NILAI KETUHANA SEBAGAI DASAR DALAM KEHID

MAKALAH
NILAI KETUHANAN
SEBAGAI DASAR DALAM KEHIDUPAN BERAGAMA DAN BERNEGARA
Diajukan untuk memenuhi tugas Ujian Akhir Semester mata kuliah
“Pancasila dan Kewarganegaraan”

Dosen Pengampu :
Teguh Setiabudi, M. H

Disusun oleh:
Ahmad Zakki Maulana
14320079

FAKULTAS HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM
MALANG
2015

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr. wb.

Segala puja dan puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan
anugrahnya, penulis telah dapat menyusun dan menyelesaikan makalah yang berjudul “Nilai
Ketuhanan Sebagai Dasar Dalam Kehidupan Beragama Dan Bernegara” .
Sholawat serta salam selalu tercurah limpahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad
SAW yang telah membawa kita dari alam yang penuh dengan kebodohan kepada alam yang
penuh dengan ilmu pengetahuan.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis telah mendapat bantuan moril dan material dari
berbagai pihak, baik itu dalam bentuk bimbingan maupun fasilitas-fasilitas yang penulis
butuhkan. Oleh karena itu penulis tidak lupa pada kesempatan kali ini ingin mengucapkan terima
kasih yang tak terhingga kepada :
1. Kedua orang tua yang selalu memberikan doa, dorongan, dan telah memberikan fasilitas
yang nyaman dalam pengerjaan makalah ini.
2. Teguh Setiabudi, M. H selalu Dosen mata kuliah Pancasila dan Kewarganegaraan yang
telah membimbing dan selalu mengarahkan penulis dalam penyelesaian makalah ini.
3. Kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Penulisan makalah ini dibuat guna melengkapi tugas Ujian Akhir Semester dari mata kuliah
Pancasila dan Kewarganegaraan. Hasil penulisan makalah ini diharapkan dapat berguna bagi para
pembacanya agar dapat mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama antara
pemeluk agama dengan penganut kepercayaan yang berbeda-beda terhadap Tuhan Yang Maha
Esa.

Penyusunan makalah ini tidak berniat untuk mengubah materi yang sudah tersampaikan,
namun hanya lebih pendekatan pada studi banding atau membandingkan beberapa penjelasan
yang sama dari berbagai referensi. Hal ini diharapkan bisa menambah pemahaman pada hal yang
terkait dengan sila pertama Pancasila, yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa.

Pembuatan makalah ini menggunakan metode studi pustaka, yaitu mengumpulkan dan
mengkaji materi Pancasila dan Kewarganegaraan dari berbagai referensi. Penulis menggunakan
metode pengumpulan data ini, agar makalah yang penulis susun dapat memberikan informasi
yang lebih akurat dan bisa dipercaya. Penyampaian pembandingan materi dari referensi yang satu
dengan yang lainnya akan menyatu dalam satu makalah ini.
Kami sadar, dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, kritik
dan saran yang bersifat postif sangat di harapkan, guna penulisan makalah yang lebih baik di
masa yang akan datang. Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan
menjadi sumbangan pemikiran kepada pembaca. Amin.

Wassalamu’alaikum wr. wb.
Malang, 20 Mei 2015

Penulis


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................................................i
DAFTAR ISI.......................................................................................................................................ii

BAB I: PENDAHULUAN.................................................................................................................1

A. Pendahuluan.................................................................................................................1
B. Rumusan masalah.........................................................................................................2
C. Tujuan pembahasan......................................................................................................2

BAB II: PEMBAHASAN..................................................................................................................3

A. Arti Sila Ketuhanan Yang Maha Esa............................................................................3
B. Makna sila Ketuhanan Yang Maha Esa........................................................................4
C. Pokok-pokok yang terkandung dalam sila Pertama.....................................................6
D. Butir-butir pancasila sila Ketuhanan Yang Maha Esa..................................................8
E. Penerapan Pancasila sila Pertama dalam kehidupan berbangsa ..................................10
F. Sikap toleransi antar umat beragama ...........................................................................11


BAB III: PENUTUP..........................................................................................................................13
A. Kesimpulan............................................................................................................................. 13
B. Saran....................................................................................................................................... 13

DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pancasila merupakan pandangan hidup, dasar negara, dan pemersatu bangsa Indonesia
yang majemuk. Mengapa begitu besar pengaruh Pancasila terhadap bangsa dan negara Indonesia?
Kondisi ini dapat terjadi karena perjalanan sejarah dan kompleksitas keberadaan bangsa
Indonesia seperti keragaman suku, agama, bahasa daerah, pulau, adat istiadat, kebiasaan budaya,
serta warna kulit jauh berbeda satu sama lain tetapi mutlak harus dipersatukan.
Pancasila sebagai dasar negara memang sudah final. Menggugat Pancasila halnya akan
membawa ketidakpastiaan. Bukan tidak mungkin akan timbul kesalahan yang memecah-belah
eksistensi negara kesatuan. Akhirnya Indonesia akan tercecer menjadi negara-negara kecil yang
berbasis agama dan suku. Untuk menghindarinya maka penerapan hukum-hukum agama (juga
hukum-hukum adat) dalam sistem hukum negara menjadi penting untuk diterapkan. Pancasila
yang diperjuangkan untuk mengikat agama-agama dan suku-suku itu harus tetap mengakui jati

diri dan ciri khas yang dimiliki setiap agama dan suku.
Sila pertama Pancasila, yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa, mengandung makna adanya
keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, yang menciptakan alam semesta beserta isinya.
Diantara makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang berkaitan dengan sila ini ialah manusia.
Sebagai Maha Pencipta, kekuasan Tuhan tidaklah terbatas, sedangkan selain-Nya adalah terbatas.
Bangsa Indonesia mempunyai latar belakang yang sangat beragam. Perbedaan itu meliputi
banyak aspek kehidupan, mulai dari suku, agama, ras dan bahasa. Masyarakatnya terdiri dari
berbagai penganut agama dan kepercayaan sejak sebelum kemerdekaan. Walaupun demikian
bangsa ini tetap berusaha keras untuk mempertahankan kesatuan dengan semboyan bhinneka
tunggal ika yang bahkan tertera pada lambang negara.
Namun walaupun demikian tidak seluruh rakyat Indonesia bisa menempatkan diri dalam
kerangka itu. Sebagian rakyat Indonesia tersebut tidak mendapatkan pendidikan yang cukup
mengenai hal tersebut. Ada yang kurang beruntung karena hanya melihat perilaku pemimpin

mereka yang jauh dari penghayatan dan pengamalan Pancasila sebagaimana mestinya. Akibatnya
mereka pun tidak bisa menjadi pengamal Pancasila yang benar.
Kondisi masyarakat Indonesia seperti itulah yang mengarahkan pemikiran penulis untuk
membahas mengenai Pancasila Sila Pertama dalam makalah ini.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis merumuskan beberapa rumusan masalah

untuk menspesifikasikan dan mengklasifikasikan pokok masalah yang akan dikaji. Adapun
masalah yang akan dianalisa adalah :
1. Apakah arti dan makna sila pertama Pancasila “Ketuhanan Yang Maha Esa”?
2. Apakah pokok-pokok yang terkandung dalam sila pertama?
3. Apa sajakah butir-butir pengamalan Pancasila sila pertama?
4. Bagaimanakah penerapan sila pertama Pancasila dalam kehidupan berbangsa saat ini?
5. Apa yang dimaksud dengan sikap toleransi antar umat beragama?
C. Tujuan Pembahasan
Untuk meningkatkan daya imajinasi dan nalar mengenai masalah sila pertama, diperlukan
tujuan pembahasan dalam makalah Ujian Akhir Semester ini supaya terarah dan mudah diterima
oleh pembaca akan penjelasan yang dikaji. Tujuan pembahasan makalah ini adalah sebagai
berikut :
1. Mengerti arti dan makna sila pertama Pancasila “Ketuhanan Yang Maha Esa” sebagai
landasan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
2. Mengetahui pokok-pokok yang terkandung dalam sila pertama
3. Mengetahui dan memahami butir-butir pengamalan Pancasila sila pertama.
4. Menerapkan sila pertama Pancasila beserta nilai-nilai yang terkandung di dalamnya
dalam kehidupan sehari-hari dengan sebaik-baiknya.
5. Memahami sikap toleransi antar umat beragama


BAB II
PEMBAHASAN

A. Arti Sila Ketuhanan Yang Maha Esa
Nilai ketuhanan Yang Maha Esa Mengandung arti adanya pengakuan dan keyakinan
bangsa terhadap adanya Tuhan sebagai pancipta alam semesta. Dengan nilai ini menyatakan
bangsa indonesia merupakan bangsa yang religius bukan bangsa yang ateis. Nilai ketuhanan juga
memilik arti adanya pengakuan akan kebebasan untuk memeluk agama, menghormati
kemerdekaan beragama, tidak ada paksaan serta tidak berlaku diskriminatif antar umat beragama.
Pancasila sila pertama yang berbunyi Ketuhanan Yang Maha Esa berarti bahwa negara
mengakui adanya Tuhan. Tuhan merupakan pencipta seluruh alam semesta ini. Yang Maha Esa
berarti Maha Tunggal, tiada sekutu bagi-Nya, Esa dalam zat-Nya, dalam sifat-Nya maupun dalam
perbuatan-Nya. Tuhan sendirilah yang maha mengetahui, dan tiada yang sanggup menandingi
keagungan-Nya. Tidak ada yang bisa mengatur-Nya karena Tuhan mengatur segala aturan. Tuhan
tidak diciptakan oleh makhluk lain melainkan Tuhan yang Menciptakan segalanya. Bahagia,
tertawa, sedih, tangis, duka dan gembira juga Tuhan yang menentukan.
Selanjutnya Sila Ketuhanan Yang Maha Esa mencerminkan sifat bangsa Indonesia yang
percaya bahwa ada kehidupan lain di masa nanti setelah kehidupan di dunia sekarang. Hal ini
memberikan dorongan untuk mengejar nilai-nilai yang dianggap luhur yang akan membuka jalan
bagi kehidupan yang baik di masa akan datang (akhirat). Hal ini menyebabkan prinsip Ketuhanan

Yang Maha Esa dianggap sebagai sumber pokok dari nilai-nilai kehidupan bangsa Indonesia,
termasuk sumber pokok atau norma dasar dari segala peraturan-peraturan masyarakat, yang
mengatur hubungan antara manusia dengan manusia, baik sebagai perseorangan maupun
kelompok masyarakat, dan hubungan antar umat dan penciptanya.
Dengan demikian Ketuhanan Yang Maha Esa mengandung makna adanya keyakinan
terhadap Tuhan Yang Maha Esa Tunggal, yang menciptakan alam semesta beserta isinya. Dan

diantara makhluk ciptakan Tuhan Yang Maha Esa yang berkaitan dengan sila ini ialah manusia.
Sebagai Maha Pencipta, kekuasaan Tuhan tidaklah terbatas, sedangkan selain-Nya terbatas.

B. Makna sila Ketuhanan Yang Maha Esa
Percaya dan taqwa kepada Tuhan yang maha Esa sesuai dengan agama dan
kepercayaannya masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.
Menghormati serta bekerjasama antara pemeluk agama dan penganut-penganut
kepercayaan yang berbeda-beda sehingga terbina kerukunan hidup.
Saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan
kepercayaan masing-masing.
Tidak memaksakan suatu agama atau kepercayaannya kepada orang lain.
Frasa Ketuhanan Yang Maha Esa bukan berarti warga Indonesia harus memiliki agama
monoteis namun frasa ini menekan ke-Esaan dalam beragama.

Menjamin penduduk untuk memeluk agama masing-masing dan beribadah menurut
agamanya.
Negara memberi fasilitas bagi tumbuh kembangnya agama dan iman warganegara dan
mediator ketika terjadi konflik agama
Bertoleransi dalam beragama, dalam hal ini toleransi ditekankan dalam beribadah
menurut agama masing-masing.
Manusia sebagai makhluk yang ada di dunia ini seperti halnya makhluk lain diciptakan
oleh penciptaannya. Pencipta itu adalah Causa Prima yang mempunyai hubungan dengan yang
diciptakannya. Manusia sebagai makhluk yang dicipta wajib menjalankan perintah Tuhan dan
menjauhi larangan-Nya. Dalam konteks bernegara, maka dalam masyarakat yang berdasarkan
Pancasila, dengan sendirinya dijamin kebebasan memeluk agama masing-masing. Sehubungan
dengan agama itu perintah dari Tuhan dan merupakan sesuatu yang harus dilaksanakan oleh
manusia sebagai makhluk yang diciptakan oleh Tuhan, maka untuk menjamin kebebasan tersebut
di dalam alam Pancasila seperti kita alami sekarang ini tidak ada pemaksaan beragama, atau
orang memeluk agama dalam suasana yang bebas dan mandiri. Oleh karena itu dalam masyarakat

Pancasila dengan sendirinya agama dijamin berkembang dan tumbuh subur dan konsekuensinya
diwajibkan adanya toleransi beragama.
Jika ditilik secara historis, memang pemahaman kekuatan yang ada di luar diri manusia
dan di luar alam yang ada ini atau adanya sesuatu yang bersifat adikodrati (di atas / di luar yang

kodrat) dan yang transeden (yang mengatasi segala sesuatu) sudah dipahami oleh bangsa
Indonesia sejak dahulu. Sejak zaman nenek moyang sudah dikenal paham animisme, dinamisme,
sampai paham politheisme. Kekuatan ini terus saja berkembang di dunia sampai masuknya
agama-agama Hindu, Budha, Islam, Nasrani ke Indonesia, sehingga kesadaran akan monotheisme
di masyarakat Indonesia semakin kuat. Oleh karena itu tepatlah jika rumusan sila pertama
Pancasila adalah Ketahuan Yang Maha Esa
Keberadaan Tuhan tidaklah disebabkan oleh keberadaban daripada makhluk hidup dan
siapapun, sedangkan sebaliknya keberadaan dari makhluk dan siapapun justru disebabkan oleh
adanya kehendak Tuhan. Karena itu Tuhan adalah Prima Causa yaitu sebagai penyebab pertama
dan utama atas timbulnya sebab-sebab yang lain.
Negara Indonesia didirikan atas landasan moral luhur, yaitu berdasarkan Ketahuan Yang
Maha Esa yang sebagai konsekuensinya, maka negara menjamin kepada warga negara dan
penduduknya untuk memeluk dan untuk beribadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya,
seperti pengertian yang terkandung dalam:
1. Pembukaan UUD 1945 alinea ketiga, yang antara lain berbunyi:
“Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa….” dari bunyi kalimat ini membuktikan
bahwa negara Indonesia bukan negara agama, yaitu negara yang didirikan atas landasan agama
tertentu, melainkan sebagai negara yang didirikan atas landasan Pancasila atau negara Pancasila.
2. Pasal 29 UUD 1945
a. Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa

b. Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya
masing-masing dan untuk beribadah menurut agamanya dan kepercayaannya itu
Oleh karena itu di dalam negara Indonesia tidak boleh ada pertentangan dalam hal
Ketuhanan Yang Maha Esa, dan sikap atau perbuatan yang anti terhadap Ketuhanan Yang Maha
Esa, anti agama. Sedangkan sebaliknya dengan paham Ketuhanan Yang Maha Esa ini hendaknya

diwujudkan kerukunan hidup beragama, kehidupan yang penuh toleransi dalam batas-batas yang
diizinkan oleh atau menurut tuntutan agama masing-masing, agar terwujud ketentraman dan
kesejukan di dalam kehidupan beragama .
Untuk senantiasa memelihara dan mewujudkan 3 model hidup yang meliputi:


Kerukunan hidup antar umat seagama



Kerukunan hidup antar umat beragama



Kerukunan hidup antar umat beragama dan Pemerintah
Di dalam memahami sila pertama Ketuhanan Yang Maha Esa, hendaknya para pemuka

agama senantiasa berperan di depan dalam menganjurkan kepada pemeluk agama masing-masing
untuk menaati norma-norma kehidupan beragama yang dianutnya.
Sila pertama ini menjadi sumber utama nilai-nilai kehidupan bangsa Indonesia, yang
menjiwai dan mendasari serta membimbing perwujudan dan Sila kedua sampai dengan Sila
kelima.

C. Pokok-pokok yang terkandung dalam sila Pertama
1.

Pernyataan pengakuan bangsa Indonesia pada adanya dan kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa.
Pernyataan ini tidak saja dapat terbaca dalam Pembukaan UUD 1945 dimana perumusan
Pancasila itu terdapat tetapi dijabarkan lagi dalam tubuh UUD 1945 itu sendiri pasal 29 ayat
1, yang berbunyi sebagai berikut :
“ Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa ”
Adanya pernyataan pengakuan dasar Ketuhanan Yang Maha Esa secara yuridis

konstitutional ini, mewajibkan pemerintah/aparat Negara untuk memelihara budi pekerti
kemanusiaan yang luhur dan memegang teguh cita-cita moral rakyat yang luhur.
Dengan demikian dasar ini merupakan kunci dari keberhasilan bangsa Indonesia untuk
menuju pada apa yang benar, baik, dan adil. Dasar ini merupakan pengikat moral bagi pemerintah
dalam menyelenggarakan tugas-tugas Negara, seperti memajukan kesejahteraan umum dan
mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan social.

2.

Menurut agama dan kepercayaannya (pasal 29 ayat 2 UUD 1945), jaminan kemerdekaan
beragama yang secara yuridis konstitutional ini membawa konsekuensi pemerintah sebagai
berikut:


Pemerintah wajib memberi dorongan dan kesempatan terhadap kehidupan keagamaan
yang sehat.



Pemerintah memberi perlindungan dan jaminan bagi usaha-usaha penyebaran agama, baik
penyebaran agama dalam arti kwalitatif maupun kwantitatif.



Pemerintah melarang adanya paksaan memeluk/meninggalkan suatu agama.



Pemerintah melarang kebebasan untuk tidak memilih agama.
Pengakuan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, kehidupan beragama bangsa Indonesia tidak

bisa dipisahkan dengan sila-sila yang lain. Oleh karena itu kehidupan beragama harus dapat
membawa persatuan dan kesatuan bangsa, harus dapat mewujudkan nilai-nilai kemanusiaan yang
adil dan beradap, harus dapat menyehatkan pertumbuhan demokrasi, sehingga membawa seluruh
rakyat Indonesia menuju terwujudnya keadilan dan kemakmuran lahir dan batin. Dalam hal ini
berarti bahwa sila pertama memberi pancaran keagamaan, memberi bimbingan pada pelaksanaan
sila-sila yang lain.
3.

Sebagai sarana untuk mewujudkan kesatuan dan persatuan bangsa, maka asas kebebasan
memeluk agama ini harus diikuti dengan asas toleransi antar pemeluk agama, saling
menghargai dan menghormati antara pemeluk agama yang satu dengan pemeluk agama yang
lain dalam menjalankan ibadah menurut agama mereka masing-masing.

4.

Kehidupan

beragama

tidak

bisa

dipisahkan

sama

sekali

dari

kehidupan

duniawi/kemasyarakatan. Dua-duanya merupakan satu sistem sebagaimana satunya jiwa dan
raga dalam kehidupan manusia. Agama sebagai alat untuk mengatur kehidupan di dunia,
sehingga dapat mencapai kehidupan akhirat yang baik. Kehidupan beragama tidak bisa lepas
dari pembangunan masyarakat itu sendiri, bangsa dan negara demi terwujudnya keadilan dan
kemakmuran materi maupun spiritual bagi rakyat Indonesia. Semakin kuat keyakinan dalam
agama, semakin besar kesadaran tanggungjawabnya kepada Tuhan, bangsa, dan negara,
semakin besar pula kemungkinan terwujudnya kesejahteraan, kemakmuran, dan keadilan
bagi bangsa itu sendiri.

D. Butir-butir pancasila sila Ketuhanan Yang Maha Esa
Sila pertama berbunyi ‘Ketuhanan Yang Maha Esa’. Sesuai dengan Pedoman
Panghayatan dan Pengamalan Pancasila (P4) yang tercantum dalam Tap. MPR No.II/MPR/1978
tentang butir-butir pengamalan pancasila, sila pertama ini mempunyai makna bahwa :
1. Bangsa Indonesia menyatakan kepercayaannya dan ketakwaannya kepada Tuhan Yang
Maha Esa sesuai dengan agama dan kepercaannya masing-masing menurut dasar
kemanusiaan yang adil dan beradab.
2. Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama antra pemeluk agama
dengan penganut kepercayaan yang berbeda-beda terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
3. Membina kerukunan hidup di antara sesama umat beragama dan kepercayaan terhadap
Tuhan Yang Maha Esa
4. Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa adalah masalah yang
menyangkut hubungan pribadi manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa.
5. Mengembangkan sikap saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan
agama dan kepercayaanya masing masing.
6. Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa kepada
orang lain.
Berdasarkan butir-butir sila pertama tersebut, telah jelas bahwa masyarakat Indonesia
diberi kebebasan untuk memeluk agama dan kepercayaan masing-masing. Tidak ada paksaan
untuk memeluk suatu agama. Hal ini juga dijelaskan dalam undang-undang dasar 1945 pasal 29,
ayat 1 dan 2. Ayat 1 berbunyi “Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa”, sedangkan
ayat 2 berbunyi “Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya
masing-masing dan untuk beribadat menurut agama dan kepercayaannya itu.
Manusia selain merupakan mahluk ciptaan Tuhan juga merupakan mahluk sosial, yang
berarti bahwa manusia memerlukan pergaulan dengan manusia lainnya. Setiap manusia perlu
bersosialisasi dengan anggota masyarakat lainnya.

Bangsa Indonesia yang beraneka agama, menjalankan ibadahnya masing - masing dimana
pemeluk melaksanakan ajaran agama sesuai dengan norma agamanya. Agar tidak terjadi
pertentangan antara pemeluk agama yang berbeda, maka hendaknya dikembangkan sikap
toleransi beragama, yaitu sikap hormat menghormati sesama pemeluk agama yang berbeda, sikap
menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai ajaran agama masing-masing, dan tidak
boleh memaksakan suatu agama kepada orang lain. Toleransi beragama tidak berarti bahwa
ajaran agama yang satu bercampur aduk dengan ajaran agama lainnya.

E. Penerapan Pancasila sila Pertama dalam kehidupan berbangsa
Kita manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan harus mempunyai suatu kewajiban untuk
beriman dan bertakwa dalam kehidupan sehari-hari, kita banyak melakukan berbagai kegiatan.
seperti berdagang, bertani, guru, pengusaha, dan sebagainya. selain itu, kita selalu mengadakan
hubungan dalam bentuk komunikaasi dengan orang lain.
Perbuatan yang kita lakukan tersebut, perlu dilandasi dengan iman dan takwa yang kuat.
Mengapa? Sebab jika perbuatan itu tidak dilandasi dengan iman dan takwa, manusia akan lepas
kendali. Bila keadaannya demikian, manusia cenderunng mempunyai sifat ingin mencari,
berkuasa, dan sombong.
Contoh:
 Kita tahu, bahwa sekarang serba cangih. Salah satunya adalah diciptakannya pesawat
ulang-alik oleh bangsa Amerika. Pesawat ini dapat pergi ke bulan dengan waktu yang
singkat dan dapat ditumpangi manusia. Dalam perbuatan dan penggunaan alat ini bila
tidak dilandasi dengan rasa iman dan takwa, manusia cenderung bersifat sombong. Maka
akan menimbulkan bencana untuk sendirinya.
 Menjalankan ibadah sesuai dengan agama masing-masing dengan sungguh. Kita jangan
sampai salah mengerti akan arti beribadah. Beribadah itu tidak hanya sekedar
bersembahyang atau berdoa di tempat-tempat ibadah, seperti masjid, gereja, kuil, pagoda,
atau pura. Melainkan harus diimbangi dengan perbuatan-perbuatan baik sesuai dengan

perintah Tuhan. Menjalankan perintah-Nya, yaitu menjalankan perintah dan menjauhi
larangan.
 Menyayangi binatang; menyayangi tumbuh-tumbuhan dan merawatnya; selalu menjaga
kebersihan dan sebagainya. Dalam Islam bahkan ditekankan, bahwa Allah tidak suka pada
orang-orang yang membuat kerusakan di muka bumi, tetapi Allah senang terhadap orangorang yang selalu bertaqwa dan selalu berbuat baik. Lingkunagn hidup Indonesia yang
dianugerahkan Tuhan Yang Maha Esa kepada rakyat dan bangsa Indonesia merupakan
karunia dan rahmat-Nya yang wajib dilestarikan dan dikembangkan kemampuannya agar
tetap dapat menjadi sumber dan penunjang hidup bagi rakyat dan Bangsa Indonesia serta
makhluk hidup lainnya demi kelangsungan dan peningkatan kualitas hidup itu sendiri.
Sungguh disayangkan, bila ada orang yang mengaku beriman dan beragama, tetapi
perbuatannya sehari-hari masih suka berjudi, menipu, memfitnah, membunuh sesama manusia,
mencuri, merampok, memperkosa, dan sebagainya. untuk itu, kita harus mawas diri (intropeksi).

F. Sikap toleransi antar umat beragama
Karena kita sebagai makhluk social, tidak bisa lepas dari bantuan rang lain. Jadi sikap
toleransi itu sangatlah perlu dilakukan , sebagai makhluk social yang memerlukan bantuan
terlebih dahulu maka kitalah yang hendaknya terlebih dahulu mengembangkan sikap toleransi itu,
sebelum orang lain yang bertoleransi kepada kita . jadi jika kita memerlukan bantuan orang lain,
maka dengan tidak ragu lagi orang itu pasti akan membantu kita, karena terlebih dahulu kita
sudah membina hubungan baik dengan mereka yaitu saling bertoleransi
Sikap toleransi akan menciptakan adanya kerukunan hidup. Jika dalam suatu masyarakat
masing - masing individu tidak yakin bahwa sikap toleransi akan menciptakan adanya kerukunan,
maka bisa dipastikan jika dalam masyarakat tersebut tidak akan tercipta kerukunan. Sikap
toleransi dapat diartikan pula sebagai sikap saling menghargai, jika kita sudah saling menghargai
otomatis akan tercipta kehudupan yang sejahtera.
Disini terlihat jelas bahwa upaya untuk mempererat hubungan manusia dengan manusia
tidak bisa lepas dari usaha toleransi, karena seperti apa yang sudah kita ketahui bahwa sikap

toleransi sama pengertiannya dengan saling menghormati dan menghargai satu sama lain dan
saling gotong royong membantu masyarakat lainnya.
Kehidupan gotong royong dapat kita lihat baik dari lingkungan didesa maupun kota.
Sebagai contohnya : Jika ada anggota keluarga yang meninggal dunia, tanpa diundang tetangga tetangga pasti akan datang turut berbelasungkawa. Hal tersebut sudah menunjukkan bahwa sudah
terjalinnya sikap toleransi dalam bermasyarakat.
Adapun hidup saling membantu dan tolong menolong antar sesama umat manusia dengan
penuh tenggang rasa bersumber dari rasa kemanusiaan dan merupakan perbuatan yang luhur.
Maka dari itu dapat ditarik kesimplan bahwa toleransi sangat erat hubungannya dengan
usaha menpererat hubungan manusia dengan manusia, karena adanya toleransi dalam kehidupan
sehari-hari akan tercipta kehidupan yang harmonis, sejahtera an damai.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Makna dari pancasila sila pertama adalah adanya hubungan antara manusia dengan tuhan
karena manusia adalah makhluk Tuhan. Hal itu di aplikasikan dengan kita menganut agama dan
menjalankan syariat sesuai dengan agama masing – masing. Sehingga meskipun agama berbeda
tetapi tujuannya adalah sama yaitu berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa. Negara juga
berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa. Rumusan yang demikian ini menunjukan bahwa
Negara Indonesia Yang berdasar pancasila adalah bukan negara sekuler yang memisahkan agama
dan negara. Warga Negara Indonesia juga di beri kebebasan dalam hal memeluk agama menurut
kepercayaan dan keyakinan mereka.
B. Saran
Penulis ingin memberikan sedikit pandangan bahwa kita sebagai manusia perlu melandasi
keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dalam setiap perbuatan, sebab jika
tidak dilandasi dengan iman dan takwa, manusia akan lepas kendali yaitu mempunyai sifat ingin
mencari yang lebih, berkuasa, dan sombong.
Sebagai generasi penerus bangsa, kita harus mengembangkan sikap percaya dan takwa
terhadap Tuhan Yang Maha Esa yaitu dengan cara pembinaan, yaitu dengan keteladanan dan
memberikan penyuluhan. Hal itu semua harus kita terapkan dalam kehidupan keluarga,
lingkungan sekolah/kampus, serta lingkungan masyarakat.
Sehingga dengan berpedoman kepada Pancasila terhadap Ketuhanan Yang Maha Esa
sesama manusia dapat mengembangkan sikap saling menghormati kebebasan menjalankan
ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing dan tidak dapat memaksakan
suatu agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa Kepada orang lain.

DAFTAR PUSTAKA

Wahjono, Padmo. 1993. Bahan-bahan pedoman penghayatan dan pengamatan pancasila.
Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Fadjar, A. Malik, dkk. 1992. Pancasila dasar filsafah negara, prinsip-prinsip pengembangan
kehidupan beragama. Yogyakarta: UMM-Press
Kansil, Christine S.T. 2006. Modul pancasila dan kewarganegaraan. Jakarta: PT. Pradnya
Paramita
Ali, Mukti, dkk. 1997. Agama dalam pergumpulan masyarakat kontemporer. Yogyakarta: PT.
Tiara Wicana Yogya
_____________. 1966. Mengamankan sila ketuhanan jang maha esa. Jakarta: ___________
Budiyono, Kabul. 2009. Pendidikan pancasila untuk perguruan tinggi. Bandung: Alfabeta