KESIAPAN UKM DI INDONESIA UNTUK MENINGKA

KESIAPAN UKM DI INDONESIA UNTUK MENINGKATKAN DAYA SAING DAN KUALITAS DIRI DALAM
MENGHADAPI ASEAN ECONOMIC COMMUNITY (AEC) 2015
JULY 22, 2014 BY DWIRATNAPRAHASTY
KESIAPAN UKM DI INDONESIA UNTUK MENINGKATKAN DAYA SAING DAN KUALITAS DIRI DALAM
MENGHADAPI ASEAN ECONOMIC COMMUNITY (AEC) 2015

OLEH :
NAMA : DWI RATNA PRAHASTY
NPM : 29213813
KELAS : 1EB16

ATA 2013/2014

BAB I
PENDAHULUAN
i. Latar Belakang
Usaha Kecil dan Menengah selama beberapa tahun terakhir memegang peranan penting dalam
perekonomian Indonesia. UKM menjadi salah satu factor pendorong memajukan sector
perekonomian di Indonesia, hal ini dapat terlihat pada peran UKM yang banyak membantu
mengurangi pengangguran, menekan angka kemiskinan, membantu menyuplai dana untuk Negara,
meningkatkan pendapatan masyarakat dan lain sebagainya. Dalam sebuah artikel dalam koran

KOMPAS, 14 Desember 2007 disebutkan bahwa UKM membantu penyerapan kerja hamper 85 juta
orang dan membantu menambah pendapatan domestic sebesar 52,28 persen. Angka ini cukup
signifikan dan berpengaruh dalam perekonomian Indonesia. Sama halnya dengan bentuk usaha
apapun, UKM tidak luput pengaruh globalisasi. Perkembangan teknologi komunikasi yang semakin
canggih dan modern membuka peluang pelaku usaha kecil dan menengah mengembangkan
usahanya untuk terus berkreasi dan bersaing di pasar internasional.
Persaingan yang semakin ketat dalam dunia perekonomian membuat sejumlah Negara-negara ASEAN
membuat sebuah komunitas yaitu Asean Economic Community. Pada tahun 1997 para kepala Negara
yang tergabung didalam ASEAN menyepakati sebuah visi yang di bicarakan bersama yaitu visi untuk
mewujudkan kawasan yang stabil dan berdaya saing tinggi dengan pertumbuhan ekonomi yang
merata (ASEAN Vision 2020). Seiring dengan majunya teknologi yang semakin modern menuntut
para pelaku usaha untuk terus memajukan usaha nya dan bersaing dengan pengusaha lain tidak
hanya pengusaha dari Negara sendiri tetapi dari Negara asing, adanya Asean Economic Community
ini membuat beberapa Negara berkembang salah satu nya Indonesia menjadi tantangan untuk

mempersiapkan diri dalam menghadapi komunitas ini. Disini pemerintah harus memberikan
sosialisasi penuh agar masyarakat atau pengusaha baru dan lama mengerti tentang Asean Economic
Community dan siap menghadapi persaingan dalam dunia perekonomian.
Komunitas ASEAN memiliki tiga pilar utama yaitu :
a. Asean Security Community

b. Asean Economic Community
c. Asean Sosio-Cultural Community
Komunitas tersebut sebenarnya akan diterapkan pada tahun 2020 namun dipercepat menjadi tahun
2015 yang disesuiakan dengan keadaan globalisasi dan melalui persetujuan Negara-negara ASEAN.
(Triansah Djani 2007:32 dalam Sholeh).
Salah satu pilar yang terdapat dalam komunitas tersebut Asean Economic Community diharapkan
dapat memaksimalkan pertumbuhan ekonomi di Negara berkembang dan ASEAN agar dapat
bersaing dengan Negara-negara maju di pasar industry dan internasional. Hal tersebut menjadi
tantangan baru dalam perekonomian Negara-negara berkembang salah satunya adalah Indonesia.
Mendorong Indonesia sebagai Negara berkembang untuk meningkatkan kualitas diri agar dapat
menghadapi AEC sehingga tidak menjadi hambatan
Dan momok yang mengerikan bagi Negara sendiri, selain meningkatkan kualitas dan mempersiapkan
diri dalam menghadapi AEC Indonesia diharapkan mampu melihat peluang yang ada sehingga dapat
memajukan pertumbuhan perekonomian di Indonesia dan dapat bersaing tinggi dengan Negaranegara lain. Persiapan diri dengan meningkat kan kinerja dan kualitas diri haru terus ditingkatkan
agar Negara kita tidak terbayangi oleh Negara ASEAN yang lain apabila Indonesia kalah didalam negri
sendiri diharapkan Indonesia dapat mempertahankan keistimewaan Negara ini.
Dengan segera diberlakukan nya kesepakatan ASEAN Economic Community pada tahun 2015
mendatang membuat seluruh sector industry perlu bersiap untuk menghadapi prsaingan tinggi yang
bakal tercipta. Oleh karena adanya aturan baru dari masyarakat ekonomi ASEAN (MEA) yang
menyebutkan bahwa dengan dibentuknya komunitas ini akan semakin memudahkan kerja sama

dalam peredaran barang dan jasa di seluruh kawasan ASEAN akan semakin mudah tanpa adanya
system bea masuk dan barrier lainnya. Oleh sebab itu pelaku usaha di Indonesia harus segera bersiap
dan meningkatkan kualitas diri, termasuk kalangan Usaha Kecil dan Menengah yang perlu
mengetahui seluk beluk dan mempelajari kondisi pasar yang di Negara-negara lain dan Negara
ASEAN. Ketahanan dan daya saing UKM di Indonesia menjadi poin penting yang harus diprioritaskan
dalam pelaksanaan ASEAN Economic Community 2015. Keadaan tersebut karena UKM selama ini
menjadi tulang punggung yang banyak membantu penyerapan tenaga kerja, mengurangi
pengangguran dan kemiskinan serta meningkatkan pendapatan domestic Negara.
UKM Sebagai salah satu sector industry yang banyak dan mampu menambah pendapatan Negara
dengan jumlah yang tinggi diharapkan dapat terus mempertahankan kualitas dan nilai positif yang
ada didalam usaha. Kementrian koperasi dan UKM mencatat bahwa hampir sebagaian besar dari
presentase dari total pendapatan dan usaha diseluruh tanah air Indonesia adalah UKM yang
mencampai jumlah 56 juta usaha kecil dan menengah pada tahun 2013. Jumlah tersebut mampu

menyerap tenaga kerja 107 juta jiwa atau 97,16 persen dari total keseluruhan tenaga kerja yang
terdapat di Negara Indonesia, sedangkan menurut Mentri Negara Urusan Koperasi dan Usaha Kecil
Menengah Suryadharma Ali (Setiadi Umar, Agustus 2008) di katakan bahwa UKM mampu
memberikan kontribusi sebesar 1.778.7 trilliun atau 53.3 persen dari Gross Domestic Product atau
GDP di Indonesia peningkatan 10 persen dari kinerja UMKM ini dapat meningkatkan GDP sebesar 5
persen, dan UKM menyerap tenaga kerja sebesar 85,4 juta jiwa atau sebesar 96,81 persen terhadap

seluruh tenaga kerja yang ada di Negara Indonesia, namun dengan adanya masyarakat economi
ASEAN diharapkan jangan sampai sector industry yang penting ini terganggu.
ASEAN Economic Community akan berdampak terhadap seluruh UKM di Indonesia, tidak terkecuali
UKM di kota kecil seperti Salatiga. Banyak dari penggiat UKM di salatiga merupakan pengusaha di
bidang makanan. Produk-produk makanan rentan terhadap imbas dari pemberlakuan ASEAN
Economic Community karena untuk mampu bersaing dengan produk-produk dari negara lain produkproduk lokal tersebut harus memenuhi standar tertentu. Para pelaku usaha kecil dan menengah di
Salatiga perlu melakukan terobosan baru dengan cara mempelajari kondisi pasar di Negara ASEAN
lain seperti mencermati cara pelaku UKM Negara lain dalam memasarkan produk, menggaet minat
konsumen, menata manajemen distribusi yang baik dan lainnya untuk mempersiapkan diri
menghadapi ASEAN Economic Community.

ii. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan tentang masalah usaha kecil dan menengah dalam mempersiapkan kualitas diri
untuk menghadapi Asean Economic Community adalah untuk melihat komunitas (AEC) tersebut
merupakan tantangan, hambatan atau malah menjadi peluang untuk sector industry kecil dan
menengah UKM yang ada di Indonesia ini, hal tersebut di libatkan karena melihat selama ini peranan
Usaha Kecil dan Menengah banyak membantu mengurangi pengangguran, menambah pendapatan
domestic Negara sehingga UKM menjadi sector industry yang sebagian besar banyak membantu
memajukan perekonomian Negara. Selain itu penulisan ini juga ditujukan bagi para pelaku usaha
agar tidak minder menghadapi dan bersaing dengan Negara ASEAN yang lain dan pasar internasional.

Diharapkan para pelaku usaha kecil dan menengah yang ada di Indonesia mempersiapkan diri
meningkatkan kualitas dari usaha yang sudah dibangun sehingga para wirausahawan dapat
mencermati melihat dan mendalami cara berbisnis Negara-negara lain dalam meningkatkan kualitas
diri mereka melalui cara mereka memasarkan produk, menata manajemen perusahaan yang baik
dan lain sebagainya.

BAB II

II.i Tinjauan Literatur
Sudah dijelaskan diatas bahwa 2015 akan diterapkan Asean Economjc Community yang salah satu
anggotanya adalah Negara Indonesia. Tujuan dari dibentuknya komunitas Negara ASEAN ini antara
lain :

– Mempercepat pertumbuhan ekonomi
– Meningkatkan perdamaian dan stabilitas regional
– Menciptakan dan meningkatkan kerjasama yang aktif
– Memajukan pengkajian mengenai Asia Tenggara
– Memelihara kerjasama antar Negara

Selain tujuan diatas, tujuan lain dari dibentuknya ASEAN Economic Community adalah untuk

mempermudah peredaran barang dan jasa di seluruh kawasan ASEAN tanpa adanya system bea
masuk dan barrier yang selama ini menjadi halangan dalam bekerja sama.
Dilihat dari tujuan dibentuknya ASEAN Economic Community di atas menjelaskan bahwa Negaranegara berkembang yang ada di ASEAN mencoba membuka peluang dengan meningkatkan kualitas
diri dari Negara masing-masing anggota agar dapat bersaing dengan Negara-negara maju yang sudah
berhasil dalam memajukan tingkat pertumbuhan perekonomian dinegara nya tersebut, sehingga
dibentuklah komunitas ini yang diharapakan menjadi peluang yang bagus untuk Negara-negara
anggota ASEAN terjun dalam pasar internasional.
Sebagai sector yang banyak menguntungkan dan banyak membantu permasalahan perekonomian
Negara Usaha Kecil dan Menengah (UKM) diharapkan mampu bersaing dengan UKM dinegara ASEAN
lain, karena UKM merupakan salah satu sector industry yang sangat penting keberadaanya dan
diharapkan bagi masyarakat untuk menambah pendapatan rumah tangga mereka. Namun jangan
sampai sector yang penting ini menjadi terganggu dengan keberadaan ASEAN Economic Community.
Dalam memperbaiki dan meningkatkan kualitas perekonomian di Indonesia terutama disektor
industry UKM (Usaha Kecil dan Menengah) diperlukan materi-materi untuk memperbaiki,
mengetahui dan kemudian menemukan terobosan terbaru dari materi atau teori dan dengan studi
banding dari UKM negara ASEAN yang satu dengan yang lainnya. Hal ini sangat bagus dilakukan
mengingat praktek lapangan dengan melihat langsung bagaimana UKM mereka bekerja memasarkan
produk, menarik minat konsumen hingga mengatur dan menata manajemen usaha mereka dengan
maksimal dan sebaik mungkin.
(Sholeh:2012) penelitian yang dilakukan Sholeh tentang persiapan Indonesia menghadapi Asean

Economic Community menggunakan teori integrasi ekonomi, konsep post agrrement, teori
pengambilan keputusan.
Teori integrasi ekonomi
Teori integrasi ekonomi adalah rancangan dan implementasi serangkaian kebijakan khusus antar
kelompok Negara dalam region yang bertujuan untuk meningkatkan pertukaran barang maupun
factor produksi antar Negara anggota yang meliputi integrasi perdagangan dan integrasi moneter.
Konsep post agreement

Bertujuan melanjutkan dialog untuk mendorong kemajuan dan perkembangan dari implementasi
perjanjian yang telah disepakati dimana proses tersebut akan menjadi penyelesaian masalah guna
menciptakan solusi yang akan disepakati dan dipatuhi oleh semua pihak yang terlibat didalamnya.
Teori pengambilan keputusan
Teori ini didefinisikan sebagai suatu langkah untuk memilih berbagai alternative yang ada.
teori –teori tersebut digunakan untuk membantu menganalisa persiapan Indonesia menghadapi
ASEAN Economic Community yang akan datang. Persaingan di dunia bisnis internasional dapat
dilakukan dengan kegiatan ekspor impor barang dari satu Negara dan Negara lain, UKM di Indonesia
banyak yang sudah melakukan kegiatan ini namun hal tersebut terkadang masih terdapat kendalakendala bagi UKM yang ingin merambah dunia perekonomian luar negri.
Strategi internasionalisasi (herlina yoka roida:2010) menurut Buckley, Cusson dan Dunning
(1977,1981) menyatakan bahwa strategi internasionalisasi secara konsep dibagi menjadi dua yaitu
teori internalisasi dan electic, teori ini digunakan untuk menginternalisasi keuntungan yang diperoleh

dari kegiatan internasionalisasi, lokalisasi dan kepemilikan. Dalam jurnal yang dibuatnya yoka roida
juga menambahkan tentang pentingnya keterlibatan kepemilikan suatu usaha kecil dan menengah
serta lokalisasi yang dapat mendukung tercapainya kegiatan internasionalisasi seperti ekspor dan
impor yang dapat dilakukan oleh UKM sebagai salah satu kegiatan yang dapat dilakukan untuk
memajukan kualitas diri dari UKM dalam merambah dan menghadapi persaingan di dalam
masyarakat ekonomi ASEAN atau MEA.
Untuk mengetahui perbandingan antara IKM Negara Indonesia dengan Negara ASEAN yang lain yang
dapat digunakan sebagai perbandingan dan penelitian serta menjadi pendorong terobosan baru
tercipta di ambil sampel pada industry pemrosesan makanan yang di jalan kan Usaha Kecil dan
Menengah di Malaysia dan Indonesia, (Wiyadi dan Shahadadan:2009) pada tahun 2006 industri
pemrosesan makanan dan minuman di Malaysia pada rancangan kedelapan mencapai 3.7 persen
atau industry tersebut telah banyak menyerap tenaga kerja sebanyak 298.9 sedangkan di Indonesia
sendiri industry pemrosesan makanan juga mencapai target 3.66 pada tahun 2005 yang melebihi
target sebanyak 3.4 persen dan indeks produksi industry makanan dan minuman di Indonesia (1993)
ialah 110.5 dan 241.88 (BPS 2002:278). Hal tersebut terus berlangsung sehingga menyebabkan
peningkatan yang signifikan dari industry pemrosesan makanan dan minuman dari waktu ke waktu.
Dari data diatas kita dapat mengetahui bahwa Indonesia juga memiliki kemampuan dan peluang
lebih dalam menghadapi ASEAN Economic Community sehingga pemerintah harus memperhatikan
dan terus mensosialisasikan peningkatan kualitas diri usaha masyarakat dalam Usaha Kecil dan
Menengah.

Selain hal tersebut diatas dalam pembahasan juga akan dibahas tentang permasalahan dan
tantangan usaha kecil dan menengah antara Indonesia dengan Negara tetangga tersebut, yang
diharapkan dapat menjadi pendorong agar Indonesia lebih meningkatkan kepercayaan diri serta
kualitas diri untuk bersaing dan menghadapi Negara-negara ASEAN yang lain. Sebagai perbandingan
dapat dilihat pula dari daya saing antara Negara-negara ASEAN yang satu dengan yang lain. Daya
saing Indonesia dapat ditingkatkan melalui pemasaran produk dengan menggunakan teknologi Ecommerce yang diharapkan dapat meningkatkan kualitas diri usaha kecil dan menengah yang ada di
Indonesia. Dimana E-commerce merupakan teknologi yang digunakan untuk menghubungkan antara

produsen dan konsumen dalam memudahkan pengiriman maupun pemesanan barang dengan
menggunakan komunikasi dan informasi elektronik.
Mengapa menggunakan teknologi pemasaran ini , karena teknologi ini bertujuan untuk :
– memberikan fleksibilitas dalam produksi
– memungkinkan pengiriman kepelanggan lebih cepat untuk perangkat produk lunak
– menerima penawaran lebih cepat dan hemat
– mendukung transaksi cepat tanpa kertas
sejalan dengan perkembangan teknologi mesin dan internet yang semakin maju dan terus
mengalami perubahan dalam dunia teknologi dan informasi selain menggunakan teknologi Ecommerce yang diharapkan dapat meningkatkan kualitas diri menghadapi ASEAN Economic
Community pelaku usaha juga haru menemukan mencari dan membuat terobosan lain dalam dunia
pemasaran produk untuk pengiriman dan penerimaan tawaran produk.
Dengan menggunakan tipe dan model teknologi ini diantaranya model Bussines to Bussines(B2B),

Bussines to Consumer (B2C) dan lainnya. Sedangkan model bisnis yang e-commerce yang dapat
digunakan antara lain adalah sebagai berikut :
– Bisnis Affiliasi : menjual produk orang lain dengan komisi antar 4-60% dari harga produk yang dijual
– Bisnis Reseller : menjual produk orang lain namun untuk dapat bergabung harus membeli beberapa
barang yang dijual dalam kelompok tersebut
– Bisnis Pribadi : menjual produk pribadi
– Publisher : membuat situs / blog tentang pencarian barang yang sedang tren ditengah masyarakat
Sedangkan menurut pendapat beberapa ahli Porter (1990), Romer (1990), Callon et all (1992) dalam
setiadi umar (2008) menyatakan bahwa tingkat inovasi menentukan daya saing dan kemampuan
perusahaan dan industry dalam membuka pasar baru, dalam menciptakan penawaran di pasar local
dan global serta dalam meningkatkan produktivitas perusahaan dalam mengelola sumber daya nya.
Dengan menciptakan produk yang dapat bersaing tinggi memungkinkan sebuah perusahaan dapat
memiliki keuntungan perusahaan untuk memperoleh kuntungan sebesar-besarnya selain itu daya
saing yang tinggi terhadap penciptaan inovasi produk yang baru dan menarik minat konsumen
digunakan ubtuk menghadapai masyarakat ekonomi ASEAN yang akan diterapkna tahun 2015
mendatang.
Melihat semakin banyak nya perusahan dan usaha kecil masyarakat yang semakin bermunculan
meningkatkan penjualan produk di Indonesia masih dikuasi oleh perusahaan komoditi yang
keuntungannya tergantung pada harga pasar dan tidak dapat menentukan harga sendiri. Hal tersebut
membuat perusahaan yang ada di Indonesia memiliki daya saing yang masih ketinggalan dengan

Negara-negara lain, pada tahun 2003 daya saing perusahaan dindonesia berada pada urutan 49 dari
55 negara yang disurvei dan terus menurun hingga tahun 2007 apabila keadaan ini terus terjadi maka
Indonesia akan mengalami hambatan dalam menghadapi pasar ASEAN dan dapat mengakibatkan

tertinggalnya Indonesia dalam prtumbuhan ekonomi yang meliputi sector usaha kecil dan menengah.
Namun hal itu segera berubah setelah World Economic Forum menerbitkan tentang hasil daya saing
global tahun 2013 yang menempatkan posisi Indonesia berada pada nomor 38 dari 148 negara dan
berada di posisi ke 5 di wilayah Asia Selatan dan ASEAN. Ini merupakan prestasi dan peningkatan
daya saing yang tidak bisa dianggap enteng, meskipun Indonesia berada diposisi 38 namun masih
kalah dengan beberapa negar ASEAN lain seperti, singapura, Malaysia, Thailand yang berada di
pososo lebih atas dari Indonesia. Sehingga Indonesia harus terus bekerja keras meningkatkan daya
saing agar mampu bersaing dan menghadapi Asean Economic Community.
Peningkatan daya saing dan kualitas diri sesuai dengan komitmen AEC 2015 yang akan menjadikan
kawasan ASEAN menjadi kawasan yang memiliki daya saing yang tinggi. Hal ini menjadi syarat bagi
Negara Indonesia untuk meningkatkan daya saing nya dengan Negara-negara lain dan dalam Negara
ASEAN. Strategi-strategi jitu perlu dan dibutuhkan Indonesia untuk terus meningkatkan semua sector
industry yang dapat bersaing dengan Negara lain yang tergabung dalam ASEAN, selain meningkatkan
daya saing, meningkatkan laju ekspor, dan membuat reformasi atau perombakan baru dalam
mengelola UKM dan sector industry yang lain dan strategi laiinya yang perlu diterapkan dan
dikembangkan di Indonesia.
Disisi lain strategi Indonesia yang sudah dilakukan untuk menghadapi AEC antara lain : (sholeh: 2013)
a. Penguatan daya saing ekonomi
b. Program ACI (Aku Cinta Indonesia)
c. Penguatan system UMKM
d. Perbaikan infrastruktur
e. Peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM)
f. Reformasi kelembagaan dan pemerintahan

Peningkatan diri yang harus dilakukan tidak hanya pada usaha nya saja namun kepribadian seorang
wirausahawan juga penting ditingkatkan, karena keberhasilan suatu usaha tergantung dari seorang
pemimpin usaha yang menjalankannya. Agar dapat bersaing dengan pesaing local maupun pesaing
internasional dan siap dalam menghadapi ASEAN Economic Community. Berikut beberapa ciri-ciri
wirausahawan yang mempunyai potensi dan peluang berhasil menurut Wiratmo, M. (2004) dan
Winardi (2003) dalam wiwik maryati, antara lain :
a. Kemampuan inovatif
b. Toleransi terhadap kemenduaan (ambiguity)
c. Keinginan untuk berrestasi
d. Kemampuan perencanaan realistis
e. Kepemimpinan berorintasi pada tujuan

f. Objectivitas
g. Tanggung jawab pribadi
h. Kemampuan beradaptasi
i. Kemampuan sebagai organisator dan administrator
j. Tingkat komitmen tinggi

BAB III

III.i Pembahasan
Dalam pembahasan kali ini akan AEC (ASEAN Economic Community) yang akan diselenggarakan pada
tahun 2015 mendatang untuk sebagian Negara menjadi halangan dan hambatan tersendiri dalam
perekonomiannya. Dibentuknya ASEAN Economic Community dibentuk untuk tujuan mempercepat
pertumbuhan ekonomi, kemajuan social dan pengengbangan kebudayan dikawasan ASEAN sesuai
dengan tiga pilar yang dibentuk ASEAN. Salah satu dari ketiga pila tersebut adalh ASEAN Economic
Community, komunitas yang dibuat oleh Negara-negara ASEAN yang tergabung untuk menangani
masalah perekonomian yang dialami Negara-negara berkembang tersebut. Dengan daya saing yang
tinggi diharapkan semua anggota ASEAN mampu membenahi dan meningkatkan kualitas diri mereka
dalam menghadapi persaingan local dan internasional yang akan segera diterapkan. Hal tersebut
menjadi syarat bagi anggota ASEAN yang tergabung didalamnya dan hal itu sesuai dengan
kesepakatan dan perjanjian bersama. Salah satu syarat meningkatkan daya saing tinggi juga haru
diterapkan oleh Indonesia.
Sebelum mebahas lebih lanjut sebaiknya kita melihat terlebih dahulu prestasi daya saing Indonesia
dari waktu ke waktu. Untuk mengetahui dan meningkatkan kualitas diri dalam bersaing menghadapi
AEC (ASEAN Economic Community).
Pengertiang daya saing sendiri menurut World Economic Forum (WEF) adalah sebagai kemampuan
perekonomian nasional untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkelanjutan.
Indikator daya saing secara global diukur dari kondisi ekonomi makro, birokrasi, serta teknologi suatu
negara. Sedangkan daya saing menurut Michael Porter adalah produktivitas yang didefinisikan
sebagai output yang dihasilkan oleh tenaga kerja.Pengertian dari Porter mengenai daya saing lebih
merujuk pada daya saing perusahaan dalam industri.
Berdasarkan IMD World Competitivenes yearbook 2007, pada tahun 2003 daya saing perusahaan
Indonesia menempati posisi ke 49 dari 55 negara yang disurvei kondisi ini terus turun ditahun tahun
berikutnya menjadi peringkat 50 pada tahun 2005, 52 ditahun 2006, 54 ditahun 2007. Sedangkan
menurut World Economic Forum laporan daya saing global forum telah menerbitkan laporan daya
saing Negara-negara ASEAN pada tahun 2012-2013, sebagai berikut :

Negara Rangking Daya Saing
Indonesia 50
Malaysia 25
Singapura 2
Thailand 38
Philipina 65
Brunei 28
Cambodia 85
Laos –
Myanmar –
Vietnam 75

Table Daya saing negara-negara ASEAN periode 2012-2013
Sedangkan table perbandingan Human Development Indeks tahun 2010-2012 adalah sebagai berikut
:
negara 2010 2011 2012
Indonesia 0.620 0.624 0.629
Malaysia 0.673 0.676 0.679
Singapura 0.892 0.894 0.895
Thailand 0.686 0.686 0.690
Philipina 0.649 0.651 0.654
Brunei 0.854 0.854 0.855
Cambodia 0.532 0.538 0.543
Laos 0.534 0.538 0.543
Myanmar 0.490 0.494 0.498
Vietnam 0.611 0.614 0.617
Sumber : Jurnal Kajian Lemhannas RI : 2013

Pada tahun 2013 World Economic Forum kembali menerbitkan rangking daya saing untuk tahun
2013, Indonesia berada pada posisi ke 38 dari 148 negara yang ikut serta dan berada pada posisi ke 5
di kawasan Negara ASEAN dan Asia Selatan. sedangkan untuk negara-negara ASEAN yang lain seperti
Singapura yang berada di posisi ke-2, Malaysia di posisi ke-24, Brunei di posisi ke-26, dan Thailand di
posisi ke-37.
Dilihat dari table dan data diatas, Indonesia mengalami kemajuan dari tahu ke tahun yang tidak bisa
diremehkan namun Indonesia tetap harus lebih giat meningkatkan kualitas diri dalam seluruh sector
ekonomi, meningkatkan daya saing yang tinggi dengan memanfaatkan kemajuan teknologi informasi
dan komunikasi yang semakin maju seperti saat ini. Sedangkan untuk table HDI diatas Indonesia
menempati urutan menengah dibawah Negara ASEAN yang lain yang mempunyai HDI tinggi seperti
singapura, Malaysia, Filiphina, dan Thailand. Hal lain yang perlu diperhatikan dalam hal tersebut
adalah masalah pemberian upah dimana Negara Indonesia termasuk kedalam Negara yang berada
pada urutan ke-3 dalam pemberian upah yang rendah. Hal ini akan mengakibatkan tantangan bagi
negar Indonesia dimana sebagian besar masyarakatnya bergantung pada kesesuaian dari upah yang
diberikan untuk mencukupi hidup mereka.
Mengacu pada table diatas Indonesia memiliki peluang untuk terjun meramaikan persaingan global
di pasaran internasional maupun ASEAN apabila Indonesia tetap mempertahankan dan terus
meningkatkan kualitas diri dari tahu ke tahun dan terus meningkatkan daya saing yang tinggi,
pemerintah harus terus meningkatkan kinerja seluruh sector industry perekonomian yang dapat
membantu Indonesia unggul didalam persaingan bisnis.
Meskipun banyak yang beranggapan bahwa Indonesia belum siap menghadapi pasar persaingan
ASEAN karena banyak para pelaku usaha yang sebagian besar masih gagap teknologi dan kurang
memiliki akses serta tidak dapat menguasai bahasa internasional untuk membuat kerjasama dengan
usaha lain yang ada di luar negri. Sebagai salah satu sector industry yang banyak berkembang
ditengah masyarakat dan banyak menyumbang pendapatan Negara serta penyerapan tenaga kerja
yang besar, Usaha Kecil dan Menengah (UKM) dirasa dapat membantu Negara ini untuk bersaing
dengan Negara ASEAN yang lain.
Penelitian yang dilakukan oleh wiyadi ( 2009) membahas tentang pengukuran indeks daya saing UKM
di Jawa Tengah penting diketahui ternyata banyak menggunakan bahan baku dan tenaga kerja local.
Penelitian terhadap industry manufaktur dengan menggunakan metode penelitian dimensi diamond
proter yaitu : dimensi kondisi factor, dimensi kondisi permintaan, dimensi strategi perusahaan dan
struktur persaingan seta dimensi industry pendukung dan industry terkait. Hasil yang didapat dari
pengukuran indeks masing-masing dimensi adalah sebagai berikut :
a. Pada dimensi kondisi faktor, nilai indeks daya saing industri kecil sebesar 74,54 adalah lebih besar
dibanding dengan industri menengah yaitu sebesar 72,02. Faktor penyebab utamanya adalah lokasi
industri yang berada di luar kota kebanyakannya industri kecil.

b. Nilai indeks daya saing unsur biaya per unit produk adalah rendah, yaitu 5,68 untuk industri kecil
dan 5,50 untuk industri menengah. Hal ini disebabkan sebagian perusahaan mengalami persoalan

terkait dengan ketersediaan bahan baku, produktivitas tenaga kerja dan peralatan atau mesinmesinnya telah berumur tua dan sering rusak.

c. Nilai indeks daya saing unsur pengetahuan adalah rendah, yaitu sebesar 7,02 untuk industri kecil
dan 6,08 untuk industri menengah. Rendahnya indeks daya saing unsur ini disebabkan rendahnya
kualitas sumber daya manusia, dimana dari seluruh pengusaha yang diteliti hanya 18 persen yang
berpendidikan tinggi.

d. Unsur teknologi mempunyai nilai indeks daya saing rendah, yaitu sebesar 7,02 untuk industri kecil
dan 6,08 untuk industri menengah. Rendahnya indeks daya saing unsur ini disebabkan rendahnya
teknologi yang digunakan untuk proses produksi.

e. Pada dimensi kondisi permintaan, bahwa nilai indeks daya saing industri kecil lebih rendah
disbanding dengan industri menengah (68,62 59,56).

g. Sedangkan pada dimensi industri pendukung dan industri terkait, bahwa industri kecil relatif lebih
berdaya saing dibanding dengan industri menengah. Dimana nilai indeks daya saing industri kecil
adalah sebesar 59,69 dan industri menengah sebesar 59,47.

Kesimpulan dari hasil penelitian yang dilakukan Wiyadi:2010 adalah industri kecil sektor manufaktur
di Jawa Tengah mempunyai indeks daya saing sebesar 265,13 dan industri menengah sebesar 260,82.
Karena indeks daya saing IKM lebih besar dari 200, berarti berdaya saing tinggi.
Kedua, Berdasarkan hasil perhitungan bagi ke empat dimensi daya saing industri kecil dan menengah
ternyata mempunyai nilai indeks lebih besar dari 50. Berarti daya saing IKM untuk ke empat dimensi
adalah tinggi.
Sehingga IKM sektor manufaktur di Jawa Tengah telah menyumbang terhadap perekonomian wilayah
dalam bentuk penyerapan tenaga kerja sebesar 1.661.635 orang atau 92,43 persen dari total tenaga
kerja sektor manufaktur; penciptaan nilai output sebesar Rp. 2.971.985 juta atau 22,87 persen dari
total nilai output industri manufaktur; dan penyerapan nilai investasi sebesar 0,09 dari seluruh
investasi sekor industri manufaktur.
Namun dari itu semua IKM dijawa tengah pun masih membutuhkan perubahan yang besar yaitu
dengan mengubah penggunaan teknologi yang sudah tua dan rusak, meningkatkan ketrampilan dan
efisiensi, meningkatkan kualitas seumber daya dengan pendidikan informal dan formal serta
pemanfaatan teknologi modern seperti internet, dan perubaha-perubahan lainnya yang yang
dilakukan. Sedangkan untuk meningkatkan kualitas daya saing yang lebih besar pemerintah perlu

memberdayakan IKM, mendorong kegiatan ekspor dengan Negara lain sehingga terjalin hubungan
dengan Negara ASEAN yang lain, serta menigkatkan pembelajaran tentang UKM yang ada diluar
negri. Misalnya dengan menurunkan beberapa pelaku usaha untuk terjun langsung dan melihat
bagaimana UKM di Negara ASEAN lain seperti Malaysia dan Thailand yang mempunyai kesamaan
dalam kondisi masyarakat dan banyaknya pasar tradisional yang masih mendominasi ketiga Negara
tersebut. Sehingga pelaku usaha dapat mempelajari bagaiman mereke dalam memasarkan produk
meningkatkan inovasi pemasara, menarik minat pembeli serta mengatur manajemen keuangan
mereka dengan baik. Kemudian setelah itu akan ditemukan cara dan terobosan terbaru untuk
meningkatkan kualitas diri dan siap mengahadapi persaingan global di ASEAN Economic Community
kawasan ASEAN.
Sebagai contoh pembahasan industry kecil dan menengah yang ada di jawa timur tentang industry
pemrosesan makanan dan minuman mapu menyumbang pendapatan domestic Negara dan
menyerap banyak tenaga kerja sehingga dapat menguarangi jumlah kemiskinan. Sebagai
perbandingan industry pemrosesan makanan yang di ada dijawa timur memberikan kontribusi
terhadap perindustrian sebesar 3.66 pada tahun 2005 sedangkan di Malaysia sebesar 3.7 pada tahun
2006. Hal tersebut menjelaskan bahwa Indonesia mampu bersaing dengan Negara lain. Selain contoh
diatas dapat pula dilihat keberhasilan UKM bersaing dipasar ekspor sebagai bukti bahwa UKM juga
mampu bersaing dengan Negara ASEAN yang lain dalam menghadapi AEC. (Suparyadi:2003) produk
Gula Merah Tebu yang berasal dari kabupaten Kediri yang diwakili oleh produk H. Ruba’i mampu
masuk kepasar ekspor khususnya dinegara Jepang hal ini karena produk gula merah tersebut
memiliki rasa manis yang unik dan memiliki aroma yang spesifik, hal tersebut juga disebabkan karena
pengolah tanaman tebu di daerah tropis dan bukan subtropics yang menyebabkan tebu
menghasilkan rasa yang sedemikian rupa dan aroma yang didapat berasal dari kreatifitas pelaku
usaha yang menggunakan sisa ampas tebu sehingga menambah aroma gula merah tebu tersebut.
Namun diluar dari itu semua, permasalahan pun masih bermunculan. Masalah yang dialami oleh
usaha pemrosesan makanan dan minuman serta usaha gula merah tebu tersebut seperti kurangnya
modal, kesulitan dalam pemasaran, persaingan bisnis yang tinggi, teknologi yang masih tertinggal,
kurangnya pasokan sumber daya, kurangnya pemahaman tentang pasar luar, pendidikan yang rendah
dan lain sebagainya, apabila hal tersebut terus berlanjut maka Indonesia akan mengalami hambatan
dala meghadapi ASEAN Economic Community 2015. Sehingga pemerintah harus menerapkan dan
mensosialisasikan strategi-strategi dalam menghadapi masalah ini.
Secara garis besar Indonesia harus melakukan perubahan dan pengembangan strategi-strategi dalam
memajukan seluruh sector industry ekonomi agar mampu bersaing di dalam ASEAN Economic
Community (AEC) . strategi-strategi yang dapat dikembangkan adalah
– peningkatan daya saing ekonomi
– peningkatan laju ekspor
– reformasi regulasi
– perbaikan infrastruktur
– meningkatkan mutu pendidikan

– pemberdayaan UKM
– memanfaatkan teknologi internet
– penguatan ketahanan ekonomi
– peningkatan partisipasi semua unsur Negara
– dan lain sebagainya.

Dari strategi-strategi diatas yang dapat diterapkan untuk menhadapi ASEAN Economic Community
(AEC) Indonesia telah melakukan beberapa strategi diantaranya seperti :
a. penguatan daya saing ekonomi
penguatan daya saing ekonomi ini mengguanakan system MP3EI (Masterplan percepatan dan
perluasan pembangunan ekonomi Indonesia, yang mampu meningkatkan investasi sector riil sebesar
499,5 trilliun hasilnya perekonomian Indonesia tumbuh 65% (2011).

b. Program ACI (Aku Cinta Indonesia)
Program ini dijalankan untuk kampanye agar masyarakat mencintai produk buatan dalam negri dan
mengurangi penggunaan produk dari luar negri agar membantu sector industry dalam mengahadapi
AEC.

c. Penguatan sector UMKM
Sector UMKM yang memberikan banyak keuntungan Negara karena banyak memberi pendapatan
Negara dan mengurangi angka kemiskinan serta pengangguran yang mampu menyerap tenaga kerja
lebih banyak dari sector industry ekonomi yang lain.

d. Perbaikan infrastruktur
Perbaikan jalan, penggunaan alat transportasi yang lebih modern dan lain sebagainya.

e. Peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM)
Peningkatan ini dilakukan dengan menetapkan minimal 9 tahun pendidikan, melalui pendidikan
gratis yang digalangkan pemerintah Indonesia diharapkan seluruh masyarakat Indonesia
menyelesaikan study nya selama 9tahun agar sumber daya manusia meningkat. Keterlibatan
perguruan tinggi dalam membantu pemberdayaan entrepreneurship yang diharapkan perguruan
tinggi dapat membantu pengembangan UKM melalui serangkaian kerja sama dan olah pikiran,

ketrampilan dan inovasi yang kreatif dari mahasiswa perguruan tinggi tersebut sehingga akan didapat
produk UKM yang bermutu dan menarik minat konsumen agar dapat bersaing di pasar global dan
internasional. Perguruan tinggi yang banyak berkerja sama dengan berbagai bank yang digunakan
untuk memudahakan akses pembayaran dapat menjadi jalan untuk pelaku usaha kecil
(wirausahawan) kemudahan dalam mendapatkan bantuan dan tambahan modal dari bank tersebut.
Bank Pembangunan Daerah adalah salah satu contoh bentuk lembaga keungan yang banyak
membantu meningkatkan taraf hidup masyarakat, membantu penyimpanan kas dari pendapatan asli
masyarakat, media untuk meminjam dan meyimpan uang.
Bank Pembangunan Daerah (BPD) diharapkan mampu mengalahkan bank-bank umum yang ada
karena bank daerah yang menyipan kas hasil pendapatan asli masyarakat. Hasil dari produksi daerah
yang kebanyakn di ekspor kenega-negara ASEAN lain membuat BPD mempunyai peluang untuk
menghadapi AEC 2015 meskipun asset BPD periode 2006-2010 terus meningkat namun share
asetnya belum mampu melampaui 10% dari total kelompok perbankan yang ada di Indonesia. BPD
belum mapu meraih peringkat 10 besar dikarenakan persaingan dengan BRI yang sudah memiliki
banyak cabang diseluruh Indonesia. Namun demikian untuk mendorong aktivitas perbankan dalam
menghadapi AEC 2015.
LPPI telah meramu program pendidikan dengan berdasarkan 5 pilar di bidang pendidikan dan
pelatihan, yakni management and leadership, banking strategy and operation, risk management,
micro finance dan sharia banking dengan menerapkan pendekatan pada ilmu, best practices, dan
pengetahuan industri perbankan. (Darwanto)
Dari strategi yang dibuat pemerintah tersebut diharapkan dapat membantu BPD dalam menghadapi
AEC 2015 dan bertahan serta meningkatkan perekonomian rakyat disektor perbankan sehingga
membantu usaha kecil menengah masyarakat dalam hal permodalan.

Selain strategi tersebut para pelaku usaha dan pemerintah harus membuat terobosan baru dengan
cara meningkatkan inovasi pemasaran produk. Inovasi tersebut dapat dilakukan menggunakan
teknologi E-commerce yang selama ini banyak digunakan oleh para pelaku usaha. E-Commerce
merupakan satu set dinamis teknologi, aplikasi, dan proses bisnis yang menghubungkan perusahaan,
konsumen, dan komunitas tertentu melalui transaksi elektronik dan perdagangan barang, pelayanan,
dan informasi yang dilakukan secara elektronik (David Baum dalam Ramadhani, 2013).
Teknologi pemasaran ini bertujuan untuk mempermudah pemesanan dan pengiriman barang dengan
menggunakan bentuan teknologi elektronik. Pemanfaatan E-commerce salah satu nya dapat
menggunakan internet. Pelaku usaha menggunakan teknologi internet missal memasarkan produk
dengan cara pemasangan blog dan situs di web sehingga pembeli dapat dengan mudah melihat
contoh barang, mengetahui dan apabila tertarik konsumen akan memesan barang tanpa harus
bertemu langsung dengan penjualnya.
Namun menurut sammuel (2010) pengimplementasian e-commerce di Indonesia untuk UKM masih
harus menempuh jalan yang panjang. Pasalnya pengembangan teknologi ini dibutuhkan kerja sama
dari pemerintah, pelaku usaha, pengembang teknologi dan yang lainnya. Dukungan dari berbagai
pihak terutama pemerintah yang belum memberi kebijakan-kebijakan yang jelas dikhawatirkan akan

menjadi hambatan dalam pemanfaatan dan pengoptimalan teknologi berbasis informasi dan
komunikasi untuk meningkatkan daya saing dalam menghadapi ASEAN Economin Community .
Apabila sector perindustrian Indonesia masih ketinggalan dalam pemanfaatan teknologinya
dikhawatirkan akan menjadi penghambat dalam mengahdapi AEC karena Negara berkembang yang
lain teknologi dalam pengolahan sector industrinya sudah menggunakan aplikasi yang lebih canggih
dan modern. Untuk mengatasi masalah UKM tersebut dapat dilakukan dengan cara meningkatkan
pengembangan jaringan, pengembangan sentra UKM dengan memanfaatkan teknologi yang berdaya
guna tinggi dan hal yang penting adalah sosialisasi dini kepada para pelaku usaha. Atau pelaku usaha
dapat mengimplentasikan knowledge management dimana aplikasi iptek ini digunakan untuk
membantu UKM mengembangkan usahanya namun sebelum hal tersebut dilakukan UKM harus
dapat mengatasi masalah eksternal maupuninternal yang ada didalamnya dan yang sering dialami
UKM tersebut sehingga penerapan dan pengguanaan UKM dapat selaras dan berjalan dengan baik
serta ada keikutsertaan antara pelaku usaha, pengembang dan lain sebagainya.
Pelaku usaha dan pemerintah juga harus mengerti dan mampu mebaca keadaan dan kondisi pasar
yang terjadi di Negara ASEAN, karena dikhawatirkan akan mengalami efek contagion atau disebut
juga dengan efek menjalarnya pengaruh krisis ekonomi. Yang akan mempengaruhi Negara satu
dengan Negara yang lain. Pada tahu 1997 negara Thailand mengalami krisis ekonomi karena
rendahnya mata uang bath terhadap dolar amerika sehingga hal tersebut berpengaruh terhadap
perekonomian Negara ASEAN lain terutama di Philipina, Malaysia, dan Indonesia. Namun efek
contagion ini akan berpengaruh berbeda-beda terhadap Negara ASEAN yang lain. Efek penularan ini
dapat diketahui melalui 2 cara yaitu : karena ada hubungan dagang serta kesamaan kondisi dan
kebijakan makroekonomi.
Gerlach and Smets (1998) (dalam Harjito, A. : 2010) mengembangkan suatu model yang dapat
menjelaskan mekanisme efek penularan melalui hubungan perdagangan. Didalam modelnya,
serangan terhadap suatu mata uang menyebabkan mata uang tersebut terdepresiasi sehingga dapat
meningkatkan daya saing produknya. Peningkatan daya saing ini berarti penurunan ekspor bagi
negara-negara pesaingnya, sehingga dapat mengakibatkan negara pesaingnya mengalami defisit
transaksi berjalan, penurunan cadangan devisa secara bertahap, dan pada akhirnya menghasilkan
suatu serangan terhadap mata uangnya.
Shiller (1995), mengembangkan model untuk menjelaskan salah satu mekanisme efek penularan
melalui kesamaan kondisi makroekonomi memunculkan efek penularan apabila salah satu negara
mengalami krisis. Krisis yang diakibatkan oleh kesamaan makroekonomi ini pada umumnya dipicu
oleh para pelaku pasar uang dimana para pelaku pasar uang tersebut banyak menerima informasi
kemudian dari informasi kecil tersebut akan menyebar kepada Negara lain dengan waktu yang
singkat dan kemudian pasar internasional mengetahui hal tersebut sehingga melakukan reaksi yang
sama.
Dari penelitian yang dialkukan oleh Agus Harjito (2010) didapat kesimpulan bahwa efek musiman
pasar ini berbeda-beda dari satu Negara dengan Negara lain namun efek penularanya sangat
mungkin terjadi sehingga para anggota Negara ASEAN harus memiliki cadangan dana agar krisis
ekonomi dan keuangan tidak terjadi dan tidak mempengaruhi keberlangsungan pasar persaingan dan
daya saing antar anggota ASEAN dalam persiapan menghadapi ASEAN Economic Community (AEC).

Pertanyaan yang sering muncul apabila dilihat dari beberapa tinjauan diatas adalah ASEAN Economic
Community merupakan tantanga atau peluang bagi Indonesia?
AEC Sebagai tantangan bagi Indonesia.
AEC tidak hanya mendatangkan tantangan tersendiri bagi Indonesia, dimana tantangan tersebut
berasal dari negri sendiri maupun dari Negara ASEAN lainnya dengan adanya persaingan yang ketat
dan tinggi. Tantangan tersebut meliputi :
a. Laju inflasi
Laju inflasi dimana Indonesia masih mengalami inflasi yang tinggi dibandingkan dengan Negara
lainnya, yang mempengaruhi tingkat kemakmuran dan kendala daya saing bagi Indonesia.

b. Laju peningkatan ekspor dan impor
Di Indonesia laju ekspor dan impor berada pada posisi ke-4 untuk ekspor sedangkan posisi ke-3
untuk impor. Persaingan ini menjadi tantangan bagi Indonesia dimana pesaing terberatnya yaitu Cina.
Indonesia belum bisa mengimbangi produk elektronik, pakaian dan lain sebagainya yang harganya
relative lebih murah sehingga menarik minat konsumen.

c. Kesamaan produk
Produk ekspor dari Negara lain dengan Indonesia memiliki kesamaan produk, sehingga Indonesia
harus membuat, mencari, dan memberi inovasi baru agar punya karakteristik tersendiri dalam
produknya.

d. Daya saing SDM
Daya saing Sumber Daya Manusia dimana SDM di Indonesia taraf pendidikan masyarakatnya
sebagian besar belum merasakan pendidikan minimal 9 tahun, kemudian banyak masyarakat yang
masih awam dan belum mengerti tentang penggunaan teknologi internet dan komukasi yang
semakin modern dan maju.

e. Dampak negative arus modal yang lebih bebas
Hal ini dapat menimbulkan resiko bagi stabilitas makroekonomi Indonesia

f. Kepentingan nasional
Hal yang sangat penting dan paling diutamakan untuk kemajuan bersama sehingga membutuhkan
waktu yang lebih lama untuk mencapai integrasi ekonomi kawasan.

g. Kedaulatan Negara
Penggunaan kebijakan fiscal yang akan dibatasi dengan adanya AEC

AEC sebagai peluang bagi Indonesia :
a. Manfaat integrasi ekonomi
Dengan adanya AEC menjadi peluang untuk menyalurkan tenaga kerjanya melihat dari jumlah
penduduk indonesia yang besar dibandingkan dengan negara-negara ASEAN yang lain, namun
SDMnya harus dibekali dengan peningkatan kualitas diri SDM.

b. Pasar potensial dunia
Indonesia akan menjadi pasar potensial yang besar apabila UKM nya dapat ditingkat kan dengan
kualitas yang tinggi sehingga Indonesia dapat mengekspor produk yang dibuat ke Negara ASEAN yang
lain.

c. Negara tujuan investor
Melalui kerja sama yang baik dapat menarik minat investor agar menginvestasikan sebagian asetnya
untuk membantu UKM.

d. Negara pengekspor
Dengan sumber daya alam yang melimpah dan SDM yang banyak Indonesia dapat berpeluang
menjadi Negara pengekspor

e. Sector jasa yang terbuka

f. Daya saing
g. Aliran modal
BAB IV

IV.i KESIMPULAN

ASEAN Economic Community yang dibentuk untuk memajukan kawasan perekonomian di ASEAN dan
menjadikan satu-satunya pasar industry yang akan diterapkan tahun 2015. Strategi pengembangan
dan persiapan Indonesia dalam menghadapi ASEAN Economic Community sudah dilakukan oleh
pemegang saham, pelaku usaha dan pemerintah. Strategi-strategi tersebut masih harus terus
dikembangkan mengingat masih banyak usaha kecil dan menengah masyarakat (UKM) di daerah
pedalaman yang harus di budidayakan namun tetap harus dijaga kelestarian dan keasliannya. Hal ini
dapat mendorong kemajuan pertumbuhan perekonomian serta meningkatkan daya saing yang tinggi
mengingat produk dari daerah lebih banyak yang menembus pasr ekspor ini dikarenakan produk dari
daerah lebih unik dan terbuat dari bahan alami, serta menggunakan alat yang masih tradisonal dan
menjaga keaslian produknya. Namun seiring dengan berjalannya waktu dan teknologi yang semakin
berkembang UKM harus banyak dibantu dalam melebarkan sayapnya kekancah pasar ASEAN.
keunggulan demografi yang dapat dilihat dari keunggulan Indonesia yang memiliki sumber daya yang
melimpah dan sangat tinggi diharapkan dapat menjadi peluang yang bagus untuk bersaing dalam
AEC. Dimana konsep dan tujuan AEC adalah untuk meningkatkan kegiatan produktivitas dan
pertumbuhan ekonomi di kawasan ASEAN serta mempercepat pertumbuhan ekonomi yang
mendorong Negara berkembang untuk maju.
Selain itu, UKM sebagai salah satu sector industry yang banyak menyerap tenaga kerja dan
menambah pendapatan Negara di Indonesian juga perlu membenahi dan terus meningkatkan
kualitas dan inovasi-inovasi baru agar produknya dapat menarik minat konsumen local dan
menembus pasar ekspor. Pemerintah juga harus banyak mensosialisasikan kepada masyarakat
tentang adanya ASEAN Economic Community sehingga persiapan yang optimal dapat dilakukan.
Apabila meliahat dari Indeks daya saing antar Negara Indonesia mengalami peningkatan dari waktuke waktu meskipun belum bisa masuk menjadi 10 besar namun Indonesia berada pada posisi diatas
Negara ASEAN lain yaitu 38 pada tahun 2013 yang sebelumnya berada pada urutan ke 50, hal ini
memberikan gambaran bahwa Indonesia juga mampu bersaing dalam AEC dan peluang bersaing
dengan Negara ASEAN dapat terlaksana. AEC secara tidak langsung menjadi tantang dan peluang
bagi melihat system politik dan semua kegiatan industry masih menuju kearah transformasi menuju
keadaan yang lebih baik dan unggul. Selain itu tujuan dibentuknya AEC adalah untuk mewujudkan
kawasan ASEAN sebagai basis produksi dari produk barang ASEAN dan sekaligus sebagai pasar
tunggal.

IV.ii SARAN
Dari semua hal yang sudah di jabarkan, sebaiknya pemerintah lebih giat lagi membuat penigkatan
pada Sumber Daya Manusia dengan pembekalan pendidikan dan mensosialisasikan apa itu ASEAN
Economic Community 2015, serta meningkatkan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi
internet, mengemtas kemiskinan dan kebodohan dengan program belajar minimal 9 tahun. Selain itu
pemerintah juga harus membuat hokum yang tegas terhadap koruptor dan pelaku kecurangan
terhadap sector industry dan seluruh kegiatan yang ada di Indonesia, agar semua masalah tersebut
tidak merugikan keuangan Negara dan rakyat kecil. Pemerintah juga harus membuat kebijakan –
kebijakan yang adil, dan mulai berbenah diri menuju Indonesia yang lebih baik, membuat peraturan
yang tegas terhadap imigran gelap dan orang-orang asing yang datang ke Indonesia secara ilegal.

Indonesia mempunyai banyak peluang untuk menjadi yang paling unggul dalam AEC 2015
mendatang apabila seluruh penduduk, pemerintah, pelaku usaha dan lain sebagainya bekerja sama
satu kesatuan dan memberikan hokum dan tindakan tegas terhadap pelaku-pelaku kecurangan yang
merugikan Negara. Semoga Indonesia dapat bersaing dan terus meningkatkan daya saingnya yang
tinggi agar Negara kita tidak diremehkan oleh Negara lain dan masyarakatnya tidak hanya menjadi
pembantu dinegara sendiri.
BAB V
V.i DAFTAR PUSTAKA
1. Koesrianti. 2013. Pembentukan Asean Economic Community (Aec) 2015: Integrasi Ekonomi
Berdasar Komitmen Tanpa Sanksi. Jurnal Law Review, Volume XIII, No. 2.

2. Sholeh. 2013. Persiapan Indonesia Dalam Menghadapi Aec (Asean Economic Community) 2015.
Jurnal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 1, Nomor 2, hal : 509-522.

3. Wiyadi & Shahadan, F. 2009. Kinerja dan Kesiapan Industri Kecil dan Menengah (IKM) Pemrosesan
Makanan Di Indonesia dan Malaysia Menghadapi Tantangan Globalisasi. Jurnal Ekonomi Manajemen
Sumber Daya, Vol. 10, No. 2.

4. Peningkatan Peran Indonesia dalam ASEAN Framework On Equitable Economic Development (EED)
dalam rangka Ketahanan Nasional. Jurnal Kajian Lemhannas RI, Edisi 16, November 2013.

5. Nagel, F & Julius, P. 2012. Peluang dan Tantangan UKM Indonesia Menghadapi Masyarakat
Ekonomi Asean 2015. Surabaya:

6. Wiyadi. 2009. Pengukuran Indeks Daya Saing Industri Kecil Menengah (Ikm) Di Jawa Tengah. Jurnal
Siasat Bisnis, Vol. 13, No. 1, Hal: 77–92.

7. Darwanto. 2012. Kesiapan Bank Pembangunan Daerah (Bpd) dalam Menghadapi Asean Economic
Community. Semarang :

8. Wahyudin, D. -. Peluang atau Tantangan Indonesia Menuju Asean Economic Community (Aec)
2015.

9. Barmana, M,A. 2011. Peningkatan MSS (Market Share Of Sharia) dalam Menghadapi Mea
(Masyarakat Ekonomi Asean) 2015 Melalui IM (Islamic Microfinance ) dan IB (Islamic Banking) di
Indonesia. Yogyakarta:

10. Maryati, W. 2008. Peran Perguruan Tinggi dalam Pemberdayaan Entrepreneurship untuk
Mengembangkan Wirausahawan Kecil Menghadapi Persaingan Global. Jombang:

11. Umar, S. 2008. Implementasi Knowledge Management pada UMKM Indonesia untuk
Meningkatkan Daya Saing UMKM dalam Dunia Internasional. Jurnal Siasat Bisnis, Vol. 12, No. 2, Hal:
149–160.

12. Roida, H, Y. et all. 2010. Internasionalisasi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) Ditinjau
Dari Tipe Kepemilikan: Studi Empiris Di Jawa Timur. Jurnal Manajemen Teori dan Terapan, Tahun 3,
No. 2.

13. Suparyadi. 2003. Membangun Keunggulan Bersaing Industri Kecil Gula Merah Tebu (IKGMT) : Kiat
Bersaing Di Pasar Ekspor. Jurnal Siasat Bisnis. Vol 8, No. 2.

14. Harjito, D, A. 2010. Perubahan Musiman (Seasonality) Pasar Modal dan Efek Kontagion di NegaraNegara Asean. Jurnal Siasat Bisnis, Vol. 14, No. 1, Hal: 1–18.

15. Ramadhani, F & Arifin, Y. 2013. Optimalisasi Pemanfaatan Teknologi Informasi Komunikasi
Berbasis E-Commerce Sebagai Media Pemasaran Usaha Kecil Menengah Guna Meningkatkan Daya
Saing dalam Menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean 2015. Economics Development Analysis
Journal, Vol. 2, No.2.

BAB VI
VI.i LAMPIRAN