PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI ALGORITMA VEA (Video Encryption Algorithm) UNTUK KEAMANAN DATA PADA VIDEO MPEG.

(1)

VIDEO MPEG

SKRIPSI

Diajukan Oleh :

DONY RAHMAWAN 0736010020

JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR


(2)

Syukur Alhamdulillaahi rabbil ‘alamin terucap ke hadirat Allah SWT atas segala limpahan Kekuatan-Nya sehingga dengan segala keterbatasan waktu, tenaga, pikiran dan keberuntungan yang dimiliki penyusun, akhirnya penyusun dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul “Perancangan dan implementasi algoritma VEA (Video Encryption Algorithm) untuk keamanan data pada video MPEG” tepat pada waktunya.

Skripsi dengan bobot 4 SKS ini disusun guna diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan program Strata Satu (S1) pada program studi Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Industri, UPN ”VETERAN” Jawa Timur.

Melalui Skripsi ini penyusun merasa mendapatkan kesempatan emas untuk memperdalam ilmu pengetahuan yang diperoleh selama di bangku perkuliahan, terutama berkenaan tentang penerapan teknologi perangkat lunak (Software). Namun, penyusun menyadari bahwa Skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu penyusun sangat mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca untuk pengembangan aplikasi lebih lanjut.


(3)

mendapat banyak bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, dan tanpa menghilangkan rasa hormat,, penyusun mengucapan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP selaku Rektor UPN “Veteran” Jawa Timur. 2. Ir. Sutiyono, MT selaku Dekan Fakultas Teknologi Industri UPN “Veteran”

Jawa Timur.

3. Basuki Rahmat,S.Si,MT selaku Kepala Jurusan Teknik Informatika UPN “Veteran” Jawa Timur, dosen wali sekaligus dosen pembimbing I yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan arahan dan ilmu.

4. Agus Hermanto S.Kom selaku dosen pembimbing II yang telah banyak memberikan bimbingan sampai Tugas Akhir ini terselesaikan.

5. Bapak dan ibu tercinta yang telah memberikan do’a dan dorongan baik moril

maupun spiritual. Aries Dwi Irawan S.Kom yang selalu memberikan do’a dan semangat sampai terselesainya Tugas Akhir ini.

6. Teman-teman kuliah khususnya anak-anak Ilmu Komputer angkatan 2007

deddy, faris, borud, fathi, toni, taufik, alan, teman-teman teknik informatika dan system informasi yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu. Terima kasih semua atas persahabatan yang begitu indah selama kuliah. N sukses buat kalian semuanya….

7. Teman-teman Formasda (Forum mahasiswa sidoarjo) yang telah memberikan semangat dan motivasi sampai Tugas Akhir ini selesai.


(4)

Hal.

ABSTRAK... i

KATA PENGANTAR... ii

UCAPAN TERIMA KASIH... iii

DAFTAR ISI... v

DAFTAR GAMBAR... viii

DAFTAR TABEL... ix

BAB I PENDAHULUAN... 1

1.1 Latar Belakang... 1

1.2 Rumusan Masalah... 3

1.3 Batasan Masalah... 3

1.4 Tujuan... 4

1.5 Manfaat... 5

1.6 MetodologiPembuatan Tugas Akhir... 5

1.7 Sistematika Penulisan... 6

BAB II LANDASAN TEORI ... 8

2.1 Kriptografi ... 8

2.1.1 Definisi kriptografi... 8

2.1.2 Sejarah kriptografi... 9

2.1.3 Tujuan kriptografi... 2.1.4 Konsep dasar kriptografi... 2.1.5 Jenis-jenis kriptografi... 10 12 14 2.2 Algoritma VEA... 16


(5)

2.3.4 Format video……….. 2.4 Proses digitalisasi gambar bergerak……….. 2.5 Sistem warna video………... 2.6 Jenis frame mpeg video ………

2.7 Pemrograman java netbeans 6.8 ……… 2.7.1 Sejarah singkat ……….

2.7.2 Kelebihan netbeans 6.8 ……… 2.7.3 Tampilan awal netbeans 6.8 ……… 22 23 24 25 26 27 29 30

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN……….. 33

3.1 Analisis system ………..……… 33

3.2 Perancangan ………... 36

3.3 diagram alir dan algoritma ... 3.3.1 Analisis algoritma VEA ... 3.4 file header video ... 3.5 Operasi perbit ... 3.6 Analisis operator XOR ... 3.7 Fungsi hash ... 3.8 Rancangan antar muka applikasi ... BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI ... 37 37 39 40 41 43 46 48 4.1 Kebutuhan applikasi ……… 48

4.2 Potongan program ………... 49

4.3 Implementasi antar muka ………. 55

4.3.1 form splash ………. 55


(6)

5.1.2 output proses enkripsi ………. 59

5.2 Uji coba proses dekripsi ………..……….... 65

5.2.1 uji coba dekripsi menggunakan VEA ……… 65

5.2.2 output proses dekripsi ……… 69

5.3 Analisis dan ujicoba ………. 73

5.4 Analisis pembangkitan kunci ……….. 74

5.5 Perbandingan waktu proses dan panjang byte ……… 75

5.6 Evaluasi ……….. 76

BAB VI PENUTUP ………... 77

6.1. Kesimpulan... 77

6.2. Saran... 78

LAMPIRAN……… 79


(7)

No. Hal.

2.1 Urutan proses kriptografi ……… 09

2.2 Hubungan antara kriptologi, kriptografi dan kriptanalisis……….. 14

2.3 Skema kriptografi simetri ……… 15

2.4 Skema kriptografi asimetri ………... 16

2.5 Skema algoritma VEA ………. 18

2.6 Proses sampling gambar bergerak ……….. 24

2.7 Kubus warna RGB ………. 24

2.8 Start page netbeans 6.8 ……….. 30

2.9 lembar kerja netbeans 6.8 ……… 32

3.1 Skema global proses enkripsi……… 34

3.2 Skema global proses dekripsi ……….. 35

3.3 Diagram alir applikasi ………. 36

3.4 Diagram alir algoritma ……….... 38

3.5 Struktur bit video ………. 40

3.6 Contoh fungsi Hash ………. 44

3.7 Antar muka applikasi ………. 46

3.8 Open file……….. 47

3.9 Save file ……….. 47

4.1 Implementasi antar muka ……… 55

4.2 Form splash ………. 56

4.3 Form master ……….... 56

5.1 Percobaan ke-1 ………. 59

5.2 Percobaan ke-2 ……… 59

5.3 Percobaan ke-3 ……… 60

5.4 Percobaan ke-4 ……… 60


(8)

5.9 Percobaan ke-9 ……… 63

5.10 Percobaan ke-10 ……… 63

5.11 Percobaan ke-11 ……… 64

5.12 Percobaan ke-12 ……… 67

5.13 Percobaan ke-13 ……… 67

5.14 Percobaan ke-14 ………... 68

5.15 Percobaan ke-15 ………... 68

5.16 Percobaan ke-16 ……… 69

5.17 Percobaan ke-17 ……… 69

5.18 Percobaan ke-18 ……… 70

5.19 Percobaan ke-19 ……… 70

5.20 Percobaan ke-20 ……… 71

5.21 Percobaan ke-21 ……… 71


(9)

No. Hal.

2.1 Tabel diagram kolom warna ………... 26 3.1 Tabel file header mpeg………..

5.1 Tabel Data Uji Coba proses enkripsi ……….

39 57 5.1 Tabel Data Uji Coba proses dekripsi ………. 73


(10)

ABSTRAK

Keamanan data multimedia sangat penting dalam akhir-akhir ini. Perkembangan awal kriptografi dipusatkan pada data berbentuk tulisan. Algoritma yang digunakan untuk itu mungkin tidak sesuai untuk file multimedia yang mempunyai ukuran yang besar. Untuk itu diperlukannya algoritma lain yang ringan dan aman. Proses enkripsi pada video akan menghasilkan video dengan gambar yang acak. Sebaliknya, proses dekripsi akan mengembalikan video terenkripsi kembali menjadi video asli. Keyword yang digunakan pada proses enkripsi dan dekripsi ini harus sama, jika tidak proses dekripsi tidak akan mengembalikan video yang aslinya.

Algoritma VEA umum digunakan untuk keperluan enkripsi video karena kemudahannya dalam implementasi, terutama karena algoritma ini mengenkripsi video bit per bit. Model enkripsi dan dekripsi pada video MPEG ini dibangun dengan menggunakan bahasa pemrograman Java dan netbeans 6.8.

Dengan adanya permasalahan diatas maka dalam Skripsi ini dibuat sebuah perancangan menggunakan algoritma VEA (Video Encryption Algorithm) untuk diimplementasikan pada video MPEG. Dengan memenuhi standart kriptografi dan keamanan data.


(11)

BAB I

PENDAHULUAN

Dalam bab ini dijelaskan beberapa hal dasar yang meliputi latar belakang, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan, manfaat, metodologi skripsi serta sistematika penulisan skripsi. Dari uraian tersebut diharapkan, gambaran umum permasalahan dan pemecahan yang diambil dapat dipahami dengan baik.

1.1Latar Belakang Masalah

Masalah keamanan dan kerahasiaan merupakan salah satu aspek penting dari suatu data, pesan dan informasi. Pengiriman suatu pesan, data dan informasi yang sangat penting membutuhkan tingkat keamanan yang tinggi. Dengan perkembangan teknologi informasi sekarang ini yang begitu pesat, di mana setiap orang akan mudah untuk mendapatkan suatu pesan, data dan informasi. Berbagai cara dilakukan orang untuk mendapatkan data dan informasi tersebut. Mulai dari tingkatan yang mudah sampai kepada cara-cara yang lebih rumit. Dan berbagai cara pula orang berusaha untuk melindungi pesan tersebut agar tidak dapat diketahui oleh orang yang tidak memiliki hak atas pesan atau data tersebut.


(12)

Ilmu yang mempelajari tentang proses pengaman data adalah kriptografi. Secara umum ada dua jenis kriptografi, yaitu kriptografi klasik dan kriptografi modern. Kriptografi klasik adalah suatu algoritma yang menggunakan satu kunci untuk mengamankan data. Dua teknik dasar yang biasa digunakan adalah substitusi dan transposisi (permutasi). Sedangkan kriptografi modern adalah algoritma yang lebih kompleks daripada algoritma kriptografi klasik, hal ini disebabkan algoritma ini menggunakan komputer. Algoritma yang akan penulis gunakan adalah algoritma kriptografi modern.

Pada model enkripsi ini dipilih algoritma VEA (Video Encryption Algorithm) untuk diimplementasikan pada enkripsi file multimedia. Algoritma VEA tersebut digunakan karena dinilai ringan dan cocok untuk diterapkan pada video yang pada umunya berukuran besar. Untuk meningkatkan keamanan proses enkripsi, algoritma VEA yang ada dimodifikasi dengan menambahkan algoritma kriptografi DES. Hal ini mengakibatkan operasi yang dilakukan bukan lagi per bit, melainkan per blok-blok slice dari gambar video

Dua hal yang dapat diperhatikan dari enkripsi data multimedia adalah: pertama, ukuran data multimedia biasanya sangat besar. Sebagai contoh, ukuran data dari video MPEG-1 berdurasi dua jam kira-kira 1 GB. Kedua, data multimedia harus diproses real-time. Memproses sejumlah besar data saat real-time dengan algoritma kriptografi yang


(13)

rumit akan memperberat kinerja komputer serta jaringannya, dan juga tidak nyaman bagi orang yang menonton video tersebut secara real-time karena hal tersebut dapat berpengaruh juga pada delay video yang sedang ditontonnya. Untuk beberapa jenis aplikasi video komersil, seperti program pay-per-view, informasi yang terdapat sangat banyak, tetapi nilai dari informasi tersebut sangat rendah.

1.2Rumusan masalah.

Berangkat dari latar belakang tersebut diatas maka dirumuskan permasalahan dalam tugas akhir ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana membuat system applikasi yang dapat melakukan enkripsi dan dekripsi data pada video berformat MPEG ?

2. Bagaimana mengamankan dan merahasiakan berkas-berkas digital yang dianggap tidak layak untuk diketahui public.

3. Bagaimana cara mengembalikan video yang sudah dienkripsi menjadi video asli. Sehingga hasilnya bisa dilihat secara utuh oleh user yang memiliki hak akses dan mengetahui kuncinya.

1.3Batasan masalah

Agar tidak terjadi kesalahan persepsi dan tidak meluasnya pokok bahasan, maka terdapat batasan-batasan masalah sebagai berikut:


(14)

1. Applikasi ini dibuat dengan menggunakan bahasa pemrograman java netbeans 6.8

2. Sistem hanya melakukan enkripsi dan dekripsi pada file video MPEG. 3. Dilakukannya proses dekripsi guna mengetahui video aslinya.

4. System akan menghasilkan file baru pada saat proses enkripsi dan dekripsi 5. Kunci dalam proses enkripsi dan dekripsi bisa berupa angka, huruf, serta

kombinasi angka dan huruf.

1.4Tujuan

Mengacu pada perumusuhan masalah diatas, tujuan yang hendak dicapai dalam penyusunan tugas akhir ini adalah :

1. Menerapkan teknologi enkripsi pada berkas digital dengan metode VEA (Video Encryption Algorithm) untuk keamanan data pada video berformat MPEG.

2. Mengamankan video atau berkas digital yang didalamnya mengandung unsur pornografi, sara, teroris, dan kekerasan. sehingga tidak sampai meluas ke masyarakat.

3. Melindungi hak cipta dan karya-karya digital dari pembajakan dan pencurian oleh pihak yang tidak bertanggung jawab.

4. Merahasiakan video-video yang dianggap penting, seperti : video dokumenter Negara, video perjuangan, dan video sejarah. Dengan adanya kunci yang hanya diketahui oleh user maka video tersebut dapat


(15)

1.5Manfaat

Manfaat yang diperoleh dalam pembuatan aplikasi ini antara lain :

1. Dihasilkan suatu aplikasi yang dapat melakukan proses enkripsi dan dekripsi dengan menggunakan metode VEA.

2. Dapat mengamankan data atau file video yang didalamnya terdapat unsur pornografi, sara dan kekerasan. Sehingga tidak sampai menyebar luas kemasyarakat.

1.6 Metodologi Pembuatan Tugas Akhir

Pembuatan Tugas Akhir ini terbagi menjadi beberapa tahapan sebagai berikut :

1.Studi Literatur

Pada tahap ini dilakukan pengumpulan dokumen-dokumen referensi tentang Kriptografi, keamanan data, algoritma VEA, proses enkripsi dan dekripsi, struktur komponen video.

2.Pembuatan program

Pada tahap ini dilakukan coding untuk membuat sebuah program sederhana untuk dapat melakukan proses enkripsi dan dekripsi pada MPEG. Sehingga menghasilkan output yang dapat dianalisa.


(16)

3.Analisa hasil

Program yang telah selesai akan dilakukan uji coba dan kemudian dilakukan analisa terhadap hasil dari program tersebut.

4.Penyusunan Buku Tugas Akhir

Pada tahap terakhir ini disusun buku sebagai dokumentasi dari pelaksanaan Tugas Akhir. Dokumentasi ini dibuat untuk memudahkan orang lain yang ingin mengembangkan teknologi enkripsi dengan menerapakan metode algoritma VEA (Video Encryption Algorithm).

1.7Sistematika Penulisan

Dalam laporan tugas akhir ini, pembahasan disajikan dalam enam bab dengan sistematika pembahasan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini dikemukakan hal-hal yang menjadi latar belakang masalah, perumusan masalah, pembatasan masalah, tujuan serta keterangan mengenai sistematika penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI

Pada bab ini dibahas teori yang mendukung pokok pembahasan tugas akhir antara lain teori tentang netbeans 6.8, kriptografi, keamanan data dan algoritma VEA,


(17)

BAB III ANALISA & PERANCANGAN SISTEM

Pada bab ini akan dibahas mengenai identifikasi masalah, analisis dan pemecahan masalah mengenai algoritma yang digunakan pada proses enkripsi dan proses dekripsi file multimedia.

BAB IV IMPLEMENTASI SISTEM

Pada bab ini menjelaskan tentang implementasi system, berisi langkah-langkah implementasi perancangan system dan hasil implementasi system dengan tujuan yang telah diharapkan.

BAB V : UJI COBA

Pada bab ini akan dijelaskan mengenai analisa output baik dari proses enkripsi atau proses dekripsi menggunakan metode VEA (Video Encryption Algorithm).

BAB VI PENUTUP

Pada bab ini dibahas mengenai kesimpulan dari perancangan dan pembuatan tugas akhir ini terkait dengan tujuan dan permasalahan yang ada, serta saran untuk pengembangan system dimasa mendatang.


(18)

BAB II

LANDASAN TEORI

Pada bab ini akan dibahas beberapa teori dasar untuk menunjang penyelesaian skripsi ini, yaitu beberapa pengertian umum, konsep, dan teori yang berhubungan dengan perancangan dan implementasi algoritma VEA (Video Encyrption Algorithm) antara lain: kriptografi, keamanan data, metode algoritma vea, struktur dan komponen video, tolos pemrograman java netbeans 6.8.

2.1 Definisi Kriptografi

Kata kriptografi ini berasal dari bahasa Yunani. Dalam bahasa Yunani kriptografi terdiri dari dua buah kata yaitu cryptos dan graphia. Kata crypto berarti rahasia sedangkan graphia berarti tulisan. Berarti secara umum makna dari kata kriptografi adalah tulisan rahasia. Dan arti sebenarnya dari kriptografi adalah ilmu yang mempelajari tentang bagaimana menjaga kerahasiaan suatu pesan, agar isi pesan yang disampaikan tersebut aman sampai ke penerima pesan.

Secara umum, kriptografi merupakan teknik pengamanan informasi yang dilakukan dengan cara mengolah informasi awal (plainteks) dengan suatu kunci tertentu menggunakan suatu metode enkripsi tertentu sehingga menghasilkan suatu informasi baru (chiperteks) yang tidak dapat dibaca


(19)

awal (plainteks) melalui proses deskripsi. Urutan proses kriptografi secara umum dapat dilihat pada Gambar dibawah ini :

Plaintext ciphertext plaintext

Gambar 2.1 Urutan proses kriptografi.[3]

Urutan proses kriptografi diatas menunjukkan bahwa proses enkripsi dan dekripsi ada karena terdapat plainteks yang dapat diinputkan oleh user dan menghasilkan sebuah chiperteks. Adapun untuk proses dekripsi sebuah chiperteks akan diproses lagi sehingga kembali akan menjadi plainteks.

2.1.1 Sejarah Kriptografi

Kriptografi mempunyai sejarah yang panjang dan menakjubkan. Informasi yang lengkap mengenai sejarah kriptografi dapat ditemukan di dalam buku David Kahn yang berjudul The Codebreakers. Buku yang tebalnya 1000 halaman ini menulis secara rinci sejarah kriptografi, mulai dari penggunaan kriptografi oleh Bangsa Mesir 4000 tahun yang lalu (berupa hieroglyph pada piramid) hingga penggunaan kriptografi abad ke-20.

Sebagian besar sejarah kriptografi merupakan bagian dari kriptografi klasik, yaitu metode kriptografi yang menggunakan kertas dan pensil atau menggunakan alat bantu mekanik yang sederhana. Kriptografi klasik secara


(20)

umum dikelompokkan menjadi dua kategori, yaitu algoritma transposisi

(transposition cipher) dan algoritma substitusi (substitution cipher). Algoritma transposisi adalah algoritma yang mengubah susunan-susunan huruf di dalam pesan, sedangkan algoritma substitusi yaitu mengganti setiap huruf atau kelompok huruf dengan sebuah huruf atau kelompok huruf yang lain.

Kriptografi juga digunakan oleh para pecinta untuk berkomunikasi tanpa diketahui oleh orang lain. Ini kebanyakan digunakan oleh masayarakat India, hal ini terbukti dengan ditemukannya di dalam buku Kama Sutra yang merekomendasikan wanita seharusnya mempelajari seni dengan memahami cipher. Ratu Skotlandia, Queen Mary merupakan salah seorang korban pada abad ke-17. Ratu tersebut dipancung setelah ditemukannya surat rahasianya di balik penjara (surat yang terenkripsi berisi rencana pembunuhan terhadap Ratu Elizabeth I) berhasil dipecahkan oleh seorang pemecah kode.

Pada abad ke-15, ditemukan kode roda (wheel cipher) oleh Leo Battista Alberti. Kode ini terus dikembangkan menjadi alat enkripsi dan deskripsi hingga saat ini. Metode ini dikembangkan pada awalnya oleh Thomas Jefferson yang kemudian diberi nama roda kode Jefferson. Kemudian kode ini kembangkan lagi oleh Bazeries yang diberi nama silinder Bazeries. Alat ini lebih fleksibel, memungkinkan untuk dikembangkan secara terus menerus untuk menghindari code breaking. Meskipun demikian metode ini dapat dipecahkan oleh DeViaris pada tahun 1893. Meskipun demikian metode ini tetap terus dikembangkan dan dianggap aman untuk kasus-kasus tertentu.


(21)

Pada abad ke-20, kriptografi lebih banyak digunakan oleh kalangan militer. Pada perang dunia ke II, Pemerintah Nazi Jerman membuat mesin enkripsi yang dinamakan dengan Enigma. Mesin ini menggunakan beberapa buah rotor (roda berputar), dan melakukan proses enkripsi yang sangat rumit. Jerman percaya pesan akan dikirim melalui enigma tidak akan terpecahkan kode enkripsinya. Tetapi anggapan Jerman tersebut salah, setelah mempelajari mesin enigma bertahun-tahun, sekutu berhasil memecahkan kode-kode tersebut. Setelah Jerman mengetahui kode-kode mereka telah terpecahkan, kemudian enigma mengalami beberapa kali perubahan.[3]

2.1.2 Tujuan Kriptografi

Aspek-aspek keamanan di dalam kriptografi adalah :

1. Confidentiality (kerahasiaan)

Layanan yang ditujukan untuk menjaga pesan tidak dapat dibaca oleh pihak-pihak yang tidak berhak.

2. Authentication (otentikasi)

Penerima pesan dapat memastikan keaslian pengirimnya. Penyerang tidak dapat berpura-pura sebagai penerima ataupun pengirim pesan.

3. Integrity (data integritas)

Penerima harus dapat memeriksa apakah pesan telah dimodifikasi di tengah jalan atau tidak. Seorang penyusup seharusnya tidak dapat


(22)

memasukkan tambahan ke dalam pesan, mengurangi atau mengubah pesan selama data berada di perjalanan.

4. Nonrepudiation (penyangkalan)

Pengirim tidak dapat mengelak bahwa dia telah mengrim pesan, penerima juga tidak dapat mengelak bahwa dia telah menerima pesan tersebut. Tujuan kriptografi secara umum adalah mewujudkan keempat aspek keamanan tersebut dalam teori dan praktek.[3]

2.1.3 Konsep Dasar Kriptografi

Dalam bidang kriptografi akan ditemukan beberapa istilah atau terminologi. Isitilah-istilah tersebut sangat penting untuk diketahui dalam memahami ilmu kriptografi. Oleh karena itu penulis akan menjelaskan beberapa istilah penting dalam bidang kriptografi yang akan sering penulis gunakan dalam tulisan penulis. Berikut merupakan istilah-istilah penting tersebut.

a. Plainteks dan Cipherteks

Pesan merupakan data atau informasi yang dimengerti maknanya. Nama lain dari pesan adalah plainteks. Pesan tersebut dapat dikirim (melalui kurir, saluran telekomunikasi, dan lain-lain) dan dapat juga disimpan dalam media penyimpanan (kertas, storage, dan lain-lain). Pesan dapat berupa teks, video, gambar, dan lain-lain. Agar pesan tersebut tidak dapat dimengerti maknanya bagi pihak lain, maka pesan perlu disandikan ke bentuk


(23)

lain yang tidak dapat dipahami. Bentuk pesan yang telah tersandikan tersebut dinamakan dengan cipherteks (ciphertext).

b. Enkripsi dan Deskripsi

Proses penyandian pesan, dari plainteks ke cipherteks dinamakan dengan enkripsi (encryption) atau enchipering (standard nama menurut ISO 7498-2). Sedangkan proses mengembalikan pesan dari cipherteks ke plainteks dinamakan dengan deskripsi (descryption) atau dechipering (standard nama menurut ISO 7498-2). Proses enkripsi dan deskripsi dapat diterapkan pada pesan yang dikirim ataupun pesan yang disimpan. Encryption of data in motion mengacu pada enkripsi pesan yang ditransmisikan melalui saluran komunikasi, sedangkan istilah encryption of data at-rest mengacu pada enkripsi pesan yang tersimpan di dalam storage.

d. Kriptanalis dan Kriptologi

Kriptografi selalu memiliki perkembangan, karena kriptografi memiliki ilmu yang berlawan yang disebut dengan kriptanalisis. Kriptanalis

(cryptanalysis) adalah ilmu dan seni untuk memecahkan cipherteks menjadi plainteks, tanpa memerlukan kunci yang digunakan. Pelakunya disebut dengan kriptanalis. Jika seorang kriptopgrafer (istilah bagi pelaku kriptografi) mentransformasikan plainteks ke cipherteks dengan menggunakan kunci, maka sebaliknya seorang kriptanalis berusaha memecahkan cipherteks tersebut untuk menemukan plainteks atau kunci. Kriptologi (cryptology)


(24)

adalah studi mengenai kriptografi dan kriptanalis. Hubungan antara kriptologi, kriptografi dan kriptanalis dapat dilihat pada Gambar 2.5.

Gambar 2.2 Hubungan antara kriptologi, kriptografi dan kriptanalisis. [3]

Kriptoglogi dapat dibagi menjadi dua sub masalah yaitu kriptografi dan kriptanalisis dimana keduanya adalah termasuk dalam teknologi enkripsi.

2.1.5 Jenis Kriptografi

Berdasarkan kunci enkripsi dan deskripsinya algoritma kriptografi terbagi menjadi dua bagian yaitu :

1. Kriptografi simetri

Konsep dasar dari kriptografi kunci simetri adalah, di mana kunci untuk enkripsi dan deskripsi sama. Istilah lain dari kriptografi simetri ini adalah kriptografi kunci privat (privat-key cryptography), kriptografi kunci rahasia

(secret-key cryptography), atau kriptografi konvensional (conventional cryptography). Dalam kriptografi kunci simetri dapat diasumsikan bahwa si penerima dan pengirim pesan telah terlebih dahulu berbagi kunci sebelum


(25)

pesan dikirimkan. Keamanan dari sistem ini terletak pada kerahasiaan kuncinya.

Semua kriptografi klasik menggunakan sistem kunci simetri ini. Sebelum tahun 1976 hanya kriptografi simetri inilah yang dikenal. Kriptografi modern juga ada yang masuk ke dalam lingkup kriptografi simetri ini diantaranya adalah algoritma DES (Data Encryption Standard), Triple-DES, dan lain-lain. Pada umumya cipher yang termasuk ke dalam kriptografi simetri ini beroperasi dalam mode blok (block cipher), yaitu setiap kali proses enkripsi atau deskripsi dilakukan terhadap satu blok data (yang berukuran tertentu), atau beroperasi dalam mode aliran (streamcipher),

Proses dari skema kriptografi simetri dapat dilihat pada Gambar 2.3

Gambar 2.3 Skema kriptografi simetri.[3]

Proses enkripsi dan dekripsi dilakukan dengan kunci privat dengan menghasilkan chiperteks. Dengan aturan Ek(P) = C. dan pada saat dekripsi menjadi persamaan Dk (C)=P.


(26)

2. Kriptografi asimetri

Berbeda dengan kriptografi kunci simetri, kriptografi kunci publik memiliki dua buah kunci yang berbeda pada proses enkripsi dan deskripsinya. Nama lain dari kunci asimetri ini adalah kriptografi kunci-publik (public-key cryptography). Kunci untuk enkripsi pada kriptografi asimetri ini tidak rahasia (diketahui oleh publik), sedangkan kunci untuk deskripsi bersifat rahasia (kunci privat). Entitas pengirim akan mengenkripsi dengan menggunakan kunci publik, sedangkan entitas penerima mendeskripsi menggunakan kunci privat. Skema dari kriptografi asimetri dapat dilihat pada Gambar 2.4.

Gambar 2.4 Skema kriptografi asimetri.[4]

Kriptografi asimetri ini dapat dianalogikan seperti kotak surat yang terkunci dan memiliki lubang untuk memasukan surat. Setiap orang dapat memasukkan surat ke dalam kotak surat tersebut, tetapi hanya pemilik surat yang memiliki kunci dan yang dapat membuka kotak surat. Kunci publik dapat dikirim ke penerima melalui saluran yang sama dengan saluran yang digunakan untuk mengirim pesan, tidak perlu takut, karena pihak yang tidak


(27)

berkepentingan tidak akan dapat mendeskripsi pesan tersebut, karena tidak memiliki kunci privat. [6]

2.2 Algoritma VEA (Video Encryption Algorithm)

Banyak algoritma enkripsi video yang telah dibangun sampai saat ini, tetapi algoritma yang umum digunakan terutama untuk aplikasi video adalah algoritma Video Encryption, atau sering disebut juga VEA (Video Encryption Algorithm). Alasan banyaknya penggunaan algoritma ini adalah karena tingkat keamanannya yang cukup memuaskan, komputasi yang ringan, dan cocok diimplementasikan di lingkungan video streaming karena algoritmanya yang dapat berbasis stream cipher maupun block cipher, tergantung kebutuhan saat streaming video tersebut. Implementasi dari algoritma ini diharapkan dapat memenuhi kebutuhan keamanan dalam video streaming, terutama apabila Video Encryption ini dapat dikombinasikan dengan metode algoritma kriptografi lainya. Sebelum enkripsi video dapat diterapkan pada video, akan lebih baik jika model dari penerapan enkripsi video pada video dirancang terlebih dahulu, agar enkripsi video dapat berjalan dengan baik.[4]

Sama dengan enkripsi pada data teks, enkripsi video juga memiliki algoritma sendiri. Umumnya video dapat dienkripsi langsung dengan menggunakan algoritma enkripsi kunci rahasia yang telah banyak beredar saat ini, seperti DES, AES, dan lain-lain, tetapi enkripsi seperti itu membutuhkan waktu yang cukup lama, karena ukuran video yang cukup besar. Algoritma


(28)

enkripsi video yang umum digunakan adalah VEA (Video Encryption Algorithm). Algoritma ini memiliki berbagai macam modifikasi yang disesuaikan berdasarkan kebutuhan, karena kemudahannya dalam implementasi.[4]

VEA (Video Encryption Algorithm) merupakan sebuah algoritma enkripsi video yang berbasis pada cipher aliran (stream cipher). Kunci rahasia VEA, k, di-generate secara random dalam bentuk bitstream dengan panjang m, yang dapat ditulis sebagai k = b1b2...bm. Bitstream dari video dapat direpresentasikan dengan:

S = ...s1...s2...sm...sm+1...sm+2...s2m.. (2.1)

yang dalam hal ini si (i = 1,2,...) adalah seluruh bit-bit dari video. Fungsi enkripsi VEA, Ek, dapat ditulis dengan:

Ek(S) = ...(b1 ⊕ s1) ... (bm ⊕ sm+1) ... (bm ⊕ s2m) ... (2.2)

Keterangan : ⊕ adalah operasi XOR.[1]

Operasi dalam mode bit berarti semua data dan informasi (baik kunci, plainteks, maupun cipherteks) dinyatakan dalam rangkaian (string) bit biner, 0 dan 1. Algoritma enkripsi dan dekripsi memproses semua data dan informasi dalam bentuk rangkaian bit. Rangkaian bit yang menyatakan plainteks dienkripsi menjadi cipherteks dalam bentuk rangkaian bit, demikian sebaliknya.


(29)

Gambar 2.5 skema algoritma VEA [4]

Skema algoritma diatas menunjukkan bahwasanya eksekusi dilakukan ditaraf byte dari mulai inputan video dilanjutkan membaca frame dari setiap video. Dan setelah itu proses XOR dilakukan dengan kunci yang diinputkan oleh user dan kemudian proses enkripsi dan dekripsi dapat dilakukan oleh system.

2.2.1 langkah-langkah algoritma VEA

Adapun langkah-langkah global dari algortima VEA adalah seperti dibawah ini :

1. Buka file video.

2. Baca frame dari file video, baca tipe frame-nya.


(30)

4. Jika frame dari stream bit bukan frame I, maka stream bit langsung ditulis ke file tujuan.

5. Jika stream bit tersebut merupakan stream bit dari frame I, maka bit-bit tersebut di-XOR-kan dengan kunci yang diinputkan oleh user.

6. Tulis hasil enkripsi ke file tujuan.

7. Baca frame selanjutnya, kembali ke langkah nomor 2 sampai End-of-File. [2]

2.3 Pengertian Video

Video adalah teknologi untuk menangkap, merekam, memproses,mentransmisikan dan menata ulang gambar bergerak. Biasanya menggunakan film seluloid, sinyal elektronik, atau media digital.Berkaitan dengan “penglihatan dan pendengaran” Aplikasi video pada multimedia mencakup banyak aplikasi diantaranya :

Entertainment: broadcast TV, VCR/DVD recording

Interpersonal: video telephony, video conferencing

Interactive: windows

Proses digitalisasi ini juga berpengaruh terhadap sistem pemrosesan gambar bergerak. Sehingga format-format gambar analog pun mulai ditinggalkan dan beralih ke format gambar digital. Salah satu format gambar digital yang banyak dipakai adalah format MPEG, yang telah berkembang dari


(31)

Format MPEG-1 menjadi salah satu standard yang dipakai untuk berbagai aplikasi seperti format MPEG-1 audio, format MPEG-1 video, dan juga teleconference. Format ini memiliki rasio kompresi yang cukup besar sehingga file dengan format ini memiliki ukuran yang sangat kecil dibanding dengan data asalnya. [5]

2.3.1 Jenis video

Secara garis besar video dapat dibedakan dalam 2 tipe yaitu analog dan digital. Kedua tipe ini yang mendasari format video.

1. Video Analog

Jenis ini memakai sinyal elektrik (gelombang analog). Siaran TV yang sampai ke rumah – rumah menggunakan jenis ini, demikian juga dengan video player yang menggunakan kaset VHS atau Betacam. Umumnya di dalam pita kaset video terdapat 3 track yaitu track gambar, track suara, track control.

2. Video Digital

Sinyal digital dibentuk dari sederetan bilangan 1 dan 0. Untuk membentuk sinyal digital maka dilakukan pengubahan sinyal analog ke dalam bentuk sinyal digital. Hal ini terjadi pada proses pengubahan dari Camcoder analog yang menggunakan kaset ke dalam komputer. Proses ini disebut proses capture, tetapi sekarang teknologi camcoder telah memiliki cara perekaman digital sehingga tidak lagi menggunakan media kaset pita dan digantikan dengan


(32)

piringan miniDVD untuk menyimpan data videonya. Produk video digital sudah banyak kita jumpai seperti VCD dan DVD tetapi tipe video digital yang dimainkan sebenarnya adalah format Mpeg, AVI, MOV,dan masih banyak lagi dengan berbagai spesialisasi yang dimiliki oleh format itu.[5]

2.3.2 Sumber Video

Terdapat tiga sumber video yaitu :

1. Gambar bergerak (movie image)

Gambar ini bersumber dari camcoder dan juga disertai dengan suara. Jadi gambar bergerak ini yang sering disebut video. Gambar gambar yang bergerak itu terdiri dari rangkaian gambar yang berformat bitmap.

2. Gambar diam (still image)

Gambar ini bersumber dari camera digital atau sering disebut foto. Gambar diam ini dapat dibuat ke dalam bentuk video atau gambar bergerak dengan bentuk slide atau biasa disebut dengan slide foto.

3. Gambar rekayasa (animation, cartoon, dll)

Untuk gambar yang satu ini bukan termasuk ke dalam tipe gambar yang diambil dari alam (natural image) seperti kedua sumber gambar di atas. Alat yang digunakan untuk menghasilkan gambar ini adalah sebuah computer dengan menggunakan software


(33)

seperti photoshop, 3Ds max, dll. Gambar yang dihasilkan merupakan kreasi kita sendiri dan dapat dalam bentuk bergerak, diam dan dapat juga bersuara.

2.3.3 Format video

Setelah video berada di dalam komputer, maka video memilki format yang dapat kita tentukan sendiri. Permasalahan akhir pada video adalah bentuk keluaran dari video itu sendiri. Format video ini menentukan letak video tersebut akan diputar di media player, seperti beberapa format video dibawah ini :

1. AVI (Audio Video Interleave)

Format ini termasuk format video yang tidak dikompresi. Format AVI merupakan format video yang menjadi standar microsoft dan windows sebagai platformnya. Video yang menggunakan format ini akan menghasilkan ukuran file yang sangat besar karena resolusi yang dipakai sesuai resolusi asli dari sumber videonya yaitu kaset video.

2. MPEG (Motion Picture Experts Group)

Termasuk dalam format video terkompresi dan dijadikan untuk video yang disimpan pada disk. Resolusi video yang berformat MPEG mendukung resolusi setengah layar dan satu layar, tergantung versi MPEGnya.


(34)

3. Real Video

Format terkompresi yang berprioritas pada aliran video dengan bandwith yang rendah. Banyak digunakan dalam internet TV, on-line video. Format ini mempunyai ekstensi .rm atau .ram. format video ini banyak didukung oleh handphone dan juga dapat dihasilkan dari handphone yang berkamera.

4. MOV

Termasuk dalam format video terkompresi. MOV dibuat oleh APPLE Computer dan dijalankan pada platform Macintosh, tetapi sekarang dapat juga dijalankan di Windows dengan menginstal CODEC quick time. MOV termasuk video yang ditujukan untuk on-line video, website yang berbasis multimedia, dan CD-ROM.[7]

2.4 Proses digitalisasi gambar bergerak

Bentuk-bentuk tiga dimensi dari dunia nyata ditangkap oleh kamera yang menirukan proses pada mata manusia. Kamera memiliki lensa dan komponen yang peka cahaya. Sinyal yang ditangkap kamera selanjutnya diubah menjadi data digital dengan proses digitalisasi yang terdiri dari dua proses yaitu sampling dan kuantisasi. Proses sampling menggunakan ruang dua dimensi yang dibagi-bagi dalam bagian kecil yang disebut piksel. Proses kuantisasi memberikan harga integer untuk tiap piksel tersebut sesuai amplitudo dari


(35)

kumpulan dari piksel dalam urutan baris dan kolom tertentu. Piksel merupakan elemen gamba r yang di dalamnya memuat informasi tentang komponen intensitas dan warna gambar. Proses sampling pada gambar bergerak dilakukan pada sumbu horisontal, vertikal, dan sumbu waktu. seperti terlihat pada gambar 1.

Gambar 2.6 proses sampling gambar bergera k.[7]

Proses sampling gambar bergerak dilakukan dengan berbagai tahapan diantaranya tahapan spatial, tahapan temporal, tahapan vertical. Dari proses tersebut maka akan tercipta sampling gambar bergerak.

2.5 Sistem warna video

Teori Trichromatic menyatakan bahwa hampir semua warna cahaya bisa dihasilkan dari gabungan ketiga cahaya warna primer merah (Red), hijau

(Green), dan biru (Blue) atau disingkat RGB (Mattison, 1994: 88). Sistem warna yang dipakai pada video MPEG-1 ini adalah sistem RGB dan sistem YCbCr. Sistem warna merah (Red), hijau (Green), biru (Blue) atau RGB


(36)

banyak digunakan pada komputer grafik dan sistem imaging. Merah, hijau, dan biru merupakan tiga warna primer aditif dan dapat digambarkan sebagai sistem koordinat Kartesian tiga dimensi

Gambar 2.7 kubus warna RGB.[7]

Diagonal dari kubus dengan jumlah komponen primer yang sama menghasilkan berbagai variasi tingkat keabuan. Tabel 1 terdiri dari kolom warna dan amplitudo RGB 100 % yang merupakan sinyal tes warna video.


(37)

Sistem warna RGB lebih banyak dipakai untuk frame buffer grafis, karena CRT berwarna menggunakan phospor merah, hijau, dan biru untuk menghasilkan warna yang diinginkan. Sistem warna YCbCr dibuat berdasarkan rekomendasi ITU-R BT.601 (sebelumnya CCIR 601) yang dikeluarkan pada saat penentuan standart komponen video digital pada tingkat internasional (Jack, 1996: 42). Y adalah merupakan informasi hitam putih dari gambar, sedang informasi warna adalah Cb dan Cr. Nilai Y berkisar antara 16 sampai dengan 235, dan Cb dan Cr memiliki range 16 sampai dengan 240 dengan nilai 128 sebanding dengan nol. Ada beberapa format sampling untuk YCbCr yaitu 4:4:4, 4:2:2, 4:1:1, dan 4:2:0.

2.6 Jenis frame mpeg video

Jenis frame pada MPEG-1 dibagi dua jenis besar Intra Picture dan Inter Picture. Keduanya meliputi 4 jenis frame yang harus dikodekan pada struktur video mpeg, diantaranya seperti dibawah ini :

1. Frame jenis pertama adalah I (Intra) frame (~1bit/piksel), merupakan gambar yang dikodekan sebagai suatu gambar diam yang berdiri sendiri.

2. Frame jenis kedua adalah P (Predicted) frame (~0.1 bit /piksel) dikodekan relatif terhadap frame I atau P terdekat sebelumnya, menghasilkan proses prediksi ke depan (forward). P frame mengalami


(38)

proses kompresi yang lebih besar dari I, dengan adanya kompensasi gerak (motion compensation).

3. Frame jenis ketiga adalah B (Bidirectional) frame (~0.015bit/piksel) menggunakan frame I atau P terdekat baik dari sebelumnya atau sesudahnya sebagai referensi, menghasilkan prediksi dua arah (forward dan backward). Frame B memiliki kompresi terbesar dan dapat mengurangi noise karena mengambil rata-rata dari dua gambar.

4. Frame jenis keempat adalah D (DC) frame merupakan frame yang dikodekan sebagai suatu gambar diam yang berdiri sendiri dengan hanya menggunakan komponen DC dari DCT. Frame D juga termasuk jarang digunakan.[5]

2.7Pemrograman Java Netbeans 6.8

merupakan sebuah proyek kode terbuka yang sukses dengan pengguna yang sangat luas, komunitas yang terus tumbuh, dan memiliki hampir 100 mitra (dan terus bertambah). Sun Microsystems mendirikan proyek kode terbuka NetBeans pada bulan Juni 2000 dan terus menjadi sponsor utama.Saat ini terdapat dua produk :

1. NetBeans IDE adalah sebuah lingkungan pengembangan - sebuah kakas untuk pemrogram menulis, mengompilasi, mencari kesalahan dan menyebarkan program. Netbeans IDE ditulis dalam Java - namun


(39)

dapat mendukung bahasa pemrograman lain. Terdapat banyak modul untuk memperluas Netbeans IDE. Netbeans IDE adalah sebuah produk bebas dengan tanpa batasan bagaimana digunakan.

2. NetBeans Platform; sebuah fondasi yang modular dan dapat diperluas yang dapat digunakan sebagai perangkat lunak dasar untuk membuat aplikasi desktop yang besar. Mitra ISV menyediakan plug-in bernilai tambah yang dapat dengan mudah diintegrasikan ke dalam Platform dan dapat juga digunakan untuk membuat kakas dan solusi sendiri.

Kedua produk adalah kode terbuka (open source) dan bebas (free) untuk penggunaan komersial dan non komersial. Kode sumber tersedia untuk guna ulang dengan lisensi Common Development and Distribution License (CDDL).[5]

2.7.1 sejarah singkat

Bahasa pemrograman Java pertama lahir dari The Green Project, yang berjalan selama 18 bulan, dari awal tahun 1991 hingga musim panas 1992. Proyek tersebut belum menggunakan versi yang dinamakan Oak. Proyek ini dimotori oleh Patrick Naughton, Mike Sheridan, James Gosling dan Bill Joy, beserta sembilan pemrogram lainnya dari Sun Microsystems. Salah satu hasil proyek ini adalah maskot Duke yang dibuat oleh Joe Palrang.Pertemuan proyek berlangsung di sebuah gedung perkantoran Sand Hill Road di Menlo Park. Sekitar musim panas 1992 proyek ini ditutup dengan menghasilkan sebuah program Java Oak pertama,


(40)

yang ditujukan sebagai pengendali sebuah peralatan dengan teknologi layar sentuh (touch screen), seperti pada PDA sekarang ini. Teknologi baru ini dinamai "*7" (Star Seven).

Setelah era Star Seven selesai, sebuah anak perusahaan Tv kabel tertarik ditambah beberapa orang dari proyek The Green Project. Mereka memusatkan kegiatannya pada sebuah ruangan kantor di 100 Hamilton Avenue, Palo Alto.Perusahaan baru ini bertambah maju: jumlah karyawan meningkat dalam waktu singkat dari 13 menjadi 70 orang. Pada rentang waktu ini juga ditetapkan pemakaian Internet sebagai medium yang menjembatani kerja dan ide di antara mereka. Pada awal tahun 1990-an, Internet masih merupakan rintisan, yang dipakai hanya di kalangan akademisi dan militer.[5]

2.7.2 Kelebihan Netbeans 6.8

1. Multiplatform. Kelebihan utama dari Java ialah dapat dijalankan di beberapa platform / sistem operasi komputer, sesuai dengan prinsip tulis sekali, jalankan di mana saja. Dengan kelebihan ini pemrogram cukup menulis sebuah program Java dan dikompilasisekali lalu hasilnya dapat dijalankan di atas beberapa platform tanpa perubahan. Kelebihan ini memungkinkan sebuah program berbasis java dikerjakan diatas operating system Linux tetapi dijalankan dengan baik di atas Microsoft Windows. Platform yang didukung sampai saat ini adalah Microsoft Windows, Linux, Mac OS dan Sun Solaris.


(41)

2. OOP (Object Oriented Programming)

yang artinya semua aspek yang terdapat di Java adalah Objek. Semua tipe data diturunkan dari kelas dasar yang disebut Object. Hal ini sangat memudahkan pemrogram untuk mendesain, membuat, mengembangkan dan mengalokasi kesalahan sebuah program dengan basis Java secara cepat, tepat, mudah dan terorganisir.

3. Bergaya C++, memiliki sintaks seperti bahasa pemrograman C++ sehingga menarik banyak pemrogram C++ untuk pindah ke Java. Saat ini pengguna Java sangat banyak, sebagian besar adalah pemrogram C++ yang pindah ke Java. [5]

2.7.3 Tampilan awal Netbeans 6.8

Pada saat pertama kali menjalankan Netbeans 6.8, secara otomatis akan muncul kotak dialog Start Page seperti yang terlihat pada gambar 2.8

Gambar 2.8 start page netbeans 6.8


(42)

2.7.4 lembar kerja netbeans 6.8

Adapun langkah selanjutnya Untuk melanjutkan pekerjaan kita di lembar kerja netbeans 6.8 adalah seperti dibawah ini :

Gambar 2.9 lembar kerja netbeans 6.8

Lembar kerja akan terlihat seperti gambar dan pemrograman pun akan siap dimulai. Didalam netbeans kita juga dapat menggunakan beberapa option untuk membantu kerja kita di dunia pemrograman diantaranya terdapat : java, javaFX, java web. Java EE, Java Me, Maven, PHP, Ruby, Groovy, dan C/C++.


(43)

(44)

BAB III

ANALISIS DAN PERANCANGAN

Metode VEA adalah merupakan algoritma enkripsi video yang hanya beroperasi pada sign bits dari koefisien DCT pada frame I dari sebuah file video . Algoritma VEA akan menghasilkan sebuah kunci rahasia berupa k secara random dalam bentuk bitstream. Pada bab ini akan di bahas tentang analisa permasalahan, perancangan aplikasi yang terdiri dari proses enkripsi, proses dekripsi, analisa algoritma vea, operasi perbit dan fungsi hash serta rancangan antarmuka aplikasi yang akan dibuat.

3.1 Analisis sistem

Dalam merancang suatu system diperlukan analysis terhadap system yang akan dirancang tersebut terlebih dahulu. Tujuan dari analisis ini sendiri adalah agar system yang dirancang menjadi tepat guna dan ketahanan dan keamanan dari system tersebut akan lebih terjaga kerahasiaanya. Disamping itu dengan dilakukannya analisis ini kita akan dapat mempermudah kerja kita dalam membuat system. Dan jika suatu saat ada perbaikan atau penambahan modul system akan lebih mempermudah kinerja kita karena sudah ada analisis system dan algoritmanya.


(45)

System yang akan dirancang ada dua proses secara garis besar. Yaitu proses enkripsi, dan proses dekripsi. Dimana untuk proses enkripsi data pada file multimedia menggunakan metode algoritma VEA (Video Encryption Algorithm) karena metode VEA diatas memiliki algoritma yang cukup kompleks mulai dari proses eksekusi data pada file multimedia yang menjadi plaintext sampai dengan proses pencarian chippertext pada proses dekripsi.

Gambar 3.1 skema global proses enkripsi

Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa proses plaintext atau informasi awal yang inputannya berupa file multimedia atau file video dapat dilakukan proses enkripsi menggunakan metode algoritma VEA (Video Encryption Algorithm). Dari proses yang pertama akan menghasilkan sebuah kondisi yang kemudian di implementasikan ke dalam algoritma VEA. Dan didalam proses enkripsi tersebut akan dilakukan sebuah proses XOR Yang dapat ditulis dengan :


(46)

Hasi keseluruhan dari proses enkripsi tersebut diatas akan menghasilkan chiphertext. Ciphertext inilah yang akan di eksekusi lagi pada proses dekripsiDari gambar diatas dapat dilihat bahwa proses yang pertama akan menghasilkan cihphertext sementara yang mana merupakan hasil enkripsi dari implementasi metode algoritma VEA (Video Encryption Algorithm). Setelah itu proses selanjutnya melakukan dekripsi pada ciphertext yang sementara dengan menggunakan metode VEA. Proses dekripsi bertujuan agar file yang telah dienkripsi dan dikompresi dapat menjadi informasi awal sebelum dilakukannya proses enkripsi tanpa mengubah format dan size yang semula. Dan tentunya proses dekripsinya menggunakan kata kunci atau password yang sama pada saat proses enkripsi.

Gambar 3.2 skema globar proses dekripsi

Proses dekripsi bertujuan agar file yang telah dienkripsi dan dikompresi dapat menjadi informasi awal sebelum dilakukannya proses enkripsi tanpa mengubah format dan filesize sebelumnya.


(47)

3.2 Perancangan

Dibawah ini akan dijelaskan mengenai perancangan applikasi yang akan dibuat dalam implementasi algoritma VEA.

Gambar 3.3 diagram alir applikasi

Secara garis besar alur proses enkripsi berawal dari sebuah inputan file video yang kemudian akan dibaca tipe framenya, jika bukan termasuk frame-I


(48)

maka akan langsung di tulis ke file tujuan. Sebaliknya jika video tersebut termasuk frame-I maka proses selanjutnya adalah membaca bit per bit dari file video tersebut dan kemudian akan melalui proses enkripsi yaitu setiap bit dari file video akan di XOR kan dengan sebuah kunci (keyword) yang dapat diinputkan oleh user. Setelah operasi XOR selesai maka hasil video terenkripsi akan ditulis ke file tujan dan akan di simpan untuk mengetahui perubahan yang terjadi pada video yang sudah melalui tahapan enkripsi.

3.3 Algoritma dan Diagram Alir

Pada bagian ini dijelaskan mengenai beberapa algoritma yang digunakan dalam perangkat lunak, beserta diagram alirnya. Diantaranya adalah algoritma VEA, operasi bit dan logika X-OR.

3.3.1 Analisis algoritma VEA (Video Encryption Algorithm)

Arus MPEG berbeda dengan data tekstual tradisional karena ia mempunyai tipe data yang khusus dan ia dikompresi. Perhatikan bahwa kesamaan dari kompresi dan enkripsi adalah keduanya mencoba membuang informasi yang kurang bermanfaat. Karena itu pembelajaran sturktur video dan sifat statistiknya membawa kepada Algoritma Enkripsi Video. Prinsip kerja metode algoritma VEA (Video Encryption Algorithm) ialah pada cipher alirannya atau biasa disebut dengan (stream cipher) dan Kunci rahasia VEA, k, di-generate secara random dalam bentuk bitstream dengan panjang [m], yang dapat ditulis sebagai k =


(49)

b1..b2...bm. Detail algoritma Video Encryption (VEA) dalam bentuk algoritma umumnya adalah sebagai berikut:

Gambar 3.4 diagram alir algoritma VEA.[4]

Algoritma diatas adalah menggunakan bahasa C. yang didalamnya terdapat beberapa deklarasi variable guna untuk melakukan proses enkripsi pada file


(50)

Algoritma VEA tersebut juga melakukan proses XOR pada file video dengan menggunakan array of bit dan kunci. Sehingga proses enkripsi file berjalan sesuai dengan konsep yang diharapkan.

3.3 File Header Video

Merupakan format file dalam struktur video yang tidak boleh dirubah atau terkena dampak dari proses enkripsi. Karena kalau file header dari sebuah video tersebut terenkripsi maka outputnya tidak akan bisa dikenali oleh mediaplayer. file header juga bisa dikatakan sebagai frame utama yang menentukan tipe of file dari sebuah video. Seperti pada fomat avi, file headernya berkisar sekitar 56 byte. Adapun selebihnya boleh dilakukan proses enkripsi dan dekripsi karena tidak akan mempegaruhi struktur didalamnya dan masih bisa terbaca oleh media player.


(51)

File haeder video mpeg ialah merupakan susunan struktur yang ada didalam video guna untuk proses sequence header, extension dan GOP (Group of picture).[7]

3.4 Operasi perbit

Bit merupakan sebuah digit dalam sistem angka biner (basis 2), yang selalu digunakan sebagai satuan terkecil dalam penyimpanan dan komunikasi informasi di dalam teori komputasi dan informasi digital. Sebagai contoh, angka 1001011 memiliki panjang 7 bit.

]

Gambar 3.5 struktur bit video

Gambar diatas menunjukkan bahwa sebuah file video terdiri dari banyak Bit. Didalam struktur bit diatas memiliki sebuah satuan, yang berisi sejumlah


(52)

informasi yang dapat dibawa diantaranya, starting time, size of, number of video frames, number of preview frames, number of data stream, width and height video images, data rate dan sebagainya. Sehingga file tersebut dapat dikenali sebagai satuan format video.

3.6 AnalisisOperator XOR

Operator biner yang sering digunakan dalam cipher yang yang beroperasi dalam mode bit adalah XOR atau exclusive-or. Notasi matematis untuk operator XOR adalah ⊕ (dalam Bahasa C, operator XOR dilambangkan dengan ^). Operator XOR diperasikan pada dua bit dengan aturan sebagai berikut:

0 ⊕ 0 = 0 0 ⊕ 1 = 1 1 ⊕ 0 = 1 1 ⊕ 1 = 0

Perhatikan bahwa operator XOR identik dengan penjumlahan modulo 2:

0 + 0 (mod 2) = 0 0 + 1 (mod 2) = 1 1 + 0 (mod 2) = 1 1 + 1 (mod 2) = 0


(53)

Misalkan a, b, dan c adalah peubah Boolean. Hukum-hukum yang terkait dengan operator XOR:

(i) a ⊕ a = 0

(ii) a ⊕ b = b ⊕ a (Hukum komutatif) (iii) a ⊕ (b ⊕ c) = (a ⊕ b) ⊕ c (Hukum asosiatif)

Jika dua rangkaian dioperasikan dengan XOR, maka operasinya dilakukan dengan meng-XOR-kan setiap bit yang berkoresponden dari kedua rangkaian bit tersebut. Contoh: 10011 ⊕ 11001 = 01010 yang dalam hal ini, hasilnya diperoleh sebagai berikut:

1 0 0 1 1

1 1 0 0 1 ⊕ 1 ⊕ 1 0 ⊕ 1 0 ⊕ 0 1⊕ 0 1 ⊕ 1 0 1 0 1 0

Algoritma enkripsi sederhana yang menggunakan XOR adalah dengan meng-XOR-kan plainteks (P) dengan kunci (K) menghasilkan cipherteks:


(54)

Karena meng-XOR-kan nilai yang sama dua kali berturut-turut menghasilkan nilai semula, maka dekripsi menggunakan persamaan:

P = C ⊕ K (3.3)

Contoh: plainteks 01100101 (karakter ‘e’) kunci 00110101 ⊕ (karakter ‘5’)

cipherteks 01010000 (karakter ‘P’) kunci 00110101 ⊕ (karakter ‘5’)

plainteks 01100101 (karakter ‘e’)

Algoritma enkripsi XOR sederhana pada prinsipnya sama seperti Vigenere cipher dengan penggunaan kunci yang berulang secara periodik. Setiap bit plainteks di-XOR-kan dengan setiap bit kunci.[2]

3.5 Fungsi Hash

Fungsi hash adalah fungsi yang menerima masukan string atau karakter yang panjangnya sembarang, lalu mentransformasikannya menjadi byte keluaran yang


(55)

ukuran string semula). Persamaan fungsi hash dapat dituliskan dengan persamaan berikut.

h = H(M) (3.4)

dengan

• M = pesan berukuran sembarang.

• h = nilai hash (hash value) atau pesan ringkas (message-digest).

Berikut gambaran penggunaan fungsi hash yang mengubah suatu byte video dengan panjang tertentu.[3]

Gambar 3.6. contoh fungsi Hash dengan algoritma VEA

Dalam kriptografi, keberadaan fungsi hash yang aman secara kriptografik sangatlah penting. Fungsi hash semacam ini memiliki properti-properti sebagai berikut.


(56)

• Collision resistance : seseorang seharusnya tidak dapat menemukan dua pesan berbeda, sebut saja M dan M′ sedemiki an sehingga H(M)= H(M′) (terjadi kolisi).

• First preimage resistance : seseorang yang diberikan hasil hash h seharusnya tidak dapat menemukan M di mana H(M) = h. Salah satu contoh mengapa hal ini penting yakni pada umumnya sandi lewat pengguna disimpan dalam bentuk hash. Jika seseorang memiliki akses pada data sandi lewat yang telah dihash maka seharusnya ia tidak bisa memperoleh sandi lewat yang asli dari data tersebut. Akan tetapi, hal ini mungkin terjadi jika properti tidak dipenuhi.

• Second preimage resistance : seseorang yang memiliki pesan M seharusnya tidak dapat memperoleh pesan M′ di mana M tidak sama dengan M′ tetap i H(M) = H(M′). Properti ini merupakan implikasi dari collision resistance.

Fungsi hash telah digunakan secara luas dalam berbagai aplikasi misalnya integritas pesan, otentikasi, tanda tangan digital, secure timestamping, dan banyak aplikasi lainnya. Sekuriti aplikasi-aplikasi tersebut seringkali bergantung secara langsung pada properti sekuriti dari fungsi hash yang digunakan. Jika fungsi hash tidak seaman yang dipercaya sebelumnya (properti sekuriti tidak lagi dipenuhi), maka aplikasi juga tidak lagi aman.


(57)

3.6 Rancangan antar muka applikasi

Dalam melakukan perancangan antarmuka aplikasi diharapkan mampu memenuhi aspek-aspek seperti user friendly (mudah dimengerti oleh user), sederhana, dan mengurangi terjadinya kesalahan saat user menggunakan aplikasi. Untuk memberikan gambaran awal tentang antarmuka aplikasi serta menjaga konsistensi dari desain aplikasi, maka perlu dibuat suatu rancangan masukan dan keluaran aplikasi.

a. Form utama

Form utama pada gambar 3.8 seperti dibawah ini. Digunakan untuk proses open file dan save file video. Yaitu dengan menekan tombol open file maka path dari file video akan terlihat di inputbox.

Gambar 3.7 antar muka applikasi

Antar muka applikasi juga dapat melakukan proses simpan dengan menekan tombol save file. maka nama file yang akan disimpan akan tampil di outbox.


(58)

a. Open file

Pada saat open file maka akan muncul kotak dialog seperti dibawah ini:

Gambar 3.8 kotak dialog open file.

Pada saat kotak dialog muncul maka kita bisa membuka file video seperti video yang berformat MPEG-1 atau AVI yang akan kita eksekusi untuk digunakan sebagai input file guna kepentingan proses enkripsi file video.

b. Save file video

Pada saat save file maka akan muncul kotak dialog seperti dibawah ini:

Gambar 3.9 kotak dialog save file.


(59)

(60)

BAB IV

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

4.1 Kebutuhan Aplikasi

Sebelum melakukan implementasi dan menjalankan proses enkripsi dan dekripsi data pada file multimedia dibutuhkan spesifikasi perangkat keras dan perangkat lunak dengan kondisi tertentu agar sistem dapat berjalan dengan baik. Berikut ini adalah perangkat keras yang digunakan dalam implementasi metode algoritma VEA (Video Encryption Algorithm) adalah sebagai berikut :

a. Notebook

b. Intel Pentium dual core P6100 c. Memory 1 Gb DDR3.

d. Harddisk 320 Gb

Perangkat lunak yang digunakan dalam implementasi metode algoritma VEA adalah sebagai berikut :

a. Microsoft Windows Seven Ultimate b. Java Netbeans 6.8


(61)

4.2 Potongan Program

Pada subbab ini akan dijelaskan implementasi sistem berdasarkan rancangan program pada bab sebelumnya. Rancangan yang dibangun akan diimplementasikan kedalam bentuk sourcecode dalam bahasa pemrograman java netbeans 6.8.

a. Open file video

Untuk membuka file video dan ditampilkan di inputbox atau text field maka potongan programnya adalah seperti dibawah ini :

private void

jButton1ActionPerformed(java.awt.event.ActionEvent evt) {

fileName = "";

filePath = "";

long fileSize = 0;

openDialog.showOpenDialog(this);

openFile = openDialog.getSelectedFile();

fileName = openFile.getAbsolutePath();

filePath = openFile.getParent();

Dari potongan program diatas bahwasanya inputbox akan menampilkan nama file dan file path yang berasal dari directory file tersebut di buka. Dan system juga melakukan proses pengambilan data berupa file video yang akan dijadikan input file untuk proses enkripsi.


(62)

b. Save file video

Untuk menyimpan (save) file video dan ditampilkan di outputbox atau text field maka potongan programnya adalah seperti dibawah ini :

private void jButton2ActionPerformed(java.awt.event.ActionEvent

evt) {

openDialog.showSaveDialog(this);

saveFile = openDialog.getSelectedFile();

fileName = saveFile.getAbsolutePath();

txtOutputFile.setText(fileName);

Dari potongan program diatas adalah berfungsi untuk menyimpan file video dan kita akan menentukan dimana hasil enkripsi tersebut disimpan. Pemberian nama pada saat proses save file harus disertai dengan format video seperti : untuk format MPEG-1 (*.mpg) dan untuk AVI (*.avi). hal ini bertujuan agar video hasil enkripsi memiliki format yang sama.

c. Ukuran file

Untuk membaca ukuran file atau file size dari sebuah video maka potongan programnya seperti dibawah ini :

fileSize = openFile.length();

txtOpenFile.setText(fileName);

lblUkuranFile.setText(String.valueOf(fileSize)+ " bytes");


(63)

d. Proses enkripsi

private void doProccess(){ FileInputStream fin = null; FileOutputStream fos = null;

try {

fin = new

FileInputStream(txtOpenFile.getText()); } catch (FileNotFoundException ex) {

Logger.getLogger(mainFrame.class.getName()).log(Level.SEVERE , null, ex);

} try {

fos = new

FileOutputStream(txtOutputFile.getText()); } catch (FileNotFoundException ex) {

Logger.getLogger(mainFrame.class.getName()).log(Level.SEVERE , null, ex);

}

int i = 0; int j = 0; int plain = 0; int chiper = 0; char current;

Dalam proses enkripsi system akan merubah inputan file video yang semula mempunyai format character menjadi filestream yang nantinya akan dijadikan plaintext dan chipertext baik pada saat proses enkripsi maupun dekripsi.

Untuk menampilkan bit yang akan dieksekusi selama proses enkripsi dan dekripsi dan potongan programnya adalah seperti dibawah ini :

//read of bit

try {

while (fin.available() > 0) {

System.out.println(i); current = (char) fin.read();

if(j > txtKey.getText().length()-1){ j = 0; }


(64)

System juga melakukan Operasi per bit dengan fungsi XOR, adapun potongan programnya adalah seperti dibawah ini :

if((int)current != 224){ if(i > 2000140){

plain = (int) current;

chipper=(int)

txtKey.getText().charAt(j) ^ plain;

current = (char) chiper;

}

}

fos.write(current); j++;

i++; }

fos.close();

Dari potongan program tersebut diatas bahwasanya proses XOR dengan tanda ( ^ )dilakukan pada saat proses Chiper dengan input file video yang berasal dari plain. pembangkitan kunci dilakukan sendiri oleh user dengan keyword angka ataupun huruf yang digunakan untuk proses XOR antara plainteks dan chiperteks.

System akan membaca setiap bitstream dari file video untuk melakukan proses enkripsi dan dekripsi sampai akhir file (End of file).


(65)

e. Proses dekripsi

private void doProccess(){ FileInputStream fin = null; FileOutputStream fos = null;

try {

fin = new

FileInputStream(txtOpenFile.getText()); } catch (FileNotFoundException ex) {

Logger.getLogger(mainFrame.class.getName()).log(Level.SEVERE , null, ex);

} try {

fos = new

FileOutputStream(txtOutputFile.getText()); } catch (FileNotFoundException ex) {

Logger.getLogger(mainFrame.class.getName()).log(Level.SEVERE , null, ex);

}

int i = 0; int j = 0; int plain = 0; int chiper = 0; char current;

Dalam proses dekripsi system akan merubah inputan file video yang semula mempunyai chiperteks menjadi plainteks yang nantinya akan diproses pada saat dekripsi file video.

Untuk menampilkan bit yang akan dieksekusi selama proses enkripsi dan dekripsi dan potongan programnya adalah seperti dibawah ini :

//read of bit try {

while (fin.available() > 0) {

System.out.println(i); current = (char) fin.read();

if(j > txtKey.getText().length()-1){ j = 0; }


(66)

System juga melakukan Operasi per bit dengan fungsi XOR, adapun potongan programnya adalah seperti dibawah ini :

if((int)current != 224){

if(i > 2000140){

plain = (int) current;

chiper=(int)

txtKey.getText().charAt(j) ^ plain;

current = (char) chiper;

}

}

fos.write(current); j++;

i++; }

fos.close();

Dari potongan program tersebut diatas bahwasanya proses XOR dengan tanda ( ^ )dilakukan pada saat proses Chiper dengan input file video yang berasal dari plain. pembangkitan kunci dilakukan sendiri oleh user dengan keyword angka ataupun huruf yang digunakan untuk proses XOR antara plainteks dan chiperteks.

System akan membaca setiap bitstream dari file video untuk melakukan proses enkripsi dan dekripsi sampai akhir file (End of file).


(67)

4.3 Implementasi antar muka

Pada tahap ini akan dijabarkan tentang implementasi antarmuka dari perancangan dan implementasi algoritma VEA (Video Encryption Algorithm) untuk keamanan data pada file multimedia. Form - form yang digunakan, antara lain :

1. form splash 2. form utama

4.3.1 Form Splash

Form ini tampak pada saat aplikasi pertama kali dijalankan. Form splash ini perlu dibuat agar dapat diketahui nama dari aplikasi tersebut. Seperti terlihat pada gambar 4.1 dibawah. Berikut adalah antarmuka dari form splash.


(68)

4.3.2 Form utama

Berikut ini akan dijelaskan mengenai menu-menu yang terdapat di form utama. Form utama pada Gambar 4.2 ini digunakan untuk melakukan proses enkripsi dan dekripsi pada file multimedia. Terdapat tombol open file untuk membuka file video yang akan dijadikan plainteks pada saat proses enkripsi dan dekripsi. Dan tombol save file yang digunakan untuk menyimpan hasil dari proses enkripsi maupun hasil dari proses dekripsi. Klik jalankan untuk memulai proses enkripsi dan tekan tombol close untuk keluar dari applikasi.


(69)

(70)

BAB V

EVALUASI DAN UJI COBA

5.1.1 Uji Coba Proses Enkripsi

5.1.2 Uji Coba enkripsi menggunakan metode VEA

Uji coba proses enkripsi dengan implementasi metode VEA menggunakan file video berformat MPEG-1.

Tabel 5.1 Tabel Data Uji Coba proses enkripsi

No Nama video Durasi

Ukuran

(byte) Kunci

Waktu proses 1 Bear.mpg 0:00:14 1704511

12345 00:03:29 ftimajuupnjayasurabaya 00:02:48 upnjatim 00:02:40 2 stealtwalk.mpg 0:00:18 1714175

313354 00:03:19 donyrahmawan 00:02:57 1a 00:02:08 3 Bocah.mpg 0:00:08 1937408

Surabaya 00:03:58 Dony88 00:04:13 99999 00:04:49 4 Walker.mpg 0:00:19 2809856

10987654321 00:04:53 Universitaspembangunan 00:04:59 212 00:04:43 5 Monkey.mpg 0:00:16 2549760

abcdefghijklmno 00:06:48 17081945 00:07:11 giriloka 00:06:35 6 pixar.mpg 0:00:30 3901440

sidoarjo 00:07:35 Informatika 00:07:09 kotapahlawan 00:07:22


(71)

7 Mrbean.mpg 0:00:08 2938784

Rungkutindustri 00:04:04 Gununganyar55 00:04:18 313354 00:04:55 8 Trap.mpg 0:00:19 4737024

transportasi 00:07:51 Hondarevo 00:07:44 Surabayatimur555 00:08:02 9 Autobott.mpg 0:00:08 4581376

informania 00:06:14 ilmukomputer 00:06:22 Teknologi2011 00:06:49 10 Pichip.mpg 0:00:14 3221504

1nf0rm4t1k4 00:06:23 kampushijau 00:06:52

tugasakhir 00:06:59 11 pasta.mpg 0:00:19 3166208

indonesiaku 00:05:47 0736010020 00:05:18

giriloka 00:05:21

Tabel Data Uji Coba proses enkripsi menunjukkan bahwasanya video yang dijadikan ujicoba adalah video yang memiliki format MPEG-1 (*.mpg). Alasan penggunaan algoritma ini pada video MPEG adalah karena tingkat keamanannya yang cukup bagus dan komputasi yang ringan. Untuk meningkatkan faktor kemanan, maka VEA akan dimodifikasi dengan pemberian kunci yang bisa langsung diinputkan oleh user. Implementasi dari algoritma ini diharapkan dapat memenuhi kebutuhan keamanan dalam proses penyimpanan video. Selanjutnya video tersebut akan menjadi inputan pada proses enkripsi dan menghasilkan video baru terenkripsi. Dengan format sama dan akan terlihat berbeda apabila video itu dimainkan. Dengan disertai kunci huruf, angka serta kombinasi huruf dan angka. maka proses enkripsi akan berjalan dan akan menghasilkan file video baru terenkripsi.


(72)

5.1.3Output Video terenkripsi

beberapa hasil dari enkripsi video adalah seperti gambar dibawah ini :

(a) video asli(bear.mpg) (b) video terenkripsi(bear1.mpg)

Gambar 5.1 percobaan ke-1 dengan video berformat MPEG-1(*.mpg), gambar a merupakan video asli yang digunakan sebagai plainteks pada proses enkripsi. Gambar b merupakan output video terenkripsi.

(a) video asli (stealtwalk.mpg) (b) video terenkripsi (stealtwalk1.mpg)

Gambar 5.2 percobaan ke-2 dengan video berformat MPEG-1(*.mpg), gambar a merupakan video asli yang digunakan sebagai plainteks pada proses enkripsi. Gambar b merupakan output video terenkripsi.


(73)

(a) video asli (bocah.mpg) (b) video terenkripsi (bocah1.mpg)

Gambar 5.3 percobaan ke-3 dengan video berformat MPEG-1(*.mpg), gambar a merupakan video asli yang digunakan sebagai plainteks pada proses enkripsi. Gambar b merupakan output video terenkripsi.

(a) video asli (walker.mpg) (b) video terenkripsi (walker1.mpg)

Gambar 5.4 percobaan ke-4 dengan video berformat MPEG-1(*.mpg), gambar a merupakan video asli yang digunakan sebagai plainteks pada proses enkripsi. Gambar b merupakan output video terenkripsi.


(74)

(a) video asli (monkey.mpg) (b) video terenkripsi (monkey1.mpg)

Gambar 5.5 percobaan ke-5 dengan video berformat MPEG-1(*.mpg), gambar a merupakan video asli yang digunakan sebagai plainteks pada proses enkripsi. Gambar b merupakan output video terenkripsi.

(a) video asli (pixar.mpg) (b) video terenkripsi (pixar1.mpg)

Gambar 5.6 percobaan ke-6 dengan video berformat MPEG-1(*.mpg), gambar a merupakan video asli yang digunakan sebagai plainteks pada proses enkripsi. Gambar b merupakan output video terenkripsi.


(75)

(c) video asli (mrbean.mpg) (d) video terenkripsi (mrbean1.mpg)

Gambar 5.7 percobaan ke-7 dengan video berformat MPEG-1(*.mpg), gambar a merupakan video asli yang digunakan sebagai plainteks pada proses enkripsi. Gambar b merupakan output video terenkripsi. Dan akan terlihat berbeda dengan video aslinya bila dijalankan.

(a) Video asli (trap.mpg) (b) video terenkripsi (trap1.mpg)

Gambar 5.8 percobaan ke-8 dengan video berformat MPEG-1(*.mpg), gambar a merupakan video asli yang digunakan sebagai plainteks pada proses enkripsi. Gambar b merupakan output video terenkripsi. Dan akan terlihat berbeda dengan video aslinya bila dijalankan.


(76)

(c) video asli (autobott.mpg) (d) video terenkripsi (autobott1.mpg)

Gambar 5.9 percobaan ke-9 dengan video berformat MPEG-1(*.mpg), gambar a merupakan video asli yang digunakan sebagai plainteks pada proses enkripsi. Gambar b merupakan output video terenkripsi. Dan akan terlihat berbeda dengan video aslinya bila dijalankan.

(c) video asli (pichip.mpg) (d) video asli (pichip1.mpg)

Gambar 5.10 percobaan ke-10 dengan video berformat MPEG-1(*.mpg), gambar a merupakan video asli yang digunakan sebagai plainteks pada proses enkripsi. Gambar b merupakan output video terenkripsi. Dan akan terlihat berbeda dengan video aslinya bila dijalankan.


(77)

(c) video asli (pasta.mpg) (d) video terenkripsi (pasta1.mpg)

Gambar 5.11 percobaan ke-11 dengan video berformat MPEG-1(*.mpg), gambar a merupakan video asli yang digunakan sebagai plainteks pada proses enkripsi. Gambar b merupakan output video terenkripsi. Dan akan terlihat berbeda dengan video aslinya bila dijalankan.

Hasil dari perancangan dan implementasi algoritma VEA (Video Encryption Algorithm) untuk keamanan data pada file multimedia. Dengan menggunakan metode tersebut diatas dengan sample video sebanyak 11 dengan format MPEG-1(*.mpg). menghasilkan output yang sesuai dengan harapan pada algoritma VEA. sesuai dengan kunci yang didefinisikan oleh user. Hasil yang diperoleh adalah sebuah file video baru terenkripsi dengan format yang sama yang akan menghasilkan gambar yang kabur atau acak dan berbeda dengan video aslinya apabila dijalankan di mediaplayer.


(78)

5.2Uji Coba Proses Dekripsi

5.2.1 Uji Coba dekripsi menggunakan metode VEA

Uji coba proses dekripsi dengan implementasi metode VEA menggunakan file video berformat MPEG-1.

Tabel 5.2 Tabel Data Uji Coba proses dekripsi

No Nama video Durasi

Ukuran

(byte) Kunci

Waktu proses 1 Bear1.mpg 0:00:14 1704511

12345 00:03:29 ftimajuupnjayasurabaya 00:02:48 upnjatim 00:02:40 2 Stealtwalk1.mpg 0:00:18 1714175

313354 00:03:19 donyrahmawan 00:02:57 1a 00:02:08 3 Bocah1.mpg 0:00:08 1937408

Surabaya 00:03:58 Dony88 00:04:13 99999 00:04:49 4 Walker1.mpg 0:00:19 2809856

10987654321 00:04:53 Universitaspembangunan 00:04:59 212 00:04:43 5 Monkey1.mpg 0:00:16 2549760

abcdefghijklmno 00:06:48 17081945 00:07:11 giriloka 00:06:35 6 Pixar1.mpg 0:00:30 3901440

sidoarjo 00:07:35 Informatika 00:07:09 kotapahlawan 00:07:22


(79)

7 Mrbean1.mpg 0:00:08 2938784

Rungkutindustri 00:04:04 Gununganyar55 00:04:18 313354 00:04:55 8 Trap1.mpg 0:00:19 4737024

transportasi 00:07:51 Hondarevo 00:07:44 Surabayatimur555 00:08:02 9 Autobott1.mpg 0:00:08 4581376

informania 00:06:14 ilmukomputer 00:06:22 Teknologi2011 00:06:49 10 Pichip1.mpg 0:00:14 3221504

1nf0rm4t1k4 00:06:23 kampushijau 00:06:52

tugasakhir 00:06:59 11 Pasta1.mpg 0:00:19 2938784

indonesiaku 00:05:47 0736010020 00:05:18

giriloka 00:05:21

Tabel Data Uji Coba proses dekripsi menunjukkan bahwasanya video yang dijadikan ujicoba adalah video terenkripsi yang memiliki format MPEG-1 (*.mpg). Selanjutnya video tersebut akan menjadi inputan pada proses dekripsi dan menghasilkan video baru terdekripsi. Dengan format yang sama dengan video aslinya. Dengan disertai kunci yang dapat diinputkan oleh user baik huruf atau angka serta kombinasi huruf dan angka. dan proses dekripsi akan berjalan dengan baik apabila kunci yang diinputkan sama pada saat proses enkripsi dengan demikian video terenkripsi akan kembali menjadi video asli. Yang hasilnya bisa dilihat dan dinikmati apabila dijalankan dimediaplayer.


(80)

5.2.2 Output video hasil dekripsi

beberapa hasil dari dekripsi video adalah seperti gambar dibawah ini :

beberapa hasil dari enkripsi video adalah seperti gambar dibawah ini :

(a) video asli(bear1.mpg) (b) video terenkripsi(bear2.mpg)

Gambar 5.12 percobaan ke-12 dengan video berformat MPEG-1(*.mpg), gambar a merupakan video terenkripsi yang digunakan sebagai plainteks pada proses dekripsi. Gambar b merupakan output video hasil dekripsi.

(a) video asli (stealtwalk1.mpg) (b) video terenkripsi (stealtwalk2.mpg)

Gambar 5.13 percobaan ke-13 dengan video berformat MPEG-1(*.mpg), gambar a merupakan video terenkripsi yang digunakan sebagai plainteks pada


(81)

(a) video asli (bocah1.mpg) (b) video terenkripsi (bocah2.mpg)

Gambar 5.14 percobaan ke-14 dengan video berformat MPEG-1(*.mpg), gambar a merupakan video terenkripsi yang digunakan sebagai plainteks pada proses dekripsi. Gambar b merupakan output video hasil dekripsi.

(a) video asli (walker1.mpg) (b) video terenkripsi (walker2.mpg)

Gambar 5.15 percobaan ke-15 dengan video berformat MPEG-1(*.mpg), gambar a merupakan video terenkripsi yang digunakan sebagai plainteks pada proses dekripsi. Gambar b merupakan output video hasil dekripsi.


(82)

(a) video asli (monkey1.mpg) (b) video terenkripsi (monkey2.mpg)

Gambar 5.16 percobaan ke-16 dengan video berformat MPEG-1(*.mpg), gambar a merupakan video terenkripsi yang digunakan sebagai plainteks pada proses dekripsi. Gambar b merupakan output video hasil dekripsi.

(a) video asli (pixar.mpg) (b) video terenkripsi (pixar1.mpg)

Gambar 5.17 percobaan ke-17 dengan video berformat MPEG-1(*.mpg), gambar a merupakan video terenkripsi yang digunakan sebagai plainteks pada proses dekripsi. Gambar b merupakan output video hasil dekripsi.


(83)

(c) video asli (mrbean.mpg) (d) video terenkripsi (mrbean1.mpg)

Gambar 5.18 percobaan ke-18 dengan video berformat MPEG-1(*.mpg), gambar a merupakan video terenkripsi yang digunakan sebagai plainteks pada proses dekripsi. Gambar b merupakan output video hasil dekripsi.

(a) Video asli (trap.mpg) (b) video terenkripsi (trap1.mpg)

Gambar 5.19 percobaan ke-19 dengan video berformat MPEG-1(*.mpg), gambar a merupakan video terenkripsi yang digunakan sebagai plainteks pada proses dekripsi. Gambar b merupakan output video hasil dekripsi.


(84)

(c) video asli (autobott.mpg) (d) video terenkripsi (autobott1.mpg)

Gambar 5.20 percobaan ke-20 dengan video berformat MPEG-1(*.mpg), gambar a merupakan video terenkripsi yang digunakan sebagai plainteks pada proses dekripsi. Gambar b merupakan output video hasil dekripsi.

(c) video asli (pichip.mpg) (d) video asli (pichip1.mpg)

Gambar 5.21 percobaan ke-21 dengan video berformat MPEG-1(*.mpg), gambar a merupakan video terenkripsi yang digunakan sebagai plainteks pada proses dekripsi. Gambar b merupakan output video hasil dekripsi.


(85)

(c) video asli (pasta.mpg) (d) video terenkripsi (pasta1.mpg)

Gambar 5.22 percobaan ke-22 dengan video berformat MPEG-1(*.mpg), gambar a merupakan video terenkripsi yang digunakan sebagai plainteks pada proses dekripsi. Gambar b merupakan output video hasil dekripsi.

Hasil dari perancangan dan implementasi algoritma VEA (Video Encryption Algorithm) untuk keamanan data pada file multimedia. Dengan menggunakan metode tersebut diatas dengan video terenkripsi sebanyak 11 dengan format MPEG-1(*.mpg). menghasilkan output yang sesuai dengan harapan pada proses dekripsi VEA. Dengan syarat kunci yang digunakan harus sama pada saat proses enkripsi. Maka hasil yang diperoleh adalah sebuah file video baru terdekripsi dengan format yang sama dengan file video sebelum dienkripsi atau kembali sperti video aslinya tanpa cacat sedikitpun apabila dijalankan di mediaplayer.


(1)

Untuk perhitungan lamanya waktu proses baik pada saat enkripsi maupun dekripsi ialah ditentukan oleh panjangnya file dalam skala byte dari video yang akan dijadikan inputan. Perbandingan antara waktu proses dengan panjang byte dalam proses enkripsi ialah dalam 60 detik dapat melakukan proses X-OR sebanyak 5.000.000 byte, sehingga apabila panjang filesizenya sekitar 2.400.000 byte maka dibutuhkan waktu sekitar 285 detik atau 4.45 detik untuk melakukan proses enkripsi ataupun proses dekripsi. Sedangkan durasi video tidak bisa dijadikan sebuah patokan karena filesize ditentukan oleh kualitas dari video itu, semakin bagus kualitas gambarnya maka semakin besar pula ukuran filenya.

5.6 Evaluasi

Hasil evaluasi dari uji coba perancangan dan implementasi algoritma VEA (Video Encryption Algorithm) untuk keamanan data pada video MPEG. bahwa

aplikasi yang telah dibuat dapat berjalan dengan baik sesuai dengan fungsinya baik pada saat proses enkripsi ataupun proses dekripsi file video. Output dari video terenkripsi menghasilkan video yang kabur atau acak dan berbeda dengan video aslinya. Walaupun secara garis besar ada beberapa frame yang masih utuh di detik-detik awal. Hal itu disebabkan Karena proses enkripsi dan penerapan fungsi XOR tidak dilakukan pada semua byte video. Supaya file header dari video tidak ikut terenkripsi dan hasilnya masih bisa dikenali sebagai file video. Proses enkripsi maupun dekripsi dengan metode VEA (Video Encryption Algorithm) pada video MPEG menghasilkan output yang sesuai dengan yang diharapkan dan dapat diimplementasikan dengan baik.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :


(2)

(3)

BAB VI

PENUTUP

6.1 KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan dan evaluasi bab-bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Proses pemberian kunci pada fase enkripsi dan dekripsi bisa dilakukan dengan menginputkan angka, huruf, serta kombinasi angka dan huruf.

2. Penggunaan chipertext pada penerapan VEA (Video Encryption Algorithm) membuat berkas video MPEG hasil enkripsi semakin sulit untuk dipecahkan.

3. Penerapan dan implementasi algoritma VEA bertujuan untuk mengamankan video yang dianggap tidak layak untuk dilihat oleh masyarakat yang didalamnya terdapat unsur pornografi, sara, dan kekerasan serta perlindungan terhadap hak cipta atau karya seseorang.

4. Video asli (plainteks) digunakan sebagai data masukan pada proses enkripsi. Video terenkripsi (cipherteks) merupakan video hasil enkripsi yang dapat digunakan sebagai masukan pada proses dekripsi.

5. Implementasi VEA (Video Encryption Algorithm) pada file multimedia dapat meningkatkan keamanan tanpa mengubah struktur dari video tersebut. Video hasil enkripsi merupakan video yang memiliki format yang sama.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :


(4)

6.2 SARAN.

Berikut ini adalah saran – saran untuk pengembangan lebih lanjut terhadap penelitian skripsi ini :

1. Untuk kedepannya diharapkan dapat dilakukan implementasi enkripsi video pada semua file multimedia dengan memanfaatkan algoritma metode enkripsi video yang lainnya.

2. Untuk selanjutnya agar proses kriptografi data pada file video dapat semakin berkembang hendaknya implementasi enkripsi dan dekripsi pada file video dimulai dari detik pertama supaya lebih aman dan terjaga kerahasiannya.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

[1]

Ariyus, Dony.2008.Pengantar Ilmu Kriptografi : teori, analisis dan implementasi. Yogyakarta : ANDI.

[2]

Munir, Rinaldi. 2006. Kriptografi. Cetakan Pertama. Bandung : Informatika Bandung.

[3]

Astrianto Stefanus.

www.informatika.org/~rinaldi/Kriptografi/2007-2008/Makalah1/ MakalahIF5054-2007-A-062.pdf. 12 Mei 2009. Jam 11.20 WIB. [4]

Tessa Ramsky

“Perangkat Lunak Enkripsi Video MPEG-1 dengan Modifikasi Video EncryptionAlgorithm” www.informatika.org/~rinaldi/.../makalahTA %20Tessa%20Ramsky. 15 februari 2011, 13.45 WIB.

[5]

Kakaq, 2007

“Sejarah pemrograman java netbeans 6.8”, www.javastudy. wordpress.com/20075/sejarah-netbeans , 12 Maret 2011, 15.36 WIB. [6]

Dian intiana savitri

“Perancangan dan Implementasi Modifikasi Algoritma VEA ( Video Encryption Algorithm ) untuk VideoStreaming.”

www.pdfreference.com/Perancangan-dan-Implementasi-Modifikasi-Algoritma-VEA,20 Januari 2011, 09.30 WIB [7]

Henry candra

“Video MPEG” blog.trisakti.ac.id/jetri/files/2010/02/1.2.5henry.pdf. 18 April 2011, 09.30 WIB.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :


(6)