Analisis Manajemen Resiko pada PT Bank M

TUGAS KELOMPOK MANAJEMEN RESIKO

Analisis Manajemen Resiko pada
PT Bank Mandiri Tbk
Disusun Oleh

:

Marissa Catellya Arifin

090907001

Feri Kurniawan

090907073

Marlina Deliana

090907083

Sony Fahmi Siregar


090907121

DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI BISNIS
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA



PENGANTAR

Aktivitas suatu badan usaha atau perusahaan pada dasarnya tidak dapat dilepaskan dari
aktivitas mengelola resiko. Operasi suatu badan usaha atau perusahaan biasanya berhadapan
dengan resiko usaha dan resiko non usaha. Imam Ghazali dalam Kasidy, Manajemen Resiko
(2010) menyatakan bahwa, resiko usaha adalah resiko yang berkaitan dengan usaha perusahaan
untuk menciptakan keunggulan bersaing dan memberikan nilai bagi pemegang saham.
Sedangkan resiko non usaha adalah resiko lainnya yang tidak dapat dikendalikan oleh
perusahaan.
Manajemen resiko merupakan desain prosedur serta implementasi prosedur untuk
mengelola suatu resiko usaha. Manajemen resiko merupakan antisipasi atas semakin

kompleksnya aktivitas badan usaha atau perusahaan yang dipicu oleh perkembangan ilmu
pengetahuan dan kemajuan teknologi (Kasidi, 2010). Perbankan adalah badan yang paling
potensial mengalami kegagalan akibat resiko. Tercatat berbagai macam bank yang telah gagal
akibat resiko yang tidak dapat dikendalikan, beberapa dinyatakan bangkrut (collapse) seperti
Westminster Bank Inggris, Baring Bank London dan Bank Century dan bank lain yang pernah
mengalami permasalahan akibat resiko dalam bidang finansial seperti Citibank, Bank Syariah
Bukopin dan Bank Mandiri (Masyhud Ali, 2006)
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), resiko adalah akibat yang kurang
menyenangkan (merugikan, membahayakan) dari suatu perbuatan atau tindakan. Resiko dalam
Webster’s Desk Dictionary resiko didefinisikan sebagai suatu potensi adanya kehilangan (Iban
Sofyan, 2004)
Definisi lain yang menjelaskan tentang pengertian resiko adalah kemungkinan terjadinya
penyimpangan dari harapan yang dapat menimbulkan kerugian. Resiko adalah suatu
kemungkinan terjadinya peristiwa menyimpang dari apa yang diharapkan, namun penyimpangan
ini baru terlihat bila sudah berbentuk kerugian (Kasidy, 2010). Pendapat lain juga diutarakan
oleh Abbas Salim dalam Kasidy (2010) Resiko adalah ketidakpastian yang mungkin melahirkan
kerugian (loss). Sehingga dari beberapa definisi yang telah diutarakan, dapat diambil kesimpulan
bahwa resiko adalah sesuatu yang belum pasti namun apabila tidak ditangani dengan tepat akan
menimbulkan kerugian bagi usaha tersebut.
Studi Kasus:

Kasus yang menjadi salah satu topik menarik terkait dengan manajemen resiko adalah
kasus Penggelapan Bank Mandiri. Salah satu oknum pegawai Kantor Cabang Pembantu Rawa
Lumbu Bekasi PT Bank Mandiri Tbk melakukan kerja sama ilegal dengan Manajer Keuangan
PT Mexdie Sekawan Utama, Yekti Sartono yang mencairkan cek ilegal di Bank Mandiri senilai
Rp 720 juta pada 5 Mei 2010. Pengambilan cek ini menyalahi prosedur perbankan karena
otoritas cek adalah dua orang, yakni Anang Syifudin dan Muhammar Fauzan serta stempel

7

perusahaan harus diterakan. Namun cek tersebut hanya ditandatangani satu orang dan itu diduga
dipalsukan (stempel palsu dan asli berbeda dengan specimen yang ada di bank).
Sampai saat ini kasus Bank Mandiri ini belum ditindaklanjuti lagi lebih jauh oleh pihakpihak terkait. Bank Mandiri berpegang teguh pada pendirian mereka yang mengatakan bahwa
Risk Management adalah bagian dari proses bisnis yang dapat memberikan kontribusi melalui
penerapan risk management untuk mencapai return yang optimal bagi stakeholder yakni
pemegang saham, masyarakat, nasabah, pemerintah dan pihak-pihkan yang berhubungan dengan
bank (Masyhud Ali, 2006). Di dalam tulisan ini selanjutnya akan dibahas bagaimana kaitan kasus
Bank Mandiri dengan faktor penyebab, jenis dan sumber resiko, serta bagaimana Bank Mandiri
mampu mengatasi permasalahan resiko tersebut.

I.


ISI
IDENTIFIKASI RESIKO
a. Klasifikasi Kerugian

Pada kasus Bank Mandiri, terdapat beberapa potensi kerugian yang akan diderita Bank
Mandiri. Yang pertama adalah kerugian finansial dalam jumlah yang sangat besar (720 juta
rupiah) serta resiko hilangnya reputasi yang dapat mengancam keberlangsungan perusahaan ke
depannya. Tidak dapat dipungkiri, akibat adanya pencairan ilegal akan mampu menimbulkan
ketidakpercayaan masyarakat (social distrust) dari para nasabah terhadap sistem manajemen dan
sekuritas finansial bank tersebut. Resiko finansial dapat berujung pada resiko likuiditas, yakni
resiko yang mengakibatkan suatu perbankan mengalami kegagalan untuk membayar hutang
jangka pendeknya. Masalah ini apabila terus dibiarkan tanpa ditangani lebih lanjut juga akan
membawa perbankan pada resiko kegagalan bank dalam membayar hutang jangka panjangnya
(solvabilitas).
Salah satu cara alternatif sistem pengklasifikasian kerugian di perusahan Mandiri adalah:
1. Kerugian Finansial


Kerugian langsung berupa merosotnya reputasi sehingga pendapatan perusahaan

menurun



Kerugian pendapatan seperti penghentian operasional perusahaan yang disebabkan oleh
suatu kerugian dimana tidak dapat ditempatinya ruang kerja tertentu



Kerugian mengganti kewajiban hak orang lain artinya membayar uang kepada korban
penipuan.
7



Kerugian membayar denda-denda yang disebabkan oleh adanya tuntutan hukum,
ketiadaan peraturan perundang-undangan yang mendukung.




Kerugian biaya dalam membangun citra positif kembali kepada masyarakat.

2. Kerugian Reputasi


Kerugian adanya publikasi negatif yang terkait dengan kegiatan usaha bank atau persepsi
negatif terhadap bank



Kerugian berkurangnya tingkat kepercayaan para pemegang saham perusahaan



Kerugian sulitnya untuk bersaing dengan kompetitor



Kerugian kredibilitas perusahaan menurun di masyarakat


Kerugian lainnya adalah kerugian yang ditimbulkan oleh resiko kepatuhan pegawai
(compliance). Pegawai yang tidak patuh dapat merusak keseluruhan sistem kerja. Hal ini
disebabkan karena ketidakpatuhan yang dibuatnya dapat mengganggu koordinasi dan
pelimpahan tanggung jawab oleh atasannya. Kerahasiaan perusahaan pun dapat terancam dengan
munculnya pegawai seperti ini. Mereka akan cenderung mengupayakan berbagai hal untuk
memuaskan kepentingan sendiri meskipun harus melanggar peraturan.

b. Faktor Penyebab Resiko
Dua faktor penyebab resiko adalah bencana (perils) dan bahaya (hazards). Banjir, tanah
longsor, gempa, gelombang laut tinggi merupakan contoh-contoh bencana yang secara langsung
dapat menimbulkan kerugian. Sementara bahaya terbagi atas beberapa jenis :
1. Bahaya fisik (physical hazard) misalnya berhubungan dengan fasilitas bangunan
suatu perusahaan,
2. Bahaya moral (moral hazard) misalnya sikap ketidakjujuran atau
ketidakdisiplinan.
3. Bahaya morale (morale hazard) misalnya sikap yang tidak hati-hati ataupun
kurangnya perhatian dari pihak-pihak terkait dalam suatu perusahaan.
4. Bahaya karena hukum atau peraturan (legal hazard) misalnya akibat mengabaikan
undang-undang atau peraturan yang telah ditetapkan.
Pada Kasus Bank Mandiri, faktor penyebab terjadinya resiko adalah berasal dari moral

para pegawai Kantor Cabang Pembantu Bank Mandiri. Pegawai tersebut melakukan pencairan
7

cek ilegal yang menimbulkan kerugian besar terhadap keuangan Bank Mandiri tersebut. Masalah
kepatuhan juga merupakan resiko yang harus ditanggung Bank Mandiri pada kasus pencairan
cek illegal tersebut. Pegawai seharusnya menjadi pihak yang taat dan patuh terhadap peraturan
perusahaan dan menjunjung tinggi integritas dan nama baik perusahaan, bukan dengan
melanggar peraturan yang telah ditetapkan oleh perusahaan itu.
Bahaya moral tidak hanya mengancam Bank Mandiri saja, kasus lain akibat moral dari
para pegawai suatu badan/perusahaan misalnya yang terjadi pada kasus Citibank Indonesia yang
terlibat pada permasalahan penggelapan dana nasabah. Akibatnya bank tersebut tidak hanya
menderita kerugian finansial, tapi juga resiko reputasi, bahkan kepatuhan. Resiko reputasi dan
kepatuhan lebih membahayakan keberlangsungan perusahaan daripada resiko finansial.
Ketidakpercayaan masyarakat terhadap bank akan membuat bank tersebut kehilangan dana
karena masyarakat akan menarik kembali seluruh dana yang telah tertanam di bank tersebut
karena takut akan mengalami kerugian besar. Dana-dana yang ditarik tersebut sebenarnya
digunakan untuk menjalankan kegiatan perbankan, namun kerena ada penarikan sejumlah dana
dan ketidakinginan masyarakat untuk menabung lagi maka bank tersebut dapat terancam
likuiditasnya. Pada fase ini pemerintah dapat melakukan intervensi dengan menutup bank.
c. Sumber Penyebab Resiko

Sumber resiko dapat diklasifikasikan menjadi beberapa jenis :
1.

2.

3.

Resiko Sosial, resiko ini berasal dari masyarakat. Artinya tindakan orang-orang
menciptakan penyimpangan yang dapat merugikan. Misalnya : pencurian, huruhara, peperangan.
Resiko Fisik, berasal dari fenomena alam dan sebagian tingkah laku manusia.
Kebakaran adalah penyebab utama cidera fisik, kematian maupun kerusakan
harta.
Resiko ekonomi, misalnya inflasi, resesi, fluktuasi dan harga.

Pada kasus Bank Mandiri di atas, sumber resiko berasal dari permasalahan sosial. Ada
sekelompok orang yang melakukan pencurian sehingga menimbulkan kerugian besar terhadap
Bank Mandiri (Kasidy , 2010). Oknum yang terlibat dalam kasus pencairan cek secara illegal ini
secara langsung dapat dikatakan sebagai pihak yang bertanggung jawab atas kerugian bank.
Resiko ini cenderung bisa lebih membahayakan daripada resiko fisik ataupun ekonomi. Karena
resiko ini datangnya dari hati nurani seseorang atau sekelompok manusia, sehingga yang harus

memperbaikinya adalah pihak tersebut. Tidak seperti resiko fisik, pemerintah dapat
menanggulanginya dengan membuat gedung baru misalnya, atau seperti resiko ekonomi, dengan
intervensi pemerintah tingkat inflasi dapat diatur.
d. Jenis Resiko
7

Resiko dapat dibagi menjadi dua kelompok yakni :
1. Resiko nonsistematis, yakni resiko yang dapat dihilangkan atau dikurangi melalui
suatu diversifikasi atau tindakan pencegahan dan penanggulangan resiko.
2. Resiko sistematis, resiko yang tidak dapat dihilangkan atau dikurangi melalui
diversifikasi, biasanya berhubungan dengan pasar atau kejadian yang dapat secara
sistematis akan mempengaruhi posisi pasar (Iban Sofyan, 2004)
Selain itu, Kasidy (2010) membagi jenis resiko menjadi dua yakni :
1. Resiko spekulatif, yakni resiko yang mengandung dua kemungkinan, baik yang
menguntungkan mupun merugikan. Contohnya : perjudian, pembelian saham atau
valuta asing.
2. Resiko murni, yakni resiko yang hanya mengandung satu kemungkinan yakni
kemungkinan rugi saja. Contoh : banjir, gempa, gunung meletus dan lain-lain.
Bank Mandiri dalam hal ini dapat digolongkan ke dalam kategori resiko nonsistematis
serta resiko spekulatif. Artinya, Bank Mandiri masih dapat dicegah di kemudian hari untuk

menghindari peristiwa yang sama. Misalnya seperti yang telah diterapkan Bank Mandiri selama
ini dengan membuat Laporan Profil Resiko (LPR) yang menggambarkan penilaian terhadap
resiko komposit bank, atau resiko yang dipandang dari sudut pandang bank dan unit bisnis
terkait (Masyhud Ali, 2006). Sementara dikatakan resiko spekulatif, karena resiko ini
sebenarnya dapat memberikan dua alternatif bagi pelaku pencairan cek ilegal, apabila tidak
diketahui tindakan ini akan menguntungkan si pelaku, namun di sisi lain merugikan perbankan.
Sebaliknya bila diketahui seperti yang telah terjadi, maka ini akan menimbulkan kerugian bagi si
pelaku kejahatan tersebut dan bank dapat dihindarkan dari permasalahan yang lebih serius lagi.

II.

CARA PENGENDALIAN RESIKO

Ada beberapa cara yang dapat ditempuh perbankan dalam mengatasi resiko ataupun
mencegah terjadinya resiko yang sama ke depannya. Beberapa cara tersebut telah diterapkan
Bank Mandiri dalam manajemen resiko perusahaannya.
1. Melakukan tata kelola resiko secara terpadu dengan pengimplementasian tanggung
jawab dan keseuaian kompetensi masing-masing pihak yang terkait. Misalnya seperti
Dewan Komisaris, Direksi, Risk & Capital Committee (RCC), unit risk management
dan unit business yang telah berinteraksi dan bersinerji secara optimal.
2. Bank Mandiri menyusun profil resiko dalam suatu Laporan Profil Resiko, dan
digunakan sebagai laporan pada Bank Indonesia. Dengan demikian, bank dapat
memusatkan perhatiannya pada jenis-jenis resiko yang memiliki tendensi memburuk
atau melebihi kebijakan toleransi bank pada resiko tertentu.
7

3. Studi kasus juga mengungkapkan bahwa Bank Mandiri telah mempersiapkan tenaga
profesionalnya di bidang resiko. Sekaligus juga begaimana Bank Mandiri melakukan
persiapan untuk mengimplementasikan Basel II Accord yang menjadi penanggung
jawab dari seluruh inisiatif strategis bank terkait kepatuhan pegawai.
4. Bank menetapkan kebijakan pengelolaan resiko likuiditas. Misalnya dengan
pemeliharaan cadangan likuiditas yang optimal, pengukuran dan penetapan limit
resiko likuiditas, merancang analisis scenario dan contingency plan, penetapan
strategi pendanaan dan mempertahankan kapasitas dana yang cukup di pasar
(Masyhud Ali, 2006).



KESIMPULAN

 Bank Mandiri menderita kerugian finansial, reputasi dan masalah kepatuhan akibat
adanya pencairan cek ilegal. Hal ini mengindikasikan bahwa Bank Mandiri perlu lebih
meningkatkan sistem manajemen resikonya. Kerugian-kerugian tersebut sangat
berdampak pada keberlangsungan Bank Mandiri ke depannya., terutama masalah
kepercayaan masyarakat.
 Beberapa hal yang dapat dilakukan Bank Mandiri dalam mengatasi resiko yang terjadi
misalnya dengan menyusun profil resiko, mempersiapkan tenaga kerja yang handal di
bidang resiko, menetapkan kebijakan pengelolaan likuiditas, serta melakukan tata kelola
resiko terpadu.


DAFTAR PUSTAKA

Ali, Masyhud. 2006. Manajemen Resiko. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada
Iban, Sofyan. 2004. Manajemen Resiko. Jakarta : Graha Ilmu
Kasidi. 2010. Manajemen Resiko. Jakarta : Ghalia Indonesia

7