DUKUNGAN E GOVERNMENT DALAM UPAYA PENING (1)

Proceeding Simposium Nasional Otonomi Daerah 2011
LAB-ANE FISIP Untirta

ISBN: 978-602-96848-2-7

DUKUNGAN E-GOVERNMENT DALAM UPAYA PENINGKATAN KUALITAS
PELAYANAN PUBLIK DI ERA OTONOMI DAERAH : KASUS BEST PRACTICES
DARI SEJUMLAH DAERAH DI INDONESIA
Junaidi
Jurusan Ilmu administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sriwijaya
Jl. Palembang-Prabumulih Km.32 Indralaya, Ogan Ilir
E-mail: [email protected]

ABSTRAK
Pemerintah daerah telah banyak melakukan berbagai upaya peningkatkan kualitas pelayanan publik selama
otonomi daerah berlangung. Salah satunya adalah mengaplikasikan berbagai teknologi informasi dalam proses
penyelenggaraan pelayanan publik atau e-government. Sejak terbitnya Instruksi Presiden Republik Indonesia
No.3 Tahun 2003 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan E-Government, berbagai Instansi
Pemerintah termasuk pemerintah daerah mulai mengadopsi e-government tersebut dengan berbagai metode dan
tahapan. Dari Pengamatan selama ini, Beberapa daerah menunjukkan kinerja pengembangan e-governmentnya
cukup baik, namun beberapa daerah lain baru memahami penerapan e-government hanyalah sebatas

membangun website. Bahkan website yang ada pun jauh dari kesan informa tif. Tulisan ini mencoba
mendiskripsikan dua aspek. Pertama, Potret dari beberapa Pemerintah daerah baik propinsi maupun kabupaten
atau kota yang dianggap berhasil meningkatkan kualitas pelayanan publik melalui pemanfaatan teknologi
informasi atau e-government. Pemda tersebut antara lain Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Kabupaten
Jembrana, Kota Surabaya, Kabupaten Sragen dan Kota Yogyakarta. Kedua, Faktor-faktor yang mempengaruhi
Keberhasilan Pengembangan e-government dalam mendukung Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik di Era
Otonomi Daerah dan upaya kedepannya. Belajar dari beberapa pemda yang telah berhasil meningkatkan
kualitas pelayanan publik melalui pemanfaatn TI, ada 4 faktor dominan yang menjadi pendukung
keberhasilannya yaitu Adanya political will Kepala Daerah, adanya blue print atau master plan pengembangan
e-government, Manajemen perubahan dan adanya Partisipasi Masyarakat.
Kata Kunci: e-government, kualitas pelayanan publik, otonomi daerah, best pratice

1.

menyelenggarakan E-Government Award, misalnya
pemberian Penghargaan E-government Award oleh
Majalah Warta Ekonomi yang telah dilakukan sejak
Tahun 2002 (Tabel 1). Dukungan ini pada dasarnya
sebagai bentuk
apresiasi masyarakat terhadap

Pemda yang serius menerapkan e-government. Dari
Pengamatan selama ini, Beberapa daerah
menunjukkan
kinerja
pengembangan
egovernmentnya cukup baik, namun beberapa daerah
lain baru memahami penerapan e-government
hanyalah sebatas membangun website. Bahkan
website yang ada pun jauh dari kesan informatif.

PENDAHULUAN

Otonomi daerah sudah lebih dari sepuluh tahun
diselenggarakan. Hal ini penting dalam sejarah
penyelenggaraan negara Republik Indonesia, dimana
pembagian kekuasaan tak hanya dilaksanakan secara
horizontal, namun juga secara vertikal. Pemerintah
daerah memiliki kewenangan dan tanggungjawab
yang lebih luas dan leluasa dalam mengupayakan
kesejahteraan daerahnya. Semenjak itu pula,

berbagai
dinamika
terjadi
dalam
penyelenggaraannya
baik
dari
aspek
politik,ekonomi, maupun administrasi negara.
Pelayanan publik misalnya, menjadi isu terpenting
karena secara teoritis, rentang kendali yang lebih
pendek membuat pelayanan publik menjadi lebih
prima.
Berbagai
Upaya
dilakukan
untuk
meningkatkan kualitas pelayanan publik, salah
satunya adalah mengaplikasikan berbagai teknologi
informasi dalam proses penyelenggaraan pelayanan

publik atau e-government.
Sejak terbitnya Instruksi Presiden Republik
Indonesia No.3 Tahun 2003 tentang Kebijakan dan
Strategi Nasional Pengembangan E-Government,
berbagai Instansi Pemerintah termasuk pemerintah
daerah mulai mengadopsi e-government tersebut
dengan berbagai metode dan tahapan. Untuk
mendukung upaya ini, pihak masyarakat pun

Tabel 1. Daftar Pemenang Warta Ekonomi EGovernment Award Tahun 2006-2009
Kategori/
Peringkat

Propinsi
Juara I
Juara II
Juara III

[89]


2009

DIY
Jabar

2008

Jawa
Timur
Jawa
Barat
Kep.Riau

Tahun
2007

DKI
Jakarta
Jawa
Barat

DIY

2006

DIY
Jawa
Timur
DKI
Jakarta

Proceeding Simposium Nasional Otonomi Daerah 2011
LAB-ANE FISIP Untirta

ISBN: 978-602-96848-2-7

Tabel 1. Lanjutan
Kategori/
Peringkat

Kab /

Kota
Juara I
Juara II
Juara III

2009

2008

Tahun
2007

pengembangan perangkat lunak untuk mendukung
para birokrat dalam melaksanakan tugas sehari-hari.
Mengingat kegiatan pengembangan e-Government
demikian banyaknya dan tidak akan selesai dalam
jangka waktu yang pendek dan dalam rangka
memenangkan persaingan baik antar pemerintah
daerah maupun antar wilayah di luar negari
diperlukan terobosan-terobosan, maka pada tahun

anggaran 2005 Pemerintah Propinsi DIY mulai
memutuskan untuk menemukenali bidang-bidang
yang mempunyai potensi untuk dikembangkan
dengan memanfaatkan jaringan internet/intranet
dengan apa yang disebut dengan Digital
Government Services (DGS). Pengembangan DGS
ini diyakini akan mempercepat tercapainya visi
pemerintah daerah yaitu ”Mantapnya Pemerintah
Daerah yang katalistik dan mendukung terbentuknya
masyarakat
kompetitif”,
karena
dengan
pengembangan DGS diyakini dapat mewujudkan
pelayanan prima kepada seluruh masyarakat serta
merupakan bagian upaya menuju terwujudnya Jogja
Cyber Province. Jogja Cyber Province adalah
model propinsi yang melakukan transformasi
layanan yang berorientasi kepada pelanggan
(masyarakat) dengan berbasis pada proses bisnis,

informasi dan pengetahuan yang memanfaatkan TIK
sebagai akselerator (Warta Ekonomi dan Dian
Rakyat, 2010:44).
Ada enam bidang Layanan Unggulan DGS yaitu
Pendidikan,
Pariwisata,
Perindustrian
dan
Perdagangan, Pertanian, Perikanan/Kelautan dan
Perhubungan). Enam bidang tersebut telah ditunjuk
sebagai pilot project bidang unggulan DGS 20062008. Dalam tiap bidang dipilih inisiatif strategis
dengan tujuan yang terkait dengan peningkatan daya
saing dan kesejahteraan masyarakat. Untuk memberi
gambaran tentang inisiatif tersebut, di bawah ini
diberikan masing-masing satu contoh inisiatif
strategis di Bidang Pendidikan dan Bidang
Perindustrian-Perdagangan. Dua inisiatif strategis ini
telah diimplementasikan sejak Tahun 2006.
Pertama,
Layanan

Unggulan
Bidang
Pendidikan. Pemerintah menyediakan layanan
pembelajaran melalui pemanfaatan ICT (baik on-line
maupun offline). Layanan unggulan “DIY Learning
Gateway”
atau
“Gerbang
Pembelajaran”
memberikan fasilitas kepada masyarakat untuk
mendapat kesempatan menikmati pendidikan yang
baik, memberikan fasilitas bagi para guru untuk
mengembangkan profesinya serta memberikan
fasilitas kepada semua insan pendidikan (orang
tua/wali murid, dewan pendidikan, praktisi, dan
sebagainya) untuk saling berkomunikasi dan
berkontribusi
terhadap
peningkatan kualitas
pendidikan di DIY. “Gerbang Pembelajaran” ini

diintegrasikan dengan “DIY Regional Library
Network” yang sudah dikembangkan dan akan
diintegrasikan dengan national and international
learning exchange.

2006

Kab.
Kab.
Kab
Kab.
Jembrana
Jembrana Sragen
Sragen
Kota
Kota
Kota
Kota
Surabaya
Surabaya
Malang
Malang
Kota
Kota
Kota
Kab.
Bogor
Surabaya
Malang
Jombang
Website terbaik : DIY, Kota Yogyakarta
e-Leadership : Kota Surabaya
Best Of The Best : Kab. Jembrana

Pengharga
an Khusus
Tahun
2009
Sumber : diolah Junaidi dari berbagai sumber, 2011.

Tulisan ini mencoba mendiskripsikan beberapa
hal. Pertama, Potret dari beberapa Pemerintah
daerah baik propinsi maupun kabupaten atau kota
yang dianggap berhasil meningkatkan kualitas
pelayanan publik melalui pemanfaatan teknologi
informasi atau e-government. Pemda tersebut antara
lain Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta,
Kabupaten Jembrana, Kota Surabaya, Kabupaten
Sragen dan Kota Yogyakarta. Kedua , Faktor-faktor
yang mempengaruhi Keberhasilan Pengembangan egovernment dalam mendukung Peningkatan Kualitas
Pelayanan Publik di Era Otonomi Daerah.
2

POTRET

PENGEMBANGAN
EGOVERNMENT DI BEBERAPA DAERAH

Pengembangan e-government pada beberapa
daerah ternyata dilakukan dengan berbagai format
yang bervariasi. Kalau dilihat dari aspek yang dinilai
pada setiap event pemberian penghargaan Egovernment Award , ternyata aspek keunggulan dari
aplikasi yang dikembangkan menjadi indikator
penilaian yang sangat dominan. Hampir setiap
daerah yang dikaji menunjukkan bahwa Pemda DIY,
Kota Surabaya, Kabupaten Jembrana, Kota
Yogyakarta dan Kabupaten Sragen memiliki
program yang unggul dimana program tersebut
tidak dimiliki oleh pemda lain. Namun demikian
keunggulan tersebut memiliki arah yang sama yaitu
bagaimana kualitas pelayanan publik semakin cepat,
murah, transparan maupun akuntabel.
2.1 Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
Pengembangan TI di Pemerintah Propinsi DIY
telah dimulai sejak tahun 2002 yang diawali dengan
pembangunan situs www.pemda-diy.go.id dan
diikuti dengan penyusunan Rencana Induk
Pengembangan e-government dan pembangunan
infrastruktur interkoneksi antar instansi Pemerintah
Propinsi DIY dengan menggunakan kabel hibrid
fiber optic coaxia l(HFC) serta pengadaan perangkat
keras pendukungnya seperti komputer server,
personal komputer, dan lain sebagainya. Kemudian
pada
tahun
berikutnya
mulai
dilakukan
[90]

Proceeding Simposium Nasional Otonomi Daerah 2011
LAB-ANE FISIP Untirta

ISBN: 978-602-96848-2-7

Selain tidak efisien, praktik pengadaan barang dan
jasa secara manual ternyata penuh dengan ekses
korupsi, kolusi antara rekanan dan pejabat
pemerintah, sehingga kualitas barang dan jasa yang
diperoleh tidak sepadan dengan biaya yang telah
dikeluarkan.
Pengadaan barang dan jasa melalui lelang
secara on line di kota Surabaya mula-mula dilakukan
dengan dibukanya situs web dengan nama
www.lelangserentak.com pada tahun 2003. Sarana
awal e-government Pemerintah Kota Surabaya untuk
lelang publik tersebut dibuka dengan keinginan yang
kuat untuk menciptakan sistem lelang yang efisien,
transparan, akurat, tepat waktu, dan menghemat
anggaran publik. Seiring dengan perkembangan
minat warga Surabaya yang meningkat dalam
penggunaan fasilitas internet, situs ini ternyata
mendapat tanggapan yang sangat positif dari warga
masyarakat, terutama para pengusaha atau rekanan
swasta yang selama ini kesulitan untuk mendapat
akses ke jalur-jalur birokrasi Pemerintah Kota
Surabaya yang terkadang rumit dan tidak transparan.
Pada saat yang sama, para pejabat Pemkot Surabaya
juga melihat bahwa biaya yang harus dialokasikan
untuk pengembangan sistem ini sebenarnya cukup
murah sedangkan keuntungan dari segi efisiensi
biaya sangat besar.
Maka selanjutnya Pemkot Surabaya punya
komitmen untuk menyempurnakan sistem lelang
serentak tersebut dengan membuka situs yang lebih
formal dengan nama www.surabaya-eproc.or.id
pada tahun 2004. Kebijakan pelaksanaan eprocurement tersebut tertuang dalam Peraturan
Walikota Surabaya nomor 50 tahun 2004 jo nomor
30 tahun 2006 tentang Pedoman Pelaksanaan
Pengadaan Barang/Jasa secara elektronik (eProcurement). Sistem internal yang terdapat di
jajaran Pemkot Surabaya itu selanjutnya disebut
Surabaya e-Procurement System (SePS) yang
mengaitkan database tentang kebutuhan pengadaan
barang dan jasa dengan banyak asosiasi rekanan atau
pengusaha bisnis kecil secara on line. Sejak
dilaksanakannya e-procurement, lebih banyak lagi
transaksi pengadaan barang dan jasa dapat
dilaksanakan oleh Pemkot Surabaya melalui media
elektronik. Pada tahun 2005, misalnya, tercatat
bahwa ada sekitar 3.000 badan usaha telah menjadi
anggota dari sistem e-procurement Pemkot Surabaya
dengan total nilai lelang barang/jasa yang mencapai
hampir Rp 300 milyar (Kumorotomo, 2008:10)
Perkembangan terbaru dari e-procurement di
Pemkot Surabaya adalah ditingkatkannya keamanan
transfer data sehingga mendapat pengakuan berupa
sertifikat ISO 27001:2005 tentang Security
Management System. Mulai pertengahan tahun 2007,
pihak Pemkot juga meluncurkan layanan berupa
Smart Office Zone. Layanan ini berupa fasilitas
hotspot untuk mengakses internet yang disediakan
untuk kawasan 250.000 meter persegi di sekitar

Kedua,
Layanan
Unggulan
Bidang
Perindustrian dan Perdagangan . Pemerintah
memberdayakan UKMK (Usaha Kecil Menengah
dan Koperasi) dengan bertindak sebagai mediator
atau konsultan bisnis yang menggerakan sendi-sendi
bidang industri, perdagangan dan jasa di DIY.
Fungsi mediator ini direpresentasikan melalui
layanan DIY Small and Medium Business
Development Center , yang diharapkan mampu
menarik dunia usaha (investor, pembeli, distributor,
retailer, dan lain-lain) serta mampu mendorong
UKMK agar cepat tanggap terhadap dinamika
bisnis.
Tahun 2008 pengembangan DGS diorientasikan
pada Bidang Kesehatan dan Bidang Tenaga Kerja
dan Transmigrasi. DGS bidang kesehatan yang
dihasilkan saat ini bersifat informatif kepada
masyarakat dan layanan interaktif untuk layanan
registrasi online tenaga kesehatan. Layanan
unggulan bidang kesehatan dapat dipahami bahwa
Dinkes Propinsi DIY berperan sebagai pusat
informasi kesehatan (Health Information Center );
sebagai penyedia informasi yang terpercaya
(reliable) dan capable untuk memetakan kondisi
kesehatan masyarakat; melakukan analisa kesehatan
berdasarkan data yang komprehensif dari semua
unit-unit kesehatan; melakukan pemantauan dan
pengendalian masalah kesehatan melalui Health
Monitoring System dan Konsultan kesehatan bagi
masyarakat, baik secara online (web ) maupun
offline.
Beberapa aplikasi yang berhasil dibangun
sebagai program unggulan berbasis TI antara lain
aplikasi pendidikan berbasis online dan integrasi
sitem pemerintahan sektoral yang terdiri dari bidang
transportasi, pariwisata, tenaga kerja, dan kesehatan,
dengan membangun sistem informasi terpadu (Warta
Ekonomi dan Dian Rakyat, 2010:45). Untuk dapat
mencapai sustainable development, maka Pemprop
Yogyakarta mengantisipasi dengan menyiapkan blue
print pengembangan e-government.
Aplikasi yang dikembangkan lewat program
DGS banyak menyentuh masyarakat, misalnya Plaza
Informasi yang menerima kunjungan masyarakat
untuk mendapatkan informasi. Selain itu, dengan
mengguakan sistem jemput bola, pemprop juga
membuat Mobile Community Access Point (MCAP)
yang mengunjungi masyarakat untuk memberikan
informasi.

2.2 Kota Surabaya
Terobosan yang dilakukan oleh Pemerintah
Kota Surabaya dalam manajemen pelayanan publik
adalah aplikasi E-Procurement, suatu sistem
pengadaan barang dan jasa publik yang dikelola
secara elektronik berbasis web. Pertimbangan yang
mendasari kebijakan ini adalah kurang efisiennya
sistem pengadaan barang dan jasa secara manual
seperti yang selama ini terjadi di banyak daerah.
[91]

Proceeding Simposium Nasional Otonomi Daerah 2011
LAB-ANE FISIP Untirta

ISBN: 978-602-96848-2-7

kompleks perkantoran dan Taman Surya di balai
kota Pemkot Surabaya. Integrasi dari layanan
pengadaan barang dan jasa juga dilakukan dengan
kantor unit pelayanan terpadu yang memiliki Sistem
Manajemen Satu Atap (SIMTAP). Dari segi
software, sudah dilakukan pengembangan sebanyak
lima kali dengan basis program open source Linux
Debian. Versi terakhir dari e-procurement sudah
dilengkapi dengan Public Key Infrastructure .
Stabilitas dari akses ke www.surabaya-eproc.or.id
juga dijamin dengan sistem back up yang
menggunakan colocation di Jakarta. Tentu saja
fasilitas keamanan yang lain bagi setiap transaksi,
seperti password, user name, enkripsi dan sistem
private key juga telah dibuat sesuai standar.
Secara kelembagaan, untuk memberikan
meningkatkan
efektivitas
pengelolaan
eprocurement, maka sejak 2008 telah dibentuk
Kantor Unit Layanan Pengadaan (ULP) yang
bertugas mengadakan pelelangan dari seluruh Satuan
Kerja Pemerintah Daerah (SKPD) di lingkungan
Pemkot Surabaya.
Program lain yang menjadi unggulan
pemerintah Kota Surabaya adalah Government
Resources Management System (GRMS) (Warta
Ekonomi dan Rakyat, 2010:32). GRMS adalah
sistem pengelolaan sumber daya pemerintahan yang
terintegrasi dari aktivitas birokrasi dari hulu sampai
hilir (dalam konteks belanja) yang dikembangkan
dalam rangka menjunjang pengelolaan keuangan
daerah. Sistem GRMS yang dikembangkan terdiri
dari
e-Budgeting,
e-Project
Planning,
eProcurement, e-Delivery; e-Controlling dan ePerformance.
Aplikasi lain yang dikembangkan oleh Pemkot
Surabaya adalah Gessy (Gateway for Short Message
System). Sistem
SMS Gateway
ini memiliki
kegunaan mengirim pesan secara massal, mengambil
data dari database, membuat autoresponder SMS,
dan membuat interface berbasis web. Salah satu
manfaatnya adalah warga Kota Surabaya dapat
dengan mudah mendapatkan informasi mengenai
data kependudukannya di wilayah Surabaya cukup
dengan mengirim SMS. Gessy juga dapat
menyajikan data jumlah penduduk Kota Surabaya
lengkap dengan gendernya atau untuk mengetahui
jumlah penduduk usia produktif. Pemkot Surabaya
juga memanfaatkan sistem SMS Gateway sebagai
sarana pengaduan proyek fisik.
Terobosan lain yang kini tengah dilakukan
Pemkot Surabaya adalah menambah sidik jari dalam
Kartu Identitas Penduduk (KTP). Terobosan ini
sebagai tambahan identitas seseorang di samping
KTP Nasional. Ke depan, Pemkot seudah
menyiapkan konsep pengembangan sistem integrasi
dalam pemanfaatan KTP di samping sebagai
identitas diri dapat juga dimanfaatkan sebagai
integrasi untuk intervensi program pemerintah dan
penggali potensi. Misalnya melalui KTP yang telah

terintegrasi, akan dapat terdeteksi identitas pe
nerima bantuan bagi keluarga miskin. Pada sektor
pendidikan, dapat dimanfaatkan juga sebagai
validasi pembayaran biaya sekolah dan penerima
bantuan beasiswa.
2.3 Kabupaten Jembrana
Pengembangan e-government yang optimal
perlu didukung dengan perencanaan yang baik.
Dengan adanya perencanaan yang baik, penerapan
teknologi informasi diharapkan akan dapat didorong
untuk
memaksimalkan
capaian
tugas-tugas
pemerintahan,
sehingga
biaya-biaya
yang
dikeluarkan nantinya tidak semata-mata hanya
sebagai pengeluaran saja, tetapi dapat menjadi salah
satu bentuk investasi yang menguntungkan. Inilah
yang mendorong Pemerintah Kabupaten Jembrana
menyusun Rencana Induk Pengembangan eGovernment.
Penyusunan
Rencana
Induk
Pengembangan e-Government dimulai tahun 2004
untuk masa berlaku 2004-2008. Selanjutnya disusun
kembali Rencana Induk Pengembangan eGovernment Tahun 2009-2013. Akibat terencananya
program pengembangan e-government di Jembrana,
banyak prestasi yang kini diraih Pemkab Jembrana.
Dalam pemilihan E-Government Award yang
diadakan oleh majalah Warta Ekonomi tahun 2009,
kabupaten Jembrana berhasil mempertahankan gelar
juara tahun 2008 dalam penerapan E-government
untuk tingkat kabupaten. Keunggulan Jembrana
adalah penerapan kartu J-Card (Jembrana Card).
Setiap warga Jembrana yang memiliki J-Card dapat
pergi ke rumah sakit dan menunjukkan kartunya.
Kartu akan ditempelkan ke mesin pembaca (card
reader ). Untuk otorisasi, si pasien cukup
menempelkan tangannya. Di layar komputer akan
terpampang riwayat medis si pasien dan pengobatan
yang pernah diterimanya. Setelah diobati, si pasien
boleh pulang dan cukup mengucapkan terima kasih.
Jembrana Card (J-card) juga ternyata berfungsi
ganda. Selain kartu berobat, kartu ini juga sekaligus
menjadi KTP dan ATM. Dengan penggunaan J-card
sebagai KTP, pemerintah daerah bisa mengetahui
jumlah, penyebaran dan tingkat ekonomi
penduduknya.
Menurut
data,
sudah
60%
dari 263.000 warga Jembrana yang memiliki kartu
J-card. Kendala yang masih dihadapi adalah
keterbatasan kemampuan pemerintah daerah untuk
memproduksi kartu per hari.
Manfaat penting lain implementasi J-Card
adalah untuk pelaksanaan e-voting atau pemilu
dengan sistem elektronik. Dengan sistem e-voting,
calon pemilih cukup membawa J-Card. Dengan JCard tersebut warga kemudian mendaftar, lalu
menuju bilik suara yang suah berisi monitor touch
screen . Di bilik suara, warga cukup menyentuh
gambar calon dipilihnya, yang sudah tertera pada
layar monitor. Jadi, warga Jembrana tidak lagi

[92]

Proceeding Simposium Nasional Otonomi Daerah 2011
LAB-ANE FISIP Untirta

ISBN: 978-602-96848-2-7

Kekayaan Intelektual dalam mendukung
administrasi Pemerintahan Kabupaten Jembrana;
5. Meniadakan kesenjangan digital di lingkungan
pemerintahan Kabupaten Jembrana.
J-NET sangat membantu dalam menyediakan
sumberdaya manusia di lingkungan Kecamatan,
Desa dan Kelurahan di Kabupaten Jembrana yang
mampu mengoperasikan dan mempergunakan
aplikasi-aplikasi berbasis open source yang telah
disediakan dalam rangka peningkatan kwalitas
pelayanan terhadap masyarakat serta Penggunaan
aplikasi open sources
dalam pemerintahan
kabupaten Jembrana.
Perangkat lunak open source yang digunakan
adalah untuk kebutuhan :
1. Sistem operasi OSS dengan aplikasi open office
untuk pengolahan kata, tabulasi dan presentasi;
2. Telepon VOIP atau Voice Over Internet
Protocol sehingga biaya komunikasi relatif
murah;
3. Video meeting untuk kebutuhan pertemuan
pertemuan di kapupaten Jembrana;
4. Akses Intranet Pemkab Jembrana untuk
a. Sistem
Perkantoran
Elektronik
menggunakan Kantaya atau Kantor Maya
berbasis open source hasil pengembangan
BPPT;
b. Sistem Informasi Manajemen Pemda
(Simda) meliputi bidang Pertanian,
Perkebunan, Peternakan, Perikanan darat &
laut, Pengaduan masyarakat dgn SMS
melalui SMS center, Sistem Pelaporan
Kecamatan, Kelurahan & Desa;
c. Kurikulum Administrasi Pendidikan Maya
(Kasipena);
5. Akses ke Internet

mencoblos atau mencontreng tanda gambar di kertas
sebagaimana dalam pemilu nasional.
Dalam pelaksanaan pemilihan kepala desa
dengan sistem e-voting, rata-rata waktu yang
dibutuhkan pemilih untuk memberikan suaranya
hanya 25,83 detik. Tingkat keakuratan data hasil
pemilihan bisa dipastikan akan lebih tinggi karena
bebas dari kesalahan perhitungan manual dan
kemungkinan manipulasi data seperti yang sering
kita dengar pada pemilu tingkat nasional. Selain itu
cara ini juga lebih irit karena tidak lagi
menggunakan kertas yang sekali pakai tak bisa
digunakan lagi.
Pemkab Jembrana pernah mencoba membuat
simulasi
dan
membandingkannya
dengan
pengalaman mereka saat menggelar Pilpres 2009 di
lima kecamatan di sana. Hasilnya adalah pada
Pilpres 2009 di lima kecamatan itu membutuhkan
373 TPS dengan rata-rata pemilih 548 orang per
TPS. Jika dibandingkan dengan e-voting, hasil
simulasi di lima kecamatan itu menunjukkan mereka
hanya membutuhkan 254 TPS (32 % lebih sedikit)
dan rata-rata pemilih 806 orang per TPS atau 47 %
lebih banyak (Warta Ekonomi dan Dian
Rakyat,2010: 21-22)
Menurut Koswara, Kabupaten Jembrana
merupakan salah satu pemerintah daerah yang
berhasil menggunakan open source software untuk
membangun sistem e-Governmentnya . Pada 2007
Pemkab Jembarana membangun J-Net (Jimbarwana
Networking).
J-Net
yaitu
jaringan
yang
mengintegrasikan Kecamatan, desa-desa, sekolah,
puskesmas dan lain-lain se-Kabupaten Jembrana,
dalam rangka peningkatan kualitas pelayanan
menuju ketata Pemerintahan yang baik (Good
Governance), peningkatan kualitas pendidikan atau
E-Learning ,
dan
pemasyarakatan
kemajuan
teknologi informasi dan komunikasi kepada
kalangan masyarakat atau e-people.
J-Net dibangun untuk :
1. Meningkatkan
efektifitas
pelaksanaan
pemerintahan di daerah baik DPRD maupun
Eksekutif melalui komunikasi timbal balik
secara lebih cepat
2. Meningkatkan kwalitas pelayanan masyarakat
melalui
komputerisasi
administrasi
pemerintahan di tingkat Kecamatan, Desa dan
Kelurahan, ada 31 Jenis Surat Keterangan;
3. Meningkatkn kesejahteraan masyarakat pada
semua lapisan melalui akses jaringan internet
yang dapat menjadi perangsang tumbuhnya
simpul simpul ekonomi baru di pelosok desa;
4. Meningkatkan kualitas intelektual anak didik
melalui akses internet atau jaringan pendidikan
nasional
yang
memungkinkan
bagi
pembelajaran elektronik; untuk menggunakan
perangkat lunak legal sesuai dengan Undangundang No. 19 Tahun 2002 tentang Hak atas

2.4 Kota Yogyakarta
Pengembangan SI UPIK (Sistem Informasi
dalam Unit Pelayanan Informasi dan Keluhan)
merupakan salah satu terobosan dalam sistem
manajemen pelayanan yang dilakukan oleh
Pemerintah Kota Jogjakarta. Gagasan untuk
mengembangkan sistem ini bermula dari perhatian
Walikota Jogja, Herry Zudianto, yang melihat
pentingnya masukan, keluhan atau kritikan terhadap
kinerja pemerintah. UPIK dibentuk dengan dilandasi
tiga persoalan, yaitu: 1) Tidak semua warga
masyarakat mengetahui saluran pengaduan yang
dapat dipergunakan secara mudah, 2) Adanya
hambatan waktu bertemu antara rakyat dengan
pejabat atau penguasa, dan 3) Adanya rasa takut dan
sungkan untuk mengadukan keluhan diantara
masyarakat. Maka UPIK diharapkan akan bisa
menampung sejumlah aspirasi, keluhan, saran, kritik
atau sekadar informasi yang bisa segera ditanggapi
sesuai masukan dari warga masyarakat sebagai
pengguna layanan publik. Terbentuknya UPIK yang
berada di bawah kantor BID (Badan Informasi
[93]

Proceeding Simposium Nasional Otonomi Daerah 2011
LAB-ANE FISIP Untirta

ISBN: 978-602-96848-2-7

Daerah) merupakan terobosan yang memang
didorong oleh tuntutan masyarakat daerah di kota
Jogja (Kumorotomo, 2008:5).
Kebijakan untuk membentuk UPIK digariskan
melalui Keputusan Walikota Jogja No.86 tahun 2003
yang ditetapkan pada tanggal 14 November 2003.
Kedudukan, tugas pokok dan fungsi satuan ini
adalah sebagai penerima keluhan masyarakat atas
pelayanan administratif maupun kebijakan yang
diambil oleh pemerintah kota. Proses pembentukan
unit ini dimulai dari ditetapkannya PT Exindo
sebagai pemenang tender untuk pengadaan sistem
dan pelatihan SDM untuk mengoperasikan sistem
komunikasi antara warga masyarakat dan
pemerintah daerah berbasis elektronik. Mula-mula,
PT Exindo menawarkan pengembangan sarana
aduan dengan teknologi yang sudah banyak dipakai
oleh masyarakat, yaitu dengan pengiriman SMS
(Short Message Services) melalui sarana telepon
seluler, dengan telepon secara langsung, dan dengan
pengiriman e-mail (electronic mail) melalui jaringan
internet. Untuk pelaksanaan pengadaan software,
monitoring dan evaluasi program, pemerintah kota
Jogja juga dibantu oleh Swisscontact, sebuah
rekanan swasta di bidang pengadaan software.
Untuk sistem manajemen, terutama monitoring
dalam organisasi dan etika pelayanan, juga terdapat
bantuan konsultan PKPEK, sebuah LSM yang
selama ini bergerak di bidang advokasi industri kecil
dan pelayanan publik.
Peluncuran dan sosialisasi pemanfaatan UPIK
dimulai sejak tanggal 29 Februari 2004. Payung
kelembagaan dari sarana pengaduan ini mula-mula
dipercayakan kepada Kantor Humas. Berikut ini
adalah alamat situs web dan nomor-nomor yang
dapat diakses dengan sistem UPIK : Datang
langsung : Kantor BID atau operator UPIK , Telepon
kabel (fixed line) : 0274-555242 , Telepon seluler
(SMS) : 081-227-80001 atau 2740, Situs web :
www.upik.jogja.go.id, E-mail : [email protected].
Ternyata
animo
masyarakat
untuk
menyampaikan keluhan dan aduan melalui SMS
demikian besar. Masyarakat yang sudah biasa
menggunakan hotline service ke Pemda kota Jogja
akhirnya tidak asing lagi dengan nomor telepon
kabel, ponsel, maupun alamat situs di atas.
Dari data statistik penyampaian keluhan yang
masuk ke pengelola UPIK, aduan yang disampaikan
melalui SMS dan e-mail ternyata menempati urutan
yang tertinggi. Aduan melalui SMS mengalami
fluktuasi, tetapi aduan melalui e-mail menunjukkan
kenaikan dari tahun ke tahun. Banyaknya aduan
melalui surat, fax, dan telepon kabel ternyata justru
menunjukkan penurunan. Ini menunjukkan bahwa
animo masyarakat Jogja untuk menggunakan
perangkat komunikasi elektronik yang lebih efisien
terus mengalami peningkatan. Dari empat kategori
pesan melalui SMS (keluhan, pertanyaan, informasi,
usul/saran), juga diketahui bahwa 80% respon

langsung dapat diterima oleh warga masyarakat.
Menyangkut usulan warga yang berkaitan dengan
pembangunan
(misalnya
pengaspalan
jalan,
pembuatan talud sungai, pengadaan truk sampah,
dsb) yang membutuhkan anggaran relatif besar,
pemerintah kota Jogja terkadang memang harus
menganggarkan untuk tahun yang akan datang atau
berkoordinasi dengan daerah lain sehingga
perwujudan usulan tersebut tidak mungkin bisa
seketika. Namun satu hal yang pasti ialah bahwa
usulan semacam itu akan digunakan sebagai
masukan dalam penyusunan anggaran untuk jangka
menengah atau jangka panjang. Dari data statistik
UPIK, Tabel 2 menunjukkan distribusi aduan yang
disampaikan oleh warga yang direkap setiap bulan.
Tabel 2. Distribusi Aduan Warga Melalui UPIK
No
Pering
kat

Dinas Dituju

1

Kimpraswil

2

12

3

Humas &
Info
Pendidikan

4

Perijinan

7

5

Lain-lain

6

Ketertiban

7

Sept
2007

Mei 2007
Juml
ah
15

Dinas Dituju

Jumlah

Humas & Info

11

Naker/
Kepegawaian
Kimpraswil

10

7

5

Adum/
pemerintahan
Perijinan

3

Perindag

4

3

Pendidikan

3

8

Naker/Kepe
gawaian
Sosial

3

BKKBC

2

9

Perhubungan

2

Lain-lain

2

10

Pariwisata

2

Perhubungan

1

Σ

9

62

10

Σ

6

56

Sumber: Laporan UPIK 2007 dalam Kumorotomo (2008:6)

UPIK merupakan sebuah upaya pengembangan
e-government yang telah masuk kategori interaktif.
Informasi melalui media elektronik tidak hanya
bersifat sepihak, dari pemerintah ke masyarakat,
tetapi sudah bersifat timbal-balik dengan
mengutamakan informasi dari masyarakat ke
pemerintah. Perkembangan ini memang tidak mudah
karena menuntut aparat pemerintah daerah untuk
lebih responsif dan peka terhadap semua aduan dari
masyarakat. Tentu saja tanggapan yang ideal dari
aparat pemerintah bukan sekadar jawaban yang
segera tetapi juga tindakan riil yang sesuai dengan
kehendak masyarakat. Namun perkembangan ini
tentu akan membawa manfaat yang besar bagi
kinerja lembaga pemerintah. Dari sebuah penelitian
(Yulia Rustiyaningsih, 2008), berikut ini adalah
manfaat yang dapat dipetik dari responsivitas Pemda
kota Jogja dengan sarana UPIK:
1. Meningkatnya kemampuan Pemda untuk
mengenali kebutuhan masyarakat

[94]

Proceeding Simposium Nasional Otonomi Daerah 2011
LAB-ANE FISIP Untirta

ISBN: 978-602-96848-2-7

2.

Kemudahan dalam menyusun agenda dan skala
prioritas
3. Pengembangan program sesuai aspirasi dan
kebutuhan masyarakat
4. Meningkatnya tanggungjawab atas layanan
yang diberikan
5. Meningkatnya komitmen aparat dalam melayani
masyarakat.
Manfaat yang dapat diperoleh dari efektivitas
komunikasi dengan bantuan sistem UPIK tampaknya
sederhana. Namun apabila dilihat secara sungguhsungguh, dapat dipahami bahwa keseriusan untuk
menanggapi aduan masyarakat akan mengandung
implikasi sangat penting. Sebagai contoh,
kemudahan dalam menyusun agenda dan skala
prioritas sebenarnya akan sangat terbantu aparat
Pemda menindaklanjuti aduan ke UPIK secara
serius. Pemerintah Kota Jogyakarta telah
menetapkan bahwa laporan UPIK yang dikirimkan
tembusannya ke Tim Tindak Lanjut difungsikan
sebagai laporan bulanan kepada Walikota dan
sekaligus sebagai masukan kepada Bappeda.
Walikota sendiri sudah memberikan instruksi bahwa
laporan khusus yang menyangkut adanya indikasi
KKN (Kolusi, Korupsi, Nepotisme) oleh aparat
Pemda supaya langsung ditujukan kepadanya secara
langsung. Apabila pola tindak-lanjut semacam ini
dilaksanakan secara konsisten, tentu masalah
korupsi dalam birokrasi publik dapat ditekan dan
citra Pemda yang selama ini dipandang tidak
responsif akan dapat dikikis.
Contoh lainnya, dalam hal tanggungjawab atas
layanan yang diberikan, sistem UPIK jelas
membuktikan peran teknologi informasi dalam
peningkatan tanggungjawab Pemda dan kinerja
pelayanan Pemda sendiri. Sejalan dengan
difungsikannya UPIK sebagai sarana interaktif,
Pemda kota juga melaksanakan penyempurnaan
mekanisme perijinan. Kini Pemda kota Jogja telah
memiliki Dinas Perijinan yang memungkinkan
setiap warga dapat mengurus berbagai surat
perijinan di satu atap. Pembentukan satuan ini
sebagai sebuah Dinas memang di satu sisi
bertentangan dengan PP No.41 tahun 2007 tentang
Struktur Organisasi dan Tatakerja Pemerintah
Daerah. Kenyataan ini memang pernah menjadi
sumber kekhawatiran diantara sebagian perumus
kebijakan di kota Jogja. Namun karena di sisi lain
pembentukan Dinas Perijinan telah menghasilkan
manfaat yang besar dalam efisiensi pelayanan,
keberadaan dinas ini tetap dipertahankan dan bahkan
dilengkapi dengan perangkat teknologi informasi
yang semakin bagus. Tidak dapat dipungkiri bahwa
keberhasilan UPIK sebagai wahana interaksi antara
warga dan Pemda kota Jogja sangat didukung oleh
komitmen pejabat Walikota. Komitmen walikota
yang lebih suka dipanggil sebagai “kepala pelayan”
ketimbang penguasa di Kota Jogja merupakan salah
satu jaminan bagi berfungsinya UPIK bagi umpan-

balik perumusan kebijakan pemerintah daerah
(Kumorotomo, 2008:8)
2.5 Kabupaten Sragen
Upaya pengembangan Jaringan infrastruktur di
Kabupaten Sragen telah dilakukan sejak 2002 yaitu
dimulainya koneksi jaringan computer dan integrasi
sistem pada kompleks perkantoran SETDA yang
terpusat di PDE; Tahun 2003 dimulai koneksi antar
Dinas/Satker di luar SETDA dan 8 titik Kecamatan
hingga pada Tahun 2005/2006 semua Dinas/Satker
dan 20 Kecamatan terkoneksi jaringan Online;
Tahun 2007 dibangun Jaringan Desa yang meliputi
208 Desa/Kel se-Kabupaten. Sragen; Development
System/Aplikasi, Pengolahan Data dan Maintenance
seluruhnya dilaksanakan oleh TimTeknis PDE
Sragen.
Kabupaten Sragen merupakan salah satu daerah
percontohan dalam implementasi e-Government di
Indonesia. Menurut Prasojo (2008) beberapa
program yang telah berhasil dilakukan antara lain
Pemerintah Kabupaten Sragen melaksanakan
berbagai program seperti pembangunan jaringan
pemerintahan secara online dengan perangkat
wireless, pengoperasian sampai ke tingkat
desa/kelurahan dalam rangka memperlancar
hubungan komunikasi di lingkungan pemerintah
kabupaten; pembangunan data kependudukan sipil
secara elektronik dengan menggunakan single
identity number , serta dengan mengembangkan
mekanisme pemilihan kepala desa secara elektronik.
Penerapan e-government di Kabupaten Sragen
didukung adanya e-Leadership yang kuat, inovasi
dan upaya terus menerus dilakukan untuk
meningkatkan kualitas pelayanan melalui teknologi
informasi. Perkembangan pesat teknologi informasi
di Kabupaten ini terlihat dari maraknya dunia virtual
di lingkungan masyarakat melalui aplikasi remote
Jaringan Global se Kabupaten Sragen (NAGIOS),
siaganya Internet dan intranet online 24 jam di
semua satker, dan Website Kabupaten Sragen yang
interaktif.
Simangunsong (2010) berpendapat bahwa
Kabupaten Sragen mengembangkan One Stop
Service (OSS). OSS Center adalah sebuah institusi
yang memberikan dukungan pengembangan satuan
kerja layanan perijinan terpadu atau lebih dikenal
dengan istilah One Stop Services disingkat OSS.
OSS Center mendukung terwujudnya inovasi
layanan perijinan terpadu didaerah yang pada
kenyataannya masih memiliki keterbatasan untuk
mengembangkan pelayanan perijinan terpadu secara
prima.
Sedangkan manfaat nyata dari OSS ini adalah
OSS diharapkan mampu melayani seluruh perijinan
yang dibutuhkan oleh investor dan dunia usaha di
daerah masing-masing, mulai dari ijin mendirikan
bangunan (IMB), ijingangguan (HO), ijin usaha
(SIUP, TDP, TDI, IUT, IUI, TDG, dll) atau ijin per
[95]

Proceeding Simposium Nasional Otonomi Daerah 2011
LAB-ANE FISIP Untirta

ISBN: 978-602-96848-2-7

sektor seperti ijin usaha restora, ijin pendirian salon
dan OSS Center akan memberikan berbagai
informasi dan pelatihan tentang sistem, metode, dan
cara untuk mengembangkan layanan perijinan dan
investasidi Indonesia yang dapat diakses secara
langsung di kantor OSS Center atau melalui telepon,
email, dan website (www.oss-center.net). OSS
Center juga akan menghubungkan pemerintah
kota/kabupaten dan OSS di seluruh Indonesia
dengan lembaga pendamping atau lembaga-lembaga
lain yang dapat memberikan bantuan teknis untuk
pengembangan OSS.
Saat ini Kabupaten Sragen sudah menerapkan
e-government secara penuh. Hasilnya, Pemkab
Sragen memiliki beberapa jenis layanan publik
unggulan yang terintegrasi.
Pertama, website resmi Pemkab Sragen sejak
2002. Lewat
website
www.sragenkab.go.id,
masyarakat bisa memperoleh informasi lengkap
mengenai profil dan potensi kabupaten yang terdiri
dari 20 kecamatan dan 208 desa/kelurahan ini,
termasuk harga sembako dan sarana interaktif aparat
dan masyarakat.
Sistem
Informasi
Manajemen
Kedua,
Kependudukan
sejak
2003.
Layanan
ini
memungkinkan pembuatan KTP hanya butuh waktu
lima menit, tanpa ada pungutan liar dan prosedur
yang berbelit.
Ketiga, Sistem Informasi Manajemen Perizinan
sejak 2005. Sistem ini bisa melacak (tracking)
dokumen perizinan secara online. Adanya egovernment
memungkinkan Pemkab Sragen
memberikan layanan perizinan terpadu di kantor
pelayanan satu atap kepada kalangan dunia usaha.
Keempat, Sistem Informasi Kepegawaian
(Simpeg), berfungsi sebagai Aplikasi Kepegawaian,
Kartu Pegawai, Gaji Berkala, dan lain-lain.
Kelima, Billing System, merupakan aplikasi di
lingkungan Rumah Sakit meliputi Rekam medis,
data pasien, Jasa Medis, dan lain-lain.
Keenam, Mapatda, merupakan aplikasi di
Dipenda seperti PAD, Retribusi, PBB, dan lain-lain.
Ketujuh, Sistem Informasi Pemerintahan
Daerah Kantaya (Kantor Maya) sejak 2004. Sistem
online ini mempermudah pekerjaan pegawai Pemkab
Sragen dan koordinasi antar organisasi pemerintahan
di sana. Misalnya, untuk pelaporan dan pengawasan
di setiap unit kerja, kecamatan dan BUMD, sarana
pengiriman data, informasi dan pengawasan proyek
di setiap unit kerja, informasi agenda kerja di setiap
satuan kerja, pengiriman surat dinas atau undangan
kedinasan ke setiap unit kerja, dan untuk forum
diskusi
serta
interaksi
antarpegawai.
Sistem informasi pemerintahan ini terhubung secara
elektronik dengan Departemen Perdagangan dan
Departemen Dalam Negeri. Ini menjadikan
Kabupaten Sragen sebagai proyek uji coba
Departemen
Perdagangan
dalam pemberian

perizinan usaha perdagangan secara elektronik (elicensing ).
Kabupaten Sragen juga telah mengembangkan
Pusat Data dan Informasi (Sragen Multimedia
Centre). Adanya
Pengembangan Pusat Data,
Informasi dan Promosi melalui Multi Media Centre
ini,
masyarakat dapat memperoleh da
memanfaatkan layanan publik seperti
Website
www.sragenkab.go.id, Geographic Information
System (Pemetaan Wilayah Digital), Infrastruktur
(Pendidikan,
Kesehatan,
Transportasi),
Kepegawaian/Penggajian, Produk Unggulan Daerah
(Kerajinan, Industri, UKM, Agribisnis), Potensi
Pariwisata, Info Perdagangan/Harga Pasar (SIPAW),
Info Pertanahan (BPN online), Info Perijinan (BPT
online), dan Laboratorium e-Government.
Hasil Kajian terhadap 5 pemerintah daerah di
atas dalam upaya meningkatan kualitas pelayanan
publik melalui pemanfaatan teknologi informasi atau
e-government memberikan satu benang merang
bahwa program yang dibuat, disusun dan
diimplementasikan setiap daerah ternyata memiliki
keunikan masing-masing sehingga memunculkan
program unggulan. Dari program unggulan inilah
daerah tersebut memperoleh banyak manfaat
khususnya apresiasi yang tinggi dari masyarakat dan
pemerintah melalui pemberian penghargaan Egovernment Award dan sejenis (Lihat Tabel 3)
Tabel 3. Program Unggulan, Aplikasi E-government yang
dikembangkan dan Penghargaan Yang telah diperoleh
Pemerintah
Program Unggulan, Aplikasi E-government
Daerah
yang dikembangkan dan Penghargaan
Yang telah diperoleh
Program Unggulan : Jogja Cyber Province
Propinsi
(JCP), MCAP, Plaza Informasi
Yogyakarta
Aplikasi E-gov yang dikembangkan :
pendidikan berbasis online dan integrasi sitem
pemerintahan sektoral yang terdiri dari bidang
transportasi, pariwisata, tenaga kerja, dan
kesehatan, dengan membangun sistem
informasi terpadu
Penghargaan : Warta Ekonomi EGovernment Award Tahun 2009, 2007, 2006,
2005, 2004, 2003
Program Unggulan : sistem Informasi UPIK
Pemkot
Aplikasi E-gov yang dikembangkan :
Yogya
Sistem Informasi UPIK, Perijinan terpadu,
PSB Online
Penghargaan : Website terbaik 2009, Warta
Ekonomi E-Gov Award Tahun 2005
Program Unggulan : e-procument, SIAK,
Pemkot
GRMS, Gessy
Surabaya
Aplikasi E-gov yang dikembangkan : eProcurement, e-Budgeting, KTP Online,
Penghargaan : Terbaik e-leadership Tahun
2009, Warta Ekonomi E-Gov Award Tahun
2009, 2008, 2007, Pemenang Khusus Open
Source Award 2010 dalam membangun
komitmen

[96]

Proceeding Simposium Nasional Otonomi Daerah 2011
LAB-ANE FISIP Untirta

ISBN: 978-602-96848-2-7

Program Unggulan dan Aplikasi E-gov yang
dikembangkan : J-Card (Jembrana Card), JNet (Jimbarwana Networking), e-Voting,
Kantaya, SIAK
Pengharagaan : Warta Ekonomi E-Gov
Award Tahun
2009 dan
2008, Warta
Ekonomi e-Government Award 2008 Best Of
The Best, Piagam Penghargaan E-Voting
Piagam, Aplikasi Unggulan Jembrana Smart
Card, Juara I Indonesia Open Source Award
2010
Program Unggulan
: e-Leadership, EKabupaten
Voting, Kantaya
Sragen
Aplikasi E-gov yang dikembangkan : 13
aplikasi sistem diantaranya Kantaya (Kantor
Maya),Simduk, Simpeg, Billing System,
Simpatada, SIM Perijinan, Simduk, Simkasda,
Simbada, Sim RSU, Sim Perusda, SIM
BPR/BKK, Sim GIS, Sim Pertanahan BPN,
SIM
pendidikan
dan
SMS
Centre.
Penghargaan : Wara ekonomi 2006, Best of
The Best Warta Ekonomi Award Tahun 2007,
The Best E-Government Award Tahun 2008,
Best Of The Best E-Government Award SeIndonesia Tahun 2008, Juara II Indonesia
Open Source Award 2010
Sumber : diolah Junaidi dari berbagai sumber, 2011.

government. Artinya proyek-proyek e-government
yang dikembangkan tidak asal-asalan, tapi memang
sesuai tahapan dan merujuk pada master plannya .
Propinsi DIY punya Pergub Nomor 42 Tahun 2006
tentang Blueprint Jogja Cyber Province, Kota
Surabaya Perwako Nomor 30 Tahun 2006 tentang
Pedoman Pelaksanaan Proses Pemilihan Penyedia
Barang/Jasa Pemerintah dengan Sistem Eprocurement, Kota Yogyakarta punya Perwako
Nomor 78 Tahun 2007 tentang e-Government.
Dengan adanya blue print tersebut berbagai program
pengembangan e-gevernment dilakukan secara lebih
terarah, dapat diukur tingkat keberhasilannya
sehingga program tersebut sustainability lebih
terjamin.

Kabupaten
Jembrana

3.

3.3 Manajemen Perubahan
Memang tidak mudah melakukan perubahan,
sebab acapkali upaya perbaikan yang dibuat
bukannnya mendapat dukungan tapi malah
memperoleh perlawanan baik dari luar maupun
dalam organisasi. Belajar dari cara Bupati Jembrana
I Gede Winasa dalam menerapkan manajemen
perubahan, ia terpaksa menerapkan tangan besinya.
Bupati menuntut agar setiap karyawan di Kabupaten
Jembrana mampu mengoperasikan komputer. Jika
tidak ia meminta karyawannya mundur.
Sementara dalam implementasi e-Procurement
di Kota Surabaya misalnya dilakukan melalui
“pemaksaan”
agar
semua
unit
organisasi
menggunakan
aplikasi
ini
untuk
urusan
pemerintahan. Pemaksaan dalam tanda kutip ini juga
mencakup perlindungan dari top management jika
jajaran middle management di internal pemkot
ternyata saling “bergesekan atau digesek dengan
sengaja” dari luar organisasi karena adanya benturan
kepentingan diluar pemkot. Kejadian semacam ini
memang banyak terjadi di lingkungan Pemkot
Surabaya, terutama pada awal implementasi eProcurement sering terjadi pada level middle
management.

PENUTUP : FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI
KEBERHASILAN
PENGEMBANGAN
PENINGKATAN
KUALITAS PELAYANAN
PUBLIK
MELALUI E-GOVERMENT

Belajar dari keberhasilan beberapa Pemda di
atas, maka paling tidak ada 4 faktor dominan yang
menjadi pendukung keberhasilannya yaitu :
3.1 Adanya political will Kepala Daerah
Political will dan Komitmen dari kepala daerah
sebagai pimpian tertinggi birokasi di daerah untuk
melaksanakan program. Di mulai dengan
membangun kesamaan visi, misi dan tujuan dengan
aparat birokrasi, kepercayaan dan keterlibatan
birokrasi dalam pelaksanaan program sangat
menentukan. Artinya komitmen politik kepala
daerah saja tidak cukup tanpa dukungan dan
motivasi aparat biokrasi untuk melaksanakan
program tersebut. Apalagi jika terdapat sejumlah
orang dalam internal birokrasi yang kontraproduktif
terhadap gagasan dan pelaksanaan program.
Belajar dari Kota Surabaya menerapkan aplikasi
e-procurement, program ini lahir berkat kemauan
yang keras dari Walikota Surabaya Bambang Dwi
Hartono. Meskipun awalnya mendapat tentangan
yang keras dari sejumlah kalangan, termasuk
sebagian pimpinan di pemerintah pusat, Bambang
Dwi Hartono jalan terus. Kini aplikasi yang
dikembangkan Kota Surabaya itu ditiru oleh banyak
lembaga pemerintahan daerah lainnya.
3.2 Adanya blue print atau master plan
pengembangan e-government.
Kaitan antara tata kelola proyek e-government
dengan perencanaan. Ini setidaknya tercermin dari
blue print atau master plan pengembangan e-

3.4 Adanya Partisipasi Masyarakat.
Kepemimpinan yang kuat telah memberikan
iklim yang baik untuk membangkitkan kesadaran
bersama akan arti penting dukungan semua pihak
yang terlibat dengan implementasi e-Government.
Tahap awal implementasi bukan tanpa hambatan.
Belajar dari Kabupaten Sragen menerapkan Egovernment, ketika 2003 awal dibukanya KPT
(Kantor Pelayanan Terpadu), yang sejak 2006
berubah menjadi Badan Pelayanan Terpadu 2006,
telah memunculkan sinisme dari banyak pihak
(Anwaruddin, 2008).
Pelibatan semua pihak dalam implementasi eGovernment dari berbagai tingkatan, mulai
kabupaten sampai desa, merupakan modal awal
keberhasilan. KPT telah mengubah paradigma
pelayanan publik di Kabupaten Sragen. Hubungan
[97]

Proceeding Simposium Nasional Otonomi Daerah 2011
LAB-ANE FISIP Untirta

ISBN: 978-602-96848-2-7

Sulianto, Budi. (2007). Penerapan Egovernment di
Kabupaten Sragen. Diakses pada 10 Mei 2011
darihttp://fit.uii.ac.id/media/egovernmentkabupa
tensragen.pdf.
Simangunsong, Jumadi. (2010). Pengembangan Egovernment di Indonesia , Jurusan MTI Fikom
UI,
Diakses
10
Mei
2011
dari
http://jumadifran.files.wordpress.com/2010/09/p
engembangan-e-government-di-indoensia2.pdf
Warta Ekonomi dan Dian Rakyat. (2010). Warta
Ekonomi E-Government Award 2009, Jawarajawara Pengaplikasi E-government, Jakarta :
Warta Ekonomi dan Dian Rakyat
Pergub Nomor 42 Tahun 2006 tentang Blueprint
Jogja Cyber Province Pemerintah Propinsi DIY
Peraturan Walikota Yogyakarta Nomor 78 Tahun
2007 tentang e-Government
Peraturan Walikota Surabaya Nomor 30 Tahun 2006
tentang Pedoman Pelaksanaan Proses Pemilihan
Penyedia Barang/Jasa Pemerintah dengan
Sistem E-procurement
www.pemda-diy.go.id
www.sragenkab.go.id
www.surabaya.go.id
www.jogjakota.go.id
www.jembranakab.go.id

antar lembaga pun menyesuaikan. KPT sebagai
sebuah one-stop service telah berhasil menyatukan
komitmen semua dinas terkait dalam memudahkan
dan meningkatkan kualitas layanan publik.
Intinya impelementasi e-government mesti
meningkatkan peran dan partisipasi masyarakat
dalam berbagai bidang.
PUSTAKA
Anwaruddin, Awang (2008). Best Practices
Keberhasilan e-leadership . Diakses pada 29
April
2011
dari
http://www.e-capacitybuilding.info/ecb5/index.php?option=com_cont
ent&task=view&id=46&Itemid=53.
Djunaedi,
Achmad.
(2006).
Pengalaman
Pengembangan Digital Government Services di
Pemerintah Propinsi DIY, Prosiding Konferensi
Nasional Teknologi Informasi & Komunikasi
untuk Indonesia, ITB, Mei 2006, Bandung.
Erizal, Roswiani, Ani (2009). Pemanfaatan Model
Strategic Alignment untuk Penentuan Layanan
Unggulan Digital Government Service Bidang
Kesehatan Pada Pemerintah Daerah Propinsi
DIY,Makalah Seminar Nasional Aplikasi
Teknologi Informasi, Juni 2009, Yogyakarta.
Diakses
pada
5
Juni
2010
dari
http://journal.uii.ac.id/index.php/Snati/article/vi
ewFile/1215/1012
Erizal. (2008). Digital Government Service Bidang
Kesehatan, Executive Summary. Diakses pada 10
Mei
2011
dari
http://www.pilarsolusi.com/files/Executive_Su
mmary_DGS_Bid_Kesehatan.pdf
Kumorotomo, Wahyudi. (2008). Pengembangan Egovernment untuk Peningkatan Transparansi
Pelayanan Publik : Studi Kasus UPIK di
Pemkot Jogyakarta dan E-procurement di
Pemkot Surabaya. Makalah KAN Juni 2008 ,
UGM, Jogjakarta. Diakses pada 4 Agustus 2009
darihttp://kumoro.staff.ugm.ac.id/wpcontent/upl
oads/2008/06/pengembangan-e-government
dalam-peningkatan-transparansi-pelayananpublik.pdf
Koswara, Engkos. E-government berbasis Open
Source dan Kisah Keberhasilan Jembrana ,
Diakses pada 29 April
2011 dari
http://www.untan.ac.id/?p=223
Prasojo, Eko.,Kurniawan, Teguh. (2008). Reformasi
Birokrasi dan Good Governance : Kasus Best
Practices dari sejumlah Daerah di Indonesia .
Diakses
pada
29
April
2011
dari
http://staff.ui.ac.id/internal/0900300014/publika
si/ReformasiBirokrasi_dan_GoodGovernance_E
P_TK_reviseed.pdf
Sinurat, Herry.(2008). Inovasi Reformasi Pengadaan
Barang/Jasa di Kota Surabaya . Diakses pada 6
Juni
2010
dari
http://www.usdrpindonesia.org/files/downloadContent/183.pdf.

Biodata Penulis
Junaidi, S.I.P,M.Si, lahir Kangkung (OKU Timur),
9 Maret 1976. Saat ini sebagai Dosen Tetap pada
Jurusan Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sriwijaya.
Lulusan S1 dari Jurusan Ilmu Administrasi Negara
FISIP
UNSRI
Tahun
2001.
Kemudian
menyelesaikan pendidikan S2 pada Magister
Administrasi Publik UGM Tahun 2005. Saat ini
masih aktif sebagai Sekretaris Jurusan Ilmu
Administrasi Negara FISIP Universitas Sriwijaya.
Adapun Mata Kuliah yang diampu antara lain
Kebijakan Publik, Analisis Dampak Sosial, Studi
Implementasi Kebijakan, Analisis Proses Kebijakan
Publik,
E-Government,
Sistem
Informasi
Manajemen dan Manajemen Strategis Sektor Publik.

[98]