PROGRAM BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN PENDEKATAN BIMBINGAN PERKEMBANGAN UNTUK MENINGKATKAN PENYESUSIAN DIRI MAHASISWA DALAM PERSIAPAN PERNIKAHAN PADA MAHASISWA JENJANG STRATA I JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA DI INSTITUT TEKNOLOGI HARAPAN BANGSA, BANDUNG TAHUN AKA
PROGRAM BIMBINGAN KELOMPOK UNTUK
MENINGKATKAN PENYESUAIAN DIRI MAHASISWA
DALAM PERSIAPAN PERNIKAHAN
(Studi Kuasi Eksperimen Berdasarkan Pendekatan Bimbingan dan Konseling Perkembangan pada Mahasiswa Jenjang Strata I di Institut
Teknologi Harapan Bangsa Tahun Akademik 2010/2011)
TESIS
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling
Oleh
Sekadanta Sembiring 1009543
SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG 2013
(2)
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul “Program Bimbingan Kelompok untuk Meningkatkan Penyesuaian Diri Mahasiswa dalam Persiapan Pernikahan” (Studi Kuasi Eksperimen berdasarkan pendekatan Bimbingan dan Konseling Perkembangan Pada Mahasiswa Jenjang Strata I Jurusan Teknik Informatika di Institut Teknologi Harapan Bangsa, Bandung Tahun Akademik 2010/2011), beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjipkalan ataupun pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko/sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.
Bandung, 22 Januari 2013
Yang membuat pernyataan
(3)
(4)
(5)
ABSTRAK
Sekadanta Sembiring. 2013. “Program Bimbingan Kelompok Dengan Pendekatan Bimbingan Perkembangan Untuk Meningkatkan Penyesusian Diri Mahasiswa Dalam Persiapan Pernikahan pada mahasiswa Jenjang Strata I Jurusan Teknik Informatika di Institut Teknologi Harapan Bangsa, Bandung Tahun Akademik 2010/2011)”. Pembimbing tesis : Dr. Anne Hafina, M.Pd dan Dr. Nani M. Sugandhi, M.Pd. Program Studi Bimbingan dan Konseling, Sekolah Pasca Sarjana Universitas Pendidikan Indonesia Bandung.
Penelitian bertujuan menghasilkan program bimbingan kelompok dengan pendekatan bimbingan dan konseling perkembangan meningkatkan penyesuaian diri mahasiswa dalam persiapan pernikahan. Metode penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif dengan non-equivalent control group design. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner penyesuaian diri mahasiswa dalam persiapan pernikahan. Temuan penelitian menunjukkan skor kelompok eskperimen lebih meningkat daripada kelompok kontrol. Dengan demikian, program bimbingan kelompok dengan pendekatan bimbingan perkembangan efektif untuk meningkatkan penyesuaian diri mahasiswa dalam persiapan pernikahan. Direkomendasikan kepada pihak ITHB agar pelaksanaan bimbingan dan konseling disesuaikan dengan kebutuhan mahasiswa, tugas-tugas perkembangan, prinsip-prinsip, strategi dan teknik bimbingan dan konseling. Kata Kunci: Program bimbingan kelompok, pendekatan bimbingan dan konseling
(6)
ABSTRACT
Sekadanta Sembiring. 2013. a group guidance program with development guidance approach to improve student’personal adjustmen in prepare to get married to Undergraduate Students of ITHB in Academic Year 2010/2011
Guidance and Counseling Study Program of Post Graduate School of Indonesia University of Education.
The Research was purposed to produce program of group guidance by using developmental guidance approach to improve students’ personal adjustmen prepare to get married. Study quantitative approach method quase experiemnt was used non-equivalent control group design used. The data were collected by questioner students’ personal adjustmen in prepare to get marreid. Based on invention of research, experiment group was more increase scores than control group. it concluded that the program of group guidance with development guidance and counseling approach is effective to improve students’ personal adjustmen prepare to get married. Recommended to the ITHB especially counselor to start implementation program in activiti group guidance and counseling. Based on need assignment, developmental task, principles, strategy
and method of guidance and counseling.
Key words: program of group guidance by using developmental guidance and Counseling approach to improve students’ personal adjustmen prepare to get married.
(7)
ABSTRAK i
KATA PENGANTAR ii
UCAPANTERIMA KASIH iii
DAFTAR ISI iv
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian 1
B. Identifikasi dan Perumusan Masalah 7 C. Tujuan Penelitian 8
D. Manfaat Penelitian 9 E. Asumsi 9
BAB II. BIMBINGAN KELOMPOK SERTA PENYESUAIAN DIRI MAHASISWA DALAM PERSIAPAN PERNIKAHAN A. Bimbingan Kelompok 12
B. Bimbingan Perkembangan 26
C. Karakteristk Perkembangan Mahasiswa 48
D. Pernikahan 54
E. Penyesuaian diri dalam Pernikahan 61
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi, Populasi dan Subjek Penelitian 72
B. Metode Penelitian 73
C. Definisi Operasional Variabel 75
D. Pengembangan Instrumen 77
E. Teknik Pengumpulan Data 82
(8)
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Temuan Studi Penelitian 87
B. Pembahasa Hasil Penelitian 96
C. Keterbatasan Penelitian 112 BAB V. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan 113 B. Rekomendasi 114
DAFTAR PUSTAKA 117 LAMPIRAN-LAMPIRAN
(9)
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian
Dalam perjalanan hidup manusia, terdapat tiga saat yang penting, yakni lahir, menikah, dan meninggal. Pernikahan merupakan penyatuan dua jiwa menjadi satu dan sebagai awal pembentukan keluarga. Keharmonisan dan kebahagian merupakan cita-cita dan harapan setiap orang, agar tercapai keharmonisan dan kebahagian dibutuhkan menyesuaian diri. Termasuk setiap orang yang menempuh pendidikan di perguruan tinggi (mahasiswa) yang akan mempersiapkan pernikahan. Melihat dari segi usia, mahasiswa sudah masuk ke masa dewasa awal, Masa usia mahasiswa meliputi rentang umur dari 18/19 tahun sampai 24/25 tahun rentang usia itu masih dapat dibagi-bagi atas periode 18/19 tahun sampai 20/21 tahun, yaitu mahasiswa dari semester I sampai semenster IV; dan periode waktu 21/22 tahun sampai 24/25 tahun, yaitu mahasiswa dari semester V sampai dengan semester VIII (Winkel dan Sri Hastuti, 2007: 157). Secara teoritis, tugas perkembangan mahasiswa yang berkenaan dengan hidup berkeluarga dibagi menjadi dua fase, yaitu fase pertama menitikberatkan pada perkembangan fisik dan seksual, serta pengaruhnya terhadap gejala-gejala psikososial. Fase kedua yaitu menitikberatkan pada aspek-aspek nilai-nilai, moral, sikap hidup, dan hubungan kemasyarakatan. Pada fase ini tugas perkembangan yang berkaitan dengan kehidupan berkeluarga merupakan tugas yang sangat penting dan harus diselesaikan dengan baik meskipun dirasakan sangat berat.
(10)
Sejalan dengan uraian Elizabeth Hurlock (1996:252) tugas-tugas perkembangan pada fase usia dewasa awal: (1) mulai bekerja; (2) memilih pasangan hidup;
(3) belajar hidup dengan pasangan; (4) mempersiapkan pernikahan dan hidup berkeluarga; (5) memelihara anak; (6) mengelola rumah tangga; (7) mengambil tanggung jawab sebagai warga Negara, dan (8) menemukan kelompok yang sosial yang serasi.
Pencapaian tugas perkembangan yang berkenaan dengan hidup berkeluarga sangat erat kaitannya dengan penyesuaian diri yang dimiliki oleh mahasiswa. Bila mahasiswa memiliki penyesuaian diri yang positif, maka ia akan lebih mampu mencapai tugas perkembangannya secara optimal, mampu mengontrol diri, bertanggungjawab mampu memecahkan dan mengatasi berbagai hambatan, mampu mengambil keputusan tanpa konflik dengan penuh pertimbangan yang matang dan dapat memilih alternatif keputusan dengan baik, memiliki kepercayaan diri, dan tidak khawatir terhadap masa depan.
Namun dalam hal ini tidak semua orang mampu menyesuaiakan diri dalam pernikahan, walaupun sudah matang dipersiapkan, sudah saling mengenal sebelumnya, namun perbedaan-perbedaan kecil dalam bentuk kebiasaan masing-masing dapat menjadi sumber kekesalan, pertengkaran dan menimbulkan masalah-masalah sehingga mengakibatkan individu mengalami gangguan penyesuaian diri (adjustment disorder). Dan tidak jarang sampai terjadi pertengkaran, kekerasan dalam rumah tangga, melarikan diri dari persoalan dan mencari ketenangan di rumah orang tua, tempat-tempat hiburan atau tempat apa saja di luar rumah, perselingkuhan dan bahkan sampai pada perceraian.
(11)
Nanette Miner (dalam Nurwijaya 2011:10), mengemukakan di Amerika Serikat mayoritas perempuan mulai selingkuh saat usia 20 - 40 tahun (78%). Sedangkan pria mulai selingkuh antara 30 - 40 tahun (78%). Dan 70 % lelaki beristri selingkuh, dan hanya 1% dari yang selingkuh tersebut meninggalkan istrinya.
Faktor penyebab perselingkuhan yaitu: (1) affair di dunia maya, mencari teman baru atau bertemu bekas pacar lama melalui facebook; (2) Masalah keuangan, berdebat tentang berapa banyak uang yang akan dihabiskan atau disimpan, ada pasangan sebelum menikah tidak tahu-menahu tentang latar belakang keuangan pasangannya, baru di ketahui setelah menikah pasangannya banyak utang; (3) Campur tangan orang lain, seperti ibu, ayah, saudara perempuan, teman-teman yang berkomentar negatif terhadap pasangan. selanjutnya beliau mengungkapkan Indonesia termasuk ranking keempat di dunia yang memiliki jumlah janda terbanyak. Cina 43 juta, India 42,4 juta, AS 13,6 juta, Indoniesia 9,4 juta, Jepang 7,4 juta, Rusia 7,1 juta, Brasil 5,6 juta, Jerman 5,1 juta, Banglades dan Vieatnam masing-masing 4,7 juta. Lebih dari 500 juta anak dan remaja bergantung dari janda-janda itu.
Ditambah lagi dengan kasus perceraian di Pengadilan Agama kota Bandung, meningkat dari tahun ketahun pada tahun 2009 ada sebanyak 1.600 perkara, 2010 ada 3.629 perkara yang masuk. Dan pada tahun 2011 jumlahnya meningkat sudah mencapai 3.795 perkara. “Dalam sehari tercatat sekitar 70 pasangan yang mendaftarkan perceraian” (Saifudin, 2011).
(12)
Di Los Angeles, Amerika Serikat angka perceraian dari pernikahan pertama berakhir dengan perceraian telah mencapai angka 50 persen dan Marin County, California, mencatat 70 persen dari semua pernikahan berakhir dengan perceraian, dan pernikahan yang kedua nyaris dua kali kecenderungannya untuk gagal dibanding pernikahan pertama. (Vanpelt, 2006:7).
Faktor – faktor penyebab pada tingkat perceraian yang bertambah dalam tahun-ketahun salah satunya adalah: (1) proses perceraian yang mudah, (2) kemunduran dalam kehidupan keluarga. Rumah sebagai terminal dimana anggota keluarga datang dan pergi dengan begitu singkat untuk tujuan masing-masing, (3) pernikahan dini dan kurangnya persiapan serta pendidikan, pernikahan dianggap suatu yang alami sehingga pernikahan dapat berhasil tanpa pendidikan khusus, (4) kemunduran dalam kehidupan rohani secara positif.
Angka-angka tersebut di atas menunjukkan bahwa hanya sedikit pasangan, berusaha mewujudkan keintiman, berusaha mewujudkan komitmen dan pengertian mendalam antar pasangan, dan bahkan banyak pasangan yang tetap menjalani pernikahan, namun dengan menunjukkan sikap dingin sehingga keharmonisan dalam rumah tangga tidak dicapai. Beberapa pasangan mempertahankan rumah tangganya hanya demi kepentingan anak-anaknya, namun pernikahan tetap terasa hambar.
Tahun-tahun pertama pernikahan merupakan masa rawan, bahkan dapat disebut sebagai era kritis karena pengalaman bersama belum banyak. Menurut Clinebell (2005) periode awal pernikahan merupakan masa penyesuaian diri, dan krisis muncul saat pertama kali memasuki jenjang pernikahan. Pasangan suami
(13)
istri harus banyak belajar tentang pasangan masing-masing dan diri sendiri mulai diperhadapkan dengan berbagai masalah. Dua kepribadian (suami maupun istri) saling menempa untuk dapat sesuai satu sama lain, dapat memberi dan menerima.
Data studi Puji Astuti (2010: 5) permasalahan dalam kaitan penyesuaian pernikahan menunjukkan terdapat berbagai perilaku komunikasi yang terjadi diantara mereka, seperti salah satu pasangan terutama istri lebih sulit untuk menahan diri untuk tidak merespon atau memotong perkataan suami yang belum selesai berbicara, baik suami maupun istri sulit mendengarkan pasangan dengan penuh perhatian dan konsentrasi, pasangan seringkali tidak menanyakan kembali hal-hal yang dirasa kurang dimengerti, suami istri kurang memperhatikan kondisi fisik dan psikis pasangannya, ketika menyampaikan suatu permasalahan dapat menjadi sumber perdebatan saling menyalahkan. Ada pula pasangan yang merasa kurang dihargai atau tersinggung, seperti berbicara dengan intonasi suara yang tinggi dan kata-kata yang tidak disukai pasangannya, membentak, melecahkan, muka masam atau cemberut.
Selain itu, seringkali suami atau istri merasa kurang mampu membahagian pasangannya dan merasa kurang memiliki kepercayaan terhadap pasangannya sehingga menghambat keterbukaan di antara mereka. Ada pula suami atau istri yang kurang terbuka dengan pasangannya mengenai berbagai hal seperti hubungan baik dengan mertua, kesesuaian minat dan aktivitas masing-masing. Mereka menganggap tidak penting untuk dibicarakan dan merasa permasalahan tersebut akan membebani pasangannya saja atau merasa cenderung menasehati dan menyalahkan sehingga suami maupun istri tidak mengungkapkan
(14)
permasalahn tersebut. Terdapat pula pasangan yang hanya memendam keinginan dan pendapatnya serta tidak mengkomunikasikannya pada pasangannya karena khawatir pendapatnya kurang didengar dan dihargai. Pada akhirnya, suami atau istri hanya berharap pasangannya mengetahui dan memahami keinginan tanpa ia mengkomunikasikannya secara terbuka.
Mengingat permasalahan yang akan dihadapi dan harus diatasi oleh setiap individu (mahasiswa) dituntut usaha-usaha penyesuaian diri sedini mungkin yang terus-menerus dari setiap pribadi sebelum mereka masuk ke dalam suatu wadah pernikahan. Salah satu layanan yang tepat diberikan kepada mahasiswa dalam membantu mereka untuk dapat menyesuaikan diri dalam pernikahan adalah bimbingan kelompok dengan pendekatan bimbingan perkembangan yang bertujuan untuk membantu mahasiswa membangun keutuhan pribadi melalui penataan penyesuaian diri menuju pernikahan yang diharapkan, dengan membekali mereka ilmu, pemahaman, keterampilan dan nilai-nilai yang bermanfaat, serta membantu mereka melepaskan diri dari masalah-masalah yang dapat mengganggu, sehingga muncul penerimaan, kesadaran dan kepercayaan diri serta mampu membuat keputusan yang tepat berkenaan dengan pernikahan, selanjutnya diharapkan mereka akan lebih bertanggung jawab dan berprilaku positif sehingga dapat menjalani kehidupan pernikahan yang harmonis.
Bimbingan perkembangan sebagai suatu proses perkembangan (developmental procces) yang menekankan kepada upaya membantu individu dalam seluruh fase perkembangannya yang menyangkut aspek-aspek vokasional, pendidikan, pribadi sosial (Shertzer & Stone, 1971:76; Myric & Stone, 1971:76;
(15)
Myrick dalam Kartadinata, 1996:99; dan Supriadi, 1997:7 dalam syamsu Yusuf & Juntika Nurihsan, 2008:53).
Program bimbingan perkembangan untuk meningkatkan penyesuaian diri mahasiswa dalam pernikahan, berdasarkan kepada empat komponen kegiatan yaitu : (1) layanan dasar; (2) perencanaan individual; (3) responsif; dan (4) dukungan sistem.
Berdasarkan uraian di atas, perlu dilakukan upaya untuk mengembangkan program layanan bimbingan dan konseling di perguruan tinggi, dalam rangka meningkatkan penyesuaian diri mahasiswa dalam mempersiapkan pernikahan, dengan kehadiran program bimbingan di perguruan tinggi memiliki makna tersendiri. Peneliti berpendapat, program bimbingan kelompok dengan pendekatan bimbingan perkembangan ini penting, melihat mahasiswa memiliki karakteristik tersendiri sehingga memerlukan layanan yang spesifiks.
B. Identifikasi dan Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasi permasalahan sebagai berikut:
Penyesuaian diri dalam pernikahan sangat penting dan betul-betul harus dibenahi dan ditingkatkan oleh setiap pasangan yang akan menikah, mengingat pernikahan sebagai ikatan lahir dan yang bertujuan untuk membentuk keluarga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan yang Maha Esa. Kunci keberhasilan dan kebahagian dalam hidup pernikahan terletak pada pengetahuan dan pemahaman yang dimiliki baik sebelum menikah maupun setelah menikah.
(16)
hal utama yang perlu dimiliki yaitu: penyesuaian dengan pasangan, sikap terhadap pernikahan, konsep pernikahan, persesuaian psikologis, dan memilih pasangan.
Berdasarkan uraian dan identifikasi masalah tersebut maka peneliti merumuskan dalam peryataan sebagai berikut : “Penyesuaian diri merupakan sebagai sumber kekokohan dan kesuksesan dalam pernikahan sehingga setiap orang yang akan menikah berupaya untuk dapat menyesuaikan diri terhadap calon pasangannya”.
Secara rinci rumusan masalah penelitian ini dijabarkan pada beberapa pertanyaan berikut:
1. Seperti apakah gambaran umum persiapan penyesuaian diri mahasiswa dalam mempersiapkan pernikahannya?
2. Seperti apa rumusan program bimbingan kelompok dengan pendekatan bimbingan dan konseling perkembangan untuk meningkatkan penyesuaian diri mahasiswa dalam persiapan pernikahan?
3. Apakah bimbingan kelompok dengan pendekatan bimbingan dan konseling perkembangan efektif untuk meningkatkan penyesuaian diri mahasiswa dalam persiapan pernikahan?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan menghasilkan program bimbingan kelompok dengan pendekatan bimbingan perkembangan untuk meningkatkan penyesuaian diri mahasiswa dalam mempersiapkan pernikahan.
(17)
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan yang positif bagi pengembangan teori maupun praktek bimbingan dan konseling.
Pertama, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi
pengembangan teori bimbingan dan konseling secara komprehensif, khususnya bimbingan kelompok dengan pendekatan bimbingan perkembangan yang terkait dengan penyesuaian diri dalam mempersiapkan pernikahan.
Kedua, hasil penelitian ini diharapkan juga dapat memperkaya ilmu
pendidikan di bidang bimbingan dan konseling, dengan memberikan konstribusi berupa program bimbingan kelompok dengan pendekatan bimbingan perkembangan bagi mahasiswa dalam meningkatkan penyesuaian diri dalam mempersiapkan pernikahan.
Ketiga, secara praktis hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai
informasi dan referensi bagi penelitian lebih lanjut tentang masalah yang sejenis. Referensi ini dapat digunakan oleh tim yang berperan sebagai bahan referensi bagi penelitian selanjutnya.
E. Asumsi
Acuan dalam merancang program bimbingan kelompok dengan pendekatan bimbingan perkembangan untuk meningkatkan penyesuaian diri mahasiswa dalam mempersiapkan pernikahan didasari asumsi sebagai berikut:
(18)
1. Pernikahan merupakan hal yang sangat penting yang harus dijalani seseorang dalam kehidupannya yang baru. Sebelum seseorang memutuskan untuk menikah perlu memperhatikan usia. Seperti dituliskan dalam undang-undang Perkawinan Bab II pasal 7 Ayat (1), dengan jelas dinyatakan bahwa umur sebagai salah satu syarat yang harus dipenuhi oleh seseorang yang hendak menikah. Usia menunjuk pada kematangan sseseorang, baik secara fisiologis maupun psikologis dalam menghadapi pernikahannya (walgito, 2009:23). 2. Pernikahan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita
sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan YangMaha Esa (walgito, 2009:11). 3. Setiap individu (mahasiswa) yang akan masuk ke wadah pernikahan
membutuhkan penyesuaian diri yang baik (good adjustment) agar tercipta suatu relasi suami – istri yang harmonis
4. Bimbingan kelompok dengan pendekatan bimbingan perkembangan yang bertujuan untuk membantu mahasiswa membangun keutuhan pribadi dan memperoleh pengetahuan, juga pemahaman melalui penataan penyesuiaan diri menuju suatu pernikahan yang diharapkan. maka salah satu strategi dan sistem penyampaian dalam bimbingan kelompok dengan strategi pelayanan dasar seperti bimbingan kelas, pelayanan orientasi, dan lain sebagainya. Melalui bimbingan kelompok dengan pendekatan bimbingan perkembangan ini para mahasiswa dapat memperoleh layanan bantuan untuk dapat meningkatkan penyesuaian dirinya dalam mempersiapkan pernikahan, serta dapat mencegah atau menghadapi masalah-masalah.
(19)
Kegiatan bimbingan kelompok diarahkan untuk mengembangkan seluruh kemampuan perkembangan individu yang meliputi kemampuan fisik, motorik, kecerdasan, sosial maupun emosional juga perencanaan kehidupan masa depan yaitu karir dan berkeluarga (myrick, 2003:).
Dalam upaya meningkatkan penyesuaian diri mahasiswa dalam mempersiapkan pernikahan agar tercipta kebahagian dan keharmonisan, maka pemberian layanan bimbingan kelompok merupakan kegiatan yang sangat penting dan dibutuhkan oleh mahasiswa (individu) dalam mempersiapkan pernikahan maupun dalam tahap pencarian atau penjajakan dalam mencari pasangannya kelak.
(20)
BAB III
METODE PENELITIAN
Pada bab III ini disajikan hal-hal yang berkaitan dengan pendekatan dan metode penelitian yang digunakan. Pokok bahasan bagian ini adalah lokasi dan subjek populasi penelitian, metode penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian, proses pengembangan instrumen, teknik pengumpulan data, dan analisis data.
A. Lokasi, Populasi dan Subjek Penelitian
Program bimbingan kelompok dengan pendekatan bimbingan perkembangan sebaiknya diberikan kepada seluruh mahasiswa, mengingat tugas – tugas perkembangan mahasiswa salah satunya yaitu mempersiapkan pernikahan dan mencari pasangan hidup. Perguruan tinggi berperan penting untuk memfasilitasi kebutuhan akan hal ini, penelitian ini mengambil lokasi di salah satu perguruan tinggi swasta yaitu Institut Teknologi Harapan Bangsa, jalan Dipatiukur No. 82-84 Bandung. Pertimbangan yang dilakukan neliti adalah sebagai berikut
1. Institut Teknologi Harapan Bangsa merupakan salah satu perguruan tinggi yang peduli akan tugas-tugas perkembangan mahasiswa salah satunya memberikan perbekalan pengetahuan tidak hanya secara akademis tetapi juga non akademis.
2. Mahasiswa mempunyai tugas-tugas perkembangan khususnya yang berkaitan dengan calon pasangan hidup dan penyesuaian diri menuju pernikahan.
(21)
3. Rentang usia 20 ke atas yang dikategorikan sebagai rentang usia dewasa awal yang mempunyai tugas-tugas perkembangan khususnya mencari pasangan hidup dan mulai memikirkan tentang pernikahannya.
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian, pada penelitian ini populasi mahasiswa Institut Teknologi Harapan Bangsa (ITHB) jurusan teknik informatika sebanyak 220. Dalam penentuan sampel ditentukan secara purposive dengan menggunakan mahasiswa dalam kelas utuh (natural setting).
Langkah penentuan sampel adalah dengan memilih kelas yang mempunyai karakteristik sama, seperti usia, tingkat, waktu belajar, dan fakultas yang sama. Dalam hal ini sampel yang dipilih adalah semester lima atau tingkat tiga jurusan Teknik Informatika mengingat rentang usia 20 ke atas yang dikategorikan sebagai rentang usia dewasa awal yang mempunyai tugas-tugas perkembangan khususnya mencari pasangan hidup dan mulai memikirkan tentang pernikahannya.
Langkah berikutnya penentuan kelompok dibagi dua yaitu: kelompok eksperimen yang diberikan perlakuan dan kelompok kontrol yang hanya diberikan perlakuan konvensional yang diberlakukan di Institut Teknologi Harapan Bangsa. (ITHB) Bandung. Sampel penelitian sebanyak 80 mahasiswa, yang terbagi menjadi dua kelompok, yakni kelompok eksperimen dan kelompok kontrol mahasiswa.
(22)
Sesuai dengan fokus, permasalahan, dan tujuan penelitian, pendekatan penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode kuasi eksperimen dengan non-equivalent control group design, baik pada kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol. Sugiyono (2008:107) berpendapat bahwa penelitian eksperimen diartikan sebagai metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang dikendalikan.
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa penelitian eksperimen adalah metode penelitian untuk mencari atau mengetahui suatu tindakan terhadap obyek yang diamati dan menguji hubungan sebab akibat. Penelitian eksperimen kuasi ini menggunakan desain pretest-posttest control group dengan melibatkan kelompok kontrol dan disertai dengan pemberian tes awal adan tes akhir. Desian penelitian yang digunakan Nonequivalent control
group design adalah sebagai berikut :
O1 X O2 ...
O3 O4
O1 dan O3 sebelum ada perlakuan, O2 setelah diberikan perlakuan dan O4 adalah yang tidak diberikan perlakuan. Pengaruh program bimbingan kelompok terhadap penyesuaian diri mahasiswa dalam persiapan pernikahan adalah (O1 - O2) – (O4 - O3)
Desain kuasi eksperimen ini adalah untuk melihat apakah program bimbingan kelompok dengan pendekatan bimbingan perkembangan dapat
(23)
meningkatkan penyesuaian diri mahasiswa dalam mempersiapkan pernikahan. Tahap pelaksanaannya yaitu kedua kelompok (kelompok eksperimen dan kelompok kontrol) diberikan tes awal dengan yang sama. Setelah diberikan tes awal (pretest), pada kelompok eksperimen diberikan perlakuan (bimbingan kelompok dengan pendekatan bimbingan pekembangan sedangkan pada kelompok kontrol yang hanya diberikan perlakuan konvensional yang diberlakukan di Institut Teknologi Harapan Bangsa Bandung. Kemudian sesuai dengan disepakati, maka kedua kelompok diberikan tes yang sama sebagai test akhir (post-test). Hasil dari tes awal dan akhir pada akhir pada masing-masing kelompok diperbandingkan (uji perbandingan) demikian juga antara hasil tes awal dan tes akhir pada kelompok eksperimen dan antara hasil tes dari kedua kelompok menunjukkan pengaruh dari perlakuan yang diberikan.
B. Definisi Operasional Variabel
Untuk menjelaskan ruang lingkup penelitian ini perlu ditegaskan defenisi operasional yang merupakan konsep pokok penelitian ini. Istilah yang perlu didefinisikan secara operasional adalah:
1. Program Bimbingan Kelompok Berdasarkan Pendekatan Perkembangan
Program bimbingan kelompok berdasarkan pendekatan perkembangan pada penelitian ini diartikan sebagai bimbingan yang diberikan oleh konselor kepada mahasiswa Institut Teknologi Harapan Bangsa Bandung, bertujuan untuk membekali mahasiswa memahami kelima aspek penyesuaian diri dalam persiapan
(24)
pernikahan yaitu: penyesuaian pasangan, sikap pribadi, konsep pernikahan, persesuaian psikologis dan memilih pasangan melalui bimbingan kelompok dengan pendekatan bimbingan pekembangan. Program bimbingan kelompok dengan pendekatan bimbingan perkembangan ini menggunakan teknik seperti : ceramah, peputaran film, diskusi, dan tanya jawab.
2. Penyesuaian Diri dalam Persiapan Pernikahan
Penyesuaian diri dalam persiapan pernikahan mahasiswa Institut Teknologi Harapan Bangsa Bandung angkatan 2010/2011, semester lima atau tingkat tiga pada penelitian ini diartikan sebagai upaya untuk memperoleh pengetahuan, pemahaman, nilai-nilai dan keterampilan yang bermakna dalam persiapan pernikahan.
Penyesuaian diri tersebut ditandai dengan: pengendalian diri, rasa aman, bertanggung jawab, mampu mengatasi masalah, mampu memberi dan menerima kasih sayang (affeksi), memiliki komitmen, taat beribadah, toleransi, asal-usul/budaya, pekerjaan, dan usia.
Berikut ini adalah rincian kisi-kisi serta komposisi pernyataan indikator:
ASPEK INDIKATOR
Penyesuaian dengan pasangan a. Pengendalian diri b. Memiliki rasa aman. Sikap pribadi a. Bertanggung jawab
b. Mampu mengatasi masalah Konsep Pernikahan a. Komitmen.
b. Memberi dan menerima kasih sayang (affeksi) Persesuaian psikologis a. Taat beribadah
b.Toleransi
(25)
C. Pengembangan Instrumen
Alat pengumpul data adalah angket (untuk mengungkap tentang penyesuaian diri dalam persiapan pernikahan)
1. Kisi–kisi intrumen
Data tentang profil penyesuian diri mahasiswa diungkap melalui alat pengumpul data berbentuk angket. Angket tersebut dikonstruksi sendiri oleh peneliti berdasarkan konsep dan teori yang relevan.
Angket ini disusun dalam bentuk force choice berupa pertanyaan yang
bersifat positif dan negatif dengan alternatif jawaban “Ya” dan “Tidak”
penggunaan forsce choice ini dipilih untuk memperoleh gambaran yang tegas
mengenai penyesuaian diri mahasiswa dalam persiapan pernikahan. Jawaban “Ya untuk pernyataan yang sesuai dengan diri mahasiswa, dan jawaban “Tidak” untuk
menyatakan yang tidak sesuai dengan diri mahasiswa. Sebelum menyusun butir penyataan, terlebih dahulu dirumuskan kisi-kisi instrumen. Dengan demikian butir penyataan merupakan penjabaran dari kisi-kisi instrumen yang dirumuskan. Lebih lanjut kisi-kisi instrumen dapat dilihat sebagai berikut:
b. Pekerjaan c. Usia
(26)
Tabel 3.1
Kisi-Kisi Instrumen Penyesuaian Diri Dalam Persiapan Pernikahan
Aspek Indikator No. Item ∑
Penyesuaian dengan pasangan Pengendalian Diri 1-5 5
Rasa Aman 6-11 6
Sikap Pribadi Bertanggung jawab 12-16 5
Mampu mengatasi masalah. 17-22 6
Konsep Pernikahan Komitmen 23-27 5
Memberi dan menerima kasih sayang (affeksi)
28-32 5
Persesuaian Psikologis Taat beribadah 33-37 5
Toleransi 38-42 5
Memilih Pasangan Asal-usul/ budaya 43-47 5
Pekerjaan 48-52 5
Usia 53-55 3
Jumlah 55
2. Penimbangan Intrumen
Penimbangan instrumen dilakukan untuk memperoleh item angket yang layak dipakai, setiap item yang dikembangkan sebanyak 70 item dikoreksi oleh tiga orang penimbang untuk dikaji secara rasional dari segi isi dan redaksi item, serta ditelaah kesesuaian item dengan aspek-aspek yang akan diungkap. Ketiga penimbang tersebut adalah Prof. Dr. Syamsu Yusuf, M.Pd., Dr. Mubiar Agustin, M.Pd., dan Dr. Ipah Sapiah, M.Pd. Mereka pakar bimbingan dan konseling yang memiliki keahlian dan pengalaman yang memadai, dan berkualifikasi pendidikan
(27)
doktor bimbingan dan konseling. Setiap penimbang memberikan koreksinya terhadap item yang menurut penimbang kurang layak, baik secara konstruk maupun bahasanya, dilakukan revisi seperlunya sesuai dengan saran-saran para penimbang tersebut.
Pada langkah berikutnya, sebelum dilakukan uji coba intrumen, dihadirkan para mahasiswa semester lima sebanyak enam orang untuk melakukan uji keterbacaan terhadap setiap butir item dalam instrumen. Setiap masukan yang diberikan dijadikan bahan untuk perbaikan dan pengembangan instrumen yang akan diujicobakan.
3. Uji Validitas dan Reabilitas Instrumen
Dalam penelitian ini, diperlukan instrumen-instrumen yang memenuhi standar tertentu minimal validitas dan reabilitas. Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan sesuatu instrumen. Instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan. (Arikunto, 2006:168).
Hasil penilaian dari uji validasi ini berupa penilaian pada setiap item instrumen yang dikelompokkan dalam kualifikasi memadai (M) dan tidak memadai (TM). Pernyataan yang telah berkualifikasi memadai dapat digunakan untuk mencari data penelitian yang dibutuhkan. Sedangkan dalam kualifikasi tidak memadai terdapat dua kemungkinan, yaitu: pernyataan direvisi, dan dironbak total. Kemudian, pengujian validitas emperis dilakukan terhadap 30
(28)
mahasiswa melalui analis item dengan menggunakan teknik uji korelasi antara skor yang diperoleh dari setiap item dengan skor total item dari setiap responden. Uji Validitas yang digunakan untruk instrumen pengetahuan yang berupa skor dikotomi yaitu bernilai 0 dan 1 digunakan korelasi point biserial dengan rumus sebagai berikut:
i x
x
M M p
rpb
S q
(Saifudin Azwar, 2004:19)
Dengan:
Mi = Rata-rata skor dari subjek-subjek yang menjawab betul item yang dicari korelasinya dengan tes
Mx = Rata-rata skor total Sx = Standar deviasi skor total
p = proporsi subjek yang menjawab betul item tersebut q = 1-p
Suatu pertanyaan dikatakan valid dan dapat mengukur variabel penelitian yang dimaksud jika nilai koefisien validitasnya lebih dari atau sama dengan 0,300 (Kaplan & Saccuzo, 1993). Hasil perhitungan terhadap 70 butir penyataan untuk instrumen penyesuain diri, diperolah item soal yang tidak valid sebanyak 15, sehingga total pernyataan valid adalah 55 butir penyataan. Adapun hasil uji coba validitas angket penyesuaian diri digambarkan pada:
(29)
Tabel 3.1
Hasil Analisis Butir Angket Penyesuaian Diri Dalam Persiapan Pernikahan
Aspek Indikator
Jumlah Butir Asal Signifikan Tidak
signifikan Penyesuaian dengan
pasangan
Pengendalian Diri 6 5 1
Rasa Aman 7 6 1
Sikap Pribadi Bertanggung jawab 6 5 1
Mampu mengatasi masalah 7 6 1
Konsep Pernikahan Komitmen 6 5 1
Memberi dan menerima kasih sayang (affeksi)
6 5 1
Persesuaian Psikologis
Taat beribadah 6 5 1
Toleransi 6 5 1
Memilih Pasangan Asal-usul/ budaya 6 4 2
Pekerjaan 7 5 2
Usia 7 4 3
Jumlah 70 55 15
untuk perhitungan yang lebih jelas, dapat dilihat pada lampiran
Setelah diuji validitas setiap pernyataan, selanjutnya alat pengumpul data tersebut diuji tingkat realiabilitasnya. Reliabiltas berhubungan dangan masalah ketepan atau keajegan tes. Reliabilitas menunjukkan sejauh mana tingkat kekonsistenan pengukuran dari suatu responden ke responden yang lain atau dengan kata lain sejauh mana pertanyaan dapat difahami sehingga tidak
(30)
menyebabkan beda interpretasi dalam pemahaman pertanyaan tersebut. Sekumpulan pertanyaan untuk mengukur suatu variabel dikatakan reliabel dan berhasil mengukur variabel yang kita ukur jika koefisien reliabilitasnya lebih besar atau sama dengan 0,700 (Kaplan, 1993:128).
Uji reliabilitas yang digunakan untuk instrumen pengetahuan adalah teknik Koefisien Reliabilitas Kuder Richardson 20 (KR-20). Teknik tersebut adalah sebagai berikut.
21 1 20 x S p p k k KR Dengan:
k = banyaknya item
Sx2 = varians skor total
p = proporsi subjek yang menjawab betul item tersebut
(Saifudin Azwar, 2004:82)
D. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data mengenai penyesuaian diri mahasiswa dalam mempersiapkan pernikahan mahasiswa semester V jurusan informatika di Institut
(31)
Teknologi Harapan Bangsa Bandung, maka digunakan alat pengumpulan data berupa:
a. angket.
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data tentang penyesuaian diri mahasiswa dalam mempersiapkan pernikahan. Untuk memperoleh data tersebut, dalam penelitian ini menggunakan instrumen kuesioner penyesuaian diri mahasiswa dalam persiapan pernikahan. Instrumen ini berbentuk skala Gutmann. skala terdiri atas sejumlah pernyataan yang semuanya menunjukkan kesadaran mahasiswa tentang penyesuaian diri dalam persiapan pernikahan. Berikut ini kisi-kisi dari intrument penyesuaian diri dalam mempersiapkan pernikahan.
ASPEK INDIKATOR
Penyesuaian dengan pasangan Pengendalaian Diri Rasa Aman
Sikap pribadi Bertanggung jawab
Mampu mengatasi masalah
Konsep Pernikahan Komitmen.
memberi dan menerima kasih sayang (affeksi)
Persesuaian psikologis Taat Beribadah Toleransi
Memilih pasangan Asal-usul/budaya
Pekerjaan Usia
(32)
Dari kisi-kisi intrumen angket di atas, terdapat 55 pertanyaan untuk setiap
pernyataan, disediakan alternatif tanggapan yang tegas yaitu “Ya” dan “Tidak”. jika penyataan positif maka mahasiswa menjawab “Ya” akan mendapat skor 1 dan apabila menjawab “Tidak” maka skornya 0. Begitupun jika pernyataan negatif,
bila mahasiswa menjawab “tidak” maka diberi skor 1 begitupun sebaliknya.
b. Kelompok Eksperimen
Sampel ini ditentukan dari hasil skor rata-rata pretes di semester lima kelas A berjumlah 39 mahasiswa dengan skor rata-rata 42.23 sedangkan kelas B berjumlah 41 mahasiswa dengan skor rata-rata 34.32 yang menjadi kelompok eksperimen (KE) yaitu kelas B yang memiliki skor rata-rata 34.32 dengan kategori yang lebih rendah dari kelompok kontrol yaitu kelas A yang memiliki skor rata-rata 42.23.
E. Teknik Analisis Data Penelitian
Tujuan utama dalam melakukan analisis adalah menetapkan apakah data yang diperoleh pada sebuah penelitian mendukung klaim prilaku. Teknik data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah statistik deskriptif dan parametrik. Selanjutnya ada tiga tahap data analisis yang berbeda tapi saling berhubungan satu sama lain, yaitu mengenal data, meringkas data, dan menginformasikan sesuatu yang diungkap.
Pada tahap mengenal data, peneliti menganalisis data dengan memeriksa fitur-fitur data dan bila perlu mengeditnya dan membersihkan data. Tahap
(33)
berikutnya adalah dengan meringkas data, yaitu untuk mengukur tendensi sentral termasuk mean (rata-rata), median, dan mode. Juga untuk menentukan ukuran-ukuran variabilitas yaitu range (rentang nilai) dan deviasi standar. Tahap ketiga, adalah menggunakan interval kepercayaan untuk mengonfirmasikan yang diungkap oleh data yaitu dengan mengonstruksikan confidence Interval (interval kepercayaan) untuk parameter populasinya dapat dihitung untuk satu mean atau perbedaan mean populasi.
Setelah pengujian normalitas dan homogenitas, selanjutnya dilakukan uji-t terhadap dua sampel independen (Independent-Sampel t Test) yaitu postes Kelompok Eksperimen (semester lima jurusan teknik informatika) dan Kelompok Kontrol (semester lima jurusan teknik informatika) berdasarkan hasil skor rata-rata dan gain skor. Dalam pengujian hipotesis, kreteria yang digunakan adalah:
Ho :
µ
1=µ
2.H1 :
µ
1>
µ
2.Dimana:
µ
1 = meanskor Penyesuaian Diri dalam persiapan pernikahan dari kelompokeksperimen yang mengikuti bimbingan kelompok dengan pendekatan bimbingan perkembangan.
(34)
kontrol yang tidak mengikuti bimbingan kelompok dengan pendekatan bimbingan perkembangan.
Dengan daerah penerimaan :
Jika P-value < α, maka Ho ditolak
Jika P-value > α, maka Ho tidak dapat ditolak
Dan untuk menentukan efektivitas bimbingan kelompok dengan pendekatan bimbingan perkembangan, maka dilakukan uji-t. Dengan interval kepercayaan 95%, α = (1 – 0,95) = 0.05. selanjutnya dalam membantu perhitungan dan pengolahan data statistik, peneliti menggunakan program komputer yaitu SPSS. 17.0 for Windows.
(35)
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dengan kuasi eksperimen melalui treatment program bimbingan kelompok dengan pendekatan bimbingan perkembangan terhadap kelompok eksperimen, dan berdasarkan hasil analisis data terhadap skor penyesuaian diri mahasiswa dalam persiapan pernikahan pre-test dan post- tes pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
Pertama, program bimbingan kelompok dengan pendekatan bimbingan
perkembangan dapat meningkatkan penyesuaian diri mahasiswa dalam persiapan pernikahan, khususnya aspek penyesuaian pasangan, sikap pribadi, konsep pernikahan, persesuaian psikologis dan memilih pasangan di Institut Teknologi Harapan Bangsa di tahap usia dewasa awal.
Kedua, Rumusan program bimbingan kelompok dengan pendekatan
bimbingan perkembangan dapat meningkat penyesuaian diri mahasiswa dalam persiapan pernikahan.
Ketiga Program bimbingan kelompok dengan pendekatan bimbingan perkembangan efektif digunakan untuk meningkatkan penyesuaian diri mahasiswa dalam persiapan pernikahan.
(36)
Rekomendaasi
Berdasarkan kesimpulan penelitian, maka rekomendasi utama sebagai out put penelitian ini adalah produk tentang “Program Bimbingan Kelompok Meningkatkan Penyesuian Diri Mahasiswa Dalam Persiapan Pernikahan”. Dengan pendekatan bimbingan perkembangan ini dapat direkomendasikan bagi pihak-pihak terkait berikut:
1. Unit pelaksana teknis layanan bimbingan dan konseling di Institut Teknologi Harapan Bangsa mempertimbangkan program bimbingan kelompok dengan pendekatan bimbingan dan konseling perkembangan sebagai bahan masukan dalam menyusun program program bimbingan dan konseling pernikahan dan keluarga. Menggunakan bimbingan kelompok dengan pendekatan bimbingan perkembangan untuk memberikan layanan bimbingan dan konseling bagi mahasiswa disesuaikan dengan kebutuhan mahasiswa dan tugas-tugas perkembangannya dengan prinsip-prinsip, strategi dan teknik-teknik yang ada dalam bimbingan dan konseling.
2. Bagi konselor dalam membuat program perlu disusun berdasarkan need assessment mahasiswa, terorganisir, sistematis, disesuaikan dengan tugas-tugas perkembangan dan memiliki SKLB. Diawali dengan perencanaan, pengorganisasian, pelaksaan, dan pengevaluasian. Berorientasi pada tujuan yang ingin dicapai sesuai dengan perencanaan yang sudah dirancang, sehingga dalam pelaksanaan tugas hariannya telah direncanakan dalam
(37)
bentuk aktivitas harian (agenda), dan layanannya dapat dipertanggungjawabkan.
3. Untuk peneliti yang akan mengadakan penelitian dengan fokus masalah yang sama, direkomendasikan meneliti dan mengembangkan bimbingan kelompok dengan tema yang lebih spesifik antara lain bagaimana mengintegrasikan konsep bimbingan perkembangan ke dalam bimbingan dan konseling. Terutama dalam tema pengaruh lingkungan keluarga dan pendidikan terhadap perkembangan mahasiswa. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah penggunaan data tambahan seperti oservasi dan wawancara agar hasil yang didapat lebih sempurna, karena tidak semua hal dapat diungkap dengan angket.
(38)
DAFTAR PUSTAKA
A.P.Wisnubroto. (2009). Kebahagiaan Perkawinan. Yogyakrta: Kanisius. Ali, M. & Asrori, M. (2010). Psikologi Remaja. Jakarta.: PT. Bumi
Aksara.
Baldridge, C. (2001). Premarital Counseling Presents a Realistic View to
Marriage.OnlineTersediahttp://www.bangornews.com/advertising/specialse ctions/wedding2_02premarital.htm. (20 April 2003):
Bouchard, G. & Lussier, Y. (1999). Personality and Marital Adjustment : Utility of the five factor Model of Personality. Journal of Personality, 65, 107-136
Bowers , Judy L. And Patricia A. Hath. (2002). The National Model for School
Counseling Programs. American School Counselor Association, Austin,
Texas:
Carole wade and Carol Tavris (2007). Psikoligi edisi kesembilan. Alih bahasa Padang Mursalin. Jakarta: Erlangga
Achtemeir, E. (1976). The Committed Marriage. Biblical Perspectives on Current
Issue. Edited by Howard Clark Kee. Philadelphia: The Westminster Press.
Gilarso. T, (1996). Membangun Keluarga Kristiani. Yogyakarta: Kanisius
Hadley, Corine A. (2001). Iowa Comprehensive Counseling and Guidance
Program Development Guide. Kindergarten Community College (online).
Tersedia: http.//www. school counselor.org/file/iowa.pdf (Pebruari 20010) Havinghurst, R. J. (1995). Human development task and education. New York :
David mc Kay.
Hurlock, E.B. (1996), Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang
Rentang Kehidupan (Alih bahasa Istiwidayanti dan Soejarwo), Jakarta:
Erlangga.
Klein, R. (2000). Marital Adjustment. Journal of Marriage and Family, 49,185-91.
(39)
McDade, P (1998). Family, Marital & Premarital Counseling Services. Catholic Charities Diocese of San Diego Californi Online: Tersedia http://www.ccdsd.org/clinfmpre.html. (27 Maret 2000).
Myrick, Robert D. (2003). Developmental Guidance and Counseling. Minneapolis: Educational Media Corporation.
Neeley, Ed. D & Shirley.J (2004) A Model Comprehensive, Development
Guidance and Counseling Program for Texas Public School A Guide for
program Development
Nurwijaya, (2011). Mencegah selingkuh dan Cerai. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo
Santrock. W John. (2003). Adolescence: Perkembangan Remaja. Alih bahasa, Schmidt, John J. (2003). Counseling in School: Essential Service and
Comprehensive Program. Fourth Ed. Boston: Allyn and Bacon.
Schneiders Alexander A. (1964). Personal Adjustment and Mental Health. Ney York: Holt, Rinehart & Winston
Setiono Kusdwiratri. (2011). Psikologi Keluarga. Bandung: PT. Alumni Soesilo A. Vivian. (2010) Bimbingan Pranikah, Malang: Literatur Saat
Sukmadinata, Nam Syaodih. (2007). Bimbingan dan Konseling Dalam Praktek. Bandung: Mecestro.
Supratiknya. (2010). Manajemen dan Konseling Komprehensif. Yogyakarta: Universitas Sanata Darma.
Thorman Geoerge.(TT). Marriage Counseling Handbook. U.S.A : Springfield. Vanpelt Nancy. (2006). The Compleat Marriage. Hagerstown: Review and Herald Walgito Bimo. (2004). Bimbingan dan Konseling Perkawinan. Yogyakarta: Andi. Willis, Sofyan S. (2003). Konseling Keluarga. Bandung: Alfabeta
Wrenn, C. Gilbert, Student Personal Work in College. New York: The Ronald Press Company
Yusuf L.N., Sy. & Nurihsan, J. (2008). Landasan Bimbingan dan Konseling. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Yusuf L.N., Sy. & Nurihsan, J. (2008). Psikologi Perkembangan Anak dan
(40)
(1)
Sekadanta Sembiring, 2013
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dengan kuasi eksperimen melalui treatment program bimbingan kelompok dengan pendekatan bimbingan perkembangan terhadap kelompok eksperimen, dan berdasarkan hasil analisis data terhadap skor penyesuaian diri mahasiswa dalam persiapan pernikahan pre-test dan post- tes pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
Pertama, program bimbingan kelompok dengan pendekatan bimbingan perkembangan dapat meningkatkan penyesuaian diri mahasiswa dalam persiapan pernikahan, khususnya aspek penyesuaian pasangan, sikap pribadi, konsep pernikahan, persesuaian psikologis dan memilih pasangan di Institut Teknologi Harapan Bangsa di tahap usia dewasa awal.
Kedua, Rumusan program bimbingan kelompok dengan pendekatan bimbingan perkembangan dapat meningkat penyesuaian diri mahasiswa dalam persiapan pernikahan.
Ketiga Program bimbingan kelompok dengan pendekatan bimbingan perkembangan efektif digunakan untuk meningkatkan penyesuaian diri mahasiswa dalam persiapan pernikahan.
(2)
Rekomendaasi
Berdasarkan kesimpulan penelitian, maka rekomendasi utama sebagai out put penelitian ini adalah produk tentang “Program Bimbingan Kelompok Meningkatkan Penyesuian Diri Mahasiswa Dalam Persiapan Pernikahan”. Dengan pendekatan bimbingan perkembangan ini dapat direkomendasikan bagi pihak-pihak terkait berikut:
1. Unit pelaksana teknis layanan bimbingan dan konseling di Institut Teknologi Harapan Bangsa mempertimbangkan program bimbingan kelompok dengan pendekatan bimbingan dan konseling perkembangan sebagai bahan masukan dalam menyusun program program bimbingan dan konseling pernikahan dan keluarga. Menggunakan bimbingan kelompok dengan pendekatan bimbingan perkembangan untuk memberikan layanan bimbingan dan konseling bagi mahasiswa disesuaikan dengan kebutuhan mahasiswa dan tugas-tugas perkembangannya dengan prinsip-prinsip, strategi dan teknik-teknik yang ada dalam bimbingan dan konseling.
2. Bagi konselor dalam membuat program perlu disusun berdasarkan need assessment mahasiswa, terorganisir, sistematis, disesuaikan dengan tugas-tugas perkembangan dan memiliki SKLB. Diawali dengan perencanaan, pengorganisasian, pelaksaan, dan pengevaluasian. Berorientasi pada tujuan yang ingin dicapai sesuai dengan perencanaan yang sudah dirancang, sehingga dalam pelaksanaan tugas hariannya telah direncanakan dalam
(3)
Sekadanta Sembiring, 2013
dipertanggungjawabkan.
3. Untuk peneliti yang akan mengadakan penelitian dengan fokus masalah yang sama, direkomendasikan meneliti dan mengembangkan bimbingan kelompok dengan tema yang lebih spesifik antara lain bagaimana mengintegrasikan konsep bimbingan perkembangan ke dalam bimbingan dan konseling. Terutama dalam tema pengaruh lingkungan keluarga dan pendidikan terhadap perkembangan mahasiswa. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah penggunaan data tambahan seperti oservasi dan wawancara agar hasil yang didapat lebih sempurna, karena tidak semua hal dapat diungkap dengan angket.
(4)
DAFTAR PUSTAKA
A.P.Wisnubroto. (2009). Kebahagiaan Perkawinan. Yogyakrta: Kanisius. Ali, M. & Asrori, M. (2010). Psikologi Remaja. Jakarta.: PT. Bumi
Aksara.
Baldridge, C. (2001). Premarital Counseling Presents a Realistic View to Marriage.OnlineTersediahttp://www.bangornews.com/advertising/specialse ctions/wedding2_02premarital.htm. (20 April 2003):
Bouchard, G. & Lussier, Y. (1999). Personality and Marital Adjustment : Utility of the five factor Model of Personality. Journal of Personality, 65, 107-136
Bowers , Judy L. And Patricia A. Hath. (2002). The National Model for School Counseling Programs. American School Counselor Association, Austin, Texas:
Carole wade and Carol Tavris (2007). Psikoligi edisi kesembilan. Alih bahasa Padang Mursalin. Jakarta: Erlangga
Achtemeir, E. (1976). The Committed Marriage. Biblical Perspectives on Current Issue. Edited by Howard Clark Kee. Philadelphia: The Westminster Press. Gilarso. T, (1996). Membangun Keluarga Kristiani. Yogyakarta: Kanisius
Hadley, Corine A. (2001). Iowa Comprehensive Counseling and Guidance Program Development Guide. Kindergarten Community College (online). Tersedia: http.//www. school counselor.org/file/iowa.pdf (Pebruari 20010) Havinghurst, R. J. (1995). Human development task and education. New York :
David mc Kay.
Hurlock, E.B. (1996), Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan (Alih bahasa Istiwidayanti dan Soejarwo), Jakarta: Erlangga.
Klein, R. (2000). Marital Adjustment. Journal of Marriage and Family, 49,185-91.
(5)
Sekadanta Sembiring, 2013
Tersedia http://www.ccdsd.org/clinfmpre.html. (27 Maret 2000).
Myrick, Robert D. (2003). Developmental Guidance and Counseling. Minneapolis: Educational Media Corporation.
Neeley, Ed. D & Shirley.J (2004) A Model Comprehensive, Development Guidance and Counseling Program for Texas Public School A Guide for program Development
Nurwijaya, (2011). Mencegah selingkuh dan Cerai. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo
Santrock. W John. (2003). Adolescence: Perkembangan Remaja. Alih bahasa, Schmidt, John J. (2003). Counseling in School: Essential Service and
Comprehensive Program. Fourth Ed. Boston: Allyn and Bacon.
Schneiders Alexander A. (1964). Personal Adjustment and Mental Health. Ney York: Holt, Rinehart & Winston
Setiono Kusdwiratri. (2011). Psikologi Keluarga. Bandung: PT. Alumni Soesilo A. Vivian. (2010) Bimbingan Pranikah, Malang: Literatur Saat
Sukmadinata, Nam Syaodih. (2007). Bimbingan dan Konseling Dalam Praktek. Bandung: Mecestro.
Supratiknya. (2010). Manajemen dan Konseling Komprehensif. Yogyakarta: Universitas Sanata Darma.
Thorman Geoerge.(TT). Marriage Counseling Handbook. U.S.A : Springfield. Vanpelt Nancy. (2006). The Compleat Marriage. Hagerstown: Review and Herald Walgito Bimo. (2004). Bimbingan dan Konseling Perkawinan. Yogyakarta: Andi. Willis, Sofyan S. (2003). Konseling Keluarga. Bandung: Alfabeta
Wrenn, C. Gilbert, Student Personal Work in College. New York: The Ronald Press Company
Yusuf L.N., Sy. & Nurihsan, J. (2008). Landasan Bimbingan dan Konseling. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Yusuf L.N., Sy. & Nurihsan, J. (2008). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: Remaja Rosdakarya.
(6)