PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PROBLEM BASED LEARNING) DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH HAM PADA MATA PELAJARAN PKn : Penelitian Tindakan Kelas Kelas SMP N 40 Bandung.
DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
UCAPAN TERIMA KASIH ... iii
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... ix
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ……….. 1
B. Rumusan Masalah ………. 8
C. Tujuan Penelitian ……….. 8
D. Manfaat Penelitian ……….... 9
E. Anggapam Dasar ……….. 10
F. Penjelasan Istilah ……….. 11
G. Metodologi Penelitian ……….. 16
H. Subjek dan Lokasi Penelitian ………... 17
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 18
A. Pembelajaran PKn ... 18
1. Pengertian Pembelajaran PKn ... 18
2. Tujuan Pembelajaran PKn…….. ... 21
3. Strategi Pembelajaran PKn………. 22
B. Problem Based Learning dalam Mata Pelajaran PKn ... 23
1. Pengertian Problem Based Learning ... 23
2. Langkah-langkah Problem Based Learning ... 32
3. Keunggulan dan Kelemahan Problem Based Learning………. 37
4. Problem Based Learning Bidang Studi PKn………... . 39
C. Hakikat Pendidikan Kewarganegaraan ... 40
1. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan ... 40
2. Fungsi dan Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan ... 48
3. Visi dan Misi Pendidikan Kewarganegaraan………. 52
4. Ruang Lingkup Pendidikan Kewarganegaraan………. 52
D. Konsep Hak Asasi Manusia dalam Mata Pelajaran PKn ... 52
1. Pengertian Hak Asasi Manusia ... 52
2. Perkembangan HAM di Indonesia ... 54
3. Pelanggaran Hak Asasi Manusia ... 54
4. Kelembagaan Hak Asasi Manusia ... 57
(2)
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 69
A. Pendekatan Penelitian ... 69
B. Metode Penelitian ... 71
C. Teknik Pengumpulan Data ... 74
1. Studi Pustaka atau Literature... 74
2. Wawancara ... 75
3. Observasi………. 75
4. Studi Dokumentasi……….. 75
D. Subjek dan Lokasi Penelitian ... 75
E. Prosedur Pengumpulan Data ... 76
F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data………... 81
G. Validitas Data……… 83
H. Jadwal Penelitian………... 87
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 88
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 88
1. Profil Sekolah ... 88
2. Visi dan Misi SMP Negeri 40 Bandung ... 89
3. Tujuan SMP Negeri 40 Bandung ... 90
4. Letak Geografis Sekolah ... 90
5. Sarana dan Prasarana... 91
B. Deskripsi Umum Pembelajaran ... 93
1. Observasi Awal Pembelajaran PKn ... 93
a. Pelaksanaan observasi awal Pembelajaran PKn ... 93
b. Analisis dan Refleksi ... 95
c. Rencana Tindakan... 96
2. Deskripsi Hasil Penelitian... 97
a. Siklus I ... 97
1) Perencanaan Tindakan Siklus I ... 97
2) Pelaksanaan Tindakan Siklus I ... 98
3) Observasi atau Pengamatan Tindakan Siklus I... 105
4) Refleksi Tindakan I... 107
b. Siklus II... 113
1) Perencanaan Tindakan Siklus II... 113
2) Pelaksanaan Tindakan Siklus II... 114
3) Observasi atau Pengamatan Tindakan Siklus II... 120
4) Refleksi Tindakan I... 125
c. Siklus III... 129
1) Perencanaan Tindakan Siklus III... 129
2) Pelaksanaan Tindakan Siklus III... 130
3) Observasi atau Pengamatan Tindakan Siklus III... 136
(3)
C. Analisis Pelaksanaan Tindakan Kelas dalam Penggunaan Model Problem Based Learning pada Pembelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan ... 142
1. Proses Pembelajaran Problem Based Learning dalam masalah HAM pada Mata Pelajaran PKn………... 142
2. Kendala dalam persoalan apa yang ditemukan guru dalam proses pembelajaran Problem Based Learning dalam masalah HAM pada Mata Pelajaran PKn………... 150
3. Upaya dan usaha yang dilakukan guru dalam mengatasi kendala dan persoalan proses pembelajaran Problem Based Learning dalam masalah HAM pada Mata Pelajaran PKn………. 152
4. Dampak proses pembelajaran Problem Based Learning dalam masalah HAM pada Mata Pelajaran PKn……… ... 153
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 158
A. Kesimpulan ... 158
B. Saran ... 160
1. Bagi Guru ... 160
2. Bagi Siswa ... 161
3. Bagi Sekolah ... 161
4. Bagi Peneliti Selanjutnya ... 162
DAFTAR PUSTAKA ... 163 LAMPIRAN-LAMPIRAN
(4)
DAFTAR TABEL
Tabel1.1 Kasus Pelanggaran HAM………... 6
Tabel2.1 Tabel3.1 Tabel3.3 Tabel3.4 Sintaksis Untuk PBL…... Nama dan Anggota Kelompok………. Nama dan Anggota Kelompok………. Hasil Pengamatan Berfokus Pada Kegiatan Guru……… 35 101 116 121 DAFTAR GAMBAR Gambar1.1 Siklus Penelitian Tindakan Kelas……… 81
Gambar1.1 Triangulasi Subyek……….. 84
Gambar1.2 Triangulasi Teknik……… 85
(5)
BAB I PENDAHULUAN A.LATAR BELAKANG
Pendidikan di Indonesia diharapkan dapat mempersiapkan peserta didik
menjadi warga negara yang memiliki komitmen kuat dan konsisten untuk
mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Komitmen yang kuat dan
konsisten terhadap prinsip dan semangat kebangsaan dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang berdasarkan Pancasila dan UUD
1945, perlu ditingkatkan terus menerus untuk memberikan pemahaman yang
mendalam tentang Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Indonesia harus menghindari sistem pemerintahan yang memasung
hak-hak asasi manusia, hak-hak-hak-hak warganegara untuk dapat menjalankan prinsip-prinsip
demokrasi. Kehidupan yang demokratis didalam kehidupan sehari-hari di
lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat, pemerintahan, dan
organisasi-organisasi non pemeritahan perlu dikenal, dipahami, diinternalisasi, dan
diterapkan demi terwujudnya pelaksanaan prinsip-prinsip demokrasi serta demi
peningkatan martabat kemanusiaan, kesejahteraan, kebahagiaan, kecerdasan dan
keadilan.
Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran
yang memfokuskan pada pembentukan warganegara yang memahami dan mampu
melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warga negara yang baik,
yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD
(6)
pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan diri yang beragam dari segi
agama, sosio-kultural, bahasa, usia, dan suku bangsa.
Dari Standar Isi dan Standar Kompetensi tersebut di atas, penulis
memilih butir ketiga yaitu menampilkan sikap positif terhadap perlindungan dan
penegakan hak asasi manusia (HAM), sebagai landasan judul penelitian tindakan
kelas ini.Berdasarkan hasil pengamatan dan pengalaman selama ini, siswa kurang
aktif dalam kegiatan belajar-mengajar. Anak cenderung tidak begitu tertarik
dengan pelajaran PKn karena selama ini pelajaran PKn dianggap sebagai
pelajaran yang hanya mementingkan hafalan semata, kurang menekankan aspek
penalaran sehingga menyebabkan rendahnya minat belajar PKn siswa di sekolah.
Banyak faktor yang menyebabkan hasil belajar PKn siswa rendah yaitu
faktor internal dan eksternal dari siswa. Faktor internal antara lain: motivasi
belajar, intelegensi, kebiasan dan rasa percaya diri. Sedangkan faktor eksternal
adalah faktor yang terdapat di luar siswa, seperti; guru sebagai pembina kegiatan
belajar, strategi pembelajaran, sarana dan prasarana, kurikulum dan lingkungan.
Dari masalah-masalah yang dikemukakan di atas, perlu dicari strategi baru dalam
pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif.
Pembelajaran yang mengutamakan penguasaan kompetensi harus
berpusat pada siswa (Focus on Learners), memberikan pembelajaran dan
pengalaman belajar yang relevan dan kontekstual dalam kehidupan nyata (provide
relevant and contextualized subject matter) dan mengembangkan mental yang kaya dan kuat pada siswa. Disinilah guru dituntut untuk merancang kegiatan
(7)
pembelajaran yang mampu mengembangkan kompetensi, baik dalam ranah
kognitif, ranah afektif maupun psikomotorik siswa.
Strategi pembelajaran yang berpusat pada siswa dan penciptaan suasana
yang menyenangkan sangat diperlukan untuk meningkatkan hasil belajar siswa
dalam mata pelajaran PKn. Dalam hal ini penulis memilih model “Pembelajaran Berbasis Masalah (PROBLEM BASED LEARNING) Dalam Meningkatkan
Kemampuan Memecahkan Masalah HAM Pada Mata Pelajaran PKn”.
Pembelajaran berbasis masalah adalah suatu proses belajar mengajar didalam
kelas dimana siswa terlebih dahulu diminta mengobservasi suatu fenomena.
Siswa diminta untuk mencatat permasalahan-permasalahan yang muncul,
setelah itu tugas guru adalah merangsang untuk berfikir kritis dalam memecahkan
masalah yang ada. Tugas guru mengarahkan siswa untuk bertanya, membuktikan
asumsi, dan mendengarkan persfektif yang berbeda diantara mereka.
Pembelajaran aktif dengan menciptakan suatu kondisi dimana siswa dapat
berperan aktif, sedangkan guru bertindak sebagai fasilitator. E. Mulyana (2002 :
181)
Pembelajaran harus dibuat dalam suatu kondisi yang menyenangkan
sehingga siswa akan terus termotivasi dari awal sampai akhir kegiatan belajar
mengajar (KBM). Dalam hal ini pembelajaran dengan Problem Based Learning
sebagai salah satu bagian dari pembelajaran CTL (Contextual Teaching and
Learning) merupakan salah satu alternatif yang dapat digunakan guru di sekolah untuk meningkatkan kualitas pembelajaran PKn. Berdasarkan uraian di atas maka
(8)
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini, dirancang untuk mengkaji memecahkan
masalah HAM dalam mata pelajaran PKn.
Pembelajaran Hak Asasi Manusia dalam PKn dapat membekali siswa
dengan pengetahuan, keterampilan intelektual dan pengalaman. Oleh karena itu,
ada yang perlu diperhatikan oleh guru dalam mempersiapkan pembelajaran Hak
Asasi Manusia dikelas, selain bekal pengetahuan materi pembelajaran dan metode
atau pendekatan pembelajaran, juga perlu memperhatikan berbagai strategi belajar
yang berorientasi pada pengembangan kemampuan berpikir kritis dan pemecahan
masalah sosial yang bertujuan memfasilitasi siswa untuk menjadi warga negara
yang baik.
Salah satu upaya untuk mengatasi permasalahan dalam proses belajar
mengajar diatas adalah model pembelajaran Problem Based Learning, karena
sebagaimana menurut Smith yang dikutif oleh Taufiq Amir (2009 : 27) bahwa
PBL dapat memberikan manfaat kepada siswa diantaranya siswa akan mengingat
kecakapan pemecahan masalah, lebih mudah mengingat, meningkatkan
pemahamannya, meningkatkan pengetahuannya yang relevan dengan dunia nyata
atau praktik, mendorong siswa penuh pemikiran, membangun kemampuan
kepemimpinan dan kerjasama, kecakapan belajar dan memotivasi belajar.
Menurut kedua peneliti tersebut, dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran PBL efektif diterapkan pada mata pelajaran PKn. Beranjak dari hal
itu, maka peneliti mencoba menerapkan model pembelajaran PBL pada mata
pelajaran PKn. Tujuannya ialah untuk meningkatkan kemampuan mengemukakan
(9)
mampu memperoleh hasil lebih baik dari peneliti sebelumnya yaitu meningkatkan
kemampuan memecahkan masalah-masalah HAM terhadap siswa secara tulisan
maupun lisan.
Peneliti juga ingin membuktikan bahwa model PBL mampu memotivasi
siswa, membuat suasana kelas yang kondusif serta mengembangkan keaktifan
siswa dalam belajar PKn. Di sekolah SMPN 40 Bandung setaip mata pelajarannya
suka menggunakan model PBL, karena lebih mudah untuk memecahkan suatu
masalah-masalah didalam mata pelajaran yang diajarkan oleh guru tersebut. Kalau
siswa sulit untuk memecahkan suatu masalah, siswa dapat menggunakan model
PBL dalam memecahkan masalahnya.
Guru harus mampu berperan sebagai inisiator, director, fasilitator,
organisator, serta kompetensi-kompetensi yang lainnya yang mutlak harus dimiliki oleh seorang guru sehingga tujuan belajar dapat tercapai. Oleh karena itu
pembelajaran Hak Asasi Manusia pada PKn perlu dibangun dan dikembangkan
guna melestarikan dan mengembangkan nilai-nilai luhur bangsa yang untuk
meningkatkan kemampuan memecahkan masalah Hak Asasi Manusia dari setiap
warga negaranya, sehingga tujuan dari pembelajaran Hak Asasi Manusia tercapai
yaitu terciptanya warga negara yang mau dan mampu untuk menjunjung tinggi
Hak Asasinya.
Penjelasan dari latar belakang diatas, adanya permasalahan dapat dilihat
dari adanya perilaku atau perbuatan yang sering dilakukan oleh siswa yang dapat
(10)
hak asasi manusia (HAM) yang sering terjadi disekolah, lingkunngan keluarga,
dan lingkungan masyarakat yang dilakukan oleh siswa. seperti :
TABEL 1.1
KASUS PELANGGARAN HAM
No Kasus yang terjadi disekolah
Kasus yang terjadi dilingkungan keluarga
Kasus yang terjadi dilingkungan
masyarakat 1. Tidak Menghargai Pendapat
Teman
Tidak Hormat Kepada Orang Tua
Sering terjadi pekelahian
2. Menghina Guru Orang tua sering
memarahin anaknya
Berbicara yang kasar
3. Tidak Menghargai Hak
Asasi Temannya
Kekerasan terhadap anak
Sering terjadi tawuran antar siswa sekolah
4. Hanya Menuntut Haknya
Saja Sebagai Siswa Tanpa Melaksanakan Kewajiban
Sering terjadi pertengkaran antara
orang tua dan anak
Pelanggaran lalu lintas yang sering terjadi di
jalan Sumber : Diolah oleh peneliti, tahun 2012
Kita bisa lihat dari beberapa kasus pelanggaran HAM yang telah
diuraikan diatas, bahwa pelanggaran HAM sering terjadi disekolah, dilingkungan
keluarga dan dilingkungan masyarakat. Karena kurang adanya perhatian dari
pemerintah tersebut untuk menangani kasus-kasus pelanggaran HAM itu sendiri.
Materi Hak Asasi Manusia dibelajarkan dalam PKn dimaksudkan sebagai
upaya untuk meningkatkan kemampuan siswa untuk dapat memecahkan suatu
masalah hak asasi manusia (HAM). Tujuannya adalah untuk mencegah siswa
untuk melakukan tindakan yang bertentangan dengan hak asasi manusia.
Kenyataan ini sesuai dengan misi dari mata pelajaran PKn, yaitu sebagai mata
pelajaran yang membentuk warga negara agar memahami dan mampu
melaksanakan hak-hak dan kewajiban untuk menjadi warga negara Indonesia
(11)
Kesadaran akan hak asasi manusia memang diperlukan dan tidak hanya
sekedar kampanye publik, tetapi memerlukan sistem penanaman nilai sejak dini
yaitu melalui sistem pendidikan yang secara sengaja memasukkan materi Hak
Asasi Manusia. Di sekolah banyak siswa yang melakukan perilaku yang
bertentangan dengan hak asasi manusia, seperti tidak menghargai pendapat teman,
menghina guru, tidak hormat kepada orang tua, tidak menghargai hak asasi
temannya, serta hanya menuntut haknya saja sebagai siswa tanpa melaksanakan
kewajiban.
Dengan demikian materi mengenai Hak Asasi Manusia yang diberikan
kepada siswa diharapkan dapat membentuk kesadaran hak asasi manusia sejak
dini sebagai upaya dalam pembinaan warga negara yang baik yaitu warga negara
yang cerdas, terampil dan berkarakter serta memiliki kemampuan untuk
memecahkan suatu masalah HAM.
Berdasarkan pada latar belakang sebagaimana diuraikan diatas, maka
penulis tertarik untuk mengetahui dan mengkaji lebih lanjut mengenai praktik
pembelajaran Hak Asasi Manusia pada mata pelajaran PKn dan penggunaannya
pmbelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning) dalam meningkatkan
kemampuan memecahkan masalah hak asasi manusia yang dituangkan dalam
judul “Penggunaan Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) Dalam Meningkatkan Kemampuan Memecahkan Masalah HAM Pada
(12)
B.RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah tersebut di atas, maka
dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut :
1. Bagaimana proses pembelajaran Problem Based Learning dalam masalah
HAM pada mata pelajaran PKn?
2. Kendala dan persoalan apa yang ditemukan guru dalam proses pembelajaran
Problem Based Learning dalam masalah HAM pada mata pelajaran PKn? 3. Bagaimana upaya dan usaha yang dilakukan guru dalam mengatasi kendala dan
persoalan proses pembelajaran Problem Based Learning dalam masalah HAM
pada mata pelajaran PKn?
4. Bagaimana dampak proses pembelajaran Problem Based Learning dalam
masalah HAM pada mata pelajaran PKn?
C.TUJUAN PENELITIAN
Tujuan merupakan hal yang utama yang menyebabkan seseorang
melakukan tindakan. Dengan tujuan, tindakan akan terarahkan secara fokus,
begitupun dalam penelitian ini, memiliki tujuan tertentu.
1. Untuk mengetahui proses pembelajaran Problem Based Learning dalam
masalah HAM pada mata pelajaran PKn.
2. Untuk mengetahui kendala dan persoalan yang ditemukan guru dalam proses
pembelajaran Problem Based Learning dalam masalah HAM pada mata
(13)
3. Untuk mengetahui upaya dan usaha yang dilakukan guru dalam mengatasi
kendala dan persoalan proses pembelajaran Problem Based Learning dalam
masalah HAM pada mata pelajaran PKn.
4. Untuk mengetahui dampak proses pembelajaran Problem Based Learning
dalam masalah HAM pada mata pelajaran PKn.
D. MANFAAT PENELITIAN
Manfaat dilakukannya kajian ini adalah :
1. Secara Teoritis
Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah berusaha
mengetahui Penggunaan Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based
Learning) Dalam Meningkatkan Kemampuan Memecahkan Masalah HAM Pada Mata Pelajaran PKn, sehingga hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
masukan dalam meningkatkan kemampuan memecahkan masalah HAM pada
siswa dan berbagai sarana untuk memperluas pengetahuan penulis.
2. Secara Praktis
Dalam mengetahui Penggunaan Model Pembelajaran Berbasis Masalah
(Problem Based Learning) Dalam Meningkatkan Kemampuan Memecahkan
Masalah HAM Pada Mata Pelajaran PKn, diharapkan penelitian ini :
a. Bagi pendidik khususnya guru PKn, penelitian ini dapat memberikan bekal
pengetahuan untuk mengarahkan, mendidik, dan membina siswa dalam
meningkatkan kemampuan memecahkan masalah HAM pada mata pelajaran
(14)
b. Bagi sekolah memberikan sumbangan pemikiran dalam upaya membina siswa
untuk meningkatkan kemampuan memecahkan masalah HAM pada mata
pelajaran PKn.
c. Bagi siswa memberikan sumbangan pengetahuan dan pemahaman mengenai
pentingnya meningkatkan kemampuan memecahkan masalah HAM pada mata
pelajaran PKn dalam upaya meningkatkan prestasi belajar mereka, sehingga
menampilkan perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai hak asasi manusia.
E.PENJELASAN ISTILAH
Untuk menghindari kesalahpahaman dalam memaparkan maksud dari
penelitian ini, berikut beberapa istilah yang penulis gunakan dalam rumusan judul
penelitian yaitu:
1. Pembelajaran PKn
Pembelajaran merupakan proses perubahan yang terjadi pada diri
seseorang melalui penguatan (reinforcement), sehingga terjadi perubahan yang
bersifat permanen dan persisten pada dirinya sebagai hasil pengalaman (Learning
is a change of behaviour as a result of experience), demikian pendapat John Dewey, salah seorang ahli pendidikan Amerika Serikat dari aliran Behavioural
Approach. Perubahan yang dihasilkan oleh proses belajar bersifat progresif dan
akumulatif, mengarah kepada kesempurnaan, misalnya dari tidak mampu menjadi
mampu, dari tidak mengerti menjadi mengerti, baik mencakup aspek pengetahuan
(15)
(psychomotoric domain). Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan
lingkungan.
Pembelajaran berasal dari kata belajar yang berarti adanya perubahan diri seseorang.Perubahan yang dimaksudkan mencakup aspek kognitif, afektif, maupun psikomotor. Dengan demikian, pembelajaran dapat diartikan proses yang dirancang untuk mengubah diri seseorang, baik aspek kognitif, afektif maupun psikomotornya. (Suwardi, 2007:30). Jadi, pembelajaran PKn menurut penulis ialah suatu konsep pembelajaran
yang menjadikan siswa yang tadinya tidak tahu menjadi tahu, hubungannya
dengan PKn agar menumbuhkan sikap terampil dan berkarakter.
2. Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)
Pendidikan Kewarganegaraan adalah adaptasi dari lintas-lintas disiplin
ilmu-ilmu social, ilmu kewarganegaraan, humaniora, tekhnologi, agama, kegiatan
dasar manusia yang diorganisir dan disajikan secara psikologi dan ilmiah untuk
ikut mencapai tujuan PIPS tujuan Pendidikan Nasional (Soemantri, 2001:3).
Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran
yang memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami dan mampu
melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warga negara Indonesia
yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD
1945.
Mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan bertujuan agar peserta
(16)
1. Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu
kewarganegaraan.
2. Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, dan bertindak secara cerdas
dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta anti-korupsi.
3. Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan
karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan
bangsa-bangsa lainnya.
4. Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara
langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan
komunikasi.
Ruang lingkup mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan meliputi
aspek-aspek sebagai berikut:
1. Persatuan dan Kesatuan bangsa, meliputi: Hidup rukun dalam perbedaan, Cinta
lingkungan, Kebanggaan sebagai bangsa Indonesia, Sumpah Pemuda,
Keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia, Partisipasi dalam pembelaan
negara, Sikap positif terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia,
Keterbukaan dan jaminan keadilan.
2. Norma, hukum dan peraturan, meliputi: Tertib dalam kehidupan keluarga,
Tata tertib di sekolah, Norma yang berlaku di masyarakat, Peraturan-peraturan
daerah, Norma-norma dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, Sistim
(17)
3. Hak asasi manusia meliputi: Hak dan kewajiban anak, Hak dan kewajiban
anggota masyarakat, Instrumen nasional dan internasional HAM, Pemajuan,
penghormatan dan perlindungan HAM.
4. Kebutuhan warga negara meliputi: Hidup gotong royong, Harga diri sebagai
warga masyarakat, Kebebasan berorganisasi, Kemerdekaan mengeluarkan
pendapat, Menghargai keputusan bersama, Prestasi diri , Persamaan kedudukan
warga negara.
5. Konstitusi Negara meliputi: Proklamasi kemerdekaan dan konstitusi yang
pertama, Konstitusi-konstitusi yang pernah digunakan di Indonesia, Hubungan
dasar negara dengan konstitusi.
6. Kekuasaan dan Politik, meliputi: Pemerintahan desa dan kecamatan,
pemerintahan daerah dan otonomi, Pemerintah pusat, Demokrasi dan sistem
politik, Budaya politik, Budaya demokrasi menuju masyarakat madani, Sistem
pemerintahan, Pers dalam masyarakat demokrasi.
7. Pancasila meliputi: kedudukan Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi
negara, Proses perumusan Pancasila sebagai dasar negara, Pengamalan
nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, Pancasila sebagai ideologi
terbuka.
8. Globalisasi meliputi: Globalisasi di lingkungannya, Politik luar negeri
Indonesia di era globalisasi, Dampak globalisasi, Hubungan internasional dan
organisasi internasional, dan Mengevaluasi globalisasi.
(18)
Problem Based Learning adalah Segala bentuk belajar yang langsung menghadapkan murid dengan suatu atau sejumlah sumber belajar secara
individual atau kelompok dengan segala kegiatan belajar yang bertalian dengan
itu, jadi bukan dengan cara yang konvensional di mana guru menyampaikan
bahan pelajaran kepada murid. Poblem Based Learning merupakan salah satu
model pembelajaran inovatif yang dapat memberikan kondisi belajar aktif kepada
mahasiswa.
PBL juga adalah suatu model pembelajaran yang melibatkan mahasiswa
untuk memecahkan suatu masalah melalui tahap-tahap metode ilmiah sehingga
mahasiswa dapat mempelajari pengetahuan yang berhubungan dengan masalah
tersebut dan sekaligus memiliki keterampilan untuk memecahkan masalah (Ward,
2002:78).
Problem Based Learning (PBL) menurut Dutch (1994) merupakan
metode intsruksional yang menantang mahasiswa agar “Belajar untuk Belajar”,
bekerja sama dalam kelompok untuk mencari solusi bagi masalah yang nyata.
Masalah ini digunakan untuk mengaitkan rasa keingintahuan serta kemampuan
menganalisis mahasiswa untuk berpikir kritis dan analitis, dan untuk mencari serta
menggunakan sumber pembelajaran yang sesuai.
4. Hak Asasi Manusia (HAM)
Hak Asasi Manusia merupakan sebagai hak dasar dan suci melekat pada
(19)
aturan hokum yang ada, juga memformalkan hak asasi manusia ke dalam
seperangkat aturan hukum yang ada. Effendi (2005:35)
Menurut UU No. 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia yang
tercantum dalam Pasal 4, Hak Asasi Manusia adalah seperangkat hak yang
melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang
Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi,
dan dilindungi oleh Negara, hukum pemerintah dan setiap orang demi kehormatan
serta perlindungan harkat dan martabat manusia.
Berdasarkan pernyataan di atas maka Hak Asasi Manusia merupakan hak
dasar yang secara kodrati melekat pada diri manusia yang besifat universal, oleh
karena itu harus dilindungi, dihormati, dipertahankan, dan tidak boleh diabaikan,
dikurangi, atau dirampas oleh siapapun.
F. METODOLOGI PENELITIAN
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan Kualitatif. Dengan
mengunakan pendekatan Kualitatif peneliti dapat menguraikan beberapa data
yang diperoleh.
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah Metode Penelitian
Tindakan Kelas (Classroom Action Research). Penelitian ini dilaksanakan dengan
metode penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research), yang berusaha
mengkaji dan merefleksi secara kolaboratif suatu pendekatan pembelajaran
(20)
Teknik pengumpulan data yang telah penulis gunakan, yaitu wawancara,
lembar observasi, study dokumentasi, dan catatan lapangan.
Dalam melakukan pengolahan dan analisis data, peneliti mengacu pada
tehnik yang dikemukakan oleh Lexy J.Moleong (2005:190) sebagai berikut:
1. Reduksi data yang dilakukan dengan jalan membuat abstraksi, yang merupakan usaha untuk membuat rangkuman isi.
2. Menyusun dalam satuan-satuan yang kemudian dikategorisasikan sambil membuat koding.
3. Mengadakan pemeriksaan keabsahan data dan kemudian diakhiri dengan penafsiran data.
Dengan mengacu pada pendapat di atas, maka proses analisis data yang
dilakukan adalah penyeleksian dan pengelompokan data, validasi data,
Interpretasi data.
G. SUBJEK DAN LOKASI PENELITIAN
Lokasi penelitian mengarah atau menunjukan pengertian yaitu
tempat/lokasi sosial penelitian yang dicirikan dengan adanya tiga (3) unsur, yaitu
tempat, pelaku yakni semua orang yang terdapat dalam lokasi itu, dan kegiatan
yang dapat diamati atau diobservasi (S.Nasution, 2003 : 4). Adapun tempat/lokasi
penelitian ini berlokasi di SMP N 40 Bandung, jalan Wastukencana.
Subyek dalam penelitian ini adalah guru Pendidikan Kewarganegaraan
(PKn) dan siswa kelas VII-E SMP N 40 Bandung, dengan jumlah siswa 40 orang,
kelas ini dipilih atas rekomendasi dari mitra/guru pamong yang merupakan salah
satu guru mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) di SMP N 40
Bandung, karena kelas ini dianggap sebagai kelas yang kurang aktif dan kurang
(21)
kelas yang dilaksanakan oleh peneliti, yaitu terletak pada permasalahan
pembelajaran yang ditemui dilapangan, atau lebih tepatnya disekolah dan kelas
yang dijadikan lokasi dan subjek penelitian.
Karakteristik penelitian dengan pendekatan kualitatif menurut Alsa (2003:
38-44) adalah:
1. Penelitian kualitatif memiliki setting alamiah sebagai sumber data; 2. Peneliti sebagai instrumen utama penelitian;
3. Penelitian kualitatif adalah deskriptif;
4. Penelitian kualitatif lebih memperhatikan proses dari pada hasil penelitian;
5. Peneliti kualitatif cenderung menganalisa datanya secara induktif; 6. Pemaknaan merupakan perhatian utama dari penelitian kualitatif;
7. Kontak personal langsung dengan subyek merupakan hal utama dalam penelitian kualitatif;
8. Penelitian kualitaif pada umumnya berorientasi pada kasus unik; dan 9. Penelitian kualitatif biasanya merupakan penelitian lapangan (fieldwork).
Pendekatan kualitatif untuk menggambarkan permasalahan yang
dihadapi guru di kelas dan untuk menggambarkan penerapan model Problem
Based Learning di kelas.
Selain karakteristik penelitian kualitatif menurut pendapat Alsa diatas,
penelitian kualitatif memiliki karakteristik sebagi berikut:
1. Peneliti memaknai apa yang diteliti dengan persepsi-persepsi subyektif untuk menghadirkan konteks yang menjelaskan suatu fenomena.
2. Tujuan penelitian adalah mengembangkan konsep-konsep yang dapat menjelaskan makna suatu fenomena.
3. Tidak dilakukan pengujian hipotesis, karena konteks atau lingkungan sosial menentukan bagaimana data dikumpulkan.
4. Konsep pengetahuan dalam bentuk tema, motif, taksonomi dan generalisasi bukan operasional variable.
5. Generalisasi tidak dilakukan mengacu pada kaidah probabilitas, tetapi melalui ekstraksi kenyataan dari data yang ditemukan di lapangan dan menyajikannya dalam gambaran yang koheren dan konsisten.
Jadi, dalam penelitian salah satu alasan menggunakan pendekatan
(22)
kadangkala merupakan sesuatu yang sulit unt'uk dipahami secara memuaskan.
Selain menggunakan pendekatan kualitatif, juga diperlukan pendekatan
kuantitaif. Mengenai pendekatan kuantitaif, Sugiyono (2009:7) menyebutkan
bahwa: "data kuantitatif berbentuk angka-angka dan analisis menggunakan
statistik". Angka-angka tersebut diperoleh dari kuisioner/angket dengan cara
pensekoran. Kemudian, analisis data kuantitatif disini, hanyalah satistik
sederhana yaitu memprosentasekan peningkatan kemampuan mengemukakan
pendapat siswa dari siklus satu ke siklus berikutnya.
A.Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas. Penelitian
Tindakan Kelas (PTK) atau Classroom action Research merupakan suatu metode
penelitian yang dikembangkan di kelas. Ide tentang penelitian tindakan pertama
kali dikembangkan oleh Kurt dan Lewin pada tahun (1946).
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan suatu jenis penelitian yang
dilakukan oleh guru untuk memecahkan masalah pembelajaran di kelasnya.
Penelitian Tindakan Kelas merupakan paparan gabungan definisi dari tiga kata
penelitian, tindakan, dan kelas. Penelitian adalah kegiatan mencermati suatu
objek, menggunakan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau
mformasi yang bermanfaat bagi peneliti atau orang-orang yang berkepentingan
dalam rangka peningkatan kualitas diberbagai bidang.Suharsimi (2008:71)
Tindakan adalah suatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan
tujuan tertentu yang dalam pelaksanaannya berbentuk rangkaian periode/siklus
(23)
yang sama. Penelitian tindakan kelas (PTK) merupakan terjemahan dari
Classroom Action Research yaitu suatu Action Research (penelitian tindakan) yang dilakukan di kelas.
Menurut Stephen Kemmis (1983), PTK atau action research adalah
suatu bentuk penelaahan atau inkuiri melalui refleksi diri yang dilakukan oleh
peserta kegiatan pendidikan tertentu dalam situasi sosial (termasuk pendidikan)
untuk memperbaiki rasionalitas da'n kebenaran dari (a) praktik-praktik sosial atau
pendidikan yang mereka lakukan sendiri; (b) pemahaman mereka terhadap
praktik-praktik tersebut, dan (c) situasi di tempat praktik itu dilaksanakan (David
Hopkins, 1993:44).
Sejalan dengan pengertian diatas, makna dari penelitian tindakan yaitu
suatu penelitian yang dilakukan kolektif oleh suatu kelompok sosial (termasuk
juga pendidikan) yang bertujuan untuk memperbaiki kualitas kerja mereka serta
mengatasi berbagai permasalahan dalam kelompok tersebut.
Definisi tersebut diperjelas oleh pendapat Kemmis dalam Kardi (2000)
yang menyatakan bahwa penelitian tindakan adalah studi sistematik tentang
upaya memperbaiki praktik pendidikan oleh sekelompok peneliti melalui kerja
praktik mereka sendiri dan merefleksikannya untuk mengetahui
pengaruh-pengaruh kegiatan tersebut. Atau bisa disederhanakan dengan kalimat yaitu upaya
menguji cobakan ide dalam praktik dengan tujuan memperbaiki atau mengubah
sesuatu, mencoba memperoleh pengaruh yang sebenarnya dalam situasi tersebut.
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah Metode Penelitian
(24)
mengkaji dan merefleksi secara kolaboratif suatu pendekatan pembelajaran
dengan tujuan untuk meningkatkan proses dan produk pengajaran di kelas.
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan suatu bentuk kajian
reflektif oleh pelaku tindakan dan PTK dilakukan untuk meningkatkan
kemampuan guru dalam melaksanakan tugas, memperdalam pemahaman terhadap
tindakan-tindakan yang dilakukan, dan memperbaiki kondisi praktik-praktik
pembelajaran yang telah dilakukan. Sudikin et al. (2002:16).
Hal ini senada dengan pernyataan yang dikemukakan oleh I Wayan
Sukarnyana (1999 : 5) yaitu sebagai berikut :
Penelitian Tindakan Kelas adalah studi sistematis terhadap praktik pembelajaran di kelas dengan tujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan kualitas proses pembelajaran dan hasil belajar siswa dengan melakukan tindakan tertentu. Langkah pelaksanaan tindakan mencakup serangkaian kegiatan yang terdiri atas perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, pengamatan, dan refleksi.
Bentuk Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dimaksud adalah bentuk
kolaborasi dan partisipasi. Menurut Lewin I Wayan Sukarnyana, (1999:5)
menyatakan bahwa “…pentingnya kolaborasi (kerjasama) dan partisipasi yang bersifat demokratis”. Depdikbud (1999 : 1) menyatakan bahwa : “Penelitian Tindakan adalah penelitian tentang, untuk, dan oleh masyarakat/kelompok
sasaran, dengan memanfaatkan interaksi, partisipasi dan kolaborasi antara peneliti dengan kelompok sasaran”.
Penelitian Tindakan Kelas (PTK), yaitu suatu pencermatan terhadap
kegiatan belajar brupa sebuah tindakan yang sengaja di munculkan dan terjadi
(25)
pembelajaran di kelas sehingga lebih berkualitas. Tujuan dari PTK itu sendiri
adalah untuk meningkatkan (1) kualitas praktik pembelajaran di sekolah; (2)
relevansi pendidikan; (3) mutu hasil pendidikan; dan (4) efisiensi pengolahan
pendidikan.
Langkah-langkah PTK secara siagkat adalah sebagai berikut:
(1) Perencanaan tindakan adalah rencana tindakan dalam PTK disusun
berdasarkan masalah yang hendak di pecahkan dan hipotesis yang di ajukan;
(2) Pelaksanaan tindakan yaitu jenis tindakan yang dilakukan dalam PTK
hendaknya selalu didasarkan atas pertimbangan teoritik dan empirik agar hasil
yang diperoleh berupa peningkatan kinerja dan hasil program adalah optimal;
(3) Observasi, yaitu kegiatan pengamatan dalam PTK dapat di sejajarkan
kedudukannya dengan kegiatan pengumpulan data dalam penelitian formal;
(4) Refleksi, yaitu pada dasarnya merupakan kegiatan-kegiatan analisis-
analisis, interpretasi, dan eksplanasi (penjelasan) terhadap semua informasi
yang diperoleh dari pelaksanaan tindakan. Prosedur atau langkah-langkah
tersebut dapat diulang atau dievaluasi lagi sampai diperoleh hasil sesuai
dengan kualitas yang diharapkan.
C.Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data yang dilakukan bersumber pada :
1. Studi pustaka atau literatur, yaitu dengan mengumpulkan data melalui
literatur-literatur yang berkaitan dengan masalah penelitian. Studi literatur-literatur merupakan
teknik penelitian yang bertujuan untuk mengumpulkan data dan informasi
(26)
dokumen-dokumen dan lain-lain. Kartini Kartono, (1996:33).
2. Wawancara, yaitu "Suatu proses komunikasi diadik relasional dengan tujuan
yang serius dan ditetapkan terlebih dulu yang dirancang untuk
mempertukarkan perilaku dan melibatkan tanya jawab" atau singkatnya "suatu
percakapan berdasarkan suatu maksud". (Stewart L. Tubss - Sylvia Moss,
(2000:40)
3. Observasi atau Pengamatan adalah cara memeriksa dengan
menggunakan panca indera terutama mata, yang dilakukan secara
kontinyu selama kurun waktu tertentu untuk membuktikan sesuatu
keadaan atau masalah.
4. Studi Dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variable berupa
catatan, transkip, buku-buku, surat kabar, majalah, prasasti, dan sebagainya.
Data yang diperoleh dari studi dokumen dapat menjadi narasumber bagi
peneliti selain wawancara dan observasi. Metode dokumentasi merupakan salah
satu cara mencari data mengenai hal-hal atau variabel berupa catatan transkrip,
buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda dan
sebagainya. (Arikunto, 1993:202)
D.Subjek dan Lokasi Penelitian 1. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian adalah tempat melakukan penelitian guna memperoleh
data yang berasal dari subyek penelitian. Menurut Nasution (2003: 43) lokasi
penelitian menunjukan pada pengertian tempat atau lokasi sosial penelitian yang
(27)
Bandung yang beralamat di Jalan Wastukencana Bandung.
Dasar pertimbangan dipilihnya sekolah dan kelas tersebut sebagai lokasi
serta subyek dalam penelitian ini adalah karena sekolah ini merupakan tempat
penerapan terhadap metode pembelajaran yang akan dikembangkan. Selain itu,
menurut pengamatan yang dilakukan pada observasi awal terlihat bahwa bila
dibandingkan dengan kelas lain yang mempunyai kemampuan akademik yang
beragam, sebagian besar siswa di kelas ini menunjukan kemampuan berfikir
kreatif yang masih rendah.
2. Subyek Penelitian
Menurut Nasution (2003:32), subyek penelitian adalah sumber yang dapat
memberikan informasi dipilih secara purposive dan pertalian dengan purpose atau
tujuan tertentu. Subyek penelitian dalam penelitian ini adalah guru mata pelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan yang menerapkan Metode Problem Based Learning
(PBL), dan siswa-siswi kelas VII-E SMP N 40 Bandung dengan jumlah siswa 41
siswa dengan pokok bahasan “Pembelajaran Demokrasi”. E.Prosedur Pengumpulan Data
1. Prosedur Penyelesaian Administratif a. Tahap Persiapan Penelitian
Pada tahap ini, peneliti mempersiapkan segala hal yang berhubungan
dengan penelitian. Pada tahap ini, peneliti membuat surat izin pra penelitian
untuk sekolah yang dijadikan sebagai tempat penelitian. Peneliti meminta izin
kepada kepala sekolah yang diwakili oleh wakil kepala sekolah bagian
(28)
persiapan penelitiain ini diperlukan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Mengajukan surat permohonan penelitian kepada Rektor UPI Bandung
melalui jurusan dan ditandatangani oleh Ketua jurusan Pendidikan
Kewarganegaraan.
b. Kemudian permohonan surat izin penelitian dari jurusan diberikan ke
fakultas.
c. Permohonan surat izin penelitian dari rektor UPI Bandung diproses
selama dua minggu di direktorat akademik UPI. Oleh karenanya surat
permohonan izin penelitian ini keluar dari UPI melalui Direktorat
Akademik dengan nomor 159/UN. 40.2/PL/2012.
d. Kemudian surat dari Direktorat Akademik UPI dilanjutkan ke Badan
kesatuan bangsa, perlindungan dan pemberdayaan masyarakat Kota
Bandung dan Dinas Pendidikan Kota Bandung, langkah pertama surat
dari direktorat akadmeik UPI disampaikan ke badan kesatuan bangsa,
perlindungan dan pemberdayaan masyarakat. Dan keluarlah surat
pemberitahuan survey yang bernomor 070/355/BKPPM/2012 Kemudian
surat dari badan kesatuan bangsa, perlindungan dan
pemberdayaan masyarakat disampaikan pada dinas pendidikan kota
bandung.
e. Setelah Surat dari badan kesatuan bangsa, perlindungan dan
pemberdayaan masyarakat kota bandung yang disampaikan ke dinas
pendidikan kota bandung maka keluarlah surat izin dari dinas pendidikan
(29)
f. Menghubungi SMP Negeri 40 Bandung dengan menemui kepala
sekolah, bagian kurikulum dan guru yang bersangkutan dengan
menyerahkan surat dari fakultas.
g. Mengadakan pembicaraan dan memberitahukan maksud dan tujuan
penelitian kepada pihak sekolah. Dan melaksanakan penelitian selama
bulan Februari dan Mei 2012.
b.Tahap Pra Penelitian
Dalam tahap pra penelitian peneliti melakukan persiapan yang
diperlukan sebelum terjun ke dalam kegiatan penelitian. Penyusunan rancangan
penelitian, pertimbangan masalah penelitian, lokasi penelitian dan pengurus
perijinan merupakan kegiatan tahap pra penelitian ini.
Memilih masalah serta menentukan judul dan lokasi penelitian
merupakan kegiatan pertama dalam tahap pra penelitian. Setelah masalah dan
judul dinilai telah mencukupi dan disetujui oleh pembimbing maka peneliti
melakukan studi lapangan untuk mendapat gambaran awal mengenai subjek yang
akan diteliti.
Setelah diperoleh gambaran awal mengenai kondisi subjek penelhian,
langkah selanjutnya menyusun proposal penelitian dan pedoman wawancara
serta format observasi sebagai alat pengumpul data yang disesnaikan
dengan fokus penelitian.
Pedoman wawancara yang dibnat terdiri dari dua bagian yaitu pedoman
wawancara untuk Guru Mata Pelajaran PKn dan pedoman wawancara untuk
(30)
pembimbing, kemudian setelah disetujui dijadikan sebagai pedoman penulis
dalam mengadakan penelitian dilapangan.
c. Tahap Pelaksanaan Lapangan
Setelah tahap pra penelitian selesai, maka penulis mulai terjun ke
lapangan untuk melakukan penelitian. Pelaksanaan penelitian bertujuan untuk
mengumpulkan data dari responden. Selain observasi penulis juga memperoleh
data melalui wawancara dengan responden.
Penelitian yang dilakukan melalui wawancara dilakukan penulis dengan
responden antara lain dengan Guru mata pelajaran PKn dan siswa-siswi kelas
VII-E di SMPN 40 Bandung. Data yang diperoleh dari hasil wawancara dan
observasi disusun dalam bentuk catatan lengkap setelah didukung
dokumen-dokumen yang mendukung sampai pada titik jenuh yang berarti perolehan data
tidak lagi mendapatkan informasi yang baru.
2. Prosedur Penelitian Tindakan Kelas a. Menyusun rancangan tindakan (planning)
Dalam tahap ini, peneliti menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan,
dimana bagaimana dan oleh siapa tindakan tersebut dilakukan. Peneliti dan guru
menyusun serta mendiskusikan rancangan pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang
nantinya akan digunakan ketika proses pembelajaran.
Kolaborasi antara peneliti dengan guru mitra sangat diperlukan dalam
rangka untuk menghindari subyektivitas dari peneliti. Selain itu, dalam tahap ini
peneliti juga menyusun instrumen penelitian yang dapat membantu
(31)
Pada tahap yang kedua ini, peneliti melaksanakan. tindakan sebagai
implementasi dari rancangan yang dipersiapkan sebelumnya. Adapun
pelaksanaan tindakan kelas ini terdiri atas beberapa siklus dimana banyaknya
siklus ini ditentukan oleh berhasil atau tidaknya tindakan kelas yang dilaksanakan
oleh peneliti bersama guru.
c. Pengamatan (observing)
Pengamatan dilaksanakan pada saat sedang dilakukan tindakan di kelas.
Ada tiga fase penting dalam mengamati kelas yaitu pertemuan perecanaan,
observasi kelas, dan diskusi balikan. Peneliti mengamati dan mencatat apa saja
yang terjadi pada saat tindakan kelas berlangsung, hal ini diperlukan untuk
memperoleh data yang akurat untuk tindakan di siklus berikutnya.
d. Refleksi (reflecting)
Pada tahap ini dilakukan kegiatan untuk mengemukakan kembali apa
yang sudah dilakukan. Refleksi ini dilakukan oleh peneliti bersama guru mitra
ketika tindakan selesai dilakukan, kemudian mendiskusikan implementasi
rancangan tindakan selanjutnya dan terus menerus sampai permasalahan
dianggap telah dapat diselesaikan.
(32)
Siklus Penelitian Tindakan Kelas
Sumber : Lexy J. Moleong, tahun 2007 F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Pengolahan dan analisis data merupakan suatu langkah penting dalam
penelitian, karena dapat memberikan makna terhadap data yang dikumpulkan oleh
peneliti. Data yang diperoleh dan dikumpulkan dari responden melalui hasil
wav/ancara, obeservasi dan studi dokumentasi di lapangan untuk selanjutnya
dideskripsikan dalam bentuk laporan.
Dalam penelitian kualitatif, analisis data dilakukan pada awal proses
penelitian serta pada akhir penelitian. Senada dengan hal tersebut Nasution
(.1996:129) mengemukakan "dalam penelitian kualitatif analisis data harus
dimulai sejak awal. Data yang diperoleh dalam Iapangan segera harus dituangkan
dalam bentuk tulisan dan diarialisis". Tahapan analisis data menurut Nasution
(19.96 : 129) adalah sebagai berikut:
Tidak ada suatu cara tertentu yang dapat dijadikan pendirian fyagi semua Revised Plan
Plan
Action & Observe
Reflect
Action & Observe
Reflect
Revised Plan
Action & Observe
(33)
langkah-langkah berikut yang bersifat umum yaitu reduksi data, display data dan penarikan kesimpulan/veririkasi.
Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat dijelaskan bahwa dalam
pengolahan data dan menganalisis data dilakukan melalui langkah-langkah
sebagai berikut:
a. Reduksi data
Reduksi data adalah proses analisis data yang dilakukan untuk mereduksi
dan mera.ngkum hasil-hasil penelitian dengan menitikberatkan pada hal-hal yang
dianggap penting oleh peneliti. Reduksi data bertujuan untuk mempermudah
pemahaman terhadap data yang telah terkumpul sehingga data yang direduksi
memberikan gambaran lebih rinci.
b. Display data
Display data adalah data-data hasil penelitian yang sudah tersusun secara
terperinci untuk memberikan gambaran penelitian secara utuh. Data yang
terkumpul secara terperinci dan menyeluruh selanjutnya dicari pola hubungannya
untuk mengambil kesimpulan yang tepat. Penyajian data selanjutnya disusun
dalam bentuk uraian atau laporan sesuai dengan hasil penelitian yang diperoleh.
c. Kesimpulan/verifikasi
Kesimpulan merupakan tahap akhir dalam proses penelitian untuk
memberikan makna terhadap data yang telah dianalisis. Proses pengolahan
data dimulai dengan pencatatan data lapangan (data mentah), kemudian direduksi
dalam bentuk unifikasi dan kategorisasi data. Setelah data yang terkumpul
direduksi, selanjutnya data dianalisa dan diverifikasi melalui beberapa teknik,
(34)
kondisi tenang agar informasi yang diperoleh dapat sedalam mungkin. b) Wawancara yang diupayakan mengarah pada fokus masalah pehelitian
sehingga tercapai kedalaman bahasan yang diajukan.
c) Date yang diperoleh melalui wawancara atau studi dokumentasi dicek keabsahannya dengan memanfaatkan pembanding yang bukan berasal dari data yang terungkap dengan hasil dokumen.
d) Data yang terkumpul setelah dideskripsikan kemudian didiskusikan, dikritik ataupun dibandingkan dengan pendapat orang lain.
e) Data yang, diperoleh kemudian difokuskan pada subtantif fokus penelitian.
Demikian prosedur pengolahan data dan yang dilakukan penulis dalam
melakukan penelitian ini. Dengan tahap-tahap ini diharapkan penelitian yang
dilakukan penulis dapat memperoleh data yang memenuhi kriteria keabsahan
suatu penelitian.
G.Validitas Data
Hasil penelitian kualitatif seringkali diragukan karena dianggap tidak
memenuhi syarat validitas dan reabilitas, oleh sebab itu ada cara-cara memperoleh
vtingkat kepercayaan yang dapat digunakan untuk memenuhi kriteria kredibilitas
(validitas internal). Menurut Nasution (1996:114-118) cara yang dapat dilakukan
untuk mengusahakan agar kebenaran hasil penelitian dapat dipercaya yaita
antara lain:
1. Memperpanjang masa observasi
Pada saat melakukan observasi diperlukan waktu untuk betul-betul
mengenal suatu lingkungan, oleh sebab itu peneliti berusaha memperpanjang
waktu penelitian dengan cara mengadakan hubungan baik dengan orang-orang
disana, dengan cara mengenal kebiasaan yang ada dan mengecek kebenaran
informasi guna memperoleh data dan informasi yang valid yang diperlukan dalam
(35)
Dengan pengamatan yang dilakukan secara terus menerus atau kontinu
peneliti dapat memperhatikan sesuatu secara lebih cermat, terinci dan mendalam.
Melalui pengamatan yang kontinu peneliti akan dapat memberikan deskripsi yang
cermat dan terinci mengenai apa yang sedang diamatinya, yang berkaitan dengan
penerapan model Problem Based Learning (PBL) pada mata pelajaran pelajaran
PKn dalam meningkatkan motivasi belajar siswa di sekolah.
3. Triangulasi
Tujuan triangulasi ialah mencek kebenaran data tertentu dengan
membandingkannya dengan data-data yang diperoieh dari sumber lain. Dalam
penelitian ini triangulasi data dilakukan terhadap informasi yang diterima dan
diperoleh dari guru PKn dan siswa-siswi di SMPN 40 Bandung agar memperoleh
kebenaran informasi yang diinginkan.
4. Membicarakan dengan orang Iain (peer debriefing) Gambar 1.1
Triangulasi Subyek
Sumber : Diolah oleh peneliti, tahun 2012
Pembicaraan ini antara lain bertujuan untuk memperoleh kritik,
pertanyaan-pertanyaan tajam, yang menantang tingkat kepercayaan akan
kebenaran penelitian. Selain itu pembicaraan ini memberi petunjuk tentang GURU
SISWA KEPALA
(36)
5. Menggunakan bahan referensi
Gambar 1.2 Triangulasi Teknik
Sumber : Diolah oleh peneliti, tahun 2012
Sebagai bahan referensi untuk meningkatkan kepercayaan akan
kebenaran data, peneliti menggunakan bahan dokumentasi yakni hasil rekaman
wawancara dengan subjek penelitian atau bahan dokumentasi yang diambil
dengan cara tidak mengganggu atau menarik perhatian informan, sehingga
informasi yang didapatkan memiliki validitas yang tinggi.
6. Mengadakan member check
Gambar 1.3 Triangulasi Waktu
Sumber : Diolah oleh peneliti, tahun 2012
WAWANCARA
OBSERVASI STUDI
LITERATUR
MINGGU KE-3
MINGGU KE-1
MINGGU KE-5
(37)
akhir wawancara dengan menyebutkan garis besarnya dengan maksud agar
responden memperbaiki bila ada kekeliruan, atau menambahkan apa yang masih
kurang. Tujuan member check ialah agar informasi yang penulis peroleh dan
gunakan dalam penulisan laporan sesuai dengan apa yang dimaksud oleh
(38)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan, analisis, refleksi dan perencanaan terhadap
setiap tindakan yang dilakukan mulai dari siklus I, II dan III pada pembelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan di kelas VII-E SMP Negeri 40 Bandung mengenai “Menampilkan sikap positif terhadap perlindungan dan penegakkan Hak Azasi Manusia (HAM) dengan menggunakan Model Pembelajaran Berbasis Masalah
(Problem Based Learning)” peneliti mengambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Dalam penggunaan Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem
Based Learning) pada mata pelajaran PKn. Guru menyusun silabus dan RPP yang didalamnya terdapat tujuan pembelajaran, metode, materi,
media pembelajaran, sumber dan penilaian. dalam tahapan metode studi
lapangan pada setiap siklus guru membuat perencanaan dengan membuat
tema atau materi yang berbeda pada setiap siklusnya yang akan
ditugaskan kepada siswa dan guru bersama siswa membuat kelompok
belajar siswa, kemudian pada tahap pelaksanaan yang meliputi, aktivitas
siswa di lapangan berupa pencatatan, pengamatan, wawancara,
dokumentasi, selanjutnya tahap tindak lanjut, meliputi menulis kembali
catatan lapangan dan/atau membuat sketsa, memproses data lapangan,
membuat kesimpulan, dan presentasi di depan kelas .
2. Hambatan-hambatan atau kendala yang dihadapi guru dalam
(39)
Learning) adalah: (a). Guru mengalami kesulitan membangun suasana kelas yang demokratis sesuai dengan materi yang diambil. (b). siswa
belum sepenuhnya memahami langkah-langkah model berbasis masalah
(Problem Based Learning). Mereka masih mengalami kesulitan dalam membahas hasil laporan, walaupun ada sebagian siswa yang sudah
memahami langkah-langkah model pembelajaran berbasis masalah
(Problem Based Learning). (c). masih banyak siswa yang memiliki sikap individual, kurang bekerjasama, bertanggungjawab serta kurang
bersungguh-sungguh dalam kelompok. (d). Guru kurang dalam hal
pengelolaan kelas dan mengkondisikan waktu dengan baik sehingga
terlihat gaduh dan kurang kondusif.
3. Upaya yang dilakukan guru dalam mengatasi kendala-kendala yang
dihadapi dalam penggunaan model pembelajaran berbasis masalah
(Problem Based Learning) adalah: (a) Guru bukan hanya sebagai
pembimbing, akan tetapi mengontrol dan mengatur serta dapat
membangun suasana kelas yang demokratis dan juga dapat memfasilitasi
siswa. (b) Guru harus sesering mungkin menjelaskan atau
mengkonfirmasi ulang agar penggunaan model pembelajaran berbasis
masalah (Problem Based Learning) dapat dipahami oleh siswa sehingga
siswa lebih baik dalam mengerjakan pengamatan dan dapat memberikan
data yang sesuai dengan tujuan yang diharapkan. (c) Guru mengatasinya
dengan cara tanya jawab hasil pengamatan secara individu,untuk
(40)
pembuatan laporan kelompok. (d) Guru harus lebih sabar dalam
membimbing siswa secara individual ataupun kelompok dan dapat
mengoptimalkan waktu pembelajaran secara lebih baik agar siswa dalam
mengkaji materi ataupun dalam presentasi lebih baik lagi penampilannya.
4. Dampak proses pembelajaran Problem Based Learning dalam masalah
HAM pada mata pelajaran PKn berdasarkan hasil pengamatan yang
dilakukan peneliti, dari hasil tindakan siklus 1,2 dan 3 bahwa
kemampuan siswa dalam memecahkan suatu masalah untuk materi HAM
setelah diterapkannya model pembelajaran berbasis masalah (Problem
Based Learning) pada mata pelajaran PKn dikelas VII-E. Dapat terlihat ketika siswa mengikuti pembelajaran HAM dipelajaran PKn dengan
menggunakan model pembelajaran berbasis masalah (Problem Based
Learning) dalam presentasi kelompok siswa suka merasa kebingungan atau susah dalam mencari hasil dari jawaban kelompoknya. Karena siswa
tidak mudah untuk mengemukakan pendapat atau ide-idenya dalam
pelajaran tersaebut.
B. SARAN
Dari hasil penelitian ini, sebagai bahan rekomendasi dengan
mempertimbangkan hasil temuan baik di lapangan maupun secara teoritis, maka
ada beberapa hal yang dapat menjadi bahan rekomendasi adalah sebagai berikut:
1. Bagi guru
a. Guru sebaiknya sering membimbing, mengarahkan dan memandu
(41)
besar sehingga memerlukan ruang gerak yang bebas untuk dapat
mengembangkan kemampuan berfikirnya maka dari itu diperlukan
bimbingan dan arahan guru agar siswa dapat terarah dalam menentukan
keputusan.
b. Guru diharapkan cerdas dalam menentukan kelompok belajar, karena
dengan kurang awasnya guru dalam menentukan kelompok maka akan
mengakibatkan stimulus yang diberikan guru tidak dapat memunculkan
semangat secara keseluruhan dalam kelas yang pada akhirnya akan
menurunkan semangat belajar individu.
c. Guru diharapkan selalu dapat menciptakan suasana yang baru dalam
menggunakan model pembelajaran, sehingga siswa tidak merasa bosan
dan jenuh dalam mengikuti proses pembelajaran
2. Bagi siswa
a. Kemampuan yang sudah dimiliki siswa dalam memecahkan suatu
masalah diharapkan dapat ditindak lanjuti dengan selalu belajar dan
melatih kemampuannya baik bertukar pikiran dengan siswa yang lain
ataupun dalam kegiatan diskusi serta presentasi kelompok di kelas
b. Siswa diharapkan lebih berani dalam mengungkapkan pendapat ataupun
ide-ide yang baru jangan takut salah untuk mengemukakan pendapatnya
karena keberhasilan itu berawal dari kesalahan.
3. Bagi sekolah
a. Agar dalam proses pembelajaran di sekolah menjadi lebih maksimal,
(42)
bertanggungjawab kepada guru untuk berkreasi secara kreatif dan
inovatif dalam menentukan metode pembelajaran yang akan diterapkan
di sekolah.
b. Selain itu juga pihak sekolah harus dapat memfasilitasi sarana dan
prasarana yang dibutuhkan dalam rangka mengoptimalkan proses
pembelajaran agar lebih berkualitas. Dengan membantu memberikan
sarana dan prasarana dalam pembelajaran terutama dalam pembelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan.
4. Bagi peneliti selanjutnya
Mengingat kemampuan untuk memecahkan suatu masalah siswa itu
sangat penting dimiliki oleh siswa, maka perlu dilakukan penelitian lebih lanjut
mengenai penerapan metode pembelajaran studi lapangan dalam meningkatkan
kreativitas siswa untuk meningkatkan kompetensi PKn yang lainnya pada tingkat
(43)
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian Pendekatan Praktik. Jakarta : PT. Rineka Cipta.
Alsa, Asmadi. (2003). Pendidikan kuantitatif dan Kualitatif serta Kombinasinya dalam Penelitian Psikologi. Yogyakarta: PT Pustaka Belajar.
Bagir Manan Editor (1996), Kedaulatan Rakyat, Hak Asasi Manusia, dan Negara Hukum. Jakarta : Gaya Media Pratama.
Baharuddin, & Esa Nur Wahyuni. (2007). Teori Belajar dan Pembelajaran. Jogjakarta : Ar-ruzz Media.
Budimansyah, D dan Suryadi, K (2008) PKn dan Masyarakat Multikultural. Cetakan pertama, Bandung : Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan. Depdikbud, (1973), Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), Jakarta.
Effendi, Masyhur. (2005). HAM dalam Dimensi/Dinamika Yuridis, Sosial, Politik dan Proses Penyusunan/Aplikasi HA-KHAM (Hukum Asasi Manusia) dalam Masyarakat. Bogor : Ghalia Indonesia.
Gerung, Rocky. (2006). Hak Asasi Manusia, Teori, Hukum, Kasus. Depok : Filsafat UI Press.
Moleong, Lexy J. (2008). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.
Iskandar, (2009). Penelitian Tindakan Kelas. Cetakan pertama, Ciputat : Gaung Persada Press.
I Wayan Dasna & Sutrisno. 2007. Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL). http://lubisgrafura.wordpress.com
Komalasari, K. Dkk, (2010). Peningkatan-kompetensi-siswa-dalam [Online] Tersedia:http:/hasanjoen.blogspot.com/2010/08/peningkatan kompetensi siswa dalam.html [23 Februari].
Nasution, S. (1987). Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar. Jakarta : PT. Bina Aksara.
Nurhadi dan Agus Gerrad Senduk. (2003). Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya dalam KBK. Malang: UM Press.
(44)
Nurmalina, K. Dan Syaifullah (2008). Memahami Pendidikan Kewarganegaraan. Bandung : Laboratorium PKn Universitas Pendidikan Indonesia.
Rohmah, D. (2008). Suatu Ptk Dalam Proses Pembelajaran Pkn Di Kelas X-C Sma Lab. (Percontohan) UPI.Skripsi Sarjana pada FPIPS UPI Bandung; Tidak diterbitkan.
Sears, D, O., Freedman, J, L., & Peplau, L, A. (1985). Psikologi Sosial. Jakarta: Erlangga.
Usman, Moh Uzer. (1990). Menjadi Guru Profesional. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
Uswadi. 2009. Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL).
http://uswadi.blogspot.com
Wahab A. Azis., 2009. Metode danModel-Model Mengajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Cetakan ketiga, Bandung : Alfabeta CV.
Wiriaatmadja, Rochiati. Dr. Prof. (2008). Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.
Wuryan, S dan Syaifullah (2008). Ilmu Kewarganegaraan (Civics). Bandung : Laboratorium PKn Universitas Pendidikan Kewarganegaraan UPI.
(45)
Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian Pendekatan Praktik. Jakarta : PT. Rineka Cipta.
Alsa, Asmadi. (2003). Pendidikan kuantitatif dan Kualitatif serta Kombinasinya dalam Penelitian Psikologi. Yogyakarta: PT Pustaka Belajar.
Bagir Manan Editor (1996), Kedaulatan Rakyat, Hak Asasi Manusia, dan Negara Hukum. Jakarta : Gaya Media Pratama.
Baharuddin, & Esa Nur Wahyuni. (2007). Teori Belajar dan Pembelajaran. Jogjakarta : Ar-ruzz Media.
Budimansyah, D dan Suryadi, K (2008) PKn dan Masyarakat Multikultural. Cetakan pertama, Bandung : Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan.
Depdikbud, (1973), Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), Jakarta.
Effendi, Masyhur. (2005). HAM dalam Dimensi/Dinamika Yuridis, Sosial, Politik dan Proses Penyusunan/Aplikasi HA-KHAM (Hukum Asasi Manusia) dalam Masyarakat. Bogor : Ghalia Indonesia.
Gerung, Rocky. (2006). Hak Asasi Manusia, Teori, Hukum, Kasus. Depok : Filsafat UI Press. Moleong, Lexy J. (2008). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya.
Iskandar, (2009). Penelitian Tindakan Kelas. Cetakan pertama, Ciputat : Gaung Persada Press.
I Wayan Dasna & Sutrisno. 2007. Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL). http://lubisgrafura.wordpress.com
Komalasari, K. Dkk, (2010). Peningkatan-kompetensi-siswa-dalam [Online]
Tersedia:http:/hasanjoen.blogspot.com/2010/08/peningkatan kompetensi siswa dalam.html [23 Februari].
Nasution, S. (1987). Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar. Jakarta : PT. Bina Aksara.
Nurhadi dan Agus Gerrad Senduk. (2003). Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya dalam KBK. Malang: UM Press.
Nurmalina, K. Dan Syaifullah (2008). Memahami Pendidikan Kewarganegaraan. Bandung : Laboratorium PKn Universitas Pendidikan Indonesia.
Rohmah, D. (2008). Suatu Ptk Dalam Proses Pembelajaran Pkn Di Kelas X-C Sma Lab. (Percontohan) UPI.Skripsi Sarjana pada FPIPS UPI Bandung; Tidak diterbitkan.
(46)
Uswadi. 2009. Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL). http://uswadi.blogspot.com
Wahab A. Azis., 2009. Metode danModel-Model Mengajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Cetakan ketiga, Bandung : Alfabeta CV.
Wiriaatmadja, Rochiati. Dr. Prof. (2008). Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.
Wuryan, S dan Syaifullah (2008). Ilmu Kewarganegaraan (Civics). Bandung : Laboratorium PKn Universitas Pendidikan Kewarganegaraan UPI.
(1)
besar sehingga memerlukan ruang gerak yang bebas untuk dapat
mengembangkan kemampuan berfikirnya maka dari itu diperlukan
bimbingan dan arahan guru agar siswa dapat terarah dalam menentukan
keputusan.
b. Guru diharapkan cerdas dalam menentukan kelompok belajar, karena
dengan kurang awasnya guru dalam menentukan kelompok maka akan
mengakibatkan stimulus yang diberikan guru tidak dapat memunculkan
semangat secara keseluruhan dalam kelas yang pada akhirnya akan
menurunkan semangat belajar individu.
c. Guru diharapkan selalu dapat menciptakan suasana yang baru dalam
menggunakan model pembelajaran, sehingga siswa tidak merasa bosan
dan jenuh dalam mengikuti proses pembelajaran
2. Bagi siswa
a. Kemampuan yang sudah dimiliki siswa dalam memecahkan suatu
masalah diharapkan dapat ditindak lanjuti dengan selalu belajar dan
melatih kemampuannya baik bertukar pikiran dengan siswa yang lain
ataupun dalam kegiatan diskusi serta presentasi kelompok di kelas
b. Siswa diharapkan lebih berani dalam mengungkapkan pendapat ataupun
ide-ide yang baru jangan takut salah untuk mengemukakan pendapatnya
(2)
163
bertanggungjawab kepada guru untuk berkreasi secara kreatif dan
inovatif dalam menentukan metode pembelajaran yang akan diterapkan
di sekolah.
b. Selain itu juga pihak sekolah harus dapat memfasilitasi sarana dan
prasarana yang dibutuhkan dalam rangka mengoptimalkan proses
pembelajaran agar lebih berkualitas. Dengan membantu memberikan
sarana dan prasarana dalam pembelajaran terutama dalam pembelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan.
4. Bagi peneliti selanjutnya
Mengingat kemampuan untuk memecahkan suatu masalah siswa itu
sangat penting dimiliki oleh siswa, maka perlu dilakukan penelitian lebih lanjut
mengenai penerapan metode pembelajaran studi lapangan dalam meningkatkan
kreativitas siswa untuk meningkatkan kompetensi PKn yang lainnya pada tingkat
(3)
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian Pendekatan Praktik. Jakarta : PT. Rineka Cipta.
Alsa, Asmadi. (2003). Pendidikan kuantitatif dan Kualitatif serta Kombinasinya dalam Penelitian Psikologi. Yogyakarta: PT Pustaka Belajar.
Bagir Manan Editor (1996), Kedaulatan Rakyat, Hak Asasi Manusia, dan Negara Hukum. Jakarta : Gaya Media Pratama.
Baharuddin, & Esa Nur Wahyuni. (2007). Teori Belajar dan Pembelajaran. Jogjakarta : Ar-ruzz Media.
Budimansyah, D dan Suryadi, K (2008) PKn dan Masyarakat Multikultural. Cetakan pertama, Bandung : Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan. Depdikbud, (1973), Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), Jakarta.
Effendi, Masyhur. (2005). HAM dalam Dimensi/Dinamika Yuridis, Sosial, Politik dan Proses Penyusunan/Aplikasi HA-KHAM (Hukum Asasi Manusia) dalam Masyarakat. Bogor : Ghalia Indonesia.
Gerung, Rocky. (2006). Hak Asasi Manusia, Teori, Hukum, Kasus. Depok : Filsafat UI Press.
Moleong, Lexy J. (2008). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.
Iskandar, (2009). Penelitian Tindakan Kelas. Cetakan pertama, Ciputat : Gaung Persada Press.
I Wayan Dasna & Sutrisno. 2007. Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL). http://lubisgrafura.wordpress.com
Komalasari, K. Dkk, (2010). Peningkatan-kompetensi-siswa-dalam [Online] Tersedia:http:/hasanjoen.blogspot.com/2010/08/peningkatan kompetensi siswa dalam.html [23 Februari].
(4)
165
Nurmalina, K. Dan Syaifullah (2008). Memahami Pendidikan Kewarganegaraan. Bandung : Laboratorium PKn Universitas Pendidikan Indonesia.
Rohmah, D. (2008). Suatu Ptk Dalam Proses Pembelajaran Pkn Di Kelas X-C Sma Lab. (Percontohan) UPI.Skripsi Sarjana pada FPIPS UPI Bandung; Tidak diterbitkan.
Sears, D, O., Freedman, J, L., & Peplau, L, A. (1985). Psikologi Sosial. Jakarta: Erlangga.
Usman, Moh Uzer. (1990). Menjadi Guru Profesional. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
Uswadi. 2009. Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL). http://uswadi.blogspot.com
Wahab A. Azis., 2009. Metode danModel-Model Mengajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Cetakan ketiga, Bandung : Alfabeta CV.
Wiriaatmadja, Rochiati. Dr. Prof. (2008). Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.
Wuryan, S dan Syaifullah (2008). Ilmu Kewarganegaraan (Civics). Bandung : Laboratorium PKn Universitas Pendidikan Kewarganegaraan UPI.
(5)
Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian Pendekatan Praktik. Jakarta : PT. Rineka Cipta.
Alsa, Asmadi. (2003). Pendidikan kuantitatif dan Kualitatif serta Kombinasinya dalam Penelitian Psikologi. Yogyakarta: PT Pustaka Belajar.
Bagir Manan Editor (1996), Kedaulatan Rakyat, Hak Asasi Manusia, dan Negara Hukum. Jakarta : Gaya Media Pratama.
Baharuddin, & Esa Nur Wahyuni. (2007). Teori Belajar dan Pembelajaran. Jogjakarta : Ar-ruzz Media.
Budimansyah, D dan Suryadi, K (2008) PKn dan Masyarakat Multikultural. Cetakan pertama, Bandung : Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan.
Depdikbud, (1973), Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), Jakarta.
Effendi, Masyhur. (2005). HAM dalam Dimensi/Dinamika Yuridis, Sosial, Politik dan Proses Penyusunan/Aplikasi HA-KHAM (Hukum Asasi Manusia) dalam Masyarakat. Bogor : Ghalia Indonesia.
Gerung, Rocky. (2006). Hak Asasi Manusia, Teori, Hukum, Kasus. Depok : Filsafat UI Press. Moleong, Lexy J. (2008). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya.
Iskandar, (2009). Penelitian Tindakan Kelas. Cetakan pertama, Ciputat : Gaung Persada Press.
I Wayan Dasna & Sutrisno. 2007. Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL). http://lubisgrafura.wordpress.com
Komalasari, K. Dkk, (2010). Peningkatan-kompetensi-siswa-dalam [Online] Tersedia:http:/hasanjoen.blogspot.com/2010/08/peningkatan kompetensi siswa dalam.html [23 Februari].
Nasution, S. (1987). Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar. Jakarta : PT. Bina Aksara.
(6)
KARTIKA SARI, 2013
Penggunaan Model Pembelajaran Berbasis Masalan( Problem Based Learning ) Dalam Meningkatkan Kemampuan Memecahkan Masalah HAM Pada Mata Pelajaran PKN.( PENELITIAN TINDAKAN KELAS SMPN 40 BANDUNG) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Sears, D, O., Freedman, J, L., & Peplau, L, A. (1985). Psikologi Sosial. Jakarta: Erlangga. Usman, Moh Uzer. (1990). Menjadi Guru Profesional. Bandung : PT Remaja Rosdakarya. Uswadi. 2009. Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL). http://uswadi.blogspot.com
Wahab A. Azis., 2009. Metode danModel-Model Mengajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Cetakan ketiga, Bandung : Alfabeta CV.
Wiriaatmadja, Rochiati. Dr. Prof. (2008). Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.
Wuryan, S dan Syaifullah (2008). Ilmu Kewarganegaraan (Civics). Bandung : Laboratorium PKn Universitas Pendidikan Kewarganegaraan UPI.