LAPORAN STUDI KASUS PADA PENERIMA MANFAA

LAPORAN STUDI KASUS
PADA PENERIMA MANFAAT An. N
DENGAN HALUSINASI PENDENGARAN
DI PSMP ANTASENA KABUPATEN MAGELANG
Disusun untuk memenuhi tugas Praktek Lapangan Mata kuliah Kelompok Khusus

DISUSUN OLEH :
Jeny Ayu Ratri Semara Agni (P1337420715013)

Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang
Program Studi Sarjana Terapan Keperawatan Magelang
Tahun 2018

BAB I
LANDASAN TEORI
A.

Pengertian
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan sensori persepsi yang dialami
oleh pasien gangguan jiwa, PM merasakan sensasi berupa suara,
penglihatan, pengecapan, perabaan, atau penghiduan tanpa stimulus nyata.

(Keliat, 2012). Halusinasi pendengaran paling sering terjadi ketika PM
mendengar suara-suara, Suara tersebut dianggap terpisah dari pikiran PM
sendiri. Isi suara-suara tersebut mengancam dan menghina, sering kali suara
tersebut memerintah PM untuk melakukan tindakan yang akan melukai PM
atau orang lain (Copel, 2007 dalam Nyumirah, 2013). Dari pendapat di atas
dapat disimpulkan bahwa halusinasi pendengaran adalah persepsi atau
tanggapan dari pancaidera (Mendengar) terhadap stimulus yang tidak nyata
yang mempengaruhi perilaku individu.
Halusinasi adalah terganggunya persepsi sensori seseorang, dimana tidak
terdapat stimulus. (Varcarolis, 2006).
Halusinasi pendengaran adalah individu

mendengar

suara

yang

menertawakan, mengejek atau mengancam padahal sebenarnya tidak ada
suara disekitarnya, suara-suara tersebut dapat berupa manusia, hewan,

mesin, barang, kejadian alamiah dan mistik.

B.

Etiologi

1. Faktor Predisposisi
·
Faktor Genetic
Telah diketahui bahwa secara genetic halusinasi diturunkan melalui
kromosom tertentu. Namun demikian, kromosom yang keberapa yang
menjadi faktor penentu gangguan ini, sampai sekarang masih dalam tahap
penelitian.
·
Faktor Neurobiology
Pada halusinasi ditemukan adanya korteks prefrontal dan korteks limbaks
yang tidak berkembang penuh serta menjadi penurunan volume dan fungsi
otak yang abnormal.
·
Study Neurotransmitter

Halusinasi diduga juga disebabkan oleh adanya ketidakseimbangan
neurotransmiter, dopamin berlebihan, tidak seimbang dengan kadar
serotonin.
·
Teori Virus
Paparan virus influenza pada trimester ketiga kehamilan dapat menjadi
faktor predisposisi halusinasi.
·
Psikologi
Kondisi psikologi menjadi faktor predisposisi antara lain yang diperlukan
oleh ibu yang over protektif, dingin dan tidak berperasaan, sementara ayah
yang mengambil jarak dengan anaknya.
2. Faktor Presipitasi
·
Berlebihan proses informasi pada sistem syaraf yang menerima dan
memproses informasi di talamus dan frontal otak.
·
Mekanisme penghantaran listrik disyaraf terganggu.
·
Gejala pemicu seperti kondisi kesehatan, lingkunga, sikap dan

perilaku seperti pada tanda dan gejala.
3. Mekanisme Koping : Regresi, menjadi masalah beraktifitas sehari-hari.
4. Tanda dan Gejala : Cenderung menarik diri, sering didapatkan individu
duduk terpaku dengan pandangan mata pada satu orang.
 Cenderung mempunyai rasa takut, gelisah dan kadang menangis.
 Kadang tersenyum dan bicara sendiri.
 Tiba-tiba marah dan menyerang orang lain.
 Melakukan kegiatan karena ada sesuatu yang menakutkan.
 Menurut individu, individu mengatakan ia merasa takut melihat
temanya yang sudah meninggal, mengancam akan membunuh.
Halusinasi berkembang melalui 4 tahap, yaitu:
1.
Fase pertama atau Camforting (Ansietas Sedang)

 PM mengalami stress, cemas, perasaan perpisahan, kesepian yang
memuncak yang tidak dapat diselesaikan.
 PM mulai melamun dan memikirkan tentang hal-hal yang
menyenangkan, cara ini hanya akan menolong sementara waktu,
PM masih dapat mengontrol kesadaran dan dapat mengontrol
pikiranya, namun intensitas presepsi meningkat.

Fase kedua atau Condemning (Ansietas Berat)
 Kecemasan meningkat yang berhubungan dengan pengalaman

2.

interpersonal dan eksternal, pelamun, berfikir sendiri jadi
pedoman.
 Mulai diserahkan oleh bisikan yang tidak jelas.
 PM tidak ingin orang lain tahu dan ia tetap dapat mengontrol.
3.
Fase ketiga atau Controling (Ansietas Berat)
 Bisikan suara : isi halusinasi makin menonjol, menguasai dan
mengontrol PM.
 PM menjadi terbiasa dan menjadi tidak percaya dengan
halusinasinya.
Fase keempat atau Conguering (Panik)
 Halusinasi berubah menjadi mengancam,

4.


memerintah

dan

memarah
 PM menjadi takut, tidak berdaya hilang kontrol dan tidak dapat
berhubungan secara nyata dengan orang lain di lingkungan.
C. Pohon masalah
Resiko menciderai diri, orang lain dan lingkungan.
Perubahan persepsi sensori : halusinasi pendengaran.
Isolasi diri : manarik diri
D. MASALAH KEPERAWATAN DAN DATA YANG PERLU DIKAJI
i. Resiko menciderai diri dan orang lain.
Data Obyektif :


Perilaku hiperaktif, agresi dan destruktif.

Akibat
Core problem

Penyebab



Mudah tersinggung, jengkel dan marah.



Sikap bermusuhan.



Menolak makan.

Data Subyekyif :


PM mengatakan benci dan kesal pada seseorang




PM suka membentak dan menyerang orang yang
mengusiknya jika sedang kesal

ii. Perubahan persepsi sensori : halusinasi dengar.
Data Obyektif :
-

Bicara, senyum/ tertawa sendiri.

-

Menarik diri dan menghindar dari orang lain..

-

Curiga, bermusuhan, merusak diri, orang lain dan
lingkungan.

-


Ekspresi wajah tegang, mudah tersinggung.

-

Berbicara dan tertawa sendiri

-

Bersikap seperti mendengar atau melihat sesuatu.

-

Berhenti berbicara di tengah kalimat seperti mendengar
sesuatu.

-

Duduk menyendiri


-

Dissorientasi.

Data Subyektif
-

Pasien mengatakan : Mendengar suara – suara, melihat
gambaran tanpa adanya stimulasi yang nyata, mencium bau tanpa
stimulasi.

iii. Perubahan isolasi sosial : menarik diri.
Data Obyektif :
-

Tidak memeprdulikan lingkungan.

-

Kegiatan menurun, mobilitas kurang.


-

PM tampak diam, melamun dan menyendiri.

-

Menghindar dari orang lain

-

Komunikasi kurang

-

Kontak mata kurang

Data Subyektif
-

PM

mengatakan

lebih

suka

sendiri

daripada

berhubungan dengan orang lain.
E. Komplikasi
Halusinasi dapat menjadi suatu alasan mengapa PM melakukan
tindakan perilaku kekerasan karena suara-suara yang memberinya
perintah sehingga rentan melakukan perilaku yang tidak adaptif.
Perilaku kekerasan yang timbul pada PM skizofrenia diawali dengan
adanya perasaan tidak berharga, takut dan ditolak oleh lingkungan
sehingga individu akan menyingkir dari hubungan interpersonal
dengan orang lain (Stuart, 2009).
Komplikasi yang dapat terjadi pada PM dengan masalah utama
gangguan sensori persepsi: halusinasi, antara lain: resiko prilaku
kekerasan, harga diri rendah dan isolasi sosial.

F. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
Pengkajian Keperawatan
Menurut Stuart (2009). Bahwa faktor-faktor terjadinya halusinasi
meliputi:
 Faktor predisposisi
Faktor predisposisi atau faktor yang mendukung terjadinya
halusinasi menurut Stuart (2007) adalah :
a. Faktor biologis
Pada keluarga yang melibatkan anak kembar dan anak yang
diadopsi

menunjukkan

peran

genetik pada

schizophrenia.Kembar identik yang dibesarkan secara terpisah
mempunyai angka kejadian schizophrenia lebih tinggi dari
pada saudara sekandung yang dibesarkan secara terpisah.
b. Faktor psikologis

Hubungan

interpersonal

yang

tidak

harmonis

akan

mengakibatkan stress dan kecemasan yang berakhir dengan
gangguan orientasi realita.
c. Faktor sosial budaya
Stress yang menumpuk awitan schizophrenia dan gangguan
psikotik lain, tetapi tidak diyakini sebagai penyebab utama
gangguan.
 Faktor presipitasi
Faktor presipitasi atau faktor pencetus halusinasi menurut
Stuart (2009) adalah:
a. Biologis
Stressor biologis yang

berhubungan

dengan

respon

neurobiologis maladaptif adalah gangguan dalam komunikasi
dan putaran umpan balik otak dan abnormalitas pada
mekanisme pintu masuk dalam otak, yang mengakibatkan
ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi stimulus
b. Lingkungan
Ambang toleransi terhadap stres yang ditentukan secara
biologis

berinteraksi

dengan

stresor

lingkungan

untuk

menentukan terjadinya gangguan prilaku.
c. Stres sosial / budaya
Stres dan kecemasan akan meningkat apabila terjadi penurunan
stabilitas keluarga, terpisahnya dengan orang terpenting atau
disingkirkan dari kelompok.
d. Faktor psikologik
Intensitas kecemasan yang ekstrem dan memanjang disertai
terbatasnya
menimbulkan

kemampuan

mengatasi

perkembangan

gangguan

masalah
sensori

dapat
persepsi

halusinasi.
e. Mekanisme koping
Menurut Stuart (2009) perilaku yang mewakili upaya untuk
melindungi

pasien

dari

pengalaman

yang

menakutkan

berhubungan dengan respons neurobiologis maladaptif meliputi
: regresi, berhunbungan dengan masalah proses informasi dan
upaya untuk mengatasi ansietas, yang menyisakan sedikit

energi untuk aktivitas sehari-hari. Proyeksi, sebagai upaya
untuk menejlaskan kerancuan persepsi dan menarik diri.
f. Sumber koping
Menurut Stuart (2009) sumber koping individual harus dikaji
dengan pemahaman tentang pengaruh gangguan otak pada
perilaku. Orang tua harus secara aktif mendidik anak–anak dan
dewasa muda tentang keterampilan koping karena mereka
biasanya tidak hanya belajar dari pengamatan. Disumber
keluarga dapat pengetahuan tentang penyakit, finensial yang
cukup, faktor ketersediaan waktu dan tenaga serta kemampuan
untuk memberikan dukungan secara berkesinambungan.
g. Perilaku halusinasi
Menurut Towsend (2009), batasan karakteristik halusinasi yaitu
bicara teratawa sendiri, bersikap seperti memdengar sesuatu,
berhenti bicara ditengah – tengah kalimat untuk mendengar
sesuatu, disorientasi, pembicaraan kacau dan merusak diri
sendiri, orang lain serta lingkungan.
G. Diagnosa Keperawatan
Menurut NANDA (2009-2011) diagnosa keperawatan utama pada PM
dengan prilaku halusinasi adalah Gangguan sensori persepsi: Halusinasi
(pendengaran, penglihatan, pengecapan, perabaan dan penciuman).
Sedangkan diagnosa keperawatan terkait lainnya adalah Isolasi social dan
Resiko menciderai diri sendiri, lingkungan dan orang lain.
H. Tindakan Keperawatan
Tindakan keperawatan yang diberikan pada PM tidak hanya berfokus pada
masalah halusinasi sebagai diagnose penyerta lain. Hal ini dikarenakan
tindakan yang dilakukan saling berkontribusi terhadap tujuan akhir yang
akan dicapai. Rencana tindakan keperawatan pada PM dengan diagnose
gangguan persepsi sensori halusinasi meliputi pemberian tindakan
keperawatan berupa terapi generalis individu yaitu (Kanine, E., 2012) :
a.
Melatih mengontrol halusinasi dengan cara menghardik,
b.
Patuh minum obat secara teratur.
c.
Melatih bercakap-cakap dengan orang lain,

d.
e.

Menyusun jadwal kegiatan dan dengan aktifitas
Terapi kelompok terkait terapi aktifitas kelompok

stimulasi persepsi halusinasi.
 Rencana tindakan pada keluarga (Keliat, dkk. 2014) adalah
a. Diskusikan masalah yang dihadap keluarga dalam merawat
pasien
b. Berikan penjelasan meliputi : pengertian halusinasi, proses
terjadinya halusinasi, jenis halusinasi yang dialami, tanda dan
gejala halusinasi, proses terjadinya halusinasi.
c. Jelaskan dan latih cara merawat anggota keluarga yang
mengalami halusinasi : menghardik, minum obat, bercakapcakap, melakukan aktivitas.
d. Diskusikan cara menciptakan lingkungan yang dapat
mencegah terjadinya halusinasi.
e. Diskusikan tanda dan gejala kekambuhan
f. Diskusikan pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan
terdekat untuk follow up anggota keluarga dengan halusinasi.
I. Penatalaksanaan Medis
Halusinasi merupakan salah satu gejala yang paling sering terjadi pada
gangguan Skizofrenia. Dimana Skizofrenia merupakan jenis psikosis,
adapun tindakan penatalaksanaan dilakukan dengan berbagai terapi yaitu
dengan:
a. Psikofarmakologis
Obat sangat penting dalam pengobatan skizofrenia, karena obat
dapat membantu pasien skizofrenia untuk meminimalkan gejala
perilaku kekerasan, halusinasi, dan harga diri rendah. Sehingga
pasien skizofrenia harus patuh minum obat secara teratur dan
mau mengikuti perawatan (Pardede, Keliat, Wardani, 2013)
1) Haloperidol (HLD)
Obat yang dianggap sangat efektif dalam pengelolaan
hiperaktivitas, gelisah, agresif, waham, dan halusinasi.
2) Chlorpromazine (CPZ)
Obat yang digunakan untuk gangguan psikosis yang terkait
skizofrenia dan gangguan perilaku yang tidak terkontrol
3) Trihexilpenidyl (THP)

Obat yang digunakan untuk mengobati semua jenis parkinson
dan pengendalian gejala ekstrapiramidal akibat terapi obat.
Dosis
a)
Haloperidol 3x5 mg (tiap 8 jam) intra muscular.
b)
Clorpromazin 25-50 mg diberikan intra muscular setiap
6-8 jam sampai keadaan akut teratasi.
Dalam keadaan agitasi dan hiperaktif diberikan tablet:
a) Haloperidol 2x1,5 – 2,5 mg per hari.
b) Klorpromazin 2x100 mg per hari
c) Triheksifenidil 2x2 mg per hari
Dalam keadaan fase kronis diberikan tablet:
d) Haloperidol 2x0,5 – 1 mg perhari
e) Klorpromazin 1x50 mg sehari (malam)
f) Triheksifenidil 1-2x2 mg sehari
g) Psikosomatik
Terapi kejang listrik (Electro Compulsive Therapy), yaitu suatu
terapi fisik atau suatu pengobatan untuk menimbulkan kejang
grand mal secara artifisial dengan melewatkan aliran listrik
melalui elektroda yang dipasang pada satu atau dua temples
pada pelipis. Jumlah tindakan yang dilakukan merupakan
rangkaian yang bervariasi pada setiap pasien tergantung pada
masalah pasien dan respon terapeutik sesuai hasil pengkajian
selama tindakan. Pada pasien Skizofrenia biasanya diberikan
30 kali. ECT biasanya diberikan 3 kali seminggu walaupun
biasanya diberikan jarang atau lebih sering.
h) Psikoterapi
Membutuhkan waktu yang relatif lama, juga merupakan bagian
penting dalam proses terapeutik. Upaya dalam psikoterapi ini
meliputi: memberikan rasa aman dan tenang, menciptakan
lingkungan

terapeutik,

memotivasi

PM

untuk

dapat

mengungkapkan perasaan secara verbal, bersikap ramah, sopan,
dan jujur terhadap PM.
J. Pelaksanaan Keperawatan

Implementasi disesuaikan dengan rencana tindakan keperawatan. Pada
situasi nyata sering pelaksanaan jauh berbeda dengan rencana, hal ini
terjadi karena perawat belum terbiasa menggunakan rencana tertulis dalam
melaksanakan

tindakan

keperawatan

(Dalami,

2009).

Sebelum

melaksanakan tindakan keperawatan yang sudah direncanakan, perawat
perlu memvalidasi dengan singkat apakah rencana tindakan masih sesuai
dan dibutuhkan PM sesuai dengan kondisinya (here and now). Perawat
juga menilai diri sendiri, apakah kemampuan interpersonal, intelektual,
tekhnikal sesuai dengan tindakan yang akan dilaksanakan, dinilai kembali
apakah aman bagi PM. Setelah semuanya tidak ada hambatan maka
tindakan keperawatan boleh dilaksanakan.
Adapun pelaksanaan tindakan keperawatan jiwa dilakukan
berdasarkan Strategi Pelaksanaan (SP) yang sesuai dengan
masing-masing masalah utama.
 SP PM terbagi menjadi SP 1 (membina hubungan saling
percaya,
frekuensi,

mengidentifikasi
situasi,

halusinasi

perasaan

dan

“jenis, isi,
respon

waktu,

halusinasi”,

mengajarkan cara menghardik, memasukan cara menghardik ke
dalam jadwal;
 SP 2 (mengevaluasi SP 1, mengajarkan cara minum obat secara
teratur, memasukan ke dalam jadwal)
 SP 3 (mengevaluasi SP 1 dan SP 2, menganjurkan PM untuk
mencari teman bicara); SP 4 (mengevaluasi SP 1, SP 2, dan SP
3, melakukan kegiatan terjadwal).
K. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah proses yang berkelanjutan untuk menilai efek dari
tindakan keperawatan pada PM (Dalami, 2009). Evaluasi dilakukan terus
menerus pada respon PM terhadap tindakan yang telah dilaksanakan,
evaluasi dapat dibagi dua jenis yaitu: evaluasi proses atau formatif
dilakukan selesai melaksanakan tindakan. Evaluasi hasil atau sumatif
dilakukan dengan membandingkan respon PM pada tujuan umum dan
tujuan khusus yang telah ditentukan.

Evaluasi keperawatan yang diharapkan pada pasien dengan gangguan
sensori persepsi: halusinasi pendengaran

BAB II TINJAUAN KASUS
TINJAUAN KASUS

A.

Pengkajian
Tanggal pengkajian : Tanggal 09 April 2018
1.
Identitas Pasien
a. Nama
: An. N
b. Umur
: 14 tahun
c. Suku
: Jawa
d. Agama
: Islam
e. Jenis Kelamin : Laki – laki
f. Pendidikan
: SMP
g. Alamat
: Bawang, Wonosobo

B.

Alasan Masuk
PM datang pertama kali pada 23 Januari 2018. PM dibawa oleh kepolisian
daerah Wonosobo dan bapak lurah ke PSMP Antasena ini dengan alasan

C.

bahwa An. N adalah anak yang nakal, dan suka mencuri uang tetangga.
Riwayat Sekarang
Saat ini An. N secara perilaku dan sikap sudah membaik karena An. N sudah
tinggal di PSMP Antasena selama 2 bulan setengah dan sudah menerima

beberapa bimbingan sehingga sudah berkelakuan lebih baik dan sedikit
D.

sopan. PM mengatakan tidak pernah sakit selama diPSMS Antasena.
Riwayat Dahulu
Sebelum masuk ke PSMS Antasena, PM mengatakan An. N tinggal bersama
Ibunya saja karena saudara perempuan dari PM sudah meinkah, Ayah dan
saudara laki-laki nya adalah Tani dan bekerja diluar jawa. Pencurian yang
dilakukan An.N sudah 2x karena permasalahan ekonomi untuk pencurian
yang terakhir ada warga memergoki PM sedang mencuri sehingga PM juga
di kucilkan oleh sebagian masyarakat, dan Ayahnya pun tak segan-segan
memarahi dan selalu membentak PM sehingga PM merasa terpuruk dan
merasa dirinya sudah tidak berguna lagi. Disamping faktor ekonomi PM
mengatakan ada faktor ghaib yang mendorong PM untuk melakukan
pencurian. Dikarenakan bisikan bisikan faktor ghaib tersebut.

E.

Riwayat Keluarga
PM tidak mempunyai riwayat penyakit kesehatan apapun di keluarga.

F.

Faktor Predisposisi
1.
PM dikucilkan di masyarakat dikarenakan kasus pencurian yang
2.

dilakukan di lingkungan masyarakat.
PM dimarahi dan dibentak – bentak oleh orangtuanya terutama

3.

Ayahnya sehingga PM merasa dirinya tidak berguna.
PM mengatakan mempunyai faktor Ghaib seperti bisikan-bisikan
(biasanya terdengar pada saat malam jumat jam 12 malam) yang
mendorongnya untuk mencuri

G.

Pemeriksaan Fisik
1.
Tanda-tanda Vital
TD
: 110 / 80 mmHg
S
: 36,50C
N
: 80x / menit
RR
: 22x / menit
2.
TB : 145 cm
BB : 43 kg
3.
Keadaan Umum
a. Kepala : Rambut tidak tersisir rapi, konjungtiva anemis, sclera
tidak ikterik, hidung simetris, pada mulut tidak ada stomatitis, gigi
cukup bersih, Telinga bersih tidak ada serumen.

b. Leher : Tidak terdapat pembesran kelenjar tiroid
c. Kulit : turgor kulit baik tidak terdapat gatal-gatal (scabies)
d. Ekstremitas : Kekuatan Ekstremitas kanan dan kiri atas dan bawah
4.

baik.
Konsep Diri
a. Citra Tubuh
An. N menyukai seluruh bagian dari tubuhnya, penampilannya
sedikit kurang rapi.
b. Identitas Diri
An. N seorang anak berusia 14 tahun , PM adalah seseorang yang
sedikit pendiam dan jarang bergaul dengan teman 1 panti
c. Peran Diri
An. N mengatakan dirinya anak ke 6 dari 6 saudara dan mengetahui
bahwa ia adalah adik yang belum bisa menjadi kebanggan
d. Ideal Diri
An.N mengatakan ingin sekali melupakan pengalaman yang lalu
yang buruk.An.N mengakatakan rindu dengan rumah dan ingin
sekali cepat pulang.
e. Harga Diri
An.N merasa dirinya tidak berguna namun PM cukup mempunyai
semangat untuk berubah dan merubah diri menjadi lebih baik untuk

5.

dirinya, keluarga, dan lingkungan masyarakat.
Hubungan Sosial
a. Orang yang berarti
An.N memiliki seorang yang sangat berarti yaitu Ibunya
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok / masyarakat
An.N sudah cukup aktif dikegiatan masyarakat, tapi karena PM
sedang berada diPSMP Antasena PM tidak mengikuti kegiatan
kelompok dimasyarakat.
c. Hambatan dalam hubungan
An.N mengatakan memiliki sedikit hambatan karena Ayahnya

H.

sering memarahi PM.
Status Mental
1.
Penampilan :
An. N mandi rutin, mandi selalu menggunakan sabun mandi, tidak
pernah mengeringkan tubuhnya setelah mandi. PM berpakaian dengan
2.

cukup rapi
Pembicaraan :

Saat menjawab pertanyaan An.N menjawab dengan baik ketika mulai
ditanyai mengenai masalah pribadi dan tampak tidak ada yang
3.

ditutup-tutup dengan nada normal saat berbincang biasa.
Aktifitas Motorik :
An.N suka ikut bergabung dengan teman temanya untuk menonton tv,
ikut serta dalam setiap kegiatan keterampilan atau jadwal di PSMS

4.

Antasena. ADL PM dapat dilakukan secara mandiri .
Alam Perasaan
An.N mengatakan sudah nyaman berada di lingkungan PSMP
Antasena karena disana PM mendapatkan banyak pelajaran yang

5.

6.
7.

8.

9.
10.

berharga serta mendapatkan cukup teman.
Afek
Afek stabil, terlihat saat An.N bercerita seperti tidak ada yang ditutupi
dan jarang menunduk untuk diajak berbicara.
Interaksi selama wawancara
Kontak mata focus An. N baik saat dilakukan wawancara
Proses Pikir
Saat An.N ditanya PM langsung menjawabnya pertanyaan dengan
sangat baik.
Isi piker
Saat dikaji An.N mengatakan bahwa ia melakukan pencurian karena
ada yang membisikinya tapi sesuatu yang tidak terlihat
Tingkat Kesadaran
Tingkat kesadaran An. N Baik (Composmentis)
Memori
Memori An.N baik dan memori jangka pendek baik PM masih ingat
kapan dirinya masuk ke PSMP, serta menceritakan hal –hal yang

I.

11.

pernah dialminya selama di PSMP Antasena.
Kemampuan Penilaian
PM dapat menilai mana perilaku yang baik dan mana yang buruk, PM

12.

masih belum bisa mengambil keputusan sendiri.
Daya tilik diri
Cukup baik, PM merasa kalau dirinya berguna untuk lingkungan

selagi dirinya berkelakuan atau melakukan hal-hal yang positif.
Kebutuhan Persiapan Pulang
1.
Makan
PM mengakatakan Dalam sehari makan 3 kali sehari dan habis 1
2.

porsi.
BAB/BAK

3.
4.
5.

6.

Baik dan teratur, Bab/Bak PM mandiri
Mandi
An.N mengatakan mandi teratur 3 x sehari.
Berpakaian / berhias seringkali diejek atau dibuli.
Penampilan An.N sudah cukup rapi.
Istirahat Tidur
Istirahat tidur An.N secara umum tidak ada gangguan. PM
mengatakan bahwa tidurnya selama ini nyenyak.
Penggonan Obat
An.N tidak mengkonsumsi obat obatan medis maupun obat terlarang
lainya. Namun PM menggunakan obat topical untuk gatal yang di

J.

K.

7.

derita pada bulan Januari lalu.
Pemeliharaan Kesehatan
Kesehatan An.N cukup baik, PM mengatakan pernah mengalami

8.

gatal-gatal pada bulan Januari lalu.
Aktivitas dalam rumah
Jika di dalam asrama aktifitas An.N yaitu menonton televisi/

9.

mendengarkan temannya yang suka main gitar.
Aktifitas luar rumah
An.N dapat berinteraksi dengan lingkungan diluar asrama , ikut serta

dalam setiap kegiatan keterampilan PSMP Antasena.
Mekanisme Koping
1.
An.N mampu berkomunikasi baik dengan orang lain
2.
An.N cukup mampu mengatasi masalah ringan seperti perawatan diri
karena malas untuk melakukan perawatan diri dan penampilan.
Spiritual
1.
Nilai dan Keyakinan
An.N beragama Islam. Selama di PSMP Antasena An.N selalu
2.

mengikuti sholat berjamaah di masjid
Kegiatan Ibadah
An.N rutin mengikuti sholat berjamaah di masjid bergabung dengan
teman teman yang lainya.

L.

Analisa Data

No
.
1.

Data

Etiologi

Data Subjektif : An.N Halusinasi
mengatakan
jika pendengaran
mendengar bisikan-bisikan

Problem
Gangguan
persepsi sensori

tersebut paling sering pada
malam jumat jam 12
malam
Data Objektif : PM tampak
gelisah saat menceritakan
faktor ghaib tersebut.

M.

Diagnosa Keperwatan

No
.
1.

N.
No
.
1.

Hari dan
Tanggal
11
April
2018

Diagnosa Keperawatan

Tanggal
Ditemukan
Gangguan persepsi sensori 11 April 2018
berhubungan
dengan
Halusinasi pendengaran

Tanggal
Teratasi

Paraf

Intervensi Kperawatan ( Rencana Keperawatan )
Dx
Keperawatan
Gangguan
persepsi
sensori
berhubungan
dengan
Halusinasi
pendengaran

Tujuan

Kriteria Evaluasi

Intervensi

Tujuan Umum :
 An.N
dapat
mengontrol
halusinasi
jika
bisikan-bisikan
muncul
.
TUK 1

An.N
dapat
membina
hubungan saling
percaya
dengan
perawat

Setelah
dilakukan
tindakan keperawatan
selama 3 x 24 jam
masalah Halusinasi
dapat teratasi dengan
kriteria hasil :

Bina hubungan saling
percaya
dengan
menggunakan prinsip
komunikasi terapeutik
:

a. Menunjukan rasa
senang
b. Ada kontak mata
c. Mau
berjabat
tangan
d. Mau
menjawab
salam
dan
menyebutkan
nama
e. Bersedia
menceritakan
perasaanya
f. Bersedia
untuk

a. Berikan
salam
saat berinteraksi
b. Perkenalkan
nama,
c. Tanyakan nama
dan
panggilan
kesukaan PM
d. Tunjukan
sikap
jujur
dan
menepati janji
e. Tanyakan
perasaan
dan
masalah
yang
dihadap PM.

duduk
berdampingan dan
mengungkapkan
masalah
yang
dihadapi

f. Buat
kontrak
interaksi
yang
jelas
g. Dengarkan
ungkapan
perasaan
PM
dengan empati

TUK 2
PM
dapat a. Bina
hubungan
 An.N
dapat menyebutkan SP-SP
saling percaya
yang sudah diajarkan b. Diskusikan
mengenal
pada waktu 3 kali
bersama
PM
tentang
pertemuan,mampu
tentang
Halusinasi
Halusinasi
melakukan SP yang
dan pemberian SP
sudah diajarkan
1-4 (Menghardik,
Obat jika perlu,
Bercakap-cakap,
Aktifitas)
c. Bantu
PM
melakukan
SP
yang
telah
diberikan
d. Beri reinforcemen
positif setelah PM
mampu melakukan
SP yang pertama
e. Ingatkan PM untuk
selalu melakukan
SP jika bisikanbisikan itu muncul
TUK 3
 PM
dapat PM berusaha untuk a. Motivasi
PM
memlalukan
SP
yang
untuk
bisa
melakukan
SP
mengontol
yang
telah pertama (menghardik)
dan
ketiga
(bercakaphalusinasi
diberikan
cakap) seperti yang b. Anjurkan
PM
sudah diajarkan
untuk
tetap
melakukan SP jika
mendengarkan
bisikan
c. Bekerjasama
dengan pengelola
atau
pengasuh
untuk memotivasi
PM agar PM dapat
mengontrol

Halusinasinya
TUK 4
 PM
dapat PM tampak
mempertahanka gelisah
n
cara
mengontrol
halusinasi

O.
No
.
1.

tidak Beri
reinforcement
positif jika berhasil
mengontrol
halusinasi.

Implementasi Keperawatan

Hari dan Implementasi Keperawatan
Tanggal
TUK 1
a. Memberikan
salam
berinteraksi
b. Memperkenalkan nama

c. Menanyakan
perasaan
masalah yang dihadap PM.

TUK 2
1. Mendiskusikan bersama
tentang halusinasi

Respon
saat DO : An.N tampaak tersenyum
DS : An.N menjawab salam dari
perawat
DO : An.N tampak tersenyum
DS : An.N memperkenalkan
namanya
dan

DO : An.N tampak tidak takut
untuk berkenalan
DS: An.N mengungkapkan dan
menceritakan masalah yang
dihadapinya

PM

DO:

2. Membantu PM melakukan SP
yang telah diberikan
(Melakukan SP diwaktu istirahat
saat pada kegiatan spiritual
dimesjid)

An.N
tampak
memperhatikan dengan baik
DS : An.N mengatakan sudah
mendengar bisikan bisikan
sejak SD dan bisikan itu
datang pada saat 12 malam

DO :
An.N tampak ingin
mengetahui cara mengontrol
bisikan
DS : An.N mengatakan kembali
apa yang sudah diajarkan
tentang
SP
pertama

Paraf

(menghardik)
3. Memberi reinforcemen positif DO : An.N tampak masih belum
setelah PM mampu mengontrol memahami tentang SP yang
halusinasi
diberikan
DS : An.N mengatakan akan
mempelajari kembali untuk
SP yang sudah diberikan
4. Mengingatkan PM untuk selalu DO : An.N tampak mengerti
melakukan SP jika bisikan- tentang apa yang sudah diingatkan
bisikan itu muncul
DS : An.N mengatakan akan
melakukan SP yang sudah
diajarkan
TUK 3
1. Memotivasi
PM untuk bisa DO : An.N tampak paham
mengontol halusinasi
DS : An.N mengatakan akan
melakukan SP jika bisikan itu
muncul
2. Bekerjasama dengan pengelola
atau pengasuh untuk memotivasi DO : An.N tampak mengerti
PM agar PM dapat mengontrol DS : An. N mengatakan akan
Halusinasinya
menaati perkataan dari pengelola
asrama
TUK 4
DO : An.N tampak tampil lebih
Memberi reinforcement positif jika senang tidak gelisah
berhasil mengontrol halusinasi.
DS : An.N mengatakan akan rutin
melakukan SP agar terbiasa
dan dapat mengontol bisikan
yang didengar.

P. Catatan Perkembangan ( Evaluasi )
Dx.
Keperawata
n
Gangguan
persepsi
sensori
berhubungan
dengan
Halusinasi
pendengaran

Gangguan
persepsi
sensori
berhubungan
dengan
Halusinasi
pendengaran

Hari dan Catatan Perkembangan
tanggal
S OAP
S: An.N mengatakan sudah mendengar bisikan bisikan sejak SD
dan bisikan itu datang pada saat 12 malam.
O: PM tampak gelisah saat menceritaan tentang halusinasinya.
Tanda-tanda Vital:
TD
: 110 / 80 mmHg
S
: 36,50C
N
: 80x / menit
RR
: 22x / menit
A : Masalah Belum Teratasi
P : Lanjutkan Intervensi
1. Mengingatkan PM untuk melakukan SP yang pertama
jika bisikan-bisikan itu muncul
S : An.N mengatakan masih mendengarkan bisikan pada malam
jumat jika ingin tidur
O : PM masih tampak gelisah (walaupun sudah mengikuti
kegiatan berbasis spiritual)
A : Masalah Belum Teratasi
P : Lanjutkan Intervensi
1. Mengingatkan PM untuk melakukan SP yang pertama,
ketiga, dan keempat saat bisikan-bisikan itu muncul
kembali
2. Bekerjasama dengan pengelola atau pengasuh untuk
memotivasi PM agar PM dapat mengontrol
Halusinasinya

Paraf

Dokumen yang terkait

PENGARUH PEMBERIAN SEDUHAN BIJI PEPAYA (Carica Papaya L) TERHADAP PENURUNAN BERAT BADAN PADA TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus norvegicus strain wistar) YANG DIBERI DIET TINGGI LEMAK

23 199 21

KEPEKAAN ESCHERICHIA COLI UROPATOGENIK TERHADAP ANTIBIOTIK PADA PASIEN INFEKSI SALURAN KEMIH DI RSU Dr. SAIFUL ANWAR MALANG (PERIODE JANUARI-DESEMBER 2008)

2 106 1

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

ANALISIS PROSPEKTIF SEBAGAI ALAT PERENCANAAN LABA PADA PT MUSTIKA RATU Tbk

273 1263 22

PENERIMAAN ATLET SILAT TENTANG ADEGAN PENCAK SILAT INDONESIA PADA FILM THE RAID REDEMPTION (STUDI RESEPSI PADA IKATAN PENCAK SILAT INDONESIA MALANG)

43 322 21

PROSES KOMUNIKASI INTERPERSONAL DALAM SITUASI PERTEMUAN ANTAR BUDAYA STUDI DI RUANG TUNGGU TERMINAL PENUMPANG KAPAL LAUT PELABUHAN TANJUNG PERAK SURABAYA

97 602 2

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PEMAKNAAN BERITA PERKEMBANGAN KOMODITI BERJANGKA PADA PROGRAM ACARA KABAR PASAR DI TV ONE (Analisis Resepsi Pada Karyawan PT Victory International Futures Malang)

18 209 45

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25