KONSEP MANUSIA BERKUALITAS DALAM AL QURA (1)

BAB II
PEMBAHASAN
1. Konsep Manusia Berkualitas Menurut Al Qur’an dan Upaya Pendidikan
Islam
A. Istilah Manusia dalam Al Quran
Ada tiga kata yang digunakan Al-Quran untuk menunjuk kepada manusia,
1) Menggunakan kata yang terdiri dari huruf alif, nun dan sin semacam insan,
ins, nas atau unas;
2) Menggunakan kata basyar;
3) Menggunakan kata bani adam, dan zuriyat adam.1
Secara khusus ketiga kata tersebut memiliki penekanan arti yang
berbeda, seperti berikut ini:
a. Kata al-basyar dinyatakan dalam Al Quran sebanyak 36 kali dan tersebar
dalam 26 surat. Secara etimologi, al-basyar berarti kulit kepala, wajah,
atau tubuh yang menjadi tempat tumbuhnya rambut. Penamaan ini
menunjukkan makna bahwa kulit manusia lebih jelas, dibanding bulu
atau rambut binatang. Al-basyar dapat diartikan musalamah, yaitu
persentuhan kulit antara laki-laki dan perempuan. Makna etimologis
dapat dipahami bahwa manusia merupakan makhluk yang memilik i
segala sifat kemanusiaan dan keterbatasan, seperti makan, minum,
keamanan, seks, kebahagiaan dan sebagainya.2

b. Kata al-insan berasal dari kata al-uns dinyatakan dalam Al Quran
sebanyak 73 kali dan tersebar dalam 43 surat. Secara etimologi, al-insan
dapat diartikan harmonis, lemah lembut, tampak atau pelupa. Kata alinsan digunakan Al Quran untuk menunjukkan totalitas manusia sebagai
makhluk

jasmani dan rohani.

Harmonisasi

kedua unsur tersebut

mengantarkan manusia sebagai makhluk Allah yang sempurna dan
berbeda antara satu dengan lainnya serta sebagai makhluk yang dinamis
M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an( Bandung: PT Mizan Pustaka,2007), hlm, 367
Al-Rasyidin dan Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam Pendekatan Historis, Teoritis dan
Praktis. (Ciputat: Ciputat Press,2005), hlm, 1-2
1
2

1


sehingga mampu menyandang predikat khalifah Allah di muka bumi. 3
Kata al-insan juga digunakan Al Quran untuk menjelaskan kelebihan dan
kelemahan manusia, seperti bahwa tidak semua yang diinginkan manusia
dapat dicapai. Ada keterlibatan Tuhan dalam realitas apa yang dicita citakan manusia dan kelemahan manusia (QS. An Najm (53): 24-25),
gembira apabila mendapat nikmat dan susah apabila mendapat cobaan
(QS. As Syura (42): 48), manusia sering bertindak bodoh dan zalim baik
terhadap diri sendiri maupun makhluk lainnya (QS. Al Ahzab (33): 72),
manusia seringkali ragu dalam memutuskan persoalan (QS. Maryam
(19): 66-67). Penggunaan kata al-insan mengandung dua makna,
pertama bahwa manusia berasal dari proses biologis, kedua manusia
berasal dari proses psikologis (pendekatan spriritual, proses ditiupkannya
ruh). Dari pemaknaan manusia dari kata al-insan, terlihat sesungguhnya
manusia merupakan makhluk Allah yang memiliki sifat manusiawi yang
bernilai positif dan negatif. Agar mampu memfungsikan tugas dan
kedudukannya di muka numi dengan baik, maka manusia harus
senantiasa mengarahkan seluruh aktivitasnya sesuai dengan nilai- nila i
Islam.4
c. Kata al-nas, dinyatakan dalam Al Quran sebanyak 240 kali dan tersebar
dalam 53 surat. Kata al-nas menunjukkan pada eksistensi manusia

sebagai makhluk

sosial secara keseluruhan

tanpa melihat

status

keimanan dan kekafirannya (QS. Al Baqarah (2): 24), (QS. Yunus (10):
11).
Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa manusia merupakan
makhluk yang dibekali Allah dengan potensi fisik maupun psikis yang memilik i
potensi untuk berkembang.
manusia

Al-Qur'an berulangkali

mengangkat

dan berulangkali pula merendahkan derajat manusia.


derajat
Manusia

dinobatkan jauh mengungguli alam surga, bumi dan bahkan para malaika t.
Allah juga menetapkan bahwa manusia dijadikan-Nya sebagai makhluk yang
paling sempurna keadaannya dibandingkan dengan makhluk- makhluk lain (QS.
3

Ibid,. hlm, 5-7
4 Ibid,. hlm, 7-12

2

At tin (95) :4). Allah sendirilah yang menciptakan manusia yang proporsional
(adil) susunannya (QS. Al Infithar (82):7).
B. Manusia Berkualitas Menurut al-Qur'an
Dalam al-Qur'an banyak sekali (tidak kurang dari 91) ayat yang
berbicara


tentang

manusia,

Istilah

yang

digunakan

al-Qur'an

dalam

menggambarkan manusia berkualitas atau makhluk yang diciptakan Allah
dalam sosok yang paling canggih, di antaranya kata manusia beriman (alHujarat (49) : 14, dll) dan beramal saleh (QS. at-Tiin (95) : 6, dll), diberi Ilmu
(al-Isra (17) : 85, Mujadalah: 11, Fathir : 28, dll), alim (al-Ankabut (29) : 43,
dll), berakal (al-Mulk (67) : 10, dll), manusia sebagai khalifah (QS.al-Baqarah
(2) : 30,dll), jiwa yang tenang (QS. al-Fajr (89) : 27-28, dll), hati yang tenteram
(al-Ra'd (30) : 28, dll), kaffah (al-Baqarah (2) : 208, dll), muttaqin (al-Baqarah

(2) : 2, dll), taqwa (al-Baqarah (2) : 183, dll) , mu'minin, muhsinin, syakirin,
muflihin, shalihin, yang kemudian diberi keterangan untuk mendeskripsik a n
ciri-cirinya. Istilah-istilah tersebut saling berkaitan dan saling menerangk a n.
Jadi, apabila mengambil salah satu istilah dari istilah- istilah yang digunakan alQur'an, maka deskripsinya akan saling melengkapi dan merupakan ciri bagi
yang lainnya.
Karakteristik yang dikemukakan Al-Qur'an menjadi tolak ukur kualitas
manusia, karena karakteristik tersebut diturunkan dari konfigurasi nilai-nila i
yang dikemukakan al-Qur'an yang hadir bersama dengan kelahiran manusia ke
dunia, dan menjadi sifat penentu dalam pembentukan kepribadian manusia,
yaitu kualitas iman, ilmu pengetahuan, kualitas amal saleh, dan kualitas sosial. 5
1. Kualitas Iman
Kualitas iman ditunjukan oleh prilaku ketaatan dan kesalehan
yang bisa diamati melalui kapasitas ilmu, akhlak dan amal seorang, iman
bersifat subjektif, individual dan batiniah, itu sebabnya iman bisa
bertambah karena ibadah dan bisa berkurang karena maksiat. Hakikat
iman itu diyakini dengan hati, diucapkan dengan lisan dan dibuktikan
dengan perbuatan, iman yang membentuk
5

keyakinan yang kokoh


Djamaludin Ancok, Membangun Kompotensi Manusia Dalam Milenium Ke Tiga,
Psikologika, Jurnal
Pemikiran dan Penelitian Psikologi Fakultas Psikologi UII, (Yogyakarta, 1998), hlm, 12

3

sebenarnya diperoleh secara bertahap, dengan ‘ainul yakin, dan haqqul
yakin (iman yang sejati). Iman amat penting dalam pendidikan islam
mengingan banyaknya ungkapan dan ajakan Al-Qur’an dan hadits agar
manusia senantiasa beriman kepada Allah. 6
Dalam keadaan beriman, manusia dapat memperlihatkan kualitas
perilaku, kualitas amal salah, dan kualitas sosialnya yaitu ketulusan
dalam kehidupan pribadi maupun kehidupan masyarakat luas. Manusia
akan berperilaku, bekerja, dan bermasyarakat sesuai dengan fitrah
kejadiannya yang condong kepada hanief.
2. Kualitas Intelektual
Kualitas intelektual sudah menjadi potensi awal manusia, karena
ketika manusia diciptakan, "Allah mengajarkan kepada Adam segala
nama benda" (QS.al-Baqarah (2):31). Untuk itu, manusia sejak lahir telah

memiliki

potensi

intelektual,

kemudian

potensi

intelektual

ini

dikembangkan. Kualitas intelektual merupakan perangkat yang sangat
diperlukan untuk mengolah alam ini. Rasulullah bersabda "barang siapa
yang ingin memperoleh kebahagian dunia, dengan ilmu dan barang
siapa yang ingin memperoleh kebahagian akhirat, dengan ilmu dan
barang siapa yang ingin memperoleh kebahagian keduanya juga dengan
ilmu". kata ilmu dengan berbagai bentuknya terulang sebanyak 854 kali

dalam Al-Qur’an, kata ini diartikan proses Al Qur’an mencakup segala
macam pengetahuan yang berguna bagi manusia dan kehidupannya baik
masa kini maupun masa depan, baik fisika maupun metafisika. 7 Dalam
al-Qur'an surat Mujadalah ayat 11, Allah mengangkat derajat orang yang
memiliki ilmu pengetahuan. Kemudian dalam firman Allah QS. Zumar :
9, Allah memberi perbedaan orang yang berilmu pengetahuan dan orang
yang tidak memiliki ilmu pengetahuan.
3. Kualitas Amal Saleh
Amal saleh adalah pembentukan kualitas manusia, sebab tiap
kerja yang dilakukan setiap saat merupakan ukiran kearah terbentuk
6 Abd. Rachman Assegaf, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2010), hlm, 96
7 Ibid,. hlm, 87

4

kepribadian manusia. sistem keimanan teraktualisasi melalui kerja amal
saleh, karena kerja semacam ini memilik dimensi yang abadi. Al-Qur'an
surat


at-Tiin

ayat

5-6, menyampaikan

bahwa

"manusia

akan

dikembalikan kekondisi yang paling rendah, kecuali manusia yang
beriman dan mengerjakan amal salah".
Amal saleh merupakan perbuatan yang bernilai bagi manusia, dan
itu pula yang akan dilihat dalam cermin hidupnya, Oleh karena itu, amal
perbuatan yang bermakna bagi kehidupan manusia, baru dapat terwujud
apabila sebelumnya ada iman dan ilmu pengetahuan. Karena dengan
beriman memberikan kelapangan terhadap penderitaan, memberika n
kelapangan dalam beramal. Dengan demikian Iman dapat membentuk

kekuatan dalam diri manusia untuk dapat mengubah penderitaan menjadi
kebahagiaan, memberikan semangat kerja. Selain itu, amal saleh juga
terkaitan dengan kualitas ilmu, karena dengan berilmu manusia memilik i
orientasi kesanggupan melakukan perbaikan dan melakukan sesuatu
perbuatan amal untuk kepentingan dan kemaslahatan manusia.
4. Kualitas Sosial
Sebagai mahluk sosial, manusia adalah bagian integral dari umat
ini secara keseluruhan umat yang satu, (Al Anbiyaa’(21): 92), karena
dianjurkan untuk bersatu, tidak berpecah belah ( Al imran (3):103),
karena sesungguhnya manusia itu bersaudara ( Al Hujarat (49): 10),8
manusia sebagai makhluk sosial berfungsi terhadap masyarakatnya,
artinya memiliki kemampuan untuk melakukan hubungan dengan orang
lain, karena manusia merupakan keluarga besar, yang berasal dari satu
keturunan Adam dan Hawa.
Dalam Al-Qur'an, manusia diciptakan dalam berbangsa-bangsa
dan bersuku-suku agar saling kenal mengenal, saling tolong-menolo ng.
Dengan dasar ini, manusia membangun jaringan silahturrahmi antara
sesamanya sesuai dengan fitrahnya. Karena dengan jaringan silaturra hmi
akan memberikan kebaikan yaitu manusia dapat membangun ukhuawah
antar semamanya, dengan silahturrahim antar semasamanya tercipta atau
8

Ibid,. hlm, 149

5

terbuka peluang-peluang

yang lain,

apakah berupa pengalama n,

pengetahuan, amal, dan memperkuat ikatan persaudaraan yang dibangun
atas dasar iman untuk menuju muara taqwa. Maka, manusia sebagai
makhluk sosial sangat membutuhkan jaringan sosial, untuk membangun
persaudaraan yang abadi.
C. Upaya Pendidikan Islam
Pijakan yang dijadikan dasar upaya pendidikan Islam ini adalah kerangka
konseptual dari pendidikan Islam itu sendiri. Kerangka konseptual yang
dimaksud adalah konsep penciptaan manusia sebagaimana terdapat dalam
Qur’an, Islam memandang Al-Qur’an berfungsi sebagai kitab yang didalamnya
tidak ada kandungan yang meragukan. (QS. Al-Baqarah(2 ):2),9 dan posisi
pendidikan dalam diri manusia dalam prespektif Islam. Berdasarkan konsep
dasar

penciptaan

manusia

tersebut

kemudian

dibangun

rancangan

pengembangan pendidikan Islam yang lurus dan tidak menyimpang dari konsep
dasarnya. Secara singkat, dapat dikatakan bahwa dalam mengembangk a n
pendidikan Islam, manusia dapat belajar dari penciptaan dirinya sebagaima hal
itu juga telah dijelaskan oleh al-Qur’an.
Dalam al-Qur’an, manusia dianggap sebagai makhluk yang memilik i
potensi (fitrah) bawaan (QS. Ar Rum (30):30) yang tidak terbatas, dapat
diberdayakan, dapat dididik dan mendidik (melakukan proses mengajar)
sehingga manusia menjadi makhluk terdidik dan unggul dalam kehidupnya.
Proses humanisasi “merupakan proses yang terbuka, di mana manusia
diberdayakan dan dioptimalkan potensi (fitrah) bawaannya sehingga manusia
dapat menguasai ilmu pengetahuan, keterampilan, teknologi serta penerapannya
dan penghayatan pada seni serta budaya, dan sebagainya”.
Proses pendidikan harus berupaya mengembangkan manusia agar
memiliki pengetahuan, keterampilan, spritual, dan berpikir rasional, sehingga
tumbuh perilaku manusia yang mencintai demokrasi, perdamaian, hidup
selaras, stabil, berbudi dan berbudaya sebagai makhluk Tuhan dan makhluk
sosial yang hidup bersama manusia lain dengan tujuan memakmurk a n,
mengontrol dan mengatur alam semesta berdasarkan otoritas Tuhan. Artinya
9

Abd. Rachman Assegaf , Op, Cit,. Hlm, 105

6

proses pendidikan Islam akan menghasilkan manusia yang beramal ilahiyah dan
berilmu ilahiyah sebagai manusia yang unggul (insan kamil). Dengan dasar ini,
pengembangan konsep dasar pendidikan Islam harus bersumber dari konsep
ilahiyah (ketuhanan), konsep insaniyah (humanisme) dan konsep lingkunga n
yang integratif dan seimbang.
Saat ini,

pendidikan

Islam

mempunyai

tantangan

berat untuk

menghadapi era globalisasi, demokratisasi, dan liberalisasi Islam. Untuk itu,
lembaga pendidikan agama harus mempersiapkan diri untuk menghadap i
tantangan di atas. Misalnya dengan memperbaiki kualitas SDA dan SDM. SDA
menyangkut sarana prasarana, media pendidikan maupun kurikulum yang up to
date. sedangkan SDM menyangkut kualitas guru maupun input peserta didik,
Dalam menjalankan tugasnya sebagai pengajar, setiap guru diharapkan
mempunyai komitmen untuk peningkatan profesionalitas pengajaran. Dalam
islam pendidik bukanlah sekedar pembimbing melainkan sebagai figur teladan
yang memiliki karakteristik yang baik. 10
Jadi, sebuah lembaga pendidikan tidak saja menjadikan peserta didik
pintar secara intelektual, tapi juga berbudi pekerti luhur dan berakhlak mulia.
Menjadi tolak ukur kita sebagai pengajar di lembaga pendidikan Islam, sudah
optimalkah usaha yang kita lakukan dalam rangka meningkatkan kualitas diri
sebagai muslim.

10

Ibid,. hlm, 112

7

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Manusia merupakan makhluk yang dibekali Allah dengan potensi
fisik maupun psikis yang memiliki potensi untuk berkembang. Al-Qur'an
berulangkali

mengangkat

derajat

manusia

dan

berulangkali

pula

merendahkan derajat manusia, Dalam al-Qur'an banyak sekali (tidak kurang
dari 91) ayat yang berbicara tentang manusia, Istilah yang digunakan alQur'an dalam menggambarkan manusia berkualitas. Dari pembahasan
tentang manusia berkualitas menurut al-Qur'an, dan beberapa pendapat
tentang manusia berkualitas. Maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Bahwa Allah menjadikan manusia tidak sia-sia. Manusia merupakan
makhluk

fungsional

dan bertanggungjawab,

artinya

manusia

berfungsi terhadap diri pribadinya, berfungsi terhadap masyarakat,
berfungsi terhadap alam dan lingkungan, dan manusia berfungs i
terhadap Allah Sang Penciptanya.
2. Manusia berkualitas menurut al-Qur'an adalah manusia yang
memiliki Iman kepada Allah, memiliki amal saleh, memiliki ilmu
pengetahuan, dan menjalin hubungan sosial yang baik antara sesama
manusia dengan tidak memandang derajat, suku bangsa, dan agama.
3. Upaya pendidikan Islam seharusnya menyediakan dan menciptakan
jalan bagi pertumbuhan manusia dalam segala aspeknya dan
memperbaiki kualitas SDA dan SDM, untuk mencapai tujuan
pendidikan islam itu sendiri.

8

DAFTAR PUSTAKA

Al-Rasyidin dan Samsul Nizar. 2005. Filsafat Pendidikan Islam Pendekatan
Historis, Teoritis dan Praktis. Ciputat: Ciputat Press
Ancok, Djamaludin.1998.Membangun Kompotensi Manusia Dalam Milenium
KeTiga,
Psikologika, Jurnal Pemikiran dan Penelitian Psikologi Fakultas Psikologi UII,
Yogyakarta,
Rachman Assegaf, Abd. 2010. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada
Shihab, M. Quraish. 2007. Wawasan Al-Qur’an. Bandung: PT Mizan Pustaka

9