PENINGKATAN PENGUASAAN KONSEP DAN KEMAMPUAN MAHASISWA PGSD DALAM MEMBUAT PERENCANAAN PEMBELAJARAN IPA SD PADA TOPIK MAGNET, LISTRIK DAN CAHAYA.

(1)

DAFTAR ISI

Halaman

PERNYATAAN ... iv

ABSTRAK ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 5

E. Definisi operasional ... 6

BAB II Kompetensi Dasar Guru Dan Perencanaan Program Pembelajaran IPA.Di Sekolah Dasar A. Kompetensi Dasar Guru IPA SD ... 7

1. Kemampuan Intelektual Umum ... 7

2. Kemampuan Menguasai Materi Ajar ... 8

3. Kemampuan Mengelola Materi Ajar ... 9

4. Pengetahuan dan Keterampilan Profesional... 11

B. Tujuan Pembelajaran IPA Di SD ... 12

C. Variabel-Variabel Dalam Perencanaan Program Pembelajaran IPA... 12

1. Guru ... 13

2. Konteks Belajar ... 14

3. Bahan dan Sumber Belajar ... 14

4. Waktu Belajar ... 15

D. Keterampilan Proses IPA Di SD ... 15

1. Pengertian Keterampilan Proses ... 15

2. Mengapa Keterampilan Proses Sains ... 17

E. Perencanaan Program Pembelajaran ... 19

1. Merumuskan Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK) ... 20

a. Pengetahuan (Jenjang C1) ... 21


(2)

c. Penerapan (Jenjang C3)... 22

d. Analisis (Jenjang C4) ... 22

e. Sintesis (Jenjang C5) ... 23

f. Evaluasi (Jenjang C6) ... 23

2. Menetapkan Kegiatan Belajar Mengajar ... 25

a. Mengembangkan Program Kegiatan ... 26

b. Merencanakan Bahan Pelajaran ... 26

c. Memilih dan Menetapkan Metode Mengajar ... 27

d. Menentukan Media/Alat dan Sumber Belajar ... 28

e. Menentukan Alokasi Waktu Penyajian ... 30

f. Melaksanakan Program ... 31

3. Mengembangkan Alat Evaluasi ... 31

F. Sistem Penyelenggaraan Program Pembelajaran ... 32

G. Deskripsi Magnet, Listrik dan Cahaya ... 33

1. Magnet... 33

a. Sejarah penemuan magnet... 33

b. Teori Magnet ... 34

c. Bentuk Magnet ... 35

d. Sifat-sifat magnet ... 35

1) Magnet dapat menarik benda-benda tertentu ... 35

2) Kekuatan magnet terdapat pada ujung-ujungnya ... 36

3) Magnet dapat menembus benda-benda tertentu ... 37

e. Cara membuat magnet... 37

1) Magnet dapat dibuat dengan cara menggosok ... 37

2) Membuat magnet dengan arus listrik ... 37

3) Membuat magnet dengan cara induksi ... 38

4) Bumi memiliki sifat magnet ... 41

2. Listrik ... 43

a. Rangkaian Listrik ... 44

b. Konduktor dan Isolator ... 46

c. Arus Listrik ... 47

3. Cahaya ... 51

a. Sifat-sifat cahaya ... 51

1) Cahaya merambat lurus ... 51

2) Cahaya menembus benda bening ... 52

3) Cahaya dapat dipantulkan ... 52

4) Cahaya dapat dibiaskan ... 53

5) Alat Optik ... 55

6) Mata... 55

7) Kamera ... 58

8) Lup ... 58

9) Mikroskop ... 58


(3)

b. Lensa ... 59

1) Lensa cembung atau lensa konveks ... 59

2) Lensa cekung atau lensa konkaf ... 60

c. Dispersi ... 61

d. Interferensi dan Difraksi ... 62

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 63

B. Langkah-langkah Penelitian ... 64

C. Subyek Penelitian ... 66

D. Instrumen Penelitian ... 66

E. Teknik dan Alat Pengumpul data ... 71

F. Analisis Data ... 71

BAB IV TEMUAN A. Hasil Tes penguasaan konsep IPA ... 73

B. Hasil Rumusan Perencanaan ……….... 77

1. Kemampuan mahasiswa merumuskan Sasaran untuk pembelajaran IPA ... 77

2. Kemampuan mahasiswa merumuskan TPK dalam pembelajaran IPA ... 78

3. Kemampuan mahasiswa dalam meramu Bahan Ajar IPA SD ... 79

4. Kemampuan mahasiswa dalam memilih model pembelajaran ... 81

5. Kemampuan mahasiswa dalam memilih media atau alat peraga dalam pembelajaran IPA ... 82

6. Kemampuan mahasiswa dalam membuat alat evaluasi berdasarkan TPK yang disusun ... 83

C. Tanggapan mahasiswa terhadap model pembelajaran IPA ... 86

BAB V PEMBAHASAN A. Peningkatan penguasaan konsep dasar IPA ... 90

B. Kemampuan membuat perencanaan ... 91

1. Kemampuan mahasiswa merumuskan Sasaran untuk pembelajaran IPA ... 91

2. Kemampuan mahasiswa merumuskan TPK dalam pembelajaran IPA ... 92

3. Kemampuan mahasiswa dalam meramu Bahan Ajar IPA SD ... 93

4. Kemampuan mahasiswa merumuskan strategi Pembelajaran ... 94


(4)

5. Kemampuan mahasiswa dalam memilih media atau alat

peraga dalam pembelajaran IPA ... 95

6. Kemampuan mahasiswa dalam membuat alat evaluasi berdasarkan TPK yang disusun ... 96

C. Tanggapan Mahasiswa terhadap model pembelajaran IPA ... 97

BAB IV KESIMPULAN , KETERBATASAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 98

B. Keterbatasan ... 99

C. Saran-saran ... 99


(5)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1 Rancangan Penelitian ... 64

3.2 Hasil Analisis Uji Coba Tes Magnet ... 69

3.3 Hasil Analisis Uji Coba Tes Listrik ... 69

3.4 Hasil Analisis Uji Coba Tes Cahaya ... 70

4.1 N-gain skor Magnet, Listrik dan Cahaya ... 74

4.2 Hasil Uji Normalitas Data Skor Pretes dan Skor Postes Magnet, Listrik dan Cahaya ... 73

4.3 Peningkatan Hasil Belajar Magnet, Listrik dan Cahaya ... 76

4.4 Nilai Rata-Rata Deskriptor Sasaran Tiap Kelompok ... 77

4.5 Nilai Rata-rata Deskriptor TPK Tiap Kelompok ... 78

4.6 Nilai Rata-rata Deskriptor Bahan Ajar Tiap Kelompok ... 80

4.7 Nilai Rata-rata Deskriptor Strategi Pembelajaran Tiap Kelompok... 81

4.8 Nilai Rata-rata Deskriptor Media Tiap Kelompok... 82

4.9 Nilai Rata-rata Deskriptor Evaluasi Tiap Kelompok ... 84

4.10 Rekapitulasi Nilai Renpel Magnet, Listrik dan Cahaya ... 85


(6)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Sebuah magnet batang dipotong-potong ... 34

2.2 Magnet elementer yang menyusun sebuah bahan ... 34

2.3 Bentuk-bentuk magnet ... 35

2.4 Paku-paku tertarik magnet ... 36

2.5 a. Kutub tak senama tarik-menarik ... 36

b. Kutub senama tolak menolak ... 36

2.6 Paku tertarik pada ujung-ujungnya ... 36

2.7 Gaya magnet dapat menembus benda tertentu ... 37

2.8 Cara menggosok kutub magnet ... 37

2.9 Magnet listrik ... 38

2.10 Diagram percobaan Oersted ... 39

2.11 Garis-garis medan magnet sebuah kumparan ... 40

2.12 Kaidah tangan Kanan ... 41

2.13 Pola garis-garis gaya magnetik ... 42

2.14 Sudut deklinasi ... 42

2.15 Sudut inklinasi ... 43

2.16 Lingkaran inklinasi... 43

2.17 Batu baterai dan bola lampu ... 44

2.18 Bagan Rangkaian Listrik ... 44


(7)

2.20 Rangkaian terbuka ... 45

2.21 Rangkaian seri satu baterai, dua lampu ... 45

2.22 Rangkaian seri dua baterai, dua lampu ... 45

2.23 Rangkaian paralel ... 46

2.24 Menentukan konduktor atau isolator ... 46

2.25 Bayang-bayang benda ... 52

2.26 Pemantulan teratur ... 52

2.27 Pemantulan Baur ... 52

2.28 Pemantulan pada cermin datar ... 53

2.29 Pensil yang terlihat di udara dan di dalam air ... 54

2.30 Garis cahaya dari udara ke balok kaca dan ke udara lagi ... 54

2.31 Cahaya mengalami pembiasan bila melalui dua medium yang Berbeda ... 55

2.32 Bagian-bagian mata ... 55

2.33 Bayangan benda pada mata normal... 56

2.34 Cacat mata rabun jauh ditolong dengan lensa cekung ... 57

2.35 Cacat mata rabun dekat ditolong dengan lensa cembung ... 57

2.36 Lensa cembung ... 59

2.37 Bentuk-bentuk lensa cembung ... 60

2.38 F = titik fokus pada lensa cekung ... 60

2.39 Bentuk-bentuk lensa cekung ... 61

2.40 Warna spektrum ... 61

2.41 Interferensi ... 62


(8)

4.1 N-Gain (%) Peningkatan hasil belajar magnet, listrik, cahaya ... 76 4.2 Rekapitulasi nilai Renpel Magner, Listrik dan Cahaya ... 85


(9)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 Instrumen Penelitian Halaman 1a. Perangkat Pembelajaran Magnet

1. SAP Keterampilan Proses ( Magnet ) ... 104

2. Pendekatan keterampilan proses IPA ... 107

3. Rencana pembelajaran Magnet ... 110

4. Lembar kerja siswa (LKS) Magnet ... 113

5. Evaluasi Magnet ... 115

1b. Perangkat Pembelajaran Listrik 1. SAP Tujuan dan Penilaian ( Listrik ) ... 120

2. Tujuan pembelajaran ... 122

3. Rencana pembelajaran Listrik ... 128

4. Lembar kerja siswa (LKS) Listrik ... 134

5. Evaluasi Listrik ... 138

1c. Perangkat Pembelajaran Cahaya 1. SAP Alat Sederhana ( Cahaya ) ... 143

2. Pembuatan alat-alat IPA SD ... 148

3. Rencana pembelajaran Cahaya ... 154

4. Lembar kerja siswa (LKS) Cahaya ... 163

5. Evaluasi Cahaya ... 167

1d. AUKMP ... 170


(10)

LAMPIRAN 2 Data hasil Penelitian

2a. Data Pretes dan Postes Magnet, Listrik, dan Cahaya ... 176 2b. Data Uji Coba Butir Soal Magnet, Listrik dan Cahaya ... 185 2c. Data Nilai Diskriptor Sasaran, TPK, Bahan Ajar, Strategi Pembelajaran,

Media dan Evaluasi ... 194 2d. Respon Angket ... 212

LAMPIRAN 3 Hasil Uji Statistik

3a. Uji Normalitas Pre-Tes dan Pos-Tes Magnet, Listrik, dan Cahaya ... 217 3b. Uji Wilcoxon Pre-Tes dan Pos-Tes Magnet,Listrik, dan Cahaya ... 223


(11)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Isu tentang rendahnya kualitas hasil belajar mata pelajaran ilmu pengetahuan alam ( IPA) di Sekolah Dasar (SD) hingga saat ini masih sering terdengar di masyarakat. Salah satu indikator yang dijadikan acuan adalah rendahnya nilai NEM IPA siswa lulusan SD dibandingkan dengan bidang studi lainnya. Di samping itu di lapangan (sekolah) ditemukan banyak siswa sekolah dasar (SD) yang kurang memahami konsep IPA (Syarif, 1997). Salah satu pihak yang banyak disoroti dalam peningkatan mutu pendidikan dan hasil belajar IPA adalah guru. Hal ini merupakan suatu kewajaran mengingat guru memegang peranan penting dalam proses pendidikan dan pengajaran di sekolah. Bahkan dinyatakan bahwa guru memberikan kontribusi terbesar (sebesar34%) terhadap prestasi belajar siswa di sekolah (Heyneman & Locky, dalam Fattah, 2000). Peran guru dirasakan semakin penting di tengah-tengah keterbatasan sarana dan prasarana belajar sebagaimana dialami negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Pemahaman konsep IPA yang rendah ini turut disebabkan karena segi-segi ideal pengajaran sains banyak ditinggalkan guru (Sumaji, 1998). Cara guru mengajarkan konsep IPA yang sulit dipahami siswa turut berkontribusi terhadap rendahnya pemahaman konsep IPA siswa. Disamping itu isi kurikulum sangat padat dan guru dituntut harus menyelesaikan semua materi dalam


(12)

waktu yang telah ditentukan. Faktor lainnya adalah guru SD sebagian besar merupakan guru kelas yang harus mengajarkan semua mata pelajaran, kecuali pendidikan Agama dan Penjaskes (Pelajaran pendidikan jasmani dan kesehatan)

Berbagai kebijakan dan reformasi pendidikan untuk peningkatan mutu akan kurang mencapai sasarannya jika tidak menyentuh pihak guru. Kualitas out-put lulusan sangat ditentukan oleh kualitas dan dinamika proses belajar mengajar di kelas (Satori, 1996) yang sangat ditentukan kompetensi profesional guru.

Beberapa hasil temuan penelitian tentang kompetensi profesional guru IPA yang disampaikan pada Rapat Kerja Nasional Depdiknas 1997 adalah ; (1) penguasaan dan pemahaman guru terhadap materi pelajaran IPA termasuk rendah, (2) pengetahuan guru tentang metode mengajar belum memadai, (3) Guru belum mampu menggunakan alat-alat IPA (Wahab, 1998). Faktor-faktor penyebab yang dikemukakan menyangkut, misalnya, rendahnya mutu pendidikan pra jabatan guru , penataran guru IPA yang belum merata diikuti, kurangnya petunjuk dan dorongan dari kepala sekolah dan pengawas bidang studi, belum dimanfaatkannya buku guru dengan baik.

Membicarakan guru berarti akan melibatkan lembaga “pencetak” guru. Untuk guru SD dipersiapkan dalam jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD). Dalam kurikulurn PGSD (1995), pada lembaga pendidikan tenaga kependidikan (LPTK), perbekalan untuk dapat mengajarkan IPA di SD dengan baik disajikan dalam 2 mata kuliah yang terpisah yaitu Konsep Dasar IPA pada semester dua (2) dan


(13)

Pendidikan IPA di Sekolah Dasar pada semester tiga (3) yang masing-masing mempunyai bobot 4 sks. Selama perkuliahan Konsep Dasar IPA tidak disinggung sama sekali tentang bagaimana cara mengajarkan magnet, listrik dan cahaya di SD, serta metode dan keterampilan proses apa yang digunakan guru agar siswa mudah memahaminya. Akibatnya, mahasiswa PGSD sulit untuk menggabungkan kedua mata kuliah itu yang digunakan untuk mengajarkan konsep IPA di SD (Hinduan,2000). Kesulitan ini tentu akan semakin dirasakan oleh mahasiswa PGSD, yang memang berasal dari berbagai lulusan sekolah lanjutan tingkat atas (SLTA), misalnya SMA-IPS, SMK-Ekonomi, SMK-Teknologi, SPG dan SGO.

Kenyataan ini mengisyaratkan perlunya suatu solusi. Salah satunya adalah dengan mengembangkan model perkuliahan di PGSD yang dapat menjembatani perkuliahan Konsep Dasar IPA dan Pendidikan IPA SD dan dapat mengakomodasi spektrum input mahasiswa yang bermacam-macam. Hal ini menjadi urgen mengingat mahasiswa PGSD harus mengalami langsung apa yang dipelajarinya dan harus menguasai bahan ajar, mengetahui bagaimana merencanakan, dan mengajarkannya. Keberadaan Dosen PGSD yang mampu memberikan “model” bagi mahasiswanya sungguh merupakan faktor yang menentukan bagi persiapan guru IPA SD yang berkualitas.

B. Rumusan Masalah

Sejalan dengan uraian dalam latar belakang, maka masalah dalam penelitian ini adalah: Bagaimana peningkatan penguasaan konsep dan kemampuan


(14)

mahasiswa PGSD dalam membuat perencanaan pembelajaran IPA SD pada topik magnet, listrik dan cahaya. Dari masalah penelitian di atas dirumuskan beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana kemampuan mahasiswa PGSD dalam menguasai konsep IPA sebelum dan sesudah pembelajaran ?

2. Bagaimana peningkatan penguasaan konsep mahasiswa pada topik magnet, listrik, dan cahaya ?

3. Bagaimanakah kemampuan mahasiswa PGSD dalam membuat perencanaan pembelajaran IPA (topik magnet, listrik dan cahaya) di SD?

a. Bagaimana kemampuan mahasiswa PGSD dalam merumuskan sasaran untuk pembelajaran IPA di SD ?

b. Bagaimana kemampuan mahasiswa PGSD dalam merumuskan Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK) untuk pembelajaran IPA di SD ?

c. Bagaimana kemampuan mahasiswa PGSD memilih/menentukan bahan ajar

untuk pembelajaran IPA di SD ?

d. Bagaimana kemampuan mahasiswa PGSD dalam memilih model pembelajaran yang sesuai dengan topik IPA SD yang akan diajarkan ?

e. Bagaimana kemampuan mahasiswa PGSD dalam memilih/membuat media

pengajaran IPA SD?

f. Bagaimana kemampuan mahasiswa PGSD dalam membuat alat evaluasi


(15)

4. Bagaimana tanggapan mahasiswa terhadap implementasi model pembelajaran yang mengintegrasikan mata kuliah Konsep Dasar IPA dan Pendidikan IPA pada topik magnet, listrik dan cahaya?

C. Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian ini bertujuan mengimplementasikan suatu model yang menggabungkan mata kuliah konsep dasar IPA dan pembelajaran IPA di Sekolah Dasar pada konsep magnet, listrik, dan cahaya.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak mahasiswa, Guru/Dosen, dan LPTK. Mahasiswa PGSD yang terlibat selama penelitian ini diharapkan memperoleh pengalaman langsung tentang bagaimana membuat perencanaan pembelajaran IPA untuk siswa SD. Disamping itu, pemahaman mahasiswa PGSD tentang konsep magnet, listrik dan cahaya pada pembelajaran IPA SD diharapkan dapat meningkat. Model pembelajaran atau perkuliahan yang mengintegrasikan mata kuliah Konsep Dasar IPA dan Pendidikan IPA bagi mahasiswa PGSD yang dirancang dan dikembangkan dalam penelitian ini diharapkan dapat dikembangkan dan dipertimbangkan oleh Dosen PGSD pada khususnya dan guru IPA SD pada umumnya untuk digunakan sebagai salah satu alternatif pembelajaran IPA. Bagi LPTK, upaya mengintegrasikan mata kuliah Konsep Dasar IPA dan Pendidikan IPA yang telah dilakukan dalam penelitian ini dapat dianggap


(16)

sebagai masukan untuk pengembangan mata kuliah IPA bagi mahasiswa PGSD pada masa-masa mendatang.

E.Definisi Operasional

Definisi operasional pada penelitian ini adalah :

a. Peningkatan penguasaan konsep IPA dalam penelitian ini adalah peningkatan penguasaan tentang konsep magnet, listrik, dan cahaya yang termuat dalam GBPP IPA SD serta pengayaannya yang dijaring melalui pretes dan postes. b. Perencanaan pembelajaran IPA adalah skenario rencana pembelajaran

yang dirancang oleh mahasiswa untuk kegiatan pembelajaran sesuai dengan topik yang diajarkan dan dijaring melalui Alat Ukur Kemampuan Membuat Perencanaan.

c. Model pembelajaran yang menggabungkan Konsep Dasar IPA dan Pembelajaran IPA di SD adalah

a. demonstrasi guru (pemodelan) b. diskusi

c. pengayaan materi ajar

d. penjelasan tentang membuat rencana pembelajaran e. latihan membuat rencana pembelajaran


(17)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini bertujuan mengimplementasikan suatu model pembelajaran IPA, khususnya pada topik magnet, listrik dan cahaya, untuk meningkatkan penguasaan konsep dan kemampuan mahasiswa PGSD dalam memahami dan membuat perencanaan pembelajaran di Sekolah Dasar yang mengintegrasikan mata kuliah Konsep Dasar IPA dan Pendidikan IPA. Untuk itu, perlu dilakukan pengujian model tersebut di lapangan untuk mengetahui efeknya terhadap peningkatan pemahaman mahasiswa PGSD tentang materi ajar dan kemampuan membuat perencanaan pembelajaran IPA. Dengan demikian, metode penelitian yang dianggap cocok diterapkan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen.

Oleh karena tidak dimungkinkan untuk mengontrol secara ketat faktor-faktor yang mempengaruhi variabel penelitian, baik variabel bebas (penggunaan model) maupun variabel terikat (peningkatan pemahaman mahasiswa PGSD tentang materi ajar dan kemampuan membuat perencanaan pembelajaran IPA), maka metode penelitian yang dilakukan dengan kelompok mahasiswa calon guru ialah pendekatan kuantitatif dengan cara eksperimen-semu. Rancangan penelitian yang dipakai adalah “one-group pretest posttest design” sebagaimana tertera pada tabel 3-1.


(18)

Tabel 3.1 : Rancangan Penelitian

Tes Awal Perlakuan Tes Akhir

O X O

Keterangan : O = tes awal dan akhir meliputi pemahaman konsep IPA dan tes kemampuan membuat perencanaan. X = memberikan perlakuan berupa demonstrasi guru

(permodelan), diskusi, pengayaan materi ajar, penjelasan tentang membuat RP, dan latihan membuat RP.

B. Langkah-langkah Penelitian

Untuk memberikan gambaran singkat mengenai proses penelitian ini, maka berikut ini digambarkan desain (alur) penelitian pada gambar 3.1

Pada bagian ini dikemukakan tahap pelaksanaan penelitian yang dimulai dengan persiapan, uji coba dan implementasi model pembelajaran. Pada tahap persiapan meliputi penyusunan perencanaan pembelajaran magnet , listrik, cahaya dan membuat soal. Sebelum penyusunan perencanaan dan membuat soal terlebih dahulu melakukan observasi lapangan dan mengkaji kurikulum PGSD dan SD untuk menentukan topik – topik yang akan diuji cobakan dan kemudian melakukan uji coba di PGSD Purwakarta kemudian merevisi hasil uji coba.

Pada tahap implementasi diawali dengan melakukan pre test, selanjutnya memodelkan perencanaan yang telah disusun. Setelah implementasi model dilaksanakan diakhiri dengan post test dan selanjutnya dilakukan pengolahan data dan analisis data.


(19)

Gambar 3-1 : Alur Penelitian Observasi Lapangan

di PGSD

Mengkaji Kurikulum PGSD , SD dan Pustaka Menyusun Instrumen Penelitian (tes, angket & AUKMP)

Uji Coba Soal

Tes Awal Magnet Implementasi Model

Pembelajaran dan Pembuatan RPP

Tes Akhir Magnet

Tes Awal Listrik Implementasi Model

Pembelajaran dan Pembuatan RPP

Tes Akhir Listrik

Tes Awal Cahaya Implementasi Model

Pembelajaran dan Pembuatan RPP

Tes Akhir Cahaya

- Skor Perolehan Magnet - Skor

AUKMP - Skor Perolehan Listrik - Skor AUKMP

- Skor Perolehan Cahaya - Skor

AUKMP - Skor

tanggapan Mhasiswa Analisis Data Perolehan Total Temuan Penelitian Revisi soal Penulisan laporan Penilaian RPP Penilaian RPP Penilaian RPP Penilaian Angket


(20)

C. Subyek Penelitian

Subyek penelitian ini adalah mahasiswa PGSD pada suatu LPTK Negeri Bandung tahun akademik 2001/2002 yang berjumlah 21 orang, yang terdiri dari 8 orang lulusan SMU IPA, 12 orang lulusan SMU IPS, dan 1 orang lulusan SPG. Pemilihan subyek penelitian sebagai sampel penelitian berdasarkan pertimbangan Salah satu pertimbangannya adalah mahasiswa PGSD yang sedang menempuh mata kuliah Konsep Dasar IPA.(magnet, listrik dan cahaya) dan mengikuti seluruh pembelajaran.

D. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : (1). Perangkat Tes.( 2) Angket (3). Alat Ukur Kemampuan Membuat

Perencanaan (AUKMP ). ( 4). Catatan lapangan. 1. Perangkat Tes

Dalam penelitian ini tes yang digunakan untuk memperoleh hasil belajar mahasiswa diberikan pada awal dan akhir pembelajaran. Tes ini digunakan untuk mengukur penguasaan konsep magnet, listrik , cahaya sebelum dan sesudah diberikan perlakuan model pembelajaran.

Bentuk tes yang digunakan adalah bentuk tes pilihan ganda dan essay. Untuk mengukur peningkatan penguasaan konsep magnet, listrik,dan cahaya serta PBM digunakan rumus normalisasi gain (g) yang kemudian dinyatakan dalam persen.

Rumus

awal tes nilai maksimum nilai

awal tes nilai akhir tes nilai g

− − =


(21)

Menurut Hake (1998) batasan dan kriteria perolehan skor gain yang dinormalisasi yaitu :

kategori g – tinggi : g > 0,7 dinyatakan dalam persen g >70

kategori g – sedang : 0,3 ≤ g ≤ 0,7 dinyatakan dalam persen 30 ≤ g ≤ 70 Kategori g – rendah : g < 0,3 dinyatakan dalam persen g < 30

Sebelum digunakan soal diujicobakan dulu pada mahasiswa PGSD Purwakarta, pada bulan April 2002 minggu ke 4, kemudian data hasil uji coba instrument dianalisis dengan menggunakan computer program excel.

Untuk menentukan reliabilitas tes digunakan rumus KR-20. Penggunaan rumus K-R. 20

Rumus

            −

=

2

2 11 1 S pq S n n r

Dalam mana :

r11 = reliabilitas tes secara keseluruhan

p = proporsi subyek yang menjawab item dengan benar

q = proporsi subyek yang menjawab item dengan salah (q = 1-p)

∑pq = jumlah hasil perkalian antara p dan q n = banyaknya item

S = standar deviasi dari tes (standar deviasi adalah akar varians)

(Arikunto, 1993 ) Dari hasil perhitungan reliabilitas tes magnet adalah 0,89 , listrik 0,59 dan cahaya 0,89. Untuk reliabilitas tes magnet tergolong tinggi, listrik tergolong cukup dan cahaya tergolong tinggi. Untuk tingkat kesukaran dan daya pembeda digunakan rumus sebagai berikut :

a. Menghitung Tingkat Kesukaran (P)


(22)

JS B P= Keterangan :

P = Indeks kesukaran

B = Banyaknya mahasiswa yang menjawab soal itu dengan benar JS = Jumlah seluruh peserta tes

Adapun ketentuan untuk indeks kesukaran adalah sbb : P = 0,00 – 0,30, berarti soal sukar

P = 0,31 – 0,70, berarti soal sedang P = 0,71 – 1,00, berarti soal mudah b. Menghitung Daya Pembeda

Untuk menghitung daya pembeda soal bentuk pilihan ganda dapat dipergunakan rumus :

JB BB JA BA D= − Keterangan :

JA = Jumlah peserta kelompok atas JB = Jumlah peserta kelompok bawah

BA = Jumlah peserta kelompok atas yang menjawab benar BB = Jumlah peserta kelompok bawah yang menjawab benar D = Daya pembaca

Adapun kriteria untuk daya pembeda soal adalah sebagai berikut : D = 0,00 – 0,20 adalah jelek

D = 0,21 – 0,40 adalah cukup D = 0,41 – 0,70 adalah baik D = 0,71 – 1,00 adalah baik sekali


(23)

Berikut ini adalah hasil uji coba tes magnet, listrik dan cahaya pada bulan April 2002 yang disajikan pada tabel 3.2 , 3.3 , 3.4

TABEL 3.2

HASIL ANALISIS UJI COBA TES MAGNET

No. Soal Validitas butir soal Tingkat Kesukaran (P) Daya Pembeda (DP) Keterangan

1 0,63 0,68 ( Sd ) 0,62 ( B ) Kategori Daya Pembeda 0,00 – 0,20 : Jelek (J) 0,20 – 0,40 : Cukup (C) 0,40 – 0,70 : Baik (B) 0,70 – 1,00 : Baik Sekali (BS)

( Arikunto, 1993) Klasifikasi Tingkat Kesukaran ( P ) 0,00 – 0,30 : Sukar (Sk) 0,30 – 0,70 : Sedang (Sd) 0,70 – 1,00 : Mudah (Md) 2 0,61 0,75 ( Md ) 0,50 ( B )

3 0,62 0,81 ( Md ) 0,37 ( C )

4 0,61 0,75 ( Md ) 0,50 ( B )

5 0,47 0,81 ( Md ) 0,37 ( C ) 6 0,60 0,62 ( Sd ) 0,50 ( C ) 7 0,51 0,25 ( Sk ) 0,50 ( B )

8 0,62 0,81 ( Md ) 0,37 ( C )

9 0,65 0,43 ( Sd ) 0,62 ( B ) 10 0,60) 0,56 ( Sd ) 0,62 ( B ) 11 0,68 0,43 ( Sd ) 0,62 ( B )

12 0,56 0,43 ( Sd ) 0,62 ( B)

13 0,58 0,75 ( Md ) 0,50 ( C ) 14 0,63 0,62 ( Sd ) 0,50 ( C ) 15 0,57 0,62 ( Sd ) 0,50 ( B )

TABEL 3.3

HASIL ANALISIS UJI COBA TES LISTRIK

No. Soal

Validitas butir soal

Tingkat Kesukaran ( P)

Daya Pembeda (DP)

Keterangan

1 0,82 0,78 ( Md ) 0,43 ( B ) Kategori Daya Pembeda 0,00 – 0,20 : Jelek (J) 0,20 – 0,40 : Cukup (C) 0,40 – 0,70 : Baik (B) 0,70 – 1,00 : Baik Sekali (BS)

( Arikunto, 1993) Klasifikasi Tingkat Kesukaran ( P ) 0,00 – 0,30 : Sukar (Sk) 0,30 – 0,70 : Sedang (Sd) 0,70 – 1,00 : Mudah (Md)

2 0,76 0,78 ( Md ) 0,31 ( C )

3 0,74 0,75 ( Md ) 0,50 ( B )

4 0,70 0,78 ( Md ) 0,30 ( C )

5 0,68 0,75 ( Md ) 0,25 ( C )

6 0,59 0,62 ( Sd ) 0,25 ( C )

7 0,82 0,87 ( Md ) 0,25 ( C )

8 0,57 0,50 ( Sd ) 0,25 ( C )

9 0,46 0,59 ( Sd ) 0,30 ( C )

10 0,68 0,68 ( Sd ) 0,37 ( B ) 11 0,70 0,63 ( Sd ) 0,63 ( B )

12 0,71 0,87 ( Md ) 0,00 ( C )

13 0,57 0,56 ( Sd ) 0,25 ( C )

14 0,69 0,75 ( Md ) 0,25 ( C )


(24)

TABEL 3.4

HASIL ANALISIS UJI COBA TES CAHAYA

No. Soal Validitas butir soal Tingkat Kesukaran (P) Daya Pembela (DP) Keterangan

1 0,68 0,50 ( Sd ) 0,60 ( B ) Kategori Daya Pembeda 0,00 – 0,20 : Jelek (J) 0,20 – 0,40 : Cukup (C) 0,40 – 0,70 : Baik (B) 0,70 – 1,00 : Baik Sekali (BS)

( Arikunto, 1993) Klasifikasi Tingkat Kesukaran ( P) 0,00 – 0,30 : Sukar (Sk) 0,30 – 0,70 : Sedang (Sd) 0,70 – 1,00 : Mudah (Md)

2 0,54 0,50 ( Sd ) 0,50 ( B )

3 0,63 0,85 ( Md ) 0,50 ( C )

4 0,54 0,80 ( Md ) 0,70 ( B )

5 0,64 0,80 ( Md ) 0,60 ( B )

6 0,54 0,80 ( Md ) 0,60 ( B )

7 0,53 0,25 ( Sk ) 0,30 ( C )

8 0,59 0,85 ( Md ) 0,50 ( B )

9 0,50 0,80 ( Md ) 0,60 ( B )

10 0,51 0,55 ( Sd ) 0,40 ( C )

11 0,68 0,60 ( Sd ) 0,60 ( B )

12 0,46 0,60 ( Sd ) 0,60 ( B )

13 0,52 0,85 ( Md ) 0,50 ( B )

14 0,51 0,60 ( Sd ) 0,60 ( B )

15 0,50 0,75 ( Md ) 0,50 ( B )

2. Angket

Angket diberikan kepada mahasiswa setelah ketiga model pembelajaran magnet, listrik dan cahaya semuanya selesai. Angket ini dibuat dengan maksud untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap proses pembelajaran dengan model pembelajaran magnet, listrik dan cahaya.

3. AUKMP (Alat Ukur Kemampuan Membuat Perencanaan )

Alat yang dipergunakan untuk menilai kemampuan mahasiswa dalam membuat perencanan pembelajaran dalam penelitian ini adalah AUKMP. Dalam AUKMP ada enam aspek yang dinilai yaitu (1) Sasaran, (2) Tujuan Pembelajaran Khusus, (3) Bahan Ajar, (4) Strategi Pembelajaran, (5) Media dan (6) Evaluasi. Penilaian dengan AUKMP menggunakan skala 1-4. Penilaian berdasarkan kemunculan deskriptor yang terdapat pada setiap aspek dengan cara memberikan tanda ceklis (v) pada kolom skala penilaian yang kemudian hasilnya dijumlahkan dan dibagi banyaknya deskriptor (lampiran 2j).


(25)

4. Catatan lapangan

Catatan lapangan digunakan untuk mencatat kejadian-kejadian selama proses pembelajaran, yang kejadiannya berkaitan dengan kegiatan mahasiswa selama pembelajaran

E. Teknik Dan Alat Pengumpulan Data

Ada dua teknik pengumpul data yang dipergunakan dalam penelitian ini yaitu teknik komunikasi/pengamatan langsung dan komunikasi/pengamatan tak langsung. Teknik komunikasi/pengamatan langsung menggunakan alat pengumpul data berupa kamera ,tape-recorder, dan catatan lapangan. Teknik komunikasi/pengamatan tak langsung menggunakan alat pengumpul data berupa tes tertulis (awal dan akhir) dan angket.

Alat pengumpul data penilaian perencanaan pembelajaran dijaring menggunakan Alat Ukur Kemampuan Membuat Perencanaan (AUKMP)

F. Analisis Data

Data yang dikumpulkan dan dianalisis dalam penelitian ini berbentuk data kuantitatif (skor tes) dan kualitatif (angket). Selain mengacu pada jenis data, analisis data didasarkan pada pertanyaan penelitian yang telah dirumuskan.

Untuk mengetahui peningkatan kemampuan mahasiswa PGSD dalam memahami bahan ajar IPA untuk merencanakan tujuan pembelajaran IPA di SD sebelum dan setelah terlibat dalam perkuliahan yang menggunakan model pembelajaran tentang magnet, listrik dan cahaya, data dianalisis dengan menggunakan normalisasi gain


(26)

Untuk menganalisis kemampuan mahasiswa PGSD dalam membuat perencanaan pembelajaran IPA (topik magnet,listrik dan cahaya) di SD yang meliputi sasaran, perumusan tujuan pembelajaran khusus (TPK), pemilihan/penentuan bahan ajar, pemilihan model pembelajaran, pemilihan/pembuatan media, pembuatan alat evaluasi, data dijaring melalui instrumen AUKMP. Kemudian data yang diperoleh disusun ke dalam tabel sehingga terlihat jelas nilai rata-rata deskriptor dan aspeknya.

Untuk menganalisis tanggapan mahasiswa terhadap implementasi model pembelajaran yang mengintergasikan mata kuliah Konsep Dasar IPA dan Pendidikan IPA pada topik magnet, listrik dan cahaya, data yang terkumpul dari angket atau kuesioner dianalisis dengan statistik deskriptif menggunakan perhitungan persentase sederhana dengan rumus, yaitu:

% n

keseluruha mahasiswa

jumlah

option suatu mengisi yang

mahasiswa jumlah

respon

% = × 100


(27)

BAB V PEMBAHASAN

Dari hasil pengolahan data di atas, maka akan dibahas permasalahan yang ada dalam penelitian ini sebagai berikut :

A. Peningkatan penguasaan Konsep Dasar IPA

Faktor yang mempengaruhi peningkatan hasil belajar mahasiswa salah satunya adalah model yang digunakan dalam pembelajaran yaitu model pembelajaran magnet, listrik dan cahaya. Hasil perolehan skor pos tes dari ketiga model pembelajaran magnet, listrik dan cahaya secara umum mengalami kenaikan dibandingkan dengan pre tes. Berdasarkan kriteria skor gain yang dinormalisasi menurut Hake (1998) skor rata-rata gain ternormalisasi penguasaan konsep magnet sebesar 48% tergolong sedang, listrik sebesar 34% tergolong sedang, dan N-gain cahaya sebesar 74% tergolong tinggi. Dari ketiga skor rata-rata gain yang diperoleh, skor rata-rata gain magnet dan listrik tergolong sedang hal ini kemungkinan karena mahasiswa kurang memahami konsep magnet dan listrik, untuk listrik terutama pada rangkaian tertutup yaitu rangkaian seri, paralel dan seri paralel. Gain listrik disebabkan karena dalam evaluasi tentang konsep listrik banyak soal-soal tentang rangkaian listrik banyak mahasiswa yang tidak dapat menentukan mana lampu yang hidup atau mati jika ada salah satu lampu yang padam atau pemutus arusnya diubah-ubah.


(28)

B. Kemampuan membuat perencanaan

1. Kemampuan mahasiswa merumuskan sasaran untuk pembelajaran IPA SD

Hasil pengolahan data kemampuan mahasiswa merumuskan sasaran, pada umumnya mahasiswa dapat merumuskan sasaran dengan baik. Hal ini dapat ditunjukkan dengan perolehan nilai rata-rata sasaran dari renpel magnet 3,56, listrik 3,53 dan cahaya 3,61 jika dikonversikan mendapat nilai A. Faktor yang mempengaruhi mahasiswa dapat merumuskan sasaran dengan baik adalah dengan melihat deskriptor pada sasaran yaitu : Merumuskan TPU yang diambil dari GBPP mendapat nilai rata-rata untuk magnet 3,89.(A),listrik 4(A) dan cahaya 4 (A). Menuliskan TPU Antara mendapat nilai rata-rata untuk magnet 3,67 (A),listrik 3,89 ( A ) dan cahaya 3,89.( A ),mencantumkan efek iringan sikap ilmiah mendapat nilai rata-rata untuk magnet 3,67.(A), listrik 3,22.( B ) dan cahaya 3,45 (A) dan efek iringan. Keterampilan Proses Sains (KPS) mendapat nilai rata-rata 3,00.( B ), listrik 3,00 (B) dan cahaya 3,11 (B). Dengan melihat rata-rata deskriptor sasaran , maka kemampuan mahasiswa merumuskan sasaran dalam perencanaan pembelajaran IPA termasuk kategori baik, karena untuk mencapai deskriptor sasaran mahasiswa harus tahu tentang tujuan pembelajaran umum TPU yang diambil dari GBPP IPA, kemudian dari TPU tersebut dibuat TPU Antara dan mencantumkan efek iringan sikap ilmiah dan efek iringan keterampilan proses apa yang diperoleh siswa setelah pembelajaran.tersebut proses pembelajaran berlangsung dengan menggunakan keterampilan proses sains, dimana keterampilan proses sains


(29)

merupakan hal yang penting dalam pembahasan suatu konsep, prinsip dan teori. Dengan keterampilan proses siswa diajak untuk memikirkan kembali cara yang telah dilakukan oleh ilmuwan dalam menemukan dan membentuk suatu konsep, sehingga akan membantu siswa dalam mempelajari IPA menjadi lebih bermakna dan mempunyai sikap ilmiah (Harlen, 1990).

2. Kemampuan mahasiswa merumuskan TPK dalam pembelajaran IPA SD

Hasil pengolahan data kemampuan mahasiswa merumuskan TPK pada umumnya sudah baik. Hal ini dapat ditunjukkan dengan perolehan nilai rata-rata TPK dari renpel magnet 3,33, listrik 3,00 dan cahaya 3,00 Kemampuan mahasiswa dalam merumuskan TPK dengan baik dilihat dari deskriptornya. yaitu : Kata Kerja Operasional (KKO) dan kondisi pembelajaran mendapat nilai rata-rata untuk magnet 3,33. (A), Listrik 3 (B) dan cahaya 3 (B) . Relevansi dengan TPU/TPU Antara mendapat nilai rata-rata untuk magnet 3,67 (A), listrik 3,56 (A) dan cahaya 3,367 (A). Relevansi dengan bidang ilmu mendapat nilai rata-rata untuk magnet 3,33 (A), listrik 3,22 (B) dan untuk cahaya 3,1 (B). Mencakup ranah hasil belajar mendapat nilai rata-rata untuk magnet 3,61.(A) listrik 3,44 (A) dan listrik 3,11 (B). Dengan melihat deskriptor TPK, maka kemampuan mahasiswa dalam merumuskan TPK dikatagorikan baik, karena untuk mencapai deskriptor tujuan pembelajaran khusus harus mengacu pada tujuan pembelajaran umum antara, relevan dengan bidang ilmu serta mencakup ranah hasil belajar yang menurut Bloom ada 3 ranah yaitu ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotor. Proses


(30)

pembelajaran berlangsung dengan menggunakan keterampilan proses sains. Dalam merumuskan tujuan pembelajaran khusus harus mencantumkan kata kerja operasional seperti melakukan pengamatan, mengelompokkan, meramalkan, mengkomunikasikan, berhipotesis, merencanakan percobaan, menerapkan konsep dan mengajukan pertanyaan (Rustaman. N 1996 ). Pentingnya keterampilan proses dalam pembelajaran IPA dapat dicermati dalam tujuan pembelajaran IPA yang mencantumkan agar siswa memiliki keterampilan proses untuk mengembangkan pengetahuan, gagasan tentang alam sekitar. Dengan membuat tujuan pembelajaran yang sesuai dengan deskriptornya akan membantu siswa dalam mempelajari IPA menjadi lebih bermakna.

3. Kemampuan mahasiswa dalam meramu bahan ajar

Kemampuan mahasiswa dalam meramu bahan ajar pada umumnya sudah baik. Hal ini dapat ditunjukkan dengan hasil perolehan nilai rata-rata bahan ajar ketiga renpel magnet 3,31, listrik 3,42 dan cahaya 3,33 jika dikonversikan mendapat nilai A . Faktor yang mempengaruhi kemampuan mahasiswa dalam meramu bahan ajar dengan baik dapat dilihat pada deskriptor bahan ajar yaitu : Tuntutan GBPP/Kurikulum untuk magnet mendapat nilai rata-rata sebesar 3,44 (A), listrik 3,56 (A) dan cahaya 3,44 (A). Disusun logis/Sistematis memperoleh nilai magnet sebesar 3,11 (B), listrik 3,33 (A) dan cahaya 3,22 (B). Mengacu pada TPK mendapat nilai rata-rata untuk magnet sebesar 3,33 (B), listrik 3,33 (A) dan cahaya 3,22 (B). Sesuai tingkat perkembangan anak mendapat nilai rata-rata, magnet 3,33 (A) , listrik 3,45 (A) dan cahaya


(31)

mendapat nilai rata-rata 3,44 (A). Dengan melihat rata-rata nilai deskriptor bahan ajar maka kemampuan mahasiswa dalam meramu bahan ajar sudah baik, hal ini disebabkan karena dalam meramu bahan ajar sudah sesuai dengan tuntutan kurikulum yang disusun secara sistematik dan mengacu pada tujuan pembelajaran yang telah ditentukan sebelumnya. Bahan ajar yang diramu juga disesuaikan dengan tingkat perkembangan siswa yang menurut teori Piaget bahwa anak usia sekolah dasar termasuk tingkat operasional konkrit dan menurut Majid Abdul (2008) bahan ajar merupakan informasi, alat dan teks yang diperlukan guru untuk perencanaan dan penelaahan implementasi pembelajaran.

4. Kemampuan mahasiswa merumuskan strategi pembelajaran Kemampuan mahasiswa dalam merumuskan strategi pembelajaran pada umumnya sudah baik. Hal ini dapat ditunjukkan dengan hasil perolehan nilai rata-rata strategi pembelajaran ketiga renpel magnet 3,39 , listrik 3,39 dan cahaya 3,33 jika dikonversikan mendapat nilai A. Faktor yang mempengaruhi kemampuan mahasiswa dalam merumuskan strategi pembelajaran IPA dengan baik adalah melihat deskriptor strategi pembelajaran IPA yaitu : Sesuai kondisi atau konteks mendapat nilai rata-rata untuk magnet sebesar 33,3 (A), listrik 3,44 (A) dan cahaya 3,44 (A). Langkah-langkah sistematik dan jelas mendapat nilai rata-rata untuk magnet 3,22 (B), listrik 3,22 (B) dan cahaya 3,22 (B). Alokasi waktu proporsional mendapat nilai untuk magnet 3,44 (A), listrik 3,44 (A) dan cahaya 3,44 (A). Mengaktifkan belajar siswa mendapat nilai untuk magnet 3,56 (A), listrik 3,45 (A) dan cahaya 3,44(A) .Dengan


(32)

melihat rata-rata deskriptor strategi pembelajaran IPA, maka kemampuan mahasiswa merumuskan strategi pembelajaran IPA sudah baik hal ini disebabkan karena mahasiswa tersebut dalam merencanakan proses pembelajarannya mampu menyesuaikan dengan kondisi kelas yang ada, dapat mengatur waktu , mengaktifkan siswa dan dapat menentukan langkah-langkah yang sistematik dan jelas. Sebagai perencana, guru hendaknya dapat mendiagnosa kebutuhan para siswa sebagai subyek belajar, merumuskan tujuan kegiatan proses pembelajaran dan menetapkan strategi pengajaran yang ditempuh untuk merealisasikan tujuan yang telah dirumuskan ( Majid, 2008).

5. Kemampuan mahasiswa dalam memilih atau membuat alat peraga/media pembelajaran IPA SD

Kemampuan mahasiswa dalam memilih media atau membuat alat peraga sudah baik. Hal ini dapat ditunjukkan dengan hasil perolehan nilai rata-rata deskriptor media ketiga renpel magnet 3,31 ,listrik 3,28 dan cahaya 3,33 jika dikonversikan magnet dan listrik nilainya B dan cahaya A. Faktor yang mempengaruhi kemampuan mahasiswa dalam memilih media dengan tepat adalah melihat deskriptor media yaitu : Sesuai dengan materi pelajaran mendapat nilai rata-rata magnet 3,56 (A) ,listrik 3,67(A) dan cahaya 3,56 (A). Sesuai dengan tujuan pembelajaran mendapat nilai rata-rata magnet 3,11 (B), listrik 3,00 (B) dan cahaya 3,11 (A). Sesuai dengan prinsip pembuatan media mendapat nilai rata-rata magnet 3,44 (A), listrik 2,99(B) dan cahaya 3,33(A). Membantu pemahaman mendapat nilai rata-rata magnet 3,56(A), lisrik 3,44 (A) dan cahaya 3,67 (A). Dengan melihat rata-rata deskriptor media maka


(33)

kemampuan mahasiswa dalam memilih media sudah baik karena menurut Sudjana (1991) penggunaan media pembelajaran yang direncanakan dapat mempertinggi proses dan hasil pembelajaran yang berkenaan dengan taraf berpikir siswa. Taraf berpikir manusia mengikuti tahap perkembangan dimulai dari berpikir kongkrit menuju ke berpikir abstrak, dimulai dari berpikir sederhana menuju ke berpikir komplek. Penggunaan media pembelajaran yang direncanakan sudah sesuai dengan tujuan pembelajaran, materi pelajaran yang telah ditentukan sebelumnya dan menurut Sudjana penggunaan media pengajaran dalam proses pembelajaran sangat dianjurkan untuk mempertinggi kualitas pembelajaran.. Kemampuan yang baik dalam menentukan media ini akan membantu mahasiswa dalam memahami suatu konsep.

6. Kemampuan mahasiswa dalam membuat alat evaluasi

Kemampuan mahasiswa dalam membuat alat evaluasi sudah baik. Hal ini dapat ditunjukkan dengan hasil perolehan nilai rata-rata deskriptor evaluasi ketiga renpel magnet 3,42 , listrik 3,25 dan cahaya 3,28 jika dikonversikan magnet mendapat nilai A sedangkan listrik dan cahaya mendapat nilai B

. Sesuai dengan tujuan pembelajaran mendapat nilai rata-rata magnet 3,45 (A), listrik 3,33 (A) dan cahaya 3,44 (A). Mencantumkan kisi-kisi tes mendapat nilai rata-rata magnet 3,22 (A), listrik 3,11 (B) dan cahaya 3,11 (B). Merencanakan evaluasi kinerja mendapat nilai rata-rata magnet 3,33 (A), listrik 3,33 (A) dan cahaya 3,11 (B). Menyiapkan kunci jawab dan kriteria penyekoran mendapat nilai rata-rata magnet 3,67 (A), listrik 3,22 (B) dan cahaya 3,44 (A). Berdasarkan rata-rata diskriptor evaluasi maka kemampuan


(34)

mahasiswa sudah baik karena evaluasi yang direncanakan sesuai dengan tujuan pembelajaran khusus yang telah ditentukan sebelumnya, dan mampu merencanakan perangkat evaluasi seperti membuat kisi-kisi tes, menyiapkan kunci jawaban dan kriteria penyekorannya sebab menurut Majid Abdul (2008) proses penilaian harus merupakan bagian yang tak terpisahkan dari proses pembelajaran.

C. Tanggapan mahasiswa terhadap implementasi model pembelajaran IPA. Model pembelajaran yang dikembangkan pada penelitian ini yaitu model pembelajaran yang menggabungkan mata kuliah konsep dasar IPA dan pendidikan IPA di SD untuk calon guru Sekolah Dasar dengan topik magnet, listrik, dan cahaya. Pada pemodelan pembelajaran tersebut, suasana pembelajaran dibuat seperti di Sekolah Dasar.

Berdasarkan hasil analisis dari responden terhadap model pembelajaran magnet, listrik, dan cahaya pada umumnya mendapatkan tanggapan yang baik, karena model yang dipergunakan dapat membantu mahasiswa memahami konsep khususnya konsep magnet, listrik dan cahaya. Penggunaan LKS dengan petunjuk yang jelas dan disertai gambar, dapat mempermudah melakukan percobaan.


(35)

Daftar Pustaka

Arikunto, S. (2002). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Edisi Revisi. Jakarta : Bina Aksara

……….(1999). Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek, (Edisi Revisi IV). Jakarta : Rineka Cipta.

Barus, PK dan Imam Poernomo, (1994), Fisika 2 untuk SLTP Kelas 2, Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Carin AA & Sund, (1975) Teaching Science Through Discovery. Ohio : Columbus Merrill Publishing.

Dahar, R. W. (1996), Teori-Teori Belajar, Bandung : Erlangga.

……… (1985). Kesiapan Guru Mengajarkan Sains di Sekolah Dasar :

Ditinjau Dari Segi Pengembangan Keterampilan Proses Sains (Suatu

Humatif Tentang Proses Belajar Mengajar Sains di Kelas 4,5 dan 6

Sekolah Dasar) : Desertasi Doktor. FPS IKIP Bandung. Tidak

Diterbitkan.

Depdikbud (1995). Kurikulum Pendidikan Dasar (Landasan, Program dan

Pengembangan). Jakarta : Dirjen Dikti.

………..(1995). Kurikulum Pendidikan Dasar (GBPP Kelas 5 SD Tahun

1994). Jakarta : Dirjen Dikti.

………..,(1995). Kurikulum Pendidikan Dasar (GBPP Kelas 6 SD Tahun

1994). Jakarta : Dirjen Dikti.

………(1997/1998). Pedoman Pelaksanaan Kurikulum Program Pendidikan Prajabatan D-II Program Pendidikan Prajabatan Guru

Kelas Tahun 1995. Jakarta : Dirjen Dikti.

………(1997/1998). Kurikulum Program Pendidikan Prajabatan D-II

Program Pendidikan Prajabatan Guru Kelas Tahun 1995. Jakarta :

Dirjen Dikti.

Gabel, D. L., (ed). (1993). Hand Book of Research on Science Teaching and

Learning. A Project of The National Science. Teacher Association New


(36)

Hadiat. (1997). Alam Sekitar Kita : IPA untuk Sekolah Dasar Kelas 5. Jakarta : Depdikbud.

……… (1996). Alam Sekitar Kita : IPA untuk Sekolah Dasar Kelas 6. Jakarta : Depdikbud.

Hake, RR. (1998). “Interactive-Engagement vs Traditional Methods : A Six-Thousand _ Student Survey of Mechanics Test Data for Introductory

Physics Courses”. Am. J. Phys. 66, 64-74

Haryanto, (2000). Ilmu Pengetahuan Alam untuk Sekolah Dasar Kelas 5. Jakarta : Erlangga.

Herliani, Elly. (2005). Mengolah dan Menganalisis Data Menggunakan

Komputer (Seri Penelitian). Bandung PPPG IPA

Hinduan, A. A.,et, al. (2001). The development of teaching and learning science models at primary school and primary school teacher education’Final

Report to The University Research for Graduate Education Project.

Directorate General of Higher Education.

Indrawati, (1999/2000), Model-Model Pembelajaran IPA, Bandung : PPPG IPA ………… (1999/2000), Keterampilan Proses Sains/IPA, Bandung : PPPG IPA

Joyce, Bruce, Marsha Weill. & Showers. (1992). Models of Teaching. Boston : Allyn and Bacon.

Kanginan Marthen, (2000), Fisika SLTP 3 A Kelas 3 Tengah Tahun Pertama,

Suplemen GBPP 1999. Jakarta : Erlangga.

Kresnadi, H. (2001). Pengembangan Bentuk Tes Keterampilan Proses Sains

Dalam Pembelajaran IPA di Kelas III SD. Tesis. PPS. UPI. Bandung :

Tidak Diterbitkan.

Majid Abdul. (2008) Perencanaan pembelajaran. Bandung : Remaja Rosdakarya Meltzer. (2002). The relationship between mathematic preparation and

conceptual learning gains in physics : A possible “hidden variable “ in

diagnostic pretest scores. Am. J. Phys. 70 (12).

Rustaman, N. (1995). Pengembangan Butir Soal Keterampilan Proses Sains, disusun sebagai bahan penyuluhan untuk disampaikan dan dilatihkan


(37)

kepada guru-guru SD dalam rangka pengabdian pada masyarakat.

Makalah. Bandung : FPMIPA IKIP.

Semiawan, C. (1986). Pendekatan Keterampilan Proses Bagaimana

Mengaktifkan Siswa dalam Belajar. Jakarta : PT. Gramedia.

Siegel, S. (1992), Statistik Non Parametrik Untuk Ilmu-Ilmu Sosial. Jakarta : Gramedia

Srini, (1997). Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta : BP3GSD Depdikbud.

Suadyana, I. (2000). Pengembangan Model Pembelajaran Siklus Belajar tentang Penyesuaian Makhluk Hidup dan Hubungan Antara Makhluk Hidup untuk Meningkatkan Keterampilan Berfikir Rasional Siswa

Sekolah Dasar Kelas V. Tesis.PPS UPI. Bandung : Tidak diterbitkan.

Sumaji, dkk. (1998). Pendidikan Sains yang Humanistis. Yogyakarta : Kanisius. Suparno, P. (1997), Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Yogyakarta :

Kanisius.

Supriadi, D. (1998). Mengangkat Citra Dan Martabat Guru. Bandung : Adicita Karya Nusa

Trowbridge, L.W. & Bybee, R. W (1991) : Becoming A Secondary School

Science Teacher, Columbus : Merril Publishing Co. A Bell & Howell

Information Co.

UNESCO, (1970) UNESCO Source Book for Science Teaching. Paris : Published by the United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization.


(1)

melihat rata-rata deskriptor strategi pembelajaran IPA, maka kemampuan mahasiswa merumuskan strategi pembelajaran IPA sudah baik hal ini disebabkan karena mahasiswa tersebut dalam merencanakan proses pembelajarannya mampu menyesuaikan dengan kondisi kelas yang ada, dapat mengatur waktu , mengaktifkan siswa dan dapat menentukan langkah-langkah yang sistematik dan jelas. Sebagai perencana, guru hendaknya dapat mendiagnosa kebutuhan para siswa sebagai subyek belajar, merumuskan tujuan kegiatan proses pembelajaran dan menetapkan strategi pengajaran yang ditempuh untuk merealisasikan tujuan yang telah dirumuskan ( Majid, 2008).

5. Kemampuan mahasiswa dalam memilih atau membuat alat

peraga/media pembelajaran IPA SD

Kemampuan mahasiswa dalam memilih media atau membuat alat peraga sudah baik. Hal ini dapat ditunjukkan dengan hasil perolehan nilai rata-rata deskriptor media ketiga renpel magnet 3,31 ,listrik 3,28 dan cahaya 3,33 jika dikonversikan magnet dan listrik nilainya B dan cahaya A. Faktor yang mempengaruhi kemampuan mahasiswa dalam memilih media dengan tepat adalah melihat deskriptor media yaitu : Sesuai dengan materi pelajaran mendapat nilai rata-rata magnet 3,56 (A) ,listrik 3,67(A) dan cahaya 3,56 (A). Sesuai dengan tujuan pembelajaran mendapat nilai rata-rata magnet 3,11 (B), listrik 3,00 (B) dan cahaya 3,11 (A). Sesuai dengan prinsip pembuatan media mendapat nilai rata-rata magnet 3,44 (A), listrik 2,99(B) dan cahaya 3,33(A). Membantu pemahaman mendapat nilai rata-rata magnet 3,56(A), lisrik 3,44 (A) dan cahaya 3,67 (A). Dengan melihat rata-rata deskriptor media maka


(2)

kemampuan mahasiswa dalam memilih media sudah baik karena menurut Sudjana (1991) penggunaan media pembelajaran yang direncanakan dapat mempertinggi proses dan hasil pembelajaran yang berkenaan dengan taraf berpikir siswa. Taraf berpikir manusia mengikuti tahap perkembangan dimulai dari berpikir kongkrit menuju ke berpikir abstrak, dimulai dari berpikir sederhana menuju ke berpikir komplek. Penggunaan media pembelajaran yang direncanakan sudah sesuai dengan tujuan pembelajaran, materi pelajaran yang telah ditentukan sebelumnya dan menurut Sudjana penggunaan media pengajaran dalam proses pembelajaran sangat dianjurkan untuk mempertinggi kualitas pembelajaran.. Kemampuan yang baik dalam menentukan media ini akan membantu mahasiswa dalam memahami suatu konsep.

6. Kemampuan mahasiswa dalam membuat alat evaluasi

Kemampuan mahasiswa dalam membuat alat evaluasi sudah baik. Hal ini dapat ditunjukkan dengan hasil perolehan nilai rata-rata deskriptor evaluasi ketiga renpel magnet 3,42 , listrik 3,25 dan cahaya 3,28 jika dikonversikan magnet mendapat nilai A sedangkan listrik dan cahaya mendapat nilai B

. Sesuai dengan tujuan pembelajaran mendapat nilai rata-rata magnet 3,45 (A), listrik 3,33 (A) dan cahaya 3,44 (A). Mencantumkan kisi-kisi tes mendapat nilai rata-rata magnet 3,22 (A), listrik 3,11 (B) dan cahaya 3,11 (B).


(3)

mahasiswa sudah baik karena evaluasi yang direncanakan sesuai dengan tujuan pembelajaran khusus yang telah ditentukan sebelumnya, dan mampu merencanakan perangkat evaluasi seperti membuat kisi-kisi tes, menyiapkan kunci jawaban dan kriteria penyekorannya sebab menurut Majid Abdul (2008) proses penilaian harus merupakan bagian yang tak terpisahkan dari proses pembelajaran.

C. Tanggapan mahasiswa terhadap implementasi model pembelajaran IPA.

Model pembelajaran yang dikembangkan pada penelitian ini yaitu model pembelajaran yang menggabungkan mata kuliah konsep dasar IPA dan pendidikan IPA di SD untuk calon guru Sekolah Dasar dengan topik magnet, listrik, dan cahaya. Pada pemodelan pembelajaran tersebut, suasana pembelajaran dibuat seperti di Sekolah Dasar.

Berdasarkan hasil analisis dari responden terhadap model pembelajaran magnet, listrik, dan cahaya pada umumnya mendapatkan tanggapan yang baik, karena model yang dipergunakan dapat membantu mahasiswa memahami konsep khususnya konsep magnet, listrik dan cahaya. Penggunaan LKS dengan petunjuk yang jelas dan disertai gambar, dapat mempermudah melakukan percobaan.


(4)

Daftar Pustaka

Arikunto, S. (2002). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Edisi Revisi. Jakarta : Bina Aksara

……….(1999). Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek, (Edisi Revisi IV). Jakarta : Rineka Cipta.

Barus, PK dan Imam Poernomo, (1994), Fisika 2 untuk SLTP Kelas 2, Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Carin AA & Sund, (1975) Teaching Science Through Discovery. Ohio : Columbus Merrill Publishing.

Dahar, R. W. (1996), Teori-Teori Belajar, Bandung : Erlangga.

……… (1985). Kesiapan Guru Mengajarkan Sains di Sekolah Dasar : Ditinjau Dari Segi Pengembangan Keterampilan Proses Sains (Suatu Humatif Tentang Proses Belajar Mengajar Sains di Kelas 4,5 dan 6 Sekolah Dasar) : Desertasi Doktor. FPS IKIP Bandung. Tidak Diterbitkan.

Depdikbud (1995). Kurikulum Pendidikan Dasar (Landasan, Program dan Pengembangan). Jakarta : Dirjen Dikti.

………..(1995). Kurikulum Pendidikan Dasar (GBPP Kelas 5 SD Tahun 1994). Jakarta : Dirjen Dikti.

………..,(1995). Kurikulum Pendidikan Dasar (GBPP Kelas 6 SD Tahun 1994). Jakarta : Dirjen Dikti.

………(1997/1998). Pedoman Pelaksanaan Kurikulum Program Pendidikan Prajabatan D-II Program Pendidikan Prajabatan Guru Kelas Tahun 1995. Jakarta : Dirjen Dikti.


(5)

Hadiat. (1997). Alam Sekitar Kita : IPA untuk Sekolah Dasar Kelas 5. Jakarta : Depdikbud.

……… (1996). Alam Sekitar Kita : IPA untuk Sekolah Dasar Kelas 6. Jakarta : Depdikbud.

Hake, RR. (1998). “Interactive-Engagement vs Traditional Methods : A Six-Thousand _ Student Survey of Mechanics Test Data for Introductory Physics Courses”. Am. J. Phys. 66, 64-74

Haryanto, (2000). Ilmu Pengetahuan Alam untuk Sekolah Dasar Kelas 5. Jakarta : Erlangga.

Herliani, Elly. (2005). Mengolah dan Menganalisis Data Menggunakan Komputer (Seri Penelitian). Bandung PPPG IPA

Hinduan, A. A.,et, al. (2001). The development of teaching and learning science models at primary school and primary school teacher education’Final Report to The University Research for Graduate Education Project. Directorate General of Higher Education.

Indrawati, (1999/2000), Model-Model Pembelajaran IPA, Bandung : PPPG IPA ………… (1999/2000), Keterampilan Proses Sains/IPA, Bandung : PPPG IPA

Joyce, Bruce, Marsha Weill. & Showers. (1992). Models of Teaching. Boston : Allyn and Bacon.

Kanginan Marthen, (2000), Fisika SLTP 3 A Kelas 3 Tengah Tahun Pertama, Suplemen GBPP 1999. Jakarta : Erlangga.

Kresnadi, H. (2001). Pengembangan Bentuk Tes Keterampilan Proses Sains Dalam Pembelajaran IPA di Kelas III SD. Tesis. PPS. UPI. Bandung : Tidak Diterbitkan.

Majid Abdul. (2008) Perencanaan pembelajaran. Bandung : Remaja Rosdakarya Meltzer. (2002). The relationship between mathematic preparation and

conceptual learning gains in physics : A possible “hidden variable “ in diagnostic pretest scores. Am. J. Phys. 70 (12).

Rustaman, N. (1995). Pengembangan Butir Soal Keterampilan Proses Sains, disusun sebagai bahan penyuluhan untuk disampaikan dan dilatihkan


(6)

kepada guru-guru SD dalam rangka pengabdian pada masyarakat. Makalah. Bandung : FPMIPA IKIP.

Semiawan, C. (1986). Pendekatan Keterampilan Proses Bagaimana Mengaktifkan Siswa dalam Belajar. Jakarta : PT. Gramedia.

Siegel, S. (1992), Statistik Non Parametrik Untuk Ilmu-Ilmu Sosial. Jakarta : Gramedia

Srini, (1997). Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta : BP3GSD Depdikbud.

Suadyana, I. (2000). Pengembangan Model Pembelajaran Siklus Belajar tentang Penyesuaian Makhluk Hidup dan Hubungan Antara Makhluk Hidup untuk Meningkatkan Keterampilan Berfikir Rasional Siswa Sekolah Dasar Kelas V. Tesis.PPS UPI. Bandung : Tidak diterbitkan. Sumaji, dkk. (1998). Pendidikan Sains yang Humanistis. Yogyakarta : Kanisius. Suparno, P. (1997), Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Yogyakarta :

Kanisius.

Supriadi, D. (1998). Mengangkat Citra Dan Martabat Guru. Bandung : Adicita Karya Nusa

Trowbridge, L.W. & Bybee, R. W (1991) : Becoming A Secondary School Science Teacher, Columbus : Merril Publishing Co. A Bell & Howell Information Co.

UNESCO, (1970) UNESCO Source Book for Science Teaching. Paris : Published by the United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization.


Dokumen yang terkait

Hubungan Latar Belakang Peminatan Sekolah dengan Penguasaan Konsep Dasar IPA Mahasiswa PGSD

0 3 7

HUBUNGAN PENGUASAAN KONSEP PENDIDIKAN SENI RUPA DAN PENGETAHUAN WAWASAN SENI DENGAN KEMAMPUAN MENGGAMBAR PADA MAHASISWA PGSD UNIMED.

0 0 5

PENGARUH PEMBELAJARAN IPA TERPADU TIPE INTEGRATED TERHADAP PENGUASAAN KONSEP DAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMP PADA TOPIK TEKANAN.

0 4 57

PENERAPAN PENDEKATAN INKUIRI DALAM PEMBELAJARAN IPA TOPIK CAHAYA UNTUK PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA.

0 2 36

PENERAPAN MODEL ADVANCE ORGANIZER DALAM PEMBELAJARAN SISTEM SARAF UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP, KEMAMPUAN MEMBUAT PETA KONSEP DAN RETENSI PENGETAHUAN SISWA.

0 2 44

PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK DENGAN PORTOFOLIO UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SMA PADA TOPIK LISTRIK DINAMIS.

0 0 43

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING BERBANTUAN WEBSITE TERHADAP PENGUASAAN KONSEP DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH SISWA KELAS X PADA TOPIK LISTRIK ARUS SEARAH.

0 1 43

PENGARUH PENGGUNAAN MODUL TERINTEGRASI PADA PEMBELAJARAN OPTIK TERHADAP PENINGKATAN PENGUASAAN KONSEP DAN KETERAMPILAN GENERIK SAINS MAHASISWA PGSD – UT.

1 2 42

EFEKTIVITAS STRATEGI PEMBELAJARAN SCAFFOLDING TERHADAP PENINGKATAN ACADEMIC SELF-EFFICACY DAN PENGUASAAN KONSEP DASAR IPA MAHASISWA PGSD Leo Muhammad Taufik dan Rinto

0 0 9

PENINGKATAN PENGUASAAN KONSEP MELALUI PEMBELAJARAN DENGAN STRATEGI PROBLEM SOLVTNG PADA TOPIK OPTIKA BAGI MAHASISWA PENDIDIKAN FISIKA - UNIB Scholar Repository

0 0 8