Hubungan antara atraksi interpersonal tehadap dosen dengan motivasi belajar pada mahasiswa - USD Repository

  ! " # "$ " " % $ $& ' ( % () "$&" * % $ $& % % + " % "* + ,-.//0,1/

  2

  3

  

3

4,/4

   (Filipi 4:6)

  3

  3 Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak

  memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.

  Yogyakarta, 23 Juli 2012 Penulis,

  Tristan Suhardian ABSTRAK

  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara atraksi interpersonal terhadap dosen dengan motivasi belajar pada mahasiswa. Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada hubungan yang positif antara atraksi interpersonal terhadap dosen dengan motivasi belajar pada mahasiswa. Semakin tinggi atraksi nterpersonal mahasiswa terhadap dosen, semakin tinggi pula motivasi belajarnya Subjek dalam penelitian ini adalah mahasiswa Strata)1 (S1). Subjek berjumlah 125 orang mahasiswa dari Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Pengambilan subjek dilakukan dengan cara Metode yang digunakan untuk pengumpulan data yaitu melalui skala atraksi interpersonal dan skala motivasi belajar. Uji validitas penelitian ini menggunakan validitas isi. Dari hasil uji coba diperoleh data reliabilitas 0,940 untuk skala atraksi interpersonal dan 0,928 untuk skala motivasi belajar. Hasil analisis menunjukkan sebaran data normal dan memiliki korelasi yang linear. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik korelasi dari Carl Pearson yang menunjukkan hasil koefisien korelasi sebesar 0,493 (p>0,01) dengan taraf signifikansi 1%. Artinya, ada hubungan yang positif antara atraksi interpersonal terhadap dosen dengan motivasi belajar pada mahasiwa.

  5 + atraksi interpersonal, motivasi belajar mahasiswa

  6

  6

  6 !"# $ % & $ ' ( )

  $ $ $ * +,* $ * +"- $ $

  . $ $ $ $$ * ,+/ 0 1 * *!2 !3 $

  4 $

  5

  3

  3 Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma

  Nama : Tristan Suhardian NIM : 059114071

  Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma, karya ilmiah saya yang berjudul :

  • * 7 " " % "# "%$ " * # $% & & $ 8 % " # * % %9

  beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

  Demikian pernyataan yang saya buat dengan sebenarnya DIbuat di Yogyakarta Pada Tanggal : 24 Juli 2012 Yang menyatakan, (Tristan Suhardian)

  Berangkat dari pengalaman orang)orang dan juga saya sendiri mengenai ketertarikan interpersonal atau atraksi interpersonal dan motivasi belajar, saya melakukan penelitian mengenai dua hal tersebut. Dalam proses pengerjaannya, saya pun mendapatkan dorongan motivasi dari pihak)pihak yang menjadi motivator saya.

  1. Ibu A. Tanti Arini M.Si. selaku dosen pembimbing skripsi dan juga sekaligus dosen pembimbing akademik, saya berterimakasih karena beliau senantiasa mencurahkan waktu dan pengetahuannya untuk kemajuan saya khususnya dalam penyelesaian penelitian ini.

  2. Ibu M.L. Anantasari M.Psi. dosen paing murah senyum dan sabar yang pernah saya jumpai. Saya bersyukur beliau sempat menjadi dosen pembimbing akademik saya sebelum melanjutkan studinya. Terima kasih atas bimbingan beliau dan selamat melanjutkan studi (sampai penelitian ini selesai, beliau sedang melanjutkan studi S3 di UGM).

  3. Kedua orang tua dan keempat kakak saya yang saya sayangi. Dukungan yang tiada hentinya diberikan oleh mereka, baik dukungan materiil maupun moriil. Ucapan terima kasih tidak cukup untuk membalas itu semua, namun kiranya Tuhan senantiasa memberkati.

  4. Teman)teman kontrakan dari masa ke masa (Lucky, Bagus, Arya, Hanes, Bayu, Aan, Yoceng, dan Mbek) dan para penghuni simpatisan lainnya

  (Sherly dan Lucky Dut) yang memberikan pengalaman hidup yang luar biasa bagi saya. Persaudaraan tanpa hubungan darah.

  5. Teman)teman dekat saya (Galon, Rere, Tita, Piwi, Dite) terima kasih pengalaman)pengalaman seru, berharga dan tak terlupakan yang pernah kita lewati. “Together in Peace”

  6. Mas Muji, Mas Gandung, Mas Doni dan Mbak Naniek terima kasih atas bantuan administrasinya.

  7. Instansi)instansi tempat saya berkarya (Radio Masdha Jogja, Radio Eltira, Fresh Tour & Travel, Radio Megaswara). Melalui tempat ini saya belajar banyak hal dan berkarya

  8. Teman)teman komunitas Sadhar Jazz. Riwayatmu kini semakin tidak terdengar. Tapi kita pernah sama)sama mendapatkan kesempatan dan kepuasan bermusik melalui ini. ) $ 667

  9. Seluruh civitas akademika Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Terima kasih atas ilmu pengetahuan yang saya dapatkan.

  10. Untuk yang terkasih, Stefani Sera Marcellina. Terima kasih untuk semua dukungan, kasih dan semangat yang sudah diberikan. 8

  Penulis, Tristan Suhardian

  2 HALAMAN JUDUL.................................................................................................i

  HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING......................................ii HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI ............................................................iii HALAMAN MOTTO .........................................................................................iv HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................... v HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA..........................................vi ABSTRAK ........................................................................................................vii ABSTRACT .....................................................................................................viii HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH..........................ix KATA PENGANTAR ......................................................................................... x DAFTAR ISI .....................................................................................................xii DAFTAR TABEL ............................................................................................xiii DAFTAR BAGAN ........................................................................................... xvi DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................xvii

  BAB I : PENDAHULUAN .................................................................................. 1 A. Latar Belakang Masalah .............................................................................. 1 B. Rumusan Masalah ....................................................................................... 7 C. Tujuan Penelitian......................................................................................... 7 D. Manfaat Penelitian ...................................................................................... 7

  BAB II : LANDASAN TEORI ........................................................................... 9 A. Motivasi Belajar.......................................................................................... 9

  1. Pengertian Motivasi Belajar.................................................................. 9

  2. Aspek)aspek Motivasi Belajar ............................................................ 10

  3. Faktor)faktor Motivasi Belajar............................................................ 12

  B. Atraksi Interpersonal ................................................................................. 13

  1. Pengertian Atraksi Interpersonal......................................................... 13

  2. Aspek)aspek Atraksi Interpersonal ..................................................... 15

  3. Faktor)faktor Atraksi Interpersonal .................................................... 16

  C. Pengaruh Atraksi Interpersonal terhadap Komunikasi Interpersonal........... 17

  D. Pengertian Mahasiswa dan Dosen.............................................................. 18

  E. Karakteristik Perkembangan Mahasiswa.................................................... 18

  F. Hubungan Antara Atraksi Interpersonal terhadap Dosen dengan Motivasi Belajar pada Mahasiswa ............................................................................ 21

  G. Hipotesis ................................................................................................... 23

  BAB III : METODE PENELITIAN .................................................................. 25 A. Jenis Penelitian.......................................................................................... 25 B. Identifikasi Variabel Penelitian.................................................................. 25 C. Definisi Operasional .................................................................................. 25 D. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel ................................................ 27 E. Metode dan Alat Pengumpulan Data.......................................................... 28

  F. Validitas dan Reliabilitas ........................................................................... 31

  1. Validitas ........................................................................................... 31

  2. Uji Daya Beda Aitem ....................................................................... 32

  3. Reliabilitas. ...................................................................................... 34

  BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................... 36 A. Pelaksanaan Penelitian .............................................................................. 36 B. Karakteristik Subjek Penelitian.................................................................. 37 C. Deskripsi Statistik...................................................................................... 38 D. Hasil Analisis Data.................................................................................... 39

  1. Uji Asumsi ......................................................................................... 39

  a. Uji Normalitas ............................................................................. 40

  b. Uji Linearitas............................................................................... 41

  2. Uji Hipotesis ...................................................................................... 42

  E. Pembahasan............................................................................................... 42

  BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................... 47 A. Kesimpulan ............................................................................................... 47 B. Saran ......................................................................................................... 47 DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………49 LAMPIRAN……………….…………………………………………….……….53

  2 Tabel 3.1. Spesifikasi Aitem)aitem Skala Motivasi Belajar (Uji Coba)............... 29

Tabel 3.2. Spesifikasi Aitem)aitem Skala Atraksi Interpersonal (Uji Coba)........ 30Tabel 3.3. Aitem)aitem Skala Motivasi Belajar Sebelum dan Sesudah Uji Coba ...... 33Tabel 3.4. Aitem)aitem Skala Atraksi Interpersonal Sebelum dan Sesudah Uji Coba .. 34Tabel 4.1. Identitas Subjek Penelitian................................................................. 37Tabel 4.2. Deskripsi Statistik ............................................................................. 38Tabel 4.3. Kategorisasi Motivasi Belajar............................................................ 39Tabel 4.4. Kategorisasi Atraksi Interpersonal ..................................................... 39Tabel 4.5. Uji Normalitas................................................................................... 40Tabel 4.6. Uji Linearitas .................................................................................... 41

  2 Skema 2.1. Kerangka berpikir ............................................................................ 24

  2 Lampiran 1. Skala atraksi interpersonal dan motivasi belajar (uji coba)............ 53

  Lampiran 2. Skala atraksi interpersonal dan motivasi belajar (penelitian)......... 59 Lampiran 3. Aitem)aitem atraksi interpersonal McCroskey dan McCain .......... 65 Lampiran 4. Hasil adaptasi bahasa skala atraksi interpersonal .......................... 67 Lampiran 5. Hasil uji reliabilitas skala atraksi intepersonal .............................. 69 Lampiran 6. Hasil uji daya beda aitem skala atraksi interpersonal .................... 70 Lampiran 7. Hasil uji reliabilitas skala motivasi belajar.................................... 72 Lampiran 8. Hasil uji daya beda aitem skala motivasi belajar........................... 73 Lampiran 9. Hasil uji normalitas atraksi interpersonal ...................................... 75 Lampiran 10. Hasil uji normalitas motivasi belajar............................................. 76 Lampiran 11. Hasil uji linearitas ........................................................................ 77 Lampiran 12. QQ Plot........................................................................................ 78 Lampiran 13. Hasil uji hipotesis......................................................................... 80

  ( " & %

  Mahasiswa adalah pelajar yang belajar pada tingkat perkuliahan baik itu universitas, institut maupun sekolah tinggi (id.wikipedia.org). Kata 'maha' sendiri menurut kamus besar bahasa Indonesia berarti 'sangat' atau bisa diartikan juga sebagai 'besar'. Itu berarti bahwa mahasiswa adalah siswa yang berada pada tingkat paling atas. Dengan begitu, mahasiswa memiliki sistem belajar mengajar yang khas dan berbeda dengan tingkat pendidikan sebelumnya (Furchan, 2009). Hal yang membuatnya menjadi khas yaitu adanya Satuan Kredit Semester (SKS). Dengan sistem ini, mahasiswa dimungkinkan untuk memilih sendiri mata kuliah yang akan ia ambil dalam satu semester. SKS digunakan sebagai ukuran besarnya beban studi mahasiswa esarnya pengakuan atas keberhasilan usaha belajar mahasiswa, besarnya usaha belajar yang diperlukan mahasiswa untuk menyelesaikan suatu program, baik program semesteran maupun program lengkap, dan besarnya usaha penyelenggaraan pendidikan bagi tenaga pengajar (id.wikipedia.org). Berdasarkan Undang)Undang Republik Indonesia Nomor

  12 Tahun 2012 Tentang Pendidikan Tinggi, pasal 13 ayat 1 disebutkan bahwa mahasiswa sebagai sivitas akademi diposisikan sebagai insan dewasa yang memiliki kesadaran sendiri dalam mengembangkan potensi diri. Hal tersebut membuat mahasiswa memiliki kebebasan lebih dibanding pelajar SMA dalam menunjang program studinya.

  Menurut Belle & Paul dan Upcraft & Gardner (dalam Santrock, 2002), memasuki dunia perkuliahan melibatkan gerakan menuju satu struktur sekolah yang lebih besar. Selain itu, mahasiswa akan mengalami interaksi dengan kelompok dari daerah yang lebih beragam dan juga ada peningkatan perhatian pada prestasi dan penilaiannya. Pada masa ini, pelajar akan merasa lebih dewasa, lebih banyak pelajaran yang dapat dipilih, lebih banyak waktu bersama kelompok sebaya, lebih banyak kesempatan mengeksplorasi gaya hidup, menikmati kemandirian yang lebih luas dari pengawasan orang tua, dan tertantang secara intelektual oleh tugas akademik.

  Santrock (2002) menyebutkan bahwa mahasiswa akan lebih banyak mendapatkan tekanan dan depresi. Tekanan dan depresi itu disebabkan karena adanya ketakutan akan kegagalan dalam sebuah dunia yang berorientasi pada kesuksesan. Tekanan untuk sukses di perkuliahan adalah hal yang sangat berpengaruh pada sebagian besar mahasiswa. Tekanan itu datang karena mahasiswa diminta untuk berpikir dalam tataran yang lebih tinggi, menganalisa suatu persoalan dan menuliskan analisa tersebut dalam bentuk makalah (Furchan, 2009). Ini berarti seorang mahasiswa akan harus bekerja lebih keras dan lebih mandiri untuk menghadapi tugas akademiknya.

  Tugas akademik menjadi sebuah tuntutan atau kewajiban akademis yang harus dipenuhi terkait soal nilai perkuliahan atau yang biasa disebut dengan Indeks Prestasi. Jika Indeks Prestasi mahasiswa tidak memenuhi standar, pihak universitas bisa melakukakan kepada mahasiswa yang bersangkutan. Sebagai contoh, berdasarkan informasi dari )

  9

  pada tahun 2010 Rektor Universitas Soedirman menyatakan jumlah

  mahasiswa Unsoed yang putus kuliah alias cukup besar. Rektor Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto, Prof Dr Sudjarwo, mengaku jumlahnya mencapai sekitar 900 orang atau 4 persen dari 23 ribu mahasiswa yang kuliah di perguruan tinggi tersebut. Ada beberapa alasan mahasiswa tersebut dikeluarkan, salah satunya yaitu karena nilai akademik yang tidak memenuhi standar selama 4 semester berturut)turut.

  Tidak hanya pemenuhan standar nilai akademik yang menjadi tujuan dari belajar. Sardiman (2011) menjelaskan bahwa tujuan belajar adalah untuk mendapatkan pengetahuan, penanaman konsep dan ketrampilan juga pembentukan sikap. Jika seorang mahasiswa memiliki nilai akademik yang baik, namun ia tidak mengerti mengenai konsep dan pengetahuan yang

dipelajari di perkuliahan maka ia belum mencapai tujuan dari belajar.

  Untuk mencapai tujuan)tujuan itu, mahasiswa memiliki suatu pendorong. Pendorong ini yang dapat menggerakkan mahasiswa untuk belajar. Pintrich dan Schunk (dalam Schunk, 2008) menjelaskan bahwa motivasi adalah proses yang mendorong dan menyokong

  7 McDonald (dalam Sardiman, 2011) juga membahas mengenai motivasi. Ia menyebutkan bahwa motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan. Motivasi muncul dalam diri seseorang akan tetapi didorong karena adanya unsur dari luar yaitu tujuan Beberapa hasil penelitian yang pernah dilakukan menunjukkan bahwa motivasi dalam belajar perlu untuk dimiliki. Penelitian yang dilakukan Gulham dan Agustina (2011) menemukan bahwa semakin tinggi pemberian motivasi yang diberikan kepada siswa makin semakin tinggi pula prestasi belajarnya begitupun sebaliknya, semakin rendah motivasi yang diberikan kepada siswa semakin rendah pula prestasi belajarnya. Selain itu, Garcia & Maria (2004) juga melakukan penelitian yang menemukan hasil bahwa intervensi motivasi dapat meningkatkan kemampuan menulis pada anak)anak yang mengalami ketidakmampuan belajar.

  Motivasi dalam belajar merupakan faktor psikis non)intelektual yang berperan secara khas dalam penumbuhan gairah, merasa senang, dan semangat belajar (Sardiman, 2011). Oleh sebab itu, perlu untuk mengetahui hal)hal yang dapat mempengaruhi motivasi belajar. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Pujadi (2007) diketahui faktor)faktor yang dapat mempengaruhi motivasi belajar yaitu terdiri dari faktor intrinsik, yang meliputi minat terhadap bidang ilmu yang dipelajari, serta orientasinya dalam mengikuti pendidikan tinggi. Sedangkan faktor ekstrinsik meliputi:kualitas dosen yang mengajar, bobot materi kuliah yang diajarkan, metode perkuliahan yang digunakan dosen, kondisi dan suasana ruang kuliah, serta fasilitas perpustakaan yang dapat dimanfaatkan mahasiswa. Dari hasil penelitiannya, Pujadi menyebutkan bahwa faktor kualitas dosen yang

mengajar memiliki hubungan yang paling kuat terhadap motivasi belajar.

  Sardiman (2011) menyebutkan, dosen berperan sebagai motivator guna meningkatkan kegairahan dan pengembangan kegiatan belajar. Dengan begitu, dosen menjadi faktor yang penting dalam meningkatkan motivasi belajar mahasiswa sehingga proses belajar mengajar menjadi optimal. Hal yang juga penting dalam mengoptimalkan belajar mengajar terkait dengan dosen yaitu soal hubungan dosen dengan mahasiswa. Hubungan yang harmonis antara mahasiswa dengan dosen mampu menimbulkan interaksi dan komunikasi yang positif (Sardiman, 2011). Hal itu dapat terjadi jika mahasiswa memiliki sikap positif terhadap dosen.

  Rakhmat (2007) menyebutkan bahwa sikap positif dan kesukaan/ketertarikan pada orang lain disebut dengan atraksi interpersonal.

  Hakikat atraksi interpersonal menurut Rakhmat (2007) yaitu semakin individu tertarik terhadap seseorang, makin besar kecenderungan untuk berkomunikasi dengan orang itu dan membuat orang tersebut menjadi signifikan bagi individu yang bersangkutan. Semakin tertarik seorang mahasiswa terhadap dosennya, maka kecenderungan untuk berkomunikasi semakin tinggi. Hal tersebut menjadi kesempatan bagi dosen dalam perannya sebagai motivator untuk menyampaikan pesan)pesan yang dapat menstimulus motivasi belajar mahasiswa. Dengan demikian, harapannya adalah mahasiswa termotivasi untuk belajar sehingga mampu memperoleh nilai akademik yang baik.

  Nugrahani (2010) melakukan penelitian terkait dengan motivasi belajar dan atraksi interpersonal pada siswa SMAN 7 Purworejo.

  Penelitiannya yaitu untuk mencari tahu pengaruh atraksi interpersonal siswa kepada guru terhadap motivasi belajar siswa. Dari penelitian itu ditemukan hasil bahwa atraksi interpersonal siswa kepada guru berpengaruh secara signifikan terhadap motivasi belajar siswa. Semakin tinggi tingkat atraksi interpersonal siswa terhadap guru, maka semakin tinggi pula motivasi belajar yang dimiliki siswa. Demikian pula sebaliknya, semakin rendah tingkat atraksi interpersonal siswa terhadap guru, maka semakin rendah pula motivasi belajar yang dimiliki siswa.

  Penelitian yang dilakukan oleh Nugrahani dilakukan pada konteks siswa SMA yang memiliki sistem yang berbeda dengan sistem di perkuliahan.

  Sistem perkuliahan menuntut mahasiswa untuk lebih mandiri dibanding SMA. Usia mahasiswa masuk dalam rentang usia remaja akhir, yaitu usia 17) 23 tahun (Mappiare, 1982). Menurut Pikunas (dalam Agustiani, 2006) salah satu perkembangan usia remaja akhir yaitu menemukan model identifikasi.

  Dijelaskan lebih lanjut oleh Mappiare (1982) model identifikasi atau yang disebutnya sebagai subyek model adalah hal yang penting dalam proses pendewasaan diri. Subyek model adalah orang dewasa yang dikagumi sifat, sikap dan perilakunya. Remaja akhir mengidentifikasi orang dewasa tersebut.

  Berdasarkan uraian di atas, disebutkan bahwa kondisi di perkuliahan yang menuntut kemandirian pada mahasiswa, membuat mahasiswa lebih intrinsik. Sedangkan atraksi interpersonal terhadap dosen, seperti diketahui merupakan faktor yang berasal dari luar diri mahasiswa (ekstrinsik). Oleh karena itu, peneliti merasa penelitian yang dilakukan oleh Nugrahani perlu dilakukan pada konteks mahasiswa guna mengoptimalkan proses belajar mengajar di perkuliahan. Peneliti bermaksud untuk mengetahui apakah ada hubungan antara atraksi interpersonal mahasiswa terhadap dosen dengan motivasi belajar pada mahasiswa.

  ( % %

  Bertitik tolak dari latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka masalah penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : “Apakah ada hubungan antara atraksi interpersonal mahasiswa terhadap dosen dengan motivasi belajar pada mahasiswa?

  6(

  Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada hubungan antara atraksi interpersonal mahasiswa terhadap dosen dengan motivasi belajar pada mahasiswa.

  ( :

  Hasil penelitian ini mempunyai beberapa manfaat, antara lain ialah:

  1. Dari segi teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi psikologi pendidikan dan dapat memberi gambaran mengenai hubungan atraksi interpersonal dengan motivasi belajar.

  2. Dari segi praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu memberikan informasi mengenai hal yang dapat mempengaruhi motivasi dalam upaya membimbing dan memotivasi mahasiswa untuk menjalankan kewajibannya sebagai mahasiswa.

  ( $ 8 % " /( & " $ 8 % "

  McDonald dalam Sardiman (2011) mengatakan bahwa motivasi merupakan perubahan dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya perasaan dan didahului dengan adanya tanggapan terhadap tujuan. Dari pengertian tersebut, McDonald ingin menyatakan bahwa motivasi menyebabkan terjadinya suatu perubahan energi yang ada pada diri manusia, sehingga akan berpengaruh pada persoalan kejiwaan, perasaan, dan juga emosi, untuk kemudian bertindak melakukan sesuatu. Tindakan tersebut didorong karena adanya kebutuhan atau keinginan.

  Kebutuhan atau keinginan itu oleh Pintrich dan Schunk (dalam Schunk, 2008) disebut sebagai tujuan yang ada dalam diri seseorang yang menjadikan motivasi sebagai proses yang mendorong dan menyokong

  seseorang untuk menyusun dan merencanakan serta mengendalikan perilaku seperti ketekunan dan usaha untuk mencapai tujuan.

  Skinner (dalam Schunk, 2008) mendefinisikan belajar sebagai proses perilaku adaptif yang bersifat progresif. Itu artinya belajar akan membawa kepada keadaan yang lebih baik dari keadaan sebelumnya. Kimble (dalam Schunk, 2008) menjelaskan bahwa belajar membawa perubahan yang bersifat permanen sebagai hasil dari penguatan perilaku.

  Weiner (1990) menerangkan bahwa motivasi dan belajar adalah dua hal yang sama pentingnya. Belajar membuat orang memiliki pengetahuan dan kemampuan, sedangkan motivasi memberi daya dorong untuk menunjukkan apa yang sudah dipelajari.

  Kusumaningtyas (2010) mengacu pada Lindgren menyimpulkan bahwa motivasi belajar merupakan kekuatan)kekuatan di dalam organisme untuk membangkitkan, mengarahkan dan mempertahankan perilaku belajar.

  Dari penjelasan di atas, disimpulkan bahwa motivasi belajar yaitu pendorong yang menggerakkan seseorang untuk melakukan tindakan belajar guna mencapai tujuan. Tujuannya yaitu untuk mencapai pada keadaan yang lebih baik dari keadaan sebelumnya.

  4( %# ; %# $ 8 % "

  Aspek)aspek motivasi belajar mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Kusumaningtyas (2010). Secara rinci aspek)aspek motivasi belajar dapat dijelaskan sebagai berikut:

  a. Keinginan dan inisiatif sendiri untuk belajar Keinginan atau inisiatif untuk belajar merupakan kekuatan atau energi dalam diri individu atau siswa yang bersangkutan. berfungsi mendorong individu sehingga memiliki keinginan untuk belajar. Semakin tinggi kekuatan untuk belajar, maka semakin kuat pula keinginannya untuk belajar

  b. Keterlibatan yang ditandai dengan kesungguhan mengerjakan tugas)tugas yang diberikan Keterlibatan dalam mengerjakan tugas sebagai wujud interaksi antara kekuatan internal individu dengan situasi dari luar individu (eksternal). Individu yang motivasi belajarnya tinggi akan mempunyai banyak energi untuk melakukan kegiatan belajar yang ditandai dengan keterlibatan dan kesungguhan mengerjakan tugas)tugas belajar.

  c. Komitmen untuk terus belajar Pilihan terhadap suatu perilaku akan menjadi ajeg atau bertahan setelah memiliki komitmen atau keyakinan yang kuat terhadap nilai dan arah positif perilaku tersebut. Seseorang yang memiliki komitmen atau keyakinan yang kuat pada dasarnya sangat sulit dipengaruhi untuk beralih kepada perilaku lain, yang bertentangan atau tidak sesuai dengan perilaku yang telah diyakini.

  <( 2 $";: $" $ 8 % "

  Motivasi bukan suatu kekuatan netral, artinya motivasi dipengaruhi oleh berbagai faktor. Handoko (1992) menyebutkan faktor)faktor tersebut antara lain pengalaman masa lampau, taraf intelegensi, kemampuan fisik, situasi lingkungan, dan cita)cita hidup. Ditambahkan oleh Winardi dalam Anoraga dan Suyati (1995) faktor)faktor motivasi dipengaruhi dengan adanya kebutuhan)kebutuhan pribadi dan cara kebutuhan)kebutuhan tersebut direalisasikan.

  Lebih khusus dijelaskan oleh Schiefebein dan Simons (1981) bahwa faktor yang mempengaruhi motivasi belajar dibagi dalam 3 kategori yaitu :

  a. Sumber dan proses sekolah Sumber dan proses sekolah adalah besar kecilnya kelas atau banyak tidaknya siswa dalam kelas tersebut, tersedia tidaknya buku)buku teks yang menunjang mata pelajaran, banyaknya waktu dipergunakan untuk proses belajar mengajar dalam satu mata pelajaran.

  b. Kualitas guru Kualitas guru meliputi tingkat pendidikan guru, pengalaman mengajar, yang akan sangat menentukan metode mengajar yang diterapkan di kelas.

  c. Karakteristik siswa.

  Karakteristik siswa yaitu status ekonomi dan status keluarga siswa. Status sosial dan status keluarga siswa yang paling berperan adalah tingkat pendidikan orang tua siswa.

  Berbeda dengan Schiefebein dan Simons, Tuan dkk. (2005) mengemukakan bahwa dalam proses pembelajaran, hal yang berpengaruh terhadap motivasi belajar yaitu tujuan belajar, strategi belajar dan lingkungan belajar yang merangsang siswa mengembangkan pemikiran ilmiahnya. Seseorang yang menyadari tujuannya dalam belajar dapat mendorongnya untuk melakukan tindakan belajar. Begitu juga dengan strategi yang digunakan seseorang dalam belajar, strategi yang efektif dan tepat dapat mempengaruhi motivasi belajar seseorang. Lingkungan tempat seseorang belajar juga membawa pengaruh pada motivasi belajar seseorang, kondisi lingkungan yang kondusif dapat mendukung seseorang untuk mengembangkan pemikiran)pemikirannya.

  ( " % "# "%$ /( & " " % "# "%$

  Atraksi berasal dari bahasa Latin yang terdiri dari dua kata yaitu yang berarti menuju dan yang mempunyai arti menarik (Rahmat, 2007). Newcombs dalam Husain dan Kureshi (1998) mendefinisikan atraksi sebagai orientasi seseorang terhadap orang lain, orientasi tersebut dapat dijelaskan sebagai orientasi yang positif maupun negatif.

  Penilaian positif atau negatif dijelaskan oleh Horton dan Montoya (2004) didasarkan evaluasi dari kualitas individu yang dinilai dari jenis tanda)tanda seperti kesamaan sikap, kualitas positif, dan daya tarik fisik.

  Seseorang yang menganggap orang lain memiliki kesamaan sikap, mempunyai kualitas yang positif, serta fisik yang menarik, maka orang tersebut memiliki atraksi interpersonal terhadap orang lain itu.

  Rahmat (2007) mendefinisikan atraksi interpersonal sebagai kesukaan pada orang lain, sikap positif dan daya tarik seseorang. Adanya daya tarik ini akan membentuk rasa suka atau ketertarikan. Semakin tertarik kepada seseorang, makin besar kecenderungan kita berkomunikasi dengan dia. Dengan begitu, ketertarikan pada seseorang umumnya membuat orang yang kita sukai menjadi signifikan bagi kita (Barlund dalam Rahmat, 2007). Hal serupa juga dijelaskan oleh Brehm & Kassin (dalam Dayaksini, 2009), atraksi interpersonal didefinisikan sebagai kecenderungan seseorang untuk menilai seseorang atau kelompok secara positif untuk mendekatinya dan berperilaku positif padanya. McCroskey dan McCain (dalam McCroskey, 2007) juga menyinggung mengenai atraksi interpersonal. Ia menyebutkan atraksi interpersonal sebagai sikap yang relatif stabil yang mengarah ke sentimen positif bagi orang lain dan yang berfungsi sebagai katalis untuk memulai interaksi interpersonal.

  Dari pengertian di atas dapat diambil kesimpulan pengertian atraksi interpersonal adalah kesukaan terhadap orang lain yang didasarkan atas kualitas positif yang ada pada orang tersebut. Kesukaan tersebut membuat merasa ingin dekat dan terjadi interaksi interpersonal dengan orang lain tersebut.

  4( %# ; %# " % "# "%$

  Aspek)aspek atraksi interpersonal mengacu pada jurnal yang ditulis oleh McCroskey dan McCain (dalam McCroskey, 2007). Dalam penelitiannya, McCroskey dan McCain mengomposisikan tiga dimensi dalam pengukuran atraksi interpersonal. Tiga dimensi tersebut yaitu : a. Daya tarik sosial

  Aspek ini merepresentasikan penilaian)penilaian sosial seseorang tehadap orang lain. Orang lain akan kita nilai seberapa mungkin orang tersebut dapat dekat dan bisa diajak untuk berbicara dengan kita. Kita juga akan menilai seberapa besar kemungkinan orang tersebut dapat menjadi teman kita.

  b. Daya tarik fisik Aspek ini berisi penilaian fisik seseorang terhadap orang lain termasuk juga penilaian bagaimana kita melihat cara orang lain berpakaian.

  c. Daya tarik yang berkaitan dengan tugas Aspek ini merupakan penilaian)penilaian kita terhadap kemampuan orang lain dalam bekerja, kemampuan menyelesaikan suatu tugas, dan seberapa yakin diri kita dapat bergantung pada orang tersebut. Selain itu juga melihat bagaimana kita bisa bekerja dengan mudah dan seberapa bermanfaatnya bekerja dengan orang tersebut.

  <( 2 $";: $" " % "# "%$

  Ada 4 faktor penting dalam Sears (1992) yang menjadi determinasi dalam atraksi interpersonal. Keempat aspek itu yaitu kedekatan, keakraban, kemiripan, dan kualitas personal

  a. Kedekatan Kecenderungan seseorang untuk suka dengan orang lain dapat disebabkan karena adanya kedekatan secara fisik. Orang yang tinggal di Jogja akan kecil kemungkinannya menjadi sahabat dekat dengan orang yang tinggal di Surabaya. Hal tersebut menjadikan aspek kedekatan sebagai kekuatan utama dalam daya tarik interpersonal.

  b. Keakraban Orang yang tinggal dekat dengan kita akan menjadi akrab dengan kita. Hal itu akan memperkuat atraksi interpersonal.

  Para psikolog evolusi berpendapat bahwa manusia mempunyai ketakutan terhadap hal)hal yang asing. Orang atau objek yang asing akan dianggap sebagai ancaman, sebaliknya orang atau objek yang sudah diakrabi atau dikenal baik dapat menimbulkan perasaan nyaman.

  c. Kemiripan Seseorang cenderung menyukai orang yang mirip dengan kita dalam hal sikap, kepentingan, nilai, latar belakang, dan personalitas. Kemiripan sikap amat menentukan rasa suka. Semakin mirip sikapnya, semakin besar perkiraan bahwa mereka dapat merasa suka.

  d. Kualitas personal : kehangatan dan kompetensi Orang tampak hangat bila mereka menyukai sesuatu, memujinya dan menerimanya. Itu artinya orang akan menunjukkan kehangatan saat mereka memiliki sikap positif terhadap sesuatu. Selain itu, secara umum orang menyukai orang lain yang secara sosial cerdas dan kompeten

  C. & " " % "# "%$ " * # $ % "# "%$ Rahmat (2007) menjelaskan bahwa atraksi interpersonal berpengaruh pada komunikasi interpersonal. Dijelaskan olehnya, bahwa atraksi interpersonal mempengaruhi penafsiran pesan dan nilai serta efektifitas komunikasi.

  Pengaruh atraksi intepersonal pada penafsiran pesan dan nilai dapat terlihat ketika kita menyenangi orang lain, kita cenderung melihat segala hal yang berkaitan dengannya secara positif. Sebaliknya jika kita membencinya, kita cenderung melihat karakteristiknya secara negatif. Hal tersebut dapat terjadi karena pendapat dan penilaian kita tentang orang lain tidak hanya berdasarkan pada pertimbangan rasional saja, tetapi juga emosional.

  Efektifitas komunikasi dapat dipengaruhi oleh atraksi interpersonal (Rahmat, 2007). Komunikasi interpersonal dikatakan efektif bila pertemuan komunikasi merupakan hal yang menyenangkan bagi komunikan. Komunikasi akan berjalan dengan santai, gembira dan terbuka sehingga pesan dapat tersampaikan dan diterima dengan baik

  ( & " % %9 * $%

  Mahasiswa adalah salah satu komponen manusia yang menempati posisi sentral dalam proses belajar mengajar di perkuliahan (Sardiman, 2011).

  Disebutkan lebih lanjut bahwa siswa merupakan pihak yang ingin meraih cita) cita, memiliki tujuan dan kemudian ingin mencapainya dengan optimal.

  Dosen adalah satu komponen manusia dalam proses belajar mengajar di perkuliahan yang berperan tidak semata hanya “pengajar” yang melakukan

  $ $ ) tapi juga sebagai “pendidik” yang melakukan $ $ kepada mahasiswa. Oleh karena itu dosen harus berperan secara aktif

  dan menempatkan diri sebagai tenaga profesional sesuai dengan tuntutan yang semakin berkembang (Sardiman, 2011).

  ( " " % " 7 & % %9

  Mahasiswa strata)1 memiliki rentang usia 17)22 tahun. Namun terkadang ada pula yang mencapai usia di atas 22 tahun. Hal tersebut disebabkan karena lama masa studi yang ditempuh berbeda)beda. Berdasarkan fase perkembangan yang dijelaskan oleh Mappiare (1982), usia 17)23 tahun masuk dalam tahapan perkembangan remaja akhir. Hal itu merujuk pada remaja di Indonesia.

  Masa remaja disebutkan oleh Papalia dan Olds (2001) sebagai masa transisi dari masa kanak)kanak menuju masa dewasa. Hal itu berarti sebagian perkembangan masa kanak)kanak masih dialami namun sebagian kematangan masa dewasa sudah dicapai (Hurlock, 1993). Bagian dari masa kanak)kanak itu antara lain proses pertumbuhan biologis seperti tinggi badan masih terus bertambah. Sedangkan bagian dari masa dewasa antara lain proses kematangan semua organ tubuh termasuk fungsi reproduksi dan kematangan kognitif yang ditandai dengan mampu berpikir secara abstrak (Hurlock, 1993)

  Pada masa remaja akhir, ada tugas)tugas perkembangan penting yang dialami individu. Pikunas (dalam Agustiani, 2006) menyebutkan tugas)tugas perkembangan tersebut yaitu :

  1. Menerima bentuk tubuh orang dewasa yang dimiliki dan hal)hal yang berkaitan dengan fisiknya.

  2. Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan figur)figur otoritas lainnya.

  3. Mengembangkan ketrampilan dalam komunikasi interpersonal, belajar membina relasi dengan teman sebaya dan orang dewasa baik secara individu maupun kelompok.

  4. Menemukan model untuk indentifikasi.

  5. Menerima diri sendiri dan mengandalkan kemampuan dan sumber) sumber yang ada pada dirinya.

  6. Memperkuat kontrol diri berdasarkan nilai)nilai dan prinsip)prinsip

  7. Meninggalkan bentuk)bentuk reaksi dan penyesuaian yang kekanak) kanakan.

  Dari tugas)tugas perkembangan tersebut, diketahui bahwa mahasiswa mulai tidak bergantung pada unsur)unsur yang berasal dari luar dirinya. Mahasiswa lebih independen dibanding pada saat masih di tingkat SMA. Hal tersebut diperkuat juga oleh Perry dan Santrock (dalam Santrock, 2007), pendapatnya menyatakan bahwa pada masa ini, seseorang mulai berpikir realistik, menyadari pendapat dan perspektif orang lain, selain itu mahasiswa mulai membangun otonominya.

  Kondisi di atas menunjukkan mahasiswa lebih intrinsik, dengan mulai menentukan sendiri sikapnya dan mengandalkan kemampuan yang bersumber dari dirinya. Namun, mahasiswa tidak sepenuhnya intrinsik, karena ada tugas perkembangannya yang berhubungan dengan faktor eksternal yaitu menemukan model identifikasi. Hal itu berarti, faktor)faktor di luar diri mahasiswa masih berpengaruh yaitu dengan adanya subyek model. Mappiare (1982) mengatakan bahwa subyek model penting dalam proses pendewasaan

  diri. Subyek model yaitu orang dewasa yang dikagumi, yang disenangi sifat) sifat dan perilakunya. Terhadap orang)orang dewasa semacam ini, mahasiswa beridentifikasi tentang berbagai hal yang dikaguminya seperti sikap, sifat, cara)cara berpikir orang dewasa.

  Berdasarkan teori perkembangan karir Super (Super, 1990) usia 15)24 tahun masuk dalam fase perkembangan karir eksplorasi. Hal itu berarti pengalaman rekreasional yang berhubungan dengan peningkatan kemampuan (keterampilan) kerja, mengkondisikan minat)minat, mengumpulkan informasi yang berhubungan dengan pekerjaan. Dalam melakukan hal)hal itu, mahasiswa akan berhubungan dan mengumpulkan informasi)informasi dari orang lain yang dianggapnya memiliki kemampuan dan informasi yang dibutuhkan. Dalam konteks perkuliahan, dosen dapat menjadi sumber informasi yang dibutuhkan oleh mahasiswa.

  2( 7 & " " % " * "# "%$ * # $% & $ 8 % " # * % %9

  Sistem perkuliahan dengan sistem kredit semester (SKS) membuat mahasiswa berada dalam kondisi yang menuntuk kemandirian dan independen. Mahasiswa mengatur dan menyusun sendiri mata kuliahnya guna menunjang program studinya. Dengan begitu, mahasiswa dikondisikan pada kondisi yang lebih intrinsik, yang artinya mahasiswa memiliki kebebasan dalam mengatur perkuliahannya.

  Meskipun dikondisikan lebih intrinsik, mahasiswa tidak sepenuhnya intrinsik, mahasiswa melalui pihak fakultas masih melaporkan prestasi belajar mahasiwa kepada orang tua. Laporan tersebut sebagai bentuk pertanggungjawaban mahasiswa terhadap orang tua. Hal itu menunjukkan mahasiswa tidak sepenuhnya independen.

  Rentang usia mahasiswa berada pada fase remaja akhir di Indonesia memang memiliki tugas perkembangan yang menuntutnya lebih intrinsik, akan tetapi dari tugas)tugas perkembangan yang disebutkan Pikuna (dalam Agusitani, 2006) , tidak semuanya menuntut mahasiswa untuk sepenuhnya intrinsik. Hal itu terlihat dari tugas perkembangan mahasiswa yang menuntut untuk menemukan model identifikasi. Itu berarti, mahasiswa juga berhubungan dengan faktor)faktor ekstrinsik yaitu subyek model. Dijelaskan oleh Mappiare (1982) bahwa subyek model penting dalam proses pendewasan diri mahasiswa. Subyek model yaitu orang dewasa yang dikagumi, yang disenangi sifat)sifat dan perilakunya. Terhadap orang)orang dewasa semacam ini, mahasiswa beridentifikasi tentang berbagai hal yang dikaguminya seperti sikap, sifat, cara)cara berpikir orang dewasa.

  Berhubungan dengan orang dewasa memang diperlukan oleh mahasiswa guna mendapatkan informasi)informasi yang dibutuhkan dalam perkembangan

  karirnya. Hal itu disebabkan karena mahasiswa berada pada fase eksplorasi

  karir berdasarkan teori perkembangan karir Super. Menurut Super (1990) fase eksplorasi yaitu pada rentang usia 15)24 tahun. Pada fase ini mahasiswa berhubungan dengan lingkungan bekerja, kampus dan pengalaman rekreasional yang berhubungan dengan peningkatan kemampuan (keterampilan) kerja, mengkondisikan minat)minat, dan mengumpulkan informasi yang berhubungan dengan pekerjaan. Dalam lingkungan kampus, dosen dapat menjadi sumber informasi bagi perkembangan karir mahasiswa. Dengan begitu, mahasiswa akan banyak berkomunikasi dengan dosen yang dianggapnya memiliki kemampuan dan informasi yang dibutuhkan.

  Menurut Rakhmat (2007), mahasiswa cenderung lebih banyak berkomunikasi dengan dosen yang dianggapnya menarik. Rakhmat menyebutkan ketertarikan itu sebagai atraksi interpersonal. Mahasiswa menilai dosennya menarik atau tidak berdasarkan tiga aspek, yaitu daya tarik sosial yang merepresentasikan penilaian)penilaian sosial seperti seberapa mampu dosen tersebut bergaul dengan mahasiswa, daya tarik fisik berisi penilaian)penilaian secara fisik atau penampilan luar seperti cara berpakaian dan daya tarik berkaitan dengan tugas yang merupakan penilaian)penilaian seseorang terhadap kemampuan orang lain dalam bekerja (McCroskey, 2007).

  Rakhmat (2007) menjelaskan bahwa semakin mahasiwa tertarik terhadap dosen, maka dosen menjadi signifikan bagi mahasiswa. Hal itu disebabkan karena atraksi interpersonal dapat mempengaruhi penafsiran pesan dan penilaian. Mahasiswa yang tertarik terhadap dosen menafsirkan pesan)pesan yang disampaikan oleh dosen sebagai sesuatu yang baik dan menilainya secara positif. Dengan terciptanya kondisi)kondisi tersebut, dosen dapat menyampaikan pesan atau sikap kepada mahasiswa yang bertujuan untuk meningkatkan motivasi belajar dan mahasiswa menerima pesan tersebut sehingga memunculkan inisiatif untuk belajar, keterlibatan untuk belajar dan komitmen untuk terus belajar.

  ( #$ % %

  Berdasarkan uraian teoritik di atas, maka hipotesis penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : “Ada hubungan positif antara atraksi

  4(/( Kerangka Berpikir Mahasiswa dituntut intrinsik, akan tetapi memiliki tugas perkembangan menemukan model identifikasi (ekstrinsik)

  Mahasiswa mengevaluasi dosen melalui tigas aspek daya tarik :

  • • Fisik

    • Sosial

    • Berkaitan dengan tugas Atraksi interpersonal terhadap dosen Dosen sebagai subyek model, signifikan bagi mahasiswa Komunikasi efektif : Dosen mudah memasukkan pesan dan sikap pada mahasiswa terkait motivasi belajar Pesan diterima mahasiswa
  • Inisiatif untuk belajar
  • Keterlibatan dalam belajar
  • Komitmen untuk terus belajar

  $ 8 % "