PENGARUH HASIL DIKLAT DAN MOTIVASI BERPRESTASI TERHADAP KINERJA GURU DI SMK.

(1)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN ... i

ABSTRAK ... ii

LEMBAR PERNYATAAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

UCAPAN TERIMA KASIH ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 9

1.3. Rumusan Masalah ... 10

1.4. Tujuan Penelitian ... 11

1.5. Manfaat Penelitan ... 11

1.6. Definisi Operasional ... 13

1.7. Asumsi ... 15

1.8 Lokasi Penelitian ……… 16

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pendidikan dan Pelatihan ……… 17

2.1.1. Pengertian Pendidikan Pelatihan ... 17

2.1.2. Tujuan Pendidikan dan Pelatihan ... 20 2.2. Hasil Pendidikan dan Pelatihan ...

2.2.1. Hasil Pendidikan dan Pelatihan berkaitan dengan kemampuan Koknitif, Afektif dan Psikomotor …. 2.2.2. Hasil Pendidikan dan Pelatihan yang diharapkan Dari kemampuan Kognitif ……… 2.2.3. Hasil Pendidikan Pelatihan yang diharapkan dari

kemampuan Afektif ………

22

24

25


(2)

2.2.4. Hasil Pendidikan dan Pelatihan ditinjau dari kemampuan Psikomotor ………... 2.2.5. Faktor faktor yang mempengaruhi hasil pendidik

dan pelatihan ………..

27

28

2.3. Motivasi Berprestasi ... 33

2.3.1. Pengertian Motivasi Berprestasi ………. 33

2.3.2. Karakteristik Motivasi Berprestasi ……….. 34

2.4. Kinerja Guru ……… ………. 2.4.1. Pengertian Kinerja Guru ………. 2.4.2. Penilaian Kinerja Guru ……….. 2.4.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Guru 2.5. Kerangka Pemikiran ………. 2.6. Hipotesis ………..……….. 39 39 42 44 45 52 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian ... 54

3.2. Populasi dan Sampel ………... 55

3.2.1. Populasi Penelitian ... 55

3.2.2. Teknik Pengambilan Sampel ... 55

3.3. Alat Pengumpulan Data ... 3.3.1. Angket dan Kuesioner ……….……… 3.3.2. Observasi ……….………. 58 58 59 3.4. Prosedur Penelitian ... 3.4.1. Penyusunan Instrumen ……… 3.4.2. Uji coba instrumen ………. 59 59 60 3.5. Teknik Pengolahan Data ... 3.5.1. Analisis Deskriptif ……….. 3.5.2. Pemeriksaan distribusi data ………. 3.5.3. Uji hipotesis ………. 62 62 63 65 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian ………..………. 69


(3)

4.1.2. Uji Analisis Data ... 75 4.1.3. Pengujian Hipotesis ... 76

4.2. Pembahasan Hasil Penelitian …..……….. 4.2.1. Pengaruh Hasil Diklat terhadap Kinerja Guru …..… 4.2.2. Pengaruh Motivasi Berprestasi terhadap

Kinerja Guru ……… 4.2.3. Pengaruh Hasil Diklat dan Motivasi

Berprestasi terhadap Kinerja Guru ………

91 91

92

94

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

5.1. Kesimpulan ... 5.2. Implikasi ………..… 5.3. Saran ………

95 96 98

DAFTAR PUSTAKA ... 100 LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 103


(4)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), sebagai salah satu lembaga pendidikan juga perlu diupayakan peningkatan kualitasnya agar mampu

berkontribusi melahirkan tenaga kerja yang ’fresh’ dan siap diterjunkan untuk

memenuhi kebutuhan tenaga kerja yang bugar. Pendidikan kejuruan merupakan pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta didik siap untuk bekerja dalam bidang tertentu. Pendidikan kejuruan sebagai bagian dari sistem pendidikan nasional yang bertujuan untuk menyiapkan tenaga kerja yang mempunyai keterampilan yang sesuai dengan kebutuhan dunia kerja dan memenuhi standar, sekarang ini mendapat perhatian besar dari masyarakat. Karena, dalam era globalisasi sekarang ini diperlukan keterampilan dan kemampuan untuk selalu dapat mengikuti perkembangan zaman yang terjadi dengan cepat.

Saat ini, pemerintah juga mencanangkan kebijakan yang boleh dikatakan spektakuler berkenaan dengan rasio perbandingan jumlah SMA dan SMK, dari 70: 30, menjadi 30: 70, pada tahun 2025. Sementara itu, untuk meningkatkan kualitas Sekolah Menengah Kejuruan, pemerintah melalui Direktorat Pembinaan SMK juga mencanangkan program 1000 SMK Bertaraf Nasional dan 200 SMK Bertaraf Internasional. (Mendiknas, Bambang Sudibyo).


(5)

Kenyataan menunjukkan masih adanya kualitas guru yang kurang kompeten serta penempatannya yang tidak sesuai dengan latar belakang pendidikan atau keilmuan. Kualitas guru sangat berpengaruh terhadap keberhasilan pembelajaran, sebab guru merupakan ujung tombak yang turut mewarnai proses pembelajaran. Di sisi lain, guru harus mampu memfasilitasi proses belajar siswa.

Peningkatan mutu pendidikan secara formal aspek guru mempunyai peranan penting dalam mewujudkannya, di samping aspek lainnya seperti sarana/prasarana, kurikulum, siswa, manajemen, dan pengadaan buku. Guru merupakan kunci keberhasilan pendidikan, sebab inti dari kegiatan pendidikan adalah belajar mengajar yang memerlukan peran dari guru di dalamnya.

Sementara itu Tilaar (1999: 104) menyatakan “peningkatan kualitas pendidikan

tergantung banyak hal, terutama mutu gurunya”. Dengan demikian jelaslah bahwa keberhasilan pendidikan yang terutama adalah faktor guru sebagai tenaga pendidikan yang profesional.

Menurut Syah (2002: 230), guru yang profesional adalah guru yang melaksanakan tugas keguruan dengan kemampuan tinggi (profisiensi) sebagai sumber kehidupan. Profil profesi guru menurut Tilaar (1999: 295) adalah 1) memiliki kepribadian yang matang dan berkembang, 2) memiliki penguasaan ilmu yang kuat, dan 3) memiliki keterampilan untuk membangkitkan minat peserta didik kepada ilmu pengetahuan dan teknologi, serta 4) mengembangkan profesi secara berkesinambungan.


(6)

Salah satu hal yang patut dipertimbangkan adalah bagaimana upaya untuk meningkatkan kualitas guru adalah dengan cara memberikan pendidikan dan pelatihan, sebab dengan kualitas guru yang meningkat maka guru akan berusaha untuk meningkatkan profesionalismenya, sehingga keberhasilan pendidikan akan tercapai.

Djemari (dalam Acu S, 2005: 3) menyatakan bahwa setiap tenaga pengajar memiliki tugas dan tanggung jawab terhadap tingkat keberhasilan siswa belajar dan keberhasilan guru mengajar. Seperti dikemukakan oleh Akadum (1999), yang menyatakan dunia guru masih terselingkung dua masalah yang memiliki mutual korelasi yang pemecahannya memerlukan kearifan dan kebijaksanaan beberapa pihak terutama pengambil kebijakan, (1) profesi keguruan kurang menjamin kesejahteraan karena rendah gajinya. Rendahnya gaji berimplikasi pada kinerjanya, (2) profesionalisme guru masih rendah.

Selain faktor di atas, faktor lain yang menyebabkan rendahnya profesionalisme guru antara lain disebabkan oleh, (1) masih banyak guru yang tidak menekuni profesinya secara utuh. Hal ini disebabkan oleh banyaknya guru yang bekerja di luar jam kerjanya untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari sehingga waktu untuk membaca dan menulis bagi peningkatan diri tidak ada, (2) belum adanya standar profesional guru sebagaimana tuntutan di negara maju, (3) kemungkinan disebabkan oleh adanya perguruan tinggi swasta sebagai pencetak guru yang lulusannya asal jadi tanpa memperhitungkan outputnya kelak di lapangan sehingga menyebabkan banyak guru yang tidak patuh terhadap etika profesi keguruan, (4) kurangnya motivasi guru dalam meningkatkan kualitas diri


(7)

karena guru tidak dituntut untuk melakukan penelitian bidang ilmu sebagaimana yang diberlakukan pada dosen di perguruan tinggi.

Menurut Syah (1988) dalam Usman (2001: 2), faktor lain yang menyebabkan rendahnya pengakuan masyarakat terhadap profesi guru yakni kelemahan yang terdapat pada diri guru itu sendiri, di antaranya rendahnya tingkat kompetensi profesionalisme mereka. Penguasaan guru terhadap materi dan metode pengajaran masih berada di bawah standar.

Tantangan lebih besar muncul dari Sekolah Menengah Kejuruan. Lembaga pendidikan ini tidak hanya menyiapkan siswa memiliki pengetahuan tentang bekerja, melainkan harus memiliki keterampilan yang dibutuhkan dan relevan dengan kebutuhan lapangan atau kebutuhan dunia industri/dunia kerja. Pada kenyataannya, tingkat relevansi kurikulum dan bahan ajar terhadap kebutuhan dunia industri masih rendah. Hal itu disebabkan pesatnya laju teknologi industri dan rendahnya kemampuan sekolah menyediakan mesin-mesin baru. Apalagi masih banyak SMK yang mengandalkan teori, dan tidak melaksanakan praktek yang optimal, karena terbatasnya peralatan (mesin). Dalam hal ini dikenal dengan sebutan SMK sastra.

Menurut Suryadi (1989: 3) kualitas guru dapat ditunjukkan dengan pengukuran terhadap tiga faktor utama yaitu kemampuan profesional, upaya profesional dan waktu yang dicurahkan untuk kegiatan profesional. Dengan demikian, untuk meningkatkan kualitas guru dan kinerja guru dalam kaitannya dengan usaha peningkatan kualitas pendidikan, guru harus mengikuti pendidikan dan pelatihan. Sedangkan menurut Bukit (2002: 503) kurangnya penguasaan guru


(8)

terhadap subtansi materi yang perlu diajarkan kepada siswa, keadaan ini didiagnosis berasal dari kurangnya pengalaman kerja guru di dunia industri/usaha, kurangnya kemauan guru untuk mengembangkan diri atas prakarsanya sendiri dan kurangnya gairah mengajar. Dalam usaha mengatasi permasalahan yang dihadapi guru seperti, guru yang kurang menguasai substansi materi yang akan diajarkan kepada peserta didik, serta kurangnya pengalaman kerja guru pada dunia usaha dan industri, dan kurangnya kemauan guru untuk mengembangkan diri atas pelaksanaannya sendiri, maka perlu adanya pembinaan yang kontinyu serta pendidikan dan pelatihan yang sistematis.

Upaya meningkatkan kualitas SMK, Pakpahan dalam Supriadi (2002: 224)

menyebutkan ”... dari sekitar 40 ribu guru SMK Negeri pada awal Pelita VI,

sebanyak 75% telah diantar dalam berbagai bidang keahlian”. Guru-guru dibekali dengan pengalaman bekerja di industri (industrial experience for the teachers) selama beberapa waktu, kegiatan ini merupakan bagian dari kegiatan penataran. Dengan demikian, para guru teknik mempunyai wawasan dan pengalaman yang sama dalam membimbing para siswanya.

Tarsono (dalam Acu S, 2005) menyatakan bahwa, penyelenggaraan suatu Pendidikan dan Pelatihan (diklat) sebagai salah satu pemberdayaan sumber daya manusia (SDM). Secara lebih khusus bahwa pendidikan dan pelatihan dilaksanakan dalam upaya peningkatan kompetensi yang meliputi pengetahuan, keterampilan dan sikap, sehingga diharapkan SDM menampilkan unjuk kerja (performance) yang lebih baik dalam melaksanakan tugas dan fungsinya. Alasan dilaksanakan pendidikan dan pelatihan karena (1) adanya hambatan dalam


(9)

melaksanakan tugas, (2) belum optimalnya kompetensi relevan yang dimiliki, (3) adanya kesenjangan akibat perkembangan ilmu dan teknologi. Dalam konteks pendidikan nonformal efektivitas penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan memerlukan pertimbangan beberapa hal antara lain: (1) dilihat berdasarkan basis pekerjaan atau fungsi, (2) pendidikan dan pelatihan yang diselenggarakan harus didasarkan pada analisis kebutuhan , (3) program pendidikan dan pelatihan harus terpadu secara logis dan sistematik, (4) program pendidikan dan pelatihan harus mengacu pada perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang relevan, (5) pendidikan dan pelatihan dilaksanakan berorientasi pada output dan out comes, (6) evaluasi dalam pendidikan dan pelatihan berorientasi pada evaluasi proses dan dampak.

Banyak program pelatihan yang bersifat peningkatan kompetensi, seperti pelatihan alih keterampilan, pelatihan manajemen bengkel bagi guru SMK. Sebagai upaya peningkatan kompetensi, SMK mengirim guru-gurunya untuk mengikuti pelatihan, baik guru normatif, adaptif maupun produktif, ke pusat-pusat pelatihan dengan durasi waktu 7 hari sampai 3 bulan, dan seluruh peserta menerima sertifikat sebagai bukti telah mengikuti pendidikan dan pelatihan.

Salah satu lembaga tempat melaksanakan kegiatan pendidikan dan pelatihan adalah Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidikan dan Tenaga Kependidikan Bidang Mesin dan Teknik Industri (PPPPTK BMTI) Cimahi, yang merupakan metamorfosis dari Pusat Pengembangan dan Penataran Guru Teknologi (PPPG Teknologi). Lembaga ini, sesuai tugas dan fungsinya ialah melaksanakan dikjartih (mendidik, mengajar dan melatih) bagi tenaga


(10)

kependidikan di SMK (tenik). Setiap tahunnya menyelenggarakan lebih dari 43 jenis kegiatan diklat dilaksanakan, yang meliputi kegiatan diklat di bidang teknik bangunan, teknik mesin, teknik elektro, teknik listrik, dan juga diklat bagi guru pendidikan umum dan sains. Bahkan, PPPPTK juga melaksanakan diklat bagi calon kepala sekolah, atau talenscouting, karya tulis ilmiah, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), bahasa Inggris, bahasa Inggris bagi guru produktif, ketatausahaan bagi tenaga tata usaha, kewirausahaan bagi kepala sekolah dan guru maupun jenis diklat lainnya. PPPPTK BMTI juga membuka program Works

Station (WS) atau diklat yang dilaksanakan di daerah.

Bachtiar (2003: 9) guru sebagai ujung tombak dalam keberhasilan proses pembelajaran, kepadanya tertumpu harapan untuk bisa melaksanakan program pemerintah antara lain meningkatkan mutu pendidikan. Pembelajaran merupakan jantung dari proses pendidikan dalam suatu institusi pendidikan. Pada tingkat mikro, pencapaian kualitas pembelajaran merupakan tanggung jawab profesional seorang guru, misalnya melalui penciptaan pengalaman belajar yang bermakna bagi siswa dan fasilitas yang didapat siswa untuk mencapai hasil belajar yang maksimal. Pada tingkat makro, melalui sistem pembelajaran yang berkualitas, lembaga pendidikan bertanggung jawab terhadap pembentukan tenaga pengajar yang berkualitas, yaitu yang dapat berkontribusi terhadap perkembangan intelektual, sikap, dan moral dari setiap individu peserta didik sebagai anggota masyarakat.

Menurut Bachtiar (2003: 53) pendidikan dan pelatihan adalah suatu bentuk kegiatan yang merupakan bagian pengembangan staf dalam usaha meningkatkan


(11)

kemampuan profesional personal sekolah terutama guru dengan cara mengubah sikap meningkatkan keterampilan dan pengetahuan. Dilihat dari tujuan yang ingin dicapai melalui pendidikan dan pelatihan guru teknik adalah untuk meningkatkan keterampilan guru dalam persiapan pembelajaran, proses pembelajaran, penguasaan bahan ajar, komite dan peningkatan motivasi mengajar. Selain melalui pendidikan dan pelatihan, motivasi juga dapat meningkatkan kinerja guru dalam proses pembelajaran di sekolah menengah kejuruan.

Menurut Hasibuan (1993: 95) motivasi berprestasi adalah pemberian daya penggerak yang menciptakan gairah kerja seseorang, agar mau bekerja sama, bekerja efektif, dan terintegrasi dengan segala upaya-upayanya untuk mencapai kepuasan. Guru yang mempunyai motivasi berprestasi yang tinggi akan bekerja dengan sebaik-baiknya, menyelesaikan tugas, tanggung jawab, berpikir akan kemajuan karirnya dan berorientasi ke masa depan. Di samping itu motivasi juga dapat menimbulkan kepuasan kerja, rasa senang dan bangga bisa melakukan pekerjaan yang kreatif, mampu melaksanakan pekerjaan sesuai kompetensinya, dengan demikian guru teknik mempunyai motivasi berprestasi yang tinggi untuk meningkatkan kinerja.

Pendidikan dan pelatihan untuk guru merupakan sasaran penting dalam manajemen sumber daya manusia, karena secara langsung maupun tidak langsung akan berpengaruh terhadap kinerja guru. Berdasarkan pengamatan di lapangan dan wawancara selama penulis melakukan penelitian dijumpai beberapa kelemahan dalam hal hasil pendidikan dan pelatihan di antaranya:


(12)

1. Masih ada guru yang belum mengikuti kegiatan pendidikan dan pelatihan, sehingga kompetensi profesionalisme dalam kegiatan pembelajaran belum berjalan secara optimal.

2. Guru yang kurang menguasai substansi materi yang akan diajarkan kepada peserta didik, serta kurangnya pengalaman kerja guru pada dunia usaha dan industri, dan kurangnya kemauan guru untuk mengembangkan diri atas pelaksanaannya sendiri.

Dalam hal motivasi berprestasi ditemui permasalahan bahwa pemberian penghargaan yang belum konsisten dilaksanakan oleh pihak sekolah kepada guru yang memiliki prestasi dan guru yang rajin mengajar, sehingga menurunkan motivasi berprestasi guru. Sedangkan dalam hal kinerja guru, didapat kendala rendahnya komitmen guru dalam melaksanakan program-program dan kegiatan pembelajaran di sekolah dan minimnya kreativitas yang dimiliki oleh guru, yang menyebabkan sekolah kurang berkembang, serta masih banyak guru yang tidak menekuni profesinya secara utuh, di mana masih ada guru yang bekerja di luar jam kerjanya untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.

Berdasarkan uraian di atas, penulis merasa tertarik untuk mengadakan penelitian lebih lanjut mengenai kinerja guru dalam proses pembelajaran di SMK dikaitkan dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya, yakni faktor pendidikan dan pelatihan serta faktor motivasi berprestasi.


(13)

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti merasa tertarik untuk

mengungkap ”Bagaimanakah pengaruh hasil diklat dan motivasi berprestasi terhadap kinerja guru dalam pembelajaran di SMK”.

Identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Beragamnya latar belakang dan pengalaman kerja guru yang menjadi peserta pendidikan dan pelatihan di PPPPTK BMTI.

2) Terjadinya need assessment guru dalam pelaksanaan proses pendidikan dan pelatihan bagi guru.

3) Berbagai jenis diklat yang dilaksanakan belum mengacu pada need assesment atau analisis kebutuhan diklat yang dilaksanakan sebelum dilaksanakannya diklat bagi guru SMK.

4) Peningkatan kualitas baru terfokus pada pemenuhan atau realisasi program kerja lembaga saja, belum berorientasi pada pendidikan dan pelatihan.

5) Pelaksanaan diklat belum mengacu pada peningkatan kinerja guru sebagai aktualisasi kompetensi guru.

6) Motivasi berprestasi guru dalam pelaksanaan pembelajaran masih rendah, yang menyebabkan menurunnya prestasi kerja (kinerja guru).

7) Kinerja guru belum berjalan dengan optimal, di mana guru belum berkomitmen secara maksimal dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran di sekolah. 8) Kinerja guru yang ditunjukkan melalui kreativitas guru dalam pembelajaran


(14)

1.3 Rumusan Masalah

Bertolak dari latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka permasalahan yang akan dideskripsikan dan dianalisis lebih lanjut dalam penelitian ini dirumuskan, sebagai berikut:

1) Seberapa besar pengaruh hasil diklat terhadap kinerja guru dalam pembelajaran di SMK?

2) Seberapa besar pengaruh motivasi berprestasi guru terhadap kinerja guru dalam pembelajaran di SMK?

3) Seberapa besar pengaruh hasil diklat dan motivasi berprestasi guru terhadap kinerja guru dalam pembelajaran di SMK?

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk menguji seberapa besar pengaruh hasil diklat yang diselenggarakan oleh PPPPTK-BMTI Bandung dan motivasi berprestasi guru terhadap kinerja guru dalam pembelajaran di SMK.

Sedangkan secara khusus, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan memperoleh informasi mengenai:

1) Pengaruh hasil diklat terhadap kinerja guru dalam pembelajaran di SMK. 2) Pengaruh motivasi berprestasi terhadap kinerja guru dalam pembelajaran

di SMK.

3) Pengaruh hasil diklat dan motivasi berprestasi secara bersama-sama terhadap kinerja guru dalam pembelajaran di SMK.


(15)

1.5 Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian ini diharapkan ada dua manfaat utama yaitu manfaat yang bersifat praktis dan bersifat teoritis, yaitu:

1) Manfaat Praktis

(a) Bagi penyelenggara pendidikan dan pelatihan dalam hal ini PPPPTK BMTI Bandung ialah memberikan umpan balik terhadap perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pelatihan serta pengembangan program pendidikan dan pelatihan dalam rangka memperbaiki sistem maupun model pendidikan dan pelatihan khususnya dalam rangka meningkatkan kinerja guru dalam layanan pembelajaran.

(b) Bagi guru peserta diklat atau guru lainnya di SMK ialah meningkatkan motivasi berprestasi guru untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan dan usaha lainnya dalam rangka meningkatkan sikap, pengetahuan dan keterampilan serta memperbaiki kinerja khususnya dalam pembelajaran.

(c) Bagi siswa SMK ialah peningkatan kinerja guru akan berdampak positif dalam kualitas pembelajaran sehingga akan meningkatkan kualitas output siswa SMK, yang lebih meningkat pengetahuan, sikap dan keterampilan.

(d) Bagi pengambil kebijakan: memberikan masukan pentingnya pendidikan dan pelatihan, motivasi berprestasi guru dan kinerja guru dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya menusia sehingga terdapat kebijakan yang mendukung upaya peningkatan kinerja guru dalam layanan pembelajaran.

2) Manfaat Teoritis

(a) Memberikan sumbangan pemikiran terhadap pendidikan dan pelatihan dan kinerja guru.


(16)

(b) Memberikan sumbangan pemikiran dalam penyusunan strategi pendidikan dan pelatihan dalam meningkatkan motivasi berprestasi guru dan kinerja guru (c) Memberikan sumbangan pemikiran terhadap kinerja guru dalam pembelajaran di SMK dan memecahkan permasalahan yang berhubungan dengan pembelajaran di SMK.

1.6 Definisi Operasional

Beberapa istilah yang menurut peneliti harus dijelaskan secara operasional untuk menghindari keanekaragaman penafsiran, berikut ini dikemukakan definisi operasional agar diperoleh kesatuan pemikiran, maka dibuat definisi operasional sebagai berikut:

1) Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) adalah penyelenggaraan kegiatan untuk mengembangkan staf dalam meningkatkan kemampuan profesional guru dengan cara mengubah sikap, keterampilan dan pengetahuan yang diselenggarakan oleh PPPPTK-BMTI Bandung. Dalam penelitian ini ukuran-ukuran pendidikan dan pelatihan adalah intensitas mengikuti pendidikan dan pelatihan, persepsi pendidikan dan pelatihan (tingkat kemanfaatan dan tujuan, materi pendidikan dan pelatihan, ketepatan metode pembelajaran, kuantitas dan kualitas media pembelajaran, penggunaan dan dukungan sarana pembelajaran).

2) Hasil Diklat. Pengertian hasil diklat dalam penelitian ini mengacu kepada pengertian hasil belajar yang dikemukakan oleh Nana Sujana (2008: 3)

bahwa, ”hasil belajar adalah perubahan tingkah laku yang mencakup aspek


(17)

(dalam hal ini adalah guru SMK) menerima pengalaman belajarnya melalui kegiatan pendidikan dan pelatihan. Dari pengertian hasil belajar terebut, dapat dikemukakan bahwa hasil diklat merupakan perilaku sebagai akibat proses belajar mengajar. Hasil pendidikan dan pelatihan dapat diukur melalui kegiatan penilaian. Penilaian dapat diartikan sebagai suatu tindakan untuk menilai sejauh mana tujuan-tujuan instruksional dapat tercapai atau sejauh mana materi yang diberikan dikuasai oleh siswa. Hasil penilaian dapat dilaporkan dalam bentuk nilai atau angka.

3) Motivasi berprestasi adalah dorongan dari dalam diri maupun dari luar yang memperngaruhi tingkah laku guru teknik SMK di Jawa Barat dalam berbuat untuk mencapai suatu tujuan dengan hasil yang terbaik. Dalam penelitian ini ukuran-ukuran yang dipergunakan dalam motivasi berprestasi adalah selalu berusaha unggul, menyelesaikan tugas sebaik-baiknya, tanggung jawab, dan suka bekerja keras.

4) Kinerja guru adalah prestasi capaian seorang guru SMK dalam melaksanakan tugas dari segi kualitas personal dan proses pelaksanaan tugas. Dalam penelitian ini ukuran-ukuran kinerjanya adalah Persiapan Pembelajaran, ketepatan penentuan kompetensi dasar terhadap standar kompetensi, relevansi penentuan dan pengembangan indikator hasil belajar, pengembangan pengalaman belajar dengan standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok dan indikator, pengintegrasian life skills dalam pengembangan pengalaman belajar, alokasi waktu, penjabaran indikator, kreativitas dalam menentukan sumber belajar dan kemampuan mengajar, penampilan,


(18)

pengelolaan dan pengorganisasian siswa, penguasaan materi, mengembangkan berbagai aktivitas belajar dengan berbagai teknik/pendekatan, penggunaan alat/bahan/media pembelajaran, penghargaan terhadap prestasi siswa, pemanfaatan waktu, memotivasi partisipasi siswa, penelitian terhadap proses dan hasil belajar dan mengakhiri pembelajaran. 1.7 Asumsi

1) Pendidikan dan pelatihan (diklat) merupakan salah satu upaya yang dilakukan untuk memberdayakan sumber daya manusia (SDM). Secara lebih khusus bahwa pendidikan dan pelatihan dilaksanakan dalam upaya peningkatan kompetensi yang meliputi pengetahuan, keterampilan dan sikap, sehingga diharapkan SDM menampilkan unjuk kerja (performance) yang lebih baik dalam melaksanakan tugas dan fungsinya. (Tarsono dalam Acu S, 2005) 2) Fandy Tjiptono dan Anastasia Diana (1998: 223) mengemukakan bahwa

tujuan pelatihan adalah untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap karyawan serta meningkatkan kualitas dan produktivitas organisasi secara keseluruhan. Dengan perkataan lain, tujuan pelatihan adalah meningkatkan kinerja dan pada gilirannya akan meningkatkan daya saing. 3) Mc. Clelland dalam (Miftah Thoha, 1983: 230) mengemukakan bahwa orang

yang memiliki motivasi berprestasi tinggi mempunyai karakteristik (1) suka mengambil risiko yang moderat, (2) memerlukan umpan balik yang segera, (3) memperhitungkan keberhasilan dan (4) menyatu dengan tugas.

4) Kinerja guru dipengaruhi oleh pendidikan dan pelatihan, motivasi berprestasi, pengalaman di dunia usaha dan industri, yang telah diikuti dan penguasaan


(19)

materi, perencanaan, metode/strategi dan evaluasi pembelajaran. Agar guru memiliki kinerja yang sesuai dengan harapan, maka setiap guru sudah seharusnya melewati tahap-tahap dalam tugasnya sebagai guru. Selain memiliki kompetensi dasar yang dibuktikan dengan Akta Mengajar maupun ijazah sarjana pendidikan, seorang guru agar menjadi lebih profesional di dalam melaksanakan tugasnya, maka guru tersebut harus ditingkatkan kemampuannya, melalui berbagai upaya. Salah satu upaya tadi ialah dilaksanakannya pendidikan dan pelatihan, baik yang sifatnya penyegaran maupun yang sifatnya berjenjang atau untuk menguasai kompetensi lanjutan. 1.8 Lokasi Penelitian

Penelitian ini bertempat di 5 SMK Negeri yang berada di Kota Bandung dan Cimahi.

TABEL 1.1 DATA SEKOLAH

No. Nama Sekolah Jenis Sekolah

1 SMKN 4 Bandung SMK BERTARAF NASIONAL 2 SMKN 6 Bandung SMK BERTARAF NASIONAL 3 SMKN 8 Bandung SMK BERTARAF NASIONAL 4 SMK Merdeka Bandung SMK BERTARAF NASIONAL

5 SMKN 1 Cimahi SMK NASIONAL BERTARAF INTERNASIONAL


(20)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1Pendekatan dan Metode Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh pendidikan dan pelatihan yang diselenggarakan oleh PPPPTK-BMTI Bandung dan motivasi berprestasi terhadap kinerja guru dalam pembelajaran di SMK. Berdasarkan tujuan yang akan dicapai dan rumusan masalah yang diajukan, penelitian ini termasuk penelitian korelasional dengan pendekatan kuantitatif, menggunakan metode analisis statistik deskriptif - inferensial teknik korelasi dan regresi baik tunggal maupun ganda.

Penelitian korelasional menurut Suryabrata (2003: 82) adalah penelitian yang digunakan untuk mengetahui hubungan fungsional antara dua variabel atau lebih baik hubungan terpisah (antar variabel) atau bersama-sama dimana variabel-variabel yang diteliti tersebut rumit dan tak dapat dimanipulasi dengan metoda eksperimen. Statistik deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan data yang diperoleh, sedang statistik inferensial digunakan untuk membuat kesimpulan. Sugiyono (2003: 169-170) menjelaskan bahwa statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan data yang terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan secara umum (generalisasi). Sedang statistik inferensial adalah teknik statistik yang digunakan untuk menganalisis data sampel dan hasilnya diberlakukan untuk populasi.


(21)

Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai dan rumusan masalah, penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, dengan menggunakan metode analisis statistik deskriptif.

3.2 Populasi dan Sampel 3.2.1 Populasi Penelitian

Populasi menurut Sumarsono (2004: 49) adalah ”kumpulan dari seluruh elemen atau individu-individu yang merupakan sumber informasi dalam suatu riset”. Karena penelitian ini berhubungan dengan pengaruh pendidikan dan pelatihan yang diselenggarakan oleh PPPPTK-BMTI Bandung dan motivasi berprestasi terhadap kinerja guru dalam pembelajaran di SMK maka yang menjadi populasi adalah para guru SMK yang telah mengikuti pendidikan dan pelatihan, yang diselenggarakan oleh PPPPTK-BMTI Bandung sebanyak 74 orang dan aktif mengajar di 5 SMK kelompok: teknologi dan industri Provinsi Jawa Barat.

3.2.2 Teknik Pengambilan Sampel

Kountur (2004: 137) mengatakan bahwa: ”Sampel adalah bagian dari populasi”. Sampel penelitian ini adalah sebagian dari populasi yang diambil sebagai sumber data dan dapat mewakili seluruh populasi. Berkaitan dengan teknik pengambilan sampel, Sevilla G. Consuelo (1993: 161) menyarankan, sepanjang sampel yang digunakan porsinya populasi, sehingga penemuan dan kesimpulan yang diperoleh dari sampling tersebut adalah sah (valid).

Penarikan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive

sampling. Teknik purposive sampling merupakan cara pengambilan sampel


(22)

Non-probability sampling sendiri adalah teknik yang tidak memberikan peluang atau

kesempatan yang sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sample (Sugiyono, 2008: 60).

Menurut Sumarsono (2004: 63), sampel yang purposif adalah sampel yang dipilih secara cermat, sehingga relevan dengan rancangan riset. Adapun pertimbangan yang digunakan sebagai kriteria dalam penentuan sampel responden penelitian adalah:

1. Responden pernah mengikuti pendidikan dan pelatihan di PPPPTK-BMTI Bandung.

2. Responden dan aktif mengajar di 5 SMK kelompok: teknologi dan industri Provinsi Jawa Barat.

Dalam melakukan penarikan sampel digunakan Rumus Slovin yang dikutip oleh Husein Umar (1998: 108) dengan tingkat kesalahan 10%.

Rumus yang dimaksud adalah 2

1 Ne

N n

 

n = ukuran sampel N = ukuran populasi

e = persentase kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang masih dapat diterima

Populasi Guru SMK sebanyak 74 guru, yang diambil berdasarkan jumlah jumlah guru pernah mengikuti pendidikan dan pelatihan di PPPPTK-BMTI Bandung dan aktif mengajar di 5 SMK kelompok: teknologi dan industri Provinsi Jawa Barat.


(23)

2 Ne 1 N n   2 ) 1 . 0 ( 74 1 74   n

n = 42 responden

Dengan menggunakan rumus tersebut, jumlah sampling yang harus diambil dari populasi sebanyak 74 orang, maka penulis mengambil sampel sebanyak 42 responden.

TABEL 3.1

SAMPEL PENELITIAN

No. Nama

Sekolah Jenis Sekolah

Jumlah Sampel 1 SMKN 4 Bandung SMK nasional

bertaraf internasional

8 guru

2 SMKN 6 Bandung SMK bertaraf nasional

8 guru

3 SMKN 8 Bandung SMK bertaraf nasional

8 guru

4 SMK Merdeka Bandung

SMK bertaraf nasional

8 guru

5 SMKN 1 Cimahi SMK nasional bertaraf

internasional

10 guru


(24)

3.3 Alat Pengumpulan Data

Data-data yang diperlukan, sesuai dengan fokus permasalahan penelitian, dikumpulkan melalui kuesioner dan observasi. Kuesioner digunakan melalui kuesioner dan observasi. Kuesioner digunakan untuk mengumpulkan data yang berhubungan dengan variabel-variabel seperti variabel bebas (X) yakni hasil diklat (X1), motivasi berprestasi (X2). Sedangkan untuk variabel terikat yakni kinerja guru dalam pembelajaran di SMK (Y) selain menggunakan kuesioner juga menggunakan observasi dan catatan-catatan atau dokumentasi tentang kinerja guru yang menjadi responden dalam penelitian ini.

3.3.1 Angket atau Kuesioner

Angket yang digunakan dalam bentuk tertutup. Angket atau kuesioner digunakan untuk menggali dan dapat mengungkapkan hal-hal atau informasi yang sifatnya rahasia sehingga data yang lebih lengkap, akurat dan konsisten. Bahan-bahan untuk penyusunan kuisioner ini juga dikumpulkan dari berbagai sumber melalui, observasi, dokumentasi dan konsultasi dengan dosen pembimbing.

Pertimbangan utama memilih alat pengumpul data tersebut adalah:

a) Agar hasil pengukuran terhadap variabel-variabel yang diteliti dapat dianalisa dan diolah secara statistik.

b) Dengan alat pengumpul data tersebut sangat memungkinkan memperoleh data yang objektif.

c) Penelitian dapat dilakukan dengan mudah serta dapat menghemat waktu, biaya dan tenaga.


(25)

3.3.2 Observasi

Observasi adalah cara pengumpulan data yang dapat dilakukan secara pengamatan langsung, sistematis dan sengaja melalui pengamatan dan pencatatan terhadap gejala yang diteliti. Kegunaan teknik observasi di dalam penelitian ini adalah untuk mengamati kinerja guru (Y) yaitu, kemampuan dalam rencana pelaksanaan pembelajaran dan kemampuan mengajar di SMK. Teknik observasi ini digunakan oleh peneliti pada saat melakukan penelitian. Pada saat kegiatan penelitian, peneliti terjun langsung ke lapangan. Dengan kata lain, peran peneliti adalah sebagai observer as participant (observer sebagai partisipan) yang turut aktif di lapangan mengikuti secara penuh aktivitas guna memperoleh data melalui pengamatan mengenai pelaksanaan proses pembelajaran berlangsung selama kegiatan pada SMK. Alat yang digunakan dalam observasi ini adalah panduan observasi, dan catatan sebagai dokumentasi.

3.4 Prosedur Penelitian 3.4.1 Penyusunan Instrumen

Pengembangan instrumen ditempuh melalui beberapa cara, yaitu (1) menyusun indikator variabel penelitian, (2) menyusun kisi-kisi instrumen, (3) melakukan uji coba instrumen, (4) melakukan pengujian validitas (perhitungan nilai skala) dan reliabilitas instrumen, (5) konsultasi dengan dosen pembimbing, dan menjadi landasan dalam menyusun item pertanyaan atau pertanyaan yang ada dalam kuisioner. Penjabaran variabel tersebut terlihat seperti pada tabel berikut:


(26)

1) Hasil Diklat (X1)

Hasil diklat yang digunakan dalam penelitian ini adalah nilai hasil dari pendidikan dan pelatihan dari peserta diklat yang diperoleh dari Seksi Evaluasi Bidang Fasilitasi Peningkatan Kompetensi (Fastingkom) PPPPTK BMTI Bandung.

2) Motivasi Berprestasi (X2)

Data yang dihasilkan dari penyebaran angket berskala pengukuran ordinal karena angket yang disebarkan menggunakan Skala Likert.

3) Kinerja Guru dalam Pembelajaran (Y)

Khusus untuk variabel Kinerja Guru dalam Pembelajaran (Y) menggunakan observasi dengan alat pencatatnya adalah rating scale. Djuju Sudjana (2000: 321) menyatakan bahwa ”... alat pencatat observasi adalah chek list, rating scale, denah, kamera foto, tape recorder dan lain sebagainya”.

3.4.2 Uji Coba Instrumen.

Sebelum instrumen diterapkan ke dalam penelitian sesungguhnya maka terlebih dahulu dilakukan uji coba untuk mengetahui tingkat validitas dan reliabilitas setiap item kuisioner. Dilakukan dengan dua cara, melalui Dosen pembimbing, justifikasi pakar, dan melalui uji coba pada sampel dengan karakteristik sama dengan responden penelitian yang sesungguhnya. Tujuan dari pelaksanaan uji coba instrumen penelitian adalah untuk menguji validitas dan reliabilitas instrumen tersebut. Hasil uji validitas kuesioner yang telah dijustifikasi dan uji validitas konstruk dapat dilihat pada lampiran.


(27)

1) Uji Validitas Instrumen Penelitian

Validitas adalah suatu ukuran yang mengajukan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan sesuatu intrumen. Uji validitas setiap item kuisioner dilakukan melalui prosedur dan penghitungan statistik. Dalam hal ini peneliti menggunakan rumus korelasi Product Moment r dari Pearson dengan taraf signifikasi 5%. r = (Riduwan, 2007: 62) dengan rumus:

Butir pertanyaan dinyatakan signifikan jika koefisien korelasi pada uji signifikansi nilai t hitung lebih besar dari t tabel. Menurut Sudjana (1986: 377) jika t hitung > t tabel, maka item dianggap valid. Dan sebaliknya apabila t hitung < t tabel maka butir item tersebut dianggap tidak valid.

2) Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian

Reliabilitas menunjukan sejauh mana tingkat kekonsistenan pengukurang dari suatu responden ke responden yang lain atau dengan kata lain sejauh mana pertanyaan dapat dipahami sehingga tidak menyebabkan beda interpretasi dalam pemahaman pertanyaan tersebut. Untuk menguji reliabilitas dalam penelitian ini, penulis mengacu kepada koefisien reliabilitas Alpha Cronbach dengan menggunakan Program SPSS.


(28)

3.5 Teknik Pengolahan Data 3.5.1 Analisis Deskriptif

Menurut Riduwan (2007: 27), analisis deskriptif adalah analisis yang menggambarkan suatu data yang akan dibuat baik sendiri, maupun secara kelompok. Tujuan analisis deskriptif adalah untuk membuat gambaran secara sistematis data yang factual dan akurat mengenai fakta-fakta serta hubungan antar fenomena yang diteliti.

Pengolahan dan analisis data dilakukan dengan cara kuantitatif dengan menggunakan statistik deskriptif-analitik. Penggunaan statistik deskriptif dimungkinkan untuk menghitung rata-rata (mean), varians, dan simpangan baku (standar deviasi) serta mendeskripsikan data dalam bentuk tabel dan diagram. Nilai rerata dari kelompok data ini diperkirakan dapat mewakili seluruh nilai data yang ada dalam kelompok tersebut. Adapun rumus-rumus yang digunakan adalah: (1) Menghitung rata-rata (means)

X =

n X

Keterangan:

X = rata-rata X

X = jumlah seluruh nilai X ∑n = jumlah anggota sampel (Sujana, 1992: 89)


(29)

S2 =   1

2 2

     

n n

X X

n

Keterangan:

n = banyaknya sampel X = jumlah skor X2 = jumlah kuadrat (Husaini Usman, 1995: 98)

(3) Menghitung standar deviasi (sd) Sd = S2

3.5.2 Pemeriksaan Distribusi Data

Adapun statistik analitik digunakan untuk menguji hipotesis, dalam hal ini analisis kolerasi dan regresi. Untuk menguji Hipotesis 1, Hipotesis 2 yang digunakan adalah analisis kolerasi dan regresi sederhan, sedangkan untuk menguji Hipotesis 3 digunakan analisis kolerasi chi square, dan regresi ganda.

Seperti apa yang dikemukakan Sudjana (1988: 367) bahwa jika data hasil pengamatan terdiri atas banyak variabel, yaitu seberapa kuat pengaruh antara variabel itu terjadi, perlu ditentukan derajat pengaruh antara variabel-variabel tersebut. Studi yang membahas pengaruh antara variabel-variabel ini dinamakan analisis kolerasi dan ukuran yang dipakai untuk mengetahui derajat hubungan ini dinamakan koefisien kolerasi.

Ada beberapa tahap perhitungan terlebih dahulu, sebelum menjadi hipotesis, yaitu terlebih dahulu menguji normalitas distribusi data.


(30)

1) Uji Normalitas

Pengujian normalitas dilakukan dalam rangka mengetahui apakah galat taksiran regresi variabel terikat (Y) terhadap variabel (X1 dan X2) berdistribusi normal atau tidak. Untuk itu dilakukan pengujian normalitas galat taksiran yang didasarkan pada asumsi bahwa harga variabel terikat (Y) harus independen dari harga variabel bebas (X1 dan X2) dan galat taksiran berdistribusi normal dengan rata-rata nol serta varians berharga konstan. Untuk mengujinya dilakukan dengan menggunakan Uji Chi-Square. (Usman, 2008: 278) Adapun kriteria pengambilan keputusan yang digunakan adalah:

Jika χ2hitung > χ2tabel maka distribusi data tidak normal Jika χ2tabel < χ2tabel maka distribusi data normal 2) Uji Homogenitas Varians

Uji homogenitas varians digunakan untuk menguji apakah kedua data tersebut homogeny, yaitu dengan membandingkan kedua variansnya. Jika kedua varians sama besarnya, maka uji homogenitas tidak perlu dilakukan lagi karena data-datanya sudah dianggap homogen. Namun untuk varians yang tidak sama besarnya, perlu diadakan pengujian homogenitas melalui uji kesamaan dua varians ini. (Usman, 2008: 133)

Uji homogenitas varians dalam penelitian ini dapat dilakukan dengan Uji Chi-Square. Uji Chi-Square dengan cara membandingkan nilai χ2hitung dengan χ2

tabel. Kriteria yang digunakan adalah jika χ2hitung < χ2tabel maka varians kelompok Y atas X1 adalah homogen.


(31)

3.5.3 Uji Hipotesis

Menurut Hasan (2005: 140), pengujian hipotesis adalah suatu prosedur yang akan menghasilkan suatu keputusan, yaitu keputusan menerima atau menolak hipotesis tersebut. Hipotesis digunakan pada bab I akan diuji, namun sebelum diuji hipotesis tersebut terlebih dahulu diubah menjadi hipotesis stratistik, yang terdiri atas ”hipotesis nol” yang bersimbol Ho dan ”hipotesis alternatif” yang bersimbol H1.

Hipotesis statistik.

1. H0 : b1 = 0

Tidak terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara hasil diklat terhadap kinerja guru.

H1 : b1 ≠ 0

Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara hasil diklat terhadap kinerja guru.

2. H0 : b2 = 0

Tidak terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara motivasi berprestasi terhadap kinerja guru.

H1 : b2 ≠ 0

Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara motivasi berprestasi terhadap kinerja guru.

3. H0 : b1,b2 = 0

Tidak terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara hasil diklat dan motivasi berprestasi secara bersama-sama terhadap kinerja guru.


(32)

H1 : b1,b2 ≠ 0

Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara hasil diklat dan motivasi berprestasi secara bersama-sama terhadap kinerja guru.

Rumus yang digunakan dalam menguji hipotesis bergantung pengujian normalitas distribusi data. Jika data terkumpul berdistribusi normal maka rumus yang digunakan adalah rumus untuk statistik nonparametrik. Rumus yang digunakan adalah rumus korelasi, chi square, dan regresi.

1) Analisis Korelasi

Analisis korelasi digunakan untuk mencari derajat hubungan antara variabel-variabel. Ukuran yang dipakai untuk mengetahui derajat hubungan dinamakan koefisien korelasi (Sudjana, 2002: 367).

Teknik korelasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Korelasi

Pearson Product Moment (Riduwan, 2007: 62) dengan rumus:

Menghitung korelasi dengan menggunakan koefisien korelasi Pearson

Product Moment, dengan simbol “r”, cara perhitungan yang ditempuh adalah

dengan cara manual dan menggunakan Program SPSS. Kuat tidaknya korelasi diukur dengan suatu nilai yang disebut koefisien Korelasi Pearson Product


(33)

Selanjutnya, untuk menentukan seberapa jauh perubahan Variabel X2 yang dipengaruhi oleh peningkatan Variabel Y, penulis menggunakan Metode Koefisien Determinasi dengan rumus sebagai berikut:

KD = r2 x 100% Di mana:

KD = Koefisien Determinasi r = Nilai Koefisien Korelasi

Pengujian lanjutan, yaitu uji signifikansi yang berfungsi apabila peneliti ingin mencari makna Variabel X2 terhadap Y, maka hasil korelasi Pearson

Product Moment tersebut diuji dengan Uji Signifikansi dengan rumus:

2

1 2

r r

n r thitung

  

Keterangan:

t = Probabilitas

r = Koefisien Korelasi Pearson n = Jumlah Responden

Keterangan:

= nilai korelasi dalam formulasi yang dihipotesiskan. Kaidah Pengujian:

Bila t hitung≥ t tabel maka Ho ditolak, H1 diterima.


(34)

2) Analisis Regresi

Regresi adalah suatu proses memperkirakan secara sistematis tentang apa yang paling mungkin terjadi di masa yang akan datang berdasarkan informasi masa lalu dan sekarang yang dimiliki agar kesalahannya dapat diperkecil. Regresi dapat juga diartikan sebagai usaha memprediksi perubahan. (Riduwan, 2007: 83).

Sesuai dengan hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini yaitu hipotesis 1 sampai 3, perlu analisis regresi linier sederhana untuk pengujiannya. Pengujian ini digunakan untuk mencari pengaruh antara variabel X1 (hasil diklat) dengan variabel Y (kinerja guru), varianel X2 (motivasi berprestasi) dengan variabel Y (kinerja guru). Uji regresi dihitung dengan analisis varians (ANAVA). Analisis ini digunakan untuk mencari pola hubungan fungsional antara variabel X1, X2, dengan variabel Y.


(35)

BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

5.1Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan hasil penelitian yang menggunakan metode analisis deskriptif kuantitatif didapat pokok-pokok kesimpulan, sebagai berikut:

1. Hasil Diklat memiliki pengaruh yang positif terhadap Kinerja Guru. Hasil perhitungan menunjukkan terdapat korelasi sebesar 0.423 (kategori cukup kuat) antara variabel Hasil Diklat dan kinerja guru. Hasil Diklat memberikan kontribusi terhadap kinerja guru sebesar 17,91 %. Melalui regresi dengan persamaan -30,726 +1,764X1 diasumsikan bahwa semakin tinggi nilai

yang didapat dari hasil diklat, maka kinerja guru juga akan semakin tinggi. 2. Motivasi berprestasi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja guru.

Terdapat hubungan antara variabel motivasi berprestasi dengan kinerja guru sebesar 0,581. Motivasi berprestasi memberikan kontribusi terhadap kinerja guru sebesar 33,76 %. Melalui regresi dengan persamaan -13,085+1,486X2 diasumsikan bahwa semakin tinggi motivasi berprestasi guru, maka kinerja guru juga akan semakin tinggi.

3. Terdapat pengaruh yang signifikan antara hasil diklat dan motivasi berprestasi terhadap kinerja guru SMK. Korelasi ganda menunjukkan bahwa variabel hasil diklat dan motivasi berprestasi mempunyai hubungan (korelasi) sebesar 0.686


(36)

terhadap kinerja guru. Kedua variabel tersebut memberikan kontribusi terhadap

kinerja guru sebesar 47,06 %. Melalui regresi berganda dengan persamaan

Y= - 80,998 + 1,36 X1+ 1,37 X2 diasumsikan bahwa semakin tinggi hasil diklat dan motivasi berprestasi guru, maka kinerja guru juga akan semakin tinggi. 5.2Implikasi

Dari hasil penelitian, dapat dikemukakan beberapa implikasi berkenaan dengan pemanfaatan hasil penelitian, maupun untuk hasil penelitian lanjutan. Berdasarkan hasil penelitian, implikasi pemanfaatannya dapat dikemukakan, sebagai berikut:

a. Hasil Diklat berpengaruh terhadap kinerja guru. Implikasi dari hal ini adalah semakin baik kualitas pendidikan dan pelatihan yang didapatkan oleh guru, akan semakin baik pula kinerja guru. Oleh karena itu, diperlukan manajemen diklat yang mengacu kepada kompetensi dan kebutuhan guru dan sekolah. Hal ini sejalan dengan pengertian pelatihan yang dikemukakan Ali, bahwa pelatihan adalah salah satu bentuk penyelenggaraan program pengembangan sumber daya manusia (SDM), sedangkan SDM merupakan faktor input penting dalam pembangunan. (Mohamad Ali, 2000: 143). Pelatihan adalah pembelajaran yang dipersiapkan agar pelaksanaan pembelajaran sekarang meningkat (kinerjanya). Fandy Tjiptono dan Anastasia Diana (1998: 223) mengemukakan bahwa tujuan pelatihan adalah untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap karyawan serta meningkatkan kualitas dan produktivitas organisasi secara


(37)

keseluruhan. Dengan perkataan lain, tujuan pelatihan adalah meningkatkan kinerja dan pada gilirannya akan meningkatkan mutu sekolah.

b. Motivasi berprestasi berkorelasi tinggi dengan kinerja guru. Hal ini berimplikasi bahwa semakin tinggi motivasi berprestasi seorang guru, maka akan semakin meningkat pula kinerja guru tersebut. Oleh sebab itu, diperlukan upaya untuk senantiasa meningkatkan motivasi berprestasi guru, guru harus dimotivasi untuk melakukan pembaruan ilmu dan pengetahuan yang dimilikinya secara terus menerus. Guru juga harus memahami penelitian guna mendukung terhadap efektivitas pembelajaran yang dilaksanakannya, sehingga dengan dukungan hasil penelitian guru tidak terjebak pada praktik pembelajaran yang menurut asumsi mereka sudah efektif, namum kenyataannya justru mematikan kreativitas para siswanya. Begitu juga, dengan dukungan hasil penelitian yang mutakhir memungkinkan guru untuk melakukan pembelajaran yang bervariasi dari tahun ke tahun, disesuaikan dengan konteks perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sedang berlangsung, sehingga semakin memotivasi guru untuk terus berprestasi.

a. Hasil Diklat dan motivasi berprestasi secara bersama-sama berpengaruh terhadap kinerja guru dalam pembelajaran di SMK. Implikasinya, kinerja guru dalam pembelajaran bias dijelaskan oleh variabel hasil diklat dan motivasi berprestasi. Untuk mengoptimalkan kinerja guru perlu diupayakan yang dapat mempengaruhi kinerja guru seperti pengetahuan, keterampilan, kecakapan, sikap dan perilaku.


(38)

Dengan demikian, kinerja guru dalam hal ini baik melalui pendidikan formal, maupun non formal untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan sangat perlu ditingkatkan untuk kepentingan peningkatan kinerja guru SMK. Sebagai implikasinya, maka dari pihak guru sendiri harus memiliki kemauan untuk terus meningkatkan pengetahuan dan keterampilan serta kompetensinya sehingga dapat menunjang pelaksanaan tugasnya sebagai pendidik, sedangkan bagi pihak kepala sekolah diharapkan perlu memberikan dorongan atau semangat kepada para guru untuk terus berusaha meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan kompetensinya.

5.3 Saran

Berdasarkan temuan penelitian dan implikasi penelitian, maka penulis merekomendasikan hal-hal, sebagai berikut:

a. Hasil diklat dan motivasi berprestasi ternyata berkontribusi positif terhadap kinerja guru. Hendaknya keadaan seperti ini dipertahankan bahkan kalau bisa ditingkatkan. Untuk menciptakan hal tersebut guru-guru perlu meningkatkan pengetahuan dan keterampilan tentang pendidikan dan pelatihan, baik atas inisiatif sendiri maupun prakarsa kepala sekolah atau pihak-pihak lain yang terkait.

b. Untuk kepala sekolah penulis menyarankan untuk dapat memotivasi guru agar meningkatkan kinerjanya. Ada beberapa skor dari kinerja guru yang rendah dan ini perlu diperhatikan oleh kepala sekolah selaku pembina hal-hal yang perlu


(39)

diperhatikan adalah memotivasi guru meningkatkan komitmennya dalam mengajar, memotivasi guru untuk menguasai bahan pelajaran, memotivasi guru mengajar tepat waktu dan rajin, memotivasi guru untuk peduli dalam memajukan sekolah, serta dalam memotivasi guru agar tugas yang diberikan oleh kepala sekolah guru membuat laporannya. Kepala sekolah juga dituntut untuk dapat menciptakan suasana yang harmonis di sekolah, menghargai guru dan memperhatikan kesejahteraan guru terutama berkaitan dengan keuangan guru kesemuanya dilakukan untuk memotivasi guru.

c. Dengan adanya beberapa keterbatasan dalam penelitian ini, kepada peneliti lain diharapkan untuk mengadakan penelitian sejenis lebih lanjut dengan mengambil wilayah penelitian yang lebih luas, sampel yang lebih banyak dan menggunakan rancangan penelitian yang lebih kompleks seperti eksperimen, etnografi dan lainnya, menggunakan mata pelajaran yang lebih banyak lagi, juga melakukan penelitian pada tingkat pendidikan yang lebih tinggi seperti pada siswa SMU atau Universitas, sehingga dapat ditemukan hasil yang lebih optimal dan bisa digeneralisasikan pada wilayah yang lebih luas.


(40)

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Ambo Enre, 1979. Pengaruh Motif Berprestasi dan Kapasitas

Kecerdasan terhadap Prestasi Belajar dalam Kelompok Akademis pada SMA Negeri di Sulawesi Selatan, disertasi, Bandung, FPS IKIP

Bandung.

Akadum. 1999. Potret Guru Memasuki Milenium Ketiga. Suara Pembaharuan. http://www.suara pembaharuan.com

Akdon & H. Sahlan. 2005. Aplikasi Statistika dan Metode Penelitian untuk

Administrasi dan Manajemen. Bandung: Dewa Ruci.

Arif, Z. 1982. Motif Berprestasi dan Tingkat Status Sosial Ekonomi sebagai

Faktor Determinatif terhadap Minat Belajar Orang Dewasa dalam Program Kejar Paket A. Program Pasca Sarjana IKIP Bandung: tidak

diterbitkan.

Arikunto, S. 1988. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Arikunto, Suharsimi. 2003. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Bachtiar, H. 2003. Perencanaan Pengajaran Bidang Studi. Edisi kedua. Bandung: Pustaka Ramadhan.

Bukit, M. 2002. Sejarah Pendidikan Teknik dan Kejuruan di Indonesia. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Dale Timpe, 1992. Kinerja; Penerjemah, Sofyan Cikmat, Seri 6: Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta: Elex Media Komputindo.

Darma. A. 1998. Perencanaan Pelatihan. Jakarta: Pusdiklat Pegawai Depdikbud. Direktorat Profesi Pendidik. 2005. Pembinaan Profesiolisme Tenaga Pengajar

(Pengembangan Profesionalisme Guru). Jakarta: Direktorat Jenderal

Pendidikan dasar dan Menengah Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama Depdiknas.

Indrajati Sidi, 2001. Menuju Masyarakat Belajar, Jakarta: Logos Wicara Ilmu. Komarudin Sastradipoera. 1994. Pengantar Manajemen Perusahaan. Jakarta:


(41)

Makmun. A. S, 2001. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakaya. Marzuki, S. 2008. Strategi dan Model Pelatihan. Malang: Jurusan PLS. Moekijat. 2002. Dasar-Dasar Motivasi, Bandung: Pionir Jaya.

Miftah Thoha. 1983. Perilaku Organisasi Konsep Dasar dan Aplikasinya. Jakarta: CV. Rajawali.

Mitchell, T.R. 1982. People in Organization: An Introduction to Organizational

Behaviour, 2nd ed. New York: McGraw Hill Book. Company.

Mohammad Ali. 2000. Analisis Keuntungan Mengikuti Pelatihan Kejuruan

Sebelum Bekerja dan Implikasi pada Kurikulum Sekolah Menengah.

Notoatmodjo, Soekidjo, 1992. Pengembangan Sumberdaya Manusia. Jakarta: Rineka Cipta.

Pakpahan, J. 2002. Sejarah Pendidikan Teknik dan Kejuruan di Indonesia. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Santosa, Singgih. 2000. Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik. Jakarta: PT Media Elek Komputindo.

Sedarmayanti. 2001. Sumber Daya manusia dan Produktivitas Kerja Bandung: Mandar maju.

Sevilla, Consuelo, G. 1993. Pengantar Metode Penelitian. Diterjemahkan oleh Alimuddin Tuwu. Jakarta: Universitas Indonesia Press.

Simamora Henry. 2001. Manajemen Sumber Daya Manusia, Penerbit STIE YKPN, Yogyakarta.

Soenarto. 2005. Metodologi Penelitian Pengembangan Untuk Peningkatan

Kualitas Pembelajaran. Departemen Pendidikan Nasional: Direktorat

Pembinaan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan Pendidikan Tinggi (PPTK dan KPT).

Sudjana, 2002, Metode Statistika, Bandung: Tarsito.

Sudjana, N. 1988. Cara Belajar Siswa Aktif. Bandung: Sinar Baru Sugiyono. 2003. Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabeta.


(42)

Sukmadinata, Nana Syaodih. 2006. Metode Penelitian Pendidikan Bandung: Remaja Rosda Karya.

Sulaeman, Dadang. 1988. Teknologi/Metodologi Pengajaran. Jakarta: PPLPTK Depdikbud.

Suryadi, Ace. 1989. Analisis Kebijakan Pendidikan: Suatu Pengantar, Bandung: Remaja Rosdakarya, 1989

Suryabrata, Sumadi. 1983. Metodologi Penelitian. Jakarta: CV Rajawali.

Supriadi, Dedi. 1998. Mengangkat Citra dan Martabat Guru. Yogyakarta: Adicita Karya Nusa

Surya, H. M. 1998. Peningkatan Profesionalisme Guru Menghadapi Pendidikan

Abad kke-21 (I): Organisasi & Profesi. Suara Guru No.7/1998.

_________. 2004. Membangun Bangsa Melalui Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Tilaar, H.A.R 1999. Beberapa Agenda Reformasi Pendidikan Nasional.Tera Indonesia.

Tjiptono, Fandy. 1997. Manajemen Jasa, Yogyakarta: Andi.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdiknas.

Usman, Husaini dan Akbar RPS. 2003. Statistika. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Winardi. 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta: Grafiti


(1)

keseluruhan. Dengan perkataan lain, tujuan pelatihan adalah meningkatkan kinerja dan pada gilirannya akan meningkatkan mutu sekolah.

b. Motivasi berprestasi berkorelasi tinggi dengan kinerja guru. Hal ini berimplikasi bahwa semakin tinggi motivasi berprestasi seorang guru, maka akan semakin meningkat pula kinerja guru tersebut. Oleh sebab itu, diperlukan upaya untuk senantiasa meningkatkan motivasi berprestasi guru, guru harus dimotivasi untuk melakukan pembaruan ilmu dan pengetahuan yang dimilikinya secara terus menerus. Guru juga harus memahami penelitian guna mendukung terhadap efektivitas pembelajaran yang dilaksanakannya, sehingga dengan dukungan hasil penelitian guru tidak terjebak pada praktik pembelajaran yang menurut asumsi mereka sudah efektif, namum kenyataannya justru mematikan kreativitas para siswanya. Begitu juga, dengan dukungan hasil penelitian yang mutakhir memungkinkan guru untuk melakukan pembelajaran yang bervariasi dari tahun ke tahun, disesuaikan dengan konteks perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sedang berlangsung, sehingga semakin memotivasi guru untuk terus berprestasi.

a. Hasil Diklat dan motivasi berprestasi secara bersama-sama berpengaruh terhadap kinerja guru dalam pembelajaran di SMK. Implikasinya, kinerja guru dalam pembelajaran bias dijelaskan oleh variabel hasil diklat dan motivasi berprestasi. Untuk mengoptimalkan kinerja guru perlu diupayakan yang dapat mempengaruhi kinerja guru seperti pengetahuan, keterampilan, kecakapan, sikap dan perilaku.


(2)

Dengan demikian, kinerja guru dalam hal ini baik melalui pendidikan formal, maupun non formal untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan sangat perlu ditingkatkan untuk kepentingan peningkatan kinerja guru SMK. Sebagai implikasinya, maka dari pihak guru sendiri harus memiliki kemauan untuk terus meningkatkan pengetahuan dan keterampilan serta kompetensinya sehingga dapat menunjang pelaksanaan tugasnya sebagai pendidik, sedangkan bagi pihak kepala sekolah diharapkan perlu memberikan dorongan atau semangat kepada para guru untuk terus berusaha meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan kompetensinya.

5.3 Saran

Berdasarkan temuan penelitian dan implikasi penelitian, maka penulis merekomendasikan hal-hal, sebagai berikut:

a. Hasil diklat dan motivasi berprestasi ternyata berkontribusi positif terhadap kinerja guru. Hendaknya keadaan seperti ini dipertahankan bahkan kalau bisa ditingkatkan. Untuk menciptakan hal tersebut guru-guru perlu meningkatkan pengetahuan dan keterampilan tentang pendidikan dan pelatihan, baik atas inisiatif sendiri maupun prakarsa kepala sekolah atau pihak-pihak lain yang terkait.

b. Untuk kepala sekolah penulis menyarankan untuk dapat memotivasi guru agar meningkatkan kinerjanya. Ada beberapa skor dari kinerja guru yang rendah dan ini perlu diperhatikan oleh kepala sekolah selaku pembina hal-hal yang perlu


(3)

diperhatikan adalah memotivasi guru meningkatkan komitmennya dalam mengajar, memotivasi guru untuk menguasai bahan pelajaran, memotivasi guru mengajar tepat waktu dan rajin, memotivasi guru untuk peduli dalam memajukan sekolah, serta dalam memotivasi guru agar tugas yang diberikan oleh kepala sekolah guru membuat laporannya. Kepala sekolah juga dituntut untuk dapat menciptakan suasana yang harmonis di sekolah, menghargai guru dan memperhatikan kesejahteraan guru terutama berkaitan dengan keuangan guru kesemuanya dilakukan untuk memotivasi guru.

c. Dengan adanya beberapa keterbatasan dalam penelitian ini, kepada peneliti lain diharapkan untuk mengadakan penelitian sejenis lebih lanjut dengan mengambil wilayah penelitian yang lebih luas, sampel yang lebih banyak dan menggunakan rancangan penelitian yang lebih kompleks seperti eksperimen, etnografi dan lainnya, menggunakan mata pelajaran yang lebih banyak lagi, juga melakukan penelitian pada tingkat pendidikan yang lebih tinggi seperti pada siswa SMU atau Universitas, sehingga dapat ditemukan hasil yang lebih optimal dan bisa digeneralisasikan pada wilayah yang lebih luas.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Ambo Enre, 1979. Pengaruh Motif Berprestasi dan Kapasitas Kecerdasan terhadap Prestasi Belajar dalam Kelompok Akademis pada SMA Negeri di Sulawesi Selatan, disertasi, Bandung, FPS IKIP Bandung.

Akadum. 1999. Potret Guru Memasuki Milenium Ketiga. Suara Pembaharuan. http://www.suara pembaharuan.com

Akdon & H. Sahlan. 2005. Aplikasi Statistika dan Metode Penelitian untuk Administrasi dan Manajemen. Bandung: Dewa Ruci.

Arif, Z. 1982. Motif Berprestasi dan Tingkat Status Sosial Ekonomi sebagai Faktor Determinatif terhadap Minat Belajar Orang Dewasa dalam Program Kejar Paket A. Program Pasca Sarjana IKIP Bandung: tidak diterbitkan.

Arikunto, S. 1988. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Arikunto, Suharsimi. 2003. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Bachtiar, H. 2003. Perencanaan Pengajaran Bidang Studi. Edisi kedua. Bandung: Pustaka Ramadhan.

Bukit, M. 2002. Sejarah Pendidikan Teknik dan Kejuruan di Indonesia. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Dale Timpe, 1992. Kinerja; Penerjemah, Sofyan Cikmat, Seri 6: Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta: Elex Media Komputindo.

Darma. A. 1998. Perencanaan Pelatihan. Jakarta: Pusdiklat Pegawai Depdikbud. Direktorat Profesi Pendidik. 2005. Pembinaan Profesiolisme Tenaga Pengajar

(Pengembangan Profesionalisme Guru). Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan dasar dan Menengah Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama Depdiknas.

Indrajati Sidi, 2001. Menuju Masyarakat Belajar, Jakarta: Logos Wicara Ilmu. Komarudin Sastradipoera. 1994. Pengantar Manajemen Perusahaan. Jakarta:


(5)

Makmun. A. S, 2001. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakaya. Marzuki, S. 2008. Strategi dan Model Pelatihan. Malang: Jurusan PLS. Moekijat. 2002. Dasar-Dasar Motivasi, Bandung: Pionir Jaya.

Miftah Thoha. 1983. Perilaku Organisasi Konsep Dasar dan Aplikasinya. Jakarta: CV. Rajawali.

Mitchell, T.R. 1982. People in Organization: An Introduction to Organizational Behaviour, 2nd ed. New York: McGraw Hill Book. Company.

Mohammad Ali. 2000. Analisis Keuntungan Mengikuti Pelatihan Kejuruan Sebelum Bekerja dan Implikasi pada Kurikulum Sekolah Menengah. Notoatmodjo, Soekidjo, 1992. Pengembangan Sumberdaya Manusia. Jakarta:

Rineka Cipta.

Pakpahan, J. 2002. Sejarah Pendidikan Teknik dan Kejuruan di Indonesia. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Santosa, Singgih. 2000. Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik. Jakarta: PT Media Elek Komputindo.

Sedarmayanti. 2001. Sumber Daya manusia dan Produktivitas Kerja Bandung: Mandar maju.

Sevilla, Consuelo, G. 1993. Pengantar Metode Penelitian. Diterjemahkan oleh Alimuddin Tuwu. Jakarta: Universitas Indonesia Press.

Simamora Henry. 2001. Manajemen Sumber Daya Manusia, Penerbit STIE YKPN, Yogyakarta.

Soenarto. 2005. Metodologi Penelitian Pengembangan Untuk Peningkatan Kualitas Pembelajaran. Departemen Pendidikan Nasional: Direktorat Pembinaan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan Pendidikan Tinggi (PPTK dan KPT).

Sudjana, 2002, Metode Statistika, Bandung: Tarsito.

Sudjana, N. 1988. Cara Belajar Siswa Aktif. Bandung: Sinar Baru Sugiyono. 2003. Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabeta.


(6)

Sukmadinata, Nana Syaodih. 2006. Metode Penelitian Pendidikan Bandung: Remaja Rosda Karya.

Sulaeman, Dadang. 1988. Teknologi/Metodologi Pengajaran. Jakarta: PPLPTK Depdikbud.

Suryadi, Ace. 1989. Analisis Kebijakan Pendidikan: Suatu Pengantar, Bandung: Remaja Rosdakarya, 1989

Suryabrata, Sumadi. 1983. Metodologi Penelitian. Jakarta: CV Rajawali.

Supriadi, Dedi. 1998. Mengangkat Citra dan Martabat Guru. Yogyakarta: Adicita Karya Nusa

Surya, H. M. 1998. Peningkatan Profesionalisme Guru Menghadapi Pendidikan Abad kke-21 (I): Organisasi & Profesi. Suara Guru No.7/1998.

_________. 2004. Membangun Bangsa Melalui Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Tilaar, H.A.R 1999. Beberapa Agenda Reformasi Pendidikan Nasional.Tera Indonesia.

Tjiptono, Fandy. 1997. Manajemen Jasa, Yogyakarta: Andi.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdiknas.

Usman, Husaini dan Akbar RPS. 2003. Statistika. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Winardi. 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta: Grafiti