ISI - Solusi Alternatif guna Mengurangi Anak Putus Sekolah Wajib belajar 9 Tahun

(1)

1

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur ke hadirat Allah SWT akhirnya tugas karya tulis ilmiah berjudul “Solusi Alternatifguna Mengurangi Anak Putus Sekolah Wajibbelajar 9 Tahun” ini dapat kami seleseikan tepat pada waktunya.

Tak lupa kami ucapkan terimakasih kepada berbagai pihak, terutama dosen mata kuliah Problematika Pendidikan Luar Sekolah dan kepada teman-teman konsentrasi pemberdayaan masyarakat yang telah banyak membantu dalam penyeleseian tugas makalah ini. Mengingat kekurangan yang ada dalam makalah ini kami mengharap kritik dan saran yang membangun untuk menyempurnakannya.

Dengan adanya karya tulis ilmiah ini, kami mengharapkan dapat menjadi bahan diskusi yang dapat menambah wawasan mahasiswa maupun dosen.


(2)

2

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Pendidikan merupakan tiang pucang kebudayaan dan fondasi utama untuk membangun peradaban sebuah bangsa. Arti penting kesadaran pendidikan menentukan kualitas kesejahteraan sosial lahir batin masa depan. Pendidikan memiliki peranan strategis menyiapkan generasi berkualitas untuk kepentingan masa depan.

“Pendidikan sebagai salah satu kunci penting dalam proses perkembangan untuk memajukan suatu bangsa dapat dikatakan demikian manakala tingkat pendidikan suatu negara dikatakan tinggi, setidaknya peradaban dan pola pikir masyarakat di negara

tersebut haruslah tinggi pula”1.

Dirasakan atau tidak, pendidikan merupakan faktor penting dalam memartabatkan negara maupun meningkatkan kemajuan secara majemuk sebuah negara. Tanpa pendidikan, kemajuan sebuah bangsa akan semakin pudar tergerus oleh maraknya perkembangan zaman yang menuntut pemahaman keilmuan yang satu-satunya jalan adalah dengan meningkatkan taraf pendidikan tersebut.

Rendahnya tingkat dan kesadaran akan pentingnya pendidikan di Indonesia merupakan pekerjaan rumah yang tidak mudah bagi pemerintah guna memajukan peradaban dan tingkat kehidupan yang lebih baik dan mandiri. Rendahnya tingkat pendidikan di Indonesia mendorong timbulnya berbagai permasalahan sosial yang kian hari semakin meresahkan bangsa Indonesia. Salah satu faktor yang dapat menjadi tolak ukur rendahnya tingkat pendidikan di Indonesia adalah tingginya angka putus sekolah anak usia produktif (usia sekolah). Selain tingginya angka putus sekolah, rendahnya minat anak bahkan orang tua untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi dirasakan masih sangat kurang. Adapun satu hal pokok di atas dapat menjadi satu alasan betapa rendahnya tingkat pendidikan di Indonesia yang memang bila ditelaah lebih mendalam bukan hanya pemerintah saja yang perlu berpikir jauh, namun masyarakat dan tentunya para orang tua harus memahami benar betapa pentingnya pendidikan

1


(3)

3

untuk bekal hidup maupun sebagai anggota dalam sistem tatanan masyarakat yang berbangsa dan bernegara.

Kelangsungan hidup bangsa kedepan berada ditangan anak-anak dimasa sekarang. Jika menginginkan kesenangan dimasa yang akan datang maka anak juga memperoleh haknya dimasa sekarang. Misalnya tempat bermain, pendidikan, jaminan kesehatan, dan lain sebagainya. Sebagai perwujudan rasa tanggung jawab terhadap kelangsungan hidup bangsa. Anak merupakan bagian dari generasi muda, penerus cita-cita, dan perjuangan bangsa. Disamping itu, anak merupakan sumber daya manusia yang perlu mendapatkan perhatian dan perlindungan dari berbagai ancaman dan gangguan agar supaya hak-haknya tidak terabaikan.2..

Pada kenyataan dimasyarakat tidak semua kebutuhan untuk anak terpenuhi. Salah satunya dibidang pendidikan. di dalam pendidikan Terdapat banyak anak putus sekolah (formal). Keadaan lingkungan yang kurang mendukung, ekonomi, geografi, sosial ekonomi menjadi faktor penyebab anak putus sekolah. Putus sekolah bukan merupakan salah satu permasalahan pendidikan yang tak pernah berakhir. Masalah ini telah berakar dan sulit untuk dipecahkan.

Data Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Departemen Pendidikan Nasional menunjukkan jumlah anak putus sekolah di Indonesia terus meningkat setiap tahunnya. Pada tahun 2006 jumlahnya 899.786 anak. Setahun kemudian bertambah sekitar 20 % menjadi 899.986 anak. dari jumlah penduduk kelompok sekolah yang bersekolah 55,318,077 anak.

Upaya pencegahan dilakukan pemerintah. Diantaranya dengan Mengamati, memperhatikan permasalahan-permasalahan anak. permasalahan anak secara internal mencangkup Tidak ada motivasi diri, Malas untuk pergi sekolah karena merasa minder, Tidak dapat bersosialisasi dengan lingkungan sekolahnya. Menyadarkan orang tua tentang pentingnya pendidikan demi menjamin masa depan anak serta memberikan motivasi belajar kepada anak.

Motivasi merupakan keadaan internal seseorang yang mendorong orang tersebut untuk

melakukan sesuatu. Tidak hanya itu, motivasi juga berkaitan dengan dengan keseimbangan

atau equilibrium yaitu upaya untuk dapat membuat diri memadai dalam menjalani hidup3.

2

Sri Sugiharti. 2005. Penjajagan Kebutuhan Tentang Pemenuhan Hak Anak di Dusun V Peranti Desa Gadingharjo Kecamatan Sanden Kabupaten Bantul DIY. Yogyakarta : Balitbang BKKBN DIY

3


(4)

4

Pembelajaran akan bisa berjalan lancar jika diiringi motivasi yang berkelanjutan. Memberikan motivasi secara bertahap dan terus-menerus sangat diperlukan. Penekanan ini ditujukan untuk orang tua. Orang tua bertanggung jawab penuh atas kebutuhan yang diperlukan oleh anak. untuk mengembangkan anak, membutuhkan partisipasi secara menyeluruh dari orang tua. Karena dengan adanya partisipasi orang tua untuk memberikan dorongan belajar anak, akan menumbuhkan semangat belajar.

Karya ilmiah ini berjudul “Solusi alternatif guna mengurangi anak putus sekolah wajib belajar 9 tahun” judul ini signifikan untuk dibahas karena melihat permasalahan belum tuntasnya putus sekolah di Negara ini. Peran pendidikan luar sekolah sangat diperlukan. Untuk membantu menyeleseikan masalah putus sekolah.

B.Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan karya tulis ilmiah yaitu :

1. Memaparkan konsep dan penyebab anak putus sekolah

2. Menyajikan alternatif solusi dan konsep solusi penanggulangan anak putus sekolah

C.Rumusan Masalah

Berdasarkan latarbelakang dan tujuan penulisan dapat dirumuskan masalah sebagai berikut : 1. Pengertian Pendidikan dan anak putus sekolah

2. Hak-hak anak

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi anak putus sekolah dan Dampaknya pada anak putus sekolah


(5)

5

BAB II PEMBAHASAN

A.Pengertian Pendidikan dan Anak Putus Sekolah

Manusia pada hakekatnya adalah makluk yang dapat dididik. Disamping itu menurut lengeveld manusia itu adalah animal educandum artinya manusia itu pada hakekatnya adalah makluk yang harus dididik, dan educandus artinya manusia adalah makluk yang bukan hanya harus dididik dan dapat dididik tetapi juga dapat mendidik4. Dari kedua istilah tersebut dijelaskan bahwa pendidikan itu merupakan keharusan mutlak pada manusia atau pendidikan itu merupakan gejala yang layak dan sepatutnya ada pada manusia. Menurut UU No. 20 Tahun 2003 Tentang SISDIKNAS :

“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,

bangsa, dan negara”5.

Pengertian tersebut, pendidikan merupakan upaya yang terorganisir. memiliki makna bahwa pendidikan dilakukan oleh usaha sadar manusia dengan dasar dan tujuan yang jelas. ada tahapannya dan ada komitmen bersama didalam proses pendidikan itu. Berencana mengandung arti bahwa pendidikan itu direncanakan sebelumnya, dengan suatu proses perhitungan yang matang dan berbagai sistem pendukung yang disiapkan. Berlangsung kontinyu artinya pendidikan itu terus menerus sepanjang hayat. Selama manusia hidup proses pendidikan itu akan tetap dibutuhkan. Pengertian pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara dalam Suwarno yaitu : “Pendidikan umumnya berarti daya upaya untuk mewujudkan perkembangan budi

pekerti (kekuatan batin), pikiran (intelek), dan jasmani anak, menuju kearah

menuju kedewasaan dalam arti kesempurnaan hidup yakni kehidupan dan penghidupan

anak-anak yang selaras dengan alamnya dan masyarakat”6.

4

Langeveld, Dr. M.J.,beknopte Theoretische paedagogiek, Terjemahan oleh FIP IKIP Bandung

5

UU No. 20 Tahun 2003 Tentang SISDIKNAS

6


(6)

6

Konsep fikiran pedidikan Ki Hajar Dewantara diharapkan mampu memberikan wacana bahwa pendidikan selaras. Selaras disini, ilmu yang diperoleh nantinya dapat diaplikasikan dalam kehidupan nyata di masyarakat dan lingkungan.

“Garis-garis Besar Haluan Negara 1978 menyatakan bahwa, pendidikan nasional berdasarkan atas pancasila dan bertujuan untuk meningkatkan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Mahaesa, kecerdasan, ketrampilan, mempertinggi budi pekerti, memperkuat kepribadian, dan mempertebal semangat kebangsaan agar dapat menumbuhkan manusia-manusia yang dapat membangun dirinya sendiri serta

bersama-sama bertanggung jawab atas pembangunan Negara7”.

Jadi menurut GBHN, tujuan pendidikan ada 4 yaitu pengembangan pribadi, pengembangan warga Negara, pengembangan kebudayaan, dan pengembangan bangsa8. Pengembangan pribadi meliputi pengembangan mental, spiritual. Pengembangan warga Negara lebih cenderung pada kesempatan memperoleh fasilitas pendidikan yang layak, pengembangan kebudayaan mencangkup pelestarian kebudayaan yang ada di Indonesia karena di Indonesia terdapat berbagai macam budaya dan suku, pengembangan bangsa kearah pembangunan secara fisik layanan kesehatan, fasilitas publik.

Wajib belajar merupakan salah satu program yang gencar digalakkan oleh Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas). Program ini mewajibkan setiap warga negara Indonesia untuk bersekolah selama 9 (sembilan) tahun pada jenjang pendidikan dasar, yaitu dari tingkat kelas 1 Sekolah Dasar (SD) atau Madrasah Ibtidaiyah (MI) hingga kelas 9 Sekolah Menengah Pertama (SMP) atau Madrasah Tsanawiyah (MTs)9.

Program pendidikan wajib belajar 9 tahun10, pada hakekatnya berfungsi memberikan pendidikan dasar setiap warganegara agar masing-masing memperoleh sekurang-kurangnya pengetahuan dan kemampuan dasar yang diperlukan untuk dapat berperan serta dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Dalam konteks pembangunan nasional wajib belajar 9

7

Tap.II/MPR/1983 tentang GBHN

8

Mardiatmadja B.S. 1986. Tantangan Dunia Pendidikan. Yogyakarta: Kanisius

9

Wajib Belajar 9 Tahun, <URL:http://id.wikipedia.org/wiki/Wajib_Belajar> (akses 01-04-11) 10

Gerakan pendidikan wajib belajar sebagai suatu gerakan secara nasional dan sekaligus sebagai bagian tak terpisahkan dari pembangunan nasional dimulai sejak Pelita IV. Pada hari pendidikan nasional tanggal 2 Mei 1984 secara resmi Presideen Suharto mencanangkan dimulainya pelaksanaan dan penyelenggaraan pendidikan wajib belajar. Pada tahap ini penyelenggaraan pendidikan wajib belajar masih terbatas pada tingkat Sekolah Dasar (SD). Berbeda dengan pendidikan wajib belajar tahun 1950, maka pendidikan wajib belajar tahun 1984 ini lebih diarahkan kepada, anak-anak usla, 7-12 tahun.


(7)

7

tahun adalah suatu usaha yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia agar memiliki kemampuan untuk memahami dunia, mampu menyesuaikan diri dengan perubahan, mapun meningkatkan kualitas hidup dan martabatnya, dan wajib belajar diartikan sebagai pemberian kesempatan belajar seluas-luasnya kepada kelompok usia sekolah untuk mengikuti pendidikan dasar tersebut.

Penetapan umur untuk anak disetiap Negara dan bidang kegiatan berbeda menurut kepentingan masing-masing. Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan11.

Dilain sisi pelaksanaan pendidikan wajib belajar 9 tahun diwarnai permasalahan. Yaitu banyaknya anak putus sekolah. Putus sekolah adalah proses berhentinya siswa secara terpaksa dari suatu lembaga pendidikan tempat dia belajar. Pembelajaran yang dilakukan disekolah formal. Istilah putus sekolah dimaksudkan untuk semua anak yang tidak menyeleseikan pendidikan 6 tahun sekolah dasar dan mereka yang tidak memiliki ijazah SD12. Menurut Undang – Undang nomor 23 tahun 2002 bahwa anak terlantar yakni anak yang kebutuhannya tidak terpenuhi secara wajar, baik kebutuhan fisik, mental, spiritual maupun sosial. Kebutuhan fisik meliputi pakaian, tempat tinggal, makan. Kebutuhan mental meliputi dorongan motivasi dari orang tua, teman, saudara. Sedangkan spiritual dapat melakukan ibadah sesuai dengan agama yang dipeluk.

Berikut ini adalah data anak putus sekolah di Indonesia tahun 2006/2007 :

Jumlah Anak Putus Sekolah Dan

Lulusan Tidak Melanjutkan Sekolah di Indonesia

No Uraian SD+MI SMP+MTs

2 Putus Sekolah :

Jumlah 640,445 259,341

11

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak BAB I Pasal 1 ayat 1

12

Muclisoh.1998. Beberapa Penyebab Murid Mengulang Kelas, putus sekolah dan melanjud sekolah dari SD ke SLTP. Jakarta:CPCU


(8)

8 3 Lulusan Tidak Melanjutkan Sekolah:

Jumlah 183,782 591,413

Sumber : Departemen Pendidikan Nasional Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Statistik Pendidikan

Jumlah Keseluruhan Penduduk Usia Sekolah, Bersekolah, Dan Tidak/Belum Bersekolah

Penduduk Kelompok Sekolah Penduduk Bersekolah Tidak/Belum

Bersekolah a. 0-6 tahun

b. 7-12 tahun c. 13-15 tahun d. 16-18 tahun e. 19-24 tahun

28,344,300 26,074,706 12,971,116 12,830,462 22,484,900 6,594,086 26,015,842 11,019,242 7,325,188 4,363,719 21,750,214 58,864 1,951,874 5,505,274 18,121,181

Jumlah 0-18 tahun 80,220,584 55,318,077 24,902,507

Sumber : Departemen Pendidikan Nasional Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Statistik Pendidikan

Dari data diatas dapat di deskripsikan bahwa darei jumlah total penduduk sekolah yang bersekolah (55,318,077) terdapat anak putus sekolah SD/MI (640,445) dan SMP/MTs (259,341). sedangkan untuk lulusan yang tidak melanjutkan sekolah SD/MI (183,782) SMP/MTs (591,413). Dapat disimpulkan angka putus sekolah sangat rawan ditingkat sekolah SD/MI dan angka rawan tidak melanjutkan sekolah kejenjang sekolah tingkat atas adalah SMP/MTs.

Peningkatan ini memerlukan penanganan serius agar dapat menekan angka putus sekolah. Pada akhirnya dapat tercipta pendidikan yang sesuai harapan anak. Pendidikan itu tanggung jawab semua masyarakat, bukan hanya tanggung jawab sekolah. Konsekuensinya semua warga negara memiliki kewajiban moral untuk menyelamatkan pendidikan. Sehingga ketika ada anggota masyarakat yang tidak bisa sekolah hanya karena tidak punya uang, maka masyarakat yang kaya atau tergolong sejahtera memiliki kewajiban moral untuk menjadi orang tua asuh bagi kelangsungan sekolah anak yang putus sekolah.

Pendidikan itu dimulai dari keluarga. Paradigma ini penting untuk dimiliki oleh seluruh orang tua untuk membentuk karakter manusia masa depan bangsa ini. Keluarga adalah lingkungan yang paling pertama dan utama dirasakan oleh seorang anak, bahkan sejak masih


(9)

9

dalam kandungan. Karena itu pendidikan di keluarga yang mencerahkan dan mampu membentuk karakter anak yang soleh dan kreatif adalah modal penting bagi kesuksesan anak di masa – masa selanjutnya.

B.Hak-Hak Anak

Anak dilahirkan merdeka, tidak boleh dilenyapkan atau dihilangkan, tetapi kemerdekaan anak harus dilindungi dan diperluas dalam hal mendapatkan hak atas hidup dan hak perlindungan baik dari orang tua, keluarga, masyarakat. Bangsa dan Negara. Perlindungan anak tersebut berkaitan erat untuk mendapatkan hak asasi mutlak, mendasar dan tidak boleh dikurangi satupun atau mengorbankan hak yang lainnya untuk mendapatkan hak lain, sehingga anak tersebut akan mendapatkan hak-haknya sebagai manusia seutuhnya bila menginjak dewasa. Dengan demikian jika anak telah menjadi dewasa, maka anak tersebut akan mengetahui dan memahami mengenai hak dan kewajiban terhadap keluarga, masyarakat, bangsa, dan Negara.

“Pertumbuhan dan perkembangan secara wajar bagi anak memiliki makna yang besar karena dalam pengertian itu terpaut masalah pokok anak. Kesejahteraan anak lazimnya berhubungan dengan:

a. Pemenuhan Kebutuhan yang bersifat rohaniah bagi anak sehubungan dengan

pertumbuhan dan perkembangannya secara wajar melalui asuhan keluarga atau asuhan orang tuanya sendiri. Misalnya: kesempatan mempereoleh pendidikan, rekreasi dan bermain, serta sosialisasi pada umumnya.

b. Pemenuhan kebutuhan yang bersifat jasmaniah (fisik) seperti: cukup gizi,

pemeliharaan kesehatan, dan kebutuhan fisik lainnya.

c. Santunan atau peningkatan kemampuan berfungsi sosial bagi anak-anak miskin,

terlantar, cacat dan yang mengalami masalah perebedaan perilaku”13.

Pemenuhan kebutuhan anak membuat komitmen atas hak asasi seorang anak. Hak asasi anak adalah hak asasi manusia plus dalam arti kata harus mendapatkan perhatian perhatian khusus dalam memberikan perlindungan agar anak yang baru lahir, tumbuh, dan berkembang mendapat hak asasi manusia secara utuh. Hak asasi manusia meliputi semua yang dibutuhkan untuk pembangunan manusia seutuhnya dan hukum positif mendukung pranata sosial yang

13


(10)

10

dibutuhkan untuk pembangunan seutuhnya tersebut. Pembangunan manusia seutuhnya suatu melalui proses evolusi berkesinambungan yang disebabkan oleh kesadaran diri manusia, yang lebih penting dari proses itu sendiri adalah suatu aktualisasi dari potensi manusia seperti yang terdapat pada individu dan komunitasnya.

“Pengertian hak asasi manusia adalah hak dari setiap manusia yang dibutuhkan untuk pembangunan manusia seutuhnya. Hukum positif adalah pranata sosial yang

dibutuhkan oleh semua manusia untuk melaksanakan hak-hak asasi manusia14.”

Kebiasaan mendahulukan kepentingan anak timbul dari seleksi kepentingan dan keserasian kelompok didalam suatu evolusi biologis berlanjut pada bentuk yang lebih luhur dalam pembangunan manusia seutuhnya. Sifat mendahulukan kepentingan anak adalah tingkah laku alamiah. Hal ini menunjukkan suatu korelasi antara tingkah laku yang bekerja sama dengan kerhidupan bergotong-royong. Dimasyarakat yang homogen pada satu sisi dengan kebiasaan atau tingkah laku mementingkan diri sendiri atau persaingan dalam masyarakat hitereogen (perkotaan) dan masyarakat industri disisi lain.

Kebangkitan kesadaran diri dari sesuatu yang didalamnya terdapat proses yang evolusioner. Proses evolusioner dapat mernimbulkan beraneka ragam kebutuhan-kebutuhan baru dan dimensi baru tentang kebutuhan-kebutuhan lama. Sehingga pada gilirannya menciptakan kondisi bagi suatu bentuk baru pembangunan manusia seutuhnya. Pembangunan yang diterapkan pada masyarakat miskin . kegiatan pembangunan ini dilakukan dalam rangka untuk memberikan jaminan dan perlindungan anak. pertumbuhan dan perkermbangan anak sampai menjadi orang dewasa. Mengutamakan pembangunan terhadap hak-hak asasi manusia akan membantu memperjuangkan hak anak. tidak hanya jaminan anak, perlindungan anak, dan ketaatan menjalankan hak asasi tersebut tetapi juga pada proses pembangunan yang diutamakan bagi pertumbuhan dan perkembangan anak.

Hak dan kewajiban anak tertuang dalam UU Perlindungan anak :

“Setiap anak berhak untuk dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara wajar sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan

dari kekerasan dan diskriminasi(4). Setiap anak berhak atas suatu nama sebagai

identitas diri dan status kewarganegaraan(5). Setiap anak berhak untuk beribadah

14


(11)

11

menurut agamanya, berpikir, dan berekspresi sesuai dengan tingkat kecerdasan

dan usianya, dalam bimbingan orang tua(6). Setiap anak berhak untuk mengetahui

orang tuanya, dibesarkan, dan diasuh oleh orang tuanya sendiri(7 ayat 1).Setiap anak

berhak memperoleh pelayanan kesehatan dan jaminan sosial sesuai dengan

kebutuhan fisik, mental, spiritual, dan sosial(8). Setiap anak berhak

memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan

pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakatnya(9

ayat 1). khusus bagi anak yang menyandang cacat juga berhak memperoleh

pendidikan luar biasa, sedangkan bagi anak yang memiliki keunggulan juga

berhak mendapatkan pendidikan khusus (9 ayat 2)”15.

Dalam ringkasan undang-undang diatas, orang tua juga memiliki andil dalam pendidikan anak. hak-hak anak akan dapat diperjuangkan secara maksimal jika orang tua berpartisipasi memperjuangkannya. Akhirnya dasaran akan hak anak bisa diperoleh untuk kehidupan yang lebih baik.

“Dalam konsep O’manique, menyusun sebuah daftar tentang krebutuhan-kebutuhan fundamental bagi permbangunan manusia seutuhnya, yaitu : pangan, perlindungan, lingkungan fisik yang tidak terancam, keamanan, kesehatan, ilmu pengetahuan, pekerjaan, kebebasan berpikir, kebebasan berekspresi, kebebasan berkumpul atau

berserikat, dan menentukan nasib sendiri16”.

kerbutuhan-kerbutuhan fundamental tersebut merupakan kerbutuhan mutlak bagi pertumbuhan dan perkembangan anak untuk menjadi manusia seutuhnya sebagai orang dewasa yang mempunyai tanggung jawab masa depan keluarga, masyarakat, bangsa, dan Negara secara mandiri dengan melaksanakan pembangunan hak asasi manusia yang saling mendukung.

Diantara konsep O’manique terdapat bagian tentang pembangunan manusia dalam bidang ilmu pengetahuan, garapan ini bersinggungan langsung dengan pendidikan. Pendidikan merupakan hak yang sangat fundamental bagi anak. Hak wajib dipenuhi dengan kerjasama paling tidak dari orang tua siswa, lembaga pendidikan, dan pemerintah. Pendidikan akan mampu

15

Undang-Undang Perlindungan Anak op.cit. BAB III Hak dan Kewajiban anak Pasal 4, 5 ,6, 7 (ayat 1), 8, 9 (ayat 1, 2)

16


(12)

12

terealisasi jika semua komponen yaitu orang tua, lembaga masyarakat, pendidikan dan pemerintah bersedia menunjang jalannya pendidikan.

C.Faktor penyebab anak putus sekolah dan Dampaknya pada anak putus sekolah

Berdasarkan penelitian tentang anak putus sekolah di Kecamatan Jangka Kabupaten Bireuen, Madura dan Sumatera Selatan17. ditemukan penyebab anak putus sekolah adalah dari faktor geografis, sosial budaya, dan ekonomi. faktor sosial budaya antara lain motivasi rendah, menjaga adik, malu, tidak naik kelas, nikah muda. Dari faktor geografis antara lain daerah perbukitan dan jarak sekolah yang jauh dari rumah. Dari faktor ekonomi antara lain tidak ada biaya, bekerja, membantu orang tua. Namun untuk masing-masing wilayah tersebut terdapat perbedaan mengenai faktor mana yang paling dominan. Hal ini tergantung dari kondisi wilayah dan penduduk di wilayah tersebut.

Penyebab anak putus sekolah digolongkan dalam dua kategori yaitu18 : 1. Faktor internal

a. Tidak ada motivasi diri

“Motivasi adalah daya dorong yang mengakibatkan seorang mau dan rela untuk mengerahkan kemampuan dalam bentuk keahlian atau ketrampilan, tenaga, dan waktunya untuk menyelenggarakan berbagai kegiatan yang menjadi

tanggung jawabnya”19.

Dari kutipan tersebut manusia memerlukan daya dorong agar tetap semangat dalam belajar. Berbeda dengan anak putus sekolah, motivasi justru rendah dan tidak ada dorongan dari luar maupun dari dalam diri sendiri untuk membangkitkan motivasinya. b. Malas untuk pergi sekolah karena merasa minder

Sifat malas ini muncul karena perasaan minder yang diderita oleh si anak. minder tidak bisa menyesuaikan dengan kemampuan siswa yang lain dan minder karena ejekan.

c. Tidak dapat bersosialisasi dengan lingkungan sekolahnya

17

A. Alifianto, 2008, Kuliah Kerja Nyata Wajib Belajar 9 Tahun, <URL:http://www.pewartakabarindonesia. blogspot.com/> ( Akses 24-02-2011)

18

http://makalahcentre.blogspot.com/2011/01/anak-putus-sekolah.html (Akses 24-02-2011)

19


(13)

13

Pada saat anak bersekolah akan selalu berinteraksi dengan siswa lain, menjalin komunikasi, berteman, bercanda bersama. Dalam cara komunikasi siswa memiliki ketrampilan yang bermacam-macam tergantung pada kecakapan berbicara pada lawan bicara. Lingkungan keluarga sangat mempengaruhi sosialisasi anak di dunia sekolah. 2. Faktor eksternal :

a. Keadaan ekonomi keluarga

Ekonomi keluarga yang kurang mendukung cenderung timbul berbagai masalah yang berkaitan dengan pembiayaan hidup anak, sehingga anak sering dilibatkan bekerja untuk membantu memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga. Kegiatan bekerja yang berlebihan oleh anak menyita konsentrasi anak sehingga mengganggu kegiatan belajar dan kesulitan mengikuti pelajaran di sekolah.

b. Hubungan orang tua kurang harmonis

Hubungan keluarga tidak harmonis dapat berupa perceraian orang tua, hubungan antar keluarga tidak saling peduli, keadaan ini merupakan dasar anak mengalami permasalahan uyang serius dan hambatan dalam pendidikannya sehingga mengakibatkan anak mengalami putus sekolah.

c. Perhatian orang tua yang kurang peduli pada anak

Kurangnya perhatian orang tua cenderung akan menimbulkan berbagai masalah. Makin besar anak perhatian orang tua makin diperlukan , dengan cara dan variasi dan sesuai kemampuan. Kenakalan anak adalah salah satu penyebabnya adalah kurangnya perhatian orang tua.

Akibat yang disebabkan anak putus sekolah adalah kenakalan remaja, tawuran, kebut-kebutan di jalan raya, minum–minuman keras dan perkelahian. Hal ini apabila tidak segera mendapat perhatian dan penanganan secara serius bisa merebak ketindakan kriminal lainnya yang akan merusak generasi bangsa.

D.Peran Pendidik Luar Sekolah Dalam Mengatasi Anak Putus Sekolah

1. Pengertian Pendidikan Luar Sekolah dan bidang garapan pendidikan luar sekolah

Abad terkhir ini, kemajuan bidang pendidikan mencapai puncaknya dengan timbulnya konsepsi pendidikan baru yang berbeda dengan konsep pendidikan yang sudah


(14)

14

ada dan telah lama berlangsung. Dalam konsepsi tersebut diketengahkan tentang pendidikan luar sekolah yang merupakan sistem baru dalam dunia pendidikan.

Jalur pendidikan terdiri atas pendidikan formal, nonformal, dan informal20. pendidikan formal kebalikan dari pendidikan nonformal yaitu pendidikan yang dilaksanakan terstruktur dan berjenjang. Pendidikan informal adalah pendidikan yang diperoleh seseorang dari pengalaman sehari-hari dengan sadar atau tidak sadar, sejak seseorang lahir sampai mati, didalam keluarga, dalam pekerjaan atau pengalaman sehari-hari21. Pendidikan formal Pendidikan luar sekolah atau Pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang22.

”Menurut Hamojoyo dalam Mustofa Kamil, Pendidikan nonformal adalah usaha yang terorganisir secara sistematis dan kontinyu di luar sistem persekolahan melalui hubungan sosial untuk membimbing individu, kelompok, dan masyarakat agar memiliki sikap dan cita-cita sosial (yang efektif) guna meningkatkan taraf hidup di bidang materiil, sosial, dan mental dalam rangka usaha mewujudkan

kesejahteraan sosial”23.

Pendidikan luar sekolah dilakukan guna memenuhi kebutuhan masyarakat (diluar sistem pendidikan formal). Output yang dihasilkan dari proses pendidikan luar sekolah dapat diaplikasikan. Diaplikasikan untuk menunjang proses kehidupan sosial di masyarakat.

Hasil pendidikan nonformal dapat dihargai setara dengan hasil program pendidikan formal setelah melalui proses penilaian penyetaraan oleh lembaga yang ditunjuk oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah dengan mengacu pada standar nasional pendidikan. Pendidikan nonformal diselenggarakan bagi warga masyarakat yang memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti, penambah, dan/atau pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat24.

20

Undang-undang SISDIKNAS, op.cid, BAB VI Pasal 13 ayat 1

21

sulaiman Joesoep.2004.Konsep Dasar Pendidikan Luar Sekolah.Jakarta: Bumi Raya hal 73

22

http://id.wikipedia.org/wiki/Pendidikan_nonformal (Akses 23-02-2011)

23

Hamojoyo dalam Mustofa Kamil. Pendidikan Nonformal—pengembangan melalui pusat kegiatan belajar masyarakat (PKBM) di Indonesia (Bandung: Alfabeta, 2009), hh. 13 – 14.

24


(15)

15

Satuan pendidikan nonformal terdiri atas lembaga kursus, lembaga pelatihan kelompok belajar, pusat kegiatan belajar masyarakat, dan majelis taklim serta satuan pendidikan yang sejenis25. Kursus dan pelatihan diselenggarakan bekal ketrampilan dan kecakapan hidup, dan untuk mengembangkan diri. Pembangunan pendidikan, membangun sumber daya manusia dari yang belum terdidik menjadi berpendidikan, yang sudah berpendidikan ditingkatkan kualitas pendidikannya, atau dari yang mempunyai pendidikan umum diarahkan pada pendidikan keahlian atau ketrampilan tertentu untuk mendorong terciptanya kemandirian dalam berusaha. Pada kenyataan yang ada di lapangan, lembaga pendidikan nonformal muncul dan berkembang oleh unsur kebutuhan akan pentingnya pendidikan dan pengetahuan yang kian pesat dan kompleks. Pendidikan nonformal muncul oleh karena pada jalur pendidikan formal beberapa komponen atau jenis program yang dibutuhkan di lapangan masih belum terpenuhi sehingga sebagai unsur komplementer, pendidikan nonformal mutlak diperlukan.

“Program Pendidikan Nonformal (PNF) diarahkan untuk memberikan pelayanan pendidikan (dalam rangka pemeratan dan percepatan wajib belajar pendidikan dasar) kepada masyarakat yang belum sekolah, putus sekolah dan buta aksara, agar memiliki kemampuan untuk mengembangkan potensi diri dengan penekanan pada penguasaan

pengetahuan, ketrampilan dan sikap kepribadian mandiri”26.

Program Pendidikan Nonformal (PNF) diarahkan untuk memberikan pelayanan pendidikan (dalam rangka pemeratan dan percepatan wajib belajar pendidikan dasar) kepada masyarakat yang belum sekolah, putus sekolah, dan buta aksara, agar memiliki kemampuan untuk mengembangkan potensi diri dengan penekanan pada penguasaan pengetahuan, ketrampilan, dan sikap kepribadian mandiri. Sebagian dari program pendidikan luar sekolah dapat digunakan sebagi alternatif solusi untuk mengurangi angka anak putus sekolah.

2. Untuk memberikan solusi dari permasalahan anak putus sekolah yaitu : 1. Memfasilitasi anak putus sekolah dengan Mendirikan sekolah alam

25

Ibid. Pendidikan nonformal pasal 26 ayat 4

26


(16)

16

Bermain adalah hal yang paling disukai oleh anak dan menjadi fitrahnya. Beragam permainan menjadi pesona dan daya tarik anak, baik itu permainan yang dilakukan di dalam ruangan maupun diluar ruangan. Namun, pernahkah terbesit dalam benak dan pikiran selaku orangtua untuk mengajak putra-putri bermain sambil belajar Seperti bermain outbound, bercocok tanam, beternak, belajar mencuci baju, bermain sepakbola, menggambar bahkan berwiraswasta. Ada sekelompok anak yang sedang asyik bermain sepakbola, belajar mencuci baju, outbond. Walaupun tampak kotor, anak-anak terlihat senang. Mereka bukan hanya bermain saja, melainkan juga sedang bersekolah, sekolah alam tepatnya. Cara belajarnya pun berbeda dengan sekolah umum lainnya sesuai dengan namanya, anak-anak coba didekatkan dengan alam. Suasana dan sarana sekolah alam memang dirancang untuk menempa kecerdasan natural anak. Namun bukan mustahil sekolah biasa menjadikan anak didik juga mencintai lingkungan.

Sekolah alam adalah salah satu bentuk pendidikan alternatif yang menggunakan alam sebagai media utama sebagai pembelajaran siswa didiknya27. Tidak seperti sekolah biasa yang lebih banyak menggunakan metode belajar mengajar di dalam kelas, para siswa belajar lebih banyak di alam terbuka. Di sekolah alam metode belajar mengajar lebih banyak menggunakan aktif atau action learning. anak belajar melalui pengalaman, anak mengalami, dan melakukan langsung . Dengan mengalami langsung anak atau siswa diharapkan belajar dengan lebih bersemangat, tidak bosan, dan lebih aktif. Penggunaan alam sebagai media belajar diharapkan agar kelak anak atau siswa jadi lebih tahu dengan lingkungannya dan tahu aplikasi dari pengetahuan yang dipelajari. Tidak hanya sebatas teori saja.

“Sistem pendidikan sekolah alam berbeda dari sekolah formal umumnya. Kurikulum yang diterapkan di sekolah alam disusun oleh staff pengajar agar sesuai dengan kemampuan siswanya. Sistem pendidikan di sekolah alam memadukan teori dan penerapan atau praktek. Dengan demikian pemahaman

27


(17)

17

siswa terhadap materi pembelajaran bersifat integratif, komprehensif dan

aplikatif. Sekaligus juga lebih 'membumi'”28.

Kemampuan dasar yang ingin dibangun adalah kemampuan anak untuk membangun jiwa keingintahuan, kemampuan melakukan observasi dan membuat hipotesa, serta kemampuan menerapkan metode berpikir ilmiah. Sehingga pengetahuan yang didapat bukan sekedar hafalan, tetapi hasil pengalaman dan penemuan mereka sendiri. Di sini anak juga diarahkan untuk memahami potensi dasar dirinya. Dalam hal ini alam sebagai ruang belajar yang mampu memotifasi anak untuk terus berinteraksi dengan ilmu yang mereka pelajari, karena selain mereka belajar dari buku yang disediakan mereka juga akan langsung belajar dari alam disekitarnya serta belajar di alam terbuka, secara naluriah akan menimbulkan suasana fun, tanpa tekanan dan jauh dari kebosanan. Dengan demikian akan tumbuh kesadaran pada anak bahwa learning is fun dan belajar identik dengan kegembiraan.

Kegiatan sekolah alam ini dapat diaplikasikan didaerah dekat perkotaan yang nota bene juga terdapat anak putus sekolah. Dengan terapan belajar yang menyesuaikan kebutuhan dan kapasitas anak diharapkan mampu mengurangi anak putus sekolah di daerah perkotaan.

2. Mendirikan pusat kegiatan belajar mengajar atau PKBM a) Pengertian PKBM

Keterlibatan masyarakat sebagai bagian dari sebuah sistem pada proses pendidikan yang berperan juga sebagai penyelenggara pendidikan di masyarakat sendiripun saat ini masih kecil (walaupun tidak seluruh wilayah di Indonesia rendah) dan belum merata dalam hal keterlibatan secara langsung menangani secara serius permasalahan tingginya angka putus sekolah dan meningkatkan pola pikir dan paradigma masyarakat untuk menyadarkan dan memahami bersama betapa pentingnya pendidikan sebagai bekal masa depan bangsa bagi generasi penerus bangsa Indonesia. Adapun keterlibatan secara langsung unsur masyarakat dalam menyelenggarakan proses pendidikan yang berbasis masyarakat dapat dilakukan dengan mendirikan dan

28


(18)

18

menyelenggarakan satuan pendidikan nonformal yang dikelola dan dikembangkan sendiri oleh masyarakat dan bekerjasama dengan pemerintah melalui satuan kerja pendidikan nonformal dan informal.

Implementasi pendidikan nonformal di Indonesia sangat beragam. Mulai dari usia tingkat prasekolah, pada umur produktif masa sekolah, sampai pada konsep pendidikan sepanjang hayat lifelong education. Pendidikan merupakan kunci penting titik tolak dan tolak ukur peradaban suatu negara. Oleh karenanya, langsung maupun tidak langsung, pendidikan bukan satu hal yang harus dinomorduakan, akan tetapi faktor penting yang tidak dapat dianggap remeh sebagaimana perhatian pemerintah Indonesia terhadap pertumbuhan dan perkembangan pendidikan dewasa ini. Keberadaan pendidikan nonformal memiliki peran penting dalam menumbuhkan dan mengembangkan pengetahuan dan pendidikan di Indonesia, khususnya pada hal yang bersifat praktis dan mudah untuk diaplikasikan.

Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari keberadaan Pendidikan Nonformal di Indonesia. Perkembangan dan pertumbuhan PKBM di lapisan masyarakat dewasa ini telah mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Hal ini dapat dilihat dari maraknya ijin yang diajukan kepada Dinas Pendidikan melalui Bagian Pelaksana Pendidikan Luar Sekolah untuk mendirikan dan mengembangkan satuan pendidikan nonformal sejenis PKBM dengan karakteristik yang berbeda-beda pada tiap PKBM yang akan didirikan tersebut. Namun, kesamaan yang pada umumnya muncul adalah kekhawatiran pada pendiri dan penyelenggara PKBM terhadap tingginya angka putus sekolah yang salah satu imbas dari pelaksanaan Ujian Nasional. Hal lain yang menjadi pemicu berdiri dan berkembangnya PKBM yaitu rendahnya minat masyarakat awam untuk melanjutkan pendidikan formal ke jenjang yang lebih tinggi, sehingga dengan keberadaan PKBM dapat menjembatani masyarakat awam yang hendak melanjutkan pendidikan (kesetaraan) ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Program yang ada dalam Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) yaitu: Kegiatan PAUD (Pendidikan Anak Usia


(19)

19

Dini), Kelompok Belajar Paket A setara SD, Kelompok Belajar Paket B setara SMP, dan Kelompok Belajar Paket C setara SMA, Kegiatan kursus29.

“Rifyanto Bakrie memaparkan tujuan dibentuknya PKBM. Adapun hal-hal yang termasuk tujuan dibentuknya suatu PKBM, antara lain; memperluas kesempatan warga masyarakat, khususnya yang tidak mampu untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap mental yang diperlukan untuk

mengembangkan diri dan bekerja mencari nafkah”30.

Tujuan pendirian PKBM pada dasarnya mengakomodir kekurangan fasilitas belajar31 yang ada di masyarakat khususnya bagi anak putus sekolah wajib belajar 9 tahun.

29

http://vhajrie27.wordpress.com/2010/04/21/pkbm-sebagai-lembaga-pendidikan-nonforma/ (Akses 01- 04-2011)

30

http://rbsamarinda.blogspot.com/2007/12/pusat-kegiatan-belajar-masyarakat-pkbm.html (Akses 01- 04-2011)

31

Kekurangan Fasilitas belajar menyangkut semua kebutuhan belajar yang di butuhkan anak putus sekolah (program kejar paket)


(20)

20

BAB III KESIMPULAN

Pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa, Manusia pada hakekatnya adalah makluk dapat dididik. Dengan memaksimalkan pendidikan secara otomatis juga akan meningkatkan taraf hidup masyarakat suatu bangsa. Pendidikan itu dimulai dari keluarga. Paradigma ini penting untuk dimiliki oleh seluruh orang tua untuk membentuk karakter manusia masa depan bangsa ini. Jika karakter anak dapat terbentuk didalam keluarga, maka akan memudahkan anak melakukan aktifitas diluar lingkungan keluarga dengan nyaman dan penuh tanggung jawab.

tiang pucang bangsa ini berada ditangan anak-anak sekarang. Hak-hak anak memperoleh pendidikan yang layak patut diperjuangkan sehingga tidak terjadi anak putus sekolah. Permasalah putus sekolah yang marak terjadi menjadi tanggung jawab bersama. Tanggung jawab bersama-sama untuk mengatasi anak putus sekolah. Pemberian motivasi yang berkelanjutan juga diperlukan. Motivasi sebagai alat pendorong anak-anak untuk bersekolah.

Permasalah anak putus sekolah sebagai garapan pemerintah dan masyarakat. Tanggungjawab yang harus dipikul bersama. Melalui program pendidikan luar sekolah diantaranya; sekolah alam untuk mengatasi anak putusekolah di daerah perkotaan dan pusat kegiatan belajar masyarakat (PKBM) diharapkan mampu menangani anak putus sekolah yang terjadi di negeri ini.

Namun, program pendidikan luar sekolah ini bisa berjalan lancar jika semua komponen yang ada di Negara ini berkomitmen dan bekerja sama. Dengan tujuan untuk mencetak manusia-manusia yang memiliki kompetensi, sigap dalam menghadapi masalah, dan menghadapi tantangan zaman.


(21)

21

DAFTAR PUSTAKA

Abdussalam.2007.Hukum Perlindungan Anak.Jakarta:Restu Agung hal.56, hal 40 Alifianto, A. 2008, Kuliah Kerja Nyata Wajib Belajar 9 Tahun,

http://www.pewartakabarindonesia. blogspot.com/> ( Akses 24-02-2011)

Hamojoyo dalam Mustofa Kamil. Pendidikan Nonformal—pengembangan melalui pusat http://makalahcentre.blogspot.com/2011/01/anak-putus-sekolah.html (Akses 24-02-2011) http://id.wikipedia.org/wiki/Pendidikan_nonformal (Akses 23-02-2011)

http://www.jugaguru.com/article/49/tahun/2008/bulan/04/tanggal/14/id/707/fungsi PNF (Akses 20-02-2011)

http://www.ooh-gitu.com/seputar-kampus/64-umum/366-apa-sih-sekolah-alam (Akses 01-04-2011)

http://u2screative.blogspot.com/2011/01/konsep-sekolah-alam.html (Akses 01-04-2011) http://vhajrie27.wordpress.com/2010/04/21/pkbm-sebagai-lembaga-pendidikan-nonforma/

(Akses 01- 04- 2011)

http://rbsamarinda.blogspot.com/2007/12/pusat-kegiatan-belajar-masyarakat-pkbm.html (Akses 01- 04- 2011)

Joesoep sulaiman.2004.Konsep Dasar Pendidikan Luar Sekolah.Jakarta: Bumi Raya hal 73 Kegiatan belajar masyarakat (PKBM) di Indonesia, Bandung: Alfabeta, 2009, hal. 13 – 14 Ki Hajar Dewantara dalam Suwarno.1982. Pengantar Ilmu Pendidikan. Jakarta: Aksara Baru Langeveld, Dr. M.J.,beknopte Theoretische paedagogiek, Terjemahan oleh FIP IKIP Bandung Mardiatmadja B.S. 1986. Tantangan Dunia Pendidikan. Yogyakarta: Kanisius

Muclisoh.1998. Beberapa Penyebab Murid Mengulang Kelas, putus sekolah dan melanjud sekolah dari SD ke SLTP. Jakarta:CPCU

Pendidikan nonformal pasal 26 ayat 1

UU No. 20 Tahun 2003 Tentang SISDIKNAS, BAB VI Pasal 13 ayat 1, Bagian ke 5, Pendidikan nonformal pasal 26 ayat 4

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak BAB I Pasal 1 ayat 1, BAB III Hak dan Kewajiban anak Pasal 4, 5 ,6, 7 (ayat 1), 8, 9 (ayat 1, 2), P siagian Sondang.2004.Teori Motivasi Dan Aplikasinya.Jakarta: Rineka Cipta


(22)

22

Syafaruddin dan Anzizhan. 2004. Sistem Pengambilan Keputusan Pendidikan.Jakarta: Grasindo,h.1.

Sri Sugiharti. 2005. Penjajagan Kebutuhan Tentang Pemenuhan Hak Anak di Dusun V Peranti Desa Gadingharjo Kecamatan Sanden Kabupaten Bantul DIY. Yogyakarta : Balitbang BKKBN DIY

Supano suhaenah.2001.membangun kompetensi belajar.Jakarta: Diknas Pusat

Sumarnonugroho.1984.Sistem Intervensi Kesejahteraan Sosial. Yogyakarta:Hanindita Tap.II/MPR/1983 tentang GBHN


(1)

17

siswa terhadap materi pembelajaran bersifat integratif, komprehensif dan aplikatif. Sekaligus juga lebih 'membumi'”28.

Kemampuan dasar yang ingin dibangun adalah kemampuan anak untuk membangun jiwa keingintahuan, kemampuan melakukan observasi dan membuat hipotesa, serta kemampuan menerapkan metode berpikir ilmiah. Sehingga pengetahuan yang didapat bukan sekedar hafalan, tetapi hasil pengalaman dan penemuan mereka sendiri. Di sini anak juga diarahkan untuk memahami potensi dasar

dirinya. Dalam hal ini alam sebagai ruang belajar yang mampu memotifasi anak untuk

terus berinteraksi dengan ilmu yang mereka pelajari, karena selain mereka belajar dari buku yang disediakan mereka juga akan langsung belajar dari alam disekitarnya serta belajar di alam terbuka, secara naluriah akan menimbulkan suasana fun, tanpa tekanan dan jauh dari kebosanan. Dengan demikian akan tumbuh kesadaran pada anak bahwa learning is fun dan belajar identik dengan kegembiraan.

Kegiatan sekolah alam ini dapat diaplikasikan didaerah dekat perkotaan yang nota bene juga terdapat anak putus sekolah. Dengan terapan belajar yang menyesuaikan kebutuhan dan kapasitas anak diharapkan mampu mengurangi anak putus sekolah di daerah perkotaan.

2. Mendirikan pusat kegiatan belajar mengajar atau PKBM

a) Pengertian PKBM

Keterlibatan masyarakat sebagai bagian dari sebuah sistem pada proses pendidikan yang berperan juga sebagai penyelenggara pendidikan di masyarakat sendiripun saat ini masih kecil (walaupun tidak seluruh wilayah di Indonesia rendah) dan belum merata dalam hal keterlibatan secara langsung menangani secara serius permasalahan tingginya angka putus sekolah dan meningkatkan pola pikir dan paradigma masyarakat untuk menyadarkan dan memahami bersama betapa pentingnya pendidikan sebagai bekal masa depan bangsa bagi generasi penerus bangsa Indonesia. Adapun keterlibatan secara langsung unsur masyarakat dalam menyelenggarakan proses pendidikan yang berbasis masyarakat dapat dilakukan dengan mendirikan dan

28


(2)

18

menyelenggarakan satuan pendidikan nonformal yang dikelola dan dikembangkan sendiri oleh masyarakat dan bekerjasama dengan pemerintah melalui satuan kerja pendidikan nonformal dan informal.

Implementasi pendidikan nonformal di Indonesia sangat beragam. Mulai dari usia tingkat prasekolah, pada umur produktif masa sekolah, sampai pada konsep pendidikan sepanjang hayat lifelong education. Pendidikan merupakan kunci penting titik tolak dan tolak ukur peradaban suatu negara. Oleh karenanya, langsung maupun tidak langsung, pendidikan bukan satu hal yang harus dinomorduakan, akan tetapi faktor penting yang tidak dapat dianggap remeh sebagaimana perhatian pemerintah Indonesia terhadap pertumbuhan dan perkembangan pendidikan dewasa ini. Keberadaan pendidikan nonformal memiliki peran penting dalam menumbuhkan dan mengembangkan pengetahuan dan pendidikan di Indonesia, khususnya pada hal yang bersifat praktis dan mudah untuk diaplikasikan.

Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari keberadaan Pendidikan Nonformal di Indonesia. Perkembangan dan pertumbuhan PKBM di lapisan masyarakat dewasa ini telah mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Hal ini dapat dilihat dari maraknya ijin yang diajukan kepada Dinas Pendidikan melalui Bagian Pelaksana Pendidikan Luar Sekolah untuk mendirikan dan mengembangkan satuan pendidikan nonformal sejenis PKBM dengan karakteristik yang berbeda-beda pada tiap PKBM yang akan didirikan tersebut. Namun, kesamaan yang pada umumnya muncul adalah kekhawatiran pada pendiri dan penyelenggara PKBM terhadap tingginya angka putus sekolah yang salah satu imbas dari pelaksanaan Ujian Nasional. Hal lain yang menjadi pemicu berdiri dan berkembangnya PKBM yaitu rendahnya minat masyarakat awam untuk melanjutkan pendidikan formal ke jenjang yang lebih tinggi, sehingga dengan keberadaan PKBM dapat menjembatani masyarakat awam yang hendak melanjutkan pendidikan (kesetaraan) ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Program yang ada dalam Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) yaitu: Kegiatan PAUD (Pendidikan Anak Usia


(3)

19

Dini), Kelompok Belajar Paket A setara SD, Kelompok Belajar Paket B setara SMP,

dan Kelompok Belajar Paket C setara SMA, Kegiatan kursus29.

“Rifyanto Bakrie memaparkan tujuan dibentuknya PKBM. Adapun hal-hal yang termasuk tujuan dibentuknya suatu PKBM, antara lain; memperluas kesempatan warga masyarakat, khususnya yang tidak mampu untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap mental yang diperlukan untuk mengembangkan diri dan bekerja mencari nafkah”30.

Tujuan pendirian PKBM pada dasarnya mengakomodir kekurangan fasilitas belajar31

yang ada di masyarakat khususnya bagi anak putus sekolah wajib belajar 9 tahun.

29

http://vhajrie27.wordpress.com/2010/04/21/pkbm-sebagai-lembaga-pendidikan-nonforma/ (Akses 01- 04-2011)

30

http://rbsamarinda.blogspot.com/2007/12/pusat-kegiatan-belajar-masyarakat-pkbm.html (Akses 01- 04-2011)

31

Kekurangan Fasilitas belajar menyangkut semua kebutuhan belajar yang di butuhkan anak putus sekolah (program kejar paket)


(4)

20 BAB III

KESIMPULAN

Pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa, Manusia pada hakekatnya adalah makluk dapat dididik. Dengan memaksimalkan pendidikan secara otomatis juga akan meningkatkan taraf hidup masyarakat suatu bangsa. Pendidikan itu dimulai dari keluarga. Paradigma ini penting untuk dimiliki oleh seluruh orang tua untuk membentuk karakter manusia masa depan bangsa ini. Jika karakter anak dapat terbentuk didalam keluarga, maka akan memudahkan anak melakukan aktifitas diluar lingkungan keluarga dengan nyaman dan penuh tanggung jawab.

tiang pucang bangsa ini berada ditangan anak-anak sekarang. Hak-hak anak memperoleh pendidikan yang layak patut diperjuangkan sehingga tidak terjadi anak putus sekolah. Permasalah putus sekolah yang marak terjadi menjadi tanggung jawab bersama. Tanggung jawab bersama-sama untuk mengatasi anak putus sekolah. Pemberian motivasi yang berkelanjutan juga diperlukan. Motivasi sebagai alat pendorong anak-anak untuk bersekolah.

Permasalah anak putus sekolah sebagai garapan pemerintah dan masyarakat. Tanggungjawab yang harus dipikul bersama. Melalui program pendidikan luar sekolah diantaranya; sekolah alam untuk mengatasi anak putusekolah di daerah perkotaan dan pusat kegiatan belajar masyarakat (PKBM) diharapkan mampu menangani anak putus sekolah yang terjadi di negeri ini.

Namun, program pendidikan luar sekolah ini bisa berjalan lancar jika semua komponen yang ada di Negara ini berkomitmen dan bekerja sama. Dengan tujuan untuk mencetak manusia-manusia yang memiliki kompetensi, sigap dalam menghadapi masalah, dan menghadapi tantangan zaman.


(5)

21 DAFTAR PUSTAKA

Abdussalam.2007.Hukum Perlindungan Anak.Jakarta:Restu Agung hal.56, hal 40 Alifianto, A. 2008, Kuliah Kerja Nyata Wajib Belajar 9 Tahun,

http://www.pewartakabarindonesia. blogspot.com/> ( Akses 24-02-2011)

Hamojoyo dalam Mustofa Kamil. Pendidikan Nonformal—pengembangan melalui pusat http://makalahcentre.blogspot.com/2011/01/anak-putus-sekolah.html (Akses 24-02-2011) http://id.wikipedia.org/wiki/Pendidikan_nonformal (Akses 23-02-2011)

http://www.jugaguru.com/article/49/tahun/2008/bulan/04/tanggal/14/id/707/fungsi PNF (Akses 20-02-2011)

http://www.ooh-gitu.com/seputar-kampus/64-umum/366-apa-sih-sekolah-alam (Akses 01-04-2011)

http://u2screative.blogspot.com/2011/01/konsep-sekolah-alam.html (Akses 01-04-2011) http://vhajrie27.wordpress.com/2010/04/21/pkbm-sebagai-lembaga-pendidikan-nonforma/

(Akses 01- 04- 2011)

http://rbsamarinda.blogspot.com/2007/12/pusat-kegiatan-belajar-masyarakat-pkbm.html (Akses

01- 04- 2011)

Joesoep sulaiman.2004.Konsep Dasar Pendidikan Luar Sekolah.Jakarta: Bumi Raya hal 73 Kegiatan belajar masyarakat (PKBM) di Indonesia, Bandung: Alfabeta, 2009, hal. 13 – 14 Ki Hajar Dewantara dalam Suwarno.1982. Pengantar Ilmu Pendidikan. Jakarta: Aksara Baru Langeveld, Dr. M.J.,beknopte Theoretische paedagogiek, Terjemahan oleh FIP IKIP Bandung Mardiatmadja B.S. 1986. Tantangan Dunia Pendidikan. Yogyakarta: Kanisius

Muclisoh.1998. Beberapa Penyebab Murid Mengulang Kelas, putus sekolah dan melanjud

sekolah dari SD ke SLTP. Jakarta:CPCU

Pendidikan nonformal pasal 26 ayat 1

UU No. 20 Tahun 2003 Tentang SISDIKNAS, BAB VI Pasal 13 ayat 1, Bagian ke 5, Pendidikan nonformal pasal 26 ayat 4

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak BAB I Pasal 1 ayat 1, BAB III Hak dan Kewajiban anak Pasal 4, 5 ,6, 7 (ayat 1), 8, 9 (ayat 1, 2), P siagian Sondang.2004.Teori Motivasi Dan Aplikasinya.Jakarta: Rineka Cipta


(6)

22

Syafaruddin dan Anzizhan. 2004. Sistem Pengambilan Keputusan Pendidikan.Jakarta: Grasindo,h.1.

Sri Sugiharti. 2005. Penjajagan Kebutuhan Tentang Pemenuhan Hak Anak di Dusun V Peranti

Desa Gadingharjo Kecamatan Sanden Kabupaten Bantul DIY. Yogyakarta :

Balitbang BKKBN DIY

Supano suhaenah.2001.membangun kompetensi belajar.Jakarta: Diknas Pusat

Sumarnonugroho.1984.Sistem Intervensi Kesejahteraan Sosial. Yogyakarta:Hanindita Tap.II/MPR/1983 tentang GBHN