IMPLEMENTASI MUSYARAKAH DALAM LEMBAGA KE

IMPLEMENTASI MUSYARAKAH DALAM LEMBAGA KEUANGAN
SYARIAH
Makalah
Disusun untuk memenuhi tugas
Mata Kuliah

:

Fiqh Muamalah

Dosen Pengampu

:

Taufiq Hidayat, Lc, MIS

Disusun Oleh :
M. Labib Fahmi Arif (132411194)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG

TAHUN 2014/2015

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Naluri humanis akan membutuhkan yang lain tidak terbantahkan oleh semua ahli ilmu
apapun, asalkan masih kategori makhluk sosial meminta tolong adalah hal yang wajib
dilakukannya di setiap hela nafasnya, ialah manusia, sosok yang tercipta dengan segala
kekurangannya dalam memenuhi setiap kebutuhannya tetapi tak lupa pula Sang Pencipta
memberikannya berbagai kelebihan agar antara satu orang dengan orang lainnya saling
mencukupi dan menolong demi kesejahteraan bersama.
Sistem ekonomi yang semakin berkembang mengharuskan para manusia untuk terus
berusaha demi menafkahi anak maupun cucunya, menjadi wirausaha maupun mengerjakan
proyek menjadi salah satu opsi demi profit tinggi, tetapi terkadalang modal pun menjadi
hambatan permasalahan ini, islam datang menawarkan transaksi yang tetap terbatasi oleh
hukum agama dengan iming-iming keberkahan di dalamnya.
Akad syirkah menjadi pilihan yang diberikan demi terwujudnya kebersamaan serta sikap
tolong menolong antar manusia dalam mewujudkan visi yang sama antar pihak, kata
“manusia terbaik adalah manusia yang berguna bagi manusia lainnya” pun menjadi motivasi
demi lancarnya transaksi ini, tetapi banyak macam juga syarat yang mesti dipelajari untuk
memahami akad kerjasama ini agar batas syari’ah tidak ditabrak oleh egoisme yang tinggi.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Akad Musyarakah?
2. Apa Saja Macam-macam Akad Musyarakah?
3. Apa Saja Syarat, Rukun, dan Yang Membatalkan Akad Musyarakah?
4. Bagaimana Implementasi Musyarakah dalam LKS?

PEMBAHASAN
A. Pengertian Akad Musyarakah
Musyarakah (‫ )مشاركة‬dalam gramatikal bahasa arab merupakan isim masdar (sumber) dari
lafadz ‫ يشارك‬-‫ شارك‬yang berarti saling berserikat atau bekerja sama, dalam bahasa inggris
musyarakah sering disebut dengan kata partnership atau project financing participation, tetapi
secara istilah musyarakah adalah akad kerja sama antara dua pihak ataupun lebih atas suatu
usaha tertentu dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi serta kesepakatan bahwa
keuntungan dan risiko akan ditanggung bersama sesuai perjanjian yang ada, 1 atau seperti yang
dikemukakan Wahbah az-Zuhaily dalam kitabnya bahwa pengertian musyarakah adalah:
‫المشاركة هي الختلط أي خلط أحد المالين بالخر بحيث ل يمتزان عن بعضها‬
“Musyarakah adalah bercampur yakni bercampurnya salah satu dari dua harta dengan yang
lainnya, sehingga tidak dapar dibedakan antara keduanya”2
Derivasi dari kata musyarakah disebut secara jelas dalam al-Qur’an di surat an-Nisa’ ayat 12
yang berbunyi:

        
        
‫ …… الية‬       
“……., Jika seseorang mati, baik laki-laki maupun perempuan yang tidak meninggalkan ayah dan tidak
meninggalkan anak, tetapi mempunyai seorang saudara laki-laki (seibu saja) atau seorang saudara perempuan
(seibu saja), Maka bagi masing-masing dari kedua jenis saudara itu seperenam harta. tetapi jika saudara-saudara
seibu itu lebih dari seorang, Maka mereka bersekutu dalam yang sepertiga itu, ……”

Selain surat di atas, dalam surat Shaad ayat 24 juga menunjukkan ayat tentang perkongsian,
tetapi tidak secara jelas memakai derivasi dari kata ‫مشاركة‬, tetapi memakai lafadz yang sinonim
denganya yang berbunyi:
     
     
‫الية‬....   
“….., Sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang berserikat itu sebahagian mereka berbuat zalim kepada
sebahagian yang lain, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh; dan Amat sedikitlah
mereka ini….”

Kedua ayat diatas menunjukkan landasan dari al-Qur’an tentang dibolehkannya akad
musyarakah, sedangkan landasan hukumnya dalam Haditsnya yaitu:


1 Syafi’i Antonio, Bank Syariah:Dari Teori Ke Praktik, (Jakarta:Gema Insani, 2001), hal. 90
2 Wahbah Zuhaili, Al-Fiqh Al-Islamiy wa Adillatuh, Juz 4, (Daar Al-Fikr: Damaskus, 1989) , hal. 792

‫ فاذا خانه خرجت من‬,‫ مالم يخن أحدهما صاحبه‬,‫ أ نا ثالث الشركين‬: ‫ ان الله يقول‬: ‫ رفعه قال‬,‫عن أبي هريرة‬
(‫بينهما )رواه أبوا داود والحاكم‬.
“Dari Abu Hurairah yang dirafa’kan kepada Nabi SAW, bahwa Nabi SAW bersabda, sesungguhnya Allah SWT
berfirman : “ aku adalah pihak ketiga antara dua orang yng berserikat selama salah satu pihak tidak menghianati
pihak yang lain. jika salah satu pihak telah berkhianat, aku keluar dari mereka “. ( HR. Abu Daud dari Abu
Hurairah ).

Hadits qudsi di atas pun menunjukkan bahwa Allah membolehkan hambaya untuk saling
bekerjasama satu sama lain, bahkan Allah selalu menyertai kedua belah pihak selama keduanya
masih menjunjung tinggi amanat yang telah diembannya dan menjauhi pengkhinatan dalam
perjanjiannya.3
Kesepakatan kebolehan akad musyarakah juga berdasarkan dari ijma’ ulama yang berbunyi:
“Ibn Qudamah dalam bukunya Al Mughni 5/109 telah berkata: “Kaum Muslimin telah
berkonsensus akan legitimasi musyarakah secara global walaupun terdapat perbedaan
pendapat dalam beberapa elemen dari padanya”.4


B. Macam-macam Akad Musyarakah
Akad musyarakah atau biasa disebut syirkah secara umum terbagi dalam 2 macam, yaitu
syirkah amlak dan syirkah uqud, masing-masing dari keduanya pun mempunyai definisi dan
pembagian yang berbeda, adapun penjelasannya secara tafshily adalah sebagai berikut:
1. Musyarakah Kepemilikan ( ‫) شركة الملك‬
Syirkah amlak adalah kerjasama antara dua orang maupun lebih dalam hal kepemilikan
suatu barang tanpa melalui transaksi musyarakah, musyarakah semacam ini mempunyai 2
bentuk:




‫( شركة الختيار‬sukarela), yaitu perkongsian yang muncul atas kesediaan kedua belah
pihak untuk memiliki suatu barang, contohnya ada dua orang yang ditawari atau
diberi hibah untuk memiliki satu tanah, dalam hal ini keduanya boleh menolak
untuk bekerjasama tetapi jika keduanya menerima maka otomatis akan timbul
syirkah atas kepemilikan tanah tersebut.
‫( شركة الجباري‬terpaksa), adalah perserikatan atas suatu harta oleh dua pihak
maupun lebih yang muncul secara terpaksa (tidak atas keinginan mereka),
contohnya adalah perserikatan dalam hal warisan antara saudara seibu, seperti

yang telah ditunjukkan dalam QS. an-Nisa’: 12.5

3 Ibid., hal. 91
4 Karnaen Perwataatmadja dan Muhammad Syafi’i Antonio, Apa dan Bagaimana Bank Islam, (Yogyakarta: Dana
Bhakti Wakaf, 1992), hal. 24
5 Wahbah az-Zuhaili, Fiqh Islam Wa Adillatuhu jilid 5, terj. Abdul Hayyie, dkk, (Jakarta: Gema Insani, 2011), hal.
422

2. Musyarakah Kontrak ( ‫) شركة العقود‬
Persekutuan kontrak yaitu bentuk kerjasama yang timbul melalui penyataan akad (ijab dan
qobul) dari dua pihak maupun lebih untuk menjalankan suatu usaha maupun perkongsian
dalam suatu harta yang disertai dengan pembagian keuntungan dan kerugian, syirkah ‘uqud
terbagi menjadi lima menurut hanabilah, sedangkan ulama fiqh yang lainnya (termasuk
Syafi’iyyah dan Malikiyyah) membagi musyarakah kontrak menjadi 4 bagian dengan
mengecualikannya syirkah mudharabah di dalamnya, berbeda lagi dengan Hanafiyyah yang
berpendapat bahwa akad ini memiliki enam bentuk, adapun penjelasan secara umum dari
masing-masing macam musyarakah oleh beberapa imam tadi adalah:
 ‫شركة العنان‬
Syirkah al-‘Inan adalah suatu bentuk perkongsian antara dua pihak dalam hal
modal serta adanya pembagian keuntungan berdasarkan nisbah yang telah

disepakati dan sama-sama menanggung kerugian berdasarkan porsi modal yang
disetorkan, dalam kontrak kerjasama ini tidak ada persyaratan kesamaan proporsi
modal yang diberikan antara kedua pihak, sehingga tergantung kesepakatan antara
mereka.
 ‫شركة المفاوضة‬
Syirkah al-mufawadhah adalah suatu bentuk perkongsian antara dua pihak dalam
hal modal serta adanya pembagian keuntungan dan kerugian, perbedaan bentuk
ini dengan syirkah di atas adalah adanya penekanan syarat kesamaan porsi dana
yang diberikan, kerja, tanggung jawab, dan beban usaha harus dibagi oleh
masing-masing pihak.6
 ‫شركة العمال أو البدان‬
Syirkah al-a’maal atau syirkah al-abdan yaitu bentuk kerja sama antara dua orang
atau lebih dalam hal bersama-sama mengerjakan suatu proyek kerja, adapun ujroh
(upah kerja) dapat dibagi sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati, contoh
kerjasama antara tukang batu dan tukang kayu dalam membangun suatu rumah.7
 ‫شركة الوجوه‬
Syirkah wujuh merupakan suatu kontrak antara dua pihak ataupun lebih yang
memiliki reputasi dan wibawa yang baik serta ahli dalam bisnis, 8 dalam hal ini
kedua pihak berserikat dalam membeli suatu barang tetapi tanpa menggunakan
modal atau dengan cara kredit, sehingga keduanya hanya berpegang pada

penampilan dan kepercayaan pedagang pada mereka.9
 ‫شركة المضاربة‬

6 Syafi’I Antonio, Bank Syariah:Dari Teori Ke Praktik., hal. 92
7 Ahmad Wardi Mushlich, Fiqh Muamalat, (Jakarta: Amzah, 2010), hal. 351
8 Syafi’I Antonio, Bank Syariah:Dari Teori Ke Praktik., hal. 93
9 Ahmad Wardi Mushlich, Fiqh Muamalat., hal. 350

Pada dasarnya akad mudharabah (‫ ) المضاربة‬merupakan bagian dari akad syirkah
dalam artian keduanya sama-sama berbentuk kontrak kerjasama, hanya saja dalam
akad mudharabah pihak satu memberikan modal dan pihak yang lain sebagai
orang yang bekerja (‫) عامل‬, sehingga banyak literatur membedakan antara kedua
macam akad ini, tetapi dalam akad ini (syrikah mudharabah) terkadang kedua
pihak dapat sama-sama berpartisipasi dalam modal bukan dalam pekerjaan
sehingga muncullah yang disebut mitra pasif dan mitra aktif.
Dari jenis-jenis syirkah di atas hanya syirkah ‘inan yang disepakati bersama atas
kebolehan hukumnya oleh semua kalangan ulama, sedangkan jenis lainnya masih menjadi
khilaf oleh para ulama madzhahib, pendapat tersebut adalah:
 Syafi’iyyah, Zhahiriyyah, dan Imamiyyah yang menganggap semua syirkah tidak
jawaz kecuali syirkah ‘inan dan mudharabah

 Hanabilah (pengikut imam Ahmad ibn Hanbal) memperbolehkan semua bentuk
diatas kecuali untuk syirkah mufawadhah berbeda halnya dengan Malikiyyah yang
hanya melarang akad musyarakah pada syirkah wujuh saja.
 Hanafiyyah dan Zaidiyyah memperbolehkan semua jenis syirkah tadi tanpa kecuali
dengan catatan syarat-syaratnya yang ditetapkan telah terpenuhi.10
C. Rukun, Syarat-syarat dan Batalnya Akad Musyarakah
Akad musyarakah tidak berbeda dengan berbagai akad yang lain dimana akad ini dapat
berjalan dengan baik (sah) jika semua rukun dan syarat-syaratnya terpenuhi, adapun rukun dari
musyarakah adalah:11
 ‫( عاقدين‬pelaku akad) yaitu para mitra usaha
 ‫( صيغة العقد‬ijab dan kabul)
 ‫( محلل العقد‬obyek akad) yaitu modal, pekerjaan, dan keuntungan
Sedangkan syarat-syarat dari musyarakah secara umum adalah:
 Jenis usaha fisikdapat diwakilkan kepada orang lain atau kepada mitra usahanya
 Keuntungan yang didapat dari hasil usaha harus diketahui dengan jelas dan Keuntungan
usaha dibagi sesuai kesepakatan, sedangan kemungkinan rugi dibagi sesuai dengan porsi
modal masing-masing.
 Semua modal disatukan sebagai modal usaha dan dikelola bersama. Setiap pemilik modal
mempunyai hak turut serta (sesuai dengan porsinya) dalam menetapkan kebijakan usaya
yang dijalankan oleh pengelola proyek (customer).

 Adanya transparansi dan diketahui para pihak terhadap biaya yang timbul dalam
pelaksanaan proyek serta jangka waktu proyek.
 Setelah pekerjaan (proyek) selesai, modal dikembalikan pada masing-masing pihak beserta
sejumlah bagi hasil.
 Akad hendaknya dibuat selengkap mungkin, sehingga menghindarkan risiko yang tidak
diinginkan di kemudian hari.
10 Ibid., hal. 346
11 Ascarya, Akad Dan Produk Bank Syari’ah, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006), hal. 52

Selain kesasihan akad, dalam musyarakah juga terdapat beberapa hal yang dapat menyebabkan
akad ini menjadi rusak/ batal, adapun secara umum hal-hal yang dapat membatalkan akad
musyarakah adalah:
 Pembatalan akad oleh salah satu pihak, pembatalan tersebut sah dilakukan karena akad
musyarakah tergolong akad yang ghair lazim sehingga pembatalan dari salah satu pihak
saja dapat merusak berjalannya akad ini.
 Meninggalnya salah satu anggota syirkah
 Murtadnya salah satu anggota serikat
 Gilanya peserta secara terus menerus12
D. Implementasi Akad Musyarakah dalam Lembaga Keuangan Syari’ah
Sejak munculnya fatwa DSN MUI nomer 08/ DSN-MUI/ IV/ 2000, akad musyarakah

mulai diterapkan di berbagai skema maupun produk dari kegiatan operasional lembaga
keuangan syari’ah baik itu IKB (Industri Keuangan Bank) maupun IKNB (Industri
Keuangan Non Bank) sendiri, dalam perkembangannya muncul juga akad musyarakah
dengan varian baru, akad tersebut biasa disebut sebagai musyarakah menurun atau MMQ
(Musyarakah Mutanaqisah) yang mulai berlaku dan legal sejak dirumuskannya fatwa nomer
73/ DSN-MUI/ XI/ 2008.
Pengertian dari Musyarakah Mutanaqisah sesuai dengan yang tertuang dalam lembar
fatwa diatas yaitu akad musyarakah atau Syirkah yang kepemilikan asset (barang) atau
modal salah satu pihak (syarik) berkurang disebabkan pembelian secara bertahap oleh pihak
lainnya,13 dalam dewasa ini pemakaian akad MMQ sedang dikembangkan dan dikaji lebih
dalam oleh pihak bank yang ditopang oleh BI (Bank Indonesia) serta OJK (Otoritas Jasa
Keuangan). Adapun beberapa skema maupun produk lembaga keuangan syari’ah yang
memakai akad musyarakah adalah:
1. Pembiayaan Modal Kerja, fasilitas ini merupakan yang sudah tidak asing lagi
untuk sektor mikro yang kebanyakan selalu membutuhkan suntikan modal demi
pengembangan usahanya, PMK ini kebanyakan berjalan menggunakan akad
mudharabah tetapi tidak menutup kemungkinan pihak LKS ataupun nasabah ikut
menyertakan modalnya dalam usaha tersebut sehingga dapat dikonversi menjadi
akad musyarakah.
2. PRKS (Pembiayaan Rekening Koran Syari’ah), rekening koran sendiri sama
dengan buku rekening tabungan biasa, dimana berisi tentang transaksi yang
dilakukan oleh bank kepada rekening nasabah, perbedaanya hanyalah pada
pemegang buku tersebut, karena rekening koran hanya diberikan kepada pemilik
rekening giro bukan untuk pemegang rekening biasa.
Adapun pengertian pembiayaan rekening koran syariah adalah fasilitas
pinjaman atau pembiayaan dari rekening koran dengan ketentuan yang disepakati
dan sesuai dengan prinsip syari’ah, tidak berbeda dengan bentuk pembiayaan

12 Ahmad Wardi Mushlich, Fiqh Muamalat., hal. 364
13 Lihat fatwa DSN MUI NO. 73/DSN-MUI/XI/2008 tentang Musyarakah Mutanaqisah

biasa, dalam produk PRKS ini juga dapat memakai akad musyarakah dengan bank
sebagai syarik yang menyetorkan modalnya dengan nasabah.14
3. Pembiayaan Ekspor, merupakan fasilitas yang digunakan untuk membiayai
kegiatan perdagangan nasabah yang berkaitan dengan transaksi ekspor, terkait
produk ini DSN (Dewan Syari’ah Nasional) sudah mengeluarkan fatwa tentang
letter of credit ekspor syari’ah, yaitu surat pernyataan akan membayar kepada
eksportir yang diterbitkan oleh Bank untuk memfasilitasi perdagangan ekspor
dengan pemenuhan persyaratan tertentu sesuai dengan prinsip syariah, dalam
pelaksanaannya produk ini dapat memakai akad musyarakah ataupun akad yang
lainnya.15
4. KPR (Kredit Pemilikan Rumah), yaitu fasilitas pembiayaan konsumtif yang
diberikan kepada masyarakat untuk membeli, membangun dan merenovasi rumah,
dimana inti dari produk ini adalah agar masyarakat terbantu dalam memiliki
rumah idamannya, akad yang banyak digunakan dalam KPR syari’ah adalah
musyarakah mutanaqisah.
Produk ini sedang banyak dijalankan oleh beberapa bank syari’ah baik BUS
(Bank Umum Syari’ah) maupun UUS (Unit Usaha Syari’ah), diantaranya adalah
BMI (Bank Muamalah Indonesia), OCBP NISP dan Bank Panin Syariah.16
Penggunaan akad MMQ pada produk KPR syari’ah pada saat ini belum
memberi andil besar terhadap pembiayaan di industri syari’ah, data April 2013
menunjukkan pembiayaan dengan akad ini baru mencapai 50,3 %, kontribusi
besar masih dipegang oleh sistem murabahah dengan proporsi 60,1% dari total
pembiayaan.17
5. Investasi di asuransi Syari’ah, adalah usaha saling melindungi dan tolongmenolong di antara sejumlah orang/pihak melalui investasi dalam bentuk aset dan
/ atau tabarru’ yang memberikan pola pengembalian untuk menghadapi resiko
tertentu melalui akad (perikatan) yang sesuai dengan syariah, 18 pengertian diatas
mengandung arti bahwa selain adanya dana tabarru’ dalam asuransi syari’ah juga
ada unsur investasi yang termasuk dalam akad tijari.
Pada fatwa nomer 21/DSN-MUI/X/2001 dijelaskan bahwa pada dasarnya akad tijari
dalam asuransi syari’ah berjalan dengan menggunakan akad mudharabah, tetapi pada
perkembanganya investasi dalam asuransi syari’ah juga dapat menggunakan akad
mudharabah musytarakah dimana akad ini adalah perpaduan antara mudharabah dan
musyarakah, dalam penggunaan akad tersebut pihak perusahaan asuransi yang
notabenenya sebagai mudharib juga ikut menyertakan modalnya dalam investasi nasabah
ke suatu portofolio.19
14 Lihat fatwa DSN MUI NO. 55/DSN-MUI/V/2007 tentang Pembiayaan Rekening Koran Syari’ah Musyarakah
15 Lihat fatwa DSN MUI NO. 35/DSN-MUI/IX/2002 tentang Letter Of Credit (L/C) Ekspor Syari’ah
16 http://www.tribunnews.com/bisnis/2015/06/05/panin-syariah-kembangkan-bisnis-kpr 10 juni 2015 15:07
17 http://www.republika.co.id/berita/ekonomi/syariah-ekonomi/13/06/13/mobsho-bi-skema-mmq-indent-tidaksejalan-dengan-fatwa-dsn
18 Lihat fatwa DSN MUI NO. 21/DSN-MUI/X/2001 tentang Pedoman Umum Asuransi Syari’ah
19 Lihat fatwa DSN MUI Nomer 51/DSN-MUI/III/2006 tentang Akad Mudharabah Musytarakah Pada Asuransi
Syariah

6. Line Facility, adalah fasilitas plafon pembiayaan bergulir dalam jangka waktu
tertentu dengan ketentuan yang disepakati dan mengikat secara moral (karena
berjalan dengan prinsip wa’ad) serta dijalankan sesuai prinsip syari’ah, produk ini
dapat dijalankan dengan akad murabahah, ijarah, istishna’, mudharabah, dan
musyarakah.20
Jalinan produk ini dijalankan oleh BCA syari’ah yang membentuk kerjasama
dengan BMT-UGT Sidogiri sejak 2013 hingga sekarang, khususnya dalam
fasilitas pembiayaan line facility PMK Musyarakah atau executing (revolving)
sebesar Rp. 30 miliar pada 2013 dan Rp. 20 miliar pada 2015.21
7. Linkage Program, merupakan bentuk kerjasama berupa pembiayaan oleh bank
syari’ah kepada LKMS (Lembaga Keuangan Mikro Syari’ah) seperti BMT
( Baitul Maal Wa Tamwil), BPRS (Bank Pembiayaan Rakyat Syari’ah), KJKS
(Koperasi Jasa Keuangan Syari’ah), dan lain-lain, selain kepada LKMS sasara
pembiayaan linkage ini juga tertuju kepada LKBB (Lembaga Keuangan Bukan
Bank) atau yang familiar dengan IKNB seperti pegadaian, asuransi, PMVD
(Perusahaan Modal Ventura Daerah), Asuransi, dan lain-lain, Linkage Program ini
dapat dijalankan dengan berbagai akad termasuk di dalamnya adalah akad
musyarakah, dan dalam layanan ini bank syari’ah mempunyai dua pola yaitu:
 Executing yaitu pola pembiayaan dari bank syariah kepada LKMS atau
LKBB untuk diteruskan kepada nasabah mereka dengan kebijakan penuh
berada di tangan lembaga-lembaga tersebut.
Channeling adalah pola pembiayaan oleh bank syari’ah kepada nasabah
LKMS/ LKBB dengan menjadikan LKMS/ LKBB hanya sebagai perantara
dalam penyerahan dana, dengan kebijakan pembiayaan berada di tangan bank
syari’ah.22
Linkage Program saat ini banyak dijalankan oleh beberapa bank syari’ah
seiring dengan pesatnya program micro finance oleh bank-bank di Indonesia,
salah satu bank syari’ah yang sedang mengembangkannya adalah BSB (Bank
Syari’ah Bukopin).23 (Republika.co.id)
Adapun contoh alur-alur dari transaksi dari pembiayaan modal kerja misalnya pada
sebuah perbankan syari’ah adalah:
1) Mengajukan permohonan investasi musyarakah oleh nasabah dengan pengisian
formulir permohonan pembiayaan modal kerja misalnya, formulir akan dijadikan
dokumen pendukung bagi pihak bank, setelah itu bank akan mengevaluasi
kelayakan investasi dengan 5 C dan 3 R (character, capacity, capital,



20 Lihat fatwa DSN MUI NO. 45/DSN-MUI/II/2005 tentang Line Facility
21http://megapolitan.kompas.com/read/2015/05/11/08372471/Pendidikan.Kewirausahaan.Jalan.Keluar.Kurangi.An
gka.Pengangguran 10 juni 2015 14:16
22 Lihat http://www.syariahmandiri.co.id/category/business-banking/small-banking-business/pembiayaan-linkage/
10 juni 2015 14:16
23 Lihat http://m.republika.co.id/berita/ekonomi/syariah-ekonomi/13/11/07/mvvp0x-salurkan-pembiayaan-mikrobsb-kembangkan-linkage-program 10 juni 2015 14:16

commitment/ condition, collateral, return, re-payment, dan risk) kemudian
dilakukan verifikasi, setelah kelayakan nasabah dan usahanya sudah terpenuhi
maka penandatanganan akad dapat dilaksanakan di hadapan notaris.
2) Bank dan nasabah mengeluarkan masing-masing modalnya dalam usaha tersebut
dengan nasabah berstatus sebagai mitra aktif dapat memulai kegiatan usahanya.
3) Hasil usaha dievalusasi pada waktu yang ditentukan berdasarkan kesepakatan,
keuntungan dibagi sesuai kesepakatan, sedangkan kerugian ditanggung
berdasarkan modal proporsional masing-masing mitra, dengan catatan kerugian
bukan disebabkan oleh kelalaian mitra aktif.
4) Bank menerima pengembalian modal dari nasabah, setelah semua modal sudah
dikembalikan, usaha tersebut dapat sepenuhnya menjadi milik nasabah.24

PENUTUP
Kesimpulan

24 Rizal Yaya dkk, Akuntansi Perbankan Syari’ah: Teori dan Praktik Kontemporer, (Jakarta:Salemba Empat,
2012), hal. 154

Akad musyarakah adalah kontrak kerjasama antara dua orang ataupun lebih dalam suatu usaha
dimana keduanya sama-sama memberi kontribusi baik dari segi modal, pekerjaan, keuntungan,
dan lain-lain, akad ini mempunyai beberapa jenis diantaranya adalah syirkah ‘inan, syirkah
wujuh, syirkah abdan/ a’maal, syirkah mufawadhah, dan syirkah mudharabah, dan dari berbagai
jenis tersebut hanya satu yang disepakati kebolehannya oleh para ulama sedangkan untuk jenis
yang lain terdapat khilaf (perbedaan pendapat) antar ulama.
Modern ini, akad musyarakah semakin berkembang sehingga muncul juga akad MMQ
(musyarakah mutanaqisah) yang dilegalkan lewat fatwa DSN MUI pada tahun 2008, selain itu
semua bentuk musyarakah juga marak diimplemetasikan ke berbagai produk yang ditawarkan di
dalam lembaga keuangan syari’ah, diantaranya: pembiayaan modal kerja (PMK), letter of credit
untuk kegiatan ekspor, KPR (Kredit Pemilikan Rumah), investasi pada asuransi syari’ah, dan
lain-lain.
Daftar Pustaka
















Antonio, Syafi’i. 2001. Bank Syariah:Dari Teori Ke Praktik. Jakarta: Gema Insani.
Yaya , Rizal, dkk. 2012. Akuntansi Perbankan Syari’ah: Teori dan Praktik Kontemporer.
Jakarta:Salemba Empat.
Az-Zuhaili, Wahbah. 1989. Al-Fiqh Al-Islamiy wa Adillatuh, Juz 4. Daar Al-Fikr:
Damaskus.
Perwataatmadja, Karnaen dan Muhammad Syafi’i Antonio. 1992. Apa dan Bagaimana
Bank Islam. Yogyakarta: Dana Bhakti Wakaf.
Az-Zuhaili, Wahbah. 2011. Fiqh Islam Wa Adillatuhu jilid 5. terj. Abdul Hayyie, dkk.
Jakarta: Gema Insani.
Mushlich, Ahmad Wardi. 2010. Fiqh Muamalat. Jakarta: Amzah.
Ascarya. 2006. Akad Dan Produk Bank Syari’ah. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Fatwa DSN MUI NO. 73/DSN-MUI/XI/2008 tentang Musyarakah Mutanaqisah
Fatwa DSN MUI NO. 55/DSN-MUI/V/2007 tentang Pembiayaan Rekening Koran
Syari’ah Musyarakah
fatwa DSN MUI NO. 35/DSN-MUI/IX/2002 tentang Letter Of Credit (L/C) Ekspor
Syari’ah
Fatwa DSN MUI NO. 21/DSN-MUI/X/2001 tentang Pedoman Umum Asuransi Syari’ah
Fatwa DSN MUI Nomer 51/DSN-MUI/III/2006 tentang Akad Mudharabah Musytarakah
Pada Asuransi Syariah
Fatwa DSN MUI NO. 45/DSN-MUI/II/2005 tentang Line Facility
http://www.syariahmandiri.co.id/category/business-banking/small-bankingbusiness/pembiayaan-linkage/ diakses pada tanggal 10 juni 2015 pukul 14:16
http://www.republika.co.id/berita/ekonomi/syariah-ekonomi/13/06/13/mobsho-bi-skemammq-indent-tidak-sejalan-dengan-fatwa-dsn diakses pada tanggal 10 juni pukul
14:47






http://www.tribunnews.com/bisnis/2015/06/05/panin-syariah-kembangkan-bisnis-kpr
diakses pada tanggal 10 juni 2015 pukul 15:07
http://m.republika.co.id/berita/ekonomi/syariah-ekonomi/13/11/07/mvvp0x-salurkanpembiayaan-mikro-bsb-kembangkan-linkage-program diakses pada tanggal 10 juni 2015
pukul 14:16
http://megapolitan.kompas.com/read/2015/05/11/08372471/Pendidikan.Kewirausahaan.J
alan.Keluar.Kurangi.Angka.Pengangguran diakses pada tanggal 10 juni 2015 pukul
14:16