PENGGUNAAN MODEL PENEMUAN KONSEP DALAM PEMBELAJARAN MENULIS KARANGAN ILMIAH DENGAN FOKUS KALIMAT EFEKTIF :Studi Eksperimen di Kelas XI SMA Negeri 9 Bandung Tahun Ajaran 2011/2012.
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN ... i
PERNYATAAN ... iii
ABSTRAK ... iv
KATA PENGANTAR ... v
UCAPAN TERIMA KASIH ... vii DAFTAR ISI ... x
DAFTAR TABEL ... xiii
DAFTAR GAMBAR ... xv
DAFTAR GRAFIK ... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ... xvii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A.Latar Belakang Masalah Penelitian ... 1
B.Identifikasi Masalah ... 9
C.Perumusan Masalah ... 10
D.Tujuan Penelitian ... 12
E. Manfaat Penelitian ... 13
F. Anggapan Dasar ... 14
G.Hipotesis Penelitian ... 14
H.Metode dan Teknik Penelitian ... 15
I. Populasi dan Sampel Penelitian ... 16
J. Definisi Operasional ... 16
BAB II MODEL PENEMUAN KONSEP DAN KALIMAT EFEKTIF ... 18
A.Model Pembelajaran ... 18
B. Model Penemuan Konsep ... 26
1. Orientasi Model ... 27
2. Strategi- Strategi Penemuan Konsep ... 34
3. Struktur Pembelajaran ... 35
4. Sistem Sosial ... 37
5. Peranan Guru ... 37
6. Dampak –Dampak Instruksional dan Pengiring ... 39
C. Menulis Karangan Ilmiah ... 41
1. Pengertian Menulis dan Karangan Ilmiah ... 41
2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keterampilan ... 44
Menulis D.Kalimat Efektif ... 44
(2)
2. Persyaratan Kalimat Efektif ... 46
2.1 Pilihan Kata (Diksi) ... 48
2.2 Struktur Kalimat Efektif ... 54
2.3 Nalar Kalimat ... 62
2.4 Penggunaan Ejaan yang Disempurnakan ... 63
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 66
A. Metode Penelitian ... 66
1. Metode ... 66
2. Paradigma Penelitian ... 67
3. Prosedur Penelitian ... 69
B. Teknik Pengumpulan Data ... 71
1. Teknik ... 71
2. Instrumen Penelitian ... 71
3. Pengujian Instrumen ... 74
4. Hasil Uji Coba Instrumen... 80
C. Teknik Pengolahan Data ... 83
1. Prosedur ... 83
2. Langkah-langkah Analisis Data ... 84
3. Populasi dan Sampel Penelitian ... 88
BAB IV DESKRIPSI PEMBELAJARAN KALIMAT EFEKTIF DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PENEMUAN KONSEP DAN ANALISIS KEMAMPUAN SISWA DALAM KALIMAT EFEKTIF ... 91
A.Pembelajaran Kalimat Efektif ... 91
B.Deskripsi Pembelajaran Kalimat Efektif dengan Menggunakan Model Penemuan Konsep ... 99
C.Deskripsi Pembelajaran Kalimat Efektif secara Konvensional ... 114
D.Analisis Kemampuan Siswa dalam Menggunakan Kalimat Efektif Berdasarkan Kinerja pada Proses Pembelajaran ... 121
E. Analisis Kemampuan Siswa dalam Menggunakan Kalimat Efektif Berdasarkan Hasil Tes Awal dan Tes Akhir ... 183
F. Perbandingan Kemampuan Siswa dalam Kalimat Efektif di Kelas Pembelajaran Model Penemuan Konsep dengan di Kelas Pembelajaran Konvensional ... 231
(3)
BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN HASIL
PENELITIAN ... 239
A. Analisis Data Hasil Penelitian ... 239
1. Deskripsi Data Hasil Tes Awal dan Tes Akhir Kelas Eksperimen ... 239
2. Deskripsi Data Hasil Tes Awal dan Tes Akhir Kelas Kontrol ... 242
3. Pengujian Sifat data ... 245
4. Pengujian Hipotesis ... 250
5. Deskripsi Hasil Observasi Kegiatan Pembelajaran dan Hasil Angket ... 260
B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 286
1. Perbedaan Hasil Pembelajaran Kalimat Efektif yang Menggunakan Model Penemuan Konsep dengan yang Menggunakan Pembelajaran Konvensional ... 286
2. Perbedaan Proses Pembelajaran Kalimat Efektif yang Menggunakan Model Penemuan Konsep dengan yang Menggunakan Pembelajaran Konvensional ... 289
3. Tantangan dan Keunggulan Model Penemuan Konsep 291 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN... 293
A. Kesimpulan ... 293
B. Saran ... 301
DAFTAR PUSTAKA ... 302
RIWAYAT HIDUP ... 306
(4)
DAFTAR TABEL No.
Urut Tabel Judul Tabel Halaman
1 2.1 Struktur Model Penemuan Konsep 36
2 2.2 Contoh Kata Umum-Kata Khusus 51
3 3.1 Desain Pretes-Postes Kelompok Kontrol Secara Random 66 4 3.2 Komposisi Soal Penguasaan Konsep Kalimat Efektif 72 5 3.3 Rekapitulasi Hasil uji Coba Instrumen Tes 80 6
3.4 Rekapitulasi Daya Beda, Tingkat kesukaran dan
Signifikansi Korelasi Instrumen Tes 82 7 4.1 Tujuan Pembelajaran Kalimat Efektif dengan
Menggunakan Model Penemuan Konsep 92
8 4.2 Tujuan Pembelajaran Kalimat Efektif dengan
Menggunakan Model Penemuan Konsep 93
9 4.3 Analisis Konsep Kalimat Efektif 95
10 4.4 Perbandingan Jawaban Siswa pada Kemampuan
Menggunakan Pilihan Kata 232
11 4.5 Perbandingan Jawaban Siswa pada Kemampuan
Menggunakan Struktur Kalimat 233
12 4.6 Perbandingan Jawaban Siswa pada Kemampuan
Menggunakan EyD 235
13 4.7 Perbandingan Jawaban Siswa pada Kemampuan
Menggunakan Nalar Kalimat 236
14 5.1 Rata-Rata Kemampuan Kalimat Efektif
Siswa Kelas Eksperimen IPA 239
15 5.2 Rata-Rata Kemampuan Kalimat Efektif
Siswa Kelas Eksperimen IPS 241
16 5.3 Rata-Rata Kemampuan Kalimat Efektif
Siswa Kelas Kontrol IPA 242
17 5.4 Rata-Rata Kemampuan Kalimat Efektif
Siswa Kelas Kontrol IPS 244
18 5.5 Hasil Uji Normalitas Skor Tes Awal Kelas IPA 246 19 5.6 Hasil Uji Normalitas Skor Tes Awal Kelas IPS 247 20 5.7 Hasil Uji Normalitas Skor Tes Akhir Kelas IPA 247 21 5.8 Hasil Uji Normalitas Skor Tes Akhir Kelas IPS 248 22 5.9 Hasil Uji Homogenitas Skor Tes Awal dan Tes Akhir
Kelas IPA dan IPS 249
23 5.10 Deskripsi Uji Mann Whitney Perbedaan Rata-Rata
Skor Tes Awal Kelas Eksperimen dan Kontrol IPA 251 24 5.11 Hasil Uji Mann Whitney Tes Awal Kelas Eksperimen
dan Kontrol IPA 252
25 5.12 Deskripsi Uji Mann Whitney Perbedaan Rata-Rata
(5)
26 5.13 Hasil Uji Mann Whitney Tes Awal Kelas Eksperimen
dan Kontrol IPS 253
27 5.14 Deskripsi Hasil Uji T Perbedaan Rata-Rata Skor Tes
Akhir Kelas Eksperimen dan Kontrol IPA 254 28 5.15 Hasil Uji T Perbedaan Rata-Rata Skor Tes Akhir
Kelas Eksperimen dan Kontrol IPA 255
29 5.16 Deskripsi Uji Mann Whitney Perbedaan Rata-Rata Skor
Tes Akhir Kelas Eksperimen dan Kontrol IPS 256 30 5.17 Hasil Uji Mann- Whitney Tes Akhir Kelas Eksperimen
dan Kontrol IPS 256
31 5.18 Deskripsi Hasil Uji T Perbedaan Rata-Rata Skor Tes Akhir Kelas Eksperimen IPA dan Kelas Eksperimen
IPS 258
32 5.19 Hasil Uji T Perbedaan Rata-Rata Skor Tes Akhir
Kelas Eksperimen IPA dan Kelas Eksperimen IPS 258 33 5.20 Deskripsi Uji Mann Whitney Perbedaan Rata-Rata Skor
Tes Akhir Kelas Kontrol IPA dan Kontrol IPS 259 34 5.21 Hasil Uji Mann- Whitney Tes Akhir Kelas Kontrol IPA
dan Kontrol IPS 260
35 5.22 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Kelas Eksperimen IPA 261 36 5.23 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Kelas Eksperimen IPS 264 37 5.24 Hasil Observasi Aktivitas Guru di Kelas Eksperimen
IPA 267
38 5.25 Hasil Observasi Aktivitas Guru di Kelas Eksperimen
IPS 269
39 5.26 Tanggapan Siswa Kelas Eksperimen
terhadap Materi Pembelajaran Bahasa Indonesia 274 40 5.27 Tanggapan Siswa Kelas Eksperimen
terhadap materi Pembelajaran Kalimat Efektif 275 41 5.28 Tanggapan Siswa Kelompok Eksperimen
terhadap Model Pembelajaran Penemuan Konsep dalam
Pembelajaran Kalimat Efektif 277
42 5.29 Tanggapan Siswa Kelompok Kontrol
terhadap Materi Pembelajaran Bahasa Indonesia 280 43 5.30 Tanggapan Siswa Kelompok Kontrol
terhadap Materi Pembelajaran Bahasa Indonesia 281 44 5.31 Tanggapan Siswa Kelompok Kontrol terhadap Model
Pembelajaran Konvensional dalam Pembelajaran Kalimat Efektif 283
(6)
DAFTAR GAMBAR
No.
Urut Gambar Judul Gambar Halaman
1 2.1 Teori Memory Atkinson dan Shiffrin 22
2 2.2 Model Proses Informasi 24
3 2.3 Hasil Pengajaran Konsep 39
4 3.1 Paradigma Penelitian 68
(7)
DAFTAR GRAFIK
No.
Urut Gambar Judul Grafik Halaman
1 5.1 Peningkatan Hasil Belajar Kalimat Efektif
kelas Eksperimen IPA 240
2 5.2 Peningkatan Hasil Belajar Kalimat Efektif
kelas Eksperimen IPS 242
3 5.3 Peningkatan Hasil Belajar Kalimat Efektif
kelas Kontrol IPA 243
4 5.4 Peningkatan Hasil Belajar Kalimat Efektif
(8)
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Urut Lampiran Judul Lampiran
Halaman 1 A.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 1 309
2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 2 318
3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 3 328
4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 4 338
5 A.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas
Kontrol 348
6 A.3 Lembar Kerja 1 357
7 Lembar Kerja 2 363
8 Lembar Kerja 3 368
9 Lembar Kerja 4 372
10 Lembar Kerja 5 376
11 A.4 Hasil Kerja Siswa 1 378
12 Hasil Kerja Siswa 2 383
13 Hasil Kerja Siswa 3 387
14 Hasil Kerja Siswa 4 390
15 Hasil Kerja Siswa 5 393
16 B.1 Kisi-kisi Instrumen Tes 398
17 B.2 Instrumen Tes Kalimat Efektif 431
18 B.3 Hasil Analisis Data Uji Coba Instrumen Tes 438
19 B.4 Surat Keterangan Penimbang 440
20 C.1 Kisi-Kisi Pedoman Observasi Kegiatan
Pembelajaran 444
21 C.2 Pedoman Observasi Aktivitas Siswa dalam
Pembelajaran 445
Pedoman Observasi Aktivitas Guru dalam
Pembelajaran 448
22 C.3 Kisi- Kisi Angket Anggapan Siswa 451
23 C.4 Angket Tanggapan Siswa 452
24 C.5 Rekapitulasi Hasil Observasi Aktivitas Siswa
Kelas Eksperimen IPA 453
25 C.6 Rekapitulasi Hasil Angket Tanggapan Siswa 459 26 D.1 Data Skor Tes Awal dan Tes Akhir Kelas
Eksperimen IPA 462
27 D.2 Data Skor Tes Awal dan Tes Akhir Kelas
(9)
28 D.3
Data Skor Tes Awal dan Tes Akhir Kelas
Eksperimen IPS IPS 464
29 D.4 Data Skor Tes Awal dan Tes Akhir Kelas
Kontrol IPS 465
30 D.5 Hasil Uji Statistik 466
31 E.1 Surat Izin Penelitian 481
32 E.2 Surat Keterangan Pelaksanaan Penelitian 482
33 E.3 Daftar Hadir Siswa 483
(10)
BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian
Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, peningkatan kualitas kehidupan, serta pertumbuhan tingkat intelektualitas, dimensi pendidikan juga semakin kompleks. Hal ini tentu membutuhkan desain pendidikan yang tepat sesuai kondisi yang ada.
Karena pembelajaran merupakan esensi dari pendidikan, tentu diperlukan desain pembelajaran yang dapat mengapresiasi beragamnya tingkat kebutuhan dan kerumitan permasalahan pendidikan. Selain itu, dibutuhkan rancangan pembelajaran yang selaras dengan tujuan pendidikan, yaitu yang dapat mengembangkan potensi siswa secara menyeluruh meliputi pengetahuan, keterampilan, dan sikap.
Pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah memegang peranan yang strategis. Oleh karena itu, guru bahasa Indonesia harus memahami betul bahwa tujuan akhir pembelajaran bahasa Indonesia ialah agar siswa memiliki keterampilan berbahasa Indonesia, memiliki pengetahuan kebahasaan dan sastra, serta memiliki sikap berbahasa Indonesia yang baik.
Hal tersebut sesuai dengan tujuan pembelajaran bahasa Indonesia yang dinyatakan dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 22 Tahun 2006, yaitu agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut:
1) berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku, baik secara lisan maupun tulis;
2) menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa negara;
3) memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk berbagai tujuan;
(11)
2
intelektual, serta kematangan emosional dan sosial;
5) menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan, memperhalus budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa; dan
6) menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah budaya dan intelektual manusia Indonesia.
Canale & Swain (dalam Tarigan, 2009:18) menyebutkan bahwa kompetensi bahasa terdiri atas kompetensi komunikatif dan komunikasi aktual. Selanjutnya mereka mengemukakan bahwa kompetensi komunikatif merupakan sistem-sistem yang mendasari pengetahuan dan keterampilan yang dibuktikan bagi komunikasi (misalnya pengetahuan mengenai kosakata dan keterampilan dalam penggunaan konvensi-konvensi linguistik), dan komunikasi aktual adalah realisasi pengetahuan dan keterampilan. Kompetensi komunikatif merupakan bagian penting dari komunikasi aktual.
Berdasarkan pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kompetensi komunikatif penting bagi peningkatan kompetensi aktual berbahasa para siswa. Dengan memiliki kompetensi bahasa yang baik, siswa diharapkan dapat berkomunikasi dengan baik dan lancar, baik secara lisan maupun secara tertulis. Dengan kata lain, pemantapan kemampuan kebahasaan dalam pembelajaran bahasa Indonesia diharapkan dapat menguatkan kemampuan berbahasa Indonesia para siswa.
Berkenaan dengan kenyataan pembelajaran bahasa Indonesia di lapangan, Mulyati(http://file.upi.edu) mengemukakan bahwa orientasi pembelajaran bahasa pada aspek keterampilan berbahasa cenderung melupakan aspek struktur. Dengan kata lain, guru sering lupa mengintegrasikan kompetensi kebahasaan dalam
(12)
pembelajaran, atau guru hanya fokus pada kompetensi berbahasa (keterampilan berbahasa).
Dalam sumber lain, Mulyati (2009) juga menyatakan bahwa pendekatan komunikatif yang menekankan pembelajaran bahasa pada fungsi bahasa sebagai alat komunikasi kurang dapat diterjemahkan dengan baik dalam implementasinya di lapangan oleh para guru. Pemaknaan yang sempit menimbulkan kepincangan dalam penumbuhan kompetensi bahasa dan berbahasa siswa.
Didapati juga masalah lain, yaitu guru sulit mengatur alokasi waktu untuk aspek kebahasaan karena kurikulum tidak secara eksplisit mengakomodasi aspek kebahasaan ke dalam standar kompetensi maupun kompetensi dasar.
Mestinya disadari bahwa pada hakikatnya bahasa merupakan media komunikasi yang digunakan untuk penyampai pikiran, dan perasaan. Supaya pikiran, dan perasaan sampai dengan baik kepada mitra komunikasi, bahasa yang digunakan harus mendukung kejelasan pikiran, dan perasaan yang disampaikan.
Hal tersebut sejalan dengan teori komunikasi Roman Jakobson (www.lontar.ui.ac.id/) bahwa seorang pengirim menyampaikan pesan pada penerima. Pesan ini mengacu pada sesuatu yang dinamakan konteks. Selanjutnya, Jakobson menambahkan dua faktor lain, yaitu kontak sebagai sarana saluran fisik antara pengirim dan penerima, dan kode bahasa sebagai pembangun pesan.
Dalam praktik berbahasa, pikiran, dan perasaan sebagai pesan yang dikomunikasikan dituangkan dalam bentuk kalimat. Dengan demikian, agar penyampaiannya jelas, ungkapan pikiran dan perasaan harus dikemukakan dalam kalimat efektif.
(13)
4
Namun, banyak terjadi ketidakjelasaan penyampaian pikiran atau perasaan karena penggunaan kalimat yang tidak efektif. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan terhadap karangan ilmiah siswa, diketahui bahwa kalimat efektif sudah digunakan siswa pada karangan yang ditulisnya. Akan tetapi, dalam karangan tersebut juga masih ditemukan penggunaan kalimat yang tidak efektif, bahkan frekuensinya masih cukup tinggi. Ketidakefektifan kalimat dalam karangan siswa disebabkan oleh pilihan kata yang tidak tepat sesuai konteks kalimat, kesalahan struktur kalimat, kesalahan penggunaan EyD, dan ketidakcermatan nalar kalimat. Adapun penyebab ketidakefektifan kalimat dalam karangan siswa yang frekuensinya tinggi adalah kesalahan struktur kalimat, dan kesalahan EyD.
Peneliti sebagai guru Bahasa Indonesia, juga kerap mendapati permasalahan ketidakefektifan kalimat dalam tuturan siswa sehingga penyampaian pikiran dan perasaan mereka tidak dapat dipahami dengan jelas.
Berdasarkan analisis dan pengamatan tersebut, sebagai upaya peningkatan kemampuan siswa dalam menulis karangan ilmiah khususnya, dan kemampuan berbahasa Indonesia pada umumnya, kalimat efektif perlu diajarkan, atau diintegrasikan dalam pembelajaran bahasa Indonesia.
Mengacu pada kurikulum yang berlaku sekarang, yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) mata pelajaran Bahasa Indonesia di SMA, pengintegrasian pembelajaran kalimat efektif dapat dipetakan antara lain dalam keterampilan menulis dan keterampilan berbicara. Lebih jelasnya, dapat diintegrasikan dalam kompetensi dasar menulis karangan ilmiah di kelas XI, atau
(14)
pada kompetensi dasar menulis naskah pidato, dan pada kompetensi dasar berpidato di kelas XII.
Adapun dalam penelitian ini, pembelajaran kalimat efektif menjadi bagian dari pembelajaran menulis karangan ilmiah di kelas XI. Hal tersebut, didasari pertimbangan bahwa sebuah karangan dapat dikategorikan karangan ilmiah jika memenuhi penyajian yang sistematis, isinya dapat dipertanggungjawabkan kelogisan dan keilmiahannya, serta menggunakan bahasa yang efektif.
Hal tersebut, lebih diperkuat pendapat Syamsuddin (1994:3) yang mengemukakan bahwa mengarang merupakan salah satu jenis keterampilan berbahasa yang paling kompleks. Ia melibatkan seluruh kemampuan berbahasa yang dipelajari secara teoretis, juga melibatkan nalar yang benar.
Sejalan dengan pendapat tersebut, Rusyana (1984:144) mengemukakan bahwa dalam penggunaan bahasa tulisan diperlukan kesaksamaan yang lebih besar. Usaha yang dapat ditempuh antara lain dengan jalan penggunaan sistem ejaan, kata-kata, dan kaidah tatabahasa yang baku.
Berdasarkan pengamatan di lapangan, di antara kesulitan yang sering dialami siswa dalam menulis karangan ilmiah adalah penyusunan kalimat yang baik agar pembaca dapat memahami isi karangan dengan baik seperti yang dimaksudkan oleh penulisnya.
Idealnya kesulitan siswa tersebut diatasi dengan proses pembelajaran menulis yang memadai. Akan tetapi, fakta yang ada adalah pembelajaran menulis karangan cenderung berupa penugasan, dan mengabaikan proses. Siswa kurang mendapatkan kesempatan berlatih merancang karangan, mencari masalah, dan
(15)
6
menuangkan ide. Selain itu, siswa kurang mendapat bekal penyajian materi kalimat efektif. Pembelajaran yang ada, juga jarang memberi kesempatan siswa untuk melakukan silang baca dan silang sunting karangan.
Berdasar pada permasalahan di atas, dan mempertimbangkan manfaatnnya dalam peningkatan kualitas karangan ilmiah, maka kalimat efektif perlu diajarkan secara terpadu pada pembelajaran menulis karangan ilmiah. Dengan demikian, pembelajaran kalimat efektif dapat memberikan penguatan pada kompetensi menulis dan secara umum akan menjadi penguat terhadap muatan kurikulum bahasa Indonesia.
Materi kalimat efektif mengandung sejumlah konsep yang cukup kompleks karena melibatkan aspek pilihan kata, struktur kalimat, EyD, dan nalar kalimat. Konsep-konsep tersebut akan sulit bila dihafal. Agar siswa mudah memahami konsep-konsep kalimat efektif, dan dapat menerapkan konsep-konsep tersebut dalam kegiatan berbahasa, terutama dalam menulis, pembelajaran kalimat efektif perlu dikemas dalam model penemuan konsep.
Hal tersebut selaras dengan pendapat Santrock (2010:352) bahwa belajar konsep memiliki beberapa manfaat, yaitu (1) membantu siswa menyederhanakan dan meringkas informasi; (2) membantu proses mengingat menjadi lebih efisien; (3) membuat komunikasi dan penggunaan waktu menjadi lebih efisien.
Lebih lanjut Santrock (2010:353) menjelaskan bahwa dalam rangka mempromosikan pembentukan konsep, aspek penting yang perlu dipelajari adalah ciri-ciri utamanya atau karakteristiknya. Hal tersebut dapat dilakukan guru melalui penyajian contoh-contoh.
(16)
Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut, diasumsikan pembelajaran kalimat efektif akan berhasil jika dikemas dalam model penemuan konsep. Terlebih dahulu siswa akan memahami konsep kalimat efektif melalui penyajian contoh-contoh, kemudian siswa dapat menerapkan konsep kalimat efektif dalam menulis kalimat dan menulis karangan ilmiah.
Di sisi lain, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin cepat menyebabkan guru tidak mungkin mengajarkan semua fakta dan konsep kepada siswa (Semiawan dkk, 1985:14) ). Oleh karena itu, pembelajaran bahasa Indonesia tidak cukup mengetengahkan fakta dan konsep saja, tetapi harus mampu memberikan pengalaman kepada siswa agar dapat menggali fakta dan konsep secara mandiri.
Hal tersebut, sejalan dengan pendapat Joyce dkk. (2009:552) bahwa pada umumnya pembelajaran memiliki sasaran materi dan proses. Sasaran materi mengidentifikasi pada penguasaan siswa terhadap materi pelajaran. Adapun sasaran proses adalah keterampilan siswa untuk mencapai penguasan materi.
Akan tetapi, kenyataan di lapangan menggambarkan peran guru yang masih dominan dalam pembelajaran. Hal ini tampak dari pembelajaran yang cenderung bersifat informasi verbal sehingga hasilnya berupa pengetahuan konsep yang kurang bermakna, dan kurang mendukung pengembangan keterampilan berpikir siswa.
Ada beberapa hal yang perlu diupayakan dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Pertama, pengetahuan kebahasaan perlu diintegrasikan dalam pembelajaran keterampilan berbahasa. Kedua, perlu perbaikan proses pembelajaran pengetahuan bahasa, yaitu yang memberikan ruang kepada siswa untuk membangun konsep-konsep kebahasaan secara mandiri, dan mampu mengaplikasikan konsep-konsep yang dipelajari sesuai dengan kebutuhan.
(17)
8
Terdapat beragam model pembelajaran yang dapat dipilih guru dalam merancang proses pembelajaran, di antaranya adalah model penemuan konsep.
Model ini sangat sesuai digunakan untuk pembelajaran yang menekankan pada perolehan suatu konsep baru dengan cara berpikir induktif. Model ini juga dapat dimanfaatkan pada setiap tingkatan kelas. Bagi tingkatan kelas rendah, konsep dan contoh harus lebih sederhana dibandingkan untuk tingkatan kelas yang lebih tinggi. Model ini juga dapat menjadi alat evaluasi yang efektif bagi guru untuk mengukur apakah konsep yang baru diajarkan telah dikuasai siswa atau belum.
Belum banyak penelitian penggunaan model penemuan konsep dalam pembelajaran. Tennyson dan Cochiarella (Joyce dkk., 2009:134) membuktikan bahwa penemuan konsep merupakan model untuk menggambarkan konsep-konsep menjadi lebih mudah. Penelitian lain yang menggunakan model yang sama adalah penerapan concept attainment (pencapaian konsep) dalam mengkaji puisi. Penelitian yang relevan dengan berbasis pemrosesan informasi, pada umumnya menggunakan model inkuiri. Model tersebut banyak dilakukan dalam mata pelajaran IPA, dan matematika. Hasil penelitian-penelitian tersebut menunjukkan bahwa model penemuan konsep, dan inkuiri dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Berdasarkan paparan di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian pembelajaran kalimat efektif dengan menggunakan model penemuan konsep. Dengan demikian, diharapkan pembelajaran akan dapat mencapai tujuan perolehan kualitas hasil dan perolehan kualitas proses.
(18)
B.Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, pada bagian ini penulis mengidentifikasi permasalahan penelitian ini sebagai berikut.
1. Kurikulum Pembelajaran Bahasa Indonesia
David Nunan (Tarigan, 2009:6) mengemukakan bahwa kurikulum adalah prinsip-prinsip dan prosedur-prosedur bagi perencanaan, implementasi, evaluasi, dan pengelolaan suatu rancang bangun suatu pendidikan. Telaah atau kajian kurikulum mencakup rancang bangun silabus, dan metodologi.
Dalam Standar Isi kurikulum bahasa Indonesia disebutkan bahwa standar kompetensi mata pelajaran bahasa Indonesia merupakan kualifikasi kemampuan minimal peserta didik yang menggambarkan penguasaan pengetahuan, keterampilan berbahasa, dan sikap positif terhadap bahasa dan sastra Indonesia.
Akan tetapi, dalam Standar Isi, pengetahuan kebahasaan, seperti kalimat efektif tidak terjabarkan secara eksplisit, baik dalam standar kompetensi maupun dalam kompetensi dasar. Oleh karena itu, dalam praktik pembelajaran bahasa Indonesia, pengetahuan kebahasaan cenderung terabaikan. Padahal, kompetensi kebahasaan seperti penguasaan kalimat efektif merupakan penguat kompetensi berbahasa.
Menurut pertimbangan peneliti, Kompetensi Dasar dalam Standar Isi Kurikulum Bahasa Indonesia yang sesuai untuk dijadikan payung, dan tepat dijadikan implementasi penggunaan kalimat efektif adalah kompetensi dasar menulis karya tulis ilmiah.Dengan demikian, penelitian ini merupakan bagian dari proses pembelajaran menulis karangan ilmiah. Dengan kata lain, penelitian ini akan difokuskan pada pembelajaran kalimat efektif.
(19)
10
2. Guru Bahasa Indonesia
Guru memiliki peran penting dalam pembelajaran sebab gurulah yang merencanakan, mengelola, dan menilai proses pembelajaran. Guru tidak hanya harus mampu dalam penguasaan mata pelajaran, tetapi juga harus mampu mempersiapkan, melaksanakan, dan menilai kemajuan belajar siswa.
Guru harus mampu memilih model, bahan, dan media pembelajaran yang menyediakan kesempatan belajar yang lebih efektif, dan memupuk hubungan sosial yang lebih luas antara guru dengan siswa, serta hubungan antarsiswa. Dengan begitu, proses pembelajaran akan membantu siswa dalam memecahkan berbagai masalah, dan memperoleh informasi yang memadai.
Permasalahan proses belajar mengajar bahasa Indonesia antara lain adalah belum bervariasi model pembelajaran yang dimanfaatkan guru dalam menciptakan pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan (PAKEM).
Guru harus berperan sebagai pengelola proses pembelajaran, dan mampu memperbaiki pembelajaran secara berkelanjutan. Peran tersebut di antaranya dapat dilakukan dengan membantu siswa untuk meningkatkan kemampuannya dalam menguasai kalimat efektif dengan menggunakan model penemuan konsep.
C. Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, yang menjadi pokok masalah dalam penelitian ini adalah apakah model penemuan konsep dapat dijadikan alternatif model pembelajaran kalimat efektif pada siswa SMA program IPA dan IPS?
(20)
Pokok permasalahan tersebut dijabarkan dalam rumusan masalah penelitian sebagai berikut.
1) Apakah hasil pembelajaran kalimat efektif siswa program IPA yang menggunakan model penemuan konsep lebih tinggi dibandingkan dengan hasil pembelajaran kalimat efektif siswa program IPA yang menggunakan model konvensional?
2) Apakah hasil pembelajaran kalimat efektif siswa program IPS yang menggunakan model penemuan konsep lebih tinggi dibandingkan dengan hasil pembelajaran kalimat efektif siswa program IPS yang menggunakan model konvensional?
3) Apakah terdapat perbedaan antara hasil pembelajaran kalimat efektif siswa program IPA dengan hasil pembelajaran kalimat efektif siswa program IPS yang menggunakan model penemuan konsep?
4) Bagaimana kualitas hasil pembelajaran kalimat efektif dengan menggunakan model penemuan konsep di kelas program IPA dan IPS?
5) Bagaimana kualitas proses pembelajaran kalimat efektif dengan menggunakan model penemuan konsep di kelas program IPA dan IPS?
6) Bagaimana tanggapan siswa program IPA dan IPS terhadap penggunaan model penemuan konsep dalam pembelajaran kalimat efektif ?
(21)
12
D. Tujuan Penelitian
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mendapatkan pilihan model mengajarkan kalimat efektif. Tujuan ini dicapai melalui eksperimen model penemuan konsep, menguji hasil pembelajaran dengan tes awal dan tes akhir, serta menguji proses pembelajaran melalui observasi dan angket.
Adapun tujuan khusus penelitian ini adalah untuk mendapatkan dan menjelaskan gambaran:
1) perbedaan hasil pembelajaran kalimat efektif siswa program IPA yang menggunakan model penemuan konsep dengan hasil pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran konvensional;
2) perbedaan hasil pembelajaran kalimat efektif siswa program IPS yang menggunakan model penemuan konsep dengan hasil pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran konvensional;
3) perbedaan hasil pembelajaran kalimat efektif siswa yang menggunakan model penemuan konsep program IPA dengan program IPS
4) kualitas hasil pembelajaran kalimat efektif siswa yang menggunakan model penemuan konsep di kelas program IPA dan IPS
5) proses pembelajaran kalimat efektif dengan menggunakan model penemuan konsep pada siswa program IPA dan IPS;
6) tanggapan siswa program IPA dan IPS terhadap penggunaan model penemuan konsep dalam pembelajaran kalimat efektif.
(22)
E. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, baik secara teoretis maupun secara praktis.
1. Manfaat Teoretis
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan elaborasi teori berkenaan dengan prinsip-prinsip ilmu pendidikan, khususnya prinsip-prinsip pembelajaran, dan prinsip-prinsip ilmu bahasa, khususnya teori kalimat efektif.
Apabila hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan kemampuan siswa dalam menguasai konsep kalimat efektif setelah penggunaan model penemuan konsep, berarti dapat menguatkan teori bahwa model pembelajaran menjadi salah satu faktor penentu keberhasilan pembelajaran.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan manfaat praktis bagi berbagai pihak, antara lain sebagai berikut.
2.1 Guru
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pilihan model pembelajaran yang tepat bagi guru dalam mengemas pembelajaran kalimat efektif, atau pembelajaran materi lain yang relevan.
2.2 Siswa
Penelitian ini bagi siswa diharapkan dapat menjadi variasi belajar dalam mempelajari teori kebahasaan, khususnya teori kalimat efektif, yang selama ini dirasakan rumit. Selain itu, diharapkan dapat membiasakan siswa untuk berpikir kritis, dan menerapkan belajar konsep pada materi-materi lain yang sesuai
(23)
14
F. Anggapan Dasar
Beberapa anggapan dasar yang melandasi penelitian ini adalah sebagai berikut.
1) Keberhasilan pembelajaran bahasa Indonesia ditandai oleh perolehan kompetensi siswa secara utuh, pengetahuan kebahasaan, keterampilan berbahasa, dan sikap yang baik.
2) Keterampilan berbahasa Indonesia seseorang sangat ditunjang oleh penguasaan norma-norma bahasa Indonesia.
3) Pengetahuan yang diperoleh melalui model penemuan menunjukkan beberapa kebaikan, yaitu (1) bertahan lama; (2) mempunyai efek transfer yang lebih baik; (3) meningkatkan penalaran siswa.
G. Hipotesis Penelitian
Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1) Hasil pembelajaran kalimat efektif siswa program IPA yang menggunakan model penemuan konsep lebih tinggi dibandingkan dengan hasil pembelajaran yang menggunakan model konvensional.
2) Hasil pembelajaran kalimat efektif siswa program IPS yang menggunakan model penemuan konsep lebih tinggi dibandingkan dengan hasil pembelajaran yang menggunakan model konvensional.
3) Tidak terdapat perbedaan hasil pembelajaran kalimat efektif antara siswa program IPA dengan siswa program IPS yang menggunakan model penemuan konsep.
(24)
H. Metode dan Teknik Penelitian
Penelitian ini terdiri atas kajian teoretis berupa kajian pustaka, dan berfokus pada studi eksperimen berupa pelaksanaan model pembelajaran.
Melalui penelitian ini, penulis ingin mendapatkan gambaran efektivitas model penemuan konsep terhadap hasil dan proses pembelajaran kalimat efektif. Hasil pembelajaran ditandai oleh kemampuan siswa dalam menguasai materi kalimat efektif. Sedangkan kualitas proses ditandai oleh peran aktif siswa dalam pembelajaran, interaksi antara siswa dengan guru, dan interaksi antarsiswa, tanggapan siswa yang positif, antusias. Dengan demikian, model penemuan konsep merupakan variabel bebas yang diujicobakan terhadap siswa kelompok eksperimen, sedangkan pembelajaran kalimat efektif yang di dalamnya meliputi kemampuan siswa dalam menguasai kalimat efektif merupakan variabel terikat.
Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan desain pretes-postes kelompok kontrol secara random (The randomized pre-test and post-test control group design).
Dalam rancangan penelitian ini digunakan dua kelompok eksperimen, dan dua kelompok kontrol, masing-masing kelompok dari kelas XI IPA, dan kelas XI IPS. Pemilihan tersebut berdasarkan harapan untuk mendapatkan data yang lebih lengkap sesuai dengan karakteristik program studi yang berbeda.
Untuk mendapatkan data kemampuan awal siswa, dilakukan tes awal. Setelah perlakuan dilakukan tes akhir. Teknik pengumpul data lainnya adalah observasi, dan angket.
Penelitian dilaksanakan dalam enam kali pertemuan (6 x 90 menit), pada bulan Maret s.d. Mei di kelas XI SMA Negeri 9 Bandung. Perlakuan terdiri atas
(25)
16
empat kali penggunaan model terhadap label- label konsep kalimat efektif, yaitu pilihan kata, struktur kalimat efektif, EyD, nalar (kelogisan) kalimat.
I. Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian 1. Lokasi
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 9 Bandung yang beralamat di Jalan LMU I Suparmin No. 1 A Bandung, pada semester genap tahun ajaran 2011/2012.
2. Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah siswa kelas XI SMA Negeri 9 Bandung. 3. Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah siswa satu kelas program IPA, dan satu kelas program IPS yang diambil dengan teknik simple random sampling (sampel random sederhana). Hal tersebut berdasar pada pendapat Sugiyono (2010:82) bahwa pengambilan anggota sampel dari populasi dapat dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu bila anggota populasi dianggap homogen.
J. Definisi Operasional
Untuk menghindari adanya salah pengertian, secara operasional istilah-istilah yang terdapat dalam penelitian ini dijelaskan sebagai berikut.
1) Penggunaan model penemuan konsep dalam pembelajaran menulis karangan ilmiah dengan fokus kalimat efektif adalah pengemasan pembelajaran menulis yang difokuskan pada menulis kalimat efektif ke dalam tiga tahapan proses pembelajaran. Tahap pertama adalah identifikasi konsep kalimat efektif melalui penyajian data atau contoh kalimat efektif dan kalimat tidak efektif;
(26)
tahap kedua adalah pengujian konsep kalimat efektif melalui identifikasi ciri-ciri dari contoh tambahan, dan membuat contoh secara mandiri; serta tahap ketiga adalah analisis strategi berpikir siswa dalam menemukan konsep kalimat efektif.
2) Kemampuan menggunakan kalimat efektif adalah kemampuan dalam menggunakan kalimat efektif dengan pilihan kata yang tepat sesuai konteks; menerapkan struktur kalimat dengan benar, menggunakan EyD, dan menggunakan nalar yang logis. Kemampuan tersebut diukur melalui instrumen tes berbentuk pilihan ganda, berjumlah tiga puluh soal. Indikatornya meliputi (a) menentukan kalimat yang efektif, dan kalimat yang tidak efektif; (b) memperbaiki kalimat tidak efektif, (c) membuat contoh kalimat efektif, serta (d) menerapkan kalimat efektif dalam paragraf.
3) Kemampuan menggunakan kalimat efektif dalam menulis karangan ilmiah adalah kemampuan menggunakan kalimat efektif untuk mengungkapkan informasi-informasi atau pernyataan-pernyataan yang bersifat objektif, faktual, dan ilmiah. Kalimat-kalimat yang digunakan harus memperhatikan beberapa hal, yaitu (1) makna yang lugas, atau menggunakan pilihan kata bermakna denotatif; (2) struktur kalimat yang logis, atau dapat diterima akal sehat; dan (3) urutan kalimat yang sistematis, atau kohesif dan koheren. Kemampuan tersebut, dapat diterapkan antara lain pada penyusunan kalimat pernyataan latar belakang masalah dalam karangan ilmiah; kalimat pernyataan pada bagian kata pengantar, kalimat pernyataan tujuan penulisan karangan, dan kalimat pernyataan kesimpulan.
(27)
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian
1. Metode
Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan desain pretes-postes kelompok kontrol secara random (The randomized pre-test and post-test control group design) seperti digambarkan pada tabel berikut.
Tabel 3.1
Desain Pretes-Postes Kelompok Kontrol Secara Random
Treatment group R O X O
Control group R O C O
(Fraenkel dan Wallen, 2008:268) Keterangan:
R = Random
O = Tes awal/tes akhir untuk mengukur kemampuan siswa sebelun dan setelah diberi perlakuan
X = Perlakuan pembelajaran kalimat efektif dengan menggunakan model penemuan konsep
C = Pembelajaran kalimat efektif dengan model konvensional.
Random yang diterapkan dalam penelitian ini adalah random kelas. Hal tersebut berdasarkan pertimbangan bahwa subjek penelitian sudah berada dalam kelompok yang utuh, yaitu kelas. Random dalam penelitian ini didapatkan dengan mengundi 6 kelas program IPA, dan 4 kelas program IPS. Dari 6 kelas IPA di kelas XI didapatkan 1 kelas kelompok eksperimen IPA, yaitu kelas XI IPA 5 dan 1 kelas kelompok kontrol IPA, yaitu kelas XI IPA 2. Sementara itu,
(28)
dari 4 kelas program IPS didapatkan 1 kelas kelompok eksperimen IPS, yaitu kelas XI IPS 3, dan 1 kelas kelompok kontrol IPS, yaitu kelas XI IPS 4.
Adapun notasi O pada desain eksperimen tersebut adalah pemberian tes awal dan tes akhir untuk mengukur kemampuan siswa terhadap konsep kalimat efektif sebelum, dan sesudah perlakuan.
Sementara itu, X berarti perlakuan mengajarkan kalimat efektif dengan menggunakan model penemuan konsep, dan C sebagai pembanding X, yaitu pembelajaran kalimat efektif secara konvensional.
Pemilihan metode tersebut berdasarkan pertimbangan bahwa penelitian ini bermaksud mendapatkan data kuantitatif mengenai keandalan model pembelajaran terhadap hasil belajar siswa melalui pemberian tes awal, perlakuan, dan tes akhir. Untuk untuk mendapatkan gambaran kualitas proses pembelajaran, metode eksperimen ini ditunjang dengan instrumen observasi dan angket. Dengan demikian, diharapkan penelititan ini akan mendapatkan data yang lebih sahih dan lengkap, serta mendapatkan pemahaman yang lebih baik terhadap masalah penelitian.
2. Paradigma Penelitian
Paradigma penelitian ini meliputi penggunaan model penemuan konsep dalam pembelajaran kalimat efektif, dan dampaknya terhadap peran guru dan siswa, serta hasil dan proses pembelajaran kalimat efektif.
(29)
68
Adapun skema paradigma penelitian ini tampak dalam gambar sebagai berikut.
Gambar 3.1 Paradigma Penelitian Keterangan:
S = siswa G = guru
3. Prosedur Penelitian
Konvensional Teknik Media Interaksi multiarah Teknik Media Interaksi satu arah Penemuan Konsep Pembelajaran kalimat ekektik
Materi kalimat ekektik P e n e ri m a P e sa n P e n g ir im P e sa n P e sa n K a n a l k o m u n ik a si – k o d e b a h a sa K e n d a la K o d e B a h a sa (K e ti d a k e ke k ti ka n k a li m a t) k o d e b a h a sa K u a li ta s P ro se s K u a li ta s P ro se s G S
S S
S Hasil: mencapai konsep Hasil: menerima inkormasi S S S G S
(30)
Secara garis besar prosedur yang dilakukan dalam penelitian ini digambarkan pada bagan alur penelitian berikut.
Gambar 3.2 Alur Penelitian Kajian Teoretis
•Kajian kalimat efektif
•Tinjauan kurikulum
•Kajian model penemuan konsep
Kajian Empiris
• Keadaan siswa
• Hasil penelitian terkait
• Kajian Awal
Validasi, dan Revisi Instrumen Perancangan Model
Pembelajaran
Penyusunan Instrumen
Analisis Data Kuantitatif Implementasi Pembelajaran
Model Penemuan Konsep
Observasi
Kesimpulan
Tes Awal
Hasil
• Tes Akhir
Analisis Data Kualitatif
Angket
(31)
70
Sesuai bagan alur di atas, penelitian ini akan dilaksanakan dalam beberapa tahap, yaitu sebagai berikut.
a. Melakukan kajian awal
Pada tahap ini melakukan kajian awal baik secara teoretis, maupun secara empiris. Secara teoretis melakukan kajian terhadap materi kalimat efektif, kurikulum, dan teori-teori model pembelajaran penemuan konsep. Secara empiris melakukan tinjauan terhadap keadaan siswa, dan kajian terhadap penelitian terkait.
b. Merancang model pembelajaran
c. Menyusun rancangan model pembelajaran penemuan konsep yang akan digunakan untuk pembelajaran kalimat efektif
d. Menyusun instrumen penelitian berupa instrumen tes, instrumen observasi, instrumen angket, instrumen rencana pelaksanaan pembelajaran, lembar kerja siswa, dan pedoman penilaian
e. Melakukan uji coba tes, validasi dan revisi instrumen
f. Melakukan tes awal untuk mengetahui kualitas awal kemampuan siswa
g. Melakukan implementasi model penemuan konsep dalam pembelajaran kalimat efektif di kelas eksperimen, dan melakukan pembelajaran kalimat efektif di kelas kontrol dengan metode konvensional. Pada tahap ini juga dilakukan pengumpulan data untuk mengetahui kualitas proses pembelajaran melalui observasi terhadap aktivitas siswa dan guru selama proses pembelajaran dengan bantuan observer guru bahasa Indonesia lain.
(32)
i. Menyebarkan angket kepada siswa untuk menjaring data kualitatif. j. Menganalisis data kuantitatif dan kualitatif
k. Menyusun kesimpulan l. Membuat laporan penelitian.
B. Teknik Pengumpulan data 1. Teknik
Data dalam penelitian ini dikumpulkan dengan menggunakan teknik sebagai berikut.
a. Teknik tes, digunakan untuk mengukur pemahaman siswa terhadap konsep kalimat efektif sebelum perlakuan, dan sesudah perlakuan (penggunaan model penemuan konsep).
b. Teknik observasi, digunakan untuk mengobservasi efektivitas proses pembelajaran dengan model penemuan konsep.
c. Teknik angket, digunakan untuk memperoleh gambaran tanggapan siswa terhadap model penemuan konsep yang digunakan dalam pembelajaran kalimat efektif.
2. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. a. Instrumen tes
Instrumen tes berupa tes tertulis, dan berbentuk pilihan ganda. Instrumen ini berisi tiga puluh butir soal kalimat efektif. Instrumen tes yang digunakan untuk tes awal sama dengan untuk tes akhir. Langkah-langkah penyusunan instrumen tes sebagai berikut.
(33)
72
1) Membuat kisi-kisi soal materi kalimat efektif
Materi soal berkaitan dengan ketepatan pilihan kata, struktur kalimat, EyD, dan nalar kalimat. Ranah kognitif yang diukur mengacu pada Taksonomi Bloom, yakni meliputi pemahaman, penerapan, dan analisis. Jumlah soal yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 30 butir dengan komposisi seperti dalam tabel 3.2 berikut ini.
Tabel 3.2
Komposisi Soal Penguasaan Konsep Kalimat Efektif
No. Materi Jenjang Kognitif Jumlah
Soal
C2 C3 C4
1. Kalimat efektif berkenaan dengan
ketepatan pilihan kata 4 2 1 7 2. Kalimat efektif berdasarkan ketepatan
struktur kalimat 3 4 3 10
3.
Kalimat efektif berdasarkan ketepatan
penggunaan EyD 4 4 - 8
4.
Kalimat efektif berdasarkan nalar
kalimat 3 2 - 5
5.
Jumlah 14 12 4 30
Adapun pedoman penskoran adalah jawaban yang benar diberi skor 1, dan jawaban yang salah diberi skor 0. Untuk lebih jelas kisi-kisi dan instrumen soal dapat dilihat pada lampiran B.1 dan B.2.
2) Menyusun butir soal beserta kunci jawaban
3) Melakukan pertimbangan soal dan kunci jawaban yang telah disusun oleh dosen pembimbing dan dosen ahli bidang studi. Hal ini bertujuan untuk mengetahui validitas isi, kesesuaian antara indikator dengan soal, dan kesesuaian soal dengan kunci jawaban.
(34)
4) Melakukan ujicoba soal kepada siswa yang telah menerima materi kalimat efektif.
5) Menghitung validitas tes, tingkat kesukaran, daya pembeda, dan reliabilitas.
b. Lembar Pedoman Observasi Aktivitas Pembelajaran
Lembar observasi memuat sejumlah aspek yang menjadi bahan observasi berkaitan dengan kegiatan guru dan siswa sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran model penemuan konsep. Instrumen ini juga disusun berdasarkan masalah penelitian. Pedoman observasi menggunakan skala Likert. Observer diminta mengisi aspek yang diobservasi dengan memberikan tanda centang sesuai dengan skor yang diberikan, yaitu 1 (= tidak baik); 2 (= kurang baik); 3 (=baik); dan 4 (= sangat baik). Kisi-kisi dan Format pedoman observasi aktivitas guru dan siswa dapat dilihat pada lampiran C.1 dan C.2.
c. Lembar angket
Instrumen angket disusun berdasarkan masalah penelitian. Instrumen ini menggunakan skala Likert. Setiap siswa diminta untuk menanggapi pernyataan dengan tanggapan sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS). Terdapat 15 butir pertanyaan dalam angket yang terdiri dari 8 pertanyaan positif, dan 7 pertanyaan negatif. Kisi-kisi dan Format angket dapat dilihat pada lampiran C.3 dan C.4
(35)
74
d. Instrumen Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Instrumen RPP digunakan sebagai panduan guru dalam melaksanakan eksperimen. Instrumen ini mengacu pada format RPP yang biasa digunakan di SMA Negeri 9 Bandung. Adapun langkah-langkah kegiatan pembelajaran dalam RPP ini mengacu pada struktur model penemuan konsep. Terdapat 4 instrumen RPP yang untuk 4 kali pertemuan. Yang membedakan pertemuan satu dengan pertemuan lainnya adalah materi atau label konsep yang dipelajari. Untuk lebih jelas, instrumen RPP dapat dibaca pada lampiran A.1.
e. Lembar Kerja Siswa
Lembar kerja siswa disusun untuk digunakan sebagai panduan dalam pelaksanaan eksperimen. Instrumen ini digunakan saat perlakuan berupa contoh-contoh kalimat yang memuat sejumlah konsep kalimat efektif meliputi pilihan kata, struktur kalimat efektif, Ejaan yang Disempurnakan, dan nalar (kelogisan) kalimat. Lembar kerja juga berisi sejumlah pertanyaan, dan penugasan yang disajikan sesuai tahap pembelajaran penemuan konsep, yaitu meliputi tahap penyajian data dan identifikasi konsep, tahap pengujian konsep, dan tahap analisis strategi berpikir dalam menemukan konsep kalimat efektif. Selengkapnya dapat dilihat pada lampiran A.3.
3. Pengujian Instrumen a. Uji Validitas
Instrumen yang akan digunakan dalam penelitian ini terlebih dulu diuji validitasnya, baik melalui uji empiris maupun melalui uji isi oleh penimbang ahli.
(36)
Pengujian validitas isi dilakukan oleh penimbang ahli meliputi aspek berikut:
1) tujuan pembelajaran/ indikator pembelajaran
2) hubungan tujuan/indikator pembelajaran dengan soal 3) isi soal
4) hubungan pernyataan soal dengan opsi 5) bahasa soal
6) kehomogenan opsi.
Adapun data hasil uji penimbang dapat dilihat pada lampiran B.4.
Sedangkan uji validitas empiris dilakukan dengan menggunakan rumus korelasi product moment pearson (Arikunto, 1993:69), sebagai berikut:
=
∑ ∑ ∑∑ ∑ ∑ ∑
Keterangan:
r
xy = Koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y, dua variabel yang dikorelasikan.N = Jumlah siswa peserta tes X = Nilai X (skor butir soal) Y = Nilai Y (skor total)
Kriteria validitas soal menurut Arikunto (1993:71) adalah sebagai berikut: 1) 0,80 – 1,00 : sangat tinggi
2) 0,60 – 0,80 : tinggi 3) 0,40 – 0,60 : cukup 4) 0,20 – 0,40 : rendah 5) 0,00 – 0,20 : sangat rendah
(37)
76
Untuk mengetahui signifikansi korelasi dilakukan uji t dengan rumus sebagai berikut:
t =
rxy =
(Sujana, 1989) Keterangan:
t = daya pembeda n = jumlah subjek rxy = koefisien korelasi.
Berdasarkan hasil pengujian validitas empiris, diketahui instrumen tes kalimat efektif dari 60 soal, terdapat 15 soal yang memiliki korelasi signifikan, dan 13 soal yang memiliki korelasi sangat signifikan. Untuk memenuhi kebutuhan 30 soal instrument tes, dilakukan revisi terhadap 4 soal. Untuk lebih jelasnya, hasil pengujian instrumen dapat dilihat dalam lampiran B.3.
b. Uji Relialibitas
Reliabilitas adalah ketetapan suatu tes apabila diteskan kepada subjek yang sama (Arikunto, 1993:85). Teknik yang digunakan adalah teknik belah dua (split-half method). Caranya yaitu dengan mengorelasikan seluruh skor butir tes yang bernomor ganjil dengan skor butir tes yang bernomor genap. Untuk menghitung reliabilitas seluruh tes digunakan rumus Spearman-Brown, yaitu:
(38)
r
11 = ⁄ ⁄⁄ ⁄ Keterangan:
2
⁄ ⁄ = korelasi antara skor-skor setiap belahan tesr11 = koefisien reliabilitas yang sudah disesuaikan (Arikunto, 1993:88). Nilai r11 dan nilai r1/2 ½ dihitung dengan rumus product moment
Arikunto, 1993:69), sebagai berikut:
=
∑ ∑ ∑∑ ∑ ∑ ∑
Kriteria tingkat reliabilitas adalah:
1)
r
11 < 0,20 : tidak ada korelasi 2) 0,20 ≤ r11 < 0,40 : korelasi rendah 3) 0,40 11 < 0,70 : korelasi sedang 4) 0,70 ≤ r11 < 0,90 : korelasi tinggi 5) 0,90 ≤ r11 < 1,00 : korelasi tinggi sekali 6) r11 = 1,00 : korelasi sempurnaBerdasarkan hasil uji reliabilitas, dapat diketahui bahwa reliabilitas intrumen tes adalah 0,64. Dengan demikian, mengacu pada kriteria yang dikemukakan Arikunto di atas, tingkat reliabilitas intrumen berada pada kriteria
(39)
78
0,40 ≤ r11 < 0,70 dengan tingkat reliabilitas sedang. Dengan demikian, intrumen tes dinyatakan cukup reliabel.
c. Tingkat Kesukaran
Tingkat kesukaran soal konsep kalimat efektif diukur dengan menggunakan rumus:
P =
(Arikunto, 1993:210)Keterangan:
P = indeks kesukaran soal
B = banyaknya siswa yang menjawab soal dengan benar JS = jumlah seluruh siswa peserta tes.
Kriteria penafsiran indeks kesukaran butir soal menurut Arikunto (1993) adalah:
1) P = 0,00 : soal sangat sukar 2) 0,00 < P ≤ 0,30 : soal sukar 3) 0,30 < P ≤ 0,70 : soal sedang 4) 0,70 < P ≤ 1,00 : soal mudah
5) P = 1,00 : soal sangat mudah.
Berdasarkan hasil pengujian tingkat kesukaran, diketahui ada 14 soal sangat mudah, 5 soal mudah, 21 soal sedang, 13 soal sukar, dan 7 soal sangat sukar. Berdasarkan uji tingkat kesukaran, sebaran soal sudah memenuhi proporsi tingkat kesukaran yang seimbang. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada tabel rekapitulasi pengujian instrumen, dan pada lampiran B.3.
(40)
d. Daya Pembeda
Daya pembeda soal adalah kemampuan soal untuk membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah. Untuk menghitung daya pembeda digunakan rumus:
D =
!"#"
$
!%
#%
& P
(-
P
! (Arikunto, 1993: 216)Keterangan:
D = Daya pembeda J = Jumlah peserta tes
JA = Banyaknya peserta kelompok atas JB = Banyaknya peserta kelompok bawah
BA = Banyaknya kelompok atas yang menjawab benar BB = Banyaknya kelompok bawah yang menjawab benar PA = Proporsi kelompok atas yang menjawab benar
PB = Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar.
Kriteria penafsiran daya pembeda butir soal adalah sebagai berikut: 1) 0,00 < D ≤ 0,20 : jelek
2) 0,20 < D ≤ 0,40 : cukup 3) 0,40 < D ≤ 0,70 : baik 4) 0,70 < D ≤ 1,00 : sangat baik.
Berdasarkan hasil pengujian daya pembeda, diketahui ada 13 soal yang memiliki daya pembeda dengan kriteria baik, dan ada 14 soal yang memilki kriteria daya pembeda cukup. Untuk kepentingan pemenuhan 30 butir soal, dilakukan revisi pada 4 soal. Untuk lebih jelasnya, hasil uji daya pembeda dapat dilihat dalam tabel rekapitulasi pengujian instrumen pada lampiran B.3.
(41)
80
4. Hasil Uji Coba Instrumen Tes
Sebelum digunakan, terlebih dahulu soal diujicobakan pada siswa kelas XI di sekolah sama, di kelas yang telah menerima pembelajaran kalimat efektif, dan bukan di kelas eksperimen maupun di kelas kontrol, Selain dilakukan untuk mengetahui validitas, tingkat kesukaran, daya pembeda, dan reliabilitas, ujicoba soal juga dilakukan untuk mengetahui keterbacaan soal, serta waktu yang diperlukan untuk mengerjakan keseluruhan soal.
Setelah dilakukan analisis dengan menggunakan program Anates V4, didapatkan rekapitulasi hasil uji coba instrumen tes kalimat efektif seperti dalam tabel 3.3 .
Tabel 3.3
Rekapitulasi Hasil Uji Coba Instrumen Tes No.
Soal
Daya Beda
Tingkat
Kesukaran Validitas Reliabilitas Keterangan
1 9.09 95.24 0.263
0,64
tidak dipakai
2 -18.18 73.81 -0.034 tidak dipakai
3 45.45 45.24 0.317 dipakai
4 36.36 28.57 0.264 dipakai
5 36.36 50.00 0.239 dipakai/revisi
6 18.18 88.10 0.337 dipakai
7 0.00 97.62 0.010 tidak dipakai
8 0.00 95.24 0.055 tidak dipakai
9 9.09 97.62 0.097 tidak dipakai
10 45.45 80.95 0,491 dipakai
11 9.09 9.52 0.055 tidak dipakai
12 45.45 45.24 0.263 dipakai
13 45.45 80.95 0.356 dipakai
14 18.18 11.90 0.209 tidak dipakai
15 18.18 88.10 0.255 tidak dipakai
16 54.55 78.57 0.474 dipakai
17 9.09 23.81 0.121 tidak dipakai
18 27.27 47.62 0.321 dipakai
19 45.45 50.00 0.247 tidak dipakai
(42)
No. Soal
Daya Beda
Tingkat
kesukaran Validitas Reliabilitas Keterangan
21 27.27 57.14 0.241
0,64
tidak dipakai
22 0.00 88.10 -0.018 tidak dipakai
23 18.18 61.90 0.094 tidak dipakai
24 36.36 90.48 0.427 dipakai
25 63.64 71.43 0.528 dipakai
26 54.55 45.24 0.370 dipakai
27 36.36 66.67 0.278 dipakai
28 45.45 28.57 0.362 dipakai
29 27.27 23.81 0.308 dipakai
30 27.27 33.33 0.162 tidak dipakai
31 45.45 47.62 0.189 tidak dipakai
32 -9.09 23.81 0.017 tidak dipakai
33 -9.09 19.05 -0.086 tidak dipakai
34 54.55 35.71 0.277 dipakai
35 45.45 69.05 0.395 dipakai
36 18.18 52.38 0.130 tidak dipakai
37 36.36 64.29 0.332 dipakai
38 18.18 88.10 0.282 dipakai
39 0.00 100.00 - tidak dipakai
40 0.00 14.29 -0.051 tidak dipakai
41 36.36 30.95 0.322 dipakai
42 27.27 61.90 0.322 dipakai
43 9.09 21.43 0.097 tidak dipakai
44 36.36 47.62 0.366 dipakai
45 36.36 59.52 0.294 dipakai
46 63.64 52.38 0.493 dipakai
47 36.36 54.76 0.252 dipakai
48 9.09 30.95 0.159 tidak dipakai
49 0.00 9.52 0.085 tidak dipakai
50 0.00 9.52 0.040 tidak dipakai
51 9.09 28.57 0.186 dipakai/revisi
52 27.27 14.29 0.189 dipakai/revisi
53 0.00 100.00 - tidak dipakai
54 -9.09 7.14 -0.086 tidak dipakai
55 27.27 16.67 0.387 dipakai
56 -9.09 23.81 0.080 tidak dipakai
57 0.00 33.33 0.153 tidak dipakai
58 18.18 16.67 0.186 dipakai/revisi
59 0.00 19.05 0.128 tidak dipakai
(43)
82
Berdasarkan hasil analisis uji coba instrumen tes, didapati instrumen soal yang dapat dipakai langsung sejumlah 28 butir soal. Akan tetapi, mempertimbangkan cakupan materi pembelajaran, peneliti melakukan revisi terhadap 4 butir soal. Dengan demikian, instrumen soal yang digunakan untuk tes awal dan tes akhir berjumlah 30 butir soal.
Berdasarkan hasil uji instrumen, didapatkan instrumen tes final yang digunakan untuk tes awal dan tes akhir. Rekapitulasinya dapat dilihat pada 3.4 di bawah ini.
Tabel 3.4
Rekapitulasi Daya Beda, Tingkat Kesukaran, dan Signifikansi Korelasi Instrumen Tes
No.
Soal Daya Beda
Tingkat Kesukaran
Signifikansi
Korelasi Keterangan
1 baik sedang signifikan
2 cukup sukar signifikan
3 cukup sedang signifikan
4 cukup mudah sangat signifikan
5 baik mudah sangat signifikan
6 baik sedang signifikan
7 baik mudah sangat signifikan
8 baik mudah signifikan
9 cukup sedang signifikan
10 cukup mudah signifikan
11 baik sedang sangat signifikan 12 baik mudah sangat signifikan
13 cukup sedang signifikan
14 baik sukar sangat signifikan
15 baik sedang - hasil revisi
16 baik sedang signifikan
17 baik sedang sangat signifikan 18 cukup sedang sangat signifikan
19 cukup mudah signifikan
20 cukup mudah sangat signifikan
21 cukup sedang signifikan
22 baik sedang sangat signifikan
(44)
24 baik sedang sangat signifikan
25 baik sedang signifikan
26 rendah sukar - hasil revisi
27 cukup sukar - hasil revisi
28 cukup sukar signifikan
29 cukup sukar - hasil revisi
30 cukup sukar signifikan
Berdasarkan tabel di atas, didapatkan data bahwa instrumen tes yang digunakan pada penelitian ini di dalamnya terdapat 8 butir soal dengan tingkat kesukaran mudah, 15 soal kategori sedang, dan 7 soal dengan kategori sukar. Sementara itu, terdapat 15 soal yang memiliki daya beda baik, 14 soal yang memiliki daya beda cukup, dan 1 soal dengan daya beda rendah. Untuk lebih jelas, data hasil uji instrumen tes dapat dilihat pada lampiran B.3.
Dengan mempertimbangkan pelaksanaan uji coba instrumen tes, dan mengacu pada aturan penyusunan soal ulangan akhir semester di SMA, ditetapkan alokasi waktu pengerjaan setiap butir soal sekitar 2 menit, sehingga alokasi waktu yang ditetapkan untuk pelaksanaan tes awal dan tes akhir adalah 60 menit.
C. Teknik Pengolahan Data 1. Prosedur
Data-data yang terkumpul diolah dengan prosedur sebagai berikut: a. memeriksa seluruh hasil tes
b. memberi skor
c. menganalisis hasil tes satu per satu d. menyusun deskripsi hasil tes
(45)
84
e. menabulasikan hasil tes
f. menguji sifat data, meliputi uji normalitas dan uji homogenitas.
2. Langkah-Langkah Analisis Data
Data diolah dengan langkah-langkah sebagai berikut.
a. Memberikan skor hasil tes awal dan tes akhir dengan ketentuan sebagai berikut.
1) Jawaban yang benar diberi skor satu (1) 2) Jawaban salah diberi skor nol (0)
b.
Menghitung peningkatan antara skor tes awal dan tes akhir (gain)
Gain merupakan peningkatan kemampuan yang dimiliki siswa setelah mengikuti pembelajaran. Gain yang diperoleh dinormalisasi oleh selisih antara skor maksimal dengan skor tes awal. Normalitas gain dihitung dengan rumus g factor (N-Gains), yaitu :
g =
)*+,- )* .)/01, )* .
(Meltzer, dalam Sopamena, 2009)
Keterangan :
S
post = skor tes akhirS
pre = skor tes awalS
maks = skor maksimalTingkat perolehan skor kemudian diklasifikasikan menjadi tiga kategori, yaitu: 1) G ≥ 0,7 : tinggi
2) 0,3 < g < 0,7 : sedang 3) G < 0,3 : rendah c. Melakukan uji normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui data berdistribusi normal atau tidak normal sehingga dapat ditentukan jenis uji hipotesis yang akan digunakan
(46)
parametrik atau nonparametrik. Pengujian normalitas data menggunakan uji Chi Kuadrat dengan rumus:
(Sudjana, 1989:273)
Keterangan:
X² = uji chi kuadrat
Oi = frekuensi yang diamati Ei = frekuensi yang diharapkan
Penerimaan normalitas data didasarkan pada hipotesis berikut: Ho : data berdistribusi normal
H1 : data tidak berdistribusi normal.
Kriteria pengujian adalah bahwa data dikatakan berdistribusi normal jika X
²
hitung ≤ X²
tabel.
Uji normalitas pada penelitian ini menggunakan program SPSS 17 (Sulistiyo, 2011).
d. Melakukan uji homogenitas varians. Uji ini ditujukan untuk mengetahui homogenitas varian sampel. Rumus yang digunakan adalah uji F. Menurut Sugiono (2010:197) rumus uji F yaitu:
F=
234536 78498:34234536 784;8<5=
X & ∑ O5$ EE 5
(47)
86
Kriteria pengujian yaitu jika F hitung < Ftabel dapat dinyatakan bahwa varian kedua kelompok data tersebut adalah homogen. Uji homogenitas pada penelitian ini menggunakan program SPSS 17 (Sulistiyo, 2011).
e. Melakukan uji hipotesis. Uji hipotesis digunakan untuk mengetahui perbedaan dua rata-rata kemampuan kalimat efektif siswa sebelum perlakuan, dan setelah perlakuan yang meliputi:
1) perbedaan rata-rata hasil tes awal siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol program IPA
2) perbedaan rata-rata hasil tes awal siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol program IPS
3) perbedaan rata-rata hasil tes akhir siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol program IPA
4) perbedaan rata-rata hasil tes akhir siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol program IPS
5) perbedaan rata-rata hasil tes akhir siswa kelas eksperimen program IPA dan kelas eksperimen program IPS.
Uji rata-rata pada penelitian ini menggunakan uji satu pihak dengan pasangan hipotesis sebagai berikut:
H0: A = A H1: A B A
Uji ini dilakukan dengan menghitung validitas antara nilai rata-rata tes akhir kelas eksperimen dengan nilai rata-rata tes akhir kelas kontrol dengan uji t (t test) untuk data yang berdistribusi normal. Rumus yang digunakan adalah:
(48)
t =
)
(
Sudjana, 1989)Keterangan:
t : koefisien yang dicari X1 : rata-rata kelompok 1 X2 : rata-rata kelompok 2 S : varians
n : jumlah kelompok
Sedangkan untuk data yang berdistribusi tidak normal, uji perbedaan rata-rata menggunakan uji nonparametrik Mann-Whitney Test.
f. Menyimpulkan hasil analisis data kuantitatif
g. Menganalisis data angket untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap penerapan model penemuan konsep. Tanggapan siswa dalam angket menggunakan skala Likert. Jawaban siswa dikelompokkan atas sangat setuju (SS), Setuju (S), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS). Kemudian dihitung persentasenya dengan rumus berikut:
T = C 100%
Keterangan :
T = persentase tanggapan terhadap setiap pernyataan J = jumlah tanggapan terhadap setiap pernyataan N = jumlah siswa.
h. Mengolah data hasil observasi untuk mendeskripsikan/menafsirkan tanggapan observer mengenai aktivitas siswa, dan guru selama proses pembelajaran
(49)
88
dengan model penemuan konsep. Adapun kriteria skor pedoman observasi adalah sebagai berikut.
4 = sangat baik 3 = baik
2 = kurang baik 1 = tidak baik
i. Menyimpulkan hasil penelitian. D. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi pada penelitian ini adalah siswa kelas XI SMA Negeri 9 Bandung. Pertimbangannnya adalah siswa kelas XI sudah dijuruskan sesuai program pilihan berdasarkan kemampuan akademik dan minat siswa, yaitu program IPA dan IPS. Selain itu, siswa kelas XI sudah berada dalam fase remaja, yang oleh Bruner (Hartinah, 2010:88) dinyatakan bahwa siswa dalam tahapan remaja akan lebih senang belajar dengan menggunakan bentuk-bentuk simbol dengan cara yang makin abstrak. Guru dapat membantu mereka dengan menggunakan keterampilan proses dalam pembelajaran, dan dengan memberi penekanan pada penguasaan konsep.
Loree (Hartinah, 2010) menyatakan bahwa laju perkembangan inteligensi berlangsung sangat pesat sampai masa remaja awal, puncak perkembangan umumnya dicapai pada penghujung masa remaja akhir (sekitar usia dua puluhan), setelah itu kepesatannya berangsur menurun.
Pertimbangan lainnya adalah tahapan perkembangan kognitif Piaget. Siswa kelas XI SMA sudah berada pada tahap operasional formal. Pada tahap ini seseorang telah memiliki kemampuan merumuskan dan mengetes hipotesis-hipotesis yang rumit, berpikir abstrak, dan dapat membuat generalisasi dengan
(50)
menggunakan konsep yang abstrak dari satu situasi ke situasi yang lain (Chaer, 2009:229).
Sejalan dengan itu, Hartinah (2010:203) menyebutkan bahwa tahap berpikir operasional formal juga ditandai dengan ciri-ciri (1) cara berpikir yang tidak hanya sebatas di sini dan sekarang, tetapi juga terkait dengan dunia kemungkinan atau masa depan (world possibilities); (2) kemampuan berpikir hipotetik; (3) kemampuan melakukan eksplorasi dan ekspansi pemikiran, horison berpikirnya semakin luas.
Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut, diharapkan penggunaan model penemuan konsep pada pembelajara kalimat efektif dengan populasi siswa SMA kelas XI dapat berhasil dengan baik karena sesuai dengan perkembangan psikologis mereka.
Adapun sampel pada penelitian ini adalah siswa satu kelas dari enam kelas program IPA, dan satu kelas dari empat kelas program IPS. Dengan demikian, penelitian ini menggunakan dua kelas eksperimen, dan dua kelas kontrol yang diambil dengan teknik sampel random sederhana (simple random sampling). Random dilakukan terhadap kelas, bukan terhadap subjek karena subjek penelitian sudah berada dalam kelompok yang utuh, yaitu kelas. Dengan demikian, dari enam kelas XI IPA diundi dua kelas, dan dari empat kelas XI IPS diundi juga dua kelas.
Berdasarkan random kelas diperoleh dua kelas eksperimen, yaitu kelas XI IPA-5 dan kelas XI IPS-3. Sedangkan untuk kelas kontrol diperoleh dua kelas, yaitu kelas XI IPA-2, dan XI IPS-4.
(51)
90
Sugiyono (2010:82) menyebutkan simple random ( random sederhana) dapat dilakukan bila anggota populasi dianggap homogen. Pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu.
Selain mengacu pada pendapat tersebut, pemilihan teknik sampel random sederhana, juga berdasar pada pertimbangan berikut ini. Pertama, semua kelas XI mendapatkan pembelajaran bahasa Indonesia yang sama, bukan kelas bahasa, dan bukan kelas unggulan. Kedua, semua kelas XI IPA dan IPS mendapat alokasi waktu pelajaran bahasa Indonesia yang sama dalam setiap minggunya. Berdasarkan fakta tersebut, kelas yang dipilih diasumsikan mempunyai kemampuan awal bahasa Indonesia yang relatif sama.
Adapun pemilihan sampel atas kelas XI IPA dan XI IPS didasari keinginan untuk mendapatkan data yang lebih lengkap sehubungan di kelas XI sudah ada pemilihan program studi, dan program studi yang ada di SMA Negeri 9 Bandung adalah program IPA dan IPS.
Alasan lain, pengambilan satu kelas sebagai sampel mengacu pada pendapat Sugiyono (2010:91) bahwa untuk penelitian eksperimen sederhana yang menggunakan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, jumlah anggota sampel masing-masing antara 10 s.d. 20. Dengan demikian, jumlah siswa dalam kelas eksperimen dan kelas kontrol yang rata-rata 40 orang sudah dapat memenuhi ukuran sampel yang mewakili populasi.
(52)
BAB V
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
A.Analisis Data Hasil Penelitian
Data hasil penelitian yang dianalisis ini berupa data tes awal dan tes akhir hasil pembelajaran kalimat efektif kelas yang menggunakan model penemuan konsep (kelas eksperimen) IPA dan IPS, serta hasil pembelajaran kalimat efektif dengan model konvensional (kelas kontrol) IPA dan IPS. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan Microsoft Office Excel dan software SPSS 17.
1. Deskripsi Data Hasil Tes Awal dan tes Akhir Kelas Eksperimen (Model Penemuan Konsep)
Setelah dilakukan penskoran dan penilaian, data kemampuan awal (tes awal) dan kemampuan akhir (tes akhir) siswa dalam pembelajaran kalimat efektif dengan menggunakan model penemuan konsep dapat dilihat pada tabel 5.1 berikut ini. 1.1 Kelas Eksperimen IPA
Tabel 5.1
Rata-Rata Kemampuan Kalimat Efektif Siswa Kelas Eksperimen IPA
Kemampuan Jml. Siswa Tertinggi Terendah Rata-rata
Awal (tes awal) 41 20 5 12,32
Akhir (tes akhir) 41 28 20 24,29
N-gain 41 0,8 0,5 0,7
(53)
240
Berdasarkan tabel 5.1 dapat dilihat bahwa skor tes awal tertinggi di kelas eksperimen IPA adalah 20, dan skor terendah adalah 5. Rata-rata skor tes awal kelas eksperimen IPA adalah 12,32. Dengan demikian, sebelum mendapatkan pembelajaran kalimat efektif dengan menggunakan model penemuan konsep, kemampuan awal rata-rata kelas eksperimen IPA tergolong rendah.
Setelah perlakuan pembelajaran dengan model penemuan konsep, diperoleh skor tertinggi adalah 28, dan skor terendah adalah 20. Rata-rata skor tes akhir kelas eksperimen IPA adalah 24,29. Gain tertinggi adalah 0,8, dan gain terendah adalah, 0,5. Rata-rata gain siswa kelas eksperimen IPA adalah 0,7. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan kemampuan rata-rata siswa dalam kalimat efektif dengan kategori tinggi. Untuk lebih jelasnya, skor perolehan tes awal dan tes akhir kelas eksperimen IPA dapat dilihat pada lampiran D.1.
Berdasarkan data perolehan skor tes awal dan tes akhir, peningkatan hasil belajar siswa pada kelas eksperimen IPA, dapat dilihat pada grafik 5.1 di bawah ini.
Grafik 5.1
Peningkatan Hasil Belajar Kalimat Efektif Kelas Eksperimen IPA
Berdasarkan grafik 5.1. di atas, terlihat bahwa di kelas eksperimen IPA skor rata-rata 12,32 pada tes awal meningkat menjadi rata-rata 24,29 pada tes akhir. Ini berarti, di kelas eksperimen IPA terjadi peningkatan hasil belajar yang tinggi.
0 5 10 15 20 25 30
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31 33 35 37 39 41
Skor Tes Awal
(54)
1.2 Kelas Eksperimen IPS
Tabel 5.2
Rata-Rata Kemampuan Kalimat Efektif Siswa Kelas Eksperimen IPS
Kemampuan Jml. Siswa Tertinggi Terendah Rata-rata
Awal (tes awal) 36 16 9 13,86
Akhir (tes akhir) 36 26 17 21,58
N-gain 36 0,7 0,3 0,5
Skor Ideal=30
Dari tabel 5.2 dapat dilihat bahwa skor tes awal tertinggi siswa kelas eksperimen IPS adalah 16, dan skor terendah adalah 9. Rata-rata skor tes awal adalah 13,86. Artinya kemampuan rata-rata siswa kelas eksperimen IPS sebelum perlakuan yang dapat dikategorikan rendah. Setelah pembelajaran dengan model penemuan konsep, diperoleh skor tertinggi 26, dan skor terendah 17. Rata-rata skor tes akhir adalah 21,58. Gain tertinggi adalah 0,7, dan gain terendah adalah, 0,3. Rata-rata gain siswa kelas eksperimen IPS adalah 0,5. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan kemampuan rata-rata siswa dalam kalimat efektif dengan kategori sedang. Dengan demikian, rata-rata kemampuan kalimat efektif setelah perlakuan model penemuan konsep meningkat. Untuk lebih jelas data dapat dilihat pada lampiran D.3.
Berdasarkan data perolehan skor tes awal dan tes akhir, peningkatan hasil belajar siswa pada kelas eksperimen IPS, dapat dilihat pada grafik 5.2 di bawah ini.
(55)
242
Grafik 5.2
Peningkatan Hasil Belajar Kalimat Efektif Kelas Eksperimen IPS
Grafik di atas menggambarkan peningkatan hasil belajar di kelas eksperimen IPS. Rata-rata skor tes awal 13,86 meningkat menjadi 21,58 perolehan rata-rata skor tes tes akhir. Berdasarkan kriteria yang digunakan, peningkatan termasuk kategori sedang
2. Deskripsi Data Hasil Tes Awal dan tes Akhir Kelas Kontrol (Pembelajaran Konvensional)
Berdasarkan penskoran, data kemampuan awal (tes awal) dan kemampuan akhir (tes akhir) siswa yang menggunakan model konvensional dapat dilihat pada tabel 5.3 berikut ini.
2.1 Kelas Kontrol IPA
Tabel 5.3
Rata-Rata Kemampuan Kalimat Efektif Siswa Kelas Kontrol IPA
Kemampuan Jml. Siswa Tertinggi Terendah Rata-rata
Awal (tes awal) 41 15 8 11,63
0 5 10 15 20 25 30
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31 33 35
Skor Tes Awal
(56)
Akhir (tes akhir) 41 24 14 19,66
N-gain 41 0,7 0,2 0,4
Skor Ideal=30
Dari tabel 5.2 dapat dilihat skor tertinggi tes awal kelas kontrol IPA adalah 15, dan skor terendah adalah 8. Rata-rata skor adalah 11,63. Artinya kemampuan awal rata-rata siswa kelas kontrol IPA sebelum perlakuan dapat dikategorikan rendah.
Setelah pembelajaran dengan menggunakan model konvensional, diperoleh skor tertinggi adalah 24, dan skor terendah adalah 14. Rata-rata skor adalah 19,66. Gain tertinggi adalah 0,7, dan gain terendah adalah 0,2. Rata-rata gain siswa kelas kontrol IPA adalah 0,4. Hal ini menunjukkan kemampuan siswa kelas kontrol IPA dalam kalimat efektif meningkat dengan kategori sedang. Untuk lebih jelasnya, data dapat dilihat pada lampiran D.2.
Berdasarkan data perolehan skor tes awal dan tes akhir, peningkatan hasil belajar siswa pada kelas kontrol IPA, dapat dilihat pada grafik 5.3 di bawah ini.
Grafik 5.3
Peningkatan Hasil Belajar Kalimat Efektif Kelas Kontrol IPA
0 5 10 15 20 25 30
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31 33 35 37 39 41
Skor Tes Awal
(57)
244
Grafik di atas menggambarkan peningkatan hasil belajar di kelas kontrol IPA dari rata-rata skor teas awal 11,63, menjadi rata-rata 19,66 pada tes akhir. Ini berarti, tedapat peningkatan hasil belajar dalam kategori sedang.
2.2 Kelas Kontrol IPS
Tabel 5.4
Rata-Rata Kemampuan Kalimat Efektif Siswa Kelas Kontrol IPS
Kemampuan Jml. Siswa Tertinggi Terendah Rata-rata
Awal (tes awal) 36 15 7 9,61
Akhir (tes akhir) 36 23 13 16,36
N-gain 36 0,7 0,1 0,3
Skor Ideal=30
Berdasarkan tabel 5.4 skor tertinggi tes awal kelas kontrol IPS adalah 15, dan skor terendah adalah 7. Perolehan rata-rata skor sebelum pembelajaran adalah 9,61 . Hal ini menunjukkan kemampuan awal kalimat efektif yang tergolong rendah.
Setelah pembelajaran dengan model konvensional, diperoleh skor tertinggi adalah 23, dan skor terendah adalah 13. Rata-rata skor tes akhir adalah 16,36. Gain tertinggi adalah 0,7, dan gain terendah adalah 0,1. Rata-rata gain siswa kelas eksperimen IPS adalah 0,3. Hal tersebut menunjukkan adanya peningkatan kemampuan dengan kategori sedang. Untuk lebih jelasnya, data dapat dilihat pada lampiran D.4.
Berdasarkan data perolehan skor tes awal dan tes akhir, peningkatan hasil belajar siswa pada kelas kontrol IPS dapat dilihat pada grafik 5.4 di bawah ini.
(1)
agar siswa dapat bekerja sama, dan saling membantu mengatasi kesulitan yang dirasakan teman. Tantangan lainnya adalah diperlukan waktu yang lebih banyak sehingga siswa dapat menjadi lebih leluasa untuk mengembangkan kemampuan konsep yang dimilikinya.
Pembelajaran dengan model penemuan konsep membutuhkan manajemen waktu yang lebih baik. Penataan waktu yang khas pada penerapan model ini adalah penyediaan waktu tunggu. Hal tersebut membutuhkan empati dan kesabaran guru. Ini dilakukan guru terutama pada tahap penyajian data dan identifikasi konsep, Pemberian waktu tunggu dilakukan untuk memberikan kesempatan berpikir kepada siswa agar dapat menemukan konsep kalimat efektif melalui berpikir mandiri, atau diskusi kelompok. Hal tersebut ternyata memberikan hasil yang positif pada pembelajaran antara lain sebagai berikut.
(1) Berdasarkan hasil observasi terhadap aktivitas siswa, respons siswa menjadi lebih baik, dan rasa percaya diri siswa bertambah. Hal ini tampak pada keseriusan mereka berdiskusi, dan percaya diri untuk menuliskan hasil diskusi, serta berani berpendapat pada saat diskusi kelas.
(3) Kemampuan berpikir spekulatif berkembang. Hal ini tampak dari kemampuan siswa dalam menduga jawaban dengan baik pada saat pengerjaan LKS. Sementara di kelas kontrol, ketika siswa ragu-ragu menjawab, siswa lebih memilih mengosongkan jawaban.
(4) Saat diskusi kelompok maupun diskusi kelas siswa saling mendukung ide, dan interaksi menjadi bertambah.
(5) Siswa banyak bertanya. Ini terjadi saat siswa mencoba menguji pencapaian konsepnya, pada tahap kedua pembelajaran.
(2)
293
(6) Pencapaian siswa berkembang. Ini terlihat dari hasil pengerjaan LKS dan hasil tes akhir yang lebih baik. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Rowe (Sprenger 2011:40-41) bahwa waktu tunggu memberikan kesempatan berpikir yang lebih baik, dan harapan setiap siswa menjadi bertambah.
(3)
DAFTAR PUSTAKA
Akhadiah, S., dkk. (1988). Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.
Arends, R. I. (2008). Learning to Teach: Seventh Edition, atau Learning to Teach:
Belajar untuk Mengajar Edisi ketujuh/Jilid I, terj. Helly Prajitno Soetjipto
dan Sri Mulyantini Soetjipto. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Arikunto, S. (1993). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Asmani, J.M. (2011). 7 Tips Aplikasi Pakem (Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif,
dan Menyenangkan). Jogyakarta: Diva Press.
Brown, H.D. (1994). Teaching by Principles: An Interactive Approach to
Language Pedagogy. New Jersey: Prentice Hall Regents.
Brown, H.D. (2008). Prinsip Pembelajaran dan Pengajaran Bahasa, Edisi kelima, terjemahan Noor Cholis dan Yusi Avianto Pareanom. Jakarta: Kedutaan Besar Amerika Serikat.
Cahyani, I. (2011). Menulis Proposal Penelitian. Bandung: Bintang Warli Artika. Chaer, A. (2007). Kajian Bahasa: Struktur Internal, Pemakaian dan Pemelajaran.
Bandung: Rineka Cipta.
Chaer A. (2009). Psikolinguistik: Kajian Teoretik. Jakarta: Rineka Cipta.
Creswell, J.W. (2010). Research Design: Qualitative, Quantitative, and Mixed
Method Approaches Third Edition, atau Research Design: Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed, terj. Achmad Fawaid. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Dahar, R. W. (2011). Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Erlangga. Fraenkel, J.R. dan Norman E.W. (2008). How to Design and Evaluate Research in
Education. New York: McGraw-Hill.
Hartinah, S. (2010). Pengembangan Peserta Didik. Bandung: Refika Aditama. Iskandarwassid, dan Dadang S. (2009). Strategi Pembelajaran Bahasa. Bandung:
UPI bekerja sama dengan Rosda.
Joyce, B., dkk. (2009). Models of Teaching: Model-Model Pengajaran Edisi
Delapan, terjemahan Achmad Fawaid dan Ateilla Mirza. Yogyakarta:
(4)
303
Keraf, G. (1980). Komposisi. Ende-Flores: Nusa Indah.
Keraf, G. (1999). Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Kosasih, E. dan Yoce A. D. (2009). Menulis Karangan Ilmiah. Jakarta: Nobel
Edumedia.
Kuswara. (2010). “Penerapan Pendekatan Semiotik dengan Concept Attainment
Model bagi Peningkatan Kemampuan Mengkaji Puisi”. Disertasi Program
Studi Pendidikan Bahasa Indonesia, Sekolah Pascasarjana UPI, Bandung. Mahsun. (2007). Metode Penelitian Bahasa: Tahapan Strategi, Metode, dan
Tekniknya. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Mulyana, Y. (2000). “Keefektifan Model Mengajar Respons Pembaca dalam Pengajaran Pengkajian Puisi”. Disertasi Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia, Sekolah Pascasarjana UPI, Bandung.
Mulyati, Y. “Mengemas Pembelajaran Bahasa Indonesia secara Integratif”. Tersedia: http:// file.upi.edu. [25 Maret 2011].
Mulyati, Y. (2009). Bahasa dan Sastra dalam Perspektif Pendidikan. Bandung: Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FPBS UPI.
Muslich, M. (2010). Bahasa Indonesia pada Era Globalisasi. Jakarta: Bumi Aksara.
Nasution. (2010). Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Parera, J.D. (1982). Pelajaran Berbahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia. (2010). Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah. Bandung:
Yrama Widya.
Putrayasa, I.B. (2010). Kalimat Efektif: Diksi, Struktur, dan Logika. Bandung: Refika Aditama.
Riduwan. (2010). Metode & Teknik Menyusun Proposal Penelitian. Bandung: Alfabeta.
(5)
Rusyana, Y. (1984). Bahasa dan Sastra dalam Gamitan Pendidikan. Bandung: Diponegoro.
Sakri, A. (1993). Bangun Kalimat Bahasa Indonesia. Bandung: Penerbit ITB. Santrock, J.W. (2010). Psikologi Pendidikan, Edisi Kedua, terjemahan Tri
Wibowo. Jakarta: Kencana.
Sapriya. (2000). Studi Sosial: Konsep dan Model Pembelajaran. Bandung: Rimdi Press.
Semiawan, C., dkk. (1985). Pendekatan Keterampilan Proses. Jakarta: Gramedia. Smith, M. K., dkk. (2009). Teori Pembelajaran dan Pengajaran. Yogyakarta:
Mirza Media Pustaka.
Sopamena, O. (2009). “Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Keterampilan Proses Sins Siswa SMK pada Konsep Hasil Kali Kelarutan”. Tesis Pendidikan IPA Konsentrasi Pendidikan Kimia Sekolah Lanjutan Sekolah Pascasarjana UPI, Bandung.
Sprenger, M. (2011). Cara Mengajar agar Siswa Tetap Ingat. Alih bahasa Ikke Suhartinah. Jakarta: Erlangga.
Sudjana. (1989). Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.
Sugono, D. (2008). Buku Praktis Bahasa Indonesia Jilid 1. Jakarta: Pusat Bahasa. Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung:
Alfabeta.
Sulistiyo, J. (2011). 6 Hari Jago SPSS 17. Yogyakarta: Cakrawala.
Sumiati dan Asra. (2009). Metode Pembelajaran. Bandung: Wacana Prima. Syamri, L. O. “Model Belajar Penemuan dan Penerapannya dalam
Pembelajaran”. Tersedia: http://id.shvoong.com/. [23 September 2011]. Syamsuddin A. R. (1994). Dari Ide – Bacaan – Simakan Menuju Menulis Efektif:
Teori – Teknik – Redaksi. Bandung: Bumi Siliwangi.
Syamsuddin A. R. dan Vismaia S.D. (2007). Metode Penelitian Pendidikan
(6)
305
Tarigan, H.G. (1994). Menulis: Sebagai suatu Aspek Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.
Tarigan, H.G. (2009). Pengajaran Kompetensi Bahasa. Bandung: Angkasa.
Trianto. (2007). Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka.
Uno, H. B. (2010). Perencanaan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara. Wade, C. dan Carol T. (2007). Psychology,9th Edition, terjemahan Padang
Mursalin dan Dinastuti. Jakarta: Erlangga.
Wibowo, W. (2010). Tata Permainan Bahasa dalam Karya Tulis Ilmiah. Jakarta: Bumi Aksara.
“Tinjauan tentang Model Roman Jakobson.” Tersedia: www.lontar.ui.ac.id/pdf. [18 Desember 2011].