Pengaruh Persepsi Guru Tentang Lingkungan Terhadap Perilaku Siswa Dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup (Kajian Terhadap Sekolah Dasar Negeri Di Kabupaten Batu Bara)

(1)

PENGARUH PERSEPSI GURU TENTANG LINGKUNGAN

TERHADAP PERILAKU SISWA DALAM PENGELOLAAN

LINGKUNGAN HIDUP (KAJIAN TERHADAP

SEKOLAH DASAR NEGERI DI KABUPATEN

BATU BARA)

T E S I S

Oleh

MARNI RAHAYU

087004022/PSL

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2011

S

E K O L AH P

A

S C

A S A R JA


(2)

PENGARUH PERSEPSI GURU TENTANG LINGKUNGAN

TERHADAP PERILAKU SISWA DALAM PENGELOLAAN

LINGKUNGAN HIDUP (KAJIAN TERHADAP

SEKOLAH DASAR NEGERI DI KABUPATEN

BATU BARA)

T E S I S

Oleh

MARNI RAHAYU

087004022/PSL

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2011

S

E K O L AH P

A

S C

A S A R JA


(3)

PENGARUH PERSEPSI GURU TENTANG LINGKUNGAN

TERHADAP PERILAKU SISWA DALAM PENGELOLAAN

LINGKUNGAN HIDUP (KAJIAN TERHADAP

SEKOLAH DASAR NEGERI DI KABUPATEN

BATU BARA)

T E S I S

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan

pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh

MARNI RAHAYU

087004022/PSL

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2011


(4)

Judul Tesis : PENGARUH PERSEPSI GURU TENTANG LINGKUNGAN TERHADAP PERILAKU SISWA DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP (KAJIAN TERHADAP SEKOLAH DASAR NEGERI DI KABUPATEN BATU BARA)

Nama Mahasiswa : Marni Rahayu Nomor Pokok : 087004022

Program Studi : Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan (PSL)

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Prof. Dr. Chalida Fachruddin) Ketua

(Prof. Dr. Retno Widhiastuti, MS) (Prof. Dr. Badaruddin, M.Si)

Anggota Anggota

Ketua Program Studi, Direktur,

(Prof. Dr. Retno Widhiastuti, MS) (Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE)


(5)

Telah diuji pada

Tanggal : 19 Maret 2011

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. Chalida Fachruddin

Anggota : 1. Prof. Dr. Retno Widhiastuti, MS. 2. Prof. Dr. Badaruddin, MSi. 3. Prof. Dr. Erman Munir, M.Sc. 4. Ir. O. K. Nazaruddin Hisyam, MS


(6)

PENGARUH PERSEPSI GURU TENTANG LINGKUNGAN TERHADAP PERILAKU SISWA DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

(KAJIAN TERHADAP SEKOLAH DASAR NEGERI DI KABUPATEN BATU BARA)

Marni Rahayu, Prof. Dr. Chalida Fachruddin, Prof. Dr. Retno Widhiastuti, MS, Prof. Dr. Badaruddin, M.Si

ABSTRAK

Tesis ini bertujuan untuk mengetahui persepsi guru SD di Kabupaten Batubara tentang lingkungan hidup dan untuk mengetahui pengaruh tingkat persepsi guru SD tentang lingkungan hidup terhadap perilaku siswa SD dalam pengelolaan lingkungan hidup di sekolah di Kabupaten Batubara. Pada penelitian ini dilakukan pengumpulan data dari bulan Nopember 2010 sampai dengan Januari 2011, yang terdiri dari data persepsi guru dan perilaku siswa melalui kuisioner yang diberikan kepada guru kelas IV, V dan VI SD di Kabupaten Batu Bara sebanyak 84 responden dan siswa kelas IV, V dan VI SD di Kabupaten Batu Bara sebanyak 234 responden, metode yang digunakan adalah sampel bertujuan. Data kuisioner diolah dan dilakukan uji F, uji t dan regresi dengan bantuan SPSS. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa persepsi guru Sekolah Dasar di Kabupaten Batu Bara tentang lingkungan hidup mayoritas baik, yaitu sebanyak 75.0%, dan persepsi guru SD di Kabupaten Batu Bara tentang lingkungan memberikan pengaruh yang signifikan dan positif terhadap perilaku siswa dalam pengelolaan lingkungan hidup.

Kata Kunci : Persepsi, Perilaku, Pengaruh Persepsi terhadap Perilaku, Guru, Siswa, Lingkungan, Pengelolaan Lingkungan.


(7)

THE EFFECT OF TEACHER PERCEPTION OF THE ENVIRONMENT ON STUDENT BEHAVIOUR IN ENVIRONMENTAL MANAGEMENT

(STUDY OF ELEMENTARY SCHOOLS IN BATU BARA) Marni Rahayu, Prof. Dr. Chalida Fachruddin, Prof. Dr. Retno

Widhiastuti, MS, Prof. Dr. Badaruddin, M.Si ABSTRACT

This thesis purposed is to investigate the perception of elementary school teachers in the District of Batu Bara on the environment and to determine the influence level of primary school teachers' perception about the environment on the behavior of elementary school students in environmental management in schools in Batu Bara. In this research, collecting data from November 2010 until January 2011, which consists of data teachers' perceptions and student behavior through questionnaires given to teachers grade IV, V and VI Elementary School in Batu Bara of 84 respondents and students in grade IV, V and VI Elementary School in Batu Bara of 234 respondents, the method used was purposive sampling. Questionnaire data is processed and tested f-test, t-test and regression with SPSS. From the results of this study concluded that the perception of elementary school teachers in Batu Bara environmental good majority, which is about 75.0%, and perceptions of elementary school teachers in Batu Bara about the environment have significant and positive impact on student behavior in environmental management .

Keywords : Perception, Behavior, Influence Perceptions of Behavior, Teachers, Students, Environment, Environmental Management.


(8)

KATA PENGANTAR

Sebelumnya, saya memanjatkan puji syukur ke hadirat Allah SWT karena hanya dengan rahmat dan kurnia-Nya, sehingga penulisan tesis ini dapat diselesaikan. Tugas Akhir yang berjudul “Pengaruh Persepsi Guru tentang Lingkungan terhadap Perilaku Siswa dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup (Kajian terhadap Sekolah Dasar Negeri di Kabupaten Batu Bara)” ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar master dari Program Studi Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan, Sekolah Pasca Sarjana, Universitas Sumatera Utara.

Dalam penyusunan tesis ini, telah begitu banyak bantuan, bimbingan, dan dorongan yang diberikan oleh berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini, dengan segala kerendahan hati, saya ingin bermaksud mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada:

1. Prof. Dr. Chalida Fachruddin, sebagai ketua pembimbing yang telah

memberikan begitu banyak waktu, arahan, bimbingan dan saran-saran yang sangat bermanfaat selama penelitian hingga tersusunnya tesis ini.

2. Prof. Dr. Retno Widhiastuti, MS., dan Prof. Dr. Badaruddin, MSi. sebagai pembimbing yang telah memberikan begitu banyak waktu, arahan, bimbingan dan saran-saran yang sangat bermanfaat selama penelitian hingga tersusunnya tesis ini.

3. Prof. Dr. Erman Munir, M.Sc, dan Ir. O. K. Nazaruddin Hisyam, MS, sebagai penguji yang telah memberikan waktu, saran dan masukan yang sangat berharga pada karya tulis ini.

4. Prof. Dr. Retno Widhiastuti, MS, sebagai Ketua Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan USU yang telah memberikan fasilitas serta perhatian demi kelancaran kegiatan akademik.

5. Segenap staf pengajar (dosen) di Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan USU yang telah berperan besar demi kelancaran kegiatan akademik selama masa studi.


(9)

6. Suami tercinta, Agoes Ilyas dan anak-anak tersayang, Eva Kusuma Dewi, Wira Sakti Gunawan dan Arief Tri Wibowo, yang telah memberikan waktu, mencurahkan kasih sayang, perhatian, semangat, dan doa yang tiada putus hingga terselesaikannya masa studi pada Program Magister Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan USU.

7. Maya, Putri dan segenap karyawan di Program Studi Pengelolaan

Sumberdaya Alam dan Lingkungan USU yang telah banyak berperan dan membantu demi kelancaran kegiatan akademik selama masa studi.

8. Segenap rekan–rekan S2 PSL Kelas Khusus Batu Bara 2008 yang selalu

memberikan semangat dan dukungan selama masa studi di Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan USU, bahkan hingga terselesaikannya laporan tugas akhir ini.

9. Semua pihak yang dengan ucapan beribu maaf karena tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah memberikan perhatian dan semangat hingga berakhirnya masa studi di perguruan tinggi kebanggaan kita ini.

Pada dasarnya, manusia adalah makhluk yang jauh dari sempurna karena kesempurnaan hanyalah milik Allah Yang Maha Kuasa. Oleh karena itu, saran dan kritik dari pembaca sangat diharapkan. Dan akhirnya mohon maaf yang tulus atas ketidaksempurnaan, segala kekurangan bahkan kata–kata yang kurang berkenan. Semoga karya tulis ini berguna bagi kemajuan ilmu pengetahuan.

Medan, 19 Maret 2011 Penyusun


(10)

RIWAYAT HIDUP

1. Nama : Marni Rahayu

2. Tempat / Tanggal Lahir : Pemalang / 23 Juli 1959

3. Nama Orang Tua

a. Ayah : Soehardjo (Alm. 1981)

b. Ibu : Marniah (Almh. 1964)

4. Anak ke : 6 dari 7 bersaudara

5. Alamat : Jl. Garu II, Villa Harjosari I No. 96, Medan

Amplas, 20147

6. Pekerjaan : Kepala Sekolah SD Negeri No. 016396 Perk.

Sipare-pare

7. Menikah : Tahun 1981 dengan Agoes Ilyas

Anak : 1. Eva Kusuma Dewi, S.Si – alumni USU

2. Wira Sakti Gunawan, SE – alumni USU 3. Arief Tri Wibowo – Mahasiswa FKG USU

8. Pendidikan Formal

a. Tahun 1966 – 1972 : SD Beji 1 Pemalang

b. Tahun 1972 – 1975 : SMP Negeri 2 Pemalang

c. Tahun 1975 – 1979 : SPG Negeri Pemalang

d. Tahun 1995 – 1997 : D-2 UT UPBJJ Medan

e. Tahun 1997 – 2000 : S-1 UMN Medan

f. Tahun 2009 – 2011 : Program Magister Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan, Sekolah PascaSarjana, USU


(11)

a. Tahun 1979 – 1983 : Guru SD Kedung Banjar, Pemalang

b. Tahun 1983 – 2000 : Guru SD No. 010227

Perk. Sipare-pare

c. Tahun 2000 – 2004 : Kepala Sekolah SD No. 010226, Perk.

Sipare-pare

d. Tahun 2004 – sekarang : Kepala Sekolah SD No. 016396, Perk. Sipare-pare


(12)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN... xi

I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Permasalahan ... 6

1.3 Kerangka Berpikir ... 7

1.4 Tujuan Penelitian... 10

1.5 Hipotesis Penelitian ... 10

1.6 Manfaat Penelitian ... 10

II TINJAUAN PUSTAKA ... 12

2.1 Persepsi tentang Lingkungan ... 12

2.1.1 Pengertian Persepsi ... 12

2.1.2 Lingkungan ... 16

2.2 Lingkungan Sebagai Subyek Pendidikan ... 16

2.3 Landasan Pendidikan Lingkungan Hidup... 18

2.4 Hakikat Pendidikan Lingkungan Hidup... 20

2.5 Hakikat Bahan Ajar Pendidikan Lingkungan Hidup ... 22

2.6 Guru ... 26

2.7 Siswa ... 30

2.8 2.9 Perilaku ... Kehidupan Sekolah yang Berbudaya Lingkungan ... 32 33 III METODOLOGI PENELITIAN ... 34

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ... 34

3.2 Populasi dan Sampel ... 34

3.2.1 Populasi ... 34

3.2.2 Sampel ... 35

3.3 Cara Pengumpulan Data ... 40

3.3.1 Kuisioner ... 40

3.4 Pelaksanaan Penelitian ... 41


(13)

3.6 Analisis Data secara Statistik ... 43

IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 44

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 44

4.2 Karakteristik Internal Guru ... 4.2.1 Karakteristik Jenis Kelamin ... 46 46 4.2.2 Karakteristik Usia ... 47

4.2.3 Karakteristik Status Pegawai ... 47

4.2.4 Karakteristik Lama Mengajar ... 48

4.2.5 Karakteristik Pendidikan ... 49

4.3 Persepsi Guru tentang Lingkungan di SD di Kabupaten Batu Bara ... 49

4.4 Perilaku Siswa dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup di SD di Kabupaten BatuBara ... 51

4.5 Pengaruh Persepsi Guru tentang Lingkungan terhadap Perilaku Siswa dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup di SD di Kabupaten Batu Bara ... 54

V KESIMPULAN DAN SARAN ... 62

5.1 Kesimpulan ... 62

5.2 Saran ... 62


(14)

DAFTAR TABEL

No Judul Halaman

1 Data Sekolah Dasar di Kabupaten Batu Bara ... 35

2 Nama dan Alamat SD Lokasi Penelitian ... 36

3 Jumlah Sampel Guru SD Kelas IV, V dan VI ... 37

4 Jumlah Sampel Siswa Kelas IV, V dan VI SD di Kabupaten Batu Bara ... 39

5 Variabel, Definisi Operasional dan Kategori ... 42

6 Data Jumlah Sekolah di Kabupaten Batu Bara ... 45

7 Data Jumlah Siswa di Kabupaten Batu Bara ... 46

8 Data Jumlah Guru di Kabupaten Batu Bara ... 46

9 Karakteristik Jenis Kelamin Sampel ... 47

10 Karakteristik Usia Sampel ... 47

11 Karaktersitik Status Pegawai Sampel ... 48

12 Karakteristik Lama Mengajar Sampel ... 48

13 Karakteristik Pendidikan Sampel ... 49

14 Karakteristik Persepsi Guru ... 49

15 Karakteristik Perilaku Siswa ... 52

16 Hasil Uji-F secara Simultan ... 55

17 Hasil Uji-F secara Parsial ... 55


(15)

DAFTAR GAMBAR

No Judul Halaman

1 Kerangka Pemikiran ... 9 2 Bagan Faktor-faktor Pembelajaran yang Dapat Dirubah Guru ... 28 3 Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Siswa ... 31 4 Skema Pelaksanaan Penelitian ... 41


(16)

DAFTAR LAMPIRAN

No Judul Halaman

1 Peta Lokasi Penelitian ... 68

2 Kuesioner Persepsi Guru SD tentang Lingkungan ... 69

3 Kuesioner Perilaku Siswa SD dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup ... 71

4 Data Karakteristik Guru ... 73

5 Data Persepsi Guru ... 76

6 Data Perilaku Siswa ... 79

7 Hasil Pengolahan Data ... 87

8 Dokumentasi Penelitian ... 91


(17)

PENGARUH PERSEPSI GURU TENTANG LINGKUNGAN TERHADAP PERILAKU SISWA DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

(KAJIAN TERHADAP SEKOLAH DASAR NEGERI DI KABUPATEN BATU BARA)

Marni Rahayu, Prof. Dr. Chalida Fachruddin, Prof. Dr. Retno Widhiastuti, MS, Prof. Dr. Badaruddin, M.Si

ABSTRAK

Tesis ini bertujuan untuk mengetahui persepsi guru SD di Kabupaten Batubara tentang lingkungan hidup dan untuk mengetahui pengaruh tingkat persepsi guru SD tentang lingkungan hidup terhadap perilaku siswa SD dalam pengelolaan lingkungan hidup di sekolah di Kabupaten Batubara. Pada penelitian ini dilakukan pengumpulan data dari bulan Nopember 2010 sampai dengan Januari 2011, yang terdiri dari data persepsi guru dan perilaku siswa melalui kuisioner yang diberikan kepada guru kelas IV, V dan VI SD di Kabupaten Batu Bara sebanyak 84 responden dan siswa kelas IV, V dan VI SD di Kabupaten Batu Bara sebanyak 234 responden, metode yang digunakan adalah sampel bertujuan. Data kuisioner diolah dan dilakukan uji F, uji t dan regresi dengan bantuan SPSS. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa persepsi guru Sekolah Dasar di Kabupaten Batu Bara tentang lingkungan hidup mayoritas baik, yaitu sebanyak 75.0%, dan persepsi guru SD di Kabupaten Batu Bara tentang lingkungan memberikan pengaruh yang signifikan dan positif terhadap perilaku siswa dalam pengelolaan lingkungan hidup.

Kata Kunci : Persepsi, Perilaku, Pengaruh Persepsi terhadap Perilaku, Guru, Siswa, Lingkungan, Pengelolaan Lingkungan.


(18)

THE EFFECT OF TEACHER PERCEPTION OF THE ENVIRONMENT ON STUDENT BEHAVIOUR IN ENVIRONMENTAL MANAGEMENT

(STUDY OF ELEMENTARY SCHOOLS IN BATU BARA) Marni Rahayu, Prof. Dr. Chalida Fachruddin, Prof. Dr. Retno

Widhiastuti, MS, Prof. Dr. Badaruddin, M.Si ABSTRACT

This thesis purposed is to investigate the perception of elementary school teachers in the District of Batu Bara on the environment and to determine the influence level of primary school teachers' perception about the environment on the behavior of elementary school students in environmental management in schools in Batu Bara. In this research, collecting data from November 2010 until January 2011, which consists of data teachers' perceptions and student behavior through questionnaires given to teachers grade IV, V and VI Elementary School in Batu Bara of 84 respondents and students in grade IV, V and VI Elementary School in Batu Bara of 234 respondents, the method used was purposive sampling. Questionnaire data is processed and tested f-test, t-test and regression with SPSS. From the results of this study concluded that the perception of elementary school teachers in Batu Bara environmental good majority, which is about 75.0%, and perceptions of elementary school teachers in Batu Bara about the environment have significant and positive impact on student behavior in environmental management .

Keywords : Perception, Behavior, Influence Perceptions of Behavior, Teachers, Students, Environment, Environmental Management.


(19)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menyatakan bahwa lingkungan hidup yang baik dan sehat merupakan hak asasi dan hak konstitusional bagi setiap warga Negara Indonesia. Oleh karena itu, negara, pemerintah, dan seluruh pemangku kepentingan berkewajiban untuk melakukan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dalam pelaksanaan pembangunan berkelanjutan agar lingkungan hidup Indonesia dapat tetap menjadi sumber dan penunjang hidup bagi rakyat Indonesia serta makhluk hidup lain (UU No. 32 Tahun 2009).

Menurut Soemarwoto (2001), lingkungan bagi kehidupan makhluk pada hakikatnya merupakan syarat mutlak bagi kelangsungan hidup secara menyeluruh. Jika kondisi lingkungannya menunjukkan keadaan yang baik berarti lingkungan tersebut menunjang terhadap kelangsungan hidup bagi makhluk hidup. Kehidupan manusia tidak bisa dipisahkan dari lingkungannya. Baik lingkungan alam maupun lingkungan sosial.

Dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, lingkungan diartikan sebagai kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain.


(20)

Untuk membangkitkan kesadaran manusia terhadap lingkungan hidup di sekitarnya, proses yang paling penting dan harus dilakukan adalah dengan menyentuh hati. Jika proses penyadaran telah terjadi dan perubahan sikap dan pola pikir terhadap lingkungan telah terjadi, maka dapat dilakukan peningkatan pengetahuan dan pemahaman mengenai lingkungan hidup, serta peningkatan ketrampilan dalam mengelola lingkungan hidup.

Akan tetapi perubahan sosial manusia menyebabkan rusaknya lingkungan. Dari hal yang paling sederhana, masyarakat sekarang kurang perduli terhadap kondisi lingkungan. Sebagai contoh rusaknya hutan yang berfungsi sebagai penyimpan sumber air akibat banyak masyarakat yang membuang sampah di bantaran sungai, dan pembangunan yang kurang memperhatikan aspek lingkungan yang dapat mengurangi daerah resapan air. Kepedulian akan lingkungan yang kurang ini harus ditanggapi dengan serius. Salah satu langkahnya adalah melewati dunia pendidikan (Karim, 2010). Untuk mengendalikan lingkungan agar tetap terjaga sebagaimana mestinya maka diperlukan pendidikan kepada setiap individu, selanjutnya setiap penduduk agar bisa menjaga ekosistem dan kestabilan lingkungannya (Wahidin, 2008).

Institusi pengajaran melalui pendidikan formal merupakan cara yang paling tepat untuk membangkitkan kesadaran dan kecintaan orang banyak terhadap lingkungan hidup. Pendidikan pengetahuan lingkungan hidup berperan untuk memastikan keadaan lingkungan hidup dapat dijaga dan tidak mengalami kerusakan lagi sepenuhnya untuk terlaksananya pembangunan berkelanjutan yaitu upaya sadar


(21)

dan terencana yang memadukan lingkungan hidup, termasuk sumber daya ke dalam proses pembangunan untuk menjamin kemampuan kesejahteraan dan mutu hidup generasi kini dan masa depan (Yustina, 2006).

Pendidikan sebagai suatu kegiatan yang di dalamnya melibatkan banyak orang, diantaranya peserta didik, pendidik, administrator, masyarakat dan orang tua peserta didik. Oleh karena itu agar tujuan pendidikan dapat tercapai secara efektif dan efisien, maka setiap orang yang terlibat dalam pendidikan tersebut seyogyanya dapat memahami perilaku individu sekaligus dapat menunjukkan perilakunya secara efektif (Sudrajat, 2008).

Institusi pendidikan harus menjadi benteng yang tangguh untuk menginternalisasi dan menanamkan nilai-nilai budaya cinta lingkungan hidup kepada anak-anak bangsa yang kini tengah gencar menuntut ilmu. Nilai-nilai kearifan local masyarakat setempat perlu terus digali dan dikembangkan secara konstektual untuk selanjutnya disemaikan ke dalam dunia pendidikan melalui proses pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan. Pola dan gaya penyajiannya pun tidak bercorak teoritis dan dogmatis seperti orang berkhotbah, tetapi harus lebih interaktif dan dialogis engan mengajak siswa didik untuk berdiskusi dan bercurah pikir melalui topic-topik lingkungan hidup yang menarik dan menantang (Tuhusetya, 2007).

Pendidikan Pengetahuan Lingkungan Hidup (PPLH) berperan untuk menjamin keadaan lingkungan hidup dapat dijaga kelestariannya dan tidak mengalami kerusakan lagi demi terlaksananya pembangunan berkelanjutan, yaitu


(22)

upaya sadar dan terencana yang memadukan Lingkungan Hidup termasuk sumber daya ke dalam proses pembangunan untuk menjamin kemampuan, kesejahteraan dan mutu hidup generasi masa kini dan generasi masa depan (UU No. 23 Tahun 1997).

Menurut Saragih (2002), bahwa pengetahuan lingkungan hidup pada tingkat SD, SMP, dan SMA masih sangat minim, yang disebabkan oleh pernah tidaknya guru memperoleh pendidikan lingkungan atau informasi tentang lingkungan. Umumnya pada tingkat SD tidak ada secara khusus mata pelajaran tentang lingkungan hidup.

Guru merupakan bagian dari masyarakat dan menempati salah satu bagian dari pelaku pembangunan. Sebagai pelaku dalam proses pembangunan dan sebagai tenaga pendidik, peran guru sangat strategis untuk mempengaruhi atau dipengaruhi oleh lingkungan. Dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005, guru diartikan sebagai pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.

Guru SD merupakan bagian dari masyarakat dan menempati salah satu bagian dari pelaku pembangunan. Sebagai pelaku dalam proses pembangunan, sebagai tenaga pendidik, peranan mereka sangat strategis untuk mempengaruhi atau dipengaruhi oleh lingkungan (Yustina, 2006).

Menurut Winarno et al (2000) dalam Saragih (2002), ada 46,8% guru pada tahap SD belum memperoleh pelajaran Lingkungan Hidup (LH). Keadaan ini tidak sesuai dengan kurikulum pendidikan yang dicanangkan, yang menyatakan bahwa


(23)

pendidikan Lingkungan Hidup (LH) telah direalisasikan sejak tahun ajaran 1989/1990 di seluruh jenjang pendidikan di Indonesia.

Sampai saat ini, kepedulian masyarakat khususnya warga sekolah (guru dan peserta didik) terhadap lingkungan masih rendah, meskipun pendidikan pengetahuan Lingkungan Hidup (LH) telah diterapkan pada dunia pendidikan melalui mata pelajaran-mata pelajaran tertentu. Menurut Soemarwoto (2001), walaupun pendidikan sebagai instrumen suasif telah banyak dilakukan, baik pada tingkat SD sampai Universitas, namun mengalami kegagalan, karena pelajaran yang diberikan sarat dengan interpretasi resmi pemerintah, tidak diinternalkan dalam diri, melainkan tinggal sebagai pengetahuan belaka. Hal ini juga tidak terlepas dari sistem pendidikan kita pada umumnya yang lebih bersifat memberikan informasi, yaitu menghapal.

Diharapkan pengetahuan lingkungan, persepsi dan sikap peduli dalam pengelolaan lingkungan hidup akan memotivasi minat yang dapat diimplementasikan dan ditumbuhkembangkan menjadi budaya kepada anak didik khususnya pada tahapan pendidikan dasar.

Sampai saat ini pengetahuan lingkungan sudah lebih dari 15 tahun diterapkan pada dunia pendidikan, dalam waktu ini diharapkan para pendidik telah menguasai konsep lingkungan, anak didik, dan masyarakat sekolah dapat mengimplementasikannya dalam kehidupan yang berwawasan dan kepedulian terhadap pengelolaan lingkungan hidup. Hal sebaliknya, kepedulian masyarakat sekolah terhadap lingkungan masih rendah. Apalagi pada tingkat Sekolah Dasar (SD), karena proses pembelajaran lingkungan hidup yang dilaksanakan di Sekolah Dasar


(24)

(SD) tidak berdiri sendiri tetapi diintegrasikan pada bidang studi Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) juga dipengaruhi sosial ekonomi masyarakat setempat, terbatasnya sumber belajar, kurangnya pengetahuan guru tentang pengelolaan lingkungan hidup

Mengingat Kabupaten Batu Bara terletak di wilayah yang tingkat kesadaran pengelolaan lingkungan hidupnya sangat rendah terutama pada wilayah sepanjang pesisir, maka dari itu pendidikan menjadi jalur penyadaran secara mutlak, untuk mencapai perbaikan situasi lingkungan hidup sekolah secara terus menerus untuk menjadikan sekolah berwawasan lingkungan.

Bertolak dari fenomena dan kerangka berfikir tersebut, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi guru SD tentang lingkungan, dan bagaimana pengaruh persepsi guru tentang lingkungan terhadap perilaku siswa dalam pengelolaan lingkungan hidup.

1.2. Rumusan Permasalahan

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan suatu permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimana persepsi guru Sekolah Dasar di Kabupaten Batubara tentang lingkungan hidup.

2. Bagaimana pengaruh tingkat persepsi guru Sekolah Dasar tentang lingkungan hidup terhadap perilaku siswa Sekolah Dasar dalam pengelolaan lingkungan hidup di sekolah di Kabupaten Batubara.


(25)

1.3. Kerangka Berpikir

Persepsi dapat dirumuskan sebagai suatu proses penerimaan, pemilihan, pengorganisasian serta pemberian arti terhadap rangsangan. Guru merupakan salah satu komponen manusiawi dalam proses belajar mengajar, yang ikut berperan dalam usaha pembentukan sumber daya manusia yang potensial. Kinerja guru selalu menjadi pusat perhatian, karena guru merupakan faktor penentu dalam meningkatkan prestasi belajar dan berperan dalam meningkatkan kualitas pendidikan.

Seorang guru harus memiliki pengetahuan tentang lingkungan karena institusi pengajaran melalui pendidikan formal merupakan cara yang paling tepat dalam membangkitkan kesadaran dan kecintaan terhadap lingkungan hidup, oleh sebab itu seorang guru dituntut untuk memiliki pengetahuan berwawasan lingkungan, meningkatkan kemampuan kritis, meningkatkan kemampuan berfikir kreatif dan mengaplikasikan nilai-nilai yang dimilikinya berhubungan dengan masalah lingkungan.

Seorang guru yang memiliki pengetahuan yang baik tentang lingkungan diduga memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap konservasi lingkungan hidup serta pembangunan yang berkelanjutan untuk menjaga perusakan sumberdaya alam. Namun sebaliknya seorang guru yang tidak memiliki pengetahuan tentang lingkungan atau tidak berwawasan lingkungan tidak akan mampu melakukan konservasi sumberdaya alam untuk menjaga perusakan lingkungan. Dengan demikian diduga berhubungan positif dengan persepsi guru tentang lingkungan dalam pengelolaan lingkungan hidup.


(26)

Sikap (Attitude) dapat diartikan sebagai suatu cara pandangan, tetapi berbeda dengan pengetahuan yang dimiliki orang. Seseorang bersikap sesuatu karena ada masukan pengetahuan tertentu. Pengetahuan mengenai suatu objek baru menjadi sikap terhadap objek tersebut apabila pengetahuan itu disertai oleh kesiapan untuk bertindak sesuai dengan pengetahuan terhadap objek itu. Begitu juga halnya dengan seorang siswa, seorang siswa yang diberikan pengetahuan tentang lingkungan akan memiliki dan memahami hal-hal yang berkenaan dengan lingkungan tersebut. Sebagai contoh memberikan pengertian pentingnya kebersihan kelas bagi kesehatan para siswa, membuang sampah, menanam bunga pada pot-pot disekolah akan membuat lingkungan yang nyaman yang akan mendukung keberhasilan belajar.

Persepsi guru tentang lingkungan dapat diartikan sebagai suatu proses yang ditempuh seorang guru untuk mengorganisasikan dan menafsirkan kesan-kesan indra mereka tentang lingkungan agar mampu memberikan makna yang nyata bagi kelestarian lingkungan. Seorang guru yang memiliki pemahaman yang baik tentang lingkungan serta pengelolaan lingkungan hidup akan mampu menerapkan dan memberikan pengertian yang baik pula kepada para siswa. Suatu persepsi yang diberikan seorang guru terhadap siswa akan dicerminkan oleh siswa tersebut dalam sikap yang diambil, disinilah pentingnya pengetahuan seorang guru tentang lingkungan karena siswa dapat dengan cepat menangkap dan merealisasikan apa yang didapat.

Kemampuan seorang siswa dalam mengetahui pentingnya pengelolaan lingkungan tergantung pada keberhasilan guru dalam menyampaikan dan


(27)

memberikan pengertian tentang manfaat kebersihan lingkungan dan pengelolaan lingkungan. Berdasarkan hal-hal tersebut diduga adanya hubungan positif antara pengaruh persepsi guru tentang lingkungan terhadap perilaku siswa dalam pengelolaan lingkungan hidup di sekolah dasar di kabupaten Batubara

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Keterangan :

1. ry. 1 adalah koefisien korelasi parsial antara persepsi guru tentang lingkungan (X1) terhadap pengelolaan lingkungan hidup (Y)

2. ry. 2 adalah koefisien korelasi parsial antara persepsi guru tentang lingkungan (X1) terhadap perilaku siswa (X2) dalam pengelolaan lingkungan hidup (Y)

Persepsi Guru Tentang Lingkungan (X1)

Perilaku Siswa (X2)

Pengelolaan Lingkungan Hidup (Y)

ry. 1


(28)

1.4. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui persepsi guru SD di Kabupaten Batubara tentang lingkungan hidup.

2. Untuk mengetahui pengaruh tingkat persepsi guru SD tentang lingkungan hidup terhadap perilaku siswa SD dalam pengelolaan lingkungan hidup di sekolah di Kabupaten Batubara.

1.5. Hipotesis Penelitian

1. Persepsi guru tentang lingkungan hidup di Sekolah Dasar di Kabupaten Batu Bara adalah baik.

2. Terdapat pengaruh positif yang signifikan antara persepsi guru tentang lingkungan dengan perilaku siswa dalam pengelolaan lingkungan hidup di Sekolah Dasar di Kabupaten Batu Bara.

1.6. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk :

1. Memberikan informasi bahwa pengetahuan tentang pengelolaan lingkungan hidup sangat dibutuhkan untuk menumbuhkan sikap peduli guru SD sehingga dapat direalisasikan dalam wujud nyata

2. Memberikan gambaran tentang tingkat pengelolaan lingkungan hidup pada Sekolah Dasar dengan lingkungan sosial ekonomi yang berbeda


(29)

3. Memberikan informasi bahwa tingkat persepsi guru SD tentang lingkungan hidup sangat berpengaruh terhadap perilaku siswanya dalam mengelola lingkungan hidup baik di sekolah maupun di rumah.


(30)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Persepsi tentang Lingkungan 2.1.1. Pengertian Persepsi

Robins (2001) mendefenisikan persepsi sebagai suatu proses yang ditempuh individu untuk mengorganisasikan dan menafsirkan kesan-kesan indera mereka agar memberikan makna bagi lingkungan mereka. Menurut Thoha (2002) persepsi didefenisikan sebagai proses kognitif yang dialami oleh setiap orang di dalam memahami informasi tentang lingkungannya, baik lewat penglihatan, pendengaran, penghayatan, perasaan dan penciuman.

Walgito (1992) mengemukakan defenisi persepsi sebagai pengorganisasian penginterpretasian terhadap stimulus yang diterima oleh organism atau individu sehingga merupakan sesuatu yang berarti, dan merupakan aktivitas yang integrated dalam diri individu. Sehingga menurutnya, karena persepsi merupakan aktivitas yang integrated, maka seluruh pribadi, seluruh apa yang ada dalam diri individu ikut aktif berperan dalam persepsi itu.

Persepsi dapat dirumuskan sebagai suatu proses penerimaan, pemilihan, pengorganisasian, serta pemberian arti terhadap rangsang yang diterima (Pareek, 1984; Milton, 1981). Namun demikian pada proses tersebut tidak hanya sampai pada pemberian arti saja tetapi akan mempengaruhi pada perilaku yang akan dipilihnya sesuai dengan rangsang yang diterima dari lingkungannya. Proses persepsi melalui tahapan-tahapan sebagai berikut :


(31)

1) Penerimaan rangsang

Pada proses ini, individu menerima rangsangan dari berbagai sumber. Seseorang lebih senang memperhatikan salah satu sumber dibandingkan dengan sumber lainnya, apabila sumber tersebut mempunyai kedudukan yang lebih dekat atau lebih menarik baginya.

2) Proses menyeleksi rangsang

Setelah rangsang diterima kemudian diseleksi disini akan terlibat proses perhatian. Stimulus itu diseleksi untuk kemudian diproses lebih lanjut.

3) Proses pengorganisasian

Rangsang yang diterima selanjutnya diorganisasikan dalam suatu bentuk 4) Proses penafsiran

Setelah rangsangan atau data diterima dan diatur, si penerima kemudian menafsirkan data itu dengan berbagai cara. Setelah data tersebut dipersepsikan maka telah dapat dikatakan sudah terjadi persepsi. Karena persepsi pada pokonya memberikan arti kepada berbagai informasi yang diterima.

5) Proses pengecekan

Setelah data ditafsir si penerima mengambil beberapa tindakan untuk mengecek apakah yang dilakukan benar atau salah. Penafsiran ini dapat dilakukan dari waktu ke waktu untuk menegaskan apakah penafsiran atau persepsi dibenarkan atau sesuai dengan hasil proses selanjutnya.


(32)

6) Proses reaksi

Lingkungan persepsi itu belum sempurna menimbulkan tindakan-tindakan itu biasanya tersembunyi atau terbuka

Dalam kenyataannya, terhadap objek sama, individu dimungkinkan memiliki persepsi yang berbeda. Oleh karena itu, Milton (1981) mengemukakan adanya beberapa faktor yang berpengaruh dalam persepsi. Faktor tersebut meliputi objek yang dipersepsi, situasi, individu yang mempersepsi (perceiver), persepsi diri, dan pengamatan terhadap orang lain.

Selanjutnya, Pareek (1984) mengemukakan ada empat faktor utama yang menyebabkan terjadinya perbedaan persepsi.

1) Perhatian.

Terjadinya persepsi pertama kali diawali oleh adanya perhatian. Tidak semua stimulus yang ada di sekitar kita dapat kita tangkap semuanya secara bersamaan. Perhatian kita hanya tertuju pada satu atau dua objek yang menarik bagi kita. 2) Kebutuhan

Setiap orang mempunyai kebutuhan yang harus dipenuhi, baik itu kebutuhan menetap maupun kebutuhan yang sesaat.

3) Kesediaan

Adalah harapan seseorang terhadap suatu stimulus yang muncul, agar memberikan reaksi terhadap stimulus yang diterima lebih efisien sehingga akan lebih baik apabila orang tersebut telah siap terlebih dulu.


(33)

4) Sistem nilai

Sistem nilai yang berlaku dalam diri seseorang atau masyarakat akan berpengaruh terhadap persepsi seseorang.

Pada hakekatnya persepsi merupakan proses kognitif yang dialami oleh setiap orang dalam memahami informasi tentang lingkungannya baik lewat penglihatan, pendengaran, penghayatan, perasaan maupun lewat penciuman (Sinuhaji, 2008). Informasi yang diterima individu mengenai objek, peristiwa, kegiatan atau ide kemudian diorganisasikan dan diinterpretasikan sehingga melahirkan pendapat ayau pandangan. Banyak factor yang mempengaruhi seseorang dalam menginterpretasikan informasi yang diterimanya tentang objek, peristiwa, idea tau kegiatan tertentu. Diantaranya pengalaman, motivasi, kecerdasan dn intensitas perhatian yang diberikan. Sinuhaji (2008) mengemukakan bahwa perbedaan individu dalam persepsi disebabkan oleh : (1) kesiapan fisik; (2) kepentingan; (3) pengalaman masa lalu; (4) tingkat perhatian dan (5) kekuatan stimulus. Apa yang dipersepsikan oleh sreseorang itulah yang merupakan realitas bagi orang tersebut tentang informasi yang diterimanya mengenai objek, peristiwa atau kegiatan.Hal ini akan mempengaruhi perilakunya.

Dari pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa persepsi adalah aktivitas menerima (melalui panca indera), menyeleksi, mengorganisasikan, menginerpretasikan serta menilai tentang stimulus yang berada dalam lingkungan dan menghasilkan suatu makna tertentu yang unik yang berbeda dengan kenyataannya.


(34)

2.1.2.Lingkungan

Lingkungan mencakup segala hal di sekeliling kita, yang kita terkait kepadanya secara langsung atau tidak langsung, yang hidup dan kegiatan kita berhubungan dengannya dan bergantung padanya. Dapat juga dikatakan bahwa lingkungan adalah keseluruhan faktor, kakas (forces), atau keadaan yang mempengaruhi atau berperan atas hidup dan kehidupan kita. Boleh juga disebutkan, lingkungan adalah segala gatra ekologi ditinjau dari segi manusia (Ananichev, 1976).

Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup dikatakan bahwa Lingkungan Hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan perikehidupan, dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain.

2.2 Lingkungan sebagai Subyek Pendidikan

Pendidikan dalam arti luas adalah segala pengalaman belajar di berbagai lingkungan yang berlangsung sepanjang hayat dan berpengaruh positif bagi perkembangan individu. Pendidikan dalam arti sempit dalam prakteknya identik dengan penyekolahan (schooling), yaitu pengajaran formal di bawah kondisi-kondisi yang terkontrol, jadi pendidikan hanya berlangsung bagi mereka yang menjadi siswa pada suatu sekolah atau mahasiswa pada suatu perguruan tinggi (Wahidin, 2008).

Pendidikan dan latihan dalam masalah lingkungan menghadapi keadaan yang memerlukan tindakan darurat. Masyarakat sekarang baru terbangunkan kalau bahaya


(35)

telah mengancam, yang dibangkitkan oleh teknologi yang diterapkan secara tidak berdisiplin dan pertumbuhan penduduk yang meledak, sedang bahaya itu sebetulnya telah dapat diramalkan beberapa puluh tahun sebelumnya (Dubos, 1968).

Proses belajar mengajar sebaiknya dilakukan dengan Pendekatan Lingkungan Alam Sekitar (PLAS). Dasar filosofis mengajar dengan mengimplementasikan pendekatan lingkungan alam sekitar adalah dari Rousseau dan Pestalozzi. Jean Jacques Rousseau (1712-1788), mengatakan bahwa kesehatan dan aktivitas fisik adalah factor utama dalam pendidikan anak-anak. Rousseau percaya bahwa “anak harus belajar langsung dari pengalaman sendiri, dari pada harus mendengarkan dari penjelasan buku”. Disini lingkungan sangat berperan penting dalam proses pembelajaran (Wahidin, 2008).

John Heinrich Pestalozzi (1716-1827), seorang pendidik berkebangsaan Swiss, dengan konsep “Home School”nya, menjadikan lingkungan alam sekitar sebagai objek nyata untuk memberikan pengalaman pertama bagi anak-anak. Pestalozzi juga mangajarkan ilmu bumi dan alam sekitar kepada anak didiknya dengan fasilitas yang ada di lingkungan sekitarnya dan menanamkan rasa tanggung jawab pada diri anak akan dirinya sendiri juga lingkungan agar tetap seimbang (Wahidin, 2008). Selanjutnya Dubos (1968) mengatakan bahwa yang disebut “perbaikan lingkungan“ sebenarnya tidak lain dari pada upaya tambal sulam sekedar untuk memperlambat pengurasan sumberdaya alam, pemerkosaan alam dan kehilangan nilai-nilai kemanusiaan.


(36)

Sadar lingkungan sejalan dengan perkembangan pengetahuan tentang pengaruh timbal balik antara manusia dan lingkungan. Menurut Dubos (1968) masih ada segi-segi penting dari timbal balik ini yang belum diketahui atau belum didalami secara tuntas. Hampiran apa pun yang dipilih, ilmiah atau praktikal, perbaikan lingkungan harus memperhatikan kedua-duanya akibat lingkungan, yaitu pelonggaran (permissive) dan pemolaan (formative) kehidupan, tidak saja untuk masa kini akan tetapi untuk masa depan.

Oleh karena masalah lingkungan itu mengenai segala gatra kehidupan maka pembedaan disiplin menjadi dua golongan, yaitu ilmu alam dan ilmu sosial, tidak bermanfaat dalam menyelesaikan persoalan lingkungan. Diperlukan ‘kecendekiaan terpadu’ (intregative scholarship) yang mampu mengenali persoalan berat yang dihadapi manusia dan menggarapnya dengan pemikiran rasional yang paling tanggung dan canggih tanpa membeda-bedakan apa yang dikenal sebutan dengan sebutan ‘disiplin ilmu’ (Fenner, 1976).

2.3. Landasan Pendidikan Lingkungan Hidup

Mengingat adanya peningkatan kerusakan global pada lingkungan hidup, yang ditandai dengan kemerosotan ekologis seperti : kemerosotan sumber daya alam, pencemaran air, tanah dan udara yang pada akhirnya menyebabkan daya dukung lingkungan terganggu serta kualitas hidup semakin menurun, maka msyarakat perlu mengadakan upaya pelestarian (Chiras, 1985).


(37)

Menurut (Chiras, 1985) :“ Kerusakan lingkungan yang terjadi saat ini lebih banyak disebabkan oleh mentalitas frontier ini didasarkan atas sikap manusia, yaitu : 1) melihat dunia sebagai sumber yang tidak terbatas, 2) berpandangan bahwa manusia terlepas dari alam, 3) berpandangan bahwa alam sebagai suatu yang perlu dikuasai”.

Sikap merupakan faktor berpengaruh dalam kerusakan lingkungan hidup, oleh karenanya sikap harus diubah kearah positif melalui jalur pendidikan, untuk mendapatkan manusia yang bersikap dan berwawasan lingkungan hidup. Pendidikan lingkungan secara rasional didasarkan pada amanah : Garis – Garis Besar Haluan Negara (GBHN) tahun 1993, Bab. III, E4 :“ Tercapainya kemampuan nasional dalam pemanfaatan, pembangunan dan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dibutuhkan bagi peningkatan kesejahteraan, kemajuan peradaban, serta ketangguhan dan daya saing bangsa yang diperlukan memacu pembangunan yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan “.

Pada UUPLH No 23, Tahun 1997, Bab IV. Pasal 9, ayat (2). Tentang pengelolaan Lingkungan Hidup disebutkan : “Pengelolaan lingkungan hidup, dilaksanakan secara terpadu oleh instansi pemerintah sesuai dengan bidang tugas dan tanggung jawab masing – masing serta pelaku pembangunan lain dengan memperhatikan keterpaduan perencanaan dan pelaksanaan kebijakan nasional pengelolaan lingkungan hidup “.

Selanjutnya Memorandum Of Understanding (MOU) antara Men Neg. LH dengan Mendiknas : No 0142/U/1996 dan No, kep : 89/MenKLH/5/1996 : Dengan ruang lingkup memorandum bersama meliputi :


(38)

“ (a). Pengembangan materi pendidikan dan pelatihan di bidang lingkungan hidup (b). Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan dibidang lingkungan hidup (c). Penelitian, pengembangan dan pengabdian kepada masyarakat

dibidang lingkungn hidup

(d). Pembinaan pendidikan dan pelatihan dibidang lingkungan hidup (e). Program lain yang berkaitan dengan lingkungan hidup “.

Pendidikan harus membuka mata terhadap pentingnya perlindungan lingkungan hidup sehingga pembangunan dapat berlanjut untuk generasi kini dan yang akan datang. Menurut Soerjani (1987) :“Kegiatan manusia pada lingkungan akan menimbulkan dampak, dampak ini akan dikoreksi alam sendiri, dan oleh lembaga berwawasan lingkungan seperti Bapedal dan lembaga pelatihan mengoreksi sikap dan koreksi teknologi. Koreksi sikap untuk membentuk manusia berwawasan likungan, sedangkan koreksi teknologi untuk penerapan teknologi yang efisien dan efektif. Untuk ketahanan dan kelestarian lingkungan hidup”.

2.4. Hakikat Pendidikan Lingkungan Hidup

Pendidikan lingkungan hidup menurut konvensi UNESCO di Tbilisi 1997 merupakan suatu proses yang bertujuan untuk menciptakan suatu masyarakat dunia yang memiliki kepedulian terhadap lingkungan dan masalah-masalah yang terkait di dalamnya serta memiliki pengetahuan, motivasi, komitmen, dan keterampilan untuk bekerja, baik secara perorangan maupun kolektif dalam mencari alternatif atau memberi solusi terhadap permasalahan lingkungan hidup yang ada sekarang dan


(39)

untuk menghindari timbulnya masalah-masalah lingkungan hidup baru (Gyallay, 2004).

Adapun tujuan umum pendidikan lingkungan hidup menurut konferensi Tbilisi 1997 adalah: (1) untuk membantu menjelaskan masalah kepedulian serta perhatian tentang saling keterkaitan antara ekonomi, sosial, politik, dan ekologi di kota maupun di wilayah pedesaan; (2) untuk memberikan kesempatan kepada setiap orang untuk mengembangkan pengetahuan, nilai, sikap, komitmen, dan kemampuan yang dibutuhkan untuk melindungi dan memperbaiki lingkungan, dan (3) untuk menciptakan pola perilaku yang baru pada individu, kelompok, dan masyarakat sebagai suatu keseluruhan terhadap lingkungan (Gyallay, 2004). Tujuan yang ingin dicapai tersebut meliputi aspek: (1) pengetahuan, (2) sikap, (3) kepedulian. (4) keterampilan, dan (5) partisipasi (Gyallay, 2004), sedangkan Internasional Working Meeting On Environment Education Inschool Curriculum, dalam rekomendasinya mengenai pelaksanaan pendidikan lingkungan hidup, menyatakan bahwa proses pembelajaran yang dilakukan hendaknya merupakan suatu proses mereorganisasi nilai dan memperjelas konsep-konsep untuk membina keterampilan dan sikap yang diperlukan untuk memahami dan menghargai antar hubungan manusia, kebudayaan, dan lingkungan fisiknya. Pendidikan lingkungan hidup harus juga diikuti dengan praktik pengambilan keputusan dan merumuskan sendiri ciri-ciri perilaku yang didasarkan pada isu-isu tentang kualitas lingkungan (Schmieder, 1977).

Dengan demikian, proses pembelajaran pendidikan lingkungan hidup yang dilakukan selain memperluas wawasan kognitif hendaknya juga menyentuh ranah


(40)

keyakinan ilmiah, sikap, nilai, dan perilaku. Tillar (2000) juga menekankan hal yang senada, yakni hakikat pendidikan adalah proses menumbuh-kembangkan eksistensi peserta didik yang memasyarakat membudaya, dalam tata kehidupan yang berdimensi lokal, nasional, dan global.

2.5. Hakikat Bahan Ajar Pendidikan Lingkungan Hidup

Belajar pada tingkat pendidikan dasar menurut Tillar (2000), bukan sekedar transmisi ilmu pengetahuan sebagai fakta, tetapi lebih dari itu, yakni peserta didik mengolah dengan penalaran sebagai bekal dasar bagi setiap warganegara yang bertanggung jawab. Oleh karena itu, ia menekankan bahwa proses pembelajaran pada pendidikan dasar, menuntut integrasi dengan lingkungan.

Selanjutnya, kata “lokal” dalam konteks pengertian masalah yang dibahas di sini dimaksudkan sebagai lingkungan tempat peseta didik berdomisili, hidup, dan dibesarkan pada suatu kelompok masayarakat adat tertentu yang memilki suatu sistem nilai budaya tertentu pula. Sistem nilai budaya itu sendiri menurut Koentjaraningrat (1987), terdiri dari konsepsi-konsepsi yang hidup dalam alam pikiran sebagian warga masyarakat mengenai hal-hal yang harus mereka anggap amat bernilai dalam hidup. Hal ini bermakna bahwa sistem nilai yang ada di masayarakat tersebut akan termanifestasikan dalam perilaku kehidupan masyarakat tersebut sehari-hari, baik itu terwujud dalam bentuk kearifan-kearifan lokal maupun tradisi atau lainnya.


(41)

Hal-hal yang diungkap di atas menunjukkan bahwa suatu kelompok adat memiliki tata nilai yang unik, baik yang berkaitan dengan pengelolaan alam maupun yang berkaitan dengan perikehidupan lainnya. Tata nilai itu akan menjadi identitas masyarakat yang bersangkutan dan melahirkan kearifan dan pengetahuan yang unggul yang kondusif dan lestari, dan yang tak kalah pentingnya bahwa kelompok masyarakat tersebut berhak untuk mengoperasikan kearifan dan pengetahuannya itu menurut pertimbangan dan aspirasinya (Koentjaraningrat, 1987).

Dengan demikian, dapat ditarik kesimpulan bahwa materi bahan ajar pendidikan lingkungan hidup berbasis lokal adalah materi pelajaran yang bersumber dari kondisi lingkungan hidup dan kehidupan nyata serta fenomena yang ada di lingkungan peserta didik yang disusun secara sistematis yang di dalamnya termasuk lingkungan fisik, sosial (budaya dan ekonomi), pemahaman, keyakinan, dan wawasan lokal peserta didik itu sendiri (Koentjaraningrat, 1987).

Bahan ajar itu sendiri menurut Dick & Lou (1996) merupakan seperangkat materi/substansi pelajaran (teaching material) yang disusun secara sistematis, menampilkan sosok utuh dari kompetensi yang akan dikuasai oleh peserta didik dalam kegiatan pembelajaran. Dalam kaitannya dengan bahan ajar pendidikan lingkungan hidup, Hines (2004), dalam tulisannya “Global Issues and Environment Education”, mengidentifikasi empat elemen pokok yang harus ada dalam pendidikan lingkungan hidup, yaitu: (1) pengetahuan tentang isu-isu lingkungan; (2) pengetahuan tentang strategi tindakan yang khusus untuk diterapkan pada isu-isu lingkungan; (3)


(42)

kemampuan untuk bertindak terhadap isu-isu lingkungan, dan (4) memiliki kualitas dalam menyikapi serta sikap personalitas yang baik.

Pada bahan ajar pendidikan lingkungan hidup yang berbasis lokal, tata nilai dan kearifan yang terpelihara di masyarakat dalam mengelola lingkungan, merupakan salah satu sumber materi pembelajaran pendidikan lingkungan hidup itu sendiri. Seperti dikemukakan oleh Tillar (2000), bahwa lingkungan adalah sumber belajar (learning resources) yang pertama dan utama. Proses belajar mengajar yang tidak memperhatikan lingkungan, juga tidak akan membuahkan hasil belajar yang maksimal. Semiawan (1992), berkaitan dengan hal ini menyatakan bahwa anak akan mudah memahami konsep-konsep yang rumit dan abstrak apabila dalam pembelajaran disertai dengan contoh-contoh yang kongkret, yaitu contoh yang wajar sesuai dengan situasi dan kondisi yang dihadapi.

Teori-teori belajar yang menjelaskan dan mendukung bagi kemungkinan kesesuaian bahan ajar yang disusun berdasarkan kondisi dan fenomena lokal antara lain teori perkembangan kognitif Piaget. Dalam hal ini, Ginn (2001) menjelaskan bahwa perkembangan kognitif itu sendiri merupakan suatu usaha penyesuaian diri terhadap lingkungan melalui proses asimilasi dan akomodasi. Asimilasi merupakan suatu tindakan pasif dalam membangun pengetahuan utama yang melibatkan penafsiran peristiwa dalam hubungannya dengan struktur kognitif yang ada. Sedangkan, akomodasi merupakan suatu pengetahuan yang baru yang mengacu pada perubahan struktur kognitif yang disebabkan oleh lingkungan. Dengan demikian,


(43)

realita dan fenomena konkret yang ditemui peserta didik tesebut, akan menjadi referensi baginya dalam mempelajari materi pendidikan lingkungan hidup.

Selanjutnya, teori lainnya adalah teori belajar kognitif. Teori belajar kognitif menjelaskan tentang fungsi intelektual otak dengan suatu analogi bagaimana computer beroperasi. Otak manusia menerima informasi, menyimpannya, dan kemudian mendapatkan kembali informasi tersebut ketika diperlukan. Teori kognitif ini berasumsi bahwa setiap orang telah mempunyai pengalaman dan pengetahuan di dalam dirinya yang tertata dalam bentuk struktur mental atau skema. Skema itu sendiri merupakan struktur pengetahuan internal yang telah dimiliki seseorang. Skema tersebut terbentuk dari informasi yang diperolehnya secara empiris terhadap apa yang ada dan ia temui di lingkungannya (Soekamto & Udin, 1997).

Teori belajar kognitif menyatakan proses belajar akan berjalan dengan baik apabila materi pembelajaran yang baru beradaptasi secara tepat dengan struktur kognitif yang telah dimiliki peserta didik. Sejalan dengan teori belajar kognitif yang dikemukakan di atas adalah teori belajar konstektualyang menyatakan bahwa belajar itu terjadi hanya ketika peserta didik memproses pengetahuan dan informasi baru sedemikian rupa, sehingga dapat dipertimbangkannya dalam kerangka acuan mereka sendiri (memori mereka sendiri, pengalaman, dan tanggapan), dan fokus belajar kontekstual itu sendiri adalah pada berbagai aspek yang ada di lingkungan belajar (Blanchard, 2004).

Sedangkan, teori belajar konstruktif yang dikembangkan atas dasar premis bahwa kita membangun perspektif dunia kita sendiri melalui skema (struktur mental)


(44)

dan pengalaman individu (Mergel, 2004). Dalam hal ini, struktur pengetahuan yang dimiliki peserta didik akan memberikan makna dan mengorganisasi pengalaman-pengalaman serta memberikan jalan kepada individu untuk menyerap informasi baru yang diberikan. Oleh karena itu, pengetahuan perorangan adalah suatu fungsi dari pengalaman utama seseorang, struktur mental, dan kepercayaan yang digunakan untuk menginterpretasikan objek dan peristiwa. Apa yang diketahui seseorang adalah didasarkan pada persepsi fisik dan pengalaman sosial yang dipahami oleh pikirannya (Mergel, 2004). Seperti juga dikemukakan oleh Bruner, salah seorang tokoh teori konstruktif bahwa belajar adalah sebuah proses aktif di mana peserta didik menyusun dan membangun ide-ide atau konsep berdasarkan struktur pengetahuan yang dimilikinya (Smith, 2004).

Teori lain yang mendukung adalah teori belajar behavior. Menurut teori behavior, lingkungan merupakan salah satu unsur yang menyediakan stimulus yang menyebabkan tanggapan individu berkembang. Atas dasar itu teori behavior

menyatakan bahwa suatu perilaku itu dibentuk oleh lingkungan. Perubahan perilaku yang terjadi pada peserta didik merupakan hasil belajar. Dengan demikian, perubahan perilaku juga merupakan hasil belajar seseorang terhadap lingkungannya (Smith, 2004).

2.6 Guru

Guru menurut Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen adalah pendidik professional dengan tugas utama mendidik, mengajar,


(45)

membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Sedangkan menurut Djati (2000), yang dimaksud guru adalah tenaga kependidikan yang dinilai telah memiliki kompetensi yang dipersyaratkan serta memiliki kelayakan professional untuk membimbing kegiatan belajar sebagai guru kelas.

Peranan guru menurut Penelitian di Amerika (New Centure School, 1998 ) : “Peran guru memberdayakan pelajarnya disekolah dengan pandangan sebagai berikut : a) guru sebagai pelatih yang mendorong siswa lebih giat belajar, b) guru sebagai konselor sebagai sahabat, c) guru menjadi manajer belajar. Artinya peran guru tidak sebatas kelas tetapi diluar kelas, dipasar, dilapangan, diperpustakaan, tempat rekreasi dan sebagainya”.

Peningkatan professional guru tidak hanya melalui jalur penataran in dan pre servis, melainkan juga dengan pemberdayaan diri sendiri, guru harus tampil sebagai model bagi pelajar dalam peningkatan diri dan bangsanya. Hal itu berat tapi dapat bila komitmen pada panggilan tugas sebagai guru dan dilandasi keinginan kuat untuk berhasil demi generasi penerus bangsa (Djati, 2000).

Menurut (Djati, 2000), dalam artikel pendidikan di buletin Universitas Terbuka. Bahwa prestasi belajar pelajar bagi Negara sedang berkembang adalah oleh peran kinerja guru 36 %, manajemen sekolah 23 %, waktu belajar 22 % dan sarana fisik 19 %. Persentase kinerja guru tertinggi.


(46)

Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi hasil pembelajaran, ada faktor yang dapat diubah oleh guru seperti misalnya : mutu rancangan, cara menyajikan, cara melakukan evaluasi. Namun ada pula faktor yang diterima apa adanya oleh guru seperti : latar belakang siswa, gaji guru, lingkungan sekolah dan lain – lain. Hal yang “biasa” dilakukan oleh guru meningkatkan mutu : adalah dengan meningkatkan mutu rancangan, pengajaran dan evaluasi kegiatan belajar mengajar (KBM ) terlihat pada Gambar 2 (Djati, 2000).

Sumber : Djati, 2000

Gambar 2. Bagan Faktor-faktor Pembelajaran yang Dapat Dirubah Guru

Menurut Sriyono (1992), kemampuan yang dituntut dari guru antara lain : 1. Mampu menjabarkan dan menguasai bahan pengajaran

2. Mampu merumuskan tujuan instruksional kognitif, afektif dan psikomotorik 3. Menguasai cara – cara KBM yang efektif seperti : cara belajar mandiri,

kelompok atau membaca dari literature Faktor yang dapat diubah oleh guru :

1. Rancangan pembelajaran 2. Sajian pembelajaran

3. Evaluasi proses dan hasil belajar

Faktor yang tidak dapat diubah oleh guru : 1. Latar belakang siswa (IQ, Sosek,

Jenis kelamin, Orang tua, Suku,dll) 2. Kondisi lingkungan, gaji guru, tujuan

mata pelajaran, dll. 3. Waktu belajar

Hasil pembelajaran : 1. Perolehan

belajar 2. Retensi 3. Sikap 4. Efektifitas 5. Perilaku 6. dll


(47)

4. Memiliki sikap yang positif terhadap tugas profesinya

5. Trampil dalam membuat alat peraga sederhana sesuai kebutuhan 6. Trampil menggunakan metode mengajar

7. Trampil menggunakan model – model mengajar

8. Trampil dalam menyajikan materi dengan mempertimbangkan tujuan, bahan pengajaran, kondisi siswa, suasana belajar, jumlah siswa dan waktu

9. Memahami sifat karakteristik siswa terutama kemampuan bekajar, trampil menggunakan sumber – sumber berlajar yang ada sebagai bahan ataupun media mengajar siswa

10.Trampil mengelola kelas ataupun memimpin siswa belajar.

Guru dalam KBM adalah dalam rangka memindahkan pengetahuan, sikap dan keahlian pada siswa. Guru dalam melaksanakan perannya pada KBM supaya mendapatkan hasil yang optimal harus mempersiapkan diri secara fisik dan mental, disamping penguasaan materi yang akan disajikannya, materi disusun dalam satuan pelajaran, harus sesuai dengan silabus kurikulum, rencana pelajaran yang disusun secara tertulis akan memudahkan penyampaiannya, karena tahap - tahap pelajaran terlihat dengan jelas dan teratur.Adapun tahap – tahap pelajaran yang diutamakan menurut (Wunderlin, 1977) adalah : 1) motivasi, 2 ) elaborasi, 3 ) konsolidasi dan 4 ) evaluasi.

Menurut (Boediono, 1980), peranan guru dalam implementasi dipengaruhi oleh dua faktor karakeristik yaitu faktor karakteristik internal dan eksternal. Faktor karakteristik internal adalah faktor yang berada didalam individu guru itu sendiri


(48)

yaitu berupa umur, pengalaman mengajar, lama pendidikan dan latihan, persepsi, motivasi, jenis kelamin, mata pelajaran sebagainya untuk mengelola pengaruh luar.

Faktor karaktristik eksternal adalah factor – factor yang berada diluar individu guru yang bersangkutan yang meliputi objek, orang, kelompok dan hasil – hasil kebudayaan. Faktor karateristik eksternal adalah : manajemen sekolah, media informasi dan kondisi lingkungan.

a. Manajemen sekolah yang mencakup visi, misi, kebijakan dan komitmen, peningkatan pengetahuan guru, konsisten pengawasan dan supervise oleh kepala sekolah.

b. Media informasi lingkungan hidup, kurikulum, buku – buku, fasilitas/alat – alat kebersihan.

c. Kondisi lingkungan, baik sarana fisik bangunan dan gedung maupun kondisi sarana lingkungan sekolah yang berdaya lingkungan seperti sarana pengolahan sampah.

Kompetensi guru pada Lingkungan Hidup, diharapkan akan mampu menciptakan pembelajaran yang lebih baik dan bermakna, hal ini dapat diimplementasikan dalam kehidupan dari peserta didiknya (Depdiknas, 2001).

2.7. Siswa

Sebagai objek sekaligus subyek siswa merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan proses pendidikan. Kondisi pikir seperti kecerdasan,


(49)

bakat, minat, motivasi dan kepribadian siswa berkaitan dengan hasil belajar (Anastasia, 1965).

Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) akan terlaksana dengan baik dengan adanya guru yang memiliki kompetensi, tujuan yang ingin dicapai, sarana/prasarana pendukung dan siswa yang berpotensi. Dan KBM akan mempengaruhi hasil belajar. Kegiatan Belajar Mengajar yang baik akan menghasilkan hasil belajar yang baik pula, seperti yang terlihat pada Gambar 3.

Sumber : Sriyono, 1992

Gambar 3. Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Siswa

Setiap anak didik mempunyai bakat yang berbeda – beda, bakat (atitude) pada umumnya diartikan sebagai kemampuan bawaan, sebagai potensi yang masih perlu dikembangkan dan dilatih agar terwujud kemampuan. Kemampuan merupakan daya untuk melakukan suatu tindakan sebagai hasil dari pembawaan dan latihan yang menunjukan bahwa suatu tindakan dapat dilaksanakan dimasa datang (Anastasia, 1965).

Guru Tujuan

Sarana/

Prasarana Siswa

KBM (Rancangan, Sajian, Evaluasi) Hasil


(50)

Bakat dan kemampuan menentukan prestasi. Prestasi seseorang juga ditentukan oleh tingkat kecerdasan (intelgensia). Intelgensia dapat diartikan sebagai kemampuan berpikir dan menyesuaikan diri (Munandar, 1985). Menurut psikolog dalam Ganjar (1997), timbulnya perilaku adalah resultan dari tiga daya pada diri seseorang yakni : 1) daya seseorang yang cenderung untuk mengulangi pengalaman yang enak/menyenangkan dan cenderung untuk menghindari pengalaman yang tidak enak/tidak menyenangkan (condition pavlop dan pragmatisme dari james), 2) daya rangsangan ( stimulus ) terhadap seseorang yang ditanggapi (teori stimulus – respon

Skiner), 3) daya individual yang sudah ada dalam diri seseorang atau kemandirian (teori Gestalt dari Kohler), didalam proses pendidikan, ketiga daya ini harus diperhatikan.

Hal – hal yang mendorong seseorang untuk belajar menurut Arden N. Frandsen dalam (Gunarsah,1987) adalah : 1) adanya sifat ingin tahu, 2) adanya sifat kreatif, 3) adany keinginan untuk mendapatkan simpati, 4) adanya keinginan untuk memperbaiki kegagalan, 5) adanya keinginan untuk mendapatkan rasa aman, 6) adanya ganjaran atau hukuman.

2.8. Perilaku

Perilaku manusia adalah sekumpulan perilaku yang dimiliki oleh

dan dipengaruhi ole, , ,

.Perilaku seseorang dikelompokkan ke dalam perilaku wajar, perilaku dapat


(51)

dianggap sebagai sesuatu yang tidak ditujukan kepada orang lain dan oleh karenanya

merupakan suatu tindakan

disalahartikan sebagai

lebih tinggi, karena perilaku sosial adalah perilaku yang secara khusus ditujukan kepada orang lain. Penerimaan terhadap perilaku seseorang diukur relatif terhadap

seseorang dan keluarganya dipelajari untuk mengidentifikasi faktor penyebab, pencetus atau yang memperberat timbulnya masalah kesehatan. Intervensi terhadap perilaku seringkali dilakukan dalam rangka penatalaksanaan yang

(Albarracín et. al., 2005).

Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku manusia :

1.

2.

3.

4. Kontrol

melakukan suatu perilaku. (Albarracín et. al., 2005)

2.9Kehidupan Sekolah yang Berbudaya Lingkungan

Kehidupan sekolah yang berdaya lingkungan dapat dikembangkan dalam

semua aspek, antara lain : a) tata tertib yang mengatur perilaku warga sekolah, b) sarana dan prasarana likungan yang mendukung : penyediaan tempat sampah, c) suasana dan iklim yang berwawasan lingkungan (Djati, 2000 ).


(52)

III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian adalah di Kabupaten Batu Bara, peta lokasi dapat dilihat di Lampiran 1. Penelitian dilaksanakan pada bulan Nopember 2010 – Januari 2011 dimana terdapat 266 Sekolah Dasar (SD) pada 7 Kecamatan di Kabupaten Batu Bara, secara terperinci dapat dilihat pada Tabel 1 berikut :

Tabel 1. Data Sekolah Dasar di Kabupaten Batu Bara Jumlah SD

No. Kecamatan SD

Negeri SD Swasta MIS (Madrasah Islamiyah Swasta Jumlah 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Sei Suka Medang Deras Air Putih Lima Puluh Talawi Tanjung Tiram Sei Balai 32 28 31 58 33 31 18 4 - 2 - - - 3 4 2 4 1 1 10 4 40 30 37 59 34 41 25

Jumlah 231 9 26 266

Sumber : Data diolah, 2011

3.2. Populasi dan Sampel 3.2.1. Populasi

Populasi dinyatakan oleh Arikunto (1985) sebagai keseluruhan subjek. Dalam penelitian ini, populasi adalah seluruh guru kelas IV, V dan VI; dan siswa kelas IV, V dan VI, yang berada pada 28 Sekolah Dasar (SD) Negeri di 7 Kecamatan, yaitu


(53)

Kecamatan Sei Suka, Kecamatan Medang Deras, Kecamatan Air Putih, Kecamatan Lima Puluh, Kecamatan Sungai Balai, Kecamatan Tanjung Tiram dan Kecamatan Talawi, Kabupaten Batu Bara. Dipilihnya Sekolah Dasar Negeri, dengan alasan keseragaman status sekolah sehingga ingin dikaji untuk Sekolah Dasar Negeri di Kabupaten Batu Bara.

3.2.2. Sampel

Penentuan sampel dilakukan melalui dua tahapan (two stage cluster sampling), stage pertama adalah penentuan lokasi (sample area) dan stage kedua adalah penentuan jumlah responden.

3.2.2.1. Penentuan jumlah dan lokasi penelitian

Penentuan lokasi (sample area) sebagai lokasi penelitian dilakukan dengan dua stage. Stage pertama penentuan jumlah sampel yaitu dengan menarik sebesar 10% dari populasi SD, maka didapat jumlah SD yang dijadikan sampel : 10% x 266 = 26,6 ~ 27 SD (dibulatkan). Untuk penarikan sampel 4 SD dari tiap Kecamatan sehingga SD yang diteliti berjumlah 28 SD, dilakukan dengan metode purposive sampling dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:

1). Keterwakilan menurut tingkat sosial ekonomi masyarakat di sekitar wilayah SD, yaitu lingkungan masyarakat nelayan, lingkungan masyarakat karyawan swasta, lingkungan masyarakat perkebunan dan lingkungan masyarakat petani;

2) Kemampuan sumber daya dan waktu penelitian. Dari pertimbangan di atas, terpilih 4 SD dari setiap Kecamatan yaitu Kecamatan Sei Suka, Kecamatan Medang Deras, Kecamatan Air Putih, Kecamatan Lima Puluh, Kecamatan


(54)

Sungai Balai, Kecamatan Tanjung Tiram dan Kecamatan Talawi, Kabupaten Batu Bara. Nama dan alamat SD tempat penelitian dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Nama dan Alamat SD Lokasi Penelitian

No. Nama Sekolah Alamat Sekolah

1. 2. 3. 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28

Kecamatan Sei Suka

SD No. 016396 SD No. 018088 SD No. 014717 SD No. 010230

Kecamatan Medang Deras

SD No. 014704 SD No. 010237 SD No. 015866 SD No. 013867

Kecamatan Air Putih

SD No. 016512 SD No. 014710 SD No. 010213 SD No. 010216

Kecamatan Lima Puluh

SD No. 017114 SD No. 014710 SD No. 010185 SD No. 013875

Kecamatan Sungai Balai

SD No. 010174 SD No. 014626 SD No. 010172 SD No. 014751

Kecamatan Tanjung Tiram

SD No. 010162 SD No. 010163 SD No. 011720 SD No. 018482

Kecamatan Talawi

SD No. 010148 SD No. 010145 SD No. 010149 SD No. 010152

Sipare-Pare Laut Tador Kuala Indah Simodong Durian Durian Pematang Cengkring Pangkalan Dodek Indrapura Tanjung Kuba Tanah Merah Sipare-pare Lima Puluh Sumber Padi Lima Puluh Lima Puluh Sungai Balai

Perkebunan Sungai Balai Sungai Balai

Perkebunan Sungai Bala Suka Maju Suka Maju Bogak Bogak Padang Genting Labuhan Ruku Pesisir Sungai Muka Sumber : Data diolah, 2011


(55)

3.2.2.2. Penentuan jumlah sampel objek

Penentuan jumlah sampel guru dan siswa disebut stage kedua dengan mengambil persentase jumlah secara empiris, yaitu: 10% dari seluruh sub populasi SD lokasi penelitian terpilih

A. Guru

Jumlah sampel guru diambil dari tiap sub populasi guru yang mengajar di tiap SD lokasi penelitian, pemilihan responden guru dilakukan secara purposive sampling, penentuan berdasarkan pertimbangan keterwakilan guru kelas IV, V dan VI, umur guru. Adapun jumlah responden guru perlokasi penelitian dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Jumlah Sampel Guru SD Kelas IV, V, dan VI

No Nama Sekolah Jumlah

Populasi Guru Jumlah Guru Responden 1. 2. 3. 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16

Kecamatan Sei Suka

SD No. 016396 SD No. 018088 SD No. 014717 SD No. 010230

Kecamatan Medang Deras

SD No. 014704 SD No. 010237 SD No. 015866 SD No. 013867

Kecamatan Air Putih

SD No. 016512 SD No. 014710 SD No. 010213 SD No. 010216

Kecamatan Lima Puluh

SD No. 017114 SD No. 014710 SD No. 010185 SD No. 013875

6 3 6 3 3 3 6 3 3 3 3 3 6 6 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3


(56)

Lanjutan Tabel 3. Jumlah Sampel Guru SD Kelas IV, V, dan VI 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28

Kecamatan Sungai Balai

SD No. 010174 SD No. 014626 SD No. 010172 SD No. 014751

Kecamatan Tanjung Tiram

SD No. 010162 SD No. 010163 SD No. 011720 SD No. 018482

Kecamatan Talawi

SD No. 010148 SD No. 010145 SD No. 010149 SD No. 010152

3 3 3 3 3 3 3 3 6 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3

Total 102 84

Sumber : Data diolah, 2011

Berdasarkan jumlah responden guru dari 7 Kecamatan di Kabupaten Batubara, maka diperoleh sampel penelitian sebesar 84 orang guru kelas IV, V dan VI SD dari 7 Kecamatan dan pengambilan sampel ini dilakukan secara acak (random sampling).

B. Siswa

Jumlah responden siswa yang menjadi sampel dapat dilihat pada Tabel 4. Jumlah sampel yang menjadi responden siswa diambil secara empiris sebesar 10% dari sub populasi siswa pada kelas IV, V dan VI dari tiap SD lokasi penelitian terpilih, dengan pertimbangan : Siswa yang duduk di kelas IV, V dan VI telah memiliki kemampuan berfikir, berkomunikasi yang baik. Selanjutnya penentuan responden siswa dilakukan dengan metode purposive random sampling dengan


(57)

pertimbangan 1). Tidak menganggu Kegiatan Belajar Mengajar; 2) Keterwakilan Jumlah sampel siswa kelas IV, V dan VI SD di Kabupaten Batu Bara dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Jumlah Sampel Siswa Kelas IV, V dan VI SD di Kabupaten Batu Bara Jumlah

Siswa

Responden Siswa 10%

No. Nama sekolah

L P L P

Total Responden 1. 2. 3. 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24

Kecamatan Sei Suka

SD No. 016396 SD No. 018088 SD No. 014717 SD No. 010230

Kecamatan Medang Deras

SD No. 014704 SD No. 010237 SD No. 015866 SD No. 013867

Kecamatan Air Putih

SD No. 016512 SD No. 014710 SD No. 010213 SD No. 010216

Kecamatan Lima Puluh

SD No. 017114 SD No. 014710 SD No. 010185 SD No. 013875

Kecamatan Sungai Balai

SD No. 010174 SD No. 014626 SD No. 010172 SD No. 014751

Kecamatan Tanjung Tiram

SD No. 010162 SD No. 010163 SD No. 011720 SD No. 018482

58 65 40 16 58 40 46 42 60 56 48 50 48 56 50 14 56 50 40 60 48 40 50 52 58 78 22 21 20 30 45 28 30 32 28 20 24 34 21 22 42 46 36 46 22 34 28 40 6 6 4 2 6 4 5 4 6 6 5 5 5 6 5 1 6 5 4 6 5 4 5 5 6 8 2 2 2 3 5 3 3 3 3 2 2 3 2 2 4 5 4 5 2 3 3 4 12 14 6 4 8 7 10 7 9 9 8 7 7 9 7 3 10 10 8 11 7 7 8 9


(58)

Lanjutan Tabel 4. Jumlah Sampel Siswa Kelas IV, V dan VI SD di Kabupaten Batu Bara 25 26 27 28 Kecamatan Talawi

SD No. 010148 SD No. 010145 SD No. 010149 SD No. 010152

48 56 40 56 36 44 50 30 5 6 4 6 4 4 5 3 9 10 9 9

Jumlah 1383 981 137 98 234

Sumber : Data diolah, 2011

Berdasarkan jumlah responden siswa dari 7 Kecamatan di Kabupaten Batubara, maka diperoleh sampel penelitian sebesar 234 orang siswa kelas IV, V dan VI SD dari 7 Kecamatan dan pengambilan sampel ini dilakukan secara acak (random sampling).

3.3 Cara Pengumpulan Data

Data primer sebagai data pokok diperoleh dari siswa dan guru serta dari sivitas sekolah seperti: kepala sekolah dan pegawai administrasi. Sedangkan data sekunder diperoleh dari kantor Dinas Pendidikan Kabupaten Batu Bara dan UPTD (Unit Pelaksana Teknis Dinas) Pendidikan Kecamatan Sei Suka, Kecamatan Medang Deras, Kecamatan Air Putih, Kecamatan Lima Puluh, Kecamatan Tanjung Tiram, Kecamatan Talawi dan Kecamatan Sei Balai. Adapun teknik atau instrumen pengumpulan data adalah:

3.3.1 Kuisioner

Kuisioner bertujuan untuk mengetahui persepsi guru tentang lingkungan hidup, sebagai cerminan sikap profesional dan perilaku yang rasional dan


(59)

bertanggung jawab terhadap lingkungan. Kuisioner juga mengukur sejauh mana persepsi guru dalam kehidupan Sekolah yang berbudaya lingkungan.

Kuisioner yang disebar telah terlebih dahulu diuji coba, sehingga data yang diperoleh akurat, untuk itu dilakukan uji reabilitas, agar kemampuan alat uji dapat diukur atau valid (Singarimbun dan Effendi, 1989) dengan korelasi product moment, ternyata uji validitas 95 % (α = 0,05 )

3.4 Pelaksanaan Penelitian

Langkah -langkah yang dilakukan dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 4. Skema Pelaksanaan Penelitian

Perumusan  Masalah

Penarikan  Kesimpulan Uji Validitas/  Reliabilitas Valid /Reliabel ?

Pengolahan data  dan Analysis Penyusunan 

Instrumen

Pengumpulan Data

Tidak


(60)

Berdasarkan alur pelaksanaan penelitian, penelitian diawali dengan adanya masalah dan merumuskannya. Kemudian dilakukan penyusunan instrumen, dilakukan uji coba untuk menentukan validitas dan reliabilitasnya. Jika instrumen belum valid dan reliabel, maka dilakukan revisi dan uji coba kembali. Setelah itu dikumpulkan data melalui kuesioner untuk mengetahui persepsi guru tentang lingkungan hidup. Kemudian data tersebut diolah secara statistik dan dianalisis, lalu dilakukan interpretasi untuk merumuskan dan memperoleh kesimpulan.

3.5 Variabel, DefInisi Operasional dan Kategori

Tabel 5. Variabel, DefInisi Operasional dan Kategori

No. Variabel DefInisi Operasional Kategori

1. Karakteristik Internal Guru

3.1 Umur Guru Usia real guru . <25 tahun . 25-35 tahun . >35 tahun 3.2Status

Kepegawaian

Status kepegawaian saat penelitian berlangsung

. PNS

. Wiyata Bakti . Honorer 3.3 Lama Mengajar Pengalaman mengajar dalam tahun . < 5 tahun

. 5-15 tahun . >15 tahun 3.4 Latar Belakang

Pendidikan

Pendidikan terakhir guru pada saat penelitian berlangsung

. SPG . Diploma . Sarjana 2. Persepsi guru Persepsi guru tentang lingkungan

adalah bagaimana guru menilai tentang lingkungan hidup

. Baik (skor ≥ 80%)

. Cukup (skor 60 – 79%)

. Kurang (skor ≤ 59%)


(61)

Lanjutan Tabel 5.Variabel, DefInisi Operasional dan Kategori

3. Perilaku Siswa Perilaku siswa peduli lingkungan adalah tindakan yang dilakukan oleh siswa untuk memelihara lingkungan baik secara perorangan, maupun kelompok di sekolah atau di tempat tinggalnya

. Baik (skor ≥ 80%)

. Cukup (skor 60 – 79%)

. Kurang (skor ≤ 59%)

Sumber : Data diolah, 2011

3.6. Analisis Data secara Statistik

Analisis dilakukan dengan menggunakan koefisien korelasi peringkat Spearman (Spearman’s rank correlation) digunakan untuk mengukur hubungan antara dua variable dimana kedua variable berbentuk peringkat (rank) atau kedua variable berskala ordinal. Alat analisis data yang digunakan yaitu Pengolahan Data dgn menggunakan program “Statistical Package for the Social Sciences” atau disingkat “SPSS for windows release 16”.


(62)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Melalui Undang-Undang No. 5 Tahun 2007, tentang pembentukkan Kabupaten Batu Bara di wilayah propinsi Sumatera Utara berdirilah Kabupaten Batu Bara dengan luas wilayah 904.96 Km2 atau 90.496 Ha yang terdiri dari 7 Kecamatan. Dengan Peraturan Daerah No. 3 Tahun 2009 ditetapkanlah organisasi Dinas Pendidikan di Kabupaten Batu bara yang mempunyai visi dan misi sebagai berikut :

a. Visi

”Terwujudnya Layanan Pendidikan Bermutu untuk Semua dalam Kebersamaan dan Kemandirian”

b. Misi

1. Mengupayakan perluasan dan pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan yang bermutu bagi masyarakat Batu Bara.

2. Membantu dan memfasilitasi pengembangan potensi anak bangsa secara utuh sejak usia dini sampai akhir hayat dalam rangka mewujudkan masyarakat belajar.

3. Meningkatkan kesiapan masukan dan kualitas proses pendidikan untuk mengoptimalkan pembentukan kepribadian yang handal dan spiritual.

4. Meningkatkan profesionalisme dan akuntabilitas lembaga pendidikan sebagai pusat pembudayaan ilmu pengetahuan, keterampilan, pengalaman, sikap, dan nilai berdasarkan standar nasional dan global.


(1)

129 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 27 90.00% B

130 1 3 1 3 1 3 1 3 1 1 15 50.00% K

131 3 3 3 3 3 3 2 3 1 3 31 76.67% B

132 1 3 3 1 3 1 3 1 3 1 17 56.67% K

133 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 27 90.00% B

134 3 3 3 2 3 1 3 3 3 3 24 80.00% K

135 3 3 3 2 3 1 3 3 3 3 24 80.00% B

136 1 3 3 1 3 1 2 1 1 1 14 46.67% K

137 1 3 1 3 1 1 3 1 1 1 14 46.67% K

138 1 1 3 1 3 1 3 1 1 3 16 53.33% K

139 1 3 1 2 1 1 1 1 3 1 12 40.00% K

140 3 3 3 2 3 1 3 3 3 3 24 80.00% B

141 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 24 80.00% B

142 1 3 3 1 3 1 3 1 3 1 17 56.67% K

143 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 27 90.00% B

144 1 1 3 1 1 3 1 3 1 1 13 43.33% K

145 3 3 3 2 3 1 3 3 3 3 24 80.00% B

146 1 3 3 1 3 1 2 1 1 1 14 46.67% K

147 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 24 80.00% B

148 1 3 3 3 1 2 3 3 2 1 19 63.33% C

149 3 3 3 2 3 1 3 3 3 3 24 80.00% B

150 1 3 1 2 1 1 1 1 3 1 12 40.00% K

151 3 3 3 2 3 1 3 3 3 3 24 80.00% B

152 3 1 3 3 1 3 3 3 2 3 21 70.00% C

153 1 3 3 1 3 1 3 1 3 1 17 56.67% K

154 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 27 90.00% B

155 3 3 3 2 3 1 3 3 3 3 24 80.00% B

156 1 3 1 3 1 1 3 1 1 1 14 46.67% K

157 1 1 3 1 3 1 3 1 1 3 16 53.33% K

158 3 3 3 2 3 1 3 3 3 3 24 80.00% B

159 1 3 1 3 1 3 1 3 1 1 15 50.00% K

160 3 3 3 3 3 3 1 1 1 3 21 70.00% C

161 1 3 3 1 3 1 3 1 3 1 17 56.67% K

162 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 27 90.00% B

163 1 1 3 1 1 3 1 3 1 1 13 43.33% B

164 3 3 3 2 3 1 3 3 3 3 24 80.00% B

165 3 3 3 2 3 1 3 3 3 3 24 80.00% K

166 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 25 83.33% B

167 3 3 3 1 3 3 3 2 3 3 24 80.00% B

168 1 3 1 3 1 1 3 1 1 1 14 46.67% K

169 1 1 3 1 3 1 3 1 1 3 16 53.33% K

170 1 3 1 2 1 1 1 1 3 1 12 40.00% K

171 3 3 3 2 3 1 3 3 3 3 24 80.00% B


(2)

173 1 3 3 1 3 1 3 1 3 1 17 56.67% K

174 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 27 90.00% B

175 3 3 3 2 3 1 3 3 3 3 24 80.00% B

176 3 3 3 2 3 1 3 3 3 3 24 80.00% B

177 1 3 3 1 3 1 2 1 1 1 14 46.67% K

178 1 3 1 3 1 1 3 1 1 1 14 46.67% K

179 1 1 3 1 3 1 3 1 1 3 16 53.33% K

180 1 3 1 2 1 1 1 1 3 1 12 40.00% K

181 1 3 1 3 1 3 1 3 1 1 15 50.00% K

182 3 3 3 3 3 3 2 3 1 3 23 76.67% B

183 1 3 3 1 3 1 3 1 3 1 17 56.67% K

184 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 27 90.00% B

185 1 1 3 1 1 3 1 3 1 1 13 43.33% K

186 3 3 3 2 3 1 3 3 3 3 24 80.00% B

187 1 3 3 1 3 1 2 1 1 1 14 46.67% K

188 3 3 3 3 3 3 2 3 1 3 23 76.67% B

189 3 3 3 1 3 3 3 2 3 3 24 80.00% B

190 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 27 90.00% B

191 1 3 1 3 1 1 3 1 1 1 14 46.67% K

192 1 1 3 1 3 1 3 1 1 3 16 53.33% K

193 1 3 1 2 1 1 1 1 3 1 12 40.00% K

194 1 3 1 3 1 3 1 3 1 1 15 50.00% K

195 3 3 3 3 3 3 2 3 1 3 23 76.67% B

196 1 3 3 1 3 1 3 1 3 1 17 56.67% K

197 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 27 90.00% B

198 1 1 3 1 1 3 1 3 1 1 13 43.33% K

199 3 3 3 2 3 1 3 3 3 3 24 80.00% B

200 1 3 3 1 3 1 2 1 1 1 14 46.67% K

201 3 3 3 3 3 3 2 3 1 3 23 76.67% B

202 1 3 1 3 1 1 3 1 1 1 14 46.67% K

203 1 1 3 1 3 1 3 1 1 3 16 53.33% K

204 1 3 1 2 1 1 1 1 3 1 12 40.00% K

205 1 3 1 3 1 3 1 3 1 1 15 50.00% K

206 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 24 80.00% B

207 1 3 3 1 3 1 3 1 3 1 17 56.67% K

208 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 27 90.00% B

209 1 1 3 1 1 3 1 3 1 1 13 43.33% K

210 3 3 3 2 3 1 3 3 3 3 24 80.00% B

211 1 3 3 1 3 1 2 1 1 1 14 46.67% K

212 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 24 80.00% B

213 3 3 3 1 3 3 3 2 3 3 24 80.00% B

214 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 27 90.00% B

215 1 3 1 3 1 1 3 1 1 1 14 46.67% K

216 1 1 3 1 3 1 3 1 1 3 16 53.33% K

217 1 3 1 2 1 1 1 1 3 1 12 40.00% K

218 1 3 1 3 1 3 1 3 1 1 15 50.00% K

219 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 24 80.00% B

220 1 3 3 1 3 1 3 1 3 2 18 60.00% C

221 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 27 90.00% B


(3)

223 3 2 2 2 3 1 2 3 3 3 24 80.00% B

224 1 3 2 1 2 1 1 1 1 1 14 46.67% K

225 2 3 2 3 2 3 2 2 1 3 23 76.67% B

226 3 2 3 1 3 2 2 2 3 3 24 80.00% B

227 3 3 2 2 3 2 3 3 3 3 27 90.00% B

228 2 3 2 3 2 3 2 2 1 3 23 76.67% B

229 3 2 3 3 2 2 3 2 3 3 26 86.67% B

230 1 1 2 1 3 1 1 2 1 1 14 46.67% K

231 2 3 2 2 2 3 2 2 2 3 23 76.67% B

232 2 3 2 3 2 3 2 2 1 3 23 76.67% B

233 3 2 3 1 3 2 2 2 3 3 24 80.00% B

234 3 3 2 2 3 3 3 3 2 3 27 90.00% B

Lampiran 7. Hasil Pengolahan Data

Frekuensi

Tabel Frekuensi

Jenis kelamin

51

60.7

60.7

60.7

33

39.3

39.3

100.0

84

100.0

100.0

Perempuan

Laki-laki

Total

Valid

Frekuensi

Persen

Persen Valid

Persen

Komulatif

Usia

33

39.3

39.3

39.3

34

40.5

40.5

79.8

17

20.2

20.2

100.0

84

100.0

100.0

>35 tahun

25-35 tahun

<25 tahun

Total

Valid

Frekuensi

Persen

Persen Valid

Persen

Komulatif

Pendidikan

21

25.0

25.0

25.0

38

45.2

45.2

70.2

25

29.8

29.8

100.0

84

100.0

100.0

Sarjana

Diploma

SPG

Total

Valid

Frekuensi

Persen

Persen Valid

Persen

Komulatif

Statistik

84

84

84

84

84

84

0

0

0

0

0

0

Valid

Hilang

N

Jenis kelamin

Usia

Pendidikan

Status

Pegawai

Lama


(4)

Regressi

Status Pegawai

37

44.0

44.0

44.0

22

26.2

26.2

70.2

25

29.8

29.8

100.0

84

100.0

100.0

PNS

WB

Honorer

Total

Valid

Frekuensi

Persen

Persen Valid

Persen

Komulatif

Lama Mengajar

24

28.6

28.6

28.6

44

52.4

52.4

81.0

16

19.0

19.0

100.0

84

100.0

100.0

>15 tahun

5-15 tahun

<5 tahun

Total

Valid

Frekuensi

Persen

Persen Valid

Persen

Komulatif

Masukkan/Hapus Variabel

b

Persepsi

Guru

a

.

Enter

Model

1

Variables

Entered

Variables

Removed

Method

Semua variable yg diminta masuk

a.

Variabel Terikat: Perilaku Siswa

b.

Model Summary

b

.403

a

.563

.152

1.10152

Model

1

R

R Kuadrat

Adjusted

R Square

Kesalahan Baku

Dr Perkiraan

Prediksi: (Konstan), Persepsi Guru

a.

Variabel Terikat: Perilaku Siswa

b.


(5)

Frekuensi

ANOVA

b

19.316

1

19.316

15.919

.000

a

99.494

82

1.213

118.810

83

Regressi

Residual

Total

Model

1

Jumlah

Kuadrat

df

Kuadrat Rata2

F

Sig.

Prediksi: (Konstan), Persepsi Guru

a.

Variabel Terikat: Perilaku Siswa

b.

Koefisien

a

.401

.633

.634

.528

.914

.229

.403

3.990

.000

(Konstan)

Persepsi Guru

Model

1

B

Std. Error

Koefisien

Tidak Baku

Beta

Koefisien

Baku

t

Sig.

Variabel Terikat: Perilaku Siswa

a.

Residuals Statistics

a

1.3148

3.1420

2.8810

.48241

84

-2.14198

1.77160

.00000

1.09486

84

-3.246

.541

.000

1.000

84

-1.945

1.608

.000

.994

84

Nilai Prediksi

Residual

Nilai Prediksi Baku

Std. Residual

Minimum

Maximum

Rata2

Simp. Baku

N

Variabel Terikat : Perilaku Siswa

a.

Statistik

Perilaku

234

0

Valid

Hilang

N


(6)

Perilaku

143

61.1

61.1

61.1

17

7.3

7.3

68.4

74

31.6

31.6

100.0

234

100.0

100.0

Baik

Cukup

Kurang

Total

Valid

Frekuensi

Persen

Persen Valid

Persen

Komulatif


Dokumen yang terkait

Kajian tentang Penerapan Sekolah Berwawasan Lingkungan melalui Program Sekolah Adiwiyata Nasional pada SMA Negeri di Kabupaten Batu Bara

5 109 191

Pengaruh Perilaku Ibu Tentang Hygiene Dan Sanitasi Lingkungan Terhadap Kecacingan Anak Di Kecamatan Simanindo Kabupaten Samosir 2008

2 70 120

Peranan Koordinasi Antara Instansi Dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup Terhadap Bahan Galian Golongan “C” Di Kabupaten Langkat

0 24 130

PENGARUH PERSEPSI SISWA TENTANG LINGKUNGAN SEKOLAH TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA

0 7 85

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TENTANG KESEHATAN LINGKUNGAN SEKOLAH DAN SIKAP TERHADAP OTORITAS GURU Hubungan Antara Persepsi Tentang Kesehatan Lingkungan Sekolah Dan Sikap Terhadap Otoritas Guru Dengan Minat Belajar Siswa.

0 3 18

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI DAN SIKAP TERHADAP LINGKUNGAN HIDUP DENGAN PERILAKU SISWA MENGENAI KEBERSIHAN LINGKUNGAN SEKOLAH DI SEKOLAH DASAR NEGERI KEMASAN 1 NO.64 SERENGAN KOTA SURAKARTA TAHUN 2013/2014.

0 1 16

PENGARUH PERSEPSI GURU TENTANG KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN LINGKUNGAN KERJA TERHADAP KINERJA GURU DI SEKOLAH DASAR NEGERI SEKECAMATAN UMBULHARJO YOGYAKARTA.

1 2 154

PERSEPSI GURU SEKOLAH DASAR NEGERI TERHA

0 0 318

A. Pengembangan Kebijakan Sekolah Peduli dan Berbudaya Lingkungan - Kajian tentang Penerapan Sekolah Berwawasan Lingkungan melalui Program Sekolah Adiwiyata Nasional pada SMA Negeri di Kabupaten Batu Bara

1 1 38

Kajian tentang Penerapan Sekolah Berwawasan Lingkungan melalui Program Sekolah Adiwiyata Nasional pada SMA Negeri di Kabupaten Batu Bara

2 35 21