BAB I PENDAHULUAN - Strategi Pembangunan Perkotaan dalam Mengatasi Pemukiman Kumuh di Kelurahan Aur Kota Medan

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Isu pembangunan adalah isu yang sangat sering dibahas diseluruh dunia

  terutama negara negara yang masih berkembang. Pembangunan adalah suatu proses bagi seluruh masyarakat untuk hidup kearah yang lebih baik, dimana melalui pembangunan, masyarakat dapat merasakan betapa besar pengaruh pembangunan tersebut bagi peningkatan kualitas kehidupan mereka tanpa terkecuali artinya pembangunan adalah suatu kesempatan terbaik bagi suatu negara atau pemerintah untuk mewujudkan mimpi masyarakat agar bisa hidup lebih layak dari sebelumnya. Namun kebanyakan pembangunan disetiap negara berkembang masih belum mencapai arti pembangunan yang sesungguhnya.

  Pembangunan pada negara berkembang hanya dirasakan oleh orang-orang tertentu dimana yang kaya makin kaya sedangkan yang miskin semakin terpuruk. (Arief Budiman, 1995:3)

  Pembangunan yang sebenarnya tidak akan membiarkan masyarakat atau orang-orang yang tidak mampu menjadi lebih terpuruk. Karena hakikat pembangunan adalah menyeluruh dan merata untuk perbaikan suatu keadaan yang pada awalnya tidak baik menjadi lebih baik. Jadi masyarakat yang tidak mampu atau kurang beruntung adalah orang yang memiliki hak lebih dalam proses pembangunan, hak untuk dipikirkan dan diperhatikan oleh negara, perhatian yang lebih ini dimaksudkan agar tidak terjadi perbedaan yang tajam antara masyarakat yang tidak mampu dengan masyarakat yang sudah berkecukupan. Salah satu yang paling menonjol dan paling dapat dilihat perbedaan tersebut adalah dari segi perumahan atau pemukiman masyarakat yang ada di perkotaan pada negara berkembang salah satunya Indonesia. Perkotaan di Indonesia dapat kita lihat perbedaan tajam antara masyarakat yang berkecukupan dengan masyarakat yang tidak mampu. dimana ada rumah yang megah bagi mereka yang berkecukupan dan rumah yang kecil dan usang bagi mereka yang yang tidak mampu, hal ini dapat di lihat di Ibu Kota Negara Indonesia yaitu Jakarta bahwa masih banyaknya pemukiman kumuh yang perlu di tangani, padahal begitu banyaknya rumah-

  

  rumah megah di pusat negara tersebut. diakses pada 12 Oktober 2012)

  Rumah adalah salah satu kebutuhan dasar manusia, tempat bermukim bagi sebuah keluarga, tempat berkumpul bagi anak dan orang tuanya, dan tempat bagi seorang anak untuk mendapatkan pendidikan pertama sebelum masuk kebangku sekolah dasar. Rumah memiliki arti penting dalam pengembangan kehidupan sehingga kualitas pemukiman menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas bangsa dimasa mendatang (Sri Mulyani Indrawati, 2005:50).

  Masalah perumahan atau pemukiman merupakan isu yang sering dibicarakan baik di media televisi, jejaring sosial, dan surat kabar, permasalahan yang sering diangkat adalah pemukiman kumuh dan rumah liar tanpa surat izin. Diperkirakan antara 30% hingga 50% warga kota di Asia tidak memiliki dokumen legal atas lahan yang mereka tinggali. Mayoritas warga yang tidak memiliki dokumen legal atas lahan tanah adalah mereka yang berpenghasilan rendah,sulit sekali bagi masyarakat tersebut untuk memperoleh hak atas lahan dan sering sekali lahan kota di kuasai oleh pemilik modal, sehingga masyarakat dengan penghasilan rendah selalu tersingkir dan akibatnya krisis terhadap lahan pemukiman, hal ini diperburuk oleh tingkat perpindahan penduduk kekota yang terus menerus meningkat. diakses pada 22 Oktober 2012).

  Penduduk perkotaan di dunia diperkirakan tumbuh dari 3,5 miliar pada tahun 2010 sampai 6,2 miliar pada tahun 2050 atau dari sekitar 52% sampai 67% dari total populasi dunia. Sebanyak 94% dari pertumbuhan ini berada di negara berkembang. Kapasitas kota untuk menangani pertumbuhan penduduk ditantang oleh masalah struktural pembangunan yang rendah dan masalah kemiskinan. Kemiskinan ini menopang munculnya permukiman kumuh (UN-Habitat, 2012:12). Di masa akan datang, akan bertambah banyak kota kumuh. Akan bertambah 1 milyar orang yang akan tinggal di permukiman kumuh dan rumah di bawah standar. Hampir 3 milyar penghuni kota membutuhkan akses terhadap lahan untuk permukiman, untuk tempat berlindung dan membutuhkan infrasruktur dasar dan pelayanan ditahun 2030. Artinya dibutuhkan 96.150 unit rumah yang membutuhkan lahan tanah yang akan di layani setiap harinya selama 25 tahun kedepan(UN-Habitat, 2011:15).

  Pemukiman kumuh sulit untuk dielakkan dan sampai saat ini masih menjadi persoalan besar bagi perkotaan termasuk kota yang ada di Indonesia, persoalan ini terjadi karena perkembangan kota yang sangat cepat dan tidak diikuti dengan pembangunan yang tepat sehingga menyebabkan degradasi atau penurunan kualitas lingkungan. Pemerintah tentunya tidak bisa tinggal diam dengan kondisi seperti ini, perlu adanya langkah konkrit yang berkeadilan, tidak hanya melakukan penggusuran tanpa memberi solusi yang berarti bagi masyarakat yang bermukim dipemukiman kumuh, karena hal itu sangat bertentangan dengan Konstitusi UUD 1945 dalam Pasal 28 H. Pertama, setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan. Kedua, setiap orang berhak memperoleh kemudahan dan perlakuan khusus untuk memperoleh kesempatan dan manfaat yang sama guna mencapai persamaan dan keadilan.

  Ketiga , setiap orang berhak atas jaminan sosial yang memungkinkan

  pengembangan dirinya secara utuh sebagai manusia yang bermartabat. Keempat, setiap orang berhak mempunyai hak milik pribadi dan hak milik tersebut tidak boleh diambil alih secara sewenang-wenang oleh siapa pun. (Tim Visimedia, 2007:28)

  Sesuai dengan konstitusi tersebut, pemerintah memiliki tanggung jawab dalam mengelola kehidupan masyarakat terutama masyarakat kota yang masih membutuhkan perhatian dari pemerintah seperti mereka yang tinggal di pemukiman kumuh (slum area) yang bangunan dan lahan yang ditempati adalah lahan pribadi dengan bangunan yang tidak layak huni maka dalam memecahkan persoalan tersebut adalah menjadi kewajiban pemerintah dengan melakukan pendekatan kepada masyarakat secara langsung untuk mengetahui keinginan dari masyarakat itu sebenarnya. Karena pada dasarnya masyarakat yang tinggal dipemukiman kumuh adalah masyarakat yang memiliki pengasilan rendah selain itu juga ada alasan tertentu baginya sehingga ia memilih bertahan di pemukiman tersebut, oleh karena itu pemerintah harus melakukan pendekatan agar tidak salah dalam mengambil langkah dalam pelaksanaan kebijakan, karena sering kali pemikiran masyarakat dan pemerintah berbeda seperti misalnya kebijakan penyediaan rumah bagi masyarakat seperti rumah susun, ada sebagian masyarakat menolak menerima karena rumah yang dibangun tidak sesuai dengan apa yang diharapkan masyarakat.

  Penyediaan perumahan yang layak dan terjangkau tetap menjadi prioritas utama bagi semua pemerintah kota di dunia. Namun, konsep perumahan membutuhkan pemahaman baru yang secara efektif dan sinergis dalam mengatasi masalah yang mendesak mengenai pencegahan pemukiman kumuh, kesenjangan perkotaan, kesenjangan ekonomi dan pembangunan manusia, serta iklim perubahan. Pemukiman tidak lagi dianggap sekedar sebagai atap tempat berlindung bagi seseorang, perumahan saat ini memainkan peran penting dalam mencapai pembangunan berkelanjutan. Solusi yang dapat ditawarkan untuk membangun lingkungan yang berkelanjutan yaitu dengan efisiensi sumber daya dan energi, lingkungan, ekologi dan kesehatan keselamatan dan ketahanan terhadap bencana alam. kebijakan perumahan yang berkelanjutan harus terjangkau, berkeadilan sosial, semua itu memiliki kontribusi untuk membuat lingkungan perumahan yang sehat dan pembangunan kota yang berkelanjutan(UN-Habitat, 2011:1).

  Kota tidak selalu memberikan pelayanan yang maksimal kepada masyarakat, akibatnya banyak penduduk yang melakukan urbanisasi menjadi penduduk kota yang miskin oleh keadaan kota yang tidak mampu memberikan apa yang mereka butuhkan. Pada akhirnya masyarakat miskin ini membentuk kehidupan sendiri dengan pemukiman seadanya dan lama kelamaan penduduk berkembangan semakin pesat dan didukung oleh ruang yang tidak mencukupi pada akhirnya tercipta pemukiman kumuh, hal inilah yang akan menimbulkan berbagai masalah dimasa akan datang diantaranya yaitu Kondisi lingkungan yang tidak sehat dan akan mengancam jiwa mereka yang tinggal dipemukiman tersebut.

  1. Ancaman dari bahaya lingkungan seperti longsor, banjir dan drainase yang buruk.

  2. Timbulkan kejahatan-kejahatan sosial.

  3. Kota menjadi tidak terkontrol dan rawan terhadap konflik.

  4. Munculnya perekonomian masyarakat yang illegal.

  Bagi kota yang memiliki jumlah penduduk yang padat, bertambahnya penduduk tiap tahun jauh melampaui penyediaan kesempatan kerja didalam wilayahnya, dan kurangnya penyediaan lahan tempat bermukin serta mahalnya biaya kehidupan menyebabkan masyarakat banyak tinggal di pinggiran, seperti dipinggir rel kereta api, di pinggiran sungai dengan kondisi rumah yang memprihatinkan dan kualitas kesehatan yang sangat rendah sehingga dirasakan menambah berat tekanan permasalahan dikota-kota besar. Tekanan ekonomi dan keterdesakan akan tempat tinggal bagi kaum pinggiran (slum area), hingga membentuk lingkungan permukiman kumuh. (UN-Habitat, 2012:5)

  Secara teoritis, pelaku dalam pembangunan perumahan dan pemukiman dapat dibagi dalam tiga pihak, yaitu: pemerintah, swasta (pengembang), dan masyarakat. Ketiga pihak ini mempunyai tugas dan fungsinya sendiri-sendiri, serta mempunyai kepentingan masing-masing. Pada dasarnya tanggung jawab pemerintah, pengembang (swasta) dan masyarakat dalam bentuk kemitraan diarahkan untuk mengurangi kemiskinan dan melaksanakan pemerataan pendapatan dan kesejahteraan. Sedangkan segi empiris, pembangunan pemukiman hanya terpola sebagai kelanjutan struktur kota lama atau usaha pembangunan secara partial, seperti program perbaikan kampung, peremajaan kota, atau pembangunan kawasan-kawasan perumahan. (Budiharjo, 1998:40)

  Pemukiman kumuh tidak bisa dibiarkan terus menerus karena dapat menyebabkan penyakit sosial dan berbagai masalah lain. Seperti misalnya timbulnya penyakit karena lingkungan yang padat dan tidak memiliki akses pembuangan sampah dan kotoran yang layak, pemukiman kumuh sangat rentan terhadap berbagai virus dan dapat menurunkan tingkat kesehatan, sedangkan mereka yang tingal dipemukiman kumuh terdiri dari keluarga yang memiliki anak, anak tersebut adalah aset bangsa yang harus dijaga, hal ini menjadi kewajiban pemerintah untuk memberikan kemakmuran bagi masyarakat tersebut, seperti yang dikatakan oleh Abdurahman Wahid (Budiharjo,1998:24) yang menyatakan ada empat masalah pemukiman dipekotaan yaitu

  pertama, karena daerah perkotaan merupakan titik rawan terbesar dalam dislokasi sosial, seperti terbukti dari meningkatnya kejahatan didalamnya.

  Diikuti oleh persoalan lingkungan yang tercemar serta cepatnya perubahan demografisnya yang semakin memusatnya penguasaan tanah pemukiman.

  Kedua , daerah perkotaan merupakan wilayah pemukiman yang sudah

  terjamah oleh perencanaan yang terperinci, ditujang oleh sarana keuangan dan organisasi yang memungkinkan pengembangan inisiatif. Ketiga, daerah perkotaan bagaimanapun juga akan merupakan daerah konsentrasi penduduk terbesar dikemudian hari, bila dibandingkan dengan daerah pedesaan. Hal ini akan memudarkan ikatan ikatan tradisional dipedesaan sebagai akibat perubahan mendasar dalam pola kehidupan didalamnya.

  Keempat, secara sosiologi dapat dikemukakan bahwa daerah perkotaan

  merupakan sumber pengembangan manusia atau sebaliknya sumber kemungkinan konflik massa, yang akan merubah seluruh hubungan antar lapisan masyarakat diperkotaan. Permasalahan dalam penyediaan dan pembangunan perumahan di

  Indonesia meliputi, antara lain, perencanaan tata ruang yang belum antisipatif terhadap kebijaksanaan perumahan dan pemukiman, rendahnya keterjangkauan masyarakat membeli rumah, belum mantapnya koordinasi dan keterpaduan pelaksanaan sektoral, belum kuatnya peran pemerintah daerah dalam pembangunan perumahan, belum memadainya pendanaan dan pembiayaan, sulitnya memperoleh tanah bagi pembangunan perumahan, belum mendukungnya peraturan perundang-undangan, serta belum efisiennya pembangunan perumahan.

  Oleh karena itu, diperlukan langkah-langkah konkrit dari semua pihak yang terlibat dalam pembangunan perumahan untuk mengatasi permasalahan- permasalahan tersebut apabila ingin menyediakan perumahan bagi masyarakat secara efektif dan efisien serta berkelanjutan untuk mengatasi pemukiman yang tidak layak huni. (Utomo 2011:24).

  Pemukiman Kumuh dapat di lihat di kota Medan, Medan merupakan kota terbesar ke tiga di Indonesia dan memiliki masalah dalam penataan ruang dan menyebabkan perkembangan pemukiman kumuh,pemukiman kumuh adalah permasalahan kota yang selalu berkembang dengan pesat. alasan pemerintah atas perkembangan permukiman kumuh ini tidak lain adalah masalah dana yang tidak memadai hal ini disampaikan oleh Tondi Nasha Yusuf Nasution selaku Kepala seksi Pembina Rumah Formal dan Swadaya Dinas Perumahan dan Pemukiman Kota Medan bahwa Penanganan sebenarnya sudah dilakukan. Bahkan, di seluruh kawasan sudah dilakukan penataan. Hanya, hal itu tidak sepenuhnya dilakukan karena terbatasnya anggaran. ( http://www.waspada.co.id diakses pada 11 Oktober 2012).

  Berdasarkan data Dinas Perumahan dan Pemukiman Kota Medan, kawasan kumuh terdapat di Kelurahan Tegalsari Mandala I dan II, Kelurahan Binjai Medan Denai, Kelurahan Bahari Medan Belawan, Kelurahan Aur Medan Maimun, Kampung Madras Kecamatan Medan Petisah. Pada umumnya kawasan ini berada di bantaran sungai dan rel kereta api diakses pada 11 Oktober 2012). Pemukiman kumuh didasari karena meningkatnya jumlah

  Rumah Tangga Miskin Kota, sehingga masyarakat tersebut, tidak mampu mendirikan perumahan yang layak, berdasarkan Kota Medan dalam Angka terjadinya peningkatan kemiskinan, menurut data Kota Medan dalam Angka, rumah tangga sasaran di Kota Medan pada tahun 2008 adalah 79.136 ribu. dari 345.127 Rumah Tangga. Kondisi ini perlu diperhatikan agar tidak terus menjadi peningkatan, dengan meningkatkan rumah tangga miskin maka kemampuan masyarakat untuk memiliki rumah semakin rendah, dan tentu saja hal ini berimbas kepada rona wajah kota dan menjadikan kota menjadi kumuh selain itu, menimbulkan berbagai pesoalan seperti premanisme, timbulnya penyakit karena kurangnya kebersihan, drainase tidak baik yang menyebabkan banjir.

  Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Perumahan dan Pemukiman, Kelurahan Aur adalah salah satu kelurahan yang memiliki X lingkungan, diantaranya ada 4 lingkungan yang merupakan kawasan pemukiman kumuh, lingkungan tersebut yaitu lingkungan III, IV, VIII dan IX. Pemukiman kumuh di Kelurahan Aur menjadi perhatian bagi pemerintah karena kondisinya yang kumuh dan sangat padat. Pemukiman tersebut rawan sekali terhadap banjir akibat hujan dan drainase yang tidak baik, masyarakat menjadikan sungai sebagai tempat pembuangan sampah dan sebagai sarana MCK. Usaha pemerintah seperti pembuatan rumah susun tidak mendapat tanggapan positif dari masyarakat tersebut.

  Harus ada strategi pembangunan perkotaan yang baik demi kenyaman suatu kota yang besar seperti kota Medan. Strategi pembangunan perkotaan perlu memiliki suatu kerangka strategi baik ditingkat lokal/daerah maupun ditingkat nasional. dalam kerangka ini pemerintah daerah dapat merancang strategi pembangunan perkotaannya, yang mengakomodir kondisi lokal dan variasi-variasi yang diperlukan. Kerangka strategi pembangunan perkotaan daerah perlu serasi dan seimbang agar pembangunan menjadi terarah. Dengan penetapan dan pelaksanaan kebijakan nasional untuk menerapkan desentralisasi dan otonomi daerah maka strategi pembangunan perkotaan perlu terdesentralisasi untuk dapat mengakomodir kondisi dan aspirasi daerah dan lebih dapat menjadi landasan- landasan program-program pembangunan daerah terutama untuk mengatasi persoalan pemukiman kumuh yang sangat krusial yang ada dikota besar seperti di kota Medan. Dengan alasan dan pemaparan yang telah penulis sampaikan diatas maka penulis mengambil judul “Strategi Pembangunan Perkotaan dalam

  Mengatasi Pemukiman Kumuh di Kelurahan Aur Kota Medan

1.2. Fokus Masalah

  Dalam Penelitian kualitatif ada yang disebut dengan batasan masalah, yang sering juga disebut fokus masalah, yang berisi pokok masalah yang masih bersifat umum. Pada penelitian kualitatif, penentuan fokus berdasarkan hasil studi pendahuluan, pengalaman, referensi dan disarankan oleh orang yang dipandang ahli. Fokus juga bisa berkembang saat dilapangan dalam penelitian kualitatif. Fokus masalah yang ingin diteliti dalam penelitian ini adalah mengetahui bagaimana strategi pembangunan perkotaan untuk mengatasi persoalan pemukiman kumuh yang ada di Kelurahan Aur, strategi ini berbicara tentang sosialisasi yang dilakukan pemerintah kepada masyarakat mengenai pemukiman kumuh, strategi pemerintah untuk mengatasi pemukiman kumuh, pengetahuan masyarakat mengenai strategi pemerintah untuk mengatasi pemukiman kumuh dan melihat strategi masyarakat sendiri dalam mengatasi persoalan pemukiman yang mereka hadapi tersebut. Badan yang terkait dalam penelitian ini adalah Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, selain badan ada terdapat Dinas yang terkait dalam penelitian ini yaitu dinas Perumahan dan Pemukiman serta dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan, dan Kelurahan Aur khusus pada lingkungan III dan IV.

I.3. Rumusan Masalah

  Rumusan masalah merupakan suatu pertanyaan yang akan dicari jawabannya melalui pengumpulan data. Berdasarkan pemaparan dari latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah 1.

  Bagaimana strategi pembangunan perkotaan yang dapat dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat dalam mengatasi pemukiman kumuh di Kelurahan Aur? 2. Apakah usaha yang dilakukan pemerintah dalam menyelesaikan persoalan pemukiman kumuh di Kelurahan Aur?

  3. Bagaimana tanggapan masyarakat terhadap usaha-usaha pemerintah dalam mengatasi pemukiman kumuh di kelurahan Aur?

I.4. Tujuan Penelitian

  Adapun tujuan dari penelitian ini adalah: 1.

  Untuk mengetahui strategi pembagunan perkotaan yang dilakukan pemerintah serta strategi masyarakat dalam mengatasi permukiman kumuh di Kelurahan Aur.

2. Untuk mengetahui hambatan-hambatan yang dihadapi pemerintah dalam mengatasi permukiman kumuh di Kelurahan Aur.

  3. Untuk mengetahui tanggapan masyarakat terhadap usaha-usaha pemerintah dalam mengatasi pemukiman kumuh di kelurahan Aur

1.5. Manfaat Penelitian

  Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah: 1.

  Secara teoritis/akademis: penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah kepustakaan Departemen Ilmu Administrasi Negara.

  2. Secara praktis: hasil penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat sebagai berikut: a.

  Bagi penulis : Sebagai masukan dan menambah pengetahuan berpikir secara sistematis dan teoritis dalam memecahkan suatu permasalahan.

  b.

  Bagi instansi: sebagai masukan/sumbangan pemikiran bagi pemerintah daerah setempat khususnya bagi dinas perumahan dan pemukiman kota Medan untuk mampu mengurangi perumahan kumuh.