PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PROBLEM BASED LEARNING) DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH HAM PADA MATA PELAJARAN PKn :Penelitian Tindakan Kelas Kelas SMP N 40 Bandung.

(1)

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS

MASALAH (PROBLEM BASED LEARNING) DALAM

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMECAHKAN

MASALAH HAM PADA MATA PELAJARAN PKn

( Penelitian Tindakan Kelas Kelas SMP N 40 Bandung )

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan

Oleh KARTIKA SARI

0805628

JURUSAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2012


(2)

Kartika Sari, 2013

PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PROBLEM BASED LEARNING) DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH HAM PADA MATA PELAJARAN PKn”. ini sepenuhnya karya saya sendiri. Tidak ada bagian di dalamnya yang merupakan plagiat dari karya orang lain dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko/sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Bandung, Oktober 2012 Yang membuat pernyataan,

Kartika Sari 0805628


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

KARTIKA SARI (0805628)

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PROBLEM BASED LEARNING) DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH HAM PADA MATA

PELAJARAN PKn

( Penelitian Tindakan Kelas Kelas SMP N 40 Bandung ) DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH

PEMBIMBING:

Pembimbing I,

Prof. Dr.H. Aim Abdulkarim, M. Pd. 195907141986011001

Pembimbing II,

Dr. Prayoga Bestari,S.Pd.,M.Si 197504142005011001

Diketahui oleh

Ketua Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan FPIPS Universitas Pendidikan Indonesia

Syaifullah, S.Pd., M.Si. NIP. 19721112 199903 1 001


(4)

(5)

BERBASIS MASALAH (PROBLEM BASED LEARNING) DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH HAM PADA MATA PELAJARAN PKn ( Penelitian Tindakan Kelas Kelas SMP N 40 Bandung ).

Penggunaan Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) yang diterapkan disekolah dan penelitian ini dilatarbelakangi oleh penemuan permasalahan yang dihadapi selama proses pembelajaran PKn di sekolah yaitu guru masih terjebak pada cara mengajar dan pendekatan lamanya, dan guru kurang menggali kemampuan berfikir siswa adapun beberapa permasalahan dalam proses pembelajaran diantaranya kurangnya kreativitas siswa pada saat kegiataan pembelajaran berlangsung, hal itu dapat terlihat pada saat guru memberikan pertanyaan tentang materi yang sedang diajarkan mereka kurang merespon hanya beberapa siswa saja yang aktif, pada saat guru memberikan penugasan kepada siswa, hanya sebagian siswa yang aktif saja yang taat dan mengerjakan tugas yang telah diberikan guru. Pendekatan yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif, dengan menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research), Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi dan studi dokumentasi dan catatan lapangan. Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 40 Bandung sedangkan yang menjadi subyek penelitian adalah guru dan siswa-siswi kelas VII-E SMP N 40 Bandung.

Adapun hasil penelitian ini yaitu dalam penggunaan model pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning) pada mata pelajaran Pkn telah mampu meningkatkan kemampuan siswa dalam memecahkan suatu masalah, hal ini dapat terlihat adanya peningkatan yang cukup baik diantaranya dalam menganalisis masalah, mencari dan menemukan pemecahan masalah dengan baik. siswa sudah mampu memberikan ide-ide yang kreatif, berani dalam mengemukakan pendapatnya. Kemudian kendala yang dihadapi guru mengalami kesulitan membangun suasana kelas yang demokratis sesuai dengan materi yang diambil, siswa belum sepenuhnya memahami langkah-langkah Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning). Kemudian Upaya yang dilakukan guru dalam mengatasi kendala-kendala yang dihadapi dalam penerapan model pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning) adalah Guru bukan hanya sebagai pembimbing, akan tetapi mengontrol dan mengatur serta dapat membangun suasana kelas yang demokratis. Kemudian Dampak proses pembelajaran Problem Based Learning dalam masalah HAM pada mata pelajaran PKn berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan peneliti, pada mata pelajaran PKn terlihat ketika siswa mengikuti pembelajaran HAM dipelajaran PKn dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning) dalam presentasi kelompok siswa suka merasa kebingungan atau susah dalam mencari hasil dari jawaban kelompoknya.


(6)

(7)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ……….. 1

B. Rumusan Masalah ………. 8

C. Tujuan Penelitian ……….. 8

D. Manfaat Penelitian ……….... 9

E. Anggapam Dasar ……….. 10

F. Penjelasan Istilah ……….. 11

G. Metodologi Penelitian ……….. 16

H. Subjek dan Lokasi Penelitian ………... 17

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 18

A. Pembelajaran PKn ... 18

1. Pengertian Pembelajaran PKn ... 18

2. Tujuan Pembelajaran PKn…….. ... 21

3. Strategi Pembelajaran PKn………. 22

B. Problem Based Learning dalam Mata Pelajaran PKn ... 23

1. Pengertian Problem Based Learning ... 23

2. Langkah-langkah Problem Based Learning ... 32

3. Keunggulan dan Kelemahan Problem Based Learning………. 37

4. Problem Based Learning Bidang Studi PKn………... . 39

C. Hakikat Pendidikan Kewarganegaraan ... 40

1. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan ... 40

2. Fungsi dan Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan ... 48

3. Visi dan Misi Pendidikan Kewarganegaraan………. 52

4. Ruang Lingkup Pendidikan Kewarganegaraan………. 52

D. Konsep Hak Asasi Manusia dalam Mata Pelajaran PKn ... 52

1. Pengertian Hak Asasi Manusia ... 52

2. Perkembangan HAM di Indonesia ... 54

3. Pelanggaran Hak Asasi Manusia ... 54

4. Kelembagaan Hak Asasi Manusia ... 57


(8)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 69

A. Pendekatan Penelitian ... 69

B. Metode Penelitian ... 71

C. Teknik Pengumpulan Data ... 74

1. Studi Pustaka atau Literature... 74

2. Wawancara ... 75

3. Observasi………. 75

4. Studi Dokumentasi……….. 75

D. Subjek dan Lokasi Penelitian ... 75

E. Prosedur Pengumpulan Data ... 76

F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data………... 81

G. Validitas Data……… 83

H. Jadwal Penelitian………... 87

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 88

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 88

1. Profil Sekolah ... 88

2. Visi dan Misi SMP Negeri 40 Bandung ... 89

3. Tujuan SMP Negeri 40 Bandung ... 90

4. Letak Geografis Sekolah ... 90

5. Sarana dan Prasarana... 91

B. Deskripsi Umum Pembelajaran ... 93

1. Observasi Awal Pembelajaran PKn ... 93

a. Pelaksanaan observasi awal Pembelajaran PKn ... 93

b. Analisis dan Refleksi ... 95

c. Rencana Tindakan... 96

2. Deskripsi Hasil Penelitian... 97

a. Siklus I ... 97

1) Perencanaan Tindakan Siklus I ... 97

2) Pelaksanaan Tindakan Siklus I ... 98

3) Observasi atau Pengamatan Tindakan Siklus I... 105

4) Refleksi Tindakan I... 107

b. Siklus II... 113

1) Perencanaan Tindakan Siklus II... 113

2) Pelaksanaan Tindakan Siklus II... 114

3) Observasi atau Pengamatan Tindakan Siklus II... 120

4) Refleksi Tindakan I... 125

c. Siklus III... 129

1) Perencanaan Tindakan Siklus III... 129

2) Pelaksanaan Tindakan Siklus III... 130

3) Observasi atau Pengamatan Tindakan Siklus III... 136


(9)

C. Analisis Pelaksanaan Tindakan Kelas dalam Penggunaan Model Problem Based Learning pada Pembelajaran Pendidikan

Kewarganegaraan ... 142

1. Proses Pembelajaran Problem Based Learning dalam masalah HAM pada Mata Pelajaran PKn………... 142

2. Kendala dalam persoalan apa yang ditemukan guru dalam proses pembelajaran Problem Based Learning dalam masalah HAM pada Mata Pelajaran PKn………... 150

3. Upaya dan usaha yang dilakukan guru dalam mengatasi kendala dan persoalan proses pembelajaran Problem Based Learning dalam masalah HAM pada Mata Pelajaran PKn………. 152

4. Dampak proses pembelajaran Problem Based Learning dalam masalah HAM pada Mata Pelajaran PKn……… ... 153

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 158

A. Kesimpulan ... 158

B. Saran ... 160

1. Bagi Guru ... 160

2. Bagi Siswa ... 161

3. Bagi Sekolah ... 161

4. Bagi Peneliti Selanjutnya ... 162

DAFTAR PUSTAKA ... 163

LAMPIRAN-LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP


(10)

DAFTAR TABEL

Tabel1.1 Kasus Pelanggaran HAM………... 6

Tabel2.1 Tabel3.1 Tabel3.3 Tabel3.4 Sintaksis Untuk PBL…... Nama dan Anggota Kelompok………. Nama dan Anggota Kelompok………. Hasil Pengamatan Berfokus Pada Kegiatan Guru……… 35 101 116 121 DAFTAR GAMBAR Gambar1.1 Siklus Penelitian Tindakan Kelas……… 81

Gambar1.1 Triangulasi Subyek……….. 84

Gambar1.2 Triangulasi Teknik……… 85


(11)

BAB I PENDAHULUAN A.LATAR BELAKANG

Pendidikan di Indonesia diharapkan dapat mempersiapkan peserta didik menjadi warga negara yang memiliki komitmen kuat dan konsisten untuk mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Komitmen yang kuat dan konsisten terhadap prinsip dan semangat kebangsaan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, perlu ditingkatkan terus menerus untuk memberikan pemahaman yang mendalam tentang Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Indonesia harus menghindari sistem pemerintahan yang memasung hak-hak asasi manusia, hak-hak-hak-hak warganegara untuk dapat menjalankan prinsip-prinsip demokrasi. Kehidupan yang demokratis didalam kehidupan sehari-hari di lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat, pemerintahan, dan organisasi-organisasi non pemeritahan perlu dikenal, dipahami, diinternalisasi, dan diterapkan demi terwujudnya pelaksanaan prinsip-prinsip demokrasi serta demi peningkatan martabat kemanusiaan, kesejahteraan, kebahagiaan, kecerdasan dan keadilan.

Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warganegara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warga negara yang baik, yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945. Pendidikan Kewarganegaraan (Citizenship Education) merupakan mata


(12)

pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan diri yang beragam dari segi agama, sosio-kultural, bahasa, usia, dan suku bangsa.

Dari Standar Isi dan Standar Kompetensi tersebut di atas, penulis memilih butir ketiga yaitu menampilkan sikap positif terhadap perlindungan dan penegakan hak asasi manusia (HAM), sebagai landasan judul penelitian tindakan kelas ini.Berdasarkan hasil pengamatan dan pengalaman selama ini, siswa kurang aktif dalam kegiatan belajar-mengajar. Anak cenderung tidak begitu tertarik dengan pelajaran PKn karena selama ini pelajaran PKn dianggap sebagai pelajaran yang hanya mementingkan hafalan semata, kurang menekankan aspek penalaran sehingga menyebabkan rendahnya minat belajar PKn siswa di sekolah.

Banyak faktor yang menyebabkan hasil belajar PKn siswa rendah yaitu faktor internal dan eksternal dari siswa. Faktor internal antara lain: motivasi belajar, intelegensi, kebiasan dan rasa percaya diri. Sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang terdapat di luar siswa, seperti; guru sebagai pembina kegiatan belajar, strategi pembelajaran, sarana dan prasarana, kurikulum dan lingkungan. Dari masalah-masalah yang dikemukakan di atas, perlu dicari strategi baru dalam pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif.

Pembelajaran yang mengutamakan penguasaan kompetensi harus berpusat pada siswa (Focus on Learners), memberikan pembelajaran dan pengalaman belajar yang relevan dan kontekstual dalam kehidupan nyata (provide relevant and contextualized subject matter) dan mengembangkan mental yang kaya dan kuat pada siswa. Disinilah guru dituntut untuk merancang kegiatan


(13)

pembelajaran yang mampu mengembangkan kompetensi, baik dalam ranah kognitif, ranah afektif maupun psikomotorik siswa.

Strategi pembelajaran yang berpusat pada siswa dan penciptaan suasana yang menyenangkan sangat diperlukan untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran PKn. Dalam hal ini penulis memilih model “Pembelajaran Berbasis Masalah (PROBLEM BASED LEARNING) Dalam Meningkatkan Kemampuan Memecahkan Masalah HAM Pada Mata Pelajaran PKn”. Pembelajaran berbasis masalah adalah suatu proses belajar mengajar didalam kelas dimana siswa terlebih dahulu diminta mengobservasi suatu fenomena.

Siswa diminta untuk mencatat permasalahan-permasalahan yang muncul, setelah itu tugas guru adalah merangsang untuk berfikir kritis dalam memecahkan masalah yang ada. Tugas guru mengarahkan siswa untuk bertanya, membuktikan asumsi, dan mendengarkan persfektif yang berbeda diantara mereka. Pembelajaran aktif dengan menciptakan suatu kondisi dimana siswa dapat berperan aktif, sedangkan guru bertindak sebagai fasilitator. E. Mulyana (2002 : 181)

Pembelajaran harus dibuat dalam suatu kondisi yang menyenangkan sehingga siswa akan terus termotivasi dari awal sampai akhir kegiatan belajar mengajar (KBM). Dalam hal ini pembelajaran dengan Problem Based Learning sebagai salah satu bagian dari pembelajaran CTL (Contextual Teaching and Learning) merupakan salah satu alternatif yang dapat digunakan guru di sekolah untuk meningkatkan kualitas pembelajaran PKn. Berdasarkan uraian di atas maka


(14)

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini, dirancang untuk mengkaji memecahkan masalah HAM dalam mata pelajaran PKn.

Pembelajaran Hak Asasi Manusia dalam PKn dapat membekali siswa dengan pengetahuan, keterampilan intelektual dan pengalaman. Oleh karena itu, ada yang perlu diperhatikan oleh guru dalam mempersiapkan pembelajaran Hak Asasi Manusia dikelas, selain bekal pengetahuan materi pembelajaran dan metode atau pendekatan pembelajaran, juga perlu memperhatikan berbagai strategi belajar yang berorientasi pada pengembangan kemampuan berpikir kritis dan pemecahan masalah sosial yang bertujuan memfasilitasi siswa untuk menjadi warga negara yang baik.

Salah satu upaya untuk mengatasi permasalahan dalam proses belajar mengajar diatas adalah model pembelajaran Problem Based Learning, karena sebagaimana menurut Smith yang dikutif oleh Taufiq Amir (2009 : 27) bahwa PBL dapat memberikan manfaat kepada siswa diantaranya siswa akan mengingat kecakapan pemecahan masalah, lebih mudah mengingat, meningkatkan pemahamannya, meningkatkan pengetahuannya yang relevan dengan dunia nyata atau praktik, mendorong siswa penuh pemikiran, membangun kemampuan kepemimpinan dan kerjasama, kecakapan belajar dan memotivasi belajar.

Menurut kedua peneliti tersebut, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran PBL efektif diterapkan pada mata pelajaran PKn. Beranjak dari hal itu, maka peneliti mencoba menerapkan model pembelajaran PBL pada mata pelajaran PKn. Tujuannya ialah untuk meningkatkan kemampuan mengemukakan pendapat siswa melalui diskusi. Peneliti ingin menerapkan model PBL yang


(15)

mampu memperoleh hasil lebih baik dari peneliti sebelumnya yaitu meningkatkan kemampuan memecahkan masalah-masalah HAM terhadap siswa secara tulisan maupun lisan.

Peneliti juga ingin membuktikan bahwa model PBL mampu memotivasi siswa, membuat suasana kelas yang kondusif serta mengembangkan keaktifan siswa dalam belajar PKn. Di sekolah SMPN 40 Bandung setaip mata pelajarannya suka menggunakan model PBL, karena lebih mudah untuk memecahkan suatu masalah-masalah didalam mata pelajaran yang diajarkan oleh guru tersebut. Kalau siswa sulit untuk memecahkan suatu masalah, siswa dapat menggunakan model PBL dalam memecahkan masalahnya.

Guru harus mampu berperan sebagai inisiator, director, fasilitator, organisator, serta kompetensi-kompetensi yang lainnya yang mutlak harus dimiliki oleh seorang guru sehingga tujuan belajar dapat tercapai. Oleh karena itu pembelajaran Hak Asasi Manusia pada PKn perlu dibangun dan dikembangkan guna melestarikan dan mengembangkan nilai-nilai luhur bangsa yang untuk meningkatkan kemampuan memecahkan masalah Hak Asasi Manusia dari setiap warga negaranya, sehingga tujuan dari pembelajaran Hak Asasi Manusia tercapai yaitu terciptanya warga negara yang mau dan mampu untuk menjunjung tinggi Hak Asasinya.

Penjelasan dari latar belakang diatas, adanya permasalahan dapat dilihat dari adanya perilaku atau perbuatan yang sering dilakukan oleh siswa yang dapat mengakibatkan pelanggaran HAM. Adanya beberapa kasus-kasus pelanggaran


(16)

hak asasi manusia (HAM) yang sering terjadi disekolah, lingkunngan keluarga, dan lingkungan masyarakat yang dilakukan oleh siswa. seperti :

TABEL 1.1

KASUS PELANGGARAN HAM

No Kasus yang terjadi disekolah

Kasus yang terjadi dilingkungan keluarga

Kasus yang terjadi dilingkungan

masyarakat

1. Tidak Menghargai Pendapat Teman

Tidak Hormat Kepada Orang Tua

Sering terjadi pekelahian

2. Menghina Guru Orang tua sering

memarahin anaknya

Berbicara yang kasar 3. Tidak Menghargai Hak

Asasi Temannya

Kekerasan terhadap anak

Sering terjadi tawuran antar siswa sekolah 4. Hanya Menuntut Haknya

Saja Sebagai Siswa Tanpa Melaksanakan Kewajiban

Sering terjadi pertengkaran antara

orang tua dan anak

Pelanggaran lalu lintas yang sering terjadi di

jalan Sumber : Diolah oleh peneliti, tahun 2012

Kita bisa lihat dari beberapa kasus pelanggaran HAM yang telah diuraikan diatas, bahwa pelanggaran HAM sering terjadi disekolah, dilingkungan keluarga dan dilingkungan masyarakat. Karena kurang adanya perhatian dari pemerintah tersebut untuk menangani kasus-kasus pelanggaran HAM itu sendiri.

Materi Hak Asasi Manusia dibelajarkan dalam PKn dimaksudkan sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan siswa untuk dapat memecahkan suatu masalah hak asasi manusia (HAM). Tujuannya adalah untuk mencegah siswa untuk melakukan tindakan yang bertentangan dengan hak asasi manusia. Kenyataan ini sesuai dengan misi dari mata pelajaran PKn, yaitu sebagai mata pelajaran yang membentuk warga negara agar memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajiban untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil dan berkarakter.


(17)

Kesadaran akan hak asasi manusia memang diperlukan dan tidak hanya sekedar kampanye publik, tetapi memerlukan sistem penanaman nilai sejak dini yaitu melalui sistem pendidikan yang secara sengaja memasukkan materi Hak Asasi Manusia. Di sekolah banyak siswa yang melakukan perilaku yang bertentangan dengan hak asasi manusia, seperti tidak menghargai pendapat teman, menghina guru, tidak hormat kepada orang tua, tidak menghargai hak asasi temannya, serta hanya menuntut haknya saja sebagai siswa tanpa melaksanakan kewajiban.

Dengan demikian materi mengenai Hak Asasi Manusia yang diberikan kepada siswa diharapkan dapat membentuk kesadaran hak asasi manusia sejak dini sebagai upaya dalam pembinaan warga negara yang baik yaitu warga negara yang cerdas, terampil dan berkarakter serta memiliki kemampuan untuk memecahkan suatu masalah HAM.

Berdasarkan pada latar belakang sebagaimana diuraikan diatas, maka penulis tertarik untuk mengetahui dan mengkaji lebih lanjut mengenai praktik pembelajaran Hak Asasi Manusia pada mata pelajaran PKn dan penggunaannya pmbelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning) dalam meningkatkan kemampuan memecahkan masalah hak asasi manusia yang dituangkan dalam

judul “Penggunaan Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based

Learning) Dalam Meningkatkan Kemampuan Memecahkan Masalah HAM Pada


(18)

B.RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah tersebut di atas, maka dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut :

1. Bagaimana proses pembelajaran Problem Based Learning dalam masalah HAM pada mata pelajaran PKn?

2. Kendala dan persoalan apa yang ditemukan guru dalam proses pembelajaran Problem Based Learning dalam masalah HAM pada mata pelajaran PKn? 3. Bagaimana upaya dan usaha yang dilakukan guru dalam mengatasi kendala dan

persoalan proses pembelajaran Problem Based Learning dalam masalah HAM pada mata pelajaran PKn?

4. Bagaimana dampak proses pembelajaran Problem Based Learning dalam masalah HAM pada mata pelajaran PKn?

C.TUJUAN PENELITIAN

Tujuan merupakan hal yang utama yang menyebabkan seseorang melakukan tindakan. Dengan tujuan, tindakan akan terarahkan secara fokus, begitupun dalam penelitian ini, memiliki tujuan tertentu.

1. Untuk mengetahui proses pembelajaran Problem Based Learning dalam masalah HAM pada mata pelajaran PKn.

2. Untuk mengetahui kendala dan persoalan yang ditemukan guru dalam proses pembelajaran Problem Based Learning dalam masalah HAM pada mata pelajaran PKn.


(19)

3. Untuk mengetahui upaya dan usaha yang dilakukan guru dalam mengatasi kendala dan persoalan proses pembelajaran Problem Based Learning dalam masalah HAM pada mata pelajaran PKn.

4. Untuk mengetahui dampak proses pembelajaran Problem Based Learning dalam masalah HAM pada mata pelajaran PKn.

D. MANFAAT PENELITIAN

Manfaat dilakukannya kajian ini adalah :

1. Secara Teoritis

Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah berusaha mengetahui Penggunaan Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) Dalam Meningkatkan Kemampuan Memecahkan Masalah HAM Pada Mata Pelajaran PKn, sehingga hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dalam meningkatkan kemampuan memecahkan masalah HAM pada siswa dan berbagai sarana untuk memperluas pengetahuan penulis.

2. Secara Praktis

Dalam mengetahui Penggunaan Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) Dalam Meningkatkan Kemampuan Memecahkan Masalah HAM Pada Mata Pelajaran PKn, diharapkan penelitian ini :

a. Bagi pendidik khususnya guru PKn, penelitian ini dapat memberikan bekal pengetahuan untuk mengarahkan, mendidik, dan membina siswa dalam meningkatkan kemampuan memecahkan masalah HAM pada mata pelajaran PKn.


(20)

b. Bagi sekolah memberikan sumbangan pemikiran dalam upaya membina siswa untuk meningkatkan kemampuan memecahkan masalah HAM pada mata pelajaran PKn.

c. Bagi siswa memberikan sumbangan pengetahuan dan pemahaman mengenai pentingnya meningkatkan kemampuan memecahkan masalah HAM pada mata pelajaran PKn dalam upaya meningkatkan prestasi belajar mereka, sehingga menampilkan perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai hak asasi manusia.

E.PENJELASAN ISTILAH

Untuk menghindari kesalahpahaman dalam memaparkan maksud dari penelitian ini, berikut beberapa istilah yang penulis gunakan dalam rumusan judul penelitian yaitu:

1. Pembelajaran PKn

Pembelajaran merupakan proses perubahan yang terjadi pada diri seseorang melalui penguatan (reinforcement), sehingga terjadi perubahan yang bersifat permanen dan persisten pada dirinya sebagai hasil pengalaman (Learning is a change of behaviour as a result of experience), demikian pendapat John Dewey, salah seorang ahli pendidikan Amerika Serikat dari aliran Behavioural Approach. Perubahan yang dihasilkan oleh proses belajar bersifat progresif dan akumulatif, mengarah kepada kesempurnaan, misalnya dari tidak mampu menjadi mampu, dari tidak mengerti menjadi mengerti, baik mencakup aspek pengetahuan (cognitive domain), aspek afektif (afektive domain) maupun aspek psikomotorik


(21)

(psychomotoric domain). Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungan.

Pembelajaran berasal dari kata belajar yang berarti adanya perubahan diri seseorang.Perubahan yang dimaksudkan mencakup aspek kognitif, afektif, maupun psikomotor. Dengan demikian, pembelajaran dapat diartikan proses yang dirancang untuk mengubah diri seseorang, baik aspek kognitif, afektif maupun psikomotornya. (Suwardi, 2007:30). Jadi, pembelajaran PKn menurut penulis ialah suatu konsep pembelajaran yang menjadikan siswa yang tadinya tidak tahu menjadi tahu, hubungannya dengan PKn agar menumbuhkan sikap terampil dan berkarakter.

2. Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)

Pendidikan Kewarganegaraan adalah adaptasi dari lintas-lintas disiplin ilmu-ilmu social, ilmu kewarganegaraan, humaniora, tekhnologi, agama, kegiatan dasar manusia yang diorganisir dan disajikan secara psikologi dan ilmiah untuk ikut mencapai tujuan PIPS tujuan Pendidikan Nasional (Soemantri, 2001:3).

Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945.

Mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:


(22)

1. Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan.

2. Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta anti-korupsi. 3. Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan

karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lainnya.

4. Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.

Ruang lingkup mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan meliputi aspek-aspek sebagai berikut:

1. Persatuan dan Kesatuan bangsa, meliputi: Hidup rukun dalam perbedaan, Cinta lingkungan, Kebanggaan sebagai bangsa Indonesia, Sumpah Pemuda, Keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia, Partisipasi dalam pembelaan negara, Sikap positif terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia, Keterbukaan dan jaminan keadilan.

2. Norma, hukum dan peraturan, meliputi: Tertib dalam kehidupan keluarga, Tata tertib di sekolah, Norma yang berlaku di masyarakat, Peraturan-peraturan daerah, Norma-norma dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, Sistim hukum dan peradilan nasional, Hukum dan peradilan internasional.


(23)

3. Hak asasi manusia meliputi: Hak dan kewajiban anak, Hak dan kewajiban anggota masyarakat, Instrumen nasional dan internasional HAM, Pemajuan, penghormatan dan perlindungan HAM.

4. Kebutuhan warga negara meliputi: Hidup gotong royong, Harga diri sebagai warga masyarakat, Kebebasan berorganisasi, Kemerdekaan mengeluarkan pendapat, Menghargai keputusan bersama, Prestasi diri , Persamaan kedudukan warga negara.

5. Konstitusi Negara meliputi: Proklamasi kemerdekaan dan konstitusi yang pertama, Konstitusi-konstitusi yang pernah digunakan di Indonesia, Hubungan dasar negara dengan konstitusi.

6. Kekuasaan dan Politik, meliputi: Pemerintahan desa dan kecamatan, pemerintahan daerah dan otonomi, Pemerintah pusat, Demokrasi dan sistem politik, Budaya politik, Budaya demokrasi menuju masyarakat madani, Sistem pemerintahan, Pers dalam masyarakat demokrasi.

7. Pancasila meliputi: kedudukan Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi negara, Proses perumusan Pancasila sebagai dasar negara, Pengamalan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, Pancasila sebagai ideologi terbuka.

8. Globalisasi meliputi: Globalisasi di lingkungannya, Politik luar negeri Indonesia di era globalisasi, Dampak globalisasi, Hubungan internasional dan organisasi internasional, dan Mengevaluasi globalisasi.


(24)

Problem Based Learning adalah Segala bentuk belajar yang langsung menghadapkan murid dengan suatu atau sejumlah sumber belajar secara individual atau kelompok dengan segala kegiatan belajar yang bertalian dengan itu, jadi bukan dengan cara yang konvensional di mana guru menyampaikan bahan pelajaran kepada murid. Poblem Based Learning merupakan salah satu model pembelajaran inovatif yang dapat memberikan kondisi belajar aktif kepada mahasiswa.

PBL juga adalah suatu model pembelajaran yang melibatkan mahasiswa untuk memecahkan suatu masalah melalui tahap-tahap metode ilmiah sehingga mahasiswa dapat mempelajari pengetahuan yang berhubungan dengan masalah tersebut dan sekaligus memiliki keterampilan untuk memecahkan masalah (Ward, 2002:78).

Problem Based Learning (PBL) menurut Dutch (1994) merupakan

metode intsruksional yang menantang mahasiswa agar “Belajar untuk Belajar”,

bekerja sama dalam kelompok untuk mencari solusi bagi masalah yang nyata. Masalah ini digunakan untuk mengaitkan rasa keingintahuan serta kemampuan menganalisis mahasiswa untuk berpikir kritis dan analitis, dan untuk mencari serta menggunakan sumber pembelajaran yang sesuai.

4. Hak Asasi Manusia (HAM)

Hak Asasi Manusia merupakan sebagai hak dasar dan suci melekat pada setiap manusia sepanjang hidupnya sebagai anugerah Tuhan lewat seperangkat


(25)

aturan hokum yang ada, juga memformalkan hak asasi manusia ke dalam seperangkat aturan hukum yang ada. Effendi (2005:35)

Menurut UU No. 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia yang tercantum dalam Pasal 4, Hak Asasi Manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh Negara, hukum pemerintah dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia.

Berdasarkan pernyataan di atas maka Hak Asasi Manusia merupakan hak dasar yang secara kodrati melekat pada diri manusia yang besifat universal, oleh karena itu harus dilindungi, dihormati, dipertahankan, dan tidak boleh diabaikan, dikurangi, atau dirampas oleh siapapun.

F. METODOLOGI PENELITIAN

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan Kualitatif. Dengan mengunakan pendekatan Kualitatif peneliti dapat menguraikan beberapa data yang diperoleh.

Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah Metode Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research). Penelitian ini dilaksanakan dengan metode penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research), yang berusaha mengkaji dan merefleksi secara kolaboratif suatu pendekatan pembelajaran dengan tujuan untuk meningkatkan proses dan produk pengajaran di kelas.


(26)

Teknik pengumpulan data yang telah penulis gunakan, yaitu wawancara, lembar observasi, study dokumentasi, dan catatan lapangan.

Dalam melakukan pengolahan dan analisis data, peneliti mengacu pada tehnik yang dikemukakan oleh Lexy J.Moleong (2005:190) sebagai berikut:

1. Reduksi data yang dilakukan dengan jalan membuat abstraksi, yang merupakan usaha untuk membuat rangkuman isi.

2. Menyusun dalam satuan-satuan yang kemudian dikategorisasikan sambil membuat koding.

3. Mengadakan pemeriksaan keabsahan data dan kemudian diakhiri dengan penafsiran data.

Dengan mengacu pada pendapat di atas, maka proses analisis data yang dilakukan adalah penyeleksian dan pengelompokan data, validasi data, Interpretasi data.

G. SUBJEK DAN LOKASI PENELITIAN

Lokasi penelitian mengarah atau menunjukan pengertian yaitu tempat/lokasi sosial penelitian yang dicirikan dengan adanya tiga (3) unsur, yaitu tempat, pelaku yakni semua orang yang terdapat dalam lokasi itu, dan kegiatan yang dapat diamati atau diobservasi (S.Nasution, 2003 : 4). Adapun tempat/lokasi penelitian ini berlokasi di SMP N 40 Bandung, jalan Wastukencana.

Subyek dalam penelitian ini adalah guru Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) dan siswa kelas VII-E SMP N 40 Bandung, dengan jumlah siswa 40 orang, kelas ini dipilih atas rekomendasi dari mitra/guru pamong yang merupakan salah satu guru mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) di SMP N 40 Bandung, karena kelas ini dianggap sebagai kelas yang kurang aktif dan kurang memperhatikan ketika proses pembelajaran sedang berlangsung.


(27)

kelas yang dilaksanakan oleh peneliti, yaitu terletak pada permasalahan pembelajaran yang ditemui dilapangan, atau lebih tepatnya disekolah dan kelas yang dijadikan lokasi dan subjek penelitian.

Karakteristik penelitian dengan pendekatan kualitatif menurut Alsa (2003: 38-44) adalah:

1. Penelitian kualitatif memiliki setting alamiah sebagai sumber data; 2. Peneliti sebagai instrumen utama penelitian;

3. Penelitian kualitatif adalah deskriptif;

4. Penelitian kualitatif lebih memperhatikan proses dari pada hasil penelitian;

5. Peneliti kualitatif cenderung menganalisa datanya secara induktif; 6. Pemaknaan merupakan perhatian utama dari penelitian kualitatif;

7. Kontak personal langsung dengan subyek merupakan hal utama dalam penelitian kualitatif;

8. Penelitian kualitaif pada umumnya berorientasi pada kasus unik; dan 9. Penelitian kualitatif biasanya merupakan penelitian lapangan (fieldwork).

Pendekatan kualitatif untuk menggambarkan permasalahan yang dihadapi guru di kelas dan untuk menggambarkan penerapan model Problem Based Learning di kelas.

Selain karakteristik penelitian kualitatif menurut pendapat Alsa diatas, penelitian kualitatif memiliki karakteristik sebagi berikut:

1. Peneliti memaknai apa yang diteliti dengan persepsi-persepsi subyektif untuk menghadirkan konteks yang menjelaskan suatu fenomena.

2. Tujuan penelitian adalah mengembangkan konsep-konsep yang dapat menjelaskan makna suatu fenomena.

3. Tidak dilakukan pengujian hipotesis, karena konteks atau lingkungan sosial menentukan bagaimana data dikumpulkan.

4. Konsep pengetahuan dalam bentuk tema, motif, taksonomi dan generalisasi bukan operasional variable.

5. Generalisasi tidak dilakukan mengacu pada kaidah probabilitas, tetapi melalui ekstraksi kenyataan dari data yang ditemukan di lapangan dan menyajikannya dalam gambaran yang koheren dan konsisten.

Jadi, dalam penelitian salah satu alasan menggunakan pendekatan kualitatif adalah pengalaman para peneliti dimana metode ini dapat digunakan


(28)

kadangkala merupakan sesuatu yang sulit unt'uk dipahami secara memuaskan. Selain menggunakan pendekatan kualitatif, juga diperlukan pendekatan kuantitaif. Mengenai pendekatan kuantitaif, Sugiyono (2009:7) menyebutkan bahwa: "data kuantitatif berbentuk angka-angka dan analisis menggunakan statistik". Angka-angka tersebut diperoleh dari kuisioner/angket dengan cara pensekoran. Kemudian, analisis data kuantitatif disini, hanyalah satistik sederhana yaitu memprosentasekan peningkatan kemampuan mengemukakan pendapat siswa dari siklus satu ke siklus berikutnya.

A.Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau Classroom action Research merupakan suatu metode penelitian yang dikembangkan di kelas. Ide tentang penelitian tindakan pertama kali dikembangkan oleh Kurt dan Lewin pada tahun (1946).

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan suatu jenis penelitian yang dilakukan oleh guru untuk memecahkan masalah pembelajaran di kelasnya. Penelitian Tindakan Kelas merupakan paparan gabungan definisi dari tiga kata penelitian, tindakan, dan kelas. Penelitian adalah kegiatan mencermati suatu objek, menggunakan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau mformasi yang bermanfaat bagi peneliti atau orang-orang yang berkepentingan dalam rangka peningkatan kualitas diberbagai bidang.Suharsimi (2008:71)

Tindakan adalah suatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu yang dalam pelaksanaannya berbentuk rangkaian periode/siklus kegiatan. Sedangkan kelas adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang


(29)

yang sama. Penelitian tindakan kelas (PTK) merupakan terjemahan dari Classroom Action Research yaitu suatu Action Research (penelitian tindakan) yang dilakukan di kelas.

Menurut Stephen Kemmis (1983), PTK atau action research adalah suatu bentuk penelaahan atau inkuiri melalui refleksi diri yang dilakukan oleh peserta kegiatan pendidikan tertentu dalam situasi sosial (termasuk pendidikan) untuk memperbaiki rasionalitas da'n kebenaran dari (a) praktik-praktik sosial atau pendidikan yang mereka lakukan sendiri; (b) pemahaman mereka terhadap praktik-praktik tersebut, dan (c) situasi di tempat praktik itu dilaksanakan (David Hopkins, 1993:44).

Sejalan dengan pengertian diatas, makna dari penelitian tindakan yaitu suatu penelitian yang dilakukan kolektif oleh suatu kelompok sosial (termasuk juga pendidikan) yang bertujuan untuk memperbaiki kualitas kerja mereka serta mengatasi berbagai permasalahan dalam kelompok tersebut.

Definisi tersebut diperjelas oleh pendapat Kemmis dalam Kardi (2000) yang menyatakan bahwa penelitian tindakan adalah studi sistematik tentang upaya memperbaiki praktik pendidikan oleh sekelompok peneliti melalui kerja praktik mereka sendiri dan merefleksikannya untuk mengetahui pengaruh-pengaruh kegiatan tersebut. Atau bisa disederhanakan dengan kalimat yaitu upaya menguji cobakan ide dalam praktik dengan tujuan memperbaiki atau mengubah sesuatu, mencoba memperoleh pengaruh yang sebenarnya dalam situasi tersebut.

Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah Metode Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research). Penelitian ini dilaksanakan dengan


(30)

mengkaji dan merefleksi secara kolaboratif suatu pendekatan pembelajaran dengan tujuan untuk meningkatkan proses dan produk pengajaran di kelas.

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan suatu bentuk kajian reflektif oleh pelaku tindakan dan PTK dilakukan untuk meningkatkan kemampuan guru dalam melaksanakan tugas, memperdalam pemahaman terhadap tindakan-tindakan yang dilakukan, dan memperbaiki kondisi praktik-praktik pembelajaran yang telah dilakukan. Sudikin et al. (2002:16).

Hal ini senada dengan pernyataan yang dikemukakan oleh I Wayan Sukarnyana (1999 : 5) yaitu sebagai berikut :

Penelitian Tindakan Kelas adalah studi sistematis terhadap praktik pembelajaran di kelas dengan tujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan kualitas proses pembelajaran dan hasil belajar siswa dengan melakukan tindakan tertentu. Langkah pelaksanaan tindakan mencakup serangkaian kegiatan yang terdiri atas perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, pengamatan, dan refleksi.

Bentuk Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dimaksud adalah bentuk kolaborasi dan partisipasi. Menurut Lewin I Wayan Sukarnyana, (1999:5) menyatakan bahwa “…pentingnya kolaborasi (kerjasama) dan partisipasi yang bersifat demokratis”. Depdikbud (1999 : 1) menyatakan bahwa : “Penelitian Tindakan adalah penelitian tentang, untuk, dan oleh masyarakat/kelompok sasaran, dengan memanfaatkan interaksi, partisipasi dan kolaborasi antara peneliti dengan kelompok sasaran”.

Penelitian Tindakan Kelas (PTK), yaitu suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar brupa sebuah tindakan yang sengaja di munculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. (Suharsimi, 2008:71). Alasan menggunakan


(31)

pembelajaran di kelas sehingga lebih berkualitas. Tujuan dari PTK itu sendiri adalah untuk meningkatkan (1) kualitas praktik pembelajaran di sekolah; (2) relevansi pendidikan; (3) mutu hasil pendidikan; dan (4) efisiensi pengolahan pendidikan.

Langkah-langkah PTK secara siagkat adalah sebagai berikut:

(1) Perencanaan tindakan adalah rencana tindakan dalam PTK disusun berdasarkan masalah yang hendak di pecahkan dan hipotesis yang di ajukan; (2) Pelaksanaan tindakan yaitu jenis tindakan yang dilakukan dalam PTK hendaknya selalu didasarkan atas pertimbangan teoritik dan empirik agar hasil yang diperoleh berupa peningkatan kinerja dan hasil program adalah optimal; (3) Observasi, yaitu kegiatan pengamatan dalam PTK dapat di sejajarkan kedudukannya dengan kegiatan pengumpulan data dalam penelitian formal; (4) Refleksi, yaitu pada dasarnya merupakan kegiatan-kegiatan analisis- analisis, interpretasi, dan eksplanasi (penjelasan) terhadap semua informasi yang diperoleh dari pelaksanaan tindakan. Prosedur atau langkah-langkah tersebut dapat diulang atau dievaluasi lagi sampai diperoleh hasil sesuai dengan kualitas yang diharapkan.

C.Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data yang dilakukan bersumber pada :

1. Studi pustaka atau literatur, yaitu dengan mengumpulkan data melalui literatur-literatur yang berkaitan dengan masalah penelitian. Studi literatur-literatur merupakan teknik penelitian yang bertujuan untuk mengumpulkan data dan informasi dengan bantuan macam-macam material yang terdapat diruang perpustakaan,


(32)

dokumen-dokumen dan lain-lain. Kartini Kartono, (1996:33).

2. Wawancara, yaitu "Suatu proses komunikasi diadik relasional dengan tujuan yang serius dan ditetapkan terlebih dulu yang dirancang untuk mempertukarkan perilaku dan melibatkan tanya jawab" atau singkatnya "suatu percakapan berdasarkan suatu maksud". (Stewart L. Tubss - Sylvia Moss, (2000:40)

3. Observasi atau Pengamatan adalah cara memeriksa dengan menggunakan panca indera terutama mata, yang dilakukan secara kontinyu selama kurun waktu tertentu untuk membuktikan sesuatu keadaan atau masalah.

4. Studi Dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variable berupa catatan, transkip, buku-buku, surat kabar, majalah, prasasti, dan sebagainya. Data yang diperoleh dari studi dokumen dapat menjadi narasumber bagi peneliti selain wawancara dan observasi. Metode dokumentasi merupakan salah satu cara mencari data mengenai hal-hal atau variabel berupa catatan transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda dan sebagainya. (Arikunto, 1993:202)

D.Subjek dan Lokasi Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah tempat melakukan penelitian guna memperoleh data yang berasal dari subyek penelitian. Menurut Nasution (2003: 43) lokasi penelitian menunjukan pada pengertian tempat atau lokasi sosial penelitian yang dicirikan oleh adanya unsur yaitu pelaku, tempat dan kegiatan yang dapat di


(33)

Bandung yang beralamat di Jalan Wastukencana Bandung.

Dasar pertimbangan dipilihnya sekolah dan kelas tersebut sebagai lokasi serta subyek dalam penelitian ini adalah karena sekolah ini merupakan tempat penerapan terhadap metode pembelajaran yang akan dikembangkan. Selain itu, menurut pengamatan yang dilakukan pada observasi awal terlihat bahwa bila dibandingkan dengan kelas lain yang mempunyai kemampuan akademik yang beragam, sebagian besar siswa di kelas ini menunjukan kemampuan berfikir kreatif yang masih rendah.

2. Subyek Penelitian

Menurut Nasution (2003:32), subyek penelitian adalah sumber yang dapat memberikan informasi dipilih secara purposive dan pertalian dengan purpose atau tujuan tertentu. Subyek penelitian dalam penelitian ini adalah guru mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yang menerapkan Metode Problem Based Learning (PBL), dan siswa-siswi kelas VII-E SMP N 40 Bandung dengan jumlah siswa 41 siswa dengan pokok bahasan “Pembelajaran Demokrasi”.

E.Prosedur Pengumpulan Data

1. Prosedur Penyelesaian Administratif a. Tahap Persiapan Penelitian

Pada tahap ini, peneliti mempersiapkan segala hal yang berhubungan dengan penelitian. Pada tahap ini, peneliti membuat surat izin pra penelitian untuk sekolah yang dijadikan sebagai tempat penelitian. Peneliti meminta izin kepada kepala sekolah yang diwakili oleh wakil kepala sekolah bagian kurikulum untuk mengadakan penelitian.


(34)

persiapan penelitiain ini diperlukan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Mengajukan surat permohonan penelitian kepada Rektor UPI Bandung melalui jurusan dan ditandatangani oleh Ketua jurusan Pendidikan Kewarganegaraan.

b. Kemudian permohonan surat izin penelitian dari jurusan diberikan ke fakultas.

c. Permohonan surat izin penelitian dari rektor UPI Bandung diproses selama dua minggu di direktorat akademik UPI. Oleh karenanya surat permohonan izin penelitian ini keluar dari UPI melalui Direktorat Akademik dengan nomor 159/UN. 40.2/PL/2012.

d. Kemudian surat dari Direktorat Akademik UPI dilanjutkan ke Badan kesatuan bangsa, perlindungan dan pemberdayaan masyarakat Kota Bandung dan Dinas Pendidikan Kota Bandung, langkah pertama surat dari direktorat akadmeik UPI disampaikan ke badan kesatuan bangsa, perlindungan dan pemberdayaan masyarakat. Dan keluarlah surat pemberitahuan survey yang bernomor 070/355/BKPPM/2012 Kemudian surat dari badan kesatuan bangsa, perlindungan dan pemberdayaan masyarakat disampaikan pada dinas pendidikan kota bandung.

e. Setelah Surat dari badan kesatuan bangsa, perlindungan dan pemberdayaan masyarakat kota bandung yang disampaikan ke dinas pendidikan kota bandung maka keluarlah surat izin dari dinas pendidikan kota bandung yang bernomor 070/772-Sekrt/2012 pada tanggal 08


(35)

f. Menghubungi SMP Negeri 40 Bandung dengan menemui kepala sekolah, bagian kurikulum dan guru yang bersangkutan dengan menyerahkan surat dari fakultas.

g. Mengadakan pembicaraan dan memberitahukan maksud dan tujuan penelitian kepada pihak sekolah. Dan melaksanakan penelitian selama bulan Februari dan Mei 2012.

b.Tahap Pra Penelitian

Dalam tahap pra penelitian peneliti melakukan persiapan yang diperlukan sebelum terjun ke dalam kegiatan penelitian. Penyusunan rancangan penelitian, pertimbangan masalah penelitian, lokasi penelitian dan pengurus perijinan merupakan kegiatan tahap pra penelitian ini.

Memilih masalah serta menentukan judul dan lokasi penelitian merupakan kegiatan pertama dalam tahap pra penelitian. Setelah masalah dan judul dinilai telah mencukupi dan disetujui oleh pembimbing maka peneliti melakukan studi lapangan untuk mendapat gambaran awal mengenai subjek yang akan diteliti.

Setelah diperoleh gambaran awal mengenai kondisi subjek penelhian, langkah selanjutnya menyusun proposal penelitian dan pedoman wawancara serta format observasi sebagai alat pengumpul data yang disesnaikan dengan fokus penelitian.

Pedoman wawancara yang dibnat terdiri dari dua bagian yaitu pedoman wawancara untuk Guru Mata Pelajaran PKn dan pedoman wawancara untuk siswa-siswi kelas VII-E di SMPN 40 Bandung. Langkah selanjutnya, proposal


(36)

pembimbing, kemudian setelah disetujui dijadikan sebagai pedoman penulis dalam mengadakan penelitian dilapangan.

c. Tahap Pelaksanaan Lapangan

Setelah tahap pra penelitian selesai, maka penulis mulai terjun ke lapangan untuk melakukan penelitian. Pelaksanaan penelitian bertujuan untuk mengumpulkan data dari responden. Selain observasi penulis juga memperoleh data melalui wawancara dengan responden.

Penelitian yang dilakukan melalui wawancara dilakukan penulis dengan responden antara lain dengan Guru mata pelajaran PKn dan siswa-siswi kelas VII-E di SMPN 40 Bandung. Data yang diperoleh dari hasil wawancara dan observasi disusun dalam bentuk catatan lengkap setelah didukung dokumen-dokumen yang mendukung sampai pada titik jenuh yang berarti perolehan data tidak lagi mendapatkan informasi yang baru.

2. Prosedur Penelitian Tindakan Kelas a. Menyusun rancangan tindakan (planning)

Dalam tahap ini, peneliti menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, dimana bagaimana dan oleh siapa tindakan tersebut dilakukan. Peneliti dan guru menyusun serta mendiskusikan rancangan pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang nantinya akan digunakan ketika proses pembelajaran.

Kolaborasi antara peneliti dengan guru mitra sangat diperlukan dalam rangka untuk menghindari subyektivitas dari peneliti. Selain itu, dalam tahap ini peneliti juga menyusun instrumen penelitian yang dapat membantu mempermudah proses penelitian.


(37)

Pada tahap yang kedua ini, peneliti melaksanakan. tindakan sebagai implementasi dari rancangan yang dipersiapkan sebelumnya. Adapun pelaksanaan tindakan kelas ini terdiri atas beberapa siklus dimana banyaknya siklus ini ditentukan oleh berhasil atau tidaknya tindakan kelas yang dilaksanakan oleh peneliti bersama guru.

c. Pengamatan (observing)

Pengamatan dilaksanakan pada saat sedang dilakukan tindakan di kelas. Ada tiga fase penting dalam mengamati kelas yaitu pertemuan perecanaan, observasi kelas, dan diskusi balikan. Peneliti mengamati dan mencatat apa saja yang terjadi pada saat tindakan kelas berlangsung, hal ini diperlukan untuk memperoleh data yang akurat untuk tindakan di siklus berikutnya.

d. Refleksi (reflecting)

Pada tahap ini dilakukan kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang sudah dilakukan. Refleksi ini dilakukan oleh peneliti bersama guru mitra ketika tindakan selesai dilakukan, kemudian mendiskusikan implementasi rancangan tindakan selanjutnya dan terus menerus sampai permasalahan dianggap telah dapat diselesaikan.


(38)

Sumber : Lexy J. Moleong, tahun 2007 F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan dan analisis data merupakan suatu langkah penting dalam penelitian, karena dapat memberikan makna terhadap data yang dikumpulkan oleh peneliti. Data yang diperoleh dan dikumpulkan dari responden melalui hasil wav/ancara, obeservasi dan studi dokumentasi di lapangan untuk selanjutnya dideskripsikan dalam bentuk laporan.

Dalam penelitian kualitatif, analisis data dilakukan pada awal proses penelitian serta pada akhir penelitian. Senada dengan hal tersebut Nasution (.1996:129) mengemukakan "dalam penelitian kualitatif analisis data harus dimulai sejak awal. Data yang diperoleh dalam Iapangan segera harus dituangkan dalam bentuk tulisan dan diarialisis". Tahapan analisis data menurut Nasution (19.96 : 129) adalah sebagai berikut:

Tidak ada suatu cara tertentu yang dapat dijadikan pendirian fyagi semua Revised Plan

Plan

Action & Observe Reflect

Action & Observe Reflect

Revised Plan

Action & Observe Reflect


(39)

data dan penarikan kesimpulan/veririkasi.

Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat dijelaskan bahwa dalam pengolahan data dan menganalisis data dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut:

a. Reduksi data

Reduksi data adalah proses analisis data yang dilakukan untuk mereduksi dan mera.ngkum hasil-hasil penelitian dengan menitikberatkan pada hal-hal yang dianggap penting oleh peneliti. Reduksi data bertujuan untuk mempermudah pemahaman terhadap data yang telah terkumpul sehingga data yang direduksi memberikan gambaran lebih rinci.

b. Display data

Display data adalah data-data hasil penelitian yang sudah tersusun secara terperinci untuk memberikan gambaran penelitian secara utuh. Data yang terkumpul secara terperinci dan menyeluruh selanjutnya dicari pola hubungannya untuk mengambil kesimpulan yang tepat. Penyajian data selanjutnya disusun dalam bentuk uraian atau laporan sesuai dengan hasil penelitian yang diperoleh.

c. Kesimpulan/verifikasi

Kesimpulan merupakan tahap akhir dalam proses penelitian untuk memberikan makna terhadap data yang telah dianalisis. Proses pengolahan data dimulai dengan pencatatan data lapangan (data mentah), kemudian direduksi dalam bentuk unifikasi dan kategorisasi data. Setelah data yang terkumpul direduksi, selanjutnya data dianalisa dan diverifikasi melalui beberapa teknik, seperti yang dikemukakan oleh Moleong (2000:192-205), yaitu:


(40)

b) Wawancara yang diupayakan mengarah pada fokus masalah pehelitian sehingga tercapai kedalaman bahasan yang diajukan.

c) Date yang diperoleh melalui wawancara atau studi dokumentasi dicek keabsahannya dengan memanfaatkan pembanding yang bukan berasal dari data yang terungkap dengan hasil dokumen.

d) Data yang terkumpul setelah dideskripsikan kemudian didiskusikan, dikritik ataupun dibandingkan dengan pendapat orang lain.

e) Data yang, diperoleh kemudian difokuskan pada subtantif fokus penelitian.

Demikian prosedur pengolahan data dan yang dilakukan penulis dalam melakukan penelitian ini. Dengan tahap-tahap ini diharapkan penelitian yang dilakukan penulis dapat memperoleh data yang memenuhi kriteria keabsahan suatu penelitian.

G.Validitas Data

Hasil penelitian kualitatif seringkali diragukan karena dianggap tidak memenuhi syarat validitas dan reabilitas, oleh sebab itu ada cara-cara memperoleh vtingkat kepercayaan yang dapat digunakan untuk memenuhi kriteria kredibilitas (validitas internal). Menurut Nasution (1996:114-118) cara yang dapat dilakukan untuk mengusahakan agar kebenaran hasil penelitian dapat dipercaya yaita antara lain:

1. Memperpanjang masa observasi

Pada saat melakukan observasi diperlukan waktu untuk betul-betul mengenal suatu lingkungan, oleh sebab itu peneliti berusaha memperpanjang waktu penelitian dengan cara mengadakan hubungan baik dengan orang-orang disana, dengan cara mengenal kebiasaan yang ada dan mengecek kebenaran informasi guna memperoleh data dan informasi yang valid yang diperlukan dalam penelitian ini.


(41)

Dengan pengamatan yang dilakukan secara terus menerus atau kontinu peneliti dapat memperhatikan sesuatu secara lebih cermat, terinci dan mendalam. Melalui pengamatan yang kontinu peneliti akan dapat memberikan deskripsi yang cermat dan terinci mengenai apa yang sedang diamatinya, yang berkaitan dengan penerapan model Problem Based Learning (PBL) pada mata pelajaran pelajaran PKn dalam meningkatkan motivasi belajar siswa di sekolah.

3. Triangulasi

Tujuan triangulasi ialah mencek kebenaran data tertentu dengan membandingkannya dengan data-data yang diperoieh dari sumber lain. Dalam penelitian ini triangulasi data dilakukan terhadap informasi yang diterima dan diperoleh dari guru PKn dan siswa-siswi di SMPN 40 Bandung agar memperoleh kebenaran informasi yang diinginkan.

4. Membicarakan dengan orang Iain (peer debriefing) Gambar 1.1

Triangulasi Subyek

Sumber : Diolah oleh peneliti, tahun 2012

Pembicaraan ini antara lain bertujuan untuk memperoleh kritik, pertanyaan-pertanyaan tajam, yang menantang tingkat kepercayaan akan kebenaran penelitian. Selain itu pembicaraan ini memberi petunjuk tentang

GURU

SISWA KEPALA


(42)

5. Menggunakan bahan referensi

Gambar 1.2 Triangulasi Teknik

Sumber : Diolah oleh peneliti, tahun 2012

Sebagai bahan referensi untuk meningkatkan kepercayaan akan kebenaran data, peneliti menggunakan bahan dokumentasi yakni hasil rekaman wawancara dengan subjek penelitian atau bahan dokumentasi yang diambil dengan cara tidak mengganggu atau menarik perhatian informan, sehingga informasi yang didapatkan memiliki validitas yang tinggi.

6. Mengadakan member check

Gambar 1.3 Triangulasi Waktu

Sumber : Diolah oleh peneliti, tahun 2012

WAWANCARA

OBSERVASI STUDI

LITERATUR

MINGGU KE-3

MINGGU KE-1

MINGGU KE-5


(43)

akhir wawancara dengan menyebutkan garis besarnya dengan maksud agar responden memperbaiki bila ada kekeliruan, atau menambahkan apa yang masih kurang. Tujuan member check ialah agar informasi yang penulis peroleh dan gunakan dalam penulisan laporan sesuai dengan apa yang dimaksud oleh informan.


(44)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pengamatan, analisis, refleksi dan perencanaan terhadap setiap tindakan yang dilakukan mulai dari siklus I, II dan III pada pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di kelas VII-E SMP Negeri 40 Bandung mengenai “Menampilkan sikap positif terhadap perlindungan dan penegakkan Hak Azasi Manusia (HAM) dengan menggunakan Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning)” peneliti mengambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Dalam penggunaan Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) pada mata pelajaran PKn. Guru menyusun silabus dan RPP yang didalamnya terdapat tujuan pembelajaran, metode, materi, media pembelajaran, sumber dan penilaian. dalam tahapan metode studi lapangan pada setiap siklus guru membuat perencanaan dengan membuat tema atau materi yang berbeda pada setiap siklusnya yang akan ditugaskan kepada siswa dan guru bersama siswa membuat kelompok belajar siswa, kemudian pada tahap pelaksanaan yang meliputi, aktivitas siswa di lapangan berupa pencatatan, pengamatan, wawancara, dokumentasi, selanjutnya tahap tindak lanjut, meliputi menulis kembali catatan lapangan dan/atau membuat sketsa, memproses data lapangan, membuat kesimpulan, dan presentasi di depan kelas .

2. Hambatan-hambatan atau kendala yang dihadapi guru dalam nenggunakan model pembelajarn berbasis masalah (Problem Based


(45)

Learning) adalah: (a). Guru mengalami kesulitan membangun suasana kelas yang demokratis sesuai dengan materi yang diambil. (b). siswa belum sepenuhnya memahami langkah-langkah model berbasis masalah (Problem Based Learning). Mereka masih mengalami kesulitan dalam membahas hasil laporan, walaupun ada sebagian siswa yang sudah memahami langkah-langkah model pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning). (c). masih banyak siswa yang memiliki sikap individual, kurang bekerjasama, bertanggungjawab serta kurang bersungguh-sungguh dalam kelompok. (d). Guru kurang dalam hal pengelolaan kelas dan mengkondisikan waktu dengan baik sehingga terlihat gaduh dan kurang kondusif.

3. Upaya yang dilakukan guru dalam mengatasi kendala-kendala yang dihadapi dalam penggunaan model pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning) adalah: (a) Guru bukan hanya sebagai pembimbing, akan tetapi mengontrol dan mengatur serta dapat membangun suasana kelas yang demokratis dan juga dapat memfasilitasi siswa. (b) Guru harus sesering mungkin menjelaskan atau mengkonfirmasi ulang agar penggunaan model pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning) dapat dipahami oleh siswa sehingga siswa lebih baik dalam mengerjakan pengamatan dan dapat memberikan data yang sesuai dengan tujuan yang diharapkan. (c) Guru mengatasinya dengan cara tanya jawab hasil pengamatan secara individu,untuk membuktikan apakah siswa ini ikut aktif dalam pengamatan ataupun


(46)

pembuatan laporan kelompok. (d) Guru harus lebih sabar dalam membimbing siswa secara individual ataupun kelompok dan dapat mengoptimalkan waktu pembelajaran secara lebih baik agar siswa dalam mengkaji materi ataupun dalam presentasi lebih baik lagi penampilannya. 4. Dampak proses pembelajaran Problem Based Learning dalam masalah HAM pada mata pelajaran PKn berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan peneliti, dari hasil tindakan siklus 1,2 dan 3 bahwa kemampuan siswa dalam memecahkan suatu masalah untuk materi HAM setelah diterapkannya model pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning) pada mata pelajaran PKn dikelas VII-E. Dapat terlihat ketika siswa mengikuti pembelajaran HAM dipelajaran PKn dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning) dalam presentasi kelompok siswa suka merasa kebingungan atau susah dalam mencari hasil dari jawaban kelompoknya. Karena siswa tidak mudah untuk mengemukakan pendapat atau ide-idenya dalam pelajaran tersaebut.

B. SARAN

Dari hasil penelitian ini, sebagai bahan rekomendasi dengan mempertimbangkan hasil temuan baik di lapangan maupun secara teoritis, maka ada beberapa hal yang dapat menjadi bahan rekomendasi adalah sebagai berikut:

1. Bagi guru

a. Guru sebaiknya sering membimbing, mengarahkan dan memandu aktivitas yang dilakukan siswa. Karena siswa memiliki potensi yang


(47)

besar sehingga memerlukan ruang gerak yang bebas untuk dapat mengembangkan kemampuan berfikirnya maka dari itu diperlukan bimbingan dan arahan guru agar siswa dapat terarah dalam menentukan keputusan.

b. Guru diharapkan cerdas dalam menentukan kelompok belajar, karena dengan kurang awasnya guru dalam menentukan kelompok maka akan mengakibatkan stimulus yang diberikan guru tidak dapat memunculkan semangat secara keseluruhan dalam kelas yang pada akhirnya akan menurunkan semangat belajar individu.

c. Guru diharapkan selalu dapat menciptakan suasana yang baru dalam menggunakan model pembelajaran, sehingga siswa tidak merasa bosan dan jenuh dalam mengikuti proses pembelajaran

2. Bagi siswa

a. Kemampuan yang sudah dimiliki siswa dalam memecahkan suatu masalah diharapkan dapat ditindak lanjuti dengan selalu belajar dan melatih kemampuannya baik bertukar pikiran dengan siswa yang lain ataupun dalam kegiatan diskusi serta presentasi kelompok di kelas

b. Siswa diharapkan lebih berani dalam mengungkapkan pendapat ataupun ide-ide yang baru jangan takut salah untuk mengemukakan pendapatnya karena keberhasilan itu berawal dari kesalahan.

3. Bagi sekolah

a. Agar dalam proses pembelajaran di sekolah menjadi lebih maksimal, maka hendaknya sekolah memberikan kebebasan yang


(48)

bertanggungjawab kepada guru untuk berkreasi secara kreatif dan inovatif dalam menentukan metode pembelajaran yang akan diterapkan di sekolah.

b. Selain itu juga pihak sekolah harus dapat memfasilitasi sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam rangka mengoptimalkan proses pembelajaran agar lebih berkualitas. Dengan membantu memberikan sarana dan prasarana dalam pembelajaran terutama dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.

4. Bagi peneliti selanjutnya

Mengingat kemampuan untuk memecahkan suatu masalah siswa itu sangat penting dimiliki oleh siswa, maka perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai penerapan metode pembelajaran studi lapangan dalam meningkatkan kreativitas siswa untuk meningkatkan kompetensi PKn yang lainnya pada tingkat kelas dan materi yang berbeda.


(49)

(50)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian Pendekatan Praktik. Jakarta : PT. Rineka Cipta.

Alsa, Asmadi. (2003). Pendidikan kuantitatif dan Kualitatif serta Kombinasinya dalam Penelitian Psikologi. Yogyakarta: PT Pustaka Belajar.

Bagir Manan Editor (1996), Kedaulatan Rakyat, Hak Asasi Manusia, dan Negara Hukum. Jakarta : Gaya Media Pratama.

Baharuddin, & Esa Nur Wahyuni. (2007). Teori Belajar dan Pembelajaran. Jogjakarta : Ar-ruzz Media.

Budimansyah, D dan Suryadi, K (2008) PKn dan Masyarakat Multikultural. Cetakan pertama, Bandung : Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan. Depdikbud, (1973), Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), Jakarta.

Effendi, Masyhur. (2005). HAM dalam Dimensi/Dinamika Yuridis, Sosial, Politik dan Proses Penyusunan/Aplikasi HA-KHAM (Hukum Asasi Manusia) dalam Masyarakat. Bogor : Ghalia Indonesia.

Gerung, Rocky. (2006). Hak Asasi Manusia, Teori, Hukum, Kasus. Depok : Filsafat UI Press.

Moleong, Lexy J. (2008). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

Iskandar, (2009). Penelitian Tindakan Kelas. Cetakan pertama, Ciputat : Gaung Persada Press.

I Wayan Dasna & Sutrisno. 2007. Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL). http://lubisgrafura.wordpress.com

Komalasari, K. Dkk, (2010). Peningkatan-kompetensi-siswa-dalam [Online] Tersedia:http:/hasanjoen.blogspot.com/2010/08/peningkatan kompetensi siswa dalam.html [23 Februari].

Nasution, S. (1987). Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar. Jakarta : PT. Bina Aksara.

Nurhadi dan Agus Gerrad Senduk. (2003). Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya dalam KBK. Malang: UM Press.


(51)

Nurmalina, K. Dan Syaifullah (2008). Memahami Pendidikan Kewarganegaraan. Bandung : Laboratorium PKn Universitas Pendidikan Indonesia.

Rohmah, D. (2008). Suatu Ptk Dalam Proses Pembelajaran Pkn Di Kelas X-C Sma Lab. (Percontohan) UPI.Skripsi Sarjana pada FPIPS UPI Bandung; Tidak diterbitkan.

Sears, D, O., Freedman, J, L., & Peplau, L, A. (1985). Psikologi Sosial. Jakarta: Erlangga.

Usman, Moh Uzer. (1990). Menjadi Guru Profesional. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

Uswadi. 2009. Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL). http://uswadi.blogspot.com

Wahab A. Azis., 2009. Metode danModel-Model Mengajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Cetakan ketiga, Bandung : Alfabeta CV.

Wiriaatmadja, Rochiati. Dr. Prof. (2008). Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

Wuryan, S dan Syaifullah (2008). Ilmu Kewarganegaraan (Civics). Bandung : Laboratorium PKn Universitas Pendidikan Kewarganegaraan UPI.


(1)

pembuatan laporan kelompok. (d) Guru harus lebih sabar dalam membimbing siswa secara individual ataupun kelompok dan dapat mengoptimalkan waktu pembelajaran secara lebih baik agar siswa dalam mengkaji materi ataupun dalam presentasi lebih baik lagi penampilannya. 4. Dampak proses pembelajaran Problem Based Learning dalam masalah HAM pada mata pelajaran PKn berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan peneliti, dari hasil tindakan siklus 1,2 dan 3 bahwa kemampuan siswa dalam memecahkan suatu masalah untuk materi HAM setelah diterapkannya model pembelajaran berbasis masalah (Problem

Based Learning) pada mata pelajaran PKn dikelas VII-E. Dapat terlihat

ketika siswa mengikuti pembelajaran HAM dipelajaran PKn dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah (Problem Based

Learning) dalam presentasi kelompok siswa suka merasa kebingungan

atau susah dalam mencari hasil dari jawaban kelompoknya. Karena siswa tidak mudah untuk mengemukakan pendapat atau ide-idenya dalam pelajaran tersaebut.

B. SARAN

Dari hasil penelitian ini, sebagai bahan rekomendasi dengan mempertimbangkan hasil temuan baik di lapangan maupun secara teoritis, maka ada beberapa hal yang dapat menjadi bahan rekomendasi adalah sebagai berikut:

1. Bagi guru

a. Guru sebaiknya sering membimbing, mengarahkan dan memandu aktivitas yang dilakukan siswa. Karena siswa memiliki potensi yang


(2)

besar sehingga memerlukan ruang gerak yang bebas untuk dapat mengembangkan kemampuan berfikirnya maka dari itu diperlukan bimbingan dan arahan guru agar siswa dapat terarah dalam menentukan keputusan.

b. Guru diharapkan cerdas dalam menentukan kelompok belajar, karena dengan kurang awasnya guru dalam menentukan kelompok maka akan mengakibatkan stimulus yang diberikan guru tidak dapat memunculkan semangat secara keseluruhan dalam kelas yang pada akhirnya akan menurunkan semangat belajar individu.

c. Guru diharapkan selalu dapat menciptakan suasana yang baru dalam menggunakan model pembelajaran, sehingga siswa tidak merasa bosan dan jenuh dalam mengikuti proses pembelajaran

2. Bagi siswa

a. Kemampuan yang sudah dimiliki siswa dalam memecahkan suatu masalah diharapkan dapat ditindak lanjuti dengan selalu belajar dan melatih kemampuannya baik bertukar pikiran dengan siswa yang lain ataupun dalam kegiatan diskusi serta presentasi kelompok di kelas

b. Siswa diharapkan lebih berani dalam mengungkapkan pendapat ataupun ide-ide yang baru jangan takut salah untuk mengemukakan pendapatnya karena keberhasilan itu berawal dari kesalahan.

3. Bagi sekolah

a. Agar dalam proses pembelajaran di sekolah menjadi lebih maksimal, maka hendaknya sekolah memberikan kebebasan yang


(3)

bertanggungjawab kepada guru untuk berkreasi secara kreatif dan inovatif dalam menentukan metode pembelajaran yang akan diterapkan di sekolah.

b. Selain itu juga pihak sekolah harus dapat memfasilitasi sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam rangka mengoptimalkan proses pembelajaran agar lebih berkualitas. Dengan membantu memberikan sarana dan prasarana dalam pembelajaran terutama dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.

4. Bagi peneliti selanjutnya

Mengingat kemampuan untuk memecahkan suatu masalah siswa itu sangat penting dimiliki oleh siswa, maka perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai penerapan metode pembelajaran studi lapangan dalam meningkatkan kreativitas siswa untuk meningkatkan kompetensi PKn yang lainnya pada tingkat kelas dan materi yang berbeda.


(4)

(5)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian Pendekatan Praktik. Jakarta : PT. Rineka Cipta.

Alsa, Asmadi. (2003). Pendidikan kuantitatif dan Kualitatif serta Kombinasinya

dalam Penelitian Psikologi. Yogyakarta: PT Pustaka Belajar.

Bagir Manan Editor (1996), Kedaulatan Rakyat, Hak Asasi Manusia, dan Negara

Hukum. Jakarta : Gaya Media Pratama.

Baharuddin, & Esa Nur Wahyuni. (2007). Teori Belajar dan Pembelajaran. Jogjakarta : Ar-ruzz Media.

Budimansyah, D dan Suryadi, K (2008) PKn dan Masyarakat Multikultural. Cetakan pertama, Bandung : Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan. Depdikbud, (1973), Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), Jakarta.

Effendi, Masyhur. (2005). HAM dalam Dimensi/Dinamika Yuridis, Sosial, Politik

dan Proses Penyusunan/Aplikasi HA-KHAM (Hukum Asasi Manusia) dalam Masyarakat. Bogor : Ghalia Indonesia.

Gerung, Rocky. (2006). Hak Asasi Manusia, Teori, Hukum, Kasus. Depok : Filsafat UI Press.

Moleong, Lexy J. (2008). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

Iskandar, (2009). Penelitian Tindakan Kelas. Cetakan pertama, Ciputat : Gaung Persada Press.

I Wayan Dasna & Sutrisno. 2007. Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL). http://lubisgrafura.wordpress.com

Komalasari, K. Dkk, (2010). Peningkatan-kompetensi-siswa-dalam [Online] Tersedia:http:/hasanjoen.blogspot.com/2010/08/peningkatan kompetensi siswa dalam.html [23 Februari].

Nasution, S. (1987). Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar. Jakarta : PT. Bina Aksara.

Nurhadi dan Agus Gerrad Senduk. (2003). Pembelajaran Kontekstual dan


(6)

Nurmalina, K. Dan Syaifullah (2008). Memahami Pendidikan Kewarganegaraan. Bandung : Laboratorium PKn Universitas Pendidikan Indonesia.

Rohmah, D. (2008). Suatu Ptk Dalam Proses Pembelajaran Pkn Di Kelas X-C Sma Lab. (Percontohan) UPI.Skripsi Sarjana pada FPIPS UPI Bandung; Tidak diterbitkan.

Sears, D, O., Freedman, J, L., & Peplau, L, A. (1985). Psikologi Sosial. Jakarta: Erlangga.

Usman, Moh Uzer. (1990). Menjadi Guru Profesional. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

Uswadi. 2009. Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL). http://uswadi.blogspot.com

Wahab A. Azis., 2009. Metode danModel-Model Mengajar Ilmu Pengetahuan

Sosial (IPS). Cetakan ketiga, Bandung : Alfabeta CV.

Wiriaatmadja, Rochiati. Dr. Prof. (2008). Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

Wuryan, S dan Syaifullah (2008). Ilmu Kewarganegaraan (Civics). Bandung : Laboratorium PKn Universitas Pendidikan Kewarganegaraan UPI.