SISTEM UTILITAS PASAR BURUNG DAN BUNGA S

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Dalam kehidupan ini manusia saling membutuhkan satu sama lain sesama
makhluk Tuhan. Saling mengisi dalam masing masing kehidupan. Entah itu dalam
bentuk sesama manusia ataupun sesama makhluk hidup seperti hewan dan tumbuhan.
Bagi sebagian orang, kehadiran orang lain dalam hidupnya tidaklah cukup, oleh
karena itu mereka memelihara hewan peliharaan ataupun berbagai macam tumbuhan
di pekarangan rumahnya.
Untuk memenuhi kebutuhan akan makhluk lain tersebut disediakan sebuah
kawasan yang menyediakan berbagai macam jenis hewan dan tumbuhan ataupun
tanaman hias. Dengan harga yang relatif terjangkau kita sudah dapat membeli
kebutuhan akan makhluk lain tersebut.
Kawasan tersebut, yang biasa kita sebut Splendid, berada di pusat kota
Malang. Mempermudah bagi para pembeli untuk mendapatkan apa yang dibutuhkan.
Di kota Malang sendiri kawasan ini hanya ada 1. Terdapat 2 pasar , yaitu Pasar Hewan
dan Pasar Bunga. Kondisi masing masing pasar tersebut sangatlah jauh berbeda. Pasar
Hewan yang dipenuhi oleh berbagai jenis hewan memiliki suasana yang ramai dan
aroma yang kurang sedap, sedangkan Pasar Bunga memiliki suasan yang cukup
tenang dengan aroma segar dari tanaman dan beberapa bunga yang mekar.

Kawasan ini memiliki tapak yang berkontur yang mempengaruhi masa dan
tata bangunan, sirkulasi, dan lainnya. Jika kita lihat masing-masing masa bangunan
tidak memiliki jarak yang cukup apalagi jika digunakan sebagai tempat sirkulasi
padahal dengan jumlah pengunjung serta penjual yang tidak sedikit.
Banyaknya toko tidak pula didukung dengan luas tapak, begitu pula dengan
utilitas yang dirasa masih berantakan serta tidak tertata.
Kawasan Splendid sendiri merupakan Venacular architecture yang masih
bertahan di malang. Dengan keunikannya tersendiri hal ini lah yang membuat kami
ingin mengkaji lebih lanjut.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana dampak dari kawasan Splendid terhadap lingkungan sekitar secara
langsung maupun tidak langsung ?

2. Bagaimana pengaruh kondisi tapak berlereng pada masa bangunan di Kawasan
Splendid ?
3. Bagaimana susunan peletekan ruang bangunan dalam kawasan Splendid
mempengaruhi Sirkulasi dan aktivitas pelaku di dalamnnya?
4. Bagaimana sistem utilitas Kawasan Splendid, serta pengaruhnya dari dan bagi
lingkungan sekitarnya ?
5. Bagaimana kenyamanan bangunan berhungan dengan kenyamanan visual,

thermal dan audio pada kawasan Splendid ?
1.3 Tujuan
Tujuan dari Tugas kajian Teori dan Sejarah Arsitektur 2 ini adalah:
1. Mengetahui pengaruh Kawasan Splendid dengan lingkungan sekitarnya
2. Mengetahui pengaruh tapak berlereng pada masa bangunan Kawasan Splendid
3. Mengetahui pengaruh tata ruangan pada sirkulasi dan aktivitas pelaku pada
Kawasan Splendid
4. Mengetahui sistem utilitas pada Kawasan Splendid
5. Mengetahui pencahayaan dan penghawaan pada kawasan Splendid

BAB II
KAJIAN TEORITIK

2.1 Hubungan Suatu Kawasan (Pasar Tradisional) dengan Lingkungan
sekitarnya

Pusat berkumpulnya masyarakat sebenarnya ada di pasar tradisional.Budaya menjadi
roh pasar tradisional yang dapat menembus berbagai batasan.Pasar tradisional berfungsi
sebagai ruang ekonomi, ruang sosial dan ruang budaya.
Sebagai ruang ekonomi karena jelas merupakan tempat jual beli.Sebagai ruang sosial

karena merupakan tempat interaksi, dan sebagai ruang budaya terlihat dari fungsinya sebagai
sarana pembelajaran. Sapaan-sapaan yang mempunya inilai sosial menjadi sarana komunikasi
antara pedagang dengan pembeli.Pasar tradisional merupakan cerminan dari lingkungan
masyarakat sekitar.Dengan adanya pasar tradisional maka masyarakatdisekitarnya pun akan
maju, begitu pula sebaliknya. Setiap pasar tradisional tumbuh dalam kultur tertentusesuai
dengan lingkungan sekitarnya. Dan kultur inilah yang akan menunjukan arah mana yang akan
dituju dalam kehidupan masyarakat pasar itu sendiri.
Perkembangan ekonomi yang semakin pesat, diiringi dengan perubahan tatanan fisik
serta perkembangan fungsi lingkungan sekitarnya dapat mempengaruhi perubahan makna
dan fungsi suatu kawasan.
Seiring perjalanan waktu, mengubah sistem ekonomi, sistem pemerintahan,
perkembangan teknologi,

dan mosaik-mosaik pembentuk karakter suatu kawasan

menyebabkan penurunan kualitas fungsional serta kualitas ekspresif. Penurunan kualitas
fungsional, antara lain karena semakin luasnya daerah layanan. Faktor lain dalam penurunan
kualitas fungsional, disebabkan oleh pembangunan secaras poradis dan tidak terkendali.
Penurunan kualitas kawasan secara ekspresif, terindikasi oleh semakin banyaknya penataan
dan tampilan bangunan tanpa keharmonisan,


tanpa kesatuan, dan bahkan tanpa kaidah

arsitektural. Kondisi demikian, berakibat terjadi tingkat keragaman ekspresi yang tinggi.
Dampak dari haltersebut, salah satunya mengarah kepada tatanan kawasan yang chaos, dan
terjadi de-Humanisasi kawasan.

2.2 Tapak Berkontur / Berlereng
Kontur merupakan garis imajiner sebagai penanda titik-titik pada lahan miring yang
memiliki ketinggian sama. Interval kontur adalah jenjang yang ditentukan antara satu garis
titik ketinggian dengan satu garis titik ketinggian yang lain. Interval kontur yang paling
umum adalah 1 meter, namun demikian dapat pula dibuat interval setiap 0,5 meter, 2 meter, 5
meter. Biasanya di dalam gambar kerja lansekap dicantumkan pula penanda interval kontur,

misalnya setiap 1 meter bergaris tipis, dan setiap 5 meternya bergaris tebal. Mendesain dalam
lahan berkontur memerlukan strategi tersendiri untuk menyiasati agar arsitektur dapat
terwujud dengan baik.
Desain yang aplikasinya akan memakan biaya banyak dalam lahan berkontur jika
banyak pula penggalian (cuta) dan pengurugan (fill) yang dilakukan, sedangkan desain yang
aplikasinya paling minim biaya jika hampir tidak ada kegiatan cut dan fill yang dilakukan.

Namun demikian desain itu tidak berarti pula bahwa seluruh bangunan melayang di atas
lahan berkontur dan disangga tiang-tiang sehingga lahan tidak banyak diurug/digali. Karena
tindakan tersebut juga akan memakan banyak biaya pembuatan pelat lantai. Langkah yang
cukup bijak adalah dengan mencari dan selalu mencari kesetimbangan di lokasi mana desain
arsitektur menumpu di atas tanah, satu ruang dapat memiliki ketinggian yang berbeda dengan
ruang lain sesuai dengan kontur yang ada.
Sebuah rancangan denah arsitektur yang meliuk mengikuti kontur akan memiliki level
lantai yang sama tingginya dibanding rancangan denah yang tegak lurus dengan garis kontur.
Demikian pula jalan mobil/pedestrian yang selalu sejajar dengan kontur akan relatif datar,
jika jalur jalan tersebut melawan arah kontur maka posisinya akan naik/turun. Kontur dengan
interval ketinggian 1 meter dan di dalam gambar tapak juga terlihat berjarak 1 meter akan
memiliki kemiringan 45 derajat. Jadi jika jalur jalan berada dalam posisi tegak lurus kontur
yang memiliki jarak 1 meter maka kemiringannya sangat curam dan tidak layak didaki. Jarak
kontur setiap 2 meter-an akan menghasilkan kecuraman 22,5 derajat dan masih belum layak
pula. Jarak kontur setiap 4 meter-an akan menghasilkan kemiringan 11,25 derajat dan ini
adalah batas kemiringan yang masih pantas untuk jalan mobil/pedestrian di dalam suatu lahan
olahan rancangan arsitektur.
Dalam kondisi tertentu memang akan didapati lokasi jalur jalan yang memang harus
berhadapan dengan kontur curam. Jika memungkinkan sebaiknya desain jalur jalan dibuat
mengikuti kontur dengan penyelesaian cut/fill atau melayang disangga tiang. Jika didapati

bahwa jarak antar kontur terlalu rapat, maka arah jalur jalan dapat diserongkan sampai
kemiringan yang mencapai jarak tertentu hingga didapatkan kelandaian yang cukup layak.
Selain kemiringan ini, perlu pula diamati bentuk kontur yang menghasilkan lahan berupa
punggung bukit dan lahan yang berupa cekungan. Lahan yang berupa cekungan akan selalu
menjadi sasaran berkumpulnya arah aliran air. Dengan demikian agar ruang efektif terhindar

dari gangguan jalur air, maka sebaiknya bangunan lebih banyak diletakkan pada pungungpunggung bukit.
Oleh sebab itu kondisi tapak berkontur tersebut menyebabkan pola tatanan bangunan
rumah, tatanan jaringan jalan, tatanan ruang terbuka dan tatanan bangunan fasilitas umum
akan membentuk perbedaan lingkungan sekitar tapak.

2.3 Organisasi Tata Ruang Cluster
Sebuah organisasi yang terklaster bergantung pada kedekatan fisik untuk
menghubungkan ruang-ruangnya satu sama lain. Seringkali organisasi ini terdiri dari ruangruang yang berulang dan memiliki

seluller yang memiliki fungsi-fungsi serupa serta

membagi sebuah tanda pengenal visual bersama seperti bentuk dasar atau orientasi. Di dalam
komposisinya,sebuah organisasi terklaster juga dapat menerima ruang-ruang yang tidak
serupa serupa ukuran, bentuk, serta fungsinya. Namun tetap terhubung satu sama lain melalui

sejenis alat pengatur visual seperti simetri atau sebuah sumbu. Karena polanya tidak beasal
dari sebuah konsep geometris yang kaku, maka bentuk dari sebuah organisasi terklaster
adalah fleksibel dan senantiasa menerima pertumbuhan serta perubahan tanpa mempengaruhi
karakternya.
Ruang-ruang terklaster dapat diatur mengelilingi sebuah titik akses masuk ke dalam
sebuah bangunan ataupun di sepanjang jalur pergerakan yan melaluinya. Ruang-ruang ini
juga dapat tersebar mengelilingi suatu area yang terdefinisi atau volume ruang yang besar.
Pola ini serupa dengan organisasi terpusat,namun kurang memiliki keringkasan dan
keteraturan geometris. Ruang-ruang sebuah organisasi terklaster juga dapat ditampung
didalam sebuah area yang terdefinisi ataupun volume ruang.
Karena tidak ada tempat hasil nemtukan yang penting di dalam pola sebuah organisasi
terklaster, maka nilai kepentingan sebuah ruang harus ditegaskan melalui bentuk, ukuran,
atau orientasi di dalam pola tersebut. Suatu kondisi simetri atau aksial dapat digunakan untuk
memperkuat dan menyatukan bagian-bagian sebuah organisasi terklaster serta membantu
mengartikulasikan kepentingan satu atau sekelompok ruang di dalam organisasi tersebut.
Sumber : Arsitektur : bentuk,ruang,dan tatanan Francis D.K. Ching,2007

2.4 Sistem Utilitas Kawasan
Utilitas adalah unsur penting dalam sebuah bangunan maupun kawasan. Utilitas
adalah semua yang berkaitan dengan “menghubungkan” seperti air, listrik dan lainnya yang

menunjang sistem bangunan struktural maupun arsitektural sehingga sebuah bangunan dapat
digunakan dengan sebaik-baiknya dan pelaku yang beraktivitas di dalamnya merasa aman
dan nyaman
Perancangan utilitas terdiri dari:
1. Perancangan plambing dan sanitasi
2. Perancangan pencegahan pembakaran
3. Perancangan pengudaraan/penghawaan
4. Perancangan penerangan/pencahayaan
5. Perancangan telepon
6. Perancangan CCTV dan sekuriti system
7. Perancangan penangkal petir
8. Perancangan tata suara
9. Perancangan transportasi dalam bangunan
10. Perancangan landasan helicopter
11. Perancangan pembuangan sampah
12. Perancangan alat pembersih bangunan(Tanggoro, Dwi, 2004: 3)

2.5 Kenyamanan Manusia Thermal, Visual dan Audio
a. Kenyamanan Thermal
Indeks kenyamanan termal atau skala kenyamanan merupakan suatu skala

yang terdiri atas 4 faktor termal (thermal factors) : 80% dari responden setuju dengan
kondisi kenyamanan ;
1) Suhu
2) Kelembapan
3) Sinar matahari
4) Angin
Suhu netral Kota Malang

b. Kenyamanan visual
Komponen visual terbagi menjadi beberapa unsur ;
1) Sudut pandang
2) Ukuran objek pengamatan
3) Warna objek
4) Persepsi warna

Kebutuhan cahaya

c. Kenyamanan thermal
Ada empat cara pemindahan panas yakni:
1)


Konduksi ialah pemindahan panas yang dihasilkan dari kontak langsung
antara permukaan-permukaan. Konduksi terjadi hanya dengan menyentuh
atau menghubungkan permukaan-permukaan yang panas atau sejuk.

2)

Konveksi. Pemindahan panas berdasarkan gerakan cairan disebut
konveksi. Dalam hal ini cairan adalah udara.

3)

Evaporasi (penguapan). Dalam pemindahan panas yang didasarkan pada
evaporasi, sumber panas hanya dapat kehilangan panas.

4)

Radiasi ialah pemindahan panas atas dasar gelombang-gelombang
elektromagnetis.


Jumlah keseluruhan panas pindahan yang dihasilkan oleh masing-masing cara hampir
seluruhnya ditentukan oleh kondisi-kondisi lingkungan. Pengondisian suatu ruang seharusnya
meningkatkan laju kehilangan panas bila para penghuni terlalu panas dan mengurangi laju
kehilangan panas bila mereka terlalu dingin. Tujuan ini tercapai dengan mengolah dan
menyampaikan udara yang nyaman dari segi suhu, uap air (kelembaban), dan velositas (gerak
udara dan pola-pola distribusi). Kebersihan udara dan hilangnya bau (melalui ventilasi)

merupakan kondisi-kondisi kenyamanan tambahan yang harus dikendalikan oleh sistem
penghawaan buatan.
Agar memberi kondisi yang nyaman secara terus-menerus dalam suatu bangunan,
sistem-sistem penghawaan harus mempertahankan keseimbangan antara kondisi-kondisi
termal dan atmosfer dalam dan kondisi-kondisi iklim yang terus-menerus berubah di luar
ruangan dan di dalam ruangan itu sendiri. Jika suasana panas sistem harus memberi cukup
udara sejuk untuk mengatasi panas yang diperoleh dari luar. Dalam keadaan dingin ia harus
memberi cukup panas untuk menggantikan panas yang hilang ke luar.
Agar didapatkan suatu sistim serta kapasitas pendingin yang tepat, maka perlu
diketahui besarnya beban kalor pada ruang (karena fungsi AC adalah untuk menghapus beban
kalor tersebut) sehingga suhu dan kelembaban udara tetap nyaman. Besar beban kalor yang
terjadi ditentukan oleh: hantaran panas radiasi matahari, hantaran panas secara transmisi,
hantaran panas ventilasi atau inviltrasi, beban panas intern (manusia dan peralatan elektronik
atau mesin).
Dengan memperhatikan hal di atas, maka di dalam desain ruang atau bangunan yang
menggunakan penghawaan buatan, harus mengikutkan pertimbangan-pertimbangan berikut:
1. Bentuk

cenderung

beraturan

agar

memudahkan

dalam

perencanan

sistem

penghawaannya.
2. Bentuknya diusahakan disejajarkan dengan arah aliran angin
3. Langit-langit atau plafon dibuat relatif rendah kecuali untuk pertimbangan lain,
seperti akustik dan lain-lain.

BAB III

METODE PENELITIAN

Pengamatan dan pengkajian ruang kota serta kawasan di daerah Splendid (Pasar
Bunga dan Pasar Burung) dimaksudkan untuk mendapatkan sumber-sumber yang memiliki
keterkaitan dengan kasus yang akan dikaji lebih lanjut.
Langkah-langkah yang dilakukan untuk kajian tugas Teori dan Sejarah Arsitektur 2 ini
adalah:
1. Menentukan objek penelitian
Kawasan Splendid; Pasar Burung dan Pasar Bunga
Jl. Brawijaya
2. Menetukan metode penelitian
Penelitian ini menggunakan metode Survey Deskriptif (Exploratory Study).
Penelitian deskriptif adalah suatu bentuk penelitian yang ditujukan untuk
mendeskripsikan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena alamiah maupun
fenomena buatan manusia. Fenomena itu bisa berupa bentuk, aktivitas,
karakteristik, perubahan, hubungan, kesamaan, dan perbedaan antara fenomena
yang satu dengan fenomena lainnya (Sukmadinata, 2006:72).
Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang berusaha mendeskripsikan
dan menginterpretasikan sesuatu, misalnya kondisi atau hubungan yang ada,
pendapat yang berkembang, proses yang sedang berlangsung, akibat atau efek
yang

terjadi,

atau

tentang

kecendrungan

yang

tengah

berlangsung.

Furchan (2004:447) menjelaskan bahwa penelitian deskriptif adalah penelitian
yang dirancang untuk memperoleh informasi tentang status suatu gejala saat
penelitian dilakukan. Lebih lanjut dijelaskan, dalam penelitian deskriptif tidak ada
perlakuan yang diberikan atau dikendalikan serta tidak ada uji hipotesis
sebagaimana yang terdapat pada penelitian eksperiman.
Bentuk – bentuk pelaksanaan Penelitian Deskriptif dapat dikategorikan
menjadi beberapa macam; survey, studi kasus, studi kolerasi, studi perbandingan,
studi prediksi dan studi evaluasi

3. Pengumpulan data
a. Data Primer
Data primer ini didapatkan melalui cara:
1) Observasi Melakukan pengumpulan data dengan datang secara
langsung ke objek yang akan diteliti (survey) dan melakukan
proses wawancara dan foto langsung di lokasi.
2) Dokumentasi dengan cara pengumpulan data secara mandiri.
b. Data Sekunder
Data secara sekunder dilakukan dengan pencarian tentang objek di
berbagai literatur, pustaka, maupun internet.

4. Menentukan rumusan masalah
Rumusan masalah di dapatkan dengan membandikan fakta di lapangan dengan
standar desain yang ada. Perbedaan dari keduannya dapat langsung disimpulkan
sebagai rumusan masalah .

5. Metode Analisis
Setelah menentukan masalah dan pengumpulan data, hasil penelitian di
analisis secara mendalam untuk dapat menentukan kesimpulan.

BAB IV
PEMBAHASAN

UTILITAS KAWASAN SPLENDID
Sistem utilitas pada kawasan splendid cukup terawat dan masih bisa berfungsi meskipun
kondisinya memprihatinkan. Seperti misalnya stop kontak listrik yang digunakan sampai
bertumpuk-tumpuk, ataupun pada jalan-jalan di area pasar bunga yang selalu tergenang air.
Permasalahan tersebut terangkum singkat pada penjabaran dibawah ini.
Pengadaan air bersih
Dalam kajian teori yang telah disebutkan , bahwa pengadaan air bersih digunakan untuk
keperluan sehari-hari dan akan menjadi air minum setelah dimasak. Dengan
Air bersih pada kawasan splendid banyak dibutuhkan terutama untuk menyiram bunga dan
mengganti air akuarium.

Distribusi air pada kawasan splendid ini terdiri dari 2 sumber, yaitu PDAM dan sumur. Pada
area pasar burung 1 mayoritas pedagang menggunakan air sumur yang terdapat di bagian
belakang kios mereka dengan pertimbangan jika menggunakan PDAM akan mengeluarkan
biaya lagi yang secara otomatis mengurangi pemasukan para pedagang tersebut. Tetapi tidak
pada para pedagang yang berada di area penjual ikan, mereka mayoritas menggunakan
PDAM karena jika memakai sumur, air yang didapat tidak begitu jernih dan tidak cocok
dengan ikan. Sumber PDAM tidak terbagi satu-satu pada tiap kios, terdapat 3 titik sumber
yang tersebar pada area pasar burung tersebut, yang pembagian untuk pada penjual
diberlakukannya sistem shift.
Pada area pasar bunga sendiri, mayoritas penjual menggunakan air PDAM untuk kegiatan
sehari-hari. Seperti menyiram bunga, toilet, dll.
Drainase kawasan
drainase pada kawasan pasar bunga tergolong sedikit dan
hampir tidak ada. Tidak adanya selokan/ parit kecil pada

perimeter tiap kios, membuat air mengalir melalui jalur sirkulasi. Hal itu membuat jalan-jalan
yang terdapat didepannya selalu tampak basah dan banyak ditemukannya genangan air,
ketika para penjual bunga tersebut menyirami bunga-bunga dagangan mereka.
Sedangkan pada pasar burung, area jalan masuk utama memiliki selokan tempat aliran air
yang konturnya menurun mengikuti kontur dan bermuara ke sungai brantas yang berada
dibawahnya. Sangat mengherankan dan perlu pengkajian ulang, ketika jalan utama tersebut
memiliki sudut kemiringan yang cukup dari segi kontur untuk mengaliri air hujan, dan juga
telah dilengkapi dengan selokan air di sebelah kiri dan kanannya, tetapi pada masa hujan, air
tersebut tetap memenuhi jalan dengan ketinggian air yang cukup untuk menenggelamkan
telapak kaki.
Drainase yang buruk juga membuat jalan utama dari pasar burung tersebut banyak yang
berlubang dan tidak jarang terjadi genangan air.
Sistem Transmisi : studi kasus listrik PLN

kesadaran akan pemasangan instalasi listrik disini kurang diperhatikan . sebenarnya dengan
membuat perencanaan instalasi listrik dengan matang , dapat memberikan kenyamanan dan
keamanan dalam pengoperasiannya. ada standar yang harus ditempuh dalam pemasangan
instalasi listrik itu sendiri yaitu Peraturan Umum Instalasi Listrik (PUIL) yang berlaku agar
instalasi yang terpasang dapat beroperasi dengan aman. Selain itu, peralatan atau komponen
listrik yang dipakai juga harus memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI).
beberapa himbauan dari PT. PLN yang tidak sesuai dengan kenyataan yang ada pada kawasan
splendid ini antara lain :
terjadinya penumpukan stop kontak pada satu sumber listrik. pada kawasan pasar burung
bagian dalam, keberadaan stop kontak tidak disesuaikan dengan kebutuhan akan sumber
listrik. kebutuhan listrik dipasar burung ini sangat besar, terutama untuk penggunaan
aquarium dan penerangan dalam toko. penggunaan aquarium itu sendiri meliputi penerangan
dalam aquarium, sistem oksigenasi aquarium, dan peralatan-peralatan lain yang mendukung.
Penggunaan steker (cabang "T") secara bertumpuk masih sangat banyak. sebenarnya hal ini
sangat berbahaya karena dapat menyebabkan kebakaran akibat terjadinya panas pada
penghubung-penghubungnya.

selain itu, dalam pengamatan dan hasil wawancara kami dengan pedagang di pasar burung
splendid ini diketahui bahwa sistem kelistrikan disini masih sangat sederhana (hal tersebut
sangat miris dengan kenyataan bahwa pasar ) , tidak adanya sistem pembumian (grounding).
yang dapat mencegah terjadinya sentuhan langsung (tegangan sentuhan). padahal dalam pasar
ini, sangat rentan terjadi tegangan sentuhan mengingat kabel yang ada dibiarkan ber-sliweran
di langit-langit.
jika dari awal pengadaan instalasi listrik tersebut telah direncanakan dengan matang, maka
tidak akan terjadi penumpukan penggunaan stop kontak dan juga kesemrawutan kabel-kabel
yang ada. Tidak hanya mencegah bahaya listrik pada saat instalasi saja, tetapi juga diperlukan
pengecekan secara berkala terhadap komponen-komponen listrik yang telah dipakai. Menurut
himbauan dari website PT.PLN sendiri, perlu dilakukannya instalasi listrik secara rutin,
minimal setahun sekali untuk memastikan apakah instalasi listrik masih layak untuk
digunakan atau perlu direhabilitasi. Jika instalasi listrik telah terpasang lebih dari 5 tahun,
sebaiknya perlu direhabilitasi. Sikap pemeliharaan ini tidak terlihat pada komponenkomponen listrik yang terpasang pada kawasan pasar splendid ini, banyak debu yang
menempel pada komponen-komponen listrik yang ada, kesadaran akan pemeliharaan dan
pengawasan terhadap komponen listrik masih sangat kurang.
Sistem pembuangan
 air kotor
sistem pembuangan dari septic tank langsung dialirkan kepada sungai brantas, yang mana
berada di belakang kawasan pasar. Selain itu disepanjang tepi sungai yang berbatasan dengan
los-los pedagang, banyak terdapat ‘kamar mandi tanpa sekat’, pedagang-pedagang dan warga
sekitar banyak menggunakan area tersebut untuk mandi. Pencemaran air sungai dengan zatzat kimia pada kawasan ini tergolong tinggi.


Sampah

Baik pada kawasan pasar burung maupun pasar bunga, sampah yang ada dikumpulkan
terlebih dahulu dari tiap kios, selanjutnya dibuang pada satu tempat, yang kemudian dibuang
ke TPA oleh petugas berbaju kuning.
Belum adanya pengolahan sampah secara mandiri terutama pada pasar bunga, yang sebagian
besar sampahnya adalah sampah organik yang dapat diolah menjadi kompos atau sesuatu
yang berguna untuk mereka sendiri.