DEMOKRASI DAN PENDIDIKAN DEMOKRASI. RULE

DEMOKRASI DAN PENDIDIKAN DEMOKRASI

A. Pengertian demokrasi
Dari sudut bahasa (etimologis), demokrasi berasal dari bahasa yunani yaitu
demos yang berarti rakyat dan cratos atau cratein yang berarti pemerintahan. Jadi
secara bahasa Demokrasi adalah Pemerintahan rakyat atau kekuasaan rakyat.
Konsep demokrasi lahir dari yunani kuno yang dipraktikan dalam hidup
bernegara antara abad ke-4 SM sampai abad ke-6 M. Demokrasi yang dipraktikan
pada waktu itu adalah demokrasi langsung (direct democracy), artinya hak rakyat
untuk membuat keputusan-keputusan politik dijalankan secara langsung oleh seluruh
rakyat atau warga Negara. Hal ini dapat dilakukan karena yunani pada waktu itu
berupa Negara kota (polis) yang penduduknya terbatas pada sebuah kota dan daerah
sekitarnya, yang berpenduduk sekitar 300.000 orang. Meskipun ada keterlibatan
seluruh warga, namun masih ada pembatasan, misalnya para anak, wanita, dan budak
tidak berhak berpartisipasi dalam pemerintahan.
Menurut International commission for jurist, demokrasi adalah suatu bentuk
pemerintahan di mana hak-hak untuk membuat keputusan-keputusan politik di
selenggarakan oleh warga Negara melalui wakil-wakil yang di pilih oleh mereka dan
yang bertanggung jawab kepada mereka melalui proses pemilihan yang bebas.
Menurut C.F Strong, demokrasi adalah suatu system pemerintahan dalam
mana mayoritas anggota dewasa dari masyarakat politik ikut serta atas dasar system

perwakilan yang menjamin bahwa pemerintahan akhirnya mempertanggungjawabkan
tindakan-tindakan kepada mayoritas.
Menurut Samuel Huntington, sistem politik sebagai demokratis sejauh para
pembuat keputusan kolektif yang paling kuat dalam system itu di pilih melalui
pemilihan umum yang adil, jujur, dan berkala dan di dalam system itu para calon
bebas bersaing untuk memperoleh suara dan hamper semua penduduk dewasa berhak
memberikan suara.

1

Menurut Abraham Lincoln, demokrasi adalah pemerintahan dari rakyat, oleh
rakyat, dan untuk rakyat. Rakyat adalah pemegang kekuasaan tertinggi atau
kedaulatan tertinggi di Negara tersebut. Pemerintahan yang menempatkan rakyat
sebagai pemegang kekuasaan tertinggi. Pemerintahan demokrasi dapat dinyatakan
pula sebagai sistem pemerintahan kedaulatan rakyat.
B. Teori-teori dan model-model demokrasi
A. Berikut ini empat teori demokrasi yang dalam prakteknya akan membawa makna
tertentu bagi semua negara saat ini :
1) Teori demokrasi ekonomis
Teori demokrasi ini berpandangan bahwa fungsi demokrasi pada

prinsipnya sama dengan pasar dalam ekonomi. Kaum elit menawarkan solusi
alternatif untuk mengatasi masalah-masalah politik suatu Negara. Kemudian
rakyat memilih di antara elit-elit tersebut meskipun mereka tidak memiliki
kesempatan untuk berpartisipasi dalam perumusan maupun pelaksanaan
program-program yang di tawarkan. Baik elit yang bertujuan untuk
mendapatkan jabatan, kekuasaan dan penghasilan maupun para pemilih yang
bertindak untuk kepentingan pribadinya. Tetapi melalui pemilihan umum yang
demokratis kedua pihak pada akhirnya akan memperoleh apa yang mereka
harapkan. Elit-elit politik mengejar jabatan bukan untuk mencapai
kepentingan politik yang berkaitan dengan nilai-nilai tertentu tetapi untuk
mendapatkan keuntungan dari jabatannya seperti kekuasaan, penghargaan, dan
penghasilan. Tetapi untuk mendapatkan dukungan mayoritas suara mereka
harus menumbuhkan kepercayaan dari para pemilih. Mereka hanya akan
berhasil apabila para pemilih menentukan pilihan yang sesuai dengan
kepentingannya dan program yang di tawarkan oleh elit politik tersebut cocok
dengan keinginan mayoritas pemilih. Para elit yang bersaing pada prinsipnya
bersedia menawarkan semua program kepada masyarakat pemilih melalui
kampanye terbuka. Selain itu mereka juga berusaha melaksanakan programprogram tersebut dengan sebaik- baiknya sehingga bisa meraih suara
mayoritas dalam pemilihan berikutnya.


2

Dalam konteks teori ini hanya pasar suara yang di jamin oleh system
demokratis, yang memberikan jaminan bahwa kepentingan masing-masing
pemilih akan di perhatikan oleh pemimpin politik demi mencapai
kekuasaannya. Menurut teori ini hal-hal seperti sikap demokratis para pemilih
dan elit, luasnya partisipasi warga pada pembentukan kehendak politik dan
pengawasan terhadap pelaksanaan kekuasaan tidak diperlukan untuk
mrnciptakan demokrasi yang baik. Yang terpenting bagi teori ini hanya system
pemilihan umum yang mengamankan pasar politik dan masyarakat bebas yang
menjamin arus informasi.
2) Teori demokrasi langsung
Demokrasi langsung muncul dari pengalaman bahwa wakil-walkil
politik maupun lembaga- lembaga politik seperti partai, pemerintah dan
parlemen pada umumnya berusaha untuk memisahkan diri dari kepentingan
rakyat. Mereka hanya memperjuangkan kepentingannya sendiri dan kemudian
secara perlahan mengabaikan kepentingan rakyat yang di wakilinya.
Demokrasi langsung berkeyakinan bahwa pada akhirnya tidak perlu ada
pemisahan antara pemerintahan dan rakyat demi mencapai tujuan demokrasi.
Masyarakat yang dapat mengatur kehidupannya sendiri secara

demokratis dapat mempraktekan demokrasi langsung dan tidak memerlukan
lembaga-lembaga atau organisasi- organisasi sebagai perantara. Dalam
demokrasi langsung waraga masyarakat dapat merumuskan kepentingan
bersama

dan

menemukan

alternative

pemecahan

masalah

serta

melaksanakanya dalam semangat kebersamaan. Menurut pandangan ini
“masyarakat sipil” merupakan satu-satunya wadah pembuat keputusan politik
yang memadai untuk semua masalah politik. Dengan demikian kehendak

rakyat dapat diwujudkan dalam praktek keputusan politik tanpa perantara dan
tanpa manipulasi.
3) Demokrasi media yang populistik
Demokrasi media Populistik lebih merupakan bentuk kegiatan tertentu
dari demokrasi ketimbang sebuah model normative dari demokrasi modern.

3

Dalam masyarakat modern politik sepenuhnya ditentukan oleh media
khususnya televisi. Demokrasi media merupakan suatu fenomena dimana
media masa khususnya televisi tidak hanya mempengaruhi masyarakat yang
kesadaran politik dan opini masyarakat, tapi juga perilaku para politisi dan
lembaga politik. Dalam demokrasi media massa masih terdapat partai-partai,
asosiasi-asosiasi dan masyarakat bebas, tetapi fungsi dan peran mereka
mengalami perubahan yang besar. Dalam demokrasi media pembentukan
kehendak rakyat secara demokrasi dan pelaksanaanya dalam system politik
tidak lagi memainkan peran sentral.
4) Demokrasi partai yang partisipatif
Sesuai dengan namanya model ini berupaya untuk mengatasi
kelemahan-kelemahan ketiga teori yang telah disebutkan diatas. Demokrasi

partai pluralistic dapat menggabungkan efisiensi politik dan partisipasi. Dalam
demokrasi multipartai terjadi persaingan sejumlah partai untuk meraih
pengauh dan kekuasaan, maupun untuk merencanakan kondisi kehidupan
masyarakat. Disatu pihak, partai-partai merupakan organisasi besar dengan
tingkat sentralisasi tertentu dan hadir diseluruh wilayah Negara. Jika mereka
terorganisir dengan baik maka mereka akan mampu melakukan pembentukan
aspirasi politik pada tingkat akar rumput, seperti di kabupaten, kecamatan dan
desa.

Mereka

juga

akan

mampu

menggabungkan

langkah-langkah


pengambilan keputusan pada semua tingkatan organisasi diseluruh wilayah
Negara sampai ketingkat nasional. Demokrasi partai yang berfungsi dengan
baik berakar dalam masyarakat sipil yang aktif dan efektif.
B. Dua model demokrasi
Filsafat politik yang mendasari demokrasi pada prinsipnya bersifat Universal
dan dapat diterapkan pada semua masyarakat dewasa ini. Sebaliknya model-model
yang berkembang diberbagai masyarakat dalam berbagai era sangat bervariasi.
Model-model tersebut dapat dibagi menurut dua perspektif yang berbeda.
1) Demokrasi Presidensial atau Parlementer.

4

Dalam demokrasi presidensial presiden memiliki kedudukan kuat
dalam pembuatan keputusan dan kekuasaan politik yang kuat pula. Kekuasaan
politik presiden sering kali disejajarkan dengan parlemen atau bahkan lebih
kuat dari parlemen. Sebaliknya dalam demokrasi Parlementer, parlemenlah
satu-satunya lembaga perwakilan tertinggi untuk pengambilan keputusan.
Peranan presiden pada kasus ini terbatas pada tugas-tugas mewakili Negara
dan penengah dalam situasi konflik. Dalam demokrasi parlementer kekuasaan

pengambilan keputusan politik dijalankan oleh wakil-wakil rakyat sesuai
dengan hasil pemilihan umum. Sebaliknya dalam demokrasi presidensial
kepala Negara yang dipilih secara langsung oleh rakyat merupakan pusat
kekuasaan mandiri, yang juga berpengaruh baik dalam pembentukan
pemerintahan maupun penyusunan undang-undang.
Sesuai dengan budaya politik dalam pengalaman sebuah masyarakat,
maka demokrasi presidensial secara lebih kuat dapat menciptakanunsur
kesinambungan dan stabilitas dalam proses politik.Demokrasi presidensial
memerlukan pembatasan kekuasaan yang jelas, untuk menghindari terjadinya
konsentrasi kekuasaan yana hamper menyerupai dictator. Jika lembagalembaga pengimbang seperti parlemen dan pemerintah, partai dan masyarakat
sipil lemah maka mutu demokrasi presidensial dapat merosot secara tak
terkendali dan bahkan pada akhirnya menjadi sebuah kediktatoran.
2) Demokrasi perwakilan atau demokrasi langsung
Demokrasi perwakilan mempercayakan sepenuhnya pengambilan
keputusan ditingkat parlemen oleh wakil-wakil yang dipilih. Demokrasi
langsung akan mengalihkan sebanyak mungkin keputusan kepada rakyat yang
berdaulat: misalnya melalui plebisit, referendum, jajak pendapat rakyat, dan
keputusan rakyat atau mengembalikan sebanyak mungkin keputusan ketingkat
komunitas local. Norma-norma dan aturan dasar demokrasi bersifat universal
tetapi cara pelaksanaanya harus diputuskan secara pragmatis sesuai dengan

preferensi masyarakat tertentu.
C. Demokratisasi

5

Sebelum kita berbicara mengenai negara demokrasi, kita harus mengenal
terlebih dahulu istilah demokratisasi, yaitu suatu penerapan kaidah-kaidah atau
prinsip-prinsip demokrasi pada setiap kegiatan politik kenegaraan. Tujuannya adalah
terbentuknya kehidupan politik yang bercirikan demokrasi. Demokratisasi melalui
beberapa tahap:
1. Tahapan pertama adalah penggantian dari penguasa non demokrasi ke
penguasa demokrasi.
2. Tahapan kedua adalah pembentukkan lembaga-lembaga dan tertib politik
demokrasi.
3. Tahapan ketiga adalah konsolidasi demokrasi.
4. Tahapan keempat adalah politik demokrasi sebagai budaya bernegara.
D. Negara demokrasi
Negara demokrasi adalah suatu negara yang menganut sistem pemerintahan
dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat sekalipun dalam mekanisme pemerintahanya
baik yang menyangkut infrastruktur politik maupun suprastruktur politik berbeda satu

dengan yang lain. Dilihat dari paham yang dianut demokrasi dapat dibedakan
menjadi:
1) Demokrasi Liberal (Negara Barat)
Sistem pemerintahan ini diterapakan di negara barat, kebebasan individu untuk
bergerak, berpikir dan mengeluarkan pendapat sangat dijunjung tinggi.
Dengan demikian, persamaan hak dalam bidang politik sangat dijunjung
tinggi, namun pada bidang ekonomi tetap memegang persaingan bebas.
Akibatnya terjadi kesenjangan antara golongan ekonomi kuat (kapitalis) dan
golonagan ekonomi lemah (buruh). Di negara yang menganut demokrasi
liberal sistem masyarakatnya bebas merdeka, dan menjunjung tinggi hak asasi
manusia setinggi-tingginya, bahkan kadang-kadang diatas kepentingan umum.
2) Demokrasi Sosialis (Negara Komunis)

6

Di negara yang menerapkan demokrasi sosialis menitikberatkan pada
paham kesamaan yang menghapus perbedaan antara kelas sesama rakyat. Oleh
sebab itu, pada negara sosialis tidak ada hak perseorangan, yang ada adalah
hak kolektif atau hak umum.
Untuk mencapai masyarakat sosialis yang sejahtera dan sama rata

(tujuan negara) pada masyarakat itu masih berlaku kediktatoran proletar atau
kediktatoran mayoritas (buruh dan tani). Akan tetapi, kekuasaan negara hanya
dikendalikan oleh satu partai yaitu komunis baik pada bidang legislatif,
eksekutif, dan yudikatif.
Kekuasaan legislatif meliputi dua badan yaitu Dewan Uni atau Majelis
Rendah yang anggotanya dipilih oleh rakyat, dan Dewan Nasional yang
anggotanya

dipilih

langsung

oleh

rakyat

negara

bagian.

Badan eksekutif memegang kekuasaan sangat luas, antara lain mengeluarkan
keputusan- keputusan dan dekrit bahkan kalau perlu memberhentikan anggota
kabinet.
3) Demokrasi Pancasila
Pada hakikatnya Demokrasi adalah kerakyatan yang dipimpin oleh
hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan. Kerakyatan adalah
kekuasaan yang tertinggi ada di tangan rakyat. Hikmat kebijaksanaan adalah
penggunaan

akal

pikiran

atau

rasio

yang

sehat

dengan

selalu

mempertimbangkan persatuan dan kesatuan bangsa, kepentingan rakyat, dan
dilaksanakan dengan sadar, jujur, bertanggung jawab serta didorong dengan
itikad baik sesuai dengan hati nurani yang luhur. Permusyawaratan adalah
suatu tata cara khas kepribadian Indonesia dalam merumuskan dan
memutuskan sesuatu hal berdasarkan kehendak rakyat sehingga mencapai
mufakat. Perwakilan adalah prosedur peran serta rakyat dalam pemerintahan
yang dilakukan melalui badan perwakilan.
Dari uraian di atas demokrasi Pancasila dapat diartikan Kerakyatan
yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan
yang dijiwai dan diliputi sila Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang

7

adil dan beadab, Persatuan Indonesiaserta untuk mencapai keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia. Demokrasi Pancasila adalah demokrasi yang
bersumberkan pada kepribadian dan filsafat bangsa Indonesia, yaitu Pancasila.
E. Ciri Negara Demokrasi
Ciri negara demokrasi adalah adanya kebebasan bagi warganya untuk mengurus
diri sendiri. Salah satu wujudnya adalah dengan adanya otonomi daerah. Dengan
otonomi ini, pemerintah daerah diberikan kebebasan oleh pemerintah pusat utuk
mengurus diri sendiri.

.

Ciri-ciri Negara Demokrasi menurut Bingham Power Jr, yaitu :
1. Legitimasi pemerintah
2. Pengaturan organisasi secara teratur dalam negara paling tidak terdapat 2
partai politik
3. Setiap warga negara sudah memenuhi syarat berhak dalam pemilu
4. Setiap warga negara dalam pemilu dijamin kerahasiaannya
5. Masyarakat dijamin kebebasannya
F. Masalah-masalah dalam Negara demokrasi
1. Demokrasi dan ekonomi
Menurut persepsi liberal klasik, ekonomi adalah wilayah di luar
kewenangan negara. Meskipun negara harus menciptakan jaminan dan syaratsyarat bagi berjalannya ekonomi tersebut, tetapi Negara tidak bertanggung
jawab secara langsung dan tidak memiliki kewenangan sah untuk melakukan
intervensi atau kontrolterhadap ekonomi. Teori ini tidak dapat dipertahankan
dari sudut pandang model demokrasi yang berdasarkan kedaulatan hukum.
Oleh karena itu, negara demokrasi yang mengakui kedaulatan hukum memiliki
komitmen dan diberi wewenang untuk melakukan intervensi dalam ekonomi
dengan maksud untuk melindungi dan membentuk kondisi-kondisi ekonomi
rakyat dan implikasinya.

8

Negara juga berkewajiban untuk menjamin stabilitas nilai tukar mata
uang dan kondisi kerja yang manusiawi. Selain itu Negara juga harus
mencegah penyalahgunaan kekuasan ekonomi terhadap pekerja perusahaanperusahaan bisnis terhadap politik serta kekuatan-kekuatan lainnya. Kalau
pasar dibiarkan berjalan menurut kekuatannya sendiri, maka perekonomian
akan mengalami siklus kegairahan atau pertumbuhan ekonomi, depresi dan
krisis. Dengan demikian akan muncul masalah-masalah yang berkaitan dengan
penggunaan tenaga kerja dan ketersediaan lapangan kerja. Selain itu negara
juga mengalami kesulitan dalam hal pemungutan pajak.
2. Kemerosotan Demokrasi
Demokrasi yang sedang merosot memang ditandai dengan adanya
basis demokrasi yang penting dengan diperkenalkannya hak suara yang sama
untuk semua orangdalam pemilihan umum. Tetapi dalam berbagai aspek
penting lainnya bentuk demokrasi tersebut tidak memenuhi norma-norma
demokrasi. Kalaupun norma-norma dipenuhi tingkatannya sangat tidak
memadai.
Demokrasi yang mengalami kemerosotan memerlukan perhatian
khusus. Ada dua hal yang perku dilakukan. Melanjutkan demokratisasi yang
sudah dimulaidengan tujuan yang jelas dan terarah dan mencegah
kemerosotan yang lebih parah.
3. Musuh-musuh Demokrasi
Sistem politik negara demokrasi memiliki beberapa cirri yang tidak
disukai penentangnya. Ciri- ciri tersebut mencakup pembatasan kekuasaan
politik baik oleh waktu maupun tindakan politik tertentu. Diseluruh dunia
musuh demokrasi adalah pihak yang takut bahwa pengakuan terhadap aturanaturan demokrasi akan menghambat pencapaian kepentinagan politik dan
sosial mereka. Mereka juga khawatir system yang demokrasi akan
menimbulkan berbagai kerugian terhadap kepentingan mereka.

9

4. Pandangan kedepan
Demokrasi tidak bisa bertahan dalam jangkan panjang tanpa adanya
jumlah pendukung demokrasi yang memadai. Pendukung-pedukung tersebut
benar-benar mengenal lembaga- lembaga dan pilihan-pilihan demokrasi.
Mereka

mendukung

demokrasi

dengan

sepenuh

hati

berdasarkan

keyakinannya tentang prinsip tersebut. Mereka bahkan memberikan nafas
hidup bagi demokrasi melalui keterlibatannya secara nyata dalam demokrasi.
Demokrasi juga ditopang oleh kemampuannya untuk senantiasa
menyelesaikan masalah- masalah yang dihadapin oleh masyarakat secara
menyakinkan dan efektif. Dengan demikian demokrasi memerlukan perhatian
terus menerus dari para democrat bahkan di negara-negara yang sudah
memiliki lembaga-lembaga yang dapat diandalkan. Demokrasi menjadi kuat
karena tahan uji dan dapat mengelola konflik kepentingan dan nilai yang bisa
menhancurkan kediktatoran. Demokrasi menjadi rentan karena tidak dapat
bertahan kalau orang tidak menaruh kepercayaan terhadap demokrasi.
Selain itu demokrasi tersebut juga diterima demi kepentingan seluruh
warga Negara dengan menggunakan instrument kekuasaan yang sah. Dalam
dunia zaman ini tugas demokrasi untuk masa depan terletak dalam
perluasannya menjangkau arena global.
G. Pelaksanaan demokrasi di Indonesia
Indonesia merupakan salah satu Negara yang merupakan system demokrasi
dalam system pemerintahannya. Indonesia merupakan salah satu Negara demokrasi
yang dalam pemerintahan telah ditentukan dalam UUD 1945 bahwa Indonesia
menggunakan demokrasi pancasila. Mengenai mekanisme atau pelaksanaan
demokrasi pancasila sudah diatur dalam UUD 1945, baik yang bertalian dengan
pelaksanaan demokrasi pancasila pada lembaga- lembaga konstitusional ditingkat
pusat maupun yang bertalian dengan pelaksanaan demokrasi pancasila pada lembagalembaga konstitusional ditingkat daerah.
@. Mekanisme Pada Lembaga-lembaga Konstitusional Tingkat Pusat

10

Pelaksanaan demokrasi Pancasila pada lembaga-lembaga pusat menurut UUD
1945, harus mengikuti prinsip-prinsip yang termuat dalam UUD 1945. Beberapa
prinsip mekanisme demokrasi Pancasila :
1. Cita-cita Kenegaraan Kekeluargaan
2. Faham Unitarisme atau Kesatuan
3. Faham Negara Hukum
4. Faham konstitusionalisma
5. Supremasi MPR
6. Pemerintah yang Bertanggung Jawab
7. Pemerintah Berdasarkan Perwakilan
8. Sistem Pemerinyahan Presidensial
9. Pengawasan Parlemen terhadap Pemerintah
@. Mekanisme Pada Lembaga-lembaga Pemerintah Di Daerah
Pelaksanaan
menyangkut

pula

demokrasi
lembaga-

Pancasila
lembaga

dibidang
Pemerintah

kehidupan
di

politik

daerah.Dengan

pengarahan-pengarahan yang diberikan dalam Garis- garis Besar Haluan
Negara, maka ditetapkan Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang
Pokok-pokok pemerintahan di Daerah :
1. Pengarahan-pengarahan dan prinsip otonomi daerah, sepanjang bersangkutan
dengan daerah otonomadalah bahwa pemberian otonomi itu haruslah sesuai
dan serasi dengan pembinaan dan kesatuan bangsa, dapat menjamin hubungan
yang serasi antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah dan dapat
menjamin perkembangan dan pembangunan daerah.
2. Pembagian wilayah Negara R.I.,Uniteritorial .
3. Lembaga-lembaga Kenegaraan di Daerah.

11

4. Badan Pertimbangan Daerah.
@. Mekanisme Pada Kehidupan Politik Rakyat
Adapun pelaksanaan pelaksanaan demokrasi Pancasilan dibidang kehidupan
politik rakyat (infra struktur politik) kita dapat berpegang pada UUD 1945 dan UU
Nomor 3 tahun 1975, tentang partai politik dan golongan karya.
H. Pendidikan demokrasi
Demokrasi dewasa ini ternyata memerlukan syarat hidup yaitu warga Negara
yang memeliki dan menegakan nilai-nilai demokrasi. Tersedianya demokrasi ini
membutuhkan waktu yang lama, berat dan sulit. Oleh karena itu, secara substantif
berdimensi jangka panjang, guna mewujudkan masyarkat demokratis, pendidikan
demokratis mutlak diperlukan. Karena pada hakikatnya pendidikan demokrasi adalah
sosialisasi nilai-nilai demokrasi supaya bisa diterima dan dijalankan oleh oleh warga
Negara.
Tujuan pendidikan demokrasi adalah mempersiapkan warga masyarakat
berperilaku dan bertindak demokratis melalui aktivitas menanamkan pada generasi
muda akan pengetahuan, kesadaran, dan nilai-nilai demokrasi.
@. Fungsi dan Tujuan Pendidikan Nasional
Dalam Undang-Undang No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional dinyatakan pula bahwa Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdaskan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik
agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara
yang demokratis serta bertanggung jawab.
@. PKN sebagai Pendidikan Demokrasi

12

Sekarang ini banyak kalangan menghendaki Pendidikan Kewarganegaraan
baik sebagai mata pelajaran di sekolah maupun mata kuliah di perguruan tinggi
mengemban misi sebagai pendidikan nasional.
Tuntutan demikain tidak salah oleh karena secara teoritis, pendidikan
kewarganegaraan adalah salah satu ciri dari pemerintah yang demokratis.
International Commission of Jurist sebagai organisasi ahli hokum internasionaldalam
konferensinya di Bangkok 1965 mengemukakan bahwa syarat-syarat dasar untuk
terselenggaranya pemerintah yang demokratis di bawah Rule of Law ialah sebagai
berikut :
1. Perlindungan konstitusionil, dalam arti konstitusi, selain menjamin hak-hak
individu, harus menentukan pula cara prosedural untuk memperoleh
perlindungan atas hak-hak yang dijamin.
2. Badan kehakiman yang bebas dan tidak memihak (independent and impartial
tribunals)
3. Pemilihan umum yang bebas
4. Kebebasan untuk menyatakan pendapat
5. Kebebasan untuk berserikat/berorganisasidan beroposisi
6. Pendidikan kewarganegaraan (civic education)

13

RULE OF LAW
A. Pengertian Rule of Law
Menurut Prof. Sunarjati Hartono, mengutip pendapat yang digunakan Friedman
bahwa kata “Rule of Law” dapat dipakai dalam arti formil (in the formal sense) dan
dalam arti materiil (ideological sense). Dalam arti formil ini, maka the rule of law
adalah “organized public power” atau kekuasaan umum yang terorganisir. Sedangkan
dalam arti materil, the rule of law adalah berbicara tentang just law (hukum yang
mengandung keadilan).
Menurut T.D.Weldon, pengertian mengenai Negara yang menganut paham the
rule of law yang berarti Negara tersebut tidak hanya memiliki suatu peradilan yang
sempurna diatas kertas saja, akan tetapi ada atau tidaknya the rule of law dalam suatu
Negara tergantung daripada kenyataan apakah rakyatnya benar-benar dapat
menikmati keadilan, dalam arti perlakuan yang adil, baik dari sesama warga
negaranya, maupun dari pemerintahnya. Secara umum, hukum adalah kumpulan
aturan-aturan yang ditetapkan negara yang dikenakan sanksi atau konsekuensi. Yang
dominan adalah konsep “Rule of Law” mengatakan apa-apa tentang “justness” dari
hukum itu sendiri, tetapi hanya bagaimana sistem hukum beroperasi. Negara
demokrasi pada dasarnya adalah Negara hukum.
Secara formal, Rule of Law diartikan sebagai kekuasaan umum yang terorganisasi
(organized public power), misalnya negara. Sedangkan secara hakiki, Rule of
Law terkait dengan penegakan Rule of Law, karena menyangkut ukuran hukum yang
baik dan buruk (just and unjust law).
Rule of Law merupakan suatu legalisme sehingga mengandung gagasan bahwa
keadilan dapat dilayani melalui pembuatan sistem peraturan dan prosedur yang
bersifat objektif, tidak memihak, tidak personal, dan otonom.

14

B. Isu-isu Rule of Law
Hal-hal yang sering mengemuka dalam kaitannya dengan Rule of Law antara lain:
1. Masih relevankah Rule of Law di Indonesia?
2. Bagaimana seharusnya Rule of Law itu dilaksanakan?
3. Sejauh mana komitmen pemerintah untuk melaksanakan prinsip-prinsip
4.

Rule of Law?
Apa yang harus dilakukan agar Rule of Law dapat berjalan efektif?

C. Unsur-unsur Rule of Law
Unsur-unsur Rule of Law menurut A.V. Dicey terdiri dari:
1.
2.
3.

Supremasi aturan-aturan hukum;
Kedudukan yang sama di dalam menghadapi hukum;
Terjaminnya hak-hak asasi manusia oleh undang-undang serta keputusankeputusan pengadilan.

D. Prinsip-prinsip Rule of Law di Indonesia
 Prinsip-prinsip Rule of Law secara formal tertera dalam pembukaan UUD
1945 yang menyatakan:
1. "Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh
sebab itu, maka penjajahan diatas dunia harus dihapuskan karena tidak
sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan.";
2. "Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampailah
kepada saat yang berbahagia dengan selamat sentosa mengantarkan rakyat
Indonesia ke depan pintu gerbang kemerdekaan negara Indonesia, yang
merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur.";
3. "Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu pemerintah negara
Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah
darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan
kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial…”;
4. “…disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu UndangUndang Dasar negara Indonesia…”;
5. “…kemanusiaan yang adil dan beradab,”;
6. “…serta dengan mewujudkan suatu “keadilan sosial” bagi seluruh rakyat
Indonesia.”

15

Prinsip-prinsip tersebut pada hakikatnya merupakan jaminan secara
formal terhadap “rasa keadilan” bagi rakyat Indonesia dan juga “keadilan sosial”,
sehingga

Pembukaan

UUD

1945

bersifat

tetap

dan

instruktif

bagi

penyelenggaraan negara. Dengan demikian, inti dari Rule of Law adalah jaminan
adanya keadilan bagi masyarakat, terutama keadilan sosial. Prinsip-prinsip di atas
merupakan

dasar

hukum

pengambilan

kebijakan

bagi

penyelengagara

negara/pemerintahan, baik di tingkat pusat maupun daerah, yang berkaitan
dengan jaminan atas rasa keadilan terutama keadilan sosial.
 Prinsip secara hakiki dalam penyelenggara pemerintah
Prinsip-prinsip Rule of Law secara hakiki (materiil) sangat erat kaitannya
dengan “the enforcement of the rules of law” dalam penyelenggaraan
pemerintahan terutama dalam hal penegakan hukum dan implementasi prinsipprinsip Rule of Law. Berdasarkan pengalaman berbagai negara dan hasil kajian
menunjukkan bahwa keberhasilan “the enforcement of the rules of law”
tergantung kepada kepribadian nasional masing-masing bangsa (Sunarjati
Hartono, 1982). Hal ini didukung oleh kenyataan bahwa Rule of Law merupakan
institusi sosial yang memiliki struktur sosiologis yang khas dan mempunyai akar
budayanya yang khas pula. Rule of Law ini juga merupakan legalisme, suatu
aliran pemikiran hukum yang didalamnya terkandung wawasan sosial, gagasan
tentang hubungan antar manusia, masyarakat dan negara, yang dengan demikian
memuat nilai-nilai tertentu yang memiliki struktur sosiologisnya sendiri.
Legalisme tersebut mengandung gagasan bahwa keadilan dapat dilayani melalui
pembuatan sistem peraturan dan prosedur yang sengaja bersifat objektif, tidak
memihak, tidak personal, dan otonom. Secara kuantitatif, peraturan perundangundangan yang terkait dengan Rule of Law telah banyak dihasilkan di negara kita,
namun implementasi/penegakannya belum mencapai hasil yang optimal,
sehingga rasa keadilan sebagai perwujudan pelaksanaan Rule of Law belum
dirasakan sebagian besar masyarakat.

E. Strategi Pelaksanaan Rule of Law
Agar pelaksanaan (pengembangan) Rule of Law berjalan efektif sesuai dengan yang
diharapkan, maka:

16

1. Keberhasilan “the enforcement of the rules of law” harus didasarkan pada
corak masyarakat hukum yang bersangkutan dan kepribadian nasional
masing-masing bangsa;
2. Rule of Law yang merupakan institusi sosial harus didasarkan pada akar
budaya yang tumbuh dan berkembang pada bangsa;
3. Rule of Law sebagai suatu legalisme yang memuat wawasan sosial, gagasan
tentang hubungan antar manusia, masyarakat dan negara, harus dapat
ditegakkan secara adil, dan hanya memihak kepada keadilan.
Untuk mewujudkan hal tersebut, perlu dikembangkan hukum progresif (Satjipto
Rahardjo, 2004), yang memihak hanya kepada keadilan itu sendiri, bukan sebagai alat
politik yang memihak kepada kekuasaan seperti seperti yang selama ini
diperlihatkan. Hukum progresif merupakan gagasan yang ingin mencari cara untuk
mengatasi keterpurukan hukum di Indonesia secara lebih bermakna. Asumsi dasar
hukum progresif bahwa “hukum adalah untuk manusia”, bukan sebaliknya, hukum
bukan merupakan institusi yang absolut dan final, hukum selalu berada dalam proses
untuk terus menerus menjadi (law as process, law in the making). Hukum progresif
memuat kandungan moral yang sangat kuat, karene tidak ingin menjadikan hukum
sebagai teknologi yang tidak bernurani, melainkan sustu institusi yang bermoral yaitu
kemanusiaan. Hukum progresif peka terhadap perubahan-perubahan dan terpanggil
untuk tampil melindungi rakyat untuk menuju ideal hukum. Hukum progresif
menolak keadaan status quo, ia merasa bebas untuk mencari format, pikiran, asas
serta aksi-aksi, karena “hukum untuk manusia”.
Arah dan watak hukum yang dibangun harus berada dalam hubungan yang
sinergis dengan kekayaan yang dimiliki bangsa Indonesia, atau “back to law and
order”, kembali kepada orde hukum dan ketaatan dalam konteks Indonesia. Artinya,
bangsa Indonesia harus berani mengangkat “Pancasila” sebagai alternatif dalam
membangun “negara berdasarkan hukum” versi Indonesia sehingga dapat menjadi
“Rule of Moral” atau “Rule of Justice” yang bersifat “ke-Indonesia-an” yang lebih
mengedepankan “olah hati nurani” daripada “olah otak”, atau lebih mengedepankan
komitmen moral.
F. Dinamika Pelaksanaan Rule of Law
17

Dalam Proses Penegakan hukum di Indonesia di lakukan oleh lembaga penegak
hukum yang terdiri dari:
 Kepolisian
Fungsinya memelihara keamanan dalam negeri. Yang memiliki tugas pokok
yaitu:
-

Memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat;
Menegakan Hukum;
Memberi perlindungan, pengayoman dan pelayanan

kepada

masyarakat.
Wewenang kepolisian adalah sebagai berikut:
- Mengawasi aliran yang menimbulkan perpecahan dan mengancam
-

persatuan dan kesatuan bangsa;
Melakukan penangkapan, penahanan, penggeledahan, dan penyitaan;
Melaksanakan pemeriksaan khusus sebagai bagian dari tindakan

-

kepolisian dalam rangka pencegahan;
Memberikan bantuan pengamanan dalam sidang dan pelaksanaan

-

putusan pengadilan, kegiatan instansi lain, serta kegiatan masyarakat;
Memberikan izin dan mengawasi kegiatan keramaian umum dan

-

kegiatan masyarakat lainnya;
Memberikan izin melakukan pengawasan senjata api, bahan peledak,
dan senjata tajam.

 Kejaksaan
Wewenang dan tugas kejaksaan:
- Melakukan penuntutan;
- Melaksanakan penetapan hakim dan putusa pengadilan yang telah
-

memperoleh kekuatan hukum tetap;
Melakukan pengawasan tehadap

pelaksanaan

putusan

pidana

masyarakat, putusan pidana pengawasan, dan keputusa lepas
-

bersyarat;
Melakukan penyidikan terhadap tindak pidana tertentu berdasarkan

-

undang-undang;
Melengkapi berkas perkara tertentu dan untuk itu dapat melakukan
pemeriksaan tambahan sebelum dilimpahkan ke pengadilan dan dalam
pelaksanaannya dikoordinasikan dengan penyidik.

18

 KPK (Komisi Pemberantasn Korupsi)
KPK di tetapkan dengan UU no 20 tahun 2002 dengan tujuan meningkatkan
daya guna dan hasil guna terhadap pemberantasan tindak pidana korupsi.
Tugas KPK:
- Berkoordinasi dengan instansi lain yang berwenang melakukan
-

pemberantasan tindak pidana korupsi;
Supervisi terhadap instansi yang

-

pemberantasan tindak pidana korupsi;
Melakukan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan terhadap tindak

-

pidana korupsi;
Melakukan tindakan-tindakan pencegahan tindak pidana korupsi;
Melakukan monitor terhadap penyelenggaraan pemerintahan Negara.

-

wewenang KPK;
Melakukan pengawasan, penelitian, penelaahan, terhadap instansi

berwenang

melakukan

yang menjalankan tugas dan wewenang dengan pemberantasan tindak
-

korupsi;
Mengambil alih penyidikan dan penuntutan terhadap pelaku tindak

-

korupsi yang sedang dilakukan oleh kepolisian dan kejaksaan;
Menetapkan system pelaporan dalam kegiatan pemberantasan korupsi;
Meminta laporan instansi terkait mengenai pencegahan tindak pidana

-

korupsi;
Hanya menangani perkara korupsi yang terjadi setelah 27 Desember

-

2002;
Peradilan tindak pidana korupsi tidak bisa berjalan dengan landasan
hukum UU KPK.

 Badan peradilan
1) Mahkamah Agung (MA) merupakan puncak kekuasaan kehakiman di
Indonesia. MA mempunyai kewenangan:
- Mengadili pada tingkat kasai terhadap putusan yang diberikan pada
-

tingkat terakhir oleh peradilan;
Menguji peraturan perundang- undangan di bawah undang-undang

-

terhadap Undang-undang;
Kewnangan lain yang ditentukan undang-undang.

2) Mahkamah Konstitusi (MK) merupakan lembaga peradilan pada tingkat
pertama dan terakhir:
- Menguji undang-undang terhadap UUD 1945;
- Memutuskan sengketa kewenangan lembaga

Negara

yang

kewenangannya diberikan oleh UUD 1945;
19

-

Memutuskan pembubaran parpol;
Memutuskan perselisihan tentang hasil pemilihan umum.

3) Peradilan Tinggi dan Negeri merupakan peradilan umum di tingkat provinsi
dan kabupaten. Fungsi kedua peradilan tersebut adalah menyelenggarakan
peradilan baik pidana dan perdata di tingkat kabupaten, dan tingkat banding di
peradilan tinggi. Pasal 57 UU No. 8 tahun 2004 menetapkan agar peradilan
memberikan prioritas peradilan terhadap tindak korupsi, terorisme, narkotika
atau psikotropika pencucian uang, dan selanjutnya tindak pidana.

20