Strategi Pengembangan Bank Syariah bukopin

MAKALAH
STRATEGI PENGEMBANGAN
PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA
Oleh : Roby Darisandi
NIM : 328336
Jurusan Ekonomika Terapan
Sekolah Vokasi
Universitas Gadjah Mada
2014

I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia yang memiliki
beragam suku bangsa, bahasa, dan agama dengan jumlah penduduk lebih dari 250
juta. Meskipun bukan negara Islam, Indonesia merupakan negara dengan jumlah
penduduk Muslim terbesar di dunia dengan jumlah penduduk Muslim sebanyak
88 persen, Kristen 5 persen, dan lainnya 1 persen. Semakin berkembangnya
sistem keuangan dan perbankan serta semakin menigkatnya kesejahteraan,
kebutuha

masyarakat, khususnya, Muslim menyebabkan semakin besarnya


kebutuhan terhadap layanan produk perbankan dengan prinsip syariah.
Atas dorongan kebutuhan masyarakat terhadap produk perbankan syariah,
bank syariah pertama kali berdiri pada tahun 1992. Disamping itu, asuransi
Syariah atau Tafakul mulai muncul pada tahun 1994. Semenjak itu pemerintah
Indonesia mulai memperkenalkan dual banking system (Anny Ratnawati &
Mansur Chadi Mursid 2011).
Komitmen Pemerintah Indonesia dalam usaha pengembangan syariah baru
terasa sejak tahun 1998 yang memberikan kesempatan luaskepada bank syariah
untuk berkembang. Pada tahun berikutnya, kepada Bank Indoesia (bank sentral)
diberi amanah untuk mengembangkan perbankan syariah di Indonesia. Penerapan

sistem keuangan dan perbankan gada mulai terarah semenjak dikeluarkannya
Undang-Undang Perbankan No. 10 Tahun 1998. Kemudian diperkuat lagi dengan
berlakunya Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 yang mengatur segala kegiatan
operasional perbankan syariah di Indonesia.
Perkembangan bank syari`ah untuk masa depan perlu memfokuskan pada
aspek yang menjadi pertimbangan mengenai sistem bank syari`ah. Mengenai hal
yang mendasari teori produk bank syari`ah dari segi fiqih mu`amalat, perspektif
dan masyarakat terhadap bank syari`ah, variabel-variabel yang mempengaruhi

preferensi masyarakat terhadap bank syari`ah. Informasi-informasi tersebut
diharapkan meningkatkan keyakinan masyarakat, menggali potensi, permasalah
yang dihadapi, dan penetapan strategi yang tepat bagi pihak pengembang bank
syari`ah (Anny Ratnawati).
Perbankan Syariah di Indonesia sudah melewati perjalanan panjang sejak
bank berbasis Islam ini pertama diluncurkan lebih dari dua dekade silam. Selama
ini bank syariah dan keuangan syariah secara umum banyak melakukan
pembiayaan pada sektor mikro yang belum banyak disentuh bank-bank
konvensional.
Saat ini secara persentase pertumbuhan bank syariah lebih besar dibanding
perbankan nasional. Menurut data Bank Indonesia, dalam lima tahun terakhir
pertumbuhan bank syariah rata-rata 38–40 persen. Dengan pertumbuhan besar
bukan tidak mungkin pangsa pasar bank syariah semakin besar. Salah satu
kelebihan bank syariah dibanding bank konvensional adalah perhatian yang lebih
besar kepada sektor mikro.
1.2 Tujuan Penulisan
a.
b.
c.


Untuk mengetahui sejarah bank syariah di Indonesia.
Untuk mengetahui pengembangan bank syariah di Indonesia.
Untuk mengetahui strategi pengembangan bank syariah di Indonesia

II. PEMBAHASAN

Perbankan syariah adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang Bank
Syariah dan Unit Usaha Syariah, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta
cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya.(UU No 21 Tahun 2008)
Menurut Ensiklopedia Islam menyatakan Bank Islam atau bank syariah
adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit dan jasa-jasa
dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang pengoprasianya sesuai
dengan prinsip-prinsip syari’ah. Sehingga menghindari dari adanya riba karena
riba haram. The Concise Oxford Dictionary menyatakan riba sebagai berikut,
“Praktek meminjamkan uang dengan bunga yang luar biasa tingginya, terutama
dengan bunga yang lebih tinggi dari pada bunga yang diperkenankan oleh
undang-undang”.
Perbedaan antara Bank Konvensional dan Bank Syariah yaitu, Bank
Konvensional menerapkan sistem Riba sedangkan Bank Syariah menerapkan
sistem bagi hasil, pada Bank Syariah terdapat Dewan Pengawas Syariah (DPS)

yang mengawasi jalannya operasional bank sehari-hari agar selalu sesuai dengan
ketentuan-ketentuan syariah sedangkan pada Bank Konvensional tidak ada.
Tujuan utama dari pendirian lembaga keuangan berlandaskan syariah ini
adalah sebagai upaya kaum muslimin untuk mendasari segenap aspek kehidupan
ekonominya berlandaskan Al-Quran dan As-Sunnah .
Menurut Schaik (2001), prinsip ekonomi Islam yang menjiwai bank
syariah ada tujuh macam, yaitu: (1) keadilan, kesamaan dan solidaritas. (2)
larangan terhadap objek dan makhluk. (3) pengakuan kekayaan intelektual. (4)
harta sebaiknya digunakan dengan rasional dan baik (fair way). (5) tidak ada
pendapatan tanpa usaha dan kewajiban. (6) kondisi umum dari kredit. (7) dualiti
risiko.

Sejarah Lahirnya Bank Syariah Pertama Di Indonesia

Bank syariah adalah bank yang melaksanakan seluruh kegiatannya
berdasarkan prinsip-prinsip syariah. Rintisan perbankan syariah mulai mewujud di
Mesir pada dekade 1960-an dan beroperasi sebagai rural-social bank (semacam
lembaga keuangan unit desa di Indonesia) di sepanjang delta Sungai Nil. Lembaga
dengan nama Mit Ghamr Bank binaan Prof. Dr. Ahmad Najjar tersebut hanya
beroperasi di pedesaan Mesir dan berskala kecil, namun institusi tersebut mampu

menjadi pemicu yang sangat berarti bagi perkembangan sistem finansial dan
ekonomi Islam.
Di Indonesia wacana pendirian bank Islam baru dilakukan pada tahun
1990. Majelis Ulama Indonesia (MUI) pada tanggal 18-20 Agustus 1990
menyelenggarakan Lokakarya Bunga Bank dan Perbankan di Cisarua, Bogor,
Jawa Barat. Hasil lokakarya tersebut dibahas lebih mendalam pada musyawarah
nasional IV MUI yang berlangsung di Hotel Sahid Jaya, 22-25 agustus
1990.Berdasarkan amanat Munas IV MUI, dibentuk kelompok kerja untuk
mendirikan bank Islam di Indonesia. Kelompok kerja tersebut disebut Tim
Perbankan MUI.
Hasil kerja Tim Perbankan MUI adalah lahirnya Bank Muamalat
Indonesia, pada awal pendiriannya keberadaan bank syariah belum mendapat
perhatian yang optimal dalam industri perbankan nasional. Landasan hukum
operasi bank yang menggunakan sistem syariah ini hanya dikategorikan sebagai
“bank dengan sistem bagi hasil”; tidak terdapat rincian landasan hukumnya serta
jenis-jenis usaha yang diperbolehkan, hal ini sangat tercermin dari UU no.7 tahun
1992.
Bank Muamalat Indonesia. Berdiri tahun 1991, bank ini diprakarsai oleh
majelis ulama indonesia (MUI) dan pemerintah serta dukungan dari ikatan
cendekiawan muslim Indonesia (ICMI) dan beberapa pengusaha muslim. Pada

saat pertama didirikan terkumpul komitmen pembelian saham sebesar Rp 84
Milliar dan pada tanggal 3 Nopember 1991 dalam acara silaturrahmi presiden di
Istana Bogor, dana dapat dipenuhi dengan total komitmen modal disetor awal

sebesar Rp 106.126.382.000. kemudian pada tanggal 01 Mei 1992, BMI mulai
beroperasi tetapi masih menggunakan UU No. 7 tahun 1992, dimana pembahasan
perbankan dengan sistem bagi hasil diuraikan hanya sepintas lalu. BMI sampai
September 1999, telah memiliki lebih 45 outlet yang tersebar di Jakarta, Bandung,
Semarang, Balikpapan dan Makassar.
Bank ini sempat terimbas oleh krisis moneter pada akhir tahun 90-an
sehingga ekuitasnya hanya tersisa sepertiga dari modal awal. IDB kemudian
memberikan suntikan dana kepada bank ini dan pada periode 1999-2002 akhirnya
dapat bangkit dan menghasilkan laba .Saat ini keberadaan bank syariah di
Indonesia telah di atur dalam Undang-undang yaitu UU No. 10 tahun 1998
tentang Perubahan UU No. 7 tahun 1992 tentang Perbankan serta berlakunya UU
Tentang Bank Syariah No.21 tahun 2008.

Perkembangan Bank Syariah di Indonesia
Perkembangan perbankan syariah di Indonesia telah menjadi tolak ukur
keberhasilan eksistensi ekonomi syariah. Krisis moneter yang terjadi pada tahun

1998 telah menenggelamkan bank-bank konvensional dan banyak yang di
likuidasi karena kegagalan sistem bunganya. Sementara perbankan yang
menerapkan sistem syariah dapat tetap eksis dan mampu bertahan.
Tidak hanya itu, di tengah-tengah krisis keuangan global yang melanda
dunia pada penghujung akhir tahun 2008, lembaga keuangan syariah kembali
membuktikan daya tahannya dari terpaan krisis. Lembaga-lembaga keuangan
syariah tetap stabil dan memberikan keuntungan, kenyamanan serta keamanan
bagi para pemegang sahamnya, pemegang surat berharga, peminjam, dan para
penyimpan dana di bank-bank syariah.
Perbankan syariah sebenarnya dapat menggunakan momentum ini untuk
menunjukkan bahwa perbankan syariah benar-benar tahan dan kebal krisis dan
mampu tumbuh dengan signifikan. Oleh karena itu, perlu langkah-langkah
strategis untuk merealisasikannya.

Langkah strategis pengembangan perbankan syariah yang telah di
upayakan adalah pemberian izin kepada bank umum konvensional untuk
membuka kantor cabang unit usaha syariah (UUS) atau konversi sebuah bank
konvensional menjadi bank syariah. Dengan terbitnya PP No. 72 tahun 1992
tentang bank bagi hasil yang secara tegas memberikan batasan bahwa “bank bagi
hasil tidak boleh melakukan kegiatan usaha yang tidak berdasarkan prinsip bagi

hasil (bunga) sebaliknya pula bank yang kegiatan usahanya tidak berdasarkan
prinsip bagi hasil tidak diperkenankan melakukan kegiatan usaha berdasarkan
prinsip bagi hasil” (pasal 6), maka jalan bagi operasional perbankan syari’ah
semakin luas. Saat ini titik kulminasi telah tercapai dengan disahkannya UU
No.21 Tahun 2008 tentang perbankan syariah secara jelas mengatur sistem bank
syari’ah di Indonesia.
Untuk menilai perkembangan bank syariah dari tahun ke tahun biasanya
menggunakan beberapa standar, diantaranya :
1.

Jumlah aktiva.

2.

Dana pihak ketiga (DPK).

3.

Pembiayaan bank.


Saat ini terdapat 11 bank umum syariah di Indonesia. Menurut Laporan
Keuangan Publikasi Bank yang dikeluarkan Bank Indonesia, hingga 31 September
2013 nilai aset bank umum syariah mencapai Rp196,922 triliun. Dana yang
dihimpun bank syariah dipastikan akan bertambah besar mengingat saat ini
Kementerian Agama mempercayakan pengelolaan dana haji kepada bank-bank
syariah yang sudah ditunjuk.( http://economy.okezone.com)

Tabel Jaringan Kantor Perbankan Syariah (Islamic Banking Network)
KETERANGAN

TAHUN
2009

2010

2011

2012

2013


Bank Umum Syariah
- Jumlah bank

6

- Jumlah kantor

711

11

11

11

1.21

1.40


1.74

5

1

5

11
1.953

Unit Usaha Syariah
Jumlah bank

25

23

24

24

23

Jumlah kantor

287

262

336

517

577

- Jumlah bank

138

150

155

158

160

- Jumlah kantor

225

286

364

401

399

1.12

1.76

2.10

2.66

3

3

1

3

Bank Pembiayaan
Rakyat Syariah

Total

2.929

Sumber : BI, statistik perbankan syariah Tahun 2013
Tabel diatas menunjukkan perkembangan perbankan syariah berdasarkan
laporan tahunan BI sampai dengan tahun 2013. Pertumbuhan bank syariah di
Indonesia dari tahun 2009 hingga 2013 lebih dari 260 persen.
Secara kuantitas, pencapaian perbankan syariah sungguh membanggakan
dan terus mengalami peningkatan dalam jumlah bank. Jika pada tahun 1998 hanya
ada satu bank umum syariah dan 76 bank perkreditan rakyat syariah, maka pada
tahun 2013 jumlah bank syariah telah mencapai 34 unit yang terdiri atas 11 bank
umum syariah dan 23 unit usaha syariah. Selain itu, jumlah bank perkreditan
rakyat syariah (BPRS) telah mencapai 160 unit pada periode yang sama.
a. Faktor-faktor Pendukung Perkembangan Perbankan Syariah

Keberadaan bank Islam di Indonesia masih memiliki peluang yang
mengembirakan dan perlu dioptimalkan guna membangun kembali sistem
perbankan yang sehat dalam rangka mendukung program pemulihan ekonomi
nasional, selain restrukturisasi perbankan. Hal itu dikarenakan adanya beberapa
pertimbangan, antara lain :
1. Kebutuhan jasa perbankan bagi masyarakat yang tidak dapat
menerima konsep bunga.
2. Peluang pembiayaan bagi pengembangan usaha berdasarkan prinsip
kemitraan.
3. Kebutuhan akan produk dan jasa perbankan unggulan
4. Peningkatan jumlah lembaga keuangan syariah
5. Adanya pelayanan yang meluruskan pelanggan dengan cara sesuai
Islam
b. Faktor-Faktor Penghambat
Tidak obyektif kiranya jika kita hanya menampilkan faktor pendorong
perkembangan perbankan syariah di Indonesia tanpa menjelaskan juga faktor
penghambat yang merupakan tantangan bagi kita, terutama berkaitan dengan
penerapan suatu sistem perbankan yang baru, suatu sistem yang mempunyai
sejumlah perbedaan prinsip-prinsip dengan sistem yang dominan dan telah
berkembang pesat di Indonesia.
Berikut Faktor-faktor penghambat tersebut :
1. Pemahaman masyarakat yang belum tepat terhadap kegiatan operasional
bank syariah
2. Jaringan kantor bank syariah yang belum luas
3. Kecilnya market share
4. Sumber daya manusia yang belum memiliki keahlian dalam bank syariah.

Strategi Pengembangan Bank Syariah di Indonesia

Pengembangan bank syariah ke depan harus berdasarkan market driven
dan tidak dapat hanya mendasarkan pada emosi keagamaan semata. Mengingat
masalah umum yang dihadapi oleh masyarakat adalah masih rendahnya
pemahaman terhadap bank syariah, maka proses mengedukasi masyarakat
menjadi sangat penting. Berikut ini dijelaskan beberapa strategi untuk
pengembangan bank syariah di Indonesia :
a. Edukasi
Kegiatan edukasi atau pendidikan ini merupakan strategi mendasar untuk
menumbuhkan pemahaman terhadap ekonomi syariah pada umumnya dan bank
syariah pada khususnya, bagi semua lapisan masyarakat termasuk generasi muda
dan anak-anak. Kegiatan edukasi ini harus menjadi strategi bersama baik
pemerintah melalui Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dalam penyusunan
program pendidikan nasional, Bank Indonesia melalui kebijakan-kebijakan yang
terkait dengan bank syariah, Pondok Pesantren dan Madrasah di tingkat menengah
ke atas dalam kurikulum pendidikannya, dan bank syariah melalui peran aktifnya
menyampaikan informasi.
b. Promosi
Promosi merupakan bentuk edukasi yang terarah pada segmen pasar
potensial dan produk yang akan ditawarkan. Berdasarkan fakta yang ada bahwa
masyarakat belum banyak mengerti prinsip operasi bank syariah, maka strategi
promosi yang diutamakan adalah promosi terhadap sistem bank syariah, belum
terhadap produknya secara spesifik. Media informasi dapat disesuaikan dengan
muatan promosi. Untuk masyarakat luas dapat menggunakan media cetak dan
elektronik.
c. Pelayanan dan Sumber Daya Manusia
Bank syariah dituntut harus mampu bersaing dengan bank konvensional
yang relatif telah mapan. Aspek-aspek rasional seperti profesionalitas pelayanan,
aksesibilitas dan keamanan menjadi pertimbangan masyarakat dalam memilih
bank.
Peningkatan kualitas sumber daya manusia ( SDM ) sangat penting dalam
menciptakan pelayanan yang baik kepada masyarakat serta bank syariah harus

mampu meningkatkan kualitas kompetensi SDM yang ada dari aspek perbankan
maupun pemahaman prinsip syariah.
d. Konsistensi
Dalam menjalankan prinsip syariah yang harus dipegang teguh oleh bank
syariah adalah konsistensi terhadap prinsip syariah. Jangan tergoda untuk
menyimpangkan mekanisme produk syariah ke arah non syariahb hanya karena
ingin cepat memperoleh banyak nasabah. Hal ini akan menjadi batu sandungan
dan akan merugikan pengembangan sistem perbankan syariah secara keseluruhan.
e. Pengembangan Infrastruktur dan Suprastruktur
Regulator harus terus mengikuti perkembangan bank syariah dan respon di
masyaraklat, serta merumuskan kebijakan yang mendukung pengembangan bank
syariah melalui perangkat hukum dan undang-undang. Efisiensi kelembagaan
bank syariah, misalnya Dewan Pengawas Syariah harus selalu ditingkatkan. Bank
syariah juga harus proaktif dalam mengembangkan infrastruktur layanan kepada
masyarakat baik melalui pengembangan jaringan maupun fasilitas transaksinya.
III. KESIMPULAN
Dari pembahasan makalah diatas dapat kita tarik kesimpulan bahwa
dengan melihat perkembangan bank syariah di atas, berdampak positif terhadap
perekonomian Indonesia. Pada saat terjadinya krisis di Negara kita ini, bank
syariah mampu menghindari dari krisis tersebut.
Dan disisi lain

dalam realitasnya bank syariah masih menghadapi

beberapa hambatan dan kelemahan yang memang harus diakui perlu pembenahan
dan peningkatan secara kualitas dan kuantitas antara lain: Masalah jaringan kantor
layanan, Masih terbatasnya pemahaman masyarakat mengenai kegiatan usaha jasa
keuangan syariah, dan lain-lain. Oleh karena itu, dengan keunggulan dan
kelemahan yang dimilikinya bank syariah mampu sebagai solusi pengelolaan
keuangan yang terjadi pada saat ini.
Bank syariah ke depan harus mempunyai strategi supaya mampu bersaing
serta mendorong pertumbuhan ekonomi nasional. Langkah-langkah strategis
dalam mencapai tujuan tersebut ialah melalui edukasi, promosi, pelayanan dan

sumber daya manusia, konsistensi dan pengembangan infrastruktur dan
suprastruktur.

IV. DAFTAR PUSTAKA

Agus, Bastanuddin. 2006. Islam dan Ekonomi. Padang : Andalas Universitas press
Rodoni, Ahmad. 2008. Lembaga Keuangan Syariah. Jakarta : Zikrul Hakim
Ascarya. 2006. Akad dan Produk Bank Syariah. Jakarta : PT Raja Grafindo
Persada
Ratnawati, Anny. 2011."Potensi dan Strategi Pengembangan Bank Syariah di
Indonesia",vol.9, no. 2.
Undang- Undang No.21 Tahun 2008 tentang perbankan syariah
http//: www.bi.go.id
http//: www.ojk.go.id