Perkembangan Jiwa keagamaan usia Dewasa

Perkembangan Jiwa Keagamaan pada Usia
Dewasa dan Usia Lanjut
“Ditujukan untuk memenuhi tugas”
Mata Kuliah
Dosen
Jurusan

: Psikologi Agama
: Dra. Diah Nurita
: Tarbiyah - PAI (IV-B)

Di susun Oleh
Kelompok 4 (Empat )
- Fatimah Zahra
- Khalida
- Nur Asiyah
- Sri Kurniati

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM JAM’IYAH
MAHMUDIYAH TANJUNG PURA - LANGKAT
TAHUN PERIODE : 2016- 2017


KATA PENGANTAR

ْ‫حييم‬
‫ن ِالرر ح‬
‫مْ ِالل ح‬
‫ه ِالرر ي‬
‫بح ي‬
‫حمْ ح‬
‫س ح‬

Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Tuhan yang maha Esa
atas ridho dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas Makalah
ini

dengan

penuh

keyakinan


serta

usaha

maksimal.

Semoga

dengan

terselesaikannya tugas ini dapat memberi pelajaran positif bagi kita semua.
Selanjutnya penulis juga ucapkan terima kasih kepada ibu dosen mata
kuliah Psikologi Agama yang telah memberikan tugas Makalah ini kepada kami
sehingga dapat memicu motifasi kami untuk senantiasa belajar lebih giat dan
menggali ilmu lebih dalam khususnya mengenai “Perkembangan Jiwa
keagamaan pada usia Dewasa dan Usia Lanjut” sehingga dengan kami dapat
menemukan hal-hal baru yang belum kami ketahui.

Terima kasih juga kami sampaikan atas petunjuk yang di berikan sehingga

kami dapat menyelasaikan tugas Makalah ini dengan usaha semaksimal mungkin.
Terima kasih pula atas dukungan para pihak yang turut membantu
terselesaikannya laporan ini, ayah bunda, teman-teman serta semua pihak yang
penuh kebaikan dan telah membantu penulis.

Terakhir kali sebagai seorang manusia biasa yang mencoba berusaha
sekuat tenaga dalam penyelesaian Makalah ini, tetapi tetap saja tak luput dari
sifat manusiawi yang penuh khilaf dan salah, oleh karena itu segenap saran
penulis harapkan dari semua pihak guna perbaikan tugas-tugas serupa di masa
datang.

Tanjung Pura, Maret 2017

1

DAFTAR IS

2

KATA PENGANTAR...............................................................................................i

DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................1
e.

Rumusan Masalah.........................................................................................1

BAB II......................................................................................................................2
PEMBAHASAN......................................................................................................2
A. Pengertian Masa Dewasa dan Masa Usia Lanjut..........................................2
B. Karakteristik keberagamaan pada Orang Dewasa dan Usia Lanjut..............5
C. Faktor-faktor yang mempengaruhi keberagamaan........................................8
D. Perlakuan Terhadap Usia Lanjut Menurut Islam..........................................9
BAB III..................................................................................................................12
PENUTUP..............................................................................................................12
A. Kesimpulan.................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................13


3

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Psikologi agama meneliti dan menelaah kehidupan beragama pada
seseorang dan mempelajari berapa besar pengaruh keyakinan agama itu dalam
sikap dan tingkah laku, serta keadaaan hidup pada umumnya, selain itu juga
mempelajari pertumbuhan dan perkembangan jiwa agama pada seseorang, serta
faktor-faktor yang mempengaruhi keyakinan tersebut.
Dengan melihat pengertian psikologi dan agama dapatlah diambil
pengertian bahwa psikologi agama adalah cabang dari psikologi yang meneliti dan
menelaah kehidupan beragama pada seseorang dan mempelajari seberapa besar
pengaruh keyakinan agama itu dalam sikap dan tingkah laku sehari-hari serta
keadaan hidup pada umumnya. Untuk itu penulis akan mencoba memaparkan
tentang perkembangan jiwa keagamaan orang dewasa serta faktor-faktor yang.
mempengaruhi perkembangan keagamaan tersebut.

B. Rumusan Masalah
a.

b.
c.
d.

Apa pengertian usia dewasa dan usia lanjut?
Bagaimana perkembangaan keagamaan pada usia dewasa dan usia lanjut?
Bagaimana sikap keagaman pada usia dewasa dan usia lanjut?
Apa faktor yang mempengaruhi sikap keagamaan?

e. Rumusan Masalah
a. Untuk mengetahui pengertian usia dewasa dan usia lanjut
b. Untuk mengetahui perkembangaan keagamaan pada usia dewasa dan usia
lanjut.
c. Untuk mengetahui sikap keagaman pada usia dewasa dan usia lanjut
d. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi sikap keagamaan.

1

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Masa Dewasa dan Masa Usia Lanjut
1. Usia Dewasa

Sebagai akhir dari masa remaja adalah masa adolesen, walaupun ada juga
yang merumuskan masa adolesen ini kepada masa dewasa, namun demikian dapat
disebut bahwa masa adolesen adalah menginjak dewasa yang mereka mempunyai
sikap pada umumnya yaitu:
a. Dapat menentukan pribadinya.
b. Dapat menggariskan jalan hidupnya.
c. Bertanggung jawab.
d. Menghimpun norma-norma sendiri.1
Dan saat telah menginjak usia dewasa terlihat adanya kematangan jiwa
mereka; “Saya hidup dan saya tahu untuk apa,” menggambarkan bahwa di usia
dewasa orang sudah memiliki tanggung jawab serta sudah menyadari makna
hidup.2 Dengan kata lain, orang dewasa berusaha untuk mempertahankan nilainilai yang dipilihnya.

Elizabeth B. Hurlock membagi masa dewasa menjadi tiga bagian, yaitu:

a. Masa dewasa awal (masa dewasa dini/young adult)


Masa dewasa awal adalah masa pencaharian kemantapan dan masa
reproduktif yaitu suatu masa yang penuh dengan masalah dan ketegangan
emosional, priode isolasi social, priode komitmen dan masa ketergantungan
perubahan nilai-nilai, kreativitas dan penyesuaian diri pada pola hidup yang baru.
Masalah yang dihadapi adalah memilih arah hidup yang akan diambil dengan

1 http://hera-orgen.blogspot.com/p/perkenbangan-jiwa-keagamaan-orang
04.html.
2 Jalaluddin, Psikologi Agama, (Jakarta:PT Rajagrafindo Persada, 2007), hlm. 105.
2

menghadapi godaan berbagai kemungkinan pilihan.. Kisaran umurnya antara 21
tahun sampai 40 tahun.

b. Masa dewasa madya (middle adulthood)

Masa dewasa madya ini berlangsung dari umur empat puluh sampai enam
puluh tahun. Ciri-ciri yang menyangkut pribadi dan social antara lain; masa
dewasa madya merupakan masa transisi, dimana pria dan wanita meninggalkan
ciri-ciri jasmani dan prilaku masa dewasanya dan memasuki suatu priode dalam

kehidupan dengan ciri-ciri jasmani dan prilaku yang baru. Perhatian terhadap
agama lebih besar dibandingkan dengan masa sebelumnya, dan kadang-kadang
minat dan perhatiannya terhadap agama ini dilandasi kebutuhan pribadi dan sosial.

c. Masa usia lanjut (masa tua/older adult)

Usia lanjut adalah periode penutup dalam rentang hidup seseorang. Masa ini
dimulai dari umur enam puluh tahun sampai mati, yang ditandai dengan adanya
perubahan yang bersifat fisik dan psikologis yang semakin menurun. Adapun ciriciri yang berkaitan dengan penyesuaian pribadi dan sosialnya adalah sebagai
berikut; perubahan yang menyangkut kemampuan motorik, perubahan kekuatan
fisik, perubahan dalam fungsi psikologis, perubahan dalam system syaraf dan
perubahan penampilan. Dan kesederhanaan lebih sangat menonjol pada usia ini.3

2. Usia Lanjut
Dalam perkembangan manusia, yaitu sejak usia bayi hingga mencapai
kedewasaan jasmani terjadi proses perkembangan yang progresif. Pertumbuhan
fisik berjalan secara cepat hingga mencapai titik puncak perkembangannya, yaitu
usia dewasa (22-24 tahun).
Perkembangan selanjutnya adalah kemantapan fisik yang sudah dicapai.
Sejak mencapai usia kedewasaan hingga ke usia sekitar 50 tahun, perkembangan

3 Sururin, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada,2004), Cet. 1, hlm.
83.
3

fisik manusia boleh dikatakan tidak mengalami perubahan yang banyak. Barulah
diatas usia 50 tahun mulai terjadi penurunan perkembangan yang drastic hingga
mencapai usia lanjut. Periode ini disebut sebagai periode regresi (penurunan).
Sejalan dengan penurunan tersebut, maka secara psikis terjadi berbagai
perubahan pula. Perubahan-perubahan gejala psikis ini ikut mempengaruhi
berbagai aspek kejiwaan yang terlihat dari pola tingkah laku yang diperlihatkan.
Pada tahap kedewasaan awal terlihat krisis psikologi yang dialami oleh
karena adanya pertentangan antara kecenderungan untuk mengetatkan hubungan
dengan kecenderungan untuk mengisolasi diri. Terlihat kecenderungan untuk
berbagi perasaan bertukar pikiran dan memecahkan berbagai problema kehidupan
dengan orang lain. Mereka yang menginjak usia ini (sekitar 25-40 tahun) memiliki
kecenderungan besar untuk berumah tangga, kehidupan sosial yang lebih luas
serta memikirkan masalah-masalah agama yang sejalan dengan latar belakang
kehidupannya.
Selajutnya pada tingkat kedewasaan menengah (40-65 th) manusia mencapai
puncak periode usia yang paling produktif . Tetapi dalam hubungannya dengan

kejiwaan, maka pada usia ini terjadi krisis akibat pertentangan batin antara
keinginan untuk bangkit dengan kemunduran diri. Karena itu umumnya pemikiran
mereka tertuju pada upaya untuk kepentingan keluarga, masyarakat dan generasi
mendatang.
Adapun di usia selanjutnya yaitu setelah usia di atas 65 tahun manusia akan
menghadapi sejumlah permasalahan. Permasalahan pertama adalah penurunan
kemampuan fisik hingga kekuatan fisik berkurang, aktifitas menurun, sering
mengalami gangguan kesehatan yang menyebabkan mereka kehilangan semangat.
Selain itu, umumnya mereka dihadapkan pada konflik batin antara keutuhan dan
keputus asaan. Karena itu mereka cenderung mengingat sukses masa lalu,
sehingga umumnya mereka yang berada pada tingkat usia lanjut ini senang
membantu para remaja yang aktif dalam kegiatan-kegiatan social, termasuk sosial
keagamaan.
Mengenai kehidupan keagamaan pada usia lanjut ini William James
menyatakan, bahwa umur keagamaan yang sangat luar biasa tampaknya justru
terdapat

pada

usia

tua,

ketika

gejolak

4

kehidupan

seksual

sudah

berakhir.4Maksudnya, sikap keberagamaan pada usia lanjut justru mengalami
peningkatan dan untuk proses seksual justru mengalami penurunan. .
Berbagai latar belakang yang menjadi penyebab kecenderungan sikap
keagamaan pada manusia usia lanjut, secara garis besar ciri-ciri keberagamaan di
usia lanjut adalah :
a. Kehidupan keagamaan pada usia lanjut sudah mencapai tingkat kemantapan.
b. Meningkatnya kecenderungan untuk menerima pendapat keagamaan.
c. ulai muncul pengakuan terhadap realitas tentang kehidupan akhirat secara
lebih sungguh-sungguh.
d. Sikap keagamaan cenderung mengarah kepada kebutuhan saling cinta antar
e.

sesama manusia, serta sifat-sifat luhur.
Timbul rasa takut kepada kematian yang meningkat sejalan dengan

pertambahan usia lanjutnya. .
f.
Perasaan takut kepada kematian ini berdampak pada peningkatan
pembentukasn sikap keagamaan dan kepercayaan terhadap adanya kehidupan
abadi (akhirat).5

B. Karakteristik keberagamaan pada Orang Dewasa dan Usia Lanjut
a. Usia Dewasa

Pada usia dewasa orang sudah memiliki tanggung jawab serta sudah
menyadari makna hidup. Dengan kata lain, orang dewasa sudah memahami nilainilai yang dipilihnya dan berusaha untuk mempertahankan nilai-nilai yang
dipilihnya. Orang dewasa sudah memiliki identitas yang jelas dan kepribadian
yang mantap.
Menurut H. Carl Witherington, diperiode adolesen ini pemilihan terhadap
kehidupan mendapat perhatian yang tegas. Sekarang mereka mulai berfikir
tentang tanggung jawab social moral, ekonomis, dan keagamaan. Pada masa
adolesen anak-anak berusaha untuk mencapai suatu cita-cita yang abstrak. Diusia
dewasa biasanya seseorang sudah memliki sifat kepribadian yang stabil.
Kemantapan jiwa orang dewasa ini setidaknya memberikan gambaran
tentang bagaimana sikap keberagamaan pada orang dewasa. Mereka sudah
4Jalaluddin, 2009, op.cit, hlm. 110
5Ibid, hlm. 113.
5

memiliki tanggung jawab terhadap system nilai yang dipilihnya, baik yang
bersumber dari ajaran agama maupun yang bersumber dari norma-norma lain
dalam

kehidupan.

Pemilihan

nilai-nilai

tersebut

telah

didasarkan

atas

pertimbangan pemikiran yang matang. Berdasarkan hal ini, maka sikap
keberagamaan seorang di usia dewasa sulit untuk diubah. Jika pun terjadi
perubahan mungkin prose situ terjadi setelah didasarkan atas pertimbangan yang
matang.
Dan sebaliknya, jika seorang dewasa memilih nilai yang bersumber dari
nilai-nilai non-agama, itu pun akan dipertahankannya sebagai pandangan
hidupnya.
Dan jika nilai-nilai agama yang mereka pilih dijadikan pandangan hidup,
maka sikap keberagamaan akan terlihat pula dalam pola kehidupan mereka. Sikap
keberagamaan seorang dewasa cenderung didasarkan atas pemilihan terhadap
ajaran agama yang dapat memberikan kepuasan batin atas dasar pertimbangan
akal sehat.
Beragama, bagi orang dewasa sudah merupakan sikap hidup dan bukan
sekedar ikut-ikutan.
Sejalanِ denganِ tingkatِ perkembanganِ usianya,ِ makaِ sikap
keberagamaan ِ pada ِ orang ِ dewasa ِ antara ِ lain ِ memiliki ِ ciri
sebagaiِ berikut:

a. Menerima ِ kebenaran ِ agama ِ berdasarkan ِ pertimbangan
pemikiranِ yangِ matang,ِ bukanِ sekedarِ ikut-ikutan.

b. Cenderung ِ bersifat ِ realis, ِ sehinggga ِ norma-norma ِ agama
lebihِ banyakِ diaplikasikanِ dalamِ sikapِ danِ tingkahِ laku.

c. Bersikap ِ positif ِ terhadap ِ ajaran ِ dan ِ norma-norma ِ agama,
dan ِ berusaha ِ untuk ِ mempelajari ِ dan ِ memperdalam
pemahamanِ keagamaan.

6

d. Tingkat ِ ketaatan ِ beragama ِ didasarkan ِ atas ِ pertimbangan
dan ِ tanggung ِ jawab ِ diri ِ hingga ِ sikap ِ keberagamaan
merupakanِ realisasiِ dariِ sikapِ hidup.

e. Bersikapِ lebihِ terbukaِ danِ wawasanِ yangِ lebihِ luas.

f. Bersikapِ lebihِ kritisِ terhadapِ materiِ ajaranِ agamaِ sehingga
kemantapanِ beragamaِ selainِ didasarkanِ atasِ pertimbangan
pikiran,ِ jugaِ didasarkanِ atasِ pertimbanganِ hatiِ nurani.

g. Sikap ِ keberagamaan ِ cenderung ِ mengarah ِ kepada ِ tipe-tipe
kepribadian ِ masing-masing, ِ sehingga ِ terlihat ِ adanya
pengaruh ِ kepribadian ِ dalam ِ menerima, ِ memahami ِ serta
melaksanakanِ ajaranِ agamaِ yangِ diyakininya.

h. Terlihatِ adanyaِ hubunganِ antarِ sikapِ keberagamaanِ dengan
kehidupan ِ sosial, ِ sehingga ِ perhatian ِ terhadap ِ kepentingan
organisasiِ sosialِ keagamaanِ sudahِ berkembang.6

2. Usia Lanjut

Sebagaimana diketahui bahwa pada usia lanjut seseorang ingin memperoleh
pengakuan kejayaan pada masa mudanya. Seiring dengan pertumbuhan manusia
maka ia akan mengalami masa terjadinya penurunan fungsi beberapa aspek baik
itu aspek psikologis maupun biologis. Usia lanjut adalah masa yang dimaksud,
dimana gejala psikis akan mempengaruhi aspek kejiwaan seseorang. Terkait pola
perkembangan keagamaan pada usia lanjut maka penelitian yang dilakukan oleh
Cavan menjadi penting. Dari hasil penelitiannya, ia berkesimpulan adanya
kecenderungan untuk menerima pendapat keagamaan yang semakin meningkat
pada usia lanjut. Dan beberapa ahli psikologi menyatakan hal serupa dan
6Ibid, hlm. 108
7

ditambah adanya penurunan kegairahan seksual. William James pun menyatakan
demikian bahwa dimensi keagamaan akan tampak menonjol pada usia lanjut
ketika kehidupan seksual mulai berakhirAdapun sikap keberagamaan pada usia
lanjut justru mengalami peningkatan dan untuk proses seksual justru mengalami
penurunan.

Berbagai latar belakang yang menjadi penyebab kecenderungan sikap
keagamaan pada manusia usia lanjut ,secara garis besar ciri-ciri
keberagamaan di usia lanjut adalah: 7

1. Kehidupan keagamaan pada usia lanjut sudah mencapai tingkat
kemantapan

2. Meningkatnya kecenderungan untuk menerima pendapat keagamaan.

3. Mulai muncul pengakuan terhadap realitas tentang kehidupan akhirat
secara lebih sungguh-sungguh.

4. Sikap keagamaan cenderung mengarah kepada kebutuhan saling cinta
antar sesama manusia , serta sifat-sifat luhur.

5. Timbul rasa takut kepada kematian yang meningkat sejalan dengan
pertanbahan usia lanjutnya.

C. Faktor-faktor yang mempengaruhi keberagamaan
Dalam rangka menuju kematangan beragama terdapat beberapa hambatan.
Karena tingkat kematangan beragama juga merupakan suatu perkembangan
individu, hal itu memerlukan waktu, sebab perkembangan kepada kematangan

7 Raharjo.PengantarIlmuJiwa Agama. (Semarang: PustakaRizki Putra, 2012), h. 44

8

beragama tidak terjadi secara tiba-tiba. Ada dua factor yang menyebabkan adanya
hambatan, yaitu:8
1. Faktor diri sendiri
Factor dari dalam diri sendiri terbagi menjadi dua, yaitu: kapasitas diri
dan pengalaman.
Kapasitas ini berupa kemampuan ilmiah (rasio) dalam menerima ajaranajaran itu terlihat perbedaannya antara seseorang yang berkemampuan dan
kurang berkemampuan. Mereka yang mampu menerima dengan rasio akan
menghayati dan kemudian mengamalkan ajaran-ajaran agama tersebut dengan
baik, walaupun yang ia lakukan itu berbada dengan tradisi yang mungkin
sudah mendarah daging dalam kehidupan masyarakat. Dan sebaliknya, orang
yang kurang mampu menerima dengan rasionya, ia akan lebih banyak
tergantung pada masyarakat yang ada.
Sedangkan factor pengalaman, semakin luas pengalaman seseorang
dalam bidang keagamaan, maka akan semakin mantap dan stabil dalam
mengerjakan aktifitas keagamaan. Namun, mereka yang mempunyai
pengalaman sedikit dan sempit, ia akan mengalami berbagai macam kesulitan
untuk dapat mengerjakan ajaran agama secara mantap dan stabil.
2. Faktor luar
Yang dimaksud dengan factor luar, yaitu beberapa kondisi dan situasi
lingkungan yang tidak banyak memberikan kesempatan untuk berkembang,
malah justru menganggap tidak perlu adanya perkembangan dari apa yang
telah ada. Factor-faktor tersebut antara lain tradisi agama atau pendidikan
yang diterima.

Dan

William

James

mengemukakan

mempengaruhi sikap keagamaan seseorang, yaitu:

a.

Factor intern, terdiri dari:
1) Temperamen
2) Gangguan jiwa
3) Konflik dan keraguan
4) Jauh dari Tuhan
b. Factor Ekstern, terdiri dari:
1) Musibah
8 Ibid, hlm, 44

9

dua

buah

factor

yang

2) kejahatans9

D. Perlakuan Terhadap Usia Lanjut Menurut Islam
Manusia usia lanjut dalam penilaian banyak orang adalah manusia yang
sudah tidak produktif lagi. kondisi fisik rata – rata sudah menurun, sehingga
dalam kondisi yang sudah uzur ini berbagai penyakit siap untuk menggerogoti
mereka. Dengan demikian, di usia lanjut ini terkadang muncul semacam
pemikiran bahwa mereka berada pada sisa – sisa umur menunggu datangnya
kematian.

Kajian psikologi berhasil mengungkapkan bahwa di usia melewati
setengah baya, arah perhatian mengalami perubahan yang mendasar. Bila
sebelumnya perhatian diarahakan pada kenikmatan materi dan duniawi, maka
pada peralihan ke usia tua Ini, perhatian lebih tertuju kepada upaya menemukan
ketenangan batin. Sejalan dengan perubahan itu maka masalah – masalah yang
berkaitan dengan kehidupan akhirat mulai menarik perhatian mereka.

Perubahan orientasi ini antara lain disebabakan oleh pengaruh psikologis.
Disatu pihak kemamapuan fisik pada usia tersebut sudah mengalami penurunan.
Sebaliknya di pihak lain, mereka memiliki khazanah penglaman yang kaya.

Kejayaan masa lalu yang pernsh diperoleh sudah tidak lagi memperoleh
perhatian, karena secara fisik mereka dinilai sudah lemah. Kesenjangan ini
menimbulkan gejolak dan kegelisahan – kegelisahan batin.

Pada usia senja ini, lazimnya manusia manusia masih ingin memperoleh
pengakuan kejayaan dan prestasi masa lalu yang pernah dicapainya. Tetapi setelah
kejayaan itu lepas, baik karena pension ataupun tidak aktif lagi dalam berbagai
aktivitas kemasyarakatan. Bila selama karir kepegawaian ia pernah menjadi
pejabat, maka setelah pension ia sama sekali tidak memiliki kekuasaan lagi.
9 Sururin, opcit, hlm. 92.
10

Perintah atau acuan telunjuknya sudah hambar, karena sudah kehilangan anak
buah dan bawahan. Demikian pula bila kasus seperti itu terjadi pada tokoh
masyarakat yang pernah dielu – elukan. Setelah mencapai usia senja akan timbul
perasaan diasingkan.

Pergulatan antara kejayaan dan ketidakberdayaan diri seperti itu, merupakan
situasi batin yang dialami manusia usia senja. Makin bertambah usia akan
semakin tersiksa dirinya. Untuk mengatasi kendala psikologis seperti ini,
umumnya manusia usia lanjut ini akan menempuh berbagai jalan yang
diperkirakan dpat meredam gejolak batinnya. Diantara alternative yang cenderung
dipilih adalah ikut aktif dalam kegiatan kemasyarakatan, kegiatan sosial
keagamaan, ikut dalam kegiatan organisasi politik ataupun menulis autobiografi.

Selain itu, gejala psikologis yang ditampilkan manusia usia senja ini adalah
berupa pernyataan – pernyataan controversial dan kritik terhadap hasil kerja
generasi muda. Mereka seakan sulit mengemukakan pujian terhadap sukses
maupun prestasi yang dicapai oleh generasi muda ini dalam berbagai bidang. Oleh
karena itu, kelompok usia ini sulit hidup akur dan berdampingan dengan generasi
muda. Ada semacam kecenderungan dalam diri mereka untuk senantias dipuji dan
dibanggakan.10

Dalam konsep islam perlakuan terhadap manusia usia lanjut dianjurkan
seteliti dan setelaten mungkin. Perlakuan terhadap orang tua yang berusia lanjut
dibebankan kepada anak – anak mereka, bukan kepada badan atau panti asuhan,
termasuk panti jompo. Penrlakuan terhadap orang tua menurut tuntunan islam
berawal dari rumah tangga. Allah menyebutkan pemeliharaan secar khusus
orantua yang lanjut usia dengan memerintahkan kepada anak – anak mereka untuk
memperlakukan kedua orang tua mereka dengan kasih sayang.

Islam mengajarkan bahwa dalam perkembangannya, manusia mengalami
penurunan kemampuan sejalan dengan pertambahan usia mereka.
10 Jalaludin, psikologi agama, (Jakarta: pt raja grafindo persada, 2007), h. 113

11

Artinya: Dan Barangsiapa yang Kami panjangkan umurnya niscaya Kami
kembalikan Dia kepada kejadian(nya)]. Maka Apakah mereka tidak memikirkan?

Dalam Alquran dan terjemahannya dikemukakan bahwa kami kembalikan
kepada kejadiannya, yaitu dikembalikan kepadakepada keadaan manusia ketika ia
baru dilahirkan, yaitu lemah fisik dan kurang akal. Yang dikatakan maksud
dengan ayat tersebut adalah, bila manusia dipanjangkan umurnya ke usia lanjut,
maka ia akan kembali menjadi seperti bayi, yaitu tidak mengetahui sesuatupun.
Manusia usia lanjut itu juga layaknya seorang bayi yang kekuatannya menjadi
melemah, hanya secara fisik saja terlihat lebih besar dari bayi11

Dari penjelasan diatas tergambar bagaimana perlakuan terhadap manusia usia
lanjut menuut ajaran islam. Manusia usia lanjut dipandang tak ubahnya seorag
bayi yang memerlukan pemeliharaan dan perawatan serta perhatian khusus
dengan penuh kasih sayang. Perlakuan yang demikian it tidak dapat diwakilkan
kepada siapapun, melainkan menjadi tanggung jawab anak – anak mereka.
Perlakuan yang baik dan penuh kesabaran serta kasih sayang yang dinilai sebagai
kebaktian. Sebaliknya, perlakuan yang tercela dinilai sebagai kedurhakaan.

Penjelasan ini menunjukkan bahwa perlakuan terhadap manusia usia lanjut
menurut islam merupakan kewajiban agama, maka sangat tercela dan dipandang
durhaka bila seorang anak tega menempatkan orangtuanya di tempat
penampungan atau panti jompo. Alas an apapun tak dapat diterima bagi perlakuan

11 Jalaludin, psikologi agama, (Jakarta: pt raja grafindo persada, 2007), h. 114

12

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Usia lanjut adalah usia daripada puncak dari segala usia dalam hidup ini,
beruntunglah orang yang diberi Allah hidayah dengan umur yang panjang hingga
ia bias mencapai usia lanjut yaitu usia 65 -70 tahun.

Pada masa ini adalah puncak dari kematangan beragama, ia sudah dapat
menerima ajran gama itu seluruhnya, ini juga krenai ia yakin bahwa kematian itu
sudah semakin dekat dengannya.

Oleh karena itu diharapkan pada masa ini manusia harus sadar bahwa
kemampuan motoriknya ssudah banyak berkurang, sehingga sudah saatnya
perbanyaklah persiapan buat ke akhirat, maslah keduniaan ini serahkanlah kepada
yng lebih muda, selayaknya ia hanya sebagai pemantau dan pengoreksi bagi kaum
muda.

13

DAFTAR PUSTAKA

Raharjo.2012. PengantarIlmuJiwa Agama. Semarang. PustakaRizki Putra

Jalaludin.2003. Psikologi Agama. Jakarta. Raja GrafindoPersada

Sururin. 2004. Ilmu Jiwa Agama. Jakarta. Raja Grafindo Persada

http://hera-orgen.blogspot.com/p/perkenbangan-jiwa-keagamaan-orang 04.html.

14