PENGARUH PERKEMBANGAN WISATA BUDAYA TERHADAP KONDISI SOSIAL EKONOMI MENURUT PERSEPSI MASYARAKATDI DESA CIREUNDEU.

(1)

Kartika Puspita Dewi, 2013

PENGARUH PERKEMBANGAN WISATA BUDAYA TERHADAP KONDISI SOSIAL EKONOMI MENURUT PERSEPSI MASYARAKAT

DI DESA CIREUNDEU SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pariwisata Pada Program Studi Management Resort & Leisure

Oleh ;

KARTIKA PUSPITA DEWI NIM : 0900992

PROGRAM STUDI MANAJEMEN RESORT & LEISURE FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG

2013


(2)

PENGARUH PERKEMBANGAN WISATA BUDAYA

TERHADAP KONDISI SOSIAL EKONOMI MENURUT

PERSEPSI MASYARAKAT DI DESA CIREUNDEU

Oleh :

Kartika Puspita Dewi

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

© Kartika Puspita Dewi 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Oktober 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

Kartika Puspita Dewi, 2013

LEMBAR PENGESAHAN KARTIKA PUSPITA DEWI

0900992

“ PENGARUH PERKEMBANGAN WISATA BUDAYA TERHADAP

KONDISI SOSIAL EKONOMI MENURUT PERSEPSI

MASYARAKAT DI DESA CIREUNDEU ”

Disetujui dan disahkan oleh : Pembimbing I

Erry Sukriah, SE.,M.SE. NIP. 19791215 200812 2 002

Pembimbing II

Caria Ningsih, SE.,M.Si NIP. 19800131.2008122.002

Mengetahui,

Ketua Program Studi Manajemen Resort & Leisure

Fitri Rahmafitria, SP.,M.Si. NIP. 19741018 200812 2 001


(4)

PENGARUH PERKEMBANGAN WISATA BUDAYA TERHADAP KONDISI SOSIAL EKONOMI MENURUT PERSEPSI

MASYARAKAT DI DESA CIREUNDEU

ABSTRAK Oleh :

Kartika Puspita Dewi 0900992

Desa Cireundeu merupakan suatu desa adat yang memiliki potensi dari sisi kearifan lokal dan kebudayaan. Perkembangan pariwisata di Desa Cireundeu lebih menonjolkan wisata budaya. Sementara dalam proses perkembangan wisata budaya secara tidak langsung telah menyentuh kondisi sosial ekonomi masyarakat Desa Cireundeu. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif verifikatif dengan pendekatan kuantitatif. Dengan menggunakan metode ini, maka dapat diperoleh deskripsi mengenai bagaimana perkembangan wisata budaya di Desa Cireundeu menurut persepsi masyarakat sekitarnya dan juga bagaimana kondisi sosial ekonomi masyarakat yang juga dilihat menurut persepsi masyarakat. Untuk mendapatkan hasil verifikatif, data yang telah didapat dari kuesioner akan dianalisis menggunakan regresi linear sederhana. Penelitian ini menggunakan populasi sebanyak 1.034 orang dan sampel sebanyak 91 orang. Hasil analisis tersebut akan menggambarkan bagaiman pengaruh perkembangan wisata budaya terhadap kondisi sosial ekonomi. Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa perkembangan wisata budaya memiliki nilai yang positif terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat Desa Cireundeu. Pada pengujian hipotesis juga diketahui bahwa terdapat pengaruh antara perkembangan wisata budaya terhadap kondisi sosial ekonomi. Perkembangan wisata budaya dan kondisi sosial ekonomi pada penelitian terdapat hubungan yang sedang. Diharapkan masyarakat Desa Cireundeu terus berupaya menjaga segala bentuk kebudayaan yang mereka miliki. Salah satu caranya dengan meningkatkan penampilan kebudayaan yang mereka miliki melalui pagelaran drama atau pertunjukan musik daerah.

Kata Kunci : Wisata budaya, Kondisi sosial ekonomi, Persepsi masyarakat, Desa Cireundeu


(5)

ii

Kartika Puspita Dewi, 2013

INFLUENCE OF CULTURAL TOURISM DEVELOPMENTS TO SOCIO ECONOMIC CONDITIONS BY COMMUNITY PERCEPTION

IN CIREUNDEU VILLAGE ABSTRACT

By :

Kartika Puspita Dewi 0900992

Cireundeu Village is a traditional village that has the potential of the local wisdom and culture. The development of tourism in the village Cireundeu further highlight the cultural tourism. While in the process of the development of cultural tourism has indirectly touched the socio-economic condition of Village community Cireundeu. This study uses descriptive verification research method with quantitative approach. By using this method, can be obtained a description of how the development of cultural tourism in the Village Cireundeu by perceptions the surrounding community and also how the socio-economic conditions of community who are also seen by community perception. To get the verificative, data that has been obtained from the questionnaires will be analyzed using simple linear regression. This study used a population of 1,034 people and sample of 91 people. Results of the analysis will describe how the influence of developments cultural tourism to the socio-economic conditions. From the results of this research note that the developments cultural tourism has a positive value to the socio-economic condition of the Village community Cireundeu. On the hypothesis testing is also known that there are significant between the development of cultural tourism to the socio-economic conditions. The development of cultural tourism and socio-economic conditions in the study of the relationship there. Expected to Cireundeu Village community continually strive keep any kind of culture they have. One of way is to improve the appearance of their culture through performances of drama or musical performance area.

Keywords: cultural tourism, the socio-economic condition, community perception, Cireundeu Village


(6)

DAFTAR ISI

ABSTRAK... i

KATA PENGANTAR... iii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penulisan ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Definisi Operasional ... 7

F. Sistematika Penulisan ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pariwisata ... 9

B. Desa Wisata ... 10

C. Pengembangan Desa Wisata ... 12

D. Wisata Budaya ... 16

E. Dampak Sosial Ekonomi ... 19

F. Persepsi ... 23


(7)

vii Kartika Puspita Dewi, 2013

H. Hipotesis ... 26

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN A. Lokasi Dan Objek Penelitian ... 27

B. Desain Penelitian 1. Metode Penelitian... 27

2. Operasional Variabel ... 28

C. Populasi Dan Sampel 1. Populasi ... 30

2. Sampel ... 31

D. Jenis Dan Sumber Data ... 32

E. Teknik Pengumpulan Data ... 32

F. Pengujian Instrumen Penelitian 1. Uji Validitas ... 34

2. Uji Reliabilitas ... 37

3. Normalitas Data ... 40

4. Methods Sucessive Interval ... 40

5. Analisis Regresi Linear Sederhana ... 41

G. Teknik Analisis Data ... 42

H. Hipotesis ... 43

I. Uji Korelasi... 44

J. Koefisien Determinasi... 45

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum


(8)

1. Gambaran Singkat Desa Cireundeu... 46

2. Sejarah Singkat Desa Cireundeu ... 46

B. Hasil Analisis Perkembangan Wisata Budaya 1. Musik ... 49

2. Kerajinan ... 52

3. Arsitektur ... 55

4. Pola Tradisi Masyarakat ... 57

5. Aktivitas Ekonomi ... 58

6. Sejarah ... 61

7. Rekapitulasi Perkembangan Wisata Budaya ... 63

C. Hasil Analisis Kondisi Sosial Ekonomi 1. Aspek Demografis ... 65

2. Mata Pencaharian ... 67

3. Aspek Budaya ... 68

4. Transformasi Norma ... 71

5. Modifikasi Pola Konsumsi ... 73

6. Aspek Lingkungan ... 75

7. Rekapitulasi Kondisi Sosial Ekonomi ... 77

D. Pengaruh Perkembangan Wisata Budaya Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi 1. Uji Hipotesis ... 79

2. Koefisien Determinasi ... 80

3. Uji Regresi Linear Sederhana ... 81

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 83


(9)

ix Kartika Puspita Dewi, 2013

B. Saran ... 84

DAFTAR PUSTAKA ... 86 LAMPIRAN LAMPIRAN


(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Wisata Kampung Adat Di Bandung ... 2

Tabel 2.1 Dampak Pariwisata Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi ... 21

Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu ... 22

Tabel 3.1 Operasional Variabel ... 29

Tabel 3.2 Interpretasi Koefisien Korelasi ... 35

Tabel 3.3 Validitas Perkembangan Wisata Budaya... 36

Tabel 3.4 Validitas Kondisi Sosial Ekonomi... 36

Tabel 3.5 Reliabilitas Perkembangan Wisata Budaya ... 39

Tabel 3.6 Reliabilitas Kondisi Sosial Ekonomi ... 39

Tabel 3.7 Normalitas Data ... 40

Tabel 3.8 Korelasi Pearson ... 45

Tabel 4.1 Tanggapan Responden Mengenai Musik... 50

Tabel 4.2 Tanggapan Responden Mengenai Kerajinan ... 52

Tabel 4.3 Tanggapan Responden Mengenai Arsitektur... 55

Tabel 4.4 Tanggapan Responden Mengenai Pola Tradisi Masyarakat ... 57

Tabel 4.5 Tanggapan Responden Mengenai Aktivitas Ekonomi ... 59

Tabel 4.6 Tanggapan Responden Mengenai Sejarah... 61

Tabel 4.7 Rekpitulasi Tanggapan Responden Mengenai Perkembangan Wisata Budaya ... 63

Tabel 4.8 Tanggapan Responden Mengenai Aspek Demografis... 65

Tabel 4.9 Tanggapan Responden Mengenai Mata Pencaharian ... 67


(11)

xi Kartika Puspita Dewi, 2013

Tabel 4.11 Tanggapan Responden Mengenai Transformasi Norma... 71 Tabel 4.12 Tanggapan Responden Mengenai Modifikasi Pola Konsumsi ... 73 Tabel 4.13 Tanggapan Responden Mengenai Aspek Lingkungan ... 75 Tabel 4.14 Rekapitulasi Tanggapan Responden Mengenai Kondisi Sosial


(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Peta Lokasi Desa Cireundeu ... 27

Gambar 3.2 Garis Kontinum... 43

Gambar 4.1 Struktur Komunitas Cireundeu ... 49

Gambar 4.2 Garis Kontinum Musik... 50

Gambar 4.3 Diagram Karakteristik Responden Berdasarkan Usia... 52

Gambar 4.4 Garis Kontinum Kerajinan ... 53

Gambar 4.5 Diagram Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir... 54

Gambar 4.6 Diagram Karaketristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin... 55

Gambar 4.7 Garis Kontinum Arsitektur ... 56

Gambar 4.8 Garis Kontinum Pola Tradisi Masyarakat... 58

Gambar 4.9 Garis Kontinum Aktivitas Ekonomi... 59

Gambar 4.10 Diagram Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan... 61

Gambar 4.11 Garis Kontinum Sejarah... 62

Gambar 4.12 Garis Kontinum Perkembangan Wisata Budaya... 64

Gambar 4.13 Garis Kontinum Aspek Demografis... 66

Gambar 4.14 Garis Kontinum Mata Pencaharian ... 67

Gambar 4.15 Garis Kontinum Aspek Budaya ... 70

Gambar 4.16 Garis Kontinum Transformasi Norma ... 72

Gambar 4.17 Garis Kontinum Modifikasi Pola Konsumsi... 74

Gambar 4.18 Garis Kontinum Aspek Lingkungan ... 76


(13)

xiii Kartika Puspita Dewi, 2013


(14)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di masa kini pariwisata merupakan sektor industri yang memiliki peran penting dalam eksistensi suatu negara. Beragam potensi dan kekhasan suatu negara akan menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan. Banyak kontribusi yang didapat dalam pengembangan pariwisata di suatu negara, karena kini pariwisata merupakan salah satu sektor industri yang mampu menyumbang pendapatan negara dengan peresentasi cukup besar. Sesuai perkembangan, kepariwisataan bertujuan memberikan keuntungan baik bagi wisatawan maupun warga setempat.

Dalam buku Anatomi Pariwisata, oleh Oka A. Yoeti (2008:35) tujuan utama suatu negara mengembangkan industri pariwisata di negara masing-masing, tidak lain ialah penerimaan pendapatan dari pengeluaran wisatawan yang mengunjunginya. Kalau pendapatan hasil ekspor diperoleh dari penjualan barang-barang luar negeri, dalam hal pariwisata pendapatan itu diperoleh dari pengeluaran wisatawan yang mengunjungi suatu negara.

Dari hal tersebut negara-negara di dunia menyadari betapa pentingnya pengembangan pariwisata karena dengan pengembangan pariwisata tidak hanya memberikan manfaat untuk menunjukan eksistensi sebuah negara, namun dapat pula mendorong peningkatan sektor perekonomian di negara tersebut. Data UNWTO menyebutkan pada tahun 2011 sektor pariwisata menyumbangkan 9% PDB dunia serta menyerap 8,7% tenaga kerja dunia. Dalam tahun yang sama pula, pertumbuhan pariwisata dunia sebesar 4,6% dengan menciptakan lapangan kerja sebanyak 244 juta pekerjaan. Ini membuktikan bahwa kontribusi kepariwisataan dari penukaran pendapatan luar negeri sampai pendapatan dan pekerjaan, dapat memperbaiki struktur ekonomi dan memacu perkembangan bisnis.

Di Indonesia, sektor pariwisata merupakan salah satu industri yang mampu menyumbang pendapatan negara dengan jumlah presentase yang cukup besar. Menurut Badan Pusat Statistik Indonesia, pada tahun 2012 pendapatan yang


(15)

2

Kartika Puspita Dewi, 2013

disumbang dari industri pariwisata diperkirakan mencapai US$9,1 miliar atau naik 5,81 persen dibanding penerimaan pendapatan tahun 2011 yang sebesar US$8,6 miliar. Beragam potensi yang di tawarkan dalam industri pariwisata menjadi daya tarik tersendiri, Indonesia yang kaya akan daya tarik budaya serta laut dan alam memiliki potensi yang dapat dikembangkan. Keanekaragaman kekayaan sosial budaya merupakan modal dasar dari pengembangan pariwisata di Indonesia

Jawa Barat memiliki beragam obyek daya tarik wisata yang menarik untuk dikunjungi. Di Jawa Barat terdapat beberapa titik kota dengan masing-masing potensi alam dan kekhasan budaya yang dimilikinya.Wisata budaya merupakan salah satu wisata yang cukup menarik, karena budaya dari setiap daerah memiliki ciri khas tersendiri. Tabel 1.1 di bawah ini menunjukan daftar wisata budaya berupa kampung adat di Jawa Barat

Tabel 1.1

Wisata Kampung Adat Di Jawa Barat

Sumber: disparbud.jabarprov.go.id

Beragam wisata budaya yang tersebar di kampung adat di Jawa Barat memiliki keunikan atau potensi sendiri. Beberapa diantaranya seperti Kampung Adat Ciptagelar memiliki potensi dari sisi khas dalam lokasi dan bentuk rumah serta tradisi yang masih dipegang kuat oleh masyarakat pendukungnya. Kampung

No Nama Kampung Adat Lokasi

1 Kampung Urug Kab. Bogor

2 Kampung Ciptagelar Kab. Sukabumi

3 Kampung Adat Mahmud Kab. Cipatik

4 Kampung Pulo Kab. Garut

5 Kampung Naga Kab. Tasikmalaya

6 Kampung Kuta Kab. Ciamis

7 Kampung Dukuh Kab. Garut

8 Kampung Gede Kasepuhan Ciptagelar Kab. Sukabumi

9 Kampung Adat Sirna Resmi Kab. Sukabumi


(16)

3

Adat Pulo yang memiliki keunikan yakni Kampung Pulo didirikan 6 buah rumah adat yang berjajar saling berhadapan masing-masing 3 buah rumah di kiri dan di kanan ditambah dengan sebuah mesjid. Jumlah dari rumah tersebut tidak boleh ditambah ataupun dikurangi. Sementara Kampung Adat Cireundeu yang kini menjadi Desa Wisata Cireundeu memiliki potensi yang tidak kalah menarik untuk diteliti yaitu kebiasaan masyarakat yang menjadikan singkong yang diolah menjadi berasa yang di mana beras tersebut digunakan sebagai makanan pokok mereka, dengan keunikan yang dimiliki Desa Wisata Cireundeu banyak wisatawan yang datang untuk melihat proses pembuatan atau bahkan mencicipi beras singkong. Desa Wisata Cireundeu sendiri berada tidak jauh dari pusat Kota Cimahi.

Kota Cimahi merupakan salah satu kota di Jawa Barat yang memiliki beragam potensi pariwisata, meskipun bertetangga dengan Bandung namun eksistensi pariwisata di Cimahi masih kalah jauh dibandingkan Bandung dikarenakan perkembangan dunia pariwisata di kota Cimahi terbilang masih jalan di tempat. Program yang dicanangkan pemerintah setempat untuk pengembangan pariwisata dinilai belum tepat sasaran sehingga hasilnya belum dirasa maksimal. Meskipun begitu kota Cimahi kini sangat berusaha melakukan pembenahan dan pengembangan di aspek pariwisatanya.

Mengacu pada peraturan Gubernur Provinsi Jawa Barat No 48/2006 tentang Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah (RIPPDA) Provinsi Jawa Barat 2005-2013 bahwa Kota Cimahi termasuk ke dalam kawasan wisata pendidikan dan belanja. Beragam ODTW yang tersebar di Cimahi antara lain Alam Wisata Cimahi, Katumbiri, Curug Cimahi, Taman Kupu-Kupu, All About Starwberry, Ciwangun Indah Camp, Paku Haji, Wisata Heritage berupa bangunan peninggalan masa kolonial yang kini menjadi kawasan militer. Selain terkenal dengan wisata heritage-nya Cimahi memiliki kampung adat Cireundeu yang kini menjadi Desa Wisata Cireundeu.

Desa Cireundeu dikembangkan sebagai salah satu strategis pembangunan masyarakat kota berkelanjutan dan percepatan peningkatan ekonomi kota Cimahi serta berdasarkan revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) kota Cimahi


(17)

4

Kartika Puspita Dewi, 2013

tahun 2010-2030 mengenai kriteria kawasan strategis wisata alam dan wisata buatan, dan surat keputusan Walikota Cimahi No 501/kep 208/BPMPPKB/2010 tentang Desa Cireundeu. Desa Cireundeu ini menempati areal seluas 5 hektar, terdiri dari 2 RT tercakup dalam wilayah Kelurahan Leuwigajah, Kota Cimahi. Namun untuk Desa Cireundeu ini lebih terpusat di wilayah RT 02 RW 10. .

Desa Cireundeu merupakan kawasan lembah di perbukitan yang posisinya dikelilingi beberapa gunung. Secara geografis, pegunungan yang mengelilinginya antara lain Gunung Gajahlangu di sebelah Utara, Gunung Cimentang di sebelah selatan, Gunung Puncaksalam di sebelah Timur, dan Gunungkunci di sebelah Barat. Desa Wisata Cireundeu memiliki luas permukiman 5 hektar berada pada ketinggian 800 m dari permukaan air laut. Ketinggian tempat, ditunjang vegetasi lahan yang baik menyebabkan suhu kampung tersebut terasa relatif sejuk. Curah hujan di kampung ini hampir sama dengan curah hujan di wilayah Kelurahan Leuwigajah yaitu berkisar antara 1.500 mm sampai dengan 3.000 mm per tahun.

Desa Cireundeu merupakan desa adat yang memiliki potensi pariwisata dari sisi kearifan lokal dan budayanya, masyarakat Cireundeu masih menjaga adat istiadat dan tradisinya dengan kokoh. Salah satu kekhasan yang dimiliki masyarakat Desa Cireundeu adalah kebiasaan unik makanan pokok mereka bukannlah beras tetapi singkong. Awalnya singkong hanya diolah menjadi rasi yang berarti beras singkong, namun dengan seiring berkembangnya aspek pariwisata di desa tersebut kini singkong diolah menjadi beragam produk yang hasilnya dapat dijual kepada wisatawan yang datang. Dengan berkembangnya produk olahan singkong, ini jelas dapat mengangkat perekonomian masyarakat Desa Cireundeu melalui industri rumah tangga.

Selain mengangkat perekonomian masyarakat Desa Wisata Cireundeu melalui industri rumah tangga yang mengolah singkong, pengembangan pariwisata di Desa Cireundeu mampu memberikan lapangan pekerjaan kepada masyarakat sekitar salah satunya lapangan pekerjaan untuk berwirausaha aneka pangan khas Desa Cireundeu, dimana panganan atau snack ini dapat dijual kepada wisatawan.


(18)

5

Hal-hal di atas merupakan dampak positif yang didapat dari pengembangan pariwisata di kawasan Desa Cireundeu. Dari aspek ekonomi yang meningkat maka aspek pendidikan pun turut meningkat, kini masyarakat Cireundeu mampu membiayai anaknya untuk bersekolah ke jenjang-jenjang yang lebih tinggi. Dibandingkan dengan keadaan Desa Cireundeu yang dahulunya pengembangan pariwisata di Desa Cireundeu secara tidak langsung membantu melestarikan kearifan lokal yang dimiliki di daerah tersebut, sehingga tetap menjadi keunikan tersendiri dan menjadi daya tarik yang khas. Sehingga bisa dikatakan dengan berkembangnya pariwisata di suatu daerah maka berkembang pula peluang-peluang bisnis, dari bisnis yang kecil hingga bisnis yang bertaraf lebih tinggi.

Selain itu juga kampung Cireundeu mengalami perubahan dalam hal bangunan dimana bangunannya dulu dindingnya masih terbuat dari anyaman bambu (bilik) dan atapnya dari hateup (daun kelapa), dibanding sekarang bangunannya sudah modern yang berdindingkan tembok dan beratap genteng. Namun kata kepala adat disana seharusnya tidak dirubah dengan tembok, karena dengan mengubahnya berarti menghilangkan adat ciri khas bangunan kampung Cireundeu dulu yang seharusnya dilestarikan.

Menurut Prajogo,1976 dalam Spillane (1991 : 13) gejala pariwisata, baik dalam arti sempit maupun dalam arti luas, mempunyai pengaruh pada segi-segi kehidupan orang, dan masyarakat, baik pada segi-segi sosio-ekonomi maupun pada segi-segi sosio-budaya, politik dan lingkungan hidup. Pengaruh-pengaruh itu bisa jadi menguntungkan, maka sedapat mungkin dilipat gandakan. Tetapi bisa pula merugikan, yang sedapat mungkin dihindari.

Pengembangan pariwisata tentunya akan berdampak terhadap kondisi masyarakat, seperti kondisi ekonomi dan sosial di masyarakat sekitarnya. Dengan keberagaman budaya dan kehidupan sosial di masyarakat, pengembangan pariwisata diharapakan akan membuat suatu hubungan yang saling menguntungkan. Hal ini sangat diharapkan dalam pengembangan Desa Wisata Cireundeu.

Dari pengembangan pariwisata yang berdampak pada kondisi sosial dan ekonomi masyarakat sekitarnya. Dalam pengembangan suatu desa wisata yang


(19)

6

Kartika Puspita Dewi, 2013

secara langsung merasakan efek pembangunan ini adalah masyarakat sekitarnya, sehingga mengkaji atau meneliti persepsi masyarakat sendiri mengenai hubungan pengembangan wisata di daerahnya terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat itu sendiri akan memberikan gambaran mengenai bagaimana perkembangan wisata budaya dan efek yang didapatkan atau dirasakan masyarakat pada kondisi sosial ekonominya.

Dengan uraian latar belakang tersebut penulis ingin mengadakan penelitian dengan judul:

“PENGARUH PERKEMBANGAN WISATA BUDAYA TERHADAP

KONDISI SOSIAL EKONOMI DI DESA CIREUNDEU MENURUT

PERSEPSI MASYARAKAT”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah dikemukakan sebelumnya maka identifikasi masalah yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana persepsi masyarakat mengenai perkembangan wisata budaya di Desa Cireundeu?

2. Bagaimana persepsi masyarakat mengenai kondisi sosial ekonomi di Desa Cireundeu?

3. Bagaimana pengaruh perkembangan wisata budaya terhadap kondisi sosial ekonomi ditinjau dari persepsi masyarakat sekitar Desa Cireundeu?

C. Tujuan Penelitian

1. Menganalisis mengenai perkembangan wisata budaya di Desa Cireundeu ditinjau dari persepsi masyarakat.

2. Menganalisis kondisi sosial ekonomi di Desa Cireundeu ditinnjau dari persepsi masyarakat.

3. Menganalisis pengaruh perkembangan wisata budaya terhadap kondisi sosial ekonomi ditinjau dari persepsi masyarakat sekitar Desa Cireundeu.


(20)

7

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang hendak dicapai dalam penelitian ini, yakni:

1. Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kajian keilmuan mengenai desa wisata.

2. Penelitian diharapkan mampu menjadi masukan bagi pemerintah dan pengelola Desa Cireundeu terhadap kaitan pengembangan pariwisata dengan kondisi sosial ekonomi masyarakat.

3. Diharapkan dapat menjadi suatu referensi dalam penelitian berikutnya dengan tema dan topik yang serupa.

E. Definisi Operasional

Agar penelitian ini dapat terlaksana dengan baik dan tidak melenceng dari sasaran awal, maka definisi operasional dari penelitian ini perlu dijabarkan dengan jelas. Adapun definisi operasionalnya adalah sebagai berikut:

1. Persepsi

Definisi persepsi yang diberikan oleh Desiderato dalam Rakhmat (1996:51) adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan.

2. Wisata Budaya

Menurut Pendit (1994:14) wisata budaya adalah perjalanan yang dilakukan atas dasar keinginan untuk memperluas pandangan hidup seseorang dengan jalan mengadakan kunjungan ke tempat lain atau ke luar negeri, mempelajari keadaan rakyat, kebiasan dan adat istiadat, cara hidup, kebudayan dan seni mereka

3. Kondisi Sosial Ekonomi

Menurut Glenn (1998:9) dampak pariwisata pada industri pariwisata itu sendiri tercermin dalam investasi dan lapangan kerja untuk memenuhi


(21)

8

Kartika Puspita Dewi, 2013

permintaan akan pariwisata, dan penyusutan dan kerusakan sumber daya pariwisata. Akhirnya ada dampak lebih luas yakni dampak atas kondisi lingkungan hidup, sosial, dan ekonomi.

F. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan adalah urutan atau tata cara penulisan dengan tujuan untuk mempermudah proses pembacaan sebuah karya tulis khususnya skripsi. Berikut adalah sistematika penulisan skripsi ini.

BAB I Pendahuluan

Bab ini menjelaskan tentang latar belakang permasalahan penelitian, rumusan masalah, tujuan, dan manfaat penelitian.

BAB II Tinjauan Pustaka

Bab ini berisikan tentang kajian teori yang berfungsi sebagai landasan teoritis dan juga berisikanhipotesis peneliti dalam pengujian teori.

BAB III Metode Penelitian

Bab ini berisikan tentang lokasi penelitian,populasi, sampel, desain penelitian, metode penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data.

BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

Bab ini menjelaskan tentang hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan serta ditemukan oleh peneliti selama melakukan penelitian di lapangan.

BAB V Kesimpulan dan Saran

Bab ini berisikan tentang kesimpulan dari hasil pembahasan dan penelitian yang telah dilakukan peneliti serta saran-saran dari peneliti untuk berbagai pihak.


(22)

BAB III

OBJEK DAN METODELOGI PENELITIAN

A. Lokasi dan Objek Penelitian

Penelitian ini mengambil lokasi di Desa Wisata Cireundeu. Desa Cireundeu ini tercakup dalam wilayah Kelurahan Leuwigajah, Kota Cimahi. Jarak Desa Cireundeu sekitar dua kilometer dari Kelurahan Leuwigajah, dan empat kilometer dari Pusat Pemerintahan Kota Cimahi. Lokasi penelitian ini ditunjukkan dalam gambar 3.1

Sumber: Google Maps

Gambar 3.1

Peta Lokasi Desa Cireundeu

B. Desain Penelitian 1. Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan suatu kegiatan penelitian yang didasarkan pada ciri-ciri keilmuan yaitu rasional, empiris, dan sistematis, untuk mendapatkan


(23)

28

Kartika Puspita Dewi, 2013

data, dengan tujuan dan kegunaan yang telah ditentukan. Dalam penelitian ini, penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Menurut Sugiyono (2012:8) metode penelitian kuantitatif dapat diartikan metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik, dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan. Metode dalam penelitian ini akan digunakan metode deskriptif dan verifikatif.

Sugiyono (2011:29) mendefinisikan bahwa metode deskriptif adalah metode yang digunakan untuk menggambarkan atau menganalisis suatu hasil penelitian tetapi tidak digunakan untuk membuat kesimpulan yang lebih luas. Sedangkan metode penelitian verifikatif menurut Sugiyono (2005:21) penelitian verifikatif pada dasarnya untuk menguji teori dengan pengujian hipotesis. Pengujian hipotesis dilakukan dengan mengunakan perhitungan statistik yang digunakan untuk menguji pengaruh variabel X terhadap Y. Metode verifikatif berarti menguji teori dengan pengujian suatu hipotesis apakah diterima atau ditolak.

2. Operasionalisasi Variabel

Dalam penelitian ini, penulis telah mengkaji operasional variabel yang kemudian akan dijadikan panduan dalam pembuatan kuisioner. Adapun pengertian variabel menurut Sugiyono (2012:58) variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulan

Penelitian ini mengkaji persepsi masyarakat mengenai kondisi sosial ekonomi (y) dan persepsi masyarakat mengenai perkembangan wisata budaya sebagai variabel independen (x). Operasional Variabel dari penelitian ini dapat dilihat pada tabel 3.1


(24)

29

Tabel 3.1 Operasional Variabel Variabel

Konsep Teoritis

Konsep

Empirik Konsep Analisis Skala

Persepsi Masyarakat Mengenai Perkembangan Wisata Budaya (X) Aspek-aspek budaya tersebut diantaranya musik, kerajinan, arsitektur, pola tradisi masyarakat, aktifitas ekonomi, dan sejarah. Chafid Fandeli (2002:107)

Indikator yang dipakai dalam menilai persepsi masyarakat mengenai perkembangan wisata budaya melalui aspek budaya.

1. Musik

2. Kerajinan

3. Arsitektur

4. Pola Tradisi Masyarakat

5. Aktivitas Ekonomi

6. Sejarah

Data berikut ini di dapat dari kuesioner dengan skala likert meliputi persepsi atau pendapat dari masyarakat sekitar

1. Musik

a. Kesenian pertunjukan musik

yang ditampilkan

mengandung makna dari apresiasi atau ide masyarakat setempat 2. Kerajinan

a. Hasil kerajinan didapat dari kreativitas dan inovasi masyarakat

b. Hasil kerajinan didapat dengan cara mengolah hasil pertanian

3. Arsitektur

a. Bentuk bangunan

mencerminkan kelokalan dan keaslian wilayah setempat

4. Pola Tradisi Masyarakat a. Upacara adat semakin

diminati wisatawan 5. Aktivitas Ekonomi

a. Pola usaha atau mata pencaharian masyarakat berkaitan dengan potensi produksi di wilayah pedesaan

6. Sejarah

a. Sejarah tradisi masyarakat dapat dikemas melalui pertunjukan kesenian/drama Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal


(25)

30

Kartika Puspita Dewi, 2013 Variabel

Konsep Teoritis

Konsep

Empirik Konsep Analisis Skala

Persepsi Masyarakat Mengenai Kondisi Sosial Ekonomi (Y) Pengklasifik asian dampak pariwisata atas enam aspek yakni aspek demografis, mata pencaharian, aspek budaya, transformasi norma, modifikasi pola konsumsi, aspek lingkungan. (Pizam dan Miman, 1984 dalam Pitana 2005:118)

Indikator yang dipakai dalam menilai persepsi masyarakat tentang kondisi sosial ekonomi 1.Aspek Demografis 2.Mata Pencaharian 3.Aspek Budaya 4.Transformasi Norma (Nilai & Moral) 5.Modifikasi Pola Konsumsi 6.Aspek Lingkungan

Data berikut ini di dapat dari responden dengan skala likert meliputi persepsi atau pendapat dari masyarakat sekitar

1. Aspek Demografis

a. Adanya peningkatan penduduk pendatang

2. Mata Pencaharian

a. Lapangan pekerjaan bertambah luas

b. Adanya perubahan mata pencaharian

3. Aspek Budaya a. Terpeliharanya

kebudayaan setempat b. Kebudyaan setempat lebih

dikenal

c. Penggunaan bahasa lain menjadi fasih

4. Transformasi Norma

a. Nilai aturan adat yang berlaku tetap dijaga dan ditaati

5. Modifikasi Pola Konsumsi a. Komuditas SDA hasil

olahan semakin beragam b. Pemanfaatan komuditas

SDA hasil olahan meningkat

6. Aspek Lingkungan

a. Kelestarian dan keasrian lingkungan sekitar menjadi lebih ditingkatkan Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal

Sumber: Diolah Penulis (2013) C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Menurut Sugiyono (2011:80) populasi diartikan sebagai wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian


(26)

31

ditarik kesimpulannya. Sedangkan menurut Made (2005:232) populasi adalah kelompok dimana seorang peneliti akan memperoleh hasil penelitian yang dapat disamaratakan (digeneralisasikan). Suatu populasi mempunyai sekurang-kurangnya satu karakteristik yang membedakan populasi itu dengan kelompok-kelompok yang lain. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh masyarakat yang berada di wilayah Desa Cireundeu Kecamatan Cimahi Selatan Kota Cimahi yang pada tahun 2011 berjumlah 1.034 orang dengan komposisi laki-laki 490 orang dan perempuan 544 orang.

2. Sampel

Sampel menurut Sugiyono (2011:81) adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila Populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, maka kesimpulan dari sampel populasi tersebut dapat diberlakukan.

Penelitian ini tidak mungkin mengambil populasi secara keseluruhan dikarenakan faktor-faktor seperti keterbatasan dana, tenaga, dan waktu. Oleh karena itu penelitian ini hanya mengambil sebagian dari populasi namun harus mewakili dari seluruh populasi tersebut.

Sehingga metode pengambilan sample dalam penelitian ini menggunakan metode simple random sampling dengan rumus Slovin ( Umar, 2005:78) :

Keterangan: n= Ukuran sampel N=Ukuran populasi

e= kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan sampel yang dapat ditolerir (0,10)


(27)

32

Kartika Puspita Dewi, 2013

n= 91,1

Berdasarkan perhitungan diatas penelitian ini menggunakan ukuran sampel minimal dengan dengan derajat kepercayaan 10% maka didapatlah ukuran sampel minimal dengan jumlah (n)= 91orang.

D. Jenis dan Sumber Data 1. Data primer

Data primer adalah data yang didapat dari sumber pertama baik dari individu ataupun perseorangan, seperti dari wawancara atau pengisian kuisioner ang dilakukan peneliti (Umar, 2005:42). Adapun data primer yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data mengenai jawaban responden atas kuesioner tertutup guna mengetahui data yang dibutuhkan dan persepsi masyarakat mengenai pengembangan wisata budaya terhadap kondisi sosial ekonomi.

2. Data Sekunder

Sumber sekunder merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen (Sugiyono, 2008:402). Data tersebut merupakan data yang diperoleh secara tidak langsung dan sudah diolah oleh pihak-pihak lain. Dalam penelitian ini, data sekunder diperoleh dari internet, pihak pemerintahan kota cimahi, pihak pengelola Desa Cireundeu.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Observasi Lapangan, adalah suatu teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara mengunjungi tempat yang menjadi objek penelitian. Fokus dalam penelitian ini adalah persepsi masyarakat mengenai pengembangan wisata budaya terhadap kondisi sosial ekonomi.


(28)

33

2. Kuesioner (Angket) merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden. Dalam penelitian ini kuesioner akan disebarkan pada beberapa Kepala Keluarga di Desa Cireundeu dan menggunakan skala ordinal. Skala ini mengurutkan data dari tingkat yang paling rendah ke tingkat yang paling tinggi atau sebaliknya.

3. Wawancara, adalah suatu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengadakan tanya jawab, baik secara langsung maupun tidak langsung dengan sumber data. Dalam penelitian ini wawancara dilakukan kepada masyarakat Desa Cireundeu dan dinas dinas yang terkait.

4. Studi Literatur, adalah metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengumpulkan informasi yang berhubungan dengan teori-teori yang terdapat kaitannya dengan masalah yang diteliti. Adapun data-data tersebut dapat diperoleh dari media internet, surat kabar, buku-buku literatur yang memiliki keterkaitan dengan masalah yang diteliti.

F. Pengujian Instrumen Penelitian

1. Uji Validitas

Yang dimaksud dengan uji validitas adalah suatu data dapat dipercaya kebenarannya sesuai dengan kenyataan. Menurut Sugiyono (2012:121) bahwa valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Valid menunjukan derajat ketepatan antara data yang sesungguhnya terjadi pada objek dengan data yang dapat dikumpulkan oleh peneliti.

Uji validitas dalam penelitian ini digunakan analisis item yaitu mengkorelasikan skor tiap butir dengan skor total yang merupakan jumlah dari tiap skor butir. Jika ada item yang tidak memenuhi syarat, maka item tersebut


(29)

34

Kartika Puspita Dewi, 2013

tidak akan diteliti lebih lanjut. Syarat tersebut menurut Sugiyono (2009:179) yang harus dipenuhi yaitu harus memiliki kriteria sebagai berikut :

a. Jika r ≥ 0,30, maka item-item pertanyaan dari kuesioner adalah valid b. Jika r ≤ 0,30, maka item-item pertanyaan dari kuesioner adalah tidak valid

Uji validitas dalam penelitian ini menggunakan korelasi Product Moment dengan rumus sebagai berikut:

√ √

Keterangan:

r = Koefisien validitas butir pertanyaan yang dicari n = Banyaknya koresponden

X = Skor yang diperoleh subjek dari seluruh item Y = Skor total yang diperoleh dari seluruh item

∑X = Jumlah Skor dalam distribusi X

∑Y = Jumlah Skor dalam distribusi Y

∑X² = Jumlah kuadrat masing-masing X

∑Y² = Jumlah kuadrat masing-masing Y

Setelah harga hitung diperoleh, kemudian dihitung dengan Uji-t dengan rumus sebagai berikut :

Keterangan : t : Nilai thitung

r : Koefisien korelasi hasil rhitung

n : Jumlah responden

thitung =

√ √


(30)

35

Kriteria Uji jika > maka data dinyatakan Valid, jika <

dinyatakan tidak valid. Jika instrumen itu valid, maka dapat dilihat kriteria

penafsiran mengenai indeks korelasinya (r) pada Tabel 3.2.

Teknik perthitungan yang digunakan untuk menganalisis validitas instrument penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik korelasi biasa, yaitu korelasi antara skor-skor tes dari peserta yang sama. Selanjutnya perlu diuji apakah koefisien validitas tersebut signifikan pada taraf tertentu. Artinya, adanya koefisien validitas tersebut bukan karena faktor kebetulan.

Tabel 3.2

Interpretasi Koefisien Korelasi nilai R

Interval Koefisien Tingkat Hubungan 0,800 – 1000 Sangat kuat

0,600 - 0,799 Kuat

0,400 - 0,599 Cukup kuat

0,200 - 0,399 Rendah

0,000 - 0,199 Sangat rendah Sumber : Sugiyono (2009)

Setelah nilai r (koefisien korelasi) diperoleh maka langkah selanjutnya yang dilakukan adalah membandingkan antara hasil hasil nilai r yang terdapat pada tabel nilai kritis. Menurut Masun yang dikutip oleh Sugiono (2004:124) bahwa jika didapat koefisien korelasi > 0,3 maka instrumen tersebut dinyatakan valid. Dalam penelitian ini dengan menggunakan rumus product moment pearson yang dilakukan perHitungan melalui program MS. Excel maka didapat hasil validitas dari pertanyaan dalam kuisioner. Adapun hasil pengujian validitas, adalah sebagai berikut :


(31)

36

Kartika Puspita Dewi, 2013

Tabel 3.3

Validitas Perkembangan Wisata Budaya No. Item RHitung rTabel Keterangan

1 0.530 0.361 Valid

2 0.720 0.361 Valid

3 0.687 0.361 Valid

4 0.533 0.361 Valid

5 0.634 0.361 Valid

6 0.601 0.361 Valid

7 0.605 0.361 Valid

8 0.525 0.361 Valid

Sumber : Diolah Peneliti (2013)

Tabel di atas dapat diketahui bahwa pada indikator pertanyaan dari variabel perkembangan wisata budaya dapat dinyatakan valid karena nilai rHitung berada pada nilai >0.3 dari titik kritis atau rTabel.

Tabel 3.4

Validitas Kondisi Sosial Ekonomi No. Item rHitung rTabel Keterangan

1 0.701 0.361 Valid

2 0.614 0.361 Valid

3 0.582 0.361 Valid

4 0.725 0.361 Valid

5 0.704 0.361 Valid

6 0.438 0.361

Valid

7 0.569 0.361

Valid

8 0.475 0.361

Valid

9 0.552 0.361

Valid

10 0.410 0.361

Valid Sumber : Diolah Peneliti (2013)


(32)

37

Tabel di atas dapat diketahui bahwa pada indikator pertanyaan dari variabel kondisi sosial ekonomi dapat dinyatakan valid karena nilai rHitung berada pada nilai >0.3 dari titik kritis atau rTabel.

2. Pengujian Reliabilitas

Penggunaan pengujian reliabilitas oleh peneliti adalah untuk menilai konsistensi pada objek dan data, apakah instrument yang digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama, akan menghasilkan data yang sama. Alat ukur dikatakan memiliki reliabilitas apabila instrumen yang digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama, akan menghasilkan data yang sama, yang berarti bahwa reliabilitas berhubungan dengan konsistensi dan akurasi atau ketepatan. Uji reliabilitas diakukan untuk mendapatkan ketepatan alat pengumpul data yang digunakan.

Untuk menguji realibilitas, menurut Arikunto (2002:171) dapat menggunakan rumus Alpha Combach sebagai berikut:

r11 = [ ] [ ]

Keterangan :

r11 = nilai reliabilitas

s1 = jumlah varian skor tiap item

St = varian total

k = jumlah item

Untuk mencari nilai varian tiap skor item digunakan persamaan sebagai berikut :

Si =

Keterangan :

Si = varian skor tiap item


(33)

38

Kartika Puspita Dewi, 2013

(∑ X)2 = jumlah item X dikuadratkan N = jumlah responden

Hasil perhitungan r11 (r hitung) dibandingkan dengan rtabel pada taraf nyata

α= 5%, dengan kriteria kelayakan jika r11 > rtabel berarti reliabel dan sebaliknya

jika r11 < rtabel berarti tak reliabel. Bila keofeisien reliabilitas telah dihitung, maka

untuk menyatakan hubungan bisa digunakan kriteria Guilford (1956), yaitu : a. < 0,20 : hubungan yang sangat kecil dan bisa diabaikan b. 0,20 -< 0,40 : hubungan yang kecil (tidak erat)

c. 0,40 -<0,70 : hubungan yang cukup erat d. 0,70 -<0,90 : hubungan yang erat (reliabel)

e. 0,90 -<1,00 : hubungan yang sangat erat (sangan reliabel)

Untuk mempermudah perhitungan uji validitas dan reliabilitas, maka digunakan perengkat lunak komputer (software) program Exel for windows dan SPSS (Statistical Product and Service Solution) versi 20 for windows.

Perhitungan reliabilitas pernyataan dilakukan dengan menggunakan program SPSS for Windows 20.0. Pengujian reliabilitas instrumen penelitian dilakukan pada setiap variabel, yakni variabel (X) Perkembangan Wisata Budaya dan variabel (Y) Kondisi Sosial Ekonomi. Langkah untuk menguji reliabilitas dengan menggunakan SPSS For Windows 20.0 adalah sebagai berikut:

a. Buka file data SPSS b. Pilih analyze

c. Pilih Scale

d. Pilih Realibility Statistics e. Pilih Alpha

Untuk menentukan reliabilitas atau tidaknya instrumen didasarkan pada uji coba hipotesa dengan kriteria kelayakan jika ri > rtabel berarti reliabel dan


(34)

39

Dengan n=30 pada tingkat kekeliruan 5% maka diperoleh nilai r product moment sevesar 0.361. Berdasarkan hasil perhitungan reliabilitas masing-masing variabel adalah sebagai berikut:

a. Hasil uji reliabilitas menggunakan alat bantu SPSS for Windows 20.0 pada data Variabel X yaitu Perkembangan Wisata Budaya diperoleh ri= 0.725 dengan

menggunakan rumus Alpha. Dapat disimpulkan bahwa instrument variabel X yaitu Perkembangan Wisata Budaya dinyatakan reliabel karena ri (0.725) >

rtabel ( 0.361), ditunjukkan pada Tabel 3.5.

Tabel 3.5

Reliabilitas Perkembangan Wisata Budaya

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

.725 8

b. Hasil uji reliabilitas menggunakan alat bantu SPSS for Windows 20.0 pada data Variabel Y yaitu Kondisi Sosial Ekonomi diperoleh ri= 0.771 dengan

menggunakan rumus Alpha. Dapat disimpulkan bahwa instrument variabel Y yaitu Kondisi Sosial Ekonomi dinyatakan reliabel karena ri (0.771) > rtabel

(0.361), ditunjukkan pada Tabel 3.6. Tabel 3.6

Reliabilitas Kondisi Sosial Ekonomi

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items .771 10


(35)

40

Kartika Puspita Dewi, 2013 3. Normalitas Data

Pengujian normalitas data diperlukan untuk mengetahui apakah data tersebut berdistribusi normal. Salah satu metode pengujian normalitas data adalah teknik Kolmogrov-Smirnov. Pada teknik Kolmogrov-Smirnov jika tingkat signifikasi dibawah 0,05 (p-value < 0,05) artinya terdapat perbedaan signifikan antara data yang diuji dengan data normal baku. Hal ini dapat disimpulkan bahwa data tidak berdistribusi normal. Sedangkan bila tingkat signifikasi diatas 0,05 (p-value > 0,05) artinya tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara data yang diuji dengan data normal baku sehingga dapat disimpulkan bahwa data tersebut berdistribusi normal. Pada tabel 3.7 akan ditampilkan pengujian data normalitas dari penelitian mengenai perkembangan wisata budaya terhadap kondisi sosial ekonomi di Desa Cireundeu.

Tabel 3.7 Uji Normalitas

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic Df Sig. Statistic Df Sig. X .075 91 .200* .977 91 .105 Y .086 91 .095 .957 91 .005 *. This is a lower bound of the true significance.

a. Lilliefors Significance Correction

Dari hasil pengujian normalitas dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov dengan menggunakan bantuan penghitungan melalui SPSS 20 menunjukkan bahwa nilai signifikansi variabel X sebesar 0,200 dan signifikasi variabel Y sebesar 0,095. Dari hasil tabel tersebut dapat terlihat bahwa signifikasi variabel X dan Y lebih besar dari 0,05 maka asumsi normalitas tersebut terpenuhi atau berdistribusi normal.

4. Methods Successive Interval (MSI)

Karena penelitian ini diukur dalam bentuk skala ordinal seperti dijelaskan dalam operasionalisasi variabel sebelumnya. Skala ordinal yaitu skala yang


(36)

41

didasarkan pada rangking dari jenjang yang lebih tinggi sampai jenjang yang terendah. Maka semua data ordinal yang telah terkumpul terlebih dahulu akan ditransformasikan menjadi skala interval dengan Methods Successive Interval langkah – langkahnya ialah sebagai berikut :

a. Menghitung frekuensi.

Setelah diperoleh frekuensinya, dilakukan perhitungan proporsi (p) pada setiap pilihan jawaban dengan cara membagi frekuensi dengan jumlah responden.

b. Kemudian menghitung proporsi kumulatif untuk setiap pilihan jawaban.

c. Untuk setiap pertanyaan, tentukan nilai batas z (tabel normal) untuk setiap jawaban.

d. Tentukan nilai interval rata-rata untuk setiap pilihan jawaban melalui persamaan berikut.

SV=

5. Analisis Regresi Linear Sederhana

Menurut Tika (2005:87) Regresi Linear sederhana didasarkan pada hubungan fungsional ataupun kausal, satu variabel independen dengan satu variabel dependen. Persamaan Umum regresi linear sederhana adalah sebagai berikut :

Yang dinyatakan dalam bentuk persamaan :

Y= a + bx

Dimana :

y = subjek dalam variabel dependen yang diprediksi a = harga y bila x = 0 (harga konstan)


(37)

42

Kartika Puspita Dewi, 2013

b = koefisien regresi . Bila nilai b positif (+) = naik, sedangkan bila b negatif (-) = turun

x = subjek pada variabel independen

Untuk mendapatkan nilai a dan b digunakan rumus sebagai berikut :

G. Teknik Analisis Data

Jenis data yang akan terkumpul dalam penelitian ini adalah data ordinal, sejalan dengan tujuan penelitian ini, yaitu menganalisi persepsi masyarakat mengenai pengembangan wisata budaya terhadap kondisi sosial ekonomi di Desa Wisata Cireundeu dilakukan dengan bantuan analisis statistik. Statistik yang digunakan adalah statistic non parametric, yaitu statistik untuk data yang bersifat ordinal.

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan skala Likert. Menurut Sugiyono (2009:132) skala Likert adalah skala yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau kelompok orang tentang fenomena sosial. Setiap item akan diberikan 5 pilihan jawaban untuk setiap pertanyaan. Pilihan terhadap masing-masing jawaban untuk tanggapan responden atas dimensi pengukuran Persepsi Masyarakat Mengenai Perkembangan Wisata Budaya (X) dan Persepsi Masyarakat Mengenai Kondisi Sosial Ekonomi (Y) diberi skor sebagai berikut:

a. bobot nilai 5 berarti sangat setuju b. bobot nilai 4 berarti setuju

c. bobot nilai 3 berarti kurang setuju

 

2 2 2

   x x n xy x x y a

 

2 2

x

x

n

y

x

xy

n

b


(38)

43

d. bobot nilai 2 berarti tidak setuju

e. bobot nilai 1 berarti sangat tidak setuju

Melalui teknik pengumpulan data kuesioner/angket, maka instrumen tersebut akan diberikan secara acak. Setelah mendapatkan jumlah skor ideal (kriterium) untuk seluruh item, hasilnya akan digambarkan pada garis kontinum seperti berikut:

Tidak Baik Kurang Baik Cukup Baik Sangat Baik

Sumber: Sugiyono (2009:135)

Gambar 3.2 Garis Kontinum H. Uji Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara untuk sebuah penelitian, menurut Sugiyono (2012:93) Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, oleh karena itu rumusan masalah penelitian biasanya disusun dalam bentuk kalimat pertanyaan. Maka dalam penelitian ini jawaban sementara dari rumusan masalah atau hipotesis adalah “Terdapat pengaruh antara perkembangan wisata budaya terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat di Desa Cireundeu”. Menurut Sugiyono (2012:225) dalam pengujian hipotesis kriteria pengambilan keputusan dalam pengujian hipotesis adalah seperti berikut: Hipotesis Nol (H0) : Tidak terdapat pengaruh antara perkembangan wisata

budaya dengan kondisi sosial ekonomi

Hipotesis Alternatif (Ha) : Terdapat pengaruh antara perkembangan wisata budaya

dengan kondisi sosial ekonomi H0: β = 0 ( berarti tidak ada pengaruh )


(39)

44

Kartika Puspita Dewi, 2013

Langkah terakhir dari analisis data adalah pengujian hipotesis. Pengujian hipotesis ini menggunakan uji T. Rumusnya sebagai berikut:

Keterangan :

= Koefisien korelasi rank Spearman

=Distribusi student dengan derajat kebebasan db = n = Banyaknya sampel

I. Uji Korelasi

Dalam penelitian ini teknik korelasi yang akan digunakan adalah korelasi Perason Product Moment. Perhitungan korelasi product moment pearson ini akan dihitung melalui program SPSS ver. 20 untuk membantu perhitungan. Hasil dari perhitungan korelasi akan diinterpretasikan.

Dari interpretasi ini akan diketahui seberapa besar hubungan variabel perkembangan wisata budaya terhadap kondisi sosial ekonomi dilihat dari hasil perhitungan korelasi product moment pearson. Pada Tabel 3.9 akan dilihat hasil perhitungan korelasi antara perkembangan wisata budaya terhadap kondisi sosial ekonomi di Desa Cireundeu.

Tabel 3.8 Korelasi Pearson

Correlations

Y X Pearson Correlation

Y 1.000 .568 X .568 1.000 Sig. (1-tailed) Y . .000 X .000 . N

Y 91 91 X 91 91

t=


(40)

45

Berdasarkan tabel di atas diperoleh nilai koefisien korelasi (r) sebesar 0,568. Apabila melihat pedoman interpretasi koefisien korelasi oleh Sugiyono, maka hasil korelasi sebesar 0,568 ini berada pada hubungan yang sedang. Dapat disimpulkan bahwa, antara variabel perkembangan wisata budaya (X) terhadap variabel kondisi sosial ekonomi (Y) terdapat hubungan yang sedang.

J. Koefisien Determinasi

Menurut Jonathan Sarwono (2005:72). Koefisien Determinasi digunakan untuk menghitung besarnya peranan atau pengaruh variabel bebas (variabel X) terhadap variabel tergantung (variabel Y). Koefisien determinasi dihitung dengan cara mengkuadratkan hasil korelasi kemudian dikalikan dengan 100%.

KD = r x100% Keterangan :

kd = koefisien determinasi r2 = kuadrat regresi korelasi


(41)

83

Kartika Puspita Dewi, 2013

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pengkajian teori kemudian dilakukan analisis melalui pengujian regresi mengenai pengaruh perkembangan wisata budaya terhadap kondisi sosial di Desa Cireundeu. Berikut adalah kesimpulan yang didapatkan pada penelitian ini :

1. Secara keseluruhan, perkembangan wisata budaya mendapatkan penilaian yang baik. Hasil rekapitulasi subvariabel secara keseluruhan dapat diberi nilai rata-rata yang baik, hasil ini dapat terlihat dari perhitungan kuesioner yang ditinjau dari persepsi masyarakat Cireundeu. Ada beberapa subvariabel yang dinyatakan memiliki penilaian yang baik, yakni subvaribel musik dan arsitektur. Sedangkan untuk subvariabel pola tradisi masyarakat, aktivitas ekonomi, dan sejarah mendapatkan penilaian yang sangat baik. Subvariabel yang memiliki penilaian paling rendah yaitu subvariabel kerajinan yaitu dengan penilaian cukup baik, ini dikarenakan masih belum maksimal kreativitas masyarakat dalam mengolah sumber daya alam yang tersedia. 2. Kondisi sosial ekonomi di Desa Cireundeu pada penelitian ini dinilai baik

menurut masyarakat. Penilaian ini dilihat berdasarkan hasil analisis dari keseluruhan subvariabel kondisi sosial ekonomi. Dalam subvariabel aspek demografis mendapatkan penilaian baik. Untuk subvariabel mata pencaharian dinilai baik, sedangkan subvariabel aspek budaya mendapat penilaian yang baik pula. Dalam penilaian mengenai subvariabel aspek transformasi norma, modifikasi pola konsumsi,dan aspek lingkungan mendapatkan penilaian yang sangat baik. Secara keseluruhan kondisi sosial ekonomi mendapatkan nilai yang positif atau baik.


(42)

84

3. Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa perkembangan wisata budaya berpengaruh positif. Dalam hal ini dapat diartikan bahwa antara perkembangan wisata budaya dengan kondisi sosial ekonomi memiliki pengaruh yang positif. Atau dengan kata lain, apabila perkembangan wisata budaya semakin baik maka kondisi sosial ekonomi akan semakin baik namun apabila perkembangan wisata budaya semakin buruk maka kondisi sosial ekonomi akan semakin buruk. Di dapatkan hasil bahwa terdapat pengaruh dari perkembangan wisata budaya terhadap kondisi sosial ekonomi. Dari hasil persamaan regresi sederhana didapat persamaan Y = 16.121,623 + 0.606X yang dimana jika tidak terdapat perkembangan wisata budaya, maka kondisi sosial ekonomi bernilai positif sebesar 16.121,623. Sedangkan jika perkembangan wisata budaya nilainya mengalami peningkatan 1 maka kondisi sosial ekonomi akan mengalami peningkatan sebesar 0.606. Berdasarkan uji korelasi juga diketahui bahwa, hubungan kedua variabel yaitu perkembangan wisata budaya sebagai variabel independen dengan keputusan kondisi sosial ekonomi sebagai variabel dependen memiliki hubungan yang sedang. Maka dapat disimpulkan bahwa antara perkembangan wisata budaya terdapat pengaruh positif terhadap kondisi sosial ekonomi dengan kekuatan hubungan yang sedang.

B. SARAN

1. Diharapkan masyarakat Desa Cireundeu terus berupaya menjaga segala bentuk kebudayaan yang mereka miliki. Salah satu caranya adalah dengan meningkatkan penampilan kebudayaan yang mereka miliki melalui pagelaran drama atau pertunjukan musik daerah.


(43)

85

Kartika Puspita Dewi, 2013

2. Perlu adanya pemilihan tema atau paket wisata yang cocok untuk diterapkan di Desa Cireundeu. Sehingga potensi wisata budaya yang ada dapat dimaksimalkan menjadi atraksi yang dapat dinikmati oleh wisatawan.

3. Penambahan pusat pembelian oleh-oleh khas Cireundeu, sehingga mempermudah masyarakat luar atau wisatawan yang ingin membeli produk atau souvernir khas Desa Cireundeu.


(44)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. (2009). Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek ( Ed Keempat). Jakarta : Rineka Cipta.

Fandeli, Chafid. (2002). Pengembangan Kawasan Pedesaan Sebagai Obyek Wisata : Identifikasi Potensi Dan Perencanaan Model Pariwisata Pedesaan Sekitar Gunung Merapi. Yogyakarta : Lembaga Penelitian UGM

Made, I. (2005). Metodologi Penelitian Sosial Ekonomi. Yogyakarta : Andi

Marpaung, Happy dan Bahar, Herman. (2002). Pengantar Pariwisata. Bandung : Alfabeta

Mill, R.C. (2000). Tourism: The International Business. Jakarta: PT. Raya Grafindo Persada

Pabundu, Tika. (2005). Metode Penelitian Geografi. Jakarta : Bumi Aksara

Pendit, Nyoman S. (1994). Ilmu Pariwisata Sebuah Pengantar Perdana. Jakarta : PT. Pradinya Paramita

Pitana, I Gede dan Gayatri, Putu G. (2005). Sosiologi Pariwisata. Yogyakarta : Andi

Prajogo, MJ. (1976). Pengantar Pariwisata Indonesia. Jakarta: Direktorat Jendral Pariwisata Departemen Perhubungan

Priasukmana, Soetarso dan Mulyadin, MR. (2001). Pembangunan Desa Wisata: Pelaksanaan Undang – Undang Otonomi Daerah. LIPI

Ross, Glenn. (1998). Psikologi Pariwisata. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia Rakhmat, Jalaluddin. 1996. Psikologi Komunikasi. Bandung: Rosdakarya

Sastrayuda,Gumelar. (2010). Handout Mata Kuliah Concept Resort and Leisure, Strategi Pengembangan dan Pengelolaan Resort and Leisure.

Sobur, Alex. (2003). Psikologi Umum. Bandung: Pustaka Setia

Spillane, James. (1991). Ekonomi Pariwisata: Sejarah dan Prospeknya. Yogyakarta: Kanisius

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung : Alfabeta

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Bisnis ( Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung : Alfabeta


(45)

87

Kartika Puspita Dewi, 2013

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif, Kuantitatif, Dan R&D. Bandung : Alfabeta

Suwantoro, Gamal. (2004), Dasar-Dasar Pariwisata. Yogyakarta : Andi Umar, Husein. (2005). Metode Penelitian Untuk Skripsi Dan Tesis Bisnis.

Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama

Walgito, Bimo. (2003). Psikologi Sosial. Yogyakarta: C.V Andi Offset Warpani. (2007). Pariwisata Dalam Tata Ruang Wilayah. Bandung : ITB

Yoeti, Oka A. (1997). Perencanaan Dan Pengembangan Pariwisata. Jakarta : PT. Pradinya Paramita

Yoeti, Oka A. (2008). Anatomi Pariwisata. Bandung : Angkasa

(2011). Kampung Cireundeu Sebagai ODTW Kota Cimahi. [online]. Tersedia: http://www.tataruangindonesia.com/fullpost/cagar-budaya/1325249443/kampung-cireundeu-sebagai-odtw-kota-cimahi.html. [03/04/2013]

(2012). Pariwisata Ikut Entaskan Kemiskinan. [online]. Tersedia: http://www.poskotanews.com/2012/08/17/pariwisata-ikut-entaskan-kemiskinan/. [15/04/2013]

(2013). Devisa Pariwisata Cpai 9,1 Miliar Dollar AS. [online]. Tersedia: http://travel.kompas.com/read/2013/02/01/16522991/Devisa.Pariwisata.Capai.9.1. Miliar.Dollar.AS. [15/04/2013]


(1)

Berdasarkan tabel di atas diperoleh nilai koefisien korelasi (r) sebesar 0,568. Apabila melihat pedoman interpretasi koefisien korelasi oleh Sugiyono, maka hasil korelasi sebesar 0,568 ini berada pada hubungan yang sedang. Dapat disimpulkan bahwa, antara variabel perkembangan wisata budaya (X) terhadap variabel kondisi sosial ekonomi (Y) terdapat hubungan yang sedang.

J. Koefisien Determinasi

Menurut Jonathan Sarwono (2005:72). Koefisien Determinasi digunakan untuk menghitung besarnya peranan atau pengaruh variabel bebas (variabel X) terhadap variabel tergantung (variabel Y). Koefisien determinasi dihitung dengan cara mengkuadratkan hasil korelasi kemudian dikalikan dengan 100%.

KD = r x100%

Keterangan :

kd = koefisien determinasi r2 = kuadrat regresi korelasi


(2)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pengkajian teori kemudian dilakukan analisis melalui pengujian regresi mengenai pengaruh perkembangan wisata budaya terhadap kondisi sosial di Desa Cireundeu. Berikut adalah kesimpulan yang didapatkan pada penelitian ini :

1. Secara keseluruhan, perkembangan wisata budaya mendapatkan penilaian yang baik. Hasil rekapitulasi subvariabel secara keseluruhan dapat diberi nilai rata-rata yang baik, hasil ini dapat terlihat dari perhitungan kuesioner yang ditinjau dari persepsi masyarakat Cireundeu. Ada beberapa subvariabel yang dinyatakan memiliki penilaian yang baik, yakni subvaribel musik dan arsitektur. Sedangkan untuk subvariabel pola tradisi masyarakat, aktivitas ekonomi, dan sejarah mendapatkan penilaian yang sangat baik. Subvariabel yang memiliki penilaian paling rendah yaitu subvariabel kerajinan yaitu dengan penilaian cukup baik, ini dikarenakan masih belum maksimal kreativitas masyarakat dalam mengolah sumber daya alam yang tersedia. 2. Kondisi sosial ekonomi di Desa Cireundeu pada penelitian ini dinilai baik

menurut masyarakat. Penilaian ini dilihat berdasarkan hasil analisis dari keseluruhan subvariabel kondisi sosial ekonomi. Dalam subvariabel aspek demografis mendapatkan penilaian baik. Untuk subvariabel mata pencaharian dinilai baik, sedangkan subvariabel aspek budaya mendapat penilaian yang baik pula. Dalam penilaian mengenai subvariabel aspek transformasi norma, modifikasi pola konsumsi,dan aspek lingkungan mendapatkan penilaian yang sangat baik. Secara keseluruhan kondisi sosial ekonomi mendapatkan nilai yang positif atau baik.


(3)

3. Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa perkembangan wisata budaya berpengaruh positif. Dalam hal ini dapat diartikan bahwa antara perkembangan wisata budaya dengan kondisi sosial ekonomi memiliki pengaruh yang positif. Atau dengan kata lain, apabila perkembangan wisata budaya semakin baik maka kondisi sosial ekonomi akan semakin baik namun apabila perkembangan wisata budaya semakin buruk maka kondisi sosial ekonomi akan semakin buruk. Di dapatkan hasil bahwa terdapat pengaruh dari perkembangan wisata budaya terhadap kondisi sosial ekonomi. Dari hasil persamaan regresi sederhana didapat persamaan Y = 16.121,623 + 0.606X yang dimana jika tidak terdapat perkembangan wisata budaya, maka kondisi sosial ekonomi bernilai positif sebesar 16.121,623. Sedangkan jika perkembangan wisata budaya nilainya mengalami peningkatan 1 maka kondisi sosial ekonomi akan mengalami peningkatan sebesar 0.606. Berdasarkan uji korelasi juga diketahui bahwa, hubungan kedua variabel yaitu perkembangan wisata budaya sebagai variabel independen dengan keputusan kondisi sosial ekonomi sebagai variabel dependen memiliki hubungan yang sedang. Maka dapat disimpulkan bahwa antara perkembangan wisata budaya terdapat pengaruh positif terhadap kondisi sosial ekonomi dengan kekuatan hubungan yang sedang.

B. SARAN

1. Diharapkan masyarakat Desa Cireundeu terus berupaya menjaga segala bentuk kebudayaan yang mereka miliki. Salah satu caranya adalah dengan meningkatkan penampilan kebudayaan yang mereka miliki melalui pagelaran drama atau pertunjukan musik daerah.


(4)

85

2. Perlu adanya pemilihan tema atau paket wisata yang cocok untuk diterapkan di Desa Cireundeu. Sehingga potensi wisata budaya yang ada dapat dimaksimalkan menjadi atraksi yang dapat dinikmati oleh wisatawan.

3. Penambahan pusat pembelian oleh-oleh khas Cireundeu, sehingga mempermudah masyarakat luar atau wisatawan yang ingin membeli produk atau souvernir khas Desa Cireundeu.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. (2009). Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek ( Ed Keempat). Jakarta : Rineka Cipta.

Fandeli, Chafid. (2002). Pengembangan Kawasan Pedesaan Sebagai Obyek Wisata : Identifikasi Potensi Dan Perencanaan Model Pariwisata Pedesaan Sekitar Gunung Merapi. Yogyakarta : Lembaga Penelitian UGM

Made, I. (2005). Metodologi Penelitian Sosial Ekonomi. Yogyakarta : Andi

Marpaung, Happy dan Bahar, Herman. (2002). Pengantar Pariwisata. Bandung : Alfabeta

Mill, R.C. (2000). Tourism: The International Business. Jakarta: PT. Raya Grafindo Persada

Pabundu, Tika. (2005). Metode Penelitian Geografi. Jakarta : Bumi Aksara

Pendit, Nyoman S. (1994). Ilmu Pariwisata Sebuah Pengantar Perdana. Jakarta : PT. Pradinya Paramita

Pitana, I Gede dan Gayatri, Putu G. (2005). Sosiologi Pariwisata. Yogyakarta : Andi

Prajogo, MJ. (1976). Pengantar Pariwisata Indonesia. Jakarta: Direktorat Jendral Pariwisata Departemen Perhubungan

Priasukmana, Soetarso dan Mulyadin, MR. (2001). Pembangunan Desa Wisata: Pelaksanaan Undang – Undang Otonomi Daerah. LIPI

Ross, Glenn. (1998). Psikologi Pariwisata. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia Rakhmat, Jalaluddin. 1996. Psikologi Komunikasi. Bandung: Rosdakarya

Sastrayuda,Gumelar. (2010). Handout Mata Kuliah Concept Resort and Leisure, Strategi Pengembangan dan Pengelolaan Resort and Leisure.

Sobur, Alex. (2003). Psikologi Umum. Bandung: Pustaka Setia

Spillane, James. (1991). Ekonomi Pariwisata: Sejarah dan Prospeknya. Yogyakarta: Kanisius

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung : Alfabeta

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Bisnis ( Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung : Alfabeta


(6)

87

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif, Kuantitatif, Dan R&D. Bandung : Alfabeta

Suwantoro, Gamal. (2004), Dasar-Dasar Pariwisata. Yogyakarta : Andi Umar, Husein. (2005). Metode Penelitian Untuk Skripsi Dan Tesis Bisnis.

Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama

Walgito, Bimo. (2003). Psikologi Sosial. Yogyakarta: C.V Andi Offset Warpani. (2007). Pariwisata Dalam Tata Ruang Wilayah. Bandung : ITB

Yoeti, Oka A. (1997). Perencanaan Dan Pengembangan Pariwisata. Jakarta : PT. Pradinya Paramita

Yoeti, Oka A. (2008). Anatomi Pariwisata. Bandung : Angkasa

(2011). Kampung Cireundeu Sebagai ODTW Kota Cimahi. [online]. Tersedia: http://www.tataruangindonesia.com/fullpost/cagar-budaya/1325249443/kampung-cireundeu-sebagai-odtw-kota-cimahi.html. [03/04/2013]

(2012). Pariwisata Ikut Entaskan Kemiskinan. [online]. Tersedia: http://www.poskotanews.com/2012/08/17/pariwisata-ikut-entaskan-kemiskinan/. [15/04/2013]

(2013). Devisa Pariwisata Cpai 9,1 Miliar Dollar AS. [online]. Tersedia: http://travel.kompas.com/read/2013/02/01/16522991/Devisa.Pariwisata.Capai.9.1. Miliar.Dollar.AS. [15/04/2013]