Implementasi Program Bantuan Operasional Sekolah (BOS) Tahun 2014 di Sekolah Dasar Luar Biasa Negeri (Studi Pada Sekolah Dasar Luar Biasa Negeri Kebayakan Gunung Balohen Kecamatan Kebayakan Kabupaten Aceh Tengah)
IMPLEMENTASI PROGRAM DANA BANTUAN
OPERASIONAL SEKOLAH (BOS) TAHUN 2014 DI
SEKOLAH DASAR LUAR BIASA NEGERI (SDLB N)
(Studi pada Sekolah Dasar Luar Biasa Negeri Kebayakan Gunung BalohenKecamatan Kebayakan Kabupaten Aceh Tengah) SKRIPSI
Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Menyelesaikan Pendidikan Sarjana (S-1) Pada Defartemen Ilmu Administrasi Negara
Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Oleh :
110903006
FINTA KUHINI
DEFARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
(2)
KATA PENGANTAR
Puji Syukur penulis panjatkan kepada kehadirat ALLAH SWT. Sang
pencipta langit dan bumi serta segala isinya yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, serta kasih sayang-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul: “Implementasi Program Bantuan Operasional Sekolah (BOS) Tahun 2014 di Sekolah Dasar Luar Biasa Negeri (Studi Pada Sekolah Dasar Luar Biasa Negeri Kebayakan Gunung Balohen Kecamatan Kebayakan Kabupaten Aceh Tengah)”. Dan tak lupa pula shalawat dan salam penulis panjatkan kepada Rasulullah Muhammad SAW yang telah diutus
ke bumi sebagai lentera bagi hati manusia, Nabi yang telah membawa manusia dari
zaman kebodohan menuju zaman yang penuh dengan pengetahuan yang luar biasa
seperti saat ini.
Skipsi ini disusun sebagai syarat untuk menyelesaikan pendidikan Strata Satu
(S1) di Departemen Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
serta sebagai wahana untuk melatih diri dan mengembangkan wawasan berpikir
dalam penulisan karya ilmiah ini.
Selama proses pengerjaan skripsi ini, penulis menyadari sangat banyak pihak
yang telah membantu penulis. Dengan demikian, pada kesempatan ini penulis ingin
menyampaikan secara khusus ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada orang
tua yang tidak pernah henti mendo’akan, menasehati, membimbing, dan mendukung
(3)
doa kecil dalam hati penulis, kiranya Allah SWT memberikan usia yang panjang pada
keduanya hingga nanti bisa menyaksikan putrinya menjadi seorang sarjana dan
hingga mampu membahagiakan keduanya dengan hasil kerja putrinya sendiri. Penulis
ingin memberikan setetes kebahagian ini yang tidak akan pernah cukup untuk
membalas semua pengorbanan yang telah diberikan keduanya selama ini. Penulis
juga mengucapkan terima kasih kepada saudara-saudara penulis: buat kakanda
Hasfika Wandi, kakak ipar penulis Ety Susasnti dan buat kedua adik kecil ku yang
tercinta, ananda Alfi Mukhlis dan ananda Fahron Rozi. Semoga penulis dapat
menjadi kakak yang dapat membimbing, mengajarkan serta sekaligus menjadi contoh
yang baik bagi keduanya.
Pada kesempatan ini, tak lupa penulis juga ingin mengucapkan rasa terima
kasih yang teramat dalam bagi pihak-pihak lainnya yang telah turut ikut serta
berpartisipasi membantu serta mendukung penulis untuk menyelesaikan skripsi ini,
yakni:
1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Sumatra Utara.
2. Bapak Drs. M. Husni Thamrin Nasution, M.Si, selaku Ketua Departemen
Ilmu Administrasi Negara Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatra
Utara.
3. Ibu Dra. Elita Dewi, M.SP, selaku sekretaris Departemen Ilmu Administrasi
(4)
4. Ibu Arlina, SH., M.Hum, selsku dosen pembimbing yang telah bersedia
membimbing penulis, memberikam waktu, tenaga, sumbangan pikiran dan
mengarahkan penulis dari awal hingga selesainya skripsi ini. Biarlah Allah
yang membalas kebaikan ibu kepada kami mahasiswa/i bimbingan ibu.
5. Bapak Hatta Ridho, S.Sos., M.SP selaku dosen penguji dari penulis. Dari
proposal penelitian sampai meja hijau. Terima kasih untuk masukan dan saran
dari bapak yang sangat membantu pengembangan isi skipsi ini.
6. Bapak Prof. Dr. Marlon Sihombing, Ma, selaku dosen Penasehat Akademik
penulis yang telah memberikan arahan, bimbingan kepada penulis mulai dari
semester 1 – 8.
7. Bapak/ibu Pengajar Departemen Ilmu Administrasi Negara yang telah berjasa
mendidik dan berbagi ilmu dengan penulis selama masa perkuliahan.
8. Kepada kak Mega dan Kak Dian selaku pegawai pendidikan FISIP USU yang
selalu membantu penulis dalam urusan dan prosedur administrasi baik pada
masa perkuliahan maupun skipsi.
9. Kepada Bapak /ibu di Dinas Pendidikan Kabupaten Aceh Tengah yang telah
membantu penulis selama penelitian dilapangan tanpa terkecuali, terkhusus
untuk bapak Zulkifli yang menjadi salah satu informan yang telah bersedia di
wawancarai dan berbagi ilmu pengetahuanya.
10.Kepada Bapak/ibu di Sekolah Dasar Luar Biasa Negeri Kebayakan Gunung
Balohen yang telah membantu penulis selama penelitian dilapangan. Baik
bantuan moril dan bersedia meluangkan waktunya untuk membantu penulis
(5)
buat Bapak Lukman, S. Ag, MBA (kepala sekolah), Ibu Husnawati
(bendahara), S.Pd.i dan Ibu Lilis Suryani (komite sekolah). Selaku Tim
Manajemen Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dan menjadi informan
dalam penelitian, yang telah bersedia memberikan informasi, data, waktu,
tenaga, dan semuanya yang penulis perlukan pada saat penelitian penulis
ucapkan banyak-banyak terima kasih atas semua yang bapak/ibu berikan.
11.Buat keluarga besar Saleh G.A dan Abu Kasum, terima kasih untuk motivasi
dan bantuan dalam bentuk apapun dari kalian, dan untuk semua sepupuku
yang telah memberi semangat, doa dan sekaligus menjadi tempat saling
berbagi.
12.Buat Calon Imam ku Bayu Azhari Nst yang sabar nya serta merta yang tak
tahu kapan habisnya, yang selalu menjadi tempat berbagi, berkeluh kesah,
memberi motivasi, kadang tempat pelampiasan dari berbagai persoalan yang
menjadi bebanku dan selalu mendukungku dalam segala hal.
13.Buat sahabat – sahabat terbaikku yang sudah kuanggap seperti keluarga ku
sendiri yang selalu membantu ku dalam kesusahan dan menolong ku tampa
pamrih: Mardiana Hutagalung, Rissa Nurfiani Harahap, Nurholijah Siregar,
Wandi S.Siagian, Abdul Haris, Rudi Salim, Abdi Permana, Devi Lestari,
Endang jaka Malik, Bayu Azhari, M Fajar Fadli (The Geng Of Keledai begitu
sebutannya heheh) dan buat adik ku Evi Hardiyanti Simamora makasih buat
kebersamaan yang tercipta, jadi teman yang Gokil, Peduli dan Sekaligus
Menyebalkan, hehehe tetap semangat kawan – kawan ku apapun yang terjadi
(6)
14.Buat sahabat-sahabat Makeni (Marhalah Ke-6 Nurul Islam) terima kasih atas
doa dan dukungan nya semoga ukuwah ini selalu terjalin selamanya. Dan
cepat menyusl buat sahabat – sahabat Makeni yang lainya tetap semanggat
dan optimis walau banyak kendala yang kalian hadapi You are my Complete.
15.Buat Kawan – Kawan Jelajah Mahasiswa Administrasi Negara (Jelma An)
maksih buat kebersamaan, Kekompakan semua pertualngan ini pasti akan
menjadi kenangan yang tidak pernah dilupakan.
16.Buat keluarga perantauanku yang di Gang Sedar padang bulan pasar 1 dan
buat adik-adik serumah ku No. 4D Leli Maryana Harahap dan Kartika Sari
terima kasih untuk semua motivasi, kenyamanan, canda tawa yang diberikan
selama ini.
17.Buat Keluarga besar ILMU ADMINISTRASI NEGARA stambuk 2011 AN
satu AN jaya...!!! terima kasih sudah menjadi sejarah yang tercipta selama
pendidikam kuliah berlangsung. terima kasih juga kepada abgang/kakak
senior dan adik – adik junior jurusan Ilmu Administrasi Negara FISIP USU.
Tetap selalu semanggat untuk menjadi para administrator muda!
18.Untuk semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu. Terima kasih
untuk doa – doa dan kebaikan bahkan untuk inspirasi yang telah kalian
berikan sehingga penulis tetap semangat dalam mengerjakan skripsi ini.
Kepada semua orang yang telah berbuat baik, “Semoga Allah SWT membalas
kebaikan kalian semua. Karena sesungguhnya Allah akan membalas setiap
(7)
Penulis menyadari bahwa skipsi ini masih jauh dari kesempurnaan,
sepertiyang sering kita dengar, “Tidak ada yang sempurna, kecuali ALLAH SWT”.
Kepada Allah penulis mohon ampun. Dan kepada pihak-pihak yang terkait penulis
minta maaf. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membagun dari
semua pihak demi perbaikan dan kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata semoga skipsi
ini bermanfaat bagi setiap mata yang membacanya.
Medan, 27 Maret 2015
Penulis,
Finta Kuhini
(8)
DAFTAR ISI
KATA PEGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR GAMBAR ... xii
DAFTAR TABEL ... xiii
ABSTRAK ... xv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1Latar Belakang ... 1
1.2Rumusan Masalah... 6
1.3Tujuan Penelitian ... 7
1.4Manfaat Penelitian ... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 kebijakan Publik ... 9
2.1.1 Pengertian Kebijakan Publik ... 9
2.1.2 Proses Analisis Kebijakan Publik ... 10
2.2 Implementasi Kebijakan ... 15
2.2.1 Pengertian Implementasi ... 15
(9)
2.2.3 Model George C. Edwards III ... 18
2.3 Bantuan Operasioanal Sekolah ... 20
2.3.1 Pengertian Bantuan Operasional Sekolah ... 20
2.3.2 Tujuan Bantuan Operasioanal Sekolah... 21
2.3.3 Sasaran Program Bantuan Operasional Sekolah ... 21
2.3.4 Waktu Penyaluran Dana ... 24
2.3.5 Sekolah Penerima Bantuan Operasional Sekolah ... 25
2.3.6 Program Bos dan Wajib Belajar 9 Tahun Yang Bermutu ... 26
2.3.7 Program BOS dan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS ... 26
2.4 Defenisi Konsep ... 27
2.5 Sistematika Penulisan ... 29
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Bentuk Penelitian ... 31
3.2 Lokasi Penelitian ... 31
3.3 Informan Penelitian ... 32
3.4 Teknik Pengumpulan data ... 32
(10)
BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
4.1 Latar Belakang Sekolah Dasar Luar Biasa Negeri ... ... 34
4.2 Pengertian Jenis Jurusan Anak Berkebutuhan Khusus di SDLB N... ... 34
4.3 Data Siswa Tamatan dan Angka Putus Sekolah ... ... 35
4.4 Daya Tampung SDLB Negeri ... ... 41
4.5 Data Guru/Pegawai Menurut Tingkat Pendidikan ... ... 42
4.6 Sarana dan Prasarana di SDLB Negeri ... ... 43
4.6.1 Sarana pendidikan di SDLB Negeri ... ... 43
4.7 Jumlah dan Kondisi Buku di SDLB Negeri ... ... 44
4.8 Jumlah dan Kondisi Peralatan Praktek di SDLB N ... ... 45
4.9 Tingkat Pendidikan Orang Tua Dan Tingkat Pekerjaan Orang Tua ... ... 48
4.10 AnggaranSekolah (RAPBS... ... 49
4.11 Visi dan Misi SDLB Negeri Kebayakan ... ... 50
4.12 Tujuan dan Target SDLB Negeri Kebayakan ... ... 50
4.13 Motto SDLB Negeri Kebayakan ... ... 51
(11)
BAB V PENYAJIAN DATA
5.1 Deskripsi Hasil Wawancara ... ... 67
5.1.1 Komunikasi ... ... 68
5.1.2 Sumber Daya ... ... 72
5.1.3 Disposisi Implemator ... ... 75
5.1.4 Struktur Birokrasi ... ... 76
5.2 Data Sekunder... ... 77
5.3 Kendala Dalam Implementasi Bantuan Operasioanl Sekolah ... ... 78
BAB VI ANALISIS DATA 6.1 Implementasi Program Bantuan Operasional Sekolah Pada Tahun 2014 di SDLB Negeri Kebayakan Gunung Balohen ... ... 80
6.1.1 Komunikasi ... ... 81
6.1.2 Sumber Daya ... ... 83
6.1.3 Disposisi Implemator ... ... 85
6.1.4 Struktur Birokrasi ... ... 87
6.2 Analisis Hubungan Antara Semua Variabel dalam Implementasi Program Bantuan Operasional Sekolah di SDLB Negeri Kebayakan ... 89
(12)
BAB VII PENUTUP
7.1 Kesimpulan ... ... 94
(13)
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Proses Kebijakan Publik ... 14
Gambar2.2 Faktor Penentu Implementasi Menurut Edwards ... 20
Gambar 6.1 Hubungan variabel dalam implementasi Program Bantuan Operasional
(14)
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 jumlah siswa/tamatan ... 40
Tabel 4.2 jumlah siswa/tamatan ... 41
Tabel 4.3 Jumlah Daya Tampung SDLB Negeri Kebayakan Gunung Balohen ... 42
Tabel 4.4 jumlah guru atau pegawai yang berada di sekolah dasar luar biasa
Negeri kebayakan ... 42
Tabel 4.5Sarana dan Prasarana Pendidikan ... 44
Tabel 4.6 jenis,jumlah dan kondisi buku ... 45
Tabel 4.7Jumlah dan kondisi peralatan dan penunjang yang ada di SDLB
Negeri ... 46
Tabel 4.8 Tingkat Pendidikan Orang Tua ... 48
Tabel 4.9 Pekerjaan orang tua siswa SDLB Negeri Kebayakan Gunung Balohen ... 48
Tabel 4.10 Anggaran SDLB Negeri Kebayakan Gunung Balohen (sesuai RAPBS) . 49
Tabel 4.11 Kegiatan-kegiatan yang dapat digunakan dalam Pembiayaan
dan Pengelolaan Dana BOS ... 54
Tabel 5.1 Penggunaan Dana BOS di Sekolah Dasar Luar Biasa Negeri
(15)
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Foto atau Dokumentasi
Lamiran 2 Surat Pengajuan Judul Skripsi
Lampiran 3 Surat Permohonan Pengajuan Judul
Lampiran 4 Surat Undangan Pembimbing dan Penguji
Lampiran 5 Berita Acara Seminar Proposal
Lampiran 6 Surat Izin Penelitian Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Lampiran 7 Surat Izin Penelitian Skipsi Dari dinas Pendidikan
Lampiran 8 surat keterangan Izin melakukan Penelitian di Sekolah Dasar Luar Biasa
Negeri Kebayakan
Lampiran 9 Transkip Nilai
Lampiran 10 Kartu Kendali Bimbingan Skipsi
Lampiran 11 Pedoman Wawancara
Lampiran 12 Struktur Organisasi SDLB Negeri Kebayakan Aceh Tengah
(16)
ABSTRAK
IMPLEMENTASI PROGRAM DANA BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH (BOS) TAHUN 2014 DI SEKOLAH DASAR LUAR BIASA
NEGERI (SDLB N) Nama : Finta Kuhini
Nim : 110903006
Departemen : Ilmu Administrasi Negara Fakultas : Ilmu Administrasi Negara Dosen Pembimbing : Arlina, SH., M.Hum
Program Bantuan Operasional Sekolah dilatar belakangi oleh kenaikan harga BBM yang membuat turunnya daya beli masyarakat pada waktu itu. Hal ini mengakibatkan turunnya akses masyarakat, khususnya masyarkat miskin untuk mengakses pendidikan. Hal ini telah diatur dalam Undang-Undang Dasar 1945 terutama pasal 31 ayat (1) bahwasannya setiap warga negara berhak untuk mendapatkan pendidikan untuk mengembangkan potensi yang dimiliki secara optimal dan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional yang mengamatkan “Setiap Warga Negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu dan pemerintah wajib memberikan layanan dan kemudahan serta menjamin terselenggaranya pendidikan yang bermutu bagi setiap warga negara tanpa diskriminasi.”
Bentuk penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif yang mengemukakan berbagai gejala/kejadian/peristiwa/masalah sebagaimana adanya dilapangan secara jelas dan gambalang dengan diikuti dengan interpretasi data dan pemberian analisa terhadap Program Bantuan Operasional Sekolah di Sekolah Dasar Luar Biasa Negeri Kebayakan Gunung Balohen.
Program Bos yang berjalan di Sekolah Dasar Luar Biasa Negeri kebayakan Gunung Balohen telah berjalan sesuai dengan peraturan yang ada yaitu peraturan menteri pendidikan dan kebudayaan Republik Indonesia No. 101 Tahun 2013 Tentang Petunjuk Teknis Penggunaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Dana Bantuan Operasional Sekolah Tahun 2014. Dan dalam penelitian ini peneliti menggunakan implementasi George Edwards III dalam mengolah dana Bos. George Edwards melihat pelaksanaan program dengan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu komunikasi, sumber daya, disposisi dan struktur birokrasi .
Kata kunci : Program BOS, Implementasi, Komunikasi, Sumberdaya, Disposisi, Struktur Birokrasi.
(17)
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu indikator kemajuan suatu bangsa adalah tingkat capaian
pembangunan sumber daya manusianya, bahkan pendidikan menjadi domain utama
bagi setiap negara yang ingin maju dan ingin menguasai teknologi. Pendidikan juga
memiliki peran utama dalam pengembangan personal dan sosial, mempengaruhi
perubahan individu dan sosial, dan dalam mencapai perdamaian, kebebasan dan
keadilan (Pascoe). Mengubah masyarakat memerlukan paradigma baru pendidikan,
dan kualitas pendidikan merupakan suatu proses yang dinamis (Tilaar). Lebih lanjut
dapat dikemukakan bahwa proses yang dinamis karena tuntutan kualitas pendidikan
selalu berubah sesuai dengan tuntutan masyarakat dan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi menuntut beberapa kompetensi. Spencer and Spencer
membagi lima karakteristik kompetensi, yaitu (1) motif, (2) sifat, (3) konsep diri, (4)
pengetahuan, dan (5) keterampilan. Pendidikan sebagai suatu sistem terdiri dari
berbagai komponen, yang meliputi antara lain, (1) hardware (gedung sekolah, ruang
kelas, laboraturium, dan perpustakaan); (2) software (kurikulum, program pengajaran,
sistem pembelajaran dan sistem penilaian); (3) brainware (guru, murid, orang tua,
kepala sekolah dan orang,lembaga terkait dengan proses pendidikan); (4) netware
(18)
daerah); (5) dateware (keterangan jumlah murid, jumlah guru, alur lulusan, asal
pendidikan, dan pengalaman guru).1
1. Mengupayakan perluasan dan pemerataan kesempatan memperoleh
pendidikan yang bermutu bagi seluruh rakyat Indonesia;
Setiap negara mempunyai kewajiban mencerdaskan kehidupan bangsanya
tanpa terkecuali,dalam undang-undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 dalam
pasal 31 ayat (1) telah mengamatkan bahwa setiap warga negara berhak untuk
mendapatkan pendidikan untuk mengembangkan potensi yang dimiliki secara
optimal. Upaya untuk melaksanakan amanat tersebut pemerintah telah mengeluarkan
kebijakan undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional yang merupakan dasar hukum penyelenggaraan sistem pendidikan di
indonesia.
Visi Pendidikan Nasional adalah untuk mewujudkan sistem pendidikan yang
kuat dan berwibawa untuk memberdayakan semua warga negara Indonesia agar
berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu proaktif terhadap
menjawab segala tantangan zaman yang selalau berubah. Adapun langkah-langkah
kebijakan yang diambil pemerintah dalam mewujudkan visi tersebut antara lain :
2. Meningkatkan mutu pendidikan yang mempunyai daya saing tingkat nasional,
regional maupun internasional;
1
Bujang Rahman,Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran (Bandar Lampung: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung, 2009), hal 113.
(19)
3. Membantu dan memfasilitasi pengembangan dan potensi anak secara utuh
sejak usia dini, mengoptimalkan pembentukan kepribadian yang bermoral;
4. Meningkatkan propesionalisme dan akuntabilitas lembaga pendidikan;
5. Mendorong peran serta masyarakat dalam penyelengaraan pendidikan
berdasarkan prinsipotonomi dalam kontek Negara Republik Indonesia.
Dalam rangka mewujudkan cita – cita pendidikan nasional, sampai saat ini
pemerintah masih dihadapkan dengan berbagai permasalahan, baik permasalahan
yang bersifat internal maupun eksternal, seperti tingkat kualitas pendidikan yang
belum memenuhi standar mutu, sarana prasarana yang masih kurang memadai serta
terbatasnya anggaran pendidikan yang disediakan oleh pemerintah.
Upaya pemerintah dalam peningkatan mutu pendidikan di indonesia telah
ditempuh melalui berbagai strategi, akan tetapi hasil pembangunan pendidikan
indonesia sampai saat ini masih menjadi “catatan merah” . walaupun demikian
pemerintah secara terus-menerus melakukan upaya, antara lain melalui penanganan
penuntasan terhadap wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun dan penuntasan wajib
belajar 12 tahun,penuntasan wajib belajar 12 tahun ini baru saja dimulai pada tahun
ajaran 2013/2014. Kebijakan pembangunan bidang pendidikan di prioritaskan pada
peningkatan akses masyarakat terhadap pendidikan dasar yang berkualitas melalui
peningkatan pelaksanaan wajib belajar selama 9 tahun dan pemberian akses yang
lebih besar kepada kelompok masyarakat yang selama ini kurang dapat menjangkau
layanan pendidikan dasar. Kebijakan ini dilakukan dikarenakan bersamaan dengan
(20)
harga kebutuhan bahan pokok lainya yang berkorelasi negatif terhadap kemampuan
daya beli masyarakat kurang mampu/miskin, sehingga kondisi semacam ini akan
sedikit menghambat upaya penuntasan program wajib belajar pendidikan dasar 9
tahun. Dan hal ini juga diperparah dengan bertambahnya jumlah penduduk miskin.
Sehingga kedua permasalahan tersebut mempunyai dampak terhadap penduduk
kurang mampu akan semakin sulit untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya
khususnya biaya pendidikan.Dan untuk memberi solusi dari berbagai permasalahn
diatas pemerintah mengeluarkan program dana Bos (bantuan oprasional sekolah).
Melalui program ini, pemerintah pusat memberikan dana kesekolah-sekolah setingkat
SD dan SMP yang bersedia memenuhi ketentuan yang telah ditetapkan dalam
persyaratan peserta program. Sekolah yang dicakup dalam program ini adalah
SD/MI/SDLB/Salafiah setingkat dan SMP/MTS/SMPLB, baik negeri maupun
swasta. Bidang pendidikan untuk tingkat SD dan SMP diberikan dalam bentuk
beasiswa bagi siswa miskin dan dana BOS ini dikelola oleh pihak sekolah. Jumlah
siswa miskin yang mendapat dana BOS ditetapkan oleh kepala sekolah berdasarkan
biodata siswa. Jumlah dana BOS yang diberikan ke sekolah dihitung berdasarkan
jumlah murid di masing-masing sekolah. Tujuan program Bantuan Oprasional
Sekolah adalah untuk membebaskan biaya pendidikan bagi siswa miskin/tidak
mampu dan meringankan bagi siswa yang lain,dan agar mereka memperoleh
pendidikan yang bermutu dan memadai.
Program dana BOS dilatarbelakangi oleh adanya kekhawatiran bahwa
(21)
berdampak negatif terhadap akses masyarakat miskin untuk mendapat pendidikan
dasar 9 tahun. Sementara itu UU .No 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan
nasional, pasal 5 ayat (1) menyatakan bahwa “setiap warga negara mempunyai hak
yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu,” dan pasal 11 ayat (1)
menyatakan “ pemerintah dan pemerintah daerah wajib memberikan layanan dan
kemudahan, serta menjamin terselenggarkanya pendidikan yang bermutu bagi setiap
warga negara tanpa deskriminasi,” dalam konteks ini, pada prinsipnya program BOS
dicetuskan sebagai upaya untuk meningkatkan akses masyarakat khususnya
siswa/siswi dari keluarga miskin terhadap pendidikan yang berkualitas. Sekolah yang
menerima BOS diharuskan untuk mengikuti semua aturan yang ditetapkan oleh
pengelola program baik mengenai cara pengelola program, pengunaan,
pertanggungjawaban dana BOS yang telah diterima.
Namun denggan disalurkanya kebijakan Bantuan Oprasional Sekolah teryata
belum menuntaskan permasalahan pendidikan, kenyataan praktek dilapangan yang
sering kita denggar, pelaksanaan program BOS belum dapat berjalan seperti yang kita
harapkan hal ini dapat dibuktikan masih banyak terdapat siswa/siswi tidak mampu
belum memperoleh layanan pendidikan secara memadai seperti mereka tetap saja
dalam memperoleh layanan pendidikan selalu dibebani biaya pendidikan misalnya
seperti : membayar sumbangan pengembangan pendidikan(SPP) dan belum lagi
berbagai jenis iuran yang dikenakan siswa oleh sekolah dengan berbagi keperluan
kegiatan belajar mengajar, seperti iuran OSIS, tiap peringatan hari besar yang
(22)
siswa yang dilakukan oleh sekolah dengan berbagai alasan, padahal keberadaan
bantuan program BOS seharusnya dapat membantu bagi masyarakat tidak mampu
yang seharusnya untuk mendapatkan bantuan.
Kelemahan pelaksanaan program dana BOS secara konseptual BOS diberikan
kepada siswa/siswi tidak mampu atau masyrakat miskin, tetapi kenyataan belum
sepenuhnya siswa/siswi miskin mendapatkan layanan pendidikan secara memadai.
Sehinggaini sangat bertentangan dengan konsep program BOS sehingga perlu
diluruskan. Dalam praktek pihak kepala sekolah yang dominan untuk melakukan
pengelolaan dana BOS.
Tujuan dari pemerintah sendiri baik, namun terkadang sistem yang ada
menjadi bumerang dan mengkhadirkan masalah baru, selain itu pribadi dan budaya
manusia indonesia ikut berpengaruh terhadap penyelewengan implementasi
kebijakan program Bantuan Oprasional Sekolah (BOS). Oleh karena itu dibutuhkan
kerja sama semua elemen yang terkait didalam penyelengaraan program tersebut
untuk mewujudkan efektifitas dalam implementasi kebijakan Bantuan Oprasional
Sekolah (BOS).
SDLB adalah singakatn dari Sekolah dasar luar biasa dikatakan luar biasa
karena anak-anak yang sekolah ditempat ini anak berkebutuhan khusus, anak
berkebutuhan khusus adalah anak dengan karakteristik khusus yang berbeda dengan
anak pada umumnya tanpa selalu menunjukan pada ketidakmampuan mental, emosi
(23)
Tunarungu, Tunagrahita,Tunadaksa, Tunalaras, kesulitan belajar, gangguan prilaku,
anak berbakat, anak dengan gangguan kesehatan. Istilah lain anak ABK adalah anak
cacat, karena karakteristik dan hambatan yang dimiliki, ABK memerlukan pelayanan
pendidikan khusus yang disesuaikan dengan kemampuan dan potensi mereka,
contohnya bagi tunanetra mereka memerlukan modifikasi teks bacaan menjadi tulisan
Braille dan tunarungu berkomunikasi menggunkan bahasa isyarat.
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian
di Kecamatan Kebayakan Kabupaten Aceh Tengah. Khususnya yang berkaitan
dengan penerapan atau implementasi Program Dana Bos dalam meningkatkan mutu
pendidikan yang memadai dan berkualitas. Untuk itu penulis mengambil judul
penelitian “Implementasi Program Dana Bantuan Oprasional Sekolah (BOS) Tahun 2014 di Sekolah Dasar Luar Biasa Negeri (SDLB N), (Studi kasus pada Sekolah Dasar Luar Biasa Negeri Kebayakan Gunung Balohen Kecamatan Kebayakan Kabupaten Aceh Tengah)’’.
1.2 Rumusan Masalah
Penelitian pada dasarnya dilakukan untuk mendapatkan data yang dapat
digunakan untuk memecahkan masalah. Masalah merupakan bagian pokok dari suatu
kegiatan penelitian dimana peneliti mengajukan pertanyaan terhadap dirinya tentang
hal-hal yang akan dicari untuk memecahkan suatu masalah dalam kegiatan penelitian.
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas maka penulis
(24)
“ Bagaimana Implementasi Program Dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) Tahun 2014 di Sekolah Dasar Luar Biasa Negeri (SDLB N) kebayakan Kecamatan Kebayakan Kabupaten Aceh Tengah?”
1.3 Tujuan Penelitian
Setiap penelitian yang dilakukan terhadap suatu masalah pasti mempunyai jalan
dan tujuan yang ingin dicapai dalam penyelenggaraanya. Adapun yang menjadi
tujuan penelitian ini yaitu :
1. Untuk mengetahui dan menggambarkan bagaimanakebijakan pemerintah
dalam upaya menyelenggarakan Bantuan Oprasional Sekolah untuk
menigkatkan kualitas pendidikan bagi siswa/siswi tidak mampu atau keluarga
miskin
2. untuk mengetahui bagaimana implementasi kebijakan Bantuan Oprasional
Sekolah (BOS) dilapangan.
3. Dan untuk mengetahui apa yang menjadi kendala-kendala dalam
pengimplementasian dana BOS itu sendiri.
1.4Manfaat Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk memecahkan masalah atau fenomena sosial
yang terdapat dalam kehidupan masyarakat. Adapun manfaat yang dapat diambil dari
(25)
1. Manfaat secara ilmiah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan bagi penulis, baik
secara teoritis maupun secara praktis sebagai sarana untuk melatih dan
mengembangkan kemampuan menulis karya ilmiah dan menambah pengetahuan
ilmiah pada studi Administrasi Negara dalam kaitanya dengan Implementasi Program
Dana Bos dalam menigkatkan kualitas pendidikan bagi keluarga tidak
mampu/miskin.
2. Manfaat secara praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan yang berguna/bermanfaat bagi
instansi yang terkait terhadap peningkatkan kualitas pendidikan yang baik dan
bermutu.
3. Manfaat secara akademis
Hasil penelitian ini juga diharapkan mampu menambah kemampuan berfikir
secara ilmiah dan memberikan kontribusi baik secara langsung maupun tidak
(26)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kebijakan Publik
2.1.1 Pengertian Kebijakan Publik
Kebijakan berasal dari kata Policy dari bahasa inggris. Menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia (KBBI), kebijakan dapat diartikan sebagai rangkaian konsep dan
asas yang menjadi pedoman dan dasar rencana dalam pelaksanaan suatu pekerjaan,
kepemimpinan, dan cara bertindak sedangkan publik bisa diartikan sebagai umum,
masyarakat, ataupun Negara.
Menurut Easton kebijakan publik sebagai pengalokasian nilai-nilai kekuasaan
untuk seluruh masyarakat yang keberadaannya mengikat. Sehingga cukup pemerintah
yang dapat melakukan sesuatu tindakan kepada masyarakt dan tindakan tersebut
merupakan bentuk dari sesuatu yang dipilih oleh pemerintah yang merupakan bentuk
dari pengalokasian nilai-nilai kepada masyarakat.2
Menurut James E. Anderson mendefinisikan kebijakan publik sebagai
kebijakan yang ditetapkan oleh badan-badan dan aparat pemerintah. Walaupun
disadari bahwa kebijakan publik dapat dipengaruhi oleh para aktor dan faktor dari
luar pemerintah. Kebijakan publik dipahami sebagai pilihan kebijakan yang dibuat
2
(27)
oleh pejabat atau badan pemerintah dalam bidang tertentu, misalnya bidang
pendidikan, politik, ekonomi, pertanian, industri, pertanahan dan sebagainya.3
Sedangkan menurut Harold Laswell dan Abraham Kaplam mendefinisikan
kebijakan publik sebagai suatu program yang di proyeksikan dengan tujuan-tujuan
tertentu, nilai-nilai tertentu, dan praktik-praktik tertentu.4
Proses analisis kebijakan secara umum merupakan suatu proses kerja yang
meliputi lima komponen informasi kebijakan yang saling terkait dan dilakukan secara
bertahap dengan menggunakan berbagai teknik analisis kebijakan (Dunn).
2.1.2 Proses Analisis Kebijakan Publik
5
1. Penetapan agenda kebijakan (agenda setting)
Dalam memecahkan masalah yang yang dihadapi kebijakan publik, Dunn
mengemukakan bahwa ada beberapa tahap analisis yang harus dilakukan yaitu :
Tahap penetapan agenda kebijakan ini, yang harus dilakukan pertama kali
adalah menentukan masalh publik yang akan dipecahkan. Pada hakekatnya
permasalahan ditemukan melalui proses problem structuring. Woll mengemukakan
bahwa suatu isu kebijakan dapat berkembang menjadi agenda kebijakan apabila
memenuhi syarat berikut ini :
3
DRS.AG.SUBARSONO,M.Si.MA, Analisis Kebijkan Publik, (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2005), hal.2.
4
H.A.R Tilaar Riant Nugroho, Kebijakan Pendidikan (Yokyakarta: Pustaka Belajar,2008), hal. 183.
5
(28)
1. Memiliki efek yang besar terhadap kepentingan masyarakat;
2. membuat analog dengan cara memancing dengan kebijakan publik yang
pernah dilakukan;
3. Isu tersebut mampu dikaitkan dengan simbol-simbol nasional atau politik
yang ada;
4. Tersedianya kegagalan pasar (maker failure);Tersedianya teknologi dan dana
untuk menyelesaikan masalah publik.
Menurut Dunn problem structuring memiliki 4 fase yaitu: pencarian masalah
(problem search), pendefinisian masalah (problem definition), spesifikasi masalah
(problem specification) dan pengenalan masalah (problem setting). Sedangkan teknik
yang dapat dilakukan untuk merumuskan masalah adalah analisis batasan masalah,
analisis klarifikasi, analisis hirarki dan brainstroming, analisis multi perspektif,
analisis asumsional serta pemeratan argumentasi.6
2. Formulasi kebijakan (policy formulation)
Berkaitan dengan policy formulation Woll berpendapat bahwa formulasi
kebijakan berarti pengembangan sebuah mekanisme untuk menyelesaikan masalah
publik, dimana pada tahap para analis kebijakan publik mulai menerapkan beberapa
teknik untuk menjustifikasikan bahwa sebuah pilihan kebijakan merupakan pilihan
yang terbaik dari kebijakan yang lain.dalam menentukan pilihan kebijakan pada tahap
ini dapat menggunakan analisis biaya manfaat dan analisis keputusan, dimana
6
(29)
keputusan yang harus diamblil pada posisi tidak menentu dengan informasi yang
serba terbatas.
Pada tahap formulasi kebijakan ini, para analis harus mengidentifikasikan
kemungkinan kebijakan yang dapat digunakan melalui prosedur forecasting untuk
memecahkan masalah yang didalamya terkandung konsekuensi dari setiap pilihan
kebijakan yang akan dipilih.
3. Adopsi kebijakan (policy adoption)
Tahap adopsi kebijakan merupakan tahap untuk menentukan pilihan kebijakan
melalui dukungan para stakeholders atau pelaku yang terlibat tahap ini dilakukan
setelah melalui proses rekomendasi dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1) Mengidentifikasi alternatif kebijakan (policy alternative) yang dilakukan
pemerintah untuk merealisasikan masa depan yang diinginkan dan merupakan
langkah terbaik dalam upaya mencapai tujuan tertentu bagi kemajuan
masyarakat luas.
2) Pengidentifikasian kriteria-kriteria tertentu dan terpilih untuk menilai
alternatif yang akan direkomendasi.
3) Mengevalusi alternatif-alternatif tersebut dengan menggunakan
kriteria-kriteria yang relevan (tertentu) agar efek positif alternatif kebijakan tersebut
lebih besar daripada efek negatif yang akan terjadi.
(30)
Pada tahap ini suatu kebijakan telah dilaksanakan oleh unit-unit eksekutor
(birokrasi pemerintah) tertentu dengan memobilisasikan sumber dana dan sumber
daya lainya (teknologi dan manajemen), dan pada tahap ini monitoring dapat
dilakukan. Menurut patton dan sawicki bahwa implementasi berkaitan dengan
berbagai kegiatan yang diarahkan untuk merealisasikan program, dimana pada posisi
ini eksekutif mengatur cara untuk mengorganisir, meninterpretasikan dan
menerapkan kebijakan yang telah diseleksi.
Tahapan implementasi merupakan peristiwa yang berhubungan dengan apa
yang terjadi setelah suatu perundang-undangan ditetapkan dengan memberikan
otoritas pada suatu kebijakan dengan membentuk output yang jelas dan dapat diukur.
Dengan demikian tugas implementasi kebijakan sebagai suatu penghubung yang
memungkinkan tujuan-tujuan kebijakan mencapai hasil melalui aktivitas atau
kegiatan dari program pemerintah.
5. Evaluasi kebijakn (policy assesment)
Tahap akhir dari proses pembuatan kebijakan adalah penilain terhadap kebijakan
yang telah diambil dan dilakukan. Dalam penilaian ini semua proses implementasi
dinilai apakah telah sesuai dengan yang telah ditentukan atau direncanakan dalam
program kebijakan tersebut sesuai dengan ukuran-ukuran (kriteria-kriteria) yang telah
(31)
Menurut Dunn evaluasi kebijakan publik mengandung arti yang berhubungan
dengan penerapan skala penilaian terhadap hasil kebijakan dan program yang
dilakukan.7
7
(32)
Gambar 2.1 Proses Kebijakan Publik
Sumber: Dunn, 1994: 17
penyusunan Agenda
Formulasi Kebijakan
Penilaian Kebijakan Implementasi Kebijakan
Adopsi Kebijakan
Perumusan
forecasting
Rekomendasi
kebijakan
Monitoring
b k
Evaluasi
(33)
2.2 Implementasi Kebijakan
2.2.1 Pengertian Implementasi
Implementasi kebijakan merupakan rangkain kegiatan setelah suatu kebijakan
dirumuskan. Tanpa suatu implementasi maka suatu kebijakan yang telah
dirumuskanakan sia-sia belaka. Oleh karena itulah implementasi kebijakan
mempunyai kedudukan yang penting didalam kebijakan publik.8
Mazmanian dan Sabatier mengatakan masalah imlementasi kebijakan berarti
berusaha untuk memahami apa yang senyatanya terjadi sesudah suatu program
diberlakukan atau dirumuskan, yakni peristiwa-peristiwa dan kegiatan-kegiatan yang
terjadi setelah proses pengesahan kebijakan, baik itu menyangkut usaha-usaha untuk
mengadministrasikannya maupun usaha-usaha untuk memberikan dampak tertentu
pada masyarakat ataupun peristiwa-peristiwa.
Implementasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai
pelaksanaan atau penerapan. Artinya yang dilaksanakan dan diterapkan adalah yang
telah dirancang atau didesain untuk kemudian dijalankan sepenuhnya.
9
Menurut George C. Edwards implementasi kebijakan adalah tahap pembuatan
kebijakan antara pembentukan kebijakan dan konsekuensi-konsekuensi kebijakan
bagi masyarakat yang dipengaruhinya.10
8
Drs.Hessel Nogi S.Tangklilisan,M.Si, Kebijakan Publik Yang Membumi (yogyakarta: YPAPI,2003),hal.17.
9
Solihin Abdul Wahab, Pengantar Analisis Kebijakan Publik (malang: UMM Press, 2008), hal. 176.
10
(34)
2.2.2 Model Implementasi Kebijakan Publik
Dalam rangka untuk mengimplementasikan kebijakan publik, dikenal
beberapa model implementasi yaitu 11
A. Model Merilee S. Grindle
:
Keberhasilan implementasi Menurut Merilee S. Grindle dipengaruhi oleh dua
variabel besar yaitu :
1. Variabel isi kebijakan (contect of implementation)
a. Sejauh mana kepentingan kelompok sasaran atau target group termuat
dalam isi kebijakan
b. Jenis manfaat yang diterima oleh target group
c. Sejauh mana perubahan yang diinginkan dari sebuah kebijakan
d. Apakah letak sebuah program sudah tepat
e. Apakah sebuah kebijakan telah menyebutkan implementornya dengan
rinci
2. Variabel lingkungan kebijakan mencakup :
a. Seberapa besar kekuasaan, kepentingan, dan strategi yang dimiliki
oleh para aktor yang terlibat dalam implementasi kebijakan
b. Karakteristik institusi dan rejim yang sedang berkuasa
c. Tingkat kepatuhan dan responsivitas kelompok sasaran
11
(35)
A. Model Van Meter dan Van Horn
Menurut Meter dan Horn ada 6 variabel yang mempengaruhi kinerja implementasi,
yaitu :
1. Standar dan sasaran kebijakan harus jelas dan terukur sehingga dapat
direalisir;
2. Sumberdaya implementasi berupa sumberdaya manusia maupun
sumberdaya non-manusia;
3. Hubungan antar organisasi Dalam banyak program, implementasi sebuah
program perlu dukungan dan koordinasi dengan instansi lain. Untuk itu
diperlukan koordinasi dan kerjasama antar instansi bagi keberhasilan suatu
program;
4. Karakteristik agen pelaksana adalah yang mencakup struktur birokrasi,
norma-norma, dan pola-pola hubungan yang terjadi dalam birokrasi yang
semuanya itu akan mempengaruhi implementasi suatu program;
5. Kondisi sosial, politik, ekonomi, variabel ini mencakup sumberdaya
ekonomi lingkungan yang dapat mendukung keberhasilan implementasi
kebijakan.
Disposisi implemator ini mencakup tiga hal yang penting, yakni :
1. respons implemator terhadap kebijakan, yang akan memenuhi
kemauanya untuk melaksankan kebijakan
2. kognisi, yakni pemahamannya terhadap kebijakan,dan
3. intesitas disposisi implemator, yakni preferensi nilai yang dimuliki
(36)
B. Model George C. Edwards III
Dalam pandangan Edwards III implementasi kebijakan dipengaruhi oleh empat
variabel, yaitu :
1. Komunikasi
2. Sumberdaya
3. Disposisi
4. Struktur Birokrasi
2.2.3 Model George C. Edwards III
Dalam penelitian ini saya menggunakan model implementasi George
C.Edwards Dalam pandangan Edwards ada Empat variabel yang berperan penting
dalam pencapain keberhasilan implementasi, yaitu12
1. Komunikasi, yaitu menunjuk bahwa setiap kebijakan akan dapat dilaksanakan
dengan baik jika terjadi komunikasi yang efektif antara pelaksana program
(kebijakan) dengan para kelompok sasaran (target group). Ada beberapa hal
yang harus diperhatikan dalam proses komunikasi yaitu Trasmisi (cara
penyampain informasi), Kejelasan informasi, serta Konsistensi (dalam
penyampain informasi).
:
2. Sumber daya, setiap kebijakan harus didukung oleh sumber daya yang
memadai, baik sumber daya manusia maupun sumberdaya finansial. Sumber
12
(37)
daya manusia adalah kecukupan baik kualitas maupun kuantitas implemator
yang dapat melingkupi seluruh kelompok sasaran. Sumber daya finasial
adalah kecukupan modal investasi atas sebuah program/kebijakan. Keduanya
harus diperhatikan dalam implementasi kebijakan pemerintah. Sebab tanpa
kehandalan implemator kebijakan kurang enerjik dan berjalan lambat dan
seadanya. Sedangkan sumberdaya finansial menjamin keberlangsungan
kebijakan. Tanpa ada dukungan finansial yang memadai, program tak dapat
berjalan efektifdan cepat dalam mencapai tujuan dan sasaran. Oleh karena itu
Untuk memenuhi sumberdaya agar berjalan secara efektif sangat diperlukan
staf/pegawai yang menjalankan program itu sendiri atau yang menangani
program tersebut dan fasilitas yang digunakan untuk mendukung berjalanya
suatu program.
3. Disposisi, yaitu menunjuk karakteristik yang menempel erat kepada
implemator kebijakan. karakter yang penting dimiliki implemator adalah
kejujuran, komitmen, dan demokratis. Implemator yang memiliki komitmen
tinggi dan jujur akan senantiasa bertahan diantara hambatan yang ditemui
dalam program/kebijakan. Kejujuran mengarahkan implemator untuk tetap
berada dalam aras program yang telah digariskan dalam guideline program.
Komitmen dan kejujuran membawanya semakin antusias dalam
melaksanakan tahap-tahap program secara konsisten. Sikap yang demokratis
akan meningkatkan kesan baik implemator dan kebijakan dihadapkan anggota
(38)
menumbuhkan rasa percaya dan kepedulian kelompok sasaran terhadap
implemator dan kebijakan.
4. Struktur Birokrasi, menunjuk bahwa struktur birokrasi menjadi penting dalam
implementasi kebijakan. Aspek struktur birokrasi ini mencakup dua hal
penting pertama adalah mekanisme/fragmentasi, dan struktur organisasi
pelaksana sendiri. Mekanisme implementasi program biasanya sudah
ditetapkan melalui standar operasional prosedur (SOP) yang dicantumkan
dalam guideline program/kebijakan. SOP yang baik mencantumkan kerangka
kerja yangjelas, sistematis, tidak berbelit-belit dan mudah dipahami oleh
siapapun karena akan menjadi acuan dalam bekerjanya implemator.
Sedangkan struktur organisasi pelaksana pun sejauh mungkin menghindari hal
yang berbelit, panjang dan kompleks. Struktur organisasi pelaksana harus
dapat menjamin adanya pengambilan keputusan atas kejadian luar biasa
dalam program secara cepat. Dan hal ini hanya dapatlahir jika struktur
didesain secara ringkas dan fleksibel menghindari “virus Weberian” yang
kaku, terlalu hirarkhis dan birokratis.
Keempat variabel diatas memiliki keterkaitan satu sama lainnya dalam
mencapai tujuan dan sasaran kebijakan. Semuanya saling bersinergi dalam mencapai
tujuan dan satu variabel akan sangat mempengaruhi variabel yang lain seperti dapat
(39)
Gambar 2.2
Faktor Penentu Implementasi Menurut Edwards III
Komunikasi
Sumberdaya
Implementasi
Disposisi
Struktur Birokrasi
Sumber Edwards III, 1980: 148
2.3 Bantuan Oprasional Sekolah (BOS)
2.3.1 Pengertian Bantuan Oprasional Sekolah (BOS)
BOS adalah program pemerintah yang pada dasarnya adalah untuk
penyediaan pendanaan biaya operasi non-operasional bagi satuan pendidikan dasar
sebagai pelaksana program wajib belajar.
Menurut Peraturan Pemerintah 48 tahun 2008 Tentang Pendanaan Pendidikan,
(40)
pakai, dan biaya tak langsung berupa daya, air, jasa telekomunikasi, pemeliharaan
sarana dan prasarana, uang lembur, transportasi, konsumsi, pajak, dan lain-lain,
Namun demikian, ada beberapa jenis pembiayaan investasi dan personalia yang
diperbolehkan dibiayai dengan dana BOS.
2.3.2 Tujuan Bantuan Operasional Sekolah
Secara umum program BOS membantu meringankan beban masyarakat
terhadap pembiayaan pendidikan dalam rangka wajib belajar 9 tahun yang bermutu.
Selain itu, diharapkan program BOS juga dapat ikut berperan dalam mempercepat
pencapaian standar pelayanan minimal di sekolah.
Secara khusus program BOS bertujuan untuk:
1. Membebaskan pemungutan bagi seluruh peserta didik SD/SDLB
SMP/SMPLB/ SD-SMP SATAP/SMPT Negeri terhadap biaya operasi
sekoah;
2. Membebaskan pungutan seluruh peseerta didik miskin dari seluruh pungutan
dalam bentuk apapun, baik di sekolah negeri maupun swasta;
3. Meringankan bebaan biaya operasi sekolah bagi peserta didik di sekolah
swasta.
2.3.3 Sasaran Program dan Besar Baantuan
Sasaran program BOS adalah seluruh SD/SDLB dan SMP/SMPLB/SMPT,
(41)
diselenggarakan oleh masyarakat, baik negeri maupun swasta di seluruh provinsi di
Indonesia.
Dengan mempertimbangkan bahwa biaya operasional sekolah ditentukan oleh
jumlah peserta didik besar dan beberapa komponen biaya tetap yang tidak tergantung
dengan jumlah pesrta didik, maka dari mulai 2014 ini besar dana BOS yang diterima
oleh sekolah dibedakan menjadi dua kelompok sekolah, sebagai berikut:
1. Sekolah dengan jumlah perserta didik minimal 80 (SD/SDLB) dan 120
(SMP/SMPLB/Satap)
BOS yang diterima oleh sekolah, dihitung berdasarkan jumlah peserta didik dengan
ketentuan:
a. SD/SDLB : Rp 580.000,-/peserta didik/tahun
b. SMP/SMPLB/SMPT/Satap : RP 710.000,-/peserta didik/tahun
2. Sekolah dengan jumlah peserta didik dibawah 80 (SD/SDLB) dan 120
(SMP/SMPLB/Satap)
Agar pelayanan di sekolah dapat berjalan dengan baik, maka pemerintah akan
memberikan dana BOS bagi setingkat SD dengan jumlah peserta didik kurang dari 80
peserta didik sebanyak 80 peserta didik dan SMP yang kurang dari 120 peserta didik
sebanyak 120 peserta didik. Akan tetapi kebijakan ini tidak berlaku bagi
sekolah-sekolah dengan kriteria sebagai berikut:
(42)
b. Sekolah yang tidak diminati oleh masyarakatsekitar karena tidak berkembang
sehingga jumlah peserta didik sedikit dan masih terdapat alternatif sekolah
lain disekitarnya.
c. Sekolah yang terbukti dengan sengaja membatasi jumlah peserta didik dengan
tujuan untuk memperoleh dana Bos dengan kebijakan khusus .
Agar kebijakan khusus ini tidak salah sasaran dan menimbulkan efek negatif,
maka mekanisme pemberian perlakuan khusus ini mengikuti langkah sebagai berikut:
a. Tim Manajemen BOS Kabupaten/Kota memverifikasi sekolah yang akan
mendapatkan kebijakan khusus tersebut.
b. Berdasarkan hasil verifikasi, Tim Manajemen BOS Kabupaten/Kota mengirim
surat kepada Tim Manajemen BOS Provinsi dengan dilampiri daftar sekolah
yang direkomendasikan dan daftar sekolah yang tidak direkomendasikan
memperoleh perlakuan khusus tersebut dengan diberikan data jumlah peserta
didik di tiap sekolah. Surat rekomendasi ini disampaikan kepada Tim
Manajemen BOS Provinsi hanya satu kali dalam satu tahun pada awal tahun
anggaran (periode penyaluran triwulan 1). Apabila Tim BOS Kabupaten/Kota
tidak mengirim rekomendasi tersebut, maka dianggap semua sekolah yang
jumlah peserta didiknya di bawah batas minimal berhak memperoleh alokasi
khusus.
c. Tim Manajemen BOS Provinsi menyalurkan dana BOS sesuai rekomendasi
Tim Manajemen BOS Kabupaten/Kota.Jadi jumlah dana BOS yang diterima
(43)
a. SD sebesar = 80 x Rp580.000,-/tahun
= Rp46.400.000,-/tahun
b. SMP/Satap sebesar = 120 x Rp710.000,-/tahun
= Rp85.200.000,-/tahun
Khusus untuk Sekolah Luar Biasa (SLB), terdapat 3 (tiga) kemungkinan yang
terjadi di lapangan:
a. SDLB yang yang berdiri sendiri tidak menjadi satu dengan SMPLB, dana
BOS yang diterima sebesar = 80 x Rp580.000,- = Rp46.400.000,-/tahun.
b. SMPLB yang berdiri sendiri tidak menjadi satu dengan SDLB, danaBOS yang
diterima sebesar = 120 x Rp710.000,- = Rp85.200.000,-/tahun.
c. SLB dimana SDLB dan SMPLB menjadi satu pengelolaan, danaBOS yang
diterima sebesar = 120 x Rp710.000,- = Rp85.200.000,-/tahun.
Untuk SMP Terbuka dan TKB Mandiri, jumlah dana BOS yangditerima tetap
didasarkan jumlah peserta didik riil karena pengelolaan dan pertanggungjawabannya
disatukan dengan sekolah induk. Sekolah yang memperoleh dana BOS dengan
perlakuan khusus iniharus mengikuti ketentuan sebagai berikut:
a. Harus memberitahukan secara tertulis kepada orang tua pesertadidik dan
memasang di papan pengumuman jumlah dana BOSyang diterima sekolah;
(44)
c. Bagi sekolah swasta harus memiliki dampak terhadap penurunaniuran/beban
biaya yang ditanggung oleh orang tua.
2.3.4 Waktu Penyaluran Dana
Penyaluran dana dilakukan setiap periode 3 bulanan, yaitu periode
Januari-Maret, April-Juni, Juli-September dan Oktober-Desember.
Pada tahun anggaran 2014, dana BOS akan diberikan selama 12 bulanuntuk
periode Januari sampai dengan Desember 2014, yaitu Triwulan Idan II tahun
anggaran 2014 tahun ajaran 2013/2014 dan Triwulan III dan IV tahun anggaran 2014
tahun ajaran 2014/2015.
Bagi wilayah yang sangat sulit secara geografis (wilayah terpencil)sehingga
proses pengambilan dana BOS oleh sekolah mengalami hambatan atau memerlukan
biaya pengambilan yang mahal, penyalurandana BOS oleh sekolah dilakukan setiap
semester, yaitu pada awalsemester.
Penentuan wilayah terpencil ditetapkan dengan ketentuansebagai berikut:
a. Unit wilayah terpencil adalah kecamatan;
b. Tim Manajemen BOS Kabupaten/Kota mengusulkan nama-nama kecamatan
terpencil kepada Tim Manajemen BOS Provinsi,selanjutnya Tim Manajemen
BOS Provinsi mengusulkan daftar namatersebut ke Tim Manajemen BOS
(45)
c. Kementerian Keuangan menetapkan daftar alokasi dana BOS wilayah
terpencil berdasarkan usulan Kementerian Pendidikan danKebudayaan.
2.3.5 Sekolah Penerima BOS.
1. Semua sekolah SD/SDLB negeri dan SMP/SMPLB/SATAP/SMPT negeri
wajib menerima dana BOS;
2. Sekolah swasta yang menolak BOS harus melalui persetujuan orang tua
peserta didik melalui komite sekolah dan tetap menjaminkelangsungan
pendidikan peserta didik miskin di sekolah tersebut;
3. Semua sekolah SD/SDLB negeri dan SMP/SMPLB/SATAP/SMPT negeri
dilarang melakukan pungutan kepada orang tua/wali pesertadidik;
4. Untuk SD/SDLB swasta dan SMP/SMPLB/SMPT swasta dapat memungut
biaya pendidikan yang digunakan untuk memenuhikekurangan biaya investasi
dan biaya operasi;
5. Semua sekolah yang menerima BOS harus mengikuti pedoman BOS yang
telah ditetapkan oleh pemerintah dan pemerintah daerah;
6. Sekolah dapat menerima sumbangan dari masyarakat dan orang tua/wali
peserta didik yang mampu untuk memenuhi kekuranganbiaya yang diperlukan
oleh sekolah. Sumbangan dapat berupa uangdan/atau barang/jasa yang
bersifat sukarela, tidak memaksa, tidakmengikat, dan tidak ditentukan jumlah
maupun jangka waktupemberiannya;
7. Pemerintah daerah harus ikut mengendalikan dan mengawasi pungutan yang
(46)
tua/wali peserta didik tersebut mengikuti prinsipnirlaba dan dikelola dengan
prinsip transparansi dan akuntabilitas;
8. Menteri dan Kepala Daerah dapat membatalkan pungutan yang dilakukan
oleh sekolah apabila sekolah melanggar peraturanperundang - undangan dan
dinilai meresahkan masyarakat.
2.3.6 Program BOS dan Wajib Belajar 9 Tahun yang Bermutu
Melalui program BOS yang terkait pendidikan dasar 9 tahun, setiappengelola
program pendidikan harus memperhatikan hal-hal berikut.
1. BOS harus menjadi sarana penting untuk meningkatkan akses pendidikan
dasar 9 tahun yang bermutu;
2. BOS harus memberi kepastian bahwa tidak ada peserta didik miskinputus
sekolah karena alasan finansial seperti tidak mampu membelibaju
seragam/alat tulis sekolah dan biaya lainnya;
3. BOS harus menjamin kepastian lulusan setingkat SD dapatmelanjutkan ke
tingkat SMP;
4. Kepala sekolah SD/SDLB menjamin semua peserta didik yang akanlulus
dapat melanjutkan ke tingkat SMP/SMPLB;
5. Kepala sekolah berkewajiban mengidentifikasi anak putus sekolah
dilingkungannya untuk diajak kembali ke bangku sekolah;
(47)
7. BOS tidak menghalangi peserta didik, orang tua yang mampu, atauwalinya
memberikan sumbangan sukarela yang tidak mengikatkepada sekolah.
Sumbangan sukarela dari orang tua peserta didikharus bersifat ikhlas, tidak
terikat waktu dan tidak ditetapkanjumlahnya, serta tidak mendiskriminasikan
mereka yang tidakmemberikan sumbangan.
2.3.7 Program BOS dan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)
Dana BOS diterima oleh sekolah secara utuh, dan dikelola secaramandiri oleh
sekolah dengan melibatkan dewan guru dan KomiteSekolah dengan menerapkan
MBS sebagai berikut:
1. Sekolah mengelola dana secara profesional, transparan danakuntabel;
2. Sekolah harus memiliki Rencana Jangka Menengah yang disusun 4
Tahunan;
3. Sekolah harus menyusun Rencana Kerja Tahunan (RKT) dalambentuk
Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah (RKAS), dimana dana BOS
merupakan bagian integral dari RKAS tersebut;
4. Rencana Jangka Menengah dan RKAS harus didasarkan hasil evaluasi diri
sekolah;
5. Rencana Jangka Menengah dan RKAS harus disetujui dalam rapatdewan
pendidik setelah memperhatikan pertimbangan KomiteSekolah dan
disahkan oleh SKPD Pendidikan Kabupaten/kota (untuksekolah negeri)
(48)
2.4 Definisi Konsep
Konsep adalah istilah yang digunakan untuk mengambarkan secara abstrak
kejadian, keadaan, kelompok atau individu yang menjadi pusat perhatian ilmu sosial.
Melalui konsep peneliti dapat menyederhanakan pemikiranya dengan menggunakan
satu istilah untuk beberapa kejadian (events) yang berkaitan satu dengan yang
lainya13
1. Kebijakan Publik
. Maka untuk itu peneliti menguraikan definisi konsep sebagai berikut:
Kebijakan publik adalah segala sesuatu yang dilakukan pemerintahlewat keputusan
bersama aktor-aktor politik untuk pencapaian tujuan negara secara utuh dengan cara
pemanfaatan yang strategis terhadap sumberdaya-sumberdaya yang ada untuk
memecahkan masalah-masalah publik atau pemerintah.
2. Implementasi Kebijakan
Implementasi kebijakan merupakan tahapan yang sangat penting dalam keseluruhan
struktur kebijakan. Tahap ini menentukan apakah suatu kebijakan yang telah
ditempuh oleh pemerintah benar-benar aplikabel di lapangan dan berhasil
menghasilkan output dan outcomes seperti yang direncanakan. Untuk dapat
mewujudkan output dan outcomes yang ditetapkan, maka kebijakan publik perlu di
implementasikan. implementasi kebijakan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
implementasi Program Dana BOS Tahun 2014 di SDLB Kebayakan. Dan dalam
penelitian ini peneliti menggunakan model implementasi dari George C. Edwards III
13
(49)
yaitu implementasi kebijakannya dipengaruhi oleh empat variabel yaitu: 1.
komunikasi, 2. sumberdaya, 3. disposisi, 4. Struktur birokrasi.
3. Bantuan Operasional Sekolah (BOS)
BOS merupakan program pemerintah yang pada dasarnya untuk penyedian
pendanaan biaya operasi nonpersonalia bagi satuan pendidikan dasar sebagai
(50)
2.5 Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini terdiri dari latar belakang, perumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini berisikan tentang kebijakan publik, implementasi kebijakan
dan tentang bantuan operasional sekolah, sistematika penulisan.
BAB III METOTOLOGI PENELITIAN
Bab ini terdiri dari bentuk penelitian, lokasi penelitian, informan
penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data yang
digunakan dalam penelitian.
BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
Bab ini berisikan gambaran umum mengenai daerah penelitian yang
meliputi keadaan geografis, visi dan misi sekolah, tujuan sekolah.
BAB V PENYAJIAN DATA
Bab ini berisikan data-data yang diperoleh selama penelitian
(51)
BAB VI ANALISIS DATA
Bab ini memuat analisis data yang diperoleh selama penelitian dan
memberikan interpretasi atas permasalahan yang diteliti.
BAB VII PENUTUP
Bab ini berisikan tentang kesimpulan dari hasil penelitian yang
dilakukan dan saran-saran yang dianggap perlu sebagai rekomendasi
(52)
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Bentuk Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
penelitian deskriftif dengan pendekatan kualitatif. Menurut Danin penelitian
deskriptif adalah penelitian yang menuntaskan perhatian terhadap masalah-masalah
atau fenomena-fenomena yang ada pada saat penelitian dilakukan, kemudian
menggambarkan fakta-fakta dan menjelaskan keadaan dari objek penelitian yang
sesuai dengan kenyataan sebagaimana adanya dan mencoba menganalisa untuk
memberikan kebenaranya berdasarkan data yang diperoleh.
Menurut Kirk dan Miller Penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam
ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung dari pengamatan pada
manusia baik dalam kawasanya maupun dalam peristilahanya.14
Sedangkan Menurut Whitney metode deskriptif adalah pencarian fakta dengan
interpretasi yang tepat.15
14
Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT REMAJA ROSDAKARYA, 1989).hal. 4.
15
Soerjono dan H.abdurrahman, Metode Penelitian Deskriptif (Jakarta: PT RINEKA CIPTA, 1999).hal. 21.
(53)
3.2 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Sekolah Dasar Luar Biasa Negeri (SDLB N)
Kebayakan Gunung Balohen Kecamatan Kebayakan Kabupaten Aceh Tengah
terletak di jalan. Abdul Wahab Kebayakan.
3.3 Informan Penelitian
Penelitian kualitatif tidak dimaksudkan untuk membuat generalisasi dari hasil
penelitianya. Oleh karna itu, pada penelitian kualitatif tidak dikenal adanya populasi
dan sampel.
Subjek penelitian menjadi informan yang akan memberikan berbagai informasi
yang diperlukan selama proses penelitian. Informan penelitian ini meliputi tiga
macam yaitu :
1. Informan kunci (key informan) adalah mereka yang mengetahui dan memiliki
berbagai informasi pokok yang diperlukan dalam penelitian.
2. Informan Utama adalah mereka yang terlibat secara langsung dalam interaksi
sosial yang diteliti.
3. Informan Tambahan adalah mereka yang dapat memberikan informasi
walaupun tidak langsung terlibat dalam interaksi sosial yang sedang diteliti.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan informan kunci, informan utama dan
informan tambahan yaitu sebagai berikut :
(54)
2. Informan Utama : Kepala Sekolah SDLB Kebayakan
3. Informan Tambahan : Komite Sekolah
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Teknik Pengumpulan data pada penelitian ini berupa data primer dan data
skunder.
1. Metode pengumpulan data primer yaitu teknik pengumpulan data yang
diperoleh melalui kegiatan penelitian secara langsung di lokasi penelitian.
Pengumpulan data primer ini dilakukan melalui:
a. Metode wawancara, yaitu dengan memberikan pertanyaan kepada
sejumlah pihak yang terkait dengan masalah penelitian. Dalam metode
ini akan digunakan metode wawancara secara mendalam dengan
orang-orang yang berkompeten di bidang-bidang yang ingin diteliti,
dengan atau tanpa menggunakan pedoman wawancara.
b. Metode Observasi, yaitu dengan mengadakan pengamatan secara
langsung terhadap sejumlah acuan yang berkenaan dengan topik
penelitian dilokasi penelitian.
2. Metode penelitian data sekunder yaitu metode/teknik pengumpulan data yang
dilakukan melalui kepustakaan yang dapat mendukung data primer. Teknik
pengumpulan data sekunder dapat dilakukan dengan menggunakan instrumen
(55)
a. Studi Dokumentasi, yaitu pengumpulan data yang menggunakan
catatan-catatan dan rekam video yang ada di lokasi penelitian atau
sumber-sumber lain yang terkait dengan obyek penelitian.
b. Studi Kepustakaan, yaitu pengumpulan data diperoleh dari buku-buku,
literatur, internet dan sumber-sumber lain yang berkompetisi dan
memilki keterkaitan dengan masalah penelitian.
3.5 Teknik Analisis Data
Sesuai dengan metode penelitian, teknik analisis data yang diadopsi dalam
penelitian dengan menggunakan teknik analisis kualitatif, yaitu menguraikan serta
menginterpretasikan data yang diperoleh dilapangan dari para informan. Teknik
analisis data ini didasarkan pada kemampuan nalar dalam menghubungkan fakta, data
dan informasi, kemudian data yang diperoleh akan dianalisis sehingga diharapkan
muncul gambaran yang dapat mengungkapkan permasalahan penelitian dan
(56)
BAB IV
DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
4.1Latar Belakang/Sejarah Sekolah Dasar Luar Biasa Negeri ( SDLB N) Kebayakan Kabupaten Aceh Tengah
Berdasarkan Perhitungan hasil sensus penduduk tahun 1980 jumlah anak
berkebutuhan khusus usia 7-12 tahun diperkirakan sebanyak 254.134. Dari jumlah
tersebut menurut statistik pendidikan, di SLB, yang didalamya termasuk anak usia
dibawah 7 tahun (tingkat persiapan), dan anak usia di atas 12 tahun (tingkat lanjutan),
serta anak tuna laras, yang tidak dimasukan dalam rangka sensus 254.134 orang itu.
Jadi baru kurang dari 5% dari anak cacat 7-12 tahun yang berkesempatan bersekolah.
Salah satu usaha untuk memperluas kesempatan belajar dalam rangka
pemerataan memeroleh kesempatan belajar bagi anak cacat atau anak berkebutuhan
khusus, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan mengadakan uji coba membuka
lembaga pendidikan baru bagi anak catat atau berkebutuhan khusus. Uji coba itu
dilakukan di dua daerah uji coba kewajiban belajar yaitu didesa Srengseng sawah
Kecamatan Pasar Minggu DKI Jakarta, dan desa Blanakan Subang Jawa Barat.
Uji coba ini dilakukan melalui kerja sama Departemen dalam Sosial,
Departemen dalam Negeri, dan Departemen Kesehatan dengan mengarahkan
keikut-sertaan masyarakat sekitar. Sekolah uji coba tersebut kemudian diberi nama Sekolah
Dasar Luar Biasa (SDLB). Uji coba pelayanan pendidikan bentuk SDLB ini dinilai
(57)
Sementara itu dalam acara pidato acara puncak peringatan tahun internasional
para cacat PBB pada tanggal 9 Desember 1981 Presiden Soeharto menyatakan wajar
apabila dari program bantuan Sekolah Dasar (inpres SD) disediakan pula fasilitas
untuk mendidik anak penyanndang cacat. Sehingga mulai tahun anggaran 1982/1983
melalui Inpres No.4/1983 didirikanlah gedung bangunan SDLB disetiap Kabupaten
atau Kota Madya dalam rangkaian upaya menuntaskan anak usia 7-12 tahun
memasuki sekolah dalam eangka wajib belajar. Termasuk SDLB Negeri Takengon
Kabupaten Aceh Tengah yang sekarang berlokasi di Kebayakan Kampung Gunung
Balohen Kecamatan Kebayakan Kabupaten Aceh Tengah sampai sekarang masih
aktif.
4.2Pengertian jenis Jurusan Anak Berkebutuhan Khusus yang ada di SDLB 1. A Tunanetra (Buta)16
Tunanetra adalah individu yang memiliki hambatan dalam pengelihatan.
Tunanetra dapat diklasifikasikan ke dalam dua golongan, yaitu buta total (blind) dan
low vision. Menurut Kaufman dan Hallahan tunanetra adalah individu yang memiliki
lemah penglihatan atau akurasi penglihatan kuran dari 6/60 setelah dikoreksi atau
tidak lagi memiliki penglihatan. Karena tunanetra memiliki keterbataan dalam indra
penglihatan, proses pembelajaran menekankan pada alat indra yang lain, yaitu indra
peraba dan indra pendengaran. Oleh karena itu, prinsip yang harus diperhatikan
dalam memberikan pengajaran kepada individu adalah media yang digunakan harus
16
Aphroditta M, Panduan Lengkap Orang & Guru untuk anak dengan Disleksia(Kesulitan Belajar)(Jogjakarta: Javalitera, 2012), hal.43-47.
(58)
bersifat taktual dan bersuara. Contohnya penggunaan Braille, gambar timbul, benda
model, dan benda nyata. Sedangkan, media yang bersuara adalah tape rocorder dan
peranti lunak JAWS. Untuk membantu tunanetra beraktifitas, disekolah luar biasa
mereka belajar mengenai orientasi dan mobilitas. Orientasi dan mobilitas diataranya
mempelajari bagaimana tunanetra mengetahui tempat dan arah serta bagaimana
menggunakan tongkat putih (tongkat khusus tunanetra yang terbuat dari aluminium.
2. B Tunarungu (Tuli)
Tunarungu adalah individu yang memiliki hambatan dalam pendengaran, baik
permanen maupun tidak permanen. Klasifikasi tunarungu berdasarkan tingkat
gangguan pendengaran adalah sebagai berikut :
• Gangguan pendengaran sangat ringan
• Gangguan pendengaran ringan
• Gangguan pendengaran berat
• Gangguan pendengaran ekstrem/tuli
Karena memiliki hambatan dalam pendengaran, individu tunarungu memiliki
hambatan dalam berbicara sehingga mereka biasa disebut tunawicara. Cara
berkomunikasi dengan individu menggunakan bahasa isyarat, untuk abjad jari telah
dipatenkan secara internasionl, sedangkan untuk isyrat bahasa berdeba-beda disetiap
negara. Saat ini dibeberapa sekolah sedang dikembangkan komunikasi kota, yaitu
(59)
tubuh. Individu tunarungu cenderung kesulitan dalam memahami konsep dari sesuatu
yang abstrak.
3. C Tunagrahita (IQ Lemah)
Tungrahita adalah individu yang memiliki intelegensi yang signifikan berada
dibawah rata-rata dan disertai dengan ketidakmampuan dalam adaptasi prilaku yang
muncul dalam masa perkembangan. Klasifikasi tunagrahita berdasarkan pada
tingkatan IQ.
• Tunagrahita ringan (IQ: 51--70),
• Tunagrahita sedang (IQ: 36--51),
• Tunagrahita berat (IQ: 20--35),
• Tunagrahita sangat berat (IQ di bawah 20).
Pembelajaran bagi individu tunagrahita lebih di titik beratkan pada
kemampuan bina diri dan sosialisasi.
4. D Tunadaksa (Cacat Tubuh)
Tunadaksa adalah individu yang memiliki gangguan gerak yang disebabkan
oleh kelainan neuro-muskular dan struktur tulang yang bersifat bawaan, sakit, atau
akibat kecelakaan. Individu yang termasuk tunadaksa diantaranya adalah celebral
palsy, amputasi, polio, dan lumpuh. Tingkat gangguan pada tunadaksa :
• Tunadaksa ringan yaitu memilki keterbatasan dalam melakukan aktivitas fisik tetap masih dapat ditingkatkan melalui terapi.
(60)
• Tunadaksa sedang yaitu memiliki keterbatasan motorik dan mengalami gangguan koordinasi sensorik.
• Tunadaksa berat yaitu memiliki keterbatasan total dalam gerakan fisik dan tidak mampu mengontrol gerakan fisik.
5. E Tunalaras (Nakal)
Tunalaras adalah individu yang mengalami hambatan dalam mengendalikan
emosi dan kontrol sosial. Individu tunalaras biasanya menunjukan perilaku
menyimpang yang tidak sesuai dengan norma dan aturan yang berlaku disekitarnya.
Tunalaras dapat disebabkan faktor internal dan faktor eksternal, yaitu pengaruh dari
lingkungan sekitar.
6. M Autis
Autis adalah gangguan perkembangan nerobiologi yang berat yang terjadi
pada anak sehingga menimbulkan masalah pada anak untuk berkomunikasi dan
berelasi (berhubungan) dengan lingkunganya. Penyandang autis tidak dapat
berhubungan dengan orang lain secara berarti, serta kemampuannya untuk
membangun hubungan dengan orang lain terganggu karena masalah
ketidakmampuannya untuk berkomunikasi dan untuk mengerti apa yang dmaksud
oleh orang lain.
Penyandang autis memiliki gangguan pada interaksi sosial, komunikasi,
imajinasi, serta pola perilaku yang repetitip (berulang-ulang), dan resistensi (tidak
(61)
komunikasi yaitu terjadi pada komunikasi verbal (lisan/dengan kata-kata) maupun
non verbal (tidak mengerti arti dari gerak tubuh, ekspresi wajah, dan
nada/warna/intonasi suara). Gangguan pada imajinasi ini menyebabkan anak
kesulitan dalam hal aktivitas dan bermain, sehingga bermain dan beraktivitas berbeda
dengan orang/anak lain, misalnya hanya mencontoh dan mengikuti suatu hal secara
kaku dan berulang-ulang.
7. K Kesulitan Belajar
Anak yang mengalami kesulitan belajar adalah individu yang memilki
gangguan pada satu atau lebih kemampuan dasar psikologis yang mencakup
pemahaman dan penggunaan bahasa, berbicara, dan menulis yang dapat
mempengaruhi kemampuan berpikir, membaca, berhitung, brain injury, disfungsi
minimal otak, disleksia, dan afasia perkembangan. Individu kesulitan belajar
memiliki IQ rata-rata atau di atas rata-rata, mengalmi gangguan motorik
persepsi-motorik, ganguan koordinasi gerak, gangguan orientasi arah dan ruang, dan
keterlambatan perkembangan konsep.
Konsep anak berkebutuhan khusus (children with special needs) memiliki
makna dan spektrum yang lebih luas dibandingkan dengan konsep anak luar biasa
(exceptional children). Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang secara
pendidikan memerlukan layanan yang spesifik yang berbeda dengan anak-anak pada
umumnya. Anak berkebutuhan khusus ini memilki apa yang disebut dengan
(62)
development). Oleh sebab itu, mereka memerlukan layanan pendidikan yang sesuai
dengan hambatan belajar dan hambatan perkembang yang dialami oleh
masing-masing anak.
8. F Tunawicara
Tunawicara adalah orang yang mengalami ganguan bicara dikarenakan
artikulasi rusak (seperti lidah, bibir sumbing dan lain-lain) akan tetapi tunawicara
masih memiliki pendengaran bagus.
4.3Data Siswa Tamatan Dan Angka Putus Sekolah
Jumlah siswa Berdasarkan jurusan yang ada di Sekolah Dasar Luar Biasa Negeri
Kebayakan Gunung Balohen dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :
Tabel 4.1 : Jumlah Siswa / Jurusan
L P L
P
L
P
L
P
L
P
L
P
L P L
P
2009/2010 1
-
3
4
32 30
6
6
-
-
-
-
-
-
-
-
82
2010/2011 1
-
3
5
34 25
7
4
1
-
-
-
-
-
-
-
81
2011/2012 1
-
4
6
32 25
7
4
1
-
1
-
-
-
-
-
81
2012/2013 1
-
6
5
24 28
4
4
5
-
1
-
2 1 1
-
82
2013/2014 1
-
7
4
24 16 10 11
3
2
1
-
3 1 2
1
89
Jumlah
Tahun
Pelajaran
A
B
C
D
E
M
K
F
Jumlah siswa / Jurusan
Sumber : Sekolah Dasar Luar Biasa Negeri Kebayakan Gunung Balohen, 2014
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui jumlah siswa laki-laki dan
(63)
(jurusan), Jurusan A ( Tunanetra) Laki-laki 5 dan perempuan 0, B (Tunarungu)
Laki-laki 23 dan Perempuan 24, C (Tunagrahita) Laki-laki 146 dan perempuan 124,
D ( Tunadaksa ) Laki-laki 34 dan Perempuan 29, E (Tunalaras) Laki-laki 10 dan
Perempuan 2, M(Autis) Laki-laki 3 dan Perempuan 0, K (Kesulitan Belajar) Laki-laki
5 dan Perempuan 2, F (Tunawicara) Laki-laki 3 dan Perempuan 1.
Jadi total keseluruhan siswa laki-laki dan perempuan di Sekolah Dasar Luar
Biasa Negeri diuraikan berdasarkan golongan (Jurusan) Dari tahun 2009 sampai
tahun 2014 berjumlah 415 siswa.
Tabel 4.2 : Jumlah Siswa/Tamatan
L P L P L P L P L P L P L P L P
2009/2010 1 - - - 2 2 - 1 1 1 - - - 8
-2010/2011 - - - - 3 5 1 1 - 1 - - - 11
-2011/2012 - - - - 3 - - - 1 1 - - - 5
-2012/2013 - - - - 2 3 - 1 1 - - - 7
-2013/2014 - - - 2 4 6 - - - 12
-Tahun Pelajaran
Jumlah siswa / Tamatan
Jumlah Angka DO (%)
A B C D E M K F
Sumber : Sekolah Dasar Luar Biasa Negeri Kebayakan Gunung Balohen, 2014
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui jumlah siswa/tamatan yang jurusan
A (Tunanetra ) laki-laki 1 perempuan 0, B ( Tunarungu ) laki-laki 0 perempuan 2, C (
Tunagrahita ) laki-laki 14 perempuan 16, D ( Tunadaksa ) laki-laki 1 perempuan 3, E
(Tunalaras) laki-laki 3 perempuan 3, M (Autis ) laki-laki 0 perempuan 0, K
(Kwsulitan Belajar ) laki-laki 0 perempuan 0 dan yang terakhir yaitu jurusan F
(64)
Jadi total keseluruhan siswa laki-laki dan perempuan berdasarkan tamatan di
Sekolah Dasar Luar Biasa dari tahun 2009 sampai 2014 berjumlah 42 siswa.
4.4 Daya Tampung SDLB Negeri Kebayakan Takengon
Jumlah siswa dan daya tampung Sekolah Dasar Luar Biasa Negeri Kebayakan
Gunung Balohen dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 4.3 : Jumlah Daya Tampung SDLB Negeri Kebayakan Gunung Balohen
L P Jumlah L P Jumlah
2009/2010 6 8 14 6 8 14 100
-2010/2011 14 5 19 14 5 19 100
-2011/2012 6 1 7 6 1 7 100
-2012/2013 13 8 21 13 8 21 100
-2013/2014 17 5 22 17 5 22 100
-Tahun Pelajaran
Jumlah Pendaftaran Jumlah Diterima Siswa Baru Ratio Pendaftar
/ Diterima (%) Keterangan
Sumber : Sekolah Dasar Luar Biasa Negeri Kebayakan Gunung Balohen, 2014
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui Muatan/daya tampung sekolah dasar
luar biasa negeri kebayakan ialah 100 daya tampung akan tetapi yang mendaftar
hanya laki-laki berjumlah 56 dan perempuan berjumlah 27.
Jadi secara keseluruhan dari tahun 2009-2014 siswa yang berada di sekolah
dasar luar biasa negeri kebayakan gunung balohen berjumlah 83 siswa.
4.5 Data Guru/Pegawai Menurut Tingkat Pendidikan
Data guru atau pegawai dilihat dari tingkat pendidikan yang berada di Sekolah
Dasar Luar Biasa Negeri Kebayakan Gunung Balohen dapat dilihat pada tabel
(65)
Tabel 4.4: jumlah guru atau pegawai yang berada di sekolah dasar luar biasa Kebayakan
S1/S2 1 - - - - 1
S1/D3 6 - - - - 6
D2/D3 7 5 - 2 - 14
D1/SLTA - - -
-Keterangan Tingkat
Pendidikan
Jumlah Guru / Pegawai Guru Tetap Guru Tidak Pegawai Tetap Pegawai Tidak Diperbantukan (DPK) Total
Sumber : Sekolah Dasar Luar Biasa Negeri Kebayakan Gunung Balohen, 2014
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui jumlah guru tetap yang ada disekolah
dasar luar biasa negeri kebayakan berjumlah 14 guru, guru tidak tetap 5, pegawai
tetap 0, pegawai tidak tetap 2.
Jadi total keseluruhan jumlah guru yang berada di sekolah dasar luar biasa
negeri kebayakan gunung balohen berjumlah 21 guru.
4.6Sarana dan Prasarana Pendidikan Jumlah dan Kondisi Ruang di SDLB Negeri
Kebayakan Gunung Balohen
4.6.1 Sarana Pendidikan (lokal, Rumah Dinas Kepsek, Rumah Penjaga Sekolah, Rumah
Dinas Guru, WC) Di SDLB N Kebayakan
Sarana Pendidikan dan jumlah lokal, Rumah Dinas Kepsek, Rumah Penjaga
Sekolah, Rumah Dinas Guru, Wc yang berada di Sekolah Dasar Luar Biasa Negeri
(66)
Tabel 4.5: Sarana dan Prasarana Pendidikan
jenis ruang jumlah ruang luas (M2) kondisi ruang (jumlah ruang)keterangan baik rusak ringanrusak berat
belajar/lokal 9 1.458 1 2
-rumah dinas kepsek 1 225 1 -
-rumah penjaga sekolah 1 144 - 1
-rumah dinas guru 5 168 - 5
-WC 4 40 4 -
-Sumber: Sekolah Dasar Luar Biasa Negeri Kebayakan Gunung Balohen,2014
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui yang menjadi penunjang pendidikan
untuk sekolah dasar luar biasa negeri kebayakan gunung balohen telah disediakan
prasarana seperti ruang belajar yaitu berjumlah 9 kelas, rumah dinas kepala sekolah
1,rumah penjaga sekolah 1, rumah dinas guru 5, dan wc berjumlah 4 dan keadaan
ruang yang menjadi penunjang akses belajar mengajar kondisi yang rusak ringan
berjumlah 8 dan yang keadaan nya baik berjulah 4, dan yang tidak rusak berjumlah 8
jadi semua jumlah yang menjadi sarana pendukung disekolah dasar luar biasa negeri
berjumlah 20.
4.7Jumlah dan Kondisi Buku Pelajaran di SDLB Negeri Kebayakan Gunung Balohen
Jumlah buku yang ada di Sekolah Dasar Luar Biasa Negeri Kebayakan
Gunung Balohen dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
(67)
Baik Rusak Ringan Rusak Berat
Buku Paket Khusus PLB 150 150 -
-Buku Paket Umum 106 81 - 25
Buu Penunjang 527 527 -
-Buku Fiksi Umum 60 50 - 10
Buku Buku Fiksi Khusus Braille 39 39 -
-Jenis Buku Jumlah
(Eksp)
Kondisi Buku (Jumlah Buku)
Keterangan
Sumber: Sekolah Dasar Luar Biasa Negeri Kebayakan Gunung Balohen, 2014
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui jumlah dan kondisi buku pelajaran
yang ada di Sekolah Dasar Luar Biasa Negeri Kebayakan Gunung Balohen cukup
memadai untuk menunjang atau mendukung kegiatan dan proses belajar dan kondisi
buku yang rusak juga hanya sedikit.
Jadi total keseluruhan buku yang ada diperpustakaan Sekolah Dasar Luar
Biasa secara keseluruhan berjumlah 882 dan yang dalam kondisi baik berjumlah 847
dan yang berjumlah 35 buku yaitu buku paket umum 25 dan buku fiksi umum 10
buah.
4.8Jumlah dan Kondisi Peralatan Praktek dan Penunjang Kegiatan Belajar di SDLB Negeri Kebayakan Gunung Balohen
Jenis, jumlah dan kondisi peralatan dan praktek unutuk penunjang kegiatan
belajar disekolah dasar luar biasa negeri dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :
Tabel 4.7 : Jumlah dan kondisi peralatan dan penunjang yang ada di SDLB Negeri
(68)
Jenis Peralatan Jumlah ndisi Peralatan Keterangan
Baik Rusak Ringan Rusak Berat
KIT IPA 4 2 - 2
Geometri Bidang 1 1 -
-Mesin Jahit 1 1 -
-Alat Pertungan 4 3 - 1
Fusel 2 2 -
-Pelosotan 1 1 -
-Lingkaran Putar-putrn 1 - - 1
Paralel Bard 1 1 -
-Cermin Artikulasi 4 2 - 2
Audiogram 1 - - 1
Drum 1 - - 1
Jungkat-Jangkit 1 - - 1
Panjatan 1 1 -
-Papan Titian 3 2 - 1
Lapangan Bulu Tangkis 1 - - 1
Meja (Tenis Meja) 1 - 1
-Bet (Tenis Meja) 6 2 1 3
Bola Voli 2 - - 2
Raket 6 2 2 2
Net (Volley Ball) 1 - - 1
Net (Bulu Tangkis) 1 - - 1
Net (Tenis Meja) 2 1 - 1
Mesin Ketik 3 2 - 1
Lemari Arsip 5 3 1 1
Filling Kabinet 3 2 1
-Kalkulator 1 1 -
-Meja 1/2 Bi ro 1 1 -
-Kursi Putar 34 33 - 1
Sice / Kursi Tamu 2 1 1
-Brangkas Kas Box 1 1 -
-Kursi Lipat 2 1 1
-Lemari Buku 1 1 -
-Mesin Obras 2 2 -
-Mesin Bordir 1 1 -
-Gunting Kain - - -
-Meteran Kain - - -
-Bor Komplit 2 2 -
-Pres Kayu 2 2 -
-Bor Listrik 1 1 -
-Ketam Listrik 1 1 -
-Jam Dinding 10 9 - 1
Grenda Mesin 1 1 -
(1)
Gunung Balohen yang sudah saya paparkan sebelumnya diatas terkait satu variable yang sangat mempengaruhi satu dengan yang lainnya dalam proses berhasil atau tidaknya suatu implementasi atau program. Komunikasi yang terjalin baik antara implemator akan didukung oleh SOP dan penyebaran tanggungjawab yag sudah jelas dan tegas batasanya dalam petunjuk teknis. Kemudian kualitas dan kemampuan yang dimiliki Tim Manajemen Bantuan Operasional Sekolah sudah sangat memadai dalam pengelolaan bantuan operasional sekolah di sekolah dasar luar biasa negeri kebayakan gunung balohen. Sikap para Tim Manajemen Bantuan Operasional Sekolah akan sangat mempengaruhi berhasil atau tidaknya implementasi program yang ada dan saya juga sudah melihat peran guru untuk bersunguh-sunguh menjalankan peranya dalam mencapai tujuan pelaksanaan program bantuan operasional sekolah di sekolah dasar luar biasa negeri kebayakan gunung balohen sehingga semuanya sesuai seperti yang diharapkan.
Secara keseluruhan dalam implementasi program bantuan operasional sekolah di sekolah dasar luar biasa negeri kebayakan gunung balohen dipengaruhi oleh faktor-faktor yang yang saling berkaitan. Jika sekolah mempunyai kendala mereka selalu membuat- perubahan-perubahan ke arah yang lebih baik . jika adapun kendala itu tidak menjadi penghalang dalam pelaksanaan program Bos.
Upaya peningkatan kualitas pendidikan melalui implementasi program bantuan operasional sekolah disekolah dasar luar biasa negeri kebayakan gunung balohen tidak disertai dengan upaya yang maksimal dalam perihal mengerjakannya, tidak maksimal maksud saya disini yaitu dari pihak yang mengeluarkan program ini. Hal ini dapat dilihat peneliti dari tidak adanya aturan atau sangsi yang menjelaskan jika ada sekolah yang menyalahgunakan Dana ini dikenakan sangsi dan diberi hukuman apa. Seolah-olah program yang dibuat oleh pemerintah dilaksanakan di indonesia semata hanya untuk menghabiskan anggaran yang tersedia dan cenderung seperti formalitas semata saja. Jika peneliti melihat
(2)
kualitas pengerjaan dari sekolah dasar luar biasa negeri sudah sangat maksimal dalam mengelola dana bantuan opersional sekolah sehingga peneliti dapat menggatakan sekolah dasar luar biasa negeri kebayakan sudah mencapai tujuan seperti yang semestinya.
(3)
BAB VII
PENUTUP
7.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pengamatan dari peneliti tentang implementasi program bantuan operasional sekolah di Sekolah Dasar Luar Biasa Negeri Kebayakan Gunung Balohen dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Implementasi Program Bantuan Operasional Sekolah di Sekolah Dasar Luar Biasa Negeri Kebayakan Gunung Balohen dalam menyelenggarakan BOS sudah berjalan sesuai dengan Petunjuk Teknis Program BOS yaitu Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 101 Tahun 2013 tentang Petunjuk Teknis Penggunaan Pertanggungjawaban Keuangan Dana Bantuan Operasional Sekolah Tahun 2014. Dana Bantuan Operasional Sekolah sudah dapat meningkatkan kualitas pendidikan bagi siswa atau siswi yang tidak mampu sehingga siswa atau siswi masih dapat menggemban pendidikan atau tidak putus sekolah.
2. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah disajikan dalam bab sebelumnya dapat disimpulkan implementasi Bantuan Operasional Sekolah di Sekolah Dasar Luar Biasa Negeri Kebayakan Gunung Balohen telah berjalan sangat baik sesuai dengan yang dengan tujuannya.
3. Kendala dalam pengimplementasian Dana Bantuan Operasional Sekolah yaitu sedikitnya dana sehingga kepala sekolah harus betul-betul meminimalisir kepentingan yang mana yang harus dipenuhi terlebih dahulu dalam berlangsungnya pendidikan.
(4)
7.2 Saran
Secara umum Bantuan Operasional Sekolah bertujuan untuk meringankan beban masyarakat terhadap pembiayaan pendidikan dalam rangka wajib belajar 9 tahun yang bermutu. Sedangkan secara khusus Program Bantuan Operasional Sekolah bertujuan untuk membebaskan seluruh siswa miskin dari beban biaya operasional sekolah, baik di di sekolah negeri maupun swasta. Dengan uraian tersebut dibutuhkan implemator yang menjalankanya dengan tepat. Agar tidak ada penyalahgunaan dana dan weweanang yang sedang dimilikinya.
Perlunya perawatan atau pemeliharaan sarana dan prasarana yang lebih baik lagi dari segi sumber daya fasilitas agar barang atau benda yang berkondisi baik dengan dipelihara dapat bertahan lebih lam lagi. Dan dapat terus mendukung dan menunjang proses belajar mengajar.
(5)
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, H dan Soerjono. 1999. Metode Penelitian Deskriptif. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Aphroditta, H. 2012. Panduan Lengkap Orang Tua dan Guru utuk anak Dileksia
(KesulitanBelajar). Jogjakarta: Javaliatera.
Effendi, Sofian. 1995.Metode Penelitian Survey. Jakarta: LP3ES Idiahono, Dwiyanto. 2009. Kebijakan Publik. Yogyakarta: Gava Media. Moleong. 1989. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT.Remaja Rosdakarya. Nugroho, Riant Tilaar. 2008. Kebijakan Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Rahman, Bujang. 2009. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran. Lampung: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
Subarsono,AG. 2005. Analisis Kebijakan Publik. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Tangklilisan, Hessel Nogi S.2003.implementasi Kebijakan Publik. yogyakarta: YPAPI.
Wahab, Solihin Abdul. 2008. Pengantar Analisis Kebijakan Publik. Malang: UMM press.
Winarno Budi. 2002. Teori dan Proses Kebijakan Publik. Yogyakarta: Media Pressindo.
Sumber Perundang – Undangan
Undang-undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 31 ayat (1) Tentang Pendidikan.
Undang-Undang No.20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No. 101 Tahun 2013 Tentang Petunjuk Teknis Pengguppnaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Dana Bantuan Oprasional Sekolah Tahun 2014.
(6)
Sumber Internet :
id.m.wikipedia.org/wiki/anak_berkebutuhan_khusus diakses pada tanggal 15 Desember 2014 pukul 23:17