PENEGAKAN PERATURAN DAERAH BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH DI SATUAN POLISI PAMONG PRAJA PROVINSI SUMATERA BARAT

“ P EKSISTENSI PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DALAM PENEGAKAN PERATURAN DAERAH BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH DI SATUAN POLISI PAMONG PRAJA PROVINSI SUMATERA BARAT ARTIKEL

ROBBY MULIA NPM : 1110018412006

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS BUNG HATTA 2015

EKSISTENSI PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DALAM PENEGAKAN PERATURAN DAERAH BERDASARKAN UNDANG- UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH DI SATUAN POLISI PAMONG PRAJA PROVINSI SUMATERA BARAT

Robby Mulia, Sanidjar Pebrihariati.R, Syafridatati

Program Studi Ilmu Hukum, Program Pascasarjana Universitas Bung Hatta

Email: robbymulia85@yahoo.co.id

ABSTRAK

Tesis ini mengkaji tentang keberadaan Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) didaerah, dalam rangka menegakkan Peraturan Daerah (Perda), khususnya Perda yang memuat ancaman sanksi pidana, PPNS secara kelembagaan dapat ditempatkan pada salah satu perangkat daerah yang membantu kepala daerah dalam urusan penegakan perda yaitu Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP). Dalam melaksanakan penyidikan PPNS harus tunduk dan taat kepada prinsip hukum acara pidana yang berlaku dalam penyelesaian tindak pidana pelanggaran Perda 1) Bagaimanakah kewenangan PPNS dilingkungan Satpol PP Provinsi Sumatera Barat (Prov. Sumbar)? 2) Bagaimanakah mekanisme penyelesaian perkara pelanggaran Perda oleh PPNS dilingkungan Satpol PP Provinsi Sumatera Barat? dan 3) Apakah hambatan dan kendala dalam pelaksanaan penyidikan oleh PPNS dilingkungan Satpol PP Prov. Sumbar dalam penegakan Peraturan Daerah? Penelitian ini merupakan penelitian hukum deskriptif analisis, yaitu suatu cara penelitian yang menghasilkan data yuridis sosiologis. Eksistensi PPNS Satpol PP Prov. Sumbar Eksistensi PPNS Satpol PP Prov. Sumbar dalam penyidikan tindak pidana pelanggaran Perda baru menyidik terhadap tindak pidana pelanggaran Peraturan Daerah No. 11 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Maksiat, dan masih pada tingkat penyelidikan belum melakukan penyidikan lanjutan atau sampai administrasi/ pemberkasan penyidikan. Sesuai dengan ketentuan yang berlaku pada Satpol PP Provinsi Sumatera Barat masih belum melaksanakan mekanisme penyidikan dikarenakan belum terlaksananya penyidikan, dan masih adanya hambatan dan kendala lain yang dihadapi PPNS Satpol PP Prov. Sumbar dalam melaksanakan penyidikan pelanggaran Perda.

Kata Kunci : Eksistensi, PPNS, Pemerintahan Daerah, Satpol PP

INVESTIGATOR OF CIVIL SERVANT EXISTENCE ON ENFORCEMENT OF LOCAL REGULATIONS BY LAW NUMBER 23 OF 2014 ON LOCAL GOVERNMENT IN MUNICIPAL POLICE UNITS WEST SUMATRA

Robby Mulia, Sanidjar Pebrihariati.R, Syafridatati

Program Studi Ilmu Hukum, Program Pascasarjana Universitas Bung Hatta

Email: robbymulia85@yahoo.co.id

ABSTRACT

This thesis examines the existence of Civil Servant (investigators) area, in order to enforce Local Regulation, in particular Regulation containing the threat of criminal sanctions, investigators institutionally can be placed on one of the areas that help the head of the region in matters of enforcement of local regulations that Municipal Police Units (municipal police). In carrying out the investigation investigators must submit and obey the principle of criminal procedural law applicable in the completion of the crime of violation by law 1 ) How does the authority of investigators within the municipal police of West Sumatra Province?

2) What is the mechanism for settling disputes regulation violations by investigators within the municipal police of West Sumatra province? and 3 ) What are the barriers and obstacles in the implementation of investigations by investigators within the municipal police Prov. West Sumatra Regional Regulation enforcement ? This study is a descriptive analysis research, which is a research method that generates the data socio-juridical. The existence of municipal police investigators West Sumatra Province in the investigation of criminal violations of legislation has been to investigate the crime of violation Regional Regulation No. 11 of the Prevention and Combating Maksiat, but still at the level of the investigation has not made further investigation or until administration/filing investigation, due to the persistence of barriers and obstacles faced by municipal police investigators of West Sumatra Province in carrying out investigations regulation violations .

Keywords : Existence , Investigators of Civil Servant , Local Government , Municipal Police

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 menggantikan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, peran daerah berjalan dengan diserahkannya beberapa kewenangan bidang pemerintahan kepada daerah, sesuai dengan amanat Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, pemerintah daerah yang mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan, diarahkan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan, pelayanan, pemberdayaan, dan peran serta masyarakat, serta peningkatan daya saing daerah dengan memperhatikan prinsip demokrasi, pemerataan, keadilan, keistimewaan dan kekhususan suatu daerah dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Pemberian otonomi berarti daerah mempunyai hak mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri, dan daerah berhak untuk membuat Peraturan Daerah (Perda). Perda ditetapkan oleh Kepala Daerah setelah mendapat persetujuan bersama DPRD, Perda dibentuk dalam rangka penyelenggaraan otonomi daerah provinsi/kabupaten/kota dan tugas pembantuan, dan Perda merupakan penjabaran lebih lanjut dari peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi dengan memperhatikan ciri khas masing-masing daerah, dengan demikian maka Perda merupakan salah satu instrumen bagi Pemerintah Daerah untuk melaksanakan tugas, wewenang dan tanggung jawabnya

Dalam rangka penegakan Peraturan Daerah dalam Pasal 255 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 menyebutkan bahwa “Satpol PP dibentuk untuk menegakkan Perda dan Perkada, menyelenggarakan ketertiban umum dan ketenteraman, serta menyelenggarakan perlindungan masyarakat”, dan Pasal 256 Ayat (6), menyebutkan bahwa “Polisi pamong praja yang memenuhi persyaratan dapat diangkat sebagai PPNS sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan. Selanjutnya, dalam hal Penyidikan dan Penuntutan Pasal 257 Ayat (1) sampai (4) menyebutkan bahwa “Penyidikan terhadap pelanggaran atas ketentuan Perda dilakukan oleh pejabat penyidik sesuai dengan ketentuan peraturan 1 perundang-undangan. Selain pejabat penyidik dapat ditunjuk PPNS yang diberi tugas untuk melakukan penyidikan terhadap pelanggaran atas ketentuan Perda sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. PPNS menyampaikan hasil penyidikan kepada penuntut umum dan berkoordinasi dengan penyidik kepolisian setempat. Penuntutan terhadap pelanggaran atas ketentuan Perda dilakukan oleh penuntut umum sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan.

Penegakan hukum sesuai dengan Criminal Justice System (CJS) atau sistem Peradilan Pidana yang berlaku di Indonesia dalam rangka penegakan Perda merujuk kepada Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang- Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP), sebagaimana yang telah disebutkan diatas berdasarkan ketentuan yang diatur oleh Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah bahwa proses Penyidikan dan Penuntutan Penegakan hukum sesuai dengan Criminal Justice System (CJS) atau sistem Peradilan Pidana yang berlaku di Indonesia dalam rangka penegakan Perda merujuk kepada Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang- Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP), sebagaimana yang telah disebutkan diatas berdasarkan ketentuan yang diatur oleh Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah bahwa proses Penyidikan dan Penuntutan

Proses penyidikan merupakan serangkaian tindakan penyidik dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam KUHAP untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tentang tindak pidana yang terjadi dan guna menemukan tersangkanya. Penyidik dimaksud adalah Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu atau yang disebut juga PPNS yang diberi wewenang khusus oleh Undang-undang yang menjadi dasar hukumnya masing-masing untuk melakukan penyidikan. Undang-undang yang dimaksud adalah Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah.

Mengantisipasi perkembangan dinamika masyarakat, selaras dengan tuntutan era globalisasi dan otonomi daerah, kondisi ketentraman dan ketertiban umum merupakan suatu kebutuhan mendasar bagi seluruh masyarakat di daerah. Penyelenggaraan ketentraman dan ketertiban umum merupakan urusan yang harus dilaksanakan di daerah yang merujuk kepada keadaan dan kondisi yang berlaku dan berkembang serta tidak berlaku lagi dalam kehidupan masyarakat.

Berbagai bentuk perbuatan yang dapat mengganggu ketentraman dan ketertiban umum serta bentuk perbuatan maksiat cenderung meresahkan dan mengganggu stabilitas kehidupan masyarakat, sehingga dapat merusak norma- norma agama, adat dan peraturan perundang-undangan. Permasalahan yang komplek tersebut suatu kebutuhan bagi Pemerintah Daerah untuk membuat suatu pengaturan dalam suatu Peraturan Daerah yang nantinya akan dilakukan penegakannya oleh Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) dan PPNSD (PPNSD).

Penegakan Perda merupakan salah satu tugas yang harus dilaksanakan oleh daerah, Perda yang merupakan pengejewantahan dari keinginan dari Pemerintahan Daerah. Pelaksanaan Penegakan Perda sesuai dengan tuntutan peraturan perundang-undangan dilaksanakan oleh Satpol PP dan dalam pelaksanaan penyidikan dilakukan oleh PPNS di lingkungan Satpol PP. Ada pembagian tugas dan tatacara dalam pelaksanaan penegakan Perda.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2010 tentang Satpol PP dalam Pasal 5 huruf menyatakan dalam melaksanakan tugas Satpol PP melaksanaan koordinasi penegakan Perda dan peraturan kepala daerah, penyelenggaraan ketertiban umum dan ketenteraman masyarakat dengan Kepolisian Negara Republik Indonesia, PPNSD, dan/atau aparatur lainnya.

Kemudian dalam Pasal 8 huruf (e) dalam melaksanakan tugasnya, Polisi Pamong Praja wajib menyerahkan kepada PPNSD atas ditemukannya atau patut diduga adanya pelanggaran terhadap Perda dan/atau peraturan kepala daerah.

Selanjutnya dalam Pasal 9 Ayat 2 Polisi Pamong Praja yang ditetapkan sebagai PPNS dapat langsung mengadakan penyidikan terhadap pelanggaran Perda dan/atau peraturan kepala daerah yang dilakukan oleh warga masyarakat, aparatur, atau badan hukum

Mengilustrasikan paparan dari Direktur Pol PP dan Linmas, masih

b 1 anyaknya pelanggaran Perda yang masih belum dilakukan penegakannya , dilihat dari segi ketentraman dan ketertiban umum jelas perbuatan akan

pelanggaran Perda merupakan tindakan yang akan menimbulkan ketidaktentraman dan ketidakteraturan dalam masyarakat sehingga nantinya akan menghambat jalannya roda pemerintahan. Dilihat dari segi tersebut jelas terdapat berbagai permasalahan dalam penegakan hukum di wilayah Pemerintahan tersebut, siapa yang berperan dalam mengatasi permasalahan tersebut, dan bagaimanakah eksistensi PPNS yang ada di daerah dalam mengatasi permasalahan tersebut. Selanjutnya, sekalipun adanya tindakan yang dilakukan oleh PPNSD dalam melakukan penyidikan pelanggaran Perda, apakah sudah sesuai dengan mekanisme yang diatur menurut aturan hukum acara pidana yang berlaku di Indonesia, dan tindakan-tindakan tersebut tidak bertentangan dengan Hak Azasi Manusia yang diatur dalam Undang-Undang Dasar Negara RI Tahun 1945.

Sehubungan tentang kedudukan tugas dan kewenangan PPNS terdapat berbagai permasalahan yang dihadapi dalam melakukan Penegakan Perda, masalah penegakan hukum itu sendiri dapat disimpulkan berupa kesenjangan antara hukum normatif (das sollen) dan hukum secara sosiologis (das sein), kesenjangan antara perilaku hukum masyarakat yang seharusnya dengan perilaku hukum masyarakat senyatanya, perbedaan antara law in the book dan law in action.

Terkait dengan itu, dalam proses penyidikan terhadap pelanggaran Perda, keberadaan dan kebutuhan akan PPNSD yang tangguh merupakan sebagian kecil dari permasalahan yang perlu dijawab dan diatasi dalam proses tercapainya penegakan hukum dalam hal ini dapat dikatakan penegakan Perda.

PERMASALAHAN

1. Bagaimanakah kewenangan PPNS dilingkungan Satpol PP Provinsi Sumatera Barat?

2. Bagaimanakah mekanisme penyidikan oleh PPNS dilingkungan Satpol PP

Provinsi Sumatera Barat atas tindak pidana pelanggaran Peraturan Daerah?

3. Apakah hambatan dan kendala dalam pelaksanaan penyidikan oleh PPNS dilingkungan Satpol PP Provinsi Sumatera Barat dalam penegakan Peraturan Daerah?

METODE PENELITIAN

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metodayuridis sosiologis (socio legal research), yaitu suatu cara penelitian yang menghasilkan data deskriptif analisis, yang dinyatakan responden secara tertulis atau lisan dan juga

perilaku nyata yang diteliti dan dipelajari sebagai suatu yang utuh 2 Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

pendekatan penelitian deskriptif analisis yang dilakukan secara evaluatif, yaitu

1 Direktur Pol PP dan Linmas Dirjen PUM, Presentasi Kewajiban Kepala Daerah Dalam Menjalankan Tupoksi Terkait Regulasi PPNS, Padang 2013

2 Soerjono Soekanto, 1986, Pengantar Penelitian Hukum ,UI-Press, Jakarta,hlm 14 2 Soerjono Soekanto, 1986, Pengantar Penelitian Hukum ,UI-Press, Jakarta,hlm 14

Dapat dikatakan juga bahwa aturan yang berlaku (teori) dengan kenyataan yang terjadi (praktik), praktik harus berdasarkan teori dan prinsip yang berlaku,

bukan praktik menyimpang teori 3 . Pendekatan ini dilakukan dengan cara turun langsung kelapangan dengan

melihat fakta-fakta yang berkaitan dengan tindakan-tindakan penyidikan yang dilakukan oleh PPNSD Satpol PP dalam melakukan penegakan Perda serta untuk memperoleh data primer dan disamping itu juga dilakukan penelitian kepustakaan untuk mendapatkan data sekunder.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN KEWENANGAN PPNS DILINGKUNGAN SATUAN POLISI PAMONG PRAJA PROVINSI SUMATERA BARAT

1. Kewenangan PPNSD Satpol PP Provinsi Sumatera Barat sesuai dengan Criminal Justice Sistem (CJS) / Sistem Peradilan Pidana Indonesia.

Sebelum menuliskan tentang eksistensi PPNSD Satpol PP Prov. Sumbar terlebih dahulu penulis menceritakan tentang kewenangan PPNSD Satpol PP Prov. Sumbar. Melihat ketentuan yuridis yang ada, menunjukkan bahwa posisi Satpol PP sangatlah strategis, karena posisi Satpol PP sangatlah dominan dalam proses penegakan hukum atas Peraturan Daerah ataupun Keputusan Daerah. Apalagi jika statusnya juga sebagai PPNS maka yang dilakukan akan merupakan bagian dari sistem peradilan pidana (criminal justice system ). Ini artinya bukan lagi non yustisial tetapi bisa melakukan pro justisia.

PPNSD sebagai aparatur penegak Perda merupakan bagian dari bekerjanya Criminal Justice System yang mengemban tugas dan kewenangan berdasarkan peraturan perundang-undangan.

PPNSD Prov. Sumbar berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Daerah. Tugas PPNSD Prov. Sumbar melakukan penyidikan atas

pelanggaran Perda 4 . Wewenang PPNSD Satpol PP Prov. Sumbar sebenarnya sama dengan

wewenang PPNS lainnya namun perbedaannya hanyalah dari hukum materil yang ditegakkan. Berdasarkan pasal 3 ayat (1) dan ayat (2) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 6 Tahun 2003 tentang Pedoman Pembinaan penyidikan Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Pemerintah Daerah dapat diketahui bahwa PPNSD mempunyai tugas melakukan penyidikan atas pelanggaran Perda dan dalam melaksanakan tugas tersebut PPNSD berada dibawah koordinasi dan pengawasan Penyidik POLRI. Selanjutnya, dalam Pasal 4 ayat (1) Permendagri tersebut

4 Peter Mahmud Marzuki, 2005, Penelitian Hukum Edisi Revisi, Kencana, Jakarta, hlm 72 Wawancara , Bapak Edi Aradial, Kasatpol PP Prov. Sumbar, Pukul :13:00 WIB, 9 Desember

a. Menerima laporan atau pengaduan dari seseorang mengenai adanya tindak pidana atas pelanggaran Perda

b. Melakukan tindakan pertama dan pemeriksaan ditempat kejadian;

c. Menyuruh berhenti seseorang dan memeriksa tanda pengenal diri tersangka;

d. Melakukan penyitaan benda atau surat;

e. Mengambil sidik jari dan memotret seseorang;

f. Memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi;

g. Mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan pemeriksaan perkara;

h. Mengadakan penghentian penyidikan setelah mendapat petunjuk dari penyidik bahwa tidak terdapat cukup bukti atau peristiwa tersebut bukan merupakan tindak pidana dan selanjutnya melalui penyidik memberitahukan hal tersebut kepada penuntut umum, tersangka atau keluarganya;

i. Mengadakan tindakan lain menurut hukum yg dapat dipertanggungjawabkan. Didalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah yang merupakan dasar dari kewenangan PPNSD Satpol PP tidak mencantumkan secara langsung tentang bab Penyidikan oleh karena itu PPNS di lingkungan Satpol PP Prov. Sumbar melaksanakan kewenangannya berdasarkan Permendagri Nomor 6 Tahun 2003 tentang Pedoman Pembinaan penyidikan

Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Pemerintah Daerah. 5 Selanjutnya menurut Kasatpol PP Prov. Sumbar merujuk kepada Pasal 4

ayat (2) Permendagri Nomor 6 Tahun 2003 tentang Pedoman Pembinaan penyidikan Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Pemerintah Daerah ditegaskan bahwa PPNSD tidak berwenang untuk melakukan penangkapan atau penahanan, kecuali dalam hal tertangkap tangan atau menurut hukum yang dapat dipertanggung jawabkan.

Dalam hal kewajiban PPNSD Satpol PP Prov. Sumbar sesuai dengan bidang tugasnya mempunyai kewajiban 6 :

a. Melakukan penyidikan, menerima laporan dan pengaduan mengenai terjadinya pelanggaran atas Perda;

b. Menyerahkan hasil penyidikan kepada Penuntut Umum melalui Penyidik POLRI dalam wilayah hukum yang sama ;

c. Membuat Berita Acara setiap tindakan dalam hal :

1) Pemeriksaan tersangka;

2) Pemasukan rumah;

3) Penyitaan barang ;

5 Ibid 6 Ibid.

4) Pemeriksaan saksi;

5) Pemeriksaan tempat kejadian.

d. Membuat laporan pelaksanaan tugas kepada Kepala Daerah melalui Pimpinan Unit kerja masing-masing.

2. Pembagian kewenangan antara PPNS Satpol PP dengan PPNS di lingkungan SKPD

Sebagaimana telah disebutkan pada bab sebelumnya PPNSD dibagi sebagai berikut:

1) PPNS di lingkungan Satuan Polisi Pamong Praja Menurut Kasatpol PP Prov. Sumbar merujuk kepada Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan daerah kewenangan PPNS Satpol PP hanya dapat melakukan penyidikan hanya sebatas Penegakan Perda saja dan tidak berwenang untuk melakukan penyidikan terhadap undang-undang. PPNS Satpol PP dapat menegakkan Perda yang berlaku di daerahnya masing-masing.

2) PPNS di lingkungan SKPD Sejalan dengan pelaksanaan otonomi daerah yang menyerahkan segala urusan pemerintahan kepada daerah selain dari kewenangan yang menjadi kewenangan pemerintah pusat, daerah dituntut untuk dapat melaksanakan urusan dan kewenangan tersebut untuk dapat sesegara mungkin dituangkan dalam Perda. Undang-undang yang merupakan pengaturan yang menjelaskan tentang pelaksanaan dan merupakan urusan daerah secara bertahap dilakukan pemutakhiran secara mutatis mutandis kepada bentuk Perda, segala hal yang menyangkut tentang pelaksanaan urusan, pembinaan, bahkan sampai kepada sanksi pidana juga dituangkan kepada Perda, oleh karena itu PPNS yang berada di SKPD otomatis selain dalam hal melakukan penegakan hukum atas undang- undang yang menjadi dasar kewenangannya juga berwenang melakukan penegakan hukum terhadap pelanggaran Perda turunan yang berasal dari undang-undang. Contoh : Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tetang Pertambangan Mineral dan Batubara juga di Perda-kan dalam bentuk Perda Prov. Sumbar Nomor 3 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara.

Dalam pelaksanaan di lapangan yang terjadi memang adanya tumpang tindih antara kewenangan antara PPNS Satpol PP dengan PPNS di lingkungan SKPD dalam hal penyidikan terhadap pelangaran Perda, banyak Perda yang berlaku di daerah merupakan hasil bentukan dari satu bagian SKPD, contoh : Perda Prov. SumbarNo. 3 Tahun 2012 Tentang Pengelolaan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara, merupakan hasil dari atau bentukan dari SKPD Dinas Pertambangan maka secara awam banyak anggapan bahwasanya penegakannya hanya dilakukan oleh PPNS yang berada pada Dinas Pertambangan, problema yang terjadi PPNS yang berada pada SKPD merasa merekalah yang berhak melakukan penyidikan atas adanya pelanggaran terhadap Perda tersebut namun disisi lain dengan adanya kewenangan yang melekat pada PPNS Satpol PP merasa perlu melakukan penyidikan terhadap segala pelanggaran Perda yang berlaku di daerahnya, melihat dari kondisi tersebut dibutuhkan analisa yang lebih lanjut dari pembuat kebijakan untuk menjawab permasalahan tersebut agar tidak terjadinya Dalam pelaksanaan di lapangan yang terjadi memang adanya tumpang tindih antara kewenangan antara PPNS Satpol PP dengan PPNS di lingkungan SKPD dalam hal penyidikan terhadap pelangaran Perda, banyak Perda yang berlaku di daerah merupakan hasil bentukan dari satu bagian SKPD, contoh : Perda Prov. SumbarNo. 3 Tahun 2012 Tentang Pengelolaan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara, merupakan hasil dari atau bentukan dari SKPD Dinas Pertambangan maka secara awam banyak anggapan bahwasanya penegakannya hanya dilakukan oleh PPNS yang berada pada Dinas Pertambangan, problema yang terjadi PPNS yang berada pada SKPD merasa merekalah yang berhak melakukan penyidikan atas adanya pelanggaran terhadap Perda tersebut namun disisi lain dengan adanya kewenangan yang melekat pada PPNS Satpol PP merasa perlu melakukan penyidikan terhadap segala pelanggaran Perda yang berlaku di daerahnya, melihat dari kondisi tersebut dibutuhkan analisa yang lebih lanjut dari pembuat kebijakan untuk menjawab permasalahan tersebut agar tidak terjadinya

Jawaban dari permasalahan tersebut menurut Kasatpol PP Prov. Sumbar merujuk kepada pernyataan Menteri Dalam Negeri sebagai pembina umum PPNSD, “agar dapat berjalan maksimal tanpa adanya tumpang tindih pelaksanaan penyidikan diharapkan kepada kepala daerah dapat membentuk sekretariat bersama yang sebelumnya berada pada Bagian Biro Hukum dan agar diletakkan pada Satpol PP”, dan itu sudah dilaksanakan oleh Satpol PP Prov. Sumbar.

Kewenangan PPNS SKPD selain sebagai penyidik dalam penegakan undang-undang secara otomatis juga sebagai PPNS penegak Perda. Menurut analisa penulis walaupun kewenangan itu dimiliki oleh PPNS SKPD, dalam melakukan penegakan Perda, PPNS Satpol PP diharapkan lebih berperan aktif dalam melakukan penyidikan terhadap pelanggaran-pelanggaran yang terjadi karena ada tanggung jawab moral yang disandangkan kepada Satpol PP sebagai aparatur penegak Perda dibandingkan dengan PPNS yang berada dalam lingkungan SKPD selain Satpol PP, dan juga dengan mensinergikan antara PPNS yang berada pada lingkungan SKPD dengan PPNS Satpol PP sehingga dapat meningkatkan eksistensi PPNS Satpol PP dalam penegakan Perda.

3. Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Barat yang dilakukan Penyidikannya oleh PPNS Satpol PP Provinsi Sumatera Barat

Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Biro Hukum Sekretariat Daerah Prov. Sumbar menyatakan bahwa Perda-Perda Prov. Sumbar ada memuat ketentuan tentang pembebanan biaya paksaan penegakan/pelaksanaan Perda secara keseluruhan atau sebagian kepada pelanggar sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, Perda-Perda juga memuat ancaman pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau pidana denda paling banyak Rp 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah), dan Perda-Perda juga memuat ancaman pidana kurungan atau pidana denda sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan. 8 Menurut Kabid PPUD berikut Perda Prov. Sumbar yang memuat tentang

ketentuan pidana yang dapat dilakukan penyidikannya oleh PPNS di lingkungan Satpol PP Prov. Sumbar, dapat dilihat pada tabel dibawah ini. 9

7 Wawancara , Bapak Edi Aradial, Kasatpol PP Prov. Sumbar, Pukul 13:00 WIB, 12 Desember 2014

8 Wawancara , Ibuk Nofita Djinis, Kepala Biro Hukum Setda Prov. Sumbar, Padang, Pukul, 13:00 tanggal 18 Desember 2014 9

Wawancara, Bapak Afrin Jamal, Kabid PPUD Satpol PP Prov. Sumbar, Padang, Pukul 13:00 WIB, 11 Desember 2014

Tabel 1 Perda Provinsi Sumatera Barat yang Mengatur Tentang Sanksi Pidana

NO PERATURAN

KETENTUAN PIDANA DAERAH

PASAL

1 Peraturan Daerah No. 11 Pasal 22 Pelanggaran terhadap ketentuan Tahun 2001 Tentang

sebagairnana dimaksud dalam BAB Pencegahan dan

III Peraturan ini dapat diancam sesuai Pemberantasan Maksia

ketentuan perundang- undangan yang berlaku. 2 Peraturan Daerah

dengan

karena kelalaiannya Provinsi Sumatera Barat

Pasal 71 Setiap

orang

melakukan pembangunan berisiko tinggi No. 5 Tahun 2007

yang tidak dilengkapi dengan analisis tentang Penanggulangan

resiko bencana yang mengakibatkan Bencana

terjadinya bencana jo UU No. 24 Tahun 2007

Pasal 72 Setiap

yang melakukan pengumpulan uang dan barang dalam hal terjadinya bencana tanpa izin dan pejabat yang

orang

diancam pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau denda

berwenang

sebanyak-banyaknya Rp.

3 Peraturan Daerah

wajib menjamin Provinsi Sumatera Barat

Pasal 63 Pemegang

IUP

penerapan standar dan baku mutu No. 3 Tahun 2012

lingkungan sesuai dengan ketentuan Tentang Pengelolaan

Peraturan Perundang-undangan Usaha Pertambangan

Pasal 64 Pemegang IUP wajib menjaga kelestarian Mineral dan Batubara

fungsi dan daya dukung sumber daya air di WIUP sesuai ketentuan Perundang- undangan

Pasal 65 Pemegang IUP yang memanfaatkan sarana dan prasarana umum, maka wajib memberi dukungan perbaikan serta pemeliharaan

yang melakukan

pelanggaran ketentuan Pasal 63, Pasal 64, dan Pasal 65 dipidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau denda paling banyak Rp. 50.000.000

Pasal

Setiap pemegang IUP yang dengan

sengaja menyampaikan laporan dengan tidak

atau menyampaikan keterangan palsu dipidana sesuai dengan ketentuan UU No. 4 tahun 2009 tentang pertambangan mineral dan batubara

benar

Pasal

Setiap orang yang melakukan ekplorasi

tanpa memiliki IUP dipidana sesuai

Ayat 1

dengan ketentuan UU No. 4 tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara

Ayat 2

Setiap orang yang mempunyai IUP eksplorasi tetapi melakukan kegiatan operasi produksi dipidana sesuai dengan ketentuan UU No. 4 tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara

Pasal

Setiap orang dan pemegang IUP operasi

produksi

yang menampung memanfaatkan melakukan pengolahan dan pemurnian pengangkutan, penjualan mineral dan batubara yang bukan pemegang dari IUP dipidana dengan ketentuan UU No. 4 tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara

4 Peraturan Daerah Pasal 1 Wajib retribusi adalah orang pribadi atau Provinsi Sumatera Barat Angka

menurut peraturan No. 1 Tahun 20011

badan

yang

30 perundang-undangan retribusi diwajibkan tentang Retribusi Jasa

untuk melakukan pembayaran retribusi Umum

termasuk pemungut atau pemotong retribusi tertentu

Pasal 35 Wajib retribusi yang tidak melaksanakan kewajiban sehingga merugikan keuangan daerah diancam pidana kurungan paling lama 3 (tiga) bulan atau pidana denda paling banyak 3 (tiga) kali jumlah retribusi terutang yang tidak atau kurang dibayar

5 Peraturan Daerah No. 4 Pasal 18 Setiap orang atau badan usaha dilarang Tahun 2012 Tentang

melakukan kegiatan sebagai berikut : Pengelolaan dan

Ayat 1

a. Setiap orang atau badan usaha Perlindungan Sumber

dilarang melakukan kegiatan sebagai Daya Ikan

berikut : b. Melakukan pembudidayakan ikan yang melebihi kapasitas suatu perairan yang telah ditentukan. c. Melakukan

perbuatan dan/atau pembudidayaan ikan yang dapat mengakibatkan pencemaran

dan perusakan sumberdaya ikan dan/atau lingkungannya.

d. Memasukan jenis-jenis ikan baru yang membawa efek negatif terhadap ikan lokal dan lingkungan e. Melakukan

penangkapan dan pembudidayaan ikan di kawasan konservasi perairan daerah di dalam penangkapan dan pembudidayaan ikan di kawasan konservasi perairan daerah di dalam

dilindungi pemerintah daerah dan/atau yang termasuk dalam Convention on International Trade In Endangered Species of Wild Fauna and Flora (CITES); dan/atau

g. Dengan sengaja menjual dan membeli

hasil

tangkapan ikan yang menggunakan alat bantu tidak ramah lingkungan sebagaimana dimaksud pada huruf a.

Pasal 21 Setiap orang dan atau badan usaha yang Ayat 1

melakukan usaha perikanan dibidang penangkapan,

pembudidayaan, pengangkutan, pengolahan perikanan dan pemasaran ikan wajib memiliki SIUP

Pasal

Setiap orang dan/atau badan usaha yang 22 memiliki dan atau mengoperasikan kapal

Ayat 1

penangkap ikan di wilayah perairan daerah wajib memiliki SIPI

Pasal 23 Setiap orang dan/atau badan usaha yang Ayat 1

memiliki dan atau mengoperasikan kapal pengangkut ikan di wilayah pengelolaan perikanan Provinsi Sumatera Barat wajib memiliki SIKPI

Pasal 24 Setiap orang dan/atau badan usaha yang Ayat 1

melakukan usaha pembudidayaan ikan, wajib

SIUP bidang pembudidayaan ikan. Pasal 25 Setiap orang dan/atau badan usaha yang Ayat 1

memiliki

melakukan kegiatan pengolahan ikan di daerah, wajib memiliki SIUP di bidang pengolahan ikan.

Pasal 50 Setiap orang dan/atau badan usaha yang Ayat 1

melanggar ketentuan dalam Pasal 18 ayat (1) dipidana dengan dana kurungan paling lama 6 (enam) bulan dan / atau denda paling banyak Rp. 50.000.000,-

Ayat 2

Setiap orang dan/atau badan usaha yang tidak memiliki perizinan usaha perikanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (1), Pasal 22 ayat (1), Pasal 23 ayat (1),Pasal 24 ayat (1),Pasal 25 ayat (1), Pasal 26 ayat (1) dipidana dengan pidana kurungan paling lama 3 (tiga) bulan atau denda paling banyak Rp. 30.000.000,-

6 Peraturan Daerah Pasal 52 Garis Sempadan sungai untuk bangunan Provinsi Sumatera Barat Ayat 1

dan atau pagar permanent diukur dari sisi No. 9 Tahun 2011

atas tepi sungai yang tidak bertanggul atas tepi sungai yang tidak bertanggul

a. 5 (lima) meter untuk bangunan; dan b. 3 (tiga) meter untuk pagar

permanent.

Ayat 2

Dikawasan pembangunan padat, jarak sebagaimana dimaksud dalam huruf (a) dan (b) ayat (1) bisa diperkecil masing- masing menjadi 4 meter dan 2 meter.

Pasal 53 Garis sempadan jaringan irigasi untuk Ayat 1

bangunan diukur dari sisi atas tepi saluran yang tidak bertanggul atau dari kaki tanggul sebelah luar saluran / bangunan irigasi atau pembuangan dengan jarak:

a. 5 (lima) meter untuk saluran dengan Kapasitas 4 m3/dt atau lebih b. 3 (tiga) meter untuk saluran dengan kapasitas 1 sampai 4 m3/dt; dan c. 1 (satu) meter untuk saluran dengan kapasitas kurang 1 m3/dt.

Ayat 2

Garis sempadan pagar, diukur dari tepi atas samping saluran atau dari luar kaki tanggul saluran / bangunannya, dengan jarak:

a. 3 (tiga) meter untuk saluran pengairan,

pengambilan dan pembuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a

b. 2 (dua) meter untuk saluran

pengairan,

pengambilan dan pembuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b

c. 1 (tiga) meter untuk saluran pengairan,

pengambilan dan pembuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c

Ayat 3

Pada daerah dengan pembangunan padat, jarak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dan huruf b, bisa diperkecil masing-masing 4 dan 2 meter

Pasal 54 Setiap Orang, Badan Hukum, Badan Usaha dan Badan Sosial dilarang menempatkan,

mendirikan , atau memperbaiki sesuatu bangunan dan atau pagar pekarangan permanen, baik secara keseluruhan atau sebagian, dengan jarak kurang dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada Pasal 53

Pasal 55

1. Setiap orang atau Badan dilarang menyadap air dari saluran pembawa pada tempat selain dari pada yang telah ditentukan

2. Setiap orang atau Badan dilarang menyadap air dari bawah tanah pada daerah irigasi yang cara pengambilannya

dilakukan dengan mempergunakan alat mekanis, kecuali mendapat izin lebih dahulu dari Gubernur.

Pasal 56 Setiap Orang atau Badan dilarang membuat galian dan atau penggalian saluran keliling atau saluran pembuang lainnya dari kebun-kebun atau tanaman lainnya dengan jarak kurang dari ketntuan yang dimaksud dalam Pasal 52 serta dengan dalam lebih dari setengah meter dari permukaan tanah sekelilingnya

Pasal 57

1. Para pembawa atau pengembala ternak dilarang mengikat ternak atau membawa ternak berjalan diatas saluran dan bangunan irigasi atau berdekatan dengan saluran dan bangunan tersebut.

2. Para pembawa atau pengembala ternak, atas perintah petugas /pegawai pengairan wajib dengan segera menjauhkan ternak-ternak tersebut seperti yang dimkasud ayat (1)

3. Pemilik ternak dilarang melepaskan ternak didaerah milik pengairan di saluran dan bangunan irigasi atau dari tempat yang berdekatan dengan saluran dan bangunan yang akan mengakibatkan kerusakan terhadap saluran dan bangunan.

Pasal 58 Dalam rangka menjaga kelestarian

jaringan

dan bangunan pelengkapnya setiap orang atau badan dilarang:

irigasi

a. Mengambil,

menggali, atau menggeser/mengikis tanah

yang termasuk dalam jaringan irigasi b. Merusak, mengambil, mencabut, dan membabat lempengan rumput atau tanaman pelindung permukaan tanah pada daerah milik pengairan atau jaringan irigasi tanpa seizin kepala Dinas yang termasuk dalam jaringan irigasi b. Merusak, mengambil, mencabut, dan membabat lempengan rumput atau tanaman pelindung permukaan tanah pada daerah milik pengairan atau jaringan irigasi tanpa seizin kepala Dinas

d. Menutup dan menghalang-halangi jalan air dengan cara apapun juga; dan e. Membuang sampah/kotoran ke dalam saluran dan bangunan irigasi dan atau areal tanah pengairan.

Pasal 59

1. Setiap orang atau badan dilarang

mendirikan,

mengubah atau membongkar bangunan-bangunan dan saluran dalam jaringan irigasi maupun bangunan pelengkap

2. Bangunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) termasuk yang ada di dalam, diatas maupun yang melintasi saluran dan bangunan irigasi tersebut.

Pasal 60 Setiap orang atau Badan dilarang membuang air limbah/bekas dengan alat- alat mekanis atau tanpa alat mekanis ke dalam jaringan irigasi yang dapat menghambat aliran, mengubah sifat air, serta bangunan jaringan irigasi beserta tanah turutannya.

Pasal 80 Barang siapa melanggar ketentuan Ayat 1

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 53, Pasal 54, Pasal 55, Pasal 56, Pasal 57, Pasal, 58, pasal 59 dan Pasal 60 diancam dengan pidana kurungan selama-lamanya

6 (enam) bulan atau denda paling banyak Rp. 50.000.000,- (lima Puluh juta rupiah)

Ayat 2

Apabila pelanggaran tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh suatu badan hukum maka ancaman pidananya dikenakan terhadap pengurus

retriibusi yang tidak Provinsi Sumatera Barat

7 Peraturan Daerah

Pasal 35

1. Wajib

melaksanakan kewajibannya sehingga Nomor 2 Tahun 2011

merugikan keuangan Daerah diancam tentang Retribusi Jasa

pidana kurungan paling lama 3 (tiga) Usaha

bulan atau pidana denda paling banyak 3 (tiga) kali jumlah retribusi terhutang yang tidak atau kurang dibayar.

8 Peraturan Daerah Pasal 13 Setiap Penanggung Jawab KTR Wajib : Provinsi Sumatera Barat

a. Melakukan pengawasan internal Nomor 8 Tahun 2012

pada tempat dan/atau lokasi yang tentang Kawasan Tanpa

menjadi tanggung jawabnya Rokok

b. Melarang semua orang untuk tidak b. Melarang semua orang untuk tidak

tanda-tanda dan pengumuman larangan merokok sesuai persyaratan, pada semua pintu masuk utama dan di tempat-tempat yang dipandang perlu dan mudah terbaca dan/atau didengar baik.

Ayat 14

1. Setiap orang dilarang merokok di

KTP 2. Setiap

orang/badan dilarang mempromosikan dan mengiklankan rokok pada radius 250 meter dari tempat pelayanan kesehatan dan tempat proses belajar mengajar

3. Setiap orang/ badan dilarang menjual rokok di KTR, kecuali di tempat umum dan tempat kerja.

Pasal 20 Setiap penanggung jawab KTR yang Ayat 1

yang

tidak memenuhi kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13, dipidana dengan kurungan paling lama 3 (tiga) bulan dan/atau denda paling banyak Rp. 10.000.000,- (sepuluh juta rupiah).

Ayat 2

Setiap orang yang merokok di KTR sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (1), dipidana dengan kurungan paling lama 3 (tiga) bulan dan/atau denda paling banyak Rp. 50.000,- (lima puluh ribu rupia).

Ayat 3

Setiap

orang atau badan yang mempromosikan, mengiklankan dan menjual rokok di KTR sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (2), dipidana dengan kurungan paling lama (3) bulan dan /atau denda paling banyak Rp. 1.000.000,-(satu juta rupiah).

Ayat 4

Setiap orang atau badan yang menjual, rokok di KTR sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (3) dipidana dengan kurungan paling lama 3 (tiga) bulan dan / atau

denda paling banyak Rp. 1.000.000,- (satu juta rupiah) 9 Peraturan Daerah

Pasal 47 Setiap orang yang melakukan kegiatan Provinsi Sumatera Barat Ayat 1

bumi tanpa IUP Nomor 7 Tahun 2012

usaha

panas

sebagaimana dimaksud ketentuan Pasal tentang Pengelolaan

16 ayat (1) dikenakan pidana dengan Panas Bumi

pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau denda paling banyak Rp.

50.000.000,- (lima puluh juta rupiah)

Ayat 3

Selain tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1), tindak pidana yang

mengakibatkan terganggunya kegiatan Pengelolaan Panas Bumi dikenakan

sanksi sesuai dengan peraturan perundang-undangan. 10 Peraturan Daerah

1. Setiap orang yang telah mengetahui Provinsi Sumatera Barat

Pasal 31

dirinya atau orang lain terinfeksi Nomor 5 Tahun 2012

HIV wajib melakukan upaya yang tentang Penanggulangan

bersifat preventif dan kuratif HIV-AIDS

2. Setiap orang atau pihak yang menggunakan jarum suntik, jarum tato, atau jarum akupuntur dan alat sejenis lainnya pada tubuhnya sendiri dan/atau tubuh orang lain, wajib menggunakan alat steril atau yang telah disterilkan.

3. Semua kegiatan dan perilaku yang berpotensi menimbulkan penularan HIV wajib melaksanakan skrening sesuai prosedur standar kesehatan yang berlaku.

4. Setiap orang yang berisiko tinggi terhadap penularan IMS wajib memeriksakan kesehatannya secara rutin.

Pasal 32

1. Setiap orang dilarang melakukan diskriminasi dalam bentuk apapun kepada orang yang disangka atau telah terinfeksi HIV-AIDS (ODHA dan OHIDA)

2. Setiap orang dilarang melakukan mandatorytesting HIV 3. Setiap orang atau pihak terkait yang telah mengetahui seseorang atau individu

telah terinfeksi HIV

dilarang

mendonorkan atau meneruskan darah, produk darah, organ dan jaringan tubuh yang bersangkutan kepada orang lain.

4. Setiap orang yang melakukan skrining darah, produk darah, organ, dan /atau jaringan tubuhnya wajib mentaati standar prosedur skrining.

5. Setiap orang dilarang meneruskan darah, produk darah, organ, dan / atau

Pasal 39 Setiap orang yang melanggar ketentuan Pasal 39 Setiap orang yang melanggar ketentuan

denda paling banyak Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah). 11 Peraturan Daerah

Pasal 14 Setiap Pejabat /pegawai negeri sipil Provinsi Sumatera Barat Ayat 3

dilingkungan pemerintah daerah yang Nomor 17 Tahun 2012

dimutasi, pensiun, berhalangan tetap, tentang Penyelenggaraan

wajib menyerahkan arsip milik negara kearsipan

yang dikuasainya kepada pemerintah daerah

SKPD yang bersangkutan, kecuali arsip yang terkait dengan

melalui

dengan tetap menyerahkan turunan/duplikatnya. Pasal 16 Lembaga lainnya yang menerima Ayat 3

haknya

bantuan dana dan kegiatan yang dibiayai dengan APBN dan /atau APBD wajib menyerahkan arsip yang tercipta kepada SKPD Pemberi kerja.

Pasal 27 Perusahaan

swasta, BUMD dan

Ayat 1

perguruan tinggi swasta yang sebagian kegiatannya dibiayai APBD dan atau bantuan luar negeri wajib menyerahkan arsip statis kepada Lembaga Kearsipan

Pasal 30 Setiap orang yang memiliki atau Ayat 3

menyimpan arsip statis sebagaimana dimaksud

pada ayat (2) wajib

menyerahkan

kepada Lembaga

Kearsipan

Pasal 50 Pimpinan, Pejabat dan/ atau Pelaksana di

lingkungan SKPD:

a. Membuka /memberikan informasi arsip yang dikategorikan tertutup kepada orang yang tidak berhak.

b. Merusak arsip dan/ atau merusak tempat penyimpanan arsip c. Menguasai dan memiliki arsip-arsip yang berada dibawah tanggung jawabnya

d. Menolak memberikan informasi bagi kepentingan pengguna arsip yang berhak e. Mengabaikan

/lalai dalam pengelolaan dan penyimpanan arsip. Pasal 60 Setiap orang atau badan yang melakukan Ayat 1

pelanggaran

ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (3), Pasal 16 ayat (3), Pasal 27 ayat (1), Pasal 30 ayat (3) dan Pasal 50, diancam pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau denda paling banyak Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (3), Pasal 16 ayat (3), Pasal 27 ayat (1), Pasal 30 ayat (3) dan Pasal 50, diancam pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau denda paling banyak Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta

4. Penegakan Perda oleh PPNS di lingkungan Satuan Polisi Pamong Praja Provinsi Sumatera Barat

Setelah menerangkan tentang, kewenangan, pembagian, dan Perda yang menjadi kewenangan PPNSD Satpol PP Prov. Sumbar berikut penulis menuliskan tentang eksistensi PPNSD Satpol PP Prov. Sumbar dalam melakukan penegakan Perda. Berdasarkan data yang didapat dari Kabid PPUD Satpol PP Prov. Sumbar dapat disampaikan jumlah PPNS yang ada di lingkungan Satpol PP se Sumatera Barat pada tabel 2.

Tabel 2 Jumlah PPNS Satpol PP se Sumatera Barat

Jumlah PPNS No.

Tingkat Pemerintahan Satpol PP

# Provinsi Sumatera Barat

6 orang

1 Kab. Pasaman

5 orang

2 Kab. Pasaman Barat -

3 Kab. Sijunjung

5 orang

4 Kab. Dhamasraya

1 orang

5 Kab. Agam

1 orang

6 Kab. Tanah Datar -

7 Kab. Padang Pariaman

2 orang

8 Kab. Lima Puluh Kota

1 orang

9 Kab. Pesisir Selatan -

10 Kab. Solok

3 orang

11 Kab. Solok Selatan

1 orang

12 Kab. Kep. Mentawai -

13 Kota Bukittinggi

3 orang

14 Kota Padang

7 orang

15 Kota Padang Panjang

4 orang

16 Kota Solok

4 orang

17 Kota Sawahlunto

3 orang

18 Kota Payakumbuh

3 orang

3 orang Sumber: Satpol PP Prov. Sumbar Bid. PPUD Desember 2014 Dari data diatas disebutkan bahwasanya tidak disetiap daerah Kab/Kota

19 Kota Pariaman

Satpol PP nya memiliki PPNS dan kalaupun ada itupun jumlahnya sangat terbatas, keterbatasan ini disebabkan oleh 10 :

1. Anggaran yang tidak mencukupi untuk mengirimkan PNS untuk mengikuti diklat PPNS

2. PNS kurang berminat untuk menjadi Pejabat PPNS karena ketidakjelasan karier.

10 Wawancara , Bapak H. Edi Aradial, Kasatpol PP Prov. Sumbar, 13:00 WIB, 9 Desember 2014

Selanjutnya kata Bapak Kasatpol PP secara kelembagaan sekretariat bersama PPNS yang sebelumnya berada pada Bagian Biro Hukum sudah berada pada Satpol PP dan dikoordinir oleh Kepala Bidang Penegakan Peraturan Perundang-undangan Daerah Satpol PP Prov Sumbar, namun secara fungsional PPNS Satpol PP Prov. Sumbar bertanggung jawab kepada Kasatpol PP Prov. Sumbar.

PPNS Satpol PP Prov. Sumbar dari tabel diatas berjumlah 6 (enam) orang PPNS, 5 (lima) orang PPNS rata-rata sudah berumur diatas 50 (lima puluh) Tahun, 1 (satu) orang berumur 29 (dua puluh sembilan) tahun. Pangkat PPNS 2 (dua) orang berpangkat Penata (III c), dan 4 (empat) orang berpangkat Penata

Muda Tk. I (III b) 11 . Dalam melakukan pelaksanaan tugas penegakan Perda setiap PPNS harus

mengikuti asas-asas dan prinsip hukum serta norma standar dalam melaksanakan tugasnya sebagai penyidik, dari hal kewenangan sampai kepada tahap administrasi penyidikan, pemahaman terhadap kewenangan dan tata cara administrasi penyidikan sangat diperlukan oleh seorang penyidik sehingga menghindarkan kesewenang-wenangan dalam pelaksanaan penegakan hukum (penegakan Perda) dan juga melindungi hak-hak warga negara diperlakukan sama di depan hukum.

Upaya pemerintah daerah Prov. Sumbar (Satpol PP Prov. Sumbar) dalam melakukan pemberdayaan PPNS di Sumatera Barat antara lain 12 :

a. Pembinaan teknis yuridis acara pemeriksaan cepat terhadap pelanggaran tindak pidana ringan Perda.

b. Pembinaan teknis operasional penyidikan pelanggaran Perda.

c. Penyuluhan Kode Etik PPNS dalam melaksanakan tugas penyidikan

Kasus-kasus terhadap pelanggaran Perda yang harus ditangani oleh PPNS mengharuskannya dibutuhkan PPNS secara kualitas maupun kwantitas yang sesuai dengan tuntutan kebutuhan daerah untuk penegakan hukum yang diamanatkan secara materil oleh suatu Perda. Melihat kepada perkembangan masyarakat saat ini permasalahan-permasalahan yang komplek terjadi berupa antara lain masalah pertambangan, pemamfaatan air tanah, izin mendirikan bangunan, penertiban dan pensterilan kawasan (fasilitas) umum, pajak dan restribusi daerah, penataan parkir, serta yang paling prioritas adalah pencegahan dan pemberantasan maksiat.

Kesiapan PPNS dalam menghadapi permasalahan tersebut sangatlah dibutuhkan untuk menghadapi pelanggaran-pelanggaran Perda tersebut, tindak tanduk dan perilaku masyarakat yang melenceng dapat segera di lacak dan dilakukan pemrosesan secara hukum. PPNS haruslah memiliki kemampuan serta keterampilan dalam melakukan penyidikan, dikarenakan proses penegakan hukum itu berawal dari kesiapan penyidik untuk memerkarakan suatu perbuatan hukum. Banyaknya pelanggaran yang ada secara cepat dan tepat dapat diatasi oleh PPNS sehingga pelanggaran-pelanggaran terhadap Perda yang biasa terjadi lambat laun akan dapat dikurangi dan secara mungkin akan dapat dihilangkan. Oleh karena itu pemahaman akan teknik-teknik penyidikan haruslah dapat dikuasai oleh PPNS.

11 Wawancara, Bapak Afrin Jamal, Kabid PPUD Satpol PP Prov. Sumbar, Padang, 13:00 WIB, 11 Desember 2014

12 Ibid

PPNSD Satpol PP Prov. Sumbar bahwasanya untuk pengetahuan umum tentang pemahaman akan teknik-teknik penyidikan rata-rata 80% PPNS sudah mengetahui tata cara mengenai penyidikan, dan 20 % lagi masih ragu-ragu dalam tata cara penyidikan, masih perlu pendidikan dan pelatihan lebih lanjut.

Eksistensi PPNS di Satpol PP Prov. Sumbar dalam melaksanakan penyidikan mengacu kepada ketentuan yang diamanatkan peraturan perundang- undangan namun dalam pelaksanakan tugas penyidikan masih menemui kendala- kendala sehingga kualitas yang diharapkan masih kurang tercapai secara

maksimal 13 . Eksistensi PPNS Satpol PP Prov. Sumbar dalam penyidikan tindak pidana

pelanggaran Perda baru menyidik terhadap tindak pidana pelanggaran Peraturan Daerah No. 11 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Maksiat, selanjutnya dalam hal penyidikan yang dilakukan oleh PPNS Satpol PP Prov. Sumbar itupun masih pada tingkat penyelidikan belum melakukan penyidikan lanjutan atau

sampai administrasi/ pemberkasan penyidikan 14 . Eksistensi PPNS Satpol PP Prov. Sumbar lebih lanjut juga mengawasi

jalannya razia atau operasi gabungan yang dilaksanakan bersama dengan PPNS tingkat Kab/Kota. 15

Berdasarkan data yang dihimpun dari jawaban angket PPNSD Satpol PP Prov. Sumbar bahwasanya dari keseluruhan beban tugas yang dibebankan kepada PPNS belum satupun PPNSD yang bersangkutan melakukan penyidikan terhadap pelanggaran Perda. Ini disebabkan oleh beberapa kendala yang penulis coba sampaikan pada bab berikutnya.