Mengajukan hipotesis
3. Mengumpulkan data melalui prosedur dan tehnik yang tepat 4. Mengolah data dengan tehnik yang tepat
5. Menguji hipotesis guna mengambil kesimpulan.
Untuk mengakomodasi pola pebelajaran di atas, model concept attainmentmemberi peluang untuk terciptanya suasana pembelajaran yang mengarah ke belajar mendalam di mana langkah-langkah di atas dilakukan dalam proses pembelajarannya. Hal ini sejalan dengan pendapat Egen dan Kauchak (2012:219) yang mengungkapkan bahwa “Model Peraihan Konsep juga berguna untuk memberi siswa pengalaman dengan metode ilmiah. Terutama juga dengan pengujian hipotesis, pengalaman yang sulit diberikan di dalam bidang-bidang selain bidang sains”. Concept attainment merupakan model pembelajaran yang dalam prakteknyaa melakukan proses mencari dan mendaftar sifat-sifat yang dapat digunakan untuk menbedakan contoh-contoh yang tepat dengan contoh-contoh yang tidak tepat dari berbagai kategori (Bruner, Goodnow, dan Austin,1967) dalam Joyce(2009:125). Pendapat lain menurut Egen dan Kauchak (2012:218), concept attainment adalah sebuah model pengajaran yang dirancang untuk membantu siswa dari semua usia
(12)
mengembangkan dan menguatkan pemahaman mereka tentang konsep dan mempraktikkan berpikir kritis.
Tahapan-tahapan dari model concept attainment menurut Joyce (2009:136):
1. Tahapan pertama : Penyajian data dan identifikasi konsep a. Guru menyajikan contoh-contoh yang telah dilabeli
b. Siswa membandingkan sifat-sifat/ciri-ciri dalam conoh positif dan contoh-contoh negatif
c. Siswa menjelaskan sebuah definisi menurut sifat-sifat/ciri-ciri yang paling esensial
2. Tahapan kedua : Pengujian pencapaian konsep
a. Siswa mengidentifikasi contoh-contoh tambahan yang tidak dilabeli dengan tanga Ya dan Tidak
b. Guru menguji hipotesis, menamai konsep, dan menyatakan kembali definisi-definisi menurut sifat-sifat/ciri-ciri yang paling esensial c. Siswa membuat contoh
3. Tahapan ketiga : Analisis strategi-strategi berpikir a. Siswa mendeskripsikan pemikiran-pemikiran
b. Siswa mendiskusikan peran sifat-sifat dan hipotesis-hipotesis c. Siswa mendiskusikan jenis dan ragam hipotesis
Dalam tahapan-tahapan model concept attainment siswa difasilitasi untuk mengajukan hipotesis, menganalisis data-data, menguji kembali hipotesis yang telah diajukan dan menyimpulkan pembelajaran melalui analisis hipoptesis. Hal ini menunjukkan setidak-tidaknya langkah dalam pembelajaran riset yang telah dijelaskan di atas telah dilaksanakan. Maka tentunya pembelajaran mendalam mampu tercipta melalui model concept attainment.
(13)
Meodelconcept attainment jugadapat menjadi salah satu alternatif fasilitas yang dapat digunakan untuk mengasah/meningkatkan pemahaman konsep siswa. Joyce (2009:142) mengemukakan bahwa “strategi-strategi penemuan konsep dirancang untuk mengajarkan konsep-konsep yang spesifik dan sifat-sifat dari konsep-konsep itu. Strategi ini juga menyediakan praktik dalam logika induktif dan kesempatan-kesempatan untuk mengubah dan mengembangkan strategi-strategi membangun konsep yang dimiliki siswa”. Pada model pembelajaran ini siswa diarahkan untuk memahami sebuah konsep bukan hanya konsep yang diberikan, melainkan siswa juga mampu mengkategorikan sebuah contoh kedalam suatu kategori dengan memperhatikan karakteristik-karakteristik dari sebuah konsep. Siswa tidak hanya terpaku terhadap contoh dari sebuah konsep yang diajarkan oleh guru saja. Ketika siswa menemui sebuah contoh yang baru, maka siswa bisa mengkategorikan contoh tersebut masuk ke dalam konsep apa dengan memperhatikan karakteristiknya. Selain itu terdapat juga contoh negatif, yaitu contoh yang memliki karakteristik negatif atau bertentangnan dari konsep yang sedang dipelajari. Contoh negatif ini diharapkan dapat mempermudah siswa dalam memahami mana yang termasuk ke dalam sebuah konsep dan mana yang tidak. Selanjutnya siswa juga diberi kesempatan untuk mengajukan pendapat mengenai ide atau pemikirannya tentang sebuah konsep yang telah dipahaminya yang pada akhirnya siswa mampu membuat contoh sendiri tentang konsep yang telah dipelajari.
Berkaitan dengan ukuran efek, Naga (2005) mengemukakan bahwa: Sebenarnya banyak peneliti di bidang psikologi dan pendidikan sangat ingin melaporkan ukuran efek yang dicapai di dalam penelitian mereka. Namun karena kurang pemahaman, mereka terjebak pada istilah yang kurang memadai “sangat signifikan.” Istilah yang memadai adalah ukuran efek yang dapat diperoleh melalui sedikit perhitungan dan bukan “sangat signifikan.” Bahkan menurut panduan yang diterbitkan oleh APA Task Force tentang inferensi statistik (Gravetter, 2004), ketika peneliti melaporkan efek
(14)
signifikansi secara statistika, mereka perlu melaporkan juga ukuran efeknya (effect size).
Karena jarang ditulis di buku maka ukuran efek tidak banyak dikenal orang. Sementara itu, APA sendiri mengharapkan peneliti melaporkan ukuran efek setelah mereka berhasil menguji hipotesis mereka. Untuk itu di sini kita melihat kedua-duanya, efek signifikansi dan ukuran efek.
Dari penjelasan di atas peneliti tertarik untuk mengetahui sejauh mana efek yang didapatkan dari penggunaan model concept attainmnet dalam pembelajaran yang diukur dalam effect size.Beberapa hasil penelitian terdahulu menunjukkan bahwa model concept attainment berdampak positif terhadap pembelajaran, berikut penelitian-penelitian tersebut:
Syamsu Ahmad Noor dalam tesisnya yang berjudul “Pengaruh Model PembelajaranGroup Investigation dan Concept Attainment terhadap Prestasi Belajar Ekonomi ditinjau dari Minat Belajar Pada Siswa Kelas X SMA Negeri di Kabupaten Wonogiri Tahun Pelajaran 2010/2011” menyimpulkan bahwa ada perbedaan pengaruh antara model pembelajaran group investigationdan concept attainment (F observasi > F tabel atau 112.46 > 3.93) (Noor:2010).
Nur Janah dalam tesisnya yang berjudul “Metode PembelajaranConcept Attainment dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika Ditinjau dari Tipe Belajar Siswa” menyimpulkan bahwa pembelajaran Concept Attainment memberikan prestasi yang lebih baik daripada menggunakan pembelajaran ceramah dengan FA = 4.29657 > F tabel = 3.84 (Janah:2009 ).
Shamnad N dalam tesisnya yang berjudul “Effectiveness of Concept Attainment Model on Achievement in Arabic Grammarof Standards IX Student” ada perbedaan yang signifikan dalam pencapaian Arab Grammar antara siswa kelas IX yang menggunakan model concept attainment dengan model konvensional (Shamnad:2005).
(15)
Berdasarkan paparan masalah tersebut penulis tertarik untuk mengkaji hal-hal yang berhubungan denganefektivitas model concept attainment berbantu multimediauntuk meningkatkan pemahaman konsepsiswa SMK.
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang telah dipaparkan oleh penulis, maka rumusan masalah yang akan diteliti yaitu:
1. Bagaimana mengembangkan multimedia menggunakan model concept attainmentsebagai alat bantu pembelajaran?
2. Apakah pembelajaran menggunakan model concept attainmentberbantu multimedia efektif dalam meningkatkan pemahaman konsep siswa kelompok atas, tengah, dan bawah?
3. Bagaimanapeningkatan pemahaman konsep siswa kelompok atas, tengah, dan bawah?
4. Bagaimana tanggapan siswa terhadap pembelajaran menggunakan model concept attainment berbantu multimedia?
1.3 Batasan Masalah
Agar penelitian ini tidak meluas, maka penulis membatasi masalah-masalah yang akan diteliti sebagai berikut:
1. Penggunaan multimedia dalam penelitian ini hanya sebagai alat bantu pembelajaran.
2. Materi yang dipilih adalah materi tentang Stuckture Query Language (SQL) pada standar kompetensi menerapkan bahasa pemrograman SQL tingkat dasar.
3. Penelitian dilakukan di kelas XI RPL D SMK MedikaCom Bandung. 4. Hasil pembelajaran ini merupakan hasil belajar dalam aspek pemahaman
(16)
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk:
1. Mengembangkan multimedia pembelajaran sebagai alat bantu dalam menerapkan model concept attainment.
2. Mengetahui efektivitas model concept attainment berbantu multimedia dalam meningkatkan pemahaman konsep siswa kelompok atas, tengah, dan bawah.
3. Mengetahui peningkatan pemahaman konsep siswa antara kelompok atas, tengah dan bawah yang dalam pembelajarannya menggunakan model Concept attainment berbantu multimedia.
4. Mengetahui tanggapan siswa mengenai pembelajaran yang menggunakan model concept attainment berbantu multimedia.
1.5 Manfaat Penelitian
Penelitian tentang “EfektivitasModel Concept AttainmentBerbantu Multimedia Untuk MeningkatkanPemahaman KonsepSiswa SMK” ini dapat bermanfaat bagi beberapa pihak, diantaranya:
1. Bagi Peneliti
Menambah pengetahuan tentang model concept attainment,menambah pengalaman dengan menerapkannya dalam proses belajar mengajarsecara langsung, mengetahui kesesuaian model ini dalam pembelajaran untuk kelas atas, tengah, atau bawah serta memahami bagaimana memilih multimedia yang tepat untuk menunjang penerapan model pembelajaran tersebut.
2. Bagi siswa
Dengan model concept attainmentberbantu multimedia diharapkan siswa dapat lebih memahami materi ajar yang disampaikan guru, mendorong siswa untuk aktif dalam proses pembelajaran, memberi pemahaman untuk dapat mengoptimalkan teknologi seperti multimedia
(17)
pembelajaran untuk dapat mendukung proses belajar yang berpengaruh terhadap peningkatan pemahaman konsepsiswa di SMK.
(18)
3. Bagi Guru
Sebagai referensi untuk membantu guru dalam menentukan model pembelajaran yang akan dipakai dalam rangka meningkatkan pemahaman konsepsiswa di SMK.
4. Bagi Dunia Pendidikan
Sebagai alternatif model pembelajaran yang lebih variatif guna menciptakan situasi pembelajaran yang lebih menarik, inovatif dan bervariasi.
1.6 Definisi Operasional
Dalam penelitian ini penulis menggunakan beberapa istilah, diantaranya:
1. Concept attainment
Concept attainment merupakan model pembelajaran yang dalam prakteknyaa melakukan proses mencari dan mendaftar sifat-sifat yang dapat digunakan untuk menbedakan contoh-contoh yang tepat dengan contoh-contoh yang tidak tepat dari berbagai kategori (Bruner, Goodnow, dan Austin,1967) dalam Joyce(2009:125). Pendapat lain menurut Eden dan Kauchak (2012:218), Concept attainment adalah sebuah model pengajaran yang dirancang untuk membantu siswa dari semua usia mengembangkan dan menguatkan pemahaman mereka tentang konsep dan mempraktikkan berpikir kritis.
2. Multimedia
Multimediadalah media yang terdiri dari gambar, suara, animasi bergerak yang berfungsi sebagai media untuk membantu proses belajar mengajar.
3. Pemahaman Konsep
Suatu konsep adalah suatu kelas atau kategori stimuli yang memiliki ciri-ciri umum. Stimuli adalah obejek-objek atau orang. Kita menyatakan suatu konsep dengan menyebut “nama” misalnya buku,
(19)
perang, siswa, wanita cantik, guru-guru yang berdedikasi dan sebagainya. Semua konsep tersebut menunjuk ke kelas/kategori stimuli (Hamalik, 1990).
1.7 HipotesisPenelitian
Hipotesis yang diajukan penulis adalah:
H0 : Tidak terdapat perbedaan peningkatan kemampuan pemahaman konsep
siswa antara kelompok atas, tengah dan bawah yang dalam pembelajarannya menggunakan model concept attainment berbantu multimedia.
H1 : Terdapat perbedaan peningkatan kemampuan pemahaman konsep siswa
antara kelompok atas, tengah dan bawah yang dalam pembelajarannya menggunakan model concept attainment berbantu multimedia.
(20)
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Pengembangan Multimedia
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam mengembangkan multimedia diantaranya:
3.1.1 Arsitektur Multimedia
Perancngan multimedia dirancang sedemikian rupa sehingga tidak memerlukan hardware khusus untuk menjalankan multimedia (Sutopo, 2012:113). Supaya aplikasi dapat berjalan dalam berbagai macam komponen hardware, maka diperlukan interface standar yaitu device-independent application programin interfeces (APIs) di mana apabila sebuah program dirancang menggunakan interface ini, maka akan dapat dijalankan di berbagai hardware dan sistem operasi yang mendukung API.
3.1.2 Authoriting System
Kompleksitas sebuah sistem bergantung pada seberapa spesifik peran yang dilakukan sistem itu sendiri. Authoring system dibagi menjadi enam macam, yaitu dedicated authoring system, timeline-based authoring, structured multimedia authoring, programable authoring system, multisource multi-user authoring system, dan telephone authoring system (Anleigh & Kirain, 1996 dalam Sutopo 2012).Dalam penelitian ini, multimedia yang dibangun akan menggunakan desain authoring system jenis structured multimedia authoring. System ini telah mampu mengakomodasi penyajian presentasi maupun pembelajaran yang kompleks. Seperti dijelaskan oleh Sutopo (2012:118) pendekatan berbasis struktur memungkinkan manipulasi dari struktur multimedia, dan melakukan modular authoring dari komponen objek multimedia.
(21)
3.1.3 Penggunaan Multimedia
Hampir di seluruh bidang keilmuan dapat memanfaatkan multimedia bergantung kepada seberapa kreatif seseorang membangun dan mengembangkan multimedia. Namun secara spesifik Anleigh & Kirain dalam Sutopo (2012:120) membagi pengguna multimedia menjadi tiga kategori utama, yaitu presentasi bisnis, aplikasi pelatihan dan pembelajaran, serta game dan hiburan. Dalam penelitian ini, multimedia yang dibangun akan diperuntukkan pada bidang pelatihan dan pembelajaran yang akan dilakukan dalam pembelajaran di sekolah. Dalam hal ini multimedia dapat berupa berbagai macam teks, chart, audio, video, animasi, simulasi, atau foto disesuaikan dengan kebutuhan pembelajaran.
3.1.4 Pengembangan Multimedia Pembelajaran
Menurut Munir (2010:240) ada lima tahap yang harus dilalui dalam mengembangkan suatu multimedia, yaitu :
1. Tahap Analisis
Pada tahap ini, hal yang dilakukan adalah ditetapkannya tujuan pengembangan baik bagi siswa, guru, dan lingkungan.
2. Tahap Desain
Pada tahap ini, hal yang dilakukan adalah menentukan unsur-unsur yang akan dimasukan kedalam multimedia sesuai dengan desain pembelajaran yang telah ditentukan sebelumnya. Terdapat dua aspek dalam proses pendesainan, yaitu aspek model ID (desain instruksional) dan aspek isi pengajaran.
3. Tahap Pengembangan
Tahap pengembangan meliputi langkah-langkah : penyediaan papan cerita, carta alur, menyediakan grafik, media (suara dan video), dan pengintegrasian sistem.
(22)
4. Tahap Implementasi
Pada tahap ini, multimedia yang telah dikembangkan selanjutnya diimplementasikan. Agar peserta didik termotivasi dan juga rasa ingin tahunya meningkat, maka hendaknya multimedia tersebut dikembangkan bersumber pada bahan –bahan yang berasal dari buku, pengalaman, guru, pengalaman peserta didik atau bersumber dari cerita di masyarakat.
5. Tahap Penilaian
Tahap ini bertujuan untuk mengetahui apakah multimedia yang dikembangkan sudah sesuai dengan program pembelajaran yang disusun atau tidak. Lalu untuk mnegetahui apa kelebihan dan apa kekurangan dari multimedia yang kita kembangkan.
Apabila digambarkan, maka proses di atas akan terlihat seperti gambar berikut:
Gambar 3.1. Tahap Pengembangan Multimedia
3.1.5 Evaluasi Multimedia
Menurut Sutopo (2012:137) Evaluasi multimedia bertujuan untuk: Meningkatkan produk multimedia. Produk tidak selalu sempurna.
Evaluasi dilakukan pada tahap testing dalam proses pengembangan multimedia.
Menentukan efektivitas dari bahan instruksional. Evaluasi ini juga dapa menentukan apakah produk dapat digunakan atau tidak.
(23)
Meningkatkan kemampuan tim dalam mengembangkan multimedia pembelajaran. Dengan dilakukan evaluasi ini tim pengembang berusaha untuk memperbaiki kelemahan yang telah dilakukan.
Meningkatkan proses pengembangan multimedia. Pada tahap testing dilakukan evaluasi sehingga menjadi masukan untuk perbaikan selanjutnya.
Tahapan penilaian yang dilakukan mencakup tiga hal yaitu desain interface, desain instruksional, dan konten.
3.2 Metode dan Desain Penelitian
Dalam penelitian ini, metode yang akan digunakan adalah metode penelitian kuantitatif Pre-Experimental Design. Menurut Sukmadinata (2012:208) metode ini adalah metode yang dalam pelaksanaannya tidak ada penyamaan karakteristik (random) dan tidak ada pengontrolan variabel. Penjelasan lain menurut Sugiyono (2011 : 109) menyatakan bahwa :
“ Dikatakan pre-experimental design, karena desain ini belum merupakan eksperimen sungguh-sungguh. Mengapa? Karena masih terdapat variable luar yang ikut berpengaruh terhadap terbentuknya variable dependen. Jadi hasil eksperimen yang merupakan variable dependen itu bukan semata-mata dipengaruhi oleh variable independen. Hal ini dapat terjadi, karena tidak adanya variable kontrol, dan sampel tidak dipilih secara random ”.
Desain penelitian yang akan diguakan adalah One-Group Pretest-Postest. Sugiyono (2011 : 110) menyatakan bahwa pada desain ini terdapat pretes, sebelum diberikan perlakuan. Dengan demikian hasil perlakuan dapat diketahui lebih akurat, karena dapat membandingkan dengan keadaan sebelum diberi perlakuan. Gambarannya tampak seperti di bawah:
Model Kelompok Pretes Perlakuan Postes Model Concecpt
Attainment berbantu Multimedia
Atas
O1 X O2
Tengah Bawah
(24)
Keterangan :
O1 = Tes kemampuan awal
X = Perlakuan
O1 = Tes kemampuan akhir
Pada penelitian ini, peneliti akan menggunakan pengujian anova satu jalur di mana terdapat beberapa kategori dalam menguji apakah terdapat perbedaan varian antara kelompok atas, tengah dan bawah.
3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi
Susetyo(2010:139) mengemukakan pengertian populasi yaitu “keseluaruhan data atau objek yang diteliti berupa karakteristik tertentu terhadap gejala, fenomena, peristiwa atau kejadian-kejadian.”. Dalam penelitian ini populasainya adalah seluruh siswa kelas XI SMK MedikaCom Bandung.
3.3.2 Sampel
Sampelmenurut Susetyo (2010:139) adalah “sebagian data yang diambil dari populasi”.Dalam penelitian ini data yang diambil untuk dijadikan bahan penelitian adalah data sampel bukan populasi dengan alasan ukuran populasi yang cukup besar.Apabila penelitian ini dilakukan terhadap pupulasi dikhawatirkan berpotensi terbentur masalah waktu dan biaya yang harus dikeluarkan.
TeknikPusposive Sampling menjadi cara yang dipilih penulis dalam menentukan sampel penelitian. Pemilihan sampel didasarkan terhadap beberapa pertimbangan yang telah didiskusikan penulis dengan guru matapelajaran di SMK MedikaCom sehingga memunculkan satu kelas yang dipilih. Setelah berkonsultasi dengan guru matapelajaran maka dipilihlah Kelas RPL XI D sebagai sampelpenelitian.
(25)
3.4 Instrumen Penelitian 3.4.1 Validasi Ahli
Validasi instrumen penting dilakukan untuk mengetahui apakah instrumen yang kita gunakan layak atau tidak. Untuk instrument soal dilakukan terhadap 2 orang alhli yaitu dosen Pendidikan Ilmu Komputer, sedangkan untuk multimedia dilakukan terhadap satu orang ahli yang juga dosen Pendidikan Ilmu Komputer.
3.4.2 Uji Coba Instrumen
Uji coba instrumen direncanakan akan dilakukan terhadap siswa yang telah mendapatkan materi ini yaitu di Kelas XI SMK.
3.4.3 Analisis Hasil Uji Coba Instrumen
Instrumen yang direncakan akan digunakan dalam penelitian ini berupa tes dan nontes. Setelah diujicobakan maka perlu dilakukan analisis terhadap hasil yang didapat. Menurut Sujarweni dan Endrayanto (2012 :177) bahwa uji validitas dan reliabilitas digunakan untuk menguji data yang menggunakan daftar pertanyaan atau kuesioner untuk melihat pertanyaan dalam kuesioner yang diisi oleh responden tersebut layak atau belum, pertanyaan-pertanyaan digunakan untuk mengambil data.
1. Tes
a) Uji Validitas
Uji validitas dilakukan untuk mengetahui valid atau tidaknya sebuah instrumen tes. Arikunto (2001:64) menjelaskan bahwa kevaliditasan suatu instrumen mencerminkan bahwa dengan instrumen tersebut, kita bisa mendapatkan suatu data yang sesuai dengan kenyataan. MenurutArikunto(2012:85) tes dikatakan memiliki validitas jika hasilnya sesuai dengan kriterium, dalam arti memiliki kesejajaran antara
(26)
satunya dengan angka kasar yang dikemukakan oleh Pearsondalam Arikunto (2012:87)seperti berikut:
= � −( )( )
� 2− 2{� 2−( )2}
(3.1) Keterangan:
=koefisien korelasi antara variabel x dan y, dua variabel lain yang dikorelasikan = − = −
= jumlah perkalian antara X dan Y N = Jumlah siswa
∑X = Jumlah skor distribusi X ∑Y = jumlah skor distribusi Y
Setelah didapatkan koefisien korelasinya, selanjutnya lihat kriteria berikut untuk mengetahui validitas instrumennya:
Tabel3.1. Kriteria Koefisien Korelasi Validitas
Koefisien Korelasi Kriteria Validitas 0,80 <rxy , Sangat tinggi
0,60 <rxy , Tinggi
0,40 <rxy , Sedang
0,20 <rxy , Rendah
0,00 <rxy , Sangat rendah
(Arikunto, 2012:89)
b) Uji Reliabilitas
Sebuah instrumen yang reliabel harus mampu menghasilkan data yang konsisten ketika dipakai di banyak subjek dan dalam waktu berbeda.Perhitungan reliabilitas ini bisa dilakukan menggunakan rumusKR-20 (Kurder Richardson) sebagai berikut:
11 = ( −1)
2−
2 (3.2)
(27)
Keterangan :
11 = reliabilitas tes secara keseluruhan
= proporsi subjek yang menjawab dengan benar
= proporsi subjek yang menjawab dengan salah = 1−
= jumlah hasil perkalian antara dan
= banyaknya item
= standar deviasi dari tes
Sebagai acuan menafsirkan tingkat reliabilitas instrumen,lihat tabel interpretasi reliabilitas menurut Guilford dalam Jihad dan Haris (2008:181)bawah ini:
Tabel 3.2 Klasifikasi Interpretasi Reliabilitas
Koefisien Reliabilitas Interpretasi
0,80 < 11 ≤1,00 Sangat tinggi 0,60 < r11 ≤0,80 Tinggi 0,40 < r11 ≤0,60 Cukup
0,20 < r11 ≤0,40 Rendah c) Uji Tingkat Kesukaran
Tingkat kesukaran merupakan ukuran untuk mengetahui apakah sebuah soal termasuk kategori mudah, sedang, atau sukar. Untuk menghitung indeks kesukarandapat menggunakan rumus yang dikemukakan oleh Arikunto (2012:223):
� = (3.3)
Keterangan:
P =indeks kesukaran
B=banyak siswa yang menjawab soal itu dengan betul JS= jumlah seluruh siswa peserta tes
(28)
Tabel 3.3Klasifikasi Interpretasi Indeks Kesukaran
P Keterangan
, P 0,30 Soal sukar
0,30<P 0,70 Soal sedang 0,70 <P 1,00 Soal mudah
( , 2012: 225)
d) Uji Daya Pembeda
Menurut Arikunto (2012:226) daya pembeda soal, adalah kemampun sesuatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang bodoh (berkemampuan rendah).Utuk menghitung daya pembeda instrumen dapat menggunaka rumus berikut:
� = − = � − � (3.4)
( , 2012: 228)
Keterangan:
JA=banyak peserta kelompok atas
JB =banyak siswa kelompok bawah
BA=banyak siswa atas yang menjawab dengan benar
BB=banyak siswa bawah yang menjawab dengan benar
PA =proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar (ingat,
P sebagai indeks kesukaran)
PB =proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar
Sebagaiacuan menafsirkan daya pembeda instrumen dapat menggunakan tabel di bawah ini:
Tabel 3.4Klasifikasi Interpretasi Daya Pembeda
Koefisien DP Interpretasi
D < 0,00 Tidak baik
0,0≤D≤0,20 Jelek (poor)
0,20 < D≤0,40 Cukup (satistifactory)
0,40 < D≤0,70 Baik (good)
0,70 < D≤0,10 Baik Sekali (excellent)
(29)
2. Non-tes
Angket digunakan sebagai instrumen non-tes dalam pelaksanaan penelitian ini. Menurut Riyanto (2001:70) angket adalah “alat untuk mengumpulkan data yang berupa daftar pertanyaan yang disampaikan kepada responden untuk dijawab secara tertulis”. Ada dua jenis angket. Pertama yaitu angket langsung, adalah yang diberikan langsung kepada pihak yang hendak diketahui pendapatnya. Kedua angket tertutup, adalah jenis angket dimana angket memuat jawaban yang dapat dipilih oleh responden. Responden tinggal memilih salah satu jawaban yang telah disediakan tanpa harus menyusun sendiri jawaban dari pertanyaan yang diajukan. Model dari angket yang digunakan adalah model dengan menggunakan skala Likert.
Dalam angket yang disusun oleh peneliti, terdapat 22 perntanyaan yang disusun berdasarkan indikator yang telah ditentukan sebelumnya pada kisi-kisi angket siswa. Berikut adalah pertanyaan-pertanyaan yang digunakan dalam angket yang dikelompokkan berdasarkan indikator: a. Mengetahui ketertarikan siswa terhadap peralatan komputer sebagai
penunjang belajar. Pernyataan positif:
1. Sayamenggunakan komputer lebih dari 4 jam dalam sehari.
2. Saya lebih seringmenggunakan komputerdalammengerjakan tugas-tugas sekolah karena lebih efektif.
7. Saya mengetahui bagian-bagian dari komputer seperti input device, output device dan process device.
Pernyataan negatif:
3. Saya menggunakan komputer untuk keperluan menonton film, bermain game atau mendengarkan lagu.
(30)
6. Mengerjakan tugas menggunakan komputer sangat tidak efektif, karenamerepotkanharusmengetikkanhasilpengerjaantugas yang sudahsayaselesaikansecara manual.
b. Mengetahui ketertarikan siswa dalam mempelajari Basis Data. Pernyataan positif:
5. Pelajaran Basis Data di sekolah adalah pelajaran yang menyenangkan karena memberikan pengetahuan dan keterampilan baru bagi saya.
8. Pelajaran Basis Datamembuat saya tertarik mengikuti perkembangan teknologi.
Pernyataan negatif:
10.Pelajaran Basis Data membosankan, karenamateri yang diajarkanhanyaitu-itusaja.
12.Pelajaran Basis Data membuat saya menjadi ragu untukmengikuti perkembangan teknologi.
c. Mengetahui pengaruh Concept Attainment dalam pelajaran Basis Data.
Pernyataan positif:
9. Belajar dengan modelconcept attainment membuat pelajaran Basis Data menjadi aktif.
17.Belajar Basis Datamenggunakan modelconcept attainment dalam pembelajarannya membuat materi lebih mudah dipelajari.
Pernyataan negatif:
14.Lebih menyenangkan jika belajar Basis Data dengan guru yang menggunakan metode ceramah.
15.Penggunaan eksperimen dalam pembelajaran Basis Data menyebabkan pelajaran Basis Data menjadi semakin sulit.
(31)
Pernyataan positif:
16.Mempelajari SQL dengan modelconcept attainment di dalam pembelajaran Basis Datamembuat saya lebih cepat memahami materi.
18.Saya lebih termotivasi belajar SQL apabila menggunakan modelconcept attainmentdalam pembelajarannya.
Pernyataan negatif:
13.Pembelajaran yang mengunakan modelconcept attainmenmembuat saya bosan dan jenuh.
21.Saya lebih sulit memahami materi tentang SQL apabila menggunakan metode concept attainment dalam pembelajarannya. e. Mengetahui pengaruh concept attainment berbantuan multimedia
terhadap pemahaman konsep siswa. Pernyataan positif:
19.Multimedia dalam pelajaran Basis Data yang menggunakan modelconcept attainment seperti sekarang ini membantu saya dalam memahami materi.
20.Saya senang belajar Basis Datadengan menggunakan modelconcept attainmentserta dibantu multimedia pembelajaran yang interaktif.
Pernyataan negatif:
11.Pembelajaran Basis Datayang sekarang dengan menggunakan multimedia membuat pelajaran Basis Datamenjadi sangat membosankan.
22.Penggunaan modelconcept attainment dalam belajar dan menggunakan multimedia dalam pelajaran Basis Datamembuat saya sangat sulit dalam memahami materi.
(32)
3.5 Pengembangan Bahan Ajar 3.5.1 RPP
RPP merupakan perangkat yang penting dalam pembelajaran. Guru mempersiapkan pembelajaran dari awal sampai akhir secara terperinci agar jalannya proses pembelajaran terencana denga baik.
3.5.2 Soal Pretes dan Postes
Soal merupakan salah satu perangkat penunjang penelitian, dengan soal kita dapat mengukur hasil tes siswa baik itu dalam pretes maupun postes. Berikut adalah rumus untuk menghitung skor total pada soal pilihan ganda:
Skor Pilihan Ganda = Jumlah benar
Jumlah Soal 100 (3.6) 3.6 Prosedur Penelitian
Tahapan-tahapaan yang dilakukan selama penelitian adalah sebagai berikut:
3.6.1 Tahapan persiapan penelitian
Pada tahap ini peneliti melakukankajianpustaka mengenai model conceptattainment.Meninjau keadaan sekolah tempat penelitian akan dilaksanakan. Merumuskan masalah yang akan ditelitidalam penelitian.Menentukan metode penelitian yang akan dipakai dalam penelitian.Kemudian menentukan populasi dan sampel penelitian, membuat instrument penelitian berupa soal, RPP dan bahan pendukung pembelajaran, melakukan validasi kepada ahli baik soal maupun media, melakukan uji instrumen dan diakhiri dengan melakukan analisa data uji coba instrumen yang meliputi uji validiats, uji reliabilitas, uji tingkat kesukaran dan uji daya pembeda.
(33)
3.6.2 Tahapan pelaksanaan penelitian
Tahap ini dimulai dengan pemberian pretes untuk megetahui pengetahuan awal siswa sebelum diberikannya perlakukan. Kemudiandilanjutkan dengan memberlakukan model concept attainmentberbantu multimedia dalam pembelajaran terhadap ketiga kelompok yaitu kelompok atas, kelompok tengah dan kelompok bawah. Tahap selanjutnya yaitu pemberian postes kepada siswa untuk mengetahui kemampuan akhir siswa. Tahapan terakhir yaitu siswa diberikan angket untuk mengetahui respon terhadap model pembelajaran serta multimedia yang digunakan.
3.6.3 Tahapan analisa data
Pada tahap ini dilakukan dengan mengelompokan data berdasarkan variable yang diteliti, melakukan perhitungan untuk menjawab rumusan masalah dan melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis yang telah diajukan.
3.6.4 Tahapan uji hipotesis
Pada tahap ini dilakukan penarikan kesimpulan untuk melihat penolakan atau penerimaan hipotesis berdasarkan hasil analisa data.
3.6.5 Tahapan penarikan kesimpulan
Pada tahap ini dilakukan penarikan kesimpulan berdasarkan tahapan uji hipotesis.
3.7 Teknik Pengolahan Data 3.7.1 Tes
1. Uji Normalitas
(34)
dilakukan untuk memeriksa apakah sampel yang diambil mempunyai kesesuaian dengan populasi. Apabila data berdistribusi normal maka dalam pengujian hipotesis akan menggunakan statistik parametrik. Apabila tidak maka pengujian akan dilakukan menggunakan uji statistik non-parametrik.
Pengujian normalitas itu dapat dilakukan menggunakan uji Chi kuadrat �2 , Liliefors, atau Kolmogorov-smirnov (Purwanto, 2011:156). Dalam penelitian ini dipilih metode Liliefors karena data yang akan diuji jumlahnya kecil, sebagaimana penjelasan Purwanto (2011:160) bahwa uji Liliefors digunakan untuk uji normalitas data dengan data yang kecil dan tidak perlu dikelompokkan. Uji dilakukan menggunakan koefisien T yang diitung dengan rumus yang dikemukakan oleh Soejoeti dalam Purwanto (2011:161):
= �∗ − (3.7)
Keterangan :
�∗ = Fungsi distribusi kumulatif normal standar =Fungsi distribusi kumulatif empirik
Selanjutnya untukmengetahui apakah data yang kita miliki berdistribusi normal atau tidak, T hitung akan dikonfirmasikan dengan tabel pada T(N)(1-α). Data dinyatakan berdistribusi normal apabila T hitung < T tabel pada taraf α tertentu.
2. Uji Homogenitas
MenurutPurwanto (2011 :176), pengujian homogenitas varians dilakukan untuk memastikan bahwa kelompok-kelompok yang dibandingkan merupakan kelompok-kelompok yang mempunyai varinas homogen. Pengujian homogenitas ini menggunakan Uji Barlet karena kelompok-kelompok yang dibandingkan mempunyai jumlah sampel yang tidak sama besar. Berikut rumus yang digunakan menurut Sudjana (2005:263) :
(35)
Kelompok – kelompok yang dibandingkan dinyatakan homogen apabila �2 <�2 pada taraf kesalahan tertentu.
3. Uji Statistik Parametrik
Purwanto (2011:156) menyatakan bahwa bila data sampel berdistribusi normal maka pengolahan datanya dapat menggunakan statistika parametrik. Pengujiandilakukan menggunakan rumus anava satu jalur. Pengujian ini dilakukan untuk membuktikan kebenaran hipotesis penelitian yang telah dirumuskan dalam penelitian ini. Purwanto (2011 :206) mengemukakan bahwa anava satu jalur adalah anova untuk perbandingan beberapa kelompok yang mempunyai satu jalur. Penjelasan lain menurut Susetyo (2010 :260) pengujian anova satu jalur menggunaan satu faktor, yang memiliki beberapa level atau kategori dengan menguji apakah terdapat perbedaan dalam varian antaara berbagai macam perlakuan. Uji satu faktor ini disebut juga dengan uji anava desain random keseluruhan.Berikut rumus yang digunakan menurut Purwanto (2011:204) :
�= ( )
(� ) (3.9)
Keterangan :
RJK(AK) = Rata-rata jumlah kuadrat antar kelompok RJK(DK) = Rata-rata jumlah kuadrat dalam kelompok
Setelah dilakukan uji Anava, apabila nilai dari Fhitung> Ftabel,
berarti terdapat perbedaan yang signifikan pada data tersebut. 4. Uji Statistik Non-parametrik
Uji statistik ini dilakukan apabila syarat-syarat pengujian statistik parametrik tidak terpenuhi. Pengujian yang dipakai adalah uji Kruskall-Wallis. Lukiastuti dan Hamdani (2012:196) menyatakan bahwa pengujian hipotesis melalui metode Kruskall-Wallis merupakan pengembangan atau alternatif dari metode analisis varians satu arah (one way analysis on variance) untuk kondisi beberapa persyaratan tidak
(36)
terpenuhi. Berikut rumus yang digunakan menurut Lukiastuti dan Hamdani (2012:199):
�= 12
× −1 ×
2
−1 −3 × + 1 (3.11)
Keterangan : 12,1,3 = konstanta
2 = kuadrat jumlah jenjang secara keseluruhan pada tiap sampel
n = jumlah sampel secara keseluruhan nk= jumlah sampel tiap kelompok
Kesimpulan akhir bisa dirumuskan setelah kita membandingkan nilai H dengan nilai khai-kuadrat dalam tabel kemudian diselaraskan dengan kriteria pengujian yang berlaku pada suatu ilustrasi kasus.
5. Uji lanjutan
Uji lanjutan yang dilakukan adalah uji Tukey untuk jumlah sampel yang sama besar atau uji Tukey-Kramer untuk jumlah sampel yang tidak sama besar (Purwanto, 2011:205). Purwanto (2011:204) mengemukakan bahwa tujuan uji lanjut ini adalah untuk mengetahui lebih jauh kelompok-kelompok mana saja yang berbeda signifikan dan kelompok-kelompok mana yang tidak berbeda signifikan.Pengujian ini digunakan dengan alasan jumlah sampel setiap kelompok berbeda. Berikut rumus yang digunakan menurut Purwanto (2011:210) :
I. Tukey
= � (3.10)
Keterangan : BK = Beda kritik
SR = Harga Studentized Range
RJK(DK) = Rata-rata jumlah kuadrat dalam kelompok = Jumlah sampel satu kelompok
II. Tukey-Kramer
= � ( 1
2 +
1
(37)
Keterangan : BK = Beda kritik
SR = Harga Studentized Range
RJK(DK) = Rata-rata jumlah kuadrat dalam kelompok nj = Jumlah sampel kelompok I
nk = Jumlah sampel kelompok II 6. Analisis Gain
Analisis Gain dilakukan untuk mengetahui bagaimana peningkatan hasil belajara dari siswa. Berikut rumus yang digunakan dalam uji gain menurut Hake (1999:1):
< > = −− (3.12)
Setelah didapatkan nilai gain dari setiap siswa, selanjutnya hitung nilai gain dari kelas tersebut yang berupa rata-rata dari nilai gain seluruh siswa pada kelas tersebut. Setelah nilai gain dari kelas diketahui, interpretasikan menggunakan tabel klasifikasi indeks gain menurut Hake (1999:1) :
Tabel 3.5Klasifikasi Indeks Gain Nilai g Interpretasi 0.7 < g < 1 Tinggi
. g . Sedang
g < . Rendah
7. Analisis Effect Size
Menurut Becker (2000) “Effect size (ES) is a name given to a
family of indices that measure the magnitude of a treatment effect”.Lebih lanjut Becker menjelaskan :
Measures of effect size in ANOVA are measures of the degree of association between and effect (e.g., a main effect, an interaction, a linear contrast) and the dependent variable. They can be thought of as the correlation between an effect and the dependent variable.. Four of the commonly used measures of effect size in AVOVA are:
(38)
Partial Eta squared, p2
omega squared, 2
the Intraclass correlation, I
Eta squared and partial Eta squared are estimates of the degree of association for the sample. Omega squared and the intraclass correlation are estimates of the degree of association in the population.
Pendapat lain yang mendukung Becker tercantum dalam Handout perkuliahan episode 625 Northern Arizona University“Another possibility for the Kruskal-Wallis test is to compute an index that is usually associated with a one-way ANOVA, such as eta square (2), except 2in this case would be computed on the ranked data”
Dari penjelasan di atas diketahui bahwa untuk uji statistik yang berkaitan dengan analisis varians, effect size dapat dihitung menggunakan rumus eta squared (2) di mana eta squared digunakan untuk pengukuran yang dilakukan terhadap sampel.Lebih jauh de Gil (2013) menjelaskan bahwa “Measures of effect size are recommended to communicate information on the strength of relationships between variables”. Berikut Rumus yang dikemukakan oleh Olejnik dan Agina (2000:260):
ɳ 2 =
= Jumlah Kuadrat Antar Kelompok
= Jumlah Kuadrat Total
Selanjutnya hasil perhitungan effect size diinterpretasikan ke dalam skala Cohen dalam Becker(2000):
Tabel 3.6Klasifikasi Effect Size
Effect size Cohen’s Standard 0 <Effect size 0.2 Small 0.2 <Effect size 0.8 Medium
(39)
3.7.2 Non-tes
Untuk menghitung presentase angket kita dapat menggunakan rumus:
= 100%
Keterangan :
p = presentase jawaban f = frekuensi jawaban n = banyaknya jawaban
Karena skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala Likert, maka terdapat 5 pilihan jawaban yaitu SS (sangat setuju), S (setuju), R (Ragu), TS (tidak setuju) dan STS (sangat tidak setuju). (Riduwan, 2011:87). Menurut Sugiyono (2011:137) Angket dapat dipresentasikan dengan cara berikut:
a. Menghitung jumlah skor kriterium
Skor kriterium merupakan skor jika setiap butir pertanyaan yang diajukan kepada siswa mendapatkan skor tertinggi:
Skor tertinggi x jumlah responden x jumlah butir soal b. Menghitung jumlah skor hasil pengumpulan data
Skor-skor yang diperoleh dari siswa, ditabulasikan dalam tabel dan dihitung jumlah keseluruhan skor data kuantitatif dari yang dipilih seluruh responden.
c. Menentukan kategori/interprestasi data
(40)
Jumlah skor hasil pengumpulan data
skor kriterium x 100%
Sehingga diketahui presentase dari kriteria yang ditetapkan. Secara kontinu dapat dibuat kategori dengan interval sebagai berikut :
Gambar 3.3
Interval Interprestasi Kategori Perolehan Angket Sangat
Tidak Setuju (1x jumlah responden)
Tidak Setuju 21x jumlah responden)
Sangat Setuju (5x jumlah responden) Setuju
(4x jumlah responden) Ragu-Ragu
(3x jumlah responden)
(41)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil analisis dan pembahasan terhadap data penelitian yang telah dilakukan, dapat ditarik beberapa kesimpulan penelitian sebagai berikut: 1. Multimedia pembelajaran menggunakan model concept attainment berhasil dikembangkan sesuai dengan tahapan-tahapan dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya.
2. Model pembelajaran concept attainment berbantu multimedia efektif untuk meningkatkan pemahaman konsep siswa kelas atas, tengah, dan bawah. Hal ini didasarkan pada kriteria efektivitas yang telah ditentukan berhasil terpenuhi.
3. Peningkatan pemahaman konsep siswa kelompok bawah adalah yang terbaik dibandingkan kelompok atas maupun kelompok tengah. Hal ini didukung dengan perolehan respon siswa dimana kelompok bawah memiliki respon tertinggi dibanding kelompok yang lain.
4. Tanggapan siswa terhapan pembelajaran menggunakan model concept attainment berbantu multimedia cukup baik. Hal ini ditunjukkan oleh respon siswa terhadap angket yang diberikan yang menunjukkan kriteria setuju berdasarkan deret kontinuitas.
5.2 Saran
Saran yang diberikan peneliti berdasarkan hasil penelitian ini diantaranya sebagai berikut:
1. Untuk peneliti selanjutnya yang ingin menerapkan model concept attainmentmenggunakan desain penelitian One-Group
(42)
Pretest-Postesthendaknya menggunakan jumlah sampel yang lebih besar agar dapat diketahui dengan jelas perbedaan antar kelompoknya.
2. Untuk pengukuran efektivitas menggunakan perhitungan effect size hendaknya dikaji lebih dalam dan diperkenalkan lebih luas karena perhitungan ini masih jarang digunakan dalam statistik pendidikan.
(43)
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. (1996). Prosedur Penelitian. Jakarta: PT Rineka Cipta. Arikunto, Suharsimi . 2001 . Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan . Jakarta : Bumi
Aksara
Arikunto, Suharsimi. (2012).Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan.Jakarta:Bumi Aksara.
Becker, Lee A. (2000). Effect Size (ES)-University of Colorado Colorado Springs. [Online]. Tersedia: http://www.uccs.edu/lbecker/effect-size.html. [4 Desember].
Bloom, Benjamin S. Et al. (1979). Taxonomy of Educational Objectives Book I Cognitive Domain. London : Longman Group LTD.
Dahar, Ratna Wilis. (2011). Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Penerbit Erlangga.
De Gil, dkk. (2013). GEN_ETA2: A SAS. Macro for Computing the Generalized Eta-Squared Effect Size Associated with Analysis of Variance Models.
[online]. Tersedia:
http://support.sas.com/resources/papers/proceedings13/223-2013.pdf. [4 Desember 2013].
Depdiknas. (2008). Kajian Kebijakan KurikulumSekolah Menengah. Depdiknas Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum.
Egen & Kauchak. (2012). Strategi dan Model Pembelajaran. Jakarta:Indeks. Hake, Richard R . (1999) . Interactive-Engagement Vs Traditional Methods: A
Six-Thousand-Student Survey Of Mechamics Test Data For Introductory Physics Courses . [Online] . Tersedia :http://www.google.com/url? sa=t&rct=j&q=&source=web&cd=1&ved=0CC8QFjAA&url=http%3A %2F%2Fweb.mit.edu%2Frsi%2Fwww%2F2005%2Fmisc%2Fminipaper
%2Fpapers%2FHake.pdf&ei=iX-zUZ3hKcrRrQf00YHADg&usg=AFQjCNGT. [4 Desember 2013]
Hamalik, Oemar. (2009). Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. Jakarta: Bumi Aksara.
(44)
Jacobsen, David A., dkk. (2009). Methods For Teaching. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Janah, Nur. (2009). Metode Pembelajaran Concept Attainment dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika Ditinjau dari Tipe Belajar Siswa. [onlie]. Tersedia:http://digilib.uns.ac.id/abstrak_8029_metode- pembelajaran-concept-attainment-dalam-meningkatkan-prestasi-belajar-matematika-ditinjau-dari-tipe-belajar-siswa.html. [12 Desember 2013]. Jihad, Asepdan Haris, Abdul. (2008). Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta.Multi
Presindo
Joyce, Bruce dkk. (2009). Models of Teaching (Model-Model Pengajaran) edisi ke delapan.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Joyce & Weil. (1992). Models of Teaching.Fourth Edition.USA: Allyn and Bacon.
Lewis, Wendy dkk. (2007). The Consept Attainment Model (The Teaching Thingking Skills Across The Curriculum).
Lublin, Jackie. (2003). Deep, Surfaces and Strategic Approaches to Learning. Lukiastuti, Fitri & Hamdani, Muliawan. (2012). Statistika Non Parametris
Aplikasinya Dalam Bidang Ekonomi dan Bisnis. Yogyakarta: Caps.
Maulidina, Dwi dkk. (2010).Metode Penelitianeksperimen Semu (Quasi
Eksperimental Research). [online].
Tersedia:http://www.scribd.com/doc/48693455/45266954-EKSPERIMEN-SEMU. [21 Maret 2012]
Mulyana, T. (2005). Upaya Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematika Siswa Jurusan IPA Melalui Pembelajaran dengan Pendekatan Induktif Deduktif. Skripsi S1 Pada FPMIPA UPI : Tidak Diterbitkan.
Munadi, Yudhi. 2008. Media Pembelajaran; Sebuah Pendekatan Baru. Jakarta: Gaung Persada Press.
Munir. (2010) . Kurikulum Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi. Bandung : Alfabeta.
(45)
Munir. (2012) . Multimedia, Konsep & Aplikasi dalam Pendidikan. Bandung : Alfabeta.
Naga, Dali S. (2005). Ukuran Efek Dalam Laporan Hasil Penelitian. [online]. Tersedia:http://dali.staff.gunadarma.ac.id/Publications/files/399/4861-aARCHE.doc. [4 Desember 2013]
Noor, Syamsu Ahmad. (2010). Pengaruh Model Pembelajaraj Group Investigation dan Concept Attainment terhadap Prestasi Belajar Ekonomi ditinjau dari Minat Belajar Pada Sisiwa Kelas X SMA Negeri di Kabupaten Wonogiri Tahun Pelajaran 2010/2011. [online]. Tersedia:http://pasca.uns.ac.id. [12 Desember 2013].
Nortern Arizona University. Eps 625 – Intermediate Statistics Kruskal-Wallis
Test. [online]. Tersedia:
http://oak.ucc.nau.edu/rh232/courses/EPS625/Handouts/Nonparametric/Th e%20Kruskal-Wallis%20Test.pdf. [4 Desember 2013].
N, Shamnad. (2005). Effectiveness of Concept Attainment Model on Achievement in Arabic Grammarof Standards IX Student. [online]. Tersedia:http://arabicuniversitycollege.yolasite.com/resources/Faculty/NS/ Dissertations/Effectiveness%20of%20Concept%20Attainment%20Model %20on%20achievement%20in%20Arabic%20grammar%20of%20standar d%20IX%20Students.pdf. [12 Desember 2013].
Olejnik, Stephen and James Algina. (2000). Measures of Effect Size for Comparative Studies:Applications, Interpretations, and Limitations.
University of Georgia. [online]. Tersedia:
http://www.personal.psu.edu/jxb14/M554/articles/Olejnik%26Algina2000. pdf. [4 Desember 2013].
Purwanto. (2011). Statistika Untuk Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Riduwan. (2011). Belajar Mudah Penelitian untuk guru dan karyawan. Bandung:
Alfabeta.
Riyanto, Yatim . (2001) . Metodologi Penelitian Pendidikan . Surabaya : SIC Santoso, Agung. (2010). Studi Deskriptif Effect Size Penelitian-Penelitian Di
(46)
Tersedia:http://www.usd.ac.id/lembaga/lppm/f1l3/Jurnal%20Penelitian/vo l14no1nov2010/2010%20November_01%20Agung%20Santoso.pdf. [4 Desember 2013].
Siegel, Martin dan Dennis M. Davis. (1986). Understanding Computer-Based Education. New York: Random House Inc.
Solichin, Achmad. Diktat Perkuliahan Pemrograman Web 2 ver 1.0 Universitas
Budiluhur. [Online]. Tersedia:
https://webdosen.budiluhur.ac.id/dosen/050023/materi/pw2_pertemuan12. pdf. [7 Januari 2014].
Subiyanto. (1998). Evaluasi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta : Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan dan Kependidikan.
Sugiyono. (2005). Statistik untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung : Alfabeta.
Suherman, E. Dkk. (2003). Evaluasi Pembelajaran Matematika. Bandung : Jurusan Pendidikan Matematika UPI.
Sujarweni, V Wiratna dan Poly Endrayanto. (2012). Statistik untuk Penelitian. Yogyakarta : Graha Ilmu
Surapranata. (2006). Analisis, Validitas, Reliabilitas dan Interpretasi Hasil Tes. Implementasi Kurikulum 2004. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Susetyo, Budi . (2010) . Statistika Untuk Analisis Data Penelitian . Bandung : Refika Aditama
Sutopo, Ariesto Hadi. (2012). Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Pendidikan. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Trianto. (2010). Model Pembelajaran Terpadu. Konsep, Strategi, dan Implementasinya dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Bumu Aksara.
Widhiarso, Wahyu. (2010). Catatan dalam Penggunaan Eta-Squared dalam
Analisis Varians. [online]. Tersedia:
http://widhiarso.staff.ugm.ac.id/wp/catatan-dalam-penggunaan-eta-squared-dalam-analisis-varians/. [4 Desember 2013].
(1)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil analisis dan pembahasan terhadap data penelitian yang telah dilakukan, dapat ditarik beberapa kesimpulan penelitian sebagai berikut: 1. Multimedia pembelajaran menggunakan model concept attainment berhasil dikembangkan sesuai dengan tahapan-tahapan dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya.
2. Model pembelajaran concept attainment berbantu multimedia efektif untuk meningkatkan pemahaman konsep siswa kelas atas, tengah, dan bawah. Hal ini didasarkan pada kriteria efektivitas yang telah ditentukan berhasil terpenuhi.
3. Peningkatan pemahaman konsep siswa kelompok bawah adalah yang terbaik dibandingkan kelompok atas maupun kelompok tengah. Hal ini didukung dengan perolehan respon siswa dimana kelompok bawah memiliki respon tertinggi dibanding kelompok yang lain.
4. Tanggapan siswa terhapan pembelajaran menggunakan model concept attainment berbantu multimedia cukup baik. Hal ini ditunjukkan oleh respon siswa terhadap angket yang diberikan yang menunjukkan kriteria setuju berdasarkan deret kontinuitas.
5.2 Saran
Saran yang diberikan peneliti berdasarkan hasil penelitian ini diantaranya sebagai berikut:
1. Untuk peneliti selanjutnya yang ingin menerapkan model concept attainmentmenggunakan desain penelitian One-Group
(2)
Pretest-99
Postesthendaknya menggunakan jumlah sampel yang lebih besar agar dapat diketahui dengan jelas perbedaan antar kelompoknya.
2. Untuk pengukuran efektivitas menggunakan perhitungan effect size hendaknya dikaji lebih dalam dan diperkenalkan lebih luas karena perhitungan ini masih jarang digunakan dalam statistik pendidikan.
(3)
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. (1996). Prosedur Penelitian. Jakarta: PT Rineka Cipta. Arikunto, Suharsimi . 2001 . Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan . Jakarta : Bumi
Aksara
Arikunto, Suharsimi. (2012).Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan.Jakarta:Bumi Aksara.
Becker, Lee A. (2000). Effect Size (ES)-University of Colorado Colorado Springs. [Online]. Tersedia: http://www.uccs.edu/lbecker/effect-size.html. [4 Desember].
Bloom, Benjamin S. Et al. (1979). Taxonomy of Educational Objectives Book I Cognitive Domain. London : Longman Group LTD.
Dahar, Ratna Wilis. (2011). Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Penerbit Erlangga.
De Gil, dkk. (2013). GEN_ETA2: A SAS. Macro for Computing the Generalized Eta-Squared Effect Size Associated with Analysis of Variance Models.
[online]. Tersedia:
http://support.sas.com/resources/papers/proceedings13/223-2013.pdf. [4 Desember 2013].
Depdiknas. (2008). Kajian Kebijakan KurikulumSekolah Menengah. Depdiknas Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum.
Egen & Kauchak. (2012). Strategi dan Model Pembelajaran. Jakarta:Indeks. Hake, Richard R . (1999) . Interactive-Engagement Vs Traditional Methods: A
Six-Thousand-Student Survey Of Mechamics Test Data For Introductory Physics Courses . [Online] . Tersedia :http://www.google.com/url? sa=t&rct=j&q=&source=web&cd=1&ved=0CC8QFjAA&url=http%3A %2F%2Fweb.mit.edu%2Frsi%2Fwww%2F2005%2Fmisc%2Fminipaper
%2Fpapers%2FHake.pdf&ei=iX-zUZ3hKcrRrQf00YHADg&usg=AFQjCNGT. [4 Desember 2013]
Hamalik, Oemar. (2009). Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. Jakarta: Bumi Aksara.
(4)
101
Jacobsen, David A., dkk. (2009). Methods For Teaching. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Janah, Nur. (2009). Metode Pembelajaran Concept Attainment dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika Ditinjau dari Tipe Belajar Siswa. [onlie]. Tersedia:http://digilib.uns.ac.id/abstrak_8029_metode- pembelajaran-concept-attainment-dalam-meningkatkan-prestasi-belajar-matematika-ditinjau-dari-tipe-belajar-siswa.html. [12 Desember 2013]. Jihad, Asepdan Haris, Abdul. (2008). Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta.Multi
Presindo
Joyce, Bruce dkk. (2009). Models of Teaching (Model-Model Pengajaran) edisi ke delapan.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Joyce & Weil. (1992). Models of Teaching.Fourth Edition.USA: Allyn and Bacon.
Lewis, Wendy dkk. (2007). The Consept Attainment Model (The Teaching Thingking Skills Across The Curriculum).
Lublin, Jackie. (2003). Deep, Surfaces and Strategic Approaches to Learning. Lukiastuti, Fitri & Hamdani, Muliawan. (2012). Statistika Non Parametris
Aplikasinya Dalam Bidang Ekonomi dan Bisnis. Yogyakarta: Caps.
Maulidina, Dwi dkk. (2010).Metode Penelitianeksperimen Semu (Quasi
Eksperimental Research). [online].
Tersedia:http://www.scribd.com/doc/48693455/45266954-EKSPERIMEN-SEMU. [21 Maret 2012]
Mulyana, T. (2005). Upaya Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematika Siswa Jurusan IPA Melalui Pembelajaran dengan Pendekatan Induktif Deduktif. Skripsi S1 Pada FPMIPA UPI : Tidak Diterbitkan.
Munadi, Yudhi. 2008. Media Pembelajaran; Sebuah Pendekatan Baru. Jakarta: Gaung Persada Press.
Munir. (2010) . Kurikulum Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi. Bandung : Alfabeta.
(5)
Munir. (2012) . Multimedia, Konsep & Aplikasi dalam Pendidikan. Bandung : Alfabeta.
Naga, Dali S. (2005). Ukuran Efek Dalam Laporan Hasil Penelitian. [online]. Tersedia:http://dali.staff.gunadarma.ac.id/Publications/files/399/4861-aARCHE.doc. [4 Desember 2013]
Noor, Syamsu Ahmad. (2010). Pengaruh Model Pembelajaraj Group Investigation dan Concept Attainment terhadap Prestasi Belajar Ekonomi ditinjau dari Minat Belajar Pada Sisiwa Kelas X SMA Negeri di
Kabupaten Wonogiri Tahun Pelajaran 2010/2011. [online].
Tersedia:http://pasca.uns.ac.id. [12 Desember 2013].
Nortern Arizona University. Eps 625 – Intermediate Statistics Kruskal-Wallis
Test. [online]. Tersedia:
http://oak.ucc.nau.edu/rh232/courses/EPS625/Handouts/Nonparametric/Th e%20Kruskal-Wallis%20Test.pdf. [4 Desember 2013].
N, Shamnad. (2005). Effectiveness of Concept Attainment Model on Achievement
in Arabic Grammarof Standards IX Student. [online].
Tersedia:http://arabicuniversitycollege.yolasite.com/resources/Faculty/NS/ Dissertations/Effectiveness%20of%20Concept%20Attainment%20Model %20on%20achievement%20in%20Arabic%20grammar%20of%20standar d%20IX%20Students.pdf. [12 Desember 2013].
Olejnik, Stephen and James Algina. (2000). Measures of Effect Size for Comparative Studies:Applications, Interpretations, and Limitations. University of Georgia. [online]. Tersedia: http://www.personal.psu.edu/jxb14/M554/articles/Olejnik%26Algina2000. pdf. [4 Desember 2013].
Purwanto. (2011). Statistika Untuk Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Riduwan. (2011). Belajar Mudah Penelitian untuk guru dan karyawan. Bandung:
Alfabeta.
Riyanto, Yatim . (2001) . Metodologi Penelitian Pendidikan . Surabaya : SIC Santoso, Agung. (2010). Studi Deskriptif Effect Size Penelitian-Penelitian Di
(6)
103
Tersedia:http://www.usd.ac.id/lembaga/lppm/f1l3/Jurnal%20Penelitian/vo l14no1nov2010/2010%20November_01%20Agung%20Santoso.pdf. [4 Desember 2013].
Siegel, Martin dan Dennis M. Davis. (1986). Understanding Computer-Based Education. New York: Random House Inc.
Solichin, Achmad. Diktat Perkuliahan Pemrograman Web 2 ver 1.0 Universitas
Budiluhur. [Online]. Tersedia:
https://webdosen.budiluhur.ac.id/dosen/050023/materi/pw2_pertemuan12. pdf. [7 Januari 2014].
Subiyanto. (1998). Evaluasi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta : Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan dan Kependidikan.
Sugiyono. (2005). Statistik untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung : Alfabeta.
Suherman, E. Dkk. (2003). Evaluasi Pembelajaran Matematika. Bandung : Jurusan Pendidikan Matematika UPI.
Sujarweni, V Wiratna dan Poly Endrayanto. (2012). Statistik untuk Penelitian. Yogyakarta : Graha Ilmu
Surapranata. (2006). Analisis, Validitas, Reliabilitas dan Interpretasi Hasil Tes. Implementasi Kurikulum 2004. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Susetyo, Budi . (2010) . Statistika Untuk Analisis Data Penelitian . Bandung : Refika Aditama
Sutopo, Ariesto Hadi. (2012). Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Pendidikan. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Trianto. (2010). Model Pembelajaran Terpadu. Konsep, Strategi, dan Implementasinya dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Bumu Aksara.
Widhiarso, Wahyu. (2010). Catatan dalam Penggunaan Eta-Squared dalam
Analisis Varians. [online]. Tersedia:
http://widhiarso.staff.ugm.ac.id/wp/catatan-dalam-penggunaan-eta-squared-dalam-analisis-varians/. [4 Desember 2013].