ANALISIS PENGARUH KINERJA UPSTREAM SUPPL

ANALISIS PENGARUH KINERJA UPSTREAM SUPPLY CHAIN
TERHADAP KINERJA OPERASIONAL PERUSAHAAN
*(studi kasus pada PT. Industri Jamu Cap Jago Semarang)

Diajukan sebagai salah satu syarat
untuk menyelesaikan tugas mata kuliah
Metodologi Penelitian

Disusun oleh:
RAFFI HAKIM DANANJAYA
NIM 12010111140224

FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2013

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1


Latar Belakang
Dalam era global saat ini, tekanan persaingan bisnis sangat besar. Pemain

bisnis dituntut untuk dapat memenuhi keinginan konsumen yang sangat tinggi
bukan lagi dituntut apa yang diinginkan oleh pasar. Kebutuhan konsumen yang
semakin tinggi, dan semakin cerdas dalam memilih kebutuhannya selalu menuntut
kualitas yang terbaik dan harga yang terjangkau. Oleh karena itu setiap
perusahaan

akan

berupaya

semaksimal

mungkin

untuk


meningkatkan

produktivitas, efisiensi, pelayanan yang cepat, mudah, dan terus menciptakan
berbagai inovasi-inovasi baru untuk tetap dapat unggul dan bertahan di pasar.
Kondisi persaingan saat ini menurut (Handfield, 2002 ; dalam regina dan
devie, 2013) dapat dikatakan bahwa pada jaman sekarang perubahan sangat cepat
terjadi, dimulai dari kemajuan teknologi, sistem perdagangan globalisasi, dan
stabilitas ekonomi politik dunia. Dan dengan meningkatnya jumlah kompetitior
asing dan dalam negeri, organisasi diharapkan dapat meningkatkan kinerja
eksternal dan internalnya agar tetap dapat bersaing di pasaran. Maka dari itu
organisasi diharuskan dapat beradaptasi dengan keadaan saat ini yang semakin
modern dan menuntut sebuah organisasi tersebut harus bergerak mengikuti
perubahan yang ada. Dalam menghadapi kondisi tersebut maka organisasi dituntut
untuk mempunyai kinerja operasional yang baik agar tetap dapat memiliki posisi
dalam pasar. Dengan adanya strategi keunggulan bersaing didalam perusahan,

diharapkan organisasi dapat mempetahankan posisi bersaingnya terhadap
kompetitor (Porter ME, 1985).
(Pujawan dan Mahendrawati,2010 ; dalam Ariani, 2013) menjelasakan
bahwa pentingnya peran semua pihak mulai dari supplier, manufacturer,

distributor, retailer, dan customer dalam menciptakan produk yang murah,
berkualitas, dan cepat inilah yang kemudian melahirkan konsep baru yaitu Supply
Chain Management. Teori dan praktik pada manajemen rantai pasokan telah
banyak diterapkan pada perusahaan – perusahaan. Menurut Heyzer dan Render
(2010), membangun sebuah rantai pemasok yang memusatkan perhatian untuk
memaksimalkan nilai bagi pelanggan. Heizer dan Render juga menambahkan
persaingan bukan lagi antarperusahaan, melainkan antarrantai pemasok.
Manajemen rantai pasokan telah menjadi satu strategi yang digunakan oleh
perusahaan. Karena dengan adanya hubungan yang terintegrasi antara pemasok
dengan perusahaan dapat meminimalisasi total biaya yang terdiri atas biaya bahan
baku, biaya transportasi, biaya fasilitas, biaya produksi, biaya persediaan, dan
sebagainya. Bagi perusahaan manajemen rantai pasokan dapat menjadi perbadaan
kompetitif.
Perusahaan juga dituntut untuk dapat memenuhi kebutuhan konsumen
yang berubah-ubah. (Menurut Heizer dan Render, 2010) rantai pasokan dalam era
global harus mampu:
1.

Menanggapi


perubahan

mendadak

dalam

hal

ketersediaan

komponen atau sumber daya, saluran distribusi atau pengiriman,
bea impor, dan nilai mata uang.

2.

Menggunakan teknologi transmisi dan komputer tercanggih untuk
menjadwalkan seta mengelola pengiriman komponen dan produk

3.


jadi ke luar.
Memiliki karyawan lokal yang terampil menangani tugas-tugas,
perdagangan, pengiriman, imigrasi, dan permasalahan politis.

Rantai pasokan juga tidak hanya terdiri dari perusahaan manufaktur dan
supplier, tetapi termasuk juga didalamnya transportasi, gudang, retail, dan
pelanggan itu sendiri (chopra dan meindl, 2010). Hubungan antara pemasok
dengan produsen harus sehat dan tetap dipelihara, karena tingkat ketergantungan
perusahaan terhadap supplier (pemasok) sangat tinggi dan bersifat jangka
panjang, karena baik perusahaan besar maupun perusahaan kecil selalu melakukan
kegiatan logistik. Untuk itu dibutuhkan supply chain yang terintegrasi dengan
benar sehingga dapat meningkatkan keunggulan kompetitif terhadap produk yang
dihasilkan. Dalam kegiatan operasionalnya, perusahaan tidak semuanya
mengurusi sendiri bahan bakunya. Disana terdapat supplier atau pemasok yang
memasok bahan baku perusahaan untuk selanjutnya diolah menjadi barang jadi.
Di sanalah terdapat upstream supply chain atau rantai suplai hulu yang
berhubungan pada pengadaan bahan baku perusahaan. Before SCM can be
developed, the supply chain members must first have specific behaviors, called
supply chain orientation (SCO), like trust, commitment, common vision and goals
or top management support (Miguel dan Luiz, 2011).

PT Jamu Jago adalah perusahaan obat tradisional yang pertama di
Indonesia. Didirikan oleh Bp Almarhum TK Suprana pada tahun 1918, yang
dimulai dengan perusahaan perumahan, telah tumbuh menjadi perusahaan yang
terkenal dan terbaik dibidangnya. Jamu Jago didirikan pada tahun 1918 dengan

seorang tokoh bernama TK Suprana dari Wonogiri Jawa Tengah. Visi Jamu Jago,
yaitu menyehatkan masyarakat dengan cara yang aman, alami, mudah dan
terjangkau. Dengan sekarang ini banyaknya perusahaan-perusahaan jamu lain
yang berkembang, penerapan strategi supply chain management harus menjadi
pilihan utama bagi perusahaan untuk meningkatkan kinerja operasional
perusahaan.
1.2

Perumusah Masalah
Saat ini persaingan industri dalam olahan obat-obatan tradisional sangat

ketat. Karena kesadaran akan kesehatan bagi masyarakat global ini sangat penting.
Industri obat-obatan tradisional juga telah banyak mengeluarkan produk-produk
yang bervariasi.
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, dapat dilihat untuk dapat

menciptakan

kinerja

operasional

yang

baik,

perusahaan

harus

dapat

mengoptimalkan supply chain salah satunya pada bagian pengadaan bahan baku
untuk meningkatkan kinerja operasional. Dengan demikian rumusan masalah pada
penelitian ini sebagai berikut:
1.


Pengaruh kepercayaan upstreeam supply chain terhadap kinerja
operasional perusahaan.

2.

Pengaruh informasi upstreeam supply chain terhadap kinerja
operasional perusahaan.

3.

Pengaruh komitmen upstreeam supply chain terhadap kinerja
operasional perusahaan.

4.

Pengaruh kinerja upstreeam supply chain terhadap kinerja
operasional perusahaan.

1.3


Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1.

Untuk menganalisis hubungan kepercayaan upstreeam supply
chain terhadap kinerja operasional perusahaan.

2.

Untuk menganalisis hubungan informasi yang di dapat upstreeam
supply chain terhadap kinerja operasional perusahaan.

3.

Untuk menganalisis hubungan komitmen upstreeam supply chain
terhadap kinerja operasional perusahaan.

4.


Untuk menganalisis hubungan kinerja upstreeam supply chain
terhadap kinerja operasional perusahaan.

1.4

Manfaat Penelitian
1.

Bagi Perusahaan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dan
pertimbangan untuk meningkatkan kinerja rantai pasok, terutama
pada upstream supply chain dan kinerja operasional perusahaan.

2.

Bagi Akademik
Untuk menambah wawasan dan pengetahuan mengenai manajemen
operasional serta referensi bagi peneliti selanjutnya yang ingin
mengetahui supply chain management.


1.5

Sistematika Penulisan

Bab I pendahuluan

Dalam bab ini diuraikan mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah,
perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika
penulisan. Dalam bab ini dibahas tentang latar belakang permasalahan yang ada,
dan tujuan diadakannya penelitian.

Bab II Telaah pustaka
Dalam bab ini diuraikan tentang landasan teori yang mendukung penelitian ini,
merupakan penjabaran dari konsep supply chain management, informasi,
kepercayaan, komitmen, kinerja operasional perusahaan dan kinerja upstreeam
supply chain perusahaan, hipotesis yang didapat dari landasan-landasan teori
tersebut, penelitian terdahulu dan kerangka pemikiran teoritis.
Bab III Metode Penelitian
Berisi penjelasan mengenai bagaimana penelitian ini akan dilaksanakan disertai
penjelasan mengenai variabel penelitian, penentuan sampel, jenis dan sumber
data, metode pengumpulan data, dan metode analisis data.
Bab IV Hasil dan Pembahasan
Bab ini berisi tentang objek deskripsi penelitian, hasil analisis data, dan
pembahasan tentang hasil analisis tersebut.
Bab V Penutup
Bab ini berisi tentang simpulan, data, dan keterbatasan penelitian.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1

Landasan Teori

2.1.1

Kepercayaan upstreeam supply chain

Kerpercayaan merupakan sebuah faktor yang penting. Karena kepercayaan
yang dibangun harmonis dapat membentuk hubungan yang erat satu dengan yang
lainnya. Kepercayaan juga dapat membuat sebuah hubungan terjalin dalam waktu
yang lama. Keberhasilan sebuah organisasi atau perusahaan dapat bertahan tidak
terlepas dengan dibangunnya sebuah jalinan kepercayaan antara supplier atau
mitranya. Dalam hal banyaknya pesaing diluar sana, hubungan antara perusahaan
atau pelaku bisnis dengan pemasoknya harus dibentuk. Kepercayaan akan muncul
dari sebuah keyakinan bahwa hubungan kerjasama akan memberikan manfaat
seperti yang diharapkan oleh kedua belah pihak (Wahyuni et al., 2003 ; dalam
Bernard,2011). Kepercayaan mulai dianggap sangat penting, kerena tanpa adanya
kepercayaan hubungan antara supplier dengan kliennya tidak akan terbentuk dan
tidak berjalan dengan baik. Kepercayaan digambarkan sebagai se-buah kesediaan
untuk mengambil resiko, dan kepercayaan akan timbul apabila sebuah kelompok
saling percaya dan berintegrasi dalam berinteraksi sesama partner (Kwon &
Taewon, 2004 ; dalam Yaqoub, 2012). Kepercayaan disebutkan dalam berbagai
penelitian hubungan kerjasama sebagai variabel penentu kesuksesan dan kualitas
hubungan yang berjangka panjang (Jonsson & Zineldin, 2003 ; dalam Yaqoub,
2012). Anggota rantai pasokan harus masuk ke hubungan yang saling berbagi
informasi. Hubungan antarpemasok cenderung akan berhasil jika resiko dan
penghematan biaya dibagi. Hubungan seperti ini dibangun berdasarkan rasa saling
percaya. Trust mechanism reduced the average cycle time rate and rised the intime order fulfillment rate at the expense of the unit cost of material (c). Oleh
karena itu, kepercayaan merupakan hal yang sangat penting dalam rantai pasokan

yang efektif dan efisien (Heizer dan Render, 2010). kepercayaan kepada partner
bisnis yang tumbuh dari sifat open mind dan sering mengandalkan kerjasama
dengan partner secara garis besar mampu meningkatkan kinerja operasi (Yaqoub,
2012). Kerjasama yang terjalin antara pelaku bisnis dengan mitra-mitranya dapat
membantu pelaku bisnis untuk memenuhi kegiatan produksinya. Dengan
terpenuhinya kegiatan produksi perusahaan maka perusahaan dapat bersaing
dengan pesaing di luar sana.
H1: kepercayaan upstream supply chain berpengaruh possitif terhadap kinerja
operasional.
2.1.2

Informasi supply chain management

Kegiatan bisnis tidak akan lepas dari adanya saluran informasi. Informasi di
dalam organisasi atau perusahaan dapat menjadi suatu aliran komunikasi agar
tidak terjadinya kesalahaan dalam kegiatan operasional perusahaan. Aliran rantai
pasokan agar efisien juga diperlukan adanya informasi yang terintegrasi antara
pelaku bisnis dengan mitranya. (Risnandar dan Wulandari,2010; dalam Ariani,
2013)

mengatakan,

informasi

adalah

sekumpulan

data

yang

sudah

dikelompokkan, diolah, dan dikomunikasikan untuk kebutuhan yang masuk akal
dan bermakna atau bermanfaat. Oleh karena itu, informasi dijadikan salah satu
faktor penting dalam pengambilan keputusan di dalam manajemen rantai
pasokan. Menurut (Chopra dan Meindl, 2010) informasi terdiri dari data dan
analisis mengenai fasilitas, persediaan, transportasi, biaya, harga, dan pelanggan
untuk seluruh rantai pasokan. Chopra dan Meindl juga menambahkan informasi
berpotensi sebagai pendorong terbesar kinerja rantai pasokan karena langsung
mempengaruhi setiap pemasok lain. Informasi manajemen membuat rantai

pasokan lebih responsif dan lebih efisien. Chopra dan meindl, 2010 juga
menyatakan informasi ikut berperan di dalam rantai pasokan. Kunci dari
informasi dengan pengambilan keputusan di dalam rantai pasok manajer harus
memerhatikan hal berikut ini:
1.

Peran dalam rantai pasokan
Informasi sangat memengaruhi setiap bagian dari rantai pasokan

dan memberikan impact terhadap setiap pemasok. Informasi yang baik
mengenai penawaran dan permintaan dapat membantu perusahaan.
Informasi merupakan salah satu kunci dalam meningkatkan efisiensi.
2.

Peran dalam strategi kompetitif
Informasi merupakan salah satu penggerak yang penting di dalam

perusahaan. Karena informasi dapat meningkatkan efisiensi dan responsif.
Informasi juga dapat mengurangi biaya dan menjalin hubungan di dalam
rantai pasokan.
Komponen dari keputusan mengenai informasi adalah (Chopra dan Meindl,
2010):
A.

Push versus Pull
Sistem push biasanya menggunakan MRP untuk jadwal produksi,

jadwal kepada pemasoknya untuk menentukan kapan, jenis dan banyak
barang yang dikirimkan ke perusahaan, sedangkan tipe pull menggunakan
informasi atas permintaan aktual konsumen, sehingga perusahaan dapat
dengan tepat memenuhi permintaan tersebut.

B.

Cordinating and Information sharing

Koordinasi dari supply chain terjadi ketika semua tingkatan dari
supply chain bekerja menuju tujuan yang memaksimalkan keuntungan
total

supply

chain

dibandingkan

dengan

bekerja

sendiri-sendiri.

Kekurangan koordinasi berpengaruh pada kerugian yang besar atau
keuntungan supply chain. Ini bisa dilakukan dengan pertukaran data antara
tiap-tiap bagian dalam supply chain itu sendiri.
C.

Forecasting and Aggregate Planning
Peramalan adalah ilmu pengetahuan dan seni untuk membuat

rencana mengenai kebutuhan masa depan dan kondisinya. Peramalan
digunakan dalam pengambilan keputusan. Setelah menciptakan peramalan,
maka perusahaan mengubah menjadi rencana aktivitas untuk memenuhi
permintaan yang telah diperhitungkan.
D.

Enabling Technologies
Untuk mencapai komunikasi yang terintregasi dalam supply chain,

maka terdapat teknologi-teknologi yang digunakan yaitu:
Electronic Data Interchange (EDI). EDI memungkinkan perusahaan
menjadi lebih efisien, juga menurunkan waktu yang dibutuhkan produk
untuk sampai ke konsumen, transaksi menjadi lebih akurat dan lebih cepat
dibandingkan tanpa EDI.
Internet. Internet sendiri mendukung penggunaan EDI. Dengan internet
maka akan menjadi sebuah faktor penting dalam supply chain.
Entreprise Resources Planning (ERP). Sistem ERP ini menyediakan
pelacakan transaksi dan kemampuan melihat secara keseluruhan atas

informasi dari tiap-tiap bagian perusahaan dan memungkinkan supply
chain membuat keputusan yang ‘cerdas’.
Supply Chain Management (SCM) Software. Yaitu program yang
menyediakan dukungan terhadap analisis keputusan dalam penambahan
kemampuan melihat secara keseluruhan terhadap informasi.
Keberhasilan supply chain sangat tergantung kepada sistem informasinya, dengan
adanya informasi partner bisnis dalam rantai pasok dapat diperhitungkan
(Pujawan dan Mahendrawathi, 2010 ; dalam Ariani, 2013). Menurut Choi, (2010)
This sharing can be particularly important when the upstream supply chain
member has processes with yield losses or output uncertainty. Output uncertainty
could be caused by such things as capacity shortages, equipment problems or
quality problems. When the upstream member is a wholesaler without production
facilities, there is still the chance that insufficient stock is available and only part
of an order can be shipped. In this case, if the retailer is not notified in advance,
the smaller-thanexpected shipment causes problems for the retailer. Sebuah
sistem informasi yang akurat mengenai banyaknya produk yang sebenarnya
sedang ditarik melalu rantai pasok. Informasi yang tidak akurat dilakukan secara
tidak sengaja, tetapi mengakibatkan penyimpangan dan fluktuasi dalam rantai
pasokan serta menjadi penyebab sesuatu yang dikenal sebagai efek bullwhip
(Heizer dan Render, 2010). Efek bullwhip terjadi ketika pesanan yang dialirkan
mulai dari pengecer, ke grosir, ke produsen dengan fluktuasi yang meningkat pada
setiap langkah dalam urutan tersebut. Fluktuasi meningkatkan biaya yang
berkaitan dengan persediaan, transportasi, pengiriman, dan penerimaan. Oleh
karena itu, informasi di dalam supply chain management harus diterapkan dan

ditingkatkan, karena hal tersebut merupakan salah satu faktor kunci untuk
meningkatkan efisiensi. Sehingga dapat ditarik hipotes:
H2: Informasi upstream supply chain berpengaruh possitif terhadap kinerja
operasional.
2.1.3 Komitmen upstream supply chain
Perusahaan sering dirugikan dengan tidak tepatnya kebutuhan yang
diberikan oleh pemasok. Sering terjadinya keterlambatan dan juga kekurangan
dalam pelaksanaannya membuat pelaku bisnis tidak dapat ikut bersaing dengan
pesaing lainnya. Oleh karena itu, sebuah rantai pasokan yang terintegarasi
memerlukan lebih dari sekedar kesepakatan kontrak kerja tetapi dapat
menciptakan pemahaman timbal balik akan misi, strategi, dan sasaran organisasi
menjadi salah satu faktor penting. Untuk itu perlu adanya sebuah komitmen antara
pelaku bisnis dengan mitranya (heizer dan render, 2010). Komitmen didefinisikan
(Morgan dan Hunt, 1994 ; dalam Bernard, 2011) sebagai keyakinan salah satu
pihak bahwa membina hubungan dengan pihak lain merupakan hal yang penting
dan berpengaruh terhadap manfaat optimal yang didapat oleh kedua pihak dalam
berhubungan. Lebih lanjut mereka berpendapat bahwa komitmen dengan
kejasama didefenisikan sebagai keinginan abadi untuk mempertahankan
kerjasama yang bernilai. Kerjasama yang bernilai pemasok dan penyalur sesuai
dengan komitmen, bahwa komitmen kerjasama hanya ada ketika kerjasama itu
dianggap penting. Menurut Heizer dan Render, (2010) sebuah rantai pasokan yang
terintegrasi memerlukan lebih dari sekedar kesepakatan pada terminologi kontrak
kerja sama dari sebuah hubungan jual/beli. Jika aktivitas dan tindakan kolaborasi
positif ada maka akan menghasilkan komitmen dan hasil akhir yang menjaga

efisiensi, produktivitas dan keefektifan suatu hubungan (Zineldin dan Johnson,
2000; dalam Bernard, 2011). Dari uraian diatas dapat ditarik hipotesis:
H3: Komitmen upstream supply chain berpengaruh possitif terhadap kinerja
operasional..
2.1.4 Kinerja supply chain management perusahaan
Menurut (heizer dan render, 2010) manajemen rantai pasokan (supply
chain management) integrasi ativitas pengadaan bahan dan pelayanan,
pengubahan menjadi barang setengah jadi dan produk akhir, serta pengiriman ke
pelanggan. Di dalam SCM terdapat tiga komponen, salah satunya adanya
upstream supply chain. Upstream supply chain itu sendiri menurut (Nugroho,
2008)

merupakan

keseluruhan

kegiatan

perusahaan

manufaktur

dengan

pendistribusiannya (manufaktur, assembler, atau kedua-duanya) dan hubungan
antara manufaktur, assembler, atau kedua-duanya dengan distributor (secondtrier). Hubungan para distributor dapat diperluas menjadi beberapa tingkatan,
semua jalur dari asal bahan baku/material. Kegiatan utama dalam upstream supply
chain adalah pengadaan barang. Sementara itu (Tolliver dan Joseph 2012)
menyatakan The upstream supply chain activities consist of various operations
such as; explorations, which involve seismic, geophysical and geological studies,
while production operations involve drilling, production, facility engineering and
reservoir. Historically, the upstream sector has remarkable influence on the
operation of the overall supply chain since it has the ability to ‘push’ large
quantities of crude oil through the chain. Seluruh aktivitas ini mencakup aktivitas
pembelian dan pengalihdayaan (outsourcing), ditambah fungsi lain yang penting
bagi hubungan antara pemasok dengan distributor.Supply Chain Management, in

its essence, assumes that firms set up alliances with members of the same chain to
improve its competitive advantage revealed by superior operational performance
of all chain members. (Miguel dan Luiz, 2011). Bernard, (2011) kinerja rantai
pasokan dapat ditingkatkan melalui lima indikator kepercayaan, yaitu: komunikasi
terbuka, berbagi informasi yang penting, kejujuran, tanggung jawab, dan
pengamalan serta kinerja rantai pasokan dapat ditingkatkan melalui empat
indikator komitmen, yaitu: afektif, kontinuan, normatif, dan keyakinan.. Heizer
dan Render, (2010) juga menambahkan manajemen rantai pasokan yang efektif
menjadikan para pemasok sebagai “mitra” dalam strategi perusahaan untuk
memenuhi pasar yang selalu berubah. Rantai pasokan pada lingkungan global
harus mampu (Heizer dan Render, 2010):
1) Menanggapi perubahan mendadak dalam hal ketersediaan komponen,
saluran distribusi atau pengiriman, bea impor, dan nilai mata uang.
2) Menggunakan teknologi transmisi dan komputer tercanggih untuk
menjadwalkan serta mengelola pengiriman komponen dan produk jadi ke
luar.
3) Memiliki

karyawan

lokal

yang

termapil

menangani

tugas-tugas,

perdagangan, pengiriman, imigrasi, dan permasalahan politis.
Chopra dan meindl, 2010 mengatakan,
Supply chain design, planning, and operation decisions play a significant role in
the success or failure of a firm. (Miguel dan Luiz, 2011) Improvements in
performance can manifest themselves in different aspects like inventory reduction,
lead time reduction or quality improvement. Regina dan Devie, (2013)
mengatakan, Penerapan Supply Chain Management yang baik akan mampu

meningkatkan kinerja perusahaan, baik dari kinerja keuangan maupun
operasionalnya.
H4: Kinerja upstream supply chain berpengaruh positif terhadap kinerja
operasional perusahaan.
2.2

Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu

NO

PENELITI

JUDUL

1

SIMPLISIU
S F.
BERNARD
(2011)

ANALISIS
PENGARU
H FAKTORFAKTOR
KUALITAS
HUBUNGA
N
TERHADA
P KINERJA
RANTAI
PASOKAN
(studi kasus pada
PT. Industri
Jamu Cap Jago
Semarang)

VARIABEL
DEPENDEN
DAN
INDEPENDE
N
Dependen:
Kinerja Rantai
Pasokan.
Independen:
Faktor yang
memengaruhi
kualitas
hubungan.

HASIL
PENELITIAN

1) Kepercayaan
berpengaruh
positif terhadap
kualitas
hubungan.
2) Kepercayaan
berpengaruh
positif terhadap
Kinerja Rantai
Pasokan.
3) Komitmen
berpengaruh
positif terhadap
Kualitas
Hubungan.
4) Komitmen
berpengaruh
positif terhadap
Kinerja Rantai
Pasokan
5) Kualitas
Hubungan

berpengaruh
positif terhadap
Kinerja Rantai
Pasokan
2
DESI ARIANI
(2013)

ANALISIS
PENGARUH
SUPPLY
CHAIN
MANAGEMEN
T TERHADAP
KINERJA
PERUSAHAAN

Dependen:
Kinerja
perusahaan.

1) information
sharing, long
term
relationship,
cooperation,
dan process
integration
berpengaruh
posititf dan
signifikan
terhadap
penerapan
supply chain
management
pada kinerja
perusahaan.

Independen:
Manajemen
Rantai Pasokan

(Studi Pada IKM
Makanan Olahan
Khas Padang
Sumatera Barat)

3

Regina
Suharto dan
Devie
(2013)

Analisa
Pengaruh Supply
Chain
Management
terhadap
Keunggulan
Bersaing dan
Kinerja
Perusahaan

Dependen:
Keunggulan
Bersaing dan
Kinerja
Perusahaan.
Independen:
Supply Chain
Management

I.

Terdapat
pengaruh
signifikan dan
positif antara
Supply Chain
Management
terhadap
keunggulan
bersaing.
Penerapan
Supply Chain
Management
pada
perusahaan
manufaktur di
Surabaya yang
baik akan
mampu
meningkatkan

keunggulan
bersaing yang
dimiliki oleh
perusahaan.
II.

III.

4

Amak M.
Yaqoub
(2012)

PENGARUH
MEDIASI
KEPERCAYAA
N PADA
HUBUNGAN
ANTARA
KOLABORASI
SUPPLY
CHAIN DAN
KINERJA
OPERASI

Dependen:
Kolaborasi
supply chain
dan kinerja
operasi.
Independen:
mediasi
kepercayaa.

I.

II.

Penerapan
Supply Chain
Management
yang baik akan
mampu
meningkatkan
kinerja
perusahaan,
baik dari
kinerja
keuangan
maupun
operasionalnya.
Keunggulan
bersaing
perusahaan
yang
meningkat
akan mampu
meningkatkan
kinerja
perusahaan
pula.
praktek-praktek
kolaborasi
supply chain dan
kepercayaan
antar organisasi
menunjukkan
ada pengaruh
positif.

terdapat
pengaruh
positif dalam
hubungan
keper-cayaan

antar organisasi
terhadap
kinerja operasi
perusahaan.