LAPORAN PRAKTIK PEMAHAMAN INDIVIDU DI SMA WALISONGO SEMARANG Laporan Praktik Pemahaman Inividu Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Praktik Pemahaman Individu Dosen Pengampu: Drs. Heru Mugiarso, M.Pd., Kons. Oleh: Apriliani Chrisnanda Putri

  LAPORAN PRAKTIK PEMAHAMAN INDIVIDU DI SMA WALISONGO SEMARANG Laporan Praktik Pemahaman Inividu

  Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Praktik Pemahaman Individu Dosen Pengampu: Drs. Heru Mugiarso, M.Pd., Kons.

  Oleh: Apriliani Chrisnanda Putri

  1301413086

JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2014

BAB I PENDAHULUAN

  1.1 Latar Belakang Aiken dalam Sutoyo (2013:19) pemahaman individu adalah suatu cara untuk memahami, menilai, atau menaksir karakteristik, potensi, dan atau masalah- masalah(gangguan) yang ada pada individu atau sekelompok individu. Sutoyo (2012:34) mendefinisikan pemahaman individu adalah suatu cara untuk memahami, menilai, atau menaksir karakteristik, potensi, dan atau masalah-masalah (gangguan) yang ada pada individu atau sekelompok individu. Pemahaman atau penilaian itu dimaksudkan untuk kepentingan bantuan bagi pengembangan potensi yang ada padanya dan atau penyelesaian masalah-masalah yang dihadapinya.

  Pemahaman individu sejatinya terbagi atas dua teknik, yaitu teknik tes dan teknik non tes. Pemahaman individu teknis tes bentuknya adalah tes kecerdasan, tes bakat, tes minat, dan sebagainya. Sedangkan bentuk pemahaman individu teknis non tes adalah observasi, daftar cek masalah (DCM), angket, sosiometri, dan sebagainya. Dalam pelaksanaannya, kedua teknik ini saling melengkapi terkait pencarian informasi yang diperlukan mengenai individu. Misalnya setelah dilakukan wawancara tehadap individu yang bersangkutan kemudian dilanjutkan dengan pemberian tes bakat untuk mengetahui kesesuaian antara bakat dan minat yang dimilikinya. Hal ini juga berlaku sebaliknya yaitu semisal diberikan tes bakat dahulu kemudian dilanjutkan dengan wawancara. Dengan demikian, diharapkan data atau informasi yang diperoleh tesebut dapat dipertanggungjawabkan validitasnya.

  Dewasa ini, banyak terdapat kesalahpahaman pemberian layanan bimbingan dan konseling di lapangan terutama di sekolah-sekolah. Hal ini dikarenakan konselor di sekolah hanya mengganti tahun ajaran yang tertulis pada papan bimbingan, tanpa melakukan need assesement terlebih dahulu terhadap peserta layanan. Seyogyanya

  need assesement ini merupakan prosedur wajib sebelum proses konseling guna

  memahami karakteristik masing-masing peserta layanan. Proses ini dapat dilakukan melalui banyak cara, baik melalui teknik tes maupun teknik non tes.

  Hal tersebut yang melatarbelakangi peneliti dalam mengupayakan untuk melaksanakan need assesement terhadap siswa di SMA Walisongo Semarang melalui beberapa teknik non tes. Meskipun instrumen yang peneliti gunakan hanya berupa observasi, wawancara, angket, daftar cek masalah (DCM), dan sosiometri.

  1.2 Tujuan Tujuan Umum :

  a. Untuk mengetahui masalah-masalah ataupun kebutuhan dari masing-masing peserta layanan.

  b. Untuk menentukan tindakan yang akan dilakukan setelah dilakukan penganalisisan.

  Tujuan Khusus

  a. Untuk membantu konselor sekolah dalam menyusun Rencana Pemberian Layanan Bimbingan dan Konseling (RPLBK) maupun Satuan Layanan (Satlan) yang sesuai dengan kebutuhan peserta layanan.

  b. Untuk membantu siswa agar mudah dalam mengetahui permasalahan yang ada pada dirinya.

  1.3 Hasil yang Hendak Dicapai

BAB II PROSES PELAKSANAAN ASSESMENT NON TES

  2.1 Rapport

  Tujuan helping relationship atau hubungan konseling adalah untuk dapat memenuhi kebutuhan helpe (konseli) dan bukan untuk memenuhi kebutuhan konselor (helper). Secara luas dikatakan bahwa klien harus dapat mempunyai tanggung jawab mengenai dirinya, dan membuat keputusan berdasarkan alternative-alternatif yang dia tentukan atas bantuan konselor. Untuk mencapai tujuan yang baik tersebut, maka dalam hubungan konseling harus terjadi rapport antara konseli dan konselor.

  Rapport adalah suatu hubungan (relationship) yang ditandai dengan

  keharmonisan, kesesuaian, kecocokan, dan saling tarik menarik. Rapport dimulai dengan persetujuan, kesejajaran, kesukaan, dan persamaan. Jika sudah terjadi persetujuan dan rasa persamaan, timbullah kesukaan terhadap satu sama lain.

  Penerapan rapport dalam pelaksanaan need assesement di SMA Walisongo Semarang yang menggunakan instrumen daftar cek masalah (DCM), angket, dan sosiometri dilakukan oleh peneliti sejak awal. Pertama-tama peneliti memberi salam kepada siswa lalu peneliti memperkenalkan diri dan menyampaikan tujuan kehadiran peneliti. Setelah itu peneliti membahas tentang topik-topik yang ringan untuk memberikan rasa nyaman kepada siswa.

  Pada saat melakukan observasi dan wawancara rapport yang digunakan sedikit berbeda karena instrumen tersebut hanya untuk seorang siswa saja. Rapport dimulai dengan memperkenalkan diri antara peneliti dan siswa. Lalu peneliti menjelaskan maksud dan tujuan dalam kegiatan tersebut. Tujuannya adalah agar siswa memperoleh rasa nyaman dan terjalin rasa keterbukaan.

  2.2 Penstrukturan

  Supriyo (2006:27) mengungkapkan bahwa penstrukturan adalah teknik yang digunakan konselor untuk memberikan pembatasan agar proses konseling dapat berjalan sesuai dengan apa yang menjadi tujuan dalam konseling. Penjelasan di atas menunjukkan bahwa penstrukturan memiliki posisi yang penting pada proses konseling (dalam hal ini need assesement), karena teknik ini bertujuan untuk menyamakan pandangan antara peneliti dan siswa.

  Penstrukturan dilakukan setelah adanya rapport. Peneliti menyampaikan maksud dari masing-masing instrument. Mulai dari daftar cek masalah (DCM) yang berfungsi untuk mengetahui masalah-masalah yang sedang dihadapi oleh siswa. Dilanjutkan dengan angket yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kedisiplinan siswa dalam kelas dan prestasi akademik yang diperoleh. Serta sosiometri yang berfungsi untuk mengetahui tingkat pemilih dan penolak dalam kelompok. Penstrukturan saat wawancara pun hampir sama.

  Teknik penstrukturan selanjutnya adalah menjelaskan tentang asas-asas kerahasiaan berdasarkan data yang telah diperoleh dari siswa. Siswa diminta untuk mengerjakan setiap instrumen secara mandiri, karena tidak ada jawaban benar dan salah. Serta ditekankan aspek kejujuran terkait dengan valid atau tidaknya proses

  need assesement. Selanjutnya siswa diberi waktu untuk mengerjakan instrument tersebut.

2.3 Pemberian Instrument Non Tes

  Setelah proses penstrukturan, pelaksanaan pemberian instrumen non tes dilakukan. Hal ini merupakan kegiatan inti dalam need assesement mengenai masalah-masalah yang sedang dihadapi oleh siswa. Peneliti menjelaskan pentunjuk pengerjaan pada masing-masing instrumen non tes. Agar tidak menjadikan salah tafsir, sehingga data yang dihimpun dapat dipertanggunngjawabkan kevalidannya. Berikut ini merupakan penjelasan tentang pelaksanaan pemberian instrumen non tes.

  a. Angket

  Instrumen angket dibagikan kepada seluruh siswa yang mendiami kelas X IPS di SMA Walisongo Semarang. Peneliti memastikan bahwa setiap siswa telah mendapatkan angketnya masing-masing. Setelah itu peneliti menghimbau siswa untuk mengisikan data pribadi (identitas siswa) pada lembar yang telah disediakan, mulai dari nama, kelas, jenis kelamin, dan sebagainya. Dilanjutkan dengan penjelasan mengenai petunjuk pengerjaan dan pilihan jawaban yang disediakan, yaitu ya dan tidak. Setelah dirasa siswa telah memahami penjelasan tersebut, siswa dipersilahkan untuk mulai mengerjakan angket dengan diberikan alokasi waktu selama 10 menit.

  b. Daftar Cek Masalah (DCM)

  Pelaksanaan pemberian daftar cek masalah (DCM) tidak jauh berbeda dengan pelaksanaan pemberian instrumen yang lainnya. Setelah adanya penstrukturan (petunjuk pengisian identitas dan cara mengerjakan), siswa dipersilahkan untuk mengerjakan daftar cek masalah (DCM) dengan diberkan alokasi waktu selama 20 menit.

  c. Sosiometri

  Pemberian instrumen non tes yang berupa sosiometri hampir sama dengan pemberian angket dan daftar cek masalah (DCM). Setelah pembentukan rapport diawal, lembar sosiometri dibagikan kepada setiap siswa. Kemudian siswa diminta untuk mengisi lembar tersebut dengan menyebutkan nama salah seorang teman yang terdapat di dalam kelas tersebut. Dalam pengumpulan, lembar sosiometri berada pada posisi terbalik agar siswa lebih merasa aman karena jawabannya tidak dibaca oleh temannya.

  d. Observasi

  Pelaksanaan pemberian instrumen observasi berbeda dengan pemberian instrumen-intrumen lain. Observasi ini dilakukan pada saat pelajaran geografi berlangsung. Teknik yang digunakan adalah observasi non partisipan, yaitu observer (peneliti) tidak terlibat dalam kegiatan observee (siswa). Tetapi peneliti hanya mengamati setiap kegiatan yang dilakukan oleh siswa tersebut. Observasi ini dilaksanakan secara terang-terangan.

  e. Wawancara Pelaksanaan wawancara memiliki kunci pokok pada pembentukan rapport.

  Setelah berjabat tangan dan perkenalan diri, baik dari pihak interviewer (peneliti) maupun interviewee (siswa), peneliti mencoba memulai pembicaraan dengan topik yang ringan yaitu menanyakan kesibukaannya ketika pulang sekolah. Kemudian dilanjutkan dengan sesi wawancara eksklusif dengan menggunakan alat perekam (ponsel) sebagai alat bantu pengingat bagi peneliti. Peneliti berusaha membawakan diri seperti ketika berbincang dengan teman dan tidak kontekstual, dengan harapan siswa dapat merasa lebih nyaman.

2.4 Penyekoran dan Pengolahan Data

a. Angket

  Aiken, dalam Sutoyo (2012:212) menyebutkan beberapa skala pengukuran dalam angket yaitu skala berkutub tunggal (unipolar) dan berkutub dua (bipolar). Untuk penyekoran dan pengolahan angket yang diberikan kepada siswa kelas IX- A di SMP Islam Al-Azhar 18 Salatiga menggunakan skala berkutub tunggal (unipolar), penghitungan seperti ini didasarkan bahwa adanya item angket yang positif akan dinilai dengan urutan 4, 3, 2, 1 dengan nilai tertinggi adalah 4 (empat). Kemudian nantinya hasil dari item yang bernilai positif akan dijumlahkan. Dengan demikian pengolahan data yang digunakan adalah bahwa jumlah yang tertinggi menunjukkan keadaan yang paling baik sesuai dengan norma dan nilai di dalam masyarakat.

  Untuk mempermudah pemahaman penghitungan angket dapat dilihat sebagai berikut. YA = 1 TIDAK = 0

  b. Daftar Cek Masalah

  Penyekoran dan pengolahan data pada daftar cek masalah (DCM) menggunakan aplikasi yang kami buat sendiri dengan mengacu pada aplikasi yang telah diciptakan oleh Drs. Mastur, Kons. Dan Drs. Achmad Rifa’I, Kons. Peniliti membuat satu persatu aplikasi DCM dan setelah aplikasi tersebut jadi peneliti menginput hasil dari lembar jawaban yang telah dikumpulkan oleh siswa. Dan aplikasi yang kami buat secara otomatis akan menghitung dan memilah data ke dalam kelompok-kelompok tertentu. Sehingga sangat membantu dan memudahkan peneliti dalam mengolah data tersebut.

  c. Sosiometri

  Berdasarkan data yang diperoleh di kelas X IPS SMA Walisongo Semarang, penyekoran sosiometri dilakukan dengan membuat tabulasi terlebih dahulu. Dengan melihat tabulasi tersebut, maka dapat diketahui pemilih dan penolak diantara para siswa di dalam kelas tersebut. Setelah itu dapat dihitung status pemilih dan penolak dengan menggunakan rumus tertentu. Status pemilih:

  Jumlah Pemilih A Pm A= N−1

  Status penolak:

  Jumlah Penolak A Pn A= N – 1

  Indeks pemilih dan penolak:

  Keterangan: N : Jumlah anggota kelompok Pm A : Indek status pilihan A Pn A : Indek status penolak A Pm Pn A : Indek pemilihan dan penolakan A Pm Pn A : - 1 A berarti semua orang menolak A Pm Pn A : + 1 A berarti semua orang memilih A (populer)

  Untuk mempermudah pembaca dalam memahami sosiometri, hasilnya disajikan pula dalam bentuk sosiogram.

d. Sosiometri

  Berdasarkan data yang diperoleh di kelas X IPS SMA Walisongo Semarang, penyekoran sosiometri dilakukan dengan membuat tabulasi terlebih dahulu. Dengan melihat tabulasi tersebut, maka dapat diketahui pemilih dan penolak diantara para siswa di dalam kelas tersebut. Setelah itu dapat dihitung status pemilih dan penolak dengan menggunakan rumus tertentu. Status pemilih:

  Jumlah Pemilih A Pm A= N−1

  Status penolak:

  Jumlah Penolak A Pn A= N – 1

  Indeks pemilih dan penolak:

  Jumlah Pemilih Ajumlah penolak A PmPn A= N −1

  Keterangan: N : Jumlah anggota kelompok Pm A : Indek status pilihan A Pn A : Indek status penolak A Pm Pn A : Indek pemilihan dan penolakan A Pm Pn A : - 1 A berarti semua orang menolak A

  Pm Pn A : + 1 A berarti semua orang memilih A (populer) Untuk mempermudah pembaca dalam memahami sosiometri, hasilnya disajikan pula dalam bentuk sosiogram.

  e. Observasi

  Analisis data observasi dilakukan dengan cara menghitung seluruh item yang menjadi pedoman. Karena pedoman observasi diisi dengan cek (√), maka dari itu peneliti terlebih dahulu menghitung item-item yang telah diberi tanda cek (√). Pedoman yang digunakan berisi item-item bernilai positif dan negatif. Nilai penyekorannya dengan menggunakan 0 dan 1. Untuk item bernilai positif, skor 1 berlaku untuk item yang diberi tanda (√). Sedangkan item bernilai negatif, skor 0 berlaku untuk item yang diberi tanda (-). Dengan demikian, skor akhir dihitung dengan cara jumlah item positif dikurangi dengan item negatif. Kesimpulannya bahwa semakin tinggi skor yang diperoleh siswa, maka semakin baik pula aspek yang menjadi pokok pengamatan.

  f. Wawancara

  Pengolahan data pada wawancara ini tidak dapat dihitung dengan metode kuantitatif, tetapi lebih kepada metode kualitatif deskriptif. Data tersebut kemudian dianalisis oleh peneliti. Tak dapat dipungkiri kecenderungan penafsiran akan bersifat subyektif, tetapi penelii berusaha untuk meminimalisir hal tersebut dengan cara tidak memberikan nilai-nilai yang diyakini oleh peneliti dalam proses pengolahan data tersebut.

BAB III PENAFSIRAN HASIL NON TES

3.1 Angket

  Bedasarkan angket yang diberikan kepada sejumlah siswa kelas X IPS di SMA Walisongo Semarang yang bertujuan untuk mengetahui tingkat motivasi belajar siswa, data yang telah dihimpun kemudian ditabulasikan sehingga memperoleh hasil seperti berikut.

  3.1.1 Hasil Angket

  Berikut ini merupakan hasil agket yang telah kami himpun di kelas X IPS SMA Walisongo Semarang.

  

  3.1.2 Interpretasi

  Angket ini bertujuan untuk mengetahui tingkat motivasi belajar siswa. Setelah peneliti melakukan penelitian dan memperoleh data yang kemudian ditabulasikan, selanjutnya peneliti akan menginterpretasikan atau menafsirkan hasil tersebut. Hasil penginterpresaian inilah yang akan menjadi dasar dalam melakukan langkah selanjutnya, yaitu perencanaan layanan yang akan diberikan oleh konselor sekolah. Sehingga sangat diperlukan ketelitian peneliti dalam menafsirkannya.

  Berdasarkan hasil tabulasi angket diatas, dapat dilihat bahwa siswa yang memperoleh skor tertinggi adalah Andika Pratama (selanjutnya disebut siswa A) yaitu 40 point. Selanjutnya disusul oleh Fahmi Ramadhan (selanjutnya disebut siswa B ) dan Rahma Ayu S (selanjutnya disebut siswa C ) dengan 39 point.

  Dengan melihat tabel di atas, dapat diketahui bahwa siswa A merupakan siswa yang memiliki tingkat motivasi belajar yang tinggi sekali. Sebagai buktinya siswa A tidak suka menunda-nunda untuk mengerjakan tugas. Sehingga siswa A selalu memperoleh prestasi akademik di atas rata-rata teman sekelasnya. Selain itu, siswa A tidak merasa puas atas prestasi yang telah dicapai , prestasi tersebut memacu untuk terus mengembangkan potensi dan kemampuan dalam rangka meningkatkan prestasi yang telah diraih sebelumnya. Dengan kata lain motivasi belajar siswa A ini cenderung tinggi.

  Sedangkan pada siswa B nampak bahwa motivasi belajarnya yang tinggi, hal ini dibuktikan bahwa siswa tersebut tetap semangat dalam belajar dengan prestasi yang telah diraih artinya dia tidak cepat puas terhadap hasil yang telah dicapainya tetapi siswa B ini masih merasa malu jika menyampaikan pendapatnya di dalam kelas. Kondisi ini hampir sama dengan yang dialami oleh siswa C yang juga mempunyai motivasi belajar yang tinggi, siswa C tidak merasa puas terhadapa prestasi yang telah dicapai , hal itu memacu untuk terus mengembangkan potensi dan kemampuan dalam rangka meningkatkan prestasi yang telah diraih sebelumnya. Tetapi siswa C sering merasa berat jika harus bekerja keras untuk menyelesaikan tugas.

  Berdasarkan angket yang telah disebar di kelas X IPS SMA Walisongo Semarang dan pemaparan yang tertera di atas, maka secara umum dapat ditarik kesimpulan bahwa motivasi belajar siswa di kelas X IPS SMA Walisongo Semarang tergolong tinggi.

3.2 Daftar Cek Masalah

  Daftar Cek Masalah (DCM) yang diberikan kepada sejumlah siswa kelas X IPS di SMA Walisongo Semarang menggunakan instrumen yang kelompok kami buat sendiri tetapi tetap mengacu pada program yang diciptakan oleh Drs. Mastur, Kons. Dan Drs. Achmad Rifa’I, Kons. Penyebaran DCM ini bertujuan untuk mengetahui masalah-masalah yang dialami oleh siswa, baik dari masalah kesehatan, keuangan, pergaulan sosial, agama/kepercayaan, pekerjaan/jabatan, keluarga, kepribadian, kemampuan/bakat, belajar, rekreasi/penggunaan waktu luang, dan hubungan dengan lawan jenis. Berdasarkan data yang dihimpun oleh peneliti, kemudian ditabulasikan sehingga memperoleh hasil seperti berikut.

  3.2.1 Hasil Daftar Cek Masalah

  3.2.2 Interpretasi

  DCM ini bertujuan untuk mengetahui masalah-masalah yang dialami oleh siswa ditinjau dari beberapa aspek. Sehingga penginterpretasiannya pun akan

  Dari hasil DCM yang telah dianalisis diketahui bahwa masalah yang paling banyak dialami oleh siswa adalah pada bidang keuangan. Hal tersebut memang sangat penting untuk menunjang motivasi belajar siswa. Dan masalah yang paling sering dialami oleh siswa adalah karena adanya kebutuhan yang tidak terduga. Dengan demikian perlunya kesiapan uang tabungan atau uang simpanan sangat diperlukan jika ada kebutuhan yang tidak terduga. Sehingga saat memenuhi kebutuhan tersebut sudah tidak bingung lagi.

3.3 Sosiometri

  Lembar sosiometri yang telah dibagikan kepada siswa kelas X IPS SMA Walisongo Semarang bertujuan untuk mengetahui tingkat pemilih dan penolak diantara para siswa tersebut. Hasil yang diperoleh kemudian ditabulasikan dan diperoleh data sebagai berikut.

3.3.1 Hasil Sosiometri DAFTAR NAMA RESPONDEN SOSIOMETRI No Nama

  1 Agil Imam Arifi

  2 Aguig Kuriiawai

  3 Aldo Saputra

  4 Aidika Pratama

  5 Aiekhe Milka

  6 Aiisa

  7 Diki

  8 Elsa Rahma Diaia 9 Fahmi R.

  10 Kiki Septiaia 11 Mahardiai Ardi S.

  12 Mita

  13 Naida

  14 Novai Yusril Akbar

  15 Oky 16 Rahma Ayu S.

  17 Saiti 18 Savitri Iitai R.

  19 Self 20 Surya Putri R.

  21 Zulfai

  

TABEL SOSIOGRAM

Kelas X IPS

P 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1

  1

  1

  

1

  1

  1

  1

  1

  1

  1

  2 21 ∑ ∑ D

  1

  2

  

3

  4

  5

  6

  7

  8 9 (+ (-) =) 1 = 2 = = - = = = =

  1 1 + 3 = + + =

  2

  4

  • -

    5

  = =

  6

  • + - =

  =

  1

  1 7 =

  =

  • + 8

  1

  9 1 = 1 +

  1

  • + - - -

  1

  3

  1

  • + 1

  1

  2 1 + - + + + - + 6 3 +

  3

  1

  • - - - + - - - - -

  1 9 -

  4

  1

  5

  1

  • + -

  1

  1

  6

  1

1 +

  7 1 + = = =

  1

  8

  1

  • - 1 - +

  2

  9

  2 - +

  1

  1 2 =

  • + +

  2

  1 Ket: + : Paliig diseiaigi,- : Kuraig diseiaigi

  1. Diagram Penerimaan

  2. Diagram Penolakan

3.3.2 Interpretasi

  Dari hasil diagram sosiogram tersebut dapat disimpulkan bahwa siswa yang diterima di kelas X IPS SMA Walisongo Semarang tersebut adalah siswa no 13 yang bernama Nanda dengan jumlah pemilih 6 siswa dan penolak 3 siswa.

  Sedangkan berdasarkan hasil diagram sosiogram tersebut disimpulkan bahwa siswa yang ditolak atau tidak disenangi oleh teman-temannya adalah siswa nomor 14 yang bernama Novan Yusril Akbar dengan jumlah pemilih 1 siswa dan penolak 9 siswa.

3.4 Observasi

  Observasi yang dilakukan di SMA Walisongo Semarang bertujuan untuk mengetahui tingkat motivasi belajar siswa. Berikut ini merupakan pembahasan lebih lanjut mengenai observasi yang telah peneliti lakukan.

3.4.1 Hasil Observasi

  Berikut ini merupakan hasil observasi yang telah dilakukan beberapa waktu yang lalu.

  Observer : Apriliani Chrisnanda Putri Observe : Kiki Septiana

ITEM OBSERVASI

YA TDK

A. Bekerja terus menerus dalam waktu

  15. Mampu mengerjakan sendiri tugas yang diperoleh.

  11. Aktif bertanya pada guru dikelas

  V

  12. Aktif menanggapi saat diberi kesempatan V F. Percaya diri dengan kemampuannya.

  13. Berani berbicara didepan kelas

  V

  14. Aktif menjawab terhadap soal yang diberikan guru

  V G. Tidak bergantung dengan orang lain dalam menyelesaikan tugasnya.

  16. Tidak menyontek dalam menyelesaikan tugas.

  V

  10. Siswa tidak mengeluh dalam menyelesiakan masalah.

  V H. Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah

  17. Siswa senang mengkritisi persoalan yang diberikan guru

  V

  18. Siswa mengaitkan peristiwa sehari-hari dalam forum diskusi kelas

  V

  19. Siswa mampu menunjukkan kepeduliannya terhadap teman yang sedang mengalami masalah kesulitan belajar

  V I. Mengembangkan pengetahuannya.

  V E. Tidak cepat puas dengan prestasi yang telah dicapai

  Kelas : X

  IPS Tanggal

  V

  :

  NO

  KRITERIA

  yang lama

  1. Siswa mengerjakan tugas sampai selesai dalam suatu waktu

  V

  2. Selama pelajaran selalu memperhatikan guru saat mengajar

  V B. Tidak berhenti sebelum selesai

  3. Siswa mengabaikan hal-hal yang dapat menganggunya saat guru menerangkan

  4. Tidak mengobrol saat guru menerangkan

  9. Siswa aktif membaca buku untuk mencari sumber jawaban yang benar dalam mengerjakan tugas di kelas.

  V

  5. Siswa selalu bertanya kepada teman agar dapat menyelesaikan tugas secara cepat

  V C. Mengerjakan tugas dengan teliti

  6. Siswa meneliti kembali tugas sebelum dikumpulkan

  V

  7. Siswa bertanya kepada teman sebelum mengerjakan tugas

  V D. Tidak lekas putus asa dalam menyelesaikan masalah.

  8. Siswa bertanya kepada guru apabila mendapat tugas yang belum paham.

  V

  V Berdasarkan observasi tersebut, maka diperoleh data sebagai berikut. Skor positif = 22 Skor negatif = 0 Maka,

  

Skor positif Skor negatif

Hasil akhir= x 100 % (

  11 ) 22−0

  

x 100 %

¿

  30

  ( ) ¿ 73,3 %

3.4.2 Interpretasi

3.5 Wawancara

  3.5.1 Hasil Wawancara

  3.5.2 Interpretasi

BAB IV REFLEKSI DIRI

  4.1 Wawasan dan Pengetahuan Baru yang Diperoleh dalam Praktik

  Berdasarkan kunjungan kegiatan penelitian yang dilakukan di SMA Walisongo Semarang, banyak pengalaman baru dan ilmu yag diperoleh. Hal ini terkait dengan penyelengaraan angket, DCM, sosiometri, wawancara, dan observasi yang baik agar bisa memperoleh data yang benar-benar valid sehingga dapat dengan baik pula memahami siswa yang bermasalah.

  Adapun wawasan baru yang diperoleh adalah (1) pentingnya rapport, dengan menjalin suatu hubungan yang baik akan membantu peneliti dalam mendapatkan data yang valid, karena sudah terdapat rasa kepercayaan antara peneliti dan siswa. Hal tersebut dilakukan oleh peneliti dengan cara bersikap ramah terhadapa siswa, Jika peneliti sudah menerima siswa dengan ramah maka siswa tersebut juga akan merasa senang dan nyaman sehingga dapat secara suka rela membantu peneliti mengumpulkan data. (2) menjadi pendengar yang aktif, dengan menjadi pendengar yang aktif ketika siswa menyampaikan keluh kesahnya kepada peneliti siswa tersebut akan merasa senang karena dia merasa bahwa dia diperhatikan dan didengarkan ceritanya, hal tersebut dapat membantu peneliti dalam mengumpulkan data, peneliti dapat memanfaatkan kondisi tersebut untuk melakukan wawancara sehingga peneliti juga bisa memperoleh data yang diinginkan.

  4.2 Hambatan dan Masalah yang Muncul Beserta Solusinya

  Hambatan yang muncul pada saat mengumpulkan data adalah, waktu peneliti yang harus dibagi-bagi karena jam kuliah yang padat sedangkan jarak sekolah yang cukup jauh. Oleh karena itu peneliti sudah merancang dan membagi waktu sedini mungkin agar peneliti bisa memanfaatkan waktu yang tersisa untuk mengambil data di SMA Walisongo.

BAB X SIMPULAN DAN SARAN

  5.1 Simpulan

  Praktik pemahaman individu teknik non tes ini memiliki tujuan yang berbeda- beda pada setiap alat yang digunakan. Berikut penjelasannya lebih lengkapnya.

  1. Angket bertujuan untuk mengetahui tingkat motivasi belajar siswa.

  2. Daftar Cek Masalah (DCM) bertujuan untuk mengetahui masalah-masalah yang sedang dihadapi oleh siswa, terkait dengan bidang kesehatan, keuangan, pergaulan sosial, agama/kepercayaan, pekerjaan/jabatan, keluarga, kepribadian, kemampuan/bakat, belajar, rekreasi/penggunaan waktu luang, dan hubungan dengan lawan jenis. Observasi bertujuan untuk mengetahui tingkat kedisiplinan siswa di dalam kelas.

  3. Sosiometri bertujuan untuk mengetahui hubungan sosial siswa di dalam kelas.

  4. Wawancara bertujuan untuk mengetahui pemenuhan kebutuhan pada siswa.

  Berdasarkan data yang diperoleh, dapat ditarik kesimpulan bahwa motivasi belajar pada kelas tersebut dinilai tinggi. Setelah itu, masalah yang paling banyak dihadapi oleh siswa adalah masalah keuangan, yakni terkait dengan pemenuhan kebutuhan yang mendadak. Berdasarkan observasi, diperoleh fakta yang

  menunjukkan bahwa tingkat kedisiplinan siswa SMP Islam Al-Azhar 18 Salatiga sangat tinggi. Namun dalam hubungan sosial di kelas IX-A masih ditemui adanya grouping in the big group. Selain itu, sesuai dengan hasil wawancara diperoleh hasil bahwa masalah yang dihadapi oleh siswa terkait dengan kebutuhan aktulisasi diri.

  Secara umum, praktik ini dapat berjalan dengan lancar. Meskipun terdapat beberapa kendala yang dihadapi dalam praktik, tetapi hal tersebut tidak terlalu mengganggu.

  5.2 Saran

  Saran bagi konselor sekolah atau guru BK adalah lebih memperhatikan dan memahami setiap siswa di sekolah. Hal ini terkait dengan pemberian layanan dan bantuan untuk mengatasi masalah yang sedang dihadapi. Serta saran agi sekolah adalah untuk lebih banyak menambah guru BK disekolah agar dalam memahami siswa dapat secara intens. Dan saran bagi mahasiswa adalah lebih matang lagi dalam mempersiapkan diri sebelum praktik baik dari instrumennya maupun dirinya sendiri. Agar praktik dapat terlaksana dengan lebih baik dan lebih terstruktur.

DAFTAR PUSTAKA

  Anne Anastasi dan Susana Urbina,2006. Tes Psikologi. Jakarta : Pen Indeks Supriyo, Mulawarman. 2006. Keterampilan Dasar Konseling. Semarang: UNNES Press. Sutoyo, Anwar. 2012. Pemahaman Individu. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.