KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM SURAT AL-S{AFFA<T AYAT 102-107 KAJIAN TAFSIR IBN KATHI><R SKRIPSI

  KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM SURAT AL-S{AFFA&lt;T AYAT 102-107 KAJIAN TAFSIR IBN KATHI&gt;&lt;R SKRIPSI OLEH SRI KUSRINA NIM: 210313274 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PONOROGO JULI 2018

  

ABTRAK

Kusrina, Sri. 2018. Konsep Pendidikan Islam dalam Surat al-S{affa&gt;t Ayat 102-107

Kajian Tafsir Ibn Kathi&gt;r. Skripsi. Jurusan Pendidikan Agama Islam

  Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam (IAIN) Ponorogo. Pembimbing Dr. H. M. Miftahul Ulum, M.Ag.

  Kata Kunci: Konsep Pendidikan Islam, al-S{affa&gt;t, Tafsir Ibn Kathi&gt;r

  Pendidikan Islam perlu memperhatikan realitas sekarang untuk menyusun format langkah-langkah yang akan dilakukan. Dengan demikian ajaran Islam syarat dengan nilai-nilai bahkan konsep pendidikan. Akan tetapi, semua itu masih bersifat subjektif dan transendental. Agar menjadi sebuah konsep yang objektif dan membumi perlu didekati dengan keilmuan atau sebaliknya perlu menggunakan paradigma Islam yang sarat dengan nilai-nilai pendidikan. Adapun ruang pembahasan konsep pendidikan Islam tetap terbuka lebar untuk menghasilkan formulasi pemikiran yang relevan dengan dinamika kehidupan manusia. Salah satunya konsep pendidikan Islam yang terdapat dalam surat al-S{affa&gt;t ayat 102-107 menurut tafsir Ibn Kathi&gt;r.

  Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui konsep pendidikan Islam (2) mengetahui konsep pendidikan Islam yang terdapat dalam surat al-S{affa&gt;t ayat 102- 107 menurut tafsir Ibn Kathi&gt;r. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Jenis penelitian adalah penelitian kepustakaan (library

  

research ). Teknik pengumpulan data dengan cara editing organizing dan penemuan

  hasil penelitian. Teknik analisis data dengan teknik analisis isi (content analisys) Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa: (1) Konsep pendidikan Islam merupakan suatu proses rangkaian kegiatan untuk memanusiakan manusia

  (humanisasi), atau upaya membantu manusia agar mampu mewujudkan diri sesuai dengan martabat kemanusiannya, berdasarkan pesan-pesan ilahi dengan sikap dan kepribadian bulat menyerahkan diri kepada-Nya dalam segala aspek kehidupan untuk mencari keridlaan-Nya. (2) Dalam perspektif surat al-S{affa&gt;t ayat 102-107 menurut tafsir Ibn Kathi&gt;r, pendidikan Islam adalah pendidikan humanistik right to life, yaitu hak hidup untuk setiap manusia sehingga setiap nyawa manusia tidak layak dikorbankan dengan sia-sia. Atas dasar itu, pendidikan dalam Islam haruslah memandang manusia sebagai khali&gt;fah di bumi, manusia yang dapat dididik, dilatih, dan diberdayakan untuk melahirkan manusia beriman, manusia sempurna, bermoral tinggi, memiliki pengetahuan, dan berwawasan luas.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kegiatan yang memiliki tujuan, sasaran dan target. Pendidikan menuntut terwujudnya program berjenjang melalui peningkatan

  kegiatan pendidikan dan pengajaran selaras dengan urutan sistematika yang membawa anak dari suatu perkembangan ke perkembangan lainnya. Pendidikan menurut Undang-Undang (UU) Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS) No.

  20 Tahun 2003 adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan

  1 dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.

  Pendidikan menjadi sebuah kebutuhan bagi setiap individu. Pendidikan berperan dalam membentuk karakter, jati diri, akhlak mulia, keterampilan, serta kemampuan berpikir (kecerdasan) bagi individu. Pendidikan merupakan usaha pengembangan kualitas diri manusia dalam segala aspeknya. Pendidikan sebagai aktifitas yang disengaja untuk mencapai tujuan tertentu dan melibatkan berbagai faktor yang saling berkaitan antara satu dan lainnya sehingga membentuk satu

  2

  2

  sistem yang saling mempengaruhi. Pendidikan meliputi perbuatan atau usaha generasi tua untuk mengalihkan/melimpahkan pengetahuannya, pengalamannya, kecakapan serta keterampilannya kepada generasi muda sebagai usaha untuk menyiapkan mereka agar dapat memenuhi fungsi hidupnya, baik jasmaniah

  3 maupun rohaniah.

  Pendidikan mempunyai peranan yang sangat berarti bagi kehidupan manusia, melalui pendidikan pula manusia berhasil memecahkan segala persoalan yang dihadapi, ia akan memperoleh pengalaman dan pengetahuan baru

  4

  yang bermanfaat dalam perjalanan hidupnya. Hal ini berarti melalui pendidikan lah seorang manusia dapat mengenal berbagai hal. Baik pengetahuan itu ia dapat dari gurunya, lingkungan sekolah, masyarakat, maupun orang tuanya. Islam sebagai ajaran suci sangat memperhatikan kearifan kemanusiaan sepanjang zaman. Ajaran Islam memberikan perlindungan dan jaminan nilai-nilai kemanusiaan kepada semua umat. Setiap muslim dituntut mengakui, memelihara, dan menetapkan kehormatan diri orang lain. Tuntutan ini merupakan cara mewujudkan misi kemanusiaan manusia yang menjadi tugas pokok dalam

  5

  membentuk dan melangsungkan hidup umat manusia. Dengan pendidikan, manusia bisa mempertahankan kekhalifahannya sebagaimana pendidikan adalah 2 hal pokok yang membedakan antara manusia dengan makhluk lainnya. Dan 3 Anas Salahudin, Filsafat Pendidikan (Bandung: Pustaka Setia, 2011), 19. 4 Mansur, Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), 84-85. 5 Ibid., 33.

  3 pendidikan yang diberikan atau dipelajari harus dengan nilai-nilai kemanusiaan sebagai mediasi nilai-nilai kemanusiaan itu sendiri. Hal ini dalam agama sangatlah diperhatikan, akan tetapi dalam pengaplikasiannya yang dilakukan umatnya kadang melenceng dari esensi ajaran agama itu sendiri. Hal inilah yang harus menjadi perhatian dasar pendidikan Islam.

  Pendidikan sering dikatakan sebagai seni pembentukan masa depan. Ini tidak hanya terkait dengan manusia seperti apa yang diharapkan di masa depan, tetapi juga dengan proses seperti apa yang akan diberlakukan sejak awal keberadaannya, baik dalam konteks peserta didik maupun proses. Oleh karena itu, pendidikan Islam perlu memperhatikan realitas sekarang untuk menyusun

  6

  format langkah-langkah yang akan dilakukan. Dengan demikian, ajaran Islam sarat dengan nilai-nilai, bahkan konsep pendidikan. Akan tetapi, semua itu masih bersifat subjektif dan transendental. Agar menjadi sebuah konsep yang objektif dan membumi perlu didekati dengan keilmuan, atau sebaliknya perlu

  7 menggunakan paradigma Islam yang sarat dengan nilai-nilai pendidikan.

  Diukur dari sejak adanya pendidikan Islam di Indonesia, sempai sekarang pendidikan Islam belum menemukan corak-diri nya yang stabil dan serasi dengan ketuaannya. Jika dihitung jumlah sekolah-sekolah tempat melaksanakan 6 pendidikan berpredikat Islam, ternyata cukup banyak. Namun apakah yang

  Hery Noer Aly dan Munzier S, Watak Pendidikan Islam, Cet 2 (Jakarta Utara: Friska Agung Insani, 2003), 227. 7

  4 menjadi tujuan dari “pendidikan” yang dilaksanakan di sekolah-sekolah itu? Jika ditanyakan kepada para pendiri atau pengasuh dari sekolah-sekolah itu, maka aneka ragam jawabannya. Rumusan tujuan pendidikan Islam yang dilaksanakan di sekolah-sekolah itu sama banyak dengan jumlah pendirinya, tapi satu hal yang sama, yaitu jika ditanyakan detail dari unsur-unsur yang terkandung di dalam rumusan itu, maka ternyata sama-sama kabur. Islam itu hanya satu saja, di dalamnya terdapat gambar individu bernilai tinggi dan jalan yang harus ditempuh untuk menjadikan diri bernilai tinggi. Oleh karena itu seharusnya rumusan tujuan pendidikan Islam hanya satu saja, sama

  8 dan sebangun dengan yang dimaksudkan Allah di dalam Islam itu sendiri.

  Berdasarkan kepada pengertian pendidikan Islam yaitu sebuah proses yang dilakukan untuk menciptakan manusia-manusia seutuhnya beriman dan bertakwa kepada Allah, maka tujuan Allah menciptakan manusia adalah untuk menjadi

  9

  pengabdi Allah. Dari seluruh para pengabdi Allah itu terdapat yang paling akra&gt;m dan yang dinilai oleh Allah yang paling akra&gt;m itu adalah yang paling atqa&gt;. Oleh karena itu tidak ada pilihan lain yang dituju oleh pendidikan Islam,

  10 melainkan membuat individu menjadi pengabdi Allah yang paling atqa&gt;.

  Pendidikan dalam Islam berdasarkan pada al-Qura&gt;n dan al-H{adi&gt;th. al-Qura&gt;n 8 sebagai sumber pendidikan Islam yang pertama dan utama, karena ia memiliki

  Burlian Somad, Beberapa Persoalan dalam Pendidikan Islam (Bandung: PT Alma „arif, 1981), 102. 9 Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam (Jakarta: Ciputat Pers, 2002),

  5 nilai yang absolut yang diturunkan dari Tuhan. Allah Swt. menciptakan manusia dan Dia pula yang mendidik manusia, yang mana isi pendidikan itu telah

  11

  termaktub dalam wahyu-Nya. Hal ini sebagaimana dalam falsafah dasar iqra’, pada awal surat al- ‘Ala&gt;q terdapat la fadh “iqra’ ” dalam arti bacalah adalah perintah untuk mendalami, menyelami, memahami dan menghayati yang dibaca.

  “Iqra’ ” dalam arti bacakanlah (ta’li&gt;m) adalah perintah untuk menyampaikan, memberitahukan, mewariskan, memanfaatkan dan mengamalkan yang dibaca, dan yang dibaca tersebut menurut Endang Saefudin Anshari adalah wahyu Ilahi

  12 dalam al-Qura&gt;n.

  al-Qura&gt;n bersifat universal dan transenden di satu sisi dan di sisi lain dihadapkan pada sejarah peradaban manusia yang berkembang dinamis, sehingga diperlukan tingkat kreatifitas dan orisinalitas cara pemahaman dan penafsiran al- Qura&gt;n. Nilai esensi al-Qura&gt;n selamanya abadi dan selalu relevan pada setiap waktu dan zaman, tanpa ada perubahan sama sekali. Pendidikan Islam yang ideal harus sepenuhnya mengacu pada nilai dasar al-Qura&gt;n, tanpa sedikit pun

  13

  menghindarinya. Secara garis besar, ajaran dalam al-Qura&gt;n terdiri dari dua

  14

  prinsip besar, yaitu keimanan dan amal. Keimanan merupakan keyakinan yang ada dalam hati manusia. Sedangkan amal merupakan perbuatan manusia dalam 11 hubungannya dengan Allah, diri sendiri, sesama dan lingkungan, serta dapat 12 Abdul Mujib, Ilmu Pendidikan Islam, Cet. 3 (Jakarta: Kencana, 2010), 32.

  Endang Saefudin Anshari, Reformasi Filsafat Pendidikan Islam (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996), 88-89. 13

  6 dikatakan bahwa amal merupakan aktualisasi dari iman. Pendidikan sangat penting karena ikut menentukan corak dan bentuk amal dan kehidupan manusia, baik pribadi maupun masyarakat. al-Qura&gt;n menyebutkan bahwa tujuan pendidikan adalah untuk membina manusia secara pribadi dan kelompok sehingga mampu menjalankan fungsinya sebagai hamba Allah dan khali&gt;fah-Nya, guna membangun dunia sesuai dengan

  15 konsep yang ditetapkan Allah, dengan kata lain untuk bertakwa kepada-Nya.

  Sebagai sumber pedoman bagi umat Islam, al-Qura&gt;n mengandung dan membawakan nilai-nilai yang membudayakan manusia. Hampir dua pertiga ayat al-Qura&gt;n mengandung motivasi kependidikan bagi umat manusia. Bila dicermati secara mendalam bagaimana Tuhan mendidik alam ini, akan tampak bahwa Allah sebagai Yang Maha Pendidik dengan kodrat ira&gt;dat-Nya telah mempolakan suatu supra sistem apapun. Sebagai Maha Pendidik segala sesuatu yang menyangkut kehidupan di alam ini berjalan dalam suatu sistem, suatu proses kehidupan yang terjadi secara alami. Hal demikian menjadi contoh bagi makhluk-Nya yang berusaha mengembangkan kehidupan secara manusiawi dan

  16 alami sesuai dengan garis yang telah diletakkan Allah.

  Di samping Maha Pencipta dan Maha Kuasa atas segala-galanya Allah juga berperan sebagai Maha Pendidik terhadap hamba-hambanya. Dia adalah 15 Pendidik atas sekalian alam. Para malaikat, rasul, nabi-nabi, serta para wali 16 M. Quraish Shihab, Membumikan al-Qura&gt;n (Bandung: Mizan, 2004), 173.

  7 sampai kepada para ulama yang bertugas sebagai penyambung kalam Ilahi dan sekaligus sebagai pembantu Allah dalam proses mendidik manusia agar menjadi

  17 hamba yang beriman, bertakwa, dan taat kepada perintah-Nya.

  Kajian tentang konsep pendidikan Islam sampai kapan pun senantiasa menarik perhatian banyak orang. Ruang pembahasan konsep pendidikan Islam tetap terbuka lebar untuk menghasilkan formulasi pemikiran yang relevan dengan dinamika kehidupan manusia. Dalam al-Qura&gt;n disebutkan beberapa kisah nabi yang berkaitan dengan pendidikan. Kisah ini menjadi suri tauladan bagi peserta didik dalam mengarungi kehidupan. Kisah-kisah dalam al-Qura&gt;n sarat dengan h}ikmah dan ‘ibroh yang tidak akan habis tergali sampai kapanpun, teladan yang abadi dicontohkan dalam sosok yang dikisahkan dalam al-Qura&gt;n, salah satunya sosok Nabiyulla&gt;h Ibrahim As. Beliau adalah sosok seorang rasul, pendidik, ayah dan suami yang sukses mendidik keluarga dan umat. Tidak ada lagi yang meragukan kualitas keimanan, keshalihan dan kepemimpinannya sebagai seorang nabi utusan Allah. Demikian pula tentunya dengan perannya sebagai ayah dan pendidik. Namun memang tidak mudah untuk begitu saja memahami atau

  18 mencerna konsep-konsep pendidikannya dalam mendidik keluarga dan umat.

17 Abudin Nata, Tafsir Ayat-ayat Pendidikan; (Tafsir Ayat-ayat Tarbawi) (Jakarta: PT. Raja

  8 Diterangkan dalam firman Allah swt.:

  Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: "Hai anakku Sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!" ia menjawab: "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku Termasuk orang-orang yang sabar". Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis(nya), (nyatalah kesabaran keduanya). Dan Kami panggillah dia: "Hai Ibrahim, sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu. Sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Dan

Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar. (Q.S. al-

S{affa&gt;t/37: 102-107).

  Berdasarkan fenomena tersebut penulis tertarik untuk mengkaji “Konsep Surat al-S{affa&gt;t Ayat 102-107 dalam Tafsi&gt;r Ibn

  Pendidikan Islam pada Kathi&gt;r ”

  Dalam penelitian ini memilih tafsir Ibn Kathi&gt;r merupakan kitab tafsir yang sangat tersohor di dunia Islam. Ketersohorannya itu didukung oleh beberapa faktor yaitu kepakaran penulisan, metode penulisan tafsir, kemurnian tafsir dan validitasnya, sehingga perlu untuk di teliti. Penelitian ini merupakan upaya untuk

  9 mengetahui konsep pendidikan Islam dalam tafsir Ibn Kathi&gt;r kajian Surat al- S{affa&gt;t Ayat 102-107.

B. Rumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang di atas, pembahasan ini dapat difokuskan pada konsep pendidikan Islam berdasarkan keterangan dalam tafsir Ibn Kathi&gt;r yang diambil dari rumusan masalah yaitu: 1.

  Apa Konsep Pendidikan Islam? 2. Bagaimanakah Konsep Pendidikan Islam dalam Perspektif Surat al-S{affa&gt;t

  Ayat 102-107? C.

   Tujuan Penelitian

  Adapun tujuan penelitian yang berkaitan dengan permasalahan diatas sebagai berikut:

  1. Mengetahui konsep pendidikan Islam.

  2. Mengetahui konsep pendidikan Islam ditinjau dalam perspektif surat al- S{affa&gt;t ayat 102-107.

  10 D.

   Manfaat Penelitian

  Pelaksanaan penelitian ini tentunya akan mendatangkan suatu hasil, baik secara teoritis maupun praktis dan dari hasil tersebut diharapkan memiliki manfaat sebagai berikut: 1.

  Secara Teoritis Dalam rangka pengembangan ilmu pengetahuan penelitian selanjutnya Hasil penelitian ini juga diharapkan memberikan sumbangan pemikiran dapat memberikan manfaat bagi dunia pendidikan khususnya dunia pendidikan Islam.

2. Secara Praktis a.

  Bagi Pendidik Menambah wawasan penulis mengenai konsep pendidikan Islam untuk selanjutnya dijadikan sebagai pedoman dalam bersikap dan berprilaku.

  b.

  Bagi Lembaga Pendidikan 1)

  Sebagai masukan yang membangun guna meningkatkan kualitas lembaga pendidikan yang ada, termasuk para pendidik yang ada di dalamnya dan penentu kebijakan dalam lembaga pendidikan serta pemerintah secara umum.

  2) Dapat menjadi pertimbangan untuk diterapkan dalam dunia pendidikan pada lembaga-lembaga pendidikan yang ada di Indonesia sebagai solusi terhadap permasalahan pendidikan yang ada.

  11 c.

  Bagi Ilmu Pengetahuan 1)

  Menambah hasanah keilmuan tentang konsep pendidikan Islam yang terkandung dalam surat al-S{affa&gt;t ayat 102-107 sehingga mengetahui betapa besar perhatian Allah swt. dalam dunia pendidikan. 2)

  Sebagai bahan referensi dalam ilmu pendidikan sehingga dapat memperkaya dan menambah wawasan dibidang tersebut.

E. Telaah Hasil Penelitian Terdahulu 1.

  Skripsi karya Welvi, 2015 dengan judul “Konsep Pendidikan dalam Islam

  Menurut Syed M. Naquib al -Attas dan Relevansinya dengan Pendidikan Akhlak .

  ” Sebuah penelitian kepustakaan dengan pendekatan sejarah. Skripsi ini menjelaskan bahwasanya formulasi konsep pendidikan yang dikemukakan oleh al-Attas sangat erat kaitannya dengan pendidikan akhlak. Paradigma pendidikan yang ditawarkan al-Attas lebih mengacu dan menekankan aspek moral-transendental (afektif) tanpa mengabaikan aspek kognitif (sensual logis) dan psikomotorik (sensual empiris). Hal ini relevan dan signifikan dengan aspirasi pendidikan Islam, yakni bernafaskan akhlak.

  2. Skripsi Ali Usman, 2015 yang berjudul “Konsep Pendidikan Islam Ih}hwa&gt;n al-Muslimi&gt;n

  .” Dalam skripsi tersebut norma Islam dijadikan sebagai akar

  dan fundamen pendidikan. Karena Islam menyentuh semua aspek yang terkait dengan kehidupan manusia.

  12 3.

A. Kudlori, 2016 dalam skripsinya yang berjudul “Aktualisasi Konsep Dasar Pendidikan Islam.

  Sebuah upaya telaah rekonstruksi pemikiran mengenai

  persoalan konsep dasar pendidikan Islam yang menyangkut makna dasar maupun dasar filosofis pendidikan Islam, yang merupakan bagian penting dalam bangunan ilmu kependidikan Islam.

4. Mukhtari, 2016 dalam skripsinya yang berjudul “Konsep Pendidikan Islam

  dalam Pengembangan Sumber Daya Manusia .”Skripsi tersebut menjelaskan

  pendidikan Islam dalam pengembangan sumber daya manusia meletakkan dasar-dasar konsep pengembangannya dari al-Qura&gt;n. Maka pendidikan Islam dalam mengembangkan sumber daya manusia menitik beratkan pada pengembangan jasmani dan rohani. Dalam pengembangan aspek jasmani, manusia dianjurkan untuk melestarikan dan menjaga kesehatan badan. Dan dari aspek rohani, manusia dianjurkan untuk menjaga hatinya dan melandasinya dengan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah Swt. Berbagai karya penelitian yang telah dipaparkan di atas memiliki keistimewaan dan corak tersendiri dalam mengkaji konsep pendidikan Islam.

  Karena kajian dan cara pandang yang digunakan berbeda-beda. Begitu juga dengan penelitian ini. Dalam penelitian ini penulis mengambil objek pada al- Qura&gt;n surat al-S{affa&gt;t ayat 102-107 dengan menggunakan penelitian kepustakaan, dengan jalan membaca, memahami, serta menelaah buku-buku baik berupa kitab-kitab tafsir maupun sumber lain yang berkenaan dengan

  13 permasalahan-permasalahan yang ada kemudian dianalisis dengan menggunakan metode tahlily. Penelitian ini menjelaskan bahwa proses memanusiakan manusia (humanisasi) dijadikan sebagai tujuan pendidikan Islam sebagaimana hakikat pendidikan Islam adalah menjadikan manusia sebagai ‘abdalla&gt;h dan khali&gt;fatulla&gt;h.

F. Metode Penelitian

  Pada dasarnya penelitian merupakan rangkaian kegiatan yang dilakukan dengan cara sistematik dan terencana untuk menyelesaikan suatu masalah, untuk itu dalam penelitian ini penulis akan menggunakan beberapa cara dalam mengkajinya, adapun cara itu meliputi sebagai berikut:

1. Pendekatan Penelitian Pendekatan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif.

  Cualitative Research adalah jenis penelitian yang menghasilkan penemuan-

  penemuan yang tidak dapat dicapai dengan menggunakan prosedur-prosedur statistik atau dengan cara kualifikasi lainnya.

  Penelitian kualitatif dapat digunakan untuk meneliti kehidupan masyarakat, sejarah, tingkah laku, fungsionalisasi organisasi, gerakan sosial, atau hubungan kekerabatan. Penelitian kualitatif adalah salah satu prosedur

  14 penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa ucapan atau tulisan dari

  19 perilaku yang diamati.

  Jenis penelitian ini adalah kajian kepustakaan atau (library research). Penelitian kepustakaan adalah penelitian yang dilaksanakan dengan menggunakan literature (kepustakaan), baik berupa buku, catatan, maupun

  20

  laporan hasil penelitian dan peneliti terdahulu. Serta dibangun dengan menggunakan metode deskriptif, yaitu suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, atau suatu objek, suatu kondisi, atau sistem pemikiran, atau suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran, atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta

  21 hubungan antar fenomena yang diselidiki.

2. Data dan Sumber Data a.

  Data Penelitian Dalam sebuah penelitian data merupakan hal paling pokok dan utama, karena dengan adanya data, penelitian dapat dilakukan.

  Sedangkan untuk mendapatkan data juga diperlukan penggalian sumber- sumber data. Dalam penelitian ini untuk mendapatkan data dalam 19 menyusun teori-teori sebagai landasan ilmiah dengan mengkaji dan 20 Suwardi, Memahami Penelitian Kualitatif (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), 1.

  Etta Mamang Sangaji dan Sopiyah, Metodologi Penenlitian Pendekatan Praktis dalam

  15 menelaah pokok-pokok permasalahan dari literatur yang mendukung dan berkaitan dengan pembahasan penelitian ini, yaitu yang berkaitan dengan konsep pendidikan islam pada surat al-S{affa&gt;t ayat 102-107 dalam tafsir ibn kathi&gt;r.

  b.

  Sumber Data Sumber data yang dijadikan bahan-bahan dalam kajian ini merupakan sumber data yang diperoleh dari bahan-bahan pustaka yang dikategorikan sebagai berkut: 1)

  Sumber data primer Sumber primer adalah hasil penelitian atau tulisan-tulisan karya peneliti teoritis yang orisinil.

  

22

Sumber bahan primer ini merupakan

  sumber data utama atau rujukan utama dalam mengadakan suatu penelitian untuk mengungkapkan dan menganalisis penelitian tersebut. Adapun data primer yang penulis gunakan adalah: al- Ima&gt;m Abi&gt; al-Fi da&gt;’ Isma&gt;‘i&gt;l Ibn Kathi&gt;r al-Qurashy al-Dimashqy, Tafsi&gt;r Ibn Kathi&gt;r (Beiru&gt;t: Da&gt;r al-Fikr, 1981)

  2) Sumber Data Sekunder

  Sumber sekunder adalah bahan pustaka yang ditulis dan dipublikasikan oleh seorang penulis yang secara langsung melakukan pengamatan dan atau berpartisipasi dalam kenyataan

  16 yang ia deskripsikan.

23 Jadi sumber data sekunder merupakan buku-

  Abdul Latif, Pendidikan Berbasis Nilai Kemasyarakatan (Bandung: Rafika Aditama, 2009)

  f) Achmadi, Ideologi Pendidikan Islam, Paradigma Humanisme

  (Yogyakarta: IRCiSoD, 2004)

  Pendidikan Universal di Era Modern dan Post-Modern

  h) Ali Maksum dan Luluk Yunan Ruhendi, Paradigma

  Berdimensi Pendidikan (Banten: PAM Press, 2012)

  g) Ahmad Izzan dan Saehudin, Tafsir Pendidikan Studi Ayat-Ayat

  Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005)

  Teosentris

  Multidisipliner (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2009)

  b) ‘Abdulla&gt;h bin Muh}ammad bin ‘Abdurrahma&gt;n bin Isha&gt;q al-

  buku yang ditulis oleh tokoh-tokoh lain yang berkaitan dengan masalah dalam kajian ini, antara lain: a)

  d) Abuddin Nata, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Kencana, 2010)

  Insani, 1995)

  Sekolah, dan Masyarakat terj. Shihabuddin (Jakarta: Gema

  c) ‘Abdurrahma&gt;n al-Nahla&gt;wi, Pendidikan Islam di Rumah,

  Pustaka Imam asy- Syafi‟i, 2004)

  Sheikh, Tafsi&gt;r Ibn Kathi&gt;r terj. M. Abdul Ghoffar E.M (Jakarta:

  e) Abuddin Nata, Ilmu Pendidikan Islam dengan pendekatan

  17 i) Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan (Jakarta: PT

  RAJAGRAFINDO PERSADA, 2009) j) Heri Gunawan, Pendidikan Islam Kajian Teoritis dan

  Pemikiran Tokoh (Bandung: PT Remaja Rosdakaya, 2014)

  k) Muh}ammad Nas}ib ar-Rifa‘i, Taisiru al-‘Aliyyul al-Qadi&gt;ri li

  Ikhtis}a&gt;ri Tafsi&gt;r Ibn Kath&gt;ir Jilid 3, terj. Syihabuddin (Jakarta: Gema Insani Press, 2000).

3. Teknik Pengumpulan Data

  Penelitian termasuk kategori penelitian kajian kepustakaan (library

  research

  ), oleh karena teknik yang digunakan adalah pengumpulan literer yaitu penggalian bahan-bahan pustaka yang relevan dengan objek pembahasan yang di maksud.

24 Data-data yang ada dalam kepustakaan yang

  diperoleh, diolah dengan cara sebagai berikut: a.

  Editing, memeriksa kembali terhadap semua data yang terkumpul terutama dari segi kelengkapan, kejelasan makna, keselarasan atau dengan yang lain. Dalam penelitian ini setelah seluruh data yang berkaitan dengan konsep pendidikan Islam dalam surat al-S{affa&gt;t ayat 102-107 kajian tafsir Ibn Kathi&gt;r, baik dari buku-buku, skripsi dan yang lainnya dipilih kemudian dipilah atau diperiksa terlebih dahulu untuk menjawab tema penelitian. 24

  18 b.

  Organizing, yaitu menyusun data-data yang diperoleh dengan kerangka yang sudah ditentukan yaitu tentang konsep pendidikan Islam dalam surat al-S{affa&gt;t ayat 102-107 kajian tafsir Ibn Kathi&gt;r, makna data tersebut disusun dalam sub-sub tema yang telah ditentukan agar mudah dipahami.

  c.

  Penemuan hasil data, yaitu melakukan analisis lanjutan terhadap hasil pengorganisasian data dengan kaidah dan dalil-dalil yaitu dengan menganalisis data yang sesuai tema tentang konsep pendidikan Islam dalam surat al-S{affa&gt;t ayat 102-107 kajian tafsir Ibn Kathi&gt;r, sehingga diperoleh kesimpulan sebagai pemecahan dari tema pembahasan yang diteliti.

  25 4.

  Teknik Analisis Data Dalam penelitian ini, setelah dilakukan pengumpulan data, maka data tersebut dianalisis untuk mendapatkan kesimpulan, bentuk teknik dalam teknik analisis data adalah content analisys atau analisis isi. Dimana data deskriptif hanya dianalisis, pendapat ini seperti diungkapkan oleh Weper dan menjelaskan bahwa penelitian isi adalah metodologi penelitian yang memanfaatkan seperangkat prosedur untuk menarik suatu kesimpulan yang benar dari sebuah buku atau dokumen.

  26

25 Abdurrahman Fathoni, Metode Penelitian dan Teknik Penyusunan Skripsi (Jakarta: PT Asdi

  19 Teknik analisis ini ditujukan untuk menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen resmi, dokumen yang validitas dan keabsahannya terjamin, baik dokumen perundangan dan kebijakan maupun hasil-hasil penelitian. Analisis juga dapat dilakukan terhadap buku-buku teks, baik yang bersifat teoritis maupun empiris. Analisis ini untuk mengetahui makna, kedudukan dan hubungan, antara berbagai konsep, kebijakan, program, kegiatan, peristiwa yang ada atau yang terjadi, selanjutnya mengetahui

  27 manfaat, hasil atau dampak dari hal-hal tersebut.

   Content analysis merupakan teknik untuk mengungkapkan isi sebuah

  buku yang menggambarkan situasi penulis dan masyarakatnya waktu buku

  28

  itu ditulis. Terdapat pengertian lain bahwa content analysis merupakan

  29

  analisis ilmiah tentang isi pesan atau komunikasi. Dengan menggunakan analisis ini akan diperoleh suatu hasil atau pemahaman terhadap berbagai isi pesan yang disampaikan oleh sumber informasi secara obyektif, sistematis dan relevan. Kelebihan utama metode ini adalah tidak digunakannya manusia sebagai subjek penelitian. Bahan-bahan penelitian mudah didapat

  30 terutama di perpustakaan-perpustakaan.

  27 Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007), 81. 28 29 Hadari Nawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial, 72.

  Neong Muhadjir, Metodologi Penelitian Kualitatif Pendekatan Positivistik, Rasionalistik,

Phenomenologik, dan Realisme Metaphisik Telaah Studi Teks dan Penelitian Agama (Yogyakarta:

  20 G.

   Sistematika Pembahasan

  Sistematika pembahasan dalam penelitian ini terdiri dari 5 (lima) bab yang saling berkaitan satu dengan lainnya. Secara rinci, sistematika tersebut adalah: Bab I Pendahuluan. Dalam bab ini diuraikan gambaran global tentang isi penulisan penelitian yang meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, telaah hasil penelitian terdahulu, metode penelitian yang meliputi pendekatan penelitian, data penelitian, sumber data primer dan sekunder, teknik pengumpulan data, teknik analisis data kemudian yang terakhir dilanjutkan dengan sistematika pembahasan penelitian.

  Bab II, menguraikan tentang konsep pendidikan Islam yang meliputi; pengertian pendidikan Islam, ruang lingkup pendidikan Islam, sumber atau dasar pendidikan Islam, tugas dan fungsi pendidikan Islam, dan tujuan pendidikan Islam.

  BAB III, Temuan Penelitian. Pada bab ini berisi tentang konsep pendidikan Islam dalam surat al-S{affa&gt;t ayat 102-107 kajian tafsir Ibn Kathi&gt;r. BAB IV, bab ini merupakan bab pembahasan dari pokok masalah. Dalam hal ini berisi analisis tentang konsep pendidikan Islam dalam surat al-S{affa&gt;t ayat 102-107.

  Bab V Penutup. berisi kesimpulan hasil penelitian dan saran-saran peneliti yang berkaitan dengan pembahasan skripsi ini.

BAB II KONSEP PENDIDIKAN ISLAM A. Pengertian Pendidikan Islam Sebagaimana manusia diketahui adalah sebagai khali>fah Allah di alam. Sebagai khali>fah, manusia mendapat kuasa dan wewenang untuk melaksanakan

  pendidikan terhadap dirinya sendiri, dan manusia pun mempunyai potensi untuk melaksanakannya. Dengan demikian pendidikan merupakan urusan hidup dan

  1 kehidupan manusia, dan merupakan tanggung jawab manusia sendiri.

  Pendidikan merupakan term terpenting dan menentukan dalam perubahan masyarakat. Bahkan Islam sendiri menempatkan pendidikan dalam posisi vital.

  Bukan sebuah kebetulan jika dalam lima ayat pertama dimulai perintah membaca. Tak heran jika dalam syiar yang dikembangkan Nabi Muhammad

  2 dilakukan dengan pendekatan pendidikan.

  Gagasan utama pendidikan, termasuk pendidikan Islam, terletak pada pandangan bahwa setiap manusia mempunyai nilai positif tentang kecerdasan, daya kreatif, dan keluhuran budi. Namun fokusnya bukan semata kemampuan ritual dan keyakinan tauhid tetapi juga akhlak sosial dan kemanusiaan. Kualitas akhlak pun tak bisa dicapai hanya dengan doktrin halal-haram, tetapi usaha

1 Zuharini, et. al., Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), 125.

  22

  3

  budaya dari rumah, masyarakat dan ruang kelas. Pendidikan Islam sebagai usaha sadar terencana dengan sistem yang persiapkan orang dewasa atau pendidik untuk membantu anak didik mengembangkan segala potensinya baik jamani, rahani, dan akal berdasar pada ajaran Islam.

  Berbicara masalah pendidikan merupakan suatu kajian yang cukup menarik, karena pemahaman makna tentang pendidikan sendiri pun juga beragam. Perlu diketahui bahwa banyak sekali istilah-istilah dalam pendidikan itu sendiri. Seperti pengajaran, pembelajaran, pedagogi, pendidikan, pelatihan, dan lain sebagainya. Semua itu dapat dijumpai dalam buku-buku yang mengkaji tentang pendidikan. Istilah pendidikan secara sederhana dapat diartikan sebagai usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai yang terdapat di dalam masyarakat dan bangsa. Dengan demikian, makna pendidikan Islam dapat diartikan sebagai usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan

  4 ajaran-ajaran Islam.

  Pendidikan menurut Ahmad D. Marimba adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani anak

3 Abdul Munir Mulkhan, “Humanisasi Pendidikan Islam”, dalam Hamami Zada, et. Jurnal Tashwirul Afkar edisi no. 11 tahun 2001, 17.

  4

  23

  5

  didik menuju terbentuknya kepribadian yang utama. Dalam pendidikan yang dijelaskan di atas bahwa dalam pendidikan terdapat beberapa unsur, diantaranya:

  1. Usaha (kegiatan) yang bersifat bimbingan dilakukan secara sadar.

  2. Ada pendidik, pemimpin atau penolong.

  3. Ada peserta didik, anak didik.

  4. Bimbingan itu mempunyai dasar dan tujuan.

  5. Dalam usaha itu terdapat alat-alat yang dipergunakan. Pemaknaan pendidikan menurut Marimba ini dikatakan terbatas, karena pemahaman arti tersebut hanya bersifat kelembagaan saja, baik di keluarga, sekolah maupun masyarakat. Kenyataannya bahwa dalam proses menuju perkembangan yang sempurna itu seseorang tidak hanya dipengaruhi oleh orang lain, tetapi ia juga menerima pengaruh (entah itu bimbingan atau bukan, tidak menjadi soal) dari selain manusia.

  Sedangkan menurut Ali Ashraf, bahwa pendidikan adalah sebuah aktivitas tertentu yang memiliki maksud tertentu yang diarahkan untuk mengembangkan

  6

  individu sepenuhnya. Berbeda pula dengan apa yang diungkapkan oleh Ali Ashraf, bahwa dalam memaknai pendidikan bisa memerlukan suatu pengaruh, bimbingan ataupun panduan, namun bisa juga tidak, yang terpenting jelas adanya aktifitas tertentu dalam rangka mengembangkan individu secara penuh.

  5

  24 Di sisi lain, Azyumardi Azra menyatakan bahwa pendidikan lebih daripada sekedar pengajaran, yang dapat dikatakan sebagai suatu proses transfer ilmu belaka, bukan transformasi nilai dan pembentukan kepribadian dengan segala

  7

  aspek yang dicakupnya. Jelas bahwa apa yang dinyatakan Azra, pengajaran lebih berorientasi pada pembentukan tukang-tukang atau para spesialis yang terkurung dalam ruang spesialisasinya yang sempit, karena itu perhatian dan minatnya pun lebih bersifat teknis. Adapun istilah manapun yang akan diambil terserah akan berpijak kemana, karena penulis tidak membatasi makna pendidikan secara sebenarnya.

  Pengertian pendidikan dengan seluruh totalitasnya dalam konteks Islam inheren dengan konotasi istilah “tarbiyah, ta’li&gt;m, dan ta’dib” yang harus dipahami secara bersama-sama. Di dalam al-Qura&gt;n dan al-Hadi&gt;th sebagai sumber utama ajaran Islam dapat ditemukan kata-kata atau istilah-istilah yang pengertiannya terkait dengan pendidikan, yaitu robba, ‘allama dan addaba.

  Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana 8 mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil "(Q.S. al-Isra&gt; ’/17: 24).

7 Azyumardi Azra, Pendidikan Islam; Tradisi dan Modernisasi Menuju Milenium Baru

  25 Kata rabbaya&gt;ni&gt; pada ayat ini mempunyai arti rah}mah, yaitu ampunan dan kasih sayang, yang berarti proses orang tua memberi makan, kasih sayang, pakaian, dan merawat anak-anaknya. Sedangkan pemeliharaan orang tua terhadap anaknya merupakan cerminan budaya tarbiyah. Ayat ini memerintahkan anak bahwa “dan merendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua”, didorong oleh rahmat kasih sayang, bukan karena takut atau karena malu dicela bila tidak

  9 menghormatinya, dan ucapkanlah, yakni berdoalah secara tulus.

  Fir'aun menjawab: "Bukankah kami telah mengasuhmu di antara (keluarga) kami, waktu kamu masih kanak-kanak dan kamu tinggal bersama kami beberapa tahun dari umurmu (Q.S. al-Syu ‘ara&gt;’/26: 18).

  Kata nu&gt;rabbika pada ayat ini, walaupun Fir „aun melakukan tarbiyah kepada

  Nabi Musa, secara sederhana berarti membesarkan tanpa mesti mencakup

  10 penamaan pengetahuan dalam proses itu.

  Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam, Dia mengajar

  11 kepada manusia apa yang tidak diketahuinya (Q.S. al- ’Alaq/96: 4-5).

  9 M.Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah Pesan Kesan Dan Keserasian al-Qura&gt;n (Jakarta: Lentara Hati, 2002), 66. 10 Moh. Yamin, Menggugat Pendidikan Indonesia; Belajar dari Paulo Freire dan Ki Hajar

  26 Pada kedua ayat ini, terdapat ih}tiba ’, yakni membuang kata yang sama guna mempersingkat redaksi. Kata “manusia” tidak disebut karena telah disebut pada ayat ke 5, dan pada ayat 5 kalimat “tanpa pena” tidak disebut, karena pada ayat 4 telah diisyaratkan makna itu dengan disebutnya pena. Dengan demikian kedua ayat di atas dapat berarti “Dia mengajarkan (manusia) dengan pena/tulisan (hal-hal yang telah diketahui sebelumnya) dan Dia mengajarkan manusia (tanpa

  12

  pena) apa yang belum diketahui sebelumnya.” Dari uraian di atas, kedua ayat tersebut menjelaskan dua cara Allah swt dalam mengajar manusia. Pertama, melalui pena (tulisan) yang harus dibaca oleh manusia. Kedua, melalui pengajaran secara langsung tanpa alat. Cara yang kedua

  13

  ini dikenal dengan istilah “ „Ilmu Laduni”.

  Dari „Ali bin Abi Thalib berkata: Rasulullah saw. Bersabda: Didiklah anak-anakmu atas tiga perkara: mencintai nabimu, mencintai ahli 14 keluarganya, dan membaca al-Qura&gt;n. (H.R. al-Daylamy).

  Dalam bahasa arab, kata-kata

  rabba, „allama, dan addaba menurut

15 Achmadi, mengandung pengertian sebagai berikut:

  12 13 M.Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah Pesan Kesan dan Keserasian al-Qura&gt;n , 401 14 Ibid., 402.

  27 1.

  Kata rabba (masdar: tarbiyyatan) memiliki beberapa arti sekitar mengasuh, rabba, ada kata-kata yang mendidik dan memelihara. Di samping kata serumpun dengannya yaitu rabba, yang berarti memiliki, memimpin, memperbaiki, menambah. Rabba juga berarti tumbuh atau berkembang.

2. Kata ‘allama (masdar: ta’li>man) berarti mengajar yang lebih bersifat pemberian atau penyampaian pengertian, pengetahuan, dan keterampilan.

  3. Kata addaba (masdar: ta’diban) dapat diartikan mendidik yang secara sempit mendidik budi pekerti dan secara luas meningkat peradaban. Menurut Naquib

  16

  al-Attas, seperti dikutip M. Ridlwan Nasir, at- ta’dib adalah pengenalan dan pengakuan yang secara berangsur ditanamkan kepada manusia tentang tempat-tempat yang tepat dari segala sesuatu dalam tatanan penciptaan sedemikian rupa, sehingga membimbing ke arah pengenalan dan pengakuan kekuasaan dan keagungan Tuhan dalam tatanan wujud dan keberadaannya. Ketiga istilah tersebut ( tarbiyy ah, ta’lim, dan ta’dib) merupakan satu kesatuan yang saling terikat. Artinya, bila pendidikan dinishbatkan kepada ta’dib, ia harus melalui pengajaran (ta’lim) sehingga diperoleh ilmu. Agar ilmu dapat dipahami, dihayati, dan diamalkan oleh peserta didik, perlu adanya bimbingan ( tarbiyyah).

15 Achmadi, Ideologi Pendidikan Islam, Paradigma Humanisme Teosentris (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), 25-26.

  16

  28 Pendidikan dalam konteks Islam pada umumnya mengacu kepada term: tarbiyah, ta’lim, ta’dib, riyadlah, irsyad, dan tadris. Masing-masing memiliki keunikan makna tersendiri, namun memiliki makna yang sama. Akan tetapi term yang populer digunakan dalam praktek pendidikan Islam adalah term al-

17 Tarbiyyah. Menurut Ahmad D. Marimba, pendidikan Islam adalah bimbingan

  jasmani-rohani berdasarkan hukum-hukum agama Islam menuju terbentuknya

  18 kepribadian utama menurut ukuran Islam.

  Menurut Achmadi, pengertian pendidikan Islam adalah segala usaha untuk memelihara dan mengembangkan fitrah manusia serta sumber daya manusia yang ada padanya menuju terbentuknya manusia seutuhnya ( insa&gt;n kami&gt;l) sesuai

  19 dengan norma Islam.

  Ramayulis dalam bukunya ilmu pendidikan Islam mengemukakan bahwa pendidikan Islam adalah suatu proses edukatif yang mengarah kepada

  20

  pembentukan akhlak atau kepribadian. Sedangkan hakikat pendidikan Islam menurut M. Arifin adalah usaha orang dewasa muslim yang bertaqwa secara sadar mengarahkan dan membimbing pertumbuhan dan perkembangan fitrah

  17 Menurut Muh}ammad Athiyah al-Abrasy dalam kitabnya Ta’li&gt;m , Ru&gt;h al-Tarbiyah wa al-

seperti dikutip oleh Abdul Mujib, Pendidikan Islam dalam khazanah keIslaman populer dengan Istilah

  , karena mencakup keseluruhan aktivitas pendidikan, sebab di dalamnya tercakup upaya Tarbiyah

mempersiapkan individu secara sempurna. Lihat. Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakkir, Ilmu Pendidikan

Islam , cet. 1 (Jakarta: Kencana, 2006), 10. 18 19 Ahmad D. Marimba, Filsafat Pendidikan Islam (Bandung: al- Ma‟arif, 1989), 23.

  29 anak didik melalui ajaran Islam ke arah titik maksimal pertumbuhan dan

  21 perkembangannya.

  Memang dalam pendidikan Islam terdapat sebuah karakteristik yang khusus, rekomendasi Konferensi Internasional Pendidikan Islam di Universitas King Abdul Aziz Jeddah tahun 1997 mendefinisikan pendidikan Islam sebagai keseluruhan pengertian yang terkandung dalam istilah ta’lim, tarbiyah, dan ta’dib. Berdasarkan pemaknaan ini, ‘Abdurrah}man al-Nah}lawy menyimpulkan

  22

  bahwa pendidikan Islam terdiri dari empat unsur, yaitu: Pertama, menjaga dan memelihara fitrah anak menjelang baligh; kedua, mengembangkan seluruh potensi; ketiga, mengarahkan seluruh fitrah dan potensi menuju kesempurnaan; dan keempat, dilaksanakan secara bertahap.

  Adapun pendidikan Islam, menurut al-Qardhawi adalah pendidikan manusia seutuhnya, akal dan hatinya, rohani dan jasmaninya, akhlak dan keterampilannya.

  Karenanya pendidikan Islam berupaya menyiapkan manusia untuk hidup baik dalam keadaan damai maupun perang, dan menyiapkannya untuk menghadapi

  23 masyarakat dengan segala kebaikan dan kejahatannya, manis dan pahitnya.