BERDASAR RPOJECT BASED LEARNING DAN COOPERATIVE LEARNING AKUNTANSI MANAJEMEN

  

Prosiding SENTIA 2017 – Politeknik Negeri Malang Volume 9 – ISSN: 2085-2347

PEMBUATAN MULTIMEDIA ANIMASI DALAM PAIKEM

  BERDASAR RPOJECT BASED LEARNING DAN COOPERATIVE

LEARNING AKUNTANSI MANAJEMEN

OLEH: INDRAYATI JURUSAN AKUNTANSI POLITEKNIK NGERI MALANG PROPINSI JAWA TIMUR, INDONESIA Surel: Indrayatimsi@gmail.com

  Abstrak: Pembelajaran Akuntansi Manajemen di Polinema masih belum dapat memberikan hasil yang sesuai dengan kebutuhan dunia nyata yaitu yang memenuhi aspek kognitif, psikomotorik maupun aspek afektif. Oleh karena itu dalam pembelajaran Akuntansi Manajemen ini peneliti mengembangkan metode yang baru yaitu PAIKEM (Pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif serta menyenangkan) berdasarkan Project based learning dan

  cooperative learning serta pembuatan multimedia animasi supaya dapat menghasilkan SDM dengan kualitas yang tinggi yang mampu bersaing di pasar global atau internasional.

  Metode penelitian yang dilakukan adalah metode penelitian terapan-kualitatif dengan penelitian tindakan kelas. Peneliti mengidentifikasi permasalahan yang terjadi di kelas, memeriksa di lapangan, kemudian membuat rencana soal-soal untuk latihan memecahkan permasalahan yang ada di dunia nyata, pembelajaran dengan metode kolaborasi serta penggunaan multimedia animasi.

  Permasalahan yang timbul akan dianalisis dan dipecahkan oleh mahasiswa dengan kemampuan berdasarkan teori yang ada. Hasil dari penelitian ini adalah mahasiswa menjadi lebih berkompeten dalam memahami serta mengaplikasikan teori ke dalam dunia nyata serta mampu memecahkan permasalahan yang ada di dunia nyata. Kesimpulan terbentuknya prototipe metode pembelajaran yang baru yaitu Paikem dengan PBL dan cooperative learning, RPS, Silabi, bahan ajar dan soal-soal latihan, multimedia power point animasi dan menggunakan website. Saran metode ini dapat diterapkan pada penelitian tindakan kelas di masa yang akan datang. Kata kunci: Paikem, student achievement,performance cources, multimedia, animasi.

  1.PENDAHULUAN harus terus diatur agar dapat menghasilkan kinerja Politeknik Negeri Malang adalah perguruan yang tinggi. tinggi dengan latar belakang pendidikan vokasi Penilaian kualitas produk pendidikan pertama- yang mengutamakan peningkatan kemampuan tama terlihat pada perkembangan sikap dasar penerapan (skill) atau ketrampilan untuk seperti sikap kritis akademis ilmiah dan kesediaan menyiapkan mahasiswa menjadi anggota terus mencari kebenaran (Yumarma, 2006). Oleh masyarakat yang memiliki kompetensi profesional karena itu konsep pendidikan tidak direduksi pada yang dapat menerapkan, mengembangkan dan ujian yang hanya mengukur transfer ilmu menyebarluaskan ilmu pengetahuan dan teknologi. pengetahuan saja (kognitif) , namun lebih luas

  Program studi akuntansi merupakan salah satu mencakup pembentukan ketrampilan (skill) jurusan di Politeknik Negeri Malang yang (psikomotorik) dan sikap dasar (basic attitude) atau mengemban tugas untuk menghasilkan alumni afektif, seperti kekritisan, kreativitas dan yang siap kerja, terampil dalam bidang akuntansi keterbukaan terhadap inovasi dan aneka penemuan. dan mampu bersaing di pasar global sesuai dengan Semua itu amat diperlukan agar peserta didik visi-misinya. mampu bertahan hidup dan menjawab tantangan

  Dalam rangka meningkatkan kualitas yang selalu berkembang. Dalam hal ini, pendidik pengajaran di Politeknik Negeri Malang dituntut tidak sekedar sebagai pentransfer ilmu, tersedianya sumberdaya tenaga kerja (SDM) yang namun lebih dari itu juga berperan sebagai agen tinggi dan memadai adalah merupakan persyaratan pencerahan. Idealisme pendidik, meminjam istilah yang diperlukan supaya bisa bersaing di pasar Socrates adalah eutika, bidang yang membantu global nasional maupun internasional. Hal ini peserta didik melahirkan inovasi dan pengetahuan.

  

I-22

  student-centered teaching dan learning dengan

  project-based-learning, cooperative-learning, case- based-learning.3).Kreatif yaitu guru menciptakan

  Selanjutnya PAIKEM dapat didefinisikan sebagai pendekatan mengajar (approach to teaching) yang digunakan bersama metode tertentu dan pelbagai media pengajaran yang disertai penataan lingkungan sedemikian rupa agar proses pembelajaran menjadi aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan. Adapun maksud dari masing- masing kata PAIKEM menurut Suparlan dkk (2008:70) yaitu: 1). Aktif dimaksudkan bahwa dalam proses pembelajaran guru/dosen harus menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga peserta didik aktif mengajukan pertanyaan, mengemukakan gagasan, dan memecahkan masalah. 2).Inovatif yaitu guru/dosen harus menciptakan kondisi belajar dan kegiatan pembelajaran yang baru sesuai tuntutan dan perkembangan pendidikan seperti penggunaan

  2.LITERATURE REVIEW Menurut Ahmadi (2011:30) PAIKEM merupakan pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan. Menurut Syah dan Kariadinata (2009:1) PAIKEM merupakan singkatan dari Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan dengan menggunakan multimedia.

  Akuntansi Manajemen untuk meningkatkan kompetensi atau kemampuan mahasiswa.

  cooperative learning untuk pembelajaran

  Implementasi project based learning dan

  Course A 40% B+ 15% B 10% C+ 20% C 10% D 5% Tampak dalam Tabel 1 dengan metode pembelajaran tradisional ceramah Akuntansi Manajemen menunjukkan bahwa nilai tertinggi A sebanyak 40% mahasiswa, nilai B+ sebanyak 15% mahasiswa, nilai B sebanyak 10% mahasiswa, nilai C+ sebanyak 20% mahasiswa, nilai C sebanyak 10% mahasiswa sedangkan nilai terendah D sebanyak 5% mahasiswa. Untuk yang akan datang pengajar membuat kebijakan untuk meningkatkan nilai dari pembelajaran ini dengan nilai minimal adalah B dan nilai maksimal adalah A untuk pembelajaran akhir semester 2017. Oleh karena itu, menurut HELTS, strategi pembelajaran yang baru akan didasarkan pada penerapan prinsip

  Helts 2003-2010 yang dikeluarkan Detjen Dikti bulan April 2003 memberi amanah yang salah satunya adalah penerapan prinsip Student-

  Pola pembelajaran dosen aktif dengan mahasiswa pasif ini mempunyai efektivitas pembelajaran yang rendah. Efektivitas pembelajaran mahasiswa umumnya terbatas, terjadi pada saat-saat akhir mendekati ujian. Pembelajaran yang diterapkan saat ini berfokus pada pemahaman materi saja. Dari metode yang diterapkan itu, mahasiswa tidak memiliki gambaran penerapan materi pada dunia bisnis. Karena itu metode pembelajaran saat ini belum dapat mengasah kemmpuan analisis mahasiswa, kepekaan terhadap permasalahan, melatih pemecahan masalah serta keammpuan mengevaluasi permasalahan secara holistic. Dalam penerapan pembelajaran mata kuliah Akuntansi Manajemen sebelumnya dengan metode tradisional ceramah menunjukkan kemampuan mahasiswa yang masih rendah terbukti dari nilai yang didapatkan oleh mahasiswa. Seperti ditunjukkan dalam Tabel 1 berikut ini. Tabel 1. % kemampuan mahasiswa dalam pembelajaran Akuntansi Manajemen Tahun 2016 Total mahasiswa : 300 Final Grade Management Accounting

  learning) dan seakan-akan menjadi satu-satunya sumber ilmu.

  Proses pembelajaran yang banyak dipraktekkan sekarang ini sebagian besar adalah berbentuk ceramah (lecturing). Pada saat mengikuti kuliah atau mendengarkan ceramah, mahasiswa sebatas memahami sambil membuat catatan dan kadang mengantuk. Dosen menjadi pusat peran dalam pencapaian hasil pembelajaran (teacher-centered

  Cooperative Learning dan Project Based Learning, problem based learning.

  pembelajaran. Terdapat beragam metode pembelajaran dalam Student-Centered Learning (SCL) diantaranya adalah Case-Based Learning,

  Centered Learning (SCL) dalam proses

  kegiatan belajar yang beragam sehingga memenuhi berbagai tingkat kemampuan siswa atau kreativitas siswa dalam memecahkan permasalahan. 4).Efektif yaitu menghasilkan apa yang harus dikuasai siswa setelah proses pembelajaran yakni mencapai tujuan/kompetensi yang ditetapkan. 5).Menyenangkan yaitu guru/dosen harus mampu menciptakan suasana belajar mengajar yang menyenangkan tidak membosankan sehingga siswa memusatkan perhatiannya tinggi dan pembelajaran menjadi cepat seperti adanya alat peraga maupun bahan ajar (handout) dalam pembelajaran, serta penggunaan multimedia animasi dan website. Menurut Tarmizi (2009) PAIKEM adalah singkatan dari pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan. Aktif dimaksudkan bahwa dalam proses pembelajaran guru/dosen harus menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga siswa aktif, bertanya, mempertanyakan, mengemukakan gagasan, memecahkan masalah. Pembelajaran inovatif bisa mengadaptasi dari model pembelajaran yang menyenangkan seperti pembelajaran berdasarkan proyek, kooperatif,

Prosiding SENTIA 2017 – Politeknik Negeri Malang Volume 9 – ISSN: 2085-2347

  kasus, tugas serta penggunaan multimedia animasi serta alat peraga. Metode Paikem merupakan salah satu model pembelajaran yang ideal. Metode Paikem membantu siswa mendapatkan ide-ide sendiri dalam pembelajaran yang berlangsung dengan pendekatan lingkungan sekitar. Dampak positif diterapkannya model PAIKEM yaitu siswa dapat terpacu sikap rasa keingintahuannya tentang sesuatu yang ada di lingkungannya. Seandainya kita renungi empat pilar pendidikan yaitu learning

  Mahasiswa dan dosen belajar bersama di dalam mengembangkan pengetahuan, konsep dan keterampilan.

  K Perkuliahan merupakan bagain terbesar dalam proses pembelajaran

  Mahasiswa dapat belajar tidak hanya dari perkuliahan saja tetapi dapat menggunakan berbagai cara dan kegiatan

  L Penekanan pada tuntasnya materi pembelajaran

  Penekanan pada pencapaian kompetensi peserta didik dan bukan tuntasnya materi.

  Penekanan pada bagaimana cara mahasiswa dapat belajar dengan menggunakan berbagai bahan pelajaran, metode interdisipliner, penekanan pada problem based

  Teacher Centered Learning Student Centered

  to how (belajar untuk mengetahui), learning to be (

  Mahasiswa dan Dosen

  Tabel 2.1. Perbandingan Metode Pembelajaran Berpusat

  Teacher-Centered learning dan Student-Centered Learning disajikan dalam tabel 2.1.

  Perbedaan antara metode pembelajaran berbasis

  together (belajar untuk hidup bersama-sama)

  belajar untuk menjadi diri sendiri), learning to do ( belajar untuk mengerjakan), dan learning to live

  J Hanya mahasiswa yang dianggap melakukan proses pembelajaran

Learning

  F Proses pembelajaran dan penilaian dilakukan secara terpisah

  M Penekanan pada bagaimana cara dosen melakukan pembelajaran

  A Pengetahuan ditransfer dari dosen ke mahasiswa

  Cakupan isi Kedalaan pemahaman

  Kooperatif Dan Pembelajaran Tradisional ASPEK PENDIDIK AN PENEKANA N TRADISION AL PENEKANAN BERBASIS PROYEK DAN KOOPERATIF Fokus kurikulum

Tabel 2.2. Perbedaan Pembelajaran Berbasis

  sangat individu dan sesuai dengan personality dan gaya belajar mahasiswa yang bersangkutan. Beberapa aspek yang membedakan pembelajaran Berbasis Kooperatif dengan pembelajaran tradisional dideskripsikan oleh Thomas, Mergendoller, & Michaelson (1999) sebagaimana dalam Tabel 2.2. berikut.

  discovery. Metode yang digunakan untuk itu harus

  Peserta belajar harus merasa aman dan diterima. Mereka ingin memahami risiko dan manfaat dari mendapatkan ilmu pengetahuan dan pemahaman baru. Kelas harus kondusif untuk keterlibatan, interaksi, dan sosialisasi, dengan pendekatan yang menyerupai dunia bisnis. 2).Peserta belajar harus selalu diberi kesempatan untuk mencari informasi dan pengalaman baru. Kesempatan ini diberikan dalam bentuk mahasiswa tidak hanya sekedar menerima informasi, tapi mahasiswa didorong untuk mencari informasi. 3).Pemahaman baru harus diperoleh mahasiswa melalui proses personal

  Sumber: Dirjen Dikti Depdiknas, 2004. Untuk menciptakan situasi pembelajaran yang efektif, Combs (1976) mengatakan bahwa dibutuhkan tiga karakteristik, yaitu: 1).Atmosfer kondusif untuk mengeksplorasi makna belajar.

  learning dan skill competency.

  Mahasiswa secara aktif mengembangkan pengetahuan dan keterampilan yang dipelajarinya

  B Mahasiswa menerima pengetahuan secara pasif

  Proses pembelajaran dan penilaian dilakukan saling berkesinambungan dan terintegrasi

  Mahasiswa secara aktif terlibat di dalam mengelola pengetahuan

  C Lebih menekankan pada penguasaan materi

  Tidak hanya menekankan pada penguasaan materi tetapi juga dalam mengembangkan karakter mahasiswa

  D Memanfaatkan media tunggal Memanfaatkan banyak media (multimedia)

  E Fungsi dosen sebagai pemberi informasi utama dan evaluator

  I Iklim belajar Iklim yang dikembangkan lebih individualis dan kompetitif lebih bersifat kolaboratif, suportif dan kooperatif

  Sesuai untuk pengembangan ilmu dengan cara pendekatan interdisipliner

  H Sesuai untuk mengembangkan ilmu dalam satu disiplin saja

  Fungsi dosen sebagai fasilitator dan evaluasi dilakukan bersama dengan mahasiswa.

  G Menekankan pada jawaban yang benar saja

  Penekanan pada proses pengembangan pengetahuan. Kesalahan dinilai dapat menjadi salah satu sumber belajar. Pengetahuan tentang fakta- fakta

  Penguasaan konsep-konsep dan prinsip- prinsip

  Pebelajar menentukan tugas mereka sendiri dan bekerja secara independen dalam waktu yang besar

  Pebelajar kolaboratif satu dengan lainnya

  Pebelajar menerima informasi dari guru

  Pebelajar mengkonstruksi, berkontribusi, dan melakukan sintesis informasi

  Peranan pebelajar Menjalankan perintah guru

  Melakukan kegiatan belajar yang diarahkan oleh diri sendiri

  Pengingat dan pengulang fakta

  Pengkaji, integrator, dan penyaji ide

  Pembelajar menerima dan menyelesaika n tugas-tugas laporan pendek

  Tujuan jangka pendek

  Kegunaan untuk memperluas presentasi pebelajar atau penguatan kemampuan pebelajar

  Pengetahuan tentang fakta, istilah, dan isi

  Pemahaman dan aplikasi ide dan proses yang kompleks

  Tujuan jangka panjang

  Luas pengetahuan Dalam pengetahuan

  Lulusan yang memiliki pengetahuan yang berhasil pada tes standard pencapaian belajar

  Lulusan yang berwatak dan terampil mengembangkan diri, mandiri, dan belajar sepanjang hanyat.

  KEUNTUNGAN BELAJAR BERBASIS KOOPERATIF BERBASIS MULTIMEDIA Moursund, Bielefeldt, & Underwood

  (1997) meneliti sejumlah artikel tentang proyek di kelas yang dapat dipertimbangkan sebagai bahan testimonial terhadap guru, terutama bagaimana guru menggunakan proyek dan persepsi mereka tentang bagaimana keberhasilannya. Atribut keuntungan dari Belajar Berbasis Proyek adalah sebagai berikut: 1). Meningkatkan motivasi. Laporan-laporan tertulis tentang proyek itu banyak yang mengatakan bahwa siswa suka tekun sampai kelewat batas waktu, berusaha keras dalam mencapai proyek. Guru juga melaporkan pengembangan dalam kehadiran dan berkurangnya keterlambatan. Siswa

  Konteks Pebelajar Pebelajar bekerja kelas bekerja sendiri dalam kelompok Pebelajar kompetisi satu dengan lainnya

  Kegunaan untuk perluasan presentasi guru

  Belajar keterampilan “building- block” dalam isolasi

  Penyedia sumber belajar dan partisipan di dalam kegiatan belajar

  Pengembangan keterampilan pemecahan masalah kompleks

  Lingkup dan Urutan

  Mengikuti urutan kurikulum secara ketat

  Mengikuti minat pebelajar Berjalan dari blok ke blok atau unit ke unit

  Unit-unit besar terbentuk dari problem dan isu yang kompleks

  Memusat, fokus berbasis disiplin

  Meluas, fokus interdisipliner Peranan guru/dosen

  Penceramah dan direktur pembelajaran

  Ahli Pembimbing/part ner Fokus pengukuran

  Dijalankan guru Diarahkan pebelajar

  Produk Proses dan produk Skor tes Pencapaian yang nyata Membanding kan dengan yang lain

  Unjuk kerja standard dan kemajuan dari waktu ke waktu

  Reproduksi informasi Demonstrasi pemahaman

  Bahan- bahan Pembelajara n

  Teks, ceramah, Dan presentasi

  Langsung sumber-sumber asli: bahan-bahan tercetak, interviu, dokumen, dll. Kegiatan dan lembar latihan dikembangka n guru

  Data dan bahan dikembangkan oleh pebelajar

  Penggunaan teknologi, multimedia

  Penyokong, periferal Utama, integral

I-24

Prosiding SENTIA 2017 – Politeknik Negeri Malang Volume 9 – ISSN: 2085-2347

  melaporkan bahwa belajar dalam proyek lebih fun daripada komponen kurikulum yang lain. 2).Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah. Penelitian pada pengembangan keterampilan kognitif tingkat tinggi siswa menekankan perlunya bagi siswa untuk terlibat di dalam tugas-tugas pemecahan masalah dan perlunya untuk pembelajaran khusus pada bagaimana menemukan dan memecahkan masalah. Banyak sumber yang mendiskripsikan lingkungan belajar berbasis proyek membuat siswa menjadi lebih aktif dan berhasil memecahkan problem-problem yang kompleks. 3).Meningkatkan kecakapan kolaboratif. Pentingnya kerja kelompok dalam proyek memerlukan siswa mengembangkan dan mempraktikkan keterampilan komunikasi (Johnson & Johnson, 1989). Kelompok kerja kooperatif, evaluasi siswa, pertukaran informasi online adalah aspek-aspek kolaboratif dari sebuah proyek. Teori- teori kognitif yang baru dan konstruktivistik menegaskan bahwa belajar adalah fenomena sosial, dan bahwa siswa akan belajar lebih di dalam lingkungan kolaboratif (Vygotsky, 1978; Davydov, 1995). 4).Meningkatkan keterampilan mengelola

  sumber. Bagian dari menjadi siswa yang

  independen adalah bertanggungjawab untuk menyelesaikan tugas yang kompleks. Pembelajaran Berbais Proyek yang diimplementasikan secara baik memberikan kepada siswa pembelajaran dan praktik dalam mengorganisasi proyek, dan membuat alokasi waktu dan sumber-sumber lain seperti perlengkapan untuk menyelesaikan tugas. Ketika siswa bekerja di dalam tim, mereka menemukan keterampilan merencanakan, mengorganisasi, negosiasi, dan membuat konsensus tentang isu-isu tugas yang akan dikerjakan, siapa yang bertanggungjawab untuk setiap tugas, dan bagaimana informasi akan dikumpulkan dan disajikan. Keterampilan-keterampilan yang telah diidentifikasi oleh siswa ini merupakan keterampilan yang amat penting untuk keberhasilan hidupnya, dan sebagai tenaga kerja merupakan keterampilan yang amat penting di tempat kerja kelak. Karena hakikat kerja proyek adalah kolaboratif, maka pengembangan keterampilan tersebut berlangsung di antara siswa. Di dalam kerja kelompok suatu proyek, kekuatan individu dan cara belajar yang diacu memperkuat kerja tim sebagai suatu keseluruhan. Model Pembelajaran Kooperatif

   Model pembelajaran kooperatif adalah

  rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Ada tiga cara dasar bagaimana mahasiswa dapat berinteraksi satu sama lain, yaitu kompetitif, individualistic dan kooperatif. Mahasiswa dapat berkompetisi untuk melihat siapa yang terbaik, mereka daapt bekerja individualistis untuk mencapai tujuan tanpa memberi perhatian kepada mahasiswa lain, atau mereka dapat bekerjasama and saling memberi perhatian. Smith dan MacGregor (1992) mendefinisikan

  cooperative learning sebagai “the most carefully structured end of the coolaborative learning continuum” (Ravenscroft, 1995). Johnon, Johnson

  and Holubec (1994) mendefinisikan cooperative

  learning sebagai “ the instructional use of small groups so that students work together to maximize their own and each other’s learning” (Phipps et al., 2001).

  Berbagai riset tentang cooperative learning menunjukkan hasil yang konsisten bahwa

  cooperative learning akan meningkatkan prestasi,

  hubungan interpersonal yang lebih positif dan self-

  esteem yang lebih tinggi dibanding upaya kompetitif atau individualistis (Phipps et al., 2001).

  Upaya cooperative learning diharapkan menjadi lebih produktif dibanding upaya kompetitif ataupun individualistis, bila upaya kooperatif tersebut di dalam kondisi tertentu. Kondisi ini kemudian merupakan elemen dasar cooperative learning mencakup perlunya independensi positif, adanya interaksi tatap-muka (face-to-face interaction), dimilikinya individual accountability, digunakannya collaborative skills dan adanya group processing. Adapun 4 unsur penting dalam pembelajaran kooperatif yaitu: 1. Adanya peserta dalam kelompok. 2. Adanya aturan kelompok 3. Adanya upaya belajar setiap kelompok 4. Adanya tujuan yang harus dicapai dalam kelompok belajar. Pembelajaran ini berdasarkan sistem pengelompokan tim kecil, yaitu antara 2 sampai 4 orang, yang mempunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, atau suku yang berbeda (heterogen), sistem penilaian dilakukan terhadap kelompok. Setiap kelompok akan memperoleh penghargaan (reward), jika kelompok tersebut menunjukkan prestasi yang dipersyaratkan. Pembentukan kelompok ini bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada semua siswa untuk dapat terlibat secara aktif dalam proses berpikir dan kegiatan belajar.

  3. METODE PENELITIAN

  Rancangan Penelitian : Penelitian Tindakan Kelas (Model Lewin dan Kemmis dan Carr serta Taggart ) Salah satu definisi Penelitian Tindakan Kelas yang cukup dikenal adalah Model Lewin yang ditafsirkan oleh Kemmis dan Carr (2005). Kedua penulis ini mengemukakan bahwa: Penelitian Tindakan Kelas merupakan suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif yang dilakukan oleh pelaku dalam masyarakat sosial dan bertujuan untuk memperbaiki pekerjaannya, memahami pekerjaan serta situasi dimana pekerjaan ini dilakukan, termasuk di dalamnya bidang pendidikan. (Kemmis & Carr, 2005). Penelitian Tindakan Kelas juga

  

I-26

  5. Kesimpulan

  (1). Kamdi, W. 2010. Project Based Learning, Unpublished Thesis. Malang: Universitas Negeri Malang.

  REFERENCES

  learning dengan alat media multimedia dan animasi 8).Nilai mahasiswa menjadi lebih baik dari sebelumnya.

  survey menunjukkan bahwa mahasiswa lebih senang dengan metode pembelajaran proyek based

  learning serta student centered learning. 7).Hasil

  6).Terciptanya metode pembelajaran yang baru yaitu proyect based leraning dan cooperative

  multimedia power point dan animasi dalam pembelajaran Akuntansi Manajemen.

  2).Terbuatnya kompetensi pembelajaran berbasis kurikulum (KKNI) melalui rencana pengembangan pembelajaran (RPP) dan silabus. 3).Terbuatnya rencana pengembangan pembelajaran dalam GBPP dan SAP. 4).Terciptanya bahan ajar dan latihan soal dalam pembelajaran Akuntansi Manajemen. 5).Terciptanya alat peraga dengan menggunakan

  proyect based learning telah berhasil diterapkan di pendidikan vokasi yaitu Politeknik Negeri Malang.

  Berdasarkan hasil penelitian, maka kesimpulan yang didapat adalah: 1).Metode pembelajaran

  animasi .

  digambarkan sebagai suatu proses yang dinamis dimana keempat aspek yaitu perencanaan,

  mahasiswa aktif, inovatif, kreatif, efektif serta menyenangkan, membuat mahasiswa lebih berkompeten, paham terhadap mata kuliah Akuntansi Manajemen baik dalam pengetahuan maupun ketrampilan, sedangkan 5% masih senang dengan pembelajaran tradisional yaitu metode ceramah. Pembelajaran menjadi lebih mudah, tidak membosankan mahasiswa lebih paham akan teori dan kemudian memecahkan permasalahan yang ada di dunia nyata sehingga aspek kognitif, psikomotorik dan afektif dapat tercapai. Dalam mata kuliah Akuntansi Manajemen ini diimplementasikan metode pembelajaran yang baru yaitu Paikem berdasarkan project based learning dengan pemanfaatan bahan ajar, alat peraga yang menggunakan multimedia atau power point

  learning, karena pembelajaran ini membuat

  diterapkannya model pembelajaran proyect based

  cooperative learning adalah 95 % setuju

  Manajemen A 85% B+ 10% B 5% C+ 5% C - D - Sedangkan tanggapan mahasiswa terhadap model pembelajaran mata kuliah Akuntansi Manajemen yang baru yaitu proyect based learning dan

  Tabel 4. % nilai mahasiswa dalam pembelajaran Akuntansi Manajemen Tahun 2017. Total mahasiswa 300 Ranking Nilai Pembelajaran Akuntansi

  learning dan cooperative learning.

  penelitian implementasi pengembangan model pembelajaran mata kuliah Akuntansi Manajemen ini adalah terciptanya kompetensi untuk mata kuliah Akuntansi Manajemen, Rencana pengembangan pembelajaran (RPS), dan pembuatan SILABI, bahan ajar Akuntansi Manajemen dengan multimedia power point serta animasi, laporan hasil implementasi Akuntansi Manajemen ke UMKM, serta metode pembelajaran dikembangkan dengan project based

   Hasil

  momen-momen dalam bentuk spiral yang terkait dengan perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi. Penelitian tindakan kelas menurut Moleong, 2006 adalah sebagai berikut: identifikasi masalah, diskusi masalah antara peneliti dengan yang diteliti, menelaah perpustakaan dan masalah, redifinisi masalah, memilih metode perubahan dan evaluasi, menerapkan perubahan. Sebagai subyek dalam penelitian ini adalah 300 mahasiswa, semester ke empat Angkatan 2017/2018 yang menempuh mata kuliah Akuntansi Manajemen Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri Malang. Dengan metode pengumpulan data adalah wawancara, pengamatan dan diskusi dan triangulasi.

  tindakan, observasi dan refleksi merupakan

  (2). Kemmis, S. And Carr, W. 2005. Penelitian Tindakan Kelas, Bandung. (3). Moleong, 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung. (4). Smith, B.L. and MacGregor, J. 1992. Collaborative Learning: A Sourcebook for Higher Education. University Park, PA: National Center on Postsecundary Taeching, Learning, and Assessment (NTCLA): 9-22. (5). Phipps, M., Phipps, C., Kask, S., and Higgins, S. 2001. University Students’ Perceptions of Cooperative Learning: Implications for Administrators and Instructors. Journal of Experiential Education, 24: 14-21. (6). Kemmis, S. And McTaggart, R. 1999. The Action Research Planner. Victoria: Deakin University Press.